ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Oleh : ENCEP ZACKY KOERDIANTO A 14105538
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
Objek akan menjadi suci apabila hati nurani mampu menghayati sebagai yang tersuci dan Sesuatu menjadi indah apabila matahati merasakan keindahan.
Bagi mereka yang datang untuk tumbuh, Seluruh dunia adalah taman... Bagi mereka yang mau terus bermimpi, Seluruh dunia adalah panggung... Bagi mereka yang datang untuk belajar, Seluruh dunia adalah bangku kuliah.... Dan bagi mereka yang datang untuk mengenal tuhan, Seluruh dunia adalah sajadah....
”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat” (Al- Mujaadilah : 11)
Harapan dan cita-cita boleh dititipkan di hari esok, namun langkah atau tindakannya harus dilakukan hari ini....
” Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa-apa yang ada pada suatu kaum, sebelum mereka sendiri mengubah apa-apa yang ada pada diri mereka sendiri” (Qs. Ar-Ra'ad : 11)
Kupersembahkan untuk yang terkasih: Kedua orang tua tercinta, Aa Hen-Hen sekeluarga dan Robby Trisno Hadhi. Semoga karya kecil ini menjadi setitik tanda bakti.
RINGKASAN ENCEP ZACKY KOERDIANTO. Analisis Daya Saing Dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Sayuran Unggulan Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Di bawah bimbingan NETTI TINAPRILLA. Salah satu fenomena menarik setelah diberlakukannya UU No 22 dan UU No 25 tahun 1999 adalah keinginan beberapa daerah, baik kabupaten atau kota maupun propinsi untuk melakukan pemekaran. Aspirasi untuk pemekaran juga terjadi di Kabupaten Bandung yang terealisasikan dengan ditetapkannya UndangUndang Nomor 12 tahun 2007 tentang pembentukan Kabupaten Bandung Barat sebagai daerah otonom baru hasil pemekaran dari Kabupaten Bandung. Ada beberapa pertimbangan dilakukannya pemekaran tersebut, salah satunya adalah kemampuan ekonomi Kabupaten Bandung. Kemampuan ekonomi tersebut dapat dicermati dari nilai PDRB. PDRB Kabupaten Bandung pada tahun 2005 adalah 31,884.99 milyar rupiah atau 9.45 persen dari PDRB Propinsi Jawa Barat, yaitu peringkat keempat terbesar setelah Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bogor dan Kota Bandung. Relevansi nilai PDRB tersebut dengan sektor pertanian adalah seberapa besar sektor pertanian di Kabupaten Bandung dapat berkontribusi terhadap pembentukan PDRB tersebut. Dari tahun 2001 sampai 2005 sektor pertanian ratarata hanya dapat berkontribusi terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Bandung sebasar 10.27 persen, tertinggi ke tiga setelah sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kondisi ini menunjukan fenomena yang sama dengan sektor pertanian nasional, dimana struktur perekonomian telah mengalami transformasi dari sektor pertanian ke sektor industri dan parawisata. Pertumbuhan sektor pertanian tidak terlepas dari perananan subsektor didalamnya, salah satu subsektor yang memiliki kontribusi penting adalah subsektor tanaman pangan yang pertumbuhannya berasal dari komoditas palawija dan sayuran. Dari tahun 2001 sampai 2005 nilai pertumbuhan komoditas sayuran sebesar 0.17 persen masih relatif lebih rendah dari komoditas palawija sebesar 3.11 persen, tetapi komoditas sayuran memiliki peluang untuk terus mengalami pertumbuhan yang didasarkan pada kesesuaian agroklimat dan basis produksi sayuran yang jauh lebih tinggi. Berdasarkan pengelompokan komoditas dan perhitungan analisis keunggulan komparatif maupun kompetitif, pemerintah daerah Kabupaten Bandung telah menetapkan lima komoditas sayuran yang diunggulkan, yaitu kentang, kubis, tomat, cabe merah dan bawang merah. Tomat dan cabe merah merupakan komoditas sayuran unggulan yang memiliki angka rata-rata pertumbuhan produksi tertinggi dibanding komoditas lainnya. Rata-rata pertumbuhan produksi kedua komoditas tersebut dari tahun 2001 sampai 2005 berturut-turut adalah 5.04 persen dan 10.18 persen. Kabupaten Bandung mempunyai beberapa daerah sentra produksi sayuran diantaranya adalah Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Lembang.
