LAPORAN PENELITIAN LANJUT BIDANG ILMU
PENGARUH TEPUNG DAUN MENGKUDU (Morinda citrifolia) TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN KANDUNGAN KOLESTEROL TELUR PUYUH
Oleh: Ir. Tuty Maria Wardiny, MSi Ir. T. Eduard Azwar Sinar, MA
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS TERBUKA 2014
1
HALAMAN PENGESAHAN USUL PENELITIAN LANJUT BIDANG ILMU LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT UNIVERSITAS TERBUKA 1. a. Judul Penelitian
: Pengaruh Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Produktivitas dan Kandungan Kolesterol Telur Puyuh b. Bidang Penelitian : Keilmuan c. Klasifikasi Penelitian : Lanjut 2. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap : Ir. Tuty Maria Wardiny, MSi b. NIP : 19640302 198910 2 001 c. Golongan/Pangkat : III/d / Penata Tk. I d. Jabatan Akademik : Lektor e. Fakultas/Unit Kerja : MIPA f. Program Studi : Agribisnis 3. Anggota Peneliti a. Jumlah Anggota : 1 orang b. Nama Anggota/Unit : Ir. T. Eduard Azwar Sinar, MA/Puskom c. Program Studi : Agribisnis 4. a. Periode Penelitian : April – November 2014 b. Lama Penelitian : 8 bulan 5. Biaya Penelitian : Rp 30.000.000,- (Tiga puluh juta rupiah) 6. Sumber Biaya : Universitas Terbuka 7. Pemanfaatan Hasil : Seminar nasional, Jurnal Nasional, dan Pengayaan Bahan Ajar
Jakarta, 10 Desember 2014 Mengetahui: Dekan FMIPA-UT
Ketua Peneliti,
Dr. Nuraini Soleiman, M.Ed. NIP 19540730 198601 2 001
Ir. Tuty Maria W, M.Si NIP 19640302 198910 2 001
Mengetahui, Ketua LPPM
Menyetujui, Kepala Pusat Penelitian
Ir. Kristanti Ambar Puspitasari, M.Ed., Ph.D. DR. Herman, MA NIP 19610212 198603 2 001 NIP 19560525 198603 1 004
2
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan penduduk yang meningkat setiap tahunnya dan disertai dengan kesadaran akan gizi khususnya untuk kalangan menengah ke bawah, mengakibatkan meningkatkannya permintaan akan produk hewani sebagai sumber protein. Coturnix coturnix japonica merupakan puyuh yang dikenal sebagai penghasil telur, adalah salah satu ternak alternatif yang dapat dimanfaatkan sebagai penyedia protein hewani guna memenuhi permintaan untuk memenuhi gizi masyarakat. Nilai gizi telur puyuh tidak kalah dibanding dengan unggas lain, sehingga dapat digunakan sebagai penyedia sumber protein hewani. Telur puyuh merupakan sumber protein terbaik, seratus gram telur puyuh mengandung 13,05 gram protein, sedikit lebih tinggi dari telur ayam maupun telur bebek (USDA, 2007). Salah satu keunggulan protein telur dibandingkan dengan protein hewani lainnya adalah daya cerna yang tinggi mengandung kolin yang berperan penting dalam tubuh, terutama perkembangan otak. Sedangkan di dalam warna kuning telur puyuh mengandung senyawa lutein dan zeaksantin. Kedua senyawa itu merupakan pigmen yang memberikan warna kuning telur. Konsumsi makanan yang kaya lutein dan zeaksantin akan meningkatkan kandungan zeaksantin dalam retina mata yang berpotensi menyerap cahaya biru hingga 20-90% (Diah, 2012). Permintaan telur yang sangat besar ini menyebabkan peternak harus memelihara ternak puyuhnya secara intensif. Pemeliharaan secara intensif membutuhkan biaya pakan yang tinggi untuk menghasilkan produksi yang optimal. Meningkatnya harga bahan-bahan pakan akhir-akhir ini mengakibatkan peternak harus mencari bahan pakan alternatif. Dimana bahan pakan alternatif ini harus mudah dicari, murah dan yang terpenting tidak bersaing dengan kebutuhan manusia serta ketersediannya secara kontinu. Mengkudu merupakan salah satu tanaman obat yang dalam beberapa tahun terakhir ini banyak diminati baik dari kalangan pengusaha agribisnis, kalangan pengusaha industri obat tradisional bahkan dari kalangan ilmuan. Hal ini disebabkan bahwa dalam semua bagian tanaman mengkudu terkandung berbagai senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan. Tanaman Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan famili Rubiaceae, berbentuk pohon, keseluruhan tanamannnya dapat dimanfaatkan
3
