perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH (Studi Tentang Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Massa Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih Di Kalangan Marginal Dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012)
Oleh : Natana El Andi Kurniawan D0208086
SKRIPSI Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN MOTTO
"Verba volant, scripta manent" (Spoken words fly away, but what is written will remain)
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk Mama dan Papa, Untuk harapan dan kenangan, Untuk masa depan yang cerah, Untuk mimpi yang sempurna dan masa lalu tern ggal.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas anugerah dan berkatnya yang melimpah serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Komunikasi dan Keputusan Memilih (Studi Tentang Bagaimana Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Massa Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih di Kalangan Marginal Dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012). Alasan Penulis mengambil tema penelitian ini adalah minat penulis terhadap kajian politik, terutama pemilu. Minat tersebut kemudian penulis hubungan dengan ilmu komunikasi yang menjadi dasar pendidikan penulis. Penulis kemudian melihat fenomena Pemilukada DKI 2012 menarik untuk dikaji dari sudut khalayak sehingga penulis implementasikan dalam penelitian ini. Fokus penelitian ini adalah studi efek / pengaruh komunikasi terhadap keputusan memilih yang diambil khalayak, yang pada penelitian ini dikhususkan kepada masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Penyusunan skripsi ini tidak akan berjalan baik tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak. Dengan segenap kerendahan hati, Penulis mengucapkan terima kasih kepada Tuhan Yesus atas anugerahnya, terutama dalam memberikan petunjuk dan perlindungan dalam menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga Penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan, perhatian, motivasi, dan bimbingan selama masa penulisan skripsi ini.
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Penulis mengucapkan terima kasih terkhusus kepada Prof. Drs. Pawito, Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta; selaku Pembimbing Akademik yang sudah membimbing penulis selama menempuh pendidikan di Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret; selaku Dosen Pembimbing Skripsi penulis yang dengan penuh kesabaran meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan masukan dalam penulisan skripsi ini, serta berbagi pengalaman dan pelajaran hidup yang berharga bagi Penulis di sela-sela bimbingan. Terima kasih juga Penulis ucapkan kepada Dr. Prahastiwi Utari, Ph.D selaku Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan Ibu Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si selalu Sekretaris Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih kepada keluarga penulis yang tak henti-henti memberikan dukungan moril dan material kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Komunikasi 2008, Magic Production, Lollipop Event Organizer, dan Mix Advertising atas kerja sama dan kebersamaan selama masa perkuliahan yang akan menjadi kenangan yang indah bagi penulis. Penulis juga mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada mereka yang membantu penelitian ini, informan yang meluangkan waktunya untuk menjadi narasumber, Koh Agus yang telah membantu akomodasi Penulis
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
selama melakukan penelitian di Jakarta, serta orang-orang lain yang penulis tidak bisa sebutkan satu persatu. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan penelitian ini, namun pasti masih ada kekurangan dalam penelitian ini. Penulis berharap masukan, kritik dan saran demi kemajuan penulis sendiri. Akhirnya, penulis berdoa supaya skripsi ini dapat bermanfaat bagi orang yang membacanya. Terima Kasih.
Surakarta, 5 Desember 2012
Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
i
HALAMAN PERSETUJUAN
ii
HALAMAN PERNYATAAN
iii
HALAMAN PENGESAHAN
iv
HALAMAN MOTTO
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
vi
KATA PENGANTAR
vii
DAFTAR ISI
x
DAFTAR GAMBAR
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
ABSTRAK
xv
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
7
C. Tujuan Penelitian
7
D. Manfaat Penelitian
7
E. Kerangka Berpikir
8
F. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi
9
2. Komunikasi Interpersonal
12
3. Komunikasi Massa
14
4. Peran Media Massa dalam Pemilu
19
5. Masyarakat Marginal
22
6. Perilaku Memilih
26
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Metode Penelitian
31
2. Lokasi Penelitian
32
3. Jenis Data
32
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Teknik Pengumpulan Data
32
5. Teknik Sampling
36
6. Teknik Analisis Data
37
7. Validitas Data
40
BAB II : DESKRIPSI LOKASI A. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 1. Sejarah
41
2. Geografis
43
3. Administrasi
45
4. Potensi dan Permasalahan
47
B. Pemilukada DKI Jakarta 2012 1. Daftar Pemilih Tetap (DPT)
50
2. Kandidat
52
3. Penyelenggaraan
57
BAB III : KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH A. Komunikasi dan Keputusan Memilih Masyarakat Marginal Pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 1. Komunikasi Interpersonal
64
2. Komunikasi Massa
75
B. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat Marginal pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 1. Partisipasi Politik
91
2. Perilaku Pemilih
97
C. Referensi Memilih Masyarakat Marginal di Pemilukada DKI Jakarta 2012
111
BAB IV : PENUTUP A. Kesimpulan 1. Komunikasi dan Keputusan Memilih Masyarakat Marginal Pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
126
2. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat Marginal pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012
commit to user xi
127
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Referensi Memilih Masyarakat Marginal di Pemilukada DKI Jakarta 2012
B. Saran
128
129
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Kerangka Pemikiran Penelitian
10
Gambar 1.2
Komponen Analisis Data Model Interaktif -- 39
Gambar 2.1
Peta Administratif DKI Jakarta -- 44
Gambar 2.2
Pasangan Calon Fauzi Bowo
Gambar 2.3
Pasangan Calon Hendardji Soepandji
Gambar 2.4
Pasangan Calon Joko Widodo
Gambar 2.5
Pasangan Calon Hidayat Nur Wahid
Gambar 2.6
Pasangan Calon Faisal Basri
Gambar 2.7
Pasangan Calon Alex Noerdin
Gambar 2.8
Suasana Hari Pemungutan Suara Putaran Kedua Kamis, 20
Nachrowi Ramli -- 54 Ahmad Riza Patria -- 54
Basuki Tjahaja Purnama -- 55 Didik. J. Rachbini -- 56
Biem Benyamin -- 56 Nono Sampono -- 57
September 2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara -- 59 Gambar 2.9
Suasana Penghitungan Suara Putaran Kedua Kamis, 20 September 2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara -- 59
Gambar 3.1
TV Commerci
Gambar 3.2
TV Commercia
-- 78 -
Gambar 3.3
-- 79
-- 80
Gambar 3.4
Cuplikan
-- 81
Gambar 3.5
TV Commercial Hidayat Nur Wahid
Gambar 3.6
TV Commercial Alex Noerdin
Gambar 3.7
Debat Pemilukada DKI Jakarta 14 September 2012 -- 83
Gambar 3.8
Debat Pemilukada DKI Jakarta 16 September 2012 -- 84
Gambar 3.9
Pemberitaan Media Televisi Mengenai Pemilukada DKI Jakarta
Nono Sampono -- 82
2012 - 87
commit to user xiii
Didik J. Rachbini -- 82
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Daftar Informan Penelitian -- 37
Tabel 2.1
Pembagian Administratif DKI Jakarta -- 45
Tabel 2.2
Daftar Pemilih Tetap Pemilukada DKI Jakarta Putaran I -- 50
Tabel 2.3
Daftar Pemilih Tetap Pemilukada DKI Jakarta Putaran II -- 51
Tabel 2.4
Daftar Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012 -- 53
Tabel 2.5
Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran Pertama -- 60
Tabel 2.6
Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran Kedua
Tabel 3.1
60
Gambaran Perilaku Memilih Masyarakat Marginal DKI Jakarta dalam Pemilukada tahun 2012 -- 69
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK NATANA EL ANDI KURNIAWAN, D0208086, KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH (Studi Tentang Bagaimana Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Massa Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih Di Kalangan Marginal Dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012), Skripsi, Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2012. Komunikasi merupakan ciri khas manusia sebagai makhluk sosial. Manusia menggunakan komunikasi dalam setiap aspek kehidupannya, termasuk dalam partisipasi politik seseorang pasti ada proses komunikasi yang terjadi sebelumnya. Proses Komunikasi juga berperan dalam keputusan memilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Pengaruh / Efek yang timbul dari komunikasi itu sendiri dapat dilihat dari perilaku pemilih pada saat hari pemungutan suara. Berdasarkan uraian diatas, permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana kecenderungan perilaku pemilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012, dan sejauh mana proses komunikasi dapat mempengaruhi keputusan memilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Metode yang paling tepat untuk menjawab permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan metode studi kasus karena fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer yang terjadi hanya sekali. Sementara pengumpulan data menggunakan metode wawancara mendalam, observasi, dan studi literatur yang terkait dengan tema penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yakni memilih sejumlah informan yang memenuhi syarat, sementara validitas data diuji melalui teknik triangulasi sumber (data) dan analisa menggunakan model interaktif Miles dan Huberman. Temuan pada penelitian ini menunjukkan bahwa proses komunikasi, baik interpersonal maupun massa berpengaruh dalam menentukan keputusan memilih masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Namun pengaruh yang dihasilkan berbeda-beda pada setiap individu dan memiliki pola yang berbedabeda. Komunikasi Interpersonal merupakan proses komunikasi yang paling efektif dalam mempengaruhi keputusan memilih tergantung pada tipe pemilih itu sendiri. Sementara Kampanye publik yang menghabiskan banyak uang terbukti tidak efektif dan Media Massa punya pengaruh pada keputusan memilih walaupun dalam kadar yang terbatas.
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
NATANA EL ANDI KURNIAWAN, D0208086, COMMUNICATION AND VOTING DECISION (Study about Interpersonal Communication and Mass Governor Election 2012), Thesis, Communications Science Majors, Social and Political Science Faculty, Sebelas Maret University, 2012 Communication is characteristic of humans as social beings. People use communication in every aspect of life, including on political participation. Despite of that it must be there is communication occurred during or earlier. Then, Communication also plays a role in the decision that marginal society vote for, on communication could be seen on voting behavior when the Election Day comes. Based on description above, problems that would be focus on this research could influence marginal society to decide who will they vote for. The most ideal method to answer these problems is case study methods because the research is focused to contemporary phenomenon that could be only happen once. Collecting data using in-depth interviews, observations, and literature related to the research. This research used purposive sampling which means choosing qualified informant as many as needed, while data validity is tested by data triangulation, and then analysis using Interactive Model of Miles and Huberman. This research found that the process of communication, both of interpersonal communication and mass communication have affected on decide to vote by marginal society on DKI Jakarta Governor Election 2012. However, the effect that may happen doing different on each person and have different pattern so. Interpersonal Communication is the most effective in influencing the vote decision, but also depends on their type of voter. While Public Campaign that spends more money that anything else may the most ineffective to influence people, and the Mass Media is proved can make effect on vote decisions even though not as effective as Interpersonal Communication could do.
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini media massa telah mengubah kehidupan sosial masyarakat. Informasi yang diberikan media massa mampu mengubah opini publik mengenai fakta yang ada. Media massa juga berperan dalam Pemilu, menyebarkan informasi kepada khalayak baik berupa pemberitaan dan juga iklan politik. Dewasa ini media massa telah menjadi referensi khalayak untuk bertindak dalam pemilu. Padahal jenis komunikasi yang paling efektif adalah komunikasi interpersonal. Komunikasi interpersonal dianggap mampu memberikan pesan persuasif yang mampu mengubah perilaku seseorang. Pada tahun 2012 ini, DKI Jakarta menyelenggarakan Pemilukada untuk memilih gubernur dan wakil gubernur yang baru. Fauzi Bowo maju sebagai incumbent
namun memilih wakil yang berbeda dengan menggandeng tokoh
Betawi lainnya Nachrowi Ramli. Sementara itu perubahan dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 2007 juga memungkinkan calon non-partai atau lebih dikenal dengan calon independen untuk maju sebagai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Pemilukada DKI Jakarta 2012 berlangsung dalam dua periode setelah pada periode pertama yang diselenggarakan pada Rabu, 11 Juli 2012 tidak ada satupun pasangan calon yang memenuhi syarat 50+1, maka ditetapkan dua pasangan calon
commit1to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
teratas untuk mengikuti pemilukada putaran kedua yang diselenggarakan pada Kamis, 20 September 2012. Pada putaran pertama, pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama berhasil mengungguli lima pasangan lainnya termasuk pasangan incumbent Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Hasil ini bertolak belakang dengan hasil survey beberapa lembaga survey yang dilakukan sebelum Pemilukada. Pada survei-survei tersebut pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli diunggulkan diatas lima pasangan calon lainnya. Pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 putaran pertama ini juga terdapat fakta menarik, yaitu keberhasilan pasangan calon independen Faisal Basri dan Biem Benyamin, untuk mengungguli pasangan calon yang diusung oleh banyak partai, Alex Noerdin dan Nono Sampono. Fenomena ini menarik karena dalam pemilukada, calon independen hanya dianggap sebagai pelengkap, karena tidak memiliki modal politik yang kuat seperti halnya calon yang berasal dari partai. Bahkan ada anggapan yang menyatakan bahwa calon independen tidak mungkin menang untuk melawan calon dari partai karena tidak punya uang untuk membeli massa. Lain halnya dengan pasangan calon Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini yang diusung Partai Keadilan Sejahtera yang notabene mempunyai basis massa yang kuat di Jakarta. Pasangan ini ternyata tidak mendapat suara yang signifikan dan hanya mampu berada di posisi 3, dibawah pasangan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama dan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli.
commit2to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada putaran kedua, terjadi komunikasi politik yang intens antara pasangan calon yang lolos dengan pasangan calon yang tidak lolos bersama partai yang mendukungnya. Hasilnya, pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli berhasil mendapat dukungan dari hampir semua calon, kecuali pasangan calon independen Faisal Basri dan Biem Benjamin yang tidak menyatakan sikap untuk mendukung siapapun, dan pasangan calon Hendardji Soepandji dan Riza Patria yang memilih untuk mendukung Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama, walaupun suaranya tidak signifikan bila dibandingkan suara dari calon lainnya. Hal ini mengubah pemetaan persaingan antara kedua calon yang lolos, dimana pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli diunggulkan karena mempunyai dukungan mayoritas partai, sama seperti Pemilukada DKI Jakarta tahun 2007 yang lalu. Namun dalam beberapa hasil survei yang dirilis sebelum Pemilukada putaran kedua, masih menunjukkan bahwa pasangan calon Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama masih unggul tipis dibanding kandidat lainnya Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Kampanye yang berlangsung pada putaran kedua juga berlangsung panas dan cenderung ke arah yang negatif. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sempat memeriksa Rhoma Irama terkait dakwahnya yang bersifat SARA terhadap calon wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama. Fakta lain juga menunjukkan bahwa sering terjadi black campaign untuk menyerang pasangan calon. Pada putaran kedua yang diselenggarakan pada 20 September 2012, hasil survey sebelumnya terbukti setelah pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama mengungguli pasangan Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli. Namun jika
commit3to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dilihat dari perolehan suara, terlihat bahwa penambahan perolehan suara lebih banyak didapatkan pasangan calon Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli yang naik dari 34,05% menjadi 46,18%, dibandingkan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama yang hanya naik dari 42,60% menjadi 53,82%. Terpilihnya pasangan calon Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama menimbulkan banyak fenomena menarik dalam Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 dimana pasangan incumbent kalah dalam dua putaran. Hasil yang juga berbanding terbalik dengan hasil survei yang dirilis oleh berbagai lembaga survei yang terpercaya. Fenomena yang menarik juga dapat dilihat dari unggulnya pasangan calon independen Faisal Basri
Biem Benjamin atas pasangan calon
yang didukung oleh banyak partai, Alex Noerdin-Nono Sampono. Fenomena ini menarik karena pasangan calon independen biasanya tidak popular di Masyarakat masyarakat. Pasangan calon Faisal Basri-Biem Benjamin menggunakan media kampanye sosial media yang murah, dibantu oleh volunteer yang mempunyai sasaran Masyarakat menengah. Hal ini terbukti berhasil menggaet suara sebanyak 4,87%, yang oleh Faisal Basri disebut kemenangan mereka mampu mendapatkan suara sebanyak itu. Strategi kampanye ini memang berhasil menggaet Masyarakat menengah, namun dianggap belum efektif karena sebagian besar masyarakat Jakarta adalah Masyarakat marginal yang tidak mengenal sosial media dan sebagainya. Namun keberhasilan Faisal Basri dan Biem Benjamin untuk mendapatkan suara 4,87% dianggap sebagai awal yang baik dimana Masyarakat menengah yang sebelumnya acuh terhadap pemilu dan pemilukada, pada pemilukada kali ini lebih aktif untuk menggunakan hak suaranya.
commit4to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kemenangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama juga berarti terjadi perubahan arah perilaku pemilih yang memilih bukan berdasarkan partai yang mengusungnya. Pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama hanya diusung dua partai (PDIP dan Gerindra) yang bahkan tidak punya banyak kursi di DPRD. Sementara pasangan calon Hidayat Nur Wahid dan Didik J. Rachbini yang didukung oleh Partai Keadilan Sejahtera yang mempunyai basis massa yang kuat di DKI Jakarta justru perolehan suaranya tidak signifikan. Sementara pada putaran kedua, pasangan calon Fauzi Bowo dan Nachrowi Ramli yang didukung oleh mayoritas partai juga akhirnya harus kalah dari pasangan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama yang tidak memperoleh tambahan dukungan yang signifikan. Fenomena ini membuktikan bahwa politik partai sudah tidak relevan lagi di Indonesia. Pemilukada yang berlangsung dalam dua periode juga berdampak p ada adanya swing voters, yaitu pemilih yang mengubah pilihannya dari pemilukada putaran pertama ke putaran kedua. Oleh beberapa pakar komunikasi politik, swing voters dianggap berpengaruh pada perolehan suara pasangan calon. Fenomena menarik dalam pemilukada ini adalah bagaimana media massa secara intens memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pasangan calon yang akan bertarung. Baik buruknya pemberitaan media massa berpengaruh pada kredibilitas pasangan calon tersebut, dan bahkan bisa mempengaruhi pilihan pemilih. Dalam konteks Pemilukada DKI Jakarta, media massa berperan sangat aktif baik dalam pemberitaan maupun iklan politik. Hal ini memudahkan calon pemilih untuk mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya mengenai
commit5to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pasangan calon. Keaktifan media massa bisa dilihat dari naiknya pencitraan Joko Widodo karena pemberitaan media massa yang cenderung positif mengenai dirinya. Sementara itu komunikasi interpersonal masih menjadi ujung tombak perubahan perilaku seseorang termasuk dalam menentukan pilihan pada pemilukada DKI Jakarta 2012. Pesan yang disampaikan oleh orang terdekat lebih dipercayai, dan karena dalam komunikasi interpersonal, seseorang tidak hanya mengirim pesan melainkan juga menerima pesan. Hal ini mempermudah pertukaran makna yang mampu berpengaruh terhadap perilaku seseorang termasuk dalam menentukan keputusan memilih. Dari fenomena-fenomena yang terjadi pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012, kemudian timbul pertanyaan, bagaimanakah keputusan untuk memilih diambil oleh para pemilih yang berasal dari Masyarakat marginal? Berpijak pada pertanyaan tersebut, maka penulis memilih judul KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH: Studi Tentang Komunikasi Interpersonal dan Komunikasi Massa Berpengaruh Terhadap Keputusan Memilih Di Masyarakat Marginal Dalam Pemilihan Kepala Daerah DKI Jakarta 2012 sebagai judul penelitian ini.
commit6to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang tersebut, penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana proses komunikasi interpersonal dan media massa dalam mempengaruhi keputusan memilih masyarakat dalam pemilukada DKI Jakarta 2012? 2. Bagaimanakah partisipasi politik dan perilaku memilih masyarakat pada pemilukada DKI Jakarta 2012? 3. Bagaimana referensi dan informasi diperoleh masyarakat dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk memperoleh gambaran proses komunikasi interpersonal dan media massa
dalam
mempengaruhi
keputusan
memilih
masyarakat
dalam
pemilukada DKI Jakarta 2012 2. Untuk memperoleh gambaran partisipasi politik dan perilaku memilih masyarakat dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 3. Untuk memperoleh gambaran referensi dan informasi yang diperoleh masyarakat dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dibuat dengan harapan dapat memberikan manfaat yang meliputi:
commit7to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Manfaat Akademis a. Penelitian ini dianggap dapat menambah dan melengkapi kajian tentang pemilukada, sekaligus menjadi pembelajaran bagi peneliti dalam mengaplikasikan teori komunikasi. b. Penelitian ini dapat membuka cakrawala baru mengenai pola pengaruh komunikasi interpersonal dan massa dalam membentuk perilaku memilih pada khususnya 2. Manfaat Praktis a. Sebagai salah satu prasyarat untuk memenuhi gelar sarjana Ilmu Komunikasi b. Sebagai sarana pengembangan ilmu bagi penulis secara pribadi c. Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi masyarakat mengenai perilaku pemilih dalam pemilu. E. Kerangka Berpikir Keputusan seorang pemilih untuk memilih dalam Pemilu didasari oleh beberapa hal yang bisa dijadikan referensi seperti informasi dari media massa, kesamaan antara calon dan pemilih, dan juga pengaruh dari orang dekat pemilih. Dalam keputusan yang diambil oleh pemilih, didasari proses komunikasi yang terjadi sebelumnya. Dalam hal ini berarti keputusan memilih adalah sebuah efek yang dihasilkan sebuah proses komunikasi. Penelitian ini akan membuktikan sejauh mana efek / pengaruh yang dihasilkan proses komunikasi dalam keputusan memilih yang diambil oleh masyarakat marginal pada Pemilukada DKI Jakarta 2012.
commit8to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Adapun kerangka pemikiran proses komunikasi yang berdampak pada pengambilan keputusan dapat digambarkan sebagai berikut: Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Penelitian
F. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Definisi komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung makna yang sama oleh seseorang kepada orang lain, baik agar mengerti maupun agar berubah tingkah lakunya. Model Komunikasi terdiri dari empat unsur utama yaitu sumber (the source), pesan (the message), saluran (the channel) dan penerima (the receiver). Singkatnya proses komunikasi adalah ketika sumber menyampaikan pesan
commit9to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melalui saluran kepada penerima pesan, kemudian muncul efek (effect) dan umpan balik (feedback). Communication is the transmission ofmeaning from one person to another or to many people, whether verbally or non-verbally. Communication from one person to another is commonly depicted as a simple triangle consisting of the context, the sender, the massage, and the receiver (Barrett, 2006: 386) Sementara itu Harold D. Laswell menunjukkan komunikasi dengan .
Definisi yang disampaikan oleh Schramm dan Laswell mempunyai kesamaan, yaitu menekankan pada efek yang terjadi pada proses komunikasi. Dari definisi tersebut juga dapat dimengerti bila saluran dapat mempengaruhi efek yang terjadi dalam proses komunikasi. Komunikasi selalu mengandung tujuan tertentu entah itu hanya untuk menginformasikan, mengubah persepsi, opini, dan perilaku. Sejumlah hambatan dapat memperlambat atau mengacaukan proses komunikasi,
antara lain: Penyaringan,
dimana
orang
cenderung
hanya
menyampaikan pesan yang ingin ia sampaikan, padahal ada pesan lain yang seharusnya disampaikan; Persepsi Selektif, dimana penerima pesan cenderung menafsirkan pesan sesuai dengan kepentingan dan harapan-harapannya; dan Emosi, yang akan mempengaruhi bagaimana proses komunikasi itu bisa berjalan efektif; Bahasa, perbedaan bahasa dapat menghambat proses komunikasi itu sendiri. Dalam penelitian ini komunikasi yang terjadi adalah komunikasi politik. Dan Nimmo memandang komunikasi politik sebagai proses komunikasi yang bersifat politis atas dasar konsekuensi aktual dan potensial, yang mengatur
commit10to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perbuatan manusia dalam kondisi konflik (Nimmo, 1999:19). Sementara itu sebagai suatu proses, komunikasi politik melibatkan lima unsur, yakni komunikator politik, pesan politik, saluran, situasi atau konteks, dan pengaruh atau efek (Pawito, 2009:6). Dalam masa pemilihan, baik legislatif, presiden, maupun pemimpin daerah, komunikasi politik bertujuan untuk menarik simpati khalayak dalam rangka menggalang suara sebanyak-banyaknya. Dampak komunikasi politik dapat dilihat dari hasil pemungutan suara. Kampanye adalah bentuk komunikasi politik dalam pemilu yang bertujuan mempengaruhi calon pemilih. Kampanye dilakukan oleh partai politik, kandidat, tim sukses, dan relawan yang bertindak sebagai komunikator politik. Namun diluar itu ada juga komunikator politik yang tidak berhubungan dengan kandidat. Dan Nimmo menyatakan komunikasi interpersonal orang terdekat juga mampu menjadi saluran utama komunikasi politik. Dalam keluarga misalnya, pilihan sesama anggota keluarga biasanya homogeny. Kelompok sebaya atau teman atau tetangga juga mampu menjadi komunikator politik. Kesamaan pemikiran membuat proses komunikasi politik terjadi dengan lancar, pertukaran informasi dapat terjadi antar sesama teman. Sementara itu bentuk komunikasi politik juga dapat ditemui dalam media massa, yakni dalam bentuk iklan politik dan juga pemberitaan media massa.
commit11to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Komunikasi Interpersonal Komunikasi Interpersonal yang dimaksud adalah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau lebih secara tatap muka. Menurut sifatnya komunikasi interpersonal terbagi menjadi dua jenis yakni komunikasi diadik (dyadic communication) yang terdiri hanya dari dua orang dan komunikasi kelompok kecil (small group communication) (Cengara, 2007:32) Menurut West & Turner (2009:10) definisi komunikasi interpersonal adalah proses interaksi antara dua orang untuk membentuk dan mempertahankan sebuah makna yang dibagi. West & Turner dalam bukunya, Understanding Interpersonal Communication (2009) membagi komunikasi interpersonal dalam beberapa elemen penting, yaitu proses dalam komunikasi interpersonal selalu dinamis berubah-ubah dan terus dilakukan, pertukaran pesan yaitu interaksi antar pesan nonverbal dan verbal akan dilakukan secara serempak, dan arti pesan yang merupakan elemen penting karena komunikator harus mengetahui inti pesan tersebut agar tidak terjadi salah paham. Komunikasi interpersonal sangat potensial untuk menjalankan fungsi instrumental sebagai alat untuk mempengaruhi atau membujuk orang lain, karena kita dapat menggunakan kelima alat indera kita untuk mempertinggi daya bujuk pesan yang komunikator komunikasikan kepada komunikan. Sebagai komunikasi yang paling lengkap dan paling sempurna, komunikasi interpersonal berperan penting hingga kapanpun, selama manusia masih mempunyai emosi.
commit12to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengaruh atau efek komunikasi interpersonal dapat diartikan sebagai proses pertukaran makna antara dua orang yang saling berkomunikasi. Pengertian proses dalam komunikasi interpersonal adalah tindakan mengirim dan menerima pesan secara terus menerus. Nurudin mencirikan komunikasi interpersonal mempunyai struktur jaringan yang tertentu (keluarga, suku, kerabat, dan sebagainya) yang punya ikatan yang sangat kuat. Keterikatan dari orang-orang terdekat ini dapat mempengaruhi keberhasilan proses komunikasi itu sendiri. Kedekatan antar komunikator dan komunikan dapat mempermudah proses komunikasi itu sendiri karena mereka cenderung mempercayai perkataan orang terdekat mereka (Nimmo, 2000:10). Proses
komunikasi
interpersonal
dimulai
dari
pengirim
pesan
(komunikator) kemudian mengirimkan pesan kepada penerima pesan (komunikan) melalui saluran dan penerima pesan menafsirkan pesan tersebut untuk bertindak (diharapkan) sesuai yang diinginkan pengirim pesan. Proses komunikasi berasal dari tindakan, pengalaman, kepribadian, kebudayaan yang ditafsirkan dalam bentuk pesan kemudian dikirimkan kepada orang lain yang kemudian menafsirkan pesan tersebut menjadi tindakan, pengalaman, kepribadian, dan kebudayaan. Proses ini berlangsung berulangulang. Agar proses komunikasi berjalan efektif, yang dibutuhkan adalah perhatian, pengertian, penerimaan, dan tindakan. Menurut West & Turner (2009), dalam komunikasi interpersonal ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan, antara lain:
commit13to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Unavoidable Komunikasi interpersonal tidak dapat dihindari karena manusia tidak dapat hidup tanpa berkomunikasi dengan sesamanya. 2. Irreversible Apa yang sudah diucapkan tidak dapat ditarik lagi 3. Symbolic Dalam komunikasi interpersonal menggunakan symbol yang sudah diketahui, disetujui dan dipakai oleh banyak orang karena partisipannya melalui taraf proses 4. Ruled Governed Komunikasi interpersonal diatur oleh aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang harus ditaati. 5. Has Both Content Komunikasi
interpersonal
mengandung
pesan
dalam
setiap
proses
komunikasi. Hal ini berarti setiap komunikator juga dapat menjadi komunikan, dan begitu juga sebaliknya. 6. Relationship Level Dalam proses komunikasi interpersonal, kedekatan hubungan antara komunikator dan komunikan berpengaruh dalam penyampaian pesan. Semakin dekat relasinya, semakin mudah penyampaian pesan dilakukan. 3.
