PREVALENS/OBESITAS DAN HUBUNGAN KONSUMSI FAST FOOD DENGANKEJADIAN OBESITAS PADA REMAJA SLTP KOTA DAN DESA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Mahdlah
'.Hamam Hadl 2. Susetyowatl
ABSTRACT Background:
The improvement
has led to sadentary life
in socieconomic
status
style and more fast food
consumption. Whether fast food consumption contributes to obesity in Indonesian adolescentss remains unclear. Objective: The study was conducted to estimate the prevalence of obesity and to assess the association between fast food consumption and obesity in junior high school students. Study DesIgn: A cross-sectional survey was conducted in 2003 to estimate the prevalence of obesity in adolescent students of Yogyakarta Special Province. Subjects of this survey were junior high school students from urban (n= 4747) and rural areas (n=4602) were included in this survey. To further analyze the association between food consumption and obesity. a sample of 140 obese (of 460 obese students) and 140 non obese students (of 8889 non obese students) was randomly selected. Data on fast food consumption were collected using Food Frequency Questionnaire (FFQ) method from the selected obese and non obese sample. Result: The prevalence of obesity among adolescent students was 7.9% in urban and 2% in rural areas. There was a significant difference in variety, quantity, and frequency of fast food consumption per month and hereby energyintake from fast food between obese and non obese adolescent students (p
PENDAHULUAN Masalahgizi ganda tidak hanya terdapat pada masyarakatperkotaansaja akan tetapi juga terdapat pada masyarakat pedesaan, walaupun obesitas pada anak diperkotaan cenderung lebih tinggi daripadadi pedesaan.Masalah ini mulai meningkat baikpedesaanmaupun perkotaan (1).
3
Oi OKI Jakarta ditemukan obesitas sekitar 4% pada anak usia 6-12 tahun, 6,2% pada anak remaja usia 12-18 tahun dan pada 11,4% pada usia 17-18 tahun. Kasus obesitas pada remaja banyak ditemukan padawanita(10,2%)dibandinglaki-Iaki(3,1%)(2). Obesitas terjadi disebabkan banyak faktor. Faktor utamanya adalah ketidak seimbangan asupan energi dengan keluaran energi. Oi Indonesia, akibat dari perkembangan teknologi dan sosial ekonomi te~adi perubahan pola makan dari pola makan tradisional ke pola makan barat seperti fast food yang banyak mengandung kalori, lemak dan kolesterol (3). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi obesitas dan hubungan konsumsi fast food dengan kejadian obesitas pada remaja SLTP kota dan desa di 0.1. Yogyakarta. BAHAN DAN METODE Penelitian ini dilakukan pada tahun 2003 melalui dua tahap. Tahap pertama, untuk mengetahui prevalensi obesitas remaja SLTP kota dan desa di OIY dilakukan suatu survei. Oalam survei ini 6 SLTP dari 59 SLTP (10%) yang ada di Kota Yogyakarta (selanjutnya disebut Kota) dan 10 SLTP dari 94 SLTPdi Kabupaten Bantul (selanjutnya disebut desa) baik negeri maupun swasta terpilih secara random. Semua siswalsiswi dari SLTP terpilih yaitu 4,747 siswalsiswi SLTP kota dan 4,602 siswalsiswi desa tersebut diukur berat dan tinggi badannya dan dihitung indeks massa tubuh (IMT) nya. Siswalsiswi yang mempunyai IMT = 95 Percentile dari kurva National Centre for Health Statistics (NCHS)/Centre for Chronic Desease (COC) (4) dinyatakan sebagai penderita obes dan yang mempunyaiIMT<95percentiledinyatakan tidak obes.
