OIMI ACUSYANA NPM TESIS

PRAKTIK PERTAl\tBANGAN INTAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIJI FUNGSI LABAN SAWAH MENJADI LABAN PERTAMBANGAN INTAN (Studi Kasus di Kelurahan Sungai 'fi1•ng Kota Banjarbaru)

OIMI

ACUSYANA NPM. 250520087017

TESIS iintu~ memonulti ••l•h sata •1•nl ujl•n cuna mCml]nOltbt Gelar Maa;is•tT Um11 l.ln11m•g•T1 (M.Si.) Pros;rom J>cndidilcon Moci•l•r Pro;n .. Studi Mapster llmu Lln111
J>ROGRAM PASCASARJANA UNJVERSITAS PADJADJARAN BMiDUNG 2010

DEPARTEMEN l'ENDlDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS PAD.JADJARAN PROGRAM PASCASARJANA .

PROGRAM STUDl MAGISTER ILMU LINGKUNGAN

Iola• Sekcloa Sela tan L B•dwlf "401 ll. Td
LEMBAR PERSETll.JUAN

PERBAIKAN (REVISI)

UJIANTESIS

· : 03 februarl 201 o TGL. UJIAN : Agus Yana NAMA : 250520087017 NPM PROGRAM STUDl ; MagisterIlmu L~ : Perencansan Pengelolaan Sumberdaya Alam & LU 'KONSBNTRASI : Praktik Per1ambaagan Intaa dan Faktor Faktor yug JUDUL

M.mpenganihi Alih Fu~i Laban Sawah Meajadi Lahan Perbwbau.g.au lataa ( Studi J<Josus di Kelurah1U1 Suagai Tiung Kota B.1ojarbaru)

TELAH DIR.hVISI. DISETU.JUI OLEH TIM PENELAAlifllM PEMBIMBING DAN DIPBRK..ENANKAN UNTUK DIPERBANYAI<./ DlCETAK

1''+'D ...r.;.;;.Tb""'BC!!tt,o =. A Kumani, Ir. Di EST 2

Sunardi. Msi.

h.D

3 Bandung,

Februari 2010

Meugetahui:

c -~~_,. ,____ Prof. Dr. H. Bambang Hct11, MS

.

Pembimbing 1

· Pembimbing Il

..

PRAKTIK PERTAMBANGAN INTAN DAN FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN SAWAH MENJADI LAHA ..l'i PERTAMRANGAN lNTAN

(Studi Kasus di Kelurabsn Sungai Tiuug Kota Banjarbaru)

Qleb

AGUSYANA

NPM.

250.S.20087617

TES IS VntaJ< U>eilleoo.lii ssla• 5atu syaBt 11jlan guea memperoldl gctar Magi!ter Dmu Uncwagan (M.Sl) P1'98r:ll"' PtDdidil!Jltt Magtster l'n>gn"' Studi Pengtleluo S~mbtt~a Tellll dlsetujui old> Tim Pembinlbhag pad• tanggal Se_pettf ierlttll di bawalll iDI

Bandung,

Ala111 i11i

Jaouari 2010

c ,:::>?€~

Prof. Dr.B. R!mbang Beru. MS. Anggota Tim Pembimbing

ii

PERNYATAAN Dengan tni saya menyatakan bahwa :

1.

Karya tulls saya, tests inf, adalah asll
untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, masister, danlatau doktor), baik di Universitas Padjadjaran maupun di pergeruan t1nggl lain. 2.. Karya tulis ini adalah murni gagasan, rurnusan, dan penelttian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing. 3. Dalam karya tulis ini tfdak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka. 4. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila df kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerhna sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah dlperoleh karena karya ini, serta sanksi lafnnya sesuai dengan norma yang bertaku
Januar1 2010

Yang membuat peryataan,

~h'L' ,,,~;;12:1211AAf0012U1·~"'4C'°TY

w.A't"'"!P!t

61'JM (A.GUS NPM 2505 2008 7017

iii

ABSTRACT

Diamond mining efforts undi.
<1( purposively determined informant. The results of study showed that: (/) The story ofdiamond mining ill So111h Kalimantan divlded info 3 phase: {a) the epoch n/ Banjar 's Kmgdom (IJ26); (b) the epoch of Belunda and Japan colonization (1612-1945); and (c) the epoch of independence (1945 - present); {2) The diamond mining practice has been carried out hereditary by the local community "sing simple equipment, and hu« /Jeeri Mt only the sol'r<:« 1heir income b111 also a cultural heritage. Start ta crp<md sinr« .ftnmd the trisakti diamond m 1965 and ~JCperw,,c:ini: tJu: i11tc:n:;iji1:allon and mechanization of mining systems since the

2000s. diamond mining ha.s offeaed th« convcr.lio>: rice field to diamond mining

field, (3) The factors that Influenced the conversion are: (a) economicfactor: the

contmunitv lows income eamed from rice field i.<'. Rp. 148.000/femily/momh compared 10 that diamond mining i.e. Rp.333.000.- to 1.250.000/jamily!morllh;

{b) culturalfactor: the diamond mining practice has been under gone .11Ju:e the time n( llw1jar'.1 Kingrlum; and (c) policy factor: the tmptementation's cuncellution u( tiu: Perda No J/2002 regarding. <.:ommuni1y 's Mining M11n11ge111em of Strategic ond Vi1al Mmera! ( Group A and B) SQ diamond mining practice uncomroltebte. Keyword: diamond mining practice, rice field conversion, diamond min1111: field, the li!flue11d11gfactors ofconversioa.

JV

•;

ABSTRAK

Usaha pertambangan intan yang dilakukan oleh masyarakat di Kelurahan Sungai Tiung Kota Banjarbaru telab mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan sawah menjadi lahan pertambangan intan. Dalam kurun waktu 8 tahuo (20002008) telah terjadi kehilangan lahan sawah seluas 306 hektar, Penehtian ini dilakukan di Kclurahan Sungai Tiung Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan mulai bulan September sampai dengan Nopember 2009. Tujuan penelitian adalah untuk: (1) mendeskripsikan sejarah pcrtambangan intan di Kahmantan Selatan; (2) mendeskripsikan praktik pertambangan intan oleh masyarakat Kclurahan Sungai Tiung; ('.!) mengidentifikasikan faktorfaktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan sawah menjadi lahan pertambangan iotan. Pengumpulan data dilakukan melahn wawancara semi strulctur terhadap informsn y.1ng ditenrnkan secara purposive.. Hasil penelrtian mcnuojukkan (I) Sejamh pertambangan intan di Kalimantan Selatan dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu zaman Kerajaan Banjar {I 526). zaman pcnjajahan ( 16121945), dan zaman kemerdckaan (I 945sekaning); (2) Praktik pertambnngan intan dilakukun masyarakat secara turun temurun dengan pcralatan sederhana sebagai warisan budaya dan sekaligus sumber rnata pencaharian. Mulai bcrkembang sejak ditemukaruiya intan trisakti pada tahun 1965 dan mengalami intensifikasi dan mekanisasi sejak tahun 2000 yang mempengaruhi alih Iuugsi lahan sawah mcnjadi laban pertambangan; (J) Faktor Iaktor yang mempengaruhi ahh fungsi lahsn adalah: (a) faktor ekonomi yaitu rendahnya pendapatan yang diperoleh dari lahan sawah yaitu Rp. 148.000, /kcluarga/bulsn dibandingkan dengan pendapatan dari mcnambang intan yang mencapai Rp. 333Ji00.· sampai dcngan Rp. 1.250.000,/keluargalbulan;(b) faktor hudaya yaitu usaha pcrtambangan intan telah berlangsung sccara turun temurun scjak zaman keraiaan Banjar; dan (c} faktor kebijakan yaitu tidak terlaksananya Perda Nomor 5 Tahun 2002 tentnng Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan Galien Stratcgis dan Vital (Gol A dan B) sehingga pertambangan intan tidak terkendalikan. Kata kuuci: praktek penambangan intan, alih fimgsi lahan sawah, lahan penambangan iota11, faktorfaktor yang mcmpengaruhi alih fungsi lahan.

v

KATA PENGANTAR Puji synkur penulis panjatkan

kc hadirat Allah SWf yang telah

mehrnpahkan rahrnat dan hidayahNya sehingga peaulis dapnt menyetesaikan tcsis dengan judul "Praktik Pertambangan

Intan dan Paktorfakior yang

Mernpengaruhi Alih Fungsi Lahan Sawah Menjadi Lahan Penambangan Intan" suatu srudi kases di Kelurahan Sungai Tiung Kecematan Cempaka Kola Banjarbaru. Salawat dan salam semogs selalu tereurah untuk rosulNya Muhammad SAW. yang tclah membawa ajeran ynng terang benderang untuk pengikutnya. Tesis

ini diajukan

untuk

memenuhi

salah

satu syarat ujian guna

mcmpcrolch gelar Mogister Soins (M.Si.) Program Peadidikan Magister Program

Studi

Magistcr llmu Lingkungan

pada

Program

Pa:;ca."lrjana Universitas

Padjadjaran Bandung Tahun 2008'2009.

Pada keSCTl\l)lltlll1 ini penulis menyumpaikun terima kasih Jan penghargaan

yan(!. sctinggitingginya kepada kcdua orang tua yang tolah mernberikan dorongan baik moril muupun materil sampai penulis dapat menempeh jenjang pendidikan

mugisrer irn. Kemedian kepada istri dan anak•annk mengorbankan waktu, kesempaian

yang telah berscdia

berkumpul dan segalanya selama ditinggal

menempuh pcmlidikan. Ucapab tcrima kasib d1111 pengnargaen yang selinggHiogginya juga

pcnulis sampmkan kepada Prof. Joba11 lsk:u1dar, M..Sc., Ph.D., Ketoa Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. ll.

Bamb:mg Ren1, MS., Anggota Komisi

Pembimbing yang telah banyak meluengkan waJctu daa pikiran untuk memberikan

birnbingan terbaik bagi penuhs, saya ucapcan terima kasih semoga arnal baik bapakbapuk mendepat balasan pahala beriipat gaoda dari Allah SWT. Ucapan terima kaaih dan penghergaan juga penulis sampaik:ankepada pihakpihak yang tclah mcmbantu pcnulis menyelesaikan studi iru baik secara langsung maupun trdak langsung antara Jain kepada y.mg tcrhormat:

l. Ors. Rudy Resnawan, Walikota Banjarbaru yang telah memberi kescmpatan dan dukungan untuk melanjutkan studi di PSMIL Universitas Padjadjaran; \'I

7.. Drs. Arrie Sophian, Ketua DPRD Kota Banjarbaru aras dukunga» morilnya untuk tetap mempertahankan idealisme dalorn kondisi apapun;

3. Pr. fr. Dedy Priatna, M.Sc., Kepala Pusat Pcmbinaan Pendidikan dan Pelatihan Pcrcncanaan Bappenas besena staf, atas fasilitas dan dukungan

pembieyaan pcndidikae: 4. Prof. Dr. Ganjar Kurnia, lr., DEA., .Rektor Unhim;itas Padjadjaran; 5. Prof. Dr. Mahfud Arifin, M.Sc7 Direktur Program Pascasarjana l lniversitas

Padjadjaran; 6. Dr. 11>. Benito A. Kurnani, lr., Dipl., EST., Kema Program Studi Magister llmu Lingkungan (PSMIL) Uni~tas Padjadjaran; 7. Parikcsit, Drs., M.Sc., Ph.D., Sckretaris Program Studi Magistcr llmu Lingkungan Univcrsitas Padja~jawt; &. Seluruh tenaga pengajar dan Bidang administrasi Program Magister llmu Lingkungan Universitas Padjadjaran;

9. Rekanrekan Mahasiswa PS\11L Program Bappenas Angkatan IV aias kerjasama dan pengertian yang baik selama stndi serta rekanrekan dari Mahasiswa Oiknas dan Bappenas Allgkatan V atas tegur sepanya. lO. Terirua kasih khusus disarnpaikan unlllk Bapak Dr. Benito. Bapek Sunardi, Ph.D.,

dan Bapak Dr. Teguh Husodo yang telah bersedia rnemberikan

bimbingan ekstra kepada penuiis, Semoga Allah SWT memberikan balasan y.mg baik atas segala bantusn yang telah diberikan. Penulis menyadari babwa tesis ini masih memiliki banyak kekurangan.

Untuk itu

S3I1111

dan mesukan yang mernbangun sangat penulis

harapkan, Semoga tesis ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis umumnya

bagi pihakpibek yang menggunakann}'ll, amin. Wassalam1< 'alalkum warahmandlahi wabarakaatuh. Bandung, Januari 2010 Penulis,

vii

DAFTARISI PEN(JESt\lL'\N

PERNYATAAN

_.. .. . . .. .. .. .. .. ..

. . . ..

.

_

.. . . .. ... ... . ....

i ii

.

ABSTRACT... .. .. . ... . .. ... .. ......... ... ... .... .. ...... ... .. .. . . .. . . .. ... .. ....

iii

ABSTRAK.

iv

..

KATA PENGANTAR.

VJ

DAFTAR ISi... . .. .. . . . .. .. . .. .. . .. DAFTAR TABBI,......... J)AFTAR GAMBAR...

. .. ..

... .

.. . . . .. . .. . . .. . .. . .. .. . .. . .. .

. ..

. . . . . ..

viii

..

xi xi

..

xii

DAJITAR LAMPIRAN........................ BAB I. PENUAHULlJ.l\N

.

I. I. Latar Helaka:ng Penelitian,

1

l.2. Rumusan Masalah

~...............

7

l.3. Tuiuan Penelitian ,...................... I 4 K.egunaao Pencluian.«, .. . . ·~· BAH 11. KAJIA_N PUSTAJ
7 ~

2.1.. ~_ajian. Pu~tala .. .. ........ ...... .. . .. . .. .. .. .. ... ....

.

9

..

9

2.1 2. Pcrtambangan 1ntan di .Kalimantan Sela:llln.......

13

2. l.3. AJ1h Fungsi Laban Sawah......

22

..

2. l. l. Scjarah Pertaml;llngan 4i KaJimantan..

.. .

9

2.2. Faktoefaktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan...

26

2 .3. Kerangka Pemikiran .. .. . .. . . . ..

33

. . .. .. . . .. .. . . .. .. . .

BAB Ill. .METOOE PENELITIAN

38

3L

Rancangan Peuehtian....

3.2.

Tcknik Pengumpulan Data.

38

3.2.1. Jellis Data.......................................................

38

J 2.2. Sumher Data., .. ...... ..... . . . .. ..... . . .

39

3.2.J. Prosedur Pengwupu.lan Data........................

42

3.2.4. Allll.lisa Data...........................................

43

viii

.. .

..

38

3.2.4. Analisa Data...........................................

43

3.2.5. Waktu dan Tampat penelitian.......

..

BAB IV. llASJL DAN PEMBAHASAN............................................... 4.L

4.2.

4.3.

44

4.l.l. Lokasi kelurahan Sungai T'iung........................

44

4.1.2. Lmgkungan Fisik.........................................

45

4.1 J. Pendnduk

47

GambaranUmumSawllh.......................................

49

4. .2. l. Luas Lah311 Sawah...........

49

4.2.2. Permlikan lahan Sawab................................

5}

4.2.3. Pcnggarapan Sawah

53

4.2.4. Produksi...................................................

57

Sejarah Penambangan lntan.,

58

..

.. . .. ..

.. ..

4.3.2. Zaman Penjujahan Belands Jepang .. .. .. ..

.. . ..

59 60

4.3 .3. Zaman Kcmcrdekaan..... .. .. . . .. .. .. .. .. . . .. . .. .. . .

63

Praktik penambangan lntan......

72

..

4.4. L Sistem Kepemilikan Lahan .. . .

. . .. .. . .. .. .. .. .. .. ..

4.4.2. Teknik Penamhangan intan.. ... . .. ..

4.5

44

Gambaran lJmurn T)aerah Penelitian.......................

4.3.1. Zaman Kerajaan Banjar.......

4.4.

43

.. .

..

72 74

4.4.3. Sistem kerja dan Pembagian Hnsil........

78

4 .4 .4. Pemasaran H asil T ambang . . . . . . . . . . . . . . .. .. . . . . . .. . ..

81

4.4.5. Dampak Penambangan Intan..........................

SS

Faktorfaktor y:mg mempeogaruhi alih fungsi lahan .

92

4.5.l.

93

Faktor Ekonomi.............

4.5.2. Falctor Budaya.... ........•.... 4.5.3. Faktor Kebijakan.

.. . ..

. .. ..

97

.. . . .. .. .. .. .. . .. .. .. . .. ..

I 02

BAB V. SJMPULAN DAN SARAN.......................................................

110

YI.

S1mpulan.........................................................................

110

5.2.

Saran...............................................................................

JI I

DAFT AR PUSTAKA LAMl'll{ANLAMP!RAN IX

IlAFTAR TABEL No.

Ju.
Ualaman

J. L Dafter Intorman Kunci sumber infonnasi peneiitian

40

J. 2. J cnis data. sifat data dan tekaik pengwupolan data... . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ..

4I

4.1. Komposisi mata pencahanan pcududuk kelurahao. Sungai Tiung.; .•. ..

48

4.2. Kalender musim kegiatan per111Dian sawall di Suni:ai Tiung, . . . . . ..

..

56

, . ..

~6 Q2

4.3. Analisn ekcnomi usab.ll iawah dJ k~uaihan Sungaj Tiung 4,4. Penemuiin itrtan tal!un l/Yl7 IS~............................................

x

DAFTAR GAMBAR

Nu.

Judul

Halaman

i.t

$lc_1;111.1J a!ut pi_~iq1cncUti.bo

4. t.

P~ !o~asi im~!ili.an

4 2.

Kelas kesesuaian lahan Kelurahan Sung.itTiung_

4.3

Tatagi,malahanKelurahanSungaiTiung.......................

49

4 4.

Grafil: perubahan Iuas sawah di Kelurahan Sungai Tiung....

50

4.5.

Pela1)efll,'b'Wlaan lahanKe!urahsn

Sl

46.

Alatsortirintan(linggangan)

4.7.

Jaringan pemasaranintan .. _ ···

4.&.

Kondisi topografi lahan pasca penambangan..; .. .. ... ....

85

4. 9.

Pcrnbuangan material yang berpotcmi menutup sumber air...

88

. . . . .. .. .. . . . .. .. .. .. .. . .. .. .

,,..............

4~

Sungai Tiung

· ..

· ...... ... ··

4 JO_ Kondisi sungai yang mengalamipendangkalan...... 4. 11. Pencemaran air oleh sisa pelumes .. __ 4.12. Pasirdlln koral sc:bagai ha.sit ikuran

xi

~7

_ .. _

46

78 82

.. ....

89

_.....

92

_ .. ,

9~

Lampiran I. Panduan Wawaacara untul: inf0flllal1 kunci tolmh mssyarakat dnn peti.3mb
Lampiran 2. Paaduau Wawancara umuk infonnan kunci aparat pemerintah Lempiran 3. Panduan Wswancara untuk informan kunei Bandar/pembeh intan

RAB I

PENDAHULlJAN

1.1. Latar Belakang Peneliti.ao Lohan sawah merupokan sumbec dllya yang sangat penting daiam menentukan ketahanan pangan karena lahan sewah memiliki penman dalam mw.iJ>tQdu~1l lia!.'tMt Jlal19t1 tie~

6~

Sl!mlllli saat irii. m...si.h mc:i:upak.110 b.af:lan

pangan pokok penduduk Indonesia yang scbagian. besar diproduksi dart l3han sawah dan sisanya dari ladang atau lebih. dili:nal deogan i»di gogo, oleh karena itu sumber pengan Indonesia yang penting utamanya diproduksi dan sawah (Soero.o('WOl.o, 200 l ).

Sc:Jnin sc;l:)agai

pcngbasil padi. lahan sawah juga berperan

dalam

111:1ucliharaan l.ingku.ogan berupa kenwnpuan mencegah kerusakan alam seperu baftjtr dim tanah longsor, sekaligus berperan dalaJn pelestarian somber diiy"ct alam

~t lahan. air, udara dan kc:Ggamr.1. ~

Wlsbio. 1.999). Sen:ic;nllµa ~q

Yoshida (1994j dan Sogo Ke.nl
(U~

tar)gga.

da!i. 1)1.c:!!Cesaf:l. peneemaran

udara

y1111g berasel dsri gas buangan,

RabJIIIDtu, dkk, (2004) menyatakan bahwa lahan. sawah dapat dianggap sebagai baJang publil'. karena selain Plmlberik.an mmfiiat yang bersilat individual b11g1 pcmi!Jknya juga memberikan manfaat yang bersifat komunal l

Sebagai

2

baiang publik. Jarum sawan mcmiliki fun~ yang sangat lua.<; yang tttkail den~

wmfaat. langsung. manfaat tid.ak larigsuog
~

atau kegialan usaha tani yang dilakukan pada surnbcr daya lahan

dau umnfaal bawaen (Non

11.yr:

vulue a'61!1. /}llnn.m; va.1111!) yaitu !xab<1g1Ji

maofaat ymg terci.pta dengan setldirinya seperti tcrpelibamlya. keragaman bayati, keberlangsungan siklus biologi dan lain sebagaioya, walaupun nilai terebur bukan merupakan tujllMI dari k.egialan ekspl~

y.mg dilalruirao oleh pcmilik lahan.

N<Jmull demikian, manfaat bt.han pertanian rerutama sawah yang demikian

besar dari tahun k.e tahun me.ngalami ancaman serius berupa alih fungsi lahan, sementara kebijaken pengendaliannya saogat sedikir Selama periode sepuluh tahun (19831993), ahh fun~i lahan sawah kc penggUJWm lain di Indonesia

mc;n
besar (58~3 %) adalah l!crupa

alih fuugsi menJadi kawasan pe.mukiman (S~!J:311tmaJa. 2006 ). Me.numt Badan l:'usat Statistik (Im)

luas laban sawah di Jawa pada tah.un 1993 adalah 3.43 juta

hektar sedangkan pads tahun 1997 tinggal :3,32 juta hektar, berarti terjadi pcnciutan 101.013 hektar,

Direl::tom Jenderal P~gelolaan

Lalia:n da" Afr,

IJc:panemen Pertanian (Oirjen PLA, :fQQS) menyal!l~
3 hektar saweh beralih fungsi ke pc:nggnnaan lain settap tahuD!lya, terutama di Pulau Jawa

Kelurahan Swigai Tiung

Kecamatan Cempeka Kora

Banjarbaro

merupskan salah satu dacrah yang mengalami alih fungsi lanan yang cukup signifiken, Data dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Baaiarbaru (2009) menyebutkan bahwa luasan lahan sawah di Kclurahan SUJ1gai Tiung menurun

drastis dari 369 hcktnr pada tahun 1999 menjadi tinggal 63 hektar pada tahun 2008. Hal ini berarti telah terjadi alih fungsi lahan sawa.h ratarata 34 hektnr per tahun. Lahan sawah yang suda.h wgunak.an mcnjadi lahan pertambengan intao tida.k dapat dikembalikan fungsinya menjadi sawah kembali. Hal tersebut dika1enakan hilangnya lapisan top soil akibat erosi atau tertimbun oleh lapisan tanah bawah seat proses penggalian. Oisamping im peruhllhau topografi lahan yang sebelumnya bcrupa ha.mparan mcnjadi lubanglubaiig besar dan dalam tidak mcmungkinkan labllll tersebut diJadikan saw.ih kembeh, Selama ini masyarakat rnembiark.a.u Jubanglubang bekas galian tambang tersebut apa adanya tanpe ada upayaupaya reklamasi ataupun uutuk pemanfaatau lain, Bcibeda dengan kasuskasus yang tetjadi di dae1al1 urban yang mcugalih tungsikan lahan sawah menjadi penunaban, pertokoen ataupun fasilitas asaba yang lain. di Kelurahan Sungai Tiung alih fungst lahan sawah berubah menjadi laban penambanga» mtan yang dilakukan oleh masylll1lkat setempat. Sehagian mnsyarakat yang tinggal

di

Kelurahan

Sungai Tiung

banyak

yang

mcng1;1Mlungka11 hidupnya dari usaha pertambangan intan baik sebagsi mata pencaharian pokok maupun sebagai mata pencaharian sampingan.

4

Sclain sebegai mata pencaharian masyarakat di beberspa daerah di Kalimantan Selatan, menambang mtan sudah dionggap sebagai budaya yang diwansi rnasyarakat dari para lcluhur. Usaha pertambangan intan di Kalimantan setatan telah dikenal sejak abad W-16.

Diperkirakan sejak tahun 1604 telah

terjadi perdagangao intan (BPHN, 1982)

Pertambangan intan sudah melekat

dengan kehidopan masvarakat yang tinggal di beberapa kelurahan di Keeamataa Cempaka Kota l3anj;1rharu seperti Kelurahan Sungai Tiung, Kelurahan Bangkal dan Kelurahan Pelam, Di tiga kelurahan inilah potensi bahan galian intan ditemukan oleh masyarakat dan dijadilim sebagai usaha unmk rnenopang

kebutuhan seharihari (Dali min, 2006), bahkan usaha pertsmbangan intan semakin uuensif dilakuksn oleh sebagian masyarakat dcngan menggunElknn nlatalat modem (Andik.o, 2006). Pertambangan intan di Kelurahan Sungai Tiung ui lakukau rnasyarakat

pada Iahanlahan yang dekat dengan sumber air, bal ini sesuai dengan karak.teristik pertambangan intan tradisionaJ yang memerlukan ketersediaan banyak air nntuk proses peoymtiran intan

Pemilihan sawah sebagai lokasi

pertambangan juga ndak bisa dilepaskan dari pengetahuan dan pengalaman yang

didapatkan secara turun ternurun, bshwa poteesi intan di Kelurahan Sungai Tiung adalah di lokasilokasi dataran rendah dan bantaran sungai.

dibenarkan olch basil survey clan penelitian

)'flllg

Hal tersebut

dtlalmkan Dieas Pertambangan

dan Lingkungan Hidup KC1ta Banjarl!aru yang menyebutl=t bahwa potensi inflln

w Kota Banjarbaru

tersebar di daerah mwa, bekas aliran sungaisungai purba clan

5 bantaren sungai y(ll')g scbelum dijadikan lahan pertambangan mcrupakan latum

sawah. Penemuan intan Trisakti tahun 1965 sebesar 166,75 karat (33 gram)

di

Desa Pumpung Kelurahan Sungai Tiung merupaksn tit•k. tolak scmakin mtensifnya usaha pertambangan mran oleh masyarakat setempat

Nam1U1

demikian metode pertambangan intan yang dilalrukan pada lahanlahan sawah dengen sistem gali lubang

pada titiktitik tertentu pade saat itu masih tidak

mengganggu fungsi lahan sawah itu sendiri.

Dari usaba pertambangan intan

secara trlldisional tersebut para penambang senamiasa mendaputbn walaupun dengan taral yang kecil (d1bawab 10 karat),

iutan

dan sesekali para

penambang memperoleh mtan dengan besar 2030 karat (Andiko, 2006). Mengingat harga jual mtan yang dermkian

tint!8i di pasaran, m.inat masyaraknt

untuk menggelun usaha pertambangan intan tetap tin9!ji.

Memasuki tahun 2000an rnasyarakat muloi meuggunakan mesin penyedot

dan penyemprot dalam kegiatan pertarnbangan inlM. Masuknya teknologi dalam pertambangan intan tersebut Lelah membawa daurpak. posiuf dan darupak negatif.

Dampak JJQSitif berupa peningklltan basil tambang baik berupa intan maupun basil ik:utan. Sedangkan dampak negatifnya adalah dengan semakin banyaknya

batu.a.n yang diangkat, maka sernakin banyak pula material yang tlibuang ke sungai maupun ke lahanlahan

pertanian di sekitamya Lubang galian

pertambangan yang sebelumnya merupakan titiktitik gali dengan luas 46 m2 clan kedalamen maksimal 8 m, sekarnng menjadi danaudanau dcngan ukuran mencapai I 000 m1 dengan kedalaman galian bisa mencapai 20 m.

6 ~ii

pcnelilian Jlamdah (2
pcningkatan mtensitas ix;clambangan intan yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Cempilka bebcrapa kali lipat dari tahWJ 1999 - 20002. Peningkatan leasan lahan pertambangan ratarata mencapai 12 kali bpat dalam selang waktu 4 tahun, Peningkatan lerjadi di Kelurahan S11ngai Tiung dari 0,23 ha menjadi 2,85 fill, kelurahan Palam dari 0,12 ha menjadi 1,64 ha dan kelurahan Cempaka da.ri 0, 18 ha menjadi 2,25 ha. Semakin intensifuya peaggunaan mesin dalam usaha penambangan intan

rakyal di kelurahan Suogai Tiung klwsu~nya dan di Kecamatan Cempaka pada umumnya tdab mcmbawa berbagai peugiaruh \emadap kon<Jisi liogku.ngan di sekitarnya, Gangguan Jingk1U1gllll yang dirasakan langsuog adalah rusaknya Jaban sawah, tercemarnya air sunga1 oleh lumpur, hilangnya sumbersumher air, banjir di musim hajan dan kelceringan di musim kemarau,

Data y.ing dikeli.wkan

Dinas Pertanian dan Kchutanan Kola Bamarbaru (2009} menyataka.n bahwa sampai labun 2008 peneemaran lahan sawah sebagai akibat luapan lumpur mencapai 605 ha, mas1ng·masing di Kelurahan Cempaka 125 ha, Sungai Tiung 50 ha, Palam 95 ha, dan .Bangkal 35 ha.

