PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA
DISUSUN OLEH:
OKTA VIANA GALUH PRATIWI P11045
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DISUSUN OLEH:
OKTA VIANA GALUH PRATIWI P11045
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2014
i
ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama
:
OKTA VIANA GALUH PRATIWI
NIM
:
P11045
Program Studi
:
D III KEPERAWATAN
Judul Karya Tulis Ilmiah :
PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR
TERHADAP
PENGETAHUAN
IBU
PENINGKATAN MENYUSUI
PADA
ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benarbenar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pikiran orang ralin yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atau perbuatan tersebut sesui dengan ketetuan akademi yang berlaku.
Surakarta, Mei 2014 Yang Membuat Pernyatan
Okta Viana G.P. NIM.P11045
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh: Nama
: OKTA VIANA GALUH PRATIWI
NIM
: P11045
Program Studi
: DIII KEPERAWATAN
Judul
: PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA
TEKNIK
MENYUSUI
YANG
BENAR
TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah Prodi DIII Keperawatan STIKES Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta Hari/Tanggal : 9 Mei 201
Pembimbing : Siti Mardiyah,S.Kep.,Ns NIK. 201183063
(
)
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat, anugerah dan kasihNya, penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ PEMBERIAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG CARA TEKNIK MENYUSUI YANG BENAR TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU MENYUSUI PADA ASUHAN KEPERAWATAN NY. D DENGAN POST PARTUM DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA” Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dukungan dari pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhomat: 1. Atiek Murhayati.S,Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan, 2. Meri Oktariani, S.Kep.,Ns.,M.Kep, selaku Sekertariss Program Studi DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Siti Mardiyah, S.Kep.,Ns selaku dosen pembimbing, yang telah membimbing dengan baik, memberikan saran dan masukan, inspirasi, dalam membimbing KTI. 4. Nurul Devi A, S.Kep.,Ns selaku penguji I, terimakasih atas saran dan masukannya untuk melengkapi yang kurang pada Karya Tulis Ilmiah
v
5. Noor Fitriyani, S.Kep.,Ns selaku penguji II, terimakasih juga untuk saran dan masukannya untuk melengkapi yang kurang pada Karya Tulis Ilmiah 6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat. 7. Untuk mama dan papa yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk menyelesaikan pendidikan. 8. Untuk adik yang selalu menemani dan memberikan motivasi 9. Semua keluargaku yang juga memberikan dukungan, dan selalu memberi motivasi. 10. Untuk sahabatku Ayu Merary, Yefta Pandu, Bagus, Fajar R, Lidhia Oktalina, Nita Kristanti, Desi Ratna, dan sahabat pemuda GKI Nusukan, dimana kita selalu berbagi suka dan duka bersama, dan terimakasih atas motivasi yang kalian berikan. 11. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual Semoga laporan studi kasus ini bermanaat untuk perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta,
Mei 2014
Penulis
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................
i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .....................................................
ii
LEMBAR PERSETUJUAN.............................................................................
iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................
iv
KATA PENGANTAR .....................................................................................
v
DAFTAR ISI ....................................................................................................
vii
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN .........................................................................
1
A. Latar Belakang .......................................................................
1
B. Tujuan Penulisan ....................................................................
3
C. Manfaat Penulisan ..................................................................
4
TINJAUAN TEORI ......................................................................
5
A. Post Partus ..............................................................................
5
B. Asuhan Keperawatan .............................................................
11
C. Menyusui ...............................................................................
16
D. Pengetahuan ..........................................................................
21
LAPORAN KASUS ......................................................................
27
A. Identitas klien .........................................................................
27
B. Pengkajian ..............................................................................
27
C. Perumusan Masalah Keperawatan .........................................
31
D. Perencanaan Keperawatan .....................................................
32
E. Implementasi keperawatan .....................................................
33
F. Evaluasi Keperawatan ............................................................
37
PEMBAHASAN ..........................................................................
40
A. Pembahasan ...........................................................................
40
BAB II
BAB III
BAB IV
vii
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN .....................................................
53
A. Kesimpulan ............................................................................
53
B. Saran ......................................................................................
55
Daftar Pustaka Lampiran Daftar Riwayat Hidup
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah
Lampiran 2
Surat Keterangan Selesai Pengambilan Data
Lampiran 3
Log Book Kegiatan Harian
Lampiran 4
Asuhan Keperawatan
Lampiran 5
SAP
Lampiran 6
Leaflet
Lampiran 7
Daftar Riwayat Hidup
ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga yang baru. Periode masa post partus dibagi menjadi tiga yaitu Immediate post partum, Early post partum dan Late post partum (Mitayani, 2012). Angka kejadian menyusui dilaporkan sangat bervariasi dari sedikit sampai 33% wanita menyusui tapi biasanya dibawah 10%. Pada tahun 2007 praktik menyusui di Indonesia sebanyak 95% ibu pernah menyusui bayinya. Sedangkan data yang didapat dari Dinas Kesehatan jumlah ibu menyusui (042 hari) sebanyak 12,34% (Esti, 2010). Pasca melahirkan dengan komplikasi resiko tinggi maupun tanpa komplikasi, tugas seorang ibu adalah menyusi bayinya. Memberikan ASI adalah kewajiban bagi setiap ibu kepada bayinya, tetapi saat ini cukup banyak ibu yang melahirkan anaknya (persalinan normal, buatan, anjuran, dengan atau tanpa komplikasi) tidak lagi memberikan ASI, yang disebabkan karena kurangnya informasi dan pengetahuan, tidak memiliki keyakinan diri, pola dan gaya hidup praktis, serta faktor kesibukan, sehingga lebih memilih memberikan susu formula kepada bayinya (Lalage, 2013).
1 1
2
Kurangnya pengetahuan pada ibu post partum tentang menyusui yang benar dapat menyebabkan hal-hal seperti bendungan ASI. Bendungan ASI merupakan kejadian hari ketiga atau keempat setelah ibu melahirkan, payudara sering terasa lebih penuh, tegang, serta nyeri. Jika dalam keadaan tersebut ibu menghindari menyusui karena alasan nyeri, payudara akan bertambah bengkak atau penuh karena produksi ASI terus berlangsung sementara bayi tidak disusukan, sehingga tidak terjadi perangsangan pada puting susu yang mengakibatkan reflek oksitosin tidak terjadi dan ASI tidak dikeluarkan (Lalage, 2013). Bendungan ASI ini bila terus berlangsung, ASI yang telah diproduksi menumpuk pada payudara dan menyebabkan areola lebih menonjol, putting menjadi lebih datar dan sukar dihisap oleh bayi ketika disusukan. Bila keadaan ini sudah seperti ini, kulit pada payudara akan tampak lebih merah mengkilat, terasa nyeri dan ibu akan merasa demam seperti influenza (Nurani, 2013). Pada ibu post partum salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan memberikan pengetahuan tentang cara menyusui yang benar dan manfaat ASI untuk bayi. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Aeni dkk (2013) dengan judul penelitian “Hubungan Cara ibu Menyusui Dengan Kejadian Bendungan ASI pada ibu Nifas”. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa ada hubungan cara menyusui dengan kejadian bendungan ASI.
3
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. D didapatkan hasil Ny. D mengatakan tidak mengerti/kurang mengetahui tentang cara/teknik menyusui yang benar. Dengan ini penulis akan menyusun KTI dengan “Pemberian pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu menyusui pada Asuhan keperawatan Ny.D terhadap ibu post partum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum Melaporkan Pemberian pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu menyusui pada Asuhan keperawatan Ny.D terhadap ibu post partum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. 2. Tujuan Khusus a. Penulis mampu melakukan pengkajian terhadap cara menyusui yang benar pada post partus spontan. b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan cara menyusui yang benar pada post partus spontan c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan hubungan cara/teknik menyusui yang benar pada post partus spontan. d. Penulis mampu melakukan implementasi hubungan cara/teknik menyusui yang benar pada post partus spontan. e. Penulis mampu melakukan evaluasi hubungan cara/teknik menyusui pada post partus spontan.
4
f. Penulis mampu menganalisa kondisi hubungan cara/teknik menyusui yang benar pada post partus spontan. C. Manfaat Penulisan 1. Institusi pendidikan Di harapkan dapat memberikan manfaat yang positif bagi perkembangan
ilmu
dan
praktik
keperawatan
maternitas,
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu melahirkan. 2. Bagi rumah sakit Menambah wawasan atau pengalaman untuk perawat/bidan di rumah sakit dalam menjalankan keperawatan pada ibu melahirkan. 3. Bagi Penulis Menambah pengetahuan dan pengalaman serta informasi dalam pemberian Asuhan keperawatan hubungan cara/teknik menyusui yang benar pada post partus spontan.
