Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN TUNGKAI DAN KELENTUKAN TUNGKAI DENGAN KECEPATAN TENDANGAN SABIT PADA OLAHRAGA PENCAKSILAT SISWA SMK NEGERI 2 BELOPA KABUPATEN LUWU
Oleh: MUHAMMAD ARFAN )*
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SMK Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu dengan jumlah sampel penelitian 60 orang siswa putra yang dipilih secara random sampling. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi dan regresi dengan menggunakan sistem SPSS Versi 15.00 pada taraf signifikan 95% atau 0,05. Bertolak dari hasil analisis data, maka penelitian ini menyimpulkan bahwa: Ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai ro = 0,585 (P < 0,05); Ada hubungan yang signifikan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai ro = 0,649 (P < 0,05); Ada hubungan antara kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai Ro = 0,653 (P < 0,05). Kata Kunci: Kekuatan tungkai, kelentukan tungkai, kecepatan tendangan sabit
ABSTRACT This study aims to determine the relationship between leg strength and leg flexibility with the speed of the crescent kick to the sport of martial arts. This study includes a descriptive type of research. The study population was all students SMK Negeri 2 Belopa Luwu a sample of 60 students study a chosen son of random sampling. Data analysis techniques used were correlation and regression analysis techniques using SPSS system version 15:00 on 95% or a significant level of 0.05. Starting from the results of data analysis, this study concludes that: There is a significant relationship with the speed of the power leg crescent kick in martial arts sport, proved the value of ro = 0.585 (P < 0.05); There is a significant relationship leg strength with the speed of limb flexibility crescent kick in martial arts sport, proved the value of ro = 0.649 (P < 0.05); There is a relationship between leg strength and leg flexibility with the *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
82
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 speed of the crescent kick to the sport of martial arts, proved the value of Ro = 0.653 (P < 0 , 05). Keywords: Leg strength, leg flexibility, speed crescent kick
PENDAHULUAN Olahraga merupakan suatu kegiatan jasmani atau kegiatan fisik yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian pelakunya. Selain itu olah raga merupakan usaha untuk mendorong, membangkitkan, dan mengembangkan, serta membina kekuatan jasmani dan rohani bagi mereka yang melakukannya. Oleh karena itu, olahraga dapat meningkatkan fisik dan mental manusia yang tangguh, cerdas, kuat, disiplin dan bertanggung jawab. Olahraga adalah suatu aktivitas fisik yang berlandaskan semangat juang untuk meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani dari orang yang melakukannya. Berbagai cabang olahraga telah diciptakan dan dilembagakan dalam masyarakat modern. Cabang olahraga pencaksilat adalah salah satu cabang olahraga populer di Sulawesi Selatan bahkan telah mengangkat nama daerah Sulawesi Selatan di tingkat Nasional. Untuk itu prestasi tersebut perlu dipertahankan agar prestasinya tidak pudar atau menurun pada tingkat Nasional. Olehnya itu perlu adanya berbagai cara agar perkembangan cabang olahraga pencaksilat makin meluas dan menghasilkan bibit pesilat baru untuk mempertahankan prestasi yang telah ada. Unsur-unsur yang dibutuhkan dalam suatu cabang olahraga pada dasarnya bersifat khusus dengan pola gerak cabang *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