Penetapan komoditas tersebut menjadi komoditas sayuran unggulan di Kabupaten Bandung berdasarkan pada pertimbangan bahwa tidak semua komoditas sayuran cocok dikembangkan disemua tempat. Oleh karena itu, komoditas sayuran unggulan yang dikembangkan merupakan komoditas yang memiliki keunggulan komparatif yang berasal dari kelimpahan dan kekhasan wilayahnya. Dalam rangka mengantisipasi pasar komoditas sayuran yang semakin kompetitif maka orientasi sistem produksi komoditas sayuran unggulan tersebut harus dikembangkan kearah peningkatan daya saing. Pengetahuan akan keunggulan komparatif suatu daerah dapat digunakan para penentu kebijakan untuk mendorong perubahan struktur perekonomian daerah kearah sektor yang mengandung keunggulan komparatif tersebut. Pemekaran Kabupaten Bandung akan berdampak terhadap sektor pertanian di Kabupaten Bandung yaitu berkurangnya produksi komoditas pertanian sebagai akibat dari beralihnya kepemilikan secara administratif beberapa sentra produksi, pasar maupun infrastruktur. Diantara sekian banyak komoditas pertanian, komoditas sayuran akan mengalami penurunan produksi yang paling rendah. Hal ini disebabkan, selain di wilayah utara yang sekarang termasuk kedalam wilayah administratif Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bandung masih memiliki wilayah sentra yang cukup luas di wilayah selatan. Terbentuknya Kabupaten Bandung Barat, secara ekonomi tentunya akan menambah kabupaten pesaing dalam menghasilkan komoditas sayuran bagi Kabupaten Bandung. Untuk menghadapi dampak negatif dari persaingan yang ada maka keuntungan dan daya saing yang tinggi harus menjadi karakter strategis dari komoditas sayuran unggulan yang dihasilkan kedua kabupaten. Pemekaran yang terjadi di Kabupaten Bandung sudah semestinya dapat diisi melalui rumusan dan implementasi kebijakan yang mampu menciptakan iklim yang kondusif bagi keberlangsungan usahatani komoditas pertanian pada umumnya dan komoditas sayuran pada khususnya. Untuk itu, diperlukan informasi sebagai bahan acuan dan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah baik pemerintah daerah Kabupaten Bandung maupun pemerintah daerah Kabupaten Bandung Barat tentang bagaimana kondisi usahatani komoditas pertanian dalam hal ini komoditas sayuran unggulan didaerahnya masing-masing. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini mencoba untuk mengetahui tingkat daya saing dan kebijakan pemerintah terhadap usahatani komoditas sayuran unggulan di Kabupaten Bandung dan di Kabupaten Bandung Barat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis (1) Tingkat keuntungan pengusahaan komoditas sayuran unggulan secara finansial dan ekonomi di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat; (2) Daya saing komoditas sayuran unggulan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat melalui keunggulan kompetitif dan Keunggulan komparatif; (3) Dampak kebijakan pemerintah terhadap daya saing komoditas sayuran unggulan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat; (4) Dampak perubahan kebijakan pemerintah daerah terhadap daya saing komoditas sayuran unggulan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Penelitian dilakukan di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung dan di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa kedua kecamatan merupakan daerah sentra produksi sayuran, setelah pemekaran kedua kecamatan tersebut berada dalam wilayah administratif yang berbeda. Penelitian menggunakan data primer dan sekunder, sampel dipilih dengan metode snowball sampling. Sesuai dengan tujuan penelitian, metode analisis yang digunakan adalah Policy Analysis Matrix (PAM). Penelitian dilakukan dari bulan Desember tahun 2007 sampai bulan Januari tahun 2008. Hasil analisis menunjukan bahwa usahatani tomat dan cabe merah di kedua tempat penelitian menguntungkan baik secara finansial maupun secara ekonomi. Jika dibandingkan, usahatani tomat dan cabe merah di Kecamatan Lembang memberikan keuntungan finansial yang lebih besar dibandingkan di Kecamatan Ciwidey. Kecamatan Ciwidey dan Kecamatan Lembang memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif untuk menghasilkan komoditas sayuran unggulan. Berdasarkan kriteria