Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
PENGARUH UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DALAM MENCIPTAKAN KEPASTIAN HUKUM DI BIDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA Oleh: DHONI YUSRA Dosen Fakultas Hukum – UIEU
[email protected] ABSTRAK Elemen gerakan buruh begitu disibukan oleh urusan produk perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah. Sudah tidaknya terhitung beberapa banyak aksi buruh berkaitan dengan penolakan atas produk perundang-undangan yang hingga saat ini tidak jelas nasibnya. Hukum merupakan produk dari orang yang telah ditentukan, sehingga menjadikannya sumber dari komando atau perintah, yang selanjutnya diasumsikan kemudian, bahwa komando atau perintah itu merupakan pengungkapan kehendak dari beberapa orang. Berbicara kepastian hukum, pasti berbicara dengan penegakan hukum, serta siapa yang memberi kepastian hukum itu sendiri. Isi dari produk hukum tersebut memang sebaliknya merupakan perintah bagi warga negara serta memiliki manfaat juga nilai ekonomis, serta memberikan perlindungan bagi warga negara, sehingga dapat berkarya, mencari penghidupan yang layak Kata Kunci: Ketenagakerjaan, Pemutusan Hubungan Kerja, Kepastian Hukum
Hasil akhir sensus penduduk
Pendahuluan
Tahun 2000 menyatakan bahwa jumlah
A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang
penduduk Indonesia pada Tahun 2000
terjadi di Indonesia merupakan konse-
adalah 206,3 juta jiwa. Pengumuman itu
kuensi
yang
sekaligus
sehingga
menyebabkan
penduduk
angka
pertumbuhan
penduduk negara maju karena angka
angkatan kerja pada tahun 2000 yaitu
jumlah penduduk di daerah perkotaan
sebanyak 8,1% (delapan koma satu
telah naik menjadi sekitar 45 persen dan
persen), sedangkan angka kesempatan
angka pertumbuhan penduduk rata-rata
kerja
selama sepuluh tahun terakhir adalah
dari
berkembang meningkatnya
tidak
sebuah
mengalami
negara
peningkatan
bahkan ada kecenderungan menurun
juga
menjelaskan
kita
makin
bahwa
mendekati
sekitar 14,9 persen.
pada setiap tahunnya.
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
62
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
Pertumbuhan
penduduk
juga
dihindari oleh perusahaan. Pemutusan
merupakan suatu masalah yang harus
hubungan kerja yang ditempuh oleh
dihadapi oleh pemerintah dan untuk
pihak pengusaha tentunya merupakan
itu
langkah
pemerintah tidak pernah berhenti
terakhir
dan
diper-
matang
demi
untuk berusaha mengatasinya. Kenaikan
timbangkan
angka pertumbuhan penduduk yang
kelangsungan jalannya perusahaan.
mencapai 45% (empat puluh lima
dengan
telah
Pengaturan
tentang
PHK
persen) mempengaruhi jumlah angka
sebelumnya diatur
pengangguran
akhirnya
Undang No. 12 Tahun 1964, dimana
mempengaruhi kepada meningkatnya
dalam undang-undang ini, prosedur
angka kemiskinan dan kriminalitas di
penyelesaian perselisihan PHK cukup
masyarakat. Situasi yang sulit tersebut
lama,
menjadi
dipandang
yang
pada
semakin
sulit
setelah
dan
dalam Undang-
birokratis,
sehingga
menghambat
proses
pemerintah menaikkan harga jual bahan
pencarian kepastian hukum. Namun
bakar minyak dan hal tersebut meng-
dengan lahirnya UU No. 2 Tahun 2004
akibatkan
tentang
banyak
perusahaan
di
Penyelesaian
Perselisihan
Indonesia dalam keadaan atau situasi
Hubungan Industrial, prosedur tentang
yang
harga
PHK disederhanakan dengan harapan
produksi mengakibatkan berkurangnya
memberikan kepastian hukum, bagi
daya beli konsumen terhadap hasil
pihak-pihak
produksi.
dalam perselisihan PHK tersebut.
sulit.
