Oleh : Marisa Rifada 1309201006
Pembimbing : Dr. Purhadi, M.Sc
JURUSAN STATISTIKA Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011 Surabaya, 18 Juli 2011
Analisis Regresi
GWR
Geographically Weighted Regression
Brunsdon, Fotheringham dan Charlton (1996)
Lokasi Geografis
GWPR
Geographically Weighted Poisson Regression
Nakaya, Fotheringham, Brunsdon, dan Charlton (2005)
GWLR
Geographically Weighted Logistic Regression
Atkinson, German, Sear dan Clark (2003)
GWOLR Geographically Weighted Ordinal Logistic Regression
Epidemiologi
Lokasi Geografis Upaya untuk menanggulangi terjadinya peningkatan kasus DBD
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) Kabupaten Lamongan memiliki jumlah kasus DBD yang meningkat 2 kali lipat memberantas nyamuk penularan atau lebih sehingga termasuk Kejadian DBDBiasa sesuai dengan tingkat Luar (KLB)
kerawanan suatu desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD
Aslim (1997) Tingkat kerawanan DBD berhubungan erat dengan mobilitasYuniarti dan kepadatan penduduk (2008) Ada hubungan yang signifikan antara kepadatan penduduk, jumlah puskesmas dengan kejadian kasus DBD
Tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap DBD : 1. Rawan I (endemis) 2. Rawan II (sporadis) 3. Rawan III (potensial)
Model GWOLR pada pemodelan tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD di Kabupaten Lamongan
Skala ordinal
RUMUSAN MASALAH 1)
Bagaimana bentuk penaksir parameter dan statistik uji pada model GWOLR?
2)
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD di Kabupaten Lamongan tahun
2009 berdasarkan model GWOLR?
TUJUAN PENELITIAN 1)
Mendapatkan penaksir parameter dan statistik uji pada model GWOLR
2)
Menyusun algoritma dan program pada pemodelan GWOLR
3)
Menentukan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD di Kabupaten
Lamongan tahun 2009 berdasarkan model GWOLR.
MANFAAT
1)
mengembangkan wawasan dan pengetahuan mengenai penaksiran parameter dan statistik uji pada
model GWOLR 2)
memberikan masukan mengenai penanggulangan
desa atau kelurahan rawan penyakit DBD
BATASAN MASALAH
1)
penentuan tingkat kerawanan desa/kelurahan
terhadap penyakit DBD berdasarkan faktor kepadatan penduduk, ketinggian dari permukaan laut, jarak desa
ke puskesmas/pustu terdekat, keberadaan kader atau juru pemantau jentik, Angka Bebas Jentik (ABJ) dan jarak desa ke ibukota kabupaten. 2)
pembobot fungsi kernel yang digunakan adalah fungsi kernel Gaussian.
Distribusi yang sering digunakan dalam analisa data dengan variabel respon polikotomus.
Distribusi probabilitas multinomial :
m P(Y1 y1 , Y2 y2 ,..., YG 1 yG 1; m, ) y y y ... G 1 1 2 dimana
1y1 2y2 ... GyG11 (1 1 2 ... G1 )m y1 y2 ... yG 1
g menyatakan peluang hasil pada kategori g, dengan g = 1,2,…,G-1.
Misalkan variabel respon mempunyai G kategori, maka model regresi logistik ordinal yang terbentuk adalah:
P Yi g xi T logit P Yi g xi ln g xi 1 P Yi g xi Untuk variabel respon yang mempunyai 3 kategori, maka model regresi logistik ordinal yang terbentuk adalah:
P Yi 1 xi T logit P Yi 1 xi ln 1 xi 1 P Yi 1 xi P Yi 2 xi T logit P Yi 2 xi ln 2 xi 1 P Yi 2 xi
MODEL REGRESI LOGISTIK ORDINAL PENAKSIRAN PARAMETER
Metode MLE
Non linear
Newton Raphson
PENGUJIAN HIPOTESIS
Uji Serentak
Uji Parsial
Hipotesis:
Hipotesis:
H0 : 1 2 ... p 0
H0 : k 0
H1 : minimal ada satu k 0
H1 : minimal ada satu k 0
Statistik uji :
Statistik uji :
ˆ G 2 2 ln L ˆ ln L
; k 1, 2,..., p
ˆk Wk SE ( ˆk )
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel respon yang berskala ordinal dengan variabel prediktor yang masing-masing koefisien regresinya bergantung pada lokasi dimana data tersebut diamati. Bentuk model GWOLR untuk lokasi ke-i :
P Yi g xi logit P Yi g xi = ln g (ui , vi ) xi (ui , vi ) 1 P Yi g xi
PENAKSIRAN PARAMETER
maximum likelihood terboboti
Pemilihan Pembobot
dij Fungsi Kernel Gaussian (Lesage, 2001) : w j ui , vi h dimana d ij menyatakan jarak Eucliden antara lokasi u i , vi dan lokasi
u
j ,vj
, d
ij
u
(bandwidth),
dan
i
uj
v 2
i
vj
2
, h menyatakan parameter penghalus
merupakan simpangan baku dari vektor jarak d ij
adalah densitas normal standar.
