DAMPAK YANG DIHADAPI PADA PENGELOLAAN PROGRAM KEMITRAAN DALAM STRATEGI PENGURANGAN KEMISKINAN MELALUI PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI ( TELECENTER ) DI PEDESAAN JAWA TIMUR
Ir. ASIANTI OETOJO S., Msi.,
[email protected] Kepala Badan Pengelolaan Data Elektronik (BPDE) Propinsi Jawa Timur Alamat : Jl. A. Yani 242 – 244 Surabaya Telepon : (031) 8281180, 8280877 Web site : http://www.jatim.go.id ABSTRAK Di tengah pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berbagai jenis aplikasi TIK dimanfaatkan untuk mempermudah dan mempertinggi kualitas hidup manusia, namun demikian masih belum banyak pihak yang melihat potensi TIK dimanfaatkan dalam upaya menanggulangi kemiskinan, terutama kemiskinan di kalangan masyarakat pedesaan, Berkaitan dengan pemahaman atas pemanfaatan TIK dan kendalakendala yang harus dihadapi untuk menjembatani kesenjangan antara rakyat miskin serta sejalan dengan Program Kerjasama BAPPENAS melalui dana bantuan dari United Nation Development Programme (UNDP), Pemerintah Propinsi Jawa Timur pada tahun 2005 membangun 2 ( dua) unit Telecenter sebagai implementasi program kemitraan dalam strategi pengurangan kemiskinan melalui pemanfaatan TIK ( Teknologi Informasi dan Komunikasi ) di 2 (dua) desa yaitu di desa Kertosari Kec. Pasrujambe Kab. Lumajang sebagai pilot project dari dana hibah UNDP melalui BAPPENAS dan desa Muneng Kec. Pilang Kenceng Kab. Madiun yang merupakan replika dengan dukungan dana APBD Jawa Timur. Dalam pelaksanaan kegiatan selama ± 1 (satu) tahun di lokasi 2 (dua) desa telah memperlihatkan dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitar, dan desa – desa lain yang berminat mengembangkan produksi hasil pertanian, peternakan ataupun peningkatan wawasannya melalui internet. Kata Kunci : Telecenter, Kemitraan (Partnership), Infomobilizer, Kata Kunci :
1. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Potensi yang dimiliki suatu daerah menjadi kekayaan yang patut digali, sebagian besar potensi yang ada di wilayah Indonesia berada di pedesaan dan inilah merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan. Sebagai upaya menjawab tantangan adalah bagaimana memberdayakan masyarakat pedesaan untuk dapat memperoleh informasi agar masyarakat dapat mengolah potensi yang luar biasa besar yang belum tergarap dengan baik, mampukah kita menjembatani permasalahan ini? Teknologi Informasi dan Komunikasi, sebagai media untuk mengumpulkan, menyimpan, menyebarkan informasi dan pengetahuan menawarkan peluang bagi
penduduk pedesaan untuk mengatasi permasalahan mereka. Kesenjangan informasi seringkali merugikan kaum lemah/miskin. Permasalahan informasi terkini dari negara berkembang menunjukkan bahwa akses terhadap informasi dan pengetahuan yang relevan mempunyai potensi bagi penyediaan peluang ekonomi dan peningkatan taraf hidup masyarakat pedesaan. Untuk mendapatkan kebutuhan informasi yang sulit inilah akan dicari solusi yaitu dengan program percontohan kerjasama BAPPENAS ( Badan Perencanaan Pembangunan Nasional ) dengan bantuan dana hibah dari Badan PBB, UNDP (United Nations Development Programme) melaksanakan “ Program Partnership for e-Prosperity for the Poor / Pe-PP (Kemitraan Dalam Strategi Pengurangan
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
406
Kemiskinan melalui Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi / TIK) 2 di Jawa Timur dan disebut Telecenter. Program ini akan berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui kemitraan dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi ( TIK ). Apakah telecenter itu ?. Telecenter merupakan salah satu model pemanfaatan keunggulan teknologi informasi dan komunikasi yang diarahkan untuk menyediakan pusat pelayanan akses informasi bagi masyarakat pedesaan yang berbasis internet dan dikelola oleh masyarakat untuk memperoleh informasi sosial, ekonomi, pendidikan, kesehatan dan lain-lain yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat guna meningkatkan produktifitasnya. Kegiatan pendirian telecenter ini sesuai pula dengan “World Summit Information Society” (WSIS) yang dideklarasikan di Geneva tahun 2003 bahwa untuk tahun 2015 diharapkan seluruh desa di dunia sudah terhubung secara online. Selain itu telecenter diharapkan merupakan tempat dilaksanakannya kegiatan pemberdayaan masyarakat yang antara lain berupa pelatihan peningkatan ketrampilan dan pengetahuan serta pelaksanaan kegiatan ekonomi masyarakat secara profesional dengan pendampingan (infomobilizer) yang didukung oleh fasilitas telecenter. Dengan terbangunnya Telecenter di suatu pedesaan kiranya perlu dikaji dan dievaluasi sampai seberapa jauh dampak yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat sekitarnya. 