Alih fungsi tahan unmk tujUM pemukiman

chm prasarana so.sial ekouonu

khususnya di wilay:ih urban lidali: dapat dihindari bail; di Pulw Jaw<1. maupun di luar Pulau Jawa (Rusa$tra et al., 1997). Babkan di luar Jawa kecenderungan t~but

dari tahun k~

~IDl

semak.in mmingkat. Hasil petlC.liri~ Rusastra ciao

Budhi (\997) 1m:nyebutkln baltwa di .0aqjarmasin ba.nyak terjlldi koversi laban saweh di daerah urban dan semiurban akibat perluasan pemukiman yang memicu

7

alih run~i la.han lef>ih luas lagi dilcareoakan pembangnnan pernukimat1 tersebet akan diikuti oleh pembangwnn pta~~ana. ekonoun. Alih fungsi laban pertanian ke bukan pertanian pada beberspa kondisi dipicu olch adanya perseiegaa dalam pemanfaatan Iahan bukan pertanian.

lrawan (2005) mcnyatakan

11ntaza

sektor pertanian dengsn

bahwa persaingan peinanfaatau

laha11 muncul akl.bat adanya tiga fenomena ekonomi <Jan sosial yrutu.; keted>atasan sumberdasa

lahan, pettumbuhan penduduk dan pertumbuhan \:k()J\Omi. HaJ

menank untul:: dilakukan pengkajian terkait fenomena yang terjadi di Kelurahan S11ne,ai Tiung KQ!ll Banj~aru

.adalah mengapa ma~yarabl. h¢git\l murJah

mengalih fungsikan lahan saWllhnyamenjadi lahan pertambangan intan,

J.2. Runtusan M:asalah Berdasarkan latar belakang di al3$, masalah yang mgin diteliti adalah: (1)

bagairnana stjarah pcrtambaugall intan dilakuka11 masyarakat di Kdw:ahMJ Swigai Tiung khususnya dan Kalimantan Selaian pada umumnya; (2) bagaimana praktck pertambangan intan yang dilakukan olch masyarakat di Kelurahan SIUlgai Thmg $ehingga mcmpengaruhi tczja.Qinya alih fungsi lahan sawah meJ!iadi laben

pe1tambang111; (2) faktolfakte>r apa yang mcmpcngaruhi masyarakat meogalih tungsskan lahan sawah menjadi lahan pertambangan intan di Keluraban Sungai Tiung Kota Banjarbaru.

8

l.J. Tujuan P.;n~li~11

Tuj uan penelitian mi ~dalah:. (I) mo:u.desknp.s\kan ajarah pertambangan intan

y1111g tcrjarli di Kelurahan

Sungai

Tiung Koll! Banjarbaru; (2}

mendesknpsikan p1aktek pertambangan intan yang dilakukan oleh masyarak.at Keluraban !)1D1gai Tiung Keta Banjarban,r; (2) meogiden\ifibsikan falctotfalctor yang mempengaruhi masyerakat mclakukan alih fwgsi lehan sawah menjadi Jahan pertambangan intan

1,4, J{cgll.!Y.eii.el_itian

fla:n I pene litian ini di harnpkan akan berguna bark secara akad.emis maupun sccara prsktis. Secara akademis, penelitian ini ddmapbn dapat memberi sumbangan

pcmikirua dalam pengembangan ilmu pcngctahuanpengelol3311 $\Zin~ daya alam

ientang asp<:k sosial khususnya yang teckait
khususnya kebijakan yang terkatt deo.gan peni:alih fimgsian lahm sawah mc:nja.di Iahan pertamhangan intan di Kota Banjarbaru dengan mcmperllituogkan aspek ekonomi, eko!ogi, dan aspek sosial

BAB II

KJ\JIAN PUST AKA DAN KERANGKA PEMOORAN

2.1. Kajian Pustal
Sejarah Perlamba11gan Di Kalimantao

Ek!p!oitasi milleral pertama yang penting adalah penambanga:n da:n pe11golallan bijih besi yang terdapat di berbagai tempat di sehiruh Borneo (Knlimantan).

Hal

ini

dimulai

dengan diperkenalkannya

ketersmpilan

penggsrapen besi dari daratan Asia diantara abad ke.5 dao ke10 Maseb.i (Bellwood, 1985). Menurut Sellato (1989) penduduk: selempat m.engembangkan ket¢111D1pilao 1llltUk pclcbura.o dan pcoggarapan bcs.i yang denpn ecpat mcnycbar kc daerah pedalaman st:jak. al?ad ke6 dun seterusnya, Sungai Apo Kay1.111 dan Sungai Mantalat dl dacran hulu Daeran Aliran Sungai Barno, Sungal Mantikai (.Analc 6unga1 Sambas), Sungai Tay1111 (Ana.k Sungai Kapuas) di Kalimantsn Rand, semeanya mempuoyai endapan biji besi dan terkcnal dengan pelebttran dan pembuatan barangbarangdari besi (Ave dan King 1986). Ernas dan intao juga dikumpulkan sejak dahulu, diperdagangkan ke istana

isltl.M Sulton dtlfl kepado pedagengpedageng Hindu dan Cina.. Mcnurnt tradisi orang Dayak seadiri hampir tidal< pernah mcmbwit clan mcmaltai per+uasen emas (Sellaio l 989), tempi perdagaugan emas memp1:ngaruhi kebuwyaan pulau ini. Emas telah di ekspor dari Borneo bagian barat kirakira sejak abad ke13 clan mcnjelang akhir abad ke 17 pedagangpedagang Cina tdah mengumpulkan

muatm11ntt3t:m ema.~ di Sambas (Hamilton, 1930). Selama berabadabad emas

9

10 tlipernlch dalmn !deal:\ kr:cil nlch penamhmgpenamhrnc snkn dJlYalc, dengan

mendull\llg d~u emas di sungaisungai, Dulang, yaitu srjWs baki yang danglcal terbuat dari kayu yang digunakan untuk mendnlang emas, dijual di pasarpasar setempat seperti Martapura yang saat ini menjadi ibukota kabupaten Banjar. Perambengan emas secara komersial pertama di K.alimantan di lakukan

oleh masyarakat Cina. D.alam keramaian mencan emas pa
dengan ccpirt tc1a)ri meninggalkan dampak jangka panjang bagi lingkungan dan k.e
pcngawa.san kesultanan

sudah mulai beroperasi di Kalimantan menjelang abad k~l9, yang menghasilkan batubara bermutu rendab dalam jl!1111ah k~I untuk pen~(lUl'laan setempat (Lindblad 1983). Tambang k~d milik. negmu di l'alami ®.kat Tenggarong d.i kesultanan Kutai merupakan suani contoh yang kbas, Tambang batubara Modem yang pedama di .Kalimatanadalah tambang "Onm;e Ntmau' yang dibuka eleh Bclanda di Pensaron, Kalimantan Selatan pada tahtm 1849 tambang ini lebih

diarahbn

urouk menujl!k;kan

haknya terhadap kebyaan mineral pulau itu dlUI

bukan kim:na potensi komeresialnya (Lindblad, l 9SS). Dengan pertimbangan

11

serupa Inggris mendirika:n "HrtftJh North Borneo Company" untuk bekerja di Sabah, kerens mereka tertarik kepada tambang batubara di Lab\llln. Ilakhak kolonial ini hanya dapat didinkan dengan beberapa kerepotan, f'ada

tabun

1888

perusahaan

batubara

Belanda (Oost-Bomeo

M11111ch1'f'pif)mendirikan ~ehu.ah 1ambang ha:tuhara besar di Batu Panggal di tepi

sungai Maha.kam. Ada pula kegiatan pribumi secara kecilkecilan yang dilakukan di Martapura sepanjnng sungai. Barito, sepanjang sungai Maliakam .Hulu dan sungai Berau Pada tahun J 903, dengan penanaman modal Bclanda, tambang batubara terbesar di P. Laut (Kalimzmm:n Selata:n) mulai berproduhi

den

me111ela.ng tahun 1910 relah menghasilkan kirakira 25 % dari semua keluaran Indonesia (Lindblad 19118). Produk.S.i tambangtambaog yang besar mili.k .tlelanda di ekspor, sedangkan kegiatan J"Odulisi yAng Jebih kecrl dsarahkan untuk pemasaran selealpat. Kualitas batuban yang rendah dan ~edianya batuhara clan .llropa. yang Jebih murah, terutama

dari Jnggris, akhirnya menyebabkan

kemunduraa pada penambangan besar Belanda di Kalimantan. Namun penemuan Iadangladang batubara bani akhirakhir ini meuyebabli:an timbulnya perhatian baru terhadap hatubara Kalimantmt (Silleh, 1958).

Kebijaksanruui yang diambil Pcmerintah Belanda ialah menyewa tanah apanase

miJik Pangeran Mangt;uhu11Ji Kencana (Mangkubumi pada masa

Pemerintahan Sultan Adam Al Wasik Billah), untuk mern.buka tambang batubara di daerah Pengaren, Sewa tanah itu sebesar 10.000 Gulden sctalt1111. Belanda

mt:ngambil inis.iatif untuk segera eksploita.si terhadap sumber batu barn tersebut. Batu bara ketika itu sedang mempunyai banyak peminat di pasar dunia dan

12

sumber hatu hara tersebut

banJl!k drtemukan di

daerah .Kerajaan Banjar. Pada

tahun 1849 dibukalah di Pengaron oleh Gubemur Jendcral J.J. Rociwscm d~i:ig.M nama tambang bauibara Ormye Nussat«: Tambang ini berproduksi 10.000 ton per tahun. Demikianlah optimisnya pembukaan pertambangan itu dan diharapkan sukses sepeni tambang yang telah drt1Jtup di Martapura karena terlnmuhnya para pekenanya sewaktu ~

pc:rangBa1.1jl!.f pada tahun 1859 (Atmosudicjo, 1983).

Untuk mengelola pertambangan batu barn di l
berpusat di Batu Panggal. Perusahaan ini mengcslcpJDita~ 1a:m'1mig bembara
Palaran, K.utai. Kcm11.
19()3, sesudah dilihat adanya. kanun&kinan untuk mengeksploitas.i secara

tcrbuka. M.odal yang cnkup besar dari rencana 180.000 meajadi 2 juta gulden, untulc memhun laporan tcnlang sin111si 81"'.Qfoei daerah i111. flcrdasarbn lapqran

inilah tidal< ku.r:ani; ~i,k

i;o.od.al

yimg

benninst mensnamken modaloya di fulall

Laut. Persiapan cukup matao.g dipciluknu agar para investor

dapat

btlctja dengan

baik di daerah itu, yakm membangun jalan untuk mengangkut baru, penyediaan tcnaga buruh dan sclr.igainya (Ant~a.,, 1971 ).

S~uml3'1. mWA! 4im. bc;rotu~i:@lll~ kuli <Jki!JJ. membawa p<;i:ubaJwJ Pl.I® kefudupen ekonomi dan sosial di pu.lau yang sepi itu. Keti.ta adminsnrstcr bernama J. Lousdorfer mendaral di Kola Baru pada 1908, dia meajumpai keadaan masyatakai yang sama ~ekali asmg dari pengctahuannya,

yakni mereka hidup

dengan aturan yang sa.nga.t b~eQ.a. dengan ya,ng diki:oaklya, Prod.u.b.i d.ati pabnk dj

Pulau Laut sebonyuk 80.00Q ton per tahun pada. taaun 1905. Po.00. tab\lD 19()8

13

produksi maksimum 1ercapai. Jumbh pe~i

benernbah dari I :50.000 orang kttli

mcnjadi 230.000 orang kuli padta tahun 1910. Pulau

l..a111

menjadi kckuatan

ekonomi yang besar, meniadi salab satu daerah tambang batu barn terbesar di w1layah jajahan Belande (Saleh. 1958).

2.1.2. Pe.Umbaogan Iatan di Kalia.u1nun Selatan a)

Z1111111n Kcrajaan

Kalimanran Selatan yang merupakan salah satu propinsi yang paling sarat dengan sl:Rgketa penambangan itu telah mengenal kcgilltml pct1.ln1lb.tngan intan sejuk abad ke16. Diperkirakan sejak tahun 1604 Ji Kalimantan Selatan telah 1eJ)adi perdag.angan intan (Andiko, 2006). Uahkan sampai salt selwaoe perdagangan Win ~wimbaogon

inlan (mendulang) telap diJaksanakan oleb

pentludulc di Wicruh Kecamatan Cempaka Kabupeten Banjar, Kalimantan s~latan. Di wiluyuh kcmJllllJI .Bunjnr, pertambangan iman merupakaasetu sumbcr pendapatan utama Penguasaan sumberdaya tambang merupakan hak .raja. Tetapi 1a1a tidak seeara lengsung mengoleh sumberdaya tersebut Sebagian wilayah tanah kerajnan diberi.kan sebagai ap1tt1ase kepada keluarga taja 1ftJ')i 'lidak selalu rurun temurun, Sipemegang mendapat sebuah surat hadiah dari raja, yang disebut Cap, sebab segel raja dibububi pada swat tersebut. Dari tambang .intan, pemiJit

apanase udak hanya memperoleh pajal< yang 11m11m, rapi dia juga memp11nyHi hak monopoli dalam pemhelian intan (Amran, 1999). Setiap in tan yang dnem ukan sebesar 4 karat. barus dij ual pada raja atau

pcmilik apanasc, Rakyat dalam lamlh apanase harus mcmbcrikan pcl~yllll80 pada

14 pemilik apenase sebulan dalam 1iap 1ahun sebagni tensga kerj:t untuk apanase, Dia dapat rnenggantikannya dengan uang, jika dia mempunyai uang, besarnya f 7,

perkepala Kalau si pemegang apanase t=ebut meninggal, keturunannya meminta kepada raja ketetapan baru dan sebagai pemegang dia tidak boleh mengalihkan apanase tersebut kepada pihak ketiga. Kalau raj a mangkat semea ketetapsn apanase diperbaharui (Bellwood,

1985}.

Dari penode Sultan Adam, Sultan Adam telah mcmberilcan tanah apanase

kepsda anaknya, cucu, saudara laki dan pada keluarga isterinya yaitu Kiai Adipe.ti Danureja dari Banua Lima.

Jib raja menganggap bahwa penghasilaa dari

spacase tidak cukup untuk si pemilik, r.tja dapat mcnghapuskan beberaee bagian

dari kewapbankewajiban apaoase pada perempuan

dari Sultan Adam

Tll}a.

seperti kasus Raru Dijah anak

Jenis baru dari peughasilan apanase adalah

tambang batubara. Perusahaan tambang batll bara Belanda memperoleb hadiah

konsesi dari raja yang termasuk wilayah tanah apanase Mangkubum! Kencaaa. Dari konsesi ini cha memperoleh batu bara sebarga f IO.OUO. tiap 1ahun dar.i perusahaan Belanda Sampai deagan tahun 1863, setidalrnya ada IR lokasi apanase k~ajaan Banjaryang disewab:n untuk ~bang?.n (www.lalsel.ge>.id.2006).

b) Zaman Kolonial Pengurusaa negara atas pertambangaa mlcyat tcrj adi pcrtama kalieya pada ma."Nl pc:njaj ahan Belenda, T onggak .5Cjaralt dimulai ketika pada akhir abad 18 VOC mengarnbilalih lokasi tarnbang

rakyat

di Salido Sumatera Barat,

Pengambilatihan lokasi tambaog peralo: i1u sekaligus merupakan penyingkrran

rakyat

penambang

setempat, dengan mcndaf4ngkan

pe11ambang orangomng

Jerman dari daerah Harz dan budak bdian dari Madagaskar pada tahun 1669, untuk membuka
Kolonia! Belanda mengel uarkan peraturan pokek pertambangan diatuf dalam Indonesische Mijwet iahun 1899 Staatsblad 241. Indonesisehe Mijwet tahun 1899 Staatsblad 241 kemedian ditambah dan diubah pada tahun 1910, 1918

dan 1906. Pada .masa itu pcrtambanganpcnambangan besar seperti pertam00ngt111 Batubara di Omblin dan pe(tambaugan timah di Baugka dilakekan oleh negara. Tetapi pihak swa.~ juga diberibn kesemparan untuk rnelakukan kegi1ria11 pertamabangan seperti pertambangan nikcl di Sulawesi Tenggara (Simatupang dan S.igit. J 992). tvfijrucglement I SSO adalah perarutan pertama cent.ang perrambangan di umah jajahan Belanda itu memun@lcinbli pemberian bak ,,enambani;m kepads.

swasta warganegara Belanda, tctapi tcrbatas unruk dacmhdacrah di Juar Pulau Jawa. Pengecualian berpendapat

akan

Pulau Jawa ini disebabkau kareua pemerintah Hiudia timbul

konflik antara hak

penambangan dan sistem

culnnnsretsel dalam perkebunan daa pei lalliao yang 1elah diberlakukan di Pulau Jawa (Sirnatupang,

!992).

Waiau tidak secara spesifik mengatur tcntang

pertambangan rakyat, peraturan y81lg dilceluat:kan pemerietah Belanda

itu

berd.ampak pada pertambangan n.kyat lmlanln hak menguasai minetal sda pa&

pemerintAh Bclll11&.

DengM

bak yang dimiliki itu, peme:rintah Hindia Belanda

dapat mengatur pcrizinan pcrtamabaogsn yang selama itu dikelola rakyat.

16

Pada tahun 1899 dikeluadwilah Jnd<Jnesisclie l'viynwel t."fb No 2./1 (wet penambangan), dalain Wc:t tcrscliut diperkenalkan suiltu bcntuk perizimm

tambang yaitu konsesi, Dengan sistem konscsi ini peme1intah Belamla akan bisa menguasai dan menentukan siapa yang berhak atas wilayah rambang. Tahen 1923

dukeluMkan nwmant-Winning Ordonnantie Sib Nu 565 yang mengatur masalah penarnbangan intan di Kalimantan Selatan. Ada dua haJ yang perlu dicatat mengellai ketentuan ini, yaitu, pe1 tama Peoambaogan hanya boleh oleh penduduk sctempat bila tidek dengan be1'tuk konsep M!}"Wet 1899, kedua Penamban&tlU 1anpa

mesm harus ada lisensi dari Residen, menambang dengan mesin

berdasarkan Izin mc:nyewa dari residen (Lindblad 1988). Khusus

mengenai

tambang inta.n, pemerintah

Jrolonial 13elanda

mengeluarkan Ordonantie tanggal 2) Nopember 1923 Staatblats 1923 Nu. 56S yang meneabut Ordunantie tmggal 7 Jum 1900 Staatblats l900 No. 17421. Pengaturan ini memuat ketentuan diantal'anya: I) pertambangan intan tanpa.

konsesi di MartapW"ll (Kab, Baniar) dan Pelaihari (Kab, Tanah Laut) .hanya boleh dilakukan oleh penduduk sctempa!, 2) bagi penambang yang menambang tanpa menggunakan mesin hams ~eijin residen dan hams memh:tyat' f 0, 5 per 6 bulan, 3) bagi penambang yang melll1mbang dengan menggunakan mesin harus

memperoleh jjin menycwa dari Rcsiden dim dikeoai ongkos sewa sebanyak f. 0,4 per meter per tahun. Pell31l1baag juga diwajibkan rnembuat batas wilayahnya dengan biaya 8el'ldiri dan 4) Bagi )'llll8 melllkukan penambangan

tanpa

ljin dikeoai

hukuman kurungan l tahun dan denda paling tinggi f. 100 (.Bondan, 1953).

17

Uraianeraien

diatas

pcndekatan yang drlakukan

memberilcan gambaran kepada

lcila ada dua

untuk pengambilalihan pcrtambanganpertambangan

rarvat di rnasa koloniaL Pertama adalah pendekatan lrekuasaan yaitu de.ngan penundukan penguesapenguasa lokal dan komunitas masyarakat 11dat dengan penilekirtan mililer, terutama yang tetjadi di Jaman VOC. Tetapi in~a masa ini koloniahsrne Iebih memfokuskan diri pada penguasaan/monopoli distribusi, Ketika VOC runtub

karena korupsi, penguasaan

beralih

kepada

pemerintahan administratif kolonial Belanda. Pada periode iru secara perlahan pemerimah mulai mengusai sumbersumber pertambangan dan memberiknn

konsesikonses! kepada pihak swasta untuk langsung mernbangun pertambangan. Sebap1 bentuk penunduke» im, rakyatrakyat pcnambang mulal dikenai pajak yang duluny11 J"!!'\ d1kutip oleh penguasapcnguasa tradisional/raja (Bondan. 1953).

e. Zaman Kemerdekaa•

Sigit

(1996)

menyatekan bahwa tonggak awal bagi pcnguesaan

sumberdaya pertambangan diaiam kcmerdelwfi adalllh pasal 33 UUD 1945. Pasal tersebut

rnerupakan

deklarasi

fundamental peogambilalihan

penguasaan

sumberdaye alam (termasuk tambang) dari taugao rakyat pada bangurum

kekuasaan yang lebih hesar yaitu negara. Negara menegaskan diri sebagai pengu.a...a 11.111,ggal d.ari seluruh surnberdaya alam dengan maksud digunokan untuk sebesarbesarnya kemakmuran rakyat Model pengusaan begini kemudian popular

18 disebut d~

Hak Mengusai Negara (HMN). lnilab yang me:njadi idiologi

penguasaan dan pcngelolaan sumberdaya alam di Indonesia. Kctilra Indonesia merdeka, awran teknis pertambangaa rakyat diatur
rnemegang kuasa pcrtambangan (izin) pertambangan rakyat", UlJ juga mengatur bahwa "pertambangan rakyat diatur deagan UU, dan bila UU dimaksud belum dibuat maka. .,enambangan rakya< dapat diusahllkan clan dilaba:nakan dengim izin Menteri"22. Akibatnya pertambangan rakyat baru bisa dilakukan dengan seizin menteri. Syarnt perijmao de.mikian tentu!ah menyulitkan, karcna secara geogra.fls

lokasi penambangan rakyat sebagain bcsar berada di podalaman tetapi kare11A keterbotuso.n aporat Negara kegiatsn pe1 tarrtbangan latlp8 ijin ietap herlangsw!} (Deptamben, 1995). Pada tahun 1965 Wttkil Panglima Besar Komando Terunggi Operasi Ekonomi memutuskan untuk mcnertibkan usahausaha pertambangan intan dan bahan galian Lain yang bersamaan, Kepumsan ini menenrukan penama Penamb:ing11n besar atau kecil setempat harus mendapstkan izin dari Menteri Penndustrian Dasar/Tambang, kedua Penambangan yang telah ada w11jih meminta ijin kuasa pertamba.ngan dalam wak1u tige bulan, ketiga tiga (3) bulllll tidsk mengurus ijin pertambangan ro.kyttt dianggap tidak syah dan dituntut lewat lJU

No 37/60, keernpat Depanemen !nduslri dan pcrtllmbangan bcrtugas mclakukan

penertiban. Kepmusan Wakil P111~ima Besar KOTOE tersebut secara nyata telah

19

mc11e~

aturan adat istiadnt dan menghilangkan hakMk rakyal terhadap

llilllbang uadisio111
selanjutnya menteri pertambangan

mengeluaJkan Surat Keputusan

No.

206/M/Pertamb/6S yang memberi instruksi pada Gubcrnur Kalimantan untulc melakukan penertiban usaha pertambengen int:u1.

Salim (2008) rnenyatakan

bahwa

kepurusan

menteri

itu juga

memberikan kewenangan pads Gubemur untuk memberikan izin penambangllll dengan umuk Jangka wal:tu $atu tahun. Pcndadak setempat di utamakon dalam pcmbcrian izin olch Oubemur. Akan tetnpi menteri d4pot membl\talkan/tidak.

mempcrpamang ijin penambangan dari Oubemur ini bila dianggap pcrlu u.ntuk: kepeatingan nasional, Dalam keputusan menteri itu diwajibl
pada

pemerintah jika besarnya melebihi satu krat. Pada lahun 1967 pemeri!l.tah m.engeluarlcan UU No. 11 tahun

1967

peitambe.nga.n diundangltan.

HMN

Tentllng KetemuanKetemnao

Pokok

dinyatakan dengan tegas pada pasal I UU No. 11 tahun 1967 Tentans Kctcmuan Kete11tW11l Pokok pertambangan. Pasal I ini menyatakan bahwa semua bahan galian yang terdapat dalam wilayah hulcum pen.ambangan Indonesia yang

20 meropakan endapa.nendapan alam sebegai brunia Tuhan Yang Maha Esa. adalah kekayaan

Nasional

bangsa

Indonesia

dm oleh

kareaanya

dikuasai

dan

dipergunakan oleh Negara untuk sebesarbesar kemakmuran Rakyat (Saleng, 2004). Undangundang

ini mrndefiaisibn

pertambangan ral')'lll sebagai

SUlt!U

usaha pertambangan bahan galian yang dilakulcan oleh rakyat s~empat secara

kecilkecllan atau secara gotong royong dengan alaralat sedernana untuk pencaharian sendiri. Sedangkan dtilun penjel3$9n pa..~I 11 disebutkan "Rakyat ~etempat berdasarkan hulcum ada! dan U!llulc pengbidupan mereka sendiri sehari hari telah melakukan

usahausaha

pmambangM menurut

cara-eara

rnereka

3cndiri, ha! itu harus di!indungi dan dibimbing" Rumusan itu terhhat sederhana 1ap1 benmplikasi

bagi perkembangan dan kcmajuau pertambangim takyat di

Indonesia. Dalam rumusan peadek itu terdapat pembarasan umuk pen.ambangan rakyat berkembang lcbill baik, l'embldasan dimaksud meliputi teknologi yang digunakan, luasan kegiatan, dan komuni1aS yang boleh menambeng. Padahal, sejorah pertambangan

meneatat aktivitas perllll'llbang&n di Iedonesia justra

dimulai eleh rakyat, baik orang peeorang maupun komunitas tenentu (Suyutono, 2006}. Peraturan Pemerintah pelaksana UU Pcrtambangan rnenentukan bahwa "izin pertambangan rakyat diberikan u1!tU!c jangb waktu se.lamaIamanya S tahun da1I bilamana d:ipetiukan dapat d1perpanjmg untukjangb wak:tu yang sama". Jrin ini diberikan dengan luas wiiayah tidak boleh melebihi 5 helctar. Lebih jauh pasal tersebut menyatakan,

hahwa

Menteri Pertambangan

dapat rnenyerahkan

21 pelaksanaan permint.aan izin Pertamhanga11 Rakyat kepada Gubemur/Kernla Daerah Tmgbt

I yang bersangkutsn dengc111 menyatakan syaratsyaret clan

petunjukpetunjuk yang perlu diiJJdahkAJJ dnlnm pelaksanallllllYa. Dall!ITI hat itu, maka pcnnintaan izin Pertambangan Rakyat diajukan kepada GubernurlKcpala Daera.b Tkt .I yang bersangkutan (Salim. 2008). I..ebih laniut Suyartono (2006) menegaskan bshwa dari ketentuan pasal inilah, maka kewenangan pembcrian izin bagi Pertambangan Rakyat saat ini telah diberikan pada Gubernur/Kepala Daerah Tkt l dimana bahan tambang itu

berada. Dengan ketentuan izin hanya dapat diberikan umuk jangka waktu selarna lamanya 5 tahun yang dapal diperpanjang untuk jangka waktu yang sama clan dengan luas areal ti
Pelimpahan wewenang itu,

seeara te_ea.~ tertuang dalam Peraturan Ment.eri Pertamb:mg
alau kelompok

hanya dapat dibenkan saru izin pertambangan, dengan luas wilayah raasing masing 28 Peraruran Pemerintah No. 32 Tahun 1969 Tentang Pelalcsanaan UU No. I l Tahun 1967. pasal S ayat (4) 29 pasa! 6 ayat J maksimal S hektar. Sed.angkan untulc Keperasi dapat diberikan lima itin penambangan, dengan luas total.

22 2.1~.

(\Ii.I.! Jlu.ng.1i Lahan Sawah.

Peruba.tta.n ~n

l
lahan dari saru sisi penggunaan ke penggunaan yang la.i11ny11 92) mengartikan alih fungsi lahan scbagni bcrubahnya fungsi sebagian atau seluruh kawasan dari fungsinya semula sepern direncenakau rnenjadi fungsi lain yang berdampak negatif bagi lingkungsn dan poteDSi lahan itu ~diri. Definisi lain diberikan oleh Kustiawan (1997) yang mengarnkan ahh funwii ezau mutasi lahan secara umum menya.nglc.ut trall.'lfomuisi dalam pcngalokasian sumber daya lahan da.ri satu penggunaan ke penggunaan lainnya. Dari defirus.ide.fmisi rersebnt cfapat dikatakan hahwa alib fi.m8$i lahim

91)\Yah

adalah berubahnya

funssi lahan yang semula diperuntukan

uotuk ~wah mcajadi penggunaen l11in b11ik. l>ersif11t seroentara maupw:i permanen. Menurut Sibaloho (2004) alih fungsi lahau sawah dapat dibagi mcnjadi lUJUb poJa/1iix1IQgi

yauu.

I. Alilt fungsi gradual berpola sporadts; dipen~hi oleh dua faktqr utama yaitu lahen yang kurang pwduktif/tidal produktif clan ketetdesal<.lm. ekonomi pelaku alih fungsr, 2.

Alih fungsi sistematik berpola miring; disebabkan lahan kurang produktif,

sdtinw alih fungsi dilakukan seeara sercmpalc untulc. meningkatkan nilai tambah,

23 3.