buah, daun dan akarnya sering dimanfaatkan untuk kesehatan. Daun mengkudu memiliki kandungan antraquinon, asam amino, glikosida, senyawa fenolik, dan asam ursulat. Berdasarkan uji kualitatif ekstrak daun mengkudu mengandung alkoloid, saponin, felonik, flavonoid, triterfenoid dan glokosida. Flavonoid berkhasiat sebagai antioksidan (Hadisaputra, 2008). Daun mengkudu bersifat bulky dan mudah busuk, sehingga perlu dilakukan pengolahan bahan pakan daun mengkudu supaya awet, mudah disimpan dan mudah didistribusikan. Salah satunya dengan pembuatan tepung, penelitian yang terdahulu Wardiny (2006) membuktikan bahwa tepung daun mengkudu dapat meningkatkan produktivitas dan menurunkan kandungan kolesterol kuning telur ayam ras. Oleh karena itu maka penelitian ini perlu dilakukan, untuk mengetahui produktivitas dan kualitas telur puyuh. Diharapkan pemberiaan tepung daun mengkudu dapat meningkatkan produktivitas dan kualitas telur puyuh, dengan demikian kebutuhan protein hewani sebagian besar masyarakat Indonesia dapat dipenuhi karena harga jual telur mengkudu sangat murah dibandingkan harga jual telur ayam dan itik. Selain itu telur yang dihasilkan berkualitas lebih baik karena tidak menggunakan antibiotik kimiawi sehingga masyarakat yang mengkonsumsinya tidak perlu khawatir akan adanya carcinogenic effect.
1.2. Perumusan Masalah Feed quality for food safety merupakan masalah bagi para peternak dan masyarakat yang mengkonsumsi hasil produksi peternakan. Masyarakat menuntut hasil produk peternakan yang berkualitas dan aman dikonsumsi dalam jangka panjang, untuk menghasilkan produk tersebut peternak harus mengeluarkan biaya yang lebih. Oleh karena itu perlu dicari bahan-bahan pakan alternatif yang berasal dari sumber daya lokal sehingga harganya lebih murah dan terjamin ketersediannya. Mengkudu merupakan salah satu tanaman yang mudah didapat, tetapi penggunaannya sebagai bahan pakan dan antibiotik alami terhadap puyuh masih jarang dilakukan. Permasalahannya, belum banyak penelitian mengenai tepung daun mengkudu sebagai bahan pakan alternatif pada puyuh. Hal tersebut yang mendorong peneliti untuk mengkaji mengenai pengaruh tepung daun mengkudu terhadap produktivitas dan kualitas telur puyuh.
4
Masalah yang ingin dikaji pada penelitian ini adalah: 1.
Bagaimana produktivitas (produksi telur, konsumsi dan konversi ransum) telur puyuh yang diberi tepung daun mengkudu dalam ransum
2.
Bagaimana mortalitas puyuh yang diberi tepung daun mengkudu dalam ransum
3.
Bagaimana kandungan kolesterol kuning telur ayam puyuh yang diberi tepung daun mengkudu dalam ransum
4.
Berapa persentase tepung daun mengkudu yang dapat dapat menghasilkan produktivitas dan kualitas telur puyuh terbaik
1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1.
Mengkaji produktivitas (produksi telur, konsumsi dan konversi ransum) puyuh yang menggunakan tepung daun mengkudu pada ransum
2.
Menghitung mortalitas puyuh yang diberi tepung daun mengkudu dalam ransum
3.
Mengukur kandungan kolesterol kuning telur puyuh yang diberi tepung daun mengkudu dalam ransum
4.
1.4.
Menemukan persentase optimum tepung daun mengkudu dalam ransum
Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Pemanfaatan bahan pakan lokal sebagai bahan pakan alternatif ransum puyuh
2.
Informasi pemberian tepung daun mengkudu yang paling efektif bagi peternak
3.
Menghasilkan produk peternakan yang sehat dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia
5
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produktivitas Puyuh ( Coturnix coturnix japonica ) Puyuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Jenis puyuh yang biasa diternakkan adalah berasal dari jenis Coturnix coturnix japonica. Klasifikasi zoologi puyuh menurut Radiopoetra (1996) adalah sebagai berikut: Kingdom
: Animalia
Phylum
: Chordata
Subphylum
: Vertebrata
Class
: Aves
Famili
: Phasianidae
Genus
: Coturnix
Species
: Coturnix coturnix japonica
Puyuh menghasilkan telur dan daging yang mempunyai nilai gizi dan rasa yang lezat, bulunya sebagai bahan aneka kerajinan atau perabot rumah tangga lainnya, kotorannya sebagai pupuk kandang ataupun kompos yang baik dapat digunakan sebagai pupuk tanaman (Setianto, 2005). Selain itu manfaat yang dapat diambil dari seekor puyuh adalah telur, daging dan kotorannnya.Telur merupakan suatu kesatuan dari komponen utama yaitu kuning telur, putih telur, membran kulit telur dan kulit telur (Robert, 2004).