olahraga serta sistem energi untuk menunjang kemampuan cabang olahraga itu sendiri. Salah satu diantaranya cabang olahraga adalah pencaksilat. Pencaksilat yang terdiri dari beberapa teknik dasar, tentunya harus ditopang dengan adanya kemampuan fisik yang disesuaikan teknik-teknik dasarnya. Untuk menampilkan permainan tersebut, penguasaan teknik-teknik dasar sangat dituntut pada setiap atlet. Teknik dasar tendangan dalam permainan pencaksilat dominan yang digunakan dalam pertandingan. Pada dasarnya teknik tendangan pencaksilat merupakan teknik yang lebih mampu dan efesien untuk mendapat point, sehingga latihan-latihan yang diberikan pada atlet dominan dituntut pada kemampuan fisik pada tungkai. Tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, tentunya perlu ditopang oleh unsur fisik pada tungkai dalam melakukan tendangan. Secara proses pelaksanaan kemampuan tendangan sabit, tentu dilakukan dengan posisi tungkai terangkat kemudian melakukan lengkungan tungkai bawah ke samping dan diteruskan menendang. Unsur fisik yang mampu menunjang pada tungkai adalah kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai. Kekuatan merupakan dasar dari komponen fisik yang ada. Kekuatan adalah kemampuan dalam menggunakan tenaga semaksimal mungkin, kekuatan di dalam penelitian adalah 83
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 kemampuan seorang atlet pencaksilat didalam melakukan pergerakan tungkai dengan menggunakan tenaga semaksimal mungkin. Kekuatan tungkai pada cabang olahraga pencaksilat khususnya disaat melakukan gerakan tendangan sabit akan mempengaruhi hasil yang dicapai. Kelentukan adalah kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan-gerakan pada tubuhnya dengan lentur, dengan ruang gerak sendi dan elastisitas dari otot-otot, tendo dan ligamen. Sesuai dengan batasan kelentukan sebagaimana yang telah dikemukakan, maka kelentukan biasanya di kembangkan melalui latihan-latihan peregangan otot dan latihan memperluas ruang gerak persendian. Metode atau cara latihan senantiasa bertolak dari jenis kelentukan. Untuk itu pergerakan yang dilakukan dalam melakukan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat sangat membutuhkan kelentukan tungkai dalam menampilkan pola gerakan yang lebih luas. Kondisi Fisik Kecepatan Pada cabang olahraga pencaksilat teknik dasar tendangan, kondisi fisik merupakan faktor yang paling utama dalam peningkatan prestasi bagi seorang atlet. Moch. Sajoto (1988), mengemukakan bahwa: “Kondisi fisik adalah satu kesatuan dari komponenkomponen yang tidak dapat dipisahkan, baik peningkatannya, maupun pemeliharanya.” Artinya bahwa setiap usaha peningkatan kondisi fisik, maka harus mengembangkan semua komponen tersebut, walaupun perlu dilakukan dengan sistem prioritas. *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
Kecepatan (speed) dalam dunia olahraga dan ilmu faal olahraga diberikan pengertian sekaitan dengan aktivitas gerakan reaksi tubuh seseorang. Harsono (1988) mengemukakan mengenai kecepatan gerak dalam olahraga adalah kemampuan untuk melakukan gerakan yang sejenis secara berturut-turut dalam waktu yang sesingkat-singkatnya atau kemampuan untuk menempuh suatu jarak dalam waktu yang sesingkatsingkatnya. Selanjutnya Nossek (1982) yang dikutip oleh Kahar (1989) memberikan pengertian kecepatan sebagai berikut: Kecepatan adalah suatu kualitas kondisi yang baik dari seorang atlet untuk bereaksi dengan cepat jika mendapat rangsangan dan untuk tampil dengan gerakan yang cepat. Pengertian kecepatan sebagaimana yang dikemukakan di atas, mengandung makna bahwa kecepatan gerak merupakan pemanfaatan waktu yang sesingkatsingkatnya oleh anggota tubuh untuk memberikan reaksi ataupun aksi terhadap suatu aktivitas. Berbagai definisi tentang kecepatan di atas, memberikan suatu interpretasi tentang kecepatan bukan hanya diartikan sebagai menggerakkan seluruh tubuh dengan cepat, akan tetapi dapat pula dibatasi pada menggerakkan bagian tubuh dengan cepat dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Tendangan pada Pencak Silat Pencaksilat merupakan salah satu bentuk kebudayaan bangsa Indonesia , yang terdiri dari dua suku kata yakni “Pencak” dan “Silat”. Pencak mempunyai pengertian gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan dan 83
