83
0123456737589843138 72894 0 4 8 728483
30!"# !$%&$8" '()*+,-./'()+01+.+)/2+34-/5(,0()4+67/8(9+3/'+97/9()*+)/:+;+)* <6;(,*7=-6/>7*(,/4(,.+9+;/:+)9-)*+)/?7)(,+=/:+=67-0@/5(,,-0/9+) ?+*)(67-0 A$BCD91E&D$E4B$D3$"&E FG HFI '()*+,-./;J/9+)/K+0+/5(,0()4+67/L=(./M)N70/O(=-=L6(/9+=+0/',L6(6 J79,L=7676/-)4-3/?()7)*3+43+)/>7=+7/P7N7/MQ()*/PL)9L3 B$E FR HGS '()*+,-./'(0+3+7+)/?7)T+3/U+*-)*4(,.+9+;/'L=+/K(0+3/8+,+. :(=7)Q7 VE GW HGX '()*+,-./'(01(,7+)/Y,7)/O+;7;+9+/Z(,1+*+7/:L)6()4,+679+)/K+0+ '(,()9+0+)/Z()7./O()4,L/[\()4,L6(0+/'-1(6Q()6]4(,.+9+;/8+T+ :(Q+01+.@/^7*L,74+69+)/Z(,+4/:(,7)*/_+)+0+) `$a$D Gb HSI O4-97/'()*+,-./:(,-6+3+)/Z(4+H:+,L4()9+=+0/'(=+,-4/J(36+)+@/<6(4L) 9+)/?(4+)L=6(,4+/_+);+/'(=+,-49+=+0/Y9+,+/_(,1-3+ !$B2"cd"& SR HSX e9()47f73+67/5-)*7/?73L,7N+/<,1-63-=+,/[5?<]97/J-4+)/K7)9-)* ?+)*,Lg(/'+)*3+=/Z+1-/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4/U+017 3"$E&2c6"i&$"$9$ED$EV$a$B Sb HWI ^L=-0(/<017)*/9+)/ZL1L4/Z+9+)/<)+3/:+017)*/'(,+)+3+)/M4+j+. 6(1+*+7/k(6;L)/'(01(,7+)/5OJ/9+)/'?OP 4D$ED$Ei$l WR HIS e9()47f73+67/U()769+)/'(,1+)T+3+)/M)9L073L,7N+/KL3+=97/J-4+) :+0;-6/Y)7g(,674+6/U+017 2c6"i&$"$9$E3"$E&D$E4#$CD IW HIm Mg+=-+67/?-4-/P+1+./'+97/KL3+=/'+6+)*/O-,-4/<6+=/:(Q+0+4+)/_-)*3+= e=7,/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4 4CE" In HRF e9()47f73+67/?-4-/Z(,+69+,7/'+97/KL3+=/'+6+)*/O-,-4/<6+=/:(Q+0+4+) '()*+1-+)/:+1-;+4()/_+)h-)*/U+1-)*/Z+,+4 `&C9$%a RG HRX <)+=7676/8+)/:+,+34(,76+67/O()T+j+/<=3+=L79/8+,7/_+)+0+)/:7)+ [\.7)Q.L)+/=(9*(,7+)+] 3%a$0BE Ib HmI 6D$E6E"$E
Volume 14, Nomor 2, Hal. 43-46 Juli – Desember 2012
ISSN 0852-8349
IDENTIFIKASI JENIS DAN PERBANYAKAN ENDOMIKORIZA LOKAL DI HUTAN KAMPUS UNIVERSITAS JAMBI
Rike Puspitasari Tamin, Nursanti, dan Albayudi Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Darat, Jambi 36361
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dalam kultur spora tunggal dan untuk mendapatkan perbanyakan spora endomikoriza endogenus hutan kampus Universitas Jambi serta mendapatkan bank inokulum dari jenis endomikoriza endogenus yang telah teridentifikasi di hutan kampus Universitas Jambi Mendalo. Percobaan dilaksanakan pada bulan Juni – November 2012 di Laboratorium Produksi Tanaman dan rumah kaca Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Prosedur kerja dalam produksi inokulum endomikoriza terdiri atas tahapan antara lain : isolasi strain, inokulasi propagul, pemilihan tanaman inang, dan optimasi kondisi pembentukan simbiosis endpmikoriza. Hasil penelitian menunjukkan Hasil kultur spora tunggal dan sub kultur spora yang diperoleh dari hasil ekplorasi dan identifikasi yang dilakukan di hutan kampus Universitas Jambi Mendalo telah menghasilkan inokulum endomikoriza untuk tiga jenis genus FMA yaitu Glomus sp., Gigaspora sp., dan Acaulospora sp. dimana inokulum tersebut nantinya dapat digunakan sebagai pupuk hayati dalam pembibitan tanaman kehutanan. Kata Kunci : endomikoriza, endogenus, inokulum
