OBESITAS DAN HsCRP PADA REMAJA MAHASISWA BARU DI UNIVERSITAS HASANUDDIN
OBESITY AND HsCRP CONTENT AMONG NEW STUDENTS ADOLESCENT AT HASANUDDIN UNIVERSITY
Iriyani Harun, Veni Hadju, Nurpudji A Taslim
Prodi Ilmu Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin
Alamat Korespondensi: Iriyani Harun, SKM Jl. Kakatua Mess Anoa IV. K. 38 Makassar, 90122 HP. 085395115583 Email:
[email protected] &
[email protected]
ABSTRAK Obesitas merupakan suatu kondisi inflamasi kronik tingkat rendah yang sudah menjadi salah satu petomekanisme kelainan kardiovaskuler. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan obesitas dengan kadar hsCRP pada remaja mahasiswa baru di Universitas hasanuddin. Penelitian ini adalah penelitian analitik dengan desain cross-sectional study yang dilaksanakan pada remaja mahasiswa baru Universitas Hasanuddin tahun akademik 2012/2013 dengan total sampel 62 sampel. Pengambilan sampel menggunakan metode systematic random sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, pengukuran antropometri dan pengambilan specimen darah untuk pemeriksaan biokimia. Analisis data menggunakan program SPSS. Hasil penelitian dari 62 total sampel terdapat 64,5% responden obessitas berdasarkan IMT, 66,1% obesitas berdasarkan pengukuran lingkar pinggang dan 64,5% responden yang mengalami overfat berdasarkan hasil pengukuran BIA. Hasil uji bivariat memperlihatkan bahwa IMT (p=0,002), lingkar pinggang (p=0,001), persen lemak tubuh (p=0,002) memiliki hubungan positif yang bermakna dengan peningkatan kadar hsCRP. Hasil uji multivariat memperlihatkan bahwa dari ketiga variabel tersebut variabel yang paling dominan terhadap meningkatnya kadar hsCRP adalah lingkar pinggang., dimana berisiko 7 kali (7,11;95%Cl2,2-22,9) lebih besar kontribusinya terhadap peningkatan hsCRP. Disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara IMT, lingkar pinggang dan persentase lemak tubuh dengan meningkatnya kadar hsCRP. Kata Kunci
: Remaja, Obesitas, Lingkar Pinggang, HsCRP
ABSTRACT Obesity is a condition of chronic low-level inflammation that has become one of petomekanism cardiovascular disorders. The aim of the research is to find out the relationship between obesity and hsCRP content among new student adolescents at Hasanuddin University. This research was an analytic study with cross-sectional study design conducted among new students adolescents at Hasanuddin University academic year 2012/2013 with the total samples of 62 people. They were selected by using systematic random sampling method. The methods of obtaining the data were questionnaires, anthropometric measurements and blood specimen collection for biochemical examination. Data analysis used SPSS program. The results of the research indicate that among 62 samples, 64.5% of respondents suffers from obesity based on IMT , 66.1% of them suffers from obesity based on waist circumference, and 64.5% of them suffers from obesity based on the result of BIA measurement. The results of bivariate test indicate that IMT (p = 0.002), waist circumference (p = 0.001), and percent body fat (p = 0.002) have a positive significant relationship to the increase of hsCRP content. The results of multivariate test indicate that among the there variables, waist circumference has the most dominant influence on the increase of hsCRP, where risk 7 times (7,11;95%Cl2,2-22,9) greater contribution to the increase in hsCRP. It is concluded that there is a significant relationship between IMT, waist circumference and body fat percentage with increased of hsCRP. Keywords: Adolescents, Obesity, Waist Circumference, hsCRP