5
BAB II TINJAUAN TEORI A. Post Partus 1. Definisi Periode post partus adalah waktu penyembuhan dan perubahan, waktu kembali pada keadaan tidak hamil. Serta penyesuaian terhadap hadirnya anggota keluarga yang baru. (Mitayani, 2012). Post partus (masa pemulihan setelah melahirkan) adalah periode saat organ organ reproduksi kembali ke kondisi pregravid selama 6 minggu. Selama masa pemulihan tersebut berlangsung, ibu akan mengalami banyak perubahan, baik secara fisik maupun psikologis (Masriroh, 2013). 2. Periode masa post partus Menurut Mitayani (2012) periode post partus adalah: a. Immediate post partum adalah masa 24 jam post partum. b. Early post partum adalah masa pada minggu pertama post partum. c. Late post partum adalah masa pada minggu kedua sampai dengan minggu keenam post partum. 3. Karakteristik masa post partus Menurut Masriroh (2013) karakteristik masa post partus dibagi menjadi: a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
5
6
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik (kerumitan). c. Masa menyusui anak dimulai. d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya. 4. Perawatan yang diperlukan selama periode post partum Menurut Masriroh (2013) perawatan yang diperlukan sebagai berikut: a. Mempertimbangkan kondisi fisik ibu dan bayi b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubunngan baik antara ibu dan anak. c. Mendukung
dan
memperkuat
kepercayaan
diri
si
ibu
dan
memungkinkannya mengisi peran barunya sebagai seorang ibu, baik dengan orang, keluarga baru, maupun budaya tertentu. 5. Jenis lochia pada masa post partum Menurut Masriroh (2013) jenis lochia dibagi menjadi tiga: a. Lochia rubra : berwarna merah, berlangsung selama 1-4 hari berisi darah, chorion, deciduas, cairan amniotic, lanugo, vernix caseosa dan meconium b. Lochia serosa : warna ke abu-abuan, rentang selama 5-9 hari terdiri atas sedikit darah dan lebih banyak serum seta leukosit dan organism. c. Lochia alba : warna krem pucat keluar selama 9-12 hari.
7
6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada sistem tubuh lainnya pada masa post partum Menurut Masriroh (2013) perubahan yang terjadi pada sistem tubuh pada masa post partum sebagai berikut: a. Sistem saluran kencing Perubahan-perubahan psikologis yang terjadi selama kehamilan berbalik. Sistem urine ini dihidupkan kembali dari tekanan persalinan. b. Saluran pencernaan Pembakaran
jantung
memperbaiki
menurunnya
hormon
dan
melepaskan tekanan pada lingkar otot yang menjaga atau menutup lubang. Sembelit muncul selama beberapa hari, periode perineum yang yang menyakitkan menghalangi buang air besar. c. Sistem peredaran darah Volume darah menurun pada level pregravid dan darah mendapatkan kembali kekentalan normalnya. Sifat otot pembuluh darah memperbaiki out put jantung, kembali ke posisi normal sedangkan tekana dara kembali pada level biasa. d. Sistem pernapasan Ventilasi penuh karena paru-paru tidak lama dimampatkan oleh uterus yang membesar. e. Sistem kelenjar endokrin Oxytocin, dikeluarkan oleh kelenjar pituitary secara osterior dan beraksi di otot-otot rahim dan pada jaringan payudara. Kelenjar ini
8
kemudian beraksi di urat-urat otot rahim dengan menjaga kontraksi yang ada. Bagi para wanita yang memilih untuk menyusui sendiri bayinya, hisapan dari si bayi akan menstimulasi keluarnya oxytocin berikutnya, dan hal ini akan menambah kelanjutan involusi pada uterus dan ekspulsi susu. f. Sistem otot dan kerangka Tulang tulang sendi panggul dan ikatan ikatan sendi saat kehamilan secara gradual kembali ke posisi normal selama sekitar 3 bulan. Otototot perut dan dasar panggul secara gradual juga kembali seperti semula melalui latihan pasca melahirkan. 7. Komplikasi post partum Menurut Novita (2011) komplikasi post partus sebagai berikut: a. Early post partum hemorrhage Perdarahan awal (early) terjadi dalam 24 jam pertama penyebab tersering adalah atonia uteri, penyebab lainnya adalah luka pada saluran reproduksi (perineum, vagina, atau serviks) yang dapat disebabkan forcep/vacuum, sisa plasenta yang tertinggal, hematoma pada vulva, vagina dan pelvic (250-500ml darah), disebabkan PIH(pregnancy injuiced hypertension), persalinan pertama full term, varises vulva. Perdarahan lebih dari 500 cc dapat disebabkan oleh atonia uterus, haematoma, laserasi, dan sisa plasenta yang tertinggal.
9
b. Late post partum hemorrhage Perdarahan lanjut(late) terjadi satu sampai dua minggu setelah melahirkan. Subinvolutio (kegagalan uterus untuk mengecil), ditandai lochea rubra menetap sselama dua minggu, leucorrhea, nyeri bagi belakang, dan lochea berbau busuk. Hal tersebut tersebut terjadi karena adanya sisa plasenta yang tertinggal, infeksi pada endometrium, terdapat stolsel, adanya mioma uteri.
10
c. Infeksi Infeksi dapat terjadi di uterus, tuba faloppi, daerah laserasi. Tandatanda infeksi REEDA, nyeri, demam, lochea yang berbau busuk. d. Thromboembolic Disebabkan oleh gangguan pembekuan, statis vena: perubahan karena kehamilan, penurunan mobilitas post partum. Thromboembolic sering terjadi pada: obesitas, paritas tinggi, umur yang tua, varises, anestasi, pembedahan, mempunyai riwayat thromboembolic sebelumnya. Thromboembolic dapat dicegah dengan senam nifas. e. Gangguan psycoatric post partum Type of maternal depression 1) Post partum blues adalah suatu sindroma gangguan efek ringan yang sering tampak dalam minggu pertama setelah melahirkan. 2) Post partum depression adalah depresi setelah tujuh hari melahirkan dan berlangsung selama tiga puluh hari. 3) Post partum psychosis adalah gangguan jiwa yang dapat mempengaruhi kondisi ibu, biasanya dimulai satu sampai tiga bulan post partum.
B. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian Menurut Mitayani (2012)
11
Dimulai dengan pemeriksaan dan observasi sebagai berikut a.
Temperature Periksa satu kali pada satu jam pertama sesuai dengan peraturan rumah sakit, suhu tubuh akan meningkat bila terjadi dehidrasi atau keletihan.
b.
Nadi Periksa setiap 15 menit selama 1 jam pertama atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit pada jam-jam berikutnya. Nadi kembali normal pada 1 jam berikutnya, mungkin sedikit terjadi bradikardi.
c.
Pernapasan Periksa setiap 15 menit dan biasanya akan kembali normal setelah satu jam post partum.
d.
Tekanan darah Periksa setiap 15 menit selama satu jam atau sampai stabil, kemudian setiap 30 menit untuk setiap jam berikutnya. Tekanan darah ibu mungkin sedikit meningkat karena upaya persalinan dan keletihan, hal ini akan normal kembali setelah satu jam.
e.
Kandung kemih Kandung kemih ibu cepat terisi karena dieresis post partum dan cairan intravena.
f.
Fundus uteri Periksa setiap 15 menit selama satu jam pertama kemudian setiap 30 menit, fundus harus berada dalam midline, keras, dan 2cm dibawah
12
atau pada umbilicus. Bila uterus lunak, lakukan massage hingga keras dan pijatan hingga berkontraksi ke pertengahan. g.
Sistem gastrointestinal Pada minggu pertama post partum fungsi usus besar kembali normal.
h.
Kehilangan berat badan Pada masa post partum ibu biasanya akan kehilangan berat badan lebih kurang 5-6 kg yang disebabkan oleh keluarnya plasenta dengan berat lebih kurang 750 gram, darah dan cairan amnion lebih kurang dari 1.000 gram, sisanya berat badan bayi.
i.
Lochia Periksa setiap 15 menit, alirannya harus sedang. Bila darah mengalir dengan deras/cepat, curigai terjadinya robekan serviks.
j.
Perineum Perhatikan luka episiotomi jika ada dan perineum harus bersih, tidak berwarna, tidak edema, dan jahitan harus utuh.
k.
Sistem musculoskeletal Selama kehamilan otot otot abdomen secara bertahap melebar dan terjadi penurunan tonus otot. Pada periode post partum penurunan tonus otot jelas terlihat. Abdomen menjadi lunak, lembut dan lemah, serta muskulus rektus abdominis memisah.
2. Diagnosis keperawatan Menurut Mitayani (2012) Diagnosis keperawatan yang khas bagi wanita selama periode ini
13
a. Resiko terjadinya hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri atau trauma. b. Resiko terjadinya retensi urine yang berhubungan dengan proses persalinan. c. Nyeri akut yang berhubungan dengan agen cidera fisik. d. Kurangnya perawatan diri: mandi/kebersihan diri yang berhubungan dengan kelemahan. e. Resiko kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pembatasan masukan selama proses persalinan. f. Resiko disstres spirit yang berhubungan dengan kurangnya system dukungan keluarga. 3. Intervensi keperawatan Menurut Mitayani (2012) a. Resiko hemoragia yang berhubungan dengan atonia uteri 1) Kaji jumlah darah yang keluar yang terdapat pada pembalut. Pembalut yang basah keseluruhannya mengandung sekitar 100 ml darah. Kehilangan 100 ml darah setiap 15 menit dipertimbangkan sebagai aliran yang hebat. 2) Pantau tanda-tanda vital dan observasi warna kulit, apakah ibu mengalami sianosis. 3) Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam uterus.