Alih fungsi laban sebagai respons atas pcrtumbuhan penduduk Ipopuknion growth driven land convcr.tu>n);. lebih IW'.!jut dis~lJt al.ib fungsr cdaptasi

demografi, dimana dcngan mcningkatnya pertumbuban penduduk, lahan teralih fung~i untuk memenuhi kebutuhan templlt tinggal. 4.

Alih fungsi yang discbabkat1 oleb masalah sosial (Mera{ problem driven land

converstom; disebabkan oleh dua faktor ~

lccte~

ekonomi clan

perubahan kesejabter.ian. 5.

Alib fung!i tanpa beban; dipengsruhi olell faktor keinginan untuk mengubah hidup yang lebih boik dari lreadnan saat ;ni pelakunya iugin meningg;ilkan

6.

Alib fungsi adapta.si agraris; dise'oabw karcna k~desakan ekonomi clan keingin.an untuk: berubah. dari masyarakat dcngan tujuan meningk:atbn hasil pertanian.

7

A.lih fungsi multi bentuk atau ta.npa bentqk; alih fungsi djpenguuhi oleh

berbagai faktor, khususnya faktor peruntukan 1a1tuk. peihn.toran, sek.olah, koperasi, perdagnngan, termasuk sistem waris ya11g tidak dijelaskan dalam alih fwigsi demografi,

M.<:

pemenuhan kel)utuh.an akan tempat tingpl, (2) dalam rangla merringkat.lran pendapataa mc:lalui alih usaha, (JJ k.ombmasi dari (I} dan (2) misalnya untu.k

mernbangun rumah tiuggal yang sekaligus dij&dikan tempot usaba, Pola alih

24 fung.u seperti ini tcrjadi di semhamng tcmpat, ~1kccil dan tersebar. Dampak

dan kegiallm a.lib f~i

alih ~">i rubad.ap eksisteasi lllhau sawah di sekitamYa

baru terasa secara signifikan dalam jangka waktu lama. Kedua, alih fungsi yang diawali dengan alib penguasaan. Pemilik menjual kepada pihak lallt yang akan tm.manfaallannya 1llltUk usaha nonsawah atau kep.uh makelar, Secara cmpiris,

ahh fungi;i laban melalui earn ini ti;ijl'di diallWl hamparan ya.ng lebih luas, terkonsentrasi

dan umumnya

berkorelasi

posilif dengan proses urbanisasi

(penglcotaan). Dampak alih fungsi terhadap eksisieass Jahan sawah sekitamya t,crlan~g

CCJl"! d:m nyala.

Dampak alih fiw.g$i lahan sawah dapat diparuia.ng dan dna sisi, Pertama, dari fungsinya, lahan sawah diperuntukan

untuk mempmduksi padi. Dengan

demikian adanya alih fungsi lahan sawah ke fungsi lain alum menurunkan pmduksi padi uasional, Kedua, dari hcntuknya pcrul!alian lahan s;iwo.h kc lahan 11v11

~~wit11 l;ierimplibsi besamya kcrugia.u akitiat sudah diiuvcstasikannya druiu.

untuk meoo:tak sawah, apalagi kalau sawah tersebnt mcrupi!lwl sawah irigasi (Pasandaran, 1996). Dampak lam dari alih fiJngs1 lahan pertanian adalah: ~

ke1jll

pertanian menurun sejalan dengan menuruonya. lahan pertanian yang tersedia, kesempatan keija yang terkatt secara langsung maupun tidak Jangsung dengan kegiatan produhi padi, dan degradasi lingk.ungan (Sumuyanto dkk., 1996). Di ~amping itu biaya inve$1as.i pengcmbangan

pengwibanpn

struktur sosial 1enlta1lla dalam bentuk

$\stem kt!embagaan penanian. yang menjadi oow gum sistem.

pi:od.u.k.si beras di Indonesia. sangat. mahal (Na.sodion dim Winoto, 1996).

25

Saleh satu Wiinpok alih fungsi Laban ~

yang sering meajadi sorotan

masyarakat luas adalah terganggunya ketahanan pongan. Dalam kaitan ini dampak alih fi1ngsi lahan sawah terhadap masalah pangan lebih merugibn dibanding dampak takor lainnya seperti kekeringan, banjir, dim scnmga.n hama/penyakit. Pada peristiwa lcekcrillg3JI. banjir, dan scmngm hamafpcnya\dt. m~lab pangan

yang ditirobulkan bersifat temperer, artinya masalah pangan hanya munc.ul kehka pcristiwa terscbut terja.di. Namun pada peristiwa alih fungsi laban, masalah pangan yang dttimbulkan bertifat perrnanen atau te!ap a.ken teraSa dalam jengka paajang raeskipun alih fun~ lalut.n sudah ti~

t.«jad.i !agi.

l'!al ini dapat rcrjadi karena: ( l) alih fwigsi_ lahan sawah terutama untuk kcgiatan nonpertanian bersifat irre.-ersible atau tidak akan berubah kembali mcnj~rli Jahan ~awah, dan (2) upaya peoceiaken sawah l;>anJ dalam rangka perouliban produksi ~n pada kondisi semula membutuhbn jMglca waktu cukup punJang yaitu 5 l .5 tahun agar l.ahan sawah yang baru dibangun dapat berproduksi seeara optimal. Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan menular. K~k.u1:11Sinya, sc:Uli 3.lih ~

DQU

pcrtnnian ~um.aya bersifat

IAhan tizj!ldi di sui.w. lokasi !MU

luas lahsn yang dialih fungsi di lokasi tersebut akan semakin luas, Akibatnya

dampak alih tungsi Jahan terhadap masalah pangan dalam periode tertenru bersifat progresif a tau sema kin besar. Alih fuogsi lab.an untuk

ti.ti uan pemnkiman d.an prasarana sosial ekonomi

kbususnya di wilayah uiban tidak dapat dihindari baik di Jawa maupun di l .uar

26 Jawa, bahkan di luar Jawa keccnderungannya mcningknt (R~~

dkk., 1997).

M()nurut Rusastra dan ijudhi (1997) di Bllllja.uu&in banyak tcrjadi koversi !lib.an sawah di daerah urban dan semiurban akibat perluasan pemuk iman Ke11Wuiu i11i dapat memicu alih fimgs1 lahan Iebih luas lagi karena pembaogunan pemukiman tersebut alaui diilr.utioleh pem1"'ngnnlll1 prasarana ekonomi. Dari sisi pertanian hal tersebut akrui mengganggu ekosistem sawah berupa

IWJigll.an

hama,

kurangnya penyinaran, dan gaJ1gguu1J rota air. Artinya alih fungsi lahan sifamya cendenmg akselerauf [Irawan dkk, 2000).

2.2. t"aktorfaktor yang mempeogeruhi alih IU.of,Si Jail.an Menurut Nesoenon dan Winoto (2003) proses ahh

funi:st lahan secara

langsung dan ridak langsW\g ditentukan oleh dua faktor, yaitu: (i) ~i~tem

kc:l~bagMn yang dikt!mbangk.an oleh masyarakat dan pemerintah, dan (i1) sistem nonli;c:lembag,a.an yug ~t:k:c::atbtmg si:cw;ii. alamWt dalem mas)'~.

Sist.em

k.e.!embi.lg'
peraruran

mengenai konversi

lahan. Para ahli berpendapat behwa perubahan

~ggunalAll

lllban lebih

disebabkan oleh adanya kebutuhan dan keinginan manusia. Menwut Mc Neill dkk al., (1998) faktorfalctor yang mendorong perubahan pengguneen lahan adalah politik, ekonomi, demografi dan budaya. Aspek politlk ada!ah adanya kehija.kan

yang dilakuk<m oh;h p:ngambil keputusan yimg memp<;ngaruh.i ledia.~p pola perubahan peoggunun lahan. Alipc:k ekonomi bcrupa adaaya pecbandingan nilro

27 ekQnQmi Iahan

yan~ ~~

dari $UM• penggunaan ke penggunaan lain.

Dcmografi lahan lebih mengnro.h pada lokasi lahan yang berkaitan d.<:nga.n arah pemanfaatan

lahan, Dudaya beskaitan

dcogan

perkerobangan pola hidup

masyarakat dalarn keterkaitannya dengan lahan pertaman, ('rrul)lcr (1998)

mengatakan

ada tiga

bal bagaimana telrnnlQgi

mcmpengaruhi pola penggunaan lahen, Pertama, perubahan telmologi tel.ah

membawa perubahan dalam bidang pertanian melalui peningkatan produktivitas lahan pertanian dan produknvitas transportasi

tenaga kerja, Kedua, perubahan teknologi

meningkatkan efisiensi tenaga kcrja, memherikan peluang d#I~

mi:nini,:!ui.tbn urbanisasi ~

perkotaan, Ketiga, teknologi transportasi dapat

meuingkatkan aksesibilitas psda suatu daerah. I1awa11 (2005) rnengemukakan bahwa alih fungsi lahnn pertanian terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaaian la~

an!3m ~ektor p;rtanian dan

sektor non pc:nanian, Persamgsn da.lam pemanfaatan laba.u tersebut muncul akibat adanya ti ga fenomena ekonomi dan sosial yaitu: ( l) kettrbatasan sumberdaya lahan, (2) perturnbuhan penduduk, dan {3) pertumbuhan ekenemi. Di setiap

daerah lnas laha:n yang tersedia relati f tctap asau tcrf)a1a~~ningga pertumbuhan penduduk akan meningkatkan kelangkaan laba.11. yang dapat dialoiwikm rmtu.k kcgiatan

pertanian dan non pertanian, Scmeatara

itu pertumbuhan ekonorni

ecnderung mendoreng permimaan !ahan untul: kegiatan mm pertanian pada laju lebih

tinggi dibanQing permimaan lallan

pennintaan ptoduk

0.011 p;;rta.mu

untuk

lregiatan penanian

lcbih elastis terhadap pendapatan.

karena

28 Adapun !iga fal
terjadinya alih fi)n~i I~

sawah sebagaimana yang diungkapkan Kustiwan (1997) adalah: I_

Faktor E.kstemal. Merupabn

faktor yang disebabkan oleh a
dinamika pertumbuhan perkotaan (fisik maupun spasial], demografi

maupwt ekonQmi.

2

Fakior Internal. fid..tol iui lebih meliba.t sisi yang discbabkanoldl kondisi sosialekonomi rumah rangga pertanian peugguna lahan.

3.

Faktor Kebijakan. Yaitu aspek regulasi yang dikeluaikan oleh pemerintah pusat maupun dacrah yang berkaitan dengan perubahan fungsi lithan

pertanian

D1 Kalimantan Selatan kasus alih fungsi lahan terjadJ karene alasan kebutuhan dan harga lahan tinggi, slcala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan bila dilalrukan pembegisn warisan, dan sangat jarang karena alasan

terpakse (Rusastra, dkk (2QQ2). Pem:li1ian yang telah dilahikan Sihaloho (2004) d1 Boger Jawa Bamt nic:nuojukkan bahwa faktorfaktor pcnychllb alih fungsi lahan adalah sebagai berikut;

I.

Faktor pertarnllah~n J)(;lld\1duk. yang begitu cepat bcrimplilc3$i kcmada

permintaan tcrhadap lahan pemukiman yang sem&kin m1
Faktor ekonomi yang identik dengan masalah kemiskinan . .Masyarakat

pedesaan yang -tidak mampu memcnuhi kcbu1uhan hidupnya melalui basil paijlUllan kegiatan pertanian yang umumnya rendah, berusaha mencari bentuk usaha lain yang dapat meningkatlwt kescjahter.wi mereka, Untuk

29

mcndapallan

modal d~

memulai usahanya, petani pada umumnya

rncnjual taneh yang dimihkinya, 3.

Fnktor luar, yaitu pcngaruh warga dari desakeluraban perbatassn yang telah lebih dahulu mcnjual tanah mcreka kcpada pihak Perseroan Teibatas (PT);

4.

Adanya penanaman modal pihak swasta dengan membeli labanlahan produktif mili.k warga;

5.

Proses pengalihan pemillik Iahan dari warga ke beberapa PT dan ke beberaps orang yang mtngua.'13.i lahan dalam IW1S311 yang lcbi.b dari IO hektar; dan

6.

lntcrvcns1 pemerintah melalui Rencana Tata Ruang Witayah (RTRW). Ilham dkk. (1999) merumuskan falctorfaktor yang mempeng;uuhi

terjadinya alih fungsi lahan menjadi 3 faktoT yaitu: faktor ekonomi, foktor sosial, diln faktor kebijakan. Fakto{ 1.lunomi yang menmrtukan alih fungsi 1abn sawah

kc pertanian dan non pertanian adalab.: ( 1) nilai kompctitif padi terhsdap komoditas lam menurun; (2) respon petani terhadap dinamika pasar, lingklDlgan, dan daya saing usahatani mcning)cat. Adapun faktor sosial sebagaimana dijatiarkan Witjaksono ( 199()) bahwa ada lima Iaktor sosial yang mempengaruhi alih fungsi laban, yaitu: perubaban perilnl.u, huhungan pemilik dengan lahan, pemecahan Jahan, pengamhilan keputusan, dnn epresiasi pcmerintah terhadap aspirasi ma~aralcat. Dua f'1ctor

tera.khif berhubungan dcngan sistem pemerintahan, Oengao asumsi pemerintab sebagai pengayom

da11

abdi masyarakat, scbarusnya

dnpat bertindak sebagai

31

I. Kendala Koordinasi Kebijakan. Di ~

~

pemerintah berupeya melarang

tc:rja.dinya alih fWigs1 tahan, tciapi di sisi law. ju.stru mendorong terjadinya alih fungsi lahan tersebut melalui kebijalran partumbuhan inJ11~1Ii!m11DufilklUI dan sektor non pertanian lainnya yang dalam kenyataannya menggunakan tanilh pertanian.

2. Kendola PelaksMaCJn Kebiiakon. Peraturanperaturan pengendaliab alili fungsi lahan baru menyebutkan ketcntuan yang di.kcnakan terhadap perusahasnperusahaan atau badan hulrum yang akan menggunakan lahan dan atau akan

rnerubah lahan pertanian kc ncn J)C11lmian. Oleh karena itu, perubahan l)allA'llXWIIl

hlhWl sawah kc non pc:nanian

individual/peroranean

yang cJilU.u.kan sc:cara

belum tersentuh oltlh pcraturanpc:raturan tersebut,

dimana perubahan lahan yang dilakukan secara individual diperkirakan sangat h.1a~.

3 Kenda/a Konsistens:

P1.:r1m<:CJn(l4l1,RTRW

mekanisme pemberian

yang kex.nvd.ian diliutjutkan ®.ogan

.iz:in lolcaai, merupaka.n instrwnen

utama dalam

pengendalian untuk mencegah terjadinya alih fungsi lahan sawah beririgasi telmi5. Narnun dalarn l:enyataaJJoya, l)anyal RTRW yang justru merc;n~an

untuk mengalih~s.ibn 11!.hm SQ.WU beringasi tekrus meniadi non pertanian, Sehubungan

dengan

isu

di alas,

Pearce

and

Turner

0990}

merekomendasikantiga pendekatan secara bersamaan dalam kasus pengeodsiien olih fungsi lahan sawah (wetland), yaitu m~lalui: (I) n-gulativn;(2) ocqui$il•on and management;

dan (3) inQ4n(lv<1 anti i;h<Jl'g
pendekatan tersebut adl\lah sebagai berikut :

30

pengendali ~adinya alih fungsi lahao (llham, dllt, 2008)

Sedangkan fald.or kebijalwi sc:oogaimans diJelaskan trawan (2008) bahwa bcrdasarkan kc:wc;naDgan pcmcrintah sebenamya ditentukan yang

alih :fungsi hlhnn sawah yang terjadi

oleh efektivitas kebijakan pengendalian

dilakukan pemenmah

)J!:giw pula dcngan besarnya

dilimbulkan tetbadap masalah pangao. ekonomi dan sosial. menyebutkan

alih fungsi lahan

terdapat tiga mstrumen utama yang digimakan

dampak yang

Selmjutnya Irawan dalarn menerapkan

kebijakan alih fnng~i lahan yaitu; (I) peayusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) di setiap lr.~i,t,ipa~otamadya, mewpaka.n isntrumen

(2) pemeberian iY.in l()ka.tjyang

untuk mengara!Wm [Qwi kegiatan

dan mengendahk.an

bcsamya setiap jenis kegiatan pembangonan yang dises.uaikan dengan RlRW dan, (J) berbagai peraturan tentllng alih fUngsi lahan yang merupekan instrumen 1D1tul mcngcndalikan jenis lahan penanian yang dapat dialihfimgsikan kc

p.engi,.'UUaan non pertanian, Berbaga; fungsi

lahan

k.ebHakan yang berkaitan dengan masalah pengendalian

sawah

sudah

banyak

dibuat.

Paling

tidak

ada

alih

10

peraturan/perundangundangan yang herkaitan dcngan pcngcndalian alih fungsi lahan sawah.

Akan tetapi, hingga kini implementasinya belum berhasil

d1wujudkan secara optimal . .Hal ini antara lain karena kurangnya dukungan data dan minimnya sibp proaktif yang memadai le arah pengendalian alih fungsi lohan sawah tersebut. T~ bahwa ~daknya

~gan itu, Nasoetion

(2003} mengemukabn

terdapat tiga k.endalu mendasar yang menja.di al!1$11l mcngal)l1

peraturan peugendahan alih fungsi laban sulit terlaksana, yanu :

32 I. &gulation. Mdalni

p.cndckatan ini ~il

b:bijakan perlu menctapkm

sejumlah aniran dalam pemanfaataa lalran yang ada. Berdasarkan bc;rbagai pertimbangan

teknis, ekocomis, dan sosial. pengambil kebijakao bisa

melakukan pewilayahan (zomng) terhadap lahln yang ada serta kemungkinan

bagi proses alih fungsi, Selain itu, perlu m~e pcrizinan yang jelas dan tr.Jnspamn dengan melibatkan semua peo:wigbt kepentingan yang ada dala.m

proses alih fungsi lahan. Dalam tatanan praktisnya, pola ini telah diterapkan pemerintah mclalui pcnctapan Rencana Tata Ruang V.'ilayah dan pembentukan Tim Scmbilan di tingkat kab~

daWu ~

al.ih fungsi lahan. Sayangnya,

pelaksanaan di lapang belum sepettuhn}a konsisten menerapkan aturan yang ada, 2. Acquisuton and Managemesu, Melahn peodekatan ini pihak terkait perlu menyempurnakan sistem clan aturan jual bell Jdan serta penyempurnaan pola penguasaan lahan (land tenure .$)'.flem) yang ada gu,na mewiuku.ng upaya ke arah mempertahankan keberadaan lahan pertanian. 3. Incentive and Charges. Pembenan Sllbsidi kepada para petani yang dapat meninglmtlam kualitas lehan yang mercb miliki, serta penerapen pejak yang

mcnank bagi yang mcmperta.ba.obn ~

Iahan pertaman, m.eru.pakan

be11tuk pc;ndekatan lain yang disaranbn dalaJn upaya peacegahan alib fuagsi

lahan pe.rtanian. Selain itu, i=igmibangan pra:sarana yang ada lebih dianihkan untuk rnenduk.ung pengembangan k.egiatm budidaya pertaman berilrut usaha

ikutannya

33

2.J. Ker1111gb Pemi"ir1111! LWUln sawah selain mcmiliki fuogsi produksi seb;i,gai lahan p.cm~asil pad.i juga berpcran dalam pemeliharaan lingkungan bc:rupa kemampuan mencegsh kerusakan alam sepern banjir dan tanah lon~or. sekaligus berperan dalam vel~311 sumber daya alam seoerti laban. air, udara dan lc.cragaman hayaLi (Nishio, 1999).

Keberadaan la.ban sawah bagi liogkungan adalah mencegah

terjadinya banjir, sebagai pengendali lccscimbangan tara air. menoegah erosi, mengurangi penccmaran

lmgkungan yang berasal dari rumah tangga, dan

meacegah pencemaran udara yang berasal dari g11.$ ~g:m.

l'lamwi demikian lahan sawab y~

lll(mjliki

berbagai manfut tersebut

dari tahun ke tahun mengalarm proses alih fun~i ke penggunaan Jain. Alih fungsl lahan untulc tujuan pemukiman dan pruanma sos1al ekonomi khususnya di wil~

uroan1.idak dapst d1hindari l;iaik di Jawa rnaupun di Luar Jawa, b~bka.n di

luar Jaw .. ls;ccendcnmgannya terus mc:ningkat (Rusastn dkk., 1 ~7). Di Kclurahan Sungai Tiung Kott Banjarl:ia!u scjak sepuluh tahun tcrakh.ir juga me11galan11 proses alih fungsi lab.an yang culcup signifikan yaitu seluas 306 hilang dalam kuruu waklu 8 tahun. Pemieunya &ml~ 4i

ha luas !ahan ~

lahan sawah m.1li.k masyaraka; tersebui :;cjU. lilWA \c;;lall dikc:na.l olch mll:Syll.tokat mengandung intan. Oleh karena itu seeara turun temurun sebagian penduduk melalruhm penambangan intan di Jahan S3W3h yang mereka miliki. Sampai

pada

ma.syai:Uat bo::iwn pcrtamban~

~hap tertentu

menimbuikan

pe• 1311 d.11.ngan intan yang dilakukan

k<:TUSU.an

lingkungan

disekitar

la.hao

inta.n. Krisis ckonomi y.ng terjadi pada ta.bun 1997 telab

34 mcndQrong masyatabrt mt~l,lk lebih inlcn$if mehlukan usaha pertambangan intan

sebagai salah satu sumber mata pcoodw wi

yang cukup menjanjika.n.

KemlDltulan beberapa kelompok pcllllllJbang intan dengaa menggunakan

rnesin

telah membawa inspirasi baru bagi para penambang lainnja, Sejak tahun 1998 dimulailab era baru pc;1 rambangan intan Qr>igm• ~

mesin.

Hasil penelitian Harndah (2002) mcnmijukkan data yang m~rjutkan dimana luasan lahan pertambangan tahun 2002 lllCllgalami peningkstan sampai 12 kah lipat d1ba.nding tahun 1999.

Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup

Kata Banjarbaru menclapatlulntingbt ~Ian

~un~i disekitar lokasi

JJ(
eksis pada tahun 1999 saat ini sudah iidak $

lagi,

Demildan juga dengan

Iaporan Subid Tanaman Pa.agon pada Diaas yang sama YaD.11: menyatakan bahwa tclah kehilangan la han sawah sel uas 306 het1ar dari tahun J 999 sam pai tah un 2008 di kelurahan Sungai Tiung. Penggunaan mesin dalam kegiatan ~ngnn

i111An di Kota Banjarbaru

ttlah membawa perubahan teriladap kondisi ckonomi dan Iingkungan masyarekat,

Scmakin intensif pertambengan dengan mesin, maka semakin Iuas !ahan sawah yang tidak dapa1 dimanfaatkan. Hal itu terjadi karena tanah galian semakin lama semakin rnenutupi lahan sawah dflam~

material

dcngan luapm1 lumpur sisa pen~g.n

yang dibuang begitu saja telah m
mengganggu

kualitas

air. Kondisi

tetSdlut akhimya berdarnpak

l1;rhadap

35

pemanfaatan lahan '18\Vllh dan mendoroog alih fungsi lahen sawah me;njarli Iahan

pertambangan intan, T
terhadap pem.1runan produksi padi dan peningkatan gangguan tingkungan. Selain itu ahh fungsi lahan juga berpengaruh kepada solidaritas petani, meningkamya keragaman profesi di suatu wilayah, intcmls1 antara masyarakat berubah, clan pergeseran pekerjaan dari bertam ke mm pertauian. fmplika~i ekonomi yang

terjadi adalah berubahnya pol a konsu.msi di mana dulu ketika masi h memiliki sawah mereka tidak perlu membeli betas sekarang harus membeli beras. !mplikasi lain yang tidak kalah pcnti1lg ada.lah masalah Iingkungan, yaitu

lnlangoya manfaat langsung dari sawah yaitu dcDgan semakin berkurangnya lahan s.awah berpoicnsi meuimb u.ll<w b;iqjir dail

metlU{\ltlll)'akualitas

dan kuantitas ai T

bersih . Karena fungsj lain sa wah adal ah sebagai mitigasi banj ir clan tern pat daur ulang sumberdaya air. Hasil basil penelrtian di dacrah lain yang 1c!ah dilakukan sebelomnve

mcnuaju.kkan bahwa, faktorfaktor yang mempengaruhi terjadinya alih fungsi lahan sawah adalah faktor sosial (pernbaban perilaku, hubungan pemilik dengan lahan, pemecahan lahan), faktor ekooomi (kebutuhan hidup, daya saing padi menunm) serta adanya kebijakan pemenntah bervpa peraturan pengendaliM alih fungsi

lahan pertanian (Ilham, dkk. 2008) d.l R1RW yang disus1.111 di daerah

(Irawan, 2008 ).

36

Faktor ekonorni merupakan falctor t,dama yang menjadi alasan masyaraket

mel&kukau perubehan fungsi lahan, Nilai ckouorui laha.u yang difungsikan meniadi sawah dinilai kecil dibanding dengan penggunaao pertambangan intan, Hal ini mena.nk masyarakat untuk merubah fungsi lahan dan pertanian ke ~~

lain. Fakt()!' ~Q~al masyarakar ~

pi;tni;cahan lahan, kurangnya

minat generasi mudn untuk melaniutkan profesiscbagai petani menjadi faktor lain yang memacu adanya alih fungsi !ahan. Sedangkaa tidak adanya kebijakan yang

mengatur ahh fungsi lahan lebih memberilatn keleluasaan kepada masyarakat untuk mengalih fung:;ik'an lahannya.

Pcmerint.ah Ko(a Banjart>nru selama mi tmv roi:ngeluarkan satu ~bijakan terkait dengan akti'iru pertambangan intan yaitu Peraturan Daerah Nomor 5 Tabun 2002 tentang Pengelolaan Pertambangan Rakyat Bahan Galian Srrategis Jan Vital (Gol A da!l B). Namun bani satu tabun sejak (!il)erlalrulcan perda 11
kungkrit dari pemerintah untuk melakukan penertiban terl!adap kegiatao pertambangan inta.n rakyat. Akrbatnya pertambangan inwi nkyat berjalaa tanpa h11J11Qa1an dan memunculkan berbagai dampak t~

t~badap Iingkungan

sekitar, Adapw1 alur pi kit penel; tian dapat dilihar pad.1. diagram
37 Laban Sawah

Tidak Potensi Intan Saat ini

l

.L

·

_,..

___

I

Uthan

:

mempengaruhi : ekonomr, bud.a)'2, kebijab.n.

Masyarakat

Pe11ambangan lntan

' ~---------------------·-----~------~-------' , '' •• Faktorfaktor yaos ' •• ••

Potensi Intan Saatini

t

,

Lingkungan I

l

,. I

Fungsi Sawab Tetap : Produk.si podt

-

··-----·-----------····-t- ____ ,.. __ _..,• Praktek

•• •• •• •

Intan

••

••

Alih Fungsi Lahan

.

Pertambangen

Saw ah

:

'• •' •• Oe~i Laban Sawah clan Kcrusakan Linglamgan •• •&••••••••••••••••••••••••••••••••-•••·------

. .

••

.•

···---------·-·-,..·--------------------~

t Pengembangaa

1::'.konomi Altcmatif

~

Pengembangaa Sistem Budaya

Pembuatan dan Pelaksanaan Kehiiakan

I -----··

,

Pengelolaan Pertambangan Intan Ralyid

-

Terkendalinya Alih Fungsi Lehan dan Terpulihkannya Kerusakan Lingkungan

Kcterangan :

= ruang lingkup penelitian · · - · - • = perkembangan y=g akan tlut=g Gambar 2. I. Skema Alur Piltir Penelitian

:

•• ••

.BABilI METODE PENELITIAN 3..1. Rao.ca.agan Penelitian Modcl peneluian yang digunakan adalah lmaiitatif. Pendekatan kualitatif pada penelitian ini digunakan untuk mendesi:ripeikan prak1Ck pcrtamba"gan int.an oleh masyarakat di Kelurahan Sun~ Tiung Kota Banji:u!?aru serta faktorfaktor

yang mernpengaruhi

terjadin~

alill ~

lahan sawah menjadi laban

pertarnbangan inran, Pendekatan kualitatif dilakukan mclalui wawancara semi struktur terhadap informan yang dipihn seeara purposive dengim memperhatikan ttngkrrt kerageman (triangulasi), Selam itll data 1uga dilcumpullam melalui

observasi langsung dila!)fillgmi dan analise dokumw (Ctesswel!, 2002),

J.Z. 'feknikPcngumpulan Data

3.2. t.

