Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN ELABORASI SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS DAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN IPA PADA MATA KULIAH STRATEGI PEMBELAJARAN IPA Astuti Wijayanti dan Aris Munandar Pamong Prodi Pendidikan IPA Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Abstrak Berpikir kritis sangat dibutuhkan untuk dapat memecahkan berbagai permasalahan yang kompleks dalam kehidupan. Keterampilan berpikir kritis dapat diajarkan terutama di perguruan tinggi. Pelaksanaan perkuliahan di pendidikan IPA UST menggunakan model pembelajaran elaborasi mampu memberikan kemampuan kepada mahasiswa dalam pengorganisasian materi perkuliahan. Pada penerapan model pembelajaran elaborasi dalam perkuliahan dosen perlu memberikan bimbingan kepada mahasiswa agar dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan. Hasil penelitian tindakan kelas ini menunjukkan adanya peningkatan aktivitas mahasiswa dalam keterampilan berfikir kritis: 1).aspek kecakapan .menggali dan menemukan informas rata-rata siklus I adalah 67,5 % dan siklus II adalah 84,43 %; 2) Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan yang berhubungan dengan informasi yang diberikan rata-rata siklus I adalah 75,53 % dan siklus II adalah 79,06 %; 3) Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif rata-rata siklus I adalah 72 % dan siklus II adalah 77,95%. Pembelajaran elaborasi juga mampu meningkatkan prestasi belajar mahasiswa rata-rata dari siklus I adalah 68,3 dan rata-rata siklus II adalah 80,7. Pembelajaran elaborasi mampu meningkatkan berpikir kritis sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar. Model pembelajaran elaborasi dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis dan meningkatkan prestasi belajar di perguruan tinggi.
Kata kunci: elaborasi, keterampilan berpikir kritis, prestasi belajar. PENDAHULUAN Dalam upaya meningkatkan kualitas suatu bangsa, tidak ada cara lain kecuali melalui peningkatan mutu pendidikan. Pendidikan yang diharapkan mampu mengembangkan potensi peserta didik, sehingga generasi mendatang mampu menghadapi dan memecahkan masalah kehidupan yang dihadapinya. Peserta didik perlu memiliki keterampilan yang tinggi agar mampu berkompetisi dengan baik dalam berbagai bidang. Hal tersebut menjadi semakin penting ketika peserta didik nantinya harus memasuki kehidupan bermasyarakat dan dunia kerja karena peserta didik harus mampu menerapkan yang dipelajari di kelas untuk menghadapi tantangan kehidupan. Manusia dalam menjalani kehidupannya selalu dituntut untuk mampu berpikir. Berpikir sangat dibutuhkan dalam kehidupan manusia untuk dapat memecahkan berbagai permasalahan yang kompleks dalam kehidupan. Pada dasarnya berpikir merupakan suatu keterampilan hidup yang sangat dibutuhkan dan berguna bagi manusia untuk memperoleh pengetahuan dan sebagai IPA-1
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
modal menghadapi kehidupan (Cece Wijaya, 2010: 102). Tiap mata kuliah atau disiplin mempunyai struktur tertentu. Struktur itu terdiri atas konsep-konsep pokok. Bila struktur itu dikuasai, maka banyak hal-hal lain yang berhubungan dengan itu dapat dipahami maknanya. Pemahaman struktur tersebut akan mempengaruhi cara berpikir individu sepanjang hidupnya karena dapat ditransfer pada hal-hal lain di dalam kehidupannya (Nasution, 2005: 1). Keterampilan berpikir kritis dapat diajarkan. Menurut Bassham, et al (2008), terdapat 3 kemampuan dasar berpikir kritis yang mula-mula diperkenalkan kepada peserta didik, yaitu: (1) memahami argumen dan keyakinan orang lain; (2) secara kritis mengevaluasi argumen dan keyakinan tersebut; (3) mengembangkan dan mempertahankan argumen dan keyakinan seseorang yang didukung baik. Apabila peserta didik telah terbiasa mempertanyakan segala sesuatu seperti berhipotesis untuk membentuk kemampuan berargumentasi maka upaya untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis akan semakin mudah dikembangkan oleh dosen dari tahap yang rendah sampai ke yang tinggi. Oleh karena itu perlu ditemukan pola pembelajaran IPA yang dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis peserta didik. Ragam pola pikir yang perlu dikembangkan peserta didik pada saat ini antara lain pola berpikir dasar hingga berpikir tingkat tinggi. Terdapat 4 pola berpikir tingkat tinggi yang perlu dikembangkan di perguruan tinggi antara lain berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan (Costa, 1985). Berpikir kritis mendasari peserta didik untuk mendapatkan ketiga pola tingkat tinggi yang lainnya. Oleh karena itu, berpikir kritis perlu dikuasai terlebih dahulu sehingga nantinya berpikir kritis dapat mempersiapkan mahasiswa yang mampu berpikir pada berbagai disiplin ilmu, menuju pemenuhan sendiri akan kebutuhan intelektual dan mengembangkan mahasiswa sebagai individu berpotensi. Hasil observasi awal menunjukkan bahwa pelaksanaan perkuliahan khususnya pada mahasiswa pendidikan IPA selama ini pada umumnya kurang mengoptimalkan aspek berpikir kritis pada diri mahasiswa. Kemampuan berpikir kritis mahasiswa kurang berkembang, yang ditandai dengan sedikitnya pertanyaan yang diajukan mahasiswa, dan mahasiswa sebagian besar belum mampu memberikan simpulan ataupun solusi. Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan dosen Pendidikan IPA dapat diungkap bahwa mahasiswa cenderung menerima apa yang diberikan oleh dosen dan lebih bersifat pasif selama proses pembelajaran. Berdasarkan analisis permasalahan tersebut di atas, maka peneliti akan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran elaborasi pada Mata Kuliah Strategi Pembelajaran IPA. Gagasan utama dari model elaborasi adalah supaya mahasiswa dapat berpartisipasi aktif dalam perkuliahan sehingga ketrampilan berpikir kritis dan prestasi belajar mereka dapat meningkat. IPA-2
