EVALUASI IMPLEMENTASI SISTEM ELECTRONIC HEALTH RECORD (EHR) DI RUMAH SAKIT AKADEMIK UNIVERSITAS GADJAH MADA BERDASARKAN METODE ANALISIS PIECES Nuryati1; Nurzara Anggar Widayanti2 Rekam Medis Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada Email:
[email protected];
[email protected] Abstract
The purpose of this study was to evaluate an Electronic Health Record (EHR) at the Academic Hospital of the University of Gadjah Mada reviewed based on the PIECES method analysis to determine the aspects of performance, information / data, economic, control, efficiency, and service. This study used descriptive research with quantitative approach and cross-sectional study design. The result of the research showed Aspects performance (performance), information / data (information / data), efficiency (efficiency), service (leyanan) Academic Hospital EHR system UGM rated as good by users of EHR systems, while aspects of control / security (control / security) considered quite good and economic aspects (economic) Academic Hospital EHR system UGM rated poorly by users of EHR systems. While the EHR system in UGM Academic Hospital when viewed from the characteristics of users with various categories of age, past education, tenure, and work unit showed different results in every aspect of the study (performance, information / data, economic, control / security, efficiency, service). Keywords: evaluation, implementation, Electronic Health Record, PIECES Abstrak Tujuan penelitian ini adalah melakukan evaluasi sistem Electronic Health Record (EHR) di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada ditinjau berdasarkan metode analisis PIECES untuk mengetahui aspek performance, information/data, economic, control, efficiency, dan service. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan Aspek performance (kinerja), information/data (informasi/data), efficiency (efisiensi), service (leyanan) sistem EHR di RS Akademik UGM dinilai baik oleh pengguna sistem EHR, sedangkan aspek control/ security (kontrol/keamanan) dinilai cukup baik dan aspek economic (ekonomi) sistem EHR di RS Akademik UGM dinilai kurang baik oleh pengguna sistem EHR. Sedangkan sistem EHR di RS Akademik UGM apabila ditinjau dari karakteristik pengguna dengan berbagai kategori usia, pendidikan terakhir, masa kerja, dan unit kerja menunjukkan hasil yang berbeda dalam setiap aspek yang diteliti (performance, information/data, economic, control/security, efficiency, service). Kata kunci: evaluasi, implementasi, Electronic Health Record, PIECES
PENDAHULUAN
standar pelayanan rumah sakit, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis, penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan, dan penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan
Rumah sakit adalah institusi yang menyediakan tempat tidur rawat inap, pelayanan medis, dan pelayanan keperawatan terus-menerus untuk diagnosis dan pengobatan oleh staf medis yang terorganisir (Huffman,1994). Fungsi rumah sakit adalah sebagai penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai dengan
17
17
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan (UU No 44 tahun 2009 pasal 5). Setiap rumah sakit diwajibkan menyelenggarakan rekaman atau catatan dari segala pelayanan yang diberikan kepada pasien yang disebut rekam medis. Menurut Huffman (1994), rekam medis adalah rekaman atau catatan mengenai siapa, apa, mengapa, bilamana, dan bagaimana pelayanan yang diberikan kepada pasien selama masa perawatan, yang memuat pengetahuan mengenai pasien dan pelayanan yang diperoleh serta memuat informasi yang cukup untuk mengidentifikasi pasien, membenarkan diagnosis dan pengobatan serta merekam hasilnya. Berkas rekam medis sangat menentukan terciptanya laporan kesehatan yang valid, untuk itu proses penulisan, pengolahan, dan pelaporan rekam medis harus terjaga kualitasnya. Dengan demikian perekam medis memegang peranan penting sebagai pengumpul, pengolah, dan penyaji informasi kesehatan. Baik dilakukan secara manual maupun elektronik. Sistem Electronic Health Record (EHR) adalah salah satu sistem rekam kesehatan elektronik yang merupakan kegiatan mengkomputerisasi isi rekam medis kesehatan dan proses yang berhubungan dengannya. EHR adalah rekaman atau catatan elektronik informasi terkait kesehatan (HealthRecord-Information) seseorang yang mengikuti standar interoperabilitas nasional dan dapat dibuat, dikumpulkan, dikelola, digunakan, dan dirujuk oleh dokter atau tenaga kesehatan yang berhak (authorized) pada lebih dari satu organisasi pelayanan kesehatan (National Alliance for Health Information Technology, 2008). Menurut Fuad (2008), EHR juga berarti sebagai rekaman atau informasi catatan elektronik terkait kesehatan (health-related-information) yang mengikuti standar interoperabilitas nasional dan dapat ditarik dari berbagai sumber, namun dikelola, dibagi, serta dikendalikan oleh individu. Penyelenggaraan sistem Electronic Health Record (EHR) di rumah sakit sejalan dengan adanya tuntutan masyarakat akan pelayanan kesehatan yang semakin berkualitas karena salah satu keuntungan yang dapat diperoleh dengan sistem EHR, yaitu mencegah kejadian medical error melalui tiga mekanisme yaitu (1) pencegahan adverse event, (2) memberikan respon cepat segera setelah terjadinya adverse event, dan (3) melacak serta menyediakan umpan balik mengenai adverse event (Fuad, 2008).
