MODEL WIRAUSAHA SENI BERBASIS KEUNGGULAN SANGGAR TARI SEBAGAI SUMBER PENGAYAAN BAHAN AJAR KEWIRAUSAHAAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI FPBS UPI Oleh: Agus Supriyatna, S.Sn.,M.Pd. Yoyoh Siti Mariah,S.Sen.,M.Si.,Putri Lilis Dyani,M.Si
ABSTRAK Bagaimanakah kewirausahaaan berbasis keunggulan sanggar tari dijadikan sumber pengayaan bahan ajar matakuliah kewirausahaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI? Pertanyaan penelitian ini menjadi alasan penting untuk mencari jawaban atas rumusan masalah. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Keseluruhan data yang diperoleh, baik secara langsung di lapangan maupun berdasarkan telaah kepustakaan selanjutnya disusun secara sistematik berdasarkan kaidah penelitian kualitatif dengan cara triangulasi. Kata kunci: Kewirausahaan, wirausaha seni dan bahan ajar Pendahuluan Tingginya jumlah angka pengangguran perguruan tinggi di Indonesia menjadi masalah serius yang harus mendapat perhatian dan dicari solusinya, terutama oleh pemerintah dan lembaga pendidikan terkait. Berdasarkan temuan data jumlah angka pengangguran sarjana di perguruan tinggi, HARtilaar (Kompas, 16 Pebruari 2008) mengatakan ” Tingginya jumlah angka pengangguran sarjana menurut data hingga tahun 2007 mencapai jumlah 409.890 ditambah 740.000 diploma I,II dan III ”. Data lain, sebagaimana diungkapkan Kala (Jumat, 19 Pebruari 2010) jumlah angka pengangguran tingkat perguruan tinggi sampai tahun 2010 mencapai sekitar 2.000 orang.. Terkait sumber data yang dikemukan HARtilaar, terutama menggarisbawahi keterangan Jusuf Kala, setidaknya menjadi bahan perenungan, pemikiran dan upaya nyata bagi civitas akademi Universitas Pendidikan Indonesia untuk melakukan evaluasi kelembagaan dan evaluasi kinerja terhadap para dosen terkait mutu lulusan, Kenyataannya tinggginya jumlah angka pengangguran perguruan tinggi banyak faktor penyebabnya, yang patut untuk direnungi oleh para ketua jurusan dan para dosen, antara lain; rendahnya kualitas sumber daya lulusan untuk menghadapi persaingan kerja, besarnya angka ketergantungan para lulusan untuk menjadi pegawai negeri, tidak seimbangnya jumlah rata-rata penerimaan mahasiswa dengan rata-rata jumlah angka lulusan, kurangnya upaya jejaring dan kemiteraan civitas akademika dengan pihak pemerintah terkait, lemahnya kurikulum yang dibelajarkan dengan kebutuhan tenaga kerja dan seterusnya. Dalam kerangka turut mengurangi jumlah angka pengangguran para lulusan dan sekaligus upaya peningkatan kualitas pembelajaran mahasiswa pada mata kuliah
1
kewirausahaan di Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI sebagai salah satu alas an pentingnya penelitian. Kenyataan yang ada dalam implementasi pembelajaran kewirausahaan khususnya mahasiswa jurusan pendidikan seni di lingkungan UPI, tidak lepas dari kendala bahkan terjadi kerancuan dalam praktik kewirausahaan. Kerancuan yang terjadi, praktik kewirausahaan dikalangan mahasiswa lebih identik dengan seorang penjual atau saleman barang, makanan dan atau minuman dengan tujuan akhir mendapatkan keuntungan financial semata. Dengan demikian fenomena dan paradigma pembelajaran kewirausahaan yang dipraktikan mahasiswa tidak jauh berbeda dengan seorang salesman. Dalam kaitan ini, bukan salah atau tidak boleh, tetapi merupakan pandangan yang sempit dikalangan mahasiswa seni dengan kecenderung memiliki karakteristik berbeda dengan mahasiswa jurusan lainnya, terutama mahasiswa jurusan ekonomi. Implementasi pembelajaran kewirausahaan hendaknya disesuaikan dengan latar keilmuan seni yang digelutinya, sehingga diupayakan mampu memberikan nilai lebih untuk memotivasi tumbuh berkembangnya jiwa wirausaha mahasiswa berbasis terapan seni dan pendidikan seni, antara lain mencakup bidang usaha; konsultan pertunjukan tari, penata dan pembuat kostum tari, instruktur tari, pengelolaan sanggar tari, kursus tari, kritikus tari, koreografer, penata tari, penari, pimpinan produksi dan seterusnya. Atas dasar permasalahan yang cukup komplek dan mendesaknya kebutuhan materi penunjang perkuliahan, dalam hal pemenuhan bahan ajar kewirausahaan berbasis terapan seni maka kami memandang penting untuk melakukan upaya penelitian secara mendalam dan bertahap. Penelitian ini, terfokus sesuai tujuan penelitian yang diharapkan, dan rumusan masalah yang diangkat terhimpun dalam judul ”Model Wirausaha Seni Berbasis Keunggulan Sanggar Tari Sebagai Sumber Pengayaan Bahan Ajar Kewirausahaan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI”. Pentingnya mengedepankan pemanfaatan sanggar tari sebagai wahana sumber belajar bagi mahasiswa pada matakuliah kewirausahaan berbasis terapan dari keunggulan sanggar tari dengan subyek penelitian tertuju pada: Studio Tari Indra, (STI) pimpinan Indrawati Lukman, Pusat Bina Seni Tari (Pusbitari) pimpinan Irawati Durban Ardjo, Padepokan Sekar Panggung pimpinan Wawan Hendrawan dan sanggar busana Epoy Production pimpinan Popong Sopia, dan di kota Bandung. Alasan pemilihan obyek dan subyek penelitian ini, bahwa sanggar tari yang dipilih memiliki (1) lingkup kerja dunia usaha yang terkait erat dengan disiplin ilmu yang tengah digeluti para mahasiswa jurusan pendidikan seni tari; (2) kriteria dan karakteristik sanggar seni dengan keunggulan bisnis seni yang cukup berbeda dengan reputasi; nasional, dan internasional serta hingga kini mampu bertahan dan berkembang sesuai bisnis seni yang digelutinya. (3) Menemukenali konsep dan bahan ajar wirausaha seni berbasis penelitian sesuai dengan perkembangan masyarakat kekinian. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang diangkat dibatasi dan dirinci dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Studio Tari Indra (STI) pimpinan Indrawati Lukman, ditinjau dari pengelolaan sanggar tari? 2
2. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Pusat Bina Tari (Pusbitari) pimpinan Irawati Durban, ditinjauan dari pengelolaan sanggar tari? 3. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Padepokan Sekar Panggung pimpinan Wawan Hendrawan ditinjau dari pengelolaan pelatihan tari? 4. Bagaimanakah pelaksanaan wirausaha seni di Sanggar Epoy Production pimpinan Popong Sopia ditinjauan dari pengelolaan bisnis busana tari? 5. Bagaimana Model wirausaha seni berbasis keunggulan sanggar tari menjadi sumber pengayaan bahan ajar kewirausahaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI? Landasan Teoretis Kewirausahaan, wirausaha, enterprenership menurut beberapa pakar dapat dikemukan sebagai berikut; menjalankan kombinasi (kegiatan) yang baru (Schumpeter, 1934), ekplorasi berbagai peluang (Kirzner, 1973), menghadapi ketidakpastian sebagai resiko (Knight, 1921; Cantillon, 1973), dan mendapatkan secara bersama faktor-faktor produksi (Say, 1816). Berbagai pengertian kewirausahaan dipandang sebagai fungsi yang mencakup eksploitasi peluang-peluang yang muncul di pasar. Eksploitasi tersebut sebagian besar berhubungan dengan pengarahan dan atau kombinasi input yang produktif. Seorang wirausahawan selalu diharuskan menghadapi resiko atau peluang yang muncul, serta sering dikaitkan dengan tindakan yang kreatif dan inovatif. Seorang individu mungkin menunjukkan fungsi kewirausahaan ketika membentuk sebuah organisasi, tetapi selanjutnya menjalankan fungsi manajerial tanpa menjalankan fungsi kewirausahaannya. Jadi kewirausahaan bisa bersifat sementara atau kondisional. Oleh karena itu seorang calon wirausahawan atau pun wirausaha perlu memerhatikan beberapa hal pertimbangan dalam melakukan bisnis atau usahanya, sebagaimana dikatakan Sukmadi (2008): 1) Perlunya winning, positive dan learning attitude untuk menjadi sukses. 2) Membuat perencanaan dan strategi bisnis yang efektif akan menghindari. usaha daripada risiko bisnis dan keuangan. 3) Pengetahuan dasar manajemen, organisasi dan sistem akan menghindari usaha daripada risiko manajemen. 5) Optimalisasi sumber daya manusia maka 50% usaha sudah berhasil. 6) Mengapa kreativitas, kepemimpinan dan proses pembuatan keputusan sangat penting? 7) Pengetahuan dasar pengelolaan keuangan dan pembiayaan. 8) Pemasaran, pelayanan dan product brand.