keunggulan komparatif, kecamatan Ciwidey relatif lebih memiliki keunggulan komparatif dibandingkan Kecamatan Lembang untuk menghasilkan kedua komoditas sayuran unggulan tersebut. Sementara berdasarkan kriteria keunggulan kompetitif, Kecamatan Lembang relatif lebih memiliki keunggulan kompetitif dibanding Kecamatan Ciwidey untuk komoditas tomat. Sedangkan untuk cabe merah, walaupun perbedaannya tidak signifikan, Kecamatan Ciwidey relatif lebih memiliki keunggulan kompetitif dibanding Kecamatan Lembang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan kebijakan pemerintah yang ada sekarang, usahatani tomat dan cabe merah di Kecamatan Lembang cenderung lebih diuntungkan, karena dengan adanya kebijakan ternyata usahatani tersebut di Kecamatan Lembang dapat memiliki keunggulan kompetitif yang relatif sama untuk usahatani cabe merah dan bahkan lebih memiliki keunggulan kompetitif untuk usahatani tomat dibandingkan Kecamatan Ciwidey. Dampak kebijakan output terhadap usahatani tomat dan cabe merah menyebabkan usahatani tomat dan cabe merah dikedua tempat penelitian menerima harga aktual output lebih kecil dari harga sosialnya. Sedangkan berdasarkan analisis terhadap kebijakan input menunjukan bahwa pemerintah memberikan subsidi atas input asing (tradable) dan domestik (non tradable), sehingga petani menerima harga aktual input tersebut lebih murah dari yang seharusnya dibayarkan jika tanpa adanya kebijakan. Secara umum kebijakan pemerintah terhadap input-output yang ada lebih menguntungkan usahatani kedua komoditas tersebut di Kecamatan Lembang. terjadinya peningkatan biaya produksi, penurunan harga output dan penurunan produksi yang dilakukan baik secara parsial maupun gabungan menyebabkan tingkat keuntungan yang semakin kecil dan nilai PCR dan DRC yang semakin besar mendekati satu. Namun, perubahan tersebut tidak sampai merubah keuntungan menjadi negatif (rugi) maupun merubah keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif menjadi tidak berdaya saing sehingga usahatani komoditas sayuran ini tetap layak untuk terus dikembangkan.
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat)
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor
Oleh : ENCEP ZACKY KOERDIANTO A 14105538
PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
JUDUL :
ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH
TERHADAP
KOMODITAS
SAYURAN
UNGGULAN (Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat) NAMA :
ENCEP ZACKY KOERDIANTO
NRP A :
A 14105538
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Ir. Netti Tinaprilla, MM NIP : 132 339 965
Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian
Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M.Agr NIP : 131 124 019
Tanggal Lulus : 3 April 2008
PERNYATAAN DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS DAYA SAING DAN DAMPAK KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KOMODITAS SAYURAN UNGGULAN KASUS KECAMATAN CIWIDEY KABUPATEN BANDUNG DAN KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH
Bogor, April 2008
ENCEP ZACKY KOERDIANTO A14105538
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandung pada tanggal 25 Desember 1983 sebagai anak kedua dari tiga bersaudara, anak dari pasangan Bapak M. Thosin Anshori dan Ibu E. Warkonah Penulis memulai studi di SD Negeri Sindangsari Kabupaten Bandung dan lulus pada tahun 1996, kemudian melanjutkan ke SLTP Negeri Rongga Kabupaten Bandung dan lulus pada tahun 1999. Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Pasundan 7 Bandung dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) pada Program Diploma III Teknologi Benih, Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke jenjang pendidikan Strata-1 tahun 2005 pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya. Alhamdulillah penulis ucapkan atas terselesaikannya penyusunan skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing Dan Dampak Kebijakan Pemerintah Terhadap Komoditas Sayuran Unggulan Kasus Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Dan Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat”. “Tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penelitian selanjutnya dan bagi pembaca umumnya. Amin.
Bogor, April 2008
Penulis