Poltekes Medan Medicine Faculty of Gadjah Mada University, Yogyakarta Medicine Faculty of Gadjah Mada University, Yogyakarta
78
JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004
Pada tahap kedua, untuk mengestimasi apakah konsumsifast food merupakan faktor risiko obesitas digunakan raneangan penelitian kasus-kontrol. Kasus adalah remaja obes berumur 10-15 tahun yang terdeteksi pada saat survei (tahap pertama) dan bersedia untuk mengikuti penelitian, sedangkan kontrol adalah teman sekelas dan berjenis kelamin sama dengan kasus yang tidak mengalami obes. Dalam penelitianini digunakan 140 kasus (75 kasus dari kota dan 65 kasus dari desa) dan 140 kontrol (75 kontrol dari kota dan 65 kontrol dari desa). Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah obesitas, sedangkan variabel bebas utama adalah banyaknyajenis, frekuensi dan konsumsi energi fast food. Adapun fast food yang diteliti adalah fast food western dan loka!. Sedangkan variabellain seperti status sosial ekonomi orang tua dan faktor genetik orang tua dikendalikan berdasarkan matchingatau melalui uji statistik yang relevan. Berat badan sam pel ditimbang dengan menggunakan Electronic Personal Scale dengan
kapasitas 150 kg dengan ketelitian 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan
menggunakan
microtoise
dengan panjang 200 em dengan ketelitian 0,1 em. Data status gizi orang tua yaitu dengan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan. Data status sosial ekonomi diperoleh dengan eara wawaneara dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Data banyaknya jenis, frekuensi dan konsumsi energi fast food dan konsumsi energi selain fast food diperoleh dengan menggunakan metode Food Frequency Quetionnaire (FFQ) dengan menanyakan makanan dalam 3 bulan terakhir. Semua data di lapangan dikumpulkan oleh enumerator yang terlatih, lulusan D.l1Idan DIV Gizi. Data yang telah terkumpul diolah dengan menggunakan program komputer. Data konsumsi energi
fast food
dan non fast food diolah dengan
program Nutri Survey. Analisis data dilakukan dengan Stata versi 6 dan Epi-Info versi 6 dengan uji t-test, chi-squaredan regresi logistik berganda.
Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food
Prevalensi
79
Tabel 2. Distribusl Karakteristik Subyek Penelltian No
KelompokNariabel Umur: , 10-12 lahun , 13-15 lahun
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah Jenis kelamin . Laki-Iaki
Kasus n
Kontrol 'I,
n
%
39
27,9
35
25,0
101 140
72,1 100.0
105 140
75,0 100,0
79
x2
p
0,165
0,255
0,000
1,000
5,243
0,022
5,613
0,018
61 140
56,4
79
. Perempuan
..
43,6 100,0
61 140
43,6 100,0
117
83,6
100
71,4
23 140
16.4 100,0
40 140
28,6 100,0
115
82,1
97
69,3
25 140
7,9 100,0
43 140
30,7 100.0
60 88 140
42,9 57,1 100,0
79 61 140
56.4 43,6 100.0
4,629
0,031
3,684
0,055
Jumlah
Pendidikan Ayah : ? Tamal SLTA < Tamal SLTA Jumlah Pendidikan Ibu :
.,
? TamalSLTA < Tamal SLTA
Jumlah Pekerjaan Ayah: . Bukan pegawa , Pegawai Jumlah Pekerjaan Ibu : . Bukan Pegawai
56,4
.
87
62,1
103
53 140
73,6
Pegawai Jumlah PendapalanKeluarga
37,9 100.0
37 140
26,4 100.0
. .
Rp ? 2.500.000,Rp < 2.500.000, Jumlah Stalus Gizl Ayah . Obesilas . Tidak Obesitas Jumlah Stalus Gizllbu . Obesltas . Tidak Obesilas Jumlah Kola-Desa . Kodya Yogyakarta
64 76 140
45,7 54,3 100.0
54 86 140
38,6 61,4 100,0
1,186
0,276
25 111 136
18,4 81,6 100.0
11 127 138
8,0 92,0 100.0
5,626
0,018
18 122 140
12,9 87,1 100.0
5 132 137
3,6 96,4 100,0
6,548
0,010
75
50,0
65
50,0
0.000
75 140
1,000
50,0 100.0
65 130
50,0 100.0
.
KabupalenBanlul Jumlah
HASIL DANBAHASAN Prevalensl Obesltas Prevalensi obesitas remaja SLTP kota sebesar 7,8% dan remaja SLTP desa sebesar 2% (lihat Tabel 1),Karakteristik Subjek Penelitian Kasus-Kontrol Remaja obes lebih banyak ditemukan dari keluarga denganpendidikan tinggi, mempunyai pekeaan mapan (menjadi pegawai baik negeri/swasta) dan menderita oOOs(TabeI2).Sedangkan distribusi penderita obes atau non obes tidak berbeda secara bermakna (p > 0.05) berdasarkan distribusi umur, jenis kelamin dan pendapatan keluarga (TabeI2).