Meningkatnya
Kemampuan
perusahaan
dalam memberikan upah kepada pekerja semakin berkurang, sehingga masalah tersebut
sering
keadilan
Permasalahan yang timbul adalah: 1. Apakah
Teori
bahwa
Hukum
sebagai Perintah atau Komando
melakukan
berlaku dalam pentaatan terhadap
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
UU No. 2 Tahun 2004 tentang
dengan
Pemutusan
disikapi
mencari
oleh
perusahaan
kali
yang
hubungan
kerja
(PHK) adalah sungguh suatu hal yang menyakitkan
dan
tentunya
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial?
tidaklah
2. Bagaimana sikap masyarakat dalam
diinginkan bagi kedua belah pihak, oleh
memandang lahirnya UU No. 2
karenanya hal tersebut sedapat mungkin
Tahun 2004 tentang Penyelesaian
dihindari oleh pihak pengusaha, namun
Perselisihan Hubungan Industrial?
ada kalanya hal tersebut tidak dapat lagi
63
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
3. Bagaimana Undang-Undang Penye-
merupakan
perintah
atau
komando,
lesaian Hubungan Industrial ini
sehingga warga negara taat terhadap
dapat
hukum itu.
memberikan
kepastian
hukum?
1. Positivisme
B. Teori Hukum
August
Untuk membahas permasalahan tersebut
di
atas,
menganalogikan
penulis
dengan
mencoba
Comte
pernah
mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk
sosial
yang
berkembang
pengalaman
mengikuti hukum-hukum sosial dalam
empiris yang dialami penulis yaitu pada
sejarah, dimana Comte melihat bahwa
suatu ketika, penulis menyaksikan suatu
positivisme
tabrakan antara satu pengendara motor
bangan akhir. Inti ajaran Comte adalah
dengan pejalan kaki, yang disebabkan
adanya kepastian hukum yang meng-
karena pengendara motor tersebut tidak
uasai roh manusia dan segala gejala
taat terhadap hukum yang berlaku di
hidup
lokasi kejadian, yaitu hukumnya lampu
hanya mengakui hukum yang dibuat
merah, seperti yang sudah diatur dalam
oleh
UU No. 14 Tahun 1992 tentang Lalu
memperkuat kedudukan undang-undang
Lintas.
sebagai hukum, sebagaimana apa yang
sebagai
bersama.
negara
tahap
Selanjutnya
(Hukum
perkem-
Comte
Positif).
Ini
Si pengendara motor menerobos
pernah disampaikan oleh Hart (1986,
lampu merah, yang seharusnya pada saat
The Concept of Law, Clarendon Law
itu
Series,: 253) yaitu :
si
pengendara
motor
berhenti.
Persamaan yang penulis ajukan adalah sejauh mana UU No. 14 Tahun 1992 itu ditaati,
artinya
kedudukan
undang-
undang apakah merupakan perintah atau komando dari yang berkuasa. Begitu pula sejauh mana UU No. 2 Tahun 2004 tentang penyelesaian sengketa hubungan industrial
akan
ditaati,
sehingga
menciptakan kepastian hukum. Dengan kata lain, teori apa yang mendukung pentaatan
warga
terhadap
undang-
undang bahwa itu merupakan hal itu
a. The laws are commands of human being (hukum adalah perintah) b. That there is no necessary connection between law and morals or law as it is and law as it ought to be (tidak ada kebutuhan untuk menghubungkan hukum dengan moral, hukum sebagaimana diundangkan, ditetapkan, positum, harus senantiasa dipisahkan dari hukum yang seharusnya diciptakan, yang diinginkan). Dalam konsep hukum adalah perintah,
Hart
membedakan
antara
peraturan sosial yang mengatur perilaku seperti konvensi sosial mengenai etika,
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
64
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
dan aturan yang mengatur kewajiban-
Richard Quinney, dipertegas bahwa
kewajiban,
ber-
hukum adalah hasil operasi dari pihak
antara
yang berkepentingan, yang memiliki
selanjutnya
argumentasi
ada
Hart
perbedaan
kewajian-kewajiban yang didasari pada
kekuasaan
etika
kehendaknya (Kelompok Penguasa).
moral,
yang
hanya
dapat
diberlakukan melalui persetujuan dan penolakan
sosial,
dan
untuk
mengungkapkan
Austin adalah orang pertama
kewajiban-
yang memperkenalkan teori komando,
kewajiban yang didasari pada bentuk
yaitu suatu perlakuan modern yang
peraturan-peraturan
komprehensif dalam kerangka kerja
hukum
dan
diberlakukan dengan sanksi-sanksi fisik.