Komunikasi Massa Komunikasi massa didefinisikan sebagai proses komunikasi melalui media
massa dengan tujuan menyampaikan informasi (pesan) kepada khalayak luas.
commit14to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sementara menurut C. Sardjono dan Pawito dalam komunikasi massa unsur terpenting adalah media massa yaitu alat-alat yang dapat digunakan komunikator untuk mencapai jumlah penerima yang banyak dalam waktu yang relatif singkat. Alat yang dimaksud adalah surat kabar, majalah, radio, televisi, internet dan sebagainya. Model komunikasi massa pada dasarnya memiliki lima elemen yaitu masukan dari sumber berita, organisasi media massa, pesan yang disampaikan, khalayak sebagai penerima pesan, dan pesan balik. Media massa pada awalnya merupakan teknologi modern yang digunakan badan usaha atau lembaga pemerintah yang memungkinkan mereka untuk menyebarluaskan pesan yang sama ke banyak khalayak secara geografis. Pada awalnya, teknologi ini hanya dalam bentuk cetak yang kemudian berkembang menjadi televisi dan sekarang internet.
communication technology is its capacity to expand social relations beyond the clan, the tribe, and the local community. While ancient empires were built on military force and the loyalty of a small number of chieftains to a central authority, the typical social unit today covers far more territory and embraces more people than could once have been th ought possible. This expansion is not just a matter of size, but also one of density. Individuals different in background, orientation, and skill, clustered in and around urban centers, have become more interdependent, and also, though only indirectly, mor (Kurt Lang, 2009:3) Dalam proses komunikasi massa, jumlah penerima pesan banyak, tersebar dalam area geografis yang sangat luas, sifatnya heterogen namun memiliki minat yang sama terhadap suatu hal. Oleh karena itu peran media massa seperti surat kabar, televisi, dan internet menjadi sangat vital dalam proses komunikasi massa. Komunikator dalam komunikasi massa dapat berbentuk institusi atau lembaga,
commit15to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pribadi, dan intitusi media massa. Pesannya bersifat umum dan dapat diterima oleh siapa saja yang mengakses media massa, disampaikan secara serentak dalam waktu yang bersamaan. Umpan balik dalam komunikasi massa tidak bisa dilakukan secara langsung, kecuali dalam acara televisi yang menyediakan akses interaktif melalui media telepon dan internet. Terlepas dari pengecualian tersebut, umpan balik dalam komunikasi massa bersifat tunda dan malah terkadang tidak ada. Bahkan untuk mengetahui umpan balik harus dilakukan penelitian atau survei. Denis McQuail (1996:7) menyatakan komunikasi massa merupakan proses komunikasi yang berlangsung dalam tingkat masyarakat luas yang identifikasinya ditentukan oleh ciri khas institusionalnya (gabungan antara tujuan, organisasi, dan kegiatan sebenarnya. Sementara itu, Rodman (2006:8) dalam bukunya Mass Media in A Changing World menyebutkan perbedaan komunikasi massa dengan jenis komunikasi lain : (1) Karena sifatnya yang satu arah maka proses umpan balik berjalan lamban, (2) Mempunyai efek yang besar dan meluas, walaupun efek yang didapatkan tidak sebesar komunikasi interpersonal, (3) Proses encoding dan decoding pesan dalam komunikasi massa melalui beberapa tahapan dengan kemungkinan gangguan yang terjadi, (4) Pesan yang disampaikan mahal harganya, namun efektif, (5) Komunikan bisa bebas memilih pesan mana yang ingin ia terima.
commit16to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Peran media massa dalam kehidupan sosial bukan hanya sebagai hiburan, namun informasi didalamnya juga mempunyai peran yang signifikan dalam proses sosial. Informasi yang disampaikan oleh media massa akan mempengaruhi realitas subyektif khalayak. Realitas yang dibentuk oleh media massa ini juga akan mendasari respon dan sikap khalayak untuk bertindak. Oleh karena itu, media massa dituntut untuk menyampaikan informasi secara aktual dan tepat. Peran yang dimainkan media massa, selain membentuk citra ke arah yang dikehendaki media tersebut, juga mempertahankan citra yang sudah dimiliki khalayak.
Media
massa
mencerminkan
citra
khalayak
dan
khalayak
memproyeksikan citranya pada informasi yang disampaikan media massa. Ada banyak teori mengenai komunikasi massa, dan efeknya kepada khalayak. Teori Peluru atau Jarum Hipodermik adalah teori yang pertama kali muncul pada tahun 1970-an. Teori ini mengasumsikan bahwa media mempunyai kekuatan yang sangat perkasa, komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Asumsi utama teori ini adalah khalayak tidak mampu menolak terpaan media. Teori ini sesuai dengan model komunikasi satu tahap (One Step Flow Communication) dimana pesan disampaikan oleh media massa secara langsung kepada khalayak, namun dalam perkembangannya pesan yang disampaikan tidak selalu sampai kepada khalayak, dan efek yang ditimbulkan tidak sesuai yang diharapkan. Oleh penemunya, Wilbur Schramm, teori ini dicabut olehnya karena ternyata khalayak tidak pasif. Pernyataan ini kemudian didukung oleh Paul Lazarsfeld dan Raymond Bauer. Lazarsfeld menyatakan bahwa yang terjadi
commit17to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
setelah khalayak menerima terpaan media tidak selalu sesuai yang diharapkan komunikator, kadang kala efek yang timbul justru berlawanan dengan yang diharapkan. Hal ini yang mendasari munculnya teori limited effect yakni efek yang muncul seringkali terbatas, atau kecil. Teori Jarum Suntik kemudian dengan tegas dibantah oleh teori baru yakni teori proses selektif dimana orang cenderung melakukan selective exposure (terpaan selektif). Dalam teori ini Khalayak berperan aktif dengan cenderung menolak pesan di media massa yang berbeda dengan apa yang mereka percaya. Model Komunikasi Dua Tahap (Two Step Flow of Communication) dalam prosesnya melalui dua tahap, yakni: tahap pertama, dari sumber informasi melalui media massa ke opinion leader, proses ini disebut proses pengalihan informasi; tahap kedua adalah proses penyebarluasan pengaruh dari opinion leaders kepada pengikutnya. Model ini mempunyai kelemahan, yakni: model ini menganggap khalayak yang aktif mencari informasi hanya opinion leader, sementara lainnya bersifat pasif padahal media massa dewasa ini sudah mempunyai kredibilitasnya sendiri, dan khalayak dapat mendapatkan informasi langsung dari media massa tanpa bantuan dari opinion leader; kritik utama terhadap model komunikasi ini adalah kenyataannya bahwa proses komunikasi tidak berjalan sesederhana dua tahap, melainkan banyak tahap. Kelemahan terhadap model komunikasi dua tahap kemudian membawa model komunikasi baru yakni model komunikasi banyak tahap (Multi Step Flow of Communication) yang menyatakan bahwa proses komunikasi yang terjadi dapat melalui saluran yang berganti-ganti. Artinya, beberapa komunikan
commit18to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menerima pesan melalui media massa lalu menyebarkannya kepada komunikan lain. Dalam hal ini bisa keluarga, teman, tetangga, dan orang-orang terdekat. 4. Peran Media Massa Dalam Pemilu Dalam pemilihan umum, media massa memiliki peran sebagai lembaga informasi, berperan dalam menyampaikan informasi secara aktual dan tepat kepada khalayak. Selain itu media massa juga berperan sebagai pengawas pelaksanaan pemilihan umum itu sendiri. Dalam skala makro, peran media massa dalam pemilu erat kaitannya dengan agenda elit politik dan partai politik. Dalam skala mikro, media massa berperan dalam kepentingan masyarakat untuk menentukan keputusan memilih (Green-Pedersen, 2010:663). Ketika pemilu, politikus ataupun partai politik yang berlaga akan menggantungkan citra mereka kepada media massa. Media massa punya kekuatan untuk membuat khalayak percaya dengan informasi didalamnya. Media massa jelas berpengaruh pada berhasil atau tidaknya kandidat dan partai politik dalam pemilu. Perhatian media massa terhadap suatu isu terkait kandidat calon maupun partai politik dapat berpengaruh besar. Walaupun begitu dapat dipahami apabila pengaruh yang ditimbulkan media massa hanya sementara.
indicates that the power of the mass media in contemporary politics is more limited than is often assumed. Mass media attention to an issue is a powerful force in contemporary politics, but understanding the conditionality of media power is crucial. In this regard, the fact that this study points to a party political conditionality is central. It has been customary to view political parties and party politics as being of declining relevance for understanding contemporary West European politics. This declining relevance is often related to the increasing power of the mass
commit19to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
media, which is commonly perceived as almost being a fact of contemporary politics. This study, however, shows that party politics remains crucial for understanding the dynamics between the mass media (Green-Pedersen, 2010:677) Dalam konteks pemilu, media massa punya posisi sentral dalam peranannya menyebarkan informasi kepada khalayak. Media massa merupakan saluran komunikasi yang banyak digunakan untuk kepentingan politik karena sifatnya yang mampu membawa pesan kepada khalayak secara massif. Pada periode pemilihan, peran media massa sangat vital dan istimewa karena calon pemilih yang berusaha mencari informasi mengenai pemilihan dan kandidat yang maju di pemilihan akan menggunakan media massa sebagai sumber informasi mereka. Media massa dianggap menyediakan sumber informasi yang kompeten, pandangan dan penilaian mengenai kandidat yang maju dalam pemilihan (Pawito, 2009:173). Media massa memiliki kekuatan untuk membentuk opini publik. Dalam konteks pemilihan umum, informasi yang disampaikan media massa dapat mempengaruhi partisipasi politik khalayak. Dalam pemilihan umum, media massa seringkali dimanfaatkan oleh peserta pemilu untuk menyampaikan visi, misi, dan janji politiknya. Dari sini khalayak yang menerima pesan dapat memilih peserta pemilu sesuai dengan karakteristik yang diinginkannya. Media massa juga berperan dalam kampanye politik. Roger dan Storey (Antar Venus, 2004: 7) memberi pengertian kampanye sebagai serangkaian tindakan komunikasi yang terencana dengan tujuan menciptakan efek tertentu pada sejumlah besar khalayak yang dilakukan secara berkelanjutan pada kurun
commit20to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
waktu tertentu. Melalui media massa tujuan kampanye akan sangat mudah tercapai karena sifat-sifat media massa sesuai dengan karakteristik kampanye. Media massa dalam memberitakan informasi terkait pemilu harusnya netral. Namun pada pelaksanaannya media massa seringkali berpihak pada salah satu peserta. Hal ini tidak bisa dipungkiri karena kepentingan yang terjadi didalam media massa itu sendiri. Misalnya, pemilik media massa tersebut adalah salah satu peserta pemilu. Menurut McQuail, secara umum media massa memiliki berbagai fungsi bagi khalayaknya yaitu pertama, sebagai pemberi informasi; kedua, pemberian komentar atau interpretasi yang membantu pemahaman makna informasi; ketiga, pembentukan kesepakatan; keempat, korelasi bagian-bagian masyarakat dalam pemberian respon terhadap lingkungan; kelima, transmisi warisan budaya; dan keenam, ekspresi nilai-nilai dan simbol budaya yang diperlukan untuk melestarikan identitas dan kesinambungan masyarakat. Berdasarkan fungsi media massa yang dikemukakan Denis McQuail, media massa bertanggung jawab untuk menyampaikan informasi yang benar agar khalayak melihat dengan apa adanya. Media massa seharusnya dilarang untuk menunjukkan keberpihakan kepada salah satu peserta pemilu sehingga pemilih tidak terjebak dalam realitas media yang bukan kenyataan yang sebenarnya. Norton Long mengungkapkan media massa sebagai penggerak utama dalam menentukan agenda seseorang tentang apa yang dikatakan, atau lakukan mengenai suatu fakta yang ada. Pemikiran Long ini tidak dapat dipisahkan dari
commit21to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
anggapan Lippmann tentang peranan media massa yang ikut membentuk picture in our head (Suwardi, 1993:72). Segala pesan yang khalayak terima dari media massa akan mempengaruhi khalayak dalam berpikir dan bertindak. Dampak media massa dalam pemilu sudah sejak lama menjadi obyek penelitian para peneliti di berbagai Negara. Penelitian-penelitian tersebut biasanya diarahkan pada peran media massa yang berupa perubahan opini, sikap, dan perilaku yang terjadi segera setelah khalayak menerima pesan dari media massa. Penelitian ini dilakukan dari masa ke masa untuk menentukan efek dari media massa. Uniknya, pada satu hasil penelitian menunjukkan efek yang dimunculkan sangat besar (Powerfull effect), tapi pada penelitian yang lain bisa saja hasilnya menunjukkan efek sedang (medium effect), dan efek kecil (limited effect). 5. Masyarakat Marginal Masyarakat marginal identik dengan kemiskinan. Masyarakat marginal sendiri sering diartikan sebagai kelompok masyarakat yang hidup berada dan dibawah garis kemisikinan. Pun definisi mengenai kemiskinan sudah mengalami perluasan, seiring dengan kompleksnya indikatornya. Definisi kemiskinan tidak lagi hanya kurang secara ekonomi, namun juga sosial, kesehatan, pendidikan, dan politik. Definisi kemiskinan menurut UNDP adalah ketidakmampuan untuk memperluas pilihan-pilihan hidup, antara lain dengan memasukkan penilaian tidak adanya partisipasi dalam pengambilan kebijakan publik. Sementara Biro Pusat Statistik mendefinisikan kemiskinan sebagai ketidakmampuan seseorang atau
commit22to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelompok untuk memenuhi standar minimum kebutuhan dasar yang meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Kenyataannya di kota besar di Negara berkembang, pertumbuhan penduduk sangat tinggi, namun tidak diimbangi dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa lapangan pekerjaan tidak sebanding jumlahnya dengan penduduk yang terus meningkat. Belum lagi, kotakota besar menarik minat kaum urban untuk mengadu nasib, yang menyebabkan jumlah lapangan pekerjaan dan penduduk kota semakin tidak seimbang. Pembangunan kota besar yang hanya menekankan pada aspek pertumbuhan ekonomi secara fisik ternyata dalam banyak hal justru melahirkan orang miskin baru, masyarakat rentan, dan masyarakat pinggiran di perkotaan yang disebut dengan masyarakat marginal. Masyarakat marginal lazimnya hidup di pinggiran perkotaan. Kemiskinan adalah ciri utama masyarakat marginal, namun masyarakat marginal sebenarnya lebih dari sekedar fenomena ekonomi. Esensi dari masyarakat marginal adalah menyangkut
kemungkinan
orang
miskin
untuk
melangsungkan
dan
mengembangkan taraf kehidupannya. Di kota besar, golongan masyarakat marginal umumnya adalah kaum urban, yang biasanya bekerja sebagai pedagang kaki lima, buruh, penghuni pemukiman kumuh, dan pedagang asongan yang umumnya tidak memiliki pendidikan yang cukup (unskilled labour).
commit23to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Ciri utama Masyarakat marginal adalah tidak terjadinya mobilitas sosial vertical. Orang miskin akan tetap miskin. Faktor utamanya adalah, kemiskinan mereka menghalangi potensi diri mereka, misalnya karena miskin, mereka tidak bisa mendapatkan pendidikan yang layak. Padahal pendidikan penting untuk meningkatkan taraf hidup seseorang. Masyarakat marginal hidup dalam ketergantungan kepada kelas sosialekonomi diatasnya. Ketergantungan ini berperan besar dalam memerosotkan kemampuan si miskin untuk melakukan tawar menawar dalam dunia hubungan sosial yang sudah timpang antara buruh dan majikan. Buruh tidak punya kemampuan untuk menetapkan upah. Masyarakat marginal tidak bisa berbuat banyak karena kehidupan mereka ditentukan oleh kelas sosial-ekonomi diatasnya
Definisi Masyarakat marginal sebenarnya sama dengan apa yang disebut dengan perangkap kemiskinan (deprivation trap) yang terdiri dari lima unsur, yakni kemiskinan itu sendiri, kelemahan fisik, keterasingan atau kadar isolasi, kerentanan, ketidakberdayaan. Kelima unsur ini saling terkait dan biasanya menjadi unsur pembentuk Masyarakat marginal (Chambers, 1987). Indikator seseorang bisa dikategorikan sebagai Masyarakat marginal, antara lain: 1. Sosiologis Kelompok masyarakat yang mendapatkan perlakuan tidak adil atau diskriminatif karena persoalan gender, seseorang atau kelompok masyarakat
commit24to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang mengalami diskriminasi sosial, dan masyarakat yang hak asasinya terlanggar 2. Infrastruktur Individu atau kelompok masyarakat di sebuah wilayah geografis yang mengalami kesulitan pada akses terhadap air bersih, transportasi dan komunikasi. 3. Kesehatan Kelompok masyarakat yang harapan hidupnya rendah, tingkat kematian bayinya tinggi, mengalami gizi buruk, dan kekurangan gizi 4. Pendidikan Kelompok masyarakat yang tingkat buta hurufnya tinggi, dan banyak yang putus sekolah 5. Politik Kelompok masyarakat yang terhambat ruangnya dalam berpartisipasi di pemilu. Begitu juga dengan kelompok masyarakat yang tidak mendapatkan kenyamanan dan selalu merasa terancam keamanannya. 6. Ekonomi Kelompok masyarakat yang pendapatan perkapitanya rendah, dan masuk dalam kategori miskin. Begitupun kelompok masyarakat yang menganggur, dan tidak memiliki pekerjaan tetap. 7. Ekologis Kelompok masyarakat yang sumber daya alamnya rusak karena dieksploitasi sehingga mereka tidak dapat memanfaatkannya untuk kehidupan mereka
commit25to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
8. Indeks Pembangunan Kelompok masyarakat yang indeks pembangunannya rendah juga dapat dikategorikan sebagai Masyarakat marginal. Indeks pembangunan meliputi pertumbuhan ekonomi, tingkat harapan hidup, tingkat melek huruf, dan tingkat persamaan hak. Masyarakat marginal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah warga DKI Jakarta yang hidup di wilayah pinggiran kota, yang termasuk dalam pemukiman kumuh, yang pendapatannya dibawah upah minimum provinsi, atau tidak punya pendapatan tetap dan bekerja antara lain sebagai buruh, tukang parkir, sopir, pedagang kaki lima, pedagang asongan, serabutan, tukang tambal ban, penjaja makanan, penjahit dan lain sebagainya. 6. Perilaku Pemilih (Voting Behavior) Perilaku memilih (voting behavior) merupakan perilaku seseorang atau kelompok masyarakat dalam responnya untuk ikut serta dalam kehidupan politik dengan memilih siapa yang berkuasa dalam lingkungan politik. Pada perilaku memilih, yang ditekankan adalah kecenderungan pilihan rakyat dalam pemilihan umum, serta latar belakang mereka melakukan pilihan itu (Sofiah, 2003:18). Menurut Bone dan Raney (1971:23) perilaku pemilih dijabarkan sebagai: Voting behavior is pictured as having the two dimension. Preference, can be to measure his approval or disapproval of Democratic and Republican Parties, their perceived stands on issues, and teha personal quality of their
commit26to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
organization contributors, opinion leaders, voters, non voters, and apolitical (Sofiah, 2003:18) Pemilu sendiri di Indonesia sudah mengalami banyak perubahan sejak masa reformasi. Sejak tahun 2005, Pemilihan Umum Kepala Daerah dilakukan secara langsung, artinya rakyat bisa memilih figur pemimpin yang disukainya. Dengan adanya figur kepala daerah yang dipilih langsung oleh rakyat, faktor figure calon menjadi yang paling penting diantara faktor-faktor lainnya seperti partai pengusung dan program kerja calon tersebut. Oleh karena itu pertimbangan seseorang untuk memilih wakil rakyat semakin banyak faktornya karena mereka bisa memilih sendiri figur yang mereka inginkan. Dalam Pemilukada langsung pertimbangan pemilih lebih bersifat emosional, karena memilih calon bukan berdasarkan kemampuan pribadi seperti kemampuan intelektual, wawasan, pengalaman, visi, misi, dan program kerja melainkan juga melihat dari garis keturunan, ideologis, latar belakang, popularitas, dan tampilan fisik. Belakangan popularitas figur calon secara signifikan mempunyai pengaruh terhadap kemenangan calon dalam pemilukada. Untuk memahami perilaku memilih, ada tiga macam pendekatan yang biasa digunakan, yakni model sosiologi, model psikologi sosial, dan model pilihan rasional (Dieter Roth, 2008 : 23-54). Afan Gaffar seperti yang dikutip oleh Asfar (2005:47) menyatakan bahwa penjelasan teoritis mengenai perilaku pemilih didasarkan pada tiga model pendekatan, yaitu: 1. Pendekatan Sosiologis Karakteristik
sosial
dan
pengelompokan-pengelompokan
sosial
mempunyai pengaruh yang cukup signifikan dalam menentukan perilaku pemilih.
commit27to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pengelompokan sosial seperti umur (tua-muda), jenis kelamin (laki-perempuan), agama dan semacamnya, dianggap mempunyai peranan yang cukup menentukan dalam
membentuk
perilaku
pemilih.
Untuk
itu,
pemahaman
terhadap
pengelompokan sosial baik secara formal seperti keanggotaan seseorang dalam organisasi-organisasi
keagamaan,
organisasi-organisasi
profesi,
kelompok-
kelompok okupasi dan sebagainya, maupun pengelompokan-pengelompokan informal seperti keluarga, pertemanan, ataupun kelompok-kelompok kecil lainnya merupakan sesuatu yang sangat vital dalam memahami perilaku politik, karena kelompok-kelompok ini mempunyai peranan besar dalam membentuk sikap, persepsi dan orientasi seseorang. 2. Pendekatan Psikologis Pendekatan ini menggunakan dan mengembangkan konsep psikologi terutama konsep sikap dan sosialisasi, untuk menjelaskan perilaku pemilih. Menurut pendekatan ini pemilih menentukan pilihannya karena pengaruh kekuatan psikologis yang berkembang dalam dirinya sebagai produk dari proses sosialisasi. Melalui proses sosialisasi kemudian berkembang ikatan psikologis yang kuat antara seseorang dengan organisasi kemasyarakatan atau partai politik. Almond dalam menyatakan bahwa sosialisasi politik menunjuk pada proses pembentukan sikap-sikap dan pola tingkah laku politik serta merupakan sarana bagi generasi untuk mewariskan patokan-patokan dan keyakinan politik kepada generasi sesudahnya.
commit28to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
3. Pendekatan Politis Rasional Pada pendekatan ini isu-isu politik menjadi pertimbangan penting. Para pemilih akan menentukan pilihan berdasarkan penilainnya terhadap isu-isu politik dan kandidat yang diajukan. Artinya para pemilih dapat menentukan pilihannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional. Dalam studi voting behavior, menurut Ramlan Surbakti dalam Asfar (1999: 52) pemilih rasional yang diadaptasi dari ilmu ekonomi ini biasanya menggunakan perhitungan untung rugi dalam menentukan pilihan politiknya. Kalkulasi ini biasanya berkaitan dengan kandidat mana yang menawarkan program-program sesuai dengan preferensi politiknya. Perilaku pemilih berdasarkan pertimbangan rasional tidak hanya berupa memilih alternatif yang paling menguntungkan atau yang mendatangkan kerugian yang paling sedikit, tetapi juga dalam arti memilih alternatif yang menimbulkan resiko yang paling kecil, yang penting mendahulukan selamat. Dengan begitu, diasumsikan bahwa para pemilih mempunyai kemampuan untuk menilai isu-isu politik yang diajukan, maupun calon (kandidat) yang ditampilkan. Penilaian rasional terhadap kandidat ini bisa didasarkan pada jabatan, informasi, pribadi yang popular karena prestasi masing-masing dibidang seni, olah raga, film, organisasi, politik dan semacamnya. Dalam konteks pemilih Indonesia, Pawito mengelompokkan perilaku memilih menjadi empat tipe, yaitu pemilih yang sekedar memberikan suara dalam pemilihan sebagai wujud partisipasi politik, pemilih partisan, pemilih rasional, dan golongan tidak memilih (golongan putih atau golput) (Pawito, 2009 : 180).
commit29to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Tipe pertama yakni pemilih yang hanya sekedar memilih biasanya adalah mereka yang tidak peduli dengan urusan politik, atau tidak mempunyai referensi yang cukup mengenai pemilihan. Partisipasi mereka dalam pemilihan biasanya hanya melakukan apa yang menjadi hak dan kewajiban mereka sebagai warga negara. Pemilih Partisan adalah tipe pemilih yang susah untuk dipengaruhi karena memiliki keberpihakan kuat terhadap golongan tertentu dengan berbagai alasan yang biasanya berhubungan dengan identitas diri, suku, ideologis, tradisi, agama dan lain sebagainya. Pemilih Rasional adalah tipe pemilih yang paling diharapkan dalam pemilu. Pemilih tipe ini termasuk aktif dalam mengumpulkan segala informasi dan referensi mengenai pemilihan. Mereka tidak punya keterikatan dengan golongan tertentu dan membandingkan informasi satu dengan yang lain untuk menentukan keputusan memilih yang benar-benar mereka inginkan. Golongan putih (Golput) merupakan istilah yang digunakan untuk menyebut orang yang tidak mau menggunakan hak pilihnya. Mereka sebenarnya mempunyai kesadaran politik yang tinggi, dan punya banyak informasi mengenai pemilihan dan kandidatnya. Tetapi mereka beralasan bahwa mekanisme pemilihan, kandidat yang maju, partai politik tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan sehingga mereka memilih untuk golput.
commit30to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis dan Metode Penelitian Jenis Penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena penelitian ini berfokus menggambarkan gejala-gejala realitas, atau fenomena kontemporer serta memberikan pemahaman secara jelas mengenai bagaimana dan mengapa suatu gejala, realitas dan fenomena tersebut bisa terjadi (Pawito, 2007:35). Penelitian ini merupakan usaha untuk mengungkapkan sebuah fenomena yang terjadi sebagaimana adanya bertujuan untuk mengungkap fakta yang ada dalam fenomena tersebut (fact finding). Penelitian kualitatif tidak mendasarkan pada bukti empirik, hitungan matematika, ataupun teknik analisa data statistik, seperti pada metode penelitian kuantitatif, melainkan lebih mendasarkan pada hal yang bersifat diskursif, seperti transkrip dokumen, catatan lapangan, hasil wawancara, literatur, dan data nondiskursif. Pijakan analisis dan penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah kategori-kategori substansif dari makna-makna, atau lebih tepatnya adalah intepretasi terhadap gejala atau fenomena yang diteliti Metode ini cocok untuk menjawab permasalahan penelitian yang berkenaan bilamana fokus penelitian terletak pada fenomena kontemporer (masa kini). Penelitian ini berusaha menggambarkan proses komunikasi interpersonal dan komunikasi massa dalam mempengaruhi keputusan memilih masyarakat pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Terlepas dari fokus penelitian ini, Pemilukada merupakan fenomena kontemporer yang tidak terjadi setiap saat.
commit31to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Khusus Ibukota Jakarta pada masa kampanye, hari tenang, dan hari pemilihan Pemilukada DKI Jakarta Putaran Dua. Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling, maka lokasi penelitian fleksibel sesuai dengan lokasi responden, antara lain: Rawamangun, Lodan, Harmoni, dan Pademangan. 3. Jenis Data Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis data yaitu :
a.