Metode yang digunakan untuk mendapatkan bandwidth optimum adalah metode Cross Validation (CV).
Pemilihan Model Terbaik Metode Akaike Information Criterion (AIC) :
AIC D(h) 2K
dengan D(h) adalah nilai devians model dengan bandwidth h dan K adalah jumlah parameter dalam model.
Penyakit DBD adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti Kegiatan pemberantasan nyamuk menular DBD didaerah rawan penyakit dilakukan sesuai dengan tingkat kerawanan suatu wilayah terhadap penyakit DBD. Tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD : 1. Desa atau kelurahan rawan I (endemis) -> desa atau kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir, setiap tahun terjangkit penyakit DBD 2. Desa atau kelurahan rawan II (sporadis) -> desa atau kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir terjangkit penyakit DBD tetapi tidak setiap tahun 3. Desa atau kelurahan rawan III (potensial) -> desa atau kelurahan yang dalam 3 tahun terakhir tidak pernah terjangkit penyakit DBD, tetapi penduduknya padat, mempunyai hubungan transportasi yang ramai dengan wilayah lain
Kegiatan pemberantasan nyamuk penular penyakit DBD Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB)
Pemberantasan Sarang Tempat umum Nyamuk (PSN)
Tingkat kerawanan
Fogging masal
Rawan I (Endemis)
√
√
√
√
Rawan II (Sporadis)
-
√
√
√
Rawan III (Potensial)
-
-
√
√
Rumah
Sumber Data Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari :
Dinas Kesehatan Kabupaten Lamongan Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten Lamongan. Unit observasi yang digunakan adalah desa/kelurahan di
Kabupaten Lamongan Provinsi Jawa Timur yang terdiri dari 330 desa/kelurahan.
No.
1.
Variabel
Kategori
Variabel respon : Y : Tingkat kerawanan desa atau
2.
Tipe Variabel
Kategorik 1= Rawan I (endemis)
kelurahan terhadap penyakit
2 = Rawan II (sporadis)
DBD
3 = Rawan III (potensial)
Variabel prediktor :
X1 : Kepadatan penduduk
Kontinu
-
X2 : Ketinggian dari permukaan laut
Kontinu
-
X3 : Jarak ke puskesmas/pustu terdekat X4 : Keberadaan kader atau juru
Kontinu
-
Kategorik 0 = Tidak ada
pemantau jentik
1 = Ada
X5 : Angka Bebas Jentik
Kontinu
-
X6 : Jarak ke ibukota kabupaten
Kontinu
-
I. Mendapatkan bentuk penaksir parameter dan pengujian hipotesis pada model GWOLR
Penaksiran parameter model GWOLR 1. Membentuk fungsi likelihood dari model GWOLR 2. Membentuk fungsi ln-likelihood 3. Memberikan pembobot pada fungsi ln-likelihood 4. Mengestimasi parameter dengan melakukan turunan parsial pertama
5. Melakukan metode iterasi Newton-Raphson
Pengujian hipotesis model GWOLR 1. pengujian kesamaan model GWOLR dengan model regresi logistik ordinal 2. pengujian parameter model GWOLR secara serentak 3. pengujian parameter model GWOLR secara parsial
II. Mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD di Kabupaten Lamongan tahun 2009
1. Melakukan analisis statistika deskriptif 2. Memeriksa kolinieritas antara variabel-variabel prediktor 3. Memodelkan dengan menggunakan regresi logistik ordinal 4. Memodelkan dengan menggunakan model GWOLR 5. Mendapatkan model terbaik dengan membandingkan model regresi logistik ordinal dan GWOLR