PENDAHULUAN Hutan hujan tropis adalah hutan yang memiliki keanekaragaman tumbuhan yang sangat tinggi atau hutan dengan pohon-pohon yang tinggi, iklim yang lembab dan curah hujan yang tinggi. Produktivitas yang sangat tinggi pada kawasan ini terjadi karena ekosistem hutan hujan tropis memiliki sistem daur hara yang sangat ketat, tahan kebocoran, dan berlangsung cepat. Di hutan hujan tropika terdapat banyak mikroorganisme tanah yang sangat membantu didalam siklus unsur hara di hutan alam. Salah satu mikroorganisme tanah tersebut yang mempunyai manfaat luar biasa adalah cendawan mikoriza baik cendawan ektomikoriza maupun cendawan endomikoriza. Mikoriza merupakan suatu bentuk simbiosis mutualistik antara jamur dan akar tanaman. Salah satu kemampuan mikoriza yaitu dalam membantu tanaman untuk menyerap unsur hara terutama unsur hara
Phosfor (Brundrett 2004). Hampir pada semua jenis tanaman terdapat bentuk simbiosis ini. Endomikoriza dapat ditemukan hampir pada sebagian besar tanah dan pada umumnya tidak mempunyai inang yang spesifik. Walaupun demikian, tingkat populasi dan komposisi jenis sangat beragam dan dipengaruhi oleh karakteristik tanaman dan faktor lingkungan seperti suhu, pH tanah, kelembaban tanah, kandungan posfor dan nitrogen. Dengan demikian, setiap ekosistem mempunyai kemungkinan dapat mengandung endomikoriza dengan jenis yang sama atau bisa juga berbeda, karena keanekaragaman dan penyebaran endomikoriza sangat bervariasi yang disebabkan oleh kondisi lingkungan yang bervariasi juga. Begitu juga dengan ekosistem hutan kampus Universitas Jambi Mendalo. Hutan kampus Universitas Jambi Mendalo telah diadakan penelitian identifikasi spora endomikoriza dimana dan telah ditemukan berberapa genus spora endomikoriza dibawah tegakan antara lain gigaspora sp., glomus sp.,
43
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
dan Acalauspora sp. Dari spora yang telah ditemukan tersebut maka perlu dilakukan kegiatan perbanyakan dimana keberhasilan dari perbanyakan spora tersebut dapat dijadikan inokulum dimana dapat digunakan sebagai pupuk hayati lokal yang nantinya dapat dipergunakan pada perbanyakan jenisjenis lokal Provinsi Jambi khususnya jenisjenis yang terdapat di hutan kampus Universitas Jambi Mendalo. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan antara lain adalah spora endomikoriza endogenus hutan kampus Universitas Jambi, pueraria javanica, zeolit, Hyponex merah. Alat-alat yang digunakan adalah pinset spora, pipet spora, suntikan, cawan petri plastik, mikroskop binokuler, timbangan analitik , sprayer, alumunium foil, kertas label, bak kecambah, saringan spora, centrifuge, autoclap dan kamera digital. Kultur Spora Tunggal
Pembuatan kultur spora tunggal bertujuan untuk mendapatkan spora yang berasal dari satu jenis yang sama. Pembuatan kultur spora tunggal dilakukan terhadap genus spora yang sebelumnya telah dilakukan identifikasi pada penelitian sebelumnya. Pembuatan kultur spora tunggal dilakukan dengan metode Petridish Observation Chamber dengan prosedur kerja sebagai berikut : 1. Cawan petri plastik yang digunakan sebagai tempat penanaman kultur dilubangi dengan ukuran 0,5 cm x 0,5 cm pada bagian tepinya yang berfungsi sebagai tempat munculnya kecambah P. javanica. 2. Cawan petri lalu diisi dengan zeolit halus yang telah disterilkan sampai penuh dan cukup padat. 3. Lakukan inokulasi spora per genus yang telah didentifikasi pada penelitian sebelumnya dengan menggunakan semai P. javanica yang telah memiliki 2-3 helai daun atau yang telah beumur ± 10 hari setelah disemai.