Data Primer
Data yang diperoleh secara langsung dari wawancara responden yang mengetahui dan berkompeten seputar tema penelitian ini serta dari hasil observasi yang dilakukan di lapangan b. Data Sekunder Data yang mendukung data primer dan merupakan sumber data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu dari buku, karya ilmiah, arsip, serta jurnal atau dokumen resmi yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan 4. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:
commit32to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Wawancara mendalam (indepth interview) Sumber data yang sangat penting dalam penelitian kualitatif adalah manusia dlam kapasitas sebagai responden atau informan penelitian. Untuk mendapatkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik yang disebut wawancara. Wawancara dibedakan menjadi dua, yaitu wawancara tak tersturktur dan wawancara terstruktur. Wawancara tak terstruktur sering juga disebut wawancara mendalam (indepth interview), wawancara intensif, wawancara kualitatif, wawancara terbuka dan wawancara etnografis. Sedangkan wawancara terstruktur sering disebut wawancara baku (standardized interview), yang susunan pertanyaannya sudah ditetapkan sebelumnya dan biasanya tertulis disertai pilihan jawaban yang sudah disediakan (Mulyana, 2006:180) Untuk menggali data dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara mendalam, yaitu suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka secara langsung dengan informan dengan maksud untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Bungin, 2003: 110). Untuk memudahkan wawancara tersebut peneliti membuat panduan wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan dan tersusun dalam bentuk interview guide. Wawancara dilakukan dengan pertanyaan yang bersifat menggambarkan fakta yang ada dalam gejala atau fenomena yang diteliti. Melalui wawancara ini, informasi yang didapat bisa sangat beragam karena pandangan subjektif informan yang berbeda-beda (H.B. Sutopo, 2002: 59).
commit33to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wawancara mendalam yang dilakukan peneliti dengan informan penelitian berlangsung selama kurang lebih satu minggu pada hari sebelum dan sesudah Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta putaran 2, pada Kamis, 20 September 2012. Wawancara mendalam melibatkan beberapa tahapan yang tidak harus bersifat linear tetapi memerlukan perhatian karena tidak jarang dilakukan lebih dari satu kali sesuai dengan kelengkapan data yang diinginkan. Namun karena keterbatasan peneliti yang lokasinya berjauhan dengan lokasi penelitian, maka untuk mendapat kelengkapan data, wawancara mendalam bisa dilanjutkan melalui media telepon. Prosedur wawancara yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1.
Menentukan siapa yang akan diwawancarai Pada tahap pertama, peneliti menentukan siapa saja informan yang akan
diwawancara untuk mendapatkan data. Mereka adalah masyarakat DKI Jakarta, yang mempunyai Kartu Tanda Penduduk Indonesia wilayah DKI Jakarta, dan memiliki hak pilih, dan sudah dan/atau akan mencoblos dalam Pemilihan Umum Kepala Daerah DKI Jakarta 2012, dan termasuk dalam kategori Masyarakat marginal. Mereka yang menjadi informan dalam penelitian ini juga yang dipandang memiliki cukup informasi yang bermanfaat untuk menjawab pertanyaan penelitian. Tempat dan waktu penelitian disesuaikan dengan informan.
commit34to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Persiapan wawancara Peneliti menyiapkan draf tertulis mengenai pokok-pokok pertanyaan sebagai panduan wawancara (interview guide), yang berguna untuk mencegah agar pembicaraan tidak terlalu melebar. 3. Langkah awal wawancara Pada awal pertemuan dengan informan, peneliti tidak langsung masuk tahap penggalian informasi melainkan berusaha terlebih dahulu menjalin keakraban melalui pembicaraan yang umum. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan situasi yang nyaman serta untuk membiasakan keberadaan peneliti sehingga informan dapat dengan nyaman menjawab pertanyaan, dan memberikan data sebanyak-banyaknya. b. Observasi Metode pengumpulan data non verbal dimana data dikumpulkan dengan cara mengamati dan mencatat fenomena yang diselidiki melalui penglihatan dan pendengaran. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi tak berperan, di mana kehadiran peneliti hanya untuk melakukan pengamatan pada objek yang dikaji, tanpa melakukan peran apapun. Selama pengamatan berlangsung, peneliti seolah-olah hanya sebagai penonton. Peneliti hanya mengamati tanpa melibatkan diri secara langsung pada kegiatan di lokasi penelitian, kemudian mencatat apa saja yang dilihat, didengar, maupun dirasakan peneliti di lokasi penelitian.
commit35to user
perpustakaan.uns.ac.id
c.
digilib.uns.ac.id
Dokumentasi Pengumpulan data ini dengan cara menelaah dan mengkaji bahan bacaan
yang relevan dengan topik yang diteliti. Antara lain dengan menggunakan buku, majalah, tabloid, bulletin, brosur, dan internet yang memuat berita atau informasi tentang topik yang sedang diteliti. 5. Teknik Sampling Dalam penelitian ini digunakan teknik accidental sampling, yaitu memilih dan menentukan responden secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti, dengan berbagai pertimbangan, dimana responden tersebut dianggap relevan dengan permasalahan yang diteliti (H.B. Sutopo, 2002:56). Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan proses komunikasi interpersonal dan komunikasi massa dalam mempengaruhi keputusan memilih masyarakat pada pemilukada DKI Jakarta 2012 sehingga informan dalam penelitian ini dipilih berdasarkan pertimbangan bahwa orang tersebut adalah pemilih pada Pemilukada DKI Jakarta 2012 yang tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT), memiliki atau menjadi bagian dari proses komunikasi interpersonal dan komunikasi massa mengenai Pemilukada DKI Jakarta 2012, baik menjadi komunikator maupun komunikan, serta mampu memberikan jawaban yang dapat dijadikan sumber data dalam penelitian ini berkaitan dengan permasalahan penelitian. Informan dalam penelitian ini berjumlah 12 orang masyarakat DKI Jakarta yang sudah memilih setidaknya sekali pada Pemilukada DKI Jakarta 2012, baik
commit36to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
putaran pertama maupun putaran kedua, dan terlibat dalam proses komunikasi yang berkenaan dengan pemilukada DKI Jakarta 2012 dan memiliki perilaku memilih yang berbeda-beda. Tabel 1.1 Daftar Informan Penelitian Usia Etnis
No.
Nama
Jenis
Pekerjaan
1.
Setiawan
Laki-laki
31
Jawa
Buruh Pabrik
2.
Faisal
Laki-laki
35
Betawi
Tukang Parkir
3.
Wasrap
Laki-laki
50
Betawi
Buruh Bangunan
4.
Meg
Laki-laki
26
Lampung
Serabutan
5.
Ipin
Laki-laki
30
Betawi
Sopir Angkot
6.
Ike
Perempuan
40
Betawi
Pedagang Kaki Lima
7.
Mar
Perempuan
30
Jawa
Penjaja Makanan
8.
Dina
Perempuan
45
Jawa
Buruh
9.
Lina
Perempuan
27
Jawa
Ibu Rumah Tangga
10.
Santi
Perempuan
30
Jawa
Penjahit
11.
Suci
Perempuan
42
Betawi
Buruh
12.
Ipeh
Perempuan
36
Betawi
Pembantu Rumah Tangga
Sumber : Wawancara dengan informan (diolah)
6. Teknik Analisis Data Analisis data dalam penelitian kualitatif biasanya memberikan makna terhadap data, mengintepretasikan, dan mengubahnya ke dalam bentuk narasi yang temuannya mengarah pada proposisi ilmiah yang akhirnya sampai pada
commit37to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesimpulan final. Pertanyaan utama yang harus dijawab dalam penelitian kualitatif adalah how did researcher get to these conclusion from these data? (bagaimana peneliti sampai pada kesimpulan-kesimpulan dengan bertolak pada data yang ada?) (Pawito, 2007:101). Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis Miles dan Huberman. Miles dan Huberman dalam Pawito menawarkan sebuah teknik analisis bernama interactive model. Teknik analisis ini terdiri dari tiga komponen yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan serta pengujian kesimpulan (drawing conclussions). a. Reduksi Data Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan data yang terkait dengan topik penelitian. Setelah itu, peneliti dapat membuat memo mengenai data yang berkaitan dengan topik permasalahan. Memo yang dimaksud disini adalah gagasan-gagasan atau ungkapan-ungkapan yang mengarah pada teorisasi berkenaan dengan data yang ditemui. Dalam reduksi data ini, peneliti sering kali menemukan datadata yang sulit diidentifikasi, atau kurang relevan dengan tujuan penelitian sehingga data tersebut harus disimpan, atau tidak perlu untuk dianalisis. b. Penyajian Data Penyajian data adalah sekumpulan informasi yang tersusun dalam kelompok data yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan terhadap suatu gejala yang diteliti. Tahapan ini dimulai dengan proses mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data satu dengan (kelompok) data yang lain
commit38to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sehingga seluruh data yang dianalisis dapat dilibatkan dalam satu kesatuan karena dalam penelitian kualitatif biasanya beranekaragam perspektif, maka penyajian data pada umumnya dityakini sangat membantu proses analisis. Penyajian data dalam penelitian ini adalah penyampaian perilaku memilih, referensi, serta pola pengaruh komunikasi interpersonal dan komunikasi massa terhadap keputusan memilih pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. c. Penarikan dan Pengujian Kesimpulan Pada tahapan terakhir ini, peneliti mengimplementasikan prinsip induktif, atau menarik kesimpulan dari data-data yang tersedia pada tahapan penyajian data dengan mempertimbangkan pola-pola, atau kecenderungan data. Kesimpulan kemudian diverifikasi, yaitu tinjauan ulang pada catatan-catatan lapangan dengan peninjauan kembali sebagai upaya untuk menempatkan salinan suatu temuan dalam seperangkat data yang lain. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data harus diuji kebenaranya, kekokohannya dan kecocokannya yakni yang merupakan validitasnya. Gambar 1.2 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif Miles dan Huberman Data Data collecho n display
Data reducho n
Veri y ing
Sumber : (Miles dan Huberman, 2007 : 20)
commit39to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Validitas Data Dalam penelitian kualitatif diperlukan validitas data sebagai jami nan bagi kesimpulan akhir hasil penelitian. Validitas berfungsi untuk membuktikan apakah hasil penelitian yang dilakukan peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya terjadi di lapangan. Teknik validitas data yang peneliti gunakan adalah teknik triangulasi, yaitu teknik keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu diluar data sebagai pembanding terhadap data itu, sebelum ditarik kesimpulan akhir (H.B. Sutopo, 2002:78). Teknik Triangulasi berfungsi untuk menarik kesimpulan yang mantap, diperlukan tidak hanya dari satu sudut pandang. Dari beberapa sudut pandang maka pertimbangan fenomena yang muncul yang selanjutnya akan ditarik kesimpulan akan lebih mantap dan dapat diterima kebenarannya. Teknik Triangulasi yang digunakan adalah triangulasi sumber dan teori, yang berarti mengecek keabsahan informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Hal yang dilakukan antara lain: a. Menggunakan data wawancara satu subyek penelitian dengan data subyek penelitian yang lain. Semakin banyak kesamaan yang timbul dari subyek tersebut, maka data akan dapat diterima kebenarannya b. Menggunakan data hasil wawancara dengan dokumen yang berkenaan dengan permasalahan penelitian c. Melakukan member check yaitu melakukan perbaikan jika ada kekeliruan terhadap data informan sehingga informasi sesuai dengan apa yang dimaksud oleh informan
commit40to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta 1. Sejarah Daerah Khusus Ibukota Jakarta merupakan nama resmi dari ibukota Republik Indonesia. Jakarta bermula dari sebuah pelabuhan kecil di muara sungai Ciliwung pada abad 15. Pelabuhan kecil ini kemudian berkembang pesat karena posisinya yang strategis dan menjadi pusat perdagangan internasional berabadabad kemudian. Tanda-tanda atau prasasti mengenai DKI Jakarta sebelum era kolonialisme bisa dikatakan sangat sedikit. Penulis Eropa abad ke-16 menyebutkan sebuah kota bernama Kalapa, yang tampaknya menjadi pelabuhan utama bagi sebuah kerajaan Hindu bernama Sunda, beribukota Pajajaran, terletak sekitar 40 kilometer di pedalaman, dekat dengan kota Bogor sekarang. Sunda Kalapa dikenal sebagai pelabuhan lada yang sibuk. Kapal-kapal asing yang berasal dari Tiongkok, Jepang, India Selatan, dan Timur Tengah sudah berlabuh di Sunda Kalapa membawa barang-barang seperti porselen, kopi, kain sutra, wewangian, kuda, anggur, dan zat warna untuk ditukar dengan rempah-rempah yang menjadi komoditas utama saat itu. Bangsa Portugis merupakan rombongan besar orang-orang Eropa pertama yang datang ke Sunda Kalapa. Surawisesa, raja sunda meminta mereka untuk membuatkan mereka benteng pertahanan karena saat itu mereka akan diserang
commit41to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
oleh Cirebon. Namun sayang sebelum benteng itu dibuat, Sunda Kelapa sudah lebih dahulu diserang. Kota ini diserang oleh seorang pemuda bernama Fatahillah dari Kerajaan Cirebon. Fatahillah mengubah nama Sunda Kalapa menjadi Jayakarta
pada 22 Juni 1527. Tanggal inilah yang
oleh walikota Sudiro ditetapkan jadi hari lahirnya kota Jakarta. Orang-orang Belanda datang pada akhir abad ke-16 yang pada saat itu dipimpin oleh Pangean Jayakarta. Pada1619, VOC dipimpin oleh Jan Pieterszoon Coen menduduki Jayakarta setelah mengalahkan pasukan Kesultanan Banten dan kemudian mengubah namanya menjadi Batavia. Selama kolonialisasi Belanda, Batavia berkembang menjadi kota yang besar dan penting. Penjajahan oleh Jepang dimulai pada tahun 1942 dan mengganti nama Batavia menjadi Djakarta untuk menarik hati penduduk pada perang Dunia II. Kota ini juga merupakan tempat dilangsungkannya proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 Agustus 1945 dan diduduki Belanda sampai pengakuan kedaulatan tahun 1949. Sebelum tahun 1959, Djakarta merupakan bagian dari Provinsi Jawa Barat. Pada tahun 1959, status Kota Djakarta mengalami perubahan dari sebuah kotapraja di bawah walikota ditingkatkan menjadi daerah tingkat satu (Dati I) yang dipimpin oleh gubernur. Yang menjadi gubernur pertama ialah dr. Sumarno Sosroatmodjo, seorang dokter tentara. Pengangkatan Gubernur DKI waktu itu dilakukan langsung oleh Presiden Sukarno. Pada tahun 1961, status Djakarta diubah
dari
Daerah
Tingkat
Satu
menjadi
(DKI).Gubernurnya tetap Sumarno.
commit42to user
Daerah
Khusus
Ibukota
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Semenjak dinyatakan sebagai ibu kota, penduduk Jakarta melonjak sangat pesat akibat kebutuhan tenaga kerja pemerintahan yang hampir semua terpusat di Jakarta. Dalam waktu 5 tahun perkembangan penduduknya mencapai dua kali lipat. Laju perkembangan penduduk ini pernah dicoba ditekan oleh gubernur Ali Sadikin pada awal 1970-an dengan menyatakan Jakarta sebagai "kota tertutup" bagi pendatang. Kebijakan ini tidak bisa berjalan dan dilupakan pada masa-masa kepemimpinan gubernur selanjutnya. Hingga saat ini, Jakarta masih harus bergelut dengan masalah-masalah yang terjadi akibat kepadatan penduduk, seperti banjir,kemacetan,serta kekurangan alat transportasi umum yang memadai. 2. Geografis Daerah Istimewa Ibukota (DKI) Jakarta adalah sebuah provinsi khusus di Indonesia. Secara geografis, Jakarta terletak di pulau Jawa bagian barat. Di sebelah utara membentang pantai sepanjang 35 km, yang menjadi tempat bermuaranya 13 buah sungai dan 2 buah kanal. Di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan Kota Depok, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi, sebelah barat dengan Kota Tangerang dan Kabupaten Tangerang, serta di sebelah utara dengan Laut Jawa. Secara geologis, seluruh dataran terdiri dari endapan pleistocene yang terdapat pada Âħ50 m di bawah permukaan tanah. Bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan
commit43to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 m, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8-15 m. Pada bagian tertentu juga terdapat lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40 m. Gambar 2.1 Peta Administratif DKI Jakarta
Keadaan Jakarta umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum berkisar 32,7°C - 34,°C pada siang hari, dan suhu udara minimum berkisar 23,8°C -25,4°C pada malam hari. Rata-rata curah hujan sepanjang tahun 237,96 mm, selama periode 2002-2006 curah hujan terendah sebesar 122,0 mm terjadi pada tahun 2002 dan tertinggi sebesar 267,4 mm terjadi pada tahun 2005, dengan
commit44to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tingkat kelembaban udara mencapai 73,0 - 78,0 persen dan kecepatan angin ratarata mencapai 2,2 m/detik - 2,5 m/detik. 3. Administrasi Dalam menjalankan pemerintahannya, DKI Jakarta membagi wilayahnya berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2007, tentang Pemerintahan Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai ibu kota Negara Kesatuan Republik Indonesia. DKI Jakarta dibangi ke dalam lima wilayah administratif, yakni Kota administrasi Jakarta Pusat dengan luas 47,90 km 2, Jakarta Utara dengan luas 142,20 km 2, Jakarta Barat dengan luas 126,15 km 2, Jakarta Selatan dengan luas 145,73 km 2, dan Kota administrasi Jakarta Timur dengan luas 187,73 km2, serta Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan luas 11,81 km 2. Tabel 2.1 Pembagian Administratif DKI Jakarta No Kabupaten/Kota Administratif Ibu Kota 1 Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu Pulau Pramuka 2 Kota Administrasi Jakarta Barat Grogol 3 Kota Administrasi Jakarta Pusat Menteng 4 Kota Administrasi Jakarta Selatan Kebayoran Baru 5 Kota Administrasi Jakarta Timur Jatinegara 6 Kota Administrasi Jakarta Utara Koja Sumber : Jakarta.go.id (diakses pada tanggal 18 Oktober 2012) Berdasarkan Perda No.1 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007-2012, Jumlah penduduk dalam periode 2002-2006 terus mengalami peningkatan walaupun pertumbuhannya mengalami penurunan. Tahun 2002 jumlah penduduk sekitar 8,50 juta jiwa, tahun 2006
commit45to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
meningkat menjadi 8,96 juta jiwa, dan dalam lima tahun ke depan jumlahnya diperkirakan mencapai 9,1 juta orang. Kepadatan penduduk pada tahun 2002 mencapai 12.664 penduduk per km2, tahun 2006 mencapai 13.545 penduduk per km2 dan diperkirakan dalam lima tahun kedepan mencapai 13.756 penduduk per km2. Laju pertumbuhan penduduk pada periode tahun 1980-1990 sebesar 2,42% per tahun, menurun pada periode 1990-2000 dengan laju 0,16%. Pada periode 2000-2005, laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,06% per tahun. Sepanjang periode 2002-2006 angka kematian bayi turun secara signifikan, yaitu dari 19,0 per 1000 kelahiran hidup tahun 2002 menjadi 13,7 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006. Dengan penurunan angka kelahiran total dari 1,56 pada tahun 2000 menjadi 1,53 pada tahun 2006, maka terlihat faktor dominan yang mempengaruhi pertambahan jumlah penduduk adalah turunnya angka kematian bayi disamping migrasi dalam jumlah yang cukup besar karena pengaruh daya tarik Kota Jakarta sebagai pusat administrasi pemerintahan, ekonomi, keuangan, dan bisnis. Jumlah penduduk dan komposisi etnis di Jakarta, selalu berubah dari tahun ke tahun. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000, tercatat bahwa setidaknya terdapat tujuh etnis besar yang mendiami Jakarta. Suku Jawa merupakan etnis terbesar dengan populasi 35,16% penduduk kota. Etnis Betawi berjumlah 27,65% dari penduduk kota. Pembangunan Jakarta yang cukup pesat sejak awal tahun 1970-an, telah banyak menggusur perkampungan etnis Betawi ke pinggiran kota. Pada tahun 1961, orang Betawi masih membentuk persentase terbesar di wilayah pinggiran seperti Cengkareng, Kebon Jeruk, Pasar Minggu, dan Pulo Gadung. Orang Tionghoa telah hadir di Jakarta sejak abad ke-17. Mereka biasa tinggal
commit46to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengelompok di daerah-daerah pemukiman yang dikenal dengan istilah Pecinan. Pecinan atau Kampung Cina dapat dijumpai di Glodok, Pinangsia, dan Jatinegara, juga perumahan-perumahan baru di wilayah Kelapa Gading, Pluit, dan Sunter. Kebanyakan dari etnis Tionghoa banyak yang berprofesi sebagai pengusaha atau pedagang. Disamping etnis Tionghoa, etnis Minangkabau juga banyak yang berdagang, di antaranya perdagangan grosir dan eceran di pasar-pasar tradisional kota Jakarta. Selain itu juga ada Masyarakat dari Indonesia Timur, terutama etnis Bugis, Makassar, dan Ambon, terkonsentrasi di wilayah Tanjung Priok. Di wilayah ini pula, masih banyak terdapat masyarakat keturunan Portugis, serta orang-orang yang berasal dari Luzon, Filipina. 4. Potensi dan Permasalahan Kegiatan utama penduduk DKI Jakarta adalah di bidang perdagangan besar, kecil dan jasa-jasa, kemudian kegiatan di bidang industri termasuk listrik, gas dan air, dan hanya sebagian kecil yang bekerja pada sektor pertanian. Industri yang ada terutama ialah industri manufacturing yang bergerak di bidang bahan makanan dan minuman, tekstil, percetakan dan penerbitan, kayu dan alat rumah tangga, barangbarang dari karet, kimia, barang logam dan industri asembling. Sebagian besar industri berat berlokasi di Pulogadung sementara industri ringan di Pluit, Ancol dan Cengkareng, industri pertanian di Gandaria Selatan, dan jasa pergudangan di Tanjung Priok. Sektor pertanian terutama sektor perikanan laut/darat terdapat di teluk Jakarta dan empang dekat pantai, peternakan dan hortikultura di daerah pinggiran kota terutama di kecamatan Kebon Jeruk, Kebayoran Lama, Pasar Minggu, Mampang Prapatan, Pasar Rebo, Kramat Jati. Sektor pertanian
commit47to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini diusahakan dengan cara lama, yang semakin lama semakin terdesak dengan perkembangan-perkembangan industri dan perumahan. Namun demikian bila diusahakan secara intensif, akan dapat memenuhi sebagian kebutuhan DKI Jakarta. Selain kegiatan di bidang perekonomian, Jakarta merupakan pusat kegiatan pemerintah, kegiatan diplomatik dan pusat kebudayaan. Sekalipun DKI Jakarta tidak memiliki potensi alam yang cukup berarti, namun sebagai pusat pemerintahan, mempunyai sarana fisik maupun administrasi yang paling baik untuk berkembangnya sektor industri, sektor jasa dan perdagangan. Pelabuhan laut dan udara dengan fasilitasnya yang relatif baik, fasilitas
perbankan, dan
lain-lain, memungkinkan
aktivitas
perdagangan
berkembang dengan pesat di Jakarta. Dalam pada itu, tersedianya tenaga kerja dengan bermacam-macam keahlian dari jumlah penduduk yang besar, merupakan potensi yang sangat menguntungkan bagi perkembangan kegiatan pembangunan. Jakarta merupakan kota megapolitan dengan segudang permasalahan. Permasalahan ini sudah ada sejak berpuluh-puluh tahun dan semakin hari semakin memprihatinkan. Tingginya tingkat urbanisasi adalah salah satu masalah yang susah dikendalikan akibat citra Jakarta di antara masyarakat urban yang seringkali menganggap Jakarta sebagai kota pengubah nasib. Masyarakat Urban kebanyakan melihat Jakarta sebagai kota yang menyediakan lapangan pekerjaan yang mampu mengubah kondisi perekonomian mereka. Urbanisasi yang tidak terkendalikan, telah menimbulkan berbagai masalah, antara lain timbulnya ketidakseimbangan antara jumlah kesempatan kerja dan jumlah orang yang mencari pekerjaan, dan
commit48to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
timbulnya ketidakseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan sarana yang harus disediakan dalam berbagai bidang (administrasi, sosial, ekonomi dan fisik). Ketimpangan sosial yang terjadi akibat urbanisasi inilah yang kemudian menyebabkan timbulnya masalah sosial lain seperti kejahatan, kemiskinan, masalah kesehatan, pendidikan, dan transportasi. Dengan kepadatan penduduk Jakarta yang sekarang jalanan sudah tidak lagi mampu menampung, serta tidak tersedianya transportasi umum yang memadai sehingga terjadilah kemacetan yang parah. Masalah lain yang sudah menahun adalah banjir tahunan yang terjadi di beberapa titik hasil dari sistem tata kota yang buruk, pembangunan yang tidak memikirkan lingkungan sekitar, serta penurunan tanah akibat eksploitasi air oleh industri.