Metodologi Penelitian Penelitian kualitatif ini menggunakan metode deskriptif untuk menjawab penelitian: Bagaimanakah model kewirausahaaan berbasis keunggulan sanggar tari dijadikan sumber pengayaan bahan ajar matakuliah kewirausahaan mahasiswa Jurusan Pendidikan Seni Tari FPBS UPI? Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipasi, wawancara, dan analisis dokumentasi. Keseluruhan data yang diperoleh, baik secara langsung di lapangan maupun berdasarkan telaah kepustakaan selanjutnya disusun secara sistematis berdasarkan kaidah penelitian kualitatif dengan teknik triangulasi.
3
Hasil Penelitian 1. Studio Tari Indra Studio Tari Indra adalah nama salah satu sanggar tari yang cukup populer di kota Bandung hingga ke mancanegara. Berbicara Studio Tari Indra berkantor di Jalan Senam III No.15 Arcamanik, Kota Bandung ini, tidak bisa dipisahkan dengan nama Indrawati Lukman. Indrawati Lukman lahir di Bandung, Jawa Barat, pada tanggal 1 April 1944 dari pasangan Soesatio Poerwohadikoesoemo, kelahiran Brebes dan Eminie Soeleman kelahiran Semarang. Ia menikah dengan Ir. Winarya Lukman Machdar, Dipl. H. E salah seorang pejabat di Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Pengairan Jawa Barat. Darah seni yang dimiliki Indrawati mengalir dari ibunya bernama Eminie Soeleman kelahiran Semarang seorang penari Jawa di Keraton Surakarta. Ia belajar tari Sunda sejak tahun 1955 pada saat usianya masih 11 tahun kepada maestro tari Sunda R. Tjetje Somantri. Pendidikan formal tari pun diperolehnya dari Stephen College, Columbia- Inissouri USA pada tahun 1964-1966, atas beasiswa Burral International Scholarship. Mata kuliah yang dipelajarinya meliputi: musik/beat, modern dance dalam teknik Martha Graham, koreografi, dan ethnic dance (India, Spanyol dan Hawai). Pada tahun 1968 dan 1985 Indrawati belajar tari Thailand di Department of Fine Arts di Bangkok. Awal pendirian sanggar tari yang diberi nama Studio Tari Indra memiliki tujuan ” 1) Memberikan pengetahuan tari kepada peminat dan generasi muda, khususnya tari Sunda. 2) Melestarikan dan mengembangkan tari Sunda di kalangan generasi muda, baik melalui pertunjukan, pelatihan tari, dan pembuatan model-model pembelajaran tari anak-anak dalam bentuk Compact Dist (CD).” Studio Tari Indra didirikan tanggal 20 Agustus 1968 di Bandung dan hingga kini menginjak usianya yang ke 42. Dalam kiprahnya Studio Tari Indra dimata pemiliknya merupakan suatu wujud dedikasi dirinya terhadap para gurunya dan orang-orang yang pernah besarkannya. Dengan keterampilan seni tarinya dan kemampuan pengelolaan, ia bertekad sekuat tenaga untuk berjuang, tidak putus asa walaupun dengan keuntungan yang tidak pasti. Terkait keberadaan sanggar tari yang dipimpinnya, ia mengatakan ”Pada kenyataannya apabila kita hanya menginginkan keuntungan terutama dalam hal finansial banyak sekali sanggar atau studio tari tidak bertahan bahkan hanya membuang waktu dan membuang uang pribadi”. Dengan demikian ketulusan dirinya membuktikan Studio Tari Indra hingga kini tetap bertahan dan berupaya terus untuk melakukan kreativitas tari dan terobosan-terobosan baru sebagai peluang dan kepercayaan dalam pengembangan kegiatan sanggar tari yang dipimpinnya. Strategi usaha Studio Tari Indra dalam mengusung tujuan awal pendirian sanggar tarinya dan hingga kini tetap bertahan dan berkembang menjadi fenomena menarik untuk dijadikan model wirausaha seni berbasis terapan seni yang sangat terkait erat dengan bentuk wirausaha berangkat dari jender dan bentuk wirausaha dengan model paruh waktu. Studio Tari Indra sebagai wadah dan aktifitas wirausaha berawal dari ketekunan dirinya dalam menempa diri hingga terampil menari dan akhirnya berkembang dengan mendirikan cabang di Garut, Sumedang, dan Serang. Secara konsisten ia terus menggeluti tari, terutama menyelenggarakan pendidikan tari untuk anak-anak dengan berbagai tingkat usia.