44
4. Spora endomikoriza diambil menggunakan pinset spora, kemudian spora diletakkan di akar P. javanica di bawah mikroskop. Setaip semai hanya ditanam satu spora. 5. Semai P. javanica yang telah dilakukan inokulasi dipindahkan pada media kultur dengan posisi bagian batang bibit diletakkan pada bagian tepi cawan petri plastik yang telah dilubangi. 6. Cawan petri selanjutnya ditutup dan diberi perekat supaya zeolit tidak tumpah. Setiap cawan petri diberi label agar tidak tertukar. 7. Cawan petri selanjutnya ditutup dengan alumunium foil untuk mengurangi pengaruh langsung cahaya terhadap media kultur. 8. Pemberian air dilakukan sesuai kebutuhan. 9. Pemupukkan dilakukan menggunakan hyponex merah 1 kali seminggu dengan konsentrasi 1 gr/ 1 liter air. 10. Kultur spora diperlihara selama 6 bulan dimana tergantung sporulasi yang terjadi. Untuk mengetahui perkembangan proses sporulasi maka kultur akan diamati setiap minggu kedua setelah pembuatan kultur. Apabila spora yang terbentuk sudah cukup banyak maka akan dilakukan subkultur ke pot kultur yang lebih besar. Pengamatan Keberhasilan Kultur Spora Tunggal
Pengamatan terhadap keberhasilan pembuatan kultus spora tunggal dilakukan setalah tanaman berumur ± 6 bulan dengan prosedur kerja sebagai berikut : 1. Ambil contoh masing-masing zeolit tiap cawan petri sebanyak ± 5 gram. Lakukan teknik tuang saring dengan menggunakan saringan bertingkat. Hasil dari saringan kemudian dimasukkan ke cawan petri. 2. Kemudian dilakukan pengamatan di bawah miskroskop untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari kultur spora tunggal yang telah dilakukan dan untuk mengetahui jumlah spora yang dihasilkan per 20 gram zeolit.
Rike Puspitasari, dkk. : Identifikasi Jenis dan Perbanyakan Endomikoriza Lokal di Hutan Kampus Universitas Jambi
Pembuatan Sub Kultur Spora
Hasil kultur spora tunggan yang dihasilkan diperbanyak dalam pot-pot kultur yang akhirnya akan didapatkan inokulum endomikoriza. HASIL DAN PEMBAHASAN Endomikoriza atau yang bisa disebut juga dengan Fungi Mikoriza Arbuskular (FMA) mempunyai kemampuan berasosiasi luas dengan berbagai jenis tanaman sebagai pupuk hayati sehingga banyak dimanfaatkan untuk mengatasi masalah kesuburan tanah marjinal. Untuk itu diperlukan inokulum FMA dalam jumlah besar sehingga diperlukan cara yang cepat untuk menghasilkan ditengah belum adanya produsen inokulum FMA dalam skala dengan inokulum FMA yang mempunyai kandungan atau massa spora yang banyak. Beberapa langkah agar FMA dapat berperan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman adalah mengisolasi keberadaan FMA, mengidentifikasi dan memperbanyak FMA serta menginokulasi FMA ke tanaman. Secara prosedur kerja produksi inokulum FMA terdiri atas tahapan antara lain : isolasi strain, inokulasi propagul, pemilihan tanaman inang, dan optimasi kondisi pembentukan simbiosis FMA. Produksi inokulan FMA merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memproduksi propagul atau inokulum FMA yang berupa akar dan media tumbuh yang terkolonisasi oleh arbusklular, hifa, vesikel, spora tunggal maupun campuran yang bercampur dengan bahan pembawa. FMA tersebut nantinya akan digunakan pada bibit-bibit tanaman kehutanan dimana inokulum tersebut akan berkolonisasi dengan akar tanaman sehingga dapat membentu pertumbuhan tanaman. Dari hasil perbanyakan FMA dengan kultur spora tunggal yang telah dilakukan didapatkan bahwa antara genus-genus spora yang diperbanyak memiliki kecepatan perkecambahan dan kolonisasi serta sporulasi yang berbeda. Jenis spora Glomus sp. menunjukkan kecepatan perkecambahan dan kolonisasi serta sporulasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis spora Gigaspora sp. dan Acauluspora sp. Hal ini sesuai dengan
Tabel 1. Jumlah Spora yang Dihasilkan per 20 gram Kultur Spora Tunggal No.