1. 2. Maksud Dan Tujuan Program Pendirian telecenter di daerah pedesaan merupakan program pengembangan komunitas lokal dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi yang mempunyai maksud dan tujuan sebagai berikut : a. Meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin ( petani dan nelayan ) terutama dalam hal pengelolaan usaha dan pemasaran hasil usaha. b. Meningkatkan pendapatan serta kesejahteraan masyarakat miskin melalui penyuluhan dengan pemanfaatan TIK. c. Meningkatkan produksi dengan adanya pemasaran yang lebih terbuka dan luas melalui informasi pemasaran yang ada di internet. d. Meningkatkan kualitas SDM di tingkat desa melalui pelatihan-pelatihan terutama di bidang teknologi informasi dan bahasa Inggris untuk mempersiapkan diri memasuki pasar kerja. 1. 3. Target Dan Sasaran Terwujudnya model pemanfaatan ICT untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat miskin di pedesaan melalui data informasi dari internet guna
mendukung pengelolaan usaha dan pemasaran hasil usaha. Kemitraan atau partnership merupakan kata pertama dari program ini dan diharapkan merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan proyek. Kemitraan dimaksud adalah kemitraan sejajar antara pusat, daerah dan negara donor. Dalam pelaksanaannya di Jawa Timur untuk komponen penting dari program ini pada setiap proyek percontohan akan didirikan 1 (satu ) unit telecenter dengan sarana dan prasarana komputer yang tersambung ke internet dan dilengkapi dengan kegiatan pengembangan masyarakat dengan memanfaatkan sarana yang tersedia. 1.4. Konsep Telecenter Konsep telecenter adalah model pelayanan data dan informasi kepada masyarakat miskin khususnya petani dan nelayan dengan memanfaatkan TIK guna mendukung kegiatan pengelolaan usaha, pemasaran hasil usaha dan lain-lain, sedangkan untuk pelaksanaannya adalah sebagai berikut : a. Supervisor dan tenaga pelaksana yang memenuhi syarat diberikan pelatihan (TOT) untuk dilatih teknologi informasi atau internet; b. Tenaga terlatih tersebut bertugas memberikan pelayanan data dan informasi (penyuluhan) kepada masyarakat miskin yang membutuhkan data dan informasi dari internet tentang pengolahan usaha dan pemasaran hasil usaha bidang pertanian dll; c. Dimungkinkan bila petani atau nelayan diwilayah binaan berhasil menyumbangkan teknis pengolahan bidang pertanian yang lebih baik, informasi tersebut oleh penyuluh bisa disebarluaskan melalui internet untuk petani dan nelayan yang lain.
2. PELAKSANAAN KEGIATAN 2.1. Penentuan Lokasi Telecenter Dari hasil survei lokasi di daerah miskin di Jawa Timur telah terpilih 10 (sepuluh) lokasi yang terdiri dari daerah-daerah yang kondisinya 30 – 40% adalah miskin, dan setelah dipertimbangkan oleh tim yang terdiri dari BAPPEPROP, BPDE, Dinas Infokom, Dinas Pertanian, , BAPEMAS pada Tahun 2005 ditunjuk 2 (dua) lokasi yaitu : a. Desa Muneng, Kecamatan Pilang Kenceng, Kabupaten Madiun, juara Lomba Kelompok Tani, salah satu desa yang menjadi Pilot Project Cooperative Farming di Jawa Timur yang merupakan desa binaan Dinas Pertanian Propinsi
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
407
b.
Jawa Timur ( dana dari APBD Propinsi Jawa Timur ). Desa Kertosari, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, juara Lomba Unit Pengelola Keuangan, salah satu desa yang menjadi pilot project Gerdu Taskin di Jawa Timur yang merupakan desa binaan Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa (BAPEMAS) Propinsi Jawa Timur ( dana hibah UNDP ).
2.2. Pengelola Telecenter a.
b.