18
Menurut AHIMA dalam Journal of AHIMA 83 No.7 (2012), yaitu Data Quality Management Model (Updated), semakin lama sistem Electronic Health Record (EHR) menjadi lebih banyak diterapkan di semua pengaturan kesehatan. Sistem ini telah dikembangkan dan digunakan dengan berbagai metode dokumentasi sebagai salah satu catatan elektronik. Oleh karena itu, dibutuhan pengelolaan kualitas data, pelayanan, manajemen, dan pengukuran yang lebih ketat/besar dari sebelumnya. Selain itu, hal ini dapat menimbulkan perhatian untuk menjamin integritas data dalam pelaksanaan kegiatan, metode pengumpulan, atau sistem yang digunakan untuk merekam, menyimpan, dan mengirimkan data pada pelayanan kesehatan. Electronic Health Record (EHR) terdiri dari data baik terstruktur dan tidak terstruktur. Hal ini mengakibatkan berbagai peluang terjadinya kesalahan. Karena penggunaannya yang sangat penting, timbul peningkatan tekanan entitas kesehatan dan penyedia pelayanan untuk memberikan data kesehatan yang berkualitas. Selain itu, data harus dipercaya untuk mendukung keputusan klinis, keuangan, dan administrasi. Sebab EHR dan seberapa baik kualitas data kesehatan sangat penting untuk memberikan kualitas pelayanan yang baik. Dalam Journal of AHIMA 83 No. 7 (2012), juga dijelaskan checklist to assess data quality management efforts (ceklis untuk menilai upaya data manajemen mutu), salah satunya adalah: “...quality (i.e., accuracy) is routinely monitored and meaningful use is achieved via the evaluation of EHR data.” Hal tersebut berarti kualitas (yaitu, akurasi) secara rutin perlu dipantau dan penggunaan bermakna dicapai melalui evaluasi data EHR. Dalam KEPMENKES No. 377/Menkes/SK/III/2007 juga disebutkan salah satu kompetensi perekam medis, yaitu menjaga mutu rekam medis. Hal ini disebutkan dalam kode unit kompetensi MIK.MU.04.005.01, yaitu melakukan penilaian dan memberikan solusi terhadap sistem komputerisasi pelayanan Manajemen Informasi Kesehatan (MIK)/Rekam Medis (RM). Selain itu, dijelaskan pula dalam kode unit kompetensi MIK. MU.04.009.01, yaitu meningkatkan kualitas data klinis dalam proses menjaga mutu MIK/RM. Oleh karena itu, dalam suatu sistem informasi kesehatan, salah satunya sistem EHR perlu dilakukan evaluasi. RS Akademik UGM merupakan salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang telah menerapkan Electronic
nuryati, dkk. evaluasi implementasi sistem electronic ...
Health Record (EHR) pada Instalasi Rawat Jalan dan Gawat Darurat. Pada saat ini, RS Akademik UGM masih dalam tahap pengembangan EHR agar dapat sesuai dengan kebutuhan dan harapan rumah sakit. Oleh karena itu, peneliti melakukan evaluasi sistem EHR di RS Akademik UGM untuk mengetahui keinginan dan pendapat pengguna terhadap aspekaspek yang mempengaruhi sistem EHR. Dengan evaluasi terhadap sistem EHR yang sudah berjalan tersebut, diharapkan agar RS Akademik UGM dapat mengetahui dan lebih memahami hambatanhambatan maupun keuntungan dari penggunaan sistem yang selama ini berjalan. Dalam memberikan analisis atau evaluasi terhadap suatu sistem, dapat dilakukan dengan beberapa model analisis. Dalam penelitian ini akan digunakan model analisis PIECES yang mampu menganalisa sistem dari segi kekuatan maupun kelemahan berdasarkan aspek performance (kinerja), information/data (informasi/data), economic (ekonomi), control/ security (kontrol/keamanan), efficiency (efisiensi), dan service (pelayanan). Teknik analisis ini dijelaskan oleh Whitten (2007) bahwa sebuah sistem dilakukan analisis terlebih dahulu untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan dalam pembuatan sistem itu sendiri. Sebuah sistem informasi perlu ditemukan permasalahan yang ada agar suatu sistem dapat berjalan dengan baik dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Permasalahan-permasalahan tersebut digunakan sebagai bahan referensi dan kontrol untuk perubahan sistem, sehingga dapat menjadi masukan dalam pengembangan sistem EHR RS Akademik UGM lebih lanjut. Menurut UK Institute of Health Informatics (2000), tujuan evaluasi sistem informasi, antara lain: a. Menentukan peningkatan yang diperlukan dalam produk individu tunggal atau tim. b. Mengkonfirmasi bagian bagian dari sebuah produk dimana peningkatan tidak diperlukan atau dibutuhkan. c. Mencapai kerja kualitas teknik yang lebih baik, paling tidak lebih seragam dan lebih dapat diprediksi dan untuk membuat kinerja teknis menjadi lebih dapat diatur. Tantangan utama sistem informasi di rumah sakit khususnya dalam hal pengembangan rekam medis terkomputerisasi selain aspek finansial adalah aspek legal, keselamatan pasien (patient safety), dan security. Masih banyak pihak yang mencurigai bahwa rekam medis elektronik tidak memiliki payung
hukum yang jelas. Hal ini juga terkait dengan upaya untuk menjamin agar data yang tersimpan dapat melindungi aspek privacy, confidentiality, maupun safetyi (keselamatan) informasi secara umum. Kini, teknologi informasi memberikan harapan baru, yaitu teknologi enkripsi maupun berbagai penanda biometrik (sidik jari maupun pemindai retina) yang justru lebih protektif daripada tandatangan biasa. Menurut Sabarguna (2010) Ada 4 hal yang menjadi keuntungan dari rekam medis terkomputerisasi yaitu: a. b. c. d.
Fasilitas yang lebih lengkap, Dapat bergerak pada sistem inforamsi lain, Sebagai alat bantu yang lengkap, Sebagai bagian dari pekerjaan yang berlanjut secara otomatis
Electronic Health Record (EHR) merupakan kegiatan mengkomputerisasikan isi rekam kesehatan dan proses yang berhubungan dengannya. EHR bukanlah sistem informasi yang dapat dibeli dan diinstall seperti paket word-procesing atau sistem informasi pembayaran dan laboratorium yang secara langsung dapat dihubungkan dengan sistem informasi lain dan alat yang sesuai dalam lingkungan tertentu. EHR merupakan sistem informasi yang memiliki framework lebih luas dan memenuhi satu set fungsi. Menurut Amatayakul (2004), Electronic Health Record (EHR) harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a. Mengintegrasikan data dari berbagai sumber (Integrated data from multiple source); b. Mengumpulkan data pada titik pelayanan (Capture data at the point of care); c. Mendukung pemberi pelayanan dalam pengambilan keputusan (Support caregiver decision making). Hatta (2011) menjelaskan bahwa Electronic Health Record (EHR) terdapat dalam sistem yang secara khusus dirancang untuk mendukung pegguna dengan berbagai kemudahan fasilitas untuk kelengkapan dan keakuratan data, memberi tanda waspada, peringatan, memiliki sistem untuk mendukung keputusan klinik dan menghubungkan data dengan pengetahuan medis serta alat bantu lainnya.Berdasarkan definisi International Organization for Standarisasi (ISO) dalam Hayrinen, dkk (2008), sistem EHR berarti repositori data pasien dalam bentuk digital, disimpan dan dipertukarkan dengan aman, dan dapat diakses oleh beberapa pengguna yang berwenang. EHR berisi informasi retrospektif (masa lalu), konkuren
19
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015
1) Accuracy (akurat), dimana informasi atas hasil evaluasi hendaklah memiliki tingkat ketepatan/ketelitian yang tinggi. 2) Relevansi informasi, dimana informasi yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan. 3) Penyajian informasi, dimana informasi disajikan dalam bentuk yang sesuai. 4) Aksesibilitas informasi, dimana informasi dapat tersedia sewaktu-waktu ketika dibutuhkan.