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
PEMBAHASAN 1. Pembelajaran IPA Gagne (1977: 3) mengemukakan bahwa “Learning is a change in human disposition or capability which persist over a period time, and which is not simply ascrible to processes of growth”. Belajar itu adalah perubahan watak atau kemampuan manusia yang berlangsung dalam waktu tertentu, dan bukan anggapan proses pertumbuhan yang sederhana. Senada dengan pernyataan tersebut, Nuryani (2005: 6) menyatakan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan tingkah laku hasil belajar pada diri mahasiswa. atau belajar diartikan sebagai perubahan konsepsi dan kebiasaan berpikir mahasiswa. Dari beberapa pendapat tersebut, maka dapat didefinisikan bahwa belajar adalah suatu proses usaha mahasiswa untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang relatif menetap dengan mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar mahasiswa yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai pengalaman. IPA adalah bidang ilmu yang senantiasa berdekatan dengan realitas alam yang menjadi tempat hidup peserta didik. Supriyadi (2003) menambahkan bahwa IPA adalah keseluruhan cara berpikir untuk memahami gejala alam, sebagai suatu cara penyelidikan tentang kejadian alam, dan sebagai batang tubuh keilmuan yang diperoleh dari suatu penyelidikan. Pendidikan IPA dengan demikian akan mengajak peserta didik untuk semakin dekat dengan alam tempat ia berpijak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Collete dan Chiapetta (1994) yang menyatakan bahwa sains pada hakikatnya merupakan kumpulan pengetahuan (a body of knowledge), cara atau jalan berpikir (a way of thinking), dan cara untuk penyelidikan (a way of investigating). Pembelajaran IPA harus meningkatkan orientasi peserta didik pada proses. Pembelajaran IPA sebagai proses dapat meningkatkan keterampilan berpikir peserta didik. Hasibuan dan Moedjiono (2004: 7) mengemukakan bahwa kegiatan belajar tidak dapat lepas dari keaktifan peserta didik walaupun dalam derajat yang berbeda-beda. Sejalan dengan pemikiran tersebut, Trianto (2007: 102) menambahkan bahwa kegiatan pembelajaran IPA mencakup pengembangan kemampuan dalam mengajukan pertanyaan, mencari jawaban, memahami jawaban, menyempurnakan jawaban tentang “apa”, “bagaimana”, dan “mengapa” tentang gejala alam maupun karakteristik alam sekitar melalui cara-cara sistematis yang akan diterapkan dalam lingkungan dan teknologi. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tersebut akan berlangsung efektif jika peserta didik dapat aktif melakukan berbagai kegiatan IPA-3
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
pembelajaran, terutama yang berkaitan dengan cara berpikir yang sehat dan logis, sehingga IPA bukan lagi sesuatu yang dilakukan pada peserta didik tetapi sesuatu yang harus dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik akan memandang peserta didik sebagai komponen terpenting dalam sistem dan proses pengajaran sehingga peserta didik dapat mengembangkan dan menentukan cara-cara belajarnya. Proses keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran akan memungkinkan terjadinya asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan, perbuatan, serta pengalaman langsung terhadap balikannya dalam pembentukan keterampilan dan penghayatan serta internalisasi nilai-nilai dalam pembentukan nilai dan sikap. Hal tersebut mengakibatkan hasil belajar yang lebih bermakna. 2. Model Pembelajaran Elaborasi Menurut Miftahul Huda (2013: 2), pembelajaran merupakan hasil dari memori kognisi dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Pembelajaran sebagai bentuk pemrosesan informasi, memerlukan seseorang ikut terlibat dalam refleksi dan penggunaan memori untuk melacak apa saja yang harus diserap, disimpan dalam memorinya dan bagaimana menilai informasi yang telah diperoleh. Melalui pembelajaran itulah peserta didik dapat memilih untuk melakukan perubahan atau tidak sama sekali terhadap apa yang telah dilakukan. Sebelum
pelaksanaan
pembelajaran,
guru
terlebih
dahulu
harus
menata
mengorganisasikan isi pembelajaran yang akan diajarkan. Hal tersebut dilakukan agar memudahkan peserta didik dalam memahami isi pelajaran. Salah satu cara untuk menata dan mengorganisasikan isi pembelajaran yaitu model pembelajaran elaborasi. Model pembelajaran elaborasi mendeskripsikan cara-cara pengorganisasian isi pembelajaran dengan mengikuti urutan umum ke rinci. Pengurutan isi pembelajaran dilakukan dengan: langkah pertama dimulai dengan menampilkan epitome (struktur isi bidang studi yang dipelajari), dan langkah selanjutnya mengelaborasi bagian-bagian yang ada dalam epitome secara lebih rinci (Made Wena, 2009: 25). Reigeluth (1983) & Degeng (1989) dalam Made Wena juga menambahkan bahwa dalam melakukan pengorganisasian isi pembelajaran harus memperhatikan komponenkomponen yang dijadikan dasar elaborasi sebagai berikut: 1) urutan elaborasi; 2) urutan prasyarat belajar; 3) rangkuman; 4) sintesis; 5) analogi; 6) pengaktif strategi kognitif; dan 7) kontrol belajar. Langkah-langkah pembelajaran elaborasi sebagai berikut: 1) Penyajian kerangka isi. Pembelajaran dimulai dengan menyajikan kerangka isi: struktur yang memuat IPA-4