Telecenter dipersiapkan memiliki tim pengelola yang bekerja penuh waktu ( full-time) dan profesional agar dapat memberikan layanan yang maksimal kepada masyarakat yang di pandu oleh seorang pendamping (Infomobilizer). Pada awal masa tugasnya, tim pengelola telecenter menyusun program tahunan dengan indikator keberhasilan yang jelas dan terukur. Pelaksanaan program kerja ini akan di monitor dan disupervisi oleh tim Pembina telecnter. Adapun Tim pengelola telecenter terdiri dari : - Tim Pembina Telecenter yang terdiri dari tokoh-tokoh masyarakat setempat; - Sebagai tuan rumah ditunjuk tokoh masyarakat yang bertanggungjawab untuk keberadaan telecenter; - Pengelola telecenter yang terdiri dari Manager, Bagian pelayanan masyarakat, Bagian Informasi dan Bagian Pengembangan Masyarakat disamping sekretaris juga operator sebanyak 2 orang dan 1 tenaga teknis. Untuk pembinaan secara keseluruhan organisasi diserahkan pada Tim pembina program yang terdiri dari BAPPENAS/ UNDP, BPDE, BAPPEPROP, BAPEMAS, Dinas Pertanian dan Dinas Infokom Propinsi Jawa Timur serta Pemerintah Kabupaten Madiun dan Lumajang. Untuk kedua telecenter, oleh UNDP dibiayai tenaga pendamping (infomobilizer) masing – masing 1 (satu) orang dalam upaya menyusun progam – progam dan rencana kerja selama 1 (satu) tahun dan hasil rencana kerja berupa “Survey Kampung Sendiri” untuk melihat potensi dan masalah yang ada.
2. 3. Kegiatan Telecenter a.
informasi bagi beberapa desa ( Tiron, Sumber Gandu, Pacerejo, Ngale dan Muneng); 2) Sebagai tempat kunjungan pelajar disekitarnya yang menanyakan tentang e-mail, chatting dan browsing ke alamat – alamat di internet yang potensiil mengenai pendidikan dan lain-lain; 3) Dari perkembangan desa melalui informasi telecenter diharapkan Kelompok Tani sudah dapat menanam dengan benar, memproses hasil produksi dan memasarkan, sehingga dapat menghidupkan bank Desa ( Dinas Koperasi menyiapkan bantuan dana bergulir ); 4) Petani desa Muneng dan sekitarnya telah memanfaatkan informasi – informasi yang diakses melalui internet antara lain : www.cacao.com, untuk mengembangkan pohon coklat yang dipersiapkan penanaman di Kec. Pilang Kenceng dengan asumsi setiap KK mendapat tanggungjawab memelihara antara 2 s/d 4 pohon cacao (coklat) ; www.indonetwork.com, untuk peternakan jangkrik. Dari anak yatim yang berumur ± 27 tahun dengan pendidikan SD (tidak lulus SMP) bernama Juni, tertarik untuk berternak jangkrik tanpa modal sama sekali. Dengan bantuan anggota Kelompok Tani, Juni mendapat triplek bekas yang dipakai untuk boks (kotak) sebagai tempat jangkrik dan juga diberi telur–telur agar dikembangbiakkan. Dari ± 60 kotak tempat jangkrik ± 16 hari sudah menghasilkan tambahan pendapatan, sedangkan untuk sarangnya mendapat bantuan dari koperasi sebesar Rp. 1.200.000,- dan diharapkan akan terbentuk kelompok kelompok peternak; Informasi telecenter sangat bermanfaat pada peningkatan budi daya tanaman “Melon”, dengan informasi mlalui telecenter membantu penerapan teknis dari awal pengolahan, tanam sampai panen sehingga dirasakan perbedaan yang sangat jelas antara yang menggunakan informasi dan tidak. 5) Telecenter Muneng sudah mengadakan legitimasi dengan Dinas Pendidikan Nasional setempat sebagai tempat kursus belajar komputer untuk para guru sebagai sarana pembelajaran Universitas Terbuka (UT).
Telecenter “ MADU RASA “ Desa Muneng Kec. Pilang Kenceng Kab. Madiun 1) Pengelola Telecenter adalah Kelompok Tani “Madu Rasa” juara Nasional Kelompok Tani Agribisnis dan dengan adanya Telecenter merupakan pusat pelayanan
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
408
Pemanfaatan Telecenter untuk Masyarakat
b.