Sumber: http://www.anneahira.com/images/article/jual-burung-puyuh.jpg
Puyuh mampu menghasilkan telur sebanyak 250-300 butir/tahun. Puyuh jantan dewasa memiliki bobot badan sekitar 100-140 gram, sedangkan yang betina
6
beratnya antara 120-160 gram dan mulai bertelur pada umur 35-42 hari (Anggorodi, 1995). . Subekti (2007) melaporkan bahwa puyuh yang diberi tepung daun katuk, mulai bertelur pada umur 40 hari dan rataan berat telurnya adalah 9,8 g. North dan Bell (1990) menyatakan bahwa umur pertama kali bertelur dipengaruhi oleh faktor genetik, pencahayaan, berat badan, imbangan protein dan energi dalam ransum serta imbangan kalsium dan fosfor dalam ransum. Saerang et al. (1998) mengatakan bahwa berat rata-rata telur puyuh berkisar antara 9,036-9,60 g dengan ransum yang mengandung minyak nabati dan hewani 3,55,0%. Peningkatan produksi telur sangat dipengaruhi oleh kandungan protein dalam ransum karena kelebihan protein akan digunakan untuk produksi telur. Produksi telur tertinggi dicapai pada puyuh yang diberi konsumsi ransum dengan kandungan protein 24% (Indah, 1989; Rohyati, 1989).
Dilihat dari nilai gizinya, telur puyuh tidak kalah dari telur ayam ataupun telur bebek. Kandungan zat gizi telur puyuh dibandingkan dengan telur ayam dan telur bebek per 100 gramnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kandungan gizi per 100 gram telur puyuh, telur ayam, dan telur bebek Zat gizi Energi (kkal) Protein (g) Total lemak (g) Karbohidrat (g) Kalsium/Ca (mg) Bes/Fe (mg) Magnesium/Mg (mg) Fosfor/P (mg) Kalium/K (mg) Natrium/Na (mg) Seng/Zn (mg) Tembaga/Cu (mg) Mangan/Mn (mg) Selenium/Se (mkg) Thiamin (mg)
Telur puyuh 158 13,05 11,09 0,41 64 3,65 13 226 132 141 1,47 0,062 0,038 32,0 0,069
Telur ayam 143 12,58 9,94 0,77 53 1,83 12 191 134 140 1,11 0,102 0,038 31,7 0,069
Telur bebek 185 12,81 13,77 1,45 64 3,85 17 220 222 146 1,41 0,062 0,038 36,4 0,156
7
Riboflavin (mg) Niasin (mg) Asam Panthothenat (mg) Vitamin B6 (mg) Kolin (mg) Vitamin B12 (mkg) Vitamin A (IU) Vitamin E (mg) Vitamin K (mkg) Kolesterol (mg) Lutein+zeaksantin (mkg) Sumber: USDA (2007)
0,478 0,070 1,438 0,143 263,4 1,58 543 1,08 0,3 844 369
0,478 0,070 1,438 0,143 251,1 1,29 487 0,97 0,3 423 331
0,404 0,200 1,862 0,250 263,4 5,40 674 1,34 0,4 884 459
2.2. Kebutuhan Nutrien Puyuh
Kebutuhan nutrien puyuh telur pemula sama dengan pakan ayam ras pedaging berumur 1 minggu sampai 4 minggu. Pakan puyuh petelur dara adalah pakan puyuh petelur umur 21 hari (3 minggu) sampai dengan 42 hari (7 minggu) (Listyowati dan Roospitasari, 2000). Kebutuhan nutrien puyuh secara rinci dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 2. Kebutuhan Nutrien Puyuh Fase Grower dan Layer
Kebutuhan Nutrien
Grower a
Layer b
Kadar air maksimum (%) Abu maksimum (%) Protein kasar maksimum (%) Lemak kasar maksimum (%) Serat kasar maksimum (%) Energi metabolis minimum (kkal/kg)
14,00 8,00 17,00 7,00 7,00 2600
14,00 14,00 17,00 7,00 7,00 2700
Sumber : SNI ( 2006a;2006b)
Performa ternak adalah pencerminan dari keseluruhan aktivitas organ tubuh. Untuk mencapai performa maksimal, perlu mengetahui dan memahami faktor-faktor yang mempengaruhi performa ternak diantaranya, pertambahan bobot badan, bobot badan, konsumsi pakan, konsumsi air minum, konversi pakan, dan mortalitas (Kartasujana dan Suprijatna, 2005).
8
Teknik pemberian pakan yang baik dapat menekan angka konversi pakan sehingga keuntungan bertambah. Konversi pakan menjadi daging atau telur harus berlangsung secara efisien dan ekonomis untuk memperoleh keuntungan (Suprijatna, 2002).
