PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA PERBANKAN DENGAN JENIS PENGGUNAAN KREDIT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERSERO DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2002-2014
Oleh: Ajeng Raafi’udiyah Na’imah 1112081000056
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/2016M
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL MAKROEKONOMI TERHADAP KINERJA PERBANKAN DENGAN JENIS PENGGUNAAN KREDIT SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA BANK PERSERO DI INDONESIA SELAMA TAHUN 2002-2014
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh: Ajeng Raafi’udiyah Na’imah NIM: 1112081000056
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1437H/2016M i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI Hari ini Selasa, 21 Juni 2016 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. 2. 3. 4.
Nama : Ajeng Raafi’udiyah Na’imah NIM : 1112081000056 Jurusan : Manajemen (Keuangan) Judul Skripsi : “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit Sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian skripsi, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan skripsi diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF Hari ini Kamis, 14 April 2016 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama
: Ajeng Raafi’udiyah Na’imah
2. NIM
: 1112081000056
3. Jurusan
: Manajemen (Keuangan)
4. Judul Skripsi : “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit Sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014”
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 April 2016
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI 1. Nama
: Ajeng Raafi’udiyah Na’imah
2. Tempat & Tgl.
: Depok, 8 Mei 1994
Lahir 3. Agama
: Islam
4. Alamat
: Jl. PGRI I NO. 2 RT 04/13 Kemiri Muka, Beji, Depok, Jawa Barat 16423
II.
5. Telp/HP
: 085695646504
6. E-mail
:
[email protected]
PENDIDIKAN FORMAL 2000-2006
: SDN Depok Baru I
2006-2009
: MTs Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
2009-2012
: MA Mu’allimaat Muhammadiyah Yogyakarta
2012-2016
: S1 Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
III.
PENGALAMAN ORGANISASI 2011-2012
: Anggota Bidang Pengembangan Ilmu Pengetahuan Pimpinan Daerah Ikatan Pelajar Muhammadiyah Kota Yogyakarta
2013-2014
: Anggota Bidang Keagamaan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2014-2015
: Anggota Bidang Ekonomi Kreatif Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
v
Abstract This study aimed to analyze the influence of macroeconomic fundamentals on bank performance with the type of use of credit as an intervening variable. This study used a sample of state banks with the monthly data for 13 years ie from 2002 to 2014. The statistical methods used in this research isthe Structural Equation Modelling (SEM). The results showed that the fundamental macroeconomic factors significantly influence the type of credit use; types of credit use significant effect on the performance of banks, the fundamental macroeconomic factors have a significant effect on bank performance; and types of credit use to become an intervening variable positively reinforcing. Keywords: macroeconomic fundamentals, types of credit use, bank’s performance
vi
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja perbankan dengan jenis penggunaan kredit sebagai variabel intervening. Penelitian ini menggunakan sampel bank persero dengan data bulanan selama 13 tahun yaitu dari tahun 2002 sampai dengan 2014. Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Structural Equation Modelling (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor fundamental makroekonomi berpengaruh signifikan terhadap jenis penggunaan kredit; jenis penggunaan kredit berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan, faktor fundamental makroekonomi berpengaruh signifikan terhadap kinerja perbankan; dan jenis penggunaan kredit mampu menjadi variabel intervening yang menguatkan secara positif. Kata kunci: faktor fundamental makroekonomi, jenis penggunaan kredit, kinerja perbankan
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya, yang telah memberikan nikmat, iman, sehat, serta Islam. Cukup bagiku Allah sebagai penolong dan pelindung. Shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada Rasulullah SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Hanya dengan segala kebesaran-Nya dan atas kehendak-Nya pula sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul:
Fundamental
Kinerja
Makroekonomi
terhadap
“Pengaruh Faktor
Perbankan
dengan
Jenis
Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014”. Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat terselesaikan tanpa dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada: 1.
Kedua orangtua dan semua kakakku atas dukungan, motivasi, doa dan kasih sayang yang telah diberikan.
2.
Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.
Titi Dewi Warninda, M.Si., selaku Ketua Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah membantu kelancaran studi penulis dan memberikan izin penelitian.
4.
Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang telah bersedia membimbing, memberikan banyak ilmu dan solusi pada setiap permasalahan dan kesulitan dalam penyusunan skripsi ini.
5.
Faizul Mubarok, MM., selaku dosen Pembimbing Skripsi II yang telah bersedia membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
viii
6.
Seluruh Bapak dan Ibu Dosen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah memberikan pengetahuan dan ilmu yang sangat bermanfaat selama masa perkuliahan.
7.
Sahabat pemberi semangat yang selalu mengingatkan dan berlomba dalam melakukan kebaikan. Terimakasih untuk semua dukungan dan bantuannya.
8.
Sahabat–sahabat saya, Anggita, Devi, Kiki, Laily, Mahda, Nisa, Oby, Syifa dan Wilda. Terima kasih telah menemani, saling memberikan semangat dan dukungan selama kuliah bersama.
9.
Seluruh teman saya di Fakultas Ekonomi dan Bisnis terutama di Jurusan Manajemen dan teman–teman di kelas keuangan angkatan 2012. Terima kasih untuk kebersamaan selama ini.
10.
Kepada semua pihak yang telah membantu dari awal penulisan hingga skripsi ini selesai, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Saya ucapkan terima kasih. Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan semua pihak khususnya dalam bidang manajemen pemasaran.
Jakarta, 25 Mei 2016
Peneliti
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................................... ii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ................................................... iii LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................................... iv KEASLIAN KARYA ILMIAH ......................................................................................... iv DAFTAR RIWAYAT HIDUP............................................................................................ v Abstract .............................................................................................................................. vi Abstrak .............................................................................................................................. vii KATA PENGANTAR ..................................................................................................... viii DAFTAR ISI....................................................................................................................... x DAFTAR TABEL............................................................................................................ xiii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................................... xv BAB I .................................................................................................................................. 1 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1 A.
Latar Belakang ........................................................................................................ 1
B.
Identifikasi Masalah .............................................................................................. 13
C.
Pembatasan Masalah ............................................................................................. 14
D.
Rumusan Masalah ................................................................................................. 15
E.
Tujuan Penelitian .................................................................................................. 15
F.
Manfaat Penelitian ................................................................................................ 16
BAB II............................................................................................................................... 17 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 17 A.
Bank ...................................................................................................................... 17 1.
Pengertian Bank ................................................................................................ 17 x
2.
Fungsi Bank ...................................................................................................... 18
3.
Jenis-jenis Bank ................................................................................................ 20
4.
Kinerja Perbankan ............................................................................................. 23
B.
Kredit .................................................................................................................... 34 1.
Pengertian Kredit .............................................................................................. 34
2.
Unsur-unsur Kredit ........................................................................................... 35
3.
Jenis Penggunaan Kredit ................................................................................... 36
C.
Faktor Fundamental Makroekonomi ..................................................................... 37 1.
Inflasi ................................................................................................................ 37
2.
Tingkat Suku Bunga ......................................................................................... 40
3.
Nilai Tukar/Kurs ............................................................................................... 42
D.
Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Jenis Penggunaan Kredit ……………………………………………………………………………………44
E.
Hubungan Jenis Penggunaan Kredit terhadap Kinerja Perbankan ........................ 45
F.
Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan ...... 46
G.
Hasil Penelitian Terdahulu ................................................................................ 47
H.
Kerangka Berfikir ............................................................................................. 52
I.
Hipotesis Penelitian .............................................................................................. 53
BAB III ............................................................................................................................. 54 METODOLOGI PENELITIAN ........................................................................................ 54 A.
Ruang Lingkup Penelitian..................................................................................... 54
B.
Metode Penentuan Sampel .................................................................................... 54
C.
Metode Pengumpulan Data ................................................................................... 55
D.
Metode Analisis Data ............................................................................................ 55 1.
Menentukan Degree of Freedom ...................................................................... 55
2.
Melakukan Estimasi .......................................................................................... 56
3.
Uji Kecocokan .................................................................................................. 57 xi
4. E.
Analisis Structural Equation Modelling (SEM) ............................................... 59 Operasional Variabel Penelitian............................................................................ 59
BAB IV ............................................................................................................................. 61 ANALISIS DAN PEMBAHASAN .................................................................................. 61 A.
Gambaran Umum Objek Penelitian ...................................................................... 61
B.
Analisis dan Pembahasan ...................................................................................... 72 1.
Analisis Kecocokan Keseluruhan Model .......................................................... 73
2.
Analisis Model Pengukuran .............................................................................. 75
3.
Pengujian Hipotesis .......................................................................................... 83
BAB V .............................................................................................................................. 88 PENUTUP ........................................................................................................................ 88 A.
Simpulan ............................................................................................................... 88
B.
Implikasi ............................................................................................................... 89
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 91 LAMPIRAN...................................................................................................................... 95
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Matriks Peringkat Komposit ................................................................. 33 Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu ............................................................................. 47 Tabel 3.1 Rasio Kinerja Perbankan ....................................................................... 60 Tabel 4.1 Uji Kecocokan Model
74
Tabel 4.2 Pengujian Hipotesis .............................................................................. 83
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Jenis Penggunaan Kredit Bank Persero Tahun 2002-2014 ................. 2 Gambar 1.2 Kinerja Keuangan Bank Persero Tahun 2002-2014 ............................ 4 Gambar 1.3 Pergerakan Inflasi Indonesia Tahun 2002-2014.................................. 6 Gambar 1.4 Pergerakan Nilai Kurs Tahun 2002-2014............................................ 7 Gambar 1.5 Pergerakan BI Rate Tahun 2002-2014 ................................................ 8 Gambar 1.6 Jumlah Laba Bersih Perbankan Menurut Kelompok Bank (dalam Milyar Rupiah) ...................................................................................................... 12 Gambar 4.1 Uji t
76
Gambar 4.2 Estimate (Loading Factor) ................................................................ 78
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Output LISREL (Sebelum Modifikasi) ............................................. 95 Lampiran 2 Output LISREL (Setelah Modifikasi).............................................. 101
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Bank merupakan lembaga keuangan yang tidak asing lagi di masyarakat, karena bank menyediakan berbagai jasa pelayanan keuangan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Bank merupakan lembaga keuangan yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian. Hal ini karena dalam aktifitasnya, bank memiliki tiga kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana dalam bentuk tabungan, menyalurkan dana dalam bentuk kredit dan memberikan jasa bank lainnya. Kasmir (2012:13), kegiatan pokok perbankan adalah menghimpun dan menyalurkan dana. Maksud dari menyalurkan dana adalah perbankan akan melemparkan kembali dana yang diperoleh lewat simpanan giro, tabungan dan deposito ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Kegiatan penyaluran dana ini dikenal juga dengan istilah Lending. Bentuk kredit yang diberikan adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Berdasarkan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan suku bunga pinjaman bank persero dari jenis penggunaannya selama 15 tahun menunjukkan pergerakan pertumbuhan yang berbeda di setiap tahunnya (gambar 1.1).Pada tahun 2014 pertumbuhan kedit investasi (KI) naik sebesar 11,24% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 10,39%, kredit konsumsi (KK) 1
naik sebesar 12,16% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 11,92% dan kredit modal kerja (KMK) naik sebesar 12,32% lebih tinggi dibandingkan tahun 2013 sebesar 11,79%. (sumber: bi.go.id) Gambar 1.1 Jenis Penggunaan Kredit Bank Persero Tahun 2002-2014
Jenis Penggunaan Kredit 20 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
KMK KI KK
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (www.bi.go.id)
Keuntungan utama perbankan diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang di salurkan. Keuntungan selisih bunga ini dikenal dengan istilah spread based. Dimana keuntungan tersebut dipengaruhi oleh besar kecilnya kondisi perkembangan berbagai jenis tingkat suku bunga yang ditawarkan yang pada akhirnya akan berdampak pada kinerja perbankan. Tinggi rendahnya tingkat suku bunga akan berdampak pada kinerja keuangan perbankan. Jika bank meningkatkan tingkat suku bunga dalam penyaluran kredit dan apabila dalam penyalurannya tidak efisien maka hal 2
ini bisa menimbulkan kredit macet atau non performing loan (NPL). Tingginya NPL menyebabkan tingginya biaya operasional bank yang kemudian berpotensi menurunkan laba bank yang dapat diukur dengan return on asset (ROA) dan net interest margin (NIM). Hal ini tentu akan berdampak pada kurangnya kemampuan bank untuk meningkatkan modalnya yang dicerminkan melalui capital adequacy ratio (CAR). Tinggi rendahnya tingkat suku bunga juga akan berpengaruh terhadap komposisi jumlah kredit yang diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan yang diukur dengan Loan to Deposit Ratio (LDR). Berdasarkan Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) memperlihatkan kredit perbankan tumbuh melambat menjadi 11,6% dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 21,6% sejalan dengan perlambatan ekonomi domestik. Sedangkan berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia tahun 2014, profitabilitas dan efisiensi perbankan pada bank persero meningkat yang tercermin pada rasio Return On Asset (ROA) tahun 2014 sebesar 3,69% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 3,67%. Akan tetapi, rasio Net Interest Margin (NIM) turun sebesar 5,13% lebih rendah dibandingkan dengan tahun 2013 sebesar 5,77%. Di tengah kondisi seperti ini, ketahanan perbankan nasional tetap meningkat. Hal ini tercermin dari modal bank persero
pada
tahun
2014
yang
meningkat
menjadiRp.
226.675
milyardibandingkan dengan tahun 2013 sebesarRp. 192.073 milyar. Adapun 3
dari sisi rasio kecukupan modal (CAR) meningkat menjadi 17,44% dibandingkan tahun 2013 sebesar 17,05%. Artinya, CAR bank persero memenuhi CAR profil risiko karena berdasarkan hasil stress test risiko pasar menunjukkan bahwa CAR industri bank persero masih berada di atas 14%. Selain itu, hasil stress test risiko kredit juga menunjukkan bahwa secara industri NPL gross masih di bawah batas aman 5% setelah tahun 2000 hingga 2007 selalu diatas 5%. (sumber: bi.go.id) Gambar 1.2 Kinerja Keuangan Bank Persero tahun 2002-2014
Kinerja Bank Persero 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
NPL LDR ROA NIM CAR
Sumber: Statistik Perbankan Indonesia (www.bi.go.id)
Setiap bank dalam periode tertentu pasti akan melaporkan seluruh kegiatan keuangannya. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi keuangan perusahaan untuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam perbankan tersebut karena laporan keuangan adalah kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk kelemahan dan kekuatan. Selain itu laporan
4
keuangan
juga
bertujuan
menilai
kinerja
manajemen
bank
yang
bersangkutan. Oleh karena itu, sesuai dengan peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum, bank diminta untuk menjaga tingkat kesehatan perbankan mereka. Karena kinerja perbankan akan tercermin dalam rasio kesehatannya. Hal tersebut dapat diukur melalui metode RGEC yaitu Risk, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital. Suku bunga jenis penggunaan kredit diantaranya suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi yang ditawarkan ke masyarakat ditentukan oleh besar kecilnya tingkat suku bunga Bank Indonesia. Oleh karena itu, suku bunga jenis penggunaan kredit tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja operasional bank yang dapat direfleksikan melalui profil risiko, profil laba dan profil permodalan. Faktor fundamental makro merupakan faktor fundamental negara yang disebut juga faktor eksternal perusahaan. Faktor ini sangat luas cakupannya seperti faktor ekonomi, lingkungan, pendidikan, sosial, budaya dan lain-lain. Menurut Bambang (2010:83), faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat besar jika terjadi perubahan. Kondisi makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs akan memengaruhi kinerja perbankan. Hal ini disebabkan karena ukuran baik atau tidaknya kinerja perbankan tergantung dari kondisi makroekonomi pada saat itu. Kondisi tersebut adalah apabila terlalu banyak 5
uang yang masuk ke masyarakat maka akan menimbulkan keinginan masyarakat untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah barang yang tidak seimbang dengan permintaan pasar menyebabkan harga barang naik sehingga terjadi inflasi serta apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dapat memengaruhi kondisi perekonomian dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang suatu negara). Gambar 1.3 Perkembangan Inflasi Indonesia Tahun 2002-2014
INFLASI 14 12 10 8 6
INF
4 2 0
Sumber: www.bi.go.id
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa tingkat inflasi selama tiga belas tahun cukup fluktuatif dengan besaran rata-rata 7,56%.Tingkat paling rendah adalah sebesar 4,28% pada tahun 2012 dan tingkat paling tinggi adalah sebesar 13,33% pada tahun 2006.