(saat ini), dan informasi prospektif (kemungkinan dimasa depan), serta tujuan utamanya adalah untuk selalu mendukung keberlanjutan, efisiensi dan kualitas pelayanan kesehatan yang terintegrasi. ISO juga memberikan sejumlah istilah lain yang umum digunakan untuk menggambarkan berbagai jenis sistem EHR. Dalam menganalisa suatu sistem informasi terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan dan dilihat, yaitu aspek kinerja, ekonomi, keamanan, efisiensi, dan pelayanan. Dalam hal ini analisis yang digunakan adalah analisis PIECES (Performance, Information/ Data, Economic, Control/Security, Eficiency, Service). Analisis PIECES digunakan untuk mengetahui permasalahan-permasalahan yang ada dan digunakan sebagai bahan referensi dan kontrol untuk perubahan sistem itu sendiri. Teknik analisa ini dijelaskan oleh Whitten, dkk (2007) untuk membuat sebuah sistem yang dibuat secara prototyping dengan melakukan analisa terlebih dahulu untuk mengetahui permasalahan dan kebutuhan untuk membuat sistem. Sebuah sistem perlu ditemukan permasalahan yang ada agar sistem dapat berjalan dengan baik dan bisa mencapai tujuan yang diharapkan. Adapun beberapa aspek yang dapat dilihat dari analisa ini adalah sebagai berikut: a. Performance (kinerja) diperlukan untuk menilai kinerja dari sistem informasi yang telah dirancang, terdiri dari: 1) Throughput, dimana sistem dinilai dari banyaknya kerja (output) yang dilakukan pada beberapa periode waktu dalam memenuhi kebutuhan. 2) Respon time, yaitu waktu yang diperlukan oleh sistem informasi untuk melakukan proses kerja. 3) Audibilitas, yaitu kecocokan dimana keselarasan terhadap standar dapat diperiksa. 4) Kelaziman komunikasi, yaitu terkait user interface yang digunakan dalam sistem informasi dinilai dalam kemudahan untuk dipahami. 5) Kelengkapan, yaitu derajat di mana sistem informasi mempunyai fungsi yang penuh dalam mendukung pekerjaan. 6) Toleransi kesalahan, yaitu kerusakan yang terjadi pada saat program mengalami kesalahan. b. Information and data (informasi dan data) yaitu untuk menilai informasi yang dihasilkan dan data yang digunakan, terdiri dari: 20
c.
Economic (ekonomi) yaitu untuk menilai sistem informasi dari aspek ekonomi yang terdiri dari: 1) Reusabilitas, yaitu tingkat dimana sebuah program atau bagian dari program tersebut dapat digunakan kembali di dalam aplikasi yang lain. 2) Sumber daya, yaitu jumlah sumber daya yang digunakan dalam pengembangan sistem, meliputi sumber daya manusia serta sumber daya ekonomi.
d. Control and security (kontrol dan keamanan) yaitu untuk menilai sistem informasi dari aspek keamanan dan kontrol data yang terdiri dari: 1) Integritas, yaitu tingkat dimana akses ke perangkat lunak atau data oleh orang yang tidak berhak dapat dikontrol. 2) Keamanan, yaitu mekanisme yang mengontrol atau melindungi program dan data dalam sistem informasi. e. Efficiency (efisiensi) yaitu untuk menilai sistem informasi dari aspek efisiensi yang terdiri dari: 1) Usabilitas, yaitu usaha yang dibutuhkan untuk mempelajari, mengoperasikan, menyiapkan input, dan menginterpretasikan output suatu program. 2) Maintanabilitas, yaitu usaha yang diperlukan untuk mencari dan membetulkan kesalahan pada sebuah program. f. Service (pelayanan), yaitu untuk mengetahui bagaimana meningkatkan kepuasan pelanggan, pegawai dan manajemen. Aspek service (pelayanan) terdiri dari: 1) Akurasi, yaitu ketelitian komputasi dan kontrol. 2) Reliabilitas, tingkat dimana sebuah program dapat dipercaya dan diandakalkan untuk melakukan fungsi yang diminta. 3) Kesederhanaan, yaitu tingkat dimana sebuah program dapat dipahami tanpa kesukaran.
nuryati, dkk. evaluasi implementasi sistem electronic ...
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui apakah ada perbedaan persepsi pengguna terhadap aspek PIECES (Performance, Information/data, Economic, Control/security, Efficiency dan Service) dan serta apakah ada perbedaan bermakna terkait karakteristik pengguna pada implementasi sistem Electronic Health Record (EHR) di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada.
c. Masa kerja Tabel 4 Distribusi Karakteristik Masa Kerja Responden No.
METODE PENELITIAN Penelitian yang telah dilakukan di RS Akademik Universitas Gadjah Mada. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah pengguna sistem Electronic Health Record (EHR) di RS Akademik UGM yang berjumlah 153 orang. Besar sampel dalam penelitian ini adalah 112 orang yang diamnil dengan teknik purposive sampling.