2.3. Mengkudu (Morinda citrifolia Linn) Mengkudu merupakan salah satu tanaman obat yang dalam beberapa tahun terakhir ini banyak diminati baik dari kalangan pengusaha agribisnis, kalangan pengusaha industri obat tradisional bahkan dari kalangan ilmuan. Hal ini disebabkan bahwa dalam semua bagian tanaman mengkudu terkandung berbagai senyawa kimia yang dapat dimanfaatkan. Tanaman mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan famili
Rubiaceae,
berbentuk
pohon,
keseluruhan
tanamannnya
dapat
dimanfaatkan.buah, daun dan akarnya sering dimanfaatkan untuk kesehatan. Daun mengkudu memiliki kandungan antraquinon, asam amino, glikosida, senyawa fenolik, dan asam ursulat. Berdasarkan uji kualitatif ekstrak daun mengkudu mengandung alkoloid, saponin, felonik, flavonoid, triterfenoid dan glokosida. Flavonoid berkhasiat sebagai antioksidan (Hadisaputra, 2008). Tabel 3. Hasil analisis proksimat, mineral dan vitamin mengkudu (as fed) Komponen Kadar air (%) Kadar Abu (%) Protein Kasar (%) Lemak Kasar (%) Serat Kasar (%) Ca (%) P (%) Fe (ppm) Zn (ppm) Β-karoten (ppm) Vitamin C (ppm)
Tepung Daun 9,36 9,84 22,11 7,65 11,75 10,30 0.12 437 35.80 161 406
Sari Buah 88,06 0,94 1,21 0,26 1,05 0,08 1,22 8,78 3,50 1,30 1247
Sumber : Wardiny (2006)
Kandungan kimia daun dan buah mengkudu (Morinda citrifolia) secara umum adalah alkaloid, saponin, flavonoid, terpenoid dan antrakinon, disamping itu daunnya
9
juga mengandung polifenol. Senyawa-senyawa terpenoid merupakan senyawa hidrokarbon isometrik yang sangat berguna bagi tubuh yaitu membantu tubuh dalam proses sintesis organik dan pemulihan sel-sel tubuh (Syamsuhidayat, Hutapea 1991). Wardiny (2006) yang menyatakan bahwa pemberian 9% tepung daun mengkudu dalam ransum ayam petelur dapat meningkatkan produksi, menurunkan konversi ransum dan kandungan kolesterol kuning telur ayam negeri.
2.4. Kolesterol Kolesterol dalam tubuh berasal dari dua sumber yaitu makanan yang disebut kolesterol eksogen dan diproduksi sendiri oleh tubuh disebut kolesterol endogen (Piliang dan Djojosoebagio, 2004). Kolesterol LDL mempunyai sifat yang berbahaya pada pembuluh darah dan jantung. Pada
penyakit yang disebabkan dengan naiknya kadar kolesterol maka
serum darah terlihat naiknya kadar LDL. Kolesterol HDL sebaiknya dapat menurunkan kolesterol LDL secara lambat. Kolesterol HDL tidak dieroleh dalam ransum akan tetapi disintesis dalam tubuh (Briggs dan Brothern 1970). Bagusnya telur puyuh tidak memiliki kolesterol jahat (LDL) dan sangat kaya dengan kolesterol baik (LDL) tidak seperti telur ayam, telur puyuh tidak menyebabkan alergi. Malah telur puyuh bisa membantu mengatasi gejala alergi karena memiliki yang namanya protein ovomucoid, yang dipakai untuk produksi obat antialergi.
10
III. METODOLOGI
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini akan dilakukan pada bulan September
sampai dengan
November 2014 di daerah Jabon Mekar-Bogor.
3.2. Ternak Penelitian ini menggunakan 72 ekor puyuh umur 6 minggu yang dibagi ke dalam 4 perlakuan dan 3 ulangan, setiap ulangan terdiri atas 6 ekor puyuh.
3.3. Kandang dan Peralatan Kandang yang digunakan adalah 12 unit kandang koloni berukuran 182 cm x 100 cm x 60 cm. Setiap kandang diisi dengan 12 ekor puyuh. Pada setiap kandang dilengkapi dengan tempat pakan dan tempat air minum.
3.4. Perlakuan Perlakuan pada penelitian ini adalah persentase pemberian tepung daun mengkudu dalam ransum, yaitu : (R0) : ransum kontrol (R1) : 9% tepung daun mengkudu dalam ransum (R2) : 10% tepung daun mengkudu dalam ransum (R3) :
11% tepung daun mengkudu dalam ransum
3.5. Rancangan Percobaan Penelitian dilakukan menurut Rancangan Acak Lengkap (Steel dan Torrie, 1995), dengan 4 (empat) perlakuan dan 3 (tiga) ulangan dengan 12 (dua belas) ekor puyuh untuk setiap ulangan.