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 digunakan dalam belajar, latihan dan pertunjukkan. Sedangkan silat, mempunyai arti sebagai gerak bela diri yang sempurna, yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau terhindar dari bencana. Definisi pencak silat yang lengkapnya dibuat oleh Pengurus Besar IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975 sebagai berikut: “Pencaksilat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela/mempertahankan eksistensi (kemandirian) terhadap lingkungan hidup guna peningkatan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.” Pencaksilat sebagai seni budaya merupakan hasil cipta karsa dan karya bangsa Indoensia yang umumnya merupakan salah satu kekayaan seni budaya daerahdaerah di Indonesia, bahkan dibeberapa daerah, unsur seni tersebut jauh lebih menonjol, sehingga sementara masyarakat menganggapnya benar-benar sebagai bentuk senitari dan bukan seni bela diri. Namun bila diamati lebih lanjut akan nampak bahwa seni tari tersebut dikembangkan dari gerak-gerak dasar pencaksilat sebagai seni bela diri. Pengembangan aspek seni dan olahraga akan dapat menumbuhkan kecintaan terhadap salah satu kekayaan dan hasil cipta budaya bangsa. Kecintaan generasi muda ini sangat penting artinya dalam memperkokoh khususnya ketahanan sosial budaya kita, dan ketahanan nasional bangsa pada umumnya. Pencaksilat juga merupakan sarana yang ampuh untuk pembinaan mental spiritual, terutama untuk mewujudkan budi pekerti luhur, dan memantapkan *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
jiwa, sebagai perbendaharaan budaya Indonesia. Pencaksilat telah menunjukkan identitas yang khas Indonesia dan telah terbukti membentuk kepribadian kokoh bagi pengikutnya. Tidak hanya pembinaan terhadap aspek olahraganya seni dan bela diri semata-mata, melainkan dapat mengembangkan watak luhur, sikap kesatria, percaya diri sendiri dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pencaksilat memandang kita boleh mempunyai lawan akan tetapi jangan mempunyai musuh, tidak dibenarkan untuk menyerang lebih dahulu, bahkan harus sedapatdapatnya menghindari kontak fisik. Dalam olahraga pencaksilat kekuatan dan kelemahan lawan patut diperhatikan, diperhitungkan keuntungan dan kerugiannya, hendaknya dipadukan sistem yang mengutamakan lengan/tangan dan tungkai/kaki. Serangan kaki terdiri dari serangan-serangan kaki dan lutut. Bila kita mampun menendang dalam arti memasukkan tenaga kta dengan tendangan ke arah tubuh (bagian badan) lawan pastilah kita harus mengangkat paha. Paha akan terangkat datar baru dilanjutkan dengan tendangan sesuai dengan bentuk dan lintasannya. Dengan sendirinya teknik sangat berkaitan dengan posisi dan sikap kedudukan lawan. Bila kita lancarkan tendangan, kaki akan berdiri/bertumpu pada satu kaki sehingga perlu sikap keseimbangan yang baik. Dalam cabang olahraga pencaksilat penggunaan variasi bagian kaki terdiri dari : (1) Punggung kaki, (2) Telapak kaki, (3) Ujung kaki, (4) Sisi kaki, dan (5) Pergelangan kaki Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pencaksilat 84
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 merupakan perpaduan dari pencak, yang merupakan gerakan beladiri yang direfleksikan dalam irama gerak tari dengan tujuan untuk pertunjukkan di depan. Sedangkan silat merupakan intisari dari pencak yang bertujuan untuk membela diri dan tidak dapat dipertontonkan di depan umum. Dalam olahraga pencaksilat kekuatan dan kelemahan lawan patut diperhatikan, diperhitungkan keuntungan dan kerugiannya, hendaknya dipadukan sistem yang mengutamakan lengan/tangan dan tungkai/kaki. Serangan kaki terdiri dari serangan-serangan kaki dan lutut. Bila kita mampun menendang dalam arti memasukkan tenaga dengan tendangan ke arah tubuh (bagian badan) lawan pastilah kita harus mengangkat paha. Paha akan terangkat datar baru dilanjutkan dengan tendangan sesuai dengan bentuk dan lintasannya. Dengan sendirinya teknik sangat berkaitan dengan posisi dan sikap kedudukan lawan. Bila kita lancarkan tendangan, kaki akan berdiri/ bertumpu pada satu kaki sehingga perlu sikap keseimbangan yang baik. Untuk mencapai semua ini dari berbagai bentuk gerakan adalah latihan dengan baik, terarah, teratur dan terprogram. Khusus latihan tendangan dalam prosesnya perlu untuk memperhatikan berbagai cara pelaksanaan tendangan. Kekuatan Tungkai Harsono (1988) mengemukakan bahwa: “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan suatu tahanan”. Moch. Sajoto (1988) memberikan defenisi sebagai berikut: “Kekuatan adalah *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