B.
Pemilukada DKI Jakarta 2012 Sejak tahun 2004, Rakyat Indonesia sudah terbiasa memilih pemimpinnya
sendiri. Hal ini ditandai dengan Pemilihan Umum langsung tahun 2004 untuk memilih Presiden, dan wakil Presiden. Setelah itu, rakyat Indonesia juga mulai memilih kepala daerah sejak berlakunya Undang-undang Nomor 34 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah melalui Pemilihan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau yang sering disebut Pilkada. Sejak berlakunya Undang-undang Nomor 22 tahun 2007 tentang penyelenggaraan pemilu, pilkada dimasukkan ke dalam rezim pemilu, dan namanya berubah menjadi Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, atau disingkat Pemilukada. Pemilukada pertama yang diselenggarakan
commit49to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sejak aturan perundangan yang baru adalah Pemilukada DKI Jakarta 2007, dimana pasangan Fauzi Bowo dan Prijanto yang diusung mayoritas partai terpilih menjadi gubenur dan wakil gubernur periode 2007-2012 setelah mengalahkan satu-satunya pasangan calon lainnya, Adang Daradjatun dan Dani Anwar yang diusung Partai Keadilan Sejahtera. Untuk mendukung pelaksanaan pemilukada di tingkat teknis, pemerintah pusat juga mengeluarkan peraturan berupa Peraturan Pemerintah nomor 25 tahun 2007 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah. 1. Daftar Pemilih Tetap (DPT) Daftar Pemilih Tetap (DPT) pada pemilukada DKI Jakarta 2012 putaran pertama yang tercatat di KPUD DKI Jakarta adalah sebanyak 6.983.692 orang yang tersebar di 5 kotamadya/kabupaten administratif di 15.059 Tempat Pemungutan Suara (TPS). Tabel 2.2 Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada DKI Jakarta Putaran 1 Wilayah
Jumlah Pemilih
Jumlah TPS
Jakarta Utara
1.165.978
2.587
Jakarta Pusat
791.063
1.713
Jakarta Barat
1.503.434
3.331
Jakarta Selatan
1.511.035
3.223
Jakarta Timur
1.996.747
4.162
Kepulauan Seribu
16.335
43
6.983.692
15.059
Sumber : KPUD Jakarta
commit50to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada putaran kedua, pemilih yang tidak terdaftar pada putaran pertama diberikan kesempatan untuk mendaftar pada 25 Juli
4 Agustus 2012. Dari
pendaftaran tersebut jumlah DPT bertambah 34.603 orang sehingga DPT Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran 2 adalah sebanyak 6.996.951 orang yang tersebar di 15.059 TPS. Tabel 2.3 Daftar Pemilih Tetap (DPT) Pemilukada DKI Jakarta Putaran 2 Wilayah
Jumlah Pemilih
Jumlah TPS
Jakarta Utara
1.168.988
2.587
Jakarta Pusat
789.484
1.713
Jakarta Barat
1.510.159
3.331
Jakarta Selatan
1.512.913
3.223
Jakarta Timur
1.999.040
4.162
Kepulauan Seribu
16.367
43
6.983.692
15.059
Sumber : KPUD Jakarta Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan, pengangkatan, dan pemberhentian kepala daerah dan wakil kepala daerah, syarat yang harus dipenuhi seorang warga negara untuk dapat menggunakan hak pilihnya antara lain warga negara Indonesia yang pada hari pemilihan berusia 17 tahun atau sudah pernah kawin, tidak terganggu jiwanya, tidak sedang dicabut hak pilihnya oleh pengadilan, berdomisili didaerah pemilihan setidaknya 6 (enam) bulan. Masalah yang terjadi pada pemilukada DKI Jakarta 2012 adalah mengenai warga negara yang tidak tercantum dalam DPT walaupun sudah memenuhi syarat
commit51to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang ditentukan, ada juga pemilih ganda akibat pindah rumah atau pemilih yang masuk DPT padahal sudah tidak berdomisili di DKI Jakarta. 2. Kandidat Mekanisme pencalonan kepala daerah dan wakilnya adalah partai politik yang memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya 15% dari jumlah kursi DPRD dan atau gabungan partai politik yang memenuhi persyaratan 15% dari jumlah kursi DPRD. Selain itu pencalonan dapat pula ditempuh dengan jalur independen yang jumlah pendukungnya memenuhi syarat dan ditunjukkan dengan KTP. Selain persyaratan administratif tersebut, calon kepala daerah dan wakil kepala daerah wajib memenuhi persyararatan antara lain bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, Setia pada Pancasila sebagai dasar negara, UUD 1945, cita-cita proklamasi 17 Agustus 1945, kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia serta pemerintah, pendidikan sekurang-kurangnya Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sederajat, berusia sekurang-kurangnya 30 tahun saat mendaftar, sehat jasmani dan rohani, tidak sedang dalam masalah hukum, tidak sedang dicabut hak pilihnya, mengenal daerah dan dikenal masyarakat di daerahnya, menyerahkan daftar kekayaan pribadi, tidak sedang dalam masalah ekonomi, tidak pernah melakukan perbuatan tercela, memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), menyerahkan daftar riwayat hidup, belum pernah menjabat sebagai kepala daerah atau wakil daerah selama dua kali dalam jabatan yang sama, dan tidak dalam status pejabat daerah dan atau mengundurkan diri dari jabatan tersebut. Pada pemilukada DKI Jakarta 2012, ada 6 (enam) pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang maju mencalonkan diri yakni pasangan
commit52to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
incumbent Fauzi Bowo Widodo
Nachrowi Ramli , Alex Noerdin
Nono Sampono, Joko
Basuki Tjahaja Purnama, Hidayat Nur Wahid
Faisal Basri
Biem Benyamin, dan Hendardji Soepandji
Didik J. Rachbini,
Ahmad Riza Patria.
Tabel 2.4 Daftar Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur dalam Pemilukada DKI Jakarta 2012 No
Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur
Partai Pengusung
1.
Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli
Demokrat, PAN, Hanura, PKB, PBB, PMB, dan PKNU
2.
Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria
Independen
3.
Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama
PDIP dan Gerindra
4.
Hidayat Nur Wahid- Didik J. Rachbini
PKS
5.
Faisal Basri-Biem Benyamin
Independen
6.
Alex Noerdin-Nono Sampono
Golkar, PPP, PDS, PP, PKPB, PKDI, Republikan, PPIB, Partai Buruh, PPNUI, dan PNI Marhaenisme
Sumber : KPUD Jakarta a. Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
Pasangan incumbent Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli mendapatkan nomor
urut pertama dalam penetapan dan pengundian nomor urut pasangan calon yang dilakukan oleh KPUD DKI Jakarta, Sabtu, 12 Mei 2012. Fauzi Bowo adalah gubernur DKI Jakarta periode 2007-2012 yang lahir di Jakarta, 10 April 1948. Sebelumnya Fauzi Bowo juga sudah menjabat sebagai wakil gubernur DKI Jakarta bersama gubernur Sutiyoso. Sementara Nachrowi Ramli adalah purnawirawan TNI Angkatan Darat yang juga Ketua Dewan Pimpinan Daerah Partai Demokrat DKI Jakarta lahir di Jakarta, 12 Juli 1951.
commit53to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2 Pasangan Calon Fauzi Bowo
b. Hendardji Soepandji
Nachrowi Ramli
Ahmad Riza Patria
Pasangan nomor urut dua ini adalah pasangan yang berasal dari jalur independen. Hendardji Soepandji adalah purnawirawan TNI yang juga adik dari mantan jaksa agung Hendarman Soepandji lahir di Semarang, 10 Februari 1952. Sementara itu Ahmad Riza Patria yang lahir di Banjarmasin, 17 Desember 1969 adalah politisi yang sebenarnya berada di bawah naungan partai Gerindra namun bergabung dengan Hendardji Soepandji sebagai calon independen. Gambar 2.3 Pasangan Calon Hendardji Soepandji
commit54to user
Ahmad Riza Patria
perpustakaan.uns.ac.id
c. Joko Widodo
digilib.uns.ac.id
Basuki Tjahaja Purnama
Pasangan nomor urut tiga adalah pasangan yang diusung oleh PDI Perjuangan dan Gerindra. Calon Gubernur Joko Widodo yang lahir di Solo, 21 Juni 1961 adalah walikota Solo yang sebenarnya masih menjabat di periode 20102015. Joko Widodo berpasangan dengan anggota DPR RI, Basuki Tjahaja Purnama yang juga mantan bupati Belitung Timur yang lahir di Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966. Gambar 2.4 Pasangan Calon Joko Widodo
d. Hidayat Nur Wahid
Basuki Tjahaja Purnama
Didik J. Rachbini
Pasangan nomor urut empat adalah pasangan calon yang diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Sebagai Partai yang punya basis massa yang kuat di DKI Jakarta, PKS memilih untuk tidak berkoalisi dengan siapapun dan memilih mencalonkan sendiri calonnya. Hidayat Nur Wahid adalah mantan Ketua MPR RI periode 2004-2009 dan mantan Presiden PKS, lahir di Klaten, 8 April 1960. Sementara itu Didik J. Rachbini adalah mantan anggota DPR RI yang juga politisi Partai Amanat Nasional (PAN) lahir di Pamekasan, 2 September 1960.
commit55to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.5 Pasangan Calon Hidayat Nur Wahid
e. Faisal Basri
Didik J. Rachbini
Biem Benyamin
Pasangan nomor urut lima adalah pasangan lain yang berasal dari jalur independen yang banyak didukung dari kalangan aktivis dan selebritis yang peduli pada perubahan di Jakarta. Faisal Basri adalah ekonom dan salah seorang pendiri PAN yang lahir di Bandung, 6 November 1959. Sementara itu Biem Benyamin adalah putra tokoh legendaris Betawi, Benyamin Sueb yang juga politisi dan anggota DPD dari Jakarta, lahir di Jakarta 13 Maret 1964. Gambar 2.6 Pasangan Calon Faisal Basri
commit56to user
Biem Benyamin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Alex Noerdin
Nono Sampono
Pasangan nomor urut enam adalah pasangan calon yang diusung banyak partai antara lain Golkar, PPP, PDS, PP, PKPB, PKDI, RepublikaN, PPIB, Partai Buruh, PPNUI, PNI Marhaenisme. Alex Noerdin adalah gubernur aktif Sumatera Selatan yang lahir di Palembang, 9 September 1950. Sementara itu Nono Sampono adalah mantan Kepala Basarnas Indonesia yang lahir di Bangkalan, Madura, 1 Maret 1953. Gambar 2.7 Pasangan Calon Alex Noerdin
Nono Sampono
3. Penyelenggaraan Sebelum hari pemungutan suara, para pasangan calon yang maju dalam pemilukada DKI Jakarta diberikan kesempatan untuk berkampanye baik melalui media massa, maupun kampanye terbuka. Pada putaran pertama kampanye dilakukan pada 24 Juni - 7 Juli 2012. Sementara pada putaran kedua kampanye dilaksanakan pada tanggal 14-16 September 2012. Hari tenang diadakan sebelum hari pemungutan suara dilaksanakan.
commit57to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemilukada DKI Jakarta 2012 diselenggarakan dalam dua putaran yakni putaran pertama pada Rabu, 11 Juli 2012 dan putaran kedua pada Kamis, 20 September 2012. Pemungutan suara diselenggarakan mulai pukul 07.00 WIB dan paling lambat selesai pada pukul 13.00. Sehari sebelumnya, Panitia Pemungutan Suara mengadakan gladi bersih sekaligus persiapan antara lain menyiapkan kotak suara, surat suara, bilik pemungutan, serta peralatan lainnya. Semua kegiatan tersebut dihadiri oleh pasangan calon, panitia pengawas, pemantau independen, dan masyarakat. Pada akhir gladi resik akan dibuat berita acara yang ditandatangani oleh dua anggota KPPS dan saksi pasangan calon. Setelah prosedur tersebut dilakukan maka pemilih dapat memberikan suaranya kepada calon pilihan mereka melalui mekanisme pencoblosan surat suara. Prosedurnya adalah pemilih datang membawa kartu pemilih, mendaftarkan diri, dan kemudian diberi surat suara lalu mencoblos pilihannya di bilik pemungutan suara. Setelah mencoblos, pemilih wajib mencelupkan jarinya ke dalam tinta sebagai tanda sudah memberikan suara. Setelah pencoblosan selesai sekitar pukul 13.00 kemudian dilakukan penghitungan suara. Penghitungan suara dilakukan secara terbuka di TPS yang dihadiri oleh para saksi dari masing-masing kandidat calon, panitia pengawas, pemantau independen, dan juga masyarakat umum. Hasil pemungutan suara kemudian disampaikan kepada Panitia Pemungutan Suara (PPS) dan diteruskan kepada Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) dan KPUD.
commit58to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.8 Suasana Hari Pemungutan Suara Putaran Kedua Kamis, 20 September 2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara
Sumber : Dokumen Peneliti (20 September 2012) Gambar 2.9 Suasana Penghitungan Suara Putaran Kedua Kamis, 20 September 2012 di TPS 01 Pademangan, Ancol, Jakarta Utara
Sumber : Dokumen Peneliti (20 September 2012)
commit59to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada putaran pertama, tidak ada pasangan calon yang memenuhi syarat 50+1 sehingga dua pasangan calon dengan perolehan suara terbanyak harus mengikuti pemilihan putaran kedua. Yaitu Fauzi Bowo Joko Widodo
Nachrowi Ramli dan
Basuki Tjahaja Purnama. Sementara itu pada putaran kedua,
pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama menjadi gubernur dan wakil
gubernur DKI Jakarta yang baru setelah mengalahkan pasangan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli.
Nomor
Tabel 2.5 Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran Pertama Pasangan Calon Gubernur-Wakil Gubernur Perolehan Suara
1.
Fauzi Bowo-Nachrowi Ramli
34,05%
2.
Hendardji Soepandji-Ahmad Riza Patria
1,98%
3.
Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama
42,60%
4.
Hidayat Nur Wahid- Didik J. Rachbini
11,72%
5.
Faisal Basri-Biem Benjamin
4,98%
6.
Alex Noerdin-Nono Sampono
4,67%
Sumber : KPUD Jakarta
Nomor 1 3
Tabel 2.6 Rekapitulasi Hasil Pemungutan Suara Pemilukada DKI Jakarta 2012 Putaran Kedua Pasangan Calon Perolehan Suara Fauzi Bowo Joko Widodo
Nachrowi Ramli
46,18%
Basuki Tjahaja Purnama
53,82 %
Sumber : KPUD Jakarta
commit60to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III KOMUNIKASI DAN KEPUTUSAN MEMILIH
Komunikasi memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Bahkan proses komunikasi yang terjadi dapat mempengaruhi pilihan dan juga mengubah cara pandang manusia mengenai sesuatu hal. Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta tahun 2012, komunikasi juga mempunyai peran yang sangat vital sebagai agen penyebaran informasi mengenai pemilu. Komunikasi hadir dalam berbagai bentuk, mulai dari kampanye pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, berita di media massa, sampai obrolan ringan di dalam keluarga atau tetangga. Tak pelak komunikasi dianggap sebagai komponen penting dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Komunikasi yang terjadi di pemilukada seringkali disebut komunikasi politik. Komunikasi politik tidak hanya bisa dilakukan oleh elite partai atau calon yang maju dalam pemilukada tersebut, melainkan juga percakapan dalam lingkup keluarga yang membicarakan masalah pemilukada sudah dianggap sebagai komunikasi politik, tentu dengan skala yang lebih kecil. Dalam skala yang lebih besar, komunikasi politik hadir dalam debat calon yang disiarkan di televisi, juga kampanye dan iklan di media massa. Komunikator dalam kegiatan-kegiatan tersebut jelas adalah pasangan calon gubernur dan wakil gubernur yang maju dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Tujuannya jelas untuk mempengaruhi calon pemilih untuk memberikan suaranya kepada pasangan calon yang
commit61to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bersangkutan melalui mekanisme pencoblosan. Namun kadang kala komunikasi interpersonal antar masyarakat lebih efektif dalam menyampaikan pesan komunikasi politik, sehingga keputusan memilih akhirnya malahan berdasarkan diskusi dan masukan dari keluarga dan orang terdekat, bukan berasal dari kampanye politik yang menghabiskan banyak uang. Meminjam istilah dari dunia marketing, target pasar dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 adalah masyarakat DKI Jakarta. Pangsa pasar paling banyak adalah pemilih yang jumlahnya paling besar yakni masyarakat pinggiran yang disebut masyarakat marginal. Oleh karena itu pasangan calon berlomba untuk merebut hati masyarakat marginal yang ada di DKI Jakarta. Strategi yang digunakan pasangan calon untuk merebut hati masyarakat marginal adalah dengan menunjukkan bahwa mereka pro rakyat kecil dengan harapan masyarakat marginal akan simpati dan memberikan suaranya kepada mereka. Pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini fenomena yang muncul adalah bangkitnya kepedulian politik kelas menengah yang menimbulkan meningkatnya jumlah undecided voters atau pemilih yang belum menentukan pilihannya. Walaupun potensial, namun jumlahnya belum terlalu signifikan apabila dibandingkan dengan masyarakat marginal sehingga belum mampu untuk mempengaruhi hasil akhir pemilukada. Pendek kata, pasangan calon yang mampu memenangkan suara dari masyarakat marginal yang jumlahnya setengah dari warga DKI Jakarta akan memenangkan pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini.
commit62to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A. Komunikasi dan Keputusan Memilih Masyarakat Marginal Pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 Dalam setiap proses komunikasi, termasuk komunikasi politik bertujuan untuk mendapatkan efek dari penerima pesan. Efek yang diharapkan adalah pesan tersebut mempengaruhi penerima pesan sehingga penerima pesan melakukan apa yang disampaikan komunikator. Stuart dan Jamias menyatakan pengaruh atau efek adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh penerima sebelum dan sesudah menerima pesan. Pengaruh merupakan elemen penting dalam proses komunikasi untuk mengetahui berhasil tidaknya proses komunikasi itu sendiri. Komunikasi dapat dikatakan berhasil apabila perubahan yang terjadi pada penerima pesan sama dengan tujuan yang diinginkan oleh komunikator (Cengara, 2009:41). Pawito menyatakan ada tiga efek (pengaruh) yang mungkin muncul dalam proses komunikasi, yakni pengaruh sesuai yang diinginkan oleh komunikator, tidak berpengaruh, dan pengaruh lebih buruk atau bertentangan dengan apa yang diinginkan komunikator (Pawito, 2009:12) Namun dalam setiap proses komunikasi akan selalu terjadi perubahan situasi, dari sebelum menerima pesan dan sesudah menerima pesan. Perubahan dapat terjadi dalam bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), perubahan sikap (attitude) maupun perubahan perilaku (behavior). Pada tahap pengetahuan, akan terjadi penambahan informasi yang berpengaruh pada perubahan persepsi seseorang mengenai suatu hal. Perubahan sikap yang dimaksud adalah perubahan sesorang dalam mengevaluasi suatu objek. Sementara perubahan perilaku yang diharapkan adalah dalam bentuk tindakan. Tindakan yang dimaksud dalam
commit63to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
konteks pemilukada DKI Jakarta adalah keputusan untuk memilih salah satu pasangan calon. Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta 2012, komunikasi adalah faktor yang mempengaruhi keputusan pemilih masyarakat, terutama masyarakat marginal yang menjadi objek penelitian ini. Keputusan memilih pasangan calon dari proses komunikasi yang seseorang terima sebelumnya dapat dijadikan parameter apakah pengaruh yang terjadi dalam komunikasi tersebut sesuai yang diinginkan komunikator atau tidak. Karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, parameter tidak ditunjukkan dalam angka melainkan deskripsi bagaimana komunikasi berperan dalam keputusan memilih yang diambil oleh masyarakat marginal dalam pemilukada DKI Jakarta. 1.
Komunikasi Interpersonal Komunikasi interpersonal sering kali terbukti menjadi komunkasi yang
paling efektif dibandingkan dengan jenis komunikasi lain. Komunikasi interpersonal bisa dibilang salah satu referensi informasi utama selain media massa. Sebagian besar informan menyatakan pernah melakukan proses komunikasi interpersonal, baik sebagai komunikator maupun penerima pesan dalam kaitannya dengan pemilukada DKI Jakarta 2012. Terlepas dari peran mereka sebagai komunikator, dalam peran mereka menjadi penerima pesan, komunikator yang menyampaikan pesan kepada mereka antara lain keluarga, teman, tetangga, serta orang yang dianggap punya pengaruh.
commit64to user
perpustakaan.uns.ac.id
a.
digilib.uns.ac.id
Keluarga Dalam sosiologi keluarga dikenal sebagai lembaga sosial primer. Setiap
anak yang bertumbuh pertama kali bersosialisasi dan berkomunikasi dengan anggota keluarganya. Oleh karena itu pengaruh keluarga dalam tindakan yang dilakukan seseorang sangatlah besar termasuk dalam hal politik. Banyak penelitian di seluruh dunia yang menemukan bahwa ada banyak kesamaan orientasi politik antara orang tua dan ayahnya (Nimmo, 2000:110). Orientasi politik orang tua atau anggota keluarga lainnya biasanya menular ke anggota keluarga yang lain. Di Indonesia, Megawati Soekarnoputri mengikuti jejak ayahnya sebagai presiden yakni Soekarno. Dewasa ini ada Puan Maharani dan Eddie Baskoro Yudhoyono yang mengikuti jejak orang tua mereka untuk menjadi politikus. Dalam konteks politik jelas terlihat bahwa perilaku politik seseorang dipengaruhi oleh keluarganya. Peneliti
menemukan
kesamaan
pola
hubungan
keluarga
dengan
pengaruhnya dalam keputusan memilih pada masyarakat marginal di pemilukada DKI Jakarta 2012. Keluarga merupakan sumber informasi penting, referensi yang dipercaya oleh calon pemilih untuk menentukan perilaku memilihnya, apakah memilih salah satu calon atau bisa juga memilih untuk golput. Dalam lingkungan keluarga yang terbiasa menjadi sumber informasi adalah suami, orang tua, dan anak. Terkadang keberpihakan salah satu anggota keluarga pada salah satu pasangan calon (pemilih partisan) dapat mempengaruhi pilihan anggota keluarga lainnya. Fenomena ini ditemukan pada informan Wasrap (Laki-laki, 50 tahun) yang anaknya menjadi simpatisan Joko Widodo
commit65to user
Basuki Tjahaja Purnama.
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wasrap mengaku mendapatkan banyak informasi mengenai Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama dari anaknya sedangkan ia juga menyebut media massa sebagai sumber informasi lainnya yang meyakinkan dirinya untuk memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama. Anaknya, merupakan orang yang dekat
dengan kehidupan Wasrap. Oleh karena itu, Wasrap dengan mudah mempercayai perkataan anaknya, dan akhirnya mengikuti apa yang diinginkan anaknya untuk memilih pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama.
omongin saya tentang Jokowi itu mas, katanya dia tau sendiri jokowi itu kayak gimana. Sama anak buah baik mau kumpul bareng kayak tementemen aja gitu. Yah anak saya ngomongin banyak lah, tuh saya juga kan sampe dikasi baju kotak kotak ala jokowi. Kata anak saya Jakarta bakal berubah lebih baik lah kalo dipimpin jokowi. Saya ya udah ngikiut aja, kan anak sendiri yang ngomong, masa boong? Udah gitu kalo nonton tv banyak beritanya Jokowi juga sewaktu masih di Solo, ditambah lagi lihat kasus kasus(Wawancara 19 September 2012) Sementara itu, Mar (Perempuan, 30 tahun) yang merasa bahwa pemerintahan gubernur Fauzi Bowo sudah cukup baik berperan secara aktif untuk menganjurkan kepada keluarganya mencoblos Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli.
Mar berkilah komunikasi yang ia lakukan hanya sebatas referensi. Setelah memberikan pandangannya mengapa ia memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli,
Mar menyerahkan keputusan memilih kepada keluarga yang lain dan tidak turut campur tangan. Mar sendiri sudah sepakat dengan seluruh keluarga intinya untuk mencoblos pasangan incumbent tersebut. Terkait hal ini, Mar memberikan pernyataannya sebagai berikut:
kepengennya milih foke, kan saya udah bilang tadi, saya udah tahu
commit66to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
janjinya foke, dan kayaknya ditepatin gitu, jadi kasihlah kesempatan lima tahun lagi. Kalo Jokowi kan saya belum tahu. Saya juga ga kepengen pengaruhi orang lain sih, mas, tapi yang saya tau saya certain sama sodara saya ya saya jujur kalo milih Foke. Kalo mereka milih lainnya ya terserah, pilihan orang kan beda-beda ya harus bisa diterima. Kalo saya sekeluarga udah sepakat buat milih Foke mas. Suami, sama orang tua saya milih Foke, kalo yang lainnya gak tau kan ga serumah. Tapi sih kayaknya iya 2012) Keputusan memilih dalam sebuah keluarga biasanya seragam (homogen) karena kedekatan personal di dalam keluarga itu sendiri. Nimmo menjelaskan bahwa semakin personal suatu saluran, semakin efektif dalam mengubah pandangan seseorang mengenai suatu hal dan bahkan tindakan seseorang. Hal ini dikarenakan penerima pesan percaya pada informan yang secara psikologis dekat dengan dirinya, sehingga pesan yang disampaikan oleh informan akan diterima dan dipercayai sebagai suatu hal yang benar. Informan Setiawan yang termasuk dalam pemilih rasional mengaku berkomunikasi dengan kakaknya mengenai pemilukada ini. Setiawan mengaku hanya sekedar berbincang dan bercanda dengan kakaknya tentang pilihan mereka di pemilukada. Setiawan tidak mempunyai tujuan untuk mempengaruhi pilihan kakaknya atau sebaliknya. Perbincangan yang terjadi diantara mereka hanya sekedar ingin tahu pilihan masing-masing dan alasan mengapa memilih pasangan calon tersebut seperti pada keterangan Setiawan berikut ini: ma kakak saya yang juga kerja disini, saya ya cuman bercanda aja nanya, mas kowe dukung sopo ki, aku Jokowi lho, taruhan yo sopo sing menang. Eh ternyata dia juga nyoblos Jokowi katanya, yaudah gak jadi taruhan. Hahahaha. Dia cerita sih milih Jokowi katanya kayaknya cuman Jokowi yang bener, lainnya muka korup semua.
commit67to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keluarga dalam perannya sebagai lembaga sosial primer ternyata berperan besar menjadi saluran komunikasi politik pada pemilukada DKI Jakarta 2012. Walaupun begitu pengaruh yang dihasilkan tentu berbeda-beda skalanya. Seperti yang terjadi pada informan Wasrap yang menjadikan anaknya sebagai sumber informasi utama dan akhirnya mempengaruhi keputusan memilih yang diambilnya. Hal itu jelas berbeda dengan yang dialami oleh informan Setiawan yang hanya berbagi informasi dengan kakaknya tanpa bertujuan untuk mempengaruhi satu sama lain untuk memilih salah satu pasangan calon. b.