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
bagian-bagian yang paling penting dari mata kuliah strategi pembelajaran IPA; 2) Elaborasi tahap pertama. Pada tahap ini, mahasiswa mengelaborasi tiap-tiap bagian yang ada dalam kerangka isi, mulai dari bagian yang terpenting. Elaborasi tiap-tiap bagian diakhiri dengan rangkuman dan pensintesis yang hanya mencakup konstruk-konstruk yang baru saja diajarkan (pensintesis internal); 3) Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap pertama, diberikan rangkuman dan diikuti dengan pensintesis eksternal. Rangkuman berisi pengertian-pengertian singkat mengenai konstruk-konstruk yang diajarkan dalam elaborasi, dan pensistesis eksternal menunjukkan (a) hubungan penting yang ada antar bagian yang telah dielaborasi, dan (b) hubungan antara bagian-bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi; 4) Elaborasi tahap kedua. Setelah elaborasi tahap pertama berakhir dan diintegrasikan dengan kerangka isi, pembelajaran diteruskan ke elaborasi tahap kedua – yang mengelaborasi bagian pada elaborasi tahap pertama- dengan maksud membawa mahasiswa pada tingkat kedalaman sebagaimana ditetapkan dalam tujuan pembelajaran. Pada elaborasi tahap kedua juga disertai dengan rangkuman dan pensintesis internal; 5) Pemberian rangkuman dan sintesis eksternal. Pada akhir elaborasi tahap kedua, diberikan rangkuman dan sintesis eksternal, seperti elaborasi tahap pertama; 6) Setelah semua elaborasi tahap kedua disajikan, disintesiskan dan diintegrasikan ke dalam kerangka isi, pola seperti ini akan berulang kembali untuk elaborasi tahap ketiga dan seterusnya sesuai dengan tingkat kedalaman yang ditetapkan oleh tujuan pembelajaran; dan 7) Pada tahap akhir pembelajaran, disajikan kembali kerangka isi untuk mensintesiskan keseluruhan isi bidang studi yang telah diajarkan. 3. Keterampilan Berpikir Kritis Kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam suatu mata kuliah tidak dapat terlepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut. Seseorang tidak mungkin dapat berpikir kritis dalam suatu mata kuliah tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan teori mata kuliah tersebut. Dengan demikian, agar peserta didik dapat berpikir kritis, maka peserta didik harus memahami mata kuliah tersebut dengan baik. Berpikir diartikan sebagai kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan inferensi atau berpendapat baik (Arends, 2007: 43). Berpikir merupakan proses mental untuk memperoleh pengetahuan dengan menganalisis, mengkritik, dan menarik kesimpulan dari suatu informasi untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Cece Wijaya (2010: 72), berpikir kritis adalah suatu proses menganalisis suatu ide atau gagasan menuju ke arah yang lebih khusus, membedakannya secara tajam,
IPA-5
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Elaine B. Johnson (2009: 183–185) mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, serta dalam melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis juga dapat diartikan pula sebagai aktivitas berpikir secara reflektif dan rasional yang memfokuskan terhadap suatu yang dapat keyakinan atau dilakukan (Sapriya, 2009: 144). Definisi dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah aktivitas mental yang terarah, reflektif dan rasional untuk mampu merumuskan, menganalisis dan evaluasi masalah untuk memecahkan masalah. Untuk menjadi pemikir kritis, maka mahasiswa perlu membiasakan diri berpikiran terbuka, menggunakan bukti logis dan logika yang benar untuk dapat menahami secara mendalam kejadian sehingga dapat bertindak dan menarik kesimpulan dengan tepat (Johnson. E. Elaine, 2009: 186). Peningkatan keterampilan berpikir kritis dapat dilakukan dengan cara: membaca dengan kritis, meningkatkan daya analisis, mengembangkan kemampuan mengamati/ observasi, meningkatkan rasa keingintahuan, kemampuan bertanya dan refleksi, metakognisi, mengamati “model” dalam berpikir kritis, diskusi yang “kaya”, evaluasi berpikir kritis (Zaleha Izhab Hassoubah, 2004: 95). Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Pendidikan IPA FKIP UST. Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester genap tahun akademik 2012/2013 dalam waktu selama 6 bulan. Penelitian ini menggunakan penelitian Tindakan Kelas yaitu melalui dua siklus dengan tahap-tahap (1) perencanaan, (2) implementasi, (3) observasi, dan (4) refleksi . penelitian ini menggunakan 1) dokumentasi untuk mendapatkan data awal sebagai bahan perencanaan pembelajaran dan juga sebagai bukti pelaksanaan tindakan yaitu melalui pengambilan foto dan dokumentasi berkas pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran elaborasi berlangsung; 2) observasi untuk memperoleh data tentang kegiatan selama mengikuti model pembelajaran kooperatif elaborasi. Partisipasi mahasiswa selama proses pembelajaran diamati dengan menggunakan lembar observasi partisipasi mahasiswa dalam kegiatan model pembelajaran elaborasi dan observasi aktivitas guru dalam melaksanakan model pembelajaran elaborasi; dan 3) tes untuk mendapatkan data prestasi belajar mahasiswa. Data yang dimaksud adalah hasil belajar kognitif. Tes yang digunakan yaitu tes tertulis yang berbentuk uraian. Tes dilaksanakan pada setiap akhir siklus.