kemampuan kondisi fisik yang menyangkut kemampuan seorang atlet pada saat mempergunakan otot-otot yang menerima beban dalam waktu tertentu”. Annarino (1986) mengemukakan bahwa : “Strength is the maximum amount of force exerled by muscle group”. Jika diterjemahkan secara bebas, kekuatan adalah jumlah makismum dari penggunaan force oleh otot atau sekelompok otot. Sedangkan menurut Fox (1984) mengemukakan bahwa: “Strength as the force or tension a muscular”. Artinya kekuatan adalah sebagai tegangan suatu otot, yaitu kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan. Berdasarkan teori di atas, dapat dikemukakan bahwa kekuatan otot adalah kemampuan untuk pengembangan tenaga maksimum dalam kontraksi yang maksimal untuk mengatasi tahanan atau beban. Kekuatan sangat penting dalam menunjang aktivitas-aktivitas olahraga seperti pencaksilat. Menurut Harsono (1988) mengemukakan sebagai berikut : Pertama, oleh karena kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas olahraga. Kedua, oleh karena kekuatan memegang peranan yang penting dalam melindungi atlet/orang dari kemungkinan cedera. Ketiga, oleh karena kekuatan atlet akan dapat lari lebih efesien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu stabilitas sendi-sendi. Kebutuhan kekuatan yang diperlukan dalam setiap aktivitas olahraga misalnya kebutuhan kekuatan pada olahraga pencaksilat tidaklah sama dengan cabang olahraga lain. Untuk pengembangan unsur kekuatan perlu adanya 85
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 metode latihan secara spesifik dan teratur, terarah sesuai dengan tuntutan sesuai dengan tuntunan pola gerak cabang olahraga itu. Kekuatan otot ditentukan oleh strukturil otot, khususnya volume otot, dimana kekuatan meningkat sesuai dengan meningkatnya volume otot. Dalam cabang olahraga pencaksilat, meskipun diperlukan kecepatan, kelentukan, keseimbangan, koordinasi dan sebagainya, akan tetapi komponen kondisi fisik tersebut di atas haruslah ditunjang oleh kekuatan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Harsono (1988:177) bahwa: “Kekuatan tetap merupakan basis dari semua komponen kondisi fisik”. Jadi dengan memiliki kekuatan, maka komponen kondisi fisik lainnya dapat dikembangkan sesuai kebutuhan. Jonath, Haag, dan Krempel. (1988) membagi kekuatan menjadi dua yaitu: 1. Kekuatan statis adalah kekuatan yang dapat ditimbulkan oleh sekelompok otot terhadap suatu tahanan yang tetap, dan kekuatan dinamis yaitu kekuatan otot yang terdapat oleh sekelompok otot dalam kelangsungan gerak terhadap suatu tahanan. Rachimi Ruma (1992:22) mengatakan bahwa : Kontraksi otot dibedakan atas dua macam kekuatan masing-masing: (1) kekuatan statis dan (2) kekuatan dinamis. Kekuatan statis adalah kekuatan efektif maksimal yang dilakukan oleh orang dalam kegiatan terhadap benda yang tidak bergerak. Dan kekuatan dinamis adalah kekuatan daya otot-otot, untuk memindahkan posisi suatu benda dari suatu tempat ke tempat lain. *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
Jadi kekuatan yang digunakan dalam melakukan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat adalah kekuatan dinamis. Karena dalam melakukan tendangan sabit, maka atlet berusaha untuk memindahkan posisi kaki dari suatu sasaran. Kontraksi otot ini digunakan untuk menghasilkan tenaga eksternal untuk menggerakkan anggota tubuh. Menurut Pate, Rotella dan Mc Cleghan yang diterjemahkan oleh Kasiyo Dwijowinoto (1993:180) bahwa: Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerak mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu benda mulai bergerak, berhenti atau berubah arah, tergantung kepada sifat fisik benda dan besarnya kekuatan. Kebanyakan penampilan dalam berolahraga melibatkan gerakan-gerakan yang disebabkan oleh