Tetangga Karakteristik masyarakat perkotaan seringkali diidentifikasi sebagai
masyarakat individualistis yang jarang bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Namun dalam konteks masyarakat marginal yang juga hidup di perkotaan, sosialisasi dengan tetangga dan lingkungan sekitarnya masih sangat kental dirasakan. Hal ini dibuktikan dengan data yang didapat dari beberapa informan yang menunjukkan bahwa komunikasi antar tetangga masih sering dan erat dilakukan. Dina (Perempuan, 45 tahun) mengungkapkan ia seringkali terlibat perbincangan dengan tetangganya membahas pemilukada dan pasangan calon yang maju. Dina yang pada putaran pertama memilih Joko Widodo
Basuki
Tjahaja Purnama kemudian memilih untuk menjadi swing voters dan memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli di putaran kedua. Ia menyebut interaksinya
dengan tetangganya menjadi salah satu alasan mengapa ia menjadi swing voters.
commit68to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
buat milih Foke. Tapi saya bukan enggak suka sama Jokowi, cuman memang kalo sekarang kayaknya Foke lebih bisa mimpin. Nggak tahu deh kalo lima tahun lagi. Kemarin itu aja bu saroh sama bu reno tetangga sebelah sini sambil ngobrolin Jokowi sama Foke. Pada bilangin kalo pada Sementara itu komunikasi antar tetangga juga diakui oleh Suci (Perempuan, 42 tahun) yang juga menjadi swing voters setelah melakukan komunikasi interpersonal dengan tetangganya. Suci mengaku sebelumnya memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama setelah berkomunikasi dengan
tetangganya ia memilih untuk pindah memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli.
Suci mengaku perbincangan yang terjadi antara dirinya dan tetangganya bersifat perbincangan ringan, dan sebenarnya tidak berusaha mengarahkan salah satu pihak untuk memilih salah satu pasangan calon. Namun ia sendiri tidak menyangkal bahwa ia terpengaruh dengan perbincangan tersebut dan akhirnya memilih untuk menjadi swing voters. ikutan gituan, juga nggak ngepek sama kehidupan saya mas. Lha tapi waktu nonton tv tuh, sebelum pak Jokowi maju tuh, udah banyak beritaberita dia kan ya? Yang tentang Esemka itu. Trus tau-tau dia malah maju jadi calon gubernur, jadi saya milih dia. Ya gara-gara berita di tipi itu, mas, yang bagus-bagus. Trus habis pemilihan yang pertama itu, di kampung sini kebetulan yang menang pak Foke, mas. Waktu ngobrol bareng ibu-ibu disini, kan pada cerita tuh milih siapa, ternyata pada milih Foke mas. Saya trus dikasih selebaran itu, isinya katanya Jokowi itu gini gini di Solo, ga baek lah pokoknya. Ibu-ibu juga pada bilang kalo harusnya gubernur itu ya yang asli Jakarta. Apalagi kan wakilnya Jokowi tuh si Ahok Cina juga, ya udah akhirnya pindah ke Foke mas. Mereka sih ga nyuruh saya nyoblos Foke, tapi setelah denger cerita mereka saya pindah sendiri m Komunikasi interpersonal antar tetangga ternyata mampu mempengaruhi keputusan memilih yang diambil seseorang. Tetangga dianggap sumber informasi
commit69to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang benar dan terpercaya sehingga perkataannya dapat dijadikan referensi untuk memilih. Kedua informan diatas sebelum melakukan komunikasi interpersonal dengan tetangga sebenarnya memiliki pilihan sendiri, namun setelah melakukan komunikasi dengan tetangganya pilihan mereka berubah sesuai dengan pilihan tetangga mereka. Hal ini menunjukkan bahwa komunikasi dengan tetangga mempunyai peranan kuat dalam menentukan pilihan akhir. Sebelum melakukan komunikasi dengan tetangganya, Suci merupakan pemilih yang hanya sekedar memilih kemudian setelah melakukan komunikasi dengan tetangganya Suci berubah menjadi pemilih partisan karena memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
dengan alasan pasangan tersebut berasal dari kalangan betawi.
betawi lho, lebih tau Jakarta. Joko orang jawa mana tahu sini, kesini aja baru karena maju nyalon ini kan? Tetangga saya pada bilang gitu, mas. Komunikasi interpersonal terutama antar tetangga nampaknya mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan memilih masyarakat marginal DKI Jakarta. Namun hal itu sepertinya hanya bisa terjadi pada pemilih yang hanya sekedar memilih dan pemilih partisan. Sementara itu pemilih rasional akan memikirkan faktor-faktor seperti program kerja yang dikampanyekan dan seperti apa figur kandidat pasangan calon yang maju sehingga pandangan dari perbincangan dengan orang terdekat sekalipun akan dikesampingkan. Pemilih rasional tidak akan mengubah keputusan memilihnya hanya karena perbincangan dengan tetangganya. Lebih dalam lagi, pemilih rasional akan memikirkan keputusan memilihnya dari banyak aspek. Hal
commit70to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ini juga didukung dengan tidak adanya informan tipe pemilih rasional yang melakukan komunikasi dengan tetangganya sebagai referensi keputusan memilih. Model Komunikasi banyak tahap sesuai dengan jenis komunikasi yang dilakukan antar tetangga, dimana seseorang dapat menjadi komunikator dan komunikan dalam sebuah proses komunikasi. Model komunikasi banyak tahap menjelaskan bahwa pesan dari media massa yang diterima komunikan kemudian disampaikan kepada komunikan lainnya, begitu juga selanjutnya. Seseorang mendapatkan informasi seputar pemilukada dari media massa, kemudian menyebarkan kepada tetangganya, dan tetangganya mendapat informasi yang lain kemudian menyebarkan ke tetangganya. Proses ini berlangsung secara terusmenerus. c.
Teman Dalam ilmu sosiologi teman adalah lembaga sosial primer setelah
keluarga. Teman sebaya (peer) sebagai sebuah kelompok sosial didefiniskan sebagai semua orang yang mempunyai persamaan ciri-ciri seperti kesamaan usia dan status sosial. Lembaga sosial teman seringkali terbentuk ketika seseorang sudah masuk ke jenjang sekolah. Karena mempunyai kesamaan dalam banyak hal seringkali komunikasi yang terjadi didalamnya mempengaruhi satu sama lain. Kelompok teman dapat terbentuk melalui kesamaan, misalnya kesamaan tempat tinggal (geografis), sekolah, dan tempat kerja. Setiap orang pada dasarnya memiliki pandangan sendiri terhadap sesuatu hal, namun keterlibatannnya dalam kelompok sosial teman dapat mengubah pandangan seseorang mengenai hal tersebut. Teman juga dianggap sebagai
commit71to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sumber informasi tentang segala sesuatu. Sebagai contoh anak laki-laki sering berbincang tentang kesukaan mereka masing-masing terhadap sepak bola. Dalam konteks pemilukada ternyata komunikasi interpersonal antar teman juga terjadi di kalangan masyarakat marginal pada pemilukada DKI Jakarta 2012. Kehadiran teman sebagai salah satu sumber referensi dalam memilih salah satu pasangan calon dirasakan oleh salah seorang informan, Meg (Laki-laki, 26 tahun). Ia menyebut teman-temannya di tempat ia biasa nongkrong di sebuah pangkalan ojek sering berbincang mengenai pemilukada. Meg dengan jelas menyebut bahwa komunikasi dengan teman-temannya mempengaruhi keputusan memilihnya. Karena pilihan Meg di putaran pertama tidak lolos ke putaran kedua, Meg harus menentukan pilihan yang lain apabila tidak ingin golput. Meg menyatakan referensi dari teman-temannya sangat membantu dirinya dalam mengambil keputusan memilih. -temen kebanyakan sih, kalo waktu nongkrong, nungguin ojek temen-temen biasanya suka cerita soal gubernur ini. Saya dengerin aja mereka ngomong apa, pada ngomongin Jokowi lah, saya dapet kabar Foke yang jelek-jelek itu juga dari mereka. Ya bikin males aja nyoblos Foke. Pilihannya Cuma Foke sama Jokowi yaudah jelas Jokowi aja. Kalo anakanak itu pada nyoblos Jokowi juga kayaknya. Palingan mereka pada nanya yang lainnya nanggepi cuman ketawa. Saya mah ya lumayan terbuka lah mber 2012) Meg adalah pemilih rasional, oleh karena itu ia mempertimbangkan setiap informasi yang masuk yang bisa dijadikan referensi untuk memilih. Ia menyanggah apabila ia disebut memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama
karena teman-temannya juga mencoblos pasangan calon tersebut. Ia menyatakan bahwa ia mendapatkan banyak informasi mengenai pasangan calon dari teman-
commit72to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
temannya, mulai dari program kerja sampai kejelekkan dari masing-masing pasangan calon. Informasi dari teman-temannya itu kemudian ia jadikan bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan memilih. Dari informan Meg dapat kita tarik kesimpulan bahwa komunikasi yang terjadi antar teman dapat dijadikan referensi untuk mengambil keputusan memilih bagi masyarakat marginal pada pemilukada DKI Jakarta 2012. Model Komunikasi banyak tahap dapat berlaku dalam komunikasi antar teman, dimana pesan dari media massa didapat oleh seseorang yang kemudian menyebarkan kepada temannya, yang kemudian menyebarkan lagi kepada temannya yang lain. Lebih jauh lagi komunikasi antar teman dapat mempengaruhi pilihan seseorang apabila orang tersebut tidak memiliki referensi yang cukup mengenai pemilukada. d.
Majikan Komunikasi interpersonal yang terjadi dalam hubungan pekerjaan juga
mampu mempengaruhi atau setidaknya menjadi referensi dalam keputusan memilih yang diambil seseorang. Stratifikasi sosial vertikal berlaku dalam pekerjaannya. Bawahan akan mendengarkan apa yang dikatakan atasannya dan biasanya mempercayai perkataannya karena atasan diangap memiliki pengalaman dan pengetahuan yang lebih banyak daripada dirinya. Dalam konteks pemilukada komunikasi yang terjadi antara atasan dan bawahan efektif dalam mempengaruhi keputusan memilih. Ipeh (Perempuan, 36 tahun) bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ketika bekerja ia seringkali berinteraksi dengan pemilik rumah yang menjadi majikannya. Ipeh adalah tipe pemilih partisan yang pada putaran pertama memilih
commit73to user
perpustakaan.uns.ac.id
Fauzi Bowo
digilib.uns.ac.id
Nachrowi Ramli karena alasan sama-sama berasal dari betawi tanpa
mendapatkan referensi mengenai pasangan calon lainnya. Ipeh kemudian mendapatkan referensi dari majikannya mengenai pasangan calon lainnya Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama.
bagus-bagus amat ya kasih satu kesempatan lagi lah. Awalnya cuman gitu sih, siapa sih Jokowi, mendingan Fauzi. Awalnya gitu, sampe pernah itu pagi-pagi waktu lagi belanja, saya dikasih selebaran, saya baca kok isinya gini jelek-jelekkin jokowi semua. Kan trus saya kasih lihat ke Mbak Jessi (majikan) trus dia bilang kalo itu ga bener, Mbak Jessi kan dulu pernah tinggal di Solo lama, ngrasain juga dipimpin pak Jokowi katanya ga gitu mas. Bohong. Wah saya trus ngrasa ga bener, tapi masih gak tau mau milih, malah kepikiran buat ga usah dateng aja. Saya trus banyak dengerdenger cerita dari mbak Jessi sambil nonton berita Pak Jokowi itu, saya lihat orangnya kok kayaknya baik, kok difitnah gini ya? Tapi saya juga Ipeh mengatakan bahwa majikannya tidak mempengaruhi dirinya untuk memilih salah satu pasangan calon melainkan hanya memberikan dirinya informasi yang selama ini tidak ia mengerti. Namun karena faktor majikan Ipeh mempercayai informasi yang disampaikan oleh majikannya dan menjadi swing voters memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama. Berikut pernyataan Ipeh
mengenai hal itu:
milih Jokowi itu gara-garanya ya saya jadi ngerti kalo Jokowi mimpinnya lebih bagus daripada orang be (Wawancara 4 Oktober 2012) Komunikasi interpersonal antar atasan dan bawahan ternyata efektif dalam mempengaruhi keputusan seseorang bahkan bisa mengubah pilihan seseorang. Faktor kepercayaan bawahan kepada atasannya membuat proses komunikasi menjadi lebih mudah.
commit74to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Model Komunikasi dua tahap dimana pesan yang diterima oleh opinion leader dari media massa dan kemudian disampaikan kepada pengikutnya dapat dilihat dari pola pengaruh komunikasi dari majikan kepada pembantunya. Majikan berperan sebagai opinion leader yang mendapatkan informasi seputar pemilukada dari media massa terutama televisi dan kemudian menyampaikan informasi kepada pembantunya yang mempercayai segala yang diucapkan oleh majikannya. Efek yang muncul pada proses komunikasi ini adalah pembantu akhirnya mengubah pilihannya sesuai yang diharapkan oleh majikan. 2.
Komunikasi Massa dan Keputusan Memilih Penelitian mengenai efek media massa dari masa ke masa selalu
mengalami perubahan. Ada kalanya penelitian menunjukkan bahwa efek media massa terhadap sangat kuat, namun di penelitian lain menunjukkan hal yang sebaliknya yang ternyata efek media massa sangatlah lemah. Paul Lazarfeld, seorang peneliti asal Amerika pernah melakukan penelitian terkait efek media massa terhadap keputusan memilih di Erie Country, Ohio pada tahun 1940 dan Elmira, New York tahun 1948. Temuan penelitian Lazarfeld menyatakan bahwa peranan media massa sangatlah lemah dalam pengambilan keputusan memilih. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa komunikasi interpersonal ternyata lebih efektif dalam mempengaruhi keputusan memilih yang diambil oleh seseorang. Pada pemilukada DKI Jakarta 2012 media massa telah melakukan peran yang luar biasa dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat. Perhatian lebih yang diberikan media massa kepada pemilukada DKI Jakarta 2012 ini telah menyebabkan banyak masyarakat lebih aware terhadap pemilukada. Masyarakat
commit75to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mulai tertarik untuk mencari tahu mengenai pemilukada, tak hanya masyarakat DKI Jakarta yang punya hak pilih melainkan juga seluruh masyarakat Indonesia. Pemilukada DKI Jakarta memang mendapat porsi lebih besar di media massa baik televisi, cetak maupun internet. Media massa ramai-ramai memberitakan dan bahkan tidak sedikit yang menjadikan pemilukada sebagai liputan khusus. Perhatian besar media massa terhadap pemilukada DKI Jakarta 2012 memang beralasan. Gubernur Fauzi Bowo yang maju untuk mempertahankan kekuasaan incumbent dianggap sudah gagal memimpin DKI Jakarta. Di saat yang bersamaan popularitas walikota Solo, Joko Widodo sedang naik daun dan dianggap mampu menjadi solusi permasalahan DKI Jakarta yang rumit. Jauh sebelum masa pemilihan media massa sudah memberitakan tentang walikota Joko Widodo yang berprestasi membangun Solo dan mengangkat citra positif kota Solo. Maka sangat menarik ketika akhirnya Joko Widodo maju menjadi calon gubernur bersama tokoh anti korupsi lainnya Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon wakil gubernur. Hal seperti ini tentu mendapatkan perhatian besar dari media massa. Dengan tidak mengecilkan potensi calon gubernur dan calon wakil gubernur lainnya pemilukada DKI Jakarta memang sudah diprediksi menjadi pertarungan dua kuda pacu antara pasangan incumbent Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli dan Joko Widodo
Basuki
Tjahaja Purnama. Masyarakat khususnya mereka yang memiliki hak pilih kemudian mulai menaruh perhatian pada pemilukada DKI Jakarta 2012 dengan banyak mengumpulkan informasi seputar pemilihan seperti kandidat yang maju dalam
commit76to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemilihan, apa saja program kerja yang mereka canangkan, dan bagaimana latar belakang mereka. Dalam media massa ada dua macam komunikator, yakni pasangan calon yang maju dalam pemilihan beriklan atau berkampanye dan institusi media massa tersebut sendiri dalam memberitakan informasi seputar pemilukada. Dari sudut pandang pasangan calon, media massa merupakan media paling efektif untuk mengkampanyekan diri mereka karena media massa memiliki jangkauan khalayak yang luas dan heterogen. Pada era globalisasi, arus informasi memegang peranan penting dalam segala aspek kehidupan manusia dengan media massa sebagai salurannya. Kekuatan informasi dianggap sangat efektif untuk mempengaruhi kognitif (pikiran), afektif (sikap) bahkan behavioral (perilaku) masyarakat dalam tingkat tertentu. Dengan media massa, komunikator dapat menggiring khalayak sesuai dengan pesan yang diinginkannya (Wijaya, 2009:47). Dalam
konteks
pemilu,
kandidat
calon
yang
bertindak
sebagai
komunikator menyebut peranan media massa sebagai saluran komunikasi sangatlah besar untuk menyebarkan pesan yang mereka kampanyekan kepada khalayak. Media massa oleh Severin (1977) diartikan sebagai suatu bentuk komunikasi yang menggunakan saluran dalam menghubungkan komunikator dengan komunikan yang bersifat massal, geografisnya luas dan heterogen (Sofiah, 2003:16). Dan Nimmo (1999:187) menyatakan bahwa iklan politik di media massa adalah sumber informasi utama khalayak dan berperan dalam pembentukan
commit77to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
persepsi masyarakat (picture of our head). Oleh karena ini tak heran pada Pemilukada DKI Jakarta 2012, para kandidat berlomba untuk mengiklankan diri di media massa. Dalam skala nasional media televisi memang lebih efektif dalam mengkomunikasikan pesan-pesan kampanye kepada khalayak. Namun dalam skala regional seperti pemilukada biasanya media cetak dan televisi lokal sudah cukup. Pemilukada DKI Jakarta mendobrak anggapan tersebut dengan banyaknya pasangan calon yang maju dalam pemilukada yang beriklan di televisi nasional. Pasangan incumbent tercatat sebagai salah satu pasangan calon yang paling banyak beriklan di televisi nasional, bahkan selain itu pasangan ini juga beriklan di jaringan bioskop nasional Cineplex. Gambar 3.1 TV Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
Sumber : youtube.com (diakses 22 November 2012) Dalam TVC berdurasi 30 detik ditampilkan beberapa selebriti (Anji, JFlow, Cindy Bernadette, Peewee Gaskin) yang memberikan testimonial kepada
commit78to user
perpustakaan.uns.ac.id
pasangan Fauzi Bowo
digilib.uns.ac.id
Nachrowi Ramli. Testimonial berisi kebaikan dan
kemajuan Jakarta selama dipimipin oleh gubernur Fauzi Bowo. TVC ini muncul hampir di semua stasiun televisi nasional di Indonesia dan bahkan tayang di jam primetime. Pasangan calon independen Faisal Basri
Biem Benjamin yang notabene
berbudget sangat kecil juga sempat beriklan di televisi nasional walaupun frekuensinya hanya bisa dihitung dengan jari. Konsep TVC ini hampir sama dengan TVC milih pasangan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli yakni dengan
menjadikan selebriti sebagai endorser mereka. Bedanya, TVC Faisal Basri
Biem
Benjamin ini selebritis yang menjadi talent tidak dibayar dan malah membantu pasangan independen ini dalam berkampanye. TVC ini membawa tagline pasangan ini yakni Berdaya Bareng-Bareng yang maksudnya adalah mengajak rakyat Jakarta untuk bekerja bersama membangun Jakarta. Gambar 3.2 TV Commercial
-
Sumber : youtube.com (diakses 22 November 2012)
commit79to user
Biem Benjamin
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Berbeda dengan TVC pasangan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli yang
menjadikan selebriti sebagai endorser, TVC Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama menampilkan kehidupan masyarakat Jakarta yang terganggu karena banyak permasalahan yang belum bisa diselesaikan. Dalam TVC ini juga ada testimonial dari beberapa rakyat Jakarta yang mengeluhkan permasalahan disekitar mereka. TVC ini ditutup dengan tagline yang juga program kerja yang dikampanyekan, yakni Jakarta Baru. Gambar 3.3 TV Commercial
Basuki Tjahaja Purnama
Sumber : youtube.com (diakses 22 November 2012) Selain TVC berdurasi 30 detik tersebut pasangan ini juga melakukan inovasi berkampanye dengan merilis sebuah film dokumenter yang ditayangkan pada stasiun MetroTV pada tanggal 5 Juli 2012. Film dokumenter berjudul ara eksplisit menggambarkan segala
commit80to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
permasalahan yang ada di Jakarta dan solusi yang disiapkan pasangan ini jika terpilih. Film ini sempat mendapatkan tanggapan dari banyak pihak yang umumnya positif menyambut keberadaan film ini. Dalam film ini juga terkandung banyak sekali informasi yang bisa dijadikan pertimbangan calon pemilih dalam menentukan keputusan memilih. Gambar 3.4
Sumber : Istimewa Sementara itu pasangan calon lain Alex Noerdin Hidayat Nur Wahid
Nono Sampono dan
Didik J. Rachbini juga beriklan di televisi. TVC kedua
pasangan ini hampir sama isinya yakni mengajak masyarakat Jakarta yang memiliki hak memilih untuk mencoblos mereka. Sementara itu satu pasangan calon lain yakni Hendardji Soepandji
Riza A. Patria memilih tidak berkampanye
melalui iklan televisi karena minimnya budget yang mereka miliki.
commit81to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.5 TVC Hidayat Nur Wahid
Didik J. Rachbini
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Gambar 3.6 TVC Alex Noerdin
Nono Sampono
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Selain iklan di televisi dan media cetak, pasangan calon yang maju dalam pemilukada
DKI
Jakarta
juga
dapat
menjadi
komunikator
untuk
mengkampanyekan diri mereka dalam debat calon gubernur dan wakil gubernur yang ditayangkan secara langsung oleh sebuah televisi lokal dan televisi nasional. Acara debat ini diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD) DKI Jakarta bekerja sama dengan kedua stasiun televisi tersebut.
commit82to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.7 Debat Pemilukada DKI Jakarta 14 September 2012
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Debat pertama diselenggarakan pada tanggal 14 September 2012 yang ditayangkan stasiun JakTV dan debat kedua diselenggarakan tanggal 16 September 2012 yang ditayangkan stasiun MetroTV. Tujuan KPUD DKI Jakarta mengadakan debat ini adalah sebagai sarana bagi para pasangan calon untuk menunjukkan visi, misi, dan program kerja mereka bagi masyarakat DKI Jakarta.