J~!!i~Pata

f3erda..'ilfl
wawancara. Datadaia

primer dalam penelitiim ini adalah; (1) datadllta

tentang perkembangan usaha pertambangan intan rakyat, proses pertambangan intan

rakyat, pemasaran hasil

tambang,

dan dampak umum usaha

pcrtambangan terhadap kondi~ 11nr,kungan sekitsr; (2) faktorfaktor yang

38

39 mempengaruhi masyarakat meugaltn fungsibn lahan sawahnya menjadi areal

penambangan intan. 2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dan Iaporanlaporen, arsip dan dokumen, serta data lain yang relevan dengan permasalallan penelitian. Data sekunder yang akan dt analisis y~

data yang terkait dengan tata guna Jahan,

seejarah penambangan intan, kebijakan pemcrintah terkait penil!Ilbangan intan, k:ondisi biofisik areal pertambangaa

int.an, reneana tata ruang, dan

statistik kepeodudekan,

J.2.2. Sumber Data Sumber data dalam penelitien ini adalah informan kunci yang dipdih secara purposive dari pihak )'l11lg berkompesen dengan tujuan penelitian dengan memperhatikan

keragaman UDluk 1riangulasi sumber data. Pene:nruan infonnan

kunci dilakukan sesuai dengan tujuan pcnel.itiau (purpostve sampling), yakni penentuan informan

berdasarsan pertunbanganpertimbangan bahwa iforman

tersebut kompeten dengan tujlJ3ll penelitian, InfOODall kunci yang dipilih berasal dari tokoh ma~arakat, penamhang, pemilik moQal/lahan, peQi$t!is lntan dan aparatur desa setempat yang dipandang

memiloo pengetahuan

yang leas dau.

relevan dengan topik penelitian, Sedangkan informaa !nim:i dari aparatur pemerintah ditentukan berdasatkan kewemngannya terbit penambongo.n inmn

rakyat yaitu dari Dims Pertambangan OAPPEDA KcM Danjarba.ni.

rum

Lingkungaa .Hidup, DPRD,

atau

40

· ·· Uata v•M dinnJukan

No. !.

2.

3

Sejarah peoam"bangan

intan .. ~-··

Pra1.:te1c pertambangan intan rakyat

Faktorfak1or yang

I

mempeng;imhi

• fungsi lahan

ahh

lnfolIIUlll KWll.'i!infonnan I. Tolroh ~aiat.:at

2. Pemilik modal 3. l'~"llSllha LDtall 4. Aoarat kc:luraban l. TokohMasyarakat 2. Pcmilik modol 3. l'engusaba intan 1. Aparat kelurahan S. Penambang 6. Pemilik laban

·

1 Talr.ohMasyiaakat 2. Pen1ilik modal

3. 4. S. 6. 7.

Aparat kelwllhan Kabid Pertambangan lJistaiu dan LH Ketua Kwnisi C DPRD Kota Banjarl>aru Kabag. Hukwn Setda Kota Banjazbaru

Peruunb81lg

8. Pemlhk Iahan

!X!xlgai informan lwnei diambi! dari beberapa sumber ~bragai bc:rillut ; ( l) tokoh masyarekut, o.dllloo warga ash setempat yang memiliki pengetahuan terkait dengan

aktivitas pertambangan intan

drutamakan

di Kelurahan

Sungai Ti1111g, lcbih

memilik..i pengalaman dalmn usaha pertambangan

maupun bisnis

finansial mc:nggunakan sebagian modalnya. untul< membiayai usaha pertambU\glUl baik usaha tcrscbu! dilaJ::ubn di lahan milik.nya sendiri, di lahan milik QillDg lain dengan sistem bagi has:il, atau dilahan milik sendin dan orang Iain; (3) pengusaha

imen yaitu pribedi yang meoggcluti jual beli

intan

secara tetap baik untuk

keperluan pasar lokal maupun untuk tujuan ekspor; (4) aparat kelurahan yaitu pegawai pemerintahan yang bekerja di Kelurahan Sungai Tiwtg yang tugasnya

berkartan

dengan

kegiatan pertambangan intan

atau memaharni kondisi

41

pertambangan

intan di wi!ayahnya. Inf~

hmtj dari unsur pcmt';J'i~h tliaml?il

dari mstansi yang terkait dcnpn pc:ngel.olaan pertambangan intan rikyfil baik secara teknis maupun kcbijakan. Untuk instnnsi yang t.erlcait secara teknis

mforman kunci diarnbil Pertambangan

dari Kepala Bagian Pertambangan pada Dines

dan Lingkungan Hidup KQ!a Banjarbllru, sedangkan illstan~i yang

tedcait dengan kebijakan infoanan kuOO diambil dari Kepala Bagia.n H\lkwn Setda Kuta Banjarbaru dan Ketua Komisi C DPRD Kota 13anjarbara

Sedangkan sebagai informan diambil dari para penambang yang mela.lrukan usaha pcrtambangen intan di Kelurahan Snngai Tiung dan dari sebagian pemilik lehan yang melakukan alih fungsi laban S
Infunnan juga diambil dari

sebagian penduduk Kclurahan Sungai Tiung yang mengalami dampak uW!a pertem bangan intan bail: secara !~

ataupun tidak lang'!tl" g.

Tabet 3.2. Jenis Data, Sifat Om, daa Telwik Peagumpulan Data.

No I

n.

Vanabel Data Sejarah ~•~ba _'.'0'

n

...

iltan

Pralctelc. Penamban""n intan ·:·

Jenis Data

s~b V8fiabel

raktQrfattQr yang

tneJUpengaiuhiatih fun<>•i lahall

Primer

~

\alw> Tclmit.

Primer

me1laJDbaA<1 Pern1odalan

~

Ekooomi

l'aktor 'R> •.i~a faktcr l(.ebiiabn

( ) =

nomor daftar pertanyaan

.

·btforroa~funei (1) Informan tuncif

n.r.,,.,,...,, rn

. ... "ifu!onr>anlruDei flllfonnanc J l

Pema=2J1 Hasil tamb&o<> Fatter

fnfun:nan tunci(I)

PtiJ1let"

d~."~'" basil

lil"

SumberIM!a

Primer

Key iofocman (I)

1'riOler

lntllnnan kunc:i/ informan (1)

Primer Primer

.. -·

Teknili.

l'en!J)mp11lan

Daill W.wa.ncva semi strudw'

Wawanara semi s!Nktur Waw&OC1111 >emi suuktur

--~·

WawancaraOCJUi strukrur Wamnc&111 semi strulctur Wawan~~i

Rruk!ur

JzdlJiman Jwa
Waw~asemi

lnfornian lwno.\/infoima" (2)

.slll!kWt Wawancara semi MJkru<

infDrmao r Ji

42 3.1.J l'r11sedur Pengvmpv.la!!.Pa~ Pci:i.L,'ll.mp1Jl3n da1a primer dilakukan melalui

coservesi

lapangan dan

wawancara semi struktur sedanglcao data sclmnder dilrumpullran instans1 terkai.t, monografi kelurahan, dan lain sebaginya. Observa$i langsung dil1_1p:mgan dilakukan \lft(uk mengatal11,1i kQndisi lahan pertambangan intan rakyat ~kaligvs meoggo.li informD.Sl ~i:;ura. 1.ngmogdgigan para penarnbang terkait praklek pcnambangau intao. l>alam observasi di lapangan

juga dilakukan dokumentasi terhadap objekobjek yang dianggap pedu untuA: menggambarkan .k1;mdi$i 1eraldrirIalWI pcrtaml;>angan <Ji lokasi penelitian. Wawancara semi struktur dilakukan berdasarkan pada l)Wldwm wawan1:m1. yang berisi butir bulir pcztanyaan wttuk diajukan kepada informan/mfotmen kunet w11uk memudahkan dalam melakukan wawancara serta penggalian data dan infonnasi. Wawancara ~emi .muktur termasuk ke dalam wawaneara mcndalam (in

Jcpth mtt:rview) dimana setiap jawaban d.ari infonnan dll,llat dilakukan pc:rtanyaa.n tambahan (p1Y1hing) untuk mempajelas suate topik permasalahan.

Untuk

mt:nghindaci hilangnya iuformas. (111is3mg data) dalam proses wawancara dig1D1alan alal perekarn suara (tape recorder) yang dapal diputar keml;>ali seteiah

proses \'1'3.Wlllll<m.t :>d.esai. Peogwnpulan data sekundc:r dilakukan melalui bcrbagai dokwncn yang relevan dengan tujuan penelitian. .Bahan pustaka di kaji dari Perpustakaaa Daerah T
ha~il pe~litian

diperoleh dari Kantor Kelurahan, Dinss

P~rtambaugan am.

43

l)a~ lroslimuf yang diperolcll dan ~.sil obser.vasi L~an,

wawancara

semi slruktur terhadap infonnan/infonnan kunci maupun hasil pengkajian beragam dokumen

~elanjumya dianalisa secara

paralel. Datadata yang

berhubungan dengan tujuan penelitian $t;lanjutnya di~u~un dan dia:nalisa secara desknptif sementa.ra proses pcngumpulen dam cb.ri intorman lain tetap dilanj utkan

sampai data jenuh.

~J, Walktu dao Tc1.11pat l'enelitian l'enelitian tentang praktek pertambMga11 intan oleh masyan1k.at dao fakto{ faktor yang mempc:ngaruhi alih fungsi lahan sawah mcajad1 lahan pertarnbangan intM rakyat ini dilaksanaken dari bulrut September Nopember

2009 di

Ke11,ll'Mom $W'lg.a.i Tiung Kota Bnnjatbaru. K~1,1taha.n Sungai Tnmg dipilih

sebagai lokasi pcnelitiwi 11.a!'ena mc:rupabn lokasi peruunbilugan intltn Ba)tjarbaru

yang memiliki

tiogkat alih fungsi

1.1.i

Kl'ta

lahan paling tiuggi dan

menyebabkan gangguan lingkungan terparab dibanding lokasi lainnya.

BABIV HASH., DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Daerah Penclitian 4.1.l. Lobsi Kelurabao Sungai Tioag

Kelurahau Sungai Tiung merupakan salah satu kelurahan yang tet"dapat di Kecamaten Cempaka KOlil Banjarbaru dengan Juas wilayah sekitar 2.1 ;o ha atau 21.5 k:m2. Kelurahan Sung111 Tiung lmjarak sskilar IO km dari Pusat Kota Banjarbaru, Wu! 46 km dari ibukota propinsi Kalimantan Selatan, Banjarmasia Sccare gcografis Kclurahan Sungai Tiung tcrtetak pada bagian tcngah K~amatan O;mpak.a dengan batasbatas wilayah scbagai berikut

•

Sebelah Utara dan Timur berba1asan denl'!llJI Kelurahan Cempaka;

•

Sebelall Barat ~Tbalasan dengim Kelurallao Rimckal;

•

Sebelah Selatan bexbatasan dengan Desa Bentok Oarat Kab. Tanah Laul

Kelurahan Sungai Tiung terdin dari 3 Desa dengan 12 RW dan 34 RT

!OOS~!J'lasing Pesa S.11ngai Tiung t<:cdiri. dari 4 RW (Jan lZ RT, l}(:$3 SU\'.IPl Abtd3 RW
44

45

IV-~

....

·-·===

N-

Lokasi penelitian

Gambar 4.1. Peta Lokasi Penelitian

4.1.2 Lingkuogan Fisik 1) Kondisi Topografi Kelurahan Sungai Tiung memiliki topografi datar hingga bergelombang dengan kelerengan lahan antara 0 15 %.

Ketinggian dari permukaan laut

berkisar antara 25 7 5 m dpl. Keadaan tanahnya tennasuk podsolik merah kuning dengan pH ratarata 4,0 6,5. Kelerengan lahan di Kelurahan Sungai Tiung dapat dikelompokan menjadi tiga kelas keJerengan yaitu 02% seluas 776,25 ha, 28% seluas 1.061,87 ha, dan 815% seluas 311,88 ha. Sedangkan berdasarkan kelas kesesuaian lahan adalah 11,27% atau 242,5 sesuai untuk tanaman tahunan tidak dengan terasering, 13,25% atau 285 ha sesuai untuk lahan basah dan irigasi, dan 75,46% atau 1875,5 ha sesuai untuk tanaman pangan lahan kering (Gambar 4.2.).

46

Kesesuaian lahan

ian.

Lahan bas;ih/irigasi

13%

Tan.Pangan

lah;m kering 76%

Gll.lUbu.r 4.2. Ke.las ke11~uaiu t.ba Keluraluw Su11gai Thrng l) :Ko11dbi Hidroateul~ Kelurahan Sungai Tiung termasuk dalaru Cel
Air Tanah (CAT)

BanjamwiD;J:>atongkartlyQ yang metul)Qbn ~ngan air 1a11a.b Limas proDil!Jli dan lintas kabupatenkota yairu meliputi scluruh wilayah Kota Banjarmas111. KO'la Baniarbaru, 13arito Kuala. serta ~bagia.n bcsar wilayah Kabupaten Banjar, Kabepetea K_abu~

Tapm, Kabupaten Hulu Sungai Selatan, Kabupaten Balangan, Tobalo11.g. dan ~ediki1 wi!ayah ~ten. Tll!lJlnLavt.

Cekungan air WWI di Kclurahan Swigni Tiung mernpunyai litologi akuifer utama berupa alluvium endapan pa.ota.i, endapan sucgai clan endapen rawa yang

terdiri dari keraka I, kerilul dan pasir dcngan kelulusan rendah sam pai sedang, serta lxrtYall sedimen clan formast d
47

4) lklim

Berdasarkan data yang ada pada Stasiun Meteorologi dan Geofisika Banjarbaru (2007), suhu ratarata di Kecamatan Cempaka adalah 21,7 34,3 °C dengan suhu tertinggi

35,5 °C terjadi pada bulan Juli dan suhu terendah 18.,7°C

terjadi pada bulan Agustus, Sebagai daerah tropis maka kelembaban udara relatif

tinggi dengan ratarata berkisar antara 51, 8% sampai 99. I-% dengan kelernbaban maksimum tertinggi terjadi pada beberapa bulan yaitu Januari, April, Juli, Agusms dan Desember serta kelembaban minimum terendah terjadi pada bulan September.

Ratarata curah hujan pad'A tahun 2007 tercatat 21:5,2 mm dengan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan September (30.1 mm) dan tertinggi terjadi pada bulan Maret (482,0 mm). Ratarata jumlah hari hujan sebanyak 20,0 dengan jumlah hari hujan terbanyak pada bulan Januari (28 hari), dan jumlah hari hujan

terendah pada bulan September (7 hari).

4.1.3. Penduduk Berdasarkan Profil

Kelurahan

Sungai Tiung Tahun 2008,

Kelurahan

Sungai Tiung terdiri dari 1.819 KK dengan jumlah ~Ql),QWc 7 .. 874 jiwa, meliputi

3.464 Iakilaki dan 3 ..738 perempuan. Kepadatan penduduk Kelurahan Sungai Tiung adalah 366 orang per km2 dengan jumlah jiwa per rumah tangga ratarata 4,3. Peningkatan jumlah penduduk Kelurahan Sungai Tiung tahun 2007 sebesar 3,72%.

48 Mata peneanarian pen
Sungai Tiung terdiri dari beberapa

profesi, Dan i.187 jiwa usia keria, mata pencaharian utaJUa adalah petani ~8.8% disusul oJeh penambang sebanyak 28, I% dan blllUb 5,5% (fabel 4.1.). Tabel 4.1. KompMisi mata penc11bari2n penduduk Kefurahan Sungai Tiune

'No I

2 ,__ 3

-·

4

5 6 7

,_.s

Mala Pcncaharian Petani Penamban"

Biiiuh

Jumlalt (jiwa)

.

Peeawai

Dazana

1.289

58,9

616

28, 1

121 53

5,.5

44

·-

Jasa Wiraswasta Pen~ Jumlah

-·

-·

Prosen

2,6

1,6

16

0,7 0.3 100.0

2.187

...j'

2,0 ·

36 7

'

'

Sumber : Prolil !Celu..han Sun!!"• Ttons Tahun 2001

Pumpung. Namun setiap desa mcmilild ragam

mlllll

pcncaharian yang berbeda,

pertaniaa lahan kering dan perkcbunan brcl serta sebagian mengelola ~wall

berpfosesi sebagai penambang intan

dan btlrub.

Hal ini sesuai dengan

karakterisuk linglrungannya berupa dataran rendab dan bantaran sung11i dengan

Sunga( T11mg lebih didomina,si PIUU ~d.agang. jusil. da.n pega.wai karena lctak1tya yang stnllcgis di lintasanjalan raya yang uicngbubungkan Kota Banjarbaru dcngan Pleihan (Ibukota Kabupaten Tarush Laut).

49 4.2. Gambaran Umum Sawah 4.2.1. Luas Laban Sawah Dari luas lahan 2.150 ha yang dimiliki Kelurahan Sungai Tiung belum sepenuhnya dimanfaatkan sesuai dengan kesesuaian lahan. Data yang dikeluarkan oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru Tahun 2000 menunjukkan

pemanfaatan lahan di Kelurahan Sungai Tiung barn mencakup 854 ha dengan rincian: perumahan 215 ha, tanaman campuran 250 ha, sawah 369 ha dan padang rumput 20 ha (Gambar 4.3.).

Tata Guna Lahan Perumahan 10% Tanaman oampuran 12%

1%

Gambar 4.3. Tata Guna lahan Keluraban Suogai Tiuog Khusus untuk luasan lahan sawah, data dari Din.as Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru (2009) menunjukkan lahan sawah di Kelurahan Sungai Tiung pada tahun 2008 seluas 63 ha. Luas lahan sawah tersebut sebagian besar tersebar di Desa Sungai Abid yang secara geografis terletak di bagian bulu dari Desa Pumpung dan Desa Sungai Tiung, Sedangkan di Desa Pumpung sendiri

50

yang merupakan pusat kegi~

pertambangsn intan rakyat, Iahan sawalmya sudah

hampir tid.M. ada sama sekah. Wal.11upon masih o.do lahan sawah biasanya hanya berupa petakpetak kecil ymg tersebar diantara Jubanglubang tambang yang hanya dapa1 ditanami apabila ada su1nber air yang memungkinkan dan tidnk tercemar dengan lumpur hat dari tambang. Mem.in.rt infQnmll dari Balai Penyul~

Pertanian (BPP) Bangkai yang membawabi wilayah Su.ngai Tiung bahwa 1.w;an sawah yang terdapa.t di Jolcasi lokasi penambangan rerselrut apabila di total tidak lebih dari 2 ha. Adanya kegiatan penambangan intan yang dJlakukan masyarakat p.a
tcrjadi kchilangan lahan sawab selama kurun waktu 8 tahun sckitar 83% (GPIDbar 4.4.).

Penurunan Luas lahan sawah

-l ·-·

· · ·

.

··

. ·;

...

.Ill

.3

-'--·-~----------Tohun2008

,l .....,

CM>Ol>ar 4.4. Grafik prubahan lwu sa,.,.hdi Kdunhaa Sungai Tiung

fakla di atas di~vat dengan peta tata guna laban yang dikelWIJ.lran oleh Baltosurtau.al (l99l) yang mcmmjukkan bahw.1 dllri. y~ng sckaraag m~J~\

51

Iokasi

penambangan

intan di Kelurahan Sungai Tiung pada saat itu masih

difungsikan sebagai lahan sawah tadab hujan (Gambar 4.5.).

Lahan sawah tadah hujan, a.

Tahun 1991

b.

Tahun 2008

Gambar 4.5. Peta penggunaan lahan Kelurahan Sungai Tiung Sumber: (a) Bakosurtanal, (b) BAPPEDA Kota Banjarbaru

4.2.2. Pemilikan Laban Sawah Menurut informasi dasi para .i:uferman petanipenembang ch Kelurahaa Sungai Tiung, bahwa secara umum kepemilikan laban sawah di kelurahan Sungai Tiung dapat dibagi menjadi 3 kategori: (1) pemilik Iahan sawab yang luas (sugih)~ (2) pemilik lahan sawah sempit; dan (3) yang tidak memiliki lahan (buruh tarn). Pemilik lahan sawah yang luas atau dikenal dengan sebutan orang sugih (orang kaya) oleh warga kampung adalah mereka yang memiliki lahan sawah di atas 50 borong. Luasan dem.ikian apabila dikonversi ke hektar berarti sekitar 1,5 hektar. Para pemilik lahan yang luas tersebut pada umumnya mendapatkan dari warisan yang kemudian bertarnbah dari hasil pembelian. Para infonnan rnenyatakan jarang ada masyarakat yang mendapat warisan demikian luas, paling antara IO 20 borong. Lagi pula para pemilik lahan yang luas tersebut biasanya

52 tidak hanya mernihki lahan di Kelurahan $11ngai Til)llg ~ja mdainkan di tempat

lain baik berupa sawah atau lihan kenng .van2 pada umumnya. ditanami karet. Warga yang demikian menurut para irrtorman tidak banyak jumlahnya sekitar belasan orang saja Pemilik !ahan sawah sempit rnerupakan kategori terlia.nyak di Kelurahan

Sungai Tiwg. Mcrcka tersebar di bebcrapa Dcs11 1cru.tama di Dcsa Sungai Abid yang lahan sawahnya masih rclatif luas. Ratarata luas lahan yang mereka nuli.ki adalah IO 20 borl)llg (0,3 0,6 ha). Sebagian lahan 1ere0ut diperoleh dari basil pemecahan lahan (warisan) dan ti
dari

siscem

pembelian, bahkan ada juga yaog menjual lahan kepada pihak lain. Para peou1ik lahan yang seropit ini delam keseharian sering juga berprofesi scbagai bunlh tani, menambeng intan, atau meooreh getah karet. ~~skon warga ma.warolult

yang betpnlf~$i ser,ag~i buruh pada

umumnya tidak rnerupakan buruh tetap pada suatu bid1111g pekajaan. Di SM.t musim bertani mc.rcka bekerja sebagai bwuh ta111, tctap.i saat di lahan pe.rtanian tidak ada pekerjaan mereka dapat ikut sebagai buruh di penambangan pasir, rnemancmg ikan etau menambang intan. Sebagian dan mereka juga ada yang

mcnggruap la.han sawah milik orang lain (mengat;/oaJli) yang hasilnya dibqgi dua antara pemihk lahan dengan penggarap, Secara umum pemilikan lahan sawah di kelurahan Sungai Tiung ma.~ih didominasi oleh para pemilik WllJ1l3 setempat, karenajarang werga luar yang mau berinvestasi lahen ~awahdi kelurahan Sung.at

Tiung. Selain dini~ klu
prospclt sawl.111 di m~ depan

53

4.2.3. fenuar.ip1111 Sawab (I) Sistem penamanan

Lahan sawah di Kelurahan Sungai Ttung dan se.kita.mya tennasuk sawah tadah hujan yang llaoya dapat difanami sate ka!i dalam satu ral!un. Walaupun terdapat beberapa anak sungai namun aimya lldak dapat menjangkau lahan persawahan karena belum dibuat bendungan. Oleh karena itu sumber pengairan sawah hanya mengandalkan air saar musirn hujan.

Berdasarkan keteran831l para informan, guna memanfaatkan lahan sawah yang hanya dapat ditn:nami Snl!J kali dalain

~ct~1ab1,111> m~amkdt

baoyak memilih

padi varietas lob! untuk divmlidayakan, Bcberapa varietas pad! yang sc:cing dipiltll adalah padt siam uaus, siam baajM, d1111 karang dukub. Padipadi tcrsebut dipilih olch masyarakat selain karena adaptasi yang coco! dengan linglmngan juga memihki rasa yang cnak serta lmga yang retauf tmggi di pasaran. Salah satu jems padi lokal wim,'lllan di Kalimantan Selatan yang paling banyak chbwlidayakan termasuk di kelurahan Sungai Tiung adalah padi siam unus, Padi jenis ini me.mililcikeunggulan harga yang selalu J;l'llingtinggi dibanding dengan padipadi lokaJ ll;11nnya tenna.~ukdengan padi kiriman dari p.ulau Jawa (}~~ya relatif lama

yaitu sekitar 6 bulan dari s<:jak penanaman di lahan samdt. Namun mengitlgat harga yang tmggi dan rasa yang cnak serta permimaen konsumen yang st;abil, padi ini sclalu dibudidayakan mesyaraket. (2) Pemapan lahan

Menwut i11fornw1 Win ~t:orang _p1;t11.nip<:na.uiooog persiapan !Wioo sawah tadah hujan di Kalimantan Sclatan pada umumnya berbedadengan peniapan laliao

54 sawah tadah hujllll di Jawa. Persiapan lahan sawah pasca peri~ bera di Jawa

memcrlukaa pengolahan tanah yang mto:nsif rnelalui pembajakan OOik sed«hana dengan tenaga manusia, tcnaga binatang atllupun dengan traktor. Persiapan Iahan sawah tadah hujan di Kahmantan Selatan pada umunmya cukup dilakukan hanya dengan pembersihan gulma dan penggemburan lahan dcngan cara pc;nginjalaJn

sederhana tanpa melalui pcmbajakan/pe.ncangkula.n. Hill ini didoro.ng oleh karakteristik lahan sawah tadab hujan di Kalimantan Selatan yang pada umumnya akan berubah mcitjadi lumpur saat tergenangi air. Kondisi dernikian diperoleh kctilrn curah h1_1jan s11<;iah mulai bll!l)
1iaojang l•1<1 UUlgkai yall8 fungsioya spesitik untuk membabar scmak dan !nlbna di lahan sawah

Gulmagulma tersebut selamumya ditumpuk di bllberapa tihk d1

tengah sawah dan sebagian lagi dibenamkan ke dalarn lahan sawah berbarengan dengan proses pcnginjakan.

Laban sawah yaJ'lg sudah selesai dib~hlc$n

dan

sisa gulma sudah dibcnamkan selanjutnya siap untuk
55

tinggi persiapan lahan baru dapat dilakukan seteleh i;urah bujan bctulbetul

maksimel

Oleh kareaa it~ masa panen padi pun t.idak berjalm sc:QWl serempek,

Kondisi tersebut mengwttwtgkao bagi para petani yang memerlukan teraga buruh dalam usaha pertaniannya kareaa ketersedraan tenaga buruh dapat tercukupi ~ep..anjang wakm. (3) Pemehbaraan tinamm

Pemehharaan tanaman padi di lahan sawah tadali hujan Kelurahan Sllllgai Tiung tidak jauh berbeda dcngan tcmpat lainoya. Kegiatan pemeliharaan lanaman rnchpun keg1ata11 pemupukan, penyiangan dan pengendalian hama penyakit

tanaman. Kegiatan pemupukan pada umumnya dilakukm sebanyak dua kali pemupukan yanu pada awal penanaman atau sekitar 4 nunggu ~telah tanam (4 mst) dim sclanjutnya dilakukan pada saat padi usia 4 bulan setelah penanama11. Adapun kegiatan pcnyiangan dilakukan bennngan dengan kegiatan pemUP.llk~

ki:iwuali penyiangan pertama yaog dilakukan

setelah pemupukan pertama

Pengendalian hama penyakit tanaman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapruigan. Apabila serangan hama dinilai mengkhawatirkan kondisi tanaman padi, maka

upay11

jpsektisidafp:;~iltida

~~protan

pun

dilak.ulran

dengan

menggunakan

yang dijual di pasaren, sednngkan apal>ila serangau llama

rnasih dianggap normal upaya penyemprotan masih b1s1.1. dihindari. Hal ini terait dengan biaya yang harus dikeluarkan karena mahalnya obat pengendali llama

tanaman padi,

56

( 1) Pem anenan

!:'an~ pa.di dan l
mengenngkannya untuk drsimpan dan digunakan untuk keperluan sendiri, Para petani dengan Iahan yang luas (di atas 20 boro.ng) hiasanya menjual sebagian basil panennya, tetapi untuk petani dengan luas lahan

kurang dari 20 borong akan

menyimpan basil panennya unruk bahan pangan sampai

ITI3.$3

panen berikutnya.

Sctclah mess pancn bcrakhir, lehanlahen sawah dibierkan (bcra) tanpa a® usaha penaman jenis tanarnan lain baik sayursayuran maupun palawija, Penaman Ji Iahan sawah tadah hujan pesca paoeu padi jaiaug sekali dilakukan masyisrllkal karena terialu berisiko rnendatangkan lcerugian. Kondisi ini terjadi m~gat

kurangnya pcrscdiaan air saat musim kemarau di Kalimantan Selatan. Oleh karnla itu masyarakat Iebih memilih lahannya chlliarkan kosong saznpai datang musim tanam benkurnya (Tabel 4.2) T.a""'. a.~t 4··· 2 N1l

I( I ' _!,11._~ .. ~

M ' k••cgilmm ' • Sl!WVtLh d"I SUffgil!. T' .11.-Wli pmaman .. 11.1.!!g

Ke atan

Bulan

Peb I.

3.

Penanaman

6.

7. 7.

Pen ia11ptt·'2·1111 P.~'!lupukan"".'2 _,t++; Penyemprotan

8.

Pernanenan

Mar A 1 Mei

Juni

S7

4.%..4.

Pr.QduM!

Ma.syaxakllt di Ka.limmmm Sd.atan me~'Una.kan

satuan hoNttg 11ntuk

me.ngulnu IWIS laban. Satu borong sama dcng1m 1 O depa persegi tangan dewasa

atau

setara dengan 17 m x 17 m persegi, Dari satuan

bahwa luas lllhan satu heldar

Mtiyo.mb.t pada umumnya m~

l!
~t

Q11U1g

di~i

d1;11gan 35 borung (R.ayitn1,>, 1991). sa1u.an

borong dalwn .s~tcm upah

disampiog upah harjan orang lcerja (HOK). Untu.k pc:kerjaanpekerjaao scpcrti pemhcrsihan lahan, renananam dan pemanenan masyarakat lebih banyak m~ggunakan ~i~em!,qrqng.