Banyaknya Jenls Fast food yang Dlkonsumsl Remaja SLTP Kota dan Desa
Fast
foodmerupakan
makanan
cepat saji yang
terdiri dari jenis fast food western dan loka!. Western fast foodyang banyak dikonsumsi siswa SLTP kota yaitu ayam goreng (fried chicken), pizza, hamburger, sandwich, french fries, dunkin dona/, chicken katzu, ice cream, milk shake, soft drinks. Sedangkan western fast food yang banyak dikonsumsi SLTP desa yaitu ayam goreng, ice cream dan soft drinks. Fast foodlokal yang sering dikonsumsi remaja SLTP kota dan desa yaitu bakso, mi ayam, mi goreng,
80
JURNAL GIZI KLlNlK INDONESIA, Volume 1 No.2 November 2004
nasi goreng, batagor, soto, sate, martabak, chiki, wafer dan marimas dll. Analisis uji-t menunjukkan ada perbedaan banyaknya jenis fast food yang dikonsumsi antara kasus dan kontrol pada SLTP kota dan desa (p
kali/bulan, sedangkan pad a remaja SLTP desa sebesar 2,97 kali (Tabel. 5) Konsumsl Energl Konsumsi energi total antara kasus dan kontrol di kota dan desa berbeda nyata (p
Konsumsi Fast Food Remaja SLTP
Kota dan Desa Hasil uji-t (Tabel 4) menunjukkan ada perbedaan frekuensi konsumsi fast food antara kasus dan kontrol pada SLTP kota dan desa (p<0,05). Hasil uji chi-square menunjukkan ada hubungan frekuensi
konsumsi
fast food dengan
kecenderungan terjadinya obesitas pada remaja SLTP kota dan desa (p
food lokal =71 kali/bulan pada remaja SLTP kota cenderung menyebabkan terjadinya obesitas sebesar 4,64 kali dibandingkan mengkonsumsi <71
Konsumsl Energl dan Desa Konsumsi fast
Fast food Remaja SLTP Kota food rata-rata antara kasus dan
kontrol remaja SLTP kota dan desa menunjukkan perbedaan yang bermakna (P
desa sebesar 5,29 kali (Tabel 7).
Tabel3. PerbedaanBanyaknyaJenls dan FrekuenslKonsumslFastFood yang Dlkonsumslantara Kasusden Kontrolpada SLTPKotadan Desa Varlabel Kota 1. JenisFF
.. Lokal .. Western
Total 2. Frek.FF/bl Western Lokal
Total Desa 1. Jenis FF
..
Western
Lokal Total 2. Frek.FF/bl
.. Lokal Western
Total
Kasus
Kontrol
t
P
6,05 :t2,82
3,90:t 2,20 5,33:t 1,02 9,13:t2,61
5,146 5,224 6,871
<0,001 <0,001 <0,001
6,33 :t1,33
12,38:t3,15 9,19:t 8,92
5,93:t6,29
2,571
0,041
82,17 :t 11,38
67,33 :t 9,37
91,35 :t 16,44
73,39 :t10,05
8,716 8,057
<0,001 <0,001
2,69:t 1,59
2,11 :t 1,07 4,57 :t 1,06 5,8:t 1,88
2,094 5,253 5,329
0,039 <0,001 <0,001
5,71 :t 1,39 7,86 :t2,49
4,02 :t4,36
2,34 :t2,84
72,54 :t10,86 75,69 :t11,19
54,75 :t10,01 58,67 :t12,67
2,069
0,041
7,533 8,112
<0,001 <0,001
Prevalensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food
81
Tabel 4. Perbedaan Frekuensl Konsumsl Fast Food antara Kasus dan Kontrol pada SLTP Kota dan Desa
FrekuenslKonsurnslFast Food( kall/Bln) Kola Fastfood:
..
Kasus
Western fast food Fast foodlokal
Total Desa Fastfood:
..