PENDAHULUAN Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebagai contoh, 20,5% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1,5% tergolong obes. Di Thailand, 16% penduduknya mengalami overweight dan 4% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12,% pada laki-laki dan 14,4% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5,3% dan 9,8%. (Vishuda, 2001) Data riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas di Indonesia pada remaja usia 15 tahun keatas sebesar 19,1%, sedangkan untuk usia 6-14 tahun prevalensi obesitas untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 9,5% dan perempuan 6,4%. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan pada remaja usia 13 – 15 tahun yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 2,9% dan perempuan 2,0%, sedangkan untuk usia 16-18 tahun masing-masing sebesar 1,3% dan 1,5%. (Depkes RI, 2011). Obesitas merupakan suatu kondisi inflamasi kronik tingkat rendah terutama pada white adipose tissue (WAT). Penemuan bahwa obesitas ditandai dengan adanya akumulasi makrofag pada jaringan WAT serta adanya fungsi biologi adiposit dan makrofag menambah pengertian terhadap perkembangan inflamasi dijaringan adiposa pada obesitas. (Wellen dkk, 2003). Penanda inflamasi yang dianggap terbaik saat ini adalah high sensitivity C-Reaktive Protein (hsCRP) karena disintetis di hati dibawah kontrol Inter Leukin-6 (sitokin adiposa) sebagai respon terhadap berbagai rangsangan inflamasi baik inflamasi akut (infeksi) maupun inflamasi kronik (pembentukan plak ateroklerosis) Pengukuran hsCRP merupakan prediktor terbaik untuk mengetahui risiko penyakit kardiovaskuler karena dapat memprediksi kejadian thromboembolic akibat aterosklerosis. (Nyandak. dkk, 2007). Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa kadar CRP berkaitan erat dengan obesitas, hasil penelitian yang dilakukan oleh Vereendra Kumar menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara hsCRP dan BMI dengan (r-0,085) (Vareendra, 2011). Penelitian terhadap 55 wanita obese dan 55 kelompok kontrol menunjukkan bahwa ada peningkatan signifikan pada lingkar pinggang dan hsCRP pada wanita obes dibanding kelompok kontrol (Nirmita, 2012), ditemukan pula hubungan yang signifikan antara lingkar pinggang , BMI dengan kadar hsCRP dengan tingkat kemaknaan (P<0,001) . (Fatma, 2010).
Dengan
melihat
beberapa
hasil-hasil
penelitian
diatas
yang
menggambarkan
kecenderungan adanya korelasi positif antara peningkatan kadar hsCRP pada penderita obesitas . Olehnya itu maka peneliti tertarik untuk melihat hubungan kadar hsCRP pada remaja obesitas sebagai penanda awal adanya proses inflamasi yang berisiko terhadap timbulnya penyakit kardiovaskuler
BAHAN DAN METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Universitas Hasanuddin dengan melibatkan mahasiswa baru tahun akademik 2012/2013 Desain dan Variabel Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah analitik dengan desain cross-sectional study. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kadar hsCRP (High Sensitivity C Reactive Protein ), sedangkan variabel independen adalah IMT (Indeks Massa Tubuh ), lingkar pinggang dan persen lemak tubuh. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa baru usia 17-20 tahun Universitas Hasanuddin tahun akademik 2012/2013. Perhitungan sampel disesuaikan dengan desain penelitian cross-sectional yang berdasarkan besaran populasi 4.400 orang dengan prevalensi remaja mahasiswa baru yang mengalami obesitas sebesar 7,9%, sehingga diperoleh jumlah sampel sebesar 110 yang diperoleh dari interval hasil pembagian jumlah populasi dengan sampel. Setelah dilakukan restriksi data maka jumlah sampel yang memenuhi criteria inklusi dalam penelitian ini adalah 62 sampel Pengumpulan Data Pengumpulan data primer meliputi karakteristik responden, food recall dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner terstruktur. Data status gizi diperoleh dengan pengukuran antropometri meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar perut dan persen lemak tubuh dengan menggunakan BIA (Bioelectric Impedance Analysis ). Data tentang kadar hsCRP dilakukan dengan pengambilan darah vena menggunakan vacuntainer sebanyak 6 cc dengan metode particle enhanced immune-turbidimetric yang pemeriksaannya dilakukan di Laboratorium Klinik Prodia Makassar.
Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan program SPSS sedangkan data asupan makanan diolah dengan program nutrisurvey, selanjutnya dilakukan analisis yang meliputi analisis univariat, analisis bivariat dengan uji chi-square dan analisis multivariat dengan menggunakan uji logistic regretion HASIL Status Obesitas dan Kondisi Lemak Tubuh Tabel 1 memperlihatkan bahwa terdapat (64,5%) responden yang mengalami obesitas berdasarkan pengukuran IMT dan yang normal sebesar (35,5%), sedangkan (66,1%) responden yang mengalami obesitas berdasarkan lingkar perut dan yang normal sebesar (33,5%). Dilihat dari kondisi lemak tubuh berdasarkan hasil pengukuran BIA (Bioelectric Impedance Analysis ) terdapat (64,5%) yang mengalami overfat dan yang normal sebesar (35,5%) Hasil Pengujian Hipotesis HsCRP (High Sensitivity C Reactive Protein) Tabel 2 memperlihatkan bahwa responden yang mengalami mobesitas berdasarkan hasil pengukuran IMT mempunyai kadar hsCRP berisiko tinggi sebesar 35,0%, sedangkan berisiko sedang sebesar 42,5%, Hal ini dibuktikan dengan hasil uji chi-square yang menyatakan ada keterkaitan yang signifikan antara IMT dengan kadar hsCRP (p = 0,002) Tabel 3 memperlihatkan bahwa responden yang mengalami obesitas berdasarkan hasil pengukuran Lingkar pinggang (LP) lebih banyak mempunyai kadar hsCRP yang berisiko sedang sebesar 43,9%, akan tetapi tidak jauh berbeda ada juga yang mengalami risiko tinggi sebesar 34,1%. Hasil uji chi square menyatakan bahwa ada keterkaitan yang signifikan antara lingkar pinggang dengan kadar hsCRP (P=0,01). Tabel 4 memperlihatkan bahwa responden yang mempunyai persen lemak tubuh dalam kondisi overfat berdasarkan hasil pengukuran BIA mempunyai kadar hsCRP berisiko, yaitu sebanyak 42,5% berisiko sedang dan 35,0% yang mempunyai risiko tinggi. Hasil uji chi square memperlihatkan ada hubungan signifikan antara persen lemak tubuh dengan kadar hsCRP (p = 0,002). Tabel 5 memperlihatkan hasil analisis multivariat dengan uji logistic regretion memperlihatkan peran IMT, lingkar pinggang dan persen lemak tubuh terhadap peningkatan hsCRP. Pada tabel ini menunjukkan bahwa dari ketiga variabel yang paling berperan terhadap peningkatan kadar hsCRP adalah lingkar pinggang dengan nilai Exp(B) tertinggi yaitu (7,11;95%Cl2,2-22,9).