commit83to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 3.8 Debat Pemilukada DKI Jakarta 16 September 2012
Sumber : youtube.com (diakses pada tanggal 22 November 2012)
Dalam debat ini masyarakat Jakarta mempunyai kesempatan untuk menilai siapa yang terbaik yang ingin mereka pilih, bukan hanya dari sisi program kerja melainkan juga dari figur kepemimpinan. Dalam dua debat tersebut terlihat jelas pertentangan karakteristik antar pasangan calon terlihat dari cara mereka menjawab pertanyaan sama yang ditujukan kepada mereka. Seorang informan juga mengaku mendapatkan informasi setelah menonton acara debat di televisi. Dina (Perempuan, 45 tahun) menyatakan bahwa ia dapat menilai masing-masing pasangan calon dari debat yang ia tonton di televisi mulai dari program kerja sampai emosinya. Ia juga menyayangkan Cawagub Nachrowi Ramli yang sempat
commit84to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyinggung isu SARA kepada cawagub Basuki Tjahaja Purnama. Berikut pernyataan Dina tentang acara debat yang ia tonton di televisi:
Jokowi itu kayaknya gak pinter ngomong pinteran Ahoknya. Kalo Foke sama Nara sama-sama pinter. Sebenernya sih pak Faisal itu kayaknya juga bagus, tapi saya kurang yakin dia menang, ga terkenal sih. Yang lain cuman kayak penggembira aja. Paling seru itu waktu Nara kemarin itu SARA, tapi untungnya si Ahok jawabnya tenang aja. Dari debat kita bisa tahu gimana tuh orang(Wawancara 20 September 2012) Dalam debat ini media massa hanya berperan sebagai saluran komunikasi sementara peran komunikator dijalankan oleh para kandidat calon. Para pengamat menilai debat ini tidak substantif dimana debat selalu melebar keluar konteks yang dibicarakan. Bahkan debat ini juga dinilai hanya sebagai arena adu saling serang antar calon gubernur dan wakil gubernur daripada mengemukakan program kerja yang seharusnya menjadi nilai mereka yang dikampanyekan. Walaupun begitu debat ini dapat menambah referensi masyarakat yang ingin memilih dan terbatas pengetahuannya terhadap figur kandidat. Melalui debat ini pemilih dapat menyimpulkan sendiri apakah figur yang ditampilkan dalam debat tesebut bisa menjadi pemimpin yang baik bagi mereka. Media massa sendiri juga menjalankan peran sebagai komunikator dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 dengan menyebarkan pemberitaan seputar pemilukada mulai dari penyelenggaraan sampai kegiatan para kandidat calon. Pemberitaan pemilukada DKI Jakarta memang telah menghiasi banyak headline surat kabar nasional dan hadir di setiap acara berita televisi nasional, belum lagi portal online yang menyuguhkan berita yang kurang lebih sama hampir setiap satu
commit85to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
jam selama masa pemilihan. Dengan segala informasi yang diberikan media massa kepada khalayak maka akan sangat mudah bagi calon pemilih untuk mencari informasi mengenai pemilihan. Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta 2012, pemberitaan media massa khususnya televisi memang lebih didominasi oleh dua pasangan, yakni pasangan incumbent Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli dan Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama. Segala kegiatan yang dilakukan oleh kedua pasangan ini selalu menjadi perhatian media massa. Bedanya Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama
mendapat pemberitaan positif sementara Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
kebanyakan mendapat pemberitaan negatif. Hal ini tak terlepas dari beberapa kontroversi yang dilakukan pasangan ini dan tim suksesnya selama masa pemilihan. Pertama, Rhoma Irama, penyanyi dangdut senior Indonesia yang diketahui juga simpatisan pasangan incumbent tersebut dalam dakwahnya menyatakan bahwa seharusnya seorang muslim memilih pemimpin yang muslim. Hal itu diperparah dengan pernyataannya tentang ibu dari calon gubernur Joko Widodo bukan seorang muslim. Pernyataan tersebut kemudian diralat dikemudian hari namun sudah terlanjur memberikan persepsi buruk di kalangan masyarakat. Kedua, blunder yang dilakukan oleh gubernur Fauzi Bowo saat diwawancarai wartawan dalam beberapa kesempatan ia membuat pernyataan yang menyerang baik secara implisit dan eksplisit kepada calon gubernur Joko Widodo. Ketiga, pada debat putaran kedua yang disiarkan langsung di MetroTv, calon wakil gubernur Nachrowi Ramli menyerang calon wakil gubernur Basuki Tjahaja
commit86to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Purnama dengan kata-kata bernuansa SARA. Ketiga kontroversial ini mendapat perhatian lebih dari media massa yang memberitakannya secara massif yang membuat popularitas pasangan ini semakin turun dan rasa simpati justru muncul ke pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama. Gambar 3.9
Pemberitaan media televisi mengenai Pemilukada DKI Jakarta 2012
Sumber : youtube (diakses pada 6 Oktober 2012) Media massa memang cenderung menjadi sumber informasi yang paling mudah diakses bagi calon pemilih termasuk masyarakat marginal di Jakarta. Dari 12 informan yang peneliti wawancara semuanya mengaku mendapatkan informasi baik dari surat kabar maupun televisi walau sebagian besar menyebut televisi sebagai sumber informasi mereka. Setiawan mengaku banyak mendapat pengetahuan mengenai kandidat calon dari televisi terutama mengenai calon gubernur Joko Widodo.
banget beritain Pak Jokowi, dari semasa masih di Solo dulu sampai kampanye disini. Saya udah nonton dari awal pake baju kotak kotak itu sampe kampanye-kampanye ini, blusukan kemana-mana itu juga saya
commit87to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setiawan juga menyebutkan referensi yang ia dapatkan dari televisi jugalah yang akhirnya membuatnya memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama. Setiawan terpengaruh pemberitaan media massa yang seringkali memberitakan hal positif tentang calon gubernur Joko Widodo. Setiawan juga tidak mengelak hal itu, ia menyatakan bahwa pemberitaan mengenai Joko Widodo memang lebih positif apalagi bila dibandingkan dengan pemberitaan Fauzi Bowo yang lebih didominasi berita negatif. Terkait hal itu berikut pernyataan Setiawan: Beritanya emang lebih banyak soal Pak Jokowi sama Foke. Sama-sama banyak. Bedanya cuman kalo beritanya pak Jokowi yang baik-baik, trus kalo Foke yang jelekSementara itu Faisal (Laki laki, 35 tahun) menyatakan memang mendapatkan informasi seputar pemilihan dari televisi, namun berbeda dengan Setiawan, Faisal tidak terpengaruh dengan pemberitaan media massa. Faisal adalah pemilih partisan yang memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli. Walaupun
pemberitaan media massa terhadap pasangan calon ini seringkali negatif namun itu tidak mengubah keputusan memilih Faisal untuk tetap mencoblos pasangan incumbent ini.
campaign, jelek-jelekkin Jokowi. Katanya SARA juga, Jakarta nggak boleh punya pemimpin Kristen. Trus juga pas debat di tv itu, Si Nara ga begitu percaya saya. Di tv juga baik-baikkin Jokowi banget, aneh, ga imbang rasanya. Kalo saya sih milih enggak berdasarkan isu-isu gituan mas, saya 2012) Keppler mengemukakan ada enam jenis pengaruh yang ditimbulkan media massa. Pertama, media dapat menyebabkan perubahan yang diinginkan. Kedua,
commit88to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
media juga mampu menyebabkan perubahan yang bertentangan dengan yang diinginkan. Ketiga, media menyebabkan perubahan kecil. Keempat, media memperlancar perubahan baik sesuai yang diinginkan maupun sebaliknya. Kelima, media dapat mencegah perubahan. Keenam, media memperkuat apa yang sudah ada (McQuail, 1996:231). Jenis pengaruh keenam yakni media memperkuat apa yang sudah ada terjadi dengan Wasrap (Laki laki, 50 tahun) yang merasa bahwa informasi yang ia dapatkan dari televisi memperkuat keputusan yang sudah ia ambil untuk memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama. Ia menyatakan
pemberitaan positif mengenai pasangan tersebut di media massa cukup memberikan pertimbangan lebih baginya untuk memilih pasangan tersebut.
nonton tv. Nonton TvOne, nyiarin beritanya pak Jokowi. Sebelum maju jadi calon, saya udah tahu pak Jokowi lho, waktu berita soal esemka itu. Dari tv, saya lumayan tahu pak Jokowi. Awalnya saya bingung mas mau milih siapa. Eh tau anak saya ngomong-omongin saya tentang Jokowi itu mas, katanya dia tau sendiri jokowi itu kayak gimana. Udah gitu kalo nonton tv banyak beritanya Jokowi juga sewaktu masih di Solo, ditambah lagi lihat kasus kasus-nya Foke banyak amat, ah ya udah lah milih Jokowi Cerita lain muncul dari Meg (laki-laki, 26 tahun) yang bingung harus memilih siapa pada putaran kedua setelah pilihannya pada putaran pertama tidak lolos. Kemudian ia mendapatkan informasi seputar kandidat calon yang maju yakni Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli dan Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama. Media massa menempatkan dua pasangan ini dalam kubu yang berbeda, protagonis dan antagonis yang menyebabkan Meg lebih simpati pada pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama.
commit89to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sampe bosen. Kalo yang saya tahu banyak ya Jokowi itu, sama si Foke kan Untuk Ike (Perempuan, 40 tahun) media massa adalah sumber informasi utama. Ia mengaku semua referensinya mengenai pemilukada ia dapatkan dari membaca koran dan menonton televisi. Ia juga terpengaruh pencitraan positif pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama sehingga akhirnya
memutuskan untuk memilih pasangan ini setelah mengetahui figur dan program kerja mereka di media. oran kan, mas. Banyak isinya yang bahas pilkada, malahan akhir-akhir ini ada laporan khususnya. Saya emang orangnya suka baca jadinya banyak tahulah. Dari berita itu terus saya tertarik sama Jokowi. Kalo Pak Jokowi sih kelihatannya cocok, udah terbukti di Solo, kelihatannya ga banyak janji tapi bener kasih bukti. Gitu sih kata berita di tv, tapi kayaknya emang bener lihat orangnya di tv Pengaruh media massa terhadap keputusan memilih memang umumnya bersifat tidak langsung bertentangan dengan teori peluru dan jarum suntik. Pengaruh yang dihasilkan media massa tidak langsung karena banyak faktor lain yang mempengaruhi pilihan seseorang seperti persepsi, karakteristik orang tersebut, dan nilai dan norma yang dianut orang tersebut. McLuhan dalam teorinya Sense Extention Theory menyatakan bahwa media massa merupakan alat perangsang indera yang mampu mengubah persepsi dan pada tahap yang lebih lanjut mampu mengubah perilaku seseorang (Sofiah, 2003: 16). Seperti yang terjadi pada Informan Mar yang memilih informasi yang diterimanya dari televisi. Menurut teori persepsi selektif, seseorang cenderung memilih informasi yang
commit90to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sesuai dengan apa yang dipercayainya, hal ini yang menjadi salah satu hambatan dalam proses komunikasi massa. Kalo itu sih iya, mas, di tv banyak berita soal Jokowi. Soal dia mimpin Solo lah, gimana baiknya, deket sama rakyat. Tapi itu kan di Solo, beda lah sama Jakarta. Apa-apanya beda, mas. Jadi saya ga begitu percaya sih. (Wawancara 19 September 2012) Dalam penelitian ini peneliti menemukan fakta bahwa media massa dapat berpengaruh dalam keputusan memilih yang diambil oleh masyarakat marginal DKI Jakarta 2012 terkecuali tipe pemilih partisan yang tidak memiliki tendensi terhadap satu pasangan calon tertentu. Peranan media massa dalam menentukan keputusan memilih dapat sebagai penentu pengambilan keputusan, dan juga memperkuat keputusan memilih yang telah diambil. Sesuai teori limited effect, Media massa tidak mempunyai kekuatan yang cukup besar untuk mempengaruhi secara langsung keputusan memilih seseorang namun media massa mampu menjadi referensi bagi calon pemilih dalam menentukan keputusan memilihnya terutama tipe pemilih rasional, dan juga apabila media massa dapat menjadi sumber informasi bagi opinion leader dan menjadi bentuk komunikasi interpersonal seperti pada model komunikasi dua tahap, atau model komunikasi banyak tahap maka pengaruh yang ditimbulkan dapat saja lebih besar. B. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat Marginal pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 1. Partisipasi Politik Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini boleh dibilang sebagai pemilukada yang paling banyak mendapat perhatian dari masyarakat, tidak hanya masyarakat
commit91to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ibu kota melainkan juga masyarakat Indonesia. Alasannya jelas bahwa Jakarta sebagai tolak ukur pemilukada di daerah lain, apalagi posisi Jakarta sebagai ibukota sekaligus kota terbesar di Indonesia yang menimbulkan pendapat pemilukada di Jakarta adalah pemilu mini Indonesia. Karakteristik kemajemukan yang berada di Jakarta dianggap mewakili keseluruhan wilayah Indonesia. Oleh sebab itu menarik bila Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 ini dijadikan acuan para pengamat politik menuju Pemilu Presiden yang akan diselenggarakan pada tahun 2014 mendatang. DKI Jakarta terkenal dengan keberagaman latar belakang baik etnis, suku bangsa, agama dan pekerjaan. Namun juga masyarakat DKI Jakarta dikenal sebagai masyarakat yang apatis terhadap politik. Hal ini terbukti pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2007 yang lalu dimana jumlah golongan putih (golput) mencapai 34,59%. Beberapa faktor yang ditengarai menjadi alasan banyaknya jumlah golput adalah Daftar Pemilih Tetap yang tidak pasti, sehingga banyak masyarakat yang tidak tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap dan tidak bisa mengikuti pemilukada, juga keengganan masyarakat DKI Jakarta untuk ikut serta dalam Pemilukada dan memilih untuk berlibur. Kebanyakan dari mereka beranggapan bahwa percuma mengikuti pemilukada karena tidak akan bermanfaat bagi kehidupan mereka. Masyarakat DKI Jakarta terbagi menjadi 3 kelas, yakni masyarakat marginal, kelas menengah, dan kelas atas. Masyarakat marginal adalah golongan masyarakat yang jumlahnya paling banyak di Jakarta sehingga muncul anggapan bahwa siapapun yang bisa memenangkan suara dari masyarakat marginal akan
commit92to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
memenangkan pemilukada. Anggapan itu tak sepenuhnya salah, memang suara dari masyarakat marginal sangatlah signifikan, namun kebangkitan partisipasi politik dari kelas menengah yang biasanya golput berpotensi untuk mengubah hasil pemilukada. Partisipasi Politik dalam Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 yang diharapkan adalah dengan mencoblos pasangan calon gubenur dan wakil gubernur. Namun kegiatan yang berkaitan dengan pemilukada seperti mengikuti kampanye, menjadi simpatisan, atau menginformasikan pemilukada kepada orang lain juga sudah disebut sebagai partisipasi politik. Dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 ini, masyarakat marginal memang masih menjadi target empuk bagi sebagian besar pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Pasangan calon independen Faisal Basri
Biem Benjamin
menolak anggapan itu, dan memilih kelas menengah sebagai target pasar mereka. Hasilnya tidak buruk-buruk amat, mereka mendapatkan suara 4,98% dan yang lebih luar biasa, mereka mencatat sejarah baru sebagai calon independen pertama yang bisa mengungguli pasangan calon yang diusung banyak partai besar, Alex Noerdin
Nono Sampono. Faisal Basri sendiri pernah menyatakan bahwa hasil
yang ia capai merupakan sebuah kemenangan. Dalam sebuah wawancara dengan televisi swasta, Faisal Basri menyatakan hasil ini menandai kebangkitan partisipasi politik dari masyarakat kelas menengah. Artinya Masyarakat kelas menengah sudah mulai melihat politik sebagai suatu hal yang patut mendapat perhatian dari mereka, dan walaupun secara tidak langsung akan mempengaruhi kehidupan mereka.
commit93to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemilukada DKI Jakarta 2012 diberitakan secara intens oleh media massa sehingga menimbulkan kesan bahwa pemilukada ini mendapat perhatian khusus dari masyarakat Indonesia. Hal ini juga ditanggapi positif oleh masyarakat dengan memberikan suaranya pada hari pemilihan. Dari informan yang peneliti wawancarai, semua informan mencoblos baik pada pemilukada putaran pertama dan putaran kedua. Walaupun tidak mewakili populasi masyarakat marginal DKI Jakarta, fenomena ini bisa menjadi pembelajaran demokrasi yang bagus bagi masa depan mengenai keputusan memilih dan referensinya. Setiawan (Laki-laki, 31 tahun, Buruh) menyatakan partisipasinya dalam pemilukada kali ini adalah karena keinginannya untuk melihat perubahan di Jakarta. Setiawan yang merupakan pendatang dari Jawa berharap dengan adanya pemilukada, masa depan Jakarta yang suram bisa berubah menjadi cerah. en lihat perubahan di kota ini mas. Masa gini-gini aja terus, macet terus, banjir terus. Apalagi denger-denger tuh katanya pemerintahan yang sekarang korup. Trus takut juga kalo nanti saya golput suara saya dipake lagi, daripada gitu mending nyoblos. Toh kan cuman 5 menit untuk 5 tahun gitu 2012) Senada dengan Setiawan, Santi (Perempuan, 30 tahun) yang kesehariannya bekerja sebagai penjahit keliling juga menginginkan perubahan bagi Jakarta. Ia berharap gubernur baru yang akan terpilih mampu menampung aspirasi rakyat dan membawa perubahan besar bagi DKI Jakarta. Santi juga menyatakan bahwa partisipasinya pada pemilukada kali ini karena juga pemilukada ini mendapat perhatian khusus oleh media massa dan masyarakat Indonesia.
commit94to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
baru. Hahaha. Ini pemilu ga kayak yang kemarin mas, pemilu tahun ini gede banget kayaknya apa gara-gara pak Jokowi nyalon ya? Saya juga gak tau deh. Kepingin ikutan di pemilu yang udah digede-gedein ini, asal bukan cuman pemilunya aja yang gede, waktu njabat nanti juga
Sementara itu, beberapa informan menyatakan bahwa partisipasi mer eka dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 sebatas karena mereka ingin menjadi warga negara yang baik. Seperti yang diungkapkan Meg yang baru saja mendapat Kartu Tanda Penduduk DKI Jakarta, partisipasinya dalam pemilukada adalah sematamata karena ia ingin menjadi warga negara yang baik.
DPT yang pertama kemarin nama saya sempet belum ada tuh, saya bingung, untung waktu di TPS saya boleh nyoblos pake KTP, ya saya nyoblos, itung-itung belajar (Wawancara 19 September 2012) Selain Meg, informan lain yang partisipasinya dalam pemilu karena ingin menjalankan hak-nya sebagai warga negara adalah Dina (Perempuan, 45 tahun) yang mencoblos karena pada hari pemilihan pabrik tempatnya bekerja libur, dan tidak ada acara lain dan juga Mar (Perempuan, 30 tahun) yang memilih menutup warungnya setengah hari agar bisa mengikuti pemilihan. Berbeda dengan kelas menengah yang memanfaatkan hari libur pemilihan untuk liburan bersama keluarga dibandingkan mengikuti pencoblosan, masyarakat marginal yang kebanyakan tidak mempunyai anggaran liburan lebih memilih untuk mengikuti pencoblosan.
masih ga mau nyoblos. Hehehe. Saya juga dapet rejeki nyiapin makanan buat yang coblosan itu, mas. Nyoblos kan juga buat kite sendiri sebagai
commit95to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
warga negara yang baik katenye harus nyoblos biar sedikit yang golput. 2012) nyoblos gitu. Jadinya ya saya nyoblos. Pemilu gini kan buat masa depan yang lebih baik juga kan, siapa tahu Jakarta kedepannya bisa lebih baik 20 September 2012) Sementara itu Ipin (Laki-laki, 30 tahun) mengungkapkan bahwa partisipasinya dalam pemilukada tak lebih karena ia tak ingin suaranya disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab. Ia menganggap hasil pemilu juga tidak akan berpengaruh pada kehidupannya. Ipin juga merasa apatis terhadap dunia politik dan semua elite didalamnya. Ia menilai pasti ada kepentingan yang menguntungkan dibalik orang-orang yang terlibat secara langsung di pemilukada. ut gituan. Lebih milih kerja, cari duit. Saya waktu coblosan pertama juga males mas mau nyoblos apa juga bingung ya udah sekenanya aja mas waktu itu saya juga lagi buru -buru mau kerja, sopir kayak saya mah gak ada hari liburnya mas. Tapi ya saya sempetin nyoblos mas, karena udah diingetin juga sama pak RT sama tetangga juga yang jaga TPS, saya bingung kenapa pada mau ya repotSeptember 2012) Partisipasi politik di pemilukada 2012 dilakukan sebagian besar masyarakat marginal karena mereka menginginkan perubahan yang lebih baik di DKI Jakarta. Hal ini senada dengan pernyataan Ike (Perempuan, 40 tahun) yang menginginkan Jakarta yang lebih dibaik di masa depan. um tahu deh besok mau nyoblos siape, tapi yang pasti saya nyoblos mas, udah dapet suratnya kemarin. Gak enak kalo gak nyoblos, TPS nya didepan rumah saya tuh. Saya ini rakyat kecil cuman pengen diperhatiin, mas. Ya kalo gubernurnya baru siapa tau lebih
commit96to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bai September 2012) Mereka menganggap partisipasi politik yang mereka lakukan dalam memilih gubernur dan wakil gubernur adalah satu-satunya cara yang bisa mereka lakukan untuk membawa perubahan di Jakarta. 2. Perilaku Memilih Perilaku memilih merupakan tindakan warga negara dalam memberikan suaranya untuk memilih wakilnya di pemilu, baik dalam pemilu legislatif, presiden dan kepala daerah. Perilaku memilih juga mencakup latar belakang seseorang dalam memilih dan juga tindakan untuk tidak memilih salah satu kandidat atau yang sering disebut golongan putih. Dalam pemilukada DKI Jakarta masyarakat marginal yang jumlahnya paling banyak menarik untuk dilihat perilaku memilihnya. Berikut ini gambaran perilaku memilih masyarakat marginal dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 yang diwakili informan penelitian. Tabel 3.1 Gambaran Perilaku Memilih Masyarakat Marginal DKI Jakarta dalam Pemilukada tahun 2012 No.
Informan
Tipologi Pemilih
1
Setiawan
Pemilih Rasional
Kandidat Pilihan Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama 2
Faisal
Pemilih Partisan
Fauzi Bowo
3
Wasrap
Pemilih Partisan
Joko Widodo
Nachrowi Ramli Basuki Tjahaja
Purnama 4
Meg
Pemilih Rasional
Alex Nurdin
Nono Sampono
Joko Widodo
Basuki Tjahaja
commit97to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Purnama 5
Ipin
Pemilih Sekedar
Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
Memilih 6
Ike
Pemilih Rasional
Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama 7
Mar
Pemilih Sekedar
Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
Memilih 8
Dina
Pemilih Partisan
Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama Fauzi Bowo 9
Lina
Pemilih Partisan
Joko Widodo
Nachrowi Ramli Basuki Tjahaja
Purnama 10
Santi
Pemilih Rasional
Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama 11
Suci
Pemilih Partisan
Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama
12
Ipeh
Pemilih Rasional
Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama Sumber: Hasil wawancara peneliti dengan informan (diolah) Pawito dalam penelitiannya pada pemilu 1999 dan 2004 menggolongkan perilaku pemilih masyarakat ke dalam empat kelompok, yakni pemilih yang hanya sekedar memilih, pemilih partisan, pemilih rasional, dan golongan tidak memilih (golongan putih).
commit98to user
perpustakaan.uns.ac.id
1.
digilib.uns.ac.id
Pemilih Sekedar Memilih Pemilih yang hanya sekedar memilih dalam pemilu biasanya disebabkan
karena pemilih yang bersangkutan kurang atau tidak mendapatkan informasi yang cukup mengenai pasangan calon gubernur dan wakil gubernur pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Minimnya informasi biasanya karena keterbatasan akses terhadap sarana komunikasi. Seharusnya bagi masyarakat perkotaan hal ini sudah bisa diatasi karena mereka bisa mendapatkan informasi darimana saja. Namun informasi yang mereka dapatkan belum tentu juga mempengaruhi mereka untuk memilih salah satu pasangan calon gubernur dan wakil gubernur. Pemilih yang hanya sekedar memilih
karena merasa harus memberikan suaranya daripada
suaranya dipergunakan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini diungkapkan oleh Ipin (30 tahun), Warga Mangga Dua yang kesehariannya bekerja sebagai sopir memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli pada putaran
pertama dan masih ragu untuk memberikan suaranya pada putaran kedua. Menurutnya, siapapun gubernurnya tidak akan mengubah Jakarta.
nggak ada yang bener. Kita bingung, kita udah pilih dia, tapi kita dibawah nggak ditengok sama dia. Dia udah naik pangkat, pasti kan beda pembawaannya sama sebelum naik 2012) Ipin terkesan tidak peduli siapa yang akan menjadi gubernur, akan tetapi ia lebih memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli dengan alasan siapapun
gubernurnya tidak akan berpengaruh bagi dirinya. Ia juga apatis pada perubahan yang diusung pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama. Menurutnya
Jakarta tidak sesederhana Solo yang sebelumnya dipimpin oleh calon gubernur
commit99to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Joko Widodo, dan seharusnya Jakarta dipimpin oleh gubernur yang mengenal baik luar dalam Jakarta seperti gubernur Sutiyoso.
nonton di tv. Jokowi katanya bisa ngerubah kota Solo. Lha tapi kota Solo sepadat apa, dibandingin Jakarta. Kayak Sutiyoso tuh yang kenal baik eptember 2012) Mar (Perempuan, 30 tahun) juga menyatakan kesediaannya berpartisipasi dalam pemilukada hanya semata-mata karena ia ingin menggunakan hak-nya sebagai warga negara. Ia menyatakan memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
walaupun tidak tahu program kerja yang dikampanyekan pasangan calon ini. Ia menilai baik kinerja pemerintahan dibawah gubernur Fauzi Bowo sudah cukup baik, dan beberapa kebijakan dirasakan olehnya.
nyoblos gitu. Jadinya ya saya nyoblos. Pemilu gini kan buat masa depan yang lebih baik juga kan, siapa tahu Jakarta kedepannya bisa lebih baik lagi? Harapan saya sih gitu. Duh, saya nyoblos Foke, mas. Kayaknya Jakarta aman-aman aja dipimpin ama dia. Lumayanlah, tapi saya juga gak tau dia gimana, trus nanti mimpinnya gimana, kayak gini lagi apa beda saya gak tau. Saya juga kurang tahu programnya apaan. Ya milih aja kan gubernur kalo ganti juga ga bawa dampak buat orang kecil, mas, jadi pilih eptember 2012) Pada dasarnya pemilih tipe ini menganggap bahwa pemilukada hanya hajatan orang besar, dan tidak akan berpengaruh terhadap kehidupannya. Mar juga menilai siapapun gubernurnya tidak akan mengubah nasibnya. Jadi menurutnya gubernur yang sekarangpun dipilih lagi tidak akan ada salahnya. Pandangan Mar memang tidak sepenuhnya salah. Kebijakan yang dibuat pemerintah memang mungkin tidak dirasakan secara langsung oleh masyarakat, khususnya masyarakat yang hidup diambang garis kemiskinan.
commit 100to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Pemilih Partisan Pemilih partisan juga dikenal sebagai pemilih fanatik. Pemilih fanatik mempunyai arti apapun yang terjadi pada pasangan calon favoritnya tidak akan mempengaruhi pilihannya. Pemilih tipe ini mempunyai pasangan calon gubernur dan wakil gubernurnya yang difavoritkan. Tim sukses, kader partai, dan keluarga pasangan calon gubenur dan wakil gubernur termasuk dalam golongan ini. Alasan seseorang menjadi pemilih partisan adalah adanya kesamaan ideologis, tradisi, latar belakang, agama, dan etnis. Tak pelak isu-isu SARA seringkali menjadi bumbu politik dalam setiap pemilu. Begitu pula yang terjadi pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 dimana pasangan calon gubernur Joko Widodo
Basuki
Tjahaja Purnama yang paling sering menjadi korban isu SARA yang merebak dikalangan masyarakat DKI Jakarta. Alasan paling jelas adalah latar belakang calon wakil gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang merupakan keturunan etnis tionghoa. Salah satu pemilih partisan adalah Wasrap (Laki-laki, 50 tahun, Buruh Industri) yang memilih pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama karena
anaknya adalah simpatisan pasangan calon tersebut.
Nyoblos Mas Jokowi itu lho, yang walikota Solo, yang suka pake baju kotak kotak. Saya kemarin dikasih sama anak saya, katanya besok kalo
Fenomena menarik yang bisa didapatkan dari informan Wasrap adalah kesamaan latar belakang etnis dengan pasangan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli
tidak membuat Wasrap memilih mereka melainkan memilih berdasarkan
commit 101to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengaruh anak yang merupakan simpatisan Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama.