4
”Perjungan, kecintaan, dan pengorbanan, adanya pengurus yang loyal, mau digaji berapapun sesuai dengan pemasukan adalah strategis awal untuk mendirikan sanggar”. Menjadi alasan bertahannya sanggar tari yang dipimpinnya, tidak lepas adanya beberapa faktor pendukung keberlangsungan sanggarnya, antara lain sebagai berikut: a) STI tumbuh ditengah masyarakat kota tepatnya di kota Bandung dibidang pendidikan, kebudayaan, maupun tingkat kesejahteraan sehingga cukup strategis bagi pengguna jasa. b) Siswa yang belajar kebanyakan dari kalangan masyarakat menengah ke atas maka STI tidak henti-hentinya berkarya dan berkreasi untuk mengembangkan kemampuan siswa terutama melalui pelatihan tari. c) Sumber daya manusia STI didukung oleh SDM yang memiliki potensi dalam hal kepenarian/managerial para penari dan pengurus/timework berasal dari para alumni perguruan tinggi, terutama STSI Bandung. d) STI mempunyai program pengajaran seni tari yang berdasarkan kurikulum pendidikan luar sekolah, yang disusun untuk kebutuhan STI sendiri serta didukung oleh para pengajar yang professional dan berpotensi dibidang pendidikan seni tari. Terkait sanggar tari yang didirikan Indrawati Lukman hingga menginjak usinya yang ke 42 tahun dengan nama “Studio Tari Indra” merupakan sosok bukti seorang wanita kreatif yang memiliki visi dan gagasan ke depan dengan mengusung gender dan ketrampilan menarinya untuk tetap hidup dan tetap eksis, sehingga membuka dirinya menjadi orang terkenal dan akhli di bidangnya berdampak finansial. Karena prinsip berwirausaha tanpa berdampak keuntungan, baik keuntungan finansial atau pun prestise bagi diri seseorang mustahil kegiatan usaha tetap dibertahan dan berkelanjutan. Oleh karena bentuk kewirausahaan yang dilakukan Studio Tari Indra lebih cenderung paruh waktu yakni bersifat insidentil dengan tingkat bayaran yang tetap bagi para pelaku dan bermodalkan kemampuan seni adalah bukti bisnis kesenian berangkat dari sanggar seni di negara kita belum dapat menjadi andalan hidup. Tetapi perlu dilakukan upayaupaya lain melalui kegiatan usaha lain sebagai sumber dana pendamping dalam mempertahankan keberadaan sanggar seni. Tanpa upaya ganda untuk mendirikan sanggar seni sebagaimana dilakukan Indrawati Lukman berdampak banyaknya sanggar tari yang gulung tikar, kalau tidak menjadi sanggar seni yang sunyi tanpa penghuni dan tanpa aktivitas seni. 2. Sanggar Pusbitari Sanggar tari pimpinan Irawati Durban Ardjo yang dikenal dengan nama Pusat Bina Seni Tari (Pusbitari) bertempat di Jalan Gunung Putri 2-A Kota Bandung didirikan sejak tahun 60-an atas gagasan Irawati bersama rekan – rekannya. Awal mula pendirian sanggar tari Pusbitari dikarenakan dengan seringnya mengadakan pertunjukan tari dan undangan untuk tampil di Istana Negara dihadapan Presiden Soekarno. Irawati Jogasuria lahir di Bandung pada tanggal 22 Mei 1943. Masyarakat mengenal Irawati sebagai penari, penggubah tari dan pengelola sanggar tari Pusbitari. Irawati Jogasuria juga dikenal sebagai desainer interior. Dalam lingkungan keluarganya, cucu dari Rd. H. Kanduruan Zakaria Djajawikarta serta puteri Muchsin Jogasuria ini merupakan bungsu dari 10 bersaudara. Sejak kecil Irawati dididik mandiri dan penuh disiplin o1eh ibunya yang bernama Rd. Suhaemi Nani dengan latarbelakang pendidikan Sekolah Belanda. Irawati mengawali pendidikannya di Vroebel School atau Taman Kanak-kanak di Jl. Balonggede, lalu melanjutkan Sekolah ke Santa Angela sampai lulus SMA tahun 1961. 5
Perguruan Tinggi ditempuhnya tahun 1962 dengan memilih bidang Seni Rupa Jurusan Arsitektur Interior Institut Teknologi Bandung (ITB). Ketertarikannya pada dunia tari di awali ketika belajar Tari Balet kepada Gina Melloncelli di Bandung pada tahun 1955. Tahun 1956-1963 belajar Tari Sunda kepada Rd. Tjetje Somantri di Badan Kesenian Indonesia. Di tempat yang sama Irawati belajar Tari Serampang Duabelas. Ketika ada kesempatan ke Negeri Belanda Ira belajar Tari Bali kepada I Gusti Raka Astuti di Scheveningen Holland. dilanjutkan kepada A.A.G.G. Bulantrisna Jelantik di Bandung. Irawati juga belajar Tari Topeng, Cirebon kepada Dalang Topeng Sujana (1971), Nugraha Sudiredja (1973), dan pada Dasih (1976). Selain itu juga Ira mempelajari Tari Jawa dari Martati Harnanto di Berkelay USA (1974). Karenanya selain menguasai Tari Sunda, lrawati juga menguasai Tari Topeng Cirebon, Balet, Tari Melayu, dan Tari Jawa. Baru tahun 1968 Irawati beserta murid dan rekan-rekannya membuat bendera sendiri untuk menaungi kegiatan mereka yang sering lakukan, maka lahirlah sanggar PUSBITARI. Pada awalnya sanggar Pusbitari ini tidak memiliki tempat yang tetap untuk latihan, mereka selalu berpindah – pindah gedung dikarenakan hari minggu gedung sering dipakai dan terakhir di depan gedung RRI. Akhirnya tempat latihan tari dapat dikatakan tetap dengan mengambil tempat di Badan Keuangan Negara (BKN) dan Museum Sri Baduga. Dengan berbekal niat yang kuat Irawati Durban memiliki keinginan untuk melestarikan tari klasik Sunda agar tetap eksis dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pendukungnya. Hal ini menjadi dasar pemikiran dan kiat berdirinya sanggar seni Pusbitari. Wujud kesungguhannya dan strategi yang dijalankannya dalam merealisasikan keinginannya terbukti setiap tahun sanggar tari yang dipimpinnya memiliki program rutin yaitu pergelaran tari tahunan sebagai ajang pertunjukan bagi murid-muridnya selama belajar tari di sanggar Pusbitari. Program rutin lainnya berupa pembuatan buku dan model tarian anak-anak dan remaja untuk tingkatan usia yang berbeda. Beberapa program yang telah dilaksanakan Pusbitari antara lain dapat dikemukakan lebih rinci sebagai berikut:
a. Pembuatan paket buku Teknik Gerak, Tari dan Tari Dasa Sunda ( 2004), b. Pelatihan Tari Dasar untuk anak-anak pada Guru atau dosen tari di Bandung (2004 ), c. Pelatihan dan Workshop Tari Dasar Sunda untuk anak-anak di beberapa daerah, salah satunya Kabupaten Subang. (2005), d. Pergelaran tahunan 2005, 2006, e. Semarak Tari di Tatar Sunda ( pentas keliling Pusbitari (2007), f. Pergelaran tahunan " Hari Yang Cerah " 2 Februari (2008). Program utama dari sanggar tari Pusbitari lebih menekankan pada penyelenggaraan pelatihan tari tradisional Sunda untuk anak-anak. Kegiatan pelatihan tari dilakukan setiap hari Minggu dengan mengambil tempat di BKN dan Museum Sri Baduga. Sanggar Pusbitari ini, tidak hanya membuka pelatihan tari saja, tetapi juga membuat buku sumber untuk para pengajar tari juga media penunjang sumber ajar dalam bentuk Kaset dan CD pembelajaran tari. Sanggar Pusbitari pada saat ini memiliki anggota kurang lebih 100 orang dari mulai pengurus sanggar, administrasi, sampai orang yang membuat property dan kostum. Pada mulanya pelatih tari sebanyak delapan orang tetapi karena sebagian dari mereka mempunyai kesibukan sendiri dan sebagian lagi ada yang menikah. Sekarang pelatih tari yang berasal dari 6