IPA-6
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
4. Prestasi Belajar Menurut Femi Olivia (2011: 73), prestasi belajar adalah puncak hasil belajar yang dapat mencerminkan hasil keberhasilan belajar mahasiswa terhadap tujuan belajar yang telah ditetapkan. Salah satu komponen penting dalam program pembelajaran adalah penilaian yang dilakukan terhadap mahasiswa. Alat yang digunakan untuk mengukur prestasi mahasiswa pada umumnya adalah tes. Tes prestasi belajar yang dilaksanakan oleh mahasiswa memiliki peranan penting, baik bagi dosen ataupun bagi mahasiswa yang bersangkutan. Bagi dosen, tes prestasi belajar dapat mencerminkan sejauh mana materi pelajaran dalam proses belajar dapat diikuti dan diserap oleh mahasiswa sebagai tujuan pembelajaran. Bagi mahasiswa tes prestasi belajar bermanfaat untuk mengetahui sebagaimana kelemahan-kelemahannya dalam mengikuti pelajaran dan juga mengetahui tingkat perkembangan yang telah dicapai mahasiswa setelah menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu. Djaali dan Pudji (2007: 7) menambahkan bahwa indikator keberhasilan seseorang dalam mengikuti pembelajaran adalah dilihat dari seberapa banyak orang menguasai materi yang telah dipelajarinya dalam suatu jenjang pendidikan tertentu. Menurut Sri Habsari (2005: 75), Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud antara lain kecerdasan yaitu kecerdasan Intelegent Quotient (IQ), Emotional Quotient (EQ), Spiritual Quotient (SQ), Creativity Quotient (CQ), dan Adversity Quotient (AQ). Faktor ekternal yang berpengaruh dalam pencapaian prestasi belajar antara lain: 1) motivasi prestasi berupa nasihat, arahan guru pembinmbing, nasihat dan dorongan orang lain; 2) lingkungan belajar yang bersih dan teratur rapi, halaman yang indah dan situasi yang kondusif dalam pembelajaran; 3) kedisiplinan dalam mematuhi peraturan dan tata tertib belajar; dan 4) kesehatan jasmani dan rohani. Oleh karena itu untuk mencapai prestasi belajar yang baik pada diri mahasiswa diperlukan model pembelajaran yang memenuhi beberapa faktor tersebut. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Siklus 1 Kegiatan penelitian siklus pertama berlangsung selama empat kali pertemuan. Materi yang didiskusikan tentang strategi pembelajaran yang meliputi pandangan tentang strategi pembelajaran, komponen strategi pembelajaran, kriteria pemilihan strategi pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran pemrosesan informasi. Penelitian yang dilaksanakan adalah mengimplementasikan model pembelajaran elaborasi dalam IPA-7
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
upaya meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan prestasi belajar mahasiswa pada mata kuliah strategi pembelajaran. Dosen mengimplementasikan model pembelajaran elaborasi melalui tahapantahapan yaitu pelaksanaan menampilkan kerangka isi yaitu menjabarkan pokok materi atau tema untuk dikembangkan menjadi sub tema atau bagian- bagian penting. Berdasarkan kerangka isi tersebut, didiskusikan isi materi berdasarkan urutan materi atau bagian penting, dan mengelaborasi secara singkat materi yang berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur. Dosen mendiskusikan rangkuman setiap bagian dari kerangka isi, selanjutnya memberikan kesempatan kepada mahasiswa melakukan pensintesisan atau merinci dan mendiskusikan rangkuman. Dosen menyampaikan materi yang akan dielaborasi kepada seluruh mahasiswa. Mahasiswa diberi kesempatan untuk melakukan pensintesan materi dengan cara menghubungkan antar bagian materi maupun hubungan bagian-bagian dengan kerangka isi. Hasil proses elaborasi yang berupa rangkuman didiskusikan kembali untuk melihat kemungkinan adanya perbaikan. Kelas dibagi menjadi 5 kelompok agar kegiatan elaborasi dapat melibatkan semua mahasiswa. Masing-masing kelompok mendiskusikan materi yang sama. Selama proses melaksanakan elaborasi, mahasiswa belum terbiasa untuk menanyakan kepada diri sendiri maupun kepada anggota kelompok sehingga mahasiswa masih belum terkondisikan untuk merefleksi diri. Pertanyaan antar anggota kelompok belum banyak dilontarkan maupun hasil presentasi yang ditampilkan belum dapat dikritisi secara tajam. Dosen mencoba untuk memberikan contoh cara mengkritisi dari hasil presentasi dan mahasiswa baru menyadari bahwa materi yang disampaikan dosen itu perlu dimasukkan sebagai hasil elaborasi. Hasil rincian dari elaborasi akan tertera pada sub-sub bagian yang saling berkaitan. Untuk mengarahkan agar keterkaitan antara bagian dapat dihubungkan secara benar, melalui cara yaitu membuat pertanyaan apakah antar bagian-bagian tersebut sudah sesuai atau layak untuk saling dihubungkan. Hasil kerja kelompok masih perlu dikaji secara individual sekiranya masih perlu diperbaiki atau ditambahkan kembali berdasarkan hasil pengkajian ulang. Hal ini dimaksud untuk melatih agar mahasiswa dapat mengkritisi secara tajam dari produk elaborasi yang telah dihasilkan. Menurut hasil pengamatan semua mahasiswa memperhatikan dengan serius tentang tampilan kerangka isi tersebut. Setelah kerangka isi ditampilkan dan selanjutnya mahasiswa melakukan diskusi dalam kelompok dan saling menanggapi isi IPA-8
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
materi setiap bagian-bagian kerangka isi. Mahasiswa diharapkan dapat mengelaborasi mengenai kedalaman materi yang dapat menemukan materi penting yang berupa fakta, konsep, prinsip atau prosedur yang menggambarkan kedalaman dan
keluasan