Model GWOLR untuk lokasi ke-i :
P Yi g xi logit P Yi g xi = ln g (ui , vi ) xi (ui , vi ) 1 P Yi g xi sehingga
P Yi g xi
exp g ui , vi xi ui , vi T
1 exp g ui , vi xi ui , vi T
Misalkan * g xi P Yi g xi menyatakan peluang variabel respon pada lokasi ke-i mempunyai kategori ke-g terhadap xi , maka
* g xi
exp g ui , vi xi ui , vi T
1 exp g ui , vi xi ui , vi T
exp g 1 ui , vi xi ui , vi T
1 exp g 1 ui , vi xi ui , vi T
Jika dimisalkan variabel respon mempunyai 3 buah kategori, maka model GWOLR yang terbentuk untuk lokasi ke-i : P Yi 1 xi logit P Yi 1 xi = ln 1 (ui , vi ) xi (ui , vi ) 1 P Yi 1 xi P Yi 2 xi logit P Yi 2 xi = ln 2 (ui , vi ) xi (ui , vi ) 1 P Yi 2 xi
Sehingga peluang untuk masing-masing kategori respon pada lokasi ke-i : *1 xi
exp 1 ui , vi xi ui , vi T
1 exp 1 ui , vi xi ui , vi
*2 x i
T
exp 2 ui , vi xi ui , vi T
T
exp 1 ui , vi xi ui , vi
1 exp 2 ui , vi xi ui , vi T
xi 1
exp 2 ui , vi xi ui , vi
* 3
1 exp 2 ui , vi xi ui , vi T
T
1 exp 1 ui , vi xi ui , vi T
fungsi likelihood :
ui , vi g xi n
G
*
i 1 g 1
yig
exp (u , v ) x (u , v ) exp g 1 (ui , vi ) xi (ui , vi ) g i i i i i L ui , vi yig ln i 1 g 1 1 exp g (ui , vi ) xi (ui , vi ) 1 exp g 1 (ui , vi ) xi (ui , vi )
exp (u , v ) x (u , v ) exp g 1 (ui , vi ) xi (ui , vi ) g i i i i i 1 exp g 1 (ui , vi ) xi (ui , vi ) g 1 1 exp g (ui , vi ) xi (ui , vi )
yig
n
G
i 1
fungsi ln-likelihood n
G
fungsi ln-likelihood terboboti
exp (u , v ) x (u , v ) exp ( u , v ) (ui , vi ) x g i i j i i g 1 i i j * L y jg ln 1 exp ( u , v ) ( u , v ) 1 exp ( u , v ) (ui , vi ) x x g i i j i i g 1 i i j j 1 g 1 n
G
w u , v j i i
Jika dimisalkan variabel respon mempunyai 3 buah kategori, maka fungsi ln-likelihood terboboti yang terbentuk : *
L
y j1 1 (ui , vi ) x j (ui , vi ) y j1 y j 2 ln 1 exp 1 (ui , vi ) x j (ui , vi ) j 1 n
y j 2 ln exp 2 (ui , vi ) x j (ui , vi ) exp 1 (ui , vi ) x j (ui , vi )
y j1 1 ln 1 exp 2 (ui , vi ) x j (ui , vi ) w j ui , vi
Estimasi parameter dilakukan dengan melakukan turunan parsial pertama persamaan di atas terhadap parameter yang akan diestimasi dan kemudian disamakan dengan nol. METODE NEWTON RAPHSON
NON LINIER
Pengujian Kesamaan Model GWOLR dengan Model Regresi Logistik Ordinal Bentuk hipotesis :
H0 : k ui , vi k
k ui , vi k ; i 1, 2,..., n ; k 1, 2,..., p
H1 : minimal ada satu Statistik uji :
Fhit
D ˆ df
D ˆ df1
2
dengan D ˆ menyatakan nilai devians model regresi logistik ordinal
menyatakan nilai devians model
dengan derajat bebas df1 dan D ˆ GWOLR dengan derajat bebas df 2 .
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai Fhit F ;df ,df 1 2
Pengujian Parameter Model GWOLR Secara Serentak Bentuk hipotesis : H0 : 1 ui , vi 2 ui , vi ... p ui , vi 0
H1 : minimal ada satu k ui , vi 0
Statistik uji : 2 G 2
n
3 yig ln g 1
i 1
y jg w j ui , vi n j 1 n w j ui , vi i 1 j 1 n
3 * ˆ yig ln g xi g 1
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai G 2 2 ;df .