Adapun untuk mengukur basil panen digunaken satuan blek yaitu swdu. uk1UUD setam dengan I 0 kg gllbah .ktring panen (GKP). Dalam .kondisi nermal tanpa ada serangan hama atau kerusakan lainnya senap borong sawah pada

umUll'lll)'ll menghiuiflran 8 bl'* ~bah kering panen atau 80 kg. S~nw ~ap

b.c:ktar lahan a.tau 35

bt110D~diperolc:h

dalam

basil pan.en 28Q blck. a.lB.u. sama

dcngan.2.,8 ton gabah. Dcngan llAigajual rala-raia Rp. 30.000,pcr blek diperoleh produksi Rp, 8.400.000, per bektar. Setelah dikurangi biaya produksi rataraia ~e~$3r 5.440.000, hasil bersih dari setiat) llekiar lahan sawah di Kt:l~han

S1J1181ii Tiung adalah sebesar Rp, 2.%0,000,. Bagi petani yang memiliki lahan sawah banya 20 borong, deng.an asumsi scmua modaJ (input) dihitung sebagai biaya produksi, maim pendapatan bersih dafi lahll.D sawahnya hanya sebesar Rp. 1.776.000,/l~lu:,.rga/tah\111

atlll}

Rp. 148.000Aceluargalbulm. Pendapatan s~

itu teo.tu. saagat ti
58

r

No.

1 I. 11.

b,

c. cl

e.

2.

a. .b. c.

J.

4.

. ··-

Input/output

Satuan

Pen izetuaran

.

..

bororuz

35

Pen vi auzan

boronz

70

Penyemprotan

HOK

Benih Punuk buatan Pestisida Jumlah (2) ·

.. .

I. Jumlah satuan

Teaaza Keria Persiaoan Iahan Penanaman

'35

•

Pemanenan Jumlah

s

35

.

....

. ;

Hargaisat Jumlah (Rn)

(Ro)

35.000 20.000 20.000

1.225.000

20.000

35.000

I I

700.UOO

1.400.000 100.000 1.225.000

4.650.000 .. blek -·.

J~mlah pen~!uaran (1+2) J>roduksi (3L

10

k<.T

2QQ

liter

2

Bick.

180

lJDtUD9ITU2i {J2J)

Ket: I boroag

= 17 m x l 7 m atau I ha sctaia dcogaa 35 borong I blelc= I 0 kg g.ibah kering panrn (GKP)

25.000 1.5.QQ 120.000

30.000

250.000 ········3QQ.QQQ 240.000

7?0.000 S.440.000 8.400.000 l.9~000

4.3. Sejarah Penambangan Jntan

Berdasarkan infotmasi dari tokoh masymk~. penambari.g maupun pengusaha intan di Kelurahan Stmgai Tiung. kegiatan penambangan intan di tanah Banjar (Kalimantan Selataa) meagalanu pas:mg swut dari waJctu ke waktu. Secars g;uis beser para informan menurut

J)31ll

infonnm periode penmnba:ngan intan

(2) zaman pcnjaja.han Bclanda den !~pang( 16121945); (J) wnan Kcmc:rdcka.an (!945sdwang);

·'

I

59

4.3.1. Zaman Kt.raja11n Rimjar (15261~12) Berdasarkan informasi dari beberapa infonnan pengetabuan mcrcka tentang kondisi pertambangan intan zaman kerajaan Banjar sangatlah minim. Walaupun ada sedikit ioformasi yang mereka dapatkan tentang pertambangan intan zaman dulu tetapi sifatnya hanya ceritacerita masyarakat yang tidak jelas sumbcmya. Satu hill yang dikctahui oleh para infonnan bcrdasarkan pcnuturan dari para lcluhumya bahwa intan dari Banjarberu termasuk Cernpaka di zaman kerajaan BanJar dija
Keberadaan intan dari Kalirnantan Selatau di zaman keraiaan Banajr didukung oleh F.S.A. De Clereq dalam bukunya. De Yroegste Geschiedenis \Ian Banjarmasin ( 1877) dalam Basuni ( 1976) yang menjelaskan Pangeran Samudera

bahwa ketika

yang saat itu berkedudukan sebagai raja kerajaan Banjar

berpcrang mclawan pamannya

Pangeran Tumenggung raja Negara Daha,

Pangeran Samudera mcnghadapi bahaya yang beret yoitu kcleperan di kalangan pengikutnya. Alas usul Patih Masih, Pangeran Samudera meminta bantuan pada Kerajaan

Islam Demak

yang saat itu merupakan kerajaan lerkuat setelah

Majapahit. Patih Balit diums menghadap Sultan Demak dengan 400 pengiring dan I 0 buah kapal. l'atih Balit mengbadap Sultan Tranggana dengan membawa sepucuk surat dari Pangeran Samudcra. Surat im tcrrulis dalam bahasa Banjar dalam huruf ArabMelayu. Is1 surat itu adalah :

60 "Salam sembah putera andika Pangeran di Banjarmasin datang kepada Sultan Demak. Pulera andika menantu nugrah11minta tolong bantuan tandingan Iowan sampean kerana putera andika berebut kerajaan lawan parnah mamarina yaitu namanya Pangeran Thmengg1
Dalam surat tersebut disebutkan bahwa salah satu barang yang diiadikan persembahan dari Pengeran Lambung Mangkurat kepada raja Dcmak adalah JO bntir intan. Dari fakra ini dapat diarnbil kesimpnlan bahwa intan sudah dijadikan komoditi yang me1mliki mlai pada saat kcrajaan Banjar. Selain itu, pertambangan mtan saat itu merupakan salah satu unsur pcmasukan bagi kcluarga kerajaan disamping pajak pemberian, bca, retribusi padi, pajak tanah, zakat, fitrah, retribusi cmas, pcmbuatan perahu dan buruh kerja untuk keratin (Basuni, 1976) Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa intan sudah dik.cnal sd1agai ,ua111 komoditi berharga scjak zaman kLrajaan Banjar pada abad ke XV dan dijadikan sebagai simbol hasil kekayaan alam daerah K.alimantan dengan dijadikannya sebagai barang persernbahen kepada kerajaan lain yang

memihki hubungan kekerabaran atau hubungan politik.

4.J.2. Zaman l'enjajahau Belanda Jepang ( 16121945) SeJarah penambangan

intan

rakyat

di Banjarbaru dan sekitarnya

merupakan bagian dari budaya masyarakat yang telah bcrjalan secara turun

61

temurun. Tidak ada catatan pa$ii kapan Qimulaillya u.~

rn~yaraka.t

jC(5Qb1J.t.

yang pasti usaha

peaambangan

p.enambangm tnfll!l ol<:h intan rakyat sem&kin

meniagkat dan waktu kc waktu bail jumlah pmambang maupun /uas Jahan penambangannya. Semakiu sering ditemukan intan yang karatnya besar semakin banyak masyarakat yang tertarik <.Ian terj1,1t1 menjadi penambang intan.

:Sa.lab. satu ~aiatwl mcnyebutkan babwa iWm di Kaluo.antm mulai terkcnal sejak tahun 1604 M. Rarles dalam bukunya "History of Java", menyeburkan

bahwa

export

mtan dan Kahmantan pada tabua 1738 M meneapai 8 \2 juta

gulden, suatu nilai yang cukup bessr pada saat it1_1. Dan semua ittlan yang

di f<:[email protected] setarna wi ditambaug o~h penduduk hao.ya pada

endapan alluvial, baik sebagai endapan simgai sekarang maupun endapan sungai purba. Berdasarkan pemnuran para informan bahwa saai penjajahan Belanda

pcngawasan terhadap pertambangan inun lebih k~ tenaama untuk. intanintan yang berkarat besar, Namun demrkian wilayah Baojarbaru saat itu dianggap belum tcr!a!u ramai dengan penambangan intan !arena l(>!casi yang mulamula dikenal scbag_aj penghasil intau adalah daerah Martapma dan Pen garon Kabnpaten Ban jar.

Penemu.an intan di Martapura, Kalimantan SeJatan \ebih banyak terrnonitor semeniak pemeriotahan Belanda, Usna (1967) mcnunjukkan data yang tercatat selama 3 tthlJll aatara tahun J 84? I SS0 bahwa banyak intan yang ditemukan di Mar1apuradan sekitamya yang ~erukuran bcsar(TaQel 4A}.

62

21 20 13 12

1846 ]846 1846 1846

106

1849

74

1850

Pent:litian untuk menemul
di

Kalsel khususnya di Martapura telnh menemukan intan pada batwn breksi di S.

Pemali, anak S. Riamkanan, yang kemudi.andinmrW.anBrdcsi Pemaii (bre~i crup~i uluabasa). Perccutoen y;mg dilakuken dari 17 sumur UJl pad.a bat:wm

rersebat, menunjukk8Jl kadar intannya ratarata 0.01 k111atl lun diUJ buti1an intan terbesar hanya 0.2 karat. Penelusuran tcrhadap dokumcn berupa laJ)Qran temang PrQfil, Peta

Hidmgrologi, Pera Hidrologi, dan Peta Dampak Lingku.ngan yang dikeluarkan Dinas Pertambangan dan Lingkungan Hidup Kata Banjarbaru (2005) rerl:ait

denga.n asal mula pemmbangan

intan mkyat mengunglrapkan bahwa upaya

p.cmyelidikan tentang kebemdaan intan telah dilalrubn ~berap2 ahli zaman Belooda Para pen~liti intan tersebut

antara lain : Helewijn (1824), Schwaner

(1853}, Hooze (1893), K1111l (1918), Kolhoven (1935) dan Horner (1937). lnfolDlasi dari pengusaba intan menyebutkan bahwa banyak diantara warga Batnat yang meramaa pada zaman ~j:yahan dan rn~ki,mi usaha intan di daerah

63 barunya setclah kesdaan memungkinkan, Sebagian besar dari mcrcka menctap di tcmpatnya yang baru dan tidak kembali lagi ke kampuug halaman, Beberapa daerah di puiau Jawa yang menjadi tujuan warga Banjar pada zaman terscbut dianturanya di Surabaya, Yogyakarta, Semarang dan Jakarta. Saal ini sebagian bcsar perantau tersebut menggeluti usaha intan yang hahan halrunya didatangkan dari Kalimantan Selatsn. Mereka bisa datang sctiap saat apabila memerlukan barang atau uda informasi dari relasi di sini yang mengaborkan tentnng pcrolchan intan. Namun tidak j111ang para pengusaha disini yang sengajamendatangi mereka setelah sebeluiunya ada komunikssi atau trunsa~i.

Sedangkan pada rnasa pcnjajahan Jepang tid;ilc oanyak cataian yang diperolch terk.ait dengan penambangan intan di Kalimantan Selatan,

Hal ini

dikarenakan sine)
itu lebih cenderung dalam kondisi perang, Namua demikian lnfonnasi dari salah satu mforman tokoh masyarakst mcnyatakan bahwa seat penjajahanJcp1mg basil

intan dari masyaraka; sering kali diminta oleh tentareJepang dcngan alasan u.ntuk l:tiaya

perang,

dan

hal

itu

nienywutlcan

masy111aka1

UWHDJ melakukan

penambangan intan.

4.3.3. Zaman Kemerdekaan Berdasarkan pcnuturan para in forrnan penarnbangan intan di daerah El~nJl>rbmu dan sekitamya pada zsman kemcrdekasn dapat dil:elompol:an mcnjadi

J fase utama yaitu: a) tahun 1945 1965; b) 1965 2000; dan e) tahun 2000 sekarang.

64

a) Pcriode t«b11~ 194$ l%S Menurut intormasi dsri para infouna.n baik tokeh ma.sya.rakat. l)CUl,,'Usaha intan, dan pcnambang bahwa setelah masa kemerdekaan penambangan intan di daerah Bai1jarl>aru mulai rneningkat mcngiringi daerah lainnya di martapura. Kcgiatan penambangna intan berlaug.~w1g secara ~poradi~, karerza J)6da saat itu

lahanlahan yang ada masih dioominasi sc:inals. belukar dan hu:tan aw·.i. Dengan adanya peningkatan populasi pcnduduk maka mulailah sedikit demi sedikit laban lahan ko!lnng ladi dJrubah menjadi Iahan sawah.

.Namun demikian aktivitas

menambang inllln 1etap l:terjalan seiring dengan pcmbukaan lahan sawab Setelah Indonesia merdeka, aturan teknis pertambangan rakyat d.iatur dalam UU No 37 1960 sebagai pengg anti dari Mijnwet 1899. Undangundang pengganti UU no 37 prp/1960, dalam pasal 11 mcnyebutkan: "Pertambangan Rak yat hanya dapat dilakukatt nleh rakyat sctempo.! yang memegang k~n

pertambangsn

(iLln) ~rtambangru1 rakyat"

UU juga

menglltu.r bahwa

"Penambangan rakyat diatur dengan UU, dan bila UU dimaksud behuu wbwl maka Pertambaugan rakyat dapat di usahakan dan dilaksanakan dcngan izin

.Mcmeri~22. Afdhatnya pcrtanthangan rakyat baru bisa dilakukan den~ ~zin menteri . Syarat perijinan demikian tcntulah menyu.litkan. kareua ~.

geodts

lekasi penambangan rakyat sebagafo besar berada di pedaJaman tetapi lrarena keterbatasan aparat Negara kegiatan pcrtambangan tanpa ijin tetap berlangsung. Pada tah1111 1965 Wakil Panglima Besar KomandD Tertinggi

Ekononu m<:mLJtu.skan untuk menertibkan usaha.A\a

~~j

pertrunbaagan intan dan

bahar1 galian lain yang bCTSalllllaD. Keputusan ini menentukan pertama

Penambangan

besar atau kecil ~etempat lwus mendftpatbn

PerimJ.u.sUtan Da.sav'Taw.bang, kedua, Peuambangan

mn cl3ri Menteri

yang tdah &da wajib mc:minta.

ijin kuasa pertambangan dalarn waktu tiga bulan, keliWt riga (3) bulau tidak mengurus i_Jin penambaagan rakyat dianggap tidak S)'ah dan dituntut lewat U!J No 17!60. lceemp:tt nq,.,nem~

Jnd11~tri dan pertambangan bertugas mclakukan

~ertiban. Keputusan Wakil Pangluna Beser KOTOE terse.bllt seeara n)'llta.telsh menegasikan aturan adat istiadat dan merighilanrJ
i;atunya k1JJ1Lro! terhal,la:p penambang rakyatltradisiQMI (Andiko, 2006). Namun d~ildan

b<:rda.sarl
pcm1nmm d.ari informan yang b«asal dAri

tokoh masyarakat clan pc:nambang bahwa kegiatm pertarnbangan intan di daerah Cempaka dan se.iak mas1h bergabung dengsn pemerimah kabupatcn Bsnjar sampai saat ini be! wn pemah ada pengaturan, Pertamban gan iman di Cempalcadan sc;k.it$Tl'lya benelan apa adanya S«an alaminh.

Mcmunit pcnuturan salah satu informan dari Dinas Penll.l)lbang.an bahwa memang i>da kebijakan dari pemerintah pusat yang mengatur usaha pertambangan rakyer yaitu salah srtueya Undangundang Nomor 11 IAhun 1%7. Naimm

pcleksanaannya di de.crab tccutanu1 ya.ag berta!WI

d.c;ngan pertamb&ngan illWJ

sru1gat sulit dilaksanakan. Karena khusus untuk !
dengan pertambangan intan

b) rel"~dc tabu!! 1965. !000 Bedasarkan informssi dari para iofoman baik tokoh masyacakat, pcnambang, maupun pengusaha intan menegaskan bahwa setelab pem:muan .intan Tnsakn tahun 1965. Hal tcrsebut mcnjadikan scmo.ngat para penambang tidak

pimah padarn untuk ~sk1111

usaha panambangan intan. Dengan mqtiva~

akan mendapatkan intarJ yang besar, maka masyarakat senanaasa tclllten melalrukan penambangao. walau ada klllanya hasilnya tidak sesuai dengan yaDg diharapkan. Sejak clitemukannya int.an tri$akti it1,1 pula masuk salah san, perusabaan multhmsional PT. Aneka T ambaug ~g

telah melakuksn ekspiorasi il118n sejak

tahun 1965 di Banjarbaru, Kemndian tahun 2004 masuk la!,ri perusshaan baru PT. Galuh Cempaka ynng melakukan ekplromsi sampai twp eksploitasi di keiurnhan l"alam Kora BanJarbaru ln.tan tri$11.kti merepakan iutan terbesar pertama )'i\llg ditemllka.o di pulau

Kalimantan. lntan tersebut berbemuk bulat IWljong dengan berat 166,7' karat (33 gram) yang ditemukaa te1'3t11ya pada taoggal 26 Agesrus 1965 oleb kelcimpok penaml,ang H. Matsam cs, Pcn~uan intan trisa.kti sendiri menurut penuteran

t11koh masyarakat di Kcluraban :>ungai Tiung merumbulkan gempar masyarakat khususnya yang tinggal di Banjarbaru dan Martapura. Bagaimaoa tidalc, haaya beberapa ban

setelah ditemukannya intan Trisakti, sekonyongkonyong Pasar

Batuah di Mar!aptlra

yang m~

tempat 11an~k$iinbn

~SU'

di

f<;:lim<mtan Selatan mengalami ke!JUarau sampai tidak menyisakau llJXiPlln Bukan hanya itu, ~cbulan kcmudian meletus peristiwa pemberontakan GJOS/PKJ

67 yang menjadi bencana nai:ional. Kulirnantnn Selaten se11diri kt;l!A im~a,

korban berguguren Beruntung l)f:I4CWli.lll w.a.s.sid oleh PKI/Gc;1wcl.lli di

Amlllltai

pada malam 30 September 1965 ilu rn:rtiasil digagalkan. Pada saar kemtlut itulab, Bung Kamo mengutus waperdam Subandno 11nt11k mengarob]! intan Trisakti ini dari para penemnnya da1l meml>awanya kc Jakarta. A lc"irnya intJln

diboyong Ice Jakarta

tersebut

dan sampai saat ini tidak
keberadaannya, h11e11s1fnya usaha penambangan intnn di Kelurahan Sungai Tiung padn khus~ya

dan Kecamatan Cempaka pada

umUD)11

pasea ditemulu11my11 iman

Trisakti didukung oleh kontlisi 11\hao. sawah yang memungk(nbu

untllk dilU:u.kaa

penambangan inum sepanjang tabun. Menurut fofonnasi dari peoambaog. kegialall penarnbangan di Kelural\nn Sungai Tu.mg daJ:lllt drlAkukan tenrs menerus, mengingat sawah di Sungai Tiung termasuk jci'li$ sawsh 14dah bajan. Ssat mll$im

kc:marau uba sebagian besar sawah d.slam k:on
Pem1mba.nga11 dnnusim pcngb.1.dan beJ:OOia dcngan saa.t musim kimwau. Karena seoogian lahan terendam air dan menyulitkan proses pengangkatan lapisan hatuan, rnaka pada musim penghujan titi.ktitilc penggulian dieari deerahdaerab yane agak tinggi s~hinggo. ma.~i" mmungkink:m

Kondisi ini av::nu.ru( para i11forot11.11. ~a.ngsung

meiigaml)il lapisan bot\laTl.

secara terus

adanya peristiwa "Baojannasin Kclab11"' pada bwn.n Mei 1998.

Olen(ru:;

~pa.i

6&

.B~cWarkan ~8

mfQnnasi (jari Selcretaris .Kehuahan Sungai Ti1.1J1g bahwa

t<:rja.dinyo kerusuhan di Banjarma..tjn itulah mulai ada saru dq;1 kelompok

penambang yang rnenggunakan mcsin, Motif apa yang mendnsan pcnggunaan mesin oleh seketompok pemunbllilg di Kelarahan Sungai Tiuns pada saat itu !nfoimon terscbur mtrl}'alllJlftikan analisa batrwa pada tabun tersebut berhuengan dengan tetjadinya

krisis ekonomi yang membawa p<:nganm nyow terhadap

kllhidupan inltSya(akal. Anjfoknya nilai rukar rupiah dirambah melambungnya harga keburuhan pokek disinyalir telah mendorong masyarakat unlltk melakulran iDICtl$ifik:a~i osaha penembangen iman. Menu.tut

)4(8.li

sa.tu iufo.rroa.n dari penambang bennesin bahwa ~rtamo

JraJi kelompoknya rnembef ~in dilakukilll dengan eara

~IWJgllll.

Masi.Ilg

ma.sing anggota kclompok ruenyed.iakan uang sesuai 1umlab yang ditetaplcan. J<emudian mesin tersebut d.igunakan seeara bersama dimgan pcngahsilan d1bagi

bersama pu la Seorang infonnan dari Dinas Pertambangan clan Lingkungan Hidup Kola Banjarbaru mcnyatakan buhwu Pemerintah Kota Banjarbaru seodfri belwn

melakukan upaya peny1;lidiko.o y~g iitt~if teTkait dengan iutan ses11£1ggUlmy'l yang Ledu111J1.111g di bawah perrnukaan Selama. ini Pemennteh

bt.$!J:ntYA pqten~ bunu Bimj1Ui>iu1t.

Kora Bw1jaroaru hanya mehclrnkan pemetaan terkait

deugan kondisi gcoJogi baman sedimen di wila~ya

dan membuat alur perkaaan

pnt~~potensi barang tambang yang terkandung' di dalamnya.

Ittformasi dari

pcnambang (erkait dcngan peot:nl!Gln lokasi paugg;dian intan mengatakan bahwa selama mi masyarakat dalam mc:nenl.llb.n lokasi yang akan di.g:Ui ~arka.n.

69

bebesapa metode, yaitu'. (I) ~arlam

pengdammi, ortinya ap..'lbila di suatu

tcmpat pema.h diternukaa inlan dellSMl t.lmlt besar maka. sangat dimuugkinkan di tempattanpat

yang berdclauan deogan Jolras.i tcrsc:but mas.i.h terdapat intaniotan

yang lai1111ya, (2) berdasarkan keberadaan batuan, yaitu apabila suatu lokasi yang sudah ditambang ma~h mcnyisakan baluan yang mengandung intan, makA $i~

batuan tersebut akan dilakulc:an peoamb311gan kcmbali,

(J) spekulast, yaitu

melaknkan penambangan di lokasi yang bCDar benar belum diketahui apakah ada kandungan intannya atau tidak, dan (4) berdaserkan wangsit alau infoflllasi orang pintlf.

Semua iafounau se~l

bahwa dilokas.i pc:[email protected] intan Ccmpaka

mssih banyak ima11intan yang Jain ya.og kaialnya mungkin lebih besar dari yang pemah ditemukan di masa lalu. Olen karena itu dengan bermodalkan lwapan demi!fan ma~

di Kelurahan Sunga1 Tiung tidak ~ah

surut semangatnya

u.ntuk terus melekukan usana penamhangan intan secara tradisionru. Mematli secera fakta, sejak ditemukannya intan Trisakti tahun 1965 yang lampau sampai saat 1ni belum ada lagi penemuan =penemuaa iman yang spektakuler scperti intan Tri$&kti. Namun demikian semangat dan harapan tma penambang senantiasa

~simpwt b3hwa pad:t waktu ~

akan da1a.ng akan berhasil meuemllkao. i.man

dcogaa karat yang besar,

e) Periooe ta.bun 2.000 sampai sekaraug Tidak dapat dipungkjri bahwa mcmasuki tahun

;woo

telah terjadi

terobosan baru dalarn telmik penambangan tntan rakyat di Kelurahan Sungai Tiuns dan daerahdaetah pe11ambangan inta21 laimiya di Kalimantan Selatan.

70

M~t

pengllluan dari penambang di ~a

Puznpung hahwa sajak tahun ?.000

tclah tcrjadi intc:ll3ifl.kas.i k~gi11ta11 penambangan int.an d1 Simgai Tiu.ag clenga.n mcngggwiakan mesin. Penggunaan mesin pcnyedot material dan pcnyernprat la.p1&to bittllllll secara

bersemaan teleh menjadi

tirik telak dimulainya era

meka11il!a5i dalam penambangan intan. St:bag»i akihat adanya penamba.ngan intan tersebut,

lahan sawab

}'Wig

mckani~

mdiaya ha11y<1 oolonglwlong

akibat lldanya peni,galian di beri>agai titik, kini bolonganbolnngan tersebut menyaru menjadi lubanglub:mg galian yang hesar dan dalam menyerupai kawah, Saat musim hujan tiba lubsnglubang ietsehut m~jelm1t menj!Nli kolamkelam

rollsaso. dengilll wama air kuniug kecoklatau. S«laiigkan pad.a saat musim kemarau kolamkolam ter5ebut bcrubah menjadi daratan yang gersang dan panas, Menurut mforman pengusahe intan di Kecamatan Cempaka babwa setelah digmiaka1111ya mesm dalam kegiatan ~bangan

intan oleh ma$}arakat di

Kelurahan Sungai Tiung, penemuan itllimmtan dalam karat yang ccl20 tar.it} cead(:(Wlg menmgkat. Hal tersebllt dibenarkan oleh infonnan dari Dinas Pertambangan dan Lmgkungan Hidup yang mmyatakan bahwa dan
intan tebh

mcmb4wa pc:rubahan yan~ sigoifikan tcdlti.
kerusakan lingkungan dan alih fungsi Iahan sa"'ah

71

menja.di !aJJlm pena01bsngan

tn13l1

~pi di !j$i lain ~Jab menln£,iottkan !&rap

hidup s<.bagie.o wargo.. yllllg \erlibat dalun usaba penambangan intan. MenY.11J.t keterangan inforrnan dari Dinas Pcrtambangan dan Lingkungan Hidup Kott Banjarbaru m enunjukkan bahwa ada beberapa penemuau intan ol eh masyarakat yang eukup besar tai;la periode pases !M11n 2000. Intaniman ~ebut berturut turut

adalah: intan Pumpuni:

en karat) 1ahun 2002. intan tloO(Sthan (66 karat)

tahun 2003, dan intan Gulinggang (22 karat) tahun 2004 Meskipun k.etiga intan tersebut bobotnya lidak sebesar intan Trisaldi, namun nilai jualnya tetap sa1a mencapai ratusan jutn rupiah per burir.

Hastl petl.z.itWlillll potensi 1nt~n di Kota Banja.tbaru b~ SUIYCY

clan penelitian

jle.lJllUiulah

lwil

tia«aah btltrjasarua \kogim pihakpih11k fe.rkait

menunjukk:an behwa potensi intan di Kota Banjarl>aru dapat dihinmg secara kasar sebagai berikut : denllM asumsi bahwa luas daerah prospek scluas 25 juta

mi

dengan k~tebalau raterats kenlnl meng.and.ung intan 1,2 m, maka jumlah kcrikil mengand.Wlg intan sebesar 30 juia m~. Apabtladal111n setiap m3 mengandung iutan

O,Q7 Alat, maka jumlnh intan se1uGS areal tersebur sumber daya hipotetiknya adalah sebesar 2,1 juta karat, Apabila tiasil pcrhitungan ini bensr berarti usaha yang tli.h1ku.k'An pant penarnbang sic:;Jwu& iui tilkklah si.l..sia W1ll tin~

~m~llii

mtilmplran tdrnologi modem agar d.apat menmtukan keberadaan intan dengan tepat

4.4, Praktj~ Pesil\"!!lb3!1.gtl.!f I!tt(Ul

4.4,1. Sistem Kqiem.mun Laban Saw&h

Berkenaan dengan kepemilikan lahan

yimg

mcnjadi }ahan ~ambangan

intan di kclurahan Sungai Tiung, infonnasi dari tokoh masyarakat setcmpat dan

penambang di Desa Pumpung menyatalcan lahan yang saat ini menjadi Iahan l)(Ilambangan inWI merupakan lahan IW. miltk !11l1Syarakat seteropat y<mg penguasaarmya deperoleh secara tunm temurnn. Laban tersebut pada tahun 90an ma.~ih merupakan hamparan sawah tadah hujan yang meniadi sumber utama mats pencaharian masyarakat (Bakosurtanal, 1991) . Sampai saal ini pun setelah sawah tersebet bervbah menjadi laban pe~

intan ~tatus kepernilikan lahan

masih tetap bak milik masyarakat, AdapuD ha!

)'llllg

mc:mbedakan kepennlikan

Iahan sekarang dengnn dulu adalah dari !uasan J.ihan yoog d1kl.lEL5DL Para pemilik lahan yang rnemihki modal cukup \J!1luk usaha p:na~gan

Q)<:h kcbci\il>ilaruiy~ dalam menambang,

(1Ji1.5 !~

apalagi dirlnrong

sensntiasa bertambah d;i.ri

rahun ke tahun dengsn cara membeli lahan yang ada di sekitamya. Pejualan lahan tersebut olen permlik asal kepada penamballg ada yang bersifat sukarela namun ada pula yang lcarena k~

karena tidak ada pilihan lain selain menjual

IMa!Ul)'ll ~pada Nnamt>a.ng. Beberapa kasus di contob.kan oleh mtorman terl
kegietan pecambaagan ( ekstema!it.ls). ]Jampak tersebut bisa berupa hiJang a~Q tc«:emamya air yang mcnjadi sumbcr pangairan sawah olch lumpur buangan, bisa

73

juga ni~aknya la.ban den ianaman p.adi !<Mena h,ibemya Iumpur dari Jahlm pcnambangan

intao. D11.la111 kondisi demikian,

mc:mpcrtaba.11kan fu.ogsi laban te13ll

sebagai sawah sudah lidak 1nengun1ungkan. Tiga a.ltc:rnatif yang dapat ditemviJh oleh pemilik Jahan yang mengalami rnasalah tersebut yaitu: mengelela ~endiri lahan ~lmya

mcniadi la.han pc;namban&an intan, meeyetabkml lahannya Ice

peruunbaog lain dengen sistern bagi l\asil, dan menjuid lahan GcsWut k<:pa.tia yang bcrminat membclinya. Dari pemilihan alternatif yang .kt: tiga iailllh akhinl}'ll banyak ditemuka11 panambang intan yang memiliki lahan penambangan relatif luas. Menm:u.t informa.si deri informan Y3ll1! mcmiliki lahan

peoambangan

Iman, bahwa sampai saat ini semua Iahan tersebut masih dikuasai oleh masyarakat selempat, tldak ada orang luar yang rnemiliki lahan penambangan di Kelurahan S111tgai Ti1111g Wa!aupun tetjadi penjualan ta.ha.n dari ~tu pihll kc pihak Jainnya uamun pihak pcmbcu biosanya U18.$ih mroipa.kim WIUJ:ll setempat. Namun demikian banyak juga pemilik lahan yang tidak rut:Djua.l lahannya tc111pi tetap menjadikan lahannya sebagai lahan penambangan intan deng.in sistem bagi ht.si!. Besar pcmbagian basil unmk pemihk laban mcnunrt bebe1apa in.fc.ITTDan adafah r.it.atat.o 1 ~o/o dan harga inti.n yang ditemukan.