elaborasi. Pelaksanaannya diskusi kelompok dapat berjalan lancar namun ada beberapa anggota kelompok masih marasa sulit untuk menemukan kata penting maupun materi yang berupa fakta, konsep, prinsip maupun prosedur. Hal tersebut terlihat sulitnya membuat kesepakatan antar anggota kelompok. Dari beberapa kelompok yang sudah merasa cukup melaksanakan diskusi diberikan kesempatan untuk mempresentasikan hasilnya. Mahasiswa agar melakukan tahapan – tahapan elaborasi secara langkah demi langkah mengikuti struktur yang ada pada bagian-bagian kerangka isi. Semua mahasiswa telah melakukan tahapan-tahapan ini dengan baik. Sebelum bagian kerangka isi yang diselesaikan lebih dulu mahasiswa tidak mengerjakan isi bagian yang lain. Hasil dari penemuan materi penting maupun fakta, konsep, prinsip dan prosedur mahasiswa mendiskusikan penyusunan rangkuman. Rangkuman dan elaborasi akan tertuang dalam isi bagian kerangka isi. Masalah yang dijumpai dalam penyusunan rangkuman mahasiswa dijumpai kesulitan yaitu materi penting yang seharusnya ada dalam rangkuman tertinggal. Masih dijumpai pula kalimat yang disusun masih seperti teks aslinya. Dosen memberikan pengarahan agar mahasiswa mencoba untuk membuat kalimat sendiri yang memuat materi penting yang telah ditemukan dari teks. Setelah bagian kerangka isi berisikan rangkuman-rangkuman dari hasil elaborasi selanjutnya mahasiswa menghubungkan satu sama lain antar bagian-bagian dari kerangka isi. Pelaksanaan kegiatan ini nampaknya masih agak sulit karena mahasiswa harus mampu memahami isi bagian yang kemungkinan dapat dihubungkan. Mahasiswa harus melihat secara keseluruhan dari kerangka isi agar bagian satu dengan bagian lainnya dapat dihubungkan. Rangkuman berisikan pengertian singkat dan pesintesisan dalam elaborasi dapat menunjukkan hubungan penting yang ada antar bagian yang telah dielaborasi, begitu juga hubungan antar bagian-bagian yang telah dielaborasi dengan kerangka isi. Dosen memberikan pengarahan dan mendiskusikan kemungkinan-kemungkinan cara menghubungkan antar bagian-bagian dengan melakukan pertanyaan-pertanyaan. Langkah berikutnya setelah semua antar bagian dihubungkan dan telah tertuang secara keseluruhan dengan kerangka isi mahasiswa perlu mengkaji kembali hasil rangkuman untuk dikoreksi kembali serta keterakitan antar bagian telah menunjukkan IPA-9
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
secara logis dan secara internal maupun secara ekternal. Untuk melakukan kegiatan ini mahasiswa perlu benar-benar memahami apa yang mereka lakukan dan dapat menangkap isi dari keseluruhan kerangka isi. Berikut ini adalah aktivitas (perilaku) yang dilakukan mahasiswa dalam implementasi pembelajaran elaborasi: mahasiswa merasa belum maksimal melakukan elaborasi dan presentasi untuk menghubungkan antar bagian-bagian dengan kerangka isi. Mahasiswa nampak masih kesulitan untuk menghubungkan bagian-bagian dari kerangka isi yaitu untuk menghubungkan secara keseluruhan antar bagian-bagian Selain itu, mahasiswa juga belum secara maksimal mengkaji kembali rangkuman dan hasil elaborasi yang telah dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan bahwa hasil dari elaborasi masih perlu dikaji apakah ada kemungkinan ada penambahan atau pengurangan baik rangkuman singkat maupun antar kaitan dari rangkuman satu dengan yang lain. Pada pembelajaran elaborasi mahasiswa dikondisikan agar mencermati dan melakukan pengorganisasian isi pembelajaran. Melalui teks atau bahan kajian sumber referensi mahasiswa diharapkan dapat mengambil kesimpulan dengan langkah-langkah yang sistematis. Untuk itu mahasiswa seharusnya membaca secara kritis agar memiliki kemampuan untuk membuat keputusan dan menyelesaikan permasalahan. Berdasarkan pengamatan secara umum mahasiswa mampu manggali informasi dari berbagai sumber pustaka. Mahasiswa menggali dan mengkaji informasi melalui pengamatan langsung terhadap materi yang didiskusikan. Kegiatan menggali informasi melalui bertanya belum berjalan secara optimal hal ini ditandai dengan mahasiswa masih jarang menyampaikan pertanyaan-pertanyaan baik sesama teman maupun dengan dosen. Dosen mencoba untuk memotivasi mahasiswa dengan cara melontarkan masalah-masalah yang sedang dikaji. Melalui kegiatan ini mahasiswa diharapkan dapat memiliki kemampuan pertanyaan yang bermutu. Pertanyaan yang bermutu tidak mempunyai jawaban khusus. Artinya tidak ada jawaban yang benar atau salah atau tidak hanya satu jawaban yang benar. Dengan demikian mahasiswa dituntut untuk mencari jawaban sehingga menjadikan mereka untuk berpikir. Mahasiswa sebagian besar telah mampu mengolah informasi dari hasil bacaan, serta hasil dari pengamatan. Melalui kegiatan ini mahasiswa dapat meningkatkan daya analisis dapat menyelesaikan atau solusi terbaik dari permasalahan. Mahasiswa telah mampu membuat kesimpulan dari hasil yang dibacanya. Melalui peningkatan pengamatan akan memudahkan mahasiswa untuk berpikir kritis dapat secara verbal komentar yang ada dalam fikirannya dapat pula dalam bentuk hasil kesimpulan. Namun IPA-10
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
masih dijumpai hasil kesimpulan belum secara lengkap memuat materi penting yang seharusnya ada. Mahasiswa telah mencoba memecahkan masalah-masalah yang ada dalam pembelajaran. Hasil diskusi telah disusun dan
diwujudkan serta