Jakarta. Buat apa yang milih orang Betawi kalo ga bi sa mimpin. 2012) Berbeda dengan Wasrap yang memilih pasangan Joko Widodo
Basuki
Tjahaja Purnama karena faktor anaknya yang simpatisan pasangan calon tersebut, Lina (Perempuan, Ibu rumah tangga, 27 tahun) yang berasal dari Solo menyebut kesamaan suku dan pengalaman pernah dipimpin oleh Joko Widodo menjadi alasan dirinya mencoblos pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama
-gara saya orang Solo, jadi nyoblos walikotanya sendiri. Saya juga sempat ngerasain dipimpin Pak Jokowi, dan tahu gimana perubahan yang dibawa beliau. Contohnya pasar klitikan itu, mas pasti tau juga kan? Nah, kalo disini saya kepengen juga Jakarta bisa berubah kayak Solo gitu. Kalo saya mah udah mantep m (Wawancara, 20 September 2012) Lina juga menyebut bahwa kampanye hitam yang ditujukan kepada Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama tidak mempengaruhi pilihannya, dia akan tetap
memilih mereka. Lina mengungkapkan bahwa kesamaan latar belakang bukan satu-satunya alasan ia teguh memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama
melainkan karena ia percaya Joko Widodo mampu menjadi solusi atas masalah yang dihadapi Jakarta. Deket sama rakyat kecil. Intinya sih Pak Jokowi itu. Dia dengerin apa yang dimau sama rakyat, terus diwujudin deh ama beliau. Janjinya juga ga muluk kan, tapi ditepatin lah. Pak Jokowi itu udah terkenal baik, anti korup, bahkan kan gajinya jadi walikota enggak diambil. Udah cukup bukti lah itu. Kalo pak Jokowi jadi gubernur, saya seneng lah mas, pengen Jakarta bisa kayak di Solo. Saya aja sampe beli baju kotak-kotak ini sama suami saya. (Wawancara 20 September 2012)
commit 102to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kesamaan latar belakang juga menjadi alasan yang kuat bagi Dina (Perempuan, 45 tahun) untuk memilih Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli. Namun ia
juga menyanggah kalo pilihannya hanya semata-mata karena kesamaan latar belakang. Ia menyatakan Fauzi Bowo yang sudah bekerja di birokrasi DKI Jakarta selama puluhan tahun lebih mengenal dengan baik permasalahan yang dihadapi Jakarta, dan Nachrowi Ramli yang mempunyai latar belakang militer dianggapnya mempunyai ketegasan untuk memimpin Jakarta. Dina juga menunjukkan keengganannya memiliki pemimpin non-muslim. gini ya, emang sih ada solidaritas sesama betawi, tapi benernya gara-gara dia kan udah kenal Jakarta dengan baik gitu, mas. Latar belakangnya juga kan udah kerja di Pemkot lama itu mas. Pak Nara juga kan militer jadi kan tegas gitu. Kalo Jokowi sama Ahok itu kan pada pengusaha ya, jadinya harusnya pinternya dagang kan? Ya emang juga ada ajakan buat milih yang seagama gitu, mas, saya juga agak gimana aja kalo Jakarta dipimpin Hal yang menarik dari Dina adalah perbedaan pilihan pada putaran pertama dan kedua. Dina pada awalnya memilih Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama namun mengganti pilihannya pada putaran kedua. Ia berkilah bahwa alasannya menjadi swing voters adalah masalah latar belakang agama dan suku. saya lihatnya Pak Foke itu kan taat beragama, kelihatan, mas, udah gitu kan pak Nara juga ketua forum betawi gitu. Jadinya mereka berdua kayaknya pas mimpin Jakarta, udah ngerti Jakarta banget lah. Kalo Pak Jokowi kan memang masih muda ya, jadinya emang saya lihatnya masih Pemilih partisan adalah pemilih yang jumlahnya paling banyak diantara pemilih lainnya. Hal ini masih dimaklumi, terutama di Indonesia yang mempunyai karakteristik masyarakat yang melakukan sesuatu atas dasar faktor sungkan dan
commit 103to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kesamaan yang ada diantara mereka. Hal menarik dalam pemilukada, terutama kaitannya dengan pemilih partisan adalah peran partai dalam pemilukada 2012. Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama yang hanya didukung oleh dua partai
(PDIP dan Gerindra) dan tidak punya banyak kursi di DPRD menang atas pasangan lainnya yang notabene didukung oleh banyak partai, yang memiliki massa lebih banyak di Jakarta. Fenomena ini memberikan fakta baru dalam pemilukada di Indonesia dimana faktor simpatisan partai dan anggota partai kini tidak signifikan lagi mempengaruhi hasil pemilukada. Hal ini jelas bertolak belakang dengan pemilukada 2007 dimana saat itu Fauzi Bowo
Prijanto menang
karena didukung mayoritas partai. Hasil pemilukada 2012 juga mengingatkan peneliti pada pemilu presiden 2004 dimana Susilo Bambang Yudhoyono menang mengalahkan Megawati Soekarnoputri yang saat itu diusung partai terbesar di Indonesia, PDI Perjuangan.
3.
Pemilih Rasional Dalam
pemilu,
pemlih
rasional
adalah
yang
diharapkan
untuk
meningkatkan kualitas pemilu itu sendiri. Walaupun begitu, tidak bisa dipungkiri bila ada faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan seseorang seperti pada tipe pemilih lainnya. Pemilih rasional adalah tipe pemilih yang mampu mengambil keputusan yang logis dengan didasari oleh pertimbangan-pertimbangan yang matang, setelah melakukan analisis mengenai alternatif pilihan yang tersedia. Pemilih rasional cenderung aktif untuk mencari tahu informasi dan referensi sebanyak-banyaknya mengenai pemilukada, pasangan calon yang maju,
commit 104to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
program kerja, kampanye, serta tidak punya hubungan apapun dengan pasangan calon yang maju dalam pemilukada DKI Jakarta 2012 baik dalam hal agama, ras, ideologis, partai, ikatan keluarga dan pertemanan. Pilihan yang diambil oleh pemilih rasional cenderung diambil secara sadar dan sangat memperhatikan alternatif pilihan yang ada. Pemilih rasional mempunyai karakteristik untuk membandingkan pasangan calon satu dengan yang lain dalam hal figur dan program kerja yang disampaikan selama kampanye. Pemilih rasional jelas mampu membedakan mana calon yang lebih baik menurutnya, dan pilihannya tidak berubah-ubah. Meg (Laki-laki, 26 tahun) salah satu informan yang mewakili tipe pemilih rasional. Pemuda yang kesehariannya bekerja serabutan di kawasan Ancol, Jakarta Utara ini memilih pasangan Alex Noerdin
Nono Sampono pada putaran pertama
pemilukada DKI Jakarta 2012 karena kebetulan ia mendapat pekerjaan dalam kampanye Alex Noerdin
Nono Sampono. Namun ia menyanggah apabila itu
adalah alasan utama dirinya memilih pasangan calon tersebut. Ia menyatakan bahwa Alex Noerdin
Nono Sampono adalah satu-satunya pasangan calon yang
ia ketahui program kerjanya.
yang saya tahu programnya juga cuma dia. Jadinya ya dia janji apa, saya denger, kalo misal dia kepilih trus ingkar, ya bisa didemo kan? Kalo menurut saya sih programnya bagus, tapi ya gak tau bisa jalan apa enggak. Orang Jakarta ruwet gini kan ya? Kalo yang lainnya saya mah gak tau. Si Foke saya juga ga kenal, palingan juga Jokowi yang terkenal sering keluar Pada putaran kedua, Meg terpaksa harus mengubah pilihannya karena pasangan calon yang ia pilih pada putaran pertama tidak lolos ke putaran kedua.
commit 105to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Meg tetap akan memberikan suaranya karena ia takut suaranya akan dipergunakan oleh pihak-pihak tertentu. Ia kemudian memilih pasangan calon Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama karena ia sering menonton pemberitaan media massa mengenai pasangan calon tersebut. Ia menyukai
program
kerja yang
dikampanyekan Joko Widodo yaitu perencanaan pembangunan kampung susun bagi masyarakat yang tinggal di pemukiman kumuh.
nyoblos. Saya besok nyoblos Jokowi. Denger-denger dia bagus tuh, pengen tahu aja, gimana bagusnya, kok sampe rame banget tv beritain. Programnya banyak yang pro orang kayak saya, mas, katanya mau bikin kampung susun buat yang tinggal di kumuh-kumuh itu. Kalo bener dilakuin sih saya seneng banget. Kalo si Foke kan udah tau gimana jeleknya, buat apa dipilih lagi? Kalo buat saya mah, gubernurnya siapa aja
Meg juga menyatakan ketidaksukaannya kepada gubernur DKI Jakarta yang lama, yakni Fauzi Bowo. Ia berharap kalau Fauzi Bowo tidak terpilih lagi di pemilukada tahun 2012 ini. Meg menganggap Fauzi Bowo sudah gagal menjadi gubernur, dan melakukan money politics untuk bisa menang di pemilukada. nur gagal. Di tipi aja beritanya jelek semua, bener juga itu. Jakarta tambah basi dipimpin dia. Apalagi ini pemilu ini dia curang kayaknya. Kemarin ini saya baru denger, ada kampung yang dibeli sama dia. Temen saya yang cerita gini, di Jatinegara sana, ada beberapa RT yang didatengi tim suksesnya Foke. Ketua RT-nya mau dikasih duit asal semua warga nyoblos Foke. Nah loh, ada yang mau, ada juga yang ga mau. September 2012) Pemilih
Rasional
biasanya
merefleksikan
pilihannya
terhadap
pemerintahan yang berkuasa di periode yang sebelumnya. Bila calon incumbent mencalonkan diri lagi, pemilih rasional akan menilai kinerjanya dan memutuskan
commit 106to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pilihannya berdasarkan kinerjanya dimasa lalu. Pemerintahan yang citranya positif akan diberikan kesempatan untuk berkuasa satu periode lagi, sementara jika tidak, maka pemilih akan mencari alternatif calon lain yang memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta tahun 2012, pasangan incumbent yakni Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli mendapatkan citra
yang negatif di media massa. Hal ini juga diperparah dengan blunder yang dilakukan pasangan calon selama masa kampanye berlangsung. Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama dianggap sebagai alternatif pemimpin yang mampu membawa perubahan yang baik bagi DKI Jakarta. Hal ini jelas menjadi pertimbangan bagi Setiawan (Laki-laki, 31 tahun) yang bekerja sebagai buruh. Setiawan memberikan penilaian negatif kepada gubernur Fauzi Bowo yang dinilainya tidak mampu menjadi gubernur yang baik dan malah membawa Jakarta semakin mundur, selain itu Setiawan juga merasa ada yang salah dalam birokrasi pemerintahan DKI Jakarta.
di Solo, jadi saya sempat tanya-tanya sedikit tentang kepemimpinan Pak Jokowi di Solo. Kemudian, saya semakin yakin buat nyoblos Pak Jokowi ketika nonton tv, mas. Di tv, banyak banget berita yang nunjukin keberhasilan Pak Jokowi, termasuk saya kagum soal Esemka itu mas, masa walikota mau naik mobil bikinan anak sekolahan. Kata saudara saya kalo ga percaya pak Jokowi itu bagus mendingan ke solo lihat langsung aja, tapi saya belum sempet, mas. Saya lihat pak Jokowi itu nggak kayak pejabat lainnya, ya gimana ya, pokoknya saya ngrasanya Jokowi itu pro rakyat. Kalo Ahok itu saya lihat sebagai pemimpin muda yang tegas, mas. Jadinya kalo dibandingin sama Foke ya mereka menang telak. Janji Foke gak ada yang ditepatin, malah tambah buruk daripada jaman Bang Yos dulu. Udah gitu korup lagi, kalo mau tahu mas, bikin KTP itu susah banget lho, mau ketemu orang kelurahan kayak ketemu presiden. Kalo gitu pasti ada yang salah sama atasannya. Foke jelas itu, Pak Priyanto aja sampe ga
commit 107to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kuat kan? Ini kampanye pake jelek-jelekin Jokowi juga kan? Ya gitu deh
Setiawan juga konsisten dengan pilihannya. Ia menyatakan tidak akan mengganti pilihannya, dengan alasan apapun. Bahkan ia tak termakan isu kampanye hitam yang menyerang pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja
Purnama. Menurutnya kampanye hitam itu hanya ide dari orang-orang yang tidak suka Joko Widodo menang dalam pemilukada DKI Jakarta. aya rasa saya tetap nyoblos Pak Jokowi. Karena saya rasa Pak Jokowi memang lebih baik. Contohnya begini, kemarin saya sempet dapet sms, isinya jelek-jelekin Pak Jokowi di Solo, padahal saya tahu sendiri dari orang Solo kalau Pak Jokowi enggak seperti itu. Jadinya kan kelihatan siapa yang takut kalah. Hehehe. Di kampung dekat rumah saya, pagi-pagi buta, juga pernah ada yang nyebarin selebaran di depan rumah, isinya sama kayak yang di sms itu, tapi saya ga kemakan, mas. Itu akal-akalannya orang aja yang pengen jegal langkah Pak Jokowi. Mereka takut aja Jokowi menang disini, mereka bakalan susah, yang pada korup itu. Orang pemkot juga bakalan bingung udah gak bisa bebas ngapa-ngapain lagi. (Wawancara 19 September 2012) Citra negatif dari pemerintahan sebelumnya juga memudahkan Ike (Perempuan, 40 tahun) untuk menentukan pilihannya di pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Citra merupakan hal yang penting dalam konteks pemilukada. Citra menjadi gambaran yang pertama kali muncul ketika nama calon disebutkan. Citra positif mampu mengangkat posisi calon tersebut untuk lebih mudah diterima masyarakat, sementara citra negatif akan membawa calon tersebut semakin dijauhi oleh masyarakat. Citra terbentuk oleh informasi dan pengalaman. Dalam konteks pemilukada DKI Jakarta, gubernur Fauzi Bowo cenderung mempunyai citra negatif karena kegagalannya menemukan solusi bagi permasalahan yang ada
commit 108to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
di Jakarta. Sementara Joko Widodo tampil dengan citra positifnya setelah pelbagai prestasinya selama menjabat walikota Solo.
sekarang semrawut gini. Kemarin katanya bayaran anak Sekolah gratis, tapi anak aku belum gratis. Padahal ada sebagian yang udah gratis, kok nggak merata gitu ya. Saya orang kecil pengennya sederhana, mas, bisa nyekolahin anak sampe SMA, trus kalo berobat murah gitu. Nah, Pak Jokowi kayaknya bisa ngasih duaSeptember 2012) Citra tampaknya telah menjadi parameter bagi seorang pemilih untuk menentukan
pilihannya.
Santi
(Perempuan,
30
tahun)
menilai
Jakarta
membutuhkan gubernur baru yang mengayomi rakyat, mau terjun lapangan dan mendengarkan permasalahan langsung dari rakyat. Santi juga menyatakan kekecewaannya selama masa pemerintahan gubernur Fauzi Bowo yang tidak membawa
solusi
bagi
permasalahan
Jakarta
dan
malah
menggunakan
kekuasaannya untuk memperkaya diri sendiri.
mendingan orang Jawa tapi becus. Gubernur yang sekarang tuh, kelihatan banget jeleknya kan, di debat di metro kemarin pake bawa ras segala. Jadi gubernur ga becus, ga ada masalah yang bisa dibenerin. Macet tambah macet, tambah parah. Banjir katanya udah ga banjir, ya masih aja kalo hujan deres. Sekolah anak mahal, katanya gratis. Padahal kan katanya uangnya ada, pasti dikorupsi itu mah. Saya yakin banget. Mana mungkin orang kayak gitu dipilih lagi. Kalo Jokowi kan baik tuh kelihatannya, di Solo dia juga rajin masuk kampung, malahan ga pernah ngantor banyakan ke kampung-kampung. Pejabat mana yang mau kayak gitu. Pejabat biasanya maunya dilayani, mana mungkin mau dilayani. Saya harapannya sih cuman sederhana, pengen punya gubernur baru yang paling nggak lah kelihatan mau deket sama rakyat, mau denger apa masalah di rakyat, mau terjun langsung ke lapangan. Gitu aja saya sudah seneng, bagus lagi kalo bisa bawa Jakarta jadi lebih baik. Tapi susah sih ya orang kotanya udah September 2012)
commit 109to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pemilih rasional merupakan cerminan demokrasi yang baik. Pawito mengungkapkan bahwa pemilih rasional adalah pemilih yang bebas (independen) dari kepentingan golongan dalam mengambil keputusan. Mereka memiliki loyalitas dan komitmen yang tinggi terhadap pemilukada dan hasilnya dibandingkan dengan kepentingan golongan. Dalam tipe pemilih yang dikemukakan Pawito sebenarnya ada satu tipe pemilih lagi, yakni pemilih yang tidak memilih (golput). Namun dari informan yang peneliti wawancarai, tidak ada informan yang golput atau tidak mencoblos di pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Gerakan politik ini dimulai pada tahun 1970an yang diprakarsai oleh Arief Tanman sebagai bentuk protes terhadap rezim orde baru yang dinilai tidak serius menjalankan demokrasi dalam pemilu. Pada pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 putaran pertama jumlah golput sebanyak 36,3%, dan pada putaran kedua jumlah pemilih golput turun menjadi 33,2%. Lingkaran Survei Indonesia menyebut turunnya presentase pemilih golput disebabkan oleh media massa yang secara massif memberitakan pemilukada 2012. Pemilih golput jumlahnya juga belum berubah secara signifikan dibandingkan pemilukada 2007 yang jumlah pemilih golputnya berkisar pada 34,2%. Angka ini memberikan gambaran bagaimana partisipasi politik di Indonesia masih sangat kurang, apalagi bila dibandingkan dengan negara demokrasi lainnya seperti Amerika Serikat. Pemilih tipe ini menilai pemilu dan hasilnya tidak akan membawa perubahan yang berarti. Miriam Tanarjo menyebut fenomena golput sebagai
commit 110to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dampak sistem politik yang yang ada belum mampu menjalankan komunikasi untuk mempengaruhi pemilih berpartisipasi dalam pemilukada. C. Referensi Memilih Masyarakat Marginal di Pemilukada DKI Jakarta 2012 Dalam keputusan memilih yang diambil oleh pemilih dalam pemilukada dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal antara lain berdasarkan kesamaan antara pemilih dan pasangan calon yang maju di pemilukada. Faktor eksternal datang dari komunikasi yang terjadi baik dari orang disekitar seperti keluarga, teman, dan tetangga, lalu dari iklan, kampanye, dan pemberitaan di media massa. Referensi yang datang baik dari orang lain dan media massa dapat mempengaruhi keputusan memilih seseorang. Dari 12 informan dari masyarakat marginal yang peneliti wawancarai mengenai referensi informasi mereka tentang pemilukada, peneliti menemukan jawaban yang variatif.
1. Setiawan (Laki-laki, 31 tahun, Buruh Outsorcing) Latar belakang seseorang mempengaruhi bagaimana orang tersebut mengambil keputusan untuk memilih. Setiawan adalah seorang buruh outsorcing di kawasan industri di daerah Ancol, Jakarta Utara. Sebagai pendatang yang mengadu nasib di Jakarta, Setiawan sudah mengantongi Kartu Tanda Penduduk DKI Jakarta, sekaligus namanya tercantum dalam Daftar Pemilih Tetap Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012.
commit 111to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Setiawan mengaku referensi mengenai informasi pemilukada, beserta pasangan calon yang maju dalam pemilukada ia dapatkan dari media massa terutama dari televisi. Pemberitaan media massa, menurut Setiawan paling banyak ia dapatkan dari stasiun televisi TvOne dan MetroTv.
banget beritain Pak Jokowi, dari semasa masih di Solo dulu sampai kampanye disini. Saya udah nonton dari awal pake baju kotak kotak itu sampe kampanye-kampanye ini, blusukan kemana-mana itu juga saya Sementara itu Setiawan menyebut konten pemberitaan yang ia dapatkan dari media massa kebanyakan berita mengenai calon gubernur Joko Widodo dan gubernur Fauzi Bowo. Dalam pernyataan Setiawan, juga tersirat fakta bahwa pemberitaan media massa mengenai calon gubernur seringkali tidak seimbang. Joko Widodo dan Fauzi Bowo mendapatkan porsi berita yang jauh lebih banyak daripada calon lainnya seperti Alex Nurdin, Faisal Basri, Hidayat Nur Wahid, dan Hendardji Soepandji. -sama banyak. Bedanya cuman kalo beritanya pak Jokowi yang baik-baik, trus kalo Foke yang jelek-jeleknya. Hahahaha. Kalo calon lainnya ya ada sih tapi nggak sebanyak Pak Jokowi. Misalnya pak Alex yang gubernur Sumsel itu, tampangnya ga nyenengin pasti kalo keluar di tipi. Calon independen itu yang Faisal itu ya, juga jarang keluar, iklannya juga gak ada. Trus kalo pak Hidayat kan udah pada kenal, tapi dia juga cuman kadang aja diberitain, palingan waktu kampanye. Oh ya satu lagi siapa ya saya lupa, yang independen juga itu, malahan saya gak tahu orangnya yang Setiawan juga berkomentar mengenai pemberitaan gubernur Fauzi Bowo yang kebanyakan bernada negatif. Ia menilai semua calon pemilih yang menonton
commit 112to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
televisi sepertinya tidak akan ada yang memilih Fauzi Bowo kecuali memiliki faktor pendukung seperti sama-sama orang Betawi.
negatif, jadi yang sering nonton tv mestinya udah pada ga mau milih Pak (Wawancara 19 September 2012) 2. Faisal (Laki-laki, 35 tahun, Tukang Tambal Ban) Faisal adalah salah satu pemilih partisan. Ia memilih pasangan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli karena keduanya berasal dari kalangan betawi. Faisal
menyatakan bahwa sebenarnya ia tidak tahu apa program kerja yang dikampanyekan Fauzi Bowo, atau bagaimana kinerjanya selama menjabat sebagai gubernur. Faisal menjelaskan bahwa informasi mengenai pemilukada ia dapatkan dari media massa baik dari surat kabar maupun televisi. k kenal Foke itu siapa. Dia orang gede, sini cuman orang kecil. Mana bisa ketemu. Jadinya ya saya sebenernya nggak tahu Foke itu kayak gimana. Saya cuman tahu dari media sih mas, kalo baca Koran gini (sambil nunjukkin Koran) sama kalo lagi dirumah nonton berita. Infonya lebih dari cukup, mas, sampe bosen malahan, beritanya ituFaisal juga menyebut keaktifannya dalam kegiatan lingkungan juga menambah pengetahuannya mengenai pemilukada. Faisal juga bertugas sebagai petugas TPS pada pemilukada DKI Jakarta 2012. Faisal menyatakan dari kegiatannya tersebut, ia juga mendapat banyak informasi tambahan yang tidak ia dapatkan dari media massa. -temen bahas coblosan di kampung tuh banyak ngobrolin juga soal pilkada ini. Banyaklah yang diobrolin, saya juga kadang dapet berita yang tv gak tau, bisa saya denger dari temen-temen di kampung. Misalnya ya soal siapa yang nyebarin pamflet yang isinya jelekin Jokowi itu saya tahu orangnya. Anak sini juga.
commit 113to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Kadang soal kampanye, yang pada dapet duit kalo ikutan kampanye. Banyak itu mas infonya, jadi saya tahu lah siapa yang jelek siapa yang Faisal juga menilai televisi timpang dalam memberitakan pasangan calon yang maju dalam pemilukada DKI Jakarta tahun 2012. Pemberitaan kebanyakan didominasi oleh Joko Widodo dan Fauzi Bowo.
sama siapa tuh gubernur Sumsel, saya nggak tahu (hendardji bahkan nggak disebut). Di tv juga yang diberitain cuman dua calon itu. Duaduanya beritanya sama-sama banyak, cuman ga adil aja si Jokowi beritanya bagus-bagus, eh, si foke jelek2012) 3. Wasrap (Laki-laki, 50 tahun, Buruh) Bagi Wasrap, mengikuti kampanye pemilukada adalah sebagai penampung informasi sebelum ia memilih salah satu pasangan calon pada hari pencoblosan. Ia mengaku datang ke kampanye pasangan calon Joko Widodo
Basuki Tjahaja di
Senayan. Pria paruh baya yang bekerja sebagai buruh sebuah pabrik di kawasan industri Ancol ini mengaku kalau dari kampanye tersebut ia mendapatkan pengetahuan mengenai program kerja yang akan dikerjakan Joko Widodo Basuki Tjahaja Purnama bila terpilih nanti. -jauh ke Senayan buat ketemu Jokowi. Saya diajak anak saya, sempat salaman saya mas Jokowi. Orangnya ramah. Emang bener ya kalo orang solo itu ramah-ramah gitu?Waktu kampanye Jokowi nunjukkin noh contoh kartu sehat ama kartu pinter buat orang miskin. Terus juga nerangin gunanya kartu-kartu itu. Lumayan tertarik juga dengan programnya, kan belum pernah ada gituan (Wawancara 19 September 2012) Dalam kampanye tersebut Wasrap juga mampu menilai langsung figur Joko Widodo sebagai seorang pribadi yang rendah hati dan murah senyum. Citra
commit 114to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
positif Joko Widodo selama kampanye ini bahkan ia bandingkan dengan calon gubernur lainnya yang menurutnya kurang bersahabat dengan rakyat apabila dibandingkan dengan Joko Widodo. Pribadi Joko Widodo yang ia lihat secara langsung sewaktu kampanye menimbulkan simpati. Ia juga terkesan dengan aksi Joko Widodo yang tidak mau menerima gaji selama menjabat walikota Solo. arin itu senyum terus, beda sama saingannya, apalagi gubernur yang sekarang. Ya, kalo saya sih kalo nonton tv atau baca Koran gitu, banyak beritanya pak Jokowi yang bagus-bagus waktu mimpin solo. Mumpung ada orang solo, saya mau tanya sekalian, emang bener ya pak Jokowi ga ambil gaji? Trus, sama anak saya, juga banyak dikasih tahu kalo pak Jokowi itu programnya bagus buat orang kecil kayak kita. Jadi tambah simpati waktu ketemu Oktober 2012) Selain dari kampanye, Wasrap mengaku mendapatkan referensi informasi mengenai pemilukada dari media massa. Wasrap menilai pemberitaan yang muncul di media massa sudah lebih dari cukup sebagai referensi informasi mengenai pemilukada, mulai dari kampanye calon sampai permasalahan teknis yang ada di pemilukada seperti daftar pemilih tetap. Dari tv, mas. Saya kalo pulang kerja jam segini itu, biasanya mandi trus nonton tv. Nonton TvOne, nyiarin beritanya pak Jokowi. Sebelum maju jadi calon, saya udah tahu pak Jokowi lho, waktu berita soal esemka itu. Dari tv, saya lumayan tahu pak Jokowi. Soal lainnya saya juga tahu dari media sih, soal kampanye yang gak jelas itu, yang katanya ada selebaran hitam itu saya malah belum pernah lihat, mas, saya tahunya juga waktu nonton tv. Trus berita yang Rhoma ngelarang orang islam buat milih Ahok itu saya juga lihat di tv. Apalagi ya, masalah di pilkada ini, soal yg banyak ga dapet kartu pemilih itu juga, kampanye calon lainnya Jokowi saya juga cuman nonton di tv, udah cukuplah tv itu beritanya. Belum lagi kan (Wawancara 19 September 2012)
commit 115to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Wasrap juga tidak memungkiri apabila pemberitaan media massa tidak merata dan lebih condong untuk memberitakan pasangan calon tertentu. Wasrap menyatakan bahawa kebanyakan berita di media massa, terutama televisi lebih banyak memberitakan Joko Widodo dan Fauzi Bowo.
tv. Yang ngetop di tv cuman Jokowi sama Foke, mas. Nah, kalo foke kan (Wawancara 19 September 2012) 4. Meg (Laki-laki, 26 tahun, Serabutan) Meg yang pekerjaannya serabutan pernah mendapatkan pekerjaan dari kampanye yang diselenggarakan tim sukses Alex Noerdin
Nono Sampono.