kekuatan yang dihasilkan oleh kontraksi otot. Kontrakis otot digunakan untuk menghasilkan tenagan internal yang mengatur gerakan bahagian-bahagian badan. Untuk mengembangkan kekuatan selain penerapan prinsipprinsip latihan yang perlu diperhatikan juga perlu memperhatikan faktor-faktor yang lain yang dapat menunjang atau mempengaruhi pengembangan kekuatan itu sendiri. Kekuatan adalah tenaga yang dipakai untuk mengubah keadaan gerak atau bentuk dari suatu benda. Gerakan mendorong atau menarik dapat mengakibatkan suatu benda bergerak atau berubah arah, tergantung besarnya kekuatan dan sifat fisik dari benda yang digerakkan. 86
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 Tungkai adalah anggota tubuh bagian bawah atau disebut juga dengan “extrimitas inferior”, yang mana terdiri dari pinggul, paha, betis dan kaki. Dengan demikian kekuatan otot tungkai meliputi pengukuran anggota tubuh bagian bawah mulai dari pinggul hingga ke telapak kaki. Besarnya tahanan atau beban yang diterima oleh otot merupakan ukuran dari kekuatan otot. Makin berat suatu beban yang diangkat atau diatasi, makin kuat otot tersebut. Dengan kata lain makin tinggi tingkat pengembangan ketegangan otot, makin berkualitas otot tersebut. Kekuatan tungkai merupakan komponen yang sangat penting dalam meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Hal ini dimungkinkan karena kekuatan tungkai merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, disamping itu juga memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera tungkai. Kelentukan Tungkai Pada dasarnya semua cabang olahraga membutuhkan unsur kelentukan (fleksibilitas), karena kelentukan menunjukkan kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal menurut kemungkinan gerak. Kualitas itu kemungkinan otot-otot atau sekelompok otot untuk memanjang dan memendek serta memanfaatkan sendi-sendi secara maksimal. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap cabang olahraga mempunyai persamaan mengenai pentingnya unsur fleksibilitas dalam penampilan yang optimal. Untuk cabang olahraga pencaksilat khususnya tehnik tendangan lurus, *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
kelentukan sangat dibutuhkan utamanya pada saat melakukan gerakan jangkauan tendangan ke depan. Harsono, (1988) memberikan definisi sebagai berikut : “Kelentukan adalah kemampuan untuk melakukan gerakan dalam ruang gerak sendi, kecuali oleh ruang gerak sendi, kelentukan juga ditentukan oleh elastisitas tidaknya otot-otot, tendo dan ligamen”. Kelentukan merupakan tingkat kemampuan maksimal dalam ruang gerak sendinya. Kemampuan fisik ini dipengaruhi oleh elastisitas jaringan otot, tendo, ligamen, dan struktur kerangka tulang. Selain itu, kelentukan juga dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, volume penampang otot dan aspek psikologis dalam bekerja (berolahraga). Jadi perlu pertimbangan yang baik terhadap kelentukan, sebab cenderung akan mengurangi kemampuan otot dalam amplitudo gerakan responden otot, jika kelentukan tidak dilatih dengan baik agar gerakan yang dilakukan bebas dan lentur, sebagaimana yang dikemukakan oleh Paul Uram (1986) bahwa: “Latihan dalam program atlet tanpa pertimbangan yang memadai bagi pengembangan kelentukan cenderung untuk mengurangi jangkauan normal dari gerakan dan membatasi responden otot”. Sadoso Sumosardjono (1986) mengemukakan bahwa: “Latihan Peregangan dapat memperbaiki dan akan membuat badan terasa enak”. Dari sisi lain kegunaan latihan kelentukan adalah untuk mempertahankan kekuatan bahkan dapat meningkatkan kekuatan. Hal ini dapat diperkuat oleh pendapat Paul Uram (1986) 87