didokumuntasikan secara baik. Mahasiswa menyadari bahwa kemampuan menggali dan menemukan menggali dan menemukan informasi melalui aktivitas bertanya belum optimal. Seorang pemikir kritis mampu mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menguji kebenaran dari suatu pernyataan. Selain itu mahasiswa menyadari juga bahwa kemampuan mengolah hasil pengamatan masih perlu ditingkatkan. Untuk menjadi pemikir yang cerdas perlu memiliki kemampuan untuk memperhatikan dan mengingat. Selain itu kita seharusnya menanyakan pada diri sendiri pertanyaan-pertanyaan yang bermanfaat tentang apa yang kita amati atau kita perhatikan. Hasil prestasi mahasiswa diperoleh melalui tugas-tugas portofolio setiap pertemuan dengan nilai mid semester. Hasil rata-rata dari nilai tugas portofolio merupakan hasil prestasi belajar, Berdasarkan analisis data hasil pengamatan, catatan lapangan, hasil pelaksanaan mahasiswa yang berupa perilaku aktivitas elaborasi, berpikir kritis dan hasil prestasi belajar pembelajaran menggunakan model elaborasi masih ada permasalahan yang yang muncul antara lain, (1) pada proses pelaksanaan elaborasi mahasiswa belum terbiasa bertanya pada diri sendiri; (2) belum terbiasa melontarkan pertanyaan antar anggota kelompok maupun ke kelompok lain; (3) masih dijumpai kesulitan menemukan materi penting; (4) membuat rangkuman dengan bahasa sendiri; (5) memahami isi antar bagian dari kerangka isi untuk saling dihubungkan; (6) menggali informasi melalui kegiatan bertanya; (7) mengembangkan pertanyaan yang bermutu untuk melatih untuk berpikir; dan (8) kemampuan mengolah hasil pengamatan atau memperhatikan dan mengingat. b. Siklus II Pada siklus II ada beberapa hal yang diperbaiki karena adanya kekurangankekurangan yang terjadi pada siklus I. Adapun perubahan yang akan dilakukan pada siklus II antara laian sebagai berikut : 1) Dosen memberikan teks kepada mahasiswa untuk membaca dengan kritis yaitu dengan cara : Membaca sekilas dari teks yang disajikan, menghubungkan teks dengan permasalahan yang relevan, membuat pertanyaan-pertanyaan tentang kandungan teks, merefleksikan kandungan teks yang berhubungan dengan pendapat masing-masing, membuat ringkasan/ rangkuman teks dengan menggunakan kata-kata sendiri dan membandingkan teks hasil yang dibaca IPA-11
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
dengan teks lain dalam hal persamaan atau perbedaan; 2) Dosen memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok agar anggota kelompok memberikan pertanyaan dan pertanyaan-pertanyaan tersebut supaya dijawab oleh kelompok yang lain; 3) Dosen memberikan saran agar hasil kesimpulan sementara dari elaborasi yang telah dihasilkan diamati dan dicermati dan mendapatkan saran atau kritik untuk menolong agar terjadi pemikiran alternatif sehingga dapat saling dihubungkan satu sama lain dan meningkatkan daya analisis; dan 4) Dosen memperhatikan dan lebih intensif memotivasi mahasiswa yang memperoleh prestasi yang rendah. Dosen menyajikan kerangka isi materi perkuliahan yang akan didiskusikan. Untuk bahan diskusi mahasiswa dibagi lembar materi yang harus dielaborasi. Dosen memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengamati dan membaca sekilas sebuah teks atau lembar materi sebelum membaca secara keseluruhan. Hal ini dilakukan agar mahasiswa dapat mengamati seberapa banyak materi yang akan dipahami. Selanjutnya mahasiswa diharapkan dapat menghubungkan teks dengan permasalahan yang ada didalam isi teks. Mahasiswa ketika membaca juga membuat pertanyaan-pertanyaan tentang isi kandungan teks tersebut. Hasil dari kajian atau hasil membaca yang telah diperoleh mahasiswa agar direfleksikan dengan pendapatnya. Selanjutnya dibuatlah rangkuman dari kandungan teks dengan menggunakan kata-kata sendiri. Dosen mengingatkan agar rangkuman yang yang dibuat jangan sampai kata-kata penting atau materi esensial tak tertinggal dalam rangkuman. Rangkuman diadakan evaluasi teks dari segi logika, dan kredibilitas maupun reliabilitasnya. Untuk itu hasil rangkuman/kesimpulan perlu dilakukan dengan cara membandingkan persamaan dan perbedaan dengan hasil karya/pekerjaan teman atau kelompok lainnya. Agar mahasiswa memiliki peningkatan kemampuan tentang mengajukan pertanyaan, mahasiswa diberikan kesempatan masing-masing kelompok untuk mengajukan pertanyaan dan kelompok lainnya menanggapi. Hal ini merupakan upaya untuk meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi. Bagi mahasiswa yang memperoleh prestasi rendah, dosen melakukan pemantauan dalam diskusi dan hasil tugas-tugas fortofolio agar mahasiwa yang bersangkutan dapat mengikuti dan aktif dalam melakukan elaborasi. Secara umum implementasi model pembelajaran elaborasi oleh dosen berjalan sesuai dengan perencanaan. Langkahlangkah yang dilaksanakan sesuai yang direncanakan dan tidak terjadi kendala dalam pelaksanaannya.
IPA-12
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
Pengamatan aktivitas mahasiswa dalam mengamati kerangka isi yang disampaikan dosen terjadi peningkatan hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan perhatian terhadap kerangka isi yang merupakan dasar untuk elaborasi selanjutnya. Setelah kerangka isi ditampilkan dosen mahasiswa segera mendiskusikan materi perkuliahan dan melakukan membaca isi materi secara sungguh-sungguh untuk menemukan kata-kata penting yang akan dijadikan rangkuman isi materi. Pelaksanaan diskusi pada siklus II ini berjalan lebih cepat dibandingkan pelaksanaan siklus I karena mahasiswa telah dapat menemukan materi penting tersebut. Banyak diskusi yang mendalam dalam menyusun rangkuman setiap isi bagian dari kerangka isi karena adanya perbedaan untuk menyusun kalimat dengan kata-kata sendiri.. Hal ini terjadi hasil penyusunan rangkuman harus disepakati semua anggota kelompok. Namun kegiatan ini dapat berjalan lancar karena kata-kata penting dari isi materi telah disepakati anggota kelompok. Selanjutnya mahasiswa membuat atau menjabarkan bagian- bagian dari kerangka isi yang sesuai dengan kerangka isi yang telah disampaikan oleh dosen sesuai dengan isi materi teks yang telah dibagikan. Hasil dari elaborasi dari isi teks yang telah disusun dalam bentuk peta konsep direfleksi oleh masing-masing anggota kelompok untuk melihat kembali isi rangkuman, hubungan antar bagian dan materi-materi penting yang seharusnya termuat dalam rangkuman. Pelaksanaan kegiatan ini memerlukan ketajaman pengamatan dan berpikir kritis untuk mengetahui kekurangnnya. Kegiatan selanjutnya adalah mempresentasikan hasil elaborasi untuk mendapatkan masukan saran maupun kritikan. Hasil presentasi yang telah mendapatkan saran dan masukan diadakan perbaikan kembali. Pelaksananaan elaborasi dalam siklus II ini berjalan lancar karena dosen telah melakukan perbaikan dalam pelaksanaan tindakan dari hasil refleksi siklus I. Model pembelajaran elaborasi memberikan arahan agar mahasiswa dapat membaca teks dengan cermat. Mencermati bacaan adalah bagaimana cara membaca dengan kritis. Pelaksanaan tugas dalam membaca, dosen memberikan arahan agar langkah-langkah membaca dapat dilakukan mahasiswa secara bertahap. Tahapan tersebut sampai menemukan perbedaan atau persaman yang mereka hasilkan dari membaca. Pelaksanaan diskusi kelompok ditingkatkan agar mahasiswa saling berpendapat untuk menemukan solusi suatu permasalahan sesuai tugas yang diberikan dosen. Hal tersebut merupakan upaya untuk meningkatkan daya analisis mahasiswa. Selain itu, dosen juga memberikan arahan agar mahasiswa memgembangkan