11
Model statistik untuk percobaan ini adalah sebagai berikut : Yij = + i + ij
Keterangan : Yij
= Nilai pengamatan dari perlakuan ke-i ulangan ke-j
= Nilai rata-rata sesungguhnya
i
= Pengaruh perlakuan ke-i
ij
= Galat
i
= R1, R2, R3, R4
j
= 1,2,3 Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan menggunakan sidik
ragam (analysis of variance/ANOVA) dan jika menunjukkan pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan Uji Duncan (Steel dan Torrie, 1995).
3.6. Prosedur Pelaksanaan
Tahap Persiapan Kandang dan peralatan seperti tempat makan dan minum terlebih dahulu dibersihkan dengan disinfektan sebelum puyuh dipelihara. Penentuan letak kandang dilakukan secara acak dan untuk memudahkan pencatatan, masing-masing kandang diberi tanda sesuai dengan perlakuan yang diberikan. Setiap kandang diisi dengan 12 ekor puyuh hasil pengacakan.
12
Pembuatan Tepung Daun Mengkudu
Daun Mengkudu
Sortir
Chopping
Drying
Grinding
Tepung
Burung Puyuh
Diagram 1. Proses Pembuatan Tepung Daun Mengkudu
Tahap Pemeliharaan Pemeliharaan puyuh dilakukan ketika puyuh berumur 4 minggu sampai 12 minggu. Ransum dan air diberikan ad libitum. Sisa pakan puyuh ditimbang setiap seminggu sekali. Kebersihan kandang, tempat minum dan tempat pakan dilakukan setiap hari. Telur puyuh dikumpulkan setiap hari, dan pada minggu terakhir penelitian masing-masing perlakuan diambil dua butir telur puyuh. Kemudian ditimbang dan dilakukan analisa kolesterol telur puyuh.
13
3.7. Peubah yang diukur 1. Produksi Telur (kg) Produksi telur adalah total berat telur yang dihasilkan tiap perlakuan selama penelitian. Penimbangan telur dilakukan setiap hari per unit ulangan, dimulai puyuh mulai bertelur. Jumlah telur selama penelitian Produksi hen day (%) =
x 100% Jumlah puyuh x jumlah hari selama penelitian
2. Konsumsi Ransum (g/ekor) Konsumsi ransum dihitung berdasarkan jumlah ransum yang diberikan dalam satu minggu dikurangi sisa ransum pada akhir minggu tersebut.
3. Konversi Pakan Konversi pakan diperoleh dengan cara membagi jumlah pakan yang dikonsumsi dengan produksi telur (total berat telur) selama penelitian. Konversi pakan = Total konsumsi pakan (gr) Total produksi telut (gr) 4. Mortalitas (%) Angka mortalitas diperoleh dari jumlah puyuh yang mati seluruhnya dibagi dengan jumlah awal puyuh pada awal percobaan dikalikan seratus persen.
5. Kandungan kolesterol kuning telur Kadar kolesterol kuning telur diukur pada akhir perode penelitian. Pengukuran kadar kolesterol dengan menggunakan Spektofotometer di Laboratorium Balai Penelitian Ternak-Ciawi
14
IV. Hasil dan Pembahasan
IV. 1. Produktivitas Puyuh Hasil penelitian Pengaruh Tepung Daun Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Produktivitas Puyuh dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Produktivitas puyuh yang diberi tepung daun mengkudu dalam ransum Perlakuan
R0 R1 R2 R3
Konsumsi Ransum (g/ekor) 142,69 146,90 123,34 141,36
± 7,04 b ± 7,30 b ± 11,36 a ± 7,60 b
Produksi Telur / Hen Day (%)
Konversi Ransum
78,45 ± 15,65b 75,61 ± 5,05 b 47,62 ± 10,76a 76,27 ± 9,49 b
2,33 ± 0,07 2,29 ± 0,14 1,98 ± 0,23 2,27 ± 0,27
Superskrip yang berbeda dalam satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05) Keterangan: R0 = ransum kontrol; R1 = 9% TDM dalam ransum; R2 = 10% TDM dalam ransum; R3 = 11% TDM dalam ransum
Rataan konsumsi ransum puyuh penelitian pada semua perlakuan berkisar antara 123,34 - 146,90 g/ekor/minggu. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
ransum berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum. Dari Tabel 4,
terlihat bahwa semakin besar kandungan tepung daun mengkudu (TDM) dalam ransum maka semakin berkurang konsumsi ransum. Hal ini dapat disebabkan karena tepung daun mengkudu mengandung serat kasar yang cukup tinggi yaitu 11,75% (Wardiny, T.M. 2006) sehingga puyuh cepat merasa kenyang. Selain itu semakin meningkatnya kandungan tepung daun mengkudu dalam ransum maka warna ransum semakin hijau dan kurang disukai oleh puyuh yang lebih memilih ransum berwarna kuning dan merah. Pada bulan Oktober dimana terjadi pergantian musim kemarau ke musim hujan, beberapa puyuh terserang penyakit Snot atau Infection Coryza. Gejalanya diantaranya adalah puyuh terlihat lesu, nafsu makan dan minum menurun bahkan terjadi pembengkakan dimata. Sehingga mengakibatkan menurunnya konsumsi ransum pada puyuh yang mendapat perlakuan R2.