penolakan
Kemudian Hart membedakan antara
hukum alam. Teori ini memberikan
tipe-tipe
dasar bagi pemahaman hukum sebagai
peraturan
hukum,
yaitu
Primary dan Secondary rules.
para
positivist
terhadap
suatu disiplin hukum. Inti dari ajaran
Konsep Hart tersebut diilhami
Austin ini adalah memberikan gambaran
konsep Positivisme John Austin, yaitu
yang tegas dan memisahkan masalah-
Law is a command set, either directly or
masalah
circuitouly, by a souverign individual or
meninggalkan
body, to a member of members of some
relevan dengan ilmu tersebut. Tujuan
independent political society in which
yang ingin dicapai Austin adalah dengan
his
proses pemilahan ini ditetapkan kriteria
authority
is
supreme,
yaitu
menekankan bahwa Hukum merupakan
pada
ilmu yang
hukum,
serta
dianggap
tidak
hukum positif.
produk dari orang yang telah ditentukan,
Dari hasil pemilihannya, akan
sehingga menjadikannya sumber dari
diperoleh mana hukum yang layak, yaitu
komando
perintah yang dikeluarkan oleh penguasa
selanjutnya bahwa
atau
diasumsikan
komando
merupakan
perintah,
atau
yang
kemudian, perintah
pengungkapan
itu
kehendak
dari beberapa orang, yang merupakan
politik
kepada
anggota
masyarakat
untuk dipatuhi dan ditegakkan dengan memberikan sanksi. Teori
Komando
ini
yang
kelompok penguasa, dan selanjutnya
kemudian oleh Hart disempurnakan,
meletakkan dasar kedaulatan pembuatan
karena melihat kekurangan Teori yang
undang-undang terletak ada pada negara
diajukan Austin, yaitu
(penguasa). Hal ini menurut Teori
diajukan Austin tersebut tidak mencer-
Conflict-Coercion yang didukung oleh
65
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
teori yang
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
minkan realitas yang ada atau sistem
yang melihat hukum akan menjadi
legal yang sebenarnya.
kekuatan yang efektif karena keinginan
Bagi
Hart
pembedaannya
untuk berkuasa.
mengenai peraturan hukum yang primer
Menurut penulis, teori komando
dan secondary seperti yang diungkapkan
atau perintah ini relevan berkenaan
dalam wacana di atas, adalah untuk
dengan diskusi tentang apakah Undang-
memilah peraturan dasar bagi kelang-
Undang No. 2 tahun 2004 tentang
sungan kehidupan masyarakat yang
Penyelesaian
sifatnya tertulis dan peraturan yang
Industrial
itu
bertugas untuk memperinci peraturan
kepastian
hukum,
yang ada dalam primary. Menurut Hart
undang-undang ini dibuat oleh segelintir
hal yang terpenting dari peraturan
orang (DPR dan Pemerintah) yang nota
secondary
bene
adalah
recognition
sebagai
rule
(pengakuan
of
terhadap
Sengketa dapat
Hubungan memberikan
karena
merepresentasikan
produk
sebagian
keinginan pihak yang berkuasa. Karena
peraturan). Ini memberikan validitas
harapan
atas hukum berupa dokumen hukum,
undang-undang ini berisikan perintah-
atau memberi legitimasi hukum pada
perintah bagi pihak yang berselisih
pengadilan.
untuk melakukan hal-hal atau tindakan
Hart
percaya
bahwa
dari
mereka
(penguasa),
yang
yang diinginkan si pembuat undang-
menjadi obyek dalam teori komando
undang. Sehingga apabila tindakan-
adalah
kondisi
tindakan itu ditaati oleh si pihak-pihak
struktur yang sebenarnya dari hukum
yang berselisih, maka tindakan tersebut
dalam
diberi
menyembunyikan
interaksinya
antara
tipe-tipe
peraturan yang berbeda-beda. Ide Hart
label
atau
cap
Menjamin
Kepastian Hukum.
atas pendekatan hukum positif diuraikan
Dengan
kata
lain
undang-
dalam dua tesisnya, yaitu the morality of
undang, seperti apa yang telah disam-
law separation thesis, dan Konsep-
paikan oleh Hart, memberikan legitimasi
konsep hukum yang berkenaan dengan
pada si pihak yang berselisih untuk
jurisprudensi.