6
Gambar 1.4 Pergerakan Nilai Kurs Tahun 2002-2014
NILAI KURS 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000
KURS
4,000 2,000 0
Sumber: Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia (www.bi.go.id)
Pada gambar diatas dapat terlihat bahwa setiap tahunnya selama tiga belas tahun, nilai rupiah terhadap dolar mengalami apresiasi dan depresiasi yang berbeda setiap tahunnya. Apresiasi rupiah tertinggi berada pada tahun 2003 sebesar Rp. 8.571 dan depresiasi rupiah tertinggi berada pada tahun 2014 sebesar Rp. 11.885.
7
Gambar 1.5 Pergerakan BI rate Tahun 2002-2014
BI RATE 16 14 12 10 8 BI RATE
6 4 2 0
Sumber: www.bi.go.id
Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa tingkat BI rate selama tiga belas tahun cukup fluktuatif dengan besaran rata-rata 8,5%.Tingkat paling rendah adalah sebesar 6,5% pada tahun 2010 dan tingkat paling tinggi adalah sebesar 14,95% pada tahun 2002. Menurut Tuckman (1988) dalam Sugiyono (2011:39), variabel intervening adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan variabel penyela antara variabel independen dengan variabel dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Dalam penelitian ini, jenis peggunaan kredit digunakan sebagai variabel intervening dimana jenis penggunaan kredit mampu mempengaruhi 8
hubungan faktor fundamental makroekonomi dengan kinerja perbankan. Jadi berdasarkan penjelasan tersebut, maka suku bunga jenis penggunaan kredit merupakan variabel intervening yang berpengaruh dan berperan dalam faktor-faktor makroekonomi (inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs) memengaruhi kinerja perbankan (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR). Harmono
(2012),
dalam
penelitiannya
memperlihatkan
inter-
korelasional antar dimensi keuangan, yang mampu menjelaskan fenomena masalah yang terjadi dipraktik. Dalam hal ini, faktor fundamental makro yang dindikasi melalui nilai kurs, BI rate, dan tingkat inflasi, berpengaruh terhadap kinerja bank. Namun peran variabel skim bunga kredit yang dindikasi melalui skim bunga kredit modal kerja, bunga kredit investasi, dan bunga kredit konsumsi mampu memediasi yang menguatkan namun bersifat negatif terhadap kinerja bank, dalam hal ini kinerja bank menggunakan indikator CAMEL (Capital, Asset, Management, Earning, dan Liquidity) yang sering digunakan Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank, ternyata yang signifikan berkontribusi terhadap kinerja bank hanya variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Return on Assets (ROA). Marcello dan Tiziano (2011), dalam penelitiannya menguji pengaruh makroekonomi terhadap kualitas kredit selama tahun 1990-2010 (kuartal) pada Bank Italia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa: i) kualitas pinjaman untuk rumah tangga dan perusahaan dapat dijelaskan oleh sejumlah kecil variabel makroekonomi terutama yang berkaitan dengan keadaan umum perekonomian, biaya pinjaman dan beban utang; ii) 9
perubahan kondisi makroekonomi secara umum mempengaruhi kualitas kredit dengan lag; dan iii) out-of-sampel akurasi prediksi dari model ini cukup memuaskan dan terbukti menjadi kuat untuk krisis keuangan barubaru ini. Guglielmo et al (2013), dalam penelitiannya juga menguji pengaruh makroekonomi terhadap kualitas kredit selama krisis 2008-2012 pada Bank Italia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa efek dari guncangan permanen untuk kredit macet dari kelebihan jumlah kredit adalah signifikan dan tetap untuk kredit macet perusahaan, tetapi tidak untuk kredit macet rumah tangga pinjaman yang lebih efisien. Dimitrios et al (2010), dalam penelitiannya menguji pengaruh makroekonomi terhadap NPL dengan membandingkan tiga jenis pinjaman yaitu KPR, bisnis dan konsumen dalam sistem perbankan Yunani. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa NPL dalam sistem perbankan Yunani dapat dijelaskan terutama oleh fundamental makro (GDP, pengangguran, suku bunga) dan kualitas manajemen. Perbedaan dampak kuantitatif faktor makroekonomi antara jenis pinjaman yang jelas dengan hipotek nonperforming
menjadi
sedikit
responsif
terhadap
perubahan
kondisi
makroekonomi. Lucas dan Anne (2010), dalam penelitiannya menguji pengaruh perkembangan ekonomi makro pada kinerja, kualitas kredit dan perilaku pinjaman bank di Kenya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa perilaku bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi makro. 10
Fadzlan dan Muzafar (2010), dalam penelitiannya menguji dampak krisis keuangan terhadap kinerja bank di Indonesia dimana peneliti akan melihat faktor-faktor penentu profitabilitas perbankan Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa krisis Asia berpengaruh negatif dan signifikan terhadap profitabilitas perbankan Indonesia, bank-bank Indonesia relatif menguntungkan selama pra-krisis dibanding pasca dan periode krisis. Claudiu (2015), dalam penelitiannya menguji pengaruh tingkat kesehatan keuangan terhadap profitabilitas bank. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kapitalisasi bank, likuiditas dan suku bunga margin positif mempengaruhi profitabilitas bank, sedangkan kredit macet dan noninterest expense memiliki dampak negatif. Berdasarkan hal diatas penelitian ini dimaksudkan untuk menguji pengaruh dari faktor fundamental makroekonomi yang diproksi dengan inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs dalam memengaruhi kinerja perbankan yang diproksi dengan metode RGEC (Risk, Good Corporate Governace, Earning,
dan
Capital)
sesuai
peraturan
Bank
Indonesia
nomor
13/1/PBI/2011 mengenai penilaian tingkat kesehatan bank umum dengan variabel intervening jenis penggunaan kredit. Konsep pengaruh antar variabel dalam penelitian ini adalah pengaruh berjenjang, dengan menempatkan jenis penggunaan kredit sebagai intervening. Dalam penelitian ini peneliti memilih bank persero sebagai sebagai sampel. Yang termasuk dalam bank persero adalah Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan 11
Negara (BTN). Alasan pemilihan sampel ini adalah karena bank persero adalah bank umum yang memiliki laba bersih paling besar dibanding dengan bank lainnya pada tahun 2010-2014 (gambar 1.6). Gambar 1.6 Jumlah Laba Bersih Perbankan Menurut Kelompok Bank (dalam Milyar Rupiah)
Laba Bersih Perbankan 30000 25000
Bank Persero
20000
BUSN Devisa
15000
BUSN Non Devisa BPD
10000
Bank Campuran
5000
Bank Asing
0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: www.bi.go.id
Berbeda dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Harmono (2012), penelitian ini dilakukan dalam tahun yang lebih lama, yaitu tiga belas tahun karena sebuah metode Structural Equation Modelling (SEM) akan efektif pada jumlah sampel antara 150 data sampai 400 data (Singgih, 2015:72). Selain itu, indikator penilaian kinerja perbankan yang digunakan adalah indikator RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earning, dan Capital) sesuai peraturan Bank Indonesia nomor 13/1/PBI/2011. Akan tetapi pemusatan penelitian adalah kepada bank persero sebagai sampel penelitian. 12
Oleh karena itu, maka penulis mengambil judul skripsi: “Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia Selama Tahun 2002-2014.” B.
Identifikasi Masalah 1.
Dalam membeli saham suatu perusahaan, investor akan melakukan berbagai pertimbangan. Salah satu pertimbangannya adalah laporan keuangan perusahaan dan faktor fundamental makro ekonomi. Jika laporan keuangan perusahaan bagus dan keadaan fundamental makro ekonomi stabil, investor akan tertarik untuk membeli saham tersebut.
2.
Tingkat bunga kredit yang ditawarkan oleh bank merupakan salah satu pertimbangan konsumen yang akan melakukan pinjaman. Artinya, tingkat bunga kredit akan menjadi acuan konsumen dimana tingkat bunga kredit ini menjadi hal yang penting untuk dipertimbangkan. Besarnya tingkat bunga kredit yang ditawarkan bank akan menjadi pertimbangan dalam memutuskan apakah konsumen akan melakukan kontrak utang dengan bank atau tidak. Hal ini akan berpengaruh terhadap kinerja bank yang bersangkutan. Selain itu, dalam transaksi pemberian kredit baik masyarakat maupun bank tentunya akan mempertimbangkan kondisi faktor fundamental makro ekonomi yaitu inflasi, kurs dan BI rate.
3.
Dalam memberikan jaminan kepada para nasabah, bank juga akan memikirkan risiko kredit yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Hal ini 13
dikarenakan seluruh rangkaian kredit baik penjualan maupun pengembalian kredit akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan. 4.
Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki wewenang untuk menentukan tingkat suku bunga di Indonesia serta mengendalikan inflasi melalui kebijakan moneter. Hal ini akan menjadi acuan oleh perbankan dalam menentukan tingkat bunga kredit yang akan ditawarkan kepada nasabah. Tingkat bunga kredit yang ditawarkan akan berpengaruh terhadap kegiatan perbankan, dimana selanjutnya akan berpengaruh juga terhadap kinerja perbankan.
5.
Jika ada keseimbangan antara banyaknya kredit yang disalurkan kepada nasabah dengan pengembalian kredit yang tepat waktu maka akan menghasilkan NPL, LDR, ROA, NIM, dan CAR yang baik pada perbankan.
C.
Pembatasan Masalah 1.
Penelitian hanya dilakukan pada bank persero
2.
Penelitian dilakukan pada tahun 2002-2014
3.
Faktor fundamental makroekonomi yang digunakan adalah inflasi, nilai kurs dan BI rate
4.
Kinerja perbankan diukur menggunakan indikator RGEC (Risk, Good Corporate Governance, Earning dan Capital), akan tetapi peneliti hanya menggunakan beberapa rasio. Selain itu peneliti tidak mengambil Good Corporate Governance untuk menilai kinerja perbankan. 14
D.
Rumusan Masalah 1.
Bagaimana pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap jenis penggunaan kredit
2.
Bagaimana pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja perbankan
3.
Bagaimana pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja perbankan
4.
Bagaimana jenis penggunaan kredit berperan sebagai variabel intervening terhadap faktor fundamental makroekonomi dalam memengaruhi kinerja perbankan
E.
Tujuan Penelitian 1.
Menganalisis pengaruhfaktor fundamental makroekonomi terhadap jenis penggunaan kredit
2.
Menganalisis pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja perbankan
3.
Menganalisis pengaruh faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja perbankan
4.
Menganalisisperan
jenis
penggunaan
kredit
sebagai
variabel
intervening dalam faktor fundamental makroekonomi memengaruhi kinerja perbankan
15
F.
Manfaat Penelitian 1.
Bagi pemerintah, sebagai masukan dan bahan pertimbangan untuk pengambilan kebijakan ekonomi makro yang mendukung industri perbankan
2.
Bagi perbankan, sebagai acuan untuk menjalankan perusahaan di masa yang akan datang
3.
Bagi masyarakat, sebagai bahan bacaan dan tambahan ilmu pengetahuan
4.
Bagi penulis, sebagai sarana belajar untuk mengetahui sejauh mana teori yang dapat diterapkan dalam praktik juga menambah pengetahuan penulis
16
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.
Bank 1.
Pengertian Bank Dalam keseharian, kita mengetahui bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang memediasi pembayaran, memberikan pinjaman dan mengambil simpanan dari masyarakat. Akan tetapi, pengertian bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan adalah “Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”. Menurut Mishkin (2010:7), bank adalah lembaga keuangan yang menerima deposito dan memberikan pinjaman. Termasuk di bawah bank jangka yang perusahaan seperti bank komersial, asosiasi simpan pinjam, bank tabungan bersama, dan serikat kredit. Dari definisi tersebut dapat terlihat bahwa kegiatan utama bank yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana dan memberikan jasa lainnya. Menghimpun dana, yaitu bank mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Menyalurkan dana, yaitu melemparkan kembali dana yang diperoleh dari simpanan 17
ke masyarakat dalam bentuk pinjaman (kredit). Memberikan jasa lainnya, yaitu jasa yang diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana. (Kasmir, 2012:13-15) 2.
Fungsi Bank Secara spesifik fungsi bank seperti yang dikemukakan oleh Budisantoso dan Triandaru (2006:9) sebagai berikut: a. Agent of Trust (Jasa dengan Kepercayaan) Dasar utama perbankan adalah trust atau kepercayaan, baik dalam hal menghimpun dana maupun penyaluran dana. Masyarakat mau menitipkan dananya di bank apabila dilandasi unsur kepercayaan. Masyarakat percaya bahwa uangnya tidak akan disalahgunakan oleh bank, uangnya akan dikelola dengan baik oleh bank. Pihak bank sendiri akan mau menempatkan atau menyalurkan dananya pada debitur atau masyarakat dengan dilandasi unsur kepercayaan. Pihak bank percaya bahwa debitur tidak
akan
menyalahgunakan
pinjaman,
debitur
akan
mempunyai kemampuan untuk membayar pada saat jatuh tempo, dan juga bank percaya bahwa debitur mempunyai niat baik untuk mengembalikan pinjaman beserta kewajiban lainnya pada saat jatuh tempo. b. Agent of Development (Jasa untuk Pembangunan) Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor riil. Kedua sektor tersebut tidak dapat 18
dipisahkan, karena keduanya saling berinteraksi dan saling mempengaruhi satu dengan yang lain. Sektor riil tidak akan bekinerja dengan baik apabila sektor moneter tidak bekerja dengan baik. Tugas bank sebagai penghimpun dan penyaluran dana sangat diperlukan untuk kelancaran kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan bank tersebut memungkinkan masyarakat melakukan investasi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa, mengingat bahwa kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi tidak dapat dilepaskan dari adanya penggunaan uang. Kelancaran kegiatan investasi, distribusi dan konsumsi ini tidak lain adalah
kegiatan
pembangunan
perekonomian suatu
masyarakat. c. Agent of Service (Jasa Pelayanan) Disamping melakukan
kegiatan
penghimpunan
dan
penyaluran dana, bank juga memberikan penawaran jasa-jasa perbankan yang lain kepada masyarakat. Jasa-jasa yang ditawarkan
bank
ini
erat
kaitannya
dengan
kegiatan
perekonomian masyarakat secara umum. Jasa-jasa bank ini antara lain dapat berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang berharga, jasa pemberian jaminan bank, dan jasa penyelesaian tagihan.
19
3.
Jenis-jenis Bank Kasmir (2012:22) membagi jenis-jenis bank dalam beberapa segi, yaitu: a. Dilihat dari Segi Fungsinya Menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998, maka jenis perbankan terdiri dari dua jenis bank, yaitu: 1) Bank Umum Pengertian bank umum sesuai dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Sifat jasa yang diberikan adalah umum, dalam arti dapat memberikan seluruh jasa perbankan yang ada dan operasi dapat dilakukan di semua wilayah. 2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Pengertian bank umum sesuai dengan UndangUndang Nomor 10 Tahun 1998 adalah “bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.” Kegiatan BPR jauh lebih sempit dibandingkan kegiatan bank umum. Kegiatan BPR hanya meliputi 20
kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana saja, bahkan dalam menghimpun dana BPR dilarang untuk menerima simpanan giro. Begitu pula dalam jangkauan wilayah operasi, BPR dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. b. Dilihat dari Segi Kepemilikannya 1) Bank milik pemerintah Di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank ini dimiliki oleh pemerintah pula. Bank yang termasuk dalam milik pemerintah adalah BNI, BRI, BTN dan Bank Mandiri. 2) Bank milik swasta nasional Bank milik swasta nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besarnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya diambil oleh swasta pula. 3) Bank milik asing Bank milik asing merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing maupun pemerintah asing suatu negara.