Posisi koordinat
Hutan Depan Kampus 1. S : 01014’763’’ E : 102046’890” 2. S : 01014’763’’ E : 102046’890” 3. S : 01036’494’’ E : 103031’143” 4. S : 01036’512’’ E : 103031’154”
Spora Endomikoriza
Jumla Spora per 20 gram Inokulum
Glomus sp.
12
Gigaspora sp.
8
Glomus sp., Gigasprora sp. Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
11
5.
S : 01036’512’’ E : 103031’154”
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
6.
S : 01036’565’’ E : 103031’082”
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
Hutan Belakang Kampus 1. S : 01036’864’’ Glomus sp., E : 103030’920” Gigaspora sp., Acaulospora sp. 2.
S : 01036’864’’ E : 103030’920”
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
3.
S : 01036’882’’ E : 103030’953”
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
4.
S : 01036’874’’ E : 103030’967”
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
5.
S : 01036’873’’ E : 103030’960”
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
6.
S : 01036’875’’ E : 103030’954”
Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp.
10 7 3 11 5 3 13 4 2 14 6 4 12 6 3 11 5 3 13 6 2 15 7 4 14 5 2
hasil penelitian Delvian (2005) bahwa jenis Glomus lebih cepat mengkolonisasi akar tanaman Pueraria javanica dan memproduksi spora dibandingkan dengan jenis Acaulospora. Berdasarkan hal tersebut bisa diambil kesimpulan bahwa jenis Glomus lebih cocok digunakan untuk produksi inokulum spora dalam jangka pendek sedangkan Acaluspora lebih cocok digunakan untuk produksi inokulum FMA dalam jangka panjang dan digunakan pada tanaman yang lambat dalam pembentukan perakarannya.
45
Jurnal Penelitian Universitas Jambi Seri Sains
memiliki masa dormansi yang berbeda-beda. Menurut Tawaraya et al. (1996) dalam Delvian (2006) bahwa Gigaspora dapat berkecambah dan mengkolonisasi akar dalam waktu kurang dari 1 (satu) minggu, untuk Glomus dapat mengkolonisasi akar sampai 39 % dalam waktu 6 (enam) minggu, dan Acaulospora memiliki masa dormansi yang lebih lama lagi. KESIMPULAN Gambar 1. Pembuatan Kultur Spora Tungal Hasil kultur spora tunggal dan sub kultur spora untuk FMA yang diperoleh dari hasil ekplorasi dan identifikasi yang dilakukan di hutan kampus Universitas Jambi Mendalo telah menghasilkan inokulum FMA untuk tiga jenis genus FMA yaitu Glomus sp., Gigaspora sp., dan Acaulospora sp. DAFTAR PUSTAKA
Gambar 2. Perbanyakan Inokulum Dari hasil penelitian kultur spora tunggal ini juga yang dilakukan dalam jangka waktu 6 (enam) bulan bahwa setiap genus spora mengasilkan jumlah spora yang berbeda-beda dari 20 gram berat sampel inokulum yang diamati. Menurut Abbot and Gajey (1994) dalam Delvian (2006) bahwa laju kolonisasi akar, selain ditentukan oleh respon tanaman inang dengan lingkungan tumbuh, juga ditentukan oleh dormansi, tingkat kematangan atau umur spora dan kerapatan inokulum. Dormansi tersebut merupakan waktu yang diperlukan untuk spora berkecambah dan mengkolonisasi akar. Setiap jenis FMA
46
Brundrett M. 2004. Diversity and Clasification of Mycorrhizal Association. Jurnal of Biology. Rev. 79 : 473-495. Widiastuti, H., Karmadibrata, K. 1993. Identifikasi jumlah Mikoriza Vesikular Arbuskular di Arboretum. Menara jurnal 61 (1): 13-19. Delvian 2005. Respon Pertumbuhan dan Perkembangan Cendawan Mikoriza Arbuskula dan Tanaman Terhadap Salinitas Tanah. http://library. usu.ac.id/download/fp/hutan-delvian. pdf [17 Juni 2009]. Delvian. 2006. Koleksi Isolat Cendawan Mikoriza Arbuskular Asal Hutan Pantai. Universitas Sumatera Utara. Medan.