PEMBAHASAN Penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan kondisi obesitas terhadap kadar hsCRP (High Sensitivity C Reactive Protein ) pada remaja. Hasil dari pemeriksaan ini cukup bervariasi, dari total 62 responden maka didapatkan 24,2% yang mempunyai risiko tinggi, 38,7% risiko sedang dan 37,1% yang berisiko rendah. Sebuah penelitian cross sectional study di India menyatakan bahwa kadar hsCRP tinggi ( > 3 mg/l) mengindikasi terjadinya sindrom metabolik, oleh karena itu hsCRP dapat menjadi alat untuk memprediksi risiko sindrom metabolik (Anubha Mahajan, 2012). Berdasarkan hasil tabulasi silang diperoleh bahwa responden yang mengalami obesitas berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) mempunyai kadar hsCRP yang berisiko dibanding responden yang kondisi normal, dimana pada penelitian ini terdapat 42,5% mempunyai risiko sedang dan 35,0% yang berisiko tinggi, hal ini juga sesuai dengan penelitian di Saudi Arabia terhadap anak dan remaja usia 6-16 tahun yang menyatakan bahwa ada korelasi positif antara BMI dengan hsCRP (p<0,001) dimana pada kelompok obesitas mempunyai kadar CRP yang lebih tinggi dibanding kelompok kontrol (Hatem & Ibrahem, 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Yong Hao Pua (2005) menyimpulkan bahwa BMI dapat digunakan sebagai alat skrining untuk mendeteksi risiko penyakit kardiovaskular. Hasil uji statistik dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa ada hubungan bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar hsCRP (p = 0,002). Hubungan lingkar pinggang dengan kadar CRP telah banyak diperbincangkan, dari hasil studi di spanyol menyatakan seseorang yang mempunyai lingkar pinggang > 94 cm pada laki-laki dan > 80 cm pada wanita memiliki kadar CRP lebih tinggi p(0,000). (F.D.C Gomez, 2012). Sebuah desain penelitian cross sectional terhadap remaja berusia 15-18 tahun dari tiga kelompok etnis yang berbeda di Afrika Selatan mendapatkan bahwa kadar CRP secara signifikan jauh lebih tinggi terhadap subjek yang mempunyai lingkar pinggang yang lebih besar (Megan, 2012). Hasil uji statistik bivariat dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa ada keterkaitan yang signifikan antara meningkatnya lingkar pinggang dengan kadar hsCRP remaja (p=0,002), Persentase lemak tubuh yang diukur dengan menggunakan BIA (Bioelectric Impedance Analysis) lebih baik dibanding BMI, dalam study cross-sectional analysis of the IRAS (Insulin Resistance Atherosclerosis Study) mendapatkan bahwa persen lemak tubuh mempunyai korelasi yang kuat terhadap tingkat CRP (Festa, 2001). Hasil tabulasi silang dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa persen lemak tubuh dalam kondisi overfat berdasarkan hasil pengukuran BIA mempunyai kadar hsCRP berisiko, yaitu sebanyak 42,5%
berisiko sedang dan 35,0% yang mempunyai risiko tinggi, dan berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara persen lemak tubuh dengan kadar CRP (p=0,002). Hal ini diperkuat pada sebuah hasil uji multivariat yang dilakukan di Taiwan memperlihatkan bahwa persen lemak tubuh adalah satu-satunya indikator yang terkait dengan tingginya hsCRP baik pada wanita maupun pria (1,55, CI 95%: 1,07-2,25). (Lin. dkk, 2010). Berdasarkan uji multivariat yang dilakukan pada penelitian ini memperlihatkan bahwa dari ketiga variabel diatas lingkar pinggang mempunyai kontribusi kuat dengan peningkatan hsCRP dimana nilai signifikansinya adalah (P=0,001), dengan nilai (7,11;95%Cl2.2-22.9) artinya bahwa lingkar pinggang berisiko 7 kali lebih besar perananya dalam meningkatkan kadar hsCRP, disusul kemudian dengan IMT dengan risiko 6 kali (6,02;95%Cl1,92-18,8) dan persen lemak tubuh dengan risiko 6 kali (6,02;95%Cl1,92-18,8). Hal ini mungkin berkaitan dengan fakta yang menyatakan bahwa adiposit intraabdominal lebih bersifat lipolitik aktif dibandingkan dengan yang berasal dari simpanan lain. Riset yang dilakukan oleh Flier (2005), di Universitas Birminghan, Inggris membuktikan bahwa sel lemak di sekitar pinggang merupakan sel-sel aktif berlebih yang dapat mengacaukan stabilitas insulin dan meningkatkan tekanan darah dan kolesterol dalam darah. Penelitian yang dilakukan Natasya (2007) menjelaskan bahwa sel lemak dapat menghasilkan sitokin-sitokin yang memiliki efek seperti organ endokrin. Beberapa diantaranya yaitu leptin, adiponektin, interleukin-6, resistin dan TNF-α. Selain itu, Interleukin (IL-6) juga akan menginduksi produksi protein inflamasi dari hati seperti C-Reactive Protein (De Maat, 2001).