alumni STSI Bandung berkurang menjadi enam orang, terbagi dua orang di sanggar pusat, dua orang di BKN dan dua orang lagi di Museum Sribaduga. Anggota sanggar Pusbitari tidak memiliki batasan usia dan berbagai kalangan, peraturan keanggautaannya dilakukan dengan cara mengisi formulir pendaftaran yang telah tersedia dan sanggup membayar uang administrasi antara Rp. 40.000,- sampai Rp. 60.000,- sesuai dengan tingkatan kelas diklat tari. Dalam pengelolaannya, terutama kegiatan administrasi dilaksanakan oleh pengurus yang diberi wewenang di setiap sanggar tempat latihan, namun dalam pengawasannya tetap dilakukan pimpinan yaitu Irawati Durban. Mekanisme kerja dan sistem pengupahan untuk pengurus atau pegawai dihitung berdasarkan perdatang atau perpertemuan latihan tari. Dalam penciptaan karya tari, sanggar Pusbitari tidak sekedar menciptakan tari hasil proses kreatif saja, tetapi juga hasil karya tari atau hasil produksi tari yang dibuat khusus untuk suatu pertunjukan dengan totalitas menyiapkan materi tari, pemilihan dan pembuatan kostum sesuai dengan materi tari yang akan disajikan. Disamping itu aktivitas sanggar Pusbitari melayani jasa seni pertunjukan berdasarkan permintaan tanggapan. Dalam rangka efektifitas kerja dan sumber dana tambahan dalam pengelolaan sanggar Pusbitari dilakukan dengan jalan memproduksi kostum sendiri untuk kebutuhan pertunjukan sendiri dan tidak untuk disewakan. Dengan tidak menutup kemungkinan menerima pemesanan kostum untuk kebutuhan pertunjukan yang diinginkan konsumen. Adapun pemasaran atau publikasi sanggar Pusbitari dilakukan dengan cara penyebaran brosur dan melakukan penyuluhan ke sekolah – sekolah dan atau melalui pergelaran tari yang dipertontonkan, melakukan workshop tari dan pembelajaran tari yang ditunjang dengan penyedian media dan sumber ajar tari dalam bentuk buku dan kaset dengan harapan dapat bermanfaat bagi para guru tari atau pun pelatih tari. Kiprah sanggar tari Pusbitari hingga kini menginjak usia 54 tahun. Keberadaannya sanggar tarinya sangat ditentukan penggagas dan sekaligus pemiliknya yakni Irawati Durban. Dengan kemampuannya, baik sebagai penari, koreografer, narasumber, pimpinan tari dan sekaligus dengan sanggar tari “ Pusbitari” merupakan sosok bukti seorang wanita kreatif untuk hidup dan tetap eksis dengan jalan membina dan pengembangankan kesenian Sunda, khususnya tari Sunda melalui wadah aktifitas sanggar yang melibatkan banyak orang dengan keragaman keterampilan seni. 3. Padepokan Sekar Panggung Padepokan Sekar Panggung merupakan wadah aktifitas dan kreativitas tari, khususnya tari Jaipong bertempat Jalan Paledang Rt 04 Rw 06 Desa Pasanggrahan, Kecamatan Ujung Berung, Kota Bandung. Sanggar tari yang didirikan Wawan Hendrawan pada tahun 1980-an ini, awalnya diberi nama “One Group”, dan kemudian diresmikan pada tanggal 10 Desember 2004 dengan nama sanggar yang berubah oleh Nanu Munajar, yakni Padepokan “ Sekar Panggung”. Wawan Hendrawan, lahir di Bandung, 02 November 1962. Pada awalnya ia tidak menyukai seni, terutama seni tari. Akhirnya ia pun tertarik untuk mendalami dan belajar tari,setelah bergaul dengan orang-orang seni sampai akhir tahun 1981. Beliau memutuskan untuk belajar tari kepada Pak Tandi, Pak Oleh (Alm), Pak Dedi di sanggar Gelanggang Taruna. Waktu itu beliau masih belum yakin untuk mendalami profesi barunya sebagai penari. Lambat laun kemampuan menarinya sangat bagus, akhirnya beliau dipercaya untuk melatih tari di sanggar-sanggar tari ternama,seperti; Jugala, Studio Tari Indra, Pusbitari, Tati Saleh Grup. 7
Wawan Hendrawan yang lebih akrab dipanggal “Awan Hideung” meskipun hanya berpendidikan kelas 2 SD mampu merubah nasib hidupnya dan mengangkat citra dirinya menjadi seorang koreografer Tari Jipong yang kaya akan prestasi dan pengabdi setia. Kiprahnya dalam seni Jaipong, hingga kini menjadi ikon dan fenomena yang patut mendapat acungan jempol dan penghargaan yang pantas oleh semua pihak. Terutama penghargaan dari pemerintah, lembaga formal terkait seni dan insan generasi muda yang menggeluti dunia seni tari dewasa ini. Untuk mempertahankan sanggar yang didirikannya, beliau memiliki strategis kepelatihannya ia mengatakan ” Ciptakan suasana senyaman mungkin, b. Ciptakan sistem kepercayaan, c. Tidak melihat materi, d. Tumbuhkan rasa kekeluargaan, e. Motivasi anak untuk belajar menari lebih baik.” Dalam perkembangan Padepokan seni yang dirintisnya berbuah kenyataan dan bernilai wirausaha yang menjanjikan bagi kehidupan dirinya, keluarganya dan para siswanya yang telah mahir. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan kemajuan sanggarnya dengan membuka cabang pelatihan tari Jaipong, antara lain sebagai berikut: 1.Cabang Garut yang mengajar tari bukan Awan tetapi anak didik wawan yang sudah mahir menari, 2. Cabang Sumedang di sini juga sama Awan tidak mengajar hanya anak didiknya saja yang mengajarkan tari kepada muridnya ia datang untuk mengontrol saja, 3. Cabang Gedung Sate,setiap hari Selasa mulai latihan 12.00 WIB. sampai 18.00 WIB., 4. Cabang Ujung Berung setiap hari Rabu dan minggu mulai latihan pukul 09.00 WIB. sampai 21.00 WIB., 5. Cabang Cihideung Lembang,setiap hari Kamis mulai latihan pukul 14.00 WIB. sampai 18.00 WIB., 6. Cabang Bojong Soang,setiap hari Jumat mulai jam 14.00 WIB. sampai 18.00 WIB, 7. Cabang Cimahi.setiap hari Jumat mulai pukul 17.00 WIB.sampai selesai. 8. Cabang RRI,setiap hari Sabtu mulai pukul 14.00 sampai 18.00 WIB. 9.Cabang Jakarta Sangrina Bunda. Terkait dengan strategi dalam kepelatihan tarinya dapat disimak dari pendapat para murid yang bergabung dengan Padepokan Sekar Panggung. Penuturannya dapat disimpulkan, sebagai berikut; ” a. Memberikan suasana yang fun/nyaman, b. penyampain materinya abah awan mengajarkan sampai betul-betul paham, c. Karya yang dibuatnya sangat energik dan tidak erotis, d. Banyak muridnya yang berhasil.” Begitu pula dengan beberapa pendapat dari dari para orang tua murid, dan dengan tanggapan, sebagai berikut: 1. Bagus, baik karena pemilihan sanggar di lihat dari segi materi gerak yang bagus dan berbeda dengan sanggar-sanggar yang lain. Hal ini dapat terlihat dari murid yang baru 4 bulan latihan sudah bisa tampil. 2. Pola pembelajarn yang diberikan lebih mudah dan cepat dimengerti oleh anak-anak. 3. Selalu membina hubungan kekeluargaan atau persahabatan. 4. Nama pelatihnya sudah dikenal dimana-mana. 5. Dalam pembelajaranya selalu diberikan secara mendetail mulai dari kepala, tangan, badan dan kaki. 6. Perlakuan terhadap para muridnya bersikap terbuka dan tidak membedabedakan dalam kondisi apapun siap untuk melatihnya. Salah satunya ia mempunyai murid yang berbeda dari murid lainnya yaitu murid yang keterbelakangan mental (autis). Sebelum masuk ke sanggar prilaku murid ini adalah pemarah, pemalu, dan tidak bisa bersosialisasi, namun setelah masuk sanggar dia dapat berprilaku wajar dan bisa bersosialisasi dengan temantemannya. 8