Scmcntara keterangan yang disampaikan salah seorang informan yang menjual lahan mthknya kepada pemilik lahan disebelahnya mengatakan bahwa Iahanlahan yang sudah berada Qi 4ebt ~

penainbangan

l!SJlgat

~ulil utrtuk

di~rtahanka.n ~inya. sebagai sawah. Hal tersebut dikareuakan ketersediaan air untuk keperluan sawab sudah tidak ada Iagi, karena tersedot ke areal penambangan

74 intan, atau airnya ada tetapi $udah rereemar ol~h lumpur buangnn tm'llban& y&11g apabila dipsksakan dipakai unt.ui< mengwti sawilh li8sdoya juga ti®.k mcmuaskan, Sebagaimana di ketahui bahwa areal yang dijadikan lahan penambangan intan rakyat tersebut sebelaamya merupakan hamparan sawaa, maka dengan adanya kcgiutan penamlmlgan in1an membawa pc:ngaruh tcthadap tata air.

Sumbc;r

pcnga.ifan yang beresal
Laban sawah yang

{1t:rbaiasan langsung deugan areal penainbang!lll intan memilikl risiko tersendiri berupa limpasan lumpur di musim hujan yang i;e1iap saat dapiit masuk ti.an merumpa tanama.n pad1. Proses penydesaum 1nc:lalw gMti nigi jmng berbesil karena ttdak: ada yang berianggungjawab dengaTI limpasan lwnpur tersebut,

J.4.~. T(:l
kegiatan menggali (Jan

me11gambil batuan yang dipcrkirnkim mengandung W:tan kcmudian mel
illlllll

dc:ngan banruan air. J1;1di syarat

1;1da11ya batuan yang penyQl'lir~n.

dipro~s

UllU!la

mcnambang intan sclain

juga adanya ketersediaan air untuk proses

Qleh kamia nu usaha menambeng in1a11

iusa

batt)'ak dilakukan

rnasyarakat di lahan tegwan (yp l(lnd) yaitu dilakukun p~ m~im liujaa di~wit ketersediaan air bedimpah.

7S

Selx;lum adanya penggunaan mesin dalam penami'langl!ll rntan, semua kegiatan menaml,)aug baik yll.llg dilakuka.n dl sawah maupun di te!!IDllD. dilakukan secara sedcrhana.

Dengan masuknya teknologi, maka saat ini teknik

penambangau mtan menjadi dua earn yaitu sederhana dan semi mekanik. Sederluna l~l>ih lanyak dilalcukan penambang di lahan 1.;g11lan atau di lahan sawah bagi yang tidal< m(lmilik.i rnesin scdangkan penambansan bennesin lwih banyak dilakukan di lahnn sawab karena tingkat keperluan air yang sangat besar, Adapull pcrbedaan kedua eara tersebut adalah sebsgai berikut : 1) l'~amb1u1gauintan Ctra ~derbana.

Pc:nambaruian wtan dcngan cara l>~c:rhao.a nu dilW
Alat yang diguoal(an berupe Jinggis/canglruj yang belfungsi uotuk

menggal] material, keranjang (biasanya dari rotan) yang dig\Ulakan untuk memindahkan ma~al ke fempat pencucian (sumber nit), Jfilggangan yaim ala(

yung terbuat dart kayq be!bentlll< k:l;cucut tu.mpul y311.g b<;mmi$i 1.lltl1lk meayortir keberadaan iotan. Cara penarnbangan S<Xlerliana iul clap.at dilakuken secara perorangan. Bagian tanah yang diperfcirakan mengandung

in!an digali ~ampai mCDClftukoo

laf!'san batuan, !;elaujutnya batuan ini lah yang dic;uci qan dilakt.ilcan pep_yor1ican, Karepa di!.akuka!l seeara sederha~

de!l.gJl!l

ten~ ~

prq~,!;

!M~a

76 dampaknya l'IJl'I tidak begitu dira~akan.

Rek~~ka.~

galian ~gan ~~

~d.erhana rm biasanya berupa lubanglubaQg dengsn bentuk dan .JklUatl ;aug bervariasi, IM:ntuknyn hisa berupa segi empet, bulat, alau tidak berataran dengan kcdalaman yang bccvanasi pula tcrgantung dalamnya Iapisan batuan yang diambil dari mulai 2 m ~arnpei 5 m, Lubanglubang bekas galian ini setelah selesai di&li

p;ira

penamharig

Kar~a penambangaa ini dilaktibn

di lahan persawahan atau lahan pukebunan tnaka lubanglubang tadi dapat berfungsi sebagni kolam penampt1ng air (em bung) pada pada musini hi!iau dan dapa\ bcrmaofaat ~baga1 ~adangan air di musim l«;mara.11 11ehingga secara tidak

lan~ung pcnambang telah ikut melakukan upaya pengawetan air, 2)

Penambangan intan semi mekanlk (tabun 2000 sekllnng) Peruoahan pola penambangan teljadi St
merupakan puneak ~3ha JX'l)ambangan intan r~ya1deogan menggunakan mesin, Menurut infroonan kunc1 tidak kurang dari 30() unit mcsin yang beroperasi di lahan pcnambangan mtan Kelurahan Sungai Tiung. Setiap unit mesin dikelo!a oleh 57 orang peketja lalJlbang dengan prodl:iksi samping.m berupa pasir dan

korikilkerakal ratarata J m3/har1. Setiap l<elompok ratarata menggunakan diUJ buah mesin Mcsln pertruna

berfungsi seboga.i penytnUpot mat~aJ

<WI mcsin kcdua mceycdot da.n

77

rnenyahrrkan marer:ial ke 1empat pemi~ahan(kas box). Dengan pengguoaan mesin

ini d.ua p~kerj!Wl yang sebelumnya dillilcuklin secara sedm;w. d.iipa.t 4i~tik4n dengan mesin yaitu pekerjaan menggdi material dan mcngangkut rnalcrial, sehingga hanya preses sortie saja yang masih menggunakan cara scdernara yaitu deiigan Imggangan. Kemajuan tekn~logi 1dah mernbah pola penambang,an tradisional m~Qjadi mekanis dcngan mengg1JlliJk4n mesin l'()lTlpa air kapasitas 5- tQ l/detik (l 622 HP). Sesampainys di kas IiOx, material te~

d1p1lah menjadi 4 bagian yaitn:

( 1) lumpw, merupakan ~P\lt:111 tlllab ¢u1 a)r y:mg tereamper s~ P.fl)SC$

penyoruran awal, (~j b;itUiUl berupa koral, ()) Pasir dan batll.. kerikil, d.a.n (4) iotan Jan logaruIogam Jain scpcrti crnas . lntan biasanya merupakan hasil pcnyQrtimn dari yang sanga; sekssma dan pasir dan keriki]. Dengan menggunakan alar bantu linggungun

(Gamoar 4.6..) pr0$CS pcnyoitiran ini berlangsang cult up lama. Satu

mJ carapuran pasir dan kerikil hisa rnsmakan v.aktu satu hari apabila dilalrukan

penyortiraa ohm 2 orang ptDambang. Pada tahap irulah ditentukan ada tidaknya intau ditcmukan da(am material yang di tambang, Koral, kerikil dan pasir sebagai

bar.mg ikutan selanjutnya dijual kcpada kons(lnx:n yang memerhikan dengan bacg;i jual ratarata Rp, 350 . 00Q,. pet truk

78

Gambar 4.6. Alat sortir intan (Linggangan)

4.4.3. Sistem Kerja dan Pembagian Basil Tidak dapat dipungkiri bahwa dengan masuknya teknologi dalam kegiatan penambangan intan telab membawa perubahan terhadap sistern kerja para penambang. Menurnr salab seorang penambang babwa sebelum menggunakan mesin, modal menambang hanya cukup peralatan sederhana ditambah bekal makanan seperlunya.

Jam kerja pun tidak ada ketentuan, apabila tenaga sudab

terkuras, mereka akan pulang dan melanjutkan pekerjaannya di lain waktu. Tetapi setelah adanya penggunaan mesin para pekerja atau orang yang ikut bekerja di lahan penambangan terikat dengan jam kerja.

Dalam satu minggu hanya hari

Jum'at saja yang tidak menambang, setiap hari menambang dimulai dari jam 08.00 sampai jam 12.00, dau setelah istirahat siang disambung lagi dari jam 14.00 jam 16.00. Saat penambangan masih dilakukan

secara sederhana penambangan

dilakukan dalam kelompokkelompok kecil antara 2 3 orang yang berasal dari kalangan anggota keluarga. Apabila terdapat wakru senggang selepas tengah hari,

79

malca tengah hari itulah menambang dimulai. Tc!ap.i apabila dari pagi hari tidak

ada kesibukan, bisa saJa tnGUambang dilakukan sejak pllgi hari sam~ siang, Setetah istirahat siang penambang bisa lr.cmbali mclanjutlr.an kegiaranoya atau melalo.ikan aknviies lain. Berdesarkan keterangan mforman dari tf!kqh masyarakat l)ahwa

4ktivita.~

menambang intan secara sederllana. ini selafn dtlakukan oleh orang dewu.sa juga senng mclibatk1111 anakanek usia sekolah, Di saatsaat nari libur sekolah atau 111alah scpulang sekolah 1makanak pena1llbang ini biasa membantu orang tuanya menambang intan.

Dari ke~ia~ mengilwtt usaha orang tuanya inilah maka

anak·anak meniedi terblasa dc:ngnn dunia penambangan inflln. AkibatnYil. onentasi sebagian mereka di saat sudah mcnwnatkan suatu jenjang pcndid1kan sekolah, lebih l>anyak memilih mdanjutkan usaha menambang daripada melanjutkan sekolah kc tingkatan yang lebih tingg:i

Setelah terjadinya

~ll.D

teknik penarnbangan dcngim menggunakan

mesin, maka terjadi pula perbedaan sistem kerja amaia para pcnambang. Salah

seorang peroilik. mesin tambang menyabkan bahwa mereka mempckerjakan pera p<;nambang dengan ststem hagi basil.

Artinya yang hekerja Qi lahan·laitan

penambangan saat ini tidak hanya dari .kalangan keluarga tc:tllpi banyak jU)la berasal dari pihak lain. T erkan dengan modal yarrg digunakan untuk operasienal penambangan, bagi penambang yang melakukan penambangan di Jahan milik sendiri, maka modal kerja secare Qt.omatts berssal dari l:rill)'a scndin. Hal llli

menjadikllII fle.ksibilitas pcoarobang da.lom melakukan usahanya. Sii.lit modal kerja u:rsedia penambaagan dilaksamikan \etapi seat tidak ada modal pcnam.bangan pun

berh~i mtuk s=cnb!ra wal
bcrlakv terutarna bagi para peoambeng yang me!akukao usaha penaroba.ngan intan sebagai usaha sampin1.>a1J disamping usaha pokak yang sudah digelutioya Dari informasi yang ada menyatakan bahwa banyak kalangan PNS yang menjadikan usaha penambangan intan ~ebagaj usaha ~

K~angan dari inionnaa man~lak.an. baawa seat ini para pelllodai tidak hanya berasal dari warga masyarakat setempat yang telah rnemiliki kcmampuan kcuangan, tetapl eda sebagian pemodal yang datang dari daerah Jain dan membuka usaha ~ambangan di wi!ayah .Banjll1bMl. Para pemodal yang berasal dari luar

daerah mi biasauya mcmbukll usaha ckngan membeli tanan yang akan di tambaog dari warga setempat, Tidak ada data resmi berapa jumlah penambang seperti ini, namen keterangan mforrnan menyatakan babwa jumlahnya di bawah 5% dari

keseluruhan pcnaml;iang yang cda. Menurut

bebe~pa informan dan pc:.uambang dan tokoh !llliS.Yarakat

mcngatakan bahwa kegiataa peoambangan intan rakyat ini tidak mutlck dilakukan pada lahan milik sendin, karena ticJak

$CIIl\lll

yang terjun ke usaha penarabans:in

intan memiliki !arum untuk dijadlbn areal penambengan.

Hal t~but

bo:rix;ngaruh terhadap sistem pembagian baSil peoambangau. Oleh k4[C1la. itu dalam usaha penambangan intan saat ini tcrdapat ti ga unsur yang terl ibai yaitu: penembang, pcmilik law, don pemodal.

Perbedaan

antara

ketiga ~

w-seblJl lcec\lali untult pc;nambang,

temdllng tidal< bi:sci. di1llrik garis pemisak ckngan jelas. Penambaog senctiri ada. yang melakukan kcgiawmya di la.ban InJ1ik seodiri, dcngan mesin senditi, dan

81

bek~a hanya dengan kalangan tm~

dari kel\lllJ'g8

irl3ll

kerabat,

demikian ada.i.Uia p;;naroba.ng bek~ ~pcn~'ll di 3!eal. roi!ik

NamQn

O{ans! lain.

mesin

dan modal dari orang Jain pula. Pcmih""k tanah sebllgian besar sekaligus sebagai peniiltk modal (mesin) tetapi ada juga yang meuyerahkan tanahnya kepada pemedal untuk ditambang dengsn ~i~ti:mbagj hasil,

Ketcira.ogon dari

pcrnilik mesin rocuycbotk.un bahwa pembagian basil

untuk pemilik tanah adalah I 5% dan 85% nya dibagi antara penambang dengan pemodal dari hasil pcttJU11!an iman setelah dilnirangi biaya "hak". Biaya hak di ~i~i adalah sebesar 5 % dari luuga jual total yang ~bagiannya di~ep;1kal.i ()leh

para peOJUX1bang sebagiSD a® Y811i d.ibajpb.o lll!tv.k pcro.l:nmgu.oan roa.sjtd. sekotahsckolab, kaurn dhuafs .. .keeiatan sosial, dJ1

4.4,4.. f.cm.•~a"
Scberapa besar intan yang d1dapat para peramban para

pembeli sia p untuk menampung !mil tambang masyat:1.kat.

Tidak ada pssar

resnn unruk meml.Sal'kD.n produk intlrn. \JtJtuk pem.asaran mtan dengan karat yang kecil biasanya dilakukan pada hari Jum'a.t setiap ini~yadi suatu ti:mpa,t tidak jeuh dari areal penambangan. Untu.k in.tall deogao karat besar biasenya para pembclilah yang mendatangi rumah pemiJi.k/atau penemu intan. Ttausaksi jual beli intan biasaeya jarang terjadi sekali jadl, mengjngat nila: jua.l intan selain

tlit<:ntukan oleh karet dan ,varnanya jug;t yang re)ing mempcngarubi nili\i jualnya

82

adalab. selcra pembeli. Apabi lu pem!i¢li yang datang memilitJ penilaian yang nnggi texhadap intsn yang iika.u dijual mal.a harga. penawarannyapuo akan tinggi. Menurut

mfermasi dari penambang intan opabila mendapatkan intan

kurang dari 5 brat penambang lebih suka menjualnya kc bander keca.matan, namun demikian tidak jarang dari peiwnbang yaug mcnjualnya l1mg:sung Ice tQko

toko pcrmata yang berada di Martapura ( 15 km da.ri lokasi penambangan). Set.elah intan ditaksir Qlc:h pam bandar kccamatan dan belum ditemuknn kata sepakat, banyak dari penambeng yang meml)awanya ke toke permata at.au tempat penggQsokan iman untuk menjuaJnya. Apabilo di tqk1t atau tempat pero~l)sQkan tersc:but harganya lt.:bili Uogga roa.ka pcmihk i.ntan Wri lOJlSllu.ug mc:ajualuya nairum apqtbiln harga IJ(Jl&waranoya sama deJlgao bandar kecamatan pentlD'lbanQ lebih suka meujualnya ke bandar keeamatan deugan alasan kekeluargaa.n (Oamba.r 4 7).

Bandar Kecamatan

Pernbeh lokal,

wko, pengrajin

Yem~li Lintas Pulau Penarnbang Bandar

Propinsi

Pembeli Limas Negera

B1;«l.a.smllll informasi dan infonnao bandu intan di K.~awt Ccmpa.ka bahvia untuk intaniutan yang ko.ratnya kecil penjualan cukup sampai di bandar

handar kceamatan saja, ieL'lpi untuk inWI berbrat besar datt nilainya mencapai

ratusll.ll juta para b4lldar kecamatan biasaoya mcnghubungi bandar propiesi di Kota Manapura. Bandar propinsi inilah yang selaojutnya akan membeli intan tadi untuk dijual ke luar pulau ataupun ke luar negeri. Dalam kasus seperti itu para bandar ka;amata11 yang rnenghubungken t)Clllilik infri1I dengan baadar pri>pinsi b1asanya akan mendapat uJUig fee sebagai ja.sa pe.ngltubung. Terdapat banyak bandar di tingkat propinsi yang secara runn b1:ra11gkat ke Timur Tengah terutatna Abu Dhabi Wltuk memasarkan mtanintan yang dibelinya dari penamb;ingan intan rakyat di Katimantan Sclatan. Selain para bandar yan~

pergi 1J11tuk me1yual intdCtintannya ke hw negeri pa111 pemburu intan dari luar negeri dnn dari Jawa juga secara berkala sering dataDg untuk meneari dan membeli intan dari Kaiimantan Selatan, Mereka sel>agian besar berasel dari Eropa dan Timur Tengah,

Namun demikian nlmn

S<'l>ag
$!l.llgat

sulit unlU.k mengenali mereka

rucrcka biasaaya datang d~rut visa turis dan bnnya

tinggal untuk beberapa hari saja di Kalimantan Sclata11. Paro pemburu intan dan mancanegara ini datang untuk rnembeli intan inlall yang karatnya besar, sementara intan (jcngan .karat kecil febih banyak d!pasarklln secara aasional atau lCJlral baik bcrupa iIUBn ka:;or maupun setelah diolab me11jadi aneka perhiasan.

Tidalc ada pasar resmi dan legal dalarn

pemasaran intan kasar. Pertemuan aniara pe11Jtial dan pembeli dilakukan melalw jahu komunibsi

a:lal)

perantara, Hal inilah yang mcnurut infonnan dati Oina.<;

Pet1am\)angan dan T.ingk~'all Hidup Kota Baniarbaru menyulitkan upaya pengawiwn k1atnya pemerintah

84 tid.tk mcmiliki data

}'llT\g

akurat terkait bcrara ]l«)Quk$i intan Banjarl!aru :1Ctiap

buiannya. Padahal Pemerintah Kota 0anjarbaru sudah mengellJll.rkan k.cbtjakml. herupa Peraturan Daerah NQJlJ
T eckait dengan penman pemcrintah
Keterangao Asal iotau. Waleupun da!IUJI Peraturan Dacrah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Surat Kcterangan Asal lntan (SKAI) tersebut ada ketentuan sanksi bagi yt1ng melanggar lcetentuan, namun de1nikian pada pralcteknya banyak l<~dala

y<1.11g dihadapi untuk
payung hullllm yang dapat merrjerat para pebi~$ intan yang tidak memiliki stnat ketmogan Ullnn ya.ng syah, dan (3) untuk intan

wax,

sistem JJl
cenderung tertutup dan tidak ada pasar resmi tempat terjafiln}a tra£JSaXsi antara penjual dan pembeh, sehingga menyulitkan pemerintah dalam melalrukan

pengawasan.

85

4.4.5. Dampak Penambangan Intan Perubahan Fungsi lahan dan Topografi Lahan Hasil observasi lapangan di lahan penambangan intan Kelurahan Sungai Tiung menunjukkan bahwa telab terjadi perubaban fungsi laban dan topografi lahan. Laban yang sebelumnya berupa dataran rendah yang difungsikan sebagai lahan sawah saat ini sudah berubah menjadi cekungancekungan besar dan dalam. Melihat kondisi demikian dapat dipastikan bahwa lahan tersebut secara teknis tidak dapat difungsikan lagi sebagai sawah (Gambar 4.8)

Gambar 4.8. Kondisi topografi lahan pasca penambangan Berdasa.rkan penuturan informan yang berasal dari warga Desa Pumpung Kelurahan Sungai Tiung bahwa sejak penambangan intan menggunakan mesin mulai terasa ada gangguan terhadap kondisi air surnur warga. Air sumur warga sebelumnya tidak pemab kering walaupun musim kemarau, setelah marak penarnbangan intan bermesin

mengalami kekeringan. Sedangkan pada musim

hujan, meskipun airnya melimpah tetapi berwarna dan beraroma sehingga tidak

tayak dikonsumsi_ menycbutkan bahwa lahan ~

galian penam!,angan intan

biasanya dibiarl
Hal tersebut ditegaskan oteh

informao lruoci dari peaarnbang yang

bertempet tinggal di Desa Pumpung bahwa sumur~umur milik warga mengalami gangguan ~

!Umya.

Ga!'lggllllD ~t)ul betupa QC1U~

wama air siiinur

menjadi kwii~ kemcrab.meramn dan aroma yaog bert>au za.t l;>esi, Hal. iui dirssakan pada saat musim hujan. Scdangkan pada saat musim k:emarau semua sumur warga tidak mengandung air sama sekali. Untuk memenbui kebutuhan air

seharihari, warga 1eqiak.11a mengiunbil dari bale

pcnampung!Ul

air beT11ih yang

di:;~akWl pern~tah di ma.~ir!ilTUISing RT. Lubnnglubang bekas galian tersebut aka11 belubah menjadi danau pada mu~irn pertghujan dan memicu b&njir ke daerah di sclcitani)'a. Sodangl
IA!fScQut mengcring d:.m membaha3rakan h~gi

masyarak<)t yang ®ltllli k<: lokasi \cv.r~ ~bag:ian lah11nDJ1a berupa en
Walaupun tampak

kering, lahan seperti ini apabila dtinjak da.pat mc:uimbulkan bahaya bagi manusia.

Mcnurut infQnl)an k.untj tokoh 111a~araka1, cc;kunganoc;kungan Qc:ka., !l'llillll tusebut baik di musim penghujen Ul3UJ)U1\ di musim kC<1Tt1Uall tidilk
dim11nfualkan oleb masyarakat, Oi musim penidtujan, walaupun ..ekungannya tlipe11uhi air, namue kualitas airnya ssng;i.t reodah karena tercampur lumpur sellingga tidalt dapai digunakan

\ll]tuk

l)udi~

musim kemarau, w~upun C(;;\!.ungun udl

perikanan. Demi kian juga di

bwiWh m~adj

daratan, M.tnun

S7

tanahnya tidak dap;1t dijadiknn menj:,.di lahan bu4i¢iya ~ian

hltena tanahnya

beruaa lumpur 14rulh hat ymg miskin WJSW" hara. T upografi laban sebetum roaraknya usahll penambanga.n intan merupakan dataran rendah yang difungsrkan sebagar lahan sawan tedah hujan. Di musim

hi,jan banyalc anak sungai mengalirkan air scl:>a.gai sumbcr pengairan sawah, Setelah laban t~ebut bcrt.tbah menjadi laban peuambangan iman tidak ada lagi anak sungai yang menpJirkan air dan ikanikan JlWl sulit dijwnpai. Pada ususim kemarau dacrah cekungan radi berubah menjadi gundukangundukan lumpur kcring \VWna coklat, gcri;CU1g dan suhu disekitarnya lebih panas. H;tangnya Sumber-Sumber Aif' Menurut U\i"nh masyarakat di Desa PJJmpung, penggalian tanah hi11gga mencapai keda.lam 15 m untuk tujuan menambang intan keim1
dalam Wloaudallll.u. lx:ka.s pcoggali.in seda.agkan paritparitnya berubah mcqiadi hamparan taoah bercampur pesir dan kcrikil. Timbunan material berupa tanah, pasir dan batu memenuhi areal yang sebelumaya rneropakan saluraaseluran air.

Pada saat rnusim .kemarau luapan material ini ~

ml;'lljadi datantn y.11tg

mudlih dilalui. namun saat musim pciugJuijau tiba sebagien mnttrial ter:si:lmt hanyut

bersama air hujan menuiu sungai clan nicmcnuhi Iahanlahan yang

dilaluinya.

88 Penumpukan material buangan ini sela.njutnya akan menghilangkan sumbersumber air dan mengga.nggu ali.ran air.

Dengan turunnya hujan, maka

lambat laun tumpukan material tersebut menyebar ke tempat yang lebi.h rendah dan selanjutnya hanyut ke sungai sehingga menyebabkan pendangkalan dan penyempitan sungai yang drastis dari tahun ke tahun (Gambar 4.9).

Garnbar 4.9. Pembuangan material yang berpotensi menutup sumber air Gangguan terhadap sumbersumber air akibat aktivitas penambangan i.ntan tersebut telab memicu masalah sosial di masyarakat terntama penduduk yang tidak terlibat dengan kegiatan penambangan intan. Para pembudidaya ikan rnisalnya yang tinggal di Kelurahan Bangkal telah mengadukan kondisi sungai yang tercemar lumpur buangan dari lahan penambangan i.ntan yang mengakibatkan menurunnya produksi ikan keramba milik warga. Namun mengingat banyaknya penambang yang tersebar bu.kan saja di kelurahan Sungai Tiung tetapi juga di Kelurahan Bangkal dan Kelurahan Palam menyebabkan protes masyarakat tersebut mereda dengan sendirinya. Kondisi tersebut dikarenakan sebagian besar warga yang protes tersebut memiliki ikatan keluarga dengan para penambang

89

walaupun keluarganya tidak melalrukan usaha penambangannya di kelurahan Sungai Tiung tetapi di lokasilokasi lainnya. Pendangkalan dan

Penyempitan Sungai

Hasil observasi lapangan menunjukkan bahwa kegiatan penambangan intan yang berlangsung sejak

puluhan tabun yang lalu sampai sekarang telah

merubab bentuk dan pola aliran sungai. Sungaisungai yang sebelumnya mengalir dengan jemih, tenang lengkap dengan habitat ikannya kini tidak ada lagi. Selain mengalami pendangkalan dan penyempitan bahkan pola alirannya pun bisa berubah dari pola asal. Dasar sungai yang sebelumnya merupakan pennukaan tanah terendah berubah menjadi tinggi, sehingga aliran air meucari dataran terendah lainnya. Kondisi ini dikelubkan oleb sebagian warga masyarakat yang sebelumnya memiliki usaha perikanan keramba di sungai bagian hilir. Dengan tingginya tingkat sedimentasi sungai dan pekatnya kandungan lumpur liat dalam air sungai menjadikan air sungai tidak dapat dimanfaatkan untuk keperluan budidaya perikanan dan keperluan sehari hari (Gambar 4.10).

Gambar 4.1:6. Kond'isisungai yang mengalami pendangkalan

Mcn\Jl'\lt salah ~u infQmlim Kqiab Bidang Penambaltga.n pada ~

l'cttambangan dan Lio.gkimgiin H1dup Keta B~jarbw t.erkait dengan sedimcntll.$i sungai ak.ibat Jumpur buangan dari Jahan pcnambangan iman menyatal(an bahwa secara geo!ogi seumenesi sungai yang telab berlang:sung puluhan tahon sejak

t~adinya P
mengetahui bcrapa kedalaman sungai as!inya. Akibat semakin tingginya limpasan lumpur dari arcel penambangi111 b<~

rua~ sunB!li iertcntu da$M aliranr1ya

sudah hampu saro.a. d.e!lllan permukaan labJn J!(:rtanian. ~ii

obsi:rvt\Si peneliti

menunjukkan kll.!l
warn.a air. Perubahan inj disebMkan lonrtnya mineral lempung' bersifat

koloi.t (ukuran b11tU misron)

y&ng

rlib
sepanjani; tllhWI

Perubahan warna se!alu diiiengaruhi olc:b aktifit.as penanr.baog.'IIJ pagi dan sore hari,

Pagi sampe: siang hari Iarut euneral lcmpung sisasisa malsm hari,

sedengkan ~

~pai

ma lam

mcrupalca.n puncak

tn~nyr.:babklln. waul3 air m(:Qiadi kw.ting ~t.

ahran lwnpur yang

91

Samber

dampak yang paling

besar ierbadap pcndmgkalan

dan

penyempitan sengai adala.h kegiatan penaittl)aogan yang dilakukan dekat dengan aliran sungai. Prum lokafil yang demikian para peeambang membuang air lumpur tersebut secara langsung ke sungai, Material lepas berupa kerikil clan pasir kasar akan tertiDgg-.il di umpat pembuangan sedangkan ~r

hafas dan mineral lempung

larut dcvgan air
41111

!'erairtm

"E'adll umumnya para penambaog m~

bahan bWr min.yak tanah

dicampur oii bckas umuk menjlllllnkan mesin dieselnya, sehingga selama mesin beroperasi selain kebismgan suara dari mesm juga kepulan asap mcmbumbung di a:tas areal penambangan,

Apabila di lokasi ferscbut beroperasi 200 mesin, maka

polusi asap dan polust suara yang diticnbulkan dart litba.n perumibangan dapat mengganggu kenyamanan warga sekitar. Para pemilik sawah yang berada di bagian hilir lahan penambangan intan yang lerkena dampak IJ111g~11ng dari luapan lumpur dan bahan peecemar

lainoya

mengelubkan adaeya pencemaran yang melanda lahan pertaa.ian mereka karena tclah menurunian hasil panen sarnpai 30"/o. Demikian juga dengan warga yang mcngcloia usaha perikanan siseem keremba meegalarei ha! yang sama, bahkan banyak yang berl\enti melakucan ~

karma merugi. Para ~

yang

tt:1kem1. dampek pqtunbangan inWI ini pcrnah m~lakuhlm beberapa kali dcmonstrasi ke kllotoi pemerintah daerah, namuu ticlak menemukan solusi yang tepat dalam upaya penangan usaha per1ailJbimgan iman dari pemerintah.