21
4) Bank milik campuran Bank
milik
campuran
merupakan
bank
yang
kepemilikan sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional. Di mana kepemilikan sahamnya secara mayoritas dipegang oleh warga negara Indonesia. c. Dilihat dari Segi Status 1) Bank devisa Merupakan bank yang dapat melaksanakan transaksi ke luar negeri atau yang berhubungan dengan mata uang asing secara keseluruhan. 2) Bank non devisa Merupakan bank yang belum mempunyai izin untuk melaksanakan transaksi sebagai bank devisa, sehingga tidak dapat melaksanakan transaksi seperti halnya bank devisa. d. Dilihat dari Segi Cara Menentukan Harga 1) Bank Konvensional Dalam mencari keuntungan dan menentukan harga kepada nasabahnya, bank konvensional menggunakan dua metode, yaitu menetapkan bunga sebagai harga jual dan untuk jasa-jasa lainnya menerapkan berbagai biaya dalam nominal atau persentase tertentu.
22
2) Bank Syariah Bank
syariah
menerapkan
aturan
perjanjian
berdasarkan hukum Islam. Penentuan harga atau mencari keuntungan bagi bank syariah adalah dengan cara pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah), pembiayaan
berdasarkan
prinsip
penyertaan
modal
(musharakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa iqtina). 4.
Kinerja Perbankan a.
Pengertian Laporan Keuangan Bank Laporan keuangan bank menunjukkan kondisi bank secara keseluruhan. Dari laporan ini akan terbaca bagaimana kondisi bank sesungguhnya, termasuk kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan kinerja manajemen bank selama satu periode. Dalam laporan keuangan termuat informasi mengenai jumlah kekayaan (assets) dan jenis-jenis kekayaan yang dimiliki (di sisi aktiva). Kemudian juga akan tergambar kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang serta ekuitas (modal sendiri) yang dimilikinya. (Kasmir, 2012:280) 23
b. Pihak-pihak yang Berkepentingan Menurut Kasmir (2012:282), pembuatan laporan keuangan bank tidak hanya ditujukan untuk manajemen dan pemilik perusahaan itu sendiri melainkan juga berbagai pihak seperti: 1) Pemegang Saham Bagi pemegang saham, kepentingan terhadap laporan keuangan bank adalah untuk melihat kemajuan bank yang dipimpin oleh manajemen dalam suatu periode. 2) Pemerintah Bagi pemerintahm laporan keuangan baik bagi bankbank pemerintah maupun bank swasta adalah untuk mengetahui kemajuan bank yang bersangkutan. c.
Analisis RGEC Berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, Bank Indonesia telah menetapkan sistem penilaian Tingkat Kesehatan Bank dengan model manajemen risiko menggantikan penilaian CAMELS yang dulunya diatur dalam PBI No.6/10/PBI/2004. Jika dahulu kesehatan bank diukur dengan CAMELS yaitu Capital, Asset Quality, Management, Earning, Liquidity & Sensitivity to Market Risk, maka berdasarkan peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 penilaian kesehatan bank diukur
24
dengan RGEC yaitu Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings&Capital. Berikut ini adalah penjelasan dari RGEC: 1) Risk Profile Penilaian kesehatan bank yang pertama adalah profil risiko. Faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional bank. Penilaian risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan bank. Karakteristik risiko inheren bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas bank, industri dimana bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi. Penilaian atas risiko inheren dilakukan dengan memperhatikan parameter/indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Penetapan tingkat risiko inheren atas masing-masing jenis risiko mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Risiko yang wajib dinilai terdiri atas delapan jenis risiko.Risiko tersebut diantaranya risiko kredit, risiko pasar,
25
risiko operasional, risiko likuiditas, risiko hukum, risiko stratejik, risiko kepatuhan, dan risiko reputasi. (a) Risiko Kredit Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan debitur dan/atau pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank. Risiko kredit pada umumnya terdapat pada seluruh aktivitas bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan (counterparty), penerbit (issuer), atau kinerja peminjam dana (borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha tertentu. Risiko ini lazim disebut Risiko Konsentrasi Kredit dan wajib diperhitungkan pula dalam penilaian risiko inheren. Risiko kredit dapat diukur melalui Rasio Net Performing Loan (NPL). Rasio NPL menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh pihak bank. 𝑁𝑃𝐿 =
𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡
(b) Risiko Pasar Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, 26
akibat perubahan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar meliputi antara lain risiko suku bunga, risiko nilai tukar, risiko ekuitas, dan risiko komoditas. (c) Risiko Operasional Risiko
operasional
adalah
risiko
akibat
ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian
eksternal
yang
mempengaruhi
operasional bank. Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal. (d) Risiko Likuiditas Risiko
likuiditas
adalah
risiko
akibat
ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko ini disebut juga Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk). Risiko likuiditas juga dapat disebabkan oleh ketidakmampuan bank melikuidasi aset tanpa terkena diskon yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market 27
disruption) yang parah. Risiko ini disebut sebagai risiko likuiditas pasar (market liquidity risk). Menurut Kasmir (2012: 319), risiko likuiditas bisa diukur melalui Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini digunakan
untuk
mengukur
jumlah
kredit
yang
diberikan dibandingkan dengan jumlah dana masyarakat dan modal sendiri yang digunakan. 𝐿𝐷𝑅 =
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑑𝑎𝑛𝑎𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎
(e) Risiko Hukum Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak atau agunan yang tidak memadai. (f) Risiko Stratejik Risiko stratejik adalah risiko akibat ketidaktepatan bank dalam mengambil keputusan dan/atau pelaksanaan suatu keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain ditimbulkan dari kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan dalam
perumusan
strategi,
ketidaktepatan
dalam 28
implementasi strategi, dan kegagalan mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. (g) Risiko Kepatuhan Risiko kepatuhan adalah risiko yang timbul akibat bank tidak mematuhi dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan yang berlaku. Sumber risiko kepatuhan antara lain timbul karena kurangnya pemahaman atau kesadaran hukum terhadap ketentuan maupun standar bisnis yang berlaku umum. (h) Risiko reputasi Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap bank. Salah satu pendekatan yang digunakan dalam mengkategorikan sumber risiko reputasi bersifat tidak langsung (below the line) dan bersifat langsung (above the line). 2) Good Corporate Governance (GCG) Dalam metode RGEC, penilaian terhadap faktor GCG didasarkan dalam tiga aspek utama yaitu governance structure,
governance
output.Berdasarkan
process,
ketetapan
Bank
dan
governance
Indonesia
yang
disajikan dalam Laporan Pengawasan Bank: “governance 29
structure mencakup pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi serta kelengkapan dan
pelaksanaan
tugas
komite.Governance
process
mencakup fungsi kepatuhan bank, penanganan benturan kepentingan, penerapan fungsi audit intern dan ekstern, penerapan manajemen risiko termasuk sistem pengendalian intern, penyediaan dana kepada pihak terkait dan dana besar, serta rencana strategis bank. Governance output mencakup
transaparansi
kondisi
keuangan
dan
non
keuangan, laporan pelaksanaan GCG yang memenuhi prinsip
Transparancy,
Accountability,
Responsibility,
Indepedency, dan Fairness (TARIF)”. Akan tetapi pada penilitian kali ini, peneliti tidak menggunakan Good Corporate Governance sebagai alat ukur penelitian. 3) Earnings Penilaian
faktor
rentabilitas
meliputi
evaluasi
terhadap kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, kesinambungan (sustainability) rentabilitas, dan manajemen rentabilitas.
Penilaian
mempertimbangkan
tingkat,
dilakukan tren,
struktur,
dengan stabilitas
rentabilitas bank, dan perbandingan kinerja bank dengan kinerja peer group¸ baik melalui analisis aspek kuantitatif 30
maupun kualitatif. Dalam menentukan peer group, bank perlu memperhatikan skala bisnis, karakteristik, dan/atau kompleksitas usaha bank serta ketersediaan data dan informasi yang dimiliki.
Return on Asset (ROA) Rasio ini adalah rasio keuntungan bersih setelah pajak terhadap jumlah aset secara keseluruhan. Rasio ini merupakan suatu ukuran untuk menilai seberapa besar tingkat pengembalian (%) dari aset yang dimiliki. Apabila rasio ini tinggi berarti menujukkan adanya efisiensi yang dilakukan oleh pihak manejemen.
𝑅𝑂𝐴 =
𝑛𝑒𝑡𝑝𝑟𝑜𝑓𝑖𝑡𝑎𝑓𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎𝑥𝑒𝑠 𝑎𝑠𝑠𝑒𝑡𝑠
Sumber: (Mishkin, 2010:232)
Net Interest Margin (NIM) Net Interest Margin (NIM) merupakan rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan manajemen bank dalam
mengelola
aktiva
produktifnya
untuk
menghasilkan pendapatan bunga bersih. 𝑁𝐼𝑀 =
𝑝𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙𝑎𝑠𝑒𝑡𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓
31
4) Capital Penilaian atas faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap
kecukupan
permodalan
dan
kecukupan
pengelolaan permodalan. Dalam melakukan perhitungan permodalan, bank wajib mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang mengatur mengenai kewajiban penyediaan modal minimum bagi Bank Umum. Selain itu, dalam melakukan penilaian kecukupan permodalan, bank juga harus mengaitkan kecukupan modal dengan profil risiko bank. Semakin tinggi risiko bank, semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi risiko tersebut. Untuk mengukur penilaian permodalan dibutuhkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR). CAR menggambarkan rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan dihadapi oleh bank. 𝐶𝐴𝑅 =
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜
Penilaian kesehatan bank dapat dikategorikan dengan 5 komposit. Berikut matriks peringkat komposit tingkat kesehatan bank:
32
Peringkat PK 1
PK 2
PK 3
PK 4
Tabel 2.1 Matriks Peringkat Komposit Penjelasan Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sangat sehat sehingga dinilai sangat mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum sangat baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut tidak signifikan. Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas dan permodalan yang secara umum baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut kurang signifikan. Mencerminkan kondisi bank yang secara umum cukup sehat sehingga dinilai cukup mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum cukup baik. Apabila terdapat kelemahan maka secara umum kelemahan tersebut cukup signifikan dan apabila tidak berhasil diatasi dengan baik oleh manajemen dapat mengganggu kelangsungan usaha Bank. Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan 33
permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan yang secara umum signifikan dan tidak dapat diatasi dengan baik oleh manajemen serta mengganggu kelangsungan usaha Bank. PK 5 Mencerminkan kondisi Bank yang secara umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dari faktor eksternal lainnya tercermin dari peringkat faktor-faktor penilaian, antara lain profil risiko, penerapan GCG, rentabilitas, dan permodalan yang secara umum kurang baik. Terdapat kelemahan secara umum sangat signifikan sehingga untuk mengatasinya dibutuhkan dukungan dana dari pemegang saham atau sumber dana dari pihak lain untuk memperkuat kondisi keuangan Bank. (Sumber: Lampiran SE BI No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011) B.
Kredit 1.
Pengertian Kredit Kata kredit erat kaitannya sebagai pinjaman yang dibayar dengan angsuran.Menurut Kasmir (2012:80), dalam bahasa sehari-hari kata kredit sering diartikan memperoleh barang dengan membayar dengan cicilan atau angsuran di kemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan di kemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian. Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 Tahun 1998 adalah “Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
34
pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Dapat diambil simpulan bahwa kredit berhubungan dengan unsur pinjam meminjam, kesepakatan, jangka waktu dan bunga. 2.
Unsur-unsur Kredit Menurut Kasmir (2012:84), unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit adalah sebagai berikut: a. Kepercayaan Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit (bank) bahwa kredit yang diberikan baik berupa uang, barang, atau jasa akan benarbenar diterima kembali di masa tertentu di masa datang. b. Kesepakatan Kesepakatan ini dituangkan dalam suatu perjanjian di mana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya masing-masing. c. Jangka waktu Jangka waktu ini mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. d. Risiko Faktor risiko kerugian dapat dilibatkan dua hal, yaitu risiko kerugian yang diakibatkan nasabah sengaja atau tidak mau membayar kreditnya padahal mampu dan risiko kerugian yang diakibatkan karena nasabah tidak sengaja, yaitu terjadinya 35
musibah seperti bencana alam. Semakin panjang jangka waktu suatu kredit semakin besar risiko tidak tertagih, demikian sebaliknya. e. Balas jasa Balas jasa dalam bentuk bunga, biaya provisi dan komisi, serta biaya administrasi kredit merupakan keuntungan utama bank, sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah balas jasanya ditentukan dengan bagi hasil. 3.
Jenis Penggunaan Kredit Menurut Kasmir (2012:85), tiga jenis penggunaan kredit antara lain: a. Kredit Investasi Kredit investasi yaitu kredit yang biasanya digunakan untuk
keperluan
perluasan
usaha
atau
membangun
proyek/pabrik baru dimana masa pemakaiannya untuk suatu periode yang relatif lebih lama dan biasanya kegunaan kredit ini adalah untuk kegiatan utama suatu perusahaan. Contoh kredit investasi adalah pinjaman untuk membangun pabrik atau membeli mesin. b. Kredit Modal Kerja Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya. Contoh, kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai, atau biaya-biaya lainnya yang 36
berkaitan dengan proses produksi perusahaan. Kredit modal kerja merupakan kredit yang dicarikan untuk mendukung kredit investasi yang sudah ada. c. Kredit Konsumsi Kredit konsumsi merupakan kredit yang digunakan untuk dikonsumsi atau dipakai secara pribadi. Dalam kredit ini tidak ada pertambahan barang dan jasa yang dihasilkan karena memang untuk digunakan atau dipakai oleh seseorang atau badan usaha. C.
Faktor Fundamental Makroekonomi Faktor fundamental makroekonomi merupakan faktor lingkungan yang berasal dari eksternal perusahaan dimana keberadaannya tidak berhubungan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan. Meskipun begitu
faktor
fundamental
makroekonomi
mempengaruhi
kinerja
perusahaan dan nilai perusahaan. Tiga faktor fundamental makroekonomi yaitu: 1.