Telecenter “SEMERU” Desa Kertosari, Kec. Pasrujambe Kab. Lumajang 1) Telecenter Semeru dikelola oleh Kelompok Tani, UPK ( Unit Pengelola Keuangan ) sejahtera yang merupakan juara I (pertama) UPK Gardu Taskin tingkat Jatim. Untuk bangunan yang digunakan adalah hasil swadaya Pemerintah Kabupaten, Kelompok Tani dan masyarakat sekitarnya sedangkan kegiatan–kegiatannya antara lain : Sesuai program di Kabupaten Lumajang bahwa desa Kertosari sebagai lokasi Agropolitan, kebanyakan akses internet mengarah untuk explore masalah pertanian ; Akses lain yaitu browsing untuk masalah kesehatan sehubungan program Gerbang Mas (Gerakan Membangun Masyarakat Sehat) di Kabupaten Lumajang dan yang didapat adalah informasi-informasi tentang kesehatan dan informasi lain tentang pelatihan yang bermanfaat untuk para petani setempat ; 2) Diutamakan keberadaan Telecenter untuk mencetak kader – kader Kelompok Tani sebanyak banyaknya dan difokuskan 1 (satu) desa untuk percontohan di desa Kertosari ; 3) Lokasi Telecenter cukup dekat dengan lokasi – lokasi kegiatan sosial lain, sehingga warga sering memanfaatkan untuk mendapat informasi dan juga dari ibu – ibu yang mengantar anak – anaknya di TK di dekat Telecenter juga tertarik belajar internet dan mengikuti kegiatan yang ada di Telecenter ;
2. 4. Evaluasi Telecenter Evaluasi dilaksanakan dengan menggunakan metode analisis deskriptif terhadap data dan informasi yang diperoleh dari pengamatan di lapangan. Data tentang kondisi telecenter dan perkembangannya selama tahun 2005 diperoleh melalui wawancara dengan warga masyarakat di daerah seputar didirikannya telecenter. Juga disebarkan angket isian kepada para pengelola telecenter dengan total sample sebanyak 120 orang terdiri dari 100 orang anggota masyarakat dan 20 orang petugas pengelola telecenter dengan tingkat
pendidikan beragam mulai SD s/d Perguruan Tinggi, pekerjaan sehari – hari / profesi (petani, pedagang, pelajar, PNS/TNI/POLRI, pegawai desa, swasta dan Ibu Rumah tangga), berdasarkan kelompok umur dan tempat tinggal responden. Evaluasi terhadap pengelolaan telecenter mencakup beberapa item yaitu : a. Pemahaman Telecenter Masih dijumpai kelompok masyarakat yang berada di sekitar telecenter justru kurang mengetahui perihal telecenter dan hasil evaluasi menunjukkan pemahaman telecenter lebih mengarah pada fungsi telecenter yaitu sebagai tempat mencari informasi (72%), tempat belajar komputer (66%), tempat belajar internet (44%), dan tempat mengirim informasi (32%). b. Pemahaman kepemilikan telecenter Masyarakat mempunyai anggapan bahwa telecenter adalah milik masyarakat desa (54%), milik pemerintah (31%) dan masyarakat yang menyatakan bahwa telecenter milik kelompok (17%). c. Kinerja Pengelola Penilaian masyarakat terhadap pengelola telecenter cukup baik, dengan prosentase 60% menunjukkan bahwa sikap kedekatan mereka dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat cukup baik, ramah dan membimbing, meskipun sebagian anggota pengelola telecenter menganggap sebagian personil pengelola kurang loyal karena jumlah personil di anggap terlalu banyak ( 9 orang ). d. Lokasi Telecenter Kedua lokasi masih dianggap cukup mudah dicapai, meskipun masih ada beberapa anggota msyarakat yang enggan berkunjung kesana karena gedung lokasi telecenter melekat pada salah satu kelompok tani. 2. 5. Dampak Telecenter di Pedesaan Jawa Timur Dalam pelaksanaan kegiatan selama ± 1 (satu) tahun di 2 (dua) desa telah memperlihatkan dampak yang dapat dirasakan oleh masyarakat sekitarnya dan menjangkau desa – desa lain yang berminat mengembangkan produksi hasil pertanian, peternakan ataupun meningkatkan wawasannya melalui internet. Adapun dampak yang dijumpai dalam pelaksanaan di lapangan adalah sebagai berikut : a. Dampak Positif 1) Dengan bantuan operator telecenter anggota kelompok tani dan masyarakat umum mendapatkan data dan informasi dari internet mengenai pola bercocok tanam, berternak dan memasarkan hasil usahanya untuk menjadi lebih baik (searching dan browsing);
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
409