1.
20 th - 25 th
40
36
2.
26 th - 30 th
33
29
3.
31 th - 35 th
30
27
4.
36 th - 40 th
9
8
112
100
Total
Pendidikan terakhir
f
SMA/SMK
2
2
2.
D3
54
48
3.
S1/ D4
13
12
4.
S1 Profesi
32
28
5.
S2
11
10
112
100
Total
3.
2 Tahun 1 Bulan - 3 Tahun
30
27
4.
≥3 Tahun 1 Bulan
20
18
112
100
Unit Kerja
f
% 22
1.
IGD & IMC
25
2.
Poliklinik lantai 1
10
9
3.
Poliklinik lantai 2
17
15
4.
Poliklinik lantai 3
10
9
5.
Klinik lantai 4
8
7
6.
Instalasi Hemodialisa
9
8
7.
Instalasi farmasi
6
5
8.
Instalasi gizi
4
3
9.
Instalasi radiologi
6
5
10.
Laboratorium patologi klinik
9
8
11.
Instalasi Rekam medis
5
4
12.
Kasir (Billing)
4
3
112
100
a. P e r s e p s i P e n g g u n a S i s t e m EHR Berdasarkan Aspek PIECES Tingkat aspek PIECES sistem EHR di RS Akademik UGM dalam penelitian ini diukur dengan instrumen angket (kuesioner) yang terdiri dari 19 item pertanyaan dengan skor 1 sampai dengan 5 (skala Likert).
%
1.
39
2. Analisis Deskriptif
Tabel 3 Distribusi Karakteristik Pendidikan Terakhir Responden No.
16
44
Total
b. Pendidikan Terakhir
18
1 Tahun 1 Bulan - 2 Tahun
No.
Tabel 2 Distribusi Karakteristik Usia Responden %
≤1 Tahun
2.
Responden
a. Kelompok usia
f
%
d. Unit Kerja Tabel 5 Distribusi Karakteristik Unit Kerja
1. Karakteristik Responden
Usia
f
1.
Total
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
No.
Masa Kerja
Tabel 6 Distribusi Frekuensi Tingkat Aspek PIECES No. 1
Kategori jawaban Sangat baik
Rentang Skor 4,201 s.d 5,00
Frekuensi f
%
5
4,46
21
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015
No.
Kategori jawaban
Rentang Skor
Frekuensi
No.
f
%
2
Baik
3,401 s.d 4,200
67
59,82
3
Cukup baik
2,601 s.d 3,400
35
31,25
4
Kurang baik
1,800 s.d 2,600
5
4,46
5
Kategori jawaban Tidak baik
Rentang Skor 1,000 s.d 1,800
Total
Frekuensi f
%
0
0
112
100
Tabel 7 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Persepsi Aspek Performance (Kinerja) No
1
2
3
4
5
Rata-rata
Persepsi
1
Throughput
0
17
20
75
0
394
Baik
2
Respon time
0
8
15
89
0
415
Baik
3
Audabilitas
0
20
37
55
0
371
Cukup Baik
4
Kelaziman komunikasi
3
5
24
77
4
407
Baik
5
Kelengkapan
0
24
29
57
3
373
Cukup Baik
6
Toleransi kesalahan
0
18
27
56
9
386
Baik
Tabel 8 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Persepsi Aspek Information/Data No
Indikator
Distribusi Hasil Kuesioner 1
2
3
4
5
Rata-rata
Persepsi
1
Akurasi
0
27
35
47
3
3,232
CukupBaik
2
Relevansi Informasi
1
17
19
74
1
3,509
Baik
3
Penyajian Informasi
0
9
19
73
1
3,500
Baik
4
Aksesibilitas Informasi
0
3
11
89
9
3,929
Baik
Tabel 9 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Persepsi Aspek Economic (Ekonomis) No
Indikator
Distribusi Hasil Kuesioner 1
2
3
4
5
Rata-rata
Persepsi
1
Reusabilitas
1
22
62
24
2
3,009
CukupBaik
2
Sumber Daya
1
19
42
45
5
3,303
CukupBaik
Tabel 10 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Persepsi Aspek Control/Security No
Indikator
Distribusi Hasil Kuesioner 1
2
3
4
5
Rata-rata
Persepsi
1
Integritas
0
11
22
75
4
3,643
Baik
2
Keamanan
2
23
33
50
4
3,277
CukupBaik
Tabel 11 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Persepsi Aspek Efficiency (Efisiensi) No
22
Distribusi Hasil Kuesioner
Indikator
Indikator
Distribusi Hasil Kuesioner 1
2
3
4
5
Rata-rata
Persepsi
1
Usabilitas
0
4
17
85
6
3,850
Baik
2
Maintanabilitas
0
16
43
49
3
3,321
CukupBaik
nuryati, dkk. evaluasi implementasi sistem electronic ...