15
Produksi telur penelitian pada semua perlakuan berkisar antara 47,62 78,45%. Dimana hasil sidik ragam menunjukkan bahwa perlakuan
ransum
berpengaruh nyata terhadap produksi telur puyuh. Produksi telur puyuh yang mendapat perlakuan 10% tepung daun mengkudu (R2) menurun dibandingkan dengan yang mendapat ransum kontrol dan perlakuan tepung daun mengkudu lainnya didsalam ransum. Hal ini disebabkan karena konsumsi protein puyuh yang mendapat perlakuan R2 lebih rendah dibandingkan dengan ransum perlakuan lainnya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tetapi puyuh yang mendapat perlakuan R1dan R3 yang konsumsi ransumnya sama dengan ransum kontrol (R0) dan lebih tinggi dari R2, menghasilkan produksi telur yang lebih tinggi juga. Selain itu, ransum yang mengandung zat nutrisi yang lengkap dan keadaan puyuh yang sehat akan menghasilkan produksi telur yang tinggi. Rataan konversi ransum puyuh selama penelitian pada semua perlakuan berkisar antara 1,98 – 2,33. Hasil sidik ragam menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan antar perlakuan. Secara rerata puyuh yang mendapat perlakuan tepung daun mengkudu dalam ransum dapat menghasilkan konversi ransum yang lebih baik yaitu lebih kecil. Konversi ransum yang terbaik dihasilkan oleh R3 sebesar 2,27 dimana konsumsi ransum yang dikonsumsinya menghasilkan produksi telur yang lebih tinggi jika dibandingkan denga R2 yang secara rerata konversi ransumnya paling kecil. Tetapi konversi ransum yang kecil ini tidak diikuti oleh produksi telur yang tinggi melainkan produksi telur yang terendah. Sehingga puyuh yang mendapat R2 tidak dapat dikatakan yang memiliki produktivitas terbaik.
IV.2. Mortalitas Mortalitas merupakan jumlah puyuh yang mati selama pernelitian dikalikan !00%. Data mortalitas selama penelitian disajikan pada Tabel 5 dibawah ini.
16
Tabel 5, Presentase mortalitas puyuh selama penelitian Perlakuan
Mortalitas (%) 22,3 33,3 33,3 11,1
R0 R1 R2 R3
Keterangan: R0 = ransum kontrol; R1 = 9% TDM dalam ransum; R2 = 10% TDM dalam ransum; R3 = 11% TDM dalam ransum
Mortalitas terjadi pada semua perlakuan, ini diakibatkan adanya penyakit Snot yang terjadi pada pergantian musim kering ke musim hujan. Jika dilihat pada Tabel 5, pemberian mengkudu sampai 10% dalam ransum, belum dapat membunuh bakteri Hemophilus gallinarum yang menyebabkan penyakit tersebut. Tetapi pada perlakuan R3 yaitu 11% tepung daun mengkudu dalam ransum, mulai dapat mengurangi tingkat mortalitas puyuh. Hal ini dapat disebabkan oleh kandungan senyawa bioaktif alkaloid dan flavonoid yang terkandung dalam tepung daun mengkudu yang berfungsi sebagai antioksidan dan antibakteri yang didugan dapat menurunkan persentase mortalitas.
IV.3. Kandungan Kolesterol Kuning Telur Puyuh Kandungan kolesterol pada kuning telur puyuh berkisar antara 10,96 – 14,95 mg/g. Ternyata substitusi tepung daun mengkudu dalam ransum komersil, belum mampu menurunkan kandungan kolesterol kuning telur puyuh.