Inflasi Inflasi
merupakan
salah
satu
indikator
fundamental
makroekonomi. Secara umum inflasi diartikan sebagai gejala kenaikan harga barang dan jasa di masyarakat yang bersifat umum dan terus-menerus. Inflasi adalah peningkatan tingkat harga keseluruhan. Inflasi terjadi ketika banyak harga naik secara serentak. Kita mengukur 37
inflasi dengan melihat jumlah barang dan jasa yang besar serta menghitung peningkatan rata-rata harganya selama beberapa periode waktu. (Case dan Fair, 2007:57) Berdasarkan situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), inflasi diartikan sebagai meningkatnya harga-harga secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan harga) pada barang lainnya. Tidak hanya dihitung berdasarkan perubahan harga satu atau dua barang saja, tetapi inflasi juga dihitung melalui perubahan indeks harga barang dan jasa. Perubahan indeks harga barang dan jasa sering dipakai dalam sebuah rumah tangga dalam jangka waktu tertentu dengan Indeks Harga Konsumen (IHK). a. Penyebab Inflasi Dua tipe inflasi yang di dapat dari hasil kebijakan stabilisasi adalah: 1) Tarikan Permintaan (demand pull inflation) Faktor penyebab terjadi demand pull inflation adalah tingginya permintaan barang dan jasa relatif terhadap ketersediaannya. Dalam konteks makroekonomi, kondisi ini digambarkan oleh output riil yang melebihi output potensialnya atau permintaan total (agregate demand) lebih besar dari pada kapasitas perekonomian. 38
2) Dorongan Biaya (Cost push inflation) Faktor-faktor terjadinya cost push inflation dapat disebabkan oleh depresiasi nilai tukar, dampak inflasi luar negeri terutama negara-negara partner dagang, peningkatan harga-harga komoditi yang diatur pemerintah (administered price), dan terjadi negative supply shocks akibat bencana alam dan terganggunya distribusi.Cost push inflation disebut fenomena moneter karena tidak dapat terjadi tanpa otoritas moneter dengan mengejar kebijakan akomodatif dari tingkat yang lebih tinggi dari pertumbuhan uang (Mishkin, 2010:646). Namun pada situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), penyebab inflasi juga dapat terjadi pada ekspektasi inflasi (Inflation Expectation). Faktor ekspektasi inflasi dipengaruhi oleh
perilaku
masyarakat
dan
pelaku
ekonomi
dalam
menggunakan ekspektasi angka inflasi dalam keputusan kegiatan ekonominya. Ekspektasi inflasi tersebut apakah lebih cenderung bersifat adaptif atau forward looking. Hal ini tercermin dari perilaku pembentukan harga di tingkat produsen dan pedagang terutama pada saat menjelang hari-hari besar keagamaan (lebaran, natal, dan tahun baru) dan penentuan upah minimum regional (UMR). Meskipun ketersediaan barang secara umum diperkirakan mencukupi dalam mendukung 39
kenaikan permintaan, namun harga barang dan jasa pada saatsaat hari raya keagamaan meningkat lebih tinggi dari kondisi supply-demand tersebut. Demikian halnya pada saat penentuan UMR, pedagang ikut pula meningkatkan harga barang meski kenaikan
upah
tersebut
tidak
terlalu
signifikan
dalam
mendorong peningkatan permintaan. b. Cara Pengukuran Tingkat Inflasi 𝐿𝐼𝑡 =
𝐼𝐻𝐾𝑡 − 𝐼𝐻𝐾𝑡−1 × 100% 𝐼𝐻𝐾𝑡−1
Dimana: 𝐿𝐼𝑡 = laju inflasi periode t 𝐼𝐻𝐾𝑡 = IHK periode t 𝐼𝐻𝐾𝑡−1 = IHK periode t-1 2.
Tingkat Suku Bunga Dalam keseharian, tingkat suku bunga sering dikaitkan dengan jumlah persentase. Dalam pengertiannya sendiri, tingkat suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman (Case dan Fair, 2007:153). Menurut situs Bank Indonesia (www.bi.go.id), Suku Bunga Bank Indonesia (BI rate) adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan sikap atau stance kebijakan moneter yang ditetapkan 40
oleh bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. Kebijakan inilah yang biasanya dijadikan acuan oleh bank-bank di Indonesia dalam membuat keputusan operasional bank. Penentuan BI rate biasanya ditetapkan dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang dilakukan secara triwulanan yaitu pada bulan Januari, April, Juli dan Oktober. Hasil rapat berlaku selama triwulan berjalan dengan mempertimbangkan rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijaksanaan dalam model ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi. Tingkat suku bunga merupakan variabel makroekonomi yang penting. Hal ini disebabkan karena tingkat suku bunga merupakan harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan. Tingkat suku bunga dapat dikatakan sebagai penggerak kegiatan ekonomi, hal ini dapat dilihat dari hubungan antara tingkat suku bunga, investasi dan pendapatan nasional. Hubungan tersebut merupakan hubungan yang negatif atau berlawanan, dimana ketika suku bunga tinggi, maka tingat investasi rendah, dan terjadi sebaliknya. Sedangkan kenaikan investasi akan meningkatkan agregat ekonomi dan pendapatan nasional. Tingkat bunga dari sudut pandang investor merupakan pendapatan dari dana yang investasikan, sehingga jika tingkat bunga deposito naik, investor lebih memilih dananya disimpan dalam bentuk deposito, akibatnya kegiatan investasi di sektor riil menurun. Sedangkan dari sudut pandang perusahaan 41
merupakan konsep biaya akibat penggunaan dana untuk kegiatan operasi perusahaan, sehingga jika tingkat suku bunga kredit naik, maka biaya modal menjadi tinggi, akibatnya kegiatan operasi perusahaan menurun. (Bambang, 2010:229) 3.
Nilai Tukar/Kurs Nilai tukar atau dikenal pula sebagai kurs dalam keuangan adalah sebuah perjanjian yang dikenal sebagai nilai tukar mata uang terhadap pembayaran saat ini atau di kemudian hari, antara dua mata uang masing-masing negara atau wilayah.Kurs valuta asing (harga mata uang satu negara dalam hal ini lain) adalah penting karena mereka mempengaruhi harga barang produksi dalam negeri yang di jual di luar negeri dan biaya barang asing yang di beli di dalam negeri (Mishkin, 2010:522). Sistem nilai tukar dalam sistem keuangan internasional diklasifikasikan menjadi dua tipe dasar: tetap dan mengambang. Dalam sistem nilai tukar perbaikan, nilai mata uang dipatok relatif terhadap nilai satu mata uang lainnya (disebut mata uang jangkar/anchor currency) sehingga nilai tukar tetap dalam hal anchor currency. Dalam sistem nilai tukar mengambang, nilai mata uang ini dibiarkan berfluktuasi terhadap semua mata uang lainnya. Ketika negara-negara campur tangan dalam pasar valuta asing dalam upaya untuk mempengaruhi nilai tukar mereka dengan membeli dan menjual
42
aset asing, sistem ini disebut sebagai sistem nilai tukar mengambang (atau dirty float). (Mishkin, 2010:536) Di Indonesia, sistem nilai tukar mata uang dibolehkan berbeda terhadap yang lain atau dikenal dengan ‘sistem nilai tukar mata uang mengambang’. Dalam hal ini mata uang ditentukan berdasarkan kekuatan-kekuatan pasar atas permintaan dan penawaran. Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dollar dari waktu ke waktu akan berpengaruh pada ketidakstabilan harga saham. Hal ini disebabkan karena seorang investor akan memiliki keraguan untuk menanam saham sehingga kinerja bursa efek menjadi menurun. Fluktuasi nilai tukar juga mempengaruhi inflasi dan output, dan menjadi perhatian penting bagi para pembuat kebijakan moneter. Ketika mata uang domestik jatuh di nilai (depresiasi), harga yang lebih tinggi dari barang impor akan langsung ke tingkat harga yang lebih tinggi dan inflasi. Pada saat yang sama, mata uang domestik menurun, yang membuat barang negeri (ekspor) lebih murah untuk orang asing, meningkatkan permintaan untuk barang-barang domestik dan menyebabkan produksi dan output yang lebih tinggi. (Mishkin, 2010:499) Penargetan nilai tukar memiliki keuntungan dan kelemahan sebagai strategi kebijakan moneter. (Mishkin, 2010:559)
43
Keuntungan: a. Langsung membuat inflasi di bawah kendali dengan mengikat tingkat inflasi untuk barang yang diperdagangkan secara internasional dengan yang ditemukan di negara jangkar kepada mata uang yang dituju b. Memberikan aturan otomatis untuk pelaksanaan kebijakan moneter yang membantu mengurangi masalah waktu inkonsistensi c. Sederhana dan jelas Kelemahan: a. Mengakibatkan
hilangnya
kebijakan
moneter
yang
independen b. Meninggalkan negara terbuka untuk serangan spekulatif c. Dapat melemahkan akuntabilitas kebijakan karena sinyal nilai tukar hilang D.
Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Jenis Penggunaan Kredit Perubahan BI Rate mempengaruhi suku bunga deposito dan suku bunga kredit perbankan.
Apabila perekonomian sedang mengalami
kelesuan, Bank Indonesia dapat menggunakan kebijakan moneter yang ekspansif melalui penurunan suku bunga untuk mendorong aktifitas ekonomi. Penurunan suku bunga BI Rate menurunkan suku bunga kredit sehingga permintaan akan kredit dari perusahaan dan rumah tangga akan 44
meningkat. Penurunan suku bunga kredit juga akan menurunkan biaya modal
perusahaan
meningkatkan
untuk
aktifitas
melakukan
konsumsi
dan
investasi. investasi
Ini
semua
sehingga
akan
aktifitas
perekonomian semakin bergairah. Sebaliknya, apabila tekanan inflasi mengalami kenaikan, Bank Indonesia merespon dengan menaikkan suku bunga BI Rate untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat sehingga mengurangi tekanan inflasi. (www.bi.go.id) E.
Hubungan Jenis Penggunaan Kredit terhadap Kinerja Perbankan Kenaikan suku bunga dimaksudkan untuk mengerem aktifitas perekonomian yang terlalu cepat untuk mengurangi inflasi. Kenaikan suku bunga akan menurunkan harga asset seperti saham dan obligasi sehingga mengurangi kekayaan individu dan perusahaan yang pada gilirannya mengurangi kemampuan mereka untuk menaikkan kegiatan ekonomi seperti konsumsi dan investasi. Kenaikan suku bunga simpanan akan mendorong masyarakat menunda kegiatan konsumsi karena memilih menyimpan dana di bank. Kenaikan suku bunga simpanan akan meningkatkan biaya dana bank. (Kompas, 13 November 2013) Suku bunga simpanan yang tinggi akan menyebabkan kenaikan suku bunga pinjaman. Kenaikan suku bunga pinjaman dimaksudkan agar margin tidak tertekan. Oleh sebab itu, suku pinjaman dinaikkan agar bank bisa terhindar dari kerugian karena kenaikan cost of fundyang akan berdampak pada penurunan kinerja bank. 45
F.
Hubungan Faktor Fundamental Makroekonomi terhadap Kinerja Perbankan Menurut Bambang (2010:83), faktor-faktor tersebut tidak dapat dikendalikan oleh perusahaan namun pengaruhnya sangat besar jika terjadi perubahan. Kondisi makroekonomi diantaranya inflasi, tingkat bunga dan nilai kurs akan memengaruhi kinerja perbankan. Hal ini disebabkan karena ukuran baik atau tidaknya kinerja perbankan tergantung dari kondisi makroekonomi pada saat itu. Kondisi tersebut adalah apabila terlalu banyak uang yang masuk ke masyarakat maka akan menimbulkan keinginan masyarakat untuk membelanjakan uangnya, namun jumlah barang yang tidak seimbang dengan permintaan pasar menyebabkan harga barang naik sehingga terjadi inflasi serta apabila hal ini terjadi terus menerus dan dalam jangka waktu yang cukup lama, maka dapat memengaruhi kondisi perekonomian dengan semakin merosotnya nilai riil (intrinsik mata uang suatu negara).
46
G.
Hasil Penelitian Terdahulu Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
No
1.
2.
3.
4.
Peneliti
Variabel
X Y Capital Angela adequacy, Roman assets dan Alina quality, Liquidity Camelia managerisk Sargu ment (2015) quality and profitability
Claudiu Financial Tiberiu A Soundness (2015) Indicators
Fekri Ali, et al Efficiency (2015)
Guilherme Jonas dan Livia Abrao (2015)
Model Analisis
Persamaan
Perbedaan Menggunakan faktor eksternal (makroekonomi) sebagai variabel independen Menambahkan penilaian profitabilitas bank dan faktor makroekonomi
Regresi
Menganalisis risiko likuiditas
Data Panel
Menganalisis tingkat kesehatan bank
Discretionary loans/finan- Data Panel cial loss provision
Menggunakan faktor makroekonomi pada variabel independen dan menganalisis faktor makroekonomi terhadap pinjaman
Tidak membandingkan antara perbankan syariah dan konvensional
Menganalisis faktor makroekonomi terhadap personal credit
Menambahkan kredit investasi dan kredit konsumsi serta tidak membandingkan antara
Banks’ profitability
Basic interest rate Banking and bank spread competition
Data Panel
47
No
Variabel
Peneliti X
Y
Model Analisis
Persamaan
Perbedaan faktor mikro dan makroekonomi
5.
Libena Cernohorska (2015)
6.
LoanaRaluca Diaconu dan DumitruCristian Oanea (2015)
Monetary policy
Bank management policy and decision, Macroeconomic
Bank stability
Profitabity
7.
Suna Korkmaz (2015)
Economic growth and inflation
Bank credit
8.
Syed Qasim Shah dan Rizwan Jan (2014)
Bank size, asset management, and operational efficiency
Financial performance
Regresi
Menganalisis pengaruh kebijakan moneter terhadap stabilitas bank
Regresi
Menganalisis pengaruh makroekonomi terhadap profitabilitas bank
Data Panel
Menganalisis pengaruh inflasi terhadap kredit bank
Regresi
Menganalisis kinerja keuangan bank
Tidak membandingkan antara dua bank Menempatkan bank management policy and decision pada variabel dependen Tidak menggunakan economic growth, tetapi menggunakan BI rate dan kurs sebagai variabel independen Menambahkan faktor lain pada kinerja keuangan dan perbedaan variabel independen
48
No
Variabel
Peneliti X
9.
Bogdan Florin Filip (2013)
Guglielmo Maria 10. Caporale et al (2013)
Lobna 11. Abid et al (2013)
12.
Nir Klein (2013)
GDP, Inflation and Unemployment
Macroeconomic Determinants
Y
NPL
Bad Loans
Model Analisis
Regresi
Data Panel
Macroeconomics and Bank Specific Determinants
NPL
Data Panel
Macroeconomic Conditions and Bank’s Specific Factors
NPL
Data Panel
Persamaan Menganalisis pengaruh faktor makroekonomi terhadap NPL Menganalisis faktor makroekonomi terhadap jenis penggunaan kredit
Perbedaan Menggunakan inflasi, BI rate dan kurs sebagai faktor makroekonomi Tidak membandingkan antar jenis penggunaan kredit
Menambahkan ukuran Menganakinerja bank lisis yang lain pengaruh selain NPL faktor serta tidak fundamental membanmakro dan dingkan faktor antara spesifik faktor bank makroterhadap ekonomi NPL dan faktor spesifik bank Menambahkan ukuran Menganakinerja bank lisis yang lain hubungan selain NPL faktor serta tidak fundamental membanmakrodingkan ekonomi antara dengan faktor NPL makroekonomi 49
No
Variabel
Peneliti X
Y
Model Analisis
Persamaan
Perbedaan dan faktor spesifik bank
Harmono 13. (2012)
Faktor Fundamental Makro
Faktor Fundamental MakroBambang ekonomi, 14. SudiyatRisiko no (2012) Sistematis, Kebijakan Perusahaan Marcello Bofondi dan 15. Tiziano Ropele (2011)
Olubayo Thomas 16. et al (2011)
Macroeconomics Determinants
Financial Sektor Reforms
Kinerja Bank
Kinerja Perusahaan
Bad Loans
Bank Performance
Structural Equation Modelling (SEM)
Analisis Jalur
Data Panel
Data Panel
Menganalisis faktor fundamental makro terhadap kinerja bank dengan jenis penggunaan kredit sebagai variabel intervening Menganalisis faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja perusahaan Menganalisis faktor makroekonomi terhadap jenis penggunaan kredit
Dimensi yang digunakan dalam kinerja bank adalah RGEC dan menggunakan tahun penelitian lebih banyak Tidak menganalisis risiko sistematis dan kebijakan perusahaan Tidak membandingkan antar jenis penggunaan kredit
Tidak menganalisis Menganabagaimana lisis suku karakterisbunga dan tik dan nilai tukar industri terhadap bank intern kinerja bank struktur mempengaruhi kinerja 50
No
Variabel
Peneliti X
Dimitrios P. 17. Louzis et al (2010)
Fadzlan Sufian dan Muzafar 18. Shah Habibullah (2010) İnci ÖtkerRobe dan 19. Jiri Podpiera (2010) Lucas Njoroge dan Anne 20. Wangari Kamau (2010)
Macrofundamentals and management quality
Impact of financial crisis
Y
NPL
Bank Performance
Fundamentals Determinants
CAMEL and Market Risk
Macroeconomic developments
Performance, credit quality and lending behavior of bank
Model Analisis
Data Panel
Panel Data
Panel Data
Panel Data
Persamaan
Perbedaan
bank MenambahMenganakan faktor lisis lain untuk pengaruh kinerja bank faktor dan tidak fundamental membanmakro dingkan terhadap antar jenis NPL pinjaman
Menganalisis kinerja bank
Menganalisis faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja bank Menganalisis faktor fundamental makroekonomi terhadap kinerja bank
Menggunakan faktor fundamental makro sebagai variabel independen Tidak membandingkan antar CAMEL dan market risk Tidak menganalisis perilaku pinjaman bank
51
H.