Westernfast food Fast foodlokal Total
Kontrol
p
9,19:t 8,92 82,17t 11,38
5,93:t 6,29
2,571
67,33 :t 9,37
8,716
91,35 t 16,44
73,39 t 10,05
8,057
0,011 0,000 0.000
4,02 t 4,36
2,34 :t 2,84 54,75 t 10,01 58,67:t 12,67
2,069 7,533 8,112
0,041 0,000 0.000
72,54 t 10,86 75,69 t 11,19
Hasilujl statistik regresi logistlk ganda dengan pengontrol faktor-faktorlain, menunjukkan penyebab lerjadlnyaobesitas pada remaja SLTP kota yaitu faklor konsumsi energi fast food, status gizi ibu, frekuensifast food per bulan dan energi non fast food,sedangkanpada SLTP desa yaitu energi fast food,frekuensi fast food dan energi nonfast food (Tabel8).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas remaja SL TP kota jauh lebih tinggi dibandingkan remaja SLTP desa. Hal ini disebabkan kehidupan di kota lebih santai (aktivitas yang rendah) dan pola makan masyarakat kota cenderung mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalori dan lemak. Hasil ini sesuai dengan penelitian Khor yang menemukan kejadian obesitas di masyarakat urban Malaysia lebih tinggi dibandingkan masyarakat rural (5).
Tabel 5. Hubungan Frekuensl Konsumsl Fast Food dengan Kejadlan Obesltas Remaja Kota dan Desa Frekuensl fast food (kall/bln) Kola a. Western fast food . = 4 kali
.
< 4 kali
Jumlah b. Fast food Lokal . = 71 kali . < 71 kali Jumlah Total fastfood
.
= 75 kali
. < 75 kali Jumlah Desa a. Western fast food
.
= 4 kali
.
< 4 kali Jumlah b. Fast food Lokal
. .
Kontrol
Kasus
OR
(95 .I.CI)
p
49,3 50,7 100,0
4,11
1,98-8,52
0,000
38 37 75
50,7 49,3 100,0
4,64
2,19-9,83
0,000
85,3 14,7 100,0
33 42 75
44,0 56,0 100.0
7,40
3,38-16,24
0.000
21 31 52
40,4 59,6 100,0
6 32 38
15,8 84,2 100,0
3,61
1,29-10,15
0,001
37 28 65
56,9 43,1 100,0
20 45 65
30,8 69,2 100,0
2,97
1,44-6,11
0,003
33 32 65
50,8 49,2 100,0
19 48 65
29,2 70,8 100.0
8,31
3,43-20,17
0.000
n
.1.
n
.1.
60 15 75
80,0 20,0 100,0
36 37 73
62 13 75
82,7 17,3 100,0
64 11 75
= 71 kali < 71 kali
Jumlah Total fast food = 75 kali
.
. < 75 kali Jumlah
82
JURNAL GIZI KLiNIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004
Tabel 6. Rata-Rata Konsumsl Energl Kasus dan Kontrol pada SLTPKota dan Desa Konsumsi Energi (kal/hari) Kota
..
Energi total fast food
Western
Lokal Total Non fast food % Energifast food
..
Western
..
Western
..