14
4) Bila perdarahan terjadi tiba-tiba kemungkinan laserasi pada serviks atau vagina. 5) Bila keluar jaringan dapat menandakan terjadinya sisa plasenta di dalam uterus kemungkinan dilakukan tindakan perbaikan dengan operasi. b. Resiko retensi urine yang berhubungan dengan trauma persalinan 1) Obsservasi kandung kemih yang dapat mengganggu kontraksi uterus 2) Berikan air hangat dan dipancurkan di atas vulva akan membuat relaksasi sfingter. 3) Bila gagal, maka di anjurkan untuk dipasang kateter. c. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan persalinan 1) Obsservasi kontraksi uterus 2) Berikan motivasi pada ibu untuk berkemih secara teratur 3) Tutupi abdomen ibu dengan selimut 4) Berikan dorongan untuk melakukan teknik relaksasi yang di pelajari pada periode prenatal. 5) Berikan analgetik sesuai resep dokter. d. Kurangnya perawatan diri: mandi atau kebersihan diri yang berhubungan dengan keltihan selama proses persalinan 1) Oleh karena keletihan atau efek analgetik selama melahirkan, ibu tidak dapat membersihkan atau menghangatkan dirinya sendiri. Ketika perawat membasuh wajah ibu dan lengannya serta
15
menyelimutinya dengan selimut yang hangat, ibu merasa diperhatikan
dan
merasa
aman
serta
memungkinkan
ia
beristirahat dengan lebih nyaman. e. Kurangnya volume cairan yang berhubungan dengan pembatasan cairan selama persalinan. Oleh karena cairan per oral biasanya dibatasi selama persalinan, banyak ibu merasa haus dan membutuhkan cairan segara setelah melahirkan. Biasanya air putih dalam jumlah sedang dianjurkan untuk diberikan. Namun, minum yang terlalu banyak dan terlalu cepat dapat menyebabkan muntah. Satu jam pertama setelah melahirkan biasanya ibu dapat menyesuaikan diet ringan tanpa kesulitan. Sebagai tindakan kewaspadaan, catatan asupan dan pengeluaran yang akurat harus diperhatikan.
C. Menyusui 1. Manfaat menyusui Menyusui tidak hanya bermanfaat bagi bayi namun juga bermanfaat bagi ibu, diantaranya menyusui dapat membantu ibu yang baru saja melahirkan
untuk
menurunkan
berat
badan
setelah
kehamilan,
menjarangkan kehamilan, mencegah depresi setelah persalinan, dan menurunkan resiko penyakit jantung serta kanker. (Nurani, 2013) 2. Manfaat ASI bagi bayi Manfaat ASI bagi bayi menurut Astutik (2014) sebagai berikut:
16
a. Mempunyai komposisi yang sesuai dengan kebutuhan bayi yang dilahirkan. b. Jumlah kalori yang terdapat dalam ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan. c. ASI mengandung zat pelindung/antibody yang melindungi terhadap penyakit. Bayi yang diberi susu selain ASI mempunyai resiko 17 kali lebih tinggi untuk mengalami diare dan tiga sampai empat kali lebih besar kemungkinan terkena ISPA dibandingkan dengan bayi yang mendapat ASI. d. Dengan diberikannya ASI saja minimal sampai enam bulan, maka dapat menyebabkan perkembangan psikomotorik bayi lebih cepat. e. ASI dapat menunjang perkembangan penglihatan. f. Dengan diberikannya ASI, maka akan memperkuat ikatan batin ibu dan bayi. g. Mengurangi kejadian karies dentist dikarenakan kadar laktosa yang sesuai dengan kebutuhan bayi. h. Mengurangi kejadian maloklusi akibat penggunaan dot yang lama. 3. Manfaat ASI bagi ibu Menurut Nurani (2013) manfaat ASI bagi ibu sebagai berikut a. Mencegah pedarahan pasca persalinan b. Mempercepat involusi uterus, dengan dikeluarkannya hormone oksitosin maka akan merangsang kontraksi uterus sehingga proses involusi uterus dapat berlangsung secara maksimal.
17
c. Mengurangi resiko terjadinya anemia, kontraksi uterus berjalan dengan baik sehingga tidak terjadi perdarahan yang mencegah resiko anemia. d. Mengurangi resiko kanker ovarium dan payudara, wanita memiliki hormone seks estrogen yang mempengaruhi organ seksual wanita termasuk payudara. Estrogen adalah bahan utama pembentuk kanker payudara. e. Memberikan rasa dibutuhkan selain memperkuat ikatan batin seorang ibu dengan bayi yang dilahirkan. f. Mempercepat kembali ke berat badan semula g. Sebagai salah satu metode KB sementara. 4. Teknik menyusui Menurut Nurani (2013) Teknik menyusui memerlukkan teknik sendiri. Untuk keberhasilan proses menyusui, ibu harus mengetahui posisi dan perlekatan yang benar (lacthon) adalah bagaimana mulut bayi bertemu dengan puting ibu saat menghisap ASI. a. Seluruh tubuh bayi menghadap ke payudara ibu dan badan bayi menempel ke badan ibu. b. Kepala, punggung, dan bokong bayi membentuk garis lurus, sehinga bayi merasa nyaman. c. Muka bayi dekat dan menempel ke payudara ibu. d. Bayi di dekatkan ke payudra dan tangan ibu menyokong bokong bayi atau bokong bayi bersandar pada bantal.
18
e. Dagu bayi menempel payudara. f. Mulut bayi terbuka lebar dan daerah areola payudara tidak terlihat lagi, karena telah masuk ke dalam mulut bayi. g. Bayi menelan dengan perlahan dan menghisap dengan kuat, terlihayt dari daun telinga yang bergerak-gerak atau tarikan napasnya cepat. h. Ibu bahkan dapat mendengar bayi menelan dan tidak merasakn sakit pada puting. i. Bayi terlihat rileks dan merasa puas pada akhir menyusui. j. Payudara terasa lunak setelah bayi menyusui. 5. Langkah-langkah menyusui Menurut Astutik (2014) langkah menyusui yang benar sebagai berikut a. Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan air mengalir untuk membersihkan tangan dari kemungkinan adanya kotoran, serta kuman yang dikhawatirkan bisa menempel pada payudara atau bayi. b. Massage payudara dimulai dari korpus menuju areola sampai teraba lunak. c. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu. d. Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara. e. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang dibawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
19
f. Cara melepas isapan bayi dengan memasukkan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah. g. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan pada puting susu dan sekitar areola, biarkan kering dengan sendirinya. h. Menyendawakan bayi dengan tujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya
bayi
tidak
muntah.
Setelah
menyusui
dengan
cara
menggendong bayi tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahan-lahan. Hal ini dapat dilakukan juga dengan bayi ditidurkan tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuk-tepuk perlahan–lahan. i. Periksa keadaan payudara, adakah perlukaan/pecah-pecah atau terbendung.
D. Pengetahuan 1. Definisi Berhubungan dengan kepercayaan, yakni reliabilitas dan soliditas dari dunia nyata (external world) yang diketahui melalui sense perception yang bertalian dengan ingatan (memory). Dan pengenalan objek-objek yang sama seperti yang pernah dilihat sebelumnya (Follona dkk, 2014). 2. Tinjauan pengetahuan Menurut Follona dkk (2014) tinjauan pengetahuan sebagai berikut: a. Kemampuan mengetahui
20
1) Kemampuan kognitif yaitu kemampuan untuk mengetahui (dalam arti kata yang lebih dalam berupa mengerti, memahami, menghayati) dan mengingat apa yang diketahuinya. Landasan kognitif adalah rasio dan akal. 2) Kemampuan afektif yaitu kemampuan untuk merasakan tentang apa yang diketahuinya, meliputi rasa cinta (love) dan rasa indah (beauty). Rasa inilah yang merupakan sumber kreatifitas manusia. Rasa tidak memiliki patokan seperti halnya rasio. 3) Kemampuan konatif yaitu kemampuan untuk mencapai apa yang dirasakan. Konatif adalah will atau karsa (kemampuan, keinginan, hasrat) ialah daya dorong untuk mencapai (atau menjauhi) segala apa yang didikte oleh rasa. b. Komponen penyangga Menurut Follona dkk (2014) Setiap pengetahuan mempunyai tiga komponen yang merupakan tiang penyangga dalam menyusun tubuh pengetahuan. 1) Pendekatan ontologis, secara ontologis, ilmu membatasi lingkup penelaahan keilmuannya hanya berada pada daerah-daerah dalam jangkuan pengalaman manusia. Objek penelaahan yang berada dalam batas prapengalaman (penciptaan manusia) dan pasca pengalaman (surge dan neraka) diserahkan ilmunya kepada pengetahuan lain. Ilmu hanya merupakan salah satu
21
pengetahuan dari sekian banyak pengetahuan yang mencoba menelaah kehidupan dalam batas-batas ontologis tertentu. 2) Pendekatan epistemologis adalah landasan ilmu tercermin ssecara operasional dalam metode ilmiah merupakan cara ilmu memperoleh dan menyusun tubuh pengetahuannya berdasarkan kerangka pemikiran yang bersifat logis dengan argumentasi yang bersifat konsisten dengan pengetahuan sebelumnya yang telah berhasil disusun. 3) Pendekatan Aksiologis menyangkut nilai nilai yang berkaitan dengan pengetahuan ilmiah baik secara internal, eksternal, maupun social. Nilai internal berkaitan dengan wujud kegiatan ilmiah dalam memperoleh pengetahuan. Nilai eksternal menyangkut nilai-nilai yang berkaitan dengan pengguanaan pengetahuan ilmiah. Nilai social menyangkut pandangan masyarakat yang menilai keberadaan suatu pengetahuan dan profesi tertentu. c. Dimensi pengetahuan Menurut Follona dkk (2014). Dibagi menjadi tiga tingkatan karakteristik yaitu: 1) Bersifat universal, artinya berlaku untuk seluruh disiplin yang bersifat keilmuan. 2) Bersifat generic, artinya mencirikkan segolongan tertentu dari pengetahuan ilmiah.