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 yaitu : “Latihan kelentukan dapat bermanfaat untuk memelihara kekuatan bahkan menambah kekuatan, atau latihan kekuatan dapat bermanfaat bagi kelentukan, kecepatan dan ketahanan”. Sadoso Sumosardjono (1986) juga mengatakan bahwa : “Menambah kelentukan dan peregangan ada pula kontribusinya dengan kenaikan kekuatan. Ada yang berpendapat bahwa dengan lebih banyak melakukan peregangan otot dan menjadi lebih kuat”. Begitu juga halnya dalam melakukan tehnik tendangan sabit pada cabang olahraga penccksilat, kelentukan memiliki peran yang besar dimana pada saat melakukan gerakan tersebut kelentukan otototot pada tungkai dan togok harus lentur agar pergerakan yang dilakukan tidak terasa kaku dan tegang yang akan mengakibatkan fatal bagi yang melakukannya. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang di pergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Suharsimi Arikunto (1992), mengatakan bahwa: “Variabel merupakan obyek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”. Sedangkan menurut Nana Sudjana (1988:48) bahwa : “Variabel secara sederhana dapat diartikan ciri dari individu, obyek, gejala dan peristiwa yang dapat diukur secara kuantitatif atau kualitatif”. Adapun variabel penelitian yang ingin diteliti dalam penelitian ini terdiri atas: Variabel bebas yaitu kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai, serta variabel terikat yaitu Kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
Desain penelitian atau rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah korelasional. Populasi menurut Sugiyono (2000:57) mengemukakan bahwa : “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan kuantitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan”. Dengan uraian tersebut, maka populasi adalah keseluruhan individu atau obyek yang ingin diteliti. Olehnya itu yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Siswa SMK Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Suharsimi Arikunto (1996) bahwa : “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Alasan dari penggunaan sampel adalah keterbatasan waktu, tenaga dan banyaknya populasi. Berdasarkan pengertian tersebut, maka sampel yang diambil atau digunakan dalam penelitian ini berjumlah 60 orang dari siswa putra SMK Negeri 2 Belopa Kabupaten Luwu. Data yang terkumpul tersebut perlu dianalisis secara statistik deskriptif dan infrensial. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data hasil tes kekuatan tungkai, kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat yang diperoleh dalam penelitian, dianalisis dengan teknik statistik deskriptif maupun statistik infrensial. Analisis deskriptif data penelitian yang terdiri dari nilai tes kekuatan tungkai, kelentukan tungkai dan kecepatan tendangan 88
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 sabit pada cabang olahraga pencaksilat dilihat dalam rangkuman hasil analisis deskriptif yang tercantum pada tabel, Tabel 1. Hasil analisis deskriptif Hipotesis Statistik
Kekuatan Tungkai
Kelentukan Tungkai
N
60 2528 42,1333 3,67984 15 33 48
60 830 13,8333 2,52558 9 10 19
X μ Sd Range Min Max
Kecepatan Tendangan Sabit 60 1424 23,7333 2,58985 10 19 29
Hasil analisis deskriptif data pada tabel di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut: a. Untuk data kekuatan tungkai, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 2528 dan rata-rata yang diperoleh = 42,1333 dengan hasil standar deviasi = 3,67984 dari range data 15 antara nilai minimum 33 dan 48 untuk nilai maksimal. b. Untuk data kelentukan tungkai, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 830 dan ratarata yang diperoleh = 13,8333 dengan hasil standar deviasi = 2,52558 dari range data 9 antara nilai minimum 10 dan 19 untuk nilai maksimal. c. Untuk data kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, dari 60 jumlah sampel diperoleh total nilai sebanyak 1424 dan rata-rata yang diperoleh = 23,7333 dengan hasil standar deviasi = 2,58985 dari range data 10 antara nilai minimum 19 dan 29 untuk nilai maksimal. Pengujian data selanjutnya dilakukan dengan analisis infrensial hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis koefesien *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