melakukan tindakan sesuai dengan apa
Namun
penting adalah
yang
paling
teori yang dibentuk
yang
telah
diinginkan
si
pembuat
Hart, yaitu the minimum content thesis
undang-undang dalam undang-undang,
yang
dan oleh karenanya dianggap mem-
konsisten
dengan
rule
of
recognition (pengakuan dari peraturan)
berikan
kepastian
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
hukum,
dengan
66
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
memberikan sanksi bagi para pelang-
pemerintah untuk melindungi buruh
garnya pada peraturan sekundernya.
mendapat
perlawanan
keras
dari
Kepatuhan seseorang terhadap
kelompok
pengusaha
dan
para
peraturan, khususnya Undang-Undang
intelektual
pendukung
laissez-faire,
No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian
terutama Adam Smith. Mereka menuduh
Perselisihan Hubungan Industrial, selain
intervensi
karena perintah atau komando dari pihak
kebebasan individual dalam melakukan
yang berkuasa, kepada orang yang
aktifitas
ekonomi
diperintah untuk patuh, juga karena
menjalin
kontrak.
orang yang berkuasa itu memiliki
praktek, teori ini tidak dapat bertahan.
kedaulatan untuk membuat undang-
Terlebih di dunia perburuhan, karena
undang, sehingga menjadikan dirinya
konsep ini cenderung mengeksploitasi
menjadi sumber dari undang-undang. Ini
pekerja.
pemerintah
dan
melanggar
kebebasan
Namun
dalam
membuktikan bahwa teori Conflict-
Teori utilitarian memiliki tujuan
Coercion perspective yang didukung
hukum untuk mewujudkan the greatest
William J. Chambliss, dan Seidman
happiness
(Chambliss and Seidman 1982 : 182)
(mewujudkan
tentang timbulnya hukum berasal dari
sebesar-besarnya
masyarakat yang konflik.
banyaknya orang). Akibatnya dalam
of
the
greates
number
kebahagiaan
yang
untuk
perundang-undangan
2. Utilitarianisme
sebanyak-
adalah
meng-
hasilkan kebahagiaan bagi masyarakat,
Teori ini lahir dari kondisi
untuk itu setiap perundang-undangan
negara yang menganut laissez faire,
harus berusaha untuk mencapai empat
yaitu
tujuan, yaitu:
suatu
teori
diperkenalkan
oleh
dimana
negara
ekonomi Adam
bertindak
yang Smith, sebagai
penjaga malam (nacht waker staat). Dalam doktrin ini negara tidak boleh melakukan intervensi ke dalam bidang ekonomi keamanan
kecuali dan
untuk ketertiban.
menjaga Konsep
negara yang dominan waktu itu adalah
a. To
provide
(Untuk
memberi nafkah hidup) b. To provide abundance (memberikan makanan yang berlimpah) c. To provide security (memberikan perlindungan) d. To attain equility (untuk mencapai persamaan)
Negara Penjaga Malam (The nightwatchman-state). Karena itulah upaya
67
subsistence
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
Perintah atau Komando menurut Jeremy Bentham merupakan aspek yang mempengaruhi peraturan.
dikeluarkannya
Bentham
juga
itu yang menjamin pelaksanaan eksekusi atas putusan.
suatu
Namun
demikian
penulis
menge-
cenderung tidak menggunakan teori ini
mukakan bahwa hukum pada dasarnya
karena teori ini tidak menjelaskan
merupakan bagian dari imperatif atau
sumber yang menyebabkan hukum itu
perintah dan juga merupakan peng-
memiliki
kekuatan
hukuman. Maksudnya diuraikan dalam
menjamin
kepastian
sebuah contoh, yaitu Hak Atas Tanah
disebabkan ukuran kebahagian yang
kepemilikan merupakan suatu rasio-
diajukan oleh teori ini sifatnya abstrak,
nalisasi atau pembenaran atas izin
dan tidak ada pedoman moral yang
tertentu yang dikecualikan oleh suatu
pasti.