Western
Lokal Total % Total energi terhadaDAKG
Lokal Total % Total energi terhadap AKG Desa Energi total fast food
Lokal Total Nonfastfood % Energi fastfood
Kasus
Kontrol
t
P
2818,32 t 499.38
2210,42 t 329,81 229,63 t 213.47 644.80 t 143,83 868,31 t 297,72 1342 t 242,76
8,797 3,361 5,224 6,761 4,686
0,000 0,001 0,000 0,000 0.000
415.68t 427,74 876.44 t 223.91
1292,12 t 453,95 1526.19 t 238,37
13.44t 9,80
9.71t 7,56
2,587
0,011
31,64t8,14 45,08 t 8,94 131,11t 25,76
29,39t 6,13 38.84 t 9,38 102,31t 18.41
1,918 4,169 7,877
0,058 0,000 0.000
2416,99 t 673,52
1778,09 t 312,03
6.939
118,65t 111.17 743,06t 223,10 837.98t 227,42 1576t 609,58
0,000
62.19t 53.86 522.42t 163.77 558,78t176,59 1219t 315.49
3,186 6,427 7.818 4,225
0,002 0.000 0,000 0.000
5,10t 4,59
2.77t 2,21
3,196
0,002
32.27 t 10,7 36.19 t 10,32 113.74 t 32,73
30,07 t 11.11 31,95 t 6.61 83,39 t 16,34
1,147 2,251 6,689
0,253 0.026 0,000
Penelitian ini menunjukkan bahwa kejadian obesitas pada SLTP kota dan desa pada kelompok umur 10-12 tahun lebih tinggi dibandingkan kelompok umur 13-15 tahun. Hal ini sesuai dengan pernyataanNasar bahwa masa ini merupakan masa adolesens yaitu masa kritis terakhir terjadinya obesitas. Padmlarimenemukan obesitas pada anak SD umur 6-12 tahun yaltu sebesar 13,6%, dan penelitlan Suhendro pada remaja SMU usia 15-18 tahun dltemukanprevalenslobesltas sebesar 5,01% bila dilihat berdasarkan golongan umur dengan memasuki usia remaja adanya kecenderungan penurunan prevalensi obesltas hallnl kemungkinan ada kaitan dengan penerunan pada kelompok umur wanlta yang menginglnkan penampllan flsik yang leblh langsing (6,7,8). Pada penelitian ini ditemukan anak laki-Iaki lebih tinggi proporsi obesnya dibandingkan anak perempuan pada SLTP kota dan desa. Penelitian ini sesuai dengan Ismail yang menemukan obesitas pada anak laki-Iaki sebesar 10,5% dan pada anak perempuan sebesar 8,5%. Berbeda halnya dengan Gil et a/yang menemukan proporsi obes lebih tinggi pada anak perempuan dibandingkan anak laki-Iaki. Kecenderungan tingginya obes pada jenis kelamin
laki-Iaki disebabkan para remaja laki-Iaki cenderung ingin memperlihatkan bentuk fisik dan otot yang besar sehingga asupan makanan mangalami peningkatan, berbeda halnya dengan remaja wanita ingin kelihatan bentuk fisik yang langslng sehingga cenderung mengurangl asupan makanan yang menyebabkan penurunan berat badan (9,10). Berdasarkan asal sekolah, kejadian obesitas pada SLTP swasta dl kota leblh banyak dlbandingkanpadaSLTP negeri, sedangkan di desa lebih banyak kejadian obesitas SLTP negeri dibandingkan swasta. Tingginya obesitas pada SLTP swasta sesuai dengan Padmiari, menemukan obesitas pada SD swasta 18,6% dan 12,4% pada SD negeri dengan alasan latar belakang sosial ekonomi keluarga (7). Penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan banyaknya jenis fast food yang dikonsumsi antara kasus dan kontrol. Semakin banyak jenis fast food yang dikonsumsi cenderung menyebabkan obesitas pad a remaja SLTP kota dan desa. Padmiari menemukan bahwa banyaknya jenis
fast foodyang
dikonsumsi berpengaruh terhadap terjadinya obesitas dan risiko terjadinya obesitas.
Preva/ensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food
83
Tabel 7. HUbunganKonsumsl Energl Fast Food dengan Kejadlan Obesltas Kota dan Desa KonsumslEnergl fast food
Kasus
Kontrol OR
(95'loCI)
P
52,1 47,9 100.0
4,84
2,24-10,44
0,000
28
37,3
8,00
47 75
62,7 100,0
n
8f,
n
%
63 12 75
84,0 16,0 100,0
38 35 73
" 674 kalori
62
82,7
< 674kalori Jumlah Totalfast food , " 810 kalori , < 810 kalori Jumlah
13 75
17,3 100.0
70 5 75
93,3 6,7 100,0
33 42 75
44,0 56,0 100,0
17,82
14 38 52
26,9 73,1 100,0
3 35 38
7,9 92,1 100.0
4,29
1,14-16,23
0,029
37 28 65
56,9 43,1 100,0
13 52 65
20,0 80,0 100,0
5,29
2,42-11,54
0.000
33
50,8
5
7,7
12,37
4,401-34,79
0,000
32 65
49,2 100,0
60 65
92,3 100,0
Kota a. Western , " 152,3 kalori
,
< 152,3 kalori Jumlah b. .Lokal
, ,
Desa a. Western , =152,3 kalori , < 152,3 kalori Jumlah b. Lokal
.
, =674kalori
< 674kalori Jumlah
..