22
3) Bersifat spesifik, artinya memiliki cirri cirri yang khas daari sebuah disiplin ilmu yang membedakan dengan disiplin keilmuan yang lain. d. Jenis pengetahuan Menurut Follona dkk (2014) jenis pengetahuan dibagi menjadi: 1) Pengetahuan alamiah a)
Cara berpikir kita sebagai individu, yang dirasakan di dunia,
berdasarkan
nilai
dan
sistem
kita
sendiri,
kepribadian, dan kepercayaan. b)
Pemahaman kita setiap hari, bagaimana mengendalikkan masyarakat termasuk apa yang kita ketahui dari media atau berita.
c)
Berbagai macam keadaan yang harus dimengerti yang ada di sekeliling kita dalam urusan sehari hari mengenai kehidupan dan pekerjaan.
e. Tipe pengetahuan Menurut Thomas dalam Follona dkk (2014) tipe pengetahuan dibagi menjadi: 1) Pengetahuan teori, yang berlandaskan pada logika dan kemampuan individu yang telah teruji. 2) Pengetahuan praktik, yang berlandaskan pada observasi langsung dan pengalaman. f. Enam jenis pengetahuan yang menyokong dalam penampilan
23
Menurut Lay dalam Follona dkk (2014) ada enam jenis pengetahuan: 1) Pengetahuan situsional Pengetahuan yang berkembang dari pengalaman dan pengaruh dari situai yang berlangsung. 2) Pengetahuan dari masyarakat Pengetahuan ini termasuk bagaimana masyarakat menjadi tahu dan membuat keputusan tentang apa yang mereka belum ketahui. 3) Pengetahuan dari praktik Pengetahuan ini termasuk informasi yang factual dan mengenai pemecahan masalah. 4) Pengetahuan konseptual Pengetahuan ini termasuk mengguanakan pengetahuan teoritis seringkali berdasarkan intuisi untuk menerjemaahkan situasi dan berpikir tentang praktik. 5) Proses pengetahuan Sebagai dasar bagaimana melakukan tugas yang sulit. 6) Pengawasan pengetahuan Yaitu sebagai contoh kesadaran adanya gap antara apa yang dikatakan dan yang dilakukan, apa yang diketahui atau apa yang belum diketahui. g. Sumber pengetahuan
24
Menurut Follona dkk (2014) sumber pengetahuan adalah sebagai berikut: 1) Pengetahuan yang berasal dari teman, keluarga, dan kerabat. 2) Pengetahuan yang didapatkan dari tenaga kesehatan dan tenaga professional lainnya. 3) Pengetahuan yang didapatkan dari sumber budaya yang popular. 4) Pengetahuan yang didapatkan dari buku buku.
25
BAB III LAPORAN KASUS A. Identitas Klien Inisial klien adalah Ny. D, Ny. D berumur 41 tahun, berstatus kawin, suami klien berumur 43 tahun dan beragama islam, klien bekerja sebagai buruh dan pendidikan terakhir Ny.D tamat SD. Klien mempunyai tiga orang anak, anak pertama berumur 19 tahun, kedua 11 tahun, dan ketiga 0 hari. B.Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 April 2014 jam 19.30 WIB. Pengkajian ini menggunakan metode autoanamnesa dan aloanamnesa. Ny. D mempunyai tiga orang anak, anak pertama berumur 19 tahun dengan jenis kelamin perempuan, lahir berat 2800 kg, melahirkan secara normal. Kedua 11 tahun lahir dengan jenis kelamin laki-laki berat 2700 kg melahirkan secara normal, dan yang ketiga berumur 0 hari lahir dengan jenis kelamin laki-laki dengan berat 2700 gram melahirkan dengan normal. Ny. D mengatakan, bahwa selama ia hamil, klien periksa kehamilannya sebanyak 8x di puskesmas dekat rumahnya dan yang ke 8 periksa kehamilan ke RSUD dr Moewardi Ska, pada saat kehamilan memiliki masalah mual dan muntah pada umur kehamilan 1-4 bulan.
25
26
Tidak ada masalah ginekologi pada Ny. D. Riwayat KB yang digunakan oleh Ny. D adalah suntik (setelah dua bulan melahirkan anak pertama) dan pil (memakai KB pil tiga tahun yang lalu). Saat ini Ny. D memakai KB spiral (dipasang langsung oleh dokter setelah bayi dilahirkan). Didapatkan data obstetrikus pada Ny. D G3P3A0, keadaan umum Ny. D baik, kesadaran composmentis. BB/TB: 50 kg/150cm. pengukuran tanda-tanda vital didapat data sebagai berikut TD: 130/80, N : 84x/mnt, S: 370C, RR: 22x/mnt. Pemeriksaan fisik kepala-leher di dapatkan data kepala simetris, mata simetris, tidak memakai kacamata, isokor, dan tidak anemis. Hidung simetris, tidak ada polip, tidak memakai alat bantu nafas. Mulut, mukosa bibir lembab. Telinga simetris, tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada serumen. Leher, tidak ada pembesaran kelenjar tyroid. Pemeriksaan dada, Paru-paru : dari inspeksi dada simetris, tidak ada jejas, palpasi, pengembangan paru-paru kanan kiri sama. Perkusi paru bunyi sonor, dan auskultasi tidak ada bunyi tambahan. Jantung : ictus cordis tidak Nampak, ictus cordis teraba di IC V, pada saat di palpasi, perkusi bunyi jantung pekak, dan auskultasi jantung regular. Payudara : ASI belum keluar, putting susu sudah menonjol, dan areola tampak hitam.
27
Abdomen, pemeriksaan fisik abdomen didapatkan data
fundus
uteri H- 0 letaknya setinggi pusat, kontraksi lunak, terdapat stretchmatch dan liineanegra dengan posisi vertikal ,kandung kemih baik, tidak penuh, dan fungsi perkemihan baik. Perineum dan genetalia tidak oedema pada vagina, perineum terdapat laserasi jalan lahir, dan tanda-tanda REEDA. Terdapat kemerahan, dan juga tidak bengkak, terdapat echimosis, dan terdapat darah, jahitan rapi/baik. Lochea rubra, warna merah segar. Ekstremitas tidak ada edema di ekstremitas atas dan ektremitas bawah, serta tidak ada varises. Eliminasi Buang Air Kecil (BAK) Ny. D, terpasang kateter, dan tidak ada keluhan. Selama rawat inap di rumah sakit Ny. D belum BAB (Buang Air Besar). Istirahat dan kenyamanan. Pola tidur Ny. D kurang lebih 8 jam. Malam dari jam 22.00-05.00 pagi (7 jam), dan istirahat siang 1 jam. Ny. D mengeluh nyeri dibagian jahitan perineum, Ny. D tampak menahan sakit/nyeri. P (penyebab): jahitan post spontan, Q (kualitas) : seperti disayat, R (daerah): jahitan di perineum, S (skala): skala 6, T (waktu): saat untuk bergerak. Mobilisasi dan latihan. Sebelum melahirkan/selama kehamilan Ny. D melakukan semua aktivitasnya secara mandiri, setelah melahirkan Ny. D tampak dalam toileting dibantu dengan alat, karena Ny. D terpasang kateter.
28
Nutrisi dan cairan. Asupan nutrisi Ny. D terpenuhi, tidak ada gangguan dalam asupan sutrisi Ny. D, makan 3xsehari, dengan nasi, sayur, lauk,. Dan asupan cairan Ny. D juga terpenuhi, kurang lebih 1000ml/hari, dan tidak kekurangan cairan. Keadaan mental, Ny. D saat ini mengeluh tentang kurangnya pengetahuan tentang cara/ teknik menyusui yang benar bagi bayinya, dan manfaat untuk bayinya. Dalam penerimaan terhadap bayinya, Ny. D menerima anak ketiganya, Ny. D senang karena anaknya sudah lahir dalam keadaan sehat. Pemerikaan penunjang, dari hasil pemeriksaan penunjang pada tanggal 10 April 2014, jam 08.00, pemeriksaan darah lengkap, hemoglobin 9,6g/dl (N: 12,0-15,6 g/dl), hematokrit 31%(N: 33-45%), leukosit 15,4 rb/ul (N:4,5-11,0rb/ul), trombosit 225rb/ul(N: 150450rb/ul), eritrosit 4,75u/l (N: ), gula darah sewaktu 69 mg/dl (N: 60140mg/dl). Terapi obat, Ny. D mendapatkan terapi obat cairan infuse RL 12 tpm yang fungsinya untuk mengembalikan keseimbangan elektrolit. Obat oral amoxicillin 3x500mg, fungsinya sebagai antibakteri, infeksi kulit dan jaringan lunak. Nifedipine 3x10mg, fungsinya untuk pengobatan, pencegahan angina pectoris, pengobatan tambahan pada hipertensi. Vit c 2x50mg sebagai suplemen vitamin c, dan Ny. D mendapatkan suntik IM MgSO4 untuk menhindari kejadian kejang pada penderita pre eklamsi.