2) Anggota kelompok tani dapat berhubungan dengan kelompok tani di luar wilayahnya atau propinsi lainnya untuk memperoleh data dan informasi melalui jaringan internet (chating); 3) Adanya pendamping (infomobilizer) yang dapat memberikan motivasi pada kelompok tani dan masyarakat sekitarnya disamping telecenter bukan barang canggih yang perlu dikhawatirkan tapi justru dapat diharapkan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. 4) Mendapatkan pelatihan dalam menginventarisir potensi dan permasalahan di desa untuk menyusun program-program selanjutnya; 5) Meningkatnya pemahaman masyarakat petani tentang TIK antara lain dapat berhubungan di Luar Negeri secara langsung walaupun sementara antar keluarga; 6) Dari beberapa kegiatan sudah dapat menunjukkan adanya peningkatan pendapatan para kelompok tani walaupun belum maksimal. b. Dampak Negatif 1) Kurang sinerginya program pemerintah Kabupaten setempat dengan program telecenter yang diakibatkan karena mekanisme penyusunan anggaran dan organisasi Pembina Telecenter di Kabupaten belum tentu instansi / dinas pengelola TIK ; 2) Ada keengganan sebagian anggota masyarakat untuk berkunjung ke telecenter Muneng yang diakibatkan karena telecenter di anggap peralatan yang canggih dan mahal; 3) Adanya keresahan anggota kelompok tani karena penanggungjawab (host) telecenter lebih memperhatikan anggota keluarga dibandingkan dengan kelompok tani dan masyarakat sekitarnya; 4) Terbatasnya pemahaman anggota tim pengelola terhadap tugas dan tanggung jawabnya sehingga mengurangi kebersamaan antara tim pengelola dan penanggungjawab telecenter (host) yang menimbulkan kesan kurang aktifnya pengelola. 5) Biaya yang disiapkan oleh UNDP untuk pendamping (infomobilizer) cukup tinggi disesuaikan dengan kriteria nasional sehingga program berikutnya pendanaan untuk pendamping cukup sulit menyesuaikan. 6) Belum stabilnya sarana komunikasi (telepon) di pedesaan. 7) Penempatan gedung telecenter berada di kelompok tani tertentu, mengakibatkan kelompok tani yang lain enggan berkunjung ke Telecenter.
3. KESIMPULAN a.
b.
c.
d.
e.
Keberadaan Telecenter benar – benar diperlukan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat yang berpendidikan rendah; Untuk pemilihan pengelola Telecenter harus benar – benar diperhatikan kemampuan dan loyalitas yang bersangkutan pada kepentingan masyarakat setempat; Penempatan Telecenter dimungkinkan diletakkan di ruang (gedung) yang independent bukan di lokasi lembaga atau organisasi tertentu; Diperlukan bantuan dana dari sponsor untuk pembangunan telecenter yang lain agar budaya informasi cepat menjangkau sampai ke pedesaan dan mempercepat proses peningkatan pendapatan. Untuk memasyarakatkan keberadaan telecenter diperlukan sosialisasi yang lebih efektif kepada masyarakat sekitarnya ataupun aparat di daerah.
4. PENUTUP Pemanfataan teknologi informasi dan komunikasi bukan hanya diorientasikan pada otomatisasi perkantoran saja, akan tetapi lebih dari itu adalah mampu berkomunikasi dengan unit lain dan masyarakat sebagai bentuk unit pelayanan kepada masyarakat yang salah satunya dalam bentuk pendirian telecenter. Perubahan sikap dan perilaku baik aparat maupun masyarakat mempunyai peran besar terhadap keberhasilan penerapan teknologi informasi dan komunikasi, karena perangkat yang canggih dan mahal tetapi tidak diimbangi dengan kesiapan manusia yang akan memanfaatkannya justru menimbulkan kondisi yang tidak produktif. Telecenter dapat berjalan dengan baik melalui dukungan dan partisipasi sebesar-besarnya dari seluruh lapisan masyarakat. Dan diharapkan pula kepada instansi pendukung terkait (instansi pendukung koneksi internet seperti PT. TELKOM/INDOSAT/TELKOMSEL, dll dapat memberikan kebijakan biaya dial/pulsa yang lebih murah. Sebagai pengembangan pada Tahun 2006 akan didirikan 4 (empat) unit telecenter yang diarahkan di daerah pesisir/nelayan yaitu : a. Desa Drajad Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan b. Desa Prambon Wetan Kecamatan Rengel Kabupaten Tuban c. Desa Branta Pesisir Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan d. Desa Bletok Kecamatan Bungatan Kabupaten Situbondo.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
410
Dipilihnya lokasi pesisir pantai ini dimaksudkan untuk mendapatkan model yang berbeda di 2 (dua) lokasi telecenter yang dibangun tahun 2005 yaitu di pedesaan yang berada di dataran rendah.
Prosiding Konferensi Nasional Teknologi Informasi & Komunikasi untuk Indonesia 3-4 Mei 2006, Aula Barat & Timur Institut Teknologi Bandung
411