Total fast food " 810 kalori < 810 kalori Jumlah
3,747-17,104
0.000
6,45-49,19
0,000
RemajaSLTP kota lebih banyak mengkonsumsi jajan remaja SLTP kota Rp 3.390/harimemungkinkan jenisfastfoodkarena restoran atau counter fast food untuk mengkonsumsi western fast foodlebih banyak di kota menyediakan menu yang lebih banyak dan daripada remaja SLTP desa yang rata-rata uang jajannya sebesar Rp 1.433/hari. variatifdibandingkan di desa. Ada perbedaan frekuensi konsumsi fast food Hasil uji regresi logistik menunjukkan faktorperbulanantara kasus dan kontrol. Semakin tinggi faktor penyebab terjadinya obesitas pada remaja frekuensi fast food yang dikonsumsi per bulan SLTP kota adalah total konsumsi energi fast food, cenderung menyebabkan obesitas pada remaja status gizi ibu, frekuensi konsumsi fast food, dan SLTPkota dan desa. Ahmed menyatakan makan konsumsi energi non fast food dan remaja SLTP fast food 2 kali/minggu atau lebih mengalami desa yaitu konsumsi energi dan frekuensi fast food kemungkinanobesitas 50% lebih besar dibanding- dan konsumsi energi non-fast food. Adiningsih kanorangyangmakan sekali seminggu atau kurang. menyatakan bahwa arus globalisasi yang masuk Kebiasaan makan yang salah pada anak akan mempengaruhi gaya hidup dan pol a makan mempertinggi terjadinya obesitas. Kebiasaan kelompok remaja. Fast food kini banyak disenangi tersebut meliputi frekuensi makan, kebiasaan remaja bila makanan tersebut dikonsumsi dalam makancemilan atau jajanan (11,12). jumlah yang banyak dan frekuensi makan yang Ada perbedaan konsumsi energi fast foodpada sering akan mengakibatkan terjadinya obesitas. kasus dan kontrol. Konsumsi fast food total yang Pola kebiasaan makan ibu tergambar dalam menu tinggicenderung menyebabkan terjadinya obesitas keluarga dan bila menu yang disajikan ibu pada remaja SLTP kota dan desa. Tingginya merupakan makanan yang tinggi kalori dan lemak, konsumsienergi yang berasaJdari western fast food maka akan mengakibatkan terjadinya peningkatan oleh kasus SLTP kota karena makanan tersebut berat badan pada keluarga (13). banyakdijual di kota. Bila dilihat dari rata-rata uang
84
JURNAL GIZI KLINIK INDONESIA, Volume 1 NO.2November 2004
Tabel 8. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadlan Obesltas Remaja SLTP Kota dan Desa Faktor -Faktor
OR
95 ./. CI
P
30,84
6,88-138,23
0,000
17,42
2,28-133,33
0,006
9,28
2,87-30,01
0,001
5,192
1,96-13,73
0,001
10,079
3,24-31,39
0.000
6,02
2,21-16,43
0,000
3,5
1,43-8,83
0,011
. Kota Energi fast food total' . = 810kalori
.
< 810 kalori Status gizi ibu :
.
.
Obes Tidakobes
Frekuensi
. .
fastfoodtotal
= 75 kalilbln < 75 kalilbln
Energi non fast food . = 1396,1 kalori
.
< 1396,1 kalori
. Desa Energi fastfoodtotal . = 810kalori . < 810kalori Frekuensi
.
.
fastfoodtotal
= 75 kalilbln
< 75 kali/bln Energi non fastfoodtotal
. .
ยท
= 1396,1 kalori < 1396,1 kalori
Telah dikendalikan dengan faktor banyaknya jenis fast food, status gizi ayah tua,pendidikan ayah dan ibu dan pekerjaan ayah dan ibu. Telah dikendalikan dengan banyaknya jenis fast food. status gizi ayah dan ibu,pendidikan ayah dan pekerjaan ayah dan ibu.