29
C. Perumusan Diagnosa keperawatan Data yang mendukung pada tanggal 10 April 2014 jam 19.35, di dapat data focus. DS: Ny. D mengatakan tidak mengerti/ mengeluh tentang bagaimana cara/teknik menyusui yang benar. DO : Ny. D tampak menyusui anaknya, dengan cara sendiri, dan masih salah (tangan ibu jari tidak berada diatas dan empat jari tidak untuk menopang/menyangga payudara). Berdasarkan data di atas penulis dapat merumuskan
diagnosa.
Problem defisit pengetahuan dengan etiologi salah interpretasi informasi. Data yang mendukung adalah: Pada tanggal 10 April 2014 jam 19.40, di dapat data focus. DS: Ny. D mengatakan jahitan di perineum terasa nyeri. P (penyebab) : jahitan post spontan, Q (kualitas) : seperti disayat, R (daerah) : jahitan diperineum, S (skala) : skala 6, T (waktu) : saat untuk bergerak. DO: wajah klien tampak menahan sakit, tegang, dan tidak rileks. Berdasarkan data di atas penulis dapat merumuskan diagnosa. Problem nyeri akut dengan etiologi agen injury fisik. D. Perencanaan Masalah keperawatan Diagnosa
defisit
pengetahuan
berhubungan
dengan
salah
interpretasi informasi, memiliki tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam, masalah Ny. D teratasi dengan tujuan dan kriteria hasil masalah defisit pengetahuan dapat teratasi, klien dapat memahami tentang manfaat, cara/teknik menyusui yang benar. Ny. D menguasai demonstrasi yang diberikan. Intervensinya
30
adalah observasi tingkat pengetahuan klien, rasional mengetahui apakah memahami/sudah tahu tentang menyusui yang benar, demonstrasikan tentang informasi cara menyusui yang benar, rasional memberikan penjelasan seperti apa cara menysuiyang benar, anjurkan klien untuk menguasai materi yang sudah diberikan, rasional agar pasien dapat melakukan kemampuan yang sudah diajarkan, kolaborasi dengan keluarga rasional untuk memantau cara menyusui pasien kepada bayinya. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik memiliki tujuan dan kriteria hasil yaitu setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah Ny. D dapat teratasi dengan tujuan dan kriteria hasil masalah nyeri akut dapat teratasi, nyeri dapat berkurang, wajah rileks, skala nyeri 1-3, wajah tidak meringis menahan sakit. Intervensinya adalah observasi nyeri klien yang meliputi P: penyebab, Q: kualitas, R:daerah, S: skala, T: waktu, rasional mengetahui seberapa tingkat nyeri pasien. Berikan posisi yang nyaman, rasional memberikan rasa nyaman, ajarkan relaksasi nafas dalam, rasional mengurangi rasa nyeri jika timbul rasa nyeri kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antinyeri, rasional mengurangi rasa nyeri. E.Implementasi keperawatan Implementasi keperawatan dilakukan selama 3 hari dari tanggal 10 April 2014-12 April 2014. Tanggal 10 April 2014 jam 19.30 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan, implementasi mengobservasi sejauh mana Ny. D mengetahui tentang
31
menyusui yang benar, respon subjektif :
Ny. D mengatakan belum
mengetahui tentang cara/teknik menyusui yang benar dan juga manfaat ASI. Respon objektif : Ny. D tampak bertanya bagaimana cara menyusui yang benar, Pada jam 19.35 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa nyeri akut, respon subjektif: Ny. D mengeluh nyeri P : jahitan post spontan, Q : seperti disayat, R: jahitan diperineum, S: skala 6, T: saat untuk bergerak. Respon objektif: wajah klien tampak menahan sakit. DO: wajah tampak menahan rasa sakit. Pada jam 20.00 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa nyeri, perawat mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon subjektif: Ny. D bersedia di ajarkan teknik relaksasi nafas dalam, respon objektif: Ny. D mencoba teknik relaksasi nafas dalam, perlahan lahan, dan mengikuti sesuai bimbingan yang diberikan kepada Ny. D. Jam 20.10 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan perawat melakukan pijat oxytocin untuk memperlancar ASI, respon subjektif: Ny. D bersedia untuk dipijat oxytocin. Respon objektif : pijat oxytocin sudah dilakukan oleh perawat. Tanggal 11 April 2014, jam 09.00 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa nyeri akut, perawat mengobservasi nyeri pada klien, respon subjektif: Ny. D mengatakan nyeri sudah sedikit berkurang, P : jahitan post spontan, Q : seperti disayat, R: jahitan diperineum, S: skala
32
5, T: saat untuk bergerak, respon objektif: wajah klien sambil menahan nyeri saat bergerak. 11 April 2014, jam 09.10 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan, perawat mengobservasi bagaimana cara menyusui yang benar. Respon subjektif: Ny. D mengatakan belum mengetahui tentang cara/teknik menyusui yang benar. Respon objektif: Ny. D bertanya “mbak, bagaimana cara yang benar, tolong saya di beritahu”. Pada jam 09.30 perawat memberikan suntikan IM MgSO4, respon subjektif: Ny. D bersedia untuk disuntik MgSO4, respon objektif: MgSo4 sudah masuk lewat IM. Pada jam 10.00 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan, perawat mendemonstrasikan manfaat menyusui dan menunjukkan gambar tentang teknik menyusui yang benar. Respon subjektif: Ny. D mengatakan sudah ada gambaran tentang cara menyusui. Dan paham tentang manfaat ASI. Respon objektif: Ny. D bertanya jika ada hal yang kurang jelas. Pada jam 10.30 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa nyeri akut perawat mengajarkan relaksasi nafas dalam. Respon subjektif: Ny. D mengatakan bersedia diajarkan relaksasi nafas dalam. Respon objektif: Ny. D tampak mencoba relaksasi dalam. Jam 11.00 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan, menganjurkan ibu menyusui bayinya dengan teknik yang
33
benar, sambil menunjukkan gambar tentang cara menyusui yang benar. Respon subjektif: Ny. D bersedia menyusui anaknya. Respon objektif: Ny. D menyusui anaknya sambil memperhatikkan gambar teknik/cara menyusui yang benar. Pada jam 13.00 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa nyeri akut adalah berkolaborasi dengan dokter pemberian obat nifedipie. Respon subjektif: Ny. D bersedia minum obat yang diberikan. Respon objektif: obat sudah diminum Ny. D.s Tanggal 12 April 2014, jam 08.00 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan. Respon subjektif: klien mengatakan sudah paham dan ada gambaran tentang cara menyusui. Respon objektif: klien sudah mempraktekkan cara menyusui dengan cara yang diberikan. Jam 08.15 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa nyeri akut, mengobservasi nyeri klien. Respon subjektif: klien sudah tidak merasakan sakit,nyeri berkurang. P: jahitan post spontan, Q: seperti disayat, R: jahitan di jalan lahir, S: skala 3, T: saat bergerak. Respon objektif: wajah klien sudah rileks, dan tidak tegang lagi. Jam 11.00 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan, mendemonstrasikan teknik menyusui yang benar dan manfaat ASI dengan gambar dan juga leaflet. Respon subjektif: klien mengatakan sudah paham tentang cara/teknik menyusui yang benar. Respon objektif: klien tampak bertanya tanya kembali jika belum ada yang dipahami dan dimengerti.