hukum hukum
dan karena
larangan. Larangan ini terkait dengan adanya suatu campur tangan, misalnya
3. Economic Analysis of Law
mengenai sepetak tanah tersebut dike-
Ini adalah aliran modern, yang
cualikan dari larangan tersebut, sehingga
menggunakan ilmu ekonomi sebagai
tindakan
sebagai
sarana untuk pendekatan dalam mem-
pengecualian dari pembatasan ruang
pelajari ilmu hukum. Sebagai gambaran,
lingkup dasar yang berisi larangan.
ilmu ekonomi memberikan cara untuk
tersebut
dianggap
Dalam berbagai hal, penulis
memperkirakan
akibat
dari
sanksi
setuju dengan teori Jeremy Bentham,
terhadap tingkah laku seseorang dengan
khususnya memandang undang-undang
menggunakan pendekatan ilmiah, yaitu
memiliki manfaat bagi warga negara,
dengan cara melihat sanksi pidana
untuk
perlindungan
sebagai harga, dan ternyata terlihat
yang
dapat
adanya respon orang terhadap harga
merugikan warga negara, seperti dalam
akan sama dengan respon seseorang
pengalaman
ketika
terhadap sanksi. Pen-jelasannya adalah
dalam
seorang merespon barang yang harganya
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
menjadi mahal adalah dengan meng-
tentang
Perselisihan
urangi utilitas atau konsumsi atas barang
Hubungan Industrial yang memberikan
tersebut, atau mungkin dengan meng-
manfaat kepastian hukum, khususnya
ganti dengan produk lain yang lebih
adanya ketentuan dalam undang-undang
murah. Demikian pula terhadap sanksi
terhadap
memberikan pihak-pihak
menyaksikan
empiris
penulis
tabrakan,
Penyelesaian
juga
pidana, respon orang terhadap sanksi
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
68
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
yang tinggi akan menyebabkan orang
ini dapat dilihat dari sanksi administratif
tidak mau melakukan suatu perbuatan
dan pidana seperti yang diatur dalam
yang diancam suatu sanksi yang tinggi.
Bab V, Pasal 16 s/d 122 Undang-
Prinsip fundamental dari aliran
Undang No. 2 Tahun 2004 tentang
economic analysis of law adalah :
Penyelesaian
1. Hubungan yang timbal balik antara
Industrial.
harga dan jumlah yang dibutuhkan (the Law of Demand). 2. Peningkatan
Perselisihan
Namun
secara
Hubungan
keseluruhan
aliran ini tergantung pada teori yang
(maksimalisasi)
ke-
digunakan, meskipun bersifat ekonomi,
butuhan (kebahagiaan, kesenangan,
dan mengarah kepada teori utilitarian,
dan kepuasan).
aliran
3. Kebutuhan
cenderung
menuju
kepada hal yang berharga. Sehingga
dapat
dikatakan
seseorang
akan
bagaimana
mengubah
tingkah
bermanfaat
bagi
memandang hukum sebagai
perintah, yang dapat dilihat dari sanksisanksi yang ada dalam undang-undang.
tingkah laku (behavioral theory), yang perkiraan
dapat
penganut teori positivisme. Khususnya yang
bahwa ilmu ekonomi menyediakan teori
memberikan
ini
Secara pribadi, penulis memandang aliran ini sangat bermanfaat untuk
melihat
efektivitas
Undang-
lakunya sebagai akibat adanya hukum.
Undang No. 2 Tahun 2004 tentang
Selain itu dapat melakukan evaluasi
Penyelesaian
terhadap hukum dan kebijakan, paling
industrial
tidak
untuk
tidaknya dengan analisa indikator biaya
mencapai tujuan sosial, dengan indikator
(cost analysis), undang-undang (vide
efisiensi dan efektifitas produk hukum.
Pasal 58) ini menjamin tidak adanya
memberikan
argumen
Namun demikian penulis hanya
Perselihan
dalam
Hubungan
praktek.
Setidak-
biaya perkara termasuk biaya eksekusi
menggunakan aliran ini dalam melihat
yang
efektivitas Undang-Undang No. 2 tahun
Rp.150.000.000,00,- (seratus lima puluh
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
juta rupiah). Namun demikian aliran ini
Hubungan Industrial, khususnya sanksi
dikombinasikan dengan Teori Komando
serta konsekuensi yang timbul bila
atau Perintah yang dikenalkan John
Undang-Undang No. 2 tahun 2004
Austin dan disempurnakan oleh Hart,
tentang
Perselisihan
cukup efektif bila melihat sumber
Hubungan Industrial tidak ditaati. Hal
penerbitan undang-undang yang berasal
69
Penyelesaian
nilai
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
gugatannya
di
bawah
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
dari pihak yang berkuasa, sehingga
bahwa perburuhan pertama-tama adalah
dapat dipaksakan keberadaannya dengan
masalah hukum, bahwa hukum adalah
sanksi-sanksi yang cukup berat.
sarana terbaik untuk menciptakan relasi yang baik antara buruh dan majikan.