KESIMPULAN DAN SARAN
Memberikan konsultasi gizi kepada siswa SLTP kota dan desa yang mengalami obesitas perlu khususnya tentang pemilihan jenis makanan maupunjumlah yang sesuai dengan kebutuhan agar masalah obesitas dapat ditanggulangi. Memberikan pendidikan gizi kepada remaja maupun orang tua agar mengurangi frekuensi,
Penelitian ini menghasilkan 4 kesimpulan, yaitu: (1) prevalensi obesitas pada remaja SLTP kota yaitu 7,8% dan pad a SLTP desa 2,2%; (2) ada perbedaan banyaknya jenis fast food antara kasus dan kontrol pada remaja SLTP kota dan desa; (3 )ada perbedaan frekuensi konsumsi fast foodantara kasus dan kontrol pad a remaja SLTP kota dan desa; (4) ada perbedaan konsumsi energi fast food antara kasus dan kontrol pada remaja SLTP kota dan desa. Berdasarkan kesimpulan di atas, ada beberapa saran yang bisa dipergunakan untuk mencegah peningkatan prevalensi obesitas di Daerah Istimewa Yogyakarta: Perlu upaya pencegahan peningkatan prevalensi obesitas remaja SLTP baik di kota maupun desa dengan memberikan masukan kepada seluruh SL TP yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mencantumkan materi tentang gizi khususnya hubungan fast
food
dengan
terjadinya
obesitas.
banyaknya jenis dan konsumsi
fast fooddalam
penanggulangan dan pencegahan obesitas. Mengadakan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh pemberian konsultasi gizi pada remaja obesitas terhadap penurunan berat badan RUJUKAN 1.
2.
Atmarita dan Tinden, R. Masalah gizi perkotaan di Indonesia sudah perlu mendapat perhatian: Prosiding Kongres Nasional persagi dan Temu IImiah XII, 2002: 556-566. Syarif, D.R., Childhood obesity evaluation and management, Naskah Lengkap National ObesitySymposium II 2003, Surabaya, 2002.
Prevalensi Obesitas dan Hubungan Konsumsi Fast Food
3. Budiman, H., Surjadi, C. Penelitian Obesitas pada Orang Dewasadi Perkampungan Kumuh Jakarta.Jurnal Epidemiologi Indonesia 1 1997 (1) 25-30. 4. Cole, T.J., Bellizzi, M.C., Flegal, K.M., et ai, Establishing a standard definition for child overweight and obesity worldwide: Internal Survey,BMJ,320(5) 1-6. 5. Khor, L. G., Yusof, M. A., Tee, S. E. et al. Prevalence of overweight among Malaysian adults from rural communities. Asia Pacific Jurnal ClinicalNutrition 1999, 8 (4): 272-279. 6. Nasar,SS., Obesitas Pada Anak: Aspek Klinis danPencegahan,Naskah Lengkap Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan IImu Kesehatan Anak,XXXV,Jakarta, 1995. 7. Padmiari,IdaA.E.,Hadi,H., Prevalensiobesitas dan konsumsi fast food sebagai faktor Risiko terjadinya obesitas pada anak SD di Kota Denpasar,Bali, Medika 2003, (3) 3:159-165. 8. Suhendro., Fast food sebagai faktor risiko terjadinya obesitas pada remaja siswa-siswi SMUdi KotaTangerang Propinsi Banten. Tesis yang tidak dipublikasikan.Program pascasarjana Universitas Gadjah Mada, yogyakarta:2002.
9.
10.
11.
12.
13.
85
Ismail, D., Pola makan dan jajanan anak sekolah di Yogyakarta, Berita Kedokteran Masyarakat, 1999 (15).3-9. Gill, T.P.,Antipatis, V.J.,James, W.P.T.,TheGlobal Epidemie of Obesity Asia Pasific Jurnal. Clininical Nutrition 1999, 8 (1): 75-81. Ahmed, K., Revill, J. and Hinsliff, G. Official: fat epidemic will cut life expectancy.Http:// www.mespotlight.org/media/press/meds/ theobserver091103.html 2/3/2004. Suhardjo., Sosio budaya gizi, Dirjen Dikti Antar Universitas pangan dan Gizi IPB-Bogor, Bogor, 1989. Adiningsih, S., Ukuran pertumbuhan dan status gizi remaja awal. Dalam Sandjaja, Abas BJ, Iman S, Gustina S, Rochamah, Budi, H (Eds). Prosiding Kongres Nasional Persagi dan Temu IImiah XII, 2002, 94-110.