34
Jam 12.10 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa nyeri akut, mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam. Respon subjektif: klien bersedia melakukan relaksasi nafas dalam. Respon objektif: klien melakukan relaksasi nafas dalam dengan baik. Jam 12.15 implementasi yang dilakukan melakukan pijat oxytosin. Respon subjektif: klien bersedia dilakukan pijat oxytosin. Respon objektif: klien sudah dipijat oxytosin. Jam 12.30 implementasi yang dilakukan dengan diagnosa defisit pengetahuan, berkolaborasi dengan keluarga dalam memperhatikkan cara menyusui dan membantu untuk selalu mengingatkan manfaat menyusui. Respon subjektif: keluarga mau dan bersedia membantu klien. Respon objektif: keluarga tampak merawat dan membantu klien. F. Evaluasi keperawatan Evaluasi dilakukan setiap hari. Evaluasi hari pertama pada tanggal 10 April 2014 pada jam 20.10, dengan diagnosa defisit pengetahuan, S: klien mengatakan tidak mengetahui cara menyusui yang benar. O: ASI yang keluar sedikit dan klien bertanya “ bagaimana cara yang benar, tolong saya diberi tahu”. A: masalah defisit pengetahuan belum teratasi. P: intervensi dilanjutkan, demonstrasikan teknik/cara menyusui yang benar, dan manfaat ASI. Evaluasi yang kedua tanggal 10 April 2014 pada jam 20.15 dengan diagnosa nyeri akut, evaluasi yang didapatkan sebagai berikut, S: klien mengatakan masih merasakan nyeri, P: jahitan post spontan, Q: seperti
35
disayat sayat, R: jahitan dijalan lahir, S: skala 6, T: saat bergerak. O: wajah klien menahan rasa sakit, dan wajah tegang. A: masalah nyeri akut belum teratasi, P: intervensi dilanjutkan, ajarkan relaksasi nafas dalam. Evaluasi pada hari yang kedua tanggal 11 April 2014, jam 14.05 dengan diagnosa defisit pengetahuan, evaluasi yang didapatkan, S: klien mengatakan sudah ada gambaran tentang teknik/cara menyusui yang benar. O: klien mencoba memperagakkan teknik menyusui/cara menyusui yang benar dengan melihat gambar yang ditunjukkan. A: masalah defisit pengetahuan belum teratasi. P: intervensi dilanjutkan, demonstrasikan cara/teknik menyusui dengan menggunakan leaflet serta gambar. Evaluasi yang kedua dengan diagnosa nyeri akut jam 14.20 evaluasi yang didapatkan, S: klien mengatakan nyeri sudah mulai berkurang. P: jahitan post spontan, Q: seperti di sayat-sayat, R: jahitan di jalan lahir, S: skala 5, T: saat bergerak. O: wajah klien tampak masih menahan sakit, dan terlihat masih tegang. A: masalah nyeri akut belum teratasi. P: intervensi dilanjtkan, ajarkan relaksasi nafas dalam, kolaborasi dengan dokter. Evaluasi pada hari yang ketiga, tanggal 12 April 2014 jam 13.30. dengan diagnosa defisit pengetahuan, didapatkan evaluasi S: klien mengatakan sudah paham dan mengerti tentang teknik menyusui yang benar dan apa manfaat ASI. O: klien sudah menyusui dengan teknik/cara
36
menyusui yang benar dan mampu menyebutkan manfaat ASI. A: masalah defisit pengetahuan sudah teratasi. P: intervensi dihentikan. Evaluasi hari ketiga dengan diagnosa nyeri akut tanggal 12 April 2014 jam 13.45 evaluasi yang di dapatkan, S: klien mengatakan sudah tidak meraskan nyeri. P: jahitan post spontan. Q: seperti disayat-sayat. R: jahitan di jalan lahir. S: skala 3. T: saat bergerak. O: wajah klien sudah mulai rileks dan tidak tegang. A: masalah nyeri akut sudah teratasi. P: intervensi dihentikkan.
37
BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan Dalam bab ini penulis akan membahas tentang Pemberian pendidikan kesehatan terhadap peningkatan pengetahuan ibu menyusui pada Asuhan keperawatan Ny.D terhadap ibu di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”, yang dilakukan pada tanggal 10 sampai 12 April 2014. Prinsip dari pembahasan ini dengan memperhatikkan proses keperawatan yang terdiri dari tahap pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi keperawatan. 1. Pengkajian Tahap yang pertama adalah pengkajian. Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial, lingkungan (Deden, 2012). Pengkajian dalam kasus ini dilaksanakan tanggal 10 April 2014 jam 19.30 WIB. Dalam pengambilan kasus ini penulis mengumpulkan data dengan menggunakan metode autoanamnesa yaitu pengkajian yang dilakukan
secara
spontan/langsung
kepada
pasien.
Dan
metode
alloanamnesa yaitu pengkajian yang melihat didasarkan data dalam status pasien dan dari keluarga.
40
38
Dari hasil pengkajian yang bermasalah yang akan dibahas yaitu kurang mengetahaui cara/teknik menyusui yang benar dan manfaat ASI itu sendiri. Dalam pengkajian keadaan mental didapatkan data
Ny. D
mengatakan bahwa Ny. D tidak mengetahui tentang cara/teknik menyusui yang benar dan manfaat ASI untuk bayinya. Defisit pengetahuan pada ibu post partum disebabkan karena kurangnya informasi yang benar, dan lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi informasi yang benar menjadi tidak benar, sehingga perilaku ibu juga mengikuti apa yang dikatakan dan di dengar oleh orangorang sekitar (Hasmawati, 2013) Pengkajian selanjutnya pada Ny. D mengeluh nyeri pada bagian perineum/jalan lahirnya. . P (penyebab): jahitan post spontan (melahirkan dengan cara normal), Q (kualitas) : seperti disayat, R (daerah): jahitan di perineum, S (skala): skala 6, T (waktu): saat untuk bergerak. Rasa nyeri muncul disebabkan karena terdapat jahitan di jalan lahir, sehingga menyebabkan nyeri. Dan juga karena adanya episiotomi pada jalan lahir. Pada keadaan post partum, mengalami perubahan menjadi atropi atau rapuh pada minggu ke 3-4 akibat peningkatan hormon estrogen (Novita, 2011) 2. Diagnosa keperawatan Menurut Nanda (2011). Diagnosa keperawatan merupakan sebuah label singkat yang menggambarkan kondisi pasien yang di observaasi di Rumah Sakit tersebut. Setelah penulis mendapatkan data-data dari
39
pengkajian Ny. D tanggal 10 April 2014 jam 19.30, penulis dapat merumuskan beberapa diagnosa keperawatan. Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis dapat ditegakkan prioritas diagnosa keperawatan utama adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Defisit pengetahuan menjadi yang prioritas karena dengan defisit pengetahuan ibu tidak bisa menyusui anaknya dengan benar dan bisa terjadi masalah-masalah yang lain pada saat ibu menyusui. Penulis merumuskan diagnosa yang pertama yaitu defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Defisit pengetahuan adalah ketiadaan atau defisiensi informasi kognitif yang berkaitan dengan topik tertentu. Pada Ny. D ditemukan deficit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Salah interpretasi informasi akibat dari lingkungan Ny. D yang menganggap bahwa menyusui tidak peru memakai berbagai cara, dan hanya asal menysui saja. ( Hasmawati, 2013) Batasan
karakteristik
defisit
pengetahuan
adalah
perilaku
hiperbola, ketidakakuratan mengikuti perintah, ketidakakuratan performa uji, perilaku tidak tepat (misalkan hysteria, bermusuhan, agitasi, apatis), pengungkapan masalah (Nanda, 2014) Penulis juga merumuskan diagnosa keperawatan yang kedua yaitu nyeri akut berhubungan agen injury fisik. Nyeri akut adalah Nyeri akut adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang timbul muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
40
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau kambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang lebih enam bulan (Nanda, 2011). Nyeri akut dijadikan diagnosa yang kedua karena nyeri pada ibu setelah melahirkan secara normal ibu merasakan nyeri dan tidak terjadi perdarahan. Pada Ny. D ditemukan dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fiik. Agen injuri fisik disebabkan karena dilakukan
episiotomi
pada
Ny.
D,
dilakukan
episiotomi
untuk
memperlebar jalan lahir bagi bayi agar jalan lahir tidak terlalu sempit (Novita, 2011). Batasan karakteristik nyeri akut antara lain: perubahan tekanan darah, perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan, perubahan selera makan, perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi daerah yang nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan nyeri secara verbal (Nanda, 2014). 3. Intervensi Intervensi adalah rencana keperawatan yang akan penulis rencanakan kepada klien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga klien dapat memenuhi kebutuhan klien. Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
41
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012). Tujuan adalah pernyataan pasien dan perilaku keluarga yang dapat diukur atau observasi (Nanda, 2012). Tujuan keperawatan adalah pernyataan yang menjelaskan suatu tindakan yang dapat diukur berdasarkan kemampuan dan kewenangan perawat (Dermawan, 2012). Menurut Dermawan (2012), penulisan tujuan dan kriteria hasil berdasarkan “SMART” yaitu specific adalah dimana tujuan harus spesifik dan tidak menimbulkan makna ganda, measurable yaitu dimana tujuan keperawatan harus dapat diukur (dapat dilihat, didengar, dirasakan, dan dibau), achievable yaitu tujuan harus dapat dicapai, dan hasil yang diharapkan, ditulis perawat, sebagai standar mengukur respon klien terhadap asuhan keperawatan, reasonable/realistic yaitu dimana tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, tujuan dan hasil yang diharapkan singkat dan realistis dengan cepat memberikan klien dan perawat suatu rasa pencapaian, time yaitu batas pencapaian harus dinyatakan dalam penulisan kriteria hasil dan mempunyai batasan waktu yang jelas. Tujuan yang ditetapkan dari diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, masalah Ny. D teratasi dengan tujuan dan kriteria hasil masalah defisit pengetahuan dapat teratasi, klien dapat
42
memahami tentang manfaat, cara/teknik menyusui yang benar. Ny. D menguasai demonstrasi yang diberikan. Intervensinya adalah observasi tingkat pengetahuan klien, rasional mengetahui apakah memahami/sudah tahu tentang menyusui yang benar, demonstrasikan tentang informasi cara menyusui yang benar, rasional memberikan penjelasan seperti apa cara menysuiyang benar, anjurkan klien untuk menguasai materi yang sudah diberikan, rasional agar pasien dapat melakukan kemampuan yang sudah diajarkan, kolaborasi dengan keluarga rasional untuk memantau cara menyusui pasien kepada bayinya. Tujuan yang ditetapkan untuk diagnosa keperawatan yang kedua adalah nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik. Tujuan dengan kriteria hasil keperawatan ini adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam masalah nyeri akut Ny. D dapat teratasi. Nyeri dapat berkurang, wajah rileks, skala nyeri 1-3, wajah tidak meringis menahan sakit. Intervensinya adalah observasi nyeri klien yang meliputi P: penyebab, Q: kualitas, R:daerah, S: skala, T: waktu, rasional mengetahui seberapa tingkat nyeri pasien. Berikan posisi yang nyaman, rasional memberikan rasa nyaman, ajarkan relaksasi nafas dalam, rasional mengurangi rasa nyeri jika timbul rasa nyeri kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antinyeri, rasional mengurangi rasa nyeri.