Pengujian Parameter Model GWOLR Secara Parsial Bentuk hipotesis : H0 : k ui , vi 0
; i 1, 2,..., n ; k 1, 2..., p
H1 : k ui , vi 0 Statistik uji :
Z hit
ˆk ui , vi
SE ˆk ui , vi
Kriteria pengujiannya adalah tolak H0 apabila nilai
Z hit Z 2 .
pemrograman model GWOLR dilakukan dengan menggunakan software MATLAB. Beberapa algoritma program yang digunakan : 1. Penentuan bandwidth (h) optimum dengan Cross Validation 2. Penentuan pembobot 3. Penaksiran parameter model GWOLR
4. Penentuan derajat bebas model GWOLR 5. Pengujian kesamaan model GWOLR dan regresi logistik ordinal 6. Pengujian parameter model GWOLR secara serentak 7. Pengujian parameter model GWOLR secara parsial
Analisis Tingkat Kerawanan Desa atau Kelurahan terhadap Penyakit DBD di Kabupaten Lamongan Tahun 2009 Statistika deskriptif variabel respon dan variabel prediktor Kategori
N
Persentase
Rawan I (Endemis)
60
18,2
Rawan II (Sporadis)
201
60,9
Rawan III (Potensial)
69
20,9
330
100
TOTAL
Variabel
N
Mean
X1
330
1212,20
X2 X3 X5 X6
330 330 330 330
15,50 2,68 80,08 23,55
Sum
Min
Max
StDev
400039,40 147,00
8519,00
1023,20
5114,55 884,60 26425,88 7772,20
100,00 14,00 100,00 76,00
22,64 2,66 12,25 13,28
0,00 0,00 35,00 1,00
Uji Kolinieritas antar variabel prediktor Z1
Z2
Z3
Z2
-0,217
Z3
0,086
-0,004
Z5
0,002
0,221
0,299
Z6
-0,182
0,599
-0,138
VIF
X1 1,06
X2 1,859
X3 1,116
Z5
-0,135
X5 1,284
X6 1,776
antar variabel prediktor tidak saling berkorelasi
Pemodelan Regresi Logistik Ordinal Hasil regresi logistik ordinal univariabel Prediktor Z1 Z2 Z3 Z4 (3,70622) Z5 Z6
Koefisien 0,61077 -0,93518 -0,19062 1,12549 -0,30110 -1,03038
SE Koefisien 0,134086 0,128779 0,109675 0,405042 0,110737 0,134393
Wald 4,56 -7,26 -1,74 2,78 -2,72 -7,67
P-value 0,000 0,000 0,082 0,005 0,007 0,000
Signifikan pada =10%
Pemodelan Regresi Logistik Ordinal Hasil regresi logistik ordinal multivariabel Prediktor
Koefisien
SE Koefisien
Wald
P-value
Konst(1) Konst(2) Z1 Z2 Z3 Z4 (3,70622) Z5 Z6
1,76341 5,53338 0,50754 -0,30556 -0,33285 0,80963 -0,32451 -0,98670
0,96185 1,02557 0,13205 0,15938 0,12887 0,45296 0,13443 0,17521
1,83 5,40 3,84 -1,92 -2,58 1,79 -2,41 -5,63
0,067 0,000 0,000 0,055 0,010 0,074 0,016 0,000
Statistik G 2
df
P-value
123,527
6
0,000
Signifikan pada =10%
Pemodelan Regresi Logistik Ordinal Model :
logit Pˆ Y 1 x 1,7634 0,0005 X1 0,0135 X 2 0,1251X 3 0,8096 X 4 (1) 0,0265 X 5 0,0743 X 6 logit Pˆ Y 2 x 5,5334 0,0005 X1 0,0135 X 2 0,1251X 3 0,8096 X 4 (1) 0,0265 X 5 0,0743 X 6
Klasifikasi tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD antara hasil observasi dan prediksi Observasi kategori 1 kategori 2 kategori 3
Prediksi
Persentase
kategori 1 kategori 2 kategori 3 12 48 0 4 181 16 0 41 28 Total keseluruhan
ketepatan 20% 90,05% 40,58% 66,97%
Hasil model GWOLR dengan fungsi pembobot berbeda Statistik
Pembobot Gaussian*
Exponential
Bisquare
Tricube
Bandwidth
1,767
0,374
0,707
0,710
AIC
508,275
508,421
509,110
509,343
*) model GWOLR terbaik
Sehingga model GWOLR yang digunakan adalah model GWOLR dengan pembobot fungsi Kernel Gaussian.