Kerangka Berfikir
Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi terhadapKinerja Perbankan dengan Jenis Penggunaan Kredit sebagai Variabel Intervening pada Bank Persero di Indonesia selama tahun 2002-2014
INF
BI RATE
KURS NPL
Faktor Faktor Fundamental Fundamental Makro
𝜀1 𝜌𝑦𝑥1
Makro (X1)
𝜀
2 LDR
𝜌𝑧𝑥1
Kinerja Perbankan
ROA Nilai NIM
Kinerja Jenis Penggunaan Kredit
KI
KMK
Perbankan (Y)
𝜌𝑧𝑦
KK
CAR (Z) Perusahaan
𝜌𝑦𝑥2
Metode: Structural Equation Modelling (SEM)
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan, Implementasi dan Saran
52
I.
Hipotesis Penelitian Hipotesis yang akan diuji pada penelitian berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara variabel-variabel yang dijabarkan sebelumnya. Hipotesis penelitian ini adalah: 𝐻𝑎1
= faktor
fundamental
makro
berpengaruh
terhadap
jenis
penggunaan kredit 𝐻𝑎2
= jenis
penggunaan
kredit
berpengaruh
terhadap
kinerja
perbankan 𝐻𝑎3
= faktor fundamental makro berpengaruh terhadap kinerja perbankan
𝐻𝑎4
= jenis penggunaan kredit berpengaruh dan berperan sebagai variabel intervening terhadap variabel faktor fundamental makro dalam memengaruhi kinerja perbankan
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup dari penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data time series. Data yang diperlukan adalah kinerja keuangan bank pemerintah, tingkat inflasi, BI rate, kurs, tingkat suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi yang diambil dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia selama tahun 2002 hingga 2014 serta kinerja bank persero dari Statistik Perbankan Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan. Variabel di dalam penelitian ini terdiri dari variabel independen yaitu Faktor Fundamental Makroekonomi, variabel intervening yaitu Jenis Penggunaan Kredit dan variabel dependen yaitu Kinerja Perbankan.
B.
Metode Penentuan Sampel Populasi sampel dalam penelitian ini adalah data bank persero di Indonesia selama Januari 2002 sampai Desember 2014. Data yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan adalah bank persero yang beroperasi selama periode penelitian. Adapun bank persero di Indonesia antara lain Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan Negara (BTN).
54
C.
Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini pengumpuluan data dilakukan dengan cara: 1. Studi literatur dan kepustakaan, bertujuan untuk dapat menganalisa secara teoritis terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan penulisan dengan membaca skripsi, studi kepustakaan dilakukan dengan membaca berbagai text book, jurnal-jurnal publikasi, artikel-artikel yang relevan, dan sumber-sumber lain guna memperoleh data sekunder. 2. Data sekunder, merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada peneliti. Data ini dapat diperoleh dari kinerja keuangan bank persero, tingkat inflasi, kurs dan BI rate yang diambil dari Statistik Perbankan Indonesia selama tahun 2002 hingga 2014 serta kebijakan moneter Indonesia yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan.
D.
Metode Analisis Data Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Structural Equation Modelling (SEM) dan pengolahan data menggunakan software LISREL 8.3. 1.
Menentukan Degree of Freedom Menghitung degree of freedom (df) adalah dengan jumlah data yang diketahui dikurangi jumlah parameter yang diestimasi (Setyo, 2015:50). Atau secara matematis dapat di jelaskan dengan rumus: 1 𝑑𝑓 = [(𝑝). (𝑝 + 1) − 𝑘] 2 Di mana: 55
P = jumlah variabel manifest pada sebuah model K = jumlah parameter yang akan diestimasi (Singgih, 2015:55) Dengan menghitung degree of freedom (df), dapat diketahui dalam kategori identifikasi apakah model tersebut. Degree of freedom (df) negatif dikategorikan model yang under-identified, degree of freedom (df) nol dikategorikan model yang just-identified dan degree of freedom (df) positif dikategorikan model yang over-identified. Menurut Hair et al (1989) dalam Setyo (2015:50) pada SEM, kita berusaha untuk memperoleh model yang over-identified dan menghindari model yang under-identified. Meskipun demikian jika ada indikasi permasalahan yang berkaitan dengan identifikasi, kita perlu melihat sumber-sumber kesalahan yang sering terjadi. 2.
Melakukan Estimasi Tahap berikutnya adalah melakukan estimasi untuk memperoleh nilai dari parameter-parameter yang ada di dalam model. Peneliti harus meminimasi fungsi F yang memenuhi kondisi yang akan menhasilkan estimator 𝜃 yang konsisten. Beberapa jenis fungsi yang diminimisasikan F adalah: a. Maximum Likelihood 𝐹𝑀𝐿 (𝜃) = 𝑙𝑜𝑔|∑(θ)| + 𝑡𝑟(𝑆∑−1 (𝜃)) − 𝑙𝑜𝑔|𝑆| − (𝑝 + 𝑞) b. Weighted Least Square (WLS) Estimator −1
𝐹𝑊𝐿𝑆 (𝜃) = (𝑠 − 𝜎)′𝑊 (𝑠 − 𝜎) 56
3.
Uji Kecocokan a. Uji Kecocokan Keseluruhan Model Uji kecocokan keseluruhan model (Goodness of Fit) yang digunakan adalah ukuran kecocokan absolute di mana alat ukur nya adalah: o
Chi-square (𝑋 2 ) 𝑋 2 = (𝑛 − 1)𝐹[𝑆, ∑(𝜃)] Peneliti berusaha memperoleh nilai 𝑋 2 yang rendah yang menghasilkan significance level lebih besar atau sama dengan 0.05 (p ≥ 0.05).
o
Non-Centrality Parameter (NCP) 𝑁𝐶𝑃 = 𝑋 2 − 𝑑𝑓 NCP juga merupakan ukuran badness of fit dimana semakin besar perbedaan antara ∑ dengan ∑( 𝜃) semakin besar nilai NCP.
o
Scaled Non-Centrality Parameter (SNCP) 𝑆𝑁𝐶𝑃 = (𝑋 2 − 𝑑𝑓)/𝑛
o
Goodness-of-Fit Index (GFI) 𝐺𝐹𝐼 = 1 −
𝐹̂ 𝐹0
Nilai GFI berkisar antara 0 (poor fit) sampai 1 (perfect fit), dan nilai GFI ≥ 0.90 merupakan good fit. o
Root Mean Square Residual (RMSR) 57
Model yang mempunyai kecocokan baik (good fit) aka mempunyai nilai Standardized RMR lebih kecil dari 0.05. o
Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA)
𝑅𝑀𝑆𝐸𝐴 = √
𝐹̂0 𝑑𝑓
Nilai RMSEA ≤ 0,05 menandakan close fit, sedangkan 0,05 < RMSEA ≤ 0,08 menunjukkan good fit. o
Single Sampe Cross-Validation Index / Expected CrossValidation Index (ECVI) 𝐸𝐶𝑉𝐼 = 𝐹 +
2𝑞 𝑛−1
ECVI digunakan untuk perbandingan model dan semakin kecil nilai ECVI sebuah model semakin baik tingkat kecocokannya. b. Uji Kecocokan Model Pengukuran Uji kecocokan model pungukuran diukur melalui uji validitas. Validitas merupakan alat yang menguji apakah sebuah ukuran
berhubungan
dengan
sebuah
konsep.
Validitas
berhubungan dengan apakah suatu variabel mengukur apa yang seharusnya diukur (Setyo, 2015:75). Menurut Rigdon dan Ferguson (1991) dalam Setyo (2015:76), suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya, jika:
58
Nilai t muatan faktornya (factor loadings) lebih besar dari nilai kritis (atau ≥ 1,96 atau untuk praktisnya ≥ 2), dan
Muatan
faktor
standarnya
(standardized
factor
loadings/SFL) ≥ 0,70. 4.
Analisis Structural Equation Modelling (SEM) Evaluasi atau analisis terhadap model struktural mencakup pemeriksaan
terhadap
signifikansi
koefisien-koefisien
yang
diestimasi. Metode SEM dan LISREL-8.3 tidak saja menyediakan nilai koefisien-koefisein yang diestimasi tetapi juga nilai-z (z-value) dan
nilai-p
(p-value)
untuk
setiap
koefisien.
Dengan
menspesifikasikan tingkat signifikan (lazimnya α = 0.05), maka setiap koefisien yang mewakili hubungan kausal yang dihipotesiskan dapat diuji signifikansinya secara statistik (apakah berbeda dengan nol). Nilai-z yang ≥ 1,96 atau nilai-p ≤ 0,05 dari sebuah koefisien, menunjukkan bahwa koefisien tersebut adalah signifikan. (Setyo, 2015:77) E.
Operasional Variabel Penelitian Berdasarkan model yang digunakan pada penelitian ini maka variabel yang digunakan adalah: 1.
Variabel Independen Faktor Fundamental Makroekonomi Laju inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga merupakan dimensi untuk cerminan dari faktor ekonomi makro karena faktor 59
fundamental makroekonomi merupakan variabel yang tidak dapat diukur secara langsung. Data laju inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga didapat melalui situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). 2.
Variabel Intervening Jenis Penggunaan Kredit Jenis penggunaan kredit yang terdapat dalam penelitian ini adalah kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Data diambil pada laporan Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia mengenai suku bunga pinjaman rupiah yang diberikan menurut kelompok bank. Dalam hal ini peneliti hanya mengambil data bank persero.
3.
Variabel Dependen Kinerja Perbankan Tabel 3.1 Rasio Kinerja Perbankan METODE RASIO Risk Profile a. Risiko Kredit 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑏𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ (Profil 𝑁𝑃𝐿 = × 100% Risiko) 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 b. Risiko Likuiditas 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑘𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐿𝐷𝑅 = × 100% 𝑑𝑎𝑛𝑎 𝑝𝑖ℎ𝑎𝑘 𝑘𝑒𝑡𝑖𝑔𝑎 Earnings a. Return on Asset 𝑙𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑝𝑎𝑗𝑎𝑘 𝑅𝑂𝐴 = × 100% 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 b.
Net Interest Margin 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ 𝑁𝐼𝑀 = × 100% 𝑟𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 Capital 𝐶𝐴𝑅 = × 100% 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑟𝑖𝑠𝑖𝑘𝑜 (sumber: SE BI Nomor 13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011) 60
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian Bank Indonesia berawal dari suatu bank milik Belanda dengan nama “De Javasche Bank” yang didirikan pada tahun 1828 dan diberi tugas sebagai bank sirkulasi oleh pemerintah Hindia Belanda di samping berfungsi sebagai bank komersial. Pendirian De Javasche Bank ini mengikuti pembentukan dan peranan De Nederlansche Bank yang didirikan pada tahun 1814 sebagai bank sirkulasi dan kemudian menjadi bank sentral kerajaan belanda. Pasca
kemerdekaan,
dinasionalisasi
berdasarkan
De
Javasche
Undang-undang
Bank No.
oleh 24
Pemerintah
Tahun
1951.
Penggunaan nama Bank Indonesia menggantikan De Javasche Bank dimulai sejak diundangkannya Undang-undang No. 11 Tahun 1953 tentang Undangundang Pokok Bank Indonesia, dimana undang-undang ini yang menjadi dasar hukum pendirian bank sentral di Indonesia dengan nama Bank Indonesia. Dalam rangka menciptakan sistem dan pengawasan perbankan yang sehat serta untuk pengamanan keuangan negara, pemerintah selanjutnya mengeluarkan berbagai undang-undang antara lain Undang-undang No. 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan. Undang-undang ini menjadi “mile stone” bagi penataan kembali sistem perbankan Indonesia. 61
Selanjutnya, setahun kemudian beberapa undang-undang disahkan sehingga semakin menciptakan sistem perbankan yang sehat dan memperjelas arah sistem perbankan Indonesia. Undang-undang tersebut adalah: 1.
UU No. 13 Tahun 1968 tentang Bank Sentral menggantikan UU No. 11 Tahun 1953. Undang-undang ini menggantikan fungsi BNI-Unit I dengan kembali menjadi Bank Indonesia menjadi bank sentral Indonesia
2.
UU No. 27 Tahun 1968 tentang Bank Dagang Negara 1946 menggantikan BNI-Unit III
3.
UU No. 18 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan BDN
4.
UU No. 19 Tahun 1968 tentang Bank Bumi Daya menggantikan BNIUnit IV
5.
UU No. 20 Tahun 1968 tentang Bank Tabungan Negara menggantikan BNI-Unit V
6.
UU No. 21 Tahun 1968 tentang Bank Rakyat Indonesia menampung BNI-Unit II
7.
UU No. 22 Tahun 1968 tentang Bank Ekspor Impor menampung BNIUnit II (Eksim) Dengan dikeluarkannya undang-undang pendirian masing-masing
bank tersebut di atas, maka semua bank pemerintah yang sebelumnya merupakan unit-unit yang dilebur ke dalam Bank Tunggal, yaitu Bank Negara Indonesia, maka secara otomatis berdasarkan undang-undang menjadi bank yang masing-masing memiliki badan hukum sendiri. 62
Pada saat ini bank pemerintah dikenal sebagai Bank Usaha Milik Negara atau Bank Persero. Dalam pengertiannya, Bank Persero adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Terdapat empat bank yang termasuk dalam bank persero, yaitu Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI) dan Bank Tabungan Negara (BTN). Berikut penjelasan masing-masing bank persero: 1.
Bank Mandiri Bank Mandiri didirikan pada 2 Oktober 1998, sebagai bagian dari program restrukturisasi perbankan yang dilaksanakan oleh pemerintah Indonesia. Pada bulan Juli 1999, empat bank pemerintah -yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia -- dilebur menjadi Bank Mandiri, dimana masing-masing bank tersebut memiliki peran yang tak terpisahkan dalam pembangunan perekonomian Indonesia. Sampai dengan hari ini, Bank Mandiri meneruskan tradisi selama lebih dari 140 tahun memberikan kontribusi dalam dunia perbankan dan perekonomian Indonesia. Setelah melalui proses konsolidasi dan integrasi menyeluruh di segala bidang, Bank Mandiri berhasil membangun organisasi bank yang solid dan mengimplementasikan core banking system baru yang terintegrasi menggantikan core banking system dari keempat bank legacy sebelumnya yang saling terpisah. Sejak didirikan, kinerja Bank 63
Mandiri senantiasa mengalami perbaikan terlihat dari laba yang terus meningkat dari Rp1,18 triliun di tahun 2000 hingga mencapai Rp5,3 triliun di tahun 2004. Bank Mandiri melakukan penawaran saham perdana pada 14 Juli 2003 sebesar 20% atau ekuivalen dengan 4 miliar lembar saham. Bank Mandiri terus memperkuat peran sebagai lembaga intermediasi untuk mendorong perekonomian nasional. Hal itu ditunjukkan dengan pertumbuhan kredit sebesar 12,2% pada akhir 2014 menjadi Rp.530 triliun dari Rp.472,4 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya, dengan rasio NPL terjaga di level 2,15 %. Pertumbuhan penyaluran kredit itu mendorong peningkatan aset menjadi Rp. 855 triliun dari Rp. 733,1 triliun pada Desember 2013. Sedangkan laba bersih pada 2014 tercatat tumbuh 9,2 % menjadi Rp. 19,9 triliun atau naik Rp1.7 triliun jika dibandingkan akhir 2013 sebesar Rp.18,2 triliun. Selain pertumbuhan kredit, laju kenaikan laba bersih juga ditopang oleh pertumbuhan fee based income yang mencapai Rp15.06 triliun pada tahun 2014. Laju kenaikan laba juga ditopang pertumbuhan bunga bersih sebesar 15,7% menjadi Rp 39,1 triliun dan kenaikan fee based income sebesar 3,9% sehingga mencapai Rp.15,06 triliun. Dari capaian laba tersebut, kontribusi anak perusahaan mencapai 9,1% % atau sebesar Rp1,81 triliun.