43
4. Implementasi keperawatan Implementasi adalah pelaksanaan rencana keperawatan oleh perawat dan pasien, merupakan tahap keempat dari proses keperawatan yang dimulai setelah perawat menyusun rencana keperawatan (Dermawan, 2012). Implementasi yang dilakukan dari tanggal 10 sampai 12 April 2014. Implementasi yang dilakukan berdasarkan diagnosa keperawatan yang utama adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Implementasi yang dilakukan pada diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi adalah mengobservasi tingkat pengetahuan klien, untuk mengetahui sejauh mana klien mengetahui tentang cara/teknik menyusui yang benar dan manfaat ASI bagi bayinya, karakteristik dari defisit pengetahuan mengatakan bahwa tidak mengatahui fakta tentang cara menyusui yang benar (Nic dan Noc, 2007). Pada tanggal 11 April 2014, 09.00 penulis mendemonstrasikan cara teknik menyusui yang benar. Pemberian pendidikan kesehatan ini dilakukan untuk menghindari kejadian-kejadian seperti bendungan ASI, payudara bengkak, puting lecet. Pemberian pendidikan kesehatan pada klien terhadap ibu menyusui ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Aeni, dkk (2013) dengan judul “Hubungan Cara menyusui pada Ibu post partum dengan
44
kejadian bendungan ASI”. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa
dimana
pemberian
pendidikan
kesehatan
meningkatkan
pengetahuan ibu menyusui dapat mencegah kejadian bendungan ASI. Tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan adalah dengan cara demonstrasi atau pemberian pendidikan kesehatan pada ibu. Pendidikan kesehatan tersebut dapat mencegah kejadian bendungan ASI pada ibu. Dimana biasanya setiap ibu setelah melahirkan, banyak yang mengalami bendungan ASI. Pendidikan merupakan Berhubungan dengan kepercayaan, yakni reliabilitas dan soliditas dari dunia nyata (external world) yang diketahui melalui sense perception yang bertalian dengan ingatan (memory), dan pengenalan objek-objek yang sama seperti yang pernah dilihat sebelumnya (Follona dkk, 2014). Pendidikan kesehatan tentang cara teknik menyusui yang benar adalah menyusui tidak hanya bermanfaat bagi bayi namun juga bermanfaat bagi ibu, diantaranya menyusui dapat membantu ibu yang baru saja melahirkan
untuk
menurunkan
berat
badan
setelah
kehamilan,
menjarangkan kehamilan, mencegah depresi setelah persalinan, dan menurunkan resiko penyakit jantung serta kanker (Nurani, 2013). Jurnal penelitian yang dilakukan Aeni dkk, (2013) didukung juga jurnal dari Saleh dkk (2006) yaitu pendidikan kesehatan dengan pendekatan modeling dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
45
kemampuan, dukungan keluarga dan kepercayaan diri ibu dalam menjalankan perannya sebagai ibu. Kedua jurnal diatas juga didukung oleh jurnal Suryaningsih (2013) bahwa hasil penelitian menunjukkan setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang ASI eksklusif ternyata terjadi peningkatan pengetahuan ibu post partum. Selain jurnal Suryaningsih (2013), di dukung juga jurnal dari Emilia (2008) yaitu terdapat pengaruh pemberian pendidikan kesehatan terhadap perbedaan antara pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan. Mendemonstrasikan cara/teknik menyusui yang benar. Demonstrasi ini merupakan upaya perubahan perilaku manusia yang dilakukan melalui pendekatan edukatif. Berikut adalah cara/teknik menyusui yang benar menurut Nur Aeni dkk (2013) sebagai berikut : a. Mengatur posisi bayi yang benar b. Memasukkan seluruh areola payudara (daerah berwarna cokelat di payudara ibu) ke dalam mulut bayi dan dengan posisi menyusui yang benar Langkah prosedur yang dilakukan adalah menurut Astutik (2014)sebagai berikut : a.
Cuci tangan sebelum dan sesudah menyusui dengan sabun dan air mengalir untuk membersihkan tangan dari
46
kemungkinan
adanya
kotoran,
serta
kuman
yang
dikhawatirkan bisa menempel pada payudara atau bayi. b.
Massage payudara dimulai dari korpus menuju areola sampai teraba lunak.
c.
Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian di oleskan pada puting susu dan areola sekitarnya. Cara ini mempunyai manfaat sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
d.
Bayi diletakkan menghadap perut ibu/payudara.
e.
Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menopang dibawah. Jangan menekan puting susu atau areolanya saja.
f.
Cara melepas isapan bayi dengan memasukkan jari kelingking ibu ke mulut bayi melalui sudut mulut atau dagu bayi ditekan ke bawah.
g.
Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada puting susu dan sekitar areola, biarkan kering dengan sendirinya.
h.
Menyendawakan bayi dengan tujuan mengeluarkan udara dari lambung supaya bayi tidak muntah. Setelah menyusui dengan cara menggendong bayi tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian punggungnya ditepuk perlahanlahan. Hal ini dapat dilakukan juga dengan bayi ditidurkan
47
tengkurap di pangkuan ibu kemudian punggungnya ditepuktepuk perlahan–lahan. i.
Periksa keadaan payudara, adakah perlukaan/pecah-pecah atau terbendung.
Cara menyusui yang didemonstrasikan pada Ny. D sudah sesuai dengan prosedur diatas dari tahap awal hingga tahap yang akhir. Tidak ada penambahan prosedur tersendiri, prosedur yang dilakukan sesuai jurnal dan referensi buku dari Nur Aeni dkk (2013) dan dari Astutik (2014). Pada implementasi, penulis tidak melakukan massage pada fundus uteri, bahaya tidak dilakukannya message fundus uteri dapat menyebabkan perdarahan pada ibu post partum, tetapi pada Ny. D tidak terjadi perdarahan, tidak dilakukan message fundus uteri karena keterbatasan penulis sehingga tidak dilakukan message. Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua tentang nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik, implementasi yang dilakukan adalah mengobservasi nyeri klien yang meliputi (P,Q,R,S,T), mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam, memberikan posisi yang nyaman pada klien, dan juga kolaborasi dengan dokter pemberian obat antinyeri. 5.
Evaluasi Tahap yang terakhir adalah evaluasi. Evaluasi adalah kegiatan mengukur pencapaian tujuan klien dan menentukan keputusan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dengan tujuan dan pencapaian
48
tujuan. Di dalam evaluasi terdapat bermacam-macam jenis evaluasi, SOAP, SOAPIE, SOAPIER (Nursalam, 2009). Evaluasi yang diterapkan dalam proses keperawatan adalah menggunakan SOAP. Evaluasi ini dalam bentuk catatan perkembangan, dengan membandingkan tujuan yang ingin dicapai dan kenyataan yang ada secara objektif serta rasional. Evaluasi dalam pembahasan ini yang akan dibahas adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Evaluasi hasil pada tanggal 10 April 2014 dengan diagnosa keperawatan defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi, belum teratasi karena kriteria hasil pada Ny. D belum ditemukan yaitu Ny. D masih terbiasa menyusui dengan caranya sendiri (masih memegangi payudara tidak bentuk huruf C) maka tetap dilanjutkan intervensi yaitu demonstrasikan cara teknik menyusui yang benar. Evaluasi yang kedua tanggal 10 April 2014 pada jam 20.15 dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik belum teratasi, criteria hasil pada Ny. D dengan nyeri akut belum ditemukan, karena skala nyeri pada Ny. D masih berada pada skala 6 dan wajah Ny. D masih tampak menahan rasa sakit akibat episiotomi yang dilakukan pada Ny. D. maka intervensi tetap dilanjutkan, yaitu ajarkan relaksasi nafas dalam. Evaluasi pada hari yang kedua tanggal 11 April 2014, jam 14.05, dengan diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi belum teratasi karena pada hari kedua criteria hasil
49
juga belum ditemukan pada Ny. D karena Ny. D mengatakan sudah ada gambaran tentang cara menyususi yang benar dengan melihat gambar yang ditunjukkan,
sehingga
intervensi
masih
dilanjutkan
dengan
cara
mendemonstrasikan cara teknik menyusui dengan leaflet dan juga gambargambar menyusui yang benarr dan juga menunjukkan cara menyusui yang salah Evaluasi tanggal 11 April 2014 jam 14.20 dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik belum teratasi karena dari data yang ditemukan belum ada kriteria hasil yang diharapkan, Ny. D tampak masih menahan sakit, dengan skala sudah ada penurunan dari skala 6 menjadi 5. Intervensi tetap dilanjutkan dengan ajarkan teknik relaksasi nafas dalam pafa Ny. D. Evaluasi pada hari yang ketiga, tanggal 12 April 2014 jam 13.30. dengan diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi sudah teratasi dengan kriteria hasil klien dapat mempraktekkan cara menyusui yanb benar, dan sudah menguasi materi yang diberikan dan intervensi dihentikan. Evaluasi hari ketiga tanggal 12 April 2014, dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik jam 13.45 sudah teratasi dengan criteria hasil nyeri dapat teratasi oleh klien, wajah rileks tidak tegang, tidak melindungi daerah yang sakit, skala nyeri 1-3. Pad any. D tampak sudah tidak melindungi daerah yang sakit, wajah sudah rileks dan
50
ada penurunan skala dari hari pertama 6 dan hari kedua 5 dan pada hari yang kettiga skala menjadi 3. Intervensi dihentikkan.