Tabel 6. Kandungan kolesterol kuning telur puyuh Perlakuan (mg R0 R1 R2 R3
Kolesterol Kuning Telur Puyuh (mg/g) 10,96 12,83 14,11 14,95
Keterangan: R0 = ransum kontrol; R1 = 9% TDM dalam ransum; R2 = 10% TDM dalam ransum; R3 = 11% TDM dalam ransum
17
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan pada ayam ras petelur, pemberian 9% tepung daun mengkudu dalam ransum non komersil dapat menurunkan kandungan kolesterol kuning telur ayam. Jadi untuk menurunkan kandungan kolesterol kuning telur puyuh ini, sepertinya tepung daun mengkudu harus diberikan bersamaan dengan ransum non komersil yang disusun dengan kandungan dedak sebagai pengganti jagung kuning. Dengan demikian tepung daun mengkudu dan dedak yang memiliki serat kasar tinggi yang akan meningkatkan ekskresi lemak melalui feses, termasuk kolesterol ( Bordwell and Erdman, 1998)..
18
V. KESIMPULAN
Pemberian 11% tepung daun mengkudu dalam ransum (R3)
menghasilkan
produktivitas puyuh yang terbaik karena menghasilkan rerata konversi ransum rendah dengan produktivitas yang tinggi. Pemberian 11% tepung daun mengkudu dalam ransum (R3) dapat mengurangi tingkat mortalitas tetapi belum dapat menurunkan kandungan kolesterol dalam kuning telur. puyuh selama penelitian. Jadi pemberian 11% tepung daun mengkudu dalam ransum (R3) merupakan persentase optimum tepung daun mengkudu dalam ransum karena menghasilkan produktivitas yang tinggi dan mortalitas yang rendah.
19
VI. Personalia Penelitian
1. Ketua Peneliti a. Nama Lengkap
: Ir. Tuty Maria Wardiny, MSi.
b. Jenis Kelamin
: Perempuan
c. NIP
: 19640302 198910 2 001
d. Bidang Ilmu
: Peternakan
e. Pangkat/Golongan
: Penata Tk.I/III/d
f. Jabatan Fungsional/Struktural
: Lektor / -
g. Fakultas/Jurusan
: MIPA/Biologi
h. Waktu Penelitian
: 8 jam/minggu
2. Anggota Peneliti a. Nama Lengkap
: Ir. T. Eduard A.S, MA.
b. Jenis Kelamin
: Laki-laki
c. NIP
: 19591127 198703 1 003
d. Bidang Ilmu
: Peternakan
e. Pangkat/Golongan
: Penata /IIIc
f. Jabatan Fungsional/Struktural
: Lektor / -
g. Fakultas/Jurusan
: MIPA/Biologi
h. Waktu Penelitian
: 6 jam/minggu
20
DAFTAR PUSTAKA Anggorodi, H. R. 1995. Nutrisi Aneka Ternak Unggas. PT Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Bordweel , C.E and Erdman, J.W. Nutrient Interaction. New York: Marcel dekker, Inc. Briggs, M.N., and Brotherton J. 1970. Egg production of light and medium hybrids given diets varying in energy level during the chick rearing and laying stage. British Poultry Sci 11:53-56 Diah.
2012. 18 Fakta manfaat telur puyuh. http://jurnalbidandiah.blogspot.com/2012/04/18-fakta-manfaat-telur-puyuh.html [13 November 2012].
Hadisaputra, F. F. 2008. Uji sitotoksik ekstrak etanol kultur akar ciplukan (Physalis angulata) yang ditumbuhkan pada media murashige-skoog dengan peningkatan konsentrasi sukrosa terhadap sel myelema. Skripsi. Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. Indah, E.S.P. 1989. Studi Pengaruh Imbangan Protein Energi dan Waktu Deposit Telur terhadap karakteristik Telur Puyuh. Skripsi Fakultas Peternakan-Institut Pertanian Bogor. Bogor Kartasujana, R. & E. Suprijatna. 2005. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta. Listiyowati E. & K. Roospitasari. 2000. Tata Laksana Bididaya Burung Puyuh Secara Komersial. Penebar Swadaya, Jakarta. North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial chicken Production Manual. 4th Ed. Van Nostrand Reinhold. New York. Piliang, W.G. dan S. Djojosoebagio Al Haj. 2004. Fisiologi Nutrisi vol I. Bogor: Pusat Antar Universitas Ilmu Hayati, Institut Pertanian Bogor.
Radiopoetra , 1996. Zoologi. Erlangga, Jakarta. Robert, J.R.2004. Factor affecting eggs internal quality and eggshell quality in laying hens. Journal Poultry Science 41:161-177 Rohayati. 1989. Pengaruh tingkat protein dan energi metabolis ransum terhadap produksi telur umur 16 minggu sampai umur 24 minggu. Skripsi Fakultas Peternakan-Institut Pertanian Bogor. Bogor.