Dalam penyampaian materi tarinya, Awan tidak mempunyai metode -metode pembelajaran yang khusus bersifat belajar langsung (metode directing) dengan cara meniru apa yang dicontoh didirnya dan siswa mengikutinya atau mengekor. Model pembelajaran yang diterapkannya tersebut dapat diserap dan dipahami oleh para muridnya, sehingga para siswanya hanya dengan beberapa pertemuan telah mampu menguasai materi yang diajarkan termasuk siswa yang mempunyai keterbelakangan mental. Kesungguhan dan kreativitas tari yang digelutinya membuka kesempatan Padepokan seninya dipercaya untuk melakukan lawatan misi kesenian ke luar negeri, antara lain negara yang pernah dikunjunginya; Jepang, Amerika, Prancis pada bulan Mei 2008 bersama grup Sandrina Bunda Cabang Jakarta yang dipimpin oleh Elli Kasim. Bersama Sanggar Tari Padang lawatan ke luar negeri meliputi; Prancis, Swiss, Belanda, Belgia, Jerman, Spanyol, Kenada, dan lain-lain. Timbulnya rasa kepercayaan terhadap diri Awan, baik dalam menyelenggarakan pelatihan tari maupun pertunjukan tari di bawah bendera Padepokan Sekar Panggung tidak lepas dari kualitas materi tari dan garapan seni sebagai karya pribadinya. Adapun karya-karya tari ciptaan Wawan Hendrawan mulai tahun 1984 sampai sekarang kurang lebih sebanyak 50 karya, antara lain sebagai berikut: 1. Tari Kembang Tanjung, 2. Tari Langit Biru, 3. Kembang Boled, 4. Tari Senggot, 5. Tari Katumbiri, 6. Tari Jali-jali, 7. Tari Gandrung, 8. Tari Tablo, Kulu-kulu Bem, 9. Sekar Panggung, 10, Maung Lugay, 11. Bajidor Kahot, 12. Iring-iring, 13. Waledan, 14. Teuweleh Imut, 15. Pamayang, 16. Kaca-kaca, 17. Dangiang, dan lain-lain. Terkait dengan tari Jaipong karya Wawan Hendrawan, apabila dilihat dari judul tariannya dalam proses kreatifnya dapat dikatakan selalu bersumber dari lagu-lagu Jaipong yang cukup populer di tengah-tengah masyarakat. Strategi penciptaan karya tarinya sangat tergantung pada lagu-lagu Jaipong yang tengah hangat dan gandrung disukai masyarakat penikmatnya, sehingga cukup ampuh dan cepat diterima pemirsa tarian yang dibuatnya. Strategi pemasaran yang dilakukan pada dasarnya tidak harus melakukan promosi atau sosialisasi yang serius bahkan dengan memberikan tarian barunya melalui para siswa pelatihannya atau pun mempertunjukan karya tariannya pada acara hajatan dan acara-acara resmi merupakan bagian penting dari kegiatan manajemen sanggar seni yang dimilikinya. Manajemen keuangan yang dilakukan terhadap sembilan cabang sanggar tarinya menggunakan sistem bagi hasil dengan pembagian 70% untuk honor pelatih, 30% untuk sewa tempat, dengan pengecualian pelatihan tari di Padepokan Sekar Panggung berpusat di Ujung Berung mendapatkan keuntungan 100%. Dalam proses produksi untuk pementasan seni, beliau kadang mempersiapkannya secara dadakan, mengingat para penari dan pemain musik sudah terlatih dan profesional. Pengrawit yang biasa diajak untuk mengiringi tarian kurang lebih ada 10 orang (salah satunya dari UPI) dan dua orang Sinden. Kebutuhan kostum tarian, apabila ada event yang diadakan secara besar- besaran baru dilakukan penyewaan kostum dari luar. Selain memiliki usaha dibidang seni, beliaupun memiliki usaha lain dalam bentuk usaha penyewaan kostum, dan pembuatan kaset.
9
Keuletan dan kecerdasan belian dalam memanfaatkan peluang berdampak pendapatan financial yang diterimanya sebagai hasil usaha dari pengelolaan semua sanggar tari dan usaha lain sebagai pengisi acara atau panggungan kurang lebih mencapai 5 juta/ bulan. Tetapi itu semua tergantung dari banyaknya event setiap bulan. Kadang kala pendapatan perhari dapat mencapai 20 juta / hari, itu pun kalo acara yang dipercayakan pada dirinya cukup besar dan dalam moment pertunjukan besar pula. Jumlah anggota kurang lebih 500 orang, dan pengurus Padepokan Sekar Panggung sebanyak 10 orang. Pengelola dan karyawan Padepokan Sekar Panggung sebagian besar dipegang oleh keluarga, sedangkan anggota kebanyakan dari warga sekitar, diantaranya para anak-anak dan pelajar; TK, SD, SMP, SLB, SMA dan Mahasiswa. Strategi dalam merintis karier usaha dibidang seni pertunjukan melalui Padepokan Sekar Panggung, khususnya pelatihan tari menurut Wawan Hendrawan mengemukan sebagai berikut: 1. Rencanakan kegiatan dengan niat dan berfikir positif, 2. Cari peluang-peluang unik, yang belum ada atau langka, 3. Munculkan ide-ide kreatif, 4. Adanya kemauan untuk maju, 5. Lakukan kerja keras dan kreativitas, 6. Gunakan nalar untuk berpikir strategis, 7. Kembangkan perspektif peluang usaha, 8. Jangan ragu-ragu dalam mengambil keputusan, 9. Utamakan kualitas daripada berfikir upah, 10. Berinovasi dengan terarah dan spesifik. Terkait sanggar tari yang didirikannya hingga menginjak 12 tahun keberadaannya terbukti Awan adalah sosok pria kreatif yang bertolakbelakang dari jender dan kemustahilan dari latarbelakang pendidikannya yang menginjak bangku sampai kelas 2 SD, tetapi mampu menempa potensi dirinya hingga mengukuhkan sebagai koreografer yang handal. Sikap bersahaja dan pergaulannya yang terbuka dengan para seniman akademisi menumbuhkan minat dirinya menjadi pelatih dan pemilik padepokan seni dengan beberapa cabang-cabang pelatihannya tari. Atas keterampilan menari dan strategis kepelatihan yang diyakininya, Awan mampu merubah nasibnya menjadi seorang koreografer, pelatih tari dan manajer Padepokan Sekar Panggung yang dimilikinya. 4. Sanggar Busana Evoy Production Sanggar busana tari Evoy Production pimpinan Popong Sopia bertempat di Jalan Regang Dalam-Lengkong Besar Kota Bandung. Nama sanggar busana Evoy Production diambil dari nama pemilik sanggar yaitu Popong Sopia S.Sn atau lebih dikenal dengan nama ‘Evoy”. Popong Sopia S.Sn, Lahir 03 Maret 1974 di Sukamantri Kabupaten Ciamis. Merintis karier usahanya bermula dari kecintaannya pada kesenian Sunda, khususnya Jaipongan juga dengan kesukaannya untuk mengoleksi kostum tari. Mulai tahun 1997 sejak kuliah di STSI Bandung jurusan Seni Tari dengan kapasitas kostum yang dimilikinya sangat terbatas. Tahun 2000 koleksi kostum mulai meningkat dan bertambah banyak hingga dikenal oleh masyarakat mulai dari sanggar-sanggar, sekolah, kampus, instansi pemerintah. dll, baik dalam kota maupun luar kota bahkan luar negeri. Karier usahanya dirintis mulai tahun 1997, tepatnya sejak kuliah di Jurusan Tari STSI Bandung dengan kapasitas kostum yang dimilikinya sangat terbatas. Baru pada tahun 2000 koleksi kostum pribadinya mulai meningkat dan bertambah banyak. Oleh karena koleksi busana tari dalam rintisan usahanya lebih mementingkan kualitas produk dan selera warna kebanyakan konsumen serta harga penyewaan dan pembuatan yang terjangkau dan demokratis membuat 10