92

Hasil pengamatan penambang

terbiasa

peneliti di Jahan penambangan

membuang

sisa baban

menunjukkan

bakar maupun

wadah bekas bahan bakar ke perairan d'i sekitarnya.

Hal

pelumas

bahwa termasuk

ini memperburuk kondisi

a.ir yang terdapat di danaudanau bekas galian yang apabila penub akan mengalir bersa.ma aliran a.ir ke persawahan atau ke sungai.

Meskipun pencemar tersebut

secara kuantitas tidak banyak, namun apabila berlangsung terns menerus dan masuk ke lahan pertanian tentu akan berdampak tidak menguntungkan. (Gambar 4.11).

Gambar 4.11. Pencemarau air oleh sisa pelumas

4.5. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Alib Fungsi Laban Berdasarkan informasi dari para infonnan ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya eksploitasi penambangan intan di laban sawah sehingga menimbulkan alih fungsi lahan sawah menjadi lahan pena.mbangan intan, yaitu faktor ekonomi, budaya dan kebijakan.

93

4.3. J. Fal!toi: Ek~nomi Menurut informan kunci tokoh masyarakat di Keluraaan Sungai Tiung menyat.akan bahwa kcbutuhan hitlup •~)'llfakal bukan menjadi alasan utarna mengapa masyarakst menekuni usaha penamba.ngan intan karena menambang intan hasitnya tidalc dapat dipicdiksi dan tidak dapat dilritung seeara matematis.

Berbeda denganjenis usaba laiu sepe_rti berdagang alau buruh yang pendapatannya dspat diprediksi.

Demikian juga buruh, apabila upah mcmuat pasir ke dalam satu

unit truk upahnya Rp. 30.000, kcruudinn delom sate hori d1a dapol memunt 3 U1Jit truk, maka dia men~patlran uang Rp 90.000,. Tetapi dalam mcoambang intan

tl
Namun rnengapa

masyarakat mai1ih mclakulcan usaha pemtmbangan inta.n yang b.asilnya tidBk mencntu tersebur? lnfOt?llllll kuoci mc;ajawab bcrda.~ walaupun udak dapat

mtlUl

pengalamlUlnya bahwa

yang besar dengan nilai j11al raeneapai ratusan juta

rupiah tnpi hampir secera rutizl dalam J5 bari itu para pcoambang mendapatkwi iutan kecil yang kurang dari 2 karat. Hargn jual intaa kecil tersebut bervariasi antara 1 3 juta rupieh Ihm prv.;es rmrnjualny11 !\illlgal mwlah. 8erf».la dengiut i!l1llll besar yang harus melalui proses panjang, kala.u intan kecil cukup olell

pengurnpul di Sungai Tiung saja sudabjadi uang, Informasi yang disampaikan infonnan lcunci di

alas diperlruat oleh

pengakean dari informan k\mci lain yang berprofcsi ~llgai pgumpu! intan di Kelu.rahan S~

Tiuug bahwa seuap hari Jum'at setiap m.inggu.ad,a pasar mtan di

K<:luralum. Sungai Tiung, lokasinya sebelwn ~g masuk mea"'u Iokasi

94

penambangan intan Desa Pumpung

I loll dl!ri lalwi penmnhangmi.

atau ~

Paa hari jum'i:lt Ji sana btlkumpul pw.a ~umP\ll intll.11 ill K~i;~natuo Ceu1~ untuk melakukan transaksi jual beli inlan detlgan para penarnbaog yang ingin menjual mtan. Menurut informan tersebut ba.hwa pada han pasar tetsebut hampir tidak pcrnah kosong dari transaksi jual beli iuta.D berkarat keeil. Selalu saja ada transaksi walaupun jumlahnya tidak pemah tetap, Hal tersebut dikarenakao ada sebagian penambang yang mempeeoleh intan lantas menjualnya pada hari penemuannya tidsk menunggu sampai hari pasar, Hal tersebut bssa dilakukan mengingat antara pam penambang d1ln para pengumpul sebagian besar sudah

S<\ltug meugenal sehingga transak:si dapat dilakukan kapan saja. Tidak jauh berbc:da dengan penctaran dua informan kum;j di atas, informasi dari informan yang berasal drui panambang juga mengatakan hal serupa bahwa rnemang sangat jarang ditemllkan inclul-intan dalam bra! besar namun demi kian intan dengan karat kecil hampir setiap hari di dapat oleh para penambang.

Selain irn s.udah dapat dipastikan bahwa dari senap kali proses

penyortiran akan didapatkan serbuk emas.

Memang serbuk ereas tersebut

jurn.hlhnya. sangat sedikit, namim ava~a dikumpulkan dalam waktu satu minggu

ra.tarata didapat

minimal 1 gr ~

m\lXIIL

Pi:nambaog lainnya juga

menambahkan bahwa selain dari basil u1alDa intan, pcndapaten bisa dipcroleh dari penjualan pasir, koral dan kerikil (Gambar 4.12)

95

a. Gambar 4.12. Pasir (a) <Jan koral (I>} sebagai h~sil ikutan penambangan intan Penelusuran

terbadap pendapatan

para penambang yang dilakukan

terhadap 77 orang penambang yang ada di kelurahan Sungai Tiung diperoleh data penghasilan per tahun sebagai berikut: < Rp, 20 juta (81,8%), Rp. 2040 juta (11,7%),

dan di atas Rp. 40 juta (6,5%).

Apabila pendapatan terendah dari

menambang intan dianggap Rp. 10 juta/tahun maka pendapatan ratarata terendah adalah sebesar Rp. 833.000,/buJan. Apabila dikurangi biaya BBM Rp. 20.000,

/hari atau Rp. 500.000/bulan maka pendatapan bersib terendab adalah Rp. 333.000/keluargalbulan.

Bila dibandingkan dengan penghasilan yang diperoleh

dari lahan sawab dengan produ.ksi ratarata 2.8 ton/hektar/tahun atau setara dengan Rp. 8.400.000,

/hektar ctikurangi biaya produksi Rp. 5.440.000,/hektar maka

keuntungan bersib dari laban sawah hanya Rp. 2.960.000,/hekta:r/tahun atau rata rata 248.000/ba/bulan.

Dengan tingkat kepemilikan lahan sawah masyarakat yang

ratarata hanya 0.6 ha/k.eluarga (20 borongan) maka penghasilan bersih dari sawah hanya mencapai Rp. 148.000/keluarga/bulan.

96

B~cta!!ATl<:an infQJ?llensam informan de.pat d.is1mpulkisn bahwa usaba penatnOOllgan intall yi.og dilakulQ.n Qlcb. r:na.syazakat lebih menguntwigkan dibaodingkan denzen usaha pertanian sawah.. Bclum Jagi adanya harapen yang selalu

tl!ftll/lfilll

dalam jiwa senae penambang bahWll di masa

yang akan datang mungbn $aja men
W\un yang lalu sanac famili dan rekan mereka sesame penambanA DWlgl!laminya.. Btrliran intirn den£~ 11ilai jcal ratusan jUUl rupiah bcrha~I ditemgkan di ICelurahMI

Sun~i Tiung <.1.W.rweya: mtan PW11pung (77 k~t) t11bu.n 2.Q02, i;ltAn NooOOa.tl (66 karat) tahun 2003, clan Iatan Gulinceang (22 karat) tahun 2004 (Distaro dan

.LH, 2008). Te~il

dC11gan relldahn)'n t1ngat s;ienernQAD intan old\ J)anl penaml;iang di

.KO'la 8anjal1\111l. i11fonnan dari Diru\S Pet1a1111><1ngiu1 dan I,io~

fifdu.p

meragukan bal terscbut. Sejak dit~itkailllya. Peroa Nomor 8 Tahun 2007 tcntang Surat K<'t.erangan Asal Tntan (SKA!) instw>S.inya bertugas mengeluerkan SKAT tersebut

dan menyatakan bahwa

~Qhqn

$.AI

cenderung m<;ngal~

pQning!wtan 11.ari tahun kc: tahWJ. Tahun 2<:tJ7 saa1 ~a bli pc;rd.~

~J!WJi;

SKAl di syahken baru terdapat 8 pemobon SKA.I. uhun 2008 ml:Ilingka\ mfitljadi 36 pemohon dan tahun 2009 samjMli dengan triwulan ketiga September 2009 teJa.h ten::atat ada 65 pemobon SKAI. Hal ini mc;r1gindi.lca~ ka.n dua hal yartu pertama,

1<es11dann imisayim1ka1 Ulltull mcnsunis ~~t ket~ran&an 11.5
')7

penemuan iJrtan di lahan-laium tambang rakyat memang mcnplami penmgkatan yan~ salah satlm)'a diJ)Cllgllluhi oleh pmgg11IU1anmesin data.in penaro.bang.an.

Ketika dikonfrontir tentang adanya keluhan penambang yang mcnyamkan sangat jarang rnenemukan mtan apalagi yang ka1 atnya besar, informan tersebut menyata~

bi~$ saja loka.~i (lCllAJJlbangannya sedikit mengandung intan,

atdU

tekaik peno.mbanga.nyang kurang tepat, atau bisa saja intan )"llllg dia perolea dia. jual ke pihak lain lantas pihak lain ini yang mengnrus pencrbitan SKAI. Hal

tcrsebut bisa saja tcrjadi dcngan beragam alasan, misalnya karena malas berurusan dengan bin;>kJa~i, 1e1n1)ltnyajauh., talcut dikenakan pungutan, d"'1 lain ~el,ag21inya

4.3.2. Faktor Rudaya Berdasarlcan pcnutumn informan konci tokoh masyar.1lal di Kelurahan

Sung:ai Tiung ~lrwa jauh sebelum J>Cflllmhangan inlall [email protected]\lll8kan mesin, penambangan w.tan yang dil~u.ka.n oleh mssyarakat di~p bal yang dckat dengan halhal gbaib. Karlll)!l pnda saat hu intanin1lUJ dengan karat yang besar sering ditemukan oleh p;ua pcna.mbang yang secara ekonomi terklltesun ssngat miskm artinya untulc memenchi ke~

ltidl)P. schoribarinya saja kesulitan.

Dari situ muncul ktl)C{i;ay3a11 masyarakat bahwa intan itu mC{llpo,bm bQJ.
«WP

5~Wiolab. int.an t~sebllt dap1.l dia)ak bicara dan akan k.ellllU

mcnampakkan din kepada pc:o111t1bat1g yang dikas ihaninya,

98.

Berdasarkan pemnuran salah ~

inform.an penambang yimg ditctnui

sedang malakllkan penyortiran
kepercayaan orang tuJU1ya dulu mcmang demikian selnngga sambil menyorur

mereka berkataka1a yang bensi permabonan. Salah satu ungkapannya sebagai berilrut " 01 gal11h.. a)10nnJ1 kaluar nah; lalct:ui jangan supan-supan nytl/ll01! kena ft_a.((m batutukar, baruslr.ah, gincukah, apa huja kena; ai galuh .... lt.odiJ maraskcih lawan kam: . " malman.Ya "hai

iat.an, a,yolllh k.eluar titlllk usah trulluro.du.bla:u

kcluer enak juga kami bisa belanja, beres, giocu atau apa saja, tidak kasi.hankah sama kanu ... "

SeJauh rnana keyakinan informan terlla(jap hii.l dcanikian? TnfQnl1an terseout mcnyatllkao bahwa ''kalau omng tua jl!lllan d.ulu. sangat meyakininya.. 11)pi kalau kami sekarang walaupun J;awi lllCtlgucapkan blakata.tersebut tani bukan scmatamata keyakinan akan penuoggu intan, melainkan sambil meogisi wak.tu supaya jangan terlah.1 sepi dan banya mcndcngar bunyi mesin saja"

Berdasarkan ~kwm inforroan kun<:i yang lain yang ~ pcmilik

modal

do.ri

mengatakan bahwa memang dalam melakubn kegiatan

penggaiian tcrutam1l untuk menggali lokasilnkllsi yang baru kami 'kadang kadang" bertanya dan mohon doa dari ~orangalim \mtuk keberllasilan ~ kami, Walaupun ~tunj Wt dari ~g

;iliro tefSebu1 tidak sepenuhnyalwni jadikan

sebai:s.i rujul
99

melakukan penambangan. Karen" intaa merupakan

barang yang !,ifa1Jlya sn~h

diprediksi kebcradaaora maka para penamb&.ng sering kctikn mau memulai penambangan didahului dengan acara memoeca doa sclaruat yang dipimpin oleh alim ulama setempat yang intinya memohon kepada yang Maha Kuasa agar dalam usabanya rnenambang intan diberikan kebc;rhasilan

Salah seorang' pcna!llbang mcngakui hal terscbut dan rnenambahkan

bahwa sampai saat ini tidak ada alat caJ1ggih ynng digunaken oleh penambang dalarn rnenentukan leuk lokasi yung akan digali. Oleh kerena itu titiK penggalian sebagian dit(;nlukan berdasarl:an infonnasi dari or.mg pintar. Din menamb;i.hkan,

tnctnQ.Dg tidek sC'\iap p(tlUljuk yang didapatkan dsn Otani: pinur

l&altang lokui

pcnambanll)lli tersebut tepat clan berhasil mcncmuk:an iniao, namun paling tida.k dengan adanya pctunjuk akan mcm1mbah semangal dalam melakukan penggalian. Ditambah lagi bahwa dalam mcmberilaut pewnjuknya para a.lim tcrsebut tidal pernah mC!mUtlklln akan k..b~m1daan intAD tctapi Qukul> dcngan m®gatakan" coba kal ian gali di dlle1ah S81la"' sebingga kttika pcnsmbang tidak bcrlissil 1m:ncmukan iaian, tidak menjadikan kekecewaan tcdladap pemberi pctunjuknya.

Nmmm ticiak

sdll!JJI

penambang m.asih m~Bb'Ullak.an eeracera ~

itu

dll.ltllll ro;:lak.ub.n usaha pc:o.amblilll!llD. i.otBJt fengaku;u\ s.alah sa.tu pcuambang yang sudab bcrhesil dalam ~

menambang iJitan menyatakan bahwa pendapat

masyarakat yang mengindcntikan intan den(!lltl penunggunya sering terjadi karena l)ercdarnya cerrta zaman

dulu dim.aria intan yang sudali ditcmukan oleh

sekelompok penambaug hilang dan pad.t

saJll ~

bezsamaan ke\ompok

penambang yang lain yang !ctai.nya ~rjaubaD mctMiapatkannya Dari cerita inilah

100

nta.'IYaralart menarik ke~impulan bahwa intan ~tmt

sda yang mmn;ndillan.

Ialonnan tersebut meaambah\an 11.lhwa intan bagi masyarakat setempet masi.h dianggap lmrang yang memiliki kandungan mistik dan dikaitkan dengan hal hal yang ghaib, bahkan sampai

SAAt

ini para pendulang tidak berani rneoyebut kata

"iman" dilokasi penambangan saat melakulran penambangan karena tak\lt intannya

akan pindah tempet. Has ii observasi 11:1 hadap para pcndulang terutama yang sedang mclakukan prMes penyorriran menguatk.an hal itu. Sambil mcnggerokkan linggangan mereka mengajak berbicara terhadap in~-intan itu $et)laho/ah ba.rang11ya 004 tetapi ti(.hk

kelihatan. Mereka mentanggilmanuil intan dengan S
Kalimatkalimat yang disampaikan

para

penambang dalam

mema:nggilmanggil intan pun kodang mernel~ ~rli orang yang scdang minta

d:ikasihaoi agar iman itu muncul. Tio.Ilk ada oanda tawa dalam ptoscs J)Q'lyortiian intan, bahkan ada scbagian pendulang yang sedang mcnyortir rnenolak ke.tika man diambil photonya.

Dari berbagai informesi tcr~ut ~i:ak bahwa raerijadi pcnaml;>ang intan untu.k sebagian masyarakat yang tinggal t.fi kelurahan Sungai Tfung dan selitamya tidak SQP!atamata meniadi mata pencab.arian dan ierapat menggantungktlll baiapan akan dapet m~gubah

1>3Sib dalam sekejap tetapi lebih dari itu

menambang iutan wdah m~nja<Ji trodfai yang turvn temurun dan mt;njadi ciri khas Qari pola kerudup
101

masyatakat secara alamiah ~hin$.Sll lmnakcJama.an usaha menamba11g menj(ldi semacam kebutuhan bagi genemsi berikvtnYil. Menunn pengalaman salah seQlllllg informan yang masih duduk di baogku Sekolah Menengah Ata.<:, menambang bagi sebagiM anakanak warga kelunihan SiW1ga.i Ti1µ1g se<>lah mcnjadi panggilan jiwa.

Apalagi

kalau dari

kc:ik.utscrtaannya meaambang iatan terseblll te\ab. di11Croleb basil yang cdatif besar,

McnUIUtnya tidnk jarang temanteman sebayanya mendapatkan hasil

sampai 3 juta dahm1 sekali mcnambnng. Oleh karena iru ada atau tidak ada perintah dari orang tua rnereka, mcnaml,lang intan diangap sebagai kebutuhan

sebagian anak-aruik muda di sekitar lumi ~bn.ngan.. Apabila merujuk pendapatnya Koentjaraningrat (1934) yang mendefmisakan kebudayaan dengan keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan basil karya manusia dalam rangka kehidupan rnasyarakaf yang dijadikan milik manu~ia dengM belajar, maka pabWl.t.an geu.erasi muda yang meo.e.kuni dan membiasakan

diri lkugan usaha

_p1:1ramaba.ngan inum di Kelurahan Sungai Tiung dapat dilategorikan seba~ budaya masyarakat. Permasalahan yang tim!,ul sekarang adalah 11.danya pergeseran l:)uQa:ya penambangan ill.tan dari sistcm ~omnbaagan tradisional menjadi penambanPI\ dcngan menggunakan mesin, Perebahan buday11. inilah pada gilirannya membawa dampak negatif terhadap kondisi lingkungan. Soemarwoto (2001) menyatalcan bahwa hudaya akan rn(lll1petlganthi sikap hidup manusia do.lam inem)lCl"lakukaP

linglamgannya. Saat penambang;in intan ma:>ih dilakukan sceara manual de:ngan penggaJian lobangdemi lobang dengan ukunlD mahiIDal

&ni dan kcdalllmiin

102

maksimal 8 m, walaupun seeara (;koll)gi k"gia1an tcrsebut lctap memba~ pengaiuh negatlf terha.dap k.ond.isi lingkungan scliw, namuu proses UQimalis&$i

dan akibatnya tidak separah dengan menggunakan mesin, Bahkan lubanglubani: bckas galian tersebut pada saarsaat tertentu justru berf1mgsi sebagai penyimpan air h1,1jan dan meni11gkatlan lcesubur3n tanah. Masuknya tenologi dan para pemodal dalam usaha penambangan inlan tidak dapat dipungkiri t.elnb menggeser budaya mnsyarakat yang tadinya

melakukan penambangan intan hanya untuk rnengisi walmt scnggang sekahan mcngadu nasib ml!'lljadi tujuan hisni$ dan mQlgtj~ k.euntungan yang htlrlipat

grut
4,3.3. Fslitor Kebljakan

Menurut informsn kurei tokoh mallY$1'3lcat SWtgai Ti1JJ1g ~ahwa p'4a da.saroy11 llla:lyarull.t di Kelurshan Sungui Tiung merupakllll tm1Sy1&rak.at yang patuJ1 dengao hukum. Berbagai program pemcrintah yang ma3uk ke Kelurahan Sungai Tiung selafu disambut deogan antusias oleh masyarakat. Demikian juga

dcngan pengelolaan pertaml)ang;1.11 intllll, asal ada sosialisasi yang mcmai;lai dari pemerinteh tentang peraturan penarnOOllgan intan, maka masyarakat akan berusaha melaksanakanya. Ketika diloonfronlir

tentang

peruyataan beberape informan yang

berasal dsri penambeng i11taJt tentang tidalc: perlunyu pengamran peroerintah dnlam ~

penarnbangan intan kan;na sudeh ot~IP\

IL~ha turuntemurun clan

dilakukan
rane pai.uunbir.ng mungk.iu saja ada sebagien yang bersikap dutuk1an

103

nam1m ha[ tcrsel;nrt 1idak berarti l)ahwa scmu.a panaml;lang memilik:i sikap ~eperti ibl. Bagairoanapun dengan adanya kl::bijakan yang jcw dae a
bagi para pelanggiu akan menimhulkan kel!atihatian bagi para pcnambaog, asalkan peraturannya disosialisasikan terlebih dahulu kcpada masyarakat. Bmla.~kan informasi Chri infqrman kunci Selcrefaris Kelurahan Swtgai l\ung. bahwa rnemang selema ini belum ada upaya. yang sungguhsungguh dari pemerintah daerah untuk metakukan pcnertiban kegiatan perembangsn intan

ra)cyat. Pemah ada satu atnu dua kali acara sosialis113i yang dilakukan dines terkait pad3 tahun 20022003 yang diha.diri oleh sebllgian penambang di Kehsrahan SWI~ Tiung, n11JDun tidtk ad.a tindak lanjUll1Ya. Hal mi dibcnarkWl olcib. Camal Ccmpaka yang mcnyata.kan bahwa di Aula Kecamatan Cempaka pemah ada !'a.tu kali kegiatan sosialisasi pc.ratunui dnel'llh teirtang pengelolaan peni\Jllhangan intan rakyat, narmm s~elah itu pihak keamatan

tidak pcm~ 1ertiba1 lagi" dene;m

kcgiatanl<eb>iatan setupa, Pengalruao salah seorang infoonan Js:unQ yang mengopensikan beberapa mesin tambanl:! terkait dengan keberadaan bebijakan pemerintah
~osialisasi yoog diterimMya d!Mi kecameran, namun saat itu yang bersangkutan tidak d<tpat hadir dan mengurus sclah seorang pekerjanya untuk menghadiri acara tersebut. Namun dcmikiao pada prinsipnya menurut infonnan kunci tersebut

bahwa para pensmbang yang ada di Kch,auhan Sungat Tiuns siap meota11ti peralur.111 yang dikeluarkan pemeriutah aalkan pcmronlll.h juga peduh dengim para penambang, Ketika ditanya tentang kepldu.li.311 ~

apa yang diharapkan

104

.. ,

para~.

imQI]I)an kunci menjawab "jangan sumpai pemerintah mengptw

pena.mhQnga:n. hanyq karena mengmgi>1ka11 tetap1 [ll!rhatrkanjuga

mq,
nasib penambang yang htmrpiT setiap t<J/Jun 1e/Q/.u saJll ada

korban 11wa karena kece/akaan, hahkan pemah dalan« setahun sampat 6 orang yang menmggal karena kelongsoron tanah". l?eroy~ :)(~

pemerintah melakukan

j1,1g
dioyat.akan olc:t~ t1ai:ll. infonn~n yang berasal dari

pengaturan

usalu penambangan intan agar tidak

mcngganggu usaha laimtya. 8c:i:d.allarkan pcroJal~!l

dati bQ~iipa. infuonim k~(

dsn iufoc:i:uan

tersebut dapat disimpu.!kau b~l!wa pada da.samya pam pelaku usaha. yang ~dait deogan penainbangan rntan di kelurahan Sungai Tiung tid11k keberatan dengan adanya peran,ran yang dikeluad.an eleh ~

~baogao

iulan di. dacrahnya

1,lllt\tk mcngatur usaha

Ad:i.l!Ya JlWlbukam \a!l!IA \awati

~{l!U

besa(

beman lllltuk dijadikan lahan penambangan intan, setam dipengaruhi olch fal®r ekonomi, dan budaya masyarakat yang telah menganggap rnenambang intan

~ebagai pencaharian iunm temurun jugs di~garubi oleh tidak adanya upaya

Ujlay11 J!l:tlga"'asa..n. dari pemeriJi.lab. da<;udt k.b.11.S•J£0.ya. l)i_l'.llL, !.'erti!inl,<msan @.ii Lingl(!!!l.!f
Pertambangan dan LH Kota Banjarba11,1 bthwa ~~unya

payunghu.lrum yang

dibara9ka1t daJ!a.t meu&ell.dalibrt. kc:gji!twl j21:tWR!llJ.ngila i"{lt.3n ~akyat adalah Pf:t'~l!lfl!ll f)3~rah Nnmor 5 T;ih1111 200?.1~

Pengell'.llaan Us.l\ful. PcrtambangAt\

!OS

Rakyat Ballan 01ilian Strategis dan Viul (GolQngan A dan B). Namun setelah

adtmya intruksi peJUlhentian <Jan pc~butl)llpclm11n1J1n perd& tersebut dari Mentcri Dalam Negeri

secara 010tll8.tis upa.ya sosialisasi, penertiban dan

pcngawasan kegiatan penambangan intan rakyllt suli1 dilalsanalran. Padahal saat masih berbentuk Ran~g;m Per:rturnn Daersh (RAPERDA)proses !!Qsialisa~ dan

pembaha:;a.n ~lab dild
rem pengusaha,

penambengan intan. dan LSM schingga te!ah dicapai J;ata

sepakat untulc mensyahkan Rapeula mcnjadi Perda. Bahkan pada awalawal Pajalr dim

pcmberlakuan perda tersehet mcnurut cmtan Kantor Pel~

Penjinaa Teipaciu (KP3T) Kota B
petaksanaan pe1danya

dihentikan pada tahun

herikutnya, mab anru.,ia.spe11am.t>ang umuk mene11nr.~ijin wn $urul

Menurut lllfomaao. ~ci Kctv.a Komisi C OPRO Kc:>ta Banj~

bahv.a

proses sosialisasi Raperda m~njadi Perda Nomor S Tabon 2002 mcrupakan proses yang paling alot d1b1U1dingkan dengan perdaperda )'llllg lain. Untuk pengesahan Raperda mmjadi perda dipt>rlulcan walctu scl.ifa.r safu 1ah1111 karcna rapcrda nya su®h jlldi !"'~ awal tahon 2QQ I di.II\ baru llis~il!l m1;uj~di ~dll. pada M~ 2002. Sclam11 masa satu tahun inilah dilakukan sosialisasi lentani: ral)Q'da terscbet kepada masyarakat. Meskipu11 konsepnya berasal dari pemerimah, oamun seteleh melalui berbegai dislcusi dan pembaha$Jn aldllmya ma~

dan men«iroa k~~iidll.Wl pcrda tc~

tn~

sctuju

M~yv.ngku1 isi pcrda YlLlli
cukup berat untuk skala p;tiambangan rakyat, itulah konsekuensi peraturan. Lagi

106

pula perda tersebut tidak: serta m~

lahir, melMnk:ul mcrupakan penjabaran dari

peratunn pecundang·11uJangan yang h:hih tinggi yang mangatur pertambangan

tentaog

yakni Undalll,\·U11dang nomor 11 Tahun 1967 clan beberapa

kep\1tu.~an menteri terkail Beberapa ketentuan dalam Perda NOlllO! 5 Tah\m 2002 1erseh1,11 yang

memuogkinkan

adanya pernhatasan

usalia

peoambailgan

iutaIJ antara lain

sebagaimana tertuang pada BAB IJJ tentang Kmntuan Perijinan Pasal 3 ayat ( l) dinyatakan "Setiap kegiatan pertamhangan di wtlayah !rota Banjarbaru yang

diusanakaa oleh ~=gan mau11un kelompqk wa.jib memi!ikl surat ijin pertambangan rakyat daerah ( STPRDr. Selaajumya Pasa\ 9 ayat {I) hUTUJ) a.