C. Kondisi
Masyarakat
ketika
Pandangan seperti ini menutup mata
Undang-undang No. 2 Tahun
pada kenyataan bahwa banyak produk
2004
hukum tidak berbanding lurus dengan
tentang
Penyelesaian
Perselisihan
Hubungan
perbaikan
hubungan
industrial.
Indonesia yang "overruled" (kebanyakan
Industrial diajukan. Akhir-akhir ini elemen gerakan
hukum) di bidang perburuhan, malah
buruh begitu disibukkan oleh urusan
menuai hubungan industrial yang sangat
produk
buruk. Ketiga, elemen gerakan buruh
perundang-undangan
yang
dikeluarkan pemerintah. Sudah tidak
perlu
terhitung berapa banyak aksi buruh
keyakinan yang selama ini dipegang
berkaitan dengan penolakan atas produk
dalam memper-juangkan nasib buruh.
perundang-undangan yang hingga saat
Ini perlu agar semua elemen gerakan
ini
RUU
buruh tidak membuang tenaga sia-sia
Pembinaan dan Perlindungan Ketenaga-
melainkan dapat "berteriak di tempat
kerjaan (PPK) dan UU Penyelesaian
yang benar dan meneriakkan tuntutan
Perselisihan
yang tepat".
tidak
jelas
nasibnya,
Hubungan
Industrial
meninjau
ulang
pandangan/
Kondisi ini lebih disebabkan
(PPHI). Tulisan ini hendak mengajukan
karena selama ini undang-undang yang
beberapa proposisi berikut. Pertama,
mengatur tentang penyelesaian per-
hampir
selisihan
semua
produk
(instrumen)
hubungan
industrial
lebih
didominasi
peraturan
yang
hukum baik yang secara langsung atau
banyak
tidak
memerintah buruh atau pekerja untuk
langsung
industrial
mengatur
menganut
hubungan
asumsi
yang
melakukan perbuatan yang diwajibkan
individualistik atau setidaknya meng-
bagi
mereka
andung logika hukum yang indivi-
pengusaha. Dengan kata lain perintah
dualistik dan formalistik. Kedua, elemen
atau komando lebih didominasi untuk
gerakan buruh (serikat buruh, LSM,
para
akademisi) pada umumnya, sadar atau
pengusaha.
pekerja,
ketimbang
ketimbang
kepada
untuk
tidak, telah terkooptasi oleh pandangan
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
70
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
Keluhan
tersebut
wajar
tahun
1964
tentang
Pemutusan
mengemuka, sehingga setiap perundang-
Hubungan Kerja di Perusahaan Swasta;
undangan
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
yang
berkaitan
dengan
ketenagakerjaan akan ditanggapi skeptis
tentang
oleh organisasi buruh. Terlebih jika
Hubungan Industrial.
berdasarkan teori yang dianut positivis, menjadikan peraturan itu perintah.
Penyelesaian
Namun
Perselisihan
demikian
kondisi
masyarakat ketika menghadapi lahirnya
Di lain pihak kondisi negara
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004
yang terpuruk akibat krisis moneter,
tentang
ditambah kini adanya kenaikan BBM,
Hubungan Industrial ditanggapi secara
maka akan banyak lagi pekerja yang
dingin. Hal ini disebabkan ketidak-
kemungkinan di PHK, karena ketidak-
seimbangan
mampuan pengusaha untuk melakukan
buruh dan majikan memang cukup
kegiatan
disadari.
usaha
akibat
high
cost
production.