21
Saerang, J.L.P., T.Yuwanta dan Nasroedin. 1998. Pengaruh minyak nabati dan lemak hewani dalam ransum puyuh petelur terhadap performan, daya tetas, kadar kolesterol telur dan plasma darah. Buletin Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada 22(2):96-101 Setianto, J. 2005. Penggunaan cassava dan tepung indigofera sebagai pengganti jagung dalam ransum terhadap performans puyuh petelur pada umur 1-5 minggu. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia. 7 (2): 76-81. SNI, 2006. Pakan Puyuh. Badan Standarisasi Nasional Sritharet, N. 2002. Effects of heat stress on histological features in pituicytes and hepatocytes, and enzyme activities of liver and blood plasma in Japanese quail (Coturnix japonica). Journal of Poultry Science. 39 (2): 167-178. Suprijatna, E. 2002. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Syamsuhidayat, S.S. dan Hutapea JR. 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Badan Litbang Kesehatan, Depkes RI. Steel, RGD dan Torrie JH. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika-Suatu Pendekatan Biometrik. Ed Ke-2. Cetakan Keempat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. USDA. 2008. Housing, Husbandry, Care & Welfare of Selected Birds. http://www.nal.usda.gov/awic/pubs/Birds08/birds.shtml. Diakses tanggal 18 April 2012 Wardiny, T.M.. 2006. Kandungan Vitamin A,C Dan Kolesterol Telur Ayam Yang Diberi Mengkudu Dalam Ransum. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Wiradimadja, R. 2007. Dinamika Status Kolesterol Pada Puyuh Jepang (Coturnix coturnix japonica) yang Diberi Daun Katuk (Sauropus androgynus L. Merr.) Disertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
22
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup Peneliti
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI Nama Tempat, tanggal lahir Alamat e-mail
: Ir. Tuty Maria Wardiny, MSi. : Jakarta, 2 Maret 1964 : Bumi Pesanggrahan Mas Jl. Griya II Blok J2 – Petukangan Selatan, Jakarta Selatan :
[email protected]
Pendidikan: Tingkat Perguruan Tinggi Studi S1 Institut Pertanian Bogor S2
Institut Pertanian Bogor
Gelar
Tahun Tamat
Bidang
Insinyur
1986
Peternakan
Master Sains
2006
Ilmu Ternak
Pengalaman kerja penelitian Enumerator pada penelitian Treasur Study Universitas Terbuka, tahun 2008
profesional - Staf akademik di Pusat Antar Universitas Universitas Terbuka : 1988-1993 - Staf akademik di Pusat Komputer Universitas Terbuka : 1993-2000 - Staf akademik di FMIPA Universitas Terbuka, Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian : 2000-sekarang
Daftar publikasi yang relevan dengan usul penelitian yang diajukan : 1. Model Pemberdayaan Masyarakat Usahatani di daerah Bogor, Gunung Kidul, dan Lampung Timur (anggota, 2009) 2. Tanggap Kebal ayam Pedaging yang Diberi Temulawak (anggota, UT, 2008) 3. Pengaruh Pemberian Mengkudu terhadap Kandungan Kolesterol Telur Ayam (Ketua, UT, 2008) 4. Manfaat Jamu Hewan terhadap Ayam Buras (Ketua, UT, 2006). 5. Evaluasi Hubungan antara Indeks Bentuk Telur dengan Persentase DOC yang Menetas pada Ayam Kampung Galur Arab (Ketua, UT, 2002). 6. Pemanfaatan Mikroorganisme Efektif (EM-Bio) dalam Ransum yang Menggunakan Pakan Lokal pada Ayam Buras Periode Pertumbuhan (Anggota, UT, 2000). 7. Substitusi Jagung dengan Tepung Gaplek terhadap Penampilan Ayam Broiler (Ketua, UT, 1998).
23
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ANGGOTA PENELITI
BIODATA PRIBADI
Nama Tempat/Tanggal Lahir Alamat Rumah
: Tengku Eduard Azwar Sinar : Petumbukan, 27 November 1959 Pamulang Estat Blok H2/12 : Jl. Duku VI Pamulang 15417
E-mail
[email protected] :
Pendidikan :
1990-1993 : Master of Education (MEd.), Physchology of Education, Faculty of Education, University of Victoria, , B.C., Canada
1979 – 1983 : Insinyur (Ir.), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor, Indonesia
KARYA ILMIAH (dalam 5 tahun terakhir)
Sinar, T.E.A. dan Wardiny, T.M. (2008) Tanggap Kebal Ayam Pedaging yang Diberi Temulawak
Padmo, D., Sinar, E., Belawati, T. (2004). Quality assurance of the learning process: A case of Universitas Terbuka. Paper presented at the 8th AAOU Conference on Open Learning and Distance Education, Shanghai, 28-30 November 2004.
Belawati, T., Padmo, D., & Sinar, T.E. (2003). Application of Educational Media at Universitas Terbuka (The Indonesian Open University), Will be published in ‘Distance Education in the Commonwealth Countries’. Vancouver, B.C.: Commonwealth of Learning.
24