51
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa, implementasi, dan evaluasi tentang “Pemberian Pendidikan Kesehatan terhadap Peningkatan Pengetahuan Ibu Menyusui pada Asuhan Keperawatan Ny. D terhadap Ibu Post Partum di RSUD Dr. Moewardi Surakarta”. Maka dapat ditarik kesimpulan.
A. Kesimpulan 1. Pengkajian Pada Ny. D didapatkan hasil Ny. D mengatakan tidak mengerti/ mengeluh tentang bagaimana cara/teknik menyusui yang benar. Ny. D tampak menyusui anaknya, dengan cara sendiri, dan masih salah (tangan ibu jari tidak berada diatas dan empat jari tidak untuk menopang/menyangga payudara). Data yang didapatkan kedua adalah Ny. D mengatakan jahitan di perineum terasa nyeri. P (penyebab) : jahitan post spontan, Q (kualitas) : seperti disayat, R (daerah) : jahitan diperineum, S (skala) : skala 6, T (waktu) : saat untuk bergerak. DO: wajah klien tampak menahan sakit, tegang, dan tidak rileks.
53
52
2. Diagnosa Diagnosa keperawatan yang utama adalah defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi. Diagnosa yang kedua yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik. 3. Rencana keperawatan Rencana keperawatan yang dibuat oleh penulis dengan diagnosa defisit pengetahuan berhubungan dengan salah interpretasi informasi Implementasi adalah observasi tingkat pengetahuan klien, rasional mengetahui apakah memahami/sudah tahu tentang menyusui yang benar, demonstrasikan tentang informasi cara menyusui yang benar, rasional memberikan penjelasan seperti apa cara menysuiyang benar, anjurkan klien untuk menguasai materi yang sudah diberikan, rasional agar pasien dapat melakukan kemampuan yang sudah diajarkan, kolaborasi dengan keluarga rasional untuk memantau cara menyusui pasien kepada bayinya. Rencana keperawatan yang dibuat oleh penulis dengan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik adalah observasi nyeri klien yang meliputi P: penyebab, Q: kualitas, R:daerah, S: skala, T: waktu, rasional mengetahui seberapa tingkat nyeri pasien. Berikan posisi yang nyaman, rasional memberikan rasa nyaman, ajarkan relaksasi nafas dalam, rasional mengurangi rasa nyeri jika timbul rasa nyeri kolaborasi dengan dokter untuk memberikan obat antinyeri, rasional mengurangi rasa nyeri.
53
4. Implementasi Keperawatan Implementasi yang dilakukan yaitu mengobservasi keadaan klien, tentang
sejauh
mana
tingkat
pengetahuan
tentang
menyusui,
mendemonstrasikaan cara/teknik menyusui yang benar dengan gambar, menganjurkan ibu menyusui anaknya dengan cara mempraktekkan apa yang telah diajarkan dengan gambar, mendemonstrasikan tentang menyusui dengan leaflet. 5. Evaluasi keperawatan Evaluasi dilakukan setiap hari, dan evaluasi akhir pada tanggal 12 April 2014 menunjukkan bahwa masalah defisit pngetahuan sudah teratasi dengan hasil evaluasi S: klien mengatakan sudah paham dan mengerti tentang teknik menyusui yang benar dan apa manfaat ASI. O: klien sudah menyusui dengan teknik/cara menyusui yang benar dan mampu menyebutkan manfaat ASI. A: masalah defisit pengetahuan sudah teratasi. P: intervensi dihentikan. 6. Hasil analisa Sebelum
diberikan
pendidikan
kesehatan
tentang
cara/teknik
menyusui yang benar dan juga manfaat ASI Ny. D masih menyusui dengan cara yang salah dan tidak mengetahui tentang cara/ teknik menyusui yang benar Setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang cara/ teknik menyusui yang benar dan juga manfaat ASI Ny. D bisa mempraktekkan cara/teknik menyusui yang benar. Penulis dapat menganalisis bahwa pemberian
54
pendidikan kesehatan pada ibu post partum secara signifikan mampu meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam menyusui.
B. Saran Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan defisit pengetahuan, penulis akan memberikan masukkan/saran bagi kesehatan antara lain: 1. Bagi institusi pendidikan Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas dari segi apapun. Tingkatkan kualitas agar menjadi lebih baik dan professional dalam kemampuannya memberikan asuhan keperawatan. 2. Bagi Rumah sakit Dapat memberikan pelayanan secara maksimal kepada klien/ ibu post partum dengan mengajarkan teknik/cara menyusui yang benar, agar para ibu dapat menyusui anaknya dengan baik, dan bayinya pun tumbuh sehat. 3. Bagi penulis selanjutnya Dapat menjadi bahan untuk pengalaman dan pembelajaran tentang asuhan keperawatan pada ibu post partum untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan di dalam menyusui bayinya. Dan dapat menambah pengalaman dalam melakukan asuhan keperawatan pada ibu post partum.
55
DAFTAR PUSTAKA
Aticeh, Nirmala Gita, Follona Willa (2014) Konsep Kebidanan, Salemba Medika, Jakarta
Astutik Yuli (2014) Payudara dan Laktasi, edisi I, Salemba medika, Jakarta.
Dermawan (2012) Proses Keperawatan, Edisi I, Gosyen, Yogyakarta.
Emilia Candra (2008) Pengaruh Penyuluhan ASI Eksklusif Terhadap Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14662/1/09E01305.pdf Diakses pada tanggal 3 Mei 2014
Esti A (2010) Mengajarkan Teknik Menyusui Pada Ibu http://proses.nifas.go.id di akses pada tanggal 15 April 2014
Hasmawati (2009) Asuhan Post Partum http://proses.nifas.go.id di akses pada tanggal 15 April 2014
Lalage Zerlina (2013) Menghadapi Kehamilan Beresiko Tinggi, edisi 1, Abata Press, Klaten
56
Masriroh Siti (2013) Keperawatan Obstetrik dan Ginekologi, edisi I, imperium, Yogyakarta.
Mitayani (2012) Asuhan Keperawatan Meternitas, edisi I, Salemba Medika, Jakarta. Nanda Internasional (2012-2014) Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi, alih bahasa Made Sumarwati, EGC, Jakarta.
Novita (2011) Keperawatan Meiternitas, edisi I, Ghalia Indonesia, Bogor.
Nur Aeni dkk ( 2013) Hubungan Cara Menyusui Yang Benar Dengan Kejadian Bendungan ASI pada ibu Nifas, http://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja &uact=8&ved=0CDYQFjAC&url=http%3A%2F%2Fjurnal.unimus.ac.id%2Finde x.php%2Fjur_bid%2Farticle%2Fview%2F820%2F873&ei=ZV1sU63pG5KdugT CmILYCg&usg=AFQjCNE7DCFRMlLppSHHTvhLTtB_gcxWzA&sig2=85_0Rs RjGPr2Gngub2OrdQ&bvm=bv.66330100,d.c2E di akses pada tanggal 2 Mei 2014 Nurani Arie (2013) 7 Jurus Sukses Menyusui, edisi I, Gramedia, Jakarta.
Saleh dkk (2012) Pengaruh Pendidikan Kesehatan Dengan Modelling Terhadap Pengetahuan Kemampuan Praktek Pada ibu Dalam Menstimulasi Tumbuh
57
Kembang Bayi, http://pasca.unhas.ac.id/jurnal/files/4dfd694e7da095c426fa76ffbdf2b3ea.pdf Di akses pada tanggal 2 Mei 2014
Nursalam (2009) Proses dan Dokumentasi Keperawatan Konsep dan Praktik, edisi 2, Salemba Medika, Jakarta
Sukarni dan Wahyu (2013) Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi I, Nuha Medika, Yogayakarta. Suryaningsih Cahyani (2013), Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang ASI Eksklusif http://keperawatan.unsoed.ac.id/sites/default/files/jks20130802_77-86.pdf di akses pada tanggal 3 Mei 2014 Wilkinson Judith (2006) Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi Nic dan Kriteria Hasil Noc, alih bahasa Widyawati dkk, edisi 7, EGC, Jakarta