64
Sebagai implementasi fungsi intermediasi dalam mendukung perekonomian nasional, Bank Mandiri juga terus memacu pembiayaan ke sektor produktif. Hasilnya, pada akhir 2014, kredit ke sektor produktif tumbuh 13,9 % mencapai Rp 410,6 triliun. dimana kredit investasi tumbuh 9,1 % dan kredit modal kerja tumbuh 16,7%. Dilihat dari segmentasi, kenaikan penyaluran kredit terjadi di seluruh bisnis, dengan pertumbuhan tertinggi pada segmen mikro yang mencapai 33,2% menjadi Rp.36 triliun pada Desember 2014. Sementara itu, kredit yang tersalurkan untuk segmen usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) mencatat pertumbuhan sebesar 13,6 % menjadi Rp 73,4 triliun. Bank Mandiri juga turut menyalurkan pembiayaan khusus dengan skema penjaminan pemerintah, yaitu melalui penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Hingga akhir 2014, jumlah nasabah KUR Bank Mandiri meningkat 34 % yoy mencapai 396 ribu nasabah. Kepercayaan masyarakat kepada Bank Mandiri juga terus tumbuh yang ditunjukkan dengan naiknya penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) menjadi Rp.636,4 triliun pada akhir 2014 dari Rp.556,4 triliun pada tahun sebelumnya. Dari pencapaian tersebut, total dana murah (giro dan tabungan) yang berhasil dikumpulkan Bank Mandiri mencapai Rp380,5 triliun, yang terutama didorong oleh pertumbuhan tabungan sebesar 6,7% atau Rp15,93 triliun hingga mencapai Rp252,4 triliun. 65
Capaian tersebut sangat menggembirakan, terutama jika mempertimbangkan tingkat persaingan likuiditas yang sangat ketat di industri. Sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
pengumpulan
dana
masyarakat melalui peningkatan kenyamanan bertransaksi, Bank Mandiri terus mengembangkan jaringan kantor cabang, jaringan elektronik, maupun jaringan layanan lainnya. Hingga Desember 2014, Bank Mandiri telah memiliki 2.312 cabang, 15.344 unit ATM serta penambahan jaringan bisnis mikro sehingga menjadi 1.833 unit. Atas kinerja baik tersebut, Bank Mandiri meraih sejumlah penghargaan antara lain sebagai bank terbaik di Indonesia dari tiga publikasi terkemuka di sektor keuangan, yaitu Finance Asia, Asiamoney dan The Banker. Selain itu, Bank Mandiri juga berhasil mempertahankan predikat Best Bank in Service Excellence dari Marketing Research Indonesia (MRI) dan Majalah SWA selama tujuh tahun berturut-turut serta predikat Most Trusted Companies selama delapan tahun berturut-turut dari International Institute for Corporate Governance (IICG). 2.
Bank Rakyat Indonesia (BRI) Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik pemerintah yang terbesar di Indonesia. Pada awalnya Bank Rakyat Indonesia (BRI) didirikan di Purwokerto, Jawa Tengah oleh Raden Bei Aria Wirjaatmadja dengan nama De Poerwokertosche Hulp en 66
Spaarbank der Inlandsche Hoofden atau "Bank Bantuan dan Simpanan Milik Kaum Priyayi Purwokerto", suatu lembaga keuangan yang melayani orang-orang berkebangsaan Indonesia (pribumi). Lembaga tersebut berdiri tanggal 16 Desember 1895, yang kemudian dijadikan sebagai hari kelahiran BRI. Pada periode setelah kemerdekaan RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1 disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di Republik Indonesia. Dalam masa perang mempertahankan kemerdekaan pada tahun 1948, kegiatan BRI sempat terhenti untuk sementara waktu dan baru mulai aktif kembali setelah perjanjian Renville pada tahun 1949 dengan berubah nama menjadi Bank Rakyat Indonesia Serikat. Pada waktu itu melalui PERPU No. 41 tahun 1960 dibentuklah Bank Koperasi Tani dan Nelayan (BKTN) yang merupakan peleburan dari BRI, Bank Tani Nelayan dan Nederlandsche Maatschappij (NHM). Kemudian berdasarkan Penetapan Presiden (Penpres) No. 9 tahun 1965, BKTN diintegrasikan ke dalam Bank Indonesia dengan nama Bank Indonesia Urusan Koperasi Tani dan Nelayan. Setelah berjalan selama satu bulan, keluar Penpres No. 17 tahun 1965 tentang pembentukan bank tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia. Dalam ketentuan baru itu, Bank Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (eks BKTN) diintegrasikan dengan nama
67
Bank Negara Indonesia unit II bidang Rural, sedangkan NHM menjadi Bank Negara Indonesia unit II bidang Ekspor Impor (Exim). Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun 1967 tentang Undang-undang Pokok Perbankan dan Undang-undang No. 13 tahun 1968
tentang
Undang-undang
Bank
Sentral,
yang
intinya
mengembalikan fungsi Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dan Bank Negara Indonesia Unit II Bidang Rular dan Ekspor Impor dipisahkan masing-masing menjadi dua Bank yaitu Bank Rakyat Indonesia dan Bank Ekspor Impor Indonesia. Selanjutnya berdasarkan Undang-undang No. 21 tahun 1968 menetapkan kembali tugas-tugas pokok BRI sebagai bank umum. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21 tahun 1992 status BRI berubah menjadi perseroan terbatas. Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia memutuskan untuk menjual 30% saham bank ini, sehingga menjadi perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk., yang masih digunakan sampai dengan saat ini. Sampai sekarang Bank Rakyat Indonesia (Persero) yang didirikan sejak tahun 1895 tetap konsisten memfokuskan pada pelayanan kepada masyarakat kecil, diantaranya dengan memberikan fasilitas kredit kepada golongan pengusaha kecil. Hal ini antara lain 68
tercermin pada perkembangan penyaluran KUK (Kredit Usaha Kecil) pada tahun 1994 sebesar Rp. 6.419,8 miliar yang meningkat menjadi Rp. 8.231,1 miliar pada tahun 1995 dan pada tahun 1999 sampai dengan bulan September sebesar Rp. 20.466 miliar. Seiring dengan perkembangan dunia perbankan yang semakin pesat maka sampai saat ini BRI melayani seluruh nasabah melalui 9.808 unit kerja dan jaringan e-channel yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. BRI mengoperasikan 7 jenjang kantor pelayanan, terdiri dari Kantor Pusat, 18 Kantor Wilayah, 453 Kantor Cabang (termasuk 3 Unit Kerja Luar Negeri), 565 Kantor Cabang Pembantu, 950 Kantor Kas, 5.144 BRI Unit, 2.212 Teras BRI, dan 465 Teras BRI Keliling. Dengan mempertimbangkan kinerja dan potensi bisnisnya selama tahun 2013, 7 Kantor Cabang Pembantu telah ditingkatkan skala usahanya menjadi Kantor Cabang, 3 Kantor Kas menjadi Kantor Cabang Pembantu dan 43 Teras BRI menjadi BRI Unit. Pada 19 Januari 2013, BRI juga meluncurkan sistem e-Tax, yaitu layanan penerimaan pajak daerah secara online melalui layanan cash management. 3.
Bank Negara Indonesia (BNI) Didirikan pada tanggal 5 Juli 1946, PT. Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI menjadi bank pertama milik negara yang lahir setelah kemerdekaan Republik Indonesia. BNI sempat berfungsi sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam 69
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2/1946, sebelum akhirya beroperasi sebagai bank komersial sejak tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank Negara Indonesia. Pada 1955, Peran Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank pembangunan dan kemudian mendapat hak untuk bertindak sebagai bank devisa. Sejalan dengan penambahan modal pada tahun 1955, status Bank Negara Indonesia beralih menjadi bank umum dengan penetapan secara yuridis melalui Undang-Undang Darurat nomor 2 tahun 1955. Dengan
inovasi
perbankan
yang
luas,
menimbulkan
kepercayaan pemerintah terhadap perusahaan BNI. Maka pada 1968, status hukum Bank Negara Indonesia ditingkatkan ke Persero dengan nama PT Bank Negara Indonesia. Pada 2013, BNI memposisikan layanannya dalam tingkat yang lebih tinggi. Bank BNI meluncurkan kartu kredit dan kartu ATM/debit bergambar Tim Sepakbola peserta BPL, Chelsea, dengan logo MasterCard. Kartu tersebut dapat diterima oleh fans Chelsea. Bank BNI juga meluncurkan layanan trust bagi industri ekspor, termasuk untuk industri minyak dan gas. Saat ini BNI mempunyai 914 kantor cabang di Indonesia dan 5 di luar negeri. BNI juga mempunyai unit perbankan syariah, Namun 70
sejak 2010 telah spin off (memisahkan diri), yang dinamakan BNI Syariah. PT Bank Negara Indonesia Tbk didirikan oleh Margono Djojohadikusumo, yang merupakan satu dari anggota BPUPKI, lalu mendirikan
bank
sirkulasi/sentral
yang
bertanggung
jawab
menerbitkan dan mengelola mata uang RI. Margono berjasa besar atas perkembangan bisnis atau usaha perbankan di Indonesia. Karena Margono adalah seorang pionir, maka dia berhasil menanamkan nilai-nilai dan cara pandang bisnis perbankan di Indonesia, menggantikan peranan De Javasche Bank pada era penjajahan. 4.
Bank Tabungan Negara (BTN) Bank Tabungan Negara (BTN) adalah Badan Usaha Milik NegaraIndonesia yang berbentuk perseroan terbatas dan bergerak di bidang jasa keuanganperbankan. Cikal bakal BTN dimulai dengan didirikannya Postspaarbank di Batavia pada tahun 1897. Pada tahun 1942, sejak masa pendudukan Jepang di Indonesia, bank ini dibekukan dan digantikan dengan Tyokin Kyoku atau Chokinkyoku. Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia bank ini diambil alih oleh pemerintah Indonesia dan diubah menjadi Kantor Tabungan Pos. Nama dan bentuk perusahaan selanjutnya berubah beberapa kali hingga akhirnya pada tahun 1963 diubah menjadi nama dan bentuk resmi yang berlaku saat ini. 71
B.
Analisis dan Pembahasan Penelitian ini menggunakan bank persero sebagai sampel penelitian. Seperti yang telah dijelaskan pada bab 1, bank persero dipilih sebagai sampel karena bank persero memiliki laba bersih tertinggi diantara bankbank lainnya di Indonesia (BUSN Devisa, BUSN Non Devisa, BPD, Bank Campuran, dan Bank Asing). Penelitian ini memiliki terdiri dari tiga variabel laten dan sebelas variabel manifes. Variabel independen dalam penelitian ini adalah faktor fundamental makroekonomi dengan manifes inflasi, kurs dan BI rate. Variabel intervening dalam penelitian ini adalah jenis penggunaan kredit dengan manifes kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi.Serta variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja perbankan dengan manifes NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR. Semua data yang digunakan dalam analisis ini merupakan data sekunder (time series) yang berbentuk bulanan dari mulai Januari 2002Desember 2014. Data inflasi, kurs, BI rate, kredit modal kerja, kredit investasi dan kredit konsumsi diperoleh dari Bank Indonesia, sedangkan data kinerja bank persero diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan. Dalam penelitian ini, data diolah dengan menggunakan alat bantu software LISREL 8.3 yang mampu menjelaskan model SEM. Penelitian ini menggunakan analisis SEM yang terdiri dari dua substruktur. Substruktur 1 menganalisis
pengaruh
faktor
fundamental
makro
terhadap
jenis
72
penggunaan kredit. Substruktur 2 menganalisis pengaruh jenis penggunaan kredit terhadap kinerja perbankan. 1.
Analisis Kecocokan Keseluruhan Model Uji kecocokan model digunakan untuk mengevaluasi kecocokan antara kovarian sampel dengan populasi. Hasil yang sesuai menunjukkan model mendapat dukungan secara empiris sehingga tidak diperlukan perubahan atau modifikasi dan jika sebaliknya, maka perlu dilakukan modifikasi. Model hubungan antar variabel yang sudah disampaikan dalam kerangka berpikir akan diuji kecocokan modelnya dengan menggunakan SEM (Structural Equation Modeling) dengan menggunakan software LISREL 8.3 SSI International. Uji kecocokan dapat dilakukan dengan beberapa ukuran. Salah satu ukuran yang dapat menunjukkan kecocokan adalah koefisien Chi Square dengan probabilitas p ≥ 0,05. Peneliti berusaha memperoleh nilai𝑋 2 yang rendah yang menghasilkan significance level lebig besar atau sama dengan 0,05 (p ≥ 0,05). Hal ini menandakan bahwa hipotesis nol diterima dan matrik input diprediksi dengan sebenarnya (actual) tidak berbeda secara statistik. (Setyo, 2015:60) Pengujian model ini memiliki N=156 yang terdiri dari 3 manifes Fundamental Makroekonomi/FM, 3 manifes Jenis Penggunaan Kredit/ JPK, dan 5 manifes Kinerja Perbankan/KP. Hasil pengujian model dengan bantuan program software LISREL 8.3 menunjukkan nilai
73
Goodness of Fit Index untuk semua variabel fit. Hasil Goodness of fit pada parameter-parameter ditunjukkan pada tabel berikut:
Goodness of fit X² - Chi-square Significance RMSEA GFI IFI NFI CFI
Tabel 4.1 Uji Kecocokan Model Cut-off-Value Hasil Diharapkan 59,99 kecil ≥0,05 P = 0,05454 ≤0,08 0,048 ≥0,90 0,99 ≥0,90 1,00 ≥0,90 0,98 ≥0,90 1,00
Kesimpulan goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit goodness of fit
Pada tabel diatas, hasil pengolahan untuk pengujian goodness of fit menunjukkan semua parameter-parameter yang digunakan dalam menguji kecocokan model sudah menghasilkan model yang fit. Berikut penjelasan masing-masing parameter:
Nilai Chi-square adalah 59,99 dengan probabilitas (p) sebesar 0,05454. Hasil ini sesuai dengan yang diinginkan yaitu Chisquare yang kecil dan p>0,05. Dari hasil tersebutdiperoleh kesimpulan p-value 0,05454 > 0,05 sehingga Ho diterima dan Ha ditolak yang artinya model yang dihasilkan goodness of fit.
RMSEA menghasilkan nilai 0,079 ≤ 0,08. Dari hasil ini RMSEA diartikan menghasilkan model yang sudah goodness of fit. Hal ini karena letak RMSEA yang sudah berada pada 0,05 < RMSEA ≤ 0,08.
74
GFI menghasilkan nilai 0,99 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter GFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit.
IFI menghasilkan nilai 1,00 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter IFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit.
NFI menghasilkan nilai 0,98 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter NFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit.
CFI menghasilkan nilai 1,00 ≥ 0,90. Dari hasil ini diperoleh kesimpulan bahwa parameter CFI menghasilkan model yang sudah goodness of fit. Berdasarkan hasil diatas, semua indikator telah menunjukkan
model yang fit. Oleh karena itu, maka pengujian hipotesis teori dapat dilakukan. Secara umum dalam uji model SEM salah satu saja dari syarat yang ditentukan meliputi Chi-square, CMIN/DF, AGFI, TLI, CFI dan RMSEA terpenuhi, sudah dapat dikatakan modelnya fit dan dapat dijadikan untuk analisis tahap berikutnya (Harmono, 2012). 2.