korelasi (r) dan regresi (R) pada taraf signifikan 95% atau 0,05. a. Ada hubungan kekuatan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Hipotesis statistik : Ho : 1 = 0 H1 : 1 ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kekuatan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,585 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 2,712 dengan tingkat signifikansi 0,008. Oleh karena probabilitas (0,008) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau kekuatan tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulankan bahwa ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Ini membuktikan bahwa seorang atlet pencaksilat di dalam menampilkan kecepatan tendangan sabit pada pencaksilat harus memiliki kekuatan tungkai. Kekuatan merupakan dasar komponen fisik yang ada disamping itu membantu dalam menghindari cedera. Tungkai merupakan penggerak yang melakukan tendangan sabit, sehingga dengan kekuatan tungkai yang baik akan memberikan 89
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 kecepatan tendangan sabit yang baik. Kekuatan tungkai akan memberikan kemampuan tungkai untuk dapat bergerak dengan kuat dan membantu dalam menopang berat badan dalam posisi kaki terangkat disaat pergerakkan tendangan. Untuk itu, optimalnya kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat bila seorang atlet memiliki kekuatan tungkai yang baik. b. Ada hubungan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Hipotesis statistik : Ho : 2 = 0 H1 : 2 ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis korelasi data kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Diperoleh nilai korelasi ( r0 ) = 0,649 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05. Dari uji koefesien nilai t diperoleh 2,875 dengan tingkat signifikansi 0,006. Oleh karena probabilitas (0,006) jauh lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien korelasi signifikan, atau kelentukan tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Ini membuktikan bahwa kecepatan *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
tendangan sabit membutuhkan kelentukan tungkai. Telah dijelaskan sebelumnya bahwa gerak tungkai dalam proses penampilan tendangan sabit adalah terangkatnya paha dengan lengkungan kaki seperti melakukan tendangan samping, maka tungkai dalam menendang harus lentur dalam pergerakkannya. Kelentukan merupakan kemampuan tubuh untuk bergerak secara luwes tanpa mengalami ketegangan atau kekakuan. Dengan kelentukan tungkai yang dimiliki membantu pergerakkan tendangan sabit dengan halus, serta akan memperoleh kecepatan tendangan secara maksimal. c. Ada hubungan antara kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Hipotesis statistik : Ho : 1,2 = 0 H1 : 1,2 ≠ 0 Hasil pengujian : Berdasarkan hasil pengujian analisis regresi data antara kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Diperoleh nilai regresi ( R0 ) = 0,653 dengan tingkat probabilitas (0,000) < 0,05, untuk nilai R Square (koefesien determinasi) = 0,426. Hal ini berarti 42,6% kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat dijelaskan oleh kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai. Sedangkan sisanya (100% 42,6% = 57,4%) dijelaskan oleh 90
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 sebab-sebab yang lain. Dari uji Anova atau F test, didapat F hitung adalah 21,142 dengan tingkat signifikansi 0,000. Oleh karena probabilitas (0,000) jauh lebih kecil dari 0,05, maka model regresi dapat dipakai untuk memprediksi kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat (dapat diberlakukan untuk populasi dimana sampel diambil). Dari uji t diperoleh 3,378 dengan tingkat signifikansi 0,001. Oleh karena probabilitas (0,001) jauh lebih kecil dari 0,05. Maka Ho ditolak dan H1 diterima atau koefesien regresi signifikan, atau kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai benar-benar berpengaruh secara signifikan dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. Ini membuktikan bahwa kecepatan tendangan sabit harus ditunjang dengan kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai. Penggabungan dengan kedua unsur gerakan akan lebih efesien sebab penampilan keterampilan tendangan sabit dilihat secara baik jika kemampuan tungkai yang ditunjang dengan baik antara kekuatan dan kelentukan. Di dalam gerakan kecepatan tendangan sabit mengupayakan pergerakkan dengan sentakan secara cepat dan akurat. Kemampuan tendangan dapat secara cepat dan akurat, bila tungkai dapat menopang tubuh *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