Perselisihan
sosial-ekonomis
Akan
tetapi,
antara
intervensi
pemerintah untuk menyeimbangkannya
Sudah banyak paket perundangundangan
Penyelesaian
yang
pemerintah
(dalam
telah
diterbitkan
konteks
untuk
lewat
undang-undang
tidak
disertai
usaha-usaha administratif dan teknis yang komprehensif untuk menciptakan
memberikan perlindungan disamping itu
pengaturan
bersama
(collective
adalah perintah) yaitu Undang-Undang
regulation) bidang hubungan indutrial
Kecelakaan (UU No.33 tahun 1947);
oleh buruh dan majikan melalui institusi
Undang-Undang Kerja (UU No. 12
perundingan kolektif yang stabil.
tahun 1948); UU No. 23 tahun 1948 tentang Pengawasan Perburuhan; UU
D. Upaya
Pemberian
Jaminan
No. 21 tahun 1954 tentang Perjanjian
Kepastian
Perburuhan antara Serikat Buruh dan
Undang - undang No. 2 Tahun
Majikan; UU No. 18 tahun 1956 tentang Persetujuan Konvensi ILO No. 98 mengenai
Berlakunya
Dasar-Dasar
daripada Hak untuk Berorganisasi dan untuk Berunding Bersama; UU No. 22 tahun
1957
tentang
Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan; dan UU No. 12
2004
Hukum
tentang
bagi
Penyelesaian
Perselisihan Hubungan Industrial Ini adalah bagian sulit ketika berbicara tentang kepastian hukum. Kepastian hukum digambarkan adanya kesesuaian antara apa yang diatur
71
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
dengan kompensasi jika ada pelanggaran
diadakan sebagai alat represi yang
terhadap aturan
dihidupkan
tersebut.
Kepastian
oleh
keinginan
atau
Hukum berbicara mengenai keadilan
kepentingan dari yang berkuasa sebagai
dan
biaya
Moral.
Selain
itu
berbicara
atau
harga
untuk
mencapai
kepastian hukum, pasti berbicara dengan
kepentingan, norma, dan nilai (yang
penegakan hukum, serta siapa yang
ingin dicapai).
memberi kepastian hukum itu sendiri. Mengacu
pada
Teori
Lebih lanjut Chambliss dan
Posi-
Seidman
menggambarkan
hukum
tivisme yang telah dibahas di halaman
sebagai senjata konflik sosial untuk
sebelumnya,
maka
menindas untuk digunakan bagi yang
memberikan
Kepastian
lembaga
yang
Hukum
ini
berkuasa
untuk
kepentingan
dan
adalah Negara. Teori ini di dukung teori
keuntungan mereka. Adapun Richard
pembentukan
Quinney menjelaskan bahwa masyarakat
masyarakat
Conflict-
Coercion, yang didukung oleh William
cenderung
J. Chambliss, Seidman, dan Richard
ragaman, perselisihan, kekerasan dengan
Quinney. Mengacu pada teori pem-
paksaan,
bentukan masyarakat tersebut, bahwa
permufakatan dan kestabilan.
masyarakat
dianggap
terdiri
atas
memiliki
dan
ciri
perubahan
keaneka-
ketimbang
Adapun hukum sebagai hasil
kumpulan orang dan kelompok yang
dari
memiliki ciri perselisihan dan pertikaian
ketimbang sebagai alat yang memiliki
yang dipertahankan secara bersama-
fungsi
sama
Meskipun
melalui
kekerasan
(paksaan).
pelaksanaan
diluar
atau
kepentingan
kepentingan
hukum
tertentu.
mungkin
Adapun ketertiban timbul hanya untuk
mengendalikan
sementara dan tidak stabil, karena setiap
untuk pertama kalinya, hukum dibuat
orang dan kelompok akan berusaha
oleh kepentingan tertentu dari individu
untuk mencapai kepentingan masing-
atau sekelompok orang, yang lebih
masing.
lanjut kita sebut sebagai masyarakat. Konflik sosial pada hakekatnya
kepentingan,
dapat namun
Hukum dibuat oleh orang yang
dianggap sebagai interaksi antara orang
didedikasikan
dan kelompok. Dalam pandangan ini
pentingan
pula untuk menjaga kekuatan diperlukan
kekuatan untuk diwujudkan kepada
bujukan dan (penggunaan) kekerasan
publik. Hukum disini tidak mewakili
atau
kompromisasi
paksaan.