Evoy Production mulai digemari para konsumennya. Promosi produk dan penyewaan busana tari yang dimiliki diawali dari sanggar- sanggar, pentas seni sekolahan, kegiatan seni kampus, instansi pemerintah, sehingga lambat laun menjadi terkenal baik dalam kota maupun luar kota bahkan sampai layanan busana ke luar negeri. Kegiatan usaha Evoy Production dalam rintisan usaha dibidang layanan jasa seni pertunjukan hingga perkembangan usahanya tidak lepas dari strategi wirausaha yang dilakukan dalam pengelolaan sanggar seninya, antara lain sebagai berikut: 1. Adanya keinginan, 2. Tekad dan nekad (berani mencoba), 3. Kreatif., 4. Adanya pengelolaan manajemen yang mendukung dengan baik, 5. Fasilitas dan daya tarik dalam model product, 6. Memberikan kepuasan terhadap pelanggan, 7. Berani dalam membuat model dan bermain warna pada product yang dibuat. Terkait dengan kiat-kiat bisnis yang ia lakukan dalam bidang seni pertunjukan dengan prioritas usaha lebih terkonsentrasi pada layanan jasa penyewaan busana dan pembuatan busana tari berdampak pada hasil yang menggembirakan, disamping keuntungan finansial juga mampu mengembangkan usaha lain dalam terapa seni pertunjukan. Meskipun bisnis yang dijalankan tidak sepesat pengelolaan wirausaha kostum. Hal ini, dapat dikemukakan bentukbentuk layanan usaha yang dilakukan Evoy Production. a.Penyewaan kostum tari tradisional maupun modern. b. Penjualan busana tari & busana adat. c. Paket kesenian, baik untuk acara pemikahan, khitanan, acara-acara kantor, serah terima jabatan, launching product, kerjasama dengan TV swasta, TV lokal maupun Radio. d. Privat tari. e. Rias (make-up dan sanggul). Berangkat dari hobi mengoleksi busana tari dan keyakinan akan potensi dirinya, Popong Sopia termotivasi untuk membuat kostum tarian sendiri terkait seringnya acara tanggapan kesenian yang dipercayakan pada dirinya. Ternyata upaya yang dilakukannya berdampak pada banyaknya konsumen untuk meminjam kostum yang dimilikinya. Dalam perkembangan usahanya di bidang seni pertunjukan bergeser pada ketertarikannya pada layanan busana dan kostum tarian yang dianggap lebih menguntungkan secara finansial. Meskipun bidang usaha lain dalam seni pertunjukan tidak begitu saja ditinggalkan. Adapun data kostum pada sanggar busana Evoy Production yang menjadi sumber usahanya hingga kini memiliki beberapa jenis kostum dengan berbagai kepentingannya, dalam kaitan ini dapat dikemukan sebagai berikut: A. Kostum Tari Daerah dan Nusantara; 1. Jawa Barat , 2. Jabotabek, 3. Jawa Tengah, 4. JawaTimur, 5. Sumatera, 6. Kalimantan, 7. Aceh, 8. Sulawesi, 9. Bali, 10. Irian Jaya. B. Kostum Umum; 1. Kostum Pager Ayu, 2. Kostum Pager Bagus, 3. Kostum MC, 4. Jas Modern, 5. Baju Sunat, 6. Kostum Pra-Wedding, dll. C. Kostum Karakter: 1. Paterpan, 2. Alibaba, 3. Jasmine, 4. Bajak Laut, 5. Matador, 6. Putri Salju, 7.Penyihir, 8. Joker, 9. Two Faces, 10. Flinstone, 11. Tahun 70-an, 12. Coboy,, 13. Buah-buahan, 14. Binatang, 15. Halloween, 16. Karnaval, dll. D. Kostum Mancanegara; 1. Cina, 2. Jepang, 3. Meksiko, 4. Mesir, 5. India. dll. E. Kostum Modern Dance; 1. R&B, 2. Hip-Hop, 3. Rock & Roll, 4. Dangdut, dll.
11
Untuk kostum-kostum di atas tersedia mulai dari ukuran anak TK sampai dewasa. Harga kostum bervariasi mulai dan Rp. 25.000/ stel ke atas (sesuai dengan kebutuhan). Jumlah kostum tersedia baik untuk tari tunggal, rampak maupun kolosal. Walaupun terdapat beragam busana, tapi spesialisasi kostumnya adalah kostum Jaipongan dengan ciri khas model dan komposisi warna yang kontras, glamour, nyaman dipakai dengan tidak meninggalkan nilai-nilai estetisnya. Pada dasarnya perkembangan dan kemajuan usaha yang dilakukan Popong Sopia bersama sanggar busana yang dimilikinya, tidak lepas dari kesungguhan, penuh semangat dan cita-cita kemampuan dirinya dengan mengemban visi dan misi dari tujuan usahanya. Visi dan misi sanggar busana Evoy Production dapat dikemukan sebagai berikut: a.Untuk menyalurkan kreativitas dan ide dalam pembuatan kostum tari, sehingga mempunyai ciri khas tersendiri khususnya untuk kostum jaipong, baik dalam segi model dan komposisi warna. b. Untuk melestarikan kesenian, khususnya kesenian Sunda, umumnya kesenian nusantara. c. Untuk mengurangi tingkat pengangguran, karena dengan banyaknya tenaga kerja yang dibutuhkan maka akan membantu kemajuan perusahaan. d. Prinsip yang selalu ditanamkan kepada karyawannya adalah “SOMEAH HADE KASEMAH & REPEH RAPIH TUR SEUNGIT”. Someah artinya kita sebagai karyawan harus ramah kepada siapa saja tamu yang datang, Repeh : sesama karyawan tidak boleh bertengkar tetapi harus saling membantu/gotong royong. Rapih: penataan pakaian harus rapih supaya menarik, Seungit : perawatan pakaian harus selalu wangi. Dengan visi dan misi yang diusungnya, terutama dengan strategis layanan usahanya “Someah hade kasemah, repeh, rapih tur sengit” terhadap konsumen dan sesama karyawannya dalam pengelolaan bisnis kostumnya berdampak meningkatnya kepercayaan konsumen dalam hal pembuatan kostum, antara lain; Pengadaan kostum tari dan kostum karawitan untuk Disbudpar Jabar, Disbudpar Jakarta, Disparbud. Sumedang, Disbudpar Subang, Disbudpar Karawang. Disbudpar Garut dan instansi atau lembaga lainnya baik pemerintah maupun swasta. Dengan demikian bisnis kostum yang mulai dirintisnya sejak tahun 2004 sampai sekarang dapat dirinci sebagai berikut: 1) Pergelaran kolosal Sendrawatacana Laksamana Cheng Ho pimpinan ibu Agung Laksono di .Jakarta bulan Agustus 2007. 2) Kerjasama dengan PJ-TV dalam acara GrandFinal Mojang Jajaka 2007, Bandung TV untuk acara Dalingding Asih, TPI untuk acara KDI. lndosiar untuk acara goyang-goyang & Gebyar BCA, IMB juga TV swasta lainnya. 3) Pembuatan kostum untuk pertunjukan tari di Sanggar Tari JUGALA pimpinan Bapak Gugum Gumbira, Sanggar Tari Indrawati Lukman. Sanggar Tari Tati Saleh Grup, dan sanggar-sanggar tari lainnya. 4) Pembuatan kostum untuk festival tari di STSI Bandung dan SMKI Bandung, Taman Mini Jakarta, dll. 5) Pembuatan kostum karnaval dan kostum karakter di Bank Mandiri,Bank BCA. Café Calista, Kampung Daun. Fame Station, dll. 6. Pembuatan kostum untuk pementasan di televisi antara lain; Sanggar Tari Modern Yukitanari, Wana Be Dance, Basic, We Production, Equal Management,dll. 7) Pemesanan kostum untuk pertunjukan di luar negeri antara lain Eropa (Amerika. Perancis. Belanda. Irak. Dubai, Australia. dsb), Asia (Jepang. Thailan. Filipina, Singapore, Cina, dsb)