Ringkasan Statistik Parameter Model GWOLR Standar
Parameter
Min
Max
Range
Mean
1
0,8264
4,4908
3,6644
1,4848
0,8411
2
4,4785
9,0528
4,5744
5,2678
1,0486
1
0,3035
0,8227
0,5192
0,7412
0,1362
2
-0,3669
-0,2134
0,1535
-0,2672
0,0342
3
-0,4102
-0,1676
0,2426
-0,3739
0,0581
Deviasi
4 5
0,521
0,8882
0,3672
0,8178
0,0761
-0,7152
-0,2305
0,4847
-0,3149
0,1103
6
-1,2515
-0,9018
0,3497
-1,0046
0,0702
Hasil uji kesamaan model regresi logistik ordinal dan GWOLR Model
Devians
df
Devians/df
F hitung
Regresi logistik ordinal
496,317
652
0,7612
0,582
GWOLR
484,158
370
1,3085
F 0,1;652;370 1,12692 tidak ada perbedaan yang signifikan antara model GWOLR
dan model regresi logistik ordina
Hasil uji serentak parameter model GWOLR Statistik G 2 144,245
df 12,058
2 (0,1;12) 18,5493
minimal ada satu variabel prediktor yang berpengaruh signifikan
terhadap tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD di kabupaten Lamonga
Hasil uji parameter model GWOLR secara parsial untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat kerawanan DBD di setiap lokasi Misalkan : hasil uji parameter model GWOLR di lokasi pertama (desa Kedungmentawar) Parameter 1 u1 , v1 2 u1 , v1 1 u1, v1 2 u1 , v1 3 u1 , v1 4 u1 , v1
Estimasi 1,0115 4,7161 0,7911 -0,2860 -0,3813 0,8067
Z Hitung 0,5698 2,5201* 2,1704* -0,944 -1,5895 0,9949
5 u1 , v1
-0,2571
-0,9939
6 u1 , v1
-0,9297
-2,4361*
Signifikan pada = 10%
Model logit untuk desa Kedungmentawar:
logit Pˆ Y 1 x 0,0008 X1 0,07 X 6 logit Pˆ Y 2 x 4,7161 0,0008 X1 0,07 X 6 Klasifikasi tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD antara hasil observasi dan prediksi berdasarkan model GWOLR
Prediksi Observasi
Persentase
kategori 1
kategori 2
kategori 3
ketepatan
kategori 1
15
44
1
25%
kategori 2
3
185
13
91,58%
kategori 3
0
40
29
42,03%
Total keseluruhan
69,39%
Pengelompokan desa atau kelurahan berdasarkan variabel-variabel yang signifikan dalam model GWOLR Nama desa atau kelurahan Kedungmentawar, Ganggantingan, Gebangangkrik, Mendogo, Durikedungjero, Lamongrejo, Lawak, Purwokerto, Ngasemlemahbang, Cerme, Slaharwotan, Drujugurit, Kedungdadi, Jatipayak, Sukoanyar
Jumlah
Variabel
15
Kepadatan penduduk (X1) Jarak ke ibukota kabupaten (X6)
Desa atau kelurahan selain kelompok I dan kelompok III
285
Kendalkemlagi, Mertani, Sumberwudi, Jangkungsomo, Parengan, Pangkatrejo, Pringgoboyo, Kanugrahan, Turi, Gedangan, Blumbang, Blimbing, Kandangsemangkon, Paciran, Sumurgayam, Sendangagung, Sendangduwur, Tunggul, Kranji, Drajat, Lembor, Tlogoretno, Sidomukti, Lohgung, Labuhan, Brengkok, Sendangharjo, Sedayulawas, Sumberagung, Brondong
Kepadatan penduduk (X1) Jarak ke puskesmas/pustu terdekat (X3) Jarak ke ibukota kabupaten (X6)
30
Jarak ke ibukota kabupaten (X6)
Perbandingan Model Regresi Logistik Ordinal dan Model GWOLR Hasil perbandingan model regresi logistik ordinal dengan model GWOLR Kriteria Devians AIC Ketepatan klasifikasi
Model Regresi Logistik Ordinal 496,317 508,317 66,97%
Model GWOLR 484,158 508,275 69,39%
pemodelan tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit
DBD di kabupaten Lamongan tahun 2009 antara hasil model GWOLR dan model regresi logistik ordinal tidak berbeda signifikan, hal ini
ditunjukkan dari nilai AIC yang diperoleh berdasarkan kedua model tersebut hampir sama. Namun, prosentase ketepatan klasifikasi model GWOLR sedikit lebih besar dibandingkan model regresi logistik ordinal.