Dinyatakan bahwa SIPRD dapat

dictlbut apabila kondisi penambangan

membahayakan !Jagi Jingkungan hidu p dan kcselarnatan rakyat setempst. Pasal ini s:>.ng.at penting artinya rnengiagst seringnya jat\il korban di lokssi penambangan

intan, ~eb~imaD3. yang terjadi selarna kuxu1' 'vUtu 20062007yaug mmelan korbanjiwa sampai 6 orang. Adapun menyangkut isi perdanya sepdin, menurut informan kunei dari

Kepala Bagian Huk\lm S~ K~ Ranjarl.mu meicyatakan bahwa Perda Nomor 5 Tahun 1002 :ieoogiau besw isinya mcDgJ.dopsi Un.unda.ng Nom.or 11 Tahun 1967 tentaag KetentuankcterttUan Pokok Pertambangan dan Peraturan Menteri Pertambangan tlan Energi Nornor 01.P/20\JM.PE/!9&6

tentang

Pedoman

Pengelotean Pertaml;Jangan Rakyat Bahnn GaJian Strf;t~gi$ dan Vital (Golongan A dan B), Apal>ila. isi Perda iersebut m<ml41\g tedalu.berat untuk dilaksanakan para penambang

malca nu akan dlX.aji secara bersama llll1aia pemerilllah

dan

107

masyarakat

t~tang upaysupaya altematif yang dapat (!ila.lruQn agisr kebijakan

bisatetapdil~. Oengan adanya intruksi pencabizan clan penghentian pelaksaraan perda tersebut akhirnya upaya ix:ngelolun usaha penambangan inian rakyat menjadi gaga\ padi,hal dasar l)l!!l~n

yan~ dik«lvarlcAn o\eh Metldagri sendiri tid~k

kuat. Menurut infonnan kuoci Kabag Hukum Sctda Kota BanjOibaru bahwa adanyu surat intruksi dari Men
hahwa Peratur$ll Daeraa Kola .Banjatbaru NomUT '.S Taliun 2002 1e1\tanS

Pengo:lolaan Usah.a Pettarnbanf.lln Rakyat Bahan Galian Slrll~i:is dan Vital (Golongan A dan B}, bert~ngan dengan Perundanguru1anganyang lebfh li.nggi yakni l]ndangundang Nomor 18 Tahun 1997 tcnll\~g Pajak I)aerah dan Retribu$i

Daerah sct>agaiwana telah diubah qengan Un¢ulg11Ddan3 Nomor 34 Tahun 2000, karena pertambangan bahan galian goloago.rt A dan B bukan merupaksn kewenangan Daerah dan t\\l"ha.dap baaan galian g<>loogan fl. dan B. telah dikenakan punginan penerimaan Negara Bukan Pajak berupa Landrent" Pada kenyawinya ~

Kota Ba.nj~u

pertambangan iman rakyat yang beroperesi di

diici sejak usaaa (etsebut ada. sampai (etbi(Irya Perda Nomor 5

llll:lun 2002 belum pemah dikenakaa pungutan bSJ.k oleh pemcrintali pusat maupun

1()8

pemcrintah daerah karena keberadaan usaha pertarnbangannnya sendiii merupU.an kegiatau yang belum memiliki dat:rah.

tiin (illego() baik

ijin dan pemerinlllh pm:t.lWlu.pun

Jadi bagairnrui11 mungkin pemerintah pusat menyatakan bahwa

pertambangan intan rakyat tersebuttelah dikenakan pungutan berupa Landrem.

Pcraruran ~

NQmqr 5 Tahun 2002 diterbitkan guna mengamisipasi

semakm meluas dllD. ti~ ter\."elldaliuya kegiatan pertambanga.n intllll ro.kyat di Kota Baajarbaru.

Kehadiran Penta ini dilwaplran
kerusakan linglcungnn sebagai akibar pertambangen intan n.!..y.it yang mak:in

itt1:Cnsif di awal Uhun 2000an. Jndi~i tersebut 4\lpat dihl12t pe4a isi $Lilah $111\1

pa.."lli yang mcmberiksn batasan kepada para penambang untuk mdWanaka.n ketentuanketenaen penambangan,

Sebagai salah satu contoh pada pusal 25

dinyatakan sebagai bcnkut : (I)

Pemegang SJPRD y,11jil;I memberikan

perlirnjungan dan memelihara

keselamaian ~j
Pernegang SJPRD wajll) IDCl\gembalikan, mcnimbun kcmbaH be~bi;k.a.s ga!Uui sedemiban rupa sehinggatidak ~irobul.\wi ~I) dan m~ugikan

kepentingaa umum, (3)

Pemegang SIPRD wajib untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan sebagai nkib:rt dari pcoggali$11 penambangan yang dapat menimhulbn

ke1ugian bogi masyankat

\09

(4) PemcgmigSIPRD wajib m~iham k~~lamatkan

flmah dan

mencegah erosi y~ dapat m~bkan p1:0.1.et1d.apao dao. pendangkalan sungai serta men1,'llsahakan kelestarian tata aliran sungai. (5)

Pcmegang SJ.PRD wajib mengamankan sumbersumber air dan melestankan

~1nn~air.

menggunakan alatalat berat dan hahan peledak, (7)

Pemegang STPRD diiji11kan

menggunakan pompa air dengan renaga

maks i ma! 25 ( dlJll p.vluh I ima) PK.

Melalui l:etentumketentuan sebagaimana pasal 25 di atas, teriepas dari apakah peraturan terscbut akan efektif atau tidak di lapangan yang jelas pemerintah daerah rnemiliki l)aYUllg hllkum untl,Jk meaemuken langkah!angk.ah berikutnya apabile kebijakan IJ:isebut ~

'

berhasil

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5•.1. Simp•lao BerdaMCkan hast! temuan J)llda pcnelitiaJI yang sudah dilakukan dapat

ditarik :o;im11ula.n !
berikllf :

SC(jarah penaro.banglll.l intaa di {
zaman kerajaan BanJar (1526· 1612);

Jepang (1612·1945); (3}7.am.an kemerdelawl (1945sebr.111g). 2. i:'rnktik perW:nban~ int~ aikyat yang dilaku.btl

olia 1.1W)"4nllurt di

Kciumh!ID Sungai Tiung Kora Banjarbaru merupakan usaha tuNn ternurun yang dilakukan olch masyarakat secara sedcrhana sel.'lllgni warisan trud&ya seka/lgus

~el;iiigiri sumber mata ~an. Mulai bed:c;mhang sejak

<J\lcmukwulya

io1an tri~kli pada ta.lwl' 1~~ J~

1J1e.ai4Sulci pc:ri~

penggunaan mesin sejak tahun 2000 sehingga meropcnganilii alib funcs:i lahan sawah. 3. F llk!Orl'ilktor Y""g mempengaruhi

inten~ilikasi

pertambangim iDtan dan

m~mJorong alih fun~i Wian sawah menjadi lab.an pc:rt:ml~

d.i K<:lunha!l

Sungai Tiung Kota Baryarbaru adal.ah: a) Faktor ekonomi yaitu rew:bhnya peod&pata!I masyafftlt dari Jablln sawah yang hanya meocapai ratarata Rr. 14a.OOO,~'ke]Wll'gal~ula11 diba.ndms!atn

111

dengan

pendttpatan ditri ment1111bsng inlan det1!!,8ll ra
minimal ~d:>esar Rp 33'.?iOO
berlong~u111:1 sampai s~ ini. l)nsur l:n}daya masil! digun21.l<m1 mas)'arakat da.hm poneJituan lokssi penlllD.bal!gio.. d8n tradisi periyortiml i.ntan.

c) fa.klur kcbijllkan yaitu tidak terlaksananya Peraturan Daerah Nomor !i TahUD 2002 tentang Pcngdolann Pertamb:uigan Rakyat Bah11.n {ialim St~e~is dlln Viial (Gui A dan B) tcla11 rnempen~hi terba.dllp ioti:»s•fimi

usw

Iahan pertamllRn~

~beA1:4n illll.D r;ik.yut ~,rti pcni11i:lr.ottUt 1.1111S

peni:ng!;aun penggunaan mt.o,in, dAn pengingkllfan

kerusekan hngkwgan.

S..Z. Suran B.erkena;1n
Me11gmgat usaha 'l)Cmm!Jaugan inlan rakyat di Kelumhan Sungai Tiung

fliida khususnya dan Kccamallm Q:topnka pada wnumnya sud.ah mefllOllkan (radisi y~ng turun temurun da.n rnenjadi salab ~tu ma(a pem;~llll

ulllrna

bogi sd>agian masyarakar maka disaranbn adanyd upaya-up;lyapcmbioaan dari pemerinteh daerah ai,rar kegialan penambangan intan ra.kyat i=ebuc

dapa:t berjalan secara berkellllljutm. J>embinaan tersebet ini~lnya tekni~ pi::mv.nb~. pellltih;i.n kesi:larnallln daJI keam.anao kerja, dan P~!Ollgllll Pertama µ11!a t.<ect::lakaan

l12

2.

Mengingat bahwa poten~ ~~UJ

jn(an

~!! ierlcend11nr. di IQkasi pertambangan

~rs1fiJ.~ t~ta:> Sl
dilliaTkan menjadi hwan.lahan tcrla.ntar, .maka disarankan adanya pcngkajiao tentang metode pemanfaatm lahan belcas pertambengen intan agar dapat bt':t'rTlanfaal dan mengha~lkan

pertmiNn.lia.n

i.ntan

triiai tlll1ll?ah ~gi

bcirhco.ti. B~

masya:alatt

~e<elah

kc:W3twi yung Ws>m Jd~_ubn

di

Iokaai bekas penambangan .misalnya.: ix:nanaman tanaman .kayukayww di Jahanlahan .lcosong, budrdaya ikan sistem kerambaljaring apung, dan program wisatn tamf?ang in
3.

l;ntuk mc:J:1ghin~ri mW..in 11:1.<:I~ dia.kfu.ackan aleh ~rlamlwlgan

kenmakari. liJl!lkungan yaJlg

iman, disarankan agar segera dibuat dan

dibeJlakukan kebijakan pengelolaan pcrtambtlngan intan Bkyat untuk mc:mudahkan

dalam

\lCffibinaan

dan

('Cngawa~

dengan

letap

mt
Hal tersebut antara lain dapat ber.upa .kehijaka11 pernhatasan laban penambaagan, kerjasama pengelolaan laban besas pena.inbangan, dan ~ngcndaJian dampak penamhanwin.

DAFfAR PUST AKA Buku - buk 11 : Azwat, S. 2005. S1kap Manusia: teort dan puiguhnarmya. Yogyakarta. Pustaka Pela Jar. Afmosuditdjo, P., 19113. Seiarah EhJnomi buionesia Dari Se~i Sosiologi Sampai Akhir Abad XIX. Jakarta: P.radnya Panlmi1a.

Antemas, A

[97\.

Orang-Orang Terlcernulrt:t dalam Sejaraa Kolimantan:

Banjarmasin Anggraini Features.

Bondsn, AMK. 1953. S11IWI Sed;arah Ka/imanlan.B&njarmasin: Penerbit Padjar Creswcil, JW. 1994 Desain Penelinan: Pendekatan Kualuauf dan KuunJilat( Alih Bahasa Angkatan Ill dan I\' KIK Ul kerjasama Nur Khabibah. Jakarta: Penerbit J<.lK Press Dslimin, 2007. Sedimentasi Sungm Sehagai Atibat Penambangcn !ntc»1 Rakyat.

Dinas Pertambangan clan LH Baujaibaru. Tidak dipublikasikan,

Deptamben, 1995, Kiias Halik 50 Tahunl'enambangun Llmumdan Wawasan 25 Tahun Mendatang; Jakarta.

Hayase, Y. and T. Masumoto. 1998. Oversea. btvestigationReport 1998. Project Trade and Environment. Agricultmc, Forestry and fisheries Research 0>W1Cil, MAFF Japan.

Lindsay, Jonathan M , 2000. Creating Legal Spac.< for Commumty Based Management. Bangkok: Thailand RAP Publication. fvlitchel. B. Setiawan, B. dan Rahmi, DH 2000. PengeloloanSumber Daya Alam. Y ogyakarta: Penerbit Gajah Mada University Press. Moleong, L. J.

2006.

Mett.JM!ng1 Penelitian Kua/;tatif

Bandung: Pcnerbit

Remaja Rosdakarya, M..QN, N.

l 987. llow

to do Rt:=¢.

Teti~a!iatl Elly Su~ik...uS11mah..

Bandung: Penerbit lnstitut Teknologi BaMung, l 995. Hardjasoematttri, K. 2006. Hukum Tata ltttgbtngan. Yogy.tkar!a. Gadjah Mada

University Press Hart, H.LA., 1961 The Concept of Law. Oxford, England: Oxford University

Press. 113

ll4 Husin, S. 2009. Penegalcan Huaon Linghmgan di Indonesia.Jakarta. Penerbit sinar Grafika Offset. Nasution, S. 2002

Metode Research. Jakana: Penerbit Bumi Aksara,

Nazir, M 2005. Metode Penelition. Bogor: Peeerbit Ohalia Imfonesia. Bohan Kuuah Tambang. Terbuka. Program Studi Tekmk Perrambengan Universitas Lambung Mangkurnt. Banjarbaru.

Nurhalrm,

2003.

Odum, f. P. J 998. Dasur-da.~a' Ekclogi Edtsi Kuiga. Yogyakarta: Gsdjah Mada University Press. dan R.K. Turner. 1990. Economics ol Natural Ri:sources F-nv1ronmcnf. Jiarvester Wheatshcaf. London.

Pearce, D.W.

Ra.hmawaty. 2002. Restoras: Laban Bekas Tambang herdasarkmi Kaidah

Ekologi. Medan: Faperta USU. Roi.'CT~. EM. Dan Shoemaker, FP. 1981. Mtmwyarakorkan 1de-uJe Ban: Terjemahan Hanafi A Surabaya: Usaha Nasional. 1958. Baryarmas111, Selayang. Pandang. Mengena1 Bang/citnya KerlJ)""n IJaiyarma.vm, l'<>SISI. 1-'1111gs1 dan ArltR)lfJ i)a/um Sa;arah lnd<>nesia Dal am Abad ke-I 7. Bandung: Balai Pendidikan Guru (BrD}.

Saleh, IM

Salim, HS. 2008. H11k11m Pertambangan. Yogyakena: Penerbit UII Press. Salim, HS. 2008. Hukum Penambangan di Indonesia. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada. Sarwono, SW. 1 ~5. p,.,kologi lmglc1111gan. Jakarta: Or.isi.ndo.

SeidmJln, dkk. 2001. Legislative Drafting fur Democratic Social Change: A Manual for Drafters. Boston, Mass.: Kluwer Law International. Sign, S.

1996, l'oterm Sumbedaya Mmcral dun Kebangkitan Pertambangan Indonesia, Jakarta: Penerbit JMA.

Silalahi, M.D.

200 I. Hu/cum J,ingbsngandalam Sistem J>enegakun Hukurn

Linglcungan Indonesia.

Band\lllg: Peaerbit Alumni.

Sim3WJ)*\'l.gM. datt. SigiJ S .• \992. l'cngonJar ['ertaml,arzgc,:n [ndonesta. JalJM\a: Asosiasi Pertambaugan Indonesia (APl). Soemerwoto, 0. 2004. Ekolog i, Linghntgan Hidup dan Pembangunan. Jakarta: Penerbit Djambatan.

115

Sugiyono. 2008. Metode Penelitum Kuontilatl/. KuafitaJifdon RD. Bandtmg: Penerbit Alfabeta. Sunaree, S. 2008. Hukum I'emermrahan Doerllh di Indonesia. J~. Peoetbit

Sinar Grafika Offset. Potensi Sumhetioya .l.1ineral don Kebangkttan Pertambongan Indonesia.. Pidato Imiah Penganugrdhan Gelar Doktor Honoris Caasa, Peerbit IMA, PT Adaro !Jldooesia, PT lNCO tndonesia dan PT Ingold Management.

Soetaryo Sigit,

{996,

Suyortono.

2006. Pe11gelnlnan Pertam/Jar4?,an )'(ll11? Bat/I. (Good Mining Pracuce). Jakarta. Penerbit, PT. Mutiara bumi.

Walgito. B. 2003.

Psikologi Sosial Suatn Pe11.gantar.

Yogyakarta. Penerbit

ANDI.

undanguuda:ag. Peratunm, Keputusaa. Dekllmcn, apon1.11 ()ndangundang

Nomer

11 1tlhun 1967 1enlang Ketentuankc;tentuan Pokolt

Pertamban ga n Peraturan Pernerintah No. 3?. Tahun 1969 Tentang,Pe!aksanaan UU No. 11 Tahun 1967, pasal S ayat (4)

Peraturan Menreri Pett.amb&ngan dan Ei1Cfgi Nomor Ol.P/201/M.PE/1986 tentang Pedoman Pengelolaan Penambangan Rakyai Bahan Galian Straregis dan VHal (Golonga A dan B).

Pcramran LJaerah KQta 13nnjarlmru t/Q111Qf 5 Ti\!1_11p i<m ~ma!'lg l?~ge!Q!38!t Usaha. Pertambangan Rakyat, Baban Galian Strategis dan Vital (Golon!Jilll AdanB). Laporan, Buku Profit, Peta H1drugwlogi, Peta llidrologi, Dan Peta Da.rnpak Lingkungan. Dinas Pertambangan Banjarl)aru Tahun 2005.

dan

Lingkungan

Hidup.

Kota

Laporan Pemetaan dan Sedimentasi Sungai Sebagai Akibat Pettambanga" Rakyat Intan. Dinas Perindostrian, PerdagangaD. Lingkungan Hidup clan Energi. l(ota BaiJj~N 1()()$.

Ekspose Kdurahan Sungai Tiuog

Tamm

20072008 dalarn rangka Lomba

Keiurahan Tingkat .Kota Banjarbaru Tahun 2009.

\16

Andr«n. WiJJiam L, 2000. F.nv1ronmentq/ T..l!W and intemanonal As.~istance'. The Challenge of Strengthening Envirorunental Law in the Devclopmg World, 25 Columbia Journal of Environmental Law, Vol 25. hal, I 7, 27. Hamdah, Siti. 2002 Perubahan Lingkungan Fi11k di Areal Sekuor Tambang, Tesis Pasca Sarjana Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Y ogyakarta . Ilham, N, Syauka Y dan Friyatoo S. 2008. Perkemhangt111 dan Faftor-faktor }'Mg mempengaruJ11 Ko11Vers1.T.ahan sawah' Serta Dampac Ekonominya. Jurnal

S~ialBl>.onomi Pc::naujan dan t..gribisni.<, PuSllt Pengcmbangon Sosial Ekonorru Pertanian, Boger,

Pem:li.ti.an d3n

Irawan, B. 2001. Pencad!tt1Sll" Lahan Pettaman di Jawa Bagi Produksi Pangan dan Upaya Pengendaliannya Paper Kebijak.sanaan. Pusat Penclitian Sosial t.k1momt l'ertanian. Bndan Litbatl.ll Pertaman. (Tidak.dipubltkasikan). tiawM, D. 2005. Konversi Lahan Sawah : Potensi Da.mpak, Pola Pemanfaatannya..

dan Faktor Determinan. Forum Penelitian Agro Ekonomi Volume 23, Nomor I. Juni 2005. Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, Bogor.

Isa. T. 2006. Strategi Pengcndalian Ahb Pungsi Tanab Pertanian, Makalah pada Seminar Mulufung.si (Multifu.nctiomlity of Agriculture), Begor, 272& Juni 2006. Ilalai Jamal, E. 1997. Dampak Alih Fungst Lahan Pertanian ke Non Pertanian Terhadap Petani Berlaban sempit dan Buruh Tani: Studi Ka.sus di desa Belendun.g dan Wakalar, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Laporan Peneluian. Toy0la Foundation (tnccntive Grants Programs Liason Desk). Kasryno, F 1999. Pema11.faatan Sumber daya Perta.n.ian dan Pengembangan Sistem Usaha Pertaniaa Menuju Era Globalisasi. him. 294 J dalam Rusastra l.W.

el

al. (£els.): Dinamlka loovasi Sosial Ekonomi dan

Kelembagaan Pertanian. Buku J. Pusat Pcoe.litian Sosial Ekrumroi Pertanian Badan Litbang Pertanian, Muhammad, C. Shidi Agenda Tenemhunyi cli Balik Ko11traf Karya dan Operasi Tambong. !NCO. Makalah Temu Profesi Tahunan {TPT) IX dan .Kongres fV Perlrimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (PERHAPI), 14 Spetember

2000.

11.7

Na.~netiQn, L.I. 2003. Konversi Laban Pertanian : Aspek Hukwn don Implemenmstnya. Dalam .Kumia dkk. (eU5). Makalah Seminar Nasional

'·"Muluf~i Laban Sawnhdnn Konvc;TSi La1u.n Pertsnian". Posit Perelinan Badan Penelitian dan

dan Pengembangan Tanah dan Agroklnnat, Pengembaegan Pertanian, Bogar.

Nasoelion, L.l. 2003. Konversi lahan Pertanian : A~pek Hukum dan hnplementasinya. Dalam Kurnia dkk. (eds). Makalah Se minar Nasional "Muftifimg,$i Lehan Sawahdan Konversi Laban Pertanien". Pueat Penelitian dan Pengembangan Tanah daa Agroklimat, Bruhn Penelitian

dan Pengembangan l'(:rtanian. Bogor,

Nishio, M.1999. Multifunction Character of Pa4dy Fanning. Paper SecCllld Group Met:ting on the Interchange of Agricultural Technology Information Between Asean Member Countries and Japan. Jakarta, 1618 February 1999. Sihaloho. Martua. 2004 Konversi Laban Pertansan Jan Perubahan Srruktur Agraria. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Bogor: Institut Pertanian Boger, Sirnampaog, P. den .13. Irawan. 2002. Pengendalian KQDV~ Laban Pertanian : Tinjauan Ulang Kebijakan Laban Pertanian Abadi. Makalah Seminar Nuional~Multi(ungsi dan Konvcrsi Laban Pertanian", 25 Olct.ober 2002.

Badan Peneliuan dan Pcogembangan Pertanian. Uepart1;men Pertantan, Jakarta.

Sumaryanto. Syahyuti, Saptana.. dart B. lrawan, 2QQ2. Masalah Pertanahan di Indonesia dao Implikasioya terhadap Tindak Lanjut Pembaruan Agraria. forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 20, Nomor.2, Desember 2002 . Pusat Pcnclitian clan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian. Boger. Utomo, Mubajir. F.ddy R, Abdumuthalib T. 1992. Pembangunon dan Pengendaltan Alih Fungsi Lanan. Universitas Lampung. Badar Lampung. Wibowo, S.C. 1()(16 A11ah
Kemeeterian Koordinatw Bidimg Perekoooman dengan Pusat Studi PembanguoanPertarnan dan Pedesaan (lnsribit Pertanian Bogor). Jakarta.

http://miliiwae.bloesoot.com/2007 /12fintanmartapura. html download tanggal 21 Juli 2009jam1,.31 wra.

118

Pandua.11 wawanc;ara uawk worman kuncl

tokoh masyaral.ult, penambang. aparat kelurabaa

ALIB FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN KE AREAL PERTAI\oIBANGAN INT AN (Studi Kasiu di Kelar.ihau SUDglli Tiuag Kota Banjerbaru)

L

ldentiw i11form1111 l 2

..... ·········-··"····"· .......... ·········

Nama Jenis Kelamin

~--·

3 U1.1111r 5. 6. 7. 8.

P~ndidilcan terakhir

,.,,,

Pekerjaan pokok Pckerjaan .sampingan Jumlab anggm kchwg

9. Pengalaman meaambang

11.

·

..........

4. Agama

,

,

,

· ,

,

0000

,,

·

.

tatr.J11

.

., .. ,,,,Ho"

......................................... ...................... ·· .. . . . . . . . ,. . . . . :

.. ···

·······-··········

,,

..

..

.

tahun

hlfonmui tentang sejarsh pcnambanpn iaWI di Banjarbaru L Bagaimana sejarah penambattgllll Uitan di Kelurahan Seagai Tiung pada masa penjajahan7 2. Sejak Kapan rnasyarakat Sungai tiung melakukan usaha peoambaagan intan? 3. Bag.Umana kondisi pcnambungan int.an di Sungai tiung pada kurun waktu 1965 I peristiwa besar apa yang terjadi tetkait deni:an penambangan intan pada tabuntallun itu? 4. Sejak kapan pin

penambaeg mu)ai rnenggnnakan mesin dalam. usaha

penambangan intan rakyat? 5. &g;iimana sistem kepemilikan lahan yang dijadikan lahan pcmmbangan intan? Bagairoana sistem penambangan yang dilalrnlcan oleh masyarakat menyauglcut modal kerja clan pembagian hasil tambang? 6. Bisa diceritakaa

proses t)CMIDbanglm intan

sceara manual

den

perbedaannya dengan cara .menggunakan mesin?

7. Sejak tahwi berapa pengguoaan mesin dalam penambangan intan marak digunakan?

119

K Apa $3ja dampak yang dirasakan eleb masyarakat pada ~erapa

rerakhir akibat adanya penarnbengan iman '/

tahun

9. Bagairnana proses jual beli intan (pemasaranJ yang setama ini dilakukan ? Adakeh kendatakendala yang dihadapi dalam pcmasaraa fiasil tambeng? IO. Bagaimana proses terjadinya alih fungsi lahan persawaban menjadi lahan pertambangan intan? IH.

.Faldorfu.ktor yang mempengarulli alill fungsi lahan

I J. Bis.a Bapak jdasakan bagaiman asal mula masyarakat secara kompek menggarap lahan sawah yang mereka miliki untuk dijadika» lahan tambang intau? 12. t.\pu y3ug m~l
r 7 Selaiu

y.i.1ig sudeh dtjcl«.S~1m
120

La.inpiran 2. Panduan "MIWanc2H'll untak inform11n kunci

Aparatur Pemerintah

AUD FUNC'.81 LAHAl'I PERSAW ADAN KE AREAL

PERTAMBANGAN INTAN (Stndi {<,S\l.~ di ~lu.oib.a.l!. Snugai Tiu~ Koa 5aojarbani) hlentita• informtn

J.

Nama

1

2. Jenis Kelamin 3. Umur 4. Agama

5. Pendidikan r.erakhir 6. Instansi 7. Jabatan

U.

.... ·········· ······ ................................................. :

................................................. ................................................. ................................................. ...............................................

. :rabun

1JlforU1asl Um~w Keb(iakan Pcnge.lotaan Perta.mbangan llltan Rakyat

t. Sej11uh mana kebijakan yang dtambil pemertntah daeni.!1 dalara upaya melakukan pernbinaan tcrbadap porn pcnambanga intan rakyat1 ?.

Fakta menunjukan bahwa dcngan bt..k.embanganya kcgia1an penambangaa intan ralcyat telah menggusur Jaban sawati menjadi la.ban pertambangan intan, apa kendala yang dibAdagi oleh pcmc:nntah daerah dalam m.;lnkuk:m pengcndaliau alin fung:;1 lahan terscbut?

3.

Bagaimana rencana pemda tcrkait dcng11111ind.ak !ll!ljut pm.ge!Qlaan lilin bekas pcnambangao intall rakyat?

121

Lampfraa3.

Panrh1an wawancsra 11~ illfQrman kunci Bandar/pembcli intan ALm FUNGSI LABAN PERSAWAHAN KE AREAL PERTAMBANGAN INTAN (Stu di Ka~ll.~ di ~~ll.t:ah.an.Slc!!Pi. Tiimg KQQ( llanjM'll8..) L

Identita~ informan

~ Nall'.'la 9. Jenis Kelamin 10. Umur 11. Agamn

12 Pcndidikan terakhir 13. tnstansi 14. Jabttan

11.

..............

................... ;

···.···

·······

.................................................

.............

··

············--·································· ................................... ,

.

.. tahun . .

Iaformasi llmum Kebijakan P~dulaan fertamban~u Intan Rakyat

l. l3agaimana proses jual beli intan (pemasaran) yang selama iui dilakukan ? Adakah kendalakendala yang dihadapi dalam pemasaran basil tambang? 2. Bag!llmana sistem kerjasama antam Bandar yang ada di Kecamatan dengan Bandar yang ada di propinsi dalaJn menangani intan yang berkarat besar" 3. S~auh mana Ice hadiraran para pc;mburu intan dan !uar negeri yang dating untuk ikut membeli intan hcsil pemunbangan di sungai Tiung.

4. Seberapa luas jaringan pema.saran intan yang dilakukan o\eh para B&ndaf di Kalimantan Selatan dengan para konsumen yaiig ada di Jawa maupun di Iuar negeri?

DAFTAR RIWAYAT HIDUP I.

DATA PRIBADI

Alamat Ruman Alamat kantor Agama Telpon/HP EmajJ

II.

m..

AGU8 YANA, lahir di Bandung tanggal 05 Juli 1972, anak pertama dari pasangan Bapak Dayat Dan:nasik dart ittu. 'larmini. Pegewai Negeri Si.pH pada vtm.t~ Pertanian dan Kehutanan Kota Banjarbaru K.alimantan Selatan. Selem menjadi PNS pernah bekerja untuk Japan Agricultural Land Development Agency (JALDA} di. Pelaihari Kabupaten Tanah Laut.

Komplek Sekumpul Indah IV Blok N6 Martapura

Kabupaten Banjar propinsi Kalimantan Selatan JL Pangeran Suriansyah Banjarbaru Kalimantan Se Iatan Islam

081952947836

vanaa!!us(a),yahoo. co.id.

RIWAYAT PENDIDlKAr~

Tahun 1979 1985

S.DN Rancakole IV Bandung

Tahun 19-85 - 1988

Slv1PN I Cip.aray Bandung

Tahun 1998 - 1991

SMAi"'T Baleendah Bandung

Tahun 1991 1997

Fakultas Pertanian Unlam Banjarbaru

RlWAYATORGANISASI I.

Badan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Pertanian Unlam Tahun 1996

2. Hirnpunan Mahasiswa Budidaya Pertanian (HMBP) Unlam Tahun 1996 3. Badan Pengelola Masjid Kampus Unlam Banjarbaru Tahun 19921997 4. Himpunan Mahasiswa Islam (HMJ) Banjarbaru Tahun 19931997 5.

Yayasaa Bina Lingkungan Hidup Indonesia (BLHI) Banjarmasin tahun 1998

6.

Yayasan AlFutuwwah Kah, Hulu Sungai Seiatan Tahun t999

IV, PE.i~"'DIDIKAN DA.t"i PE.LATIHAN l. Di!

OIMI ACUSYANA NPM TESIS

Recommend Documents