Tabel 12 Distribusi Jawaban Responden untuk Variabel Persepsi Aspek Service (Layanan) No 1
Distribusi Hasil Kuesioner
Indikator
1
Akurasi
2
1
15
23
4 71
Rata-rata
5 2
3,518
Persepsi Baik
2
Reliabilitas
0
14
32
62
3
3,455
Baik
3
Kesederha-naan
0
6
19
81
5
3,732
Baik
3. Analisis Perbedaan PIECES Berdasarkan Karakteristik Pengguna Tabel 13 Analisis Perbedaan Rata-rata Aspek PIECES No
3
Karakteristik Responden Usia
0,5110
2
Pendidikan Terakhir
0,1560
3
Masa Kerja
0,7240
4
Unit Kerja
0,0001
Control/security
Tabel 14 Analisis Perbedaan Rata-rata Indikator Aspek PIECES Karakteristik Responden
Aspek yang dinilai Performance
Information/data
Economic
p-value
1
Karakteristik Responden
Aspek yang dinilai
Efficiency
p-value
p-value
Masa kerja
0,1360
Unit kerja
0,0001
Usia
0,2770
Pendidikan terakhir
0,1360
Masa kerja
0,6460
Unit kerja
0,0020
Usia
0,2240
Pendidikan terakhir
0,0240
Masa kerja
0,2570
Unit kerja
0,0001
Usia
0,0560
Pendidikan terakhir
0,0750
Masa kerja
0,2350
Unit kerja
0,1840
Usia
0,5910
Usia
0,2480
Pendidikan terakhir
0,2090
Masa kerja
0,1410
Pendidikan terakhir
0,1960
Unit kerja
0,0020
Masa krja
0,6910
Usia
0,4750
Unit kerja
0,0450
Pendidikan terakhir
0,1730
Service
Tabel 15. Kruskal Wallis Test Pada Aspek Performance berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja
N
Mean Rank Performance
Information
Economic
Control
Efficiency
Services
IGD & IMC
25
71.38
70.88
50.50
57.60
67.74
66.38
Poliklinik lantai 1
10
41.15
47.55
70.60
68.05
64.00
61.15
Poliklinik lantai 2
17
55.32
68.18
46.71
52.53
64.79
52.79
Poliklinik lantai 3
10
61.55
79.55
70.50
83.00
58.45
62.90
Poliklinik lantai 4
8
61.50
34.00
95.00
20.12
60.12
59.75
Instalasi Hemodialisa
9
44.22
47.17
54.33
51.33
37.61
48.22
Instalasi Farmasi
6
55.58
41.08
57.08
63.17
39.50
49.83
Instalasi Gizi
4
98.00
72.62
70.12
86.50
47.00
86.00
Instalasi Radiologi
6
24.08
16.92
25.08
14.33
42.83
18.92
Instalasi Laboratorium Patologi Klinik
9
56.72
61.11
56.78
67.33
53.39
62.56
Instalasi Rekam Medis
5
19.70
12.80
51.70
48.90
48.10
32.50
Bagian Kasir (Billing)
3
69.00
59.00
22.83
66.67
28.67
45.50
23
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015 Tabel 16. Uji Mann Whitney Aspek Performance berdasarkan Unit Kerja
Poliklinik Lantai 1Bagian Kasir
0,049
Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 4
0,003
IGD & IMCPoliklinik Lantai 2
0,023
Poliklinik Lantai 3Poliklinik Lantai 4
0,043
IGD & IMCHemodialisa
0,033
Poliklinik Lantai 3Instalasi Radiologi
0,007
Poliklinik Lantai 2Instalasi Rekam Medis
0,031
Poliklinik Lantai 3Bagian Kasir
0,028
Poliklinik Lantai 3Instalasi Gizi
0,024
Poliklinik Lantai 4Hemodialisa
0,006
Poliklinik Lantai 4Instalasi Rekam Medis
0,003
Poliklinik Lantai 4Instalasi Gizi
0,028
HemodialisaInstalasi Gizi
0,003
Poliklinik Lantai 4Instalasi Rekam Medis 0,003
Instalasi GiziLab. Patologi Klinik
0,011
Poliklinik Lantai 4Instalasi Radiologi
0,001
Lab. Patologi KlinikInstalasi Rekam Medis
0,042
Poliklinik Lantai 4Lab. Patologi Klinik
0,015
Poliklinik Lantai 4Bagian Kasir
0,012
Instalasi GiziRadiologi
0,019
Tabel 17. Uji Mann Whitney Aspek Information berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja
p-value
Tabel 19. Uji Mann Whitney Aspek Control berdasarkan Unit Kerja
IGD & IMCPoliklinik Lantai 1
0,034
IGD & IMCPoliklinik Lantai 4
0,001
IGD & IMCHemodialisa
0,045
IGD & IMCPoliklinik Lantai 3
0,038
IGD & IMCInstalasi Radiologi
0,000
IGD & IMCPoliklinik Lantai 4
0,002
IGD & IMCInstalasi Rekam Medis
0,000
IGD & IMCInstalasi Radiologi
0,001
Poliklinik Lantai 1Poliklinik Lantai 3
0,029
Poliklinik Lantai 1Poliklinik Lantai 4
0,001
Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi
0,031
Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi
0,000
Poliklinik Lantai 1Instalasi Rekam Medis
0,013
Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 3
0,035
Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 4
0,043
Poliklinik Lantai 2Poliklinik Lantai 4
0,019
Poliklinik Lantai 2Instalasi Radiologi
0,003
Poliklinik Lantai 2Instalasi Radiologi
0,013
Poliklinik Lantai 2Instalasi Rekam Medis
0,001
Poliklinik Lantai 3Poliklinik Lantai 4
0,000
Poliklinik Lantai 3Poliklinik Lantai 4
0,000
Poliklinik Lantai 3Hemodialisa
0,013
Poliklinik Lantai 3Hemodialisa
0,013
Poliklinik Lantai 3Instalasi Radiologi
0,000
Poliklinik Lantai 3Instalasi Farmasi
0,031
Poliklinik Lantai 3Instalasi Rekam Medis
0,004
Poliklinik Lantai 3Radiologi
0,000
Poliklinik Lantai 4Instalasi Hemodialisa
0,015
Poliklinik Lantai 3Instalasi Rekam Medis
0,001
Poliklinik Lantai 4Lab. Patologi Klinik
0,002
Poliklinik Lantai 4Instalasi Gizi
0,004
Poliklinik Lantai 4Instalasi Farmasi
0,043
Poliklinik Lantai 4Lab. Patologi Klinik
0,046
Poliklinik Lantai 4Instalasi Gizi
0,004
Poliklinik Lantai 4Instalasi Rekam Medis
0,045
Poliklinik Lantai 4Bagian Kasir
0,048
HemodialisaInstalasi Radiologi
0,036
HemodialisaInstalasi Radiologi
0,003
HemodialisaInstalasi Rekam Medis
0,029
Instalasi GiziInstalasi Radiologi
0,010
Instalasi GiziInstalasi Radiologi
0,010
Instalasi GiziInstalasi Rekam Medis
0,017
Instalasi GiziInstalasi Rekam Medis
0,016
Instalasi RadiologiLab. Patologi Klinik
0,000
Instalasi RadiologiLab. Patologi Klinik
0,005
Instalasi RadiologiBagian Kasir
0,048
Lab. Patologi KLinikInstalasi Rekam Medis
0,004
Tabel 18. Uji Mann Whitney Aspek Economic berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja IGD & IMCPoliklinik Lantai 4 Poliklinik Lantai 1Poliklinik Lantai 4 Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi
24
p-value
p-value
Unit Kerja
Unit Kerja
p-value
Unit Kerja
p-value
Tabel 20. Uji Mann Whitney Aspek Service berdasarkan Unit Kerja Unit Kerja
p-value
IGD & IMCInstalasi Radiologi
0,001
0,002
Poliklinik Lantai 1Instalasi Radiologi
0,011
0,034
Poliklinik Lantai 3Instalasi Radiologi
0,003
0,007
Poliklinik Lantai 4Instalasi Radiologi
0,008
nuryati, dkk. evaluasi implementasi sistem electronic ...