KESIMPULAN DAN SARAN Kadar hsCRP remaja obesitas lebih berisiko dibanding remaja yang tidak obesitas, ada hubungan positif bermakna antara lingkar pinggang (LP) dengan kadar hsCRP pada remaja obesitas, dimana berisiko sebanyak 7 kali lebih besar peluangnya untuk meningkatkan kadar hsCRP, selain itu IMT juga mempunyai hubungan positif bermakna antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan kadar hsCRP pada remaja obesitas dengan risiko sebanyak 6 kali terjadi peningkatan hsCRP dan persen lemak tubuh juga berhubungan positif bermakna antara dengan kadar hsCRP dengan risiko 6 kali lebih besar terhadap peningkatan hsCRP. Peningkatan aktifitas fisik dengan cara berolahraga dan pengaturan pola makan perlu dilakukan untuk menurunkan berat badan sehingga dapat menurunkan status inflamasi dan diharapkan kepada peneliti selanjutnya agar dapat melanjutkan untuk pemberian intervensi baik berupa edukasi, konseling atau lainnya terhadap responden yang sudah dalam kondisi obesitas
DAFTAR PUSTAKA Anubha Mahajan, Alok Jaiswala, Rubina Tabassuma, Avijit Poddera, Saurabh Ghoshb, S.V. Madhuc, Sandeep K. Mathurd, Nikhil Tandone, Dwaipayan Bharadwaja. (2012). Elevated Levels of C-Reactive Protein as a Risk Factor for Metabolic Syndrome in Indians. Journal homepage: www.elsevier.com/locate/atherosclerosis. Atherosclerosis 220 (2012) 275–281 Depkes RI, (2011). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Riset Kesehatan Dasar 2011. Jakarta: Balitbangkes Fatma G. Huffman, Suzanne Whisner, Gustavo G. Zarini and Subrata Nath. (2010). Waist Circumference and BMI in Relation to Serum High Sensitivity C-Reactive Protein (hs-CRP) in Cuban Americans With and Without Type 2 Diabetes. Article. Int. J. Environ. Res. Public Health 2010, 7, 842-852; doi:10.3390/ijerph7030842 Festa, A, R. D'Agostino Jr, K. Williams, A.J. Karter, E.J. Mayer Davis, R.P. Tracy, et al. (2001). The Relation of Body Fat Mass and Distribution to Markers of Chronic Inflammation. International Journal of Obesity and Related Metabolic Disorders 25: 1407–1415. F del Canizo Gomez, I Moreno-Ruiz, B Silveira Rodriguez, C De Gorospe, T Gonzalez Losada & A Segura Galindo. (2012). Serum High Sensitivity C-Reactive Protein as Predictor of Metabolic Syndrome and its Relationship with Wlbuminuria in Type 2 Diabetes Mellitus. (Online) endocrine Abstracts. http://www.endocrineabstracts.org/ea/0029/ea0029P639.htme.european Society of Endocrinology. Diakses tanggal 20 November 2012 Filer J.S (2005). Obesity 15 th Edition. NewYork;The Mc Graw-Hill Companies, page 479 Hatem Hamed & Ibrahem Abdel, (2010). Cardivascular Risk Obese Children And Adolescents, (Online), vol.2,No.9,1078-1084 http://www.scirp.org/journal/Health/, diakses 20 November 2012 Lin CC, Kardia SL, Li CI, Liu CS, Lai MM, Lin WY, Chang PC, Lee YD, Chen CC, Lin CH, Yang CW, Hsiao CY, Chen W, Li TC. (2010). The Relationship of High sensitivity C-Reactive Protein Vishuda. Matheus, Michelle, Joan Sabate. (2001). The Risk Of Child Adolescen Overweight is Related to Types of Food Consumed. Nutrition Journal 2001,10:71 Megan A. Rensburg, Tandi Matsha, Mariza Hoffmann, Mogamat S. Hassan, Rajiv T.Erasmu, (2012). Distribution and Association of hs-CRP with Cardiovascular Risk Variables of Metabolic Syndrome in Adolescent Learners. .Afr J Lab Med. 2012;1(1), Art. #10, 6 pages. http://dx.doi. org/10.4102/ajlm.v1i1.10 Nyandak T, Gogna A, Bansal S, Deb M.(2007). High Sensitive C-Reactive Protein (hsCRP) and its Correlation with Angiographic Severity of Coronary Artery Disease (CAD). JIACM 2007;8(3):217-21 Nirmitha Dev and Sara Rani Marcus. (2012). High sensitive C-Reactive Protein, an Independent and Early Novel Inflammatory Marker in Healthy Obese Women.