12
Sejalan dengan kemajuan teknologi dan perubahan layanan masyarakat yang menutut lebih cepat lebih baik, mau tidak mau wirausaha dibidang terapan seni pertunjukan, terutama layanan kostum Evoy Production pun beradapatasi untuk memanfaatnya sebagai fasilitas penunjang usaha. Fasilitas teknologi yang digunakannya sebagai media merupakan bagian dari kesuksesan dalam menjalankan usahanya, antara lain sebagai berikut: 1. Fasilitas komputer gunanya untuk: a) Pendataan keluar masuknya pakaian yang disewa atau dipakai. b) Pendokumentasian arsip data dan Foto.c) Keperluan administrasi kantor. fasilitas internet gunanya untuk: a) Kalau ada pemesanan dari luar kota atau luar negeri bisa memperlihatkan data dan foto-foto busananya secara terinci. 3. Adanya website kita bisa tahu tentang informasi yang dibutuhkan, misalnya : mencari informasi tentang model, harga, spesifikasi kostum, warna, dll. sehingga orang rertarik untuk menyewa atau membeli kostum yang ada di perusahaan EP. 4. fasilitas Faximale, gunanya untuk pengiriman data yang penting yang tidak bisa lewat telepon karena kalau di kirim/ paket memerlukan waktu. 5. Administrasi yang tertata dan profesional; persuratan, pencatata, pembuatan bon. Kwitansi dengan lebel perusahaan, semuanya bermerk ”EVOY PRODUCTION” Pengelolaan sanggar seni Evoy Production, terutama dalam bisnis layanan jasa penyewaan dan pembuatan kostum tari, tidak hanya mampu mengandalkan kemampuan pribadinya yang berlatarbelakang seniman tari dengan kegemaran mengoleksi dan membuat kostum untuk kepentingan pertunjukan pribadi dan sanggarnya. Tetapi Evoy Production telah menjadi suatu perusahan besar dengan omset yang cukup besar hingga mampu meraup keuntungan bersih Rp. 80.000.000,-/ pertahun dari Rp. 88.000.000,-/ tahun pendapatan kotor dengan rata-rata perbulan keuntungan bersih Rp.8.000.000,-. Ternyata kesuksukan dalam bisnis kostumnya melibatkan orang-orang akhli atau sumber daya manusia yang memadai dibidangnya dengan tidak lupa beradaptasi dan memanfaatkan kemajuan teknologi komunikasi sebagai media pemasaran yang cukup efektif. Analisis Penelitian Dalam praktiknya implementasi kewirausahaan tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan manajemen. Tetapi kegiatan manajemen sangatlah berbeda dengan kewirausahaan. Terutama karakteristik dalam pencapaian tujuannya yakni kewirausahan lebih menekankan pada aspek keuntungan atau laba daripada kerugian sebagai suatu resiko akibat dari penerapan strategi yang dilakukan seorang wirausaha. Manajemenn dipandang sebagai strategi rutin dalam upayaupaya mencapai tujuan kewirausahaan melalui fungsi-fungsi manajemen, meliputi kegiatan; perencanaan usaha, pengorganisasi usaha, pelaksanaan atau penggerakan usaha dan pengawasan usaha dengan memanfaatkan sumber potensi atau peluang yang ada berupa 6 M (Man/manusia, Money/uang,Method/ metode, mechine/ peralatan/, Material/bahan, Product/ barang dan Market/pasar). Dalam hal ini, suatu perusahaan atau pun seorang wirausahawan telah melakukan manajemen dengan baik, namun produk barang atau jasa yang ada belum tentu terjadi kegiatan kewirausahaan apabila tanpa ada pembeli atau membuat produk tanpa memperhitungkan peluang pasar. Dengan demikian wirausaha dapat berjalan dengan baik dan terjadi penumpukan barang, apabila terjadi hubungan timbal balik dan saling memuaskan antara konsumen dengan produk yang dihasilkan. 13
Kegiatan manajemen dan kewirausahaan memiliki hubungan erat dan terkait ibarat mobil dan pengemudi. Mobil sebagai produk barang sedangkan pengemudi adalah pengendali dari mobil atau barang dalam mencapai tujuan atau barang yang terjual dengan tepat sasaran dan sekaligus memuaskan konsumen dengan imbalan mendapat keuntungan. Lebih jauh dari itu, prilaku dalam kegiatan wirausaha bukan saja sebagai penjual atau salesman tetapi mampu menghasilkan produk atau barang berupa mobil atau barang. Dengan demikian lengkaplah sudah, bahwa seorang wirausahawan handal diidealkan adalah pelaku bisnis sekaligus kreator dan inovator terkait dengan barang atau produk yang dihasilkannya bernilai daya jual, siap menghadapi daya saing harga, perhitungan peluang pasar dan tetap menjaga kualitas barang atau produk dengan melibatkan dan memberdayakan potensi orang lain. Berangkat dari aktifitas, kreativitas dan prestasi Indrawati Lukman dan Irawati Durban dalam seni tari, khususnya tari Sunda sedikitnya membawa harum nama Indonesia di mata dunia. Prinsip dan sikap berkeseniannya merupakan ketauladanan dari sosok perempuan dalam dunia seni tari yang dibangun oleh intensitas kerja dari kegemaran, hobi, kesukaan, kesungguhan, disiplin ilmu yang kuat dan pengalaman berkeseniannya berbuah prestasi yang patut mendapat acungan jempol dan penghargaan yang pantas oleh semua pihak. Terutama penghargaan dari pemerintah, lembaga formal terkait seni dan insan generasi muda yang menggeluti dunia tari dewasa ini. Indrawati Lukman dan Irawati Durban dengan segudang pengalaman kesenian hingga ke mancanegara adalah sosok pejuang perempuan di bidang seni tari mampu mengangkat citra dirinya dan para gurunya untuk digali dan dimanfaatkan sebagai narasumber hidup dalam ilmu, terutama mengenai kiprah dan perkembangan tari Sunda klasik gaya Rd. Tjetje Soemantri di tengah-tengah perubahan masyarakat yang semakin kompleks dan beragam. Eksistensi dan pengabdian Indrawati Lukman dan Irawati Durban dalam keterampilan menari, terutama seni Sunda, berdampak besar terhadap keinginannya untuk mewujudkan sanggar tari milik pribadinya. Terbukti sanggar tari yang didirikannya menjadi wadah aktifitas dan kreativitas para seniman yang mampu memberikan peluang usaha bagi segenap seniman kota Bandung dan para alumni sekolah kesenian, terutama para lulusan STSI Bandung. Perjuangan, eksistensi dan pengabdian Wawan Hendrawan dalam seni tari, khususnya dalam upaya membina dan mengembangkan tari Jaipong tidak lepas dari pengalaman autodidaknya yang mampu memicu dirinya dari para gurunya dan didukung istri tercintanya jeblon jurusan ekonomi perguruan tinggi di Bandung untuk mewujudkan cita-cita dengan mendirikan padepokan seni. Awan dengan kemustahilan dari latarbelakang pendidikannya yang menginjak bangku sampai kelas 2 SD, dengan sikap bersahaja dan pergaulannya yang terbuka dengan para seniman akademisi menumbuhkan minat dirinya menjadi penari, pelatih tari dan mampu merubah nasibnya menjadi seorang koreografer dan manajer Padepokan Sekar Panggung yang dimilikinya. Berangkat dari sekedar hobi mengoleksi busana tari dari kebiasaannya tampil sebagai penari Jaipong, Popong Sopia yang dipanggil akrab dengan nama Epoy. ternyata membuka kesadaran dirinya terhadap peluang untuk terjun menekuni dunia kostum tari yang tidak dinyana berdampak finansial dan menjanjikan jaminan kemandirian dalam hidupnya. Kiprahnya dalam kostum tari; baik busana tari etnik Sunda, busana tari Nusantara hingga busana tarian modern, dan busana formal modern mampu merubah citra dirinya menjadi ikon dan fenomena bisnis busana tari yang patut mendapat acungan jempol dan 14