Unit Kerja
p-value
Instalasi GiziInstalasi Radiologi
0,010
Instalasi RadiologiLab. Patologi Klinik
0,012
Sistem informasi kesehatan berada dalam tahap perkembangan yang pesat dengan banyak pertanyaan yang masih belum terpecahkan dalam hal arsitektur, fungsi, dan manajemen (Haux, 2006). Dalam penelitian yang dilakukan Soyoung, dkk (2013) yang menganalisis permintaan jangka panjang layanan sistem EHR di Rumah Sakit Bundang, diperoleh hasil bahwa pengguna terus-menerus memberikan permintaan mengenai sistem EHR. Hal ini membuat sistem menjadi lebih kompleks, tetapi menghasilkan sistem yang tepat dan lebih baik untuk melakukan pekerjaan sehari-hari. Dalam penelitian tersebut, pengguna pada berbagai kelompok memberikan respon paling tinggi berupa permintaan peningkatan kegunaan dan efisiensi dari fitur dan fungsi sistem EHR, seperti perbaikan tampilan (user interface) untuk memudahkan dalam penggunaan; dan perluasan fungsionalitas untuk mengakomodasi proses kerja baru, peningkatan kualitas perawatan serta keselamatan pasien. Sistem EHR di RS Akademik UGM belum diimplementasikan pada seluruh instalasi. Implementasi penuh baru dilaksanakan pada Instalasi Rawat Jalan dan Instalasi Gawat Darurat, sedangkan Instalasi Rawat Inap saat ini baru terbatas pada sistem pembayaran (billing). Pada Instalasi Gawat Darurat pendokumentasian rekam medis pasien dilakukan pada sistem EHR dan berkas rekam medis.Untuk mengevaluasi sistem EHR di RS Akademik UGM digunakan metode analisis PIECES, metode tersebut adalah kerangka yang dipakai untuk mengklasifikasikan suatu masalah, peluang, dan petunjuk/arahan yang terdapat pada bagian lingkup analisa dan perancangan sistem (Whitten, 2007). Dengan kerangka ini, dapat dihasilkan hal-hal baru yang dapat menjadi pertimbangan dalam pengembangan sistem. Untuk mengetahui permasalahan tersebut, datadata dan informasi diperoleh dari partisipasi pengguna sistem EHR di RS Akademik UGM. Pengguna dalam penelitian ini adalah berbagai profesional tenaga kesehatan dan staf
administrasi, yaitu tenaga kesehatan, antara lain: (1) tenaga medis meliputi dokter dan dokter gigi; (2) tenaga keperawatan meliputi perawat dan bidan; (3) tenaga kefarmasian meliputi apoteker, dan asisten apoteker; (4) tenaga gizi meliputi nutrisionis dan dietisien; (5) tenaga keterapian fisik meliputi fisioterapis, okupasi terapis dan terapis wicara. Berdasarkan evaluasi aspek PIECES sistem EHR di RS Akademik UGM dari 112 responden, sebagian besar menyatakan baik (59,82%). Sebanyak 31,25% responden menyatakan cukup baik dan pada persentase yang sama sebanyak 4,46% responden menyatakan sangat baik dan tidak baik. Tidak ada responden yang menyatakan sangat tidak baik terhadap aspek PIECES sistem EHR di RS Akademik UGM.Berdasarkan hasil analisis data, dapat diketahui bahwa tingkat PIECES sistem EHR pada aspek performance (kinerja) dinilai baik, sebab persentase distribusi jawaban responden tertinggi yaitu 60,86% memberikan jawaban baik. Aspek performance tersebut terdiri dari indikator throughput, respon time, audabiltas, kelaziman komunikasi, kelengkapan, dan toleransi kesalahan. Pada indikator throughput yaitu output yang dihasilkan oleh sistem EHR dinilai sudah sesuai dengan kebutuhan, yaitu ditunjukkan dengan rata-rata jawaban sebesar 3,518 sehingga termasuk ke dalam kategori baik. Namun, masih terdapat beberapa kekurangan, seperti yang dijelaskan responden 80 dalam kuesioner terbuka, yaitu kadang terjadi sistem error, seperti output yang dihasilkan tidak sinkron antara beberapa instalasi. Hal tersebut kurang sesuai dengan salah satu indikator aspek performance (kinerja), yaitu throughput yang menjelaskan bahwa output yang dihasilkan oleh sistem EHR dapat memenuhi kebutuhan pengguna (Whitten, 2007). Pada indikator respon time atau ecepatan kerja pada sistem EHR dinilai baik oleh pengguna dengan rata-rata jawaban 3,518, sehingga disimpulkan pengguna sudah merasakan kerja sistem EHR yang cepat. Sedangkan menurut persepsi pengguna tentang kesesuaian proses kerja sistem EHR dengan standar yang ditetapkan (audabilitas) dinilai cukup baik, dengan rata-rata jawaban sebesar 3,313. Tampilan menu dalam sistem EHR dinilai mudah dipahami, dengan hasil rata-rata jawaban 25
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015