Biomedical Research 2012; 23 (1): 73-77. Department of Biochemistry, MS Ramaiah Medical College, Bangalore, India Natasya (2007). Resistensi Insulin pada Obes Sentral. BIK Biomed Vol.3 No.3. Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. Manado Veerendra Kumar Arumalla, Routhu Kathyaini. (2011). Serum High Sensitivity CReactive Protein in Different Grades of Obesity. Research Journal of Pharmaceutical, Biological and Chemical Sciences October – December 2011 RJPBCS Volume 2 Issue 4 Page No. 1041 Wellen K, Hostamisligil GS. (2003) Inflammation-induced inflammatory changes in adiposa tissue. J Clin Invest 112:1785-1788 Yong Hao Pua, Peck Hoon. (2005). Anthropometric indices as screening tools for cardiovascular risk factors in Singaporean women. Asia Pac J Clin Nutr 2005;14 (1): 74-79
LAMPIRAN Tabel. 1. Distribusi berdasarkan status obesitas remaja mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin tahun 2012 Variabel (n=62) Status Obesitas berdasarkan IMT Obesitas Normal Status Obesitas berdasarlan Lingkar Perut Obesitas Normal Kondisi lemak tubuh berdasarkan BIA Overfat Healthy
Tabel. 2
n
%
40 22
64,5 35,5
41 21
66,1 33,9
40 22
64,5 35,5
Distribusi hasil pemeriksaan kadar hsCRP pada responden obesitas berdasarkan IMT (Indeks Massa Tubuh) di Universitas Hasanuddin Kelompok (IMT) ( n=62 ) Obesitas
Risiko Rendah N % 9 22,5
Normal
14
63,6
Kadar hsCRP Risiko Sedang n % 17 42,5 7
31,8
Risiko Tinggi n % 14 35,0 1
P Value 0,002*
4,5
* = chi square
Tabel. 3
Distribusi hasil pemeriksaan kadar hsCRP pada remaja obesitas berdasarkan LP (Lingkar Perut) di Universitas Hasanuddin Kelompok(LP) ( n=62 ) Obesitas
Risiko Rendah N % 9 22,0
Normal
14
* = chi square
66,7
Kadar hsCRP Risiko Risiko Tinggi Sedang n % n % 18 43,9 14 34,1 6
28,6
1
4,8
P Value
0,001*
Tabel 4. Distribusi hasil pemeriksaan hsCRP pada remaja obesitas berdasarkan persentase lemak tubuh yang diukur dengan BIA (Bioelectric Impedance Analysis) Persentase Lemak Tubuh (BIA) ( n=62 ) Overfat
Risiko Rendah N % 9 22,8
Normal
14
63,6
Kadar hsCRP Risiko Risiko Tinggi Sedang n % n % 17 42,5 14 35,0 7
31,8
1
4,5
P Value
0,002*
* = chi square Tabel 5. Analisis Multivariat IMT, lingkar pinggang dan persen lemak tubuh terhadap kadar hsCRP pada remaja mahasiswa baru di Universitas Hasanuddin. Variabel (n=62)
Sig.
Exp (B)
IMT
0,002
Lingkar Perut Persen Lemak Tubuh
95%Cl Lower
Upper
6,028
1,923
18,895
0,001
7,111
2,206
22,923
0,002
6,028
1,923
18,895