Yang Kecil Akan Menjadi Besar
Segala sesuatu yang besar berawal dari yang kecil. Ibarat pertumbuhan manusia, dari anak kecil hingga menjadi besar alias dewasa. Besar karena diberi makan, dari makan akan tumbuh dan tumbuh. Begitulah perumpamaan sesuatu yang tumbuh menjadi besar. Begitu pula hal/ perbuatan yang kita lakukan. Bila hal yang kita lakukan baik maka akan tumbuh menjadi suatu pahala. Sebaliknya bila hal yang kita lakukan buruk maka akan tumbuh menjadi dosa. Dosa yang awalnya kecil kemudian kita biarkan lama kelamaan akan menumpuk hingga menjadi dosa yang besar. Hingga akan menutupi mata batin kita. Ada beberapa hal yang membuat kita membiarkan dosa kecil tersebut kita hiraukan: 1. Merasa bukan dosa yang besar 2. Biasanya dosa kecil tidak menimbulkan efek 3. Ada kemalasan untuk melawannya
langsung
Sebagai contoh, orang yang suka berjudi pasti didahului dulu dengan bertaruh (taruhan), seperti taruhan pertandingan sepakbola. Lama kelamaan, kesenangan kita yang kecil hanya bertaruh bola
10.000 rb akan kita naikkan lagi menjadi taruhan 50.000 rb, begitu seterusnya hingga jutaan. Atau boleh jadi, awalnya kita berjudi dengan sembunyi – sembunyi maka lama kelamaan mungkin kita akan berjudi di tempat terbuka, seperti judi kartu, judi mesin dan sebagainya. Begitu juga dengan orang yang berzina, pasti didahului dulu dengan dosa melihat photo – photo porno, baik dari website, gambar – gambar dan lainnya. Sehingga dengan keseringan melihat hal – hal itu akan mungkin menimbulkan perbuatan asusila atau zina. Itulah dosa kecil yang kita biarkan, lama kelamaan akan menjadi dosa yang besar. Allah berfiman: “Jika kamu menjauhi dosa – dosa besar diantara dosa – dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan – kesalahanmu (dosa – dosa kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga)”. (surat An Nisaa’ ayat 31) Kalaupun perbuatan baik yang kita lakukan kecil seperti memberi sedekah kepada pengemis sebesar seribu rupiah atau infak di mesjid ketika shalat jum’at, bila kita biasakan akan menjadi banyak sehingga insyaAllah tidak menutup kemungkinan kita bisa menyumbang puluhan juta untuk panti asuhan.
2
Untuk itu, semuanya berawal dari yang kecil baik perbuatan buruk maupun perbuatan baik.
3
Berani Berbuat Berani Bertanggung Jawab
Setiap perbuatan pasti ada dampaknya, baik kecil maupun besar. Atau juga setiap perbuatan akan berdampak bagi diri kita maupun orang lain dan bisa mempunyai efek langsung maupun tidak langsung. Dalam melakukan suatu perbuatan, sering kali kita merasa perbuatan kita itu adalah baik. Padahal mungkin bisa jadi sebaliknya, alias buruk. Untuk itulah diperlukan suatu sikap yang dewasa yaitu sikap bertanggung jawab. Bahkan orang itu bernilai di mata orang lain apabila dia berani bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Hati – hatilah dalam berbuat sesuatu. Pikirkan dulu baru bertindak dan jangan tergesa – gesa. Ibarat pepatah mengatakan “lebih baik lambat yang penting selamat, daripada cepat tapi berantakan”. Tapi kalau memang cepat dan hasilnya bagus itu lebih baik lagi. Seseorang yang melakukan suatu perkerjaan yang buruk seperti berjudi, mencuri, memakai narkoba. Bila mereka harus berurusan dengan hukum, mau gak mau harus berani mempertanggung jawabkan perbuatannya. Bukankah mereka yang melakukannya ?? 4
Bolehlah di dunia ini kita lari dari penegak hukum karena kita telah berbuat buruk. Tapi di pengadilan akhirat yang tidak ada Raja selain sang Maha, mau dibawa kemana jiwa dan raga ini. Artinya tak kan ada yang luput dari pandangan-Nya. Sehingga di akhirat kelak setiap masing – masing kita harus berani mempertanggung jawabkan segala hal yang telah pernah kita lakukan di dunia ini. Allah berfirman: “Dan janganlah kamu mengusir orang – orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaanNya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan mereka pun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, sehingga kamu termasuk orang – orang yang zalim.” (surat Al An’am ayat 52)
5
Semua Pilihan di Tangan Kita
Ketika kita bertamu ke rumah seseorang apalagi orang kaya, maka si tuan rumah akan menyodorkan berbagai macam makanan. Mulai dari yang berkuah, digoreng, dibakar, disambal, digulai sampai ikan asin bahkan mungkin jengkol, hanya untuk menyenangkan si tamu. Kemudian si tamu dengan senangnya langsung mengambil yang dia inginkan. Ternyata yang dia ambil daging kambing gulai. Dengan tanpa berlama lagi, akhirnya dia memakannya. Separuh perjalanan makan ternyata dia ingat bahwa dia mempunyai penyakit darah tinggi yang tak boleh memakan makanan seperti daging kambing. Langsung spontan dia menghentikan acara makannya. Apa makna dibalik kisah tersebut ?? Ternyata semua pilihan yang ada di hadapan kita ada di tangan kita. Tergantung kita apakah mau kita ambil atau tidak. Tidak perlu kita menyalahkan sang Maha atas pilihan kita bila pilihan kita ternyata hasilnya jelek. Intinya setiap pilihan pasti menghasilkan dua kemungkinan, yaitu baik atau buruk. Tetapi yang perlu digarisbawahi adalah bila kita memilih sesuatu yang benar – benar salah maka pasti kehancuran yang akan datang. Seperti contoh 6
kita memilih berjudi, padahal itu jelas – jelas adalah suatu kemudaratan. Apakah hasilnya pasti bagus, tentu pasti tidak akan bagus. Tetapi bila kita berusaha untuk melakukan pilihan yang baik, maka insyaAllah hasilnya pasti baik. Dan walaupun hasilnya buruk, itu bukan pasti tentu buruk bagi kita. Karena Allah mengatakan dalam surat Al Baqarah ayat 216 yang berbunyi: Allah berfirman: “..................................... Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” Oleh karena itu, pandai – pandailah kita dalam menentukan pilihan yang kita buat.
7
8