IPA-13
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
kemampuan mengamati agar apa yang diamati dapat menyebutkan kelebihan maupun kekurangannya. Pada siklus II mahasiswa sudah merasa terbiasa melakukan tahapan elaborasi sehingga aktivitas mahasiswa telah berjalan lebih baik dan kondusif. Kegiatan membaca sambil bertanya mulai dikembangkan serta merefleksi diri dari hasil menyelesaikan masalah telah banyak dilakukan. Penyusunan rangkuman hasil elaborasi telah dilakukan dengan cermat sebagai kegiatan refleksi diri. Hubungan antar bagian yang ada dalam kerangka isi dan uraian pengembangan terlihat lebih baik dan tersusun logis. Aktivitas dosen pada siklus II mengoptimalkan pada fasilitasi dan bimbingan teknis dalam melakukan tahapan-tahapan elaborasi. Mahasiswa melakukan semua tahapan-tahapan kegiatan elaborasi sesuai langkah yang dianjurkan. Pelaksanaan tahapan-tahapan elaborasi telah berjalan sesuai yang diharapkan. Pengorganisasian melalui model pembelajaran elaborasi pada siklus II telah berjalan lancar. Melalui teks yang akan dikaji mahasiswa telah dilakukan membaca dengan kritis mencermati materi penting yang ada dalam teks. Pengkajian disertai dengan pertanyaan yang didiskusikan dengan anggota kelompok. Melalui kelompok mahasiswa berpikir secara kritis dengan harapan setiap anggota kelompok akan memiliki sesuatu pendapat kemudian pendapat tersebut akan mendapatkan pengakuan dari anggota lain karena memiliki penafsiran yang serupa. Sebaliknya setiap anggota menyadari pula bahwa masih ada orang lain yang kurang jelas atau berbeda pendapat. Dengan mengetahui bahwa hal tersebut adalah hal yang wajar dan biasa, maka yang mereka lakukan mengikuti cara berpikir kritis. Beberapa kegiatan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis yang dilakukan oleh mahasiswa antara lain membaca dengan kritis, meningkatkan daya analisis dengan membuat kesimpulan sementara dan orang lain mengkritisi, dan mengembangkan kemampuan pengamatan sehingga mampu membedakan kelebihan atau kekurangan. Mahasiswa melatih diri untuk mengoptimalkan pemakaian indera sehingga dapat mengungkapkan secara verbal komentar yang ada pada pikirannya. Hasil analisis data mengenai aktivitas keterampilan berpikir kritis pada siklus II terdapat kecenderungan meningkat. Hasil analisis data mengenai prestasi belajar mahasiswa menunjukkan ada peningkatan untuk siklus I adalah 68,3 dan hasil prestasi belajar mahasiswa untuk siklus II adalah 80,7. Hal ini dapat diartikan pembelajaran model elaborasi memberikan kecenderungan meningkatkan prestasi belajar mahasiswa.
IPA-14
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
Pelaksanaan pembelajaran elaborasi pada dasaranya memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pengorganisasian isi materi perkuliahan. Tahapantahapan yang dilakukan oleh mahasiswa memperhatikan kerangka isi yang disampaikan dosen. Pada tahapan ini merupakan tahap awal dari suatu materi yang akan dielaborasi. Tahapan berikutnya adalah mendiskusikannya dan menanggapi isi materi setiap bagian. Langkah ini perlu diperhatikan oleh mahasiswa karena mahasiswa harus menjabarkan kerangka isi menjadi lebih rinci dan ada kaitan dari kerangka isi awal. Dari bagian-bagian kerangka isi ini diadakan elaborasi sampai menemukan rangkuman dan hubungan logis dari kerangka isi. Kegiatan ini banyak dijumpai kesulitan karena dalam mengelaborasi selain substansi isi harus benar dan harus dikaitkan dengan bagian kerangka isi lainnya. Hasil dari elaborasi ditanggapi oleh setiap mahasiswa. Kegiatan ini dapat berjalan lancar apabila mahasiswa mampu menangkap isi materi yang ada dalam teks. Hasil elaborasi dipresentasikan untuk mengetahui rangkuman hasil elaborasi dan hubungan bagian-bagian dari kerangka isi. Ketajaman mengamati bagian-bagian dari kerangka isi dapat menunjukkan apakah hubungan antar bagian tersebut logis dan mengacu pada kerangka isi awal. Dari kegiatan tahapan-tahapan ini diharapkan menumbuhkan budaya refeksi diri terhadap hasil yang telah diselesaikan. Berpikir kritis merupakan cara berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang dipercayai atau dilakukan. Belajar berpikir secara kritis merupakan tugas yang tidak ringan. Karena dengan berpikir kritis sebenarnya dapat mempertahankan dirinya melakukan tugas secara termotivasi yang bersifat ekstrinsik maupun intrisik dan suatu kemajuan akan tercapai apabila melalui berpikir secara kritis. Berpikir kritis dapat dibiasakan melalui cara meningkatkan rasa ingin tahu serta kemampuan bertanya dan refleksi. Kegiatan ini akan berjalan secara baik bila suasana kelas dikondisikan untuk merangsang terjadinya soal-jawab. Mahasiswa harus mampu bertanya dan diberi pertanyaan serta diberi waktu yang cukup untuk mencari jawabannya. Untuk membuat mahasiswa dapat berpikir kritis dapat melalui pengamatan terhadap suatu model dalam berpikir kritis. Dengan mengamati suatu model kita dapat membantu diri mahasiswa membayangkan, menjelaskan dan melaksanakan tingkah laku yang akan dilakukan. Orang yang dianggap model dalam berpikir kritis menunjukkan sifat mampu menjelaskan alasan tindakan dengan jelas sehingga dapat dipahami oleh orang yang mengamatinya. Bertanggung jawab dan mengakui IPA-15