KESIMPULAN & SARAN KESIMPULAN : 1. Estimasi parameter model GWOLR menggunakan metode maksimum likelihood terboboti. Pengujian kesamaan model GWOLR dengan model regresi logistik ordinal didekati dengan distribusi F. Pengujian 2 parameter model GWOLR secara serentak didekati dengan distribusi
, sedangkan uji parameter model GWOLR secara parsial menggunakan uji Z. 2. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD di Kabupaten Lamongan tahun 2009 berdasarkan model GWOLR adalah kepadatan penduduk (X1), jarak ke puskesmas/pustu terdekat (X3) dan jarak ke ibukota kabupaten (X6).
KESIMPULAN & SARAN 3. Pemodelan tingkat kerawanan desa atau kelurahan terhadap penyakit DBD
di kabupaten Lamongan tahun 2009 antara hasil model GWOLR dan model regresi logistik ordinal tidak berbeda signifikan .
SARAN : Penelitian lebih lanjut dapat dikembangkan untuk variabel respon kategorik berskala nominal yaitu model Geographically Weighted Multinomial Logistic Regression (GWMLR). Selanjutnya dapat pula dikembangkan untuk kasus semiparametrik, yaitu Geographically Weighted Ordinal Logistic Regression Semiparametric (GWOLRS) atau Geographically Weighted Multinomial Logistic Regression Semiparametric (GWMLRS).
DAFTAR PUSTAKA Agresti, A., (2002), Categorical Data Analysis, Second Edition, John Wiley & Sons, New York. Aslim, A., (1997), Analisis Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Tingkat Desa di Kabupaten Indramayu Tahun 1992-1996 dan Rencana Penanggulangannya, Tesis Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Atkinson, P.M., German, S.E., Sear, D.A., & Clark, M.J., (2003), Exploring the Relations Between Riverbank Erosion and Geomorphological Controls Using Geographically Weighted Logistic Regression, Geographical Analysis, 35. Aulele, S. N., (2010), Model Geographically Weighted Poisson Regression (Studi Kasus : Jumlah Kematian Bayi di Jawa Timur dan Jawa Tengah Tahun 2007), Tesis Jurusan Statistika FMIPA ITS, Surabaya. Brunsdon, C., Fotheringham, A.S., dan Charlton, M. (1996), Geographically Weighted Regression: a method for exploring spatial nonstationarity, Geographical Analysis, 28, 281-298. Departemen Kesehatan RI, (2007), Modul Pelatihan bagi Pengelola Program Pengendalian Penyakit Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Jakarta Dinas Perhubungan dan Pariwisata Kabupaten Lamongan, (2008), Sekilas Lamongan, Kondisi Geografis Kabupaten Lamongan, http://wisatalamongan.com/index.php?idmenu=12, Akses 1 Agustus 2010
DAFTAR PUSTAKA Dobson, A. J., (1990), An Introduction to Generalized Linear Models, Chapman & Hall, London Fotheringham, A.S., Brunsdon, C., dan Charlton, M. (2002), Geographically Weighted Regression, Jhon Wiley & Sons, Chichester, UK Hocking, R, (1996), Methods and Application of Linear Models, John Wiley & Sons, New York Lesage, J.P. (2001), A Family of Geographically Weighted Regression, Departement of Economics University of Toledo. McCullagh dan Nelder, (1989), Generalized Linear Models 2nd Edition, Chapman & Hall, London Nakaya, T., Fotheringham, A.S., Brunsdon, C., dan Charlton, M. (2005), Geographically Weighted Poisson Regression for Disease Association Mapping, Statistics in Medicine, Volume 24 Issue 17, pages 2695-2717. Soegijanto, S., (2004), Demam Berdarah Dengue, Airlangga University Press, Surabaya Yuniarti, A., (2008), Tingkat Kerawanan Demam Berdarah Dengue di Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2007, Skripsi Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Depok. Widiyanto, T., (2007), Kajian Manajemen Lingkungan terhadap Kejadian Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Purwokerto Jawa Tengah, Tesis Jurusan Magister Kesehatan Lingkungan Universitas Diponegoro, Semarang