dengan posisi berdiri pada satu kaki dan disertai kaki yang satu pada posisi melakukan tendangan. Akurat yang dimaksud adalah keterampilan menampilkan tendangan sabit secara tidak kaku dan tegang sehingga hasil yang dicapai begitu mulus. Sentakansentakan kaki dalam melakukan tendangan sabit akan terjadi dengan kedua komponen tersebut dapat berintegrasi dengan teknik pelaksanaan pada tendangan itu sendiri. Dengan demikian setiap atlet harus memiliki komponen fisik seperti kekuatan dan kelentukan pada tungkai untuk menunjang kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat. PENUTUP Sesuai dari hasil analisis pengujian hipotesis dengan berdasar pada masalah yang diajukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Ada hubungan yang signifikan kekuatan tungkai dan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai r0 = 0,585 (P < 0.05). 2. Ada hubungan yang signifikan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai r0 = 0,649 (P < 0.05). 3. Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai dengan kecepatan tendangan sabit pada cabang olahraga pencaksilat, terbukti nilai R0 = 0,653 (P < 0.05). Agar hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan 91
Competitor, Nomor 2 Tahun 3, Juni 2011 penampilan keterampilan pencak silat khususnya pada teknik tendangan bagi siswa, maka saran yang dapat dikemukakan sebagai berikut : 1. Guru olahraga diharapkan dapat meningkatkan penampilan keterampilan pada cabang olahraga pencaksilat bagi siswanya yang sesuai dengan teknik dasar yang dikembangkan dan unsur komponen fisik yang dibutuhkan sebagai penunjang pada penampilan keterampilan pada cabang olahraga pencaksilat. 2. Hendaknya kedua komponen yang terkait atau yang dibutuhkan dalam penampilan keterampilan pada cabang olahraga pencaksilat yaitu kekuatan tungkai dan kelentukan tungkai dapat dijadikan sebagai indikator bagi siswa dalam penilaian maupun memilih atlet pada cabang olahraga pencaksilat. 3. Diharapkan adanya penelitian lebih lanjut dengan sampel yang lebih besar pada penelitian yang relevan agar hasil penelitian ini dapat dikembangkan untuk memperkaya khasanah disiplin ilmu keolahragaan, khususnya dalam upaya meningkatkan penampilan keterampilan pada cabang olahraga pencaksilat. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur penelitian; suatu pendekatan praktek. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta. Barry L. Johnson and Nelson K. 1986. Practical measurement for evaluation inphysical *) Guru Penjas SMKN 2 Belopa Kabupaten Luwu
education. Mc Millian Publishing. Bompa. 1983. Theory and methodology of training the key to athletic performance. Iowa Kendall/Hunt Publishing Company. Depdiknas. 2004. Instrumen pemanduan bakat pencaksilat. Jakarta: Direktorat Olahraga Pelajar dan Mahasiswa, Direktorat Jenderal Olahraga Dwijonowinoto Kasiyo, 1993. DasarDasar Ilmiah Kepelatihan. IKIP : Semarang. Harsono. 1988. coaching danaspekaspek psikologi dalam coaching. Jakarta: Penerbit Departemen Pendidikan dan kebudayaan Proyek Pengembangan Pendidikan Tinggi. Ikatan Pencaksilat Indonesia (PB. IPSI). 1994. Istilah-istilah teknik pencaksilat. Jakarta : Munas IX. Iskandar, Otto M. 1992. Pencaksilat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Nossek. 1982. General theory of training. Penerbit PAN African Press Ltd Longus. Sajoto, Moch. 1988. Pembinaan kondisi fisik dalam olahraga. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Dikti. Siregar M. F. 1975. Ilmu Pengetahuan melatih. Jakarta : Proses Pembinaan Organisasi dan aktivitas Olahraga Massal. Sugiyono. 2000. Statistika untuk penelitian. Bandung : Penerbit Alfabeta. Surahmat Winarno. 1982. Pengantar Penelitian Dasar Metode Teknik. Tarsito : Bandung. 92