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
kekurangan, atau keberhasilan yang dilakukan. Hal ini dapat dikondisikan dalam kelas dalam presentasi hasil penyelesaian tugas dengan cara memberikan kesempatan agar mahasiswa memberikan saran pendapat serta kritik sesuai apa yang dipikirkan. Adapun pelaksanaan aktivitas mahasiswa dalam keterampilan berpikir kritis pada pelaksanaan model pembelajaran elaborasi pada siklus I dan II dapat dilihat pada tabel dan grafik sebagai berikut. Tabel 1. Pelaksanaan Aktivitas Mahasiswa dalam Keterampilan Kritis Pada Siklus I dan Siklus II
No 1 2
3
Aspek Kecakapan menggali dan menemukan informasi Kecakapan mengolah informasi dan mengambil hasil bacaan dan kesimpulan yang berhubungan dengan informasi yang diberikan Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif
84.43
90
75.53
80
Persentase
70
Siklus I
Siklus II
67, 5%
84,43%
75,53%
79,06%
72 %
80,7%
80.7
79.06
67.5
72
60 50 40
I
30
II
20 10
0
KECAKAPAN MENGGALI DAN MENEMUKAN KECAKAPAN MENGOLAH INFORMASI INFORMASI
DAN MENGAMBIL HASIL BACAAN DAN KESIMPULAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN INFORMASI YANG DIBERIKAN
KECAKAPAN MEMECAHKAN MASALAH
SECARA
KREATIF
Aspek Berpikir Kritis
Gambar 1. Grafik Pelaksanaan Aktivitas Mahasiswa dalam Keterampilan Kritis Pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa terjadi peningkatan berpikir kritis mahasiswa pada siklus II. Hal tersebut berarti dengan menggunakan model pembelajaran elaborasi, kemampuan mahasiswa dalam berpikir kritis yaitu kecakapan menggali dan menemukan informasi, kecakapan mengolah informasi dan mengambil
IPA-16
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
hasil bacaan dan kesimpulan yang berhubungan dengan informasi yang diberikan serta kecakapan memecahkan masalah secara kreatif semakin meningkat. Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan suatu aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Peningkatan prestasi belajar mahasiswa dapat dilihat pada grafik berikut ini. 100 90 80 70 60 Siklus I
50
Siklus II
40 30
20 10 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25
Gambar 2. Grafik Peningkatan Rata-Rata Prestasi Belajar Mahasiswa Pada Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh prestasi belajar mahasiswa meningkat dari rata-rata kelas siklus I adalah 68,3 menjadi rata-rata kelas sebesar 80,7 pada siklus II. Hal tersebut menunjukkan bahwa pelaksanaan elaborasi dan peningkatan keterampilan berpikir kritis melalui penelitian tindakan kelas ini menimbulkan kecenderungan kenaikan prestasi belajar mahasiswa. PENUTUP Pelaksanaan pembelajaran elaborasi memberikan suasana yang interaktif antar mahasiswa dalam upaya menyelesaikan tugas-tugas yang seharusnya diselesaikan. Mahasiswa mampu melakukan pengorganisasian isi pembelajaran yang dimuat dalam bentuk hubungan antar bagian dari kerangka isi dan membentuk peta konsep. Penelitian ini menghasilkan peningkatan aktivitas mahasiswa dalam keterampilan berpikir kritis: 1).aspek kecakapan .menggali dan menemukan informas rata-rata siklus I adalah 67,5 % dan siklus II adalah 84,43 %; 2) Kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan yang berhubungan dengan informasi yang diberikan rata-rata siklus I adalah 75,53 % dan
IPA-17
Prosiding Seminar Nasional Pendidikan IPA V Prodi Pendidikan IPA FMIPA, Universitas Negeri Yogyakarta, 12 Oktober 2013
siklus II adalah 79,06 %; 3) Kecakapan memecahkan masalah secara kreatif rata-rata siklus I adalah 72 % dan siklus II adalah 77,95%.. Pembelajaran elaborasi juga mampu meningkatkan prestasi belajar mahasiswa rata-rata dari siklus I adalah 68,3 dan rata-rata siklus II adalah 80,7. Pembelajaran elaborasi mampu meningkatkan berpikir kritis sehingga berdampak pada peningkatan prestasi belajar.
DAFTAR PUSTAKA Bassham, G., Irwin, W., Nardone, H, and Wallace, J. M. 2008. Critical Thinking A student’s Introduction, Boston: McGraw-Hill. Cece Wijaya. 2010. Pendidikan Remidial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Collete, Alfrette T. And Chiapetta, Eugene L. 1994. Science Instruction in The Midlle and Secondary School 3nd Ed. New York: Macmillan Publishing Company. Djaali dan Pudji Muljono. 2007. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. Jakarta: PT Grasindo. Elaine B. Johnson. 2011. CTL Menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar Mengasyikkan dan Bermakna. Bandung: Kaifa. Femi Olivia. 2011. Tools For Study Skills Teknik Ujian Efektif. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Gagne, Robert M. 1977. The condition of learning. Montreal: Holt, Rinehart and Winston Hasibuan, J.J., & Moedjiono. (2004). Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosdakarya. Made Wena. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara. Muhammad Nur. 2011. Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional Universitas Negeri Surabaya. Nasution. 2005. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Nuryani R. 2005. Strategi belajar mengajar biologi. Malang: Penerbit Universitas Negeri Malang. Richard I. Arends. 2008. Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar.Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sapriya. 2011. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Rosdakarya Offset. Sri Habsari. 2005. Bimbingan dan Konseling SMA Untuk Kelas XI. Jakarta: PT. Grasindo. Trianto. 2007. Model pembelajaran terpadu dalam teori dan praktek. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. Zaleha Izhab Hassoubah. 2004. Developing Creative and Critical Thinking Skill Cara Berpikir Kreatif dan Kritis. Bandung: Penerbit Nuansa.
IPA-18