penghargaan, terutama STSI Bandung selaku lembaga formal tempat melahirkan sarjana seninya. Kerberhasilan Popong Sopia sebagai sosok perempuan tangguh dan berhasil meraih simpati pasar dalam pembuatan dan layanan penyewaan kostum tari dengan keuntungan yang cukup besar hingga Rp. 80.000.000,-/pertahun. Keberhasilannbya dalam bisnis busana tari pada dasarnya tidak lepas dari upaya kerja keras dan keuletan untuk tetap; belajar tanpa henti, peka terhadap perkembangan mode dan selera pasar, dan menjunjung kualitas produk dan harga yang cukup bersaing dan terjangkau serta tidak melupakan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi sebagai adaptasi layanan konsumen dan promosi secara cepat, efektif dan efisien. Berdasarkan gambaran hasil penelitian kiranya dapat dipahami melalui analisis persamaan dan perbedaan fokus dalam kegiatan usaha seni, sehingga berpengaruh besar terhadap keuntungan finansial yang diperoleh masing-masing sanggar tari terkait subjek penelitian. Pertama, prinsip-prinsip wirausaha yang dilakukan pimpinannya sebagai bagian dari strategi rintisan dan pengembangan usaha melalui layanan jasa terkait seni pertunjukan. Studio Tari Indra, Pusat Bina Seni Tari, dan Evoy Production sama-sama memulai kariernya dari suatu hobi, kesukaaan, ketertarikan kecintaan terhadap suatu kegiatan menari dan atau mengoleksi barang berupa kostum tari (Popong Sopia). Dengan pengecualian Wawan Hendrawan berbekal pengalaman autodidak menari berdampak keterampilan menari, menjadi koreografer dan akhirnya manajer Padepokan Sekar Panggung. Berdasarkan gambaran karier atau usahanya yang dirintisnya sekaligus pilihan dalam usaha pribadinya mengandung pemahaman bahwa setiap wirausaha yang akan dilakukan terutama dibidang seni, hendaknya dilakukan evaluasi diri untuk memahami potensi diri sendiri (hobi, kemampuan lebih yang nampak) untuk dijadikan modal utama dalam mengawali kegiatan wirausaha. Kedua, bentuk wirausaha seni yang dilakukan subyek penelitian dengan pengecualian bisnis yang dilakukan Popong Sopia, cenderung bersifat paruh waktu atau temporer yakni tanpa kepastian keuntungan yang tetap dan bersifat rutin dalam melakukan usahanya. Akibat dari bentuk usaha yang dilakukannya berdampak pada sistem pengupahan atau pendapatan yang diperoleh pemilik sanggar atau pun orang-orang yang terlibat dalam kegiatan seni tidak tetap sangat tergantung pada besar kecilnya order yang akan dilaksanakan. Lain halnya wirausaha yang dilakukan Evoy Production sistem pengupahan/ penggajian yang tetap sesuai dengan kapasitas kemampuan karyawan. Ketiga, berdasarkan tipologi dan karakteristik wirausaha yang dijalankan Studio Tari Indra, Pusbitari dan Padepokan Sekar Panggung lebih mengarah pada model kewirausahaan berbasis keterampilan atau kemampuan mandiri sebagai nilai jual yang berpengaruh besar terhadap nilai jual sanggar tari yang dimilikinya. Adapun tipologi wirausaha yang dijalankan Evoy Production lebih bersifat perusahaaan berbasis wirausaha rumah dan kriya dengan ciri-ciri pengelolaan manajerial yang mapan dan profesional. Keempat, berdasarkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan sanggarnya Evoy production lebih cenderung profesional yang ditandai dengan perkembangan usahanya dilakukan dengan cara rekrutmen karyawan berdasarkan potensi manusia (SDM) lebih mengarah pada kemampuan profesi. Sedangkan STI, Pusbitari, dan Padepokan Swkar Panggung 15
cenderung mengandalkan kemampuan sendiri dan cenderung fungsi-fungsi manajemen lebih diabaikan dan hidup matinya sanggar tari atau padepokan milik pribadinya sangat tergantung pada ikon pimpinan atau pemilik sanggar tari. Dengan demikian analisis kewirausahan seni berbasis keunggulan sanggar tari dapat disimpulkan bahwa sejatinya kewirausahaan seni dapat dipahami dan dimaknai sebagai proses wirausaha yang hadir dan berkembang karena ditunjang oleh etos kerja profesional, mimpi yang logis, percaya diri, komitmen yang tinggi, berjiwa pemimpin dan tauladan, kerja keras, pantang menyerah, saling percaya dan menghormati, jujur, siap menghadapi resiko, peka terhadap peluang, membuka diri melalui kemiteraan dan promosi dengan dilandasi kemampuan manajerial yang handal dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap wirausaha yang dijalankannya. Kesimpulan Model wirausaha seni berbasis keunggulan sanggar tari dengan subyek penelitian pada Studio Tari Indra, Pusat Bina Tari (Pusbitari), Sanggar Busana Epoy Production dan Padepokan Sekar Panggung di kota Bandung dapat disimpulkan bahwa sejatinya kewirausahaan seni dapat dipahami dan dimaknai sebagai proses wirausaha yang hadir dan berkembang karena ditunjang oleh etos kerja profesional, mimpi yang logis, percaya diri, komitmen yang tinggi, berjiwa pemimpin dan tauladan, kerja keras, pantang menyerah, saling percaya dan menghormati, jujur, siap menghadapi resiko, peka terhadap peluang, membuka diri melalui kemiteraan dan promosi dengan dilandasi kemampuan manajerial yang handal dalam perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan terhadap wirausaha yang dijalankannya.
DAFTAR PUSTAKA Abdulhak, Ishak dan Sanjaya, Wina. (1995). Media Pendidikan (Suatu Pengantar). Bandung: IKIP Arsyad, Azhar. (2006). Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Frafindo Persada. Hardjana Suka. (1995). Manajemen Kesenian dan Para Pelakunya, Yogyakarta:MSPI. HARRtilar, (2008). Sekilas Pendidikan, Lomba Kompetensi SLB Se Jabar .Jakarta: HU. Kompas, 16 Februari 2008. Murgiyanto Sal.(1985). Manajemen Pertunjukan, Jakarta: Depdikbud. Dirjen Dikdasmenjur. Kala Jusuf. (2010). Kuliah Umum Enterprenership. Bandung : UPI, Jumat, 19 Februari.2010. Sagala, Syaiful. (2005). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sudirman, dkk. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: Rosdakarya. Sudjana, Nana. (2000). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algensindo. 16
Suherman Eman. (2008). Desain Pembelajaran Kewirausahaan. Bandung: Penerbit Alfabeta. Sukmadi & Hudaya I, Sulstiyono.(2008) Menjadi Wirausahawan Handal. Manajemen Usaha. Jakarta : Rineka Cipta.
Teori dan Aplikasi
Sukyadi Didi & Cahyani I. Setiadi, R.(2008) Kewirausahaan. Untuk Pemelajar Bahasa dan Seni. Bandung: Basen Press. Supriyatna Agus. (2002). Manajemen Terapan Dalam Seni Pertunjukan, Taman Budaya Propinsi Jawa Barat: Makalah Seminar dan Workshop Seni Pertunjukan. Tidak diterbitkan.
17
18