Analisis Model Pengukuran Setelah kecocokan model dan data secara keseluruhan adalah baik, maka langkah selanjutnya adalah evaluasi atau uji kecocokan model pegukuran. Evaluasi ini akan kita lakukan terhadap setiap
75
konstruk atau model pengukuran (hubungan antara sebuah variabel laten dengan beberapa variabel teramati/indikator) melalui evaluasi terhadap validitas. (Setyo, 2015:75) Gambar 4.1 Uji t
Gambar diatas menunjukkan keseluruhan variabel memiliki nilai t-values ≥ 1,96. Berikut penjelasan masing-masing hasil uji t:
Faktor Fundamental Makroekonomi (FM) terhadap Jenis Penggunaan Kredit (JPK) Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar 29,06 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96.Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fundamental makreokonomi (FM) berpengaruh terhadap jenis penggunaan kredit (JPK). 76
Jenis Penggunaan Kredit (JPK) terhadap Kinerja Perbankan (KP) Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar 22,82 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa jenis penggunaan kredit (JPK) berpengaruh terhadap kinerja perbankan (KP).
Faktor Fundamental Makroekonomi (FM) terhadap Kinerja Perbankan (KP) Dari gambar diatas menunjukkan bahwa t-values sebesar 29,51 memiliki nilai lebih besar dari t-table yaitu 1,96. Hal ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa faktor fundamental makreokonomi (FM) berpengaruh terhadap kinerja perbankan (KP).
Selain melalui uji-t, validitas juga dilihat dari muatan faktor standarnya. Suatu variabel dikatakan mempunyai validitas yang baik terhadap konstruk atau variabel latennya jika memiliki t-values ≥ 1,96 dan SFL tidak lebih dari satu (Setyo, 2015:76).
77
Gambar 4.2 Estimate (Loading Factor)
Gambar diatas menunjukkan hasil estimasi dan muatan faktor standar (standardized factor loading). Dapat terlihat dari gambar diatas bahwa keseluruhan variabel memiliki standardized factor loading tidak lebih dari satu.
Inflasi (INF), BI rate dan kurs terhadap faktor fundamental makroekonomi (FM) Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes inflasi (INF), BI rate dan kurs dapat memberi kontribusi signifikan terhadap laten faktor fundamental makroekonomi (FM). Adapun besarnya kontribusi masing-masing manifes terhadap laten faktor fundamental makroekonomi (FM) adalah 78
inflasi memiliki factor loading sebesar 0,48; BI rate memiliki factor loading sebesar 0,84; dan kurs memiliki factor loading sebesar -0,38. Variabel yang dominan dalam berkontribusi terhadap laten faktor fundamental makroekonomi (FM) adalah BI rate. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Harmono (2012) dimana variabel yang dominan adalah BI rate kemudian inflasi dan kurs. Hal ini disebabkan karena BI rate menjadi acuan bagi perbankan dalam menentukan besarnya tingkat suku bunga maupun masyarakat dalam menentukan pertimbangan untuk melakukan pinjaman. Besarnya kontribusi inflasi terhadap faktor fundamental makroekonomi dapat dilihat dengan inflasi yang mampu mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi. Hal ini karena inflasi mampu memberi semangat kepada para pengusaha untuk meningkatkan produksinya. Sehingga hal ini akan berdampak pada iklim investasi dan sector usaha yang membaik. Dalam penelitian ini, variabel kurs memberikan kontribusi negatif terhadap laten faktor fundamental makroekonomi (FM). Artinya,semakin tinggi kurs maka akan menurunkan faktor fundamental makroekonomi (FM). Besarnya kontribusi kurs terhadap faktor fundamental makroekonomi (FM) dapat tercermin pada menurunnya nilai rupiah terhadap mata uang asing akan mengakibatkan meningkatnya biaya impor bahan79
bahan baku yang akan digunakan untuk produksi dan juga meningkatnya suku bunga. Selain itu, menurunnya nilai tukar juga dapat mendorong pengusaha untuk melakukan ekspor.
Kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) terhadap jenis penggunaan kredit (JPK) Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes kredit modal kerja (KMK), kredit investasi (KI) dan kredit konsumsi (KK) dapat memberi kontribusi signifikan terhadap laten jenis penggunaan kredit (JPK). Adapun besarnya kontribusi
masing-masing
manifes
terhadap
laten
jenis
penggunaan kredit (JPK) adalah KMK memiliki factor loading sebesar 0,97; KI memiliki factor loading sebesar 0,98; dan KK memiliki factor loading sebesar 0,96. Variabel yang memiliki kontribusi dominan terhadap laten jenis penggunaan kredit (JPK) adalah kredit investasi (KI). Hal ini sama dengan penelitian Harmono (2012) bahwa yang mencerminkan respon masyarakat terhadap produk perbankan lebih pada kredit investasi (KI) dibanding kredit modal kerja (KMK) dan kredit konsumsi (KK). Ini menandakan respon masyarakat terhadap kredit investasi (KI), kredit modal kerja (KMK), dan kredit konsumsi (KK) sangat ditentukan oleh kondisi riil bidang usaha dan konsumsi sehari-hari. Jika terdapat kesempatan yang
80
menguntungkan, maka masyarakat akan merespon positif terhadap kredit perbankan.
NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR terhadap kinerja perbankan (KP) Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan manifes NPL, LDR, ROA, NIM dan CAR dapat memberi kontribusi signifikan terhadap laten kinerja perbankan (KP). Adapun besarnya kontribusi masing-masing manifes terhadap laten kinerja perbankan adalah NPL memiliki factor loading sebesar 0,71; LDR memiliki factor loading sebesar -0,94; ROA memiliki factor loading sebesar -0,80; NIM memiliki factor loading sebesar -0,60; dan CAR memiliki factor loading sebesar 0,77. Variabel yang memiliki kontribusi dominan terhadap laten kinerja perbankan (KP) adalah CAR. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Harmono (2012) dimana variabel yang dominan adalah CAR.
Namun
berbeda dengan urutan
selanjutnya, variabel yang dominan terhadap laten kinerja perbankan (KP) setelah CAR adalah NPL, NIM, ROA dan LDR. Besarnya kontribusi CAR menandakan bahwa rasio kecukupan modal yang baik akan mendukung operasional bank. Hal ini dikarenakan CAR menggambarkan rasio kecukupan modal yang berfungsi menampung risiko kerugian yang kemungkinan di hadapi oleh bank. 81
Besar kecilnya CAR kemudian akan berdampak pada NPL. Semakin tinggi CAR, maka semakin besar kemampuan bank dalam meminimalisir risiko kredit yang terjadi sehingga kredit bermasalah yang terjadi dalam bank akan semakin rendah dengan
besarnya
cadangan
dana
yang
diperoleh
dari
perbandingan modal dan aktiva tertimbang menurut risiko (Astrini, 2014). Oleh sebab itu, wajar jika hasil penelitian menunjukkan
bahwa
NPL berada
setelah
CAR
dalam
berkontribusi terhadap laten kinerja perbankan (KP). Namun dalam penelitian ini variabel ROA, NIM dan LDR memberikan kontribusi negatif terhadap laten kinerja perbankan (KP). Artinya, semakin tinggi ROA, NIM dan LDR maka akan menurunkan nilai kinerja perbankan (KP). Hal ini wajar bagi variabel LDR, karena apabila semakin tinggi LDR maka menunjukkan bahwa suatu bank telah meminjamkan dana dalam jumlah besar yang menandakan bahwa kinerja bank turun bank tersebut dapat dikatakan tidak likuid. Berbeda dengan ROA dan NIM yang seharusnya memiliki kontribusi positif terhadap kinerja perbankan (KP). Pada umumnya, dengan tingginya variabel ROA dan NIM maka akan meningkatkan nilai kinerja perbankan (KP), oleh karena itu perlu dijadikan kajian lebih lanjut terkait variabel ini.
82
3.
Pengujian Hipotesis
JPK ← FM KP ← JPK KP ← FM
a. Pengaruh
Tabel 4.2 Pengujian Hipotesis Estimasi S.E. Tidak Langsung Langsung 1,00 0,03 1,00 0,04 1,00 0,03
Faktor
Fundamental
|t-hit| Kesimpulan > 1,96 29,06 22,82 29,51
Signifikan Signifikan Signifikan
Makroekonomi
(FM)
terhadap Jenis Penggunaan Kredit (JPK) Hasil
penelitian
makroekonomi
menyatakan
(FM)berpengaruh
faktor
positif
fundamental
terhadap
jenis
penggunaan kredit (JPK). Dari hasil pengolahan diperoleh koefisien estimasi sebesar 1,00 yang artinya semakin tinggi FM akan semakin menaikkan JPK secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai t-values sebesar 29,06 >t-table 1,96 yang artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari FM terhadap JPK secara signifikan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh peran faktor fundamental makroekonomi (FM) yang menjadi acuan bank dalam menentukan besarnya suku bunga kredit yang akan di berikan kepada masyarakat. Dalam hal ini, masyarakat juga akan melihat kondisi fundamental makroekonomi ketika akan melakukan pinjaman. 83
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Marcello dan Tiziano (2011) bahwa kondisi makroekonomi secara umum mempengaruhi kualitas kredit dengan lag. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Guglielmo et al (2013) bahwa faktor makroekonomi berpengaruh signifikan untuk kredit perusahaan akan tetapi tidak untuk kredit rumah tangga pinjaman. b. Pengaruh Jenis Penggunaan Kredit (JPK) terhadap Kinerja Perbankan (KP) Hasil penelitian menyatakan jenis penggunaan kredit (JPK)berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan (KP). Dari hasil pengolahan diperoleh koefisien estimasi sebesar 1,00 yang artinya semakin tinggi JPK akan semakin menaikkan KP secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai t-values sebesar 22,82 >t-table 1,96 yang artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari JPK terhadap KP secara signifikan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh besarnya tingkat bunga kredit yang ditentukan bank akan memengaruhi kinerja bank itu sendiri. Selain itu, jika ada keseimbangan antara banyaknya kredit yang disalurkan kepada nasabah dengan
84
pengembalian kredit yang tepat waktu maka akan menghasilkan NPL, LDR, ROA, NIM, dan CAR yang baik pada perbankan. Hasil penelitian ini mendukung penelitian İnci dan Jiri (2010)bahwa jenis penggunaan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perbankan. Namun penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian Harmono (2012)
yang
menyatakan bahwa skim bunga kredit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kinerja bank. c. Pengaruh
Faktor
Fundamental
Makroekonomi(FM)
terhadap Kinerja Perbankan (KP) Hasil
penelitian
menyatakan
faktor
fundamental
makroekonomi (FM)berpengaruh positif tidak langsung terhadap kinerja perbankan (KP). Dari hasil pengolahan diperoleh koefisien estimasi sebesar 1,00 yang artinya semakin tinggi FM akan semakin menaikkan KP secara tidak langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis teori yang diajukan terbukti dengan nilai t-values sebesar 29,51 >t-table 1,96 yang artinya Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tak langsung positif dari FM terhadap KP secara signifikan. Kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh keadaan faktor fundamental makroekonomi yang baik dalam hal ini inflasi, BI rate dan kurs akan membawa peningkatan pada kinerja 85
perbankan. Hal ini dikarenakan kebijakan yang dibuat Bank Indonesia dalam hal inflasi, BI rate dan kurs menjadi acuan bagi perbankan dalam menjalankan operasional bank. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Olubayo et al (2011)
yang
menyatakan
bahwa
faktor
makroekonomi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perbankan. Selain itu, hasil penelitian ini juga mendukung penelitian Harmono (2012) yang menyatakan bahwa faktor makroekonomi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja perbankan. Namun penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Fadzlan dan Muzafar (2010) yang menyatakan bahwa krisis ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan tethadap profitabilitas. d. Jenis Penggunaan Kredit (JPK) berperan sebagai Variabel Intervening terhadap Faktor Fundamental Makroekonomi (FM) dalam Memengaruhi Kinerja Perbankan (KP) Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa jenis penggunaan kredit (JPK) berperan sebagai variabel intervening yang menguatkan dalam memengaruhi kinerja bank (KP). Hal ini ditunjukkan oleh pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap kinerja perbankan (KP) memiliki pengaruh sama dengan pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap kinerja perbankan (KP) melalui jenis penggunaan kredit (JPK). 86
Besaran pengaruh tersebut dapat dilihat dari penelitian yaitu pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap jenis penggunaan kredit (JPK) sebesar 1,0; pengaruh jenis penggunaan kredit (JPK) terhadap kinerja perbankan (KP) sebesar 1,0; dimana jika dikalikan keduanya diperoleh 1,00 × 1,00 = 1,00. Hasil ini menunjukkan besar yang sama dengan pengaruh langsung faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap kinerja perbankan (KP). Dengan demikian, peran jenis penggunaan kredit (JPK) mampu menjadi variabel intervening yang menguatkan secara positif. Artinya, semakin tinggi jenis penggunaan kredit (JPK) yang ditentukan bank, akan menaikkan kinerja perbankan (KP) pada lima rasio (NPL, LDR, ROA, NIM, CAR) dan sebaliknya. Hal ini sama dengan penelitian Harmono (2012) yang menyatakan bahwa skim bunga kredit mampu menjadi variabel intervening. Akan tetapi dalam penelitian Harmono (2012), skim bunga kredit memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap kinerja bank.
87
BAB V PENUTUP
A.
Simpulan Berdasarkan
hasil
analisis
SEM
menggunakan
LISREL
8-3
menunjukkan bahwa seluruh hipotesis adalah diterima, atau dengan kata lain terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel independen dan variabel dependen. Simpulan yang dapat diambil dari hasil analisis adalah: 1.
Hasil penelitian menyatakan faktor fundamental makreokonomi (FM)berpengaruh positif terhadap jenis penggunaan kredit (JPK). Dari hasil pengolahan diketahui bahwa semakin tinggi FM akan semakin menaikkan
JPK
secara
langsung
dan
sebaliknya.
Hasil
ini
menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari FM terhadap JPK secara signifikan. 2.
Hasil
penelitian
menyatakan
jenis
penggunaan
kredit
(JPK)berpengaruh positif terhadap kinerja perbankan (KP). Dari hasil pengolahan diketahui bahwa semakin tinggi JPK akan semakin menaikkan KP secara langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif dari JPK terhadap KP secara signifikan. 3.
Hasil penelitian menyatakan faktor fundamental makroekonomi (FM)berpengaruh positif tidak langsung terhadap kinerja perbankan (KP). Dari hasil pengolahan diketahui bahwa semakin tinggi FM akan 88
semakin menaikkan KP secara tidak langsung dan sebaliknya. Hasil ini menunjukkan bahwa Ho ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh tak langsung positif dari FM terhadap KP secara signifikan. 4.
Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa jenis penggunaan kredit (JPK) berperan sebagai variabel intervening yang menguatkan dalam memengaruhi kinerja bank (JPK). Hal ini ditunjukkan oleh pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap kinerja perbankan (KP) memiliki pengaruh sama dengan pengaruh faktor fundamental makroekonomi (FM) terhadap kinerja perbankan (JPK) melalui jenis penggunaan kredit (JPK).
B.
Implikasi Berdasarkan simpulan diatas maka implikasi pada penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1.
Bagi Pemerintah Dalam penentuan kebijakan moneter, hendaknya pemerintah membuat kebijakan yang mendukung dan mendorong perbankan dalam meningkatkan kinerjanya.
2.
Bagi Perbankan Dalam penentuan kebijakan pengelolaan bank, para pengelola bank agar memerhatikan faktor fundamental makroekonomi yang ada dalam kebijakan Bank Indonesia yaitu pergerakan tingkat inflasi, BI rate dan kurs yang akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan. 89
Selain ini pengelola bank juga harus berhati-hati dalam menentukan tingkat bunga kredit. Hal ini disebabkan besarnya tingkat bunga kredit akan berdampak pada tingkat penjualan kredit ke masyarakat dan akhirnya hal tersebut akan berpengaruh terhadap kinerja perbankan. 3.
Bagi Investor Kinerja perbankan sangat berguna untuk menimbang keuntungan yang akan di dapatoleh investor apabila investor ingin berinvestasi pada suatu perusahaan perbankan.