Untuk
itu
Hukum
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
untuk
tertentu
dari
mewakili yang
ke-
memiliki
keanekaragaman
72
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
masyarakat, tetapi untuk menyokong
memiliki kelemahan dan kekurangan.
kepentingan tertentu maka diperlukan
Namun penulis yakin bahwa yang
hukum.
dinamakan
hukum
dalam
konteks
Teori tersebut jika diperkuat
hukum positif, apabila ingin daya
dengan Teori Positivisme, maka hukum
berlakunya secara nasional dan memiliki
merupakan
cerminan
kepentingan
kekuatan
masyarakat
tertentu
(kelompok
dibuat oleh Lembaga yang memiliki
penguasa), dan yang dipaksakan sebagai
otoritas untuk membuat UU (dalam hal
perintah atau komando bagi anggota
ini DPR bersama Pemerintah). Dan bila
masyarakat yang lain. Sehingga jika ada
mengacu pada teori contract social,
upaya pelanggaran atau ketidakpatuhan
keberadaaan
terhadap produk hukum tersebut, maka
adalah memang merupakan kesepakatan
dapat
sanksi,
sosial masyarakat itu sendiri untuk
berdasarkan aliran economic analysis of
mengadakan lembaga itu. Sehingga oleh
law. Sehingga penciptaan kepastian
karenanya memberikan label kekuatan
hukum,
Undang-
hukum pada setiap produk hukumnya
Undang No. 2 Tahun 2004 tentang
yang memiliki arti pelaksanaan dari
Penyelesaian
produk hukumnya (law enforcement)
dipaksakan
melalui
khususnya
Industrial,
dalam
Perselisihan dilakukan
memberikan
sanksi
Hubungan
dengan
cara
yang
berat
dapat
eksekutorial,
DPR
dipaksakan
dan
maka
harus
Pemerintah
melalui
aparat
pemerintah.
(berdasarkan aliran economic analysis of
Adapun isi dari produk hukum
law), sehingga orang akan takut untuk
tersebut memang sebaiknya merupakan
melanggar peraturan, dan content atau
perintah
isi dari peraturan hukum itu merupakan
memiliki manfaat juga nilai ekonomis,
perintah atau komando dari masyarakat
serta memberikan perlindungan bagi
yang diberi legitimasi oleh hukum
warga negara, sehingga dapat berkarya,
(Kelompok
mencari penghidupan yang layak.
penguasa),
berdasarkan
Teori Kedaulatan Negara.
bagi
warga
negara
serta
Sehingga berdasarkan teori-teori tersebut, dengan demikian memang ada pengaruh Undang-Undang No. 2 Tahun
E. Kesimpulan Positivisme
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan
maupun Teori Utilitarianisme seperti
Hubungan Industrial dalam menciptakan
yang
Kepastian Hukum dalam menyelesaikan
Bahwa
73
diuraikan
Teori
di
atas,
memang
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
Dhoni Yusra – Pengaruh Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 Tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Dalam Menciptakan Kepastian Hukum Di Bidang Ketenagakerjaan Di Indonesia
perselisihan di bidang ketenagakerjaaan di Indonesia.
Tebbit, Mark., “Philosophy of Law”, Routledge, London, 2000. Vago, Steven., “Law and Society”,
Daftar Pustaka
Prentice Hall, Englewood Cliffs,
Ali, Acmad, “Menguak Tabir Hukum”, PT.
Toko
Gunung
New Jersey, 1991.
Agung,
Jakarta, 2002. Cooter, Robert and Ulen, Thomas, “Law and
Economics”,
Addison-
Weley, Massachusets,. Husni, Lalu, “Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial
Pengadilan
&
Pengadilan”,
Melalui
Di
Luar
PT.
Raja
Gravindo, Jakarta, 2004. ___________, “Hukum Ketenagakerjaan
Indonesia”,
PT.
Raja
Gravindo, Jakarta, 2004. Nusantara,
“Wajah
Gigih.,
Murung
Ketenagakerjaan Kita”. http://www.polarhome.com/pipermail/N usantara/02Nov/000677.html13k. (12 Juni 2005, 13 : 40). Posner,
Richard Analysis
of
“Economic
A.,
Law”,
Littele,
Brown and Company, Boston and Toronto, 1986. Suyono,
Haryono.,
Kependudukan
“Seri
Visi
Berwawasan
Kemanusiaan”, Yayasan Dama Sejahtera
Mandiri/Damandiri,
Jakarta, 2003.
Lex Jurnalica Vol.3 No.2 April 2006
74