Pekerjaan itu mengharuskan Meg untuk mengikuti kampanye Alex Noerdin Nono Sampono. Pernyataan Meg menunjukkan kalau dari kampanye tersebut ia mendapat informasi mengenai program kerja Alex Noerdin
Nono Sampono bila
terpilih nanti.
kerjaan lumayan tuh waktu itu. Saya bantu-bantu bawain alat kampanye yang gede-gede itu, mas. Jadinya ya mau gak mau kudu ikutan kampanye. Tapi ya dari kampanye itu saya ga cuman dapet duit, mas, lebih lagi saya jadi tahu program kerjanya Alex mau ngapain aja. Kalo menurut saya sih ya janji-janji kampanye biasa, tapi kalo udah denger trus milih nanti bisa didemo kan kalo ga ditepatin. Eh belum apa-apa udah kalah. Hehehehe. Ya Meg mengaku mendapatkan referensi untuk memilih dalam pemilukada dari teman-teman di pangkalan ojek yang ia terbiasa nongkrong di daerah Lodan, Ancol, Jakarta Utara. Dari teman-temannya, Meg mengaku mendapatkan informasi yang tidak bisa ia dapatkan dari media massa.
commit 116to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
-temen dari berita juga banyak. Temen-temen kan banyak tuh dapet berita misalnya soal Foke yang beli massa. Kalo calon lainnya dari obrolan temen sih jalannya lurus-lurus aja. Ada juga temen yang disewa buat masang poster, eh, malah gak dibayar sama tim suksesnya kumis. Emang sialan itu orang. Hari-hari ini kalo nongkrong sama temen-temen bahannya gubernur mulu, jadi ya lumayan eptember 2012) Selain dari teman-temannya, Meg juga mendapat referensi dari media massa. Ia bahkan menyatakan kebosanannya menonton siaran televisi yang setiap hari memberitakan pemilukada. Ia juga menambahkan kalau pemberitaan media massa didominasi oleh pemberitaan Joko Widodo dan Fauzi Bowo.
sampe bosen. Kalo yang saya tahu banyak ya Jokowi itu, sama si Foke kan
5. Ipin (Laki-laki, 30 tahun, Sopir) Keikutsertaan Ipin dalam pemilukada hanya sebagai pemilih yang sekedar memilih karena tak ingin suaranya hangus atau dimanfaatkan pihak yang tidak bertanggungjawab. Ipin mempunyai pendapat kalau pemilukada akan sama saja dan tidak mengubah apapun, tapi ia masih memilih untuk berpartisipasi daripada golput. Pemberitaan media massa mengenai pemilukada DKI Jakarta 2012 secara massif nampaknya juga turut mempengaruhi Ipin. Ipin menyatakan bahwa mau tidak mau harus tahu informasi seputar pemilukada karena setiap ia menonton televisi, ia pasti menemukan berita mengenai pemilukada.
tapi setiap nyetel tv yang keluar pasti mukanya Jokowi atau apalah berita soal pilkada. Padahal ini kan ya cuman Jakarta, bukan Indonesia. Kenapa digede-gedein gini. Pilkada di daerah lain aja ga begini. Pasti ada apa-
commit 117to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Menurut Ipin, pemberitaan media massa mengenai Joko Widodo dan Fauzi Bowo tidak berimbang. Di televisi, Fauzi Bowo cenderung diberitakan negatif sementara pemberitaan Joko Widodo di media massa lebih banyak positif. Ia juga menolak untuk terlibat menjadi simpatisan satu pasangan calon dengan dalih tidak ada untungnya berpartisipasi sebagai simpatisan. -jelekkin fauzi. Kalo di internet katanya banyak yang jelek-jelekin Jokowi. Kalo di polling sms sih katanya Jokowi yang menang. Orang saya mau dijadiin pengurus, Jokowi atau Foke saja saya nggak mau. Waktu ditanya mau nggak jadi pengurus, saya balik nanya, Ipin mengakui kalau pemilukada ini memang mengudang perhatian banyak pihak, bahkan termasuk anak kecil sekalipun. Anak Ipin yang masih berumur 6 tahun tiba-tiba mendatangi ayahnya dan meminta ayahnya untuk memilih calon gubernur yang berkumis. Ipin menilai hal ini bisa terjadi karena pemberitaan pemilukada di televisi yang sangat sering frekuensinya.
6. Ike (Perempuan, 40 tahun, Penjual Jus) Ike adalah seorang informan yang terlihat mengikuti jalannya pemilukada dengan seksama. Hal ini jelas karena Ike berharap akan adanya perubahan setelah pemilukada berakhir. Ike yang termasuk pemilih rasional ini mengumpulkan banyak referensi dan informasi seputar pemilukada, dan pasangan calon yang maju. Dari banyak referensi yang ia dapatkan di media massa, Ike tertarik pribadi
commit 118to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Joko Widodo yang dicitrakan anti-korup, bersih, dan punya dedikasi pada pekerjaannya.
isinya yang bahas pilkada, malahan akhir-akhir ini ada laporan khususnya. Saya emang orangnya suka baca jadinya banyak tahulah. Dari berita itu terus saya tertarik sama Jokowi. Pernah waktu saya baca tabloid itu diceritain kisah Jokowi jadi walikota Solo, ada ceritanya dia ga ambil gaji, trus mau banjir-banjiran sama warganya. Wah kelihatan bener kalo kerja Ike juga membandingkan apa yang dilihatnya di televisi mengenai gubernur Fauzi Bowo dan Joko Widodo selama menjabat sebagai walikota Solo.
tonton di tv sih Pak Joko selama mimpin di Solo baik, udah terbukti di Solo,masyarakat miskin bener-bener didatengi di rumah sakit. DI Jakarta sih sama aja bohong, tetep aja bayar. Kalo Pak Jokowi sih kelihatannya cocok, udah terbukti di Solo, kelihatannya ga banyak janji tapi bener kasih Selain media massa, Ike juga mengaku berbagi informasi dengan temantemannya sesama pedagang di tempat ia bekerja. Ike mengaku aktif menginformasikan apapun yang ia baca dan tonton mengenai pemilukada. -temen disini (sesama pedagang) juga sering ngobrolin, mas, soal siapa yang harusnya jadi gubernur. Udah pada gak suka sama Foke sih ya mas. Tapi tetep juga ada juga yang fanatik pengen gubernur Jakarta itu ya Betawi. Trus dari temen-temen sini pada ngobrolin juga soal Jokowi. Saya juga kadang kasih info yang saya baca di Koran gitu soal Jokowi. Kayaknya pada nyoblos Jokowi juga deh. T 19 September 2012) 7. Mar (Perempuan, 30 tahun, Pemilik Warung) Mar mengaku tidak banyak mengumpulkan referensi dan informasi mengenai pemilukada DKI Jakarta. Mar mengaku tidak membutuhkan banyak referensi karena ia sudah tahu pasti siapa yang akan ia pilih. Namun ia tidak
commit 119to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
menyangkal kalau ia tetap mendapatkan informasi mengenai pemilukada yang kebanyakan berasal dari media massa terutama televisi. Mar tidak secara sengaja mencari informasi dari televisi, namun ia menyatakan bahwa seringnya pemberitaan pemilukada di televisi yang menyebabkan ia mau tak mau mendapatkan informasi dari media massa. Dari pemberitaan media massa pula lah Mar mengenal sosok Joko Widodo.
Solo lah, gimana baiknya, deket sama rakyat. Tapi itu kan di Solo, beda lah sama Jakarta. Apa-apanya beda, mas. Jadi saya ga begitu percaya sih. Orang-orang yang pada dateng di warteg juga suka cerita Jokowi gitu, mas, kayaknya orang Jakarta banyak simpati sama dia. Kalo saya sih Mar bahkan tidak mengetahui calon gubernur selain Fauzi Bowo dan Joko Widodo yang ia kenal melalui televisi. Ia memang tidak berusaha mencari tahu karena ia tidak akan memilih mereka. -namanya mas. Orang saya juga ga mau milih mereka, jadi saya ga cari tahu. Tapi mereka juga kurang sosialisasi kayaknya, ga kayak dua calon yang menang ini. Di tv aja juga jarang beritanya, Jokowi terus mas. Sekali (Wawancara 19 September 2012) Mar menilai kalau media massa tidak adil dalam memberitakan Joko Widodo dan Fauzi Bowo. Ia menilai kalau media massa lebih sering memberitakan Joko Widodo dan beritanya cenderung positif, sementara Fauzi Bowo porsi beritanya lebih sedikit dan kebanyakan isinya bernada negatif. 8. Dina (Perempuan, 45 tahun, Buruh) Dina adalah informan lain yang secara aktif mengumpulkan referensi dan informasi seputar pemilukada sebagai bahan pertimbangan siapa yang akan
commit 120to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dipilihnya. Dina banyak mengumpulkan informasi dari televisi tentang apa saja terkait dengan pemilukada.
ga salah milih, mas. Apalagi kalo ada debat gitu saya nonton seru mas. Di tv banyak banget berita tentang calonnya mas, jadinya bisa buat panduan Dina mengaku mendapatkan banyak tambahan referensi dengan menonton debat pasangan calon yang disiarkan di televisi. Menurutnya pdari debat tersebut ia dapat mengenal karakteristik dari masing-masing calon.
Jokowi itu kayaknya gak pinter ngomong pinteran Ahoknya. Kalo Foke sama Nara sama-sama pinter. Sebenernya sih pak Faisal itu kayaknya juga bagus, tapi saya kurang yakin dia menang, ga terkenal sih. Yang lain cuman kayak penggembira aja. Paling seru itu waktu Nara kemarin itu SARA, tapi untungnya si Ahok jawabnya tenang aja. Dari debat kita bisa tahu gimana tuh orang-orang, emosinya juga kelihatan. Dari debatnya aja (Wawancara 20 Oktober 2012) Dina juga menambahkan kalau referensi tidak hanya ia dapatkan dari media massa saja melainkan juga dari komunikasi yang ia lakukan dengan sekitarnya. Misalnya, melalui obrolan tetangga, Dina juga secara aktif membagikan informasi dan juga menerima informasi dari tetangganya mengenai pemilukada. Dina juga menanyakan kepada suaminya yang dianggap lebih tahu daripada dirinya. lo itu sih, juga mas, namanya ibu-ibu kan suka ngerumpi. Nah, yang dirumpiin ya calon gubernur itu kalo sore-sore. Kebanyakan yang betawi milih Foke mas, trus yang pendatang belain Jokowi, jadi seru kalo pada debat. Saya juga suka nambahin lah yang saya tahu, soal debat itu, malahan kadang kita yang debat sendiri. Ada yang belain Jokowi ada yang belain Foke. Kalo dari keluarga sih mungkin suami ya mas, kan laki lebih ngerti soal ginian, jadi saya juga sering ngobrol sama dia, tanya yang saya
commit 121to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ga ngerti. Udah deh mas, tiga bulan terakhir ini bahan obrolan juga cuman 9. Lina (Perempuan, 27 tahun, ibu rumah tangga) Lina menyatakan ia mulai tertarik untuk berpartisipasi dalam pemilu sejak ia tahu Joko Widodo maju dalam pemilukada DKI Jakarta 2012. Latar belakang Lina yang berasal dari Solo dan sempat dipimpin oleh Joko Widodo menjadi alasan Lina tertarik untuk berpartisipasi dalam pemilukada DKI Jakarta 2012. Referensi memilihnya dalam pemilukada berdasarkan pengalamannya dipimpin oleh Joko Widodo. Lina merasa selama Solo dipimpin oleh Joko Widodo banyak perubahan yang terjadi, dan banyak kemajuan yang dialami kota Solo. Lina menyatakan tidak membutuhkan referensi tambahan untuk mengambil keputusan memilih. dipimpin sama pak Jokowi, mas. Sama walikota sebelumnya, beda banget lah. Udah kayak bumi sama langit. Padahal waktu pertama njabat saya juga ga ngira kalo pak Jokowi bisa sukses gini. Tapi emang bener di Solo pak Jokowi bisa ngasih perubahan. PKL Banjarsari yang biasanya mentang-mentang aja bisa takluk loh. Jadinya kenapa kok nggak bisa di Jakarta? Gak ada salahnya dicoba. Kalo saya sih sebenernya ga butuh kampanye atau apa gitu saya udah tau sendiri Walaupun begitu Lina juga masih mengumpulkan informasi dari media massa terutama mengenai Joko Widodo. Ia juga mengaku tahu lebih banyak mengenai gubernur Fauzi Bowo dari pemberitaan media massa. Selain itu referensinya dalam memilih juga didukung oleh pernyataan dari keluarganya di Solo yang meminta Lina untuk mendukung Joko Widodo.
nayangin tuh calon calon gubernur, jadi banyak tahu lah mas. Kalo soal Pak Jokowi kan emang udah tahu, tapi dari tv lebih banyak tahu
commit 122to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bobroknya si Foke, mas. Duh, parah banget tuh orang. Jakarta tambah rusak dipimpin sama dia. Saya sih awalnya ga begitu peduli sama pemilukada, tapi begitu tau kalo pak Jokowi maju saya langsung cari informasi di tv. Bener enggak, wah ternyata bener. Saya jadi ikutan nyimak berita di tvone sama metro itu mas. Mulai dari daftar ke KPU sampe kampanye sampe pencoblosan mas. Berita soal pak Jokowi banyak banget, kebanyakan soal waktu masih di Solo. Kalo soal itu kan saya juga September 2012) 10. Santi (Perempuan, 30 tahun, Penjahit) Santi adalah informan lain yang mengaku mendapatkan referensi memilih dari media massa. Santi menyebut ia terbiasa menonton televisi sambil menjahit. Dari televisi Santi mengumpulkan banyak informasi terkait pemilukada dan kemudian didiskusikan dengan suaminya. Santi juga mendapatkan informasi dari suaminya terkait pemilukada yang tidak bisa ia dapatkan dari menonton televisi.
ga infotainment kan saya ya nonton berita, cari tahu gubernur ini. Siapa yang paling pantes. Di tv sih cuman dua yang gede beritanya. Si Foke sama Jokowi. Sebenernya dulu sempet pengen milih Hidayat, tapi kayaknya Jokowi lebih pantes deh. Kan ya? Suami saya itu juga sering ngobrol sama temen-temennya, juga dapet banyak cerita tuh soal Foke sama Jokowi. Mulai dari yang jelek-jelekin Ahok Cina itu, trus Rhoma itu yang katanya orang islam harus milih orang islam. Suami saya untungnya ga kepengaruh kayak gituan. Saya sendiri sempat dapet lho pamflet gituan yang isinya kegagalan Jokowi di Solo. Ah tapi saya ga percaya ah keliatan sih dari kataSenada dengan informan lain, Santi juga mengungkapkan pemberitaan media massa cenderung hanya mengenai Joko Widodo dan Fauzi Bowo
Basuki Tjahaja Purnama
Nachrowi Ramli. Frekuensi pemberitaan keduanya jauh lebih
banyak bila dibandingkan dengan pasangan calon lainnya. 11. Suci (Perempuan, 42 tahun, Buruh)
commit 123to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sebagai swing voters, Suci mengumpulkan referensi dan informasi dari berbagai sumber yang berbeda yang mempengaruhi keputusannya untuk memilih. Dari banyak sumber informasi, Suci menyebutkan bahwa informasi mengenai pemilukada paling banyak ia dapatkan dari interaksi dengan orang-orang disekitarnya. Salah satunya dari lingkungan sekitar rumah dan tempat kerjanya yang kebanyakan mereferensikan Fauzi Bowo untuk dipilih oleh Suci. Namun hal sebaliknya ia temukan saat menonton televisi, dimana pemberitaan Joko Widodo yang kebanyakan merupakan berita positif. Dari informan Suci juga didapatkan fakta bahwa ternyata sekarang kampanye sudah tidak efektif lagi untuk mempengaruhi massa. Calon pemilih sudah tidak tertarik untuk mengikuti kampanye
apalagi yang tidak dibayar
dan
memilih untuk mengumpulkan informasi mengenai kandidat dari media massa. -mana mas. Pertama itu ya yang jelas kayak yang tadi saya omong dari tetangga sini, trus dari temen kerja. Laki saya juga kan banyak tahu, mas. Dia kan serabutan pernah disewa buat bikin panggung kampanyenya Foke itu. Pas kerja itu juga dia tahu kalo yang ikutan kampanye itu dibayar mas. Pantesan rame saya pikir. Trus kalo dari orang sini pan pada bilang Foke itu betawi, ya lebih baiklah dipimpin betawi. Ada lagi kalo dari tipi itu pan lebih banyakan Jokowi ya yang dib aikin, Foke-nya kebagian yang jelek. Ya saya taunya dari situ, mas. Pernah juga Jokowi waktu kampanye kesini ya, tapi sayang saya gak ketemu. Kalo kampanye sih saya ga pernah ikutan jadi gak tau, kata suami saya sih ya tober 2012) 12. Ipeh (Perempuan, 36 tahun, Pembantu Rumah Tangga) Ipeh adalah informan lain yang termasuk swing voters. Ipeh menyatakan bahwa sebenarnya ia tidak tertarik dengan pemilukada. Partisipasinya dalam pemilukada kali ini hanya karena dorongan dari keluarganya. Ia baru mulai tertarik dengan pemilukada setelah putaran pertama dimana muncul Joko Widodo
commit 124to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Basuki Tjahaja Purnama yang unggul atas pasangan incumbent Fauzi Bowo Nachrowi Ramli. Kemenangan mengejutkan itulah yang akhirnya membawa Ipeh tertarik untuk mengumpulkan referensi untuk memilih di putaran kedua. ginian, orang kayak saya gini benernya males mikir ginian kan nggak ada gunanya juga. Tapi trus kan pilkada ini kayaknya beda, saya itu baru mulai tertarik pilkada ini sehabis coblosan yang pertama. Orang pada ngomongin Jokowi. Jokowi pan menang tuh lawan Fauzi. Saya jadi pengen tahu deh siapa Jokowi kok Ipeh kemudian mengumpulkan informasi dari televisi, dan juga ia mendapat informasi tambahan dari majikannya di rumah ia bekerja yang ternyata pernah tinggal di Solo dan merasakan dipimpin oleh Joko Widodo.
denger namanya tapi gak pernah lihat orangnya. Sehabis itu saya juga dikasih tau mbak Jessi itu soal pak Jokowi gini gitu. Ya dapetnya dari si tu
Ipeh mengaku juga pernah menerima pamflet yang berisi kampanye hitam terhadap Joko Widodo. Kampanye hitam yang seharusnya bertujuan untuk menjatuhkan Joko Widodo malah berbalik menjadi dukungan untuknya. Ipeh menilai referensi yang disampaikan oleh majikannya banyak membantunya untuk memutuskan kandidat yang akan ia pilih. -pagi waktu lagi belanja, saya dikasih selebaran, saya baca kok isinya gini jelek-jelekkin jokowi semua. Kan trus saya kasih lihat ke Mbak Jessi (majikan) trus dia bilang kalo itu ga bener, Mbak Jessi kan dulu pernah tinggal di Solo lama, ngrasain juga dipimpin pak Jokowi katanya ga gitu mas. Bohong. Wah saya trus ngrasa ga bener, tapi masih gak tau mau milih, malah kepikiran buat ga usah dateng aja. Saya trus banyak denger-denger cerita dari mbak Jessi sambil nonton berita Pak (Wawancara 4 Oktober 2012)
commit 125to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Komunikasi dan Keputusan Memilih a. Komunikasi Interpersonal dan Keputusan Memilih Pola pengaruh komunikasi interpersonal juga dipengaruhi oleh media massa itu sendiri. Keluarga dan Majikan bertindak sebagai opinion leader yang mendapat informasi dari media massa dan menyampaikan kepada anggota keluarga atau bawahannya. Pada hal ini berlaku prinsip komunikasi interpersonal yakni relationship level, faktor hubungan relasi yang mempermudah proses komunikasi, dan menghasilkan pengaruh yang diharapkan oleh komunikator. Sementara itu, pada kelompok sebaya (peer) dan tetangga berlaku model komunikasi banyak tahap, dimana pesan disampaikan media massa kepada khalayak, yang kemudian membagi pesannya kepada orang disekitarnya. Pada hal ini berlaku juga prinsip komunikasi, yakni has both content dimana setiap orang dapat bertindak sebagai komunikator sekaligus komunikan. Masing-masing mempunyai pesan informasi yang dapat dibagikan. b. Komunikasi Massa dan Keputusan Memilih Media massa dapat berpengaruh pada keputusan memilih pada pemilukada DKI Jakarta 2012 walaupun pengaruhnya terbatas sesuai dengan teori Joseph Keppler yang menyatakan bahwa pengaruh media itu lemah, apalagi apabila
commit 126to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dibandingkan dengan komunikasi interpersonal. Walaupun dalam komunikasi interpersonal itu sendiri terdapat peranan media massa. Iklan politik di televisi bukan sumber informasi utama, melainkan pemberitaan yang menjadi sumber informasi di media massa. Informasi yang didapat di media massa berkaitan dengan figur kandidat, pencitraannya, dan isu yang mengelilinginya adalah yang paling mendapat perhatian, bukan program kerja. 2. Partisipasi Politik dan Perilaku Memilih Masyarakat Marginal pada Pemilukada DKI Jakarta tahun 2012 Partisipasi masyarakat pada pemilukada DKI Jakarta 2012 didasari oleh fakta segala permasalahan yang ada di DKI Jakarta mulai dari banjir, macet, transportasi sampai pemukiman kumuh sudah semakin rumit, dan masyarakat menginginkan gubernur baru membawa perubahan di Jakarta. Masyarakat juga menginginkan pemimpin yang mau dekat dengan meraka, tidak hanya sewaktu kampanye melainkan setelah menjabat tetap berinteraksi dengan warga. Masyarakat juga
sudah semakin malas mengikuti kampanye publik, karena
menurut mereka semua kampanye sama saja. Pemilih yang hanya sekedar memilih beralasan bahwa pemilukada dan gubernur baru yang nanti terpilih tidak akan membawa efek ke dalam kehidupannya setelah berkaca pada pemilu/pemilukada sebelumnya, namun keputusan mereka memilih adalah karena mereka tidak ingin suara mereka dipakai orang yang tidak bertanggungjawab. Sementara pemilih partisan pada pemilukada cenderung tidak termakan isu SARA yang selama masa pemilihan menjadi topik yang sering muncul dalam
commit 127to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pemberitaan media massa. Namun perubahan yang terjadi pada pemilukada DKI Jakarta 2012 adalah kecenderungan identitas partai yang semakin ditinggalkan, dan masyarakat lebih tertarik memilih figur yang ditampilkan kandidat calon. Pemilih Rasional pada pemilukada DKI Jakarta 2012 memiliki kecenderungan untuk memilih kandidat calon yang ia tahu, dan suka program kerja, dan figur kandidat calon tersebut. Dalam konteks pemilih rasional, media massa mempunyai peran yang sangat vital dalam memberikan referensi kepada pemilih untuk menentukan keputusan memilihnya. Pencitraan, baik positif dan negatif kandidat calon di media massa juga menjadi pertimbangan mereka dalam memilih. Pemilih rasional bukanlah tipe swing voters yang mudah dipengaruhi, namun mempunyai alasan yang jelas untuk memilih kandidat calon. 3. Referensi Memilih Masyarakat Marginal di Pemilukada DKI Jakarta 2012 Dari sebagian besar informan mengungkapkan bahwa informasi mengenai pemilukada, mulai dari pendaftaran kandidat calon, kampanye, gimmick¸sampai pada hari pemungutan suara dan penghitungan suara mereka dapatkan dari media massa khususnya televisiSementara itu kebanyakan pemberitaan di media massa cenderung hanya memberitakan dua kandidat calon, yakni pasangan Fauzi Bowo Nachrowi Ramli dan pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama. Mereka
juga menilai pemberitaan keduanya bertolak belakang, dimana pemberitaan pasangan Joko Widodo
Basuki Tjahaja Purnama cenderung positif, sementara
pemberitaan pasangan Fauzi Bowo
Nachrowi Ramli cenderung negatif. Mereka
commit 128to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
juga menyebut bahwa pemberitaan kandidat calon lainnya intensitasnya sangat kurang apabila dibandingkan pemberitaan kedua pasangan calon tersebut. Sementara itu, referensi mengenai pemilukada juga mereka dapatkan dari orang-orang disekitar mereka, mulai dari keluarga, tetangga, teman dan majikan. Mereka mengaku mendapatkan informasi, namun juga memberikan informasi seputar pemilukada yang mereka tahu kepada orang-orang tersebut. B. Saran Berdasarkan penelitian ini, ada beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan agar peneliti yang tertarik dengan tema penelitian seperti ini dapat lebih baik dari penelitian ini, antara lain: 1. Keterbatasan penelitian ini adalah hasil penelitian tidak dapat digeneralisasi mewakili populasi namun informasi yang didapat bisa lebih mendalam. Oleh karena itu, peneliti dapat menggunakan teknik multiple methods yaitu menggabungkan penelitian kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan metode survei, wawancara mendalam dan observasi. Dengan menggunakan metode ini, data yang didapat bisa saling melengkapi sehingga hasil penelitian ini bisa lebih valid. 2. Dalam penelitian ini, peneliti masih menemukan isu SARA yang digunakan kandidat calon dalam mempengaruhi calon pemilih yang tidak mempunyai akses informasi yang cukup terutama pada pemilih partisan. Fenomena ini menjadi perhatian khusus peneliti dan dapat dijadikan tema penelitian bagi peneliti yang berminat untuk mengkaji hubungan antara isu SARA dan perilaku memilih.
commit 129to user