90
DAFTAR PUSTAKA
Abid, Lobna dan Med Nejib Ouertani dan Sonia Zouari-Ghorbel. Macroeconomic and Bank-Specific Determinants of Household’s Non-Performing Loans in Tunisia: a Dynamic Panel Data. Procedia Economics and Finance 13 (2013): 58–68 Ali Shawtari, Fekri dan Buerhan Saiti dan Shaikh Hamzah Abdul Razak dan Mohamed Ariff. The impact of efficiency on discretionary loans/finance loss provision: A comparative study of Islamic and conventional banks. Borsa Istanbul Review 15-4 (2015): 272–282 Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia tahun 2014. Diakses pada Sabtu, 10 Oktober 2015 dari http://www.bi.go.id/id/lip/laporan/Pages//Laporan-LIP-tahun-2014.aspx Bank Indonesia. Penjelasan BI Rate sebagai Suku Bunga Acuan. Diakses pada Jumat, 10 Oktober 2015 dari http://www.bi.go.id/id/moneter/birate/penjelasan/Contents/Default.aspx Bank Indonesia. Pengenalan Inflasi. diakses pada Jumat, 10 Oktober 2015 dari http://www.bi.go.id/id/moneter/inflasi/pengenalan/Contents/Pentingnya.asp x Bank Indonesia. Sejarah Bank Indonesia. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari http://www.bi.go.id/id/tentang-bi/museum/sejarah-bi/pra-bi/Default.aspx Bank Indonesia. Statistik Perbankan Indonesia. Diakses pada Jumat, 29 Januari 2016 dari http://www.bi.go.id/id/statistik/perbankan/indonesia/Default.aspx Bank Indonesia. Surat Edaran No.13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Diakses pada Jumat, 10 Oktober 2015 dari www.bi.go.id/peraturan/perbankan/Document/ae5182e22f2b4575ae1ff6012 973ea19pbi_132611a1.pdf Bank Indonesia. Surat Edaran No.13/24/DPNP tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Diakses pada Sabtu, 24 Oktober 2015 dari www.bi.go.id/id/peraturan/perbankan/Pages/SE%20No.13_24_DPNP_2011 .asp Bank Indonesia. Suku Bunga Tabungan Rupiah menurut Kelompok Bank. Diakses pada Jumat, 29 Januari2016 dari http://www.bi.go.id/id/statistik/seki/terkini/moneter/Contents/Default.aspx
91
Bank Mandiri. Profil Perusahaan. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari http://www.bankmandiri.co.id/corporate01/about_profile.asp Bank Negara Indonesia. Sejarah. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia Bank Rakyat Indonesia. Sejarah BRI. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari http://www.bri.co.id/articles/9 Bofondi, Marcello dan Tiziano Ropele. Macroeconomic determinants of bad loans: evidence from Italian banks. Occasional Papers No. 89, 2011. Budianto, Totok dan Sigit Triandaru. Bank dan Lembaga Keuangan Lain Edisi 2. Jakarta: Salemba Empat, 2006. Case, Karl E dan Ray C. Fair. Principles of Economics Eighth Edition. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007. Cernohorska, Libena. Impact of Financial Crisis on the Stability Banking Sectors in the Czech Republic and Great Britain. Procedia Economics and Finance 26 (2015): 234–241 Florin Filip, Bogdan. The quality of bank loans within the framework of globalization. Procedia Economics and Finance 20(2015): 208–217 Hari Wijanto, Setyo. Metode Penelitian menggunakan Structural Equation Modelling dengan LISREL 9. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2015. Harmono. Faktor Fundamental Makro dan Skim Bunga Kredit sebagai Variabel Intervening Pengaruhnya terhadap Kinerja Bank. Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol 16, No.1 Januari 2012. Hidayat, Muhammad. Pengaruh Rasio Kesehatan Perbankan terhadap Nilai Perusahaan (Studi Kasus pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia). Jurnal Ekonomi dan Informasi Akuntansi (JENIUS), Januari, Vol 4, No. 1 2014. https://pena.gunadarma.ac.id/perbandingan-tatacara-penilaian-tingkat-kesehatanbank/ diakses pada 16 Oktober 2015 https://furqon95.wordpress.com/category/materi-kampus/ diakses pada Sabtu, 24 Oktober 2015 Jonas, Guilherme dan Livia Abrao. Basic Interest Rate, Bank Competition, and Bank Spread in Personal Credit Operations in Brazil: A Theoretical and Empirical Analysis. EconomiA 16(2015) 32-45 92
Kasmir. Manajemen Perbankan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012. Klein, Nir. Non-Performing Loans in CESEE: Determinants and Macroeconomic Performance. IMF Working Paper No. 72, 2013. Korkmaz, Suna. Impact of Bank Credits on Economic Growth and Inflation. Journal of Applied Finance & Banking, vol. 5, no. 1(2015): 51-63 Maria Caporale, Guglielmo danStefano Di Colli dan Juan Sergio Lopez. Bank Lending Procyclicality And Credit Quality During Financial Crises. Economics and Finance Working Paper No. 13-18, 2013. Njorohe, Lucas dan Anne Wangari Kamau. Macroeconomic Developments and Banks’ Behaviour in Kenya: A Panel Data Analysis. Saving and Development, N0. 2, XXXIV, 2010. Ötker-Robe, İnci dan Jiri Podpiera. The Fundamental Determinants of Credit Default Risk for European Large Complex Financial Institutions. IMF Working Paper No. 153, 2010. P. Louzis, Dimitros dan Angelos T. Vouldis dan Vasilios L. Metaxas. Macroeconomic and Bank-Specific Determinants of Non-Performing Loans in Greece: A Comparative Study of Mortgage, Business and Consumer Loan Portofolios. Economic Research Department – Special Studies Division Working Paper no 118, 2010. Qasim, Syed dan Rizwan Jan. Analysis of Financial Performance of Private Banks in Pakistan. Procedia - Social and Behavioral Sciences 109 (2014) 1021-1025 Raluca Diaconu, Loana dan Dumitru-Cristian Oanea. Determinants of bank’s stability. Evidence from CreditCoop. Procedia Economics and Finance 32 (2015): 488-495 repository.usu.ac.id>bitstream diakses pada Sabtu, 24 Oktober 2015 Roman, Angela and Alina Camelia Sargu. The impact of bank-specific factors on the commercial banks liquidity: empirical evidence from CEE countries. Procedia Economics and Finance 20 (2015): 571–579 S. Mishkin, Frederic. The Economics of Money, Banking and Financial Markets Business School Edition (2nd edition). United States of America: Pearson Education, Inc 2010. Santoso, Singgih. AMOS 22 untuk Structural Equation Modelling. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2015. 93
Sudiyatno, Bambang. Peran Kinerja Perusahaan dalam Menentukan Pengaruh Faktor Fundamental Makroekonomi, Risiko Sistematis, dan Kebijakan Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan. Disertasi Universitas Diponegoro, Semarang, 2010. Sufian, Fadzlan dan Muzafar Shah Habibillah. Assesing the Impact of Financial Crisis on Bank Performance: Empirical Evidence from Indonesia. ASEAN Economic Bulletin Vol.27, No. 3, 2010. Sugiyono. Metode Penelitian Bisnis Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta, 2011. Thomas Olajide, Olubayo dan Taiwo Asaolu dan Charles Ayodele Jegede. The Impact of Financial Sector Reforms on Bank Performance in Nigeria. The International Journal of Business and Finance Research Vol. 5 No. 1, 2011. Tiberiu Albulescu, Claudiu. Bank’s Profitability and Financial Soundness Indicators: A Macro-Level Investigation in Emerging Countries. Procedia Economics and Finance 23 (2015): 203-209 Tri Siswanto, Budi. Pengembangan Model Penyelenggaraan Work-Based Learning pada Pendidikan Vokasi Diploma III Otomatif. Disertasi Universitas Negeri Yogyakarta, 2011. Wahyudi, Untung dan Hartini P. Pawestri. Implikasi Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan Dengan Keputusan Keuangan Sebagai Variabel Intervening. Padang: Simposium Nasional Akuntansi IX 2006. Wikipedia. Bank Negara Indonesia. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Negara_Indonesia Wikipedia. Bank Rakyat Indonesia. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Rakyat_Indonesia Wikipedia. Bank Tabungan Negara. Diakses pada Minggu, 15 Mei 2016 dari https://id.wikipedia.org/wiki/Bank_Tabungan_Negara
94
LAMPIRAN Lampiran 1 Output LISREL (Sebelum Modifikasi)
DATE: 3/27/2016 TIME: 17:53 L I S R E L 8.30 BY Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Chicago, IL 60646-1704, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-99 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file Z:\E\AJENG1\SEM.SPJ:
Observed Variables INF BIRATE KURS KMK KI KK NPL LDR ROA NIM CAR Correlation Matrix From File Z:\E\AJENG1\SEM~~92F.COR Sample Size = 156 Latent Variables FM JPK KP 95
Relationships INF BIRATE KURS = FM KMK KI KK = JPK NPL LDR ROA NIM CAR = KP JPK = FM KP = JPK Path Diagram options ME=UL ADD=OFF IT=500 EF set error covariance between BIRATE and INF to 0.5 set error covariance between BIRATE and KURS to 0.1 set error covariance between KURS and INF to 0.2 set error covariance between NIM and NPL to 0.2 !set error covariance between KK and KI to 0.01 !set error covariance between CAR and NPL to 0.1 !set error covariance between ROA and NPL to 0.1 !set error covariance between LDR and ROA to 0.001 !set error covariance between LDR and KK to 0.2 set error covariance between INF and NPL to 0.2 !set error covariance between INF and ROA to 0.1 !set error covariance between KI and KMK to 0.01 !set error covariance between KK and KMK to 0.01 !set error covariance between CAR and LDR to 0.001 !set error covariance between NIM and KURS to 0.2 !set error covariance between NIM and KURS to 0.01 set error variance JPK equal to free set error variance KP equal to free End of Problem 96
Sample Size = 15
Correlation Matrix to be Analyzed
KMK
KI
KK
NPL
LDR
ROA
-------- -------- -------- -------- -------- -------KMK
1.00
KI
0.97
1.00
KK
0.94
0.96
1.00
NPL
0.58
0.67
0.68
1.00
LDR
-0.93
-0.93
-0.95
-0.60
1.00
ROA
-0.75
-0.77
-0.74
-0.75
0.72
1.00
NIM
-0.70
-0.60
-0.51
-0.10
0.56
0.38
CAR
0.71
0.73
0.71
0.56
-0.80
-0.50
INF
0.46
BIRATE KURS
0.84 -0.36
0.49
0.41
0.62
-0.38
-0.59
0.81
0.74
0.65
-0.71
-0.74
-0.32
-0.53
-0.30
0.50
0.24
Correlation Matrix to be Analyzed
NIM
CAR
INF
BIRATE
-------- -------- -------- -------- -------NIM
1.00
CAR
-0.54
INF BIRATE
-0.28 -0.67
1.00 0.41 0.68
1.00 0.77
1.00 97
KURS
KURS
-0.03
-0.32
0.07
-0.11
1.00
Number of Iterations = 17
LISREL Estimates (Unweighted Least Squares)
KMK = 0.97*JPK, Errorvar.= 0.056, R² = 0.94 (0.13) 0.43
KI = 0.98*JPK, Errorvar.= 0.049, R² = 0.95 (0.052)
(0.13)
18.80
0.39
KK = 0.96*JPK, Errorvar.= 0.087, R² = 0.91 (0.051)
(0.13)
18.62
0.69
NPL = 0.71*KP, Errorvar.= 0.50 , R² = 0.50 (0.12) 4.14
LDR = - 0.94*KP, Errorvar.= 0.11 , R² = 0.89 (0.081)
(0.13)
-11.68
0.89
ROA = - 0.80*KP, Errorvar.= 0.36 , R² = 0.64 (0.071)
(0.12) 98
-11.35
2.94
NIM = - 0.60*KP, Errorvar.= 0.64 , R² = 0.36 (0.061)
(0.12)
-9.79
5.50
CAR = 0.77*KP, Errorvar.= 0.40 , R² = 0.60 (0.070)
(0.12)
11.06
3.36
INF = 0.48*FM, Errorvar.= 0.77 , R² = 0.23 (0.031)
(0.12)
15.34
6.53
BIRATE = 0.84*FM, Errorvar.= 0.29 , R² = 0.71 (0.033)
(0.13)
25.22
2.34
KURS = - 0.38*FM, Errorvar.= 0.86 , R² = 0.14 (0.031)
(0.12)
-12.03
7.44
Error Covariance for NIM and NPL = 0.20 Error Covariance for INF and NPL = 0.20 Error Covariance for BIRATE and INF = 0.50 Error Covariance for KURS and INF = 0.20 99
Error Covariance for KURS and BIRATE = 0.10
JPK = 1.00*FM,, R² = 1.00 (0.034) 29.06
KP = 1.00*JPK,, R² = 1.00 (0.044) 22.82
Correlation Matrix of Independent Variables
FM -------1.00
Covariance Matrix of Latent Variables
JPK
KP
FM
-------- -------- -------JPK
1.00
KP
1.00
1.00
FM
1.00
1.00
1.00
100
Lampiran 2 Output LISREL (Setelah Modifikasi)
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 44 Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 59.99 (P = 0.055) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 15.99 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 40.38)
Minimum Fit Function Value = 0.39 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.10 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.26) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.048 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.077) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.51
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.67 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.57 ; 0.83) ECVI for Saturated Model = 0.85 ECVI for Independence Model = 22.19
Chi-Square for Independence Model with 55 Degrees of Freedom = 3418.06 Independence AIC = 3440.06 Model AIC = 103.99 Saturated AIC = 132.00 Independence CAIC = 3484.61 Model CAIC = 193.09 101
Saturated CAIC = 399.29
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.077 Standardized RMR = 0.077 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.99 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.98 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.66
Normed Fit Index (NFI) = 0.98 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.99 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.79 Comparative Fit Index (CFI) = 1.00 Incremental Fit Index (IFI) = 1.00 Relative Fit Index (RFI) = 0.98
Critical N (CN) = 178.53
The Modification Indices Suggest to Add an Error Covariance Between CAR INF KURS
and LDR
ROA NIM
Decrease in Chi-Square New Estimate 8.2 8.1 11.1
-0.71 -0.26 -0.28
102
Total and Indirect Effects
Total Effects of KSI on ETA
FM -------JPK
1.00 (0.03) 29.06
KP
1.00 (0.03) 29.51
Indirect Effects of KSI on ETA
FM -------JPK
--
KP
1.00 (0.03) 29.51
103
Total Effects of ETA on ETA
JPK
KP
-------- -------JPK
--
KP
1.00
--
--
(0.04) 22.82
Largest Eigenvalue of B*B' (Stability Index) is 1.000
Total Effects of ETA on Y
JPK
KP
-------- -------KMK
KI
0.97
0.98
--
--
(0.05) 18.80
KK
0.96
-104
(0.05) 18.62
NPL
0.71
0.71
(0.03) 22.82
LDR
-0.94
-0.94
(0.06)
(0.08)
-14.75
-11.68
ROA
-0.80
-0.80
(0.06)
(0.07)
-13.84
-11.35
NIM
-0.60
-0.60
(0.05)
(0.06)
-11.50
-9.79
CAR
0.77
0.77
(0.06)
(0.07)
13.45
11.06
Indirect Effects of ETA on Y
JPK
KP 105
-------- -------KMK
KI
--
--
KK
--
NPL
0.71
--
--
--
--
(0.03) 22.82
LDR
-0.94
--
(0.06) -14.75
ROA
-0.80
--
(0.06) -13.84
NIM
-0.60
--
(0.05) -11.50
CAR
0.77
--
(0.06) 13.45
106
Total Effects of KSI on Y
FM -------KMK
0.97
(0.03) 29.06
KI
0.98 (0.04) 27.80
KK
0.96 (0.04) 27.29
NPL
0.71 (0.02) 29.51
LDR
-0.94 (0.06) -16.05
ROA
-0.80
(0.05) 107
-14.90
NIM
-0.60 (0.05) -11.92
CAR
0.77
(0.05) 14.41
The Problem used
19024 Bytes (= 0.0% of Available Workspace)
Time used:
0.172 Seconds
108