3,634 atau termasuk ke dalam kategori baik. Namun, menurut beberapa pengguna, seperti responden 94 mengungkapkan bahwa, beberapa menu masih ada yang dirasakan tidak sesuai dengan bidangnya. Responden 94 pada instalasi kejiwaan menjelaskan terdapat beberapa menu yang kurang sesuai dengan kebutuhan dan terdapat beberapa menu yang belum tersedia, seperti isian untuk silsilah keluarga maupun riwayat psikis masa lalu pasien, sehingga perlu diperhatikan kembali format input data pada sistem EHR di RS Akademik UGM dengan mempertimbangkan kebutuhan pengguna karena beberapa pengguna masih merasa ada item yang tidak disediakan dalam sistem EHR. Secara umum, komponen data medis yang seharusnya tercatat dalam sistem EHR antara lain, keluhan saat ini (misalnya gejala), riwayat medis masa lalu, gaya hidup, pemeriksaan fisik, diagnosis, tes/uji (misalnya tes laboratorium dan radiologi), tindakan dan prosedur yang diberikan kepada pasien, perawatan, pengobatan dan pengeluaran (discharge) (Hayrinen,dkk, 2008). Dalam penelitian Hayrinen, dkk (2008), pada tiga makalah (paper) yang dianalisis ditemukan bahwa, format catatan pada sistem EHR telah memiliki struktur SOAP, dalam satu penelitian, format rekaman POMR sistem EHR lebih disukai oleh dokter. Kelengkapan sistem EHR dalam mendukung pekerjaan dinilai cukup baik oleh pengguna dengan rata-rata jawaban sebesar 3,330. Namun, beberapa pengguna merasa sistem EHR belum memenuhi indikator kelengkapan. Hal ini berdasarkan jawaban kuesioner terbuka dari responden 73, 56, 67, 43 dan 66, yang mengatakan bahwa, bridging system alat laboratorium ke sistem EHR belum dapat dilaksanakan; masih terdapat beberapa kendala yang mengharuskan pekerjaan harus dilakukan secara manual, seperti kalkulasi resep racikan; antrian pasien di pelayanan rawat jalan kadang tidak mucul, sehingga perawat harus mengurutkan secara manual; floor stock yang tercantum pada sistem EHR kadang tidak sesuai dengan yang ada di lapangan; sistem EHR belum dapat mendukung kebutuhan pelaporan di Instalasi Farmasi; dan sistem EHR juga belum memiliki gambar penunjang, seperti morfologi mata, sehingga pengguna (dokter) memiliki kendala dalam menjelaskan lokasi yang dimaksud dengan tepat dan lebih jelas. 26
Frekuensi kerusakan sistem EHR sedikit dirasakan oleh pengguna, sebab rata-rata jawaban responden sebesar 3,456, sehingga sistem EHR dinilai baik berdasarkan indikator toleransi kesalahan. Berdasarkan telaah yang dilakukan Hayrinena, dkk (2008) pada 27 penelitian, diperoleh bahwa tidak ada bukti kalau sistem informasi dapat membantu untuk menghemat waktu, atau bahwa kegiatan dokumentasi mengambil lebih banyak waktu, maupun waktu yang dibutuhkan sedikit untuk kegiatan dokumentasi ketika menggunakan sistem informasi. Namun, diyakini bahwa sistem informasi yang baik dapat mempermudah pekerjaan dan memberikan manfaat yang besar bagi organisasi. Oleh karena itu, diperlukan keterlibatan pengguna EHR dalam pengembangan sistem EHR di RS Akademik UGM, baik dalam perencanaan maupun implementasi, sehingga kebutuhan dan keinginan pengguna dapat terpenuhi, serta dapat membantu memperlancar pekerjaan. Berdasarkan hasil penelitian, maka diperoleh bahwa aspek information/data (informasi/ data) sistem EHR di RS Akademik UGM dinilai baik, sebab persentase responden tertinggi yaitu 63,69% memberikan jawaban baik. Aspek information/data ini terdiri dari indikator akurasi, relevansi informasi, penyajian informasi, dan aksesibilitas informasi. Indikator akurasi informasi yang dihasilkan sistem EHR dinilai cukup baik dengan ratarata jawaban sebesar 3,232. Namun, menurut responden 80 dalam kuesioner terbuka mengatakan bahwa kadang billing dari unit tertentu (radiologi) tidak sinkron dengan Bagian Kasir. Contohnya, Instalasi Radiologi melakukan 1 input pemeriksaan, dalam sistem EHR di Bagian Kasir menjadi 2 pemeriksaan kembar. Sehingga akurasi data perlu dilakukan perbaikan. Akurasi informasi tersebut terkait kemampuan sistem EHR dalam menghasilkan informasi yang memiliki ketepatan dan ketelitian yang tinggi (Whitten, 2007). Selain itu, responden 103 juga memberikan kritik dan saran, yaitu sistem EHR di rumah sakit harus memiliki data yang akurat dan valid karena sangat berpengaruh pada ketepatan dari hasil pekerjaan. Pada indikator relevansi informasi dari sistem EHR dinilai baik dengan rata-rata jawaban 3,509.
nuryati, dkk. evaluasi implementasi sistem electronic ...
Pengguna EHR mengatakan bahwa informasi yang dihasilkan sistem EHR sudah sesuai dengan kebutuhan. Dalam penelitian Bellika, dkk (2002), analisis relevansi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menghasilkan informasi yang dapat memenuhi kebutuhan pengguna. Apabila dokumen medis dikirim dari rumah sakit ke praktek umum, dokumen medis tersebut relevan sesuai masukan data pada rekam medis. Sedangkan pada indikator penyajian informasi dinilai pengguna sistem EHR baik dengan ratarata jawaban sebesar 3,500, sehingga informasi dalam sistem EHR telah disajikan sesuai dengan kebutuhan. Penyajian informasi dalam hal tata letak dan struktur pada sistem EHR tersebut adalah penting karena dapat mempengaruhi pengambilan data, interpretasi, dan pengambilan keputusan klinis (Soyoung, dkk, 2013). Pada indikator aksesibilitas informasi dalam sistem EHR dinilai baik dengan rata-rata jawaban sebesar 3,929. Menurut penelitian Hayrinena, dkk (2008), dimensi kualitas informasi dalam sistem informasi biasanya diukur dari dua kriteria, yaitu kelengkapan dan akurasi. Namun, dimensi lain yang relevan dengan keberhasilan sistem informasi juga dianalisis. Masukan data yang terstruktur dapat meningkatkan akurasi dokumentasi maupun kelengkapan data. Dalam analisis ini kelengkapan informasi berfungsi sebagai ukuran prevalensi informasi yang tidak tercantum (hilang). Beberapa studi menunjukkan bahwa penggunaan sistem informasi sangat mendukung untuk dokumentasi yang lebih lengkap oleh para profesional perawatan kesehatan. Selain itu, diungkapkan pula bahwa kelengkapan catatan bervariasi antara komponen data yang berbeda. Berdasarkan hasil penelitian, persentase tertinggi jawaban responden terhadap aspek economic (ekonomi) yaitu sebesar 46,43% memberikan jawaban cukup baik. Aspek economi ini terdiri dari indikator reusabilitas dan sumber daya.Menurut persepsi pengguna sistem EHR, indikator reusabilitas, yaitu program pada sistem EHR dapat digunakan dalam aplikasi lain dinilai cukup baik dengan rata-rata jawaban sebesar 3,009. Responden 33 menjelaskan bahwa, sistem EHR masih dalam proses pengembangan dan perbaikan, sehingga belum dapat diakses melalui aplikasi lain.
Sampai saat sistem EHR baru dapat dipindah ke dalam program Ms. excel. Sistem EHR di RS Akademik UGM baru mulai beroperasi sejak 2 tahun yang lalu, oleh karena itu masih terdapat kekurangan dan kebutuhan yang belum dapat terpenuhi karena masih dalam tahap adaptasi dan berbagai pengembangan serta perbaikan. Menurut Sabarguna (2009), terdapat 4 hal yang menjadi keuntungan dari rekam medis terkomputerisasi yaitu, fasilitas yang lebih lengkap, dapat bergerak pada sistem informasi lain, sebagai alat bantu yang lengkap, serta sebagai bagian dari pekerjaan yang berlanjut secara otomatis. Pada indikator sumber daya yang digunakan sistem EHR dinilai cukup baik rata-rata jawaban sebesar 3,303. Menurut Amatayakul (2004), data untuk menentukan biaya proyek EHR seharusnya diperoleh dari biaya perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), implementasi (implementation), perawatan (maintenance), dan biaya pendukung lainnya (support). Kumpulan semua biaya yang terkait dengan EHR tersebut disebut sebagai biaya total kepemilikan (total cost of ownership). Beberapa sistem pembiayaan ada yang akan dilakukan satu kali, dan lainnya ada yang dilakukan saat proses berlangsung. Beberapa biaya ada yang akan langsung ditentukan, dan lainnya ada yang bervariasi. Periode waktu berakhirnya dimana analisis biaya-manfaat (cost-benefit) dilakukan, dengan demikian biaya berkelanjutan dapat diproyeksikan, maka dapat ditentukan terlebih dahulu oleh manajemen atau oleh para estimasi periode pengembalian biaya (payback) dari investasi yang telah dilakukan. Menurut responden 15 menjelaskan bahwa sistem EHR jelas membutuhkan sumber daya (power) yang tidak sedikit. Oleh karena itu, untuk menambahkan item gambar saja sistem EHR di RS Akademik UGM masih kesulitan, sebab sumber daya yang dibutuhkan akan meningkat tinggi. Berdasarkan hasil penelitian, secara umum diperoleh bahwa aspek control/security (kontrol/ keamanan) sistem EHR di RS Akademik UGM memiliki persentase jawaban tertinggi sebesar 55,80% memberikan jawaban cukup baik. Aspek control/security ini terdiri dari indikator integritas dan keamanan. Hal terkait hak akses sistem EHR yang sesuai dengan kebutuhan 27
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015
dan peraturan yang berlaku dinilai baik oleh pengguna sistem EHR dengan rata-rata sebesar 3,643. Namun, pada indikator keamanan data dalam sistem EHR dinilai cukup dengan ratarata jawban responden sebesar 3,227. Responden 14 mengatakan bahwa, sistem EHR yang sudah berjalan belum dapat menjaga privasi pasien karena dapat diakses oleh siapapun. Hal tersebut diungkapkan pula oleh responden 112 yang merasa privasi sistem EHR masih kurang karena masing-masing staf medis dapat melihat EHR semua orang yang dikehendaki meskipun bukan pasien yang dikelola. Selain itu, legalitas sistem EHR dirasa pengguna sistem EHR kurang terpenuhi. Responden 74 mengatakan bahwa lembar informed consent belum terdapat dalam sistem EHR, sehingga mungkin dapat di-scan dan dijadikan satu pada sistem EHR. Selain sistem EHR yang terus dikembangkan dan diperbaiki agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna, banyak hal yang perlu diperhatikan, sebab banyak tantangan yang perlu dipertimbangkan secara matang, yaitu terkait masalah kompleks yang berhubungan dengan berbagai kebutuhan yang berbeda, masalah terkait persetujuan (concern) pasien dan tenaga kesehatan, persyaratan khusus tertentu dari spesialisasi medis, serta segi keamanan dan persetujuan kerahasiaan yang harus dipenuhi (Beard, 2011). Indikator usabilitas sistem EHR dinilai mudah dipelajari oleh pengguna dengan rata-rata jawaban 3,830 sehingga termasuk ke dalam kategori baik. Hal ini didukung dengan pernyataan responden 48 yang merasa bahwa dalam menggunakan sistem EHR sampai saat ini belum menemui kesulitan. Kemudahan dalam penggunaan ini dapat didukung oleh user interface yang mudah dipahami oleh pengguna sistem EHR di RS Akademik UGM. Dalam penelitian Miller (2004), diungkapkan bahwa teknologi inovatif user interface diperlukan untuk memenuhi kebutuhan yang semakin meningkat untuk kemudahan penggunaan dan kemampuan dalam menetapkan preferensi, terutama di kalangan profesional kesehatan. Merancang perangkat lunak yang mudah digunakan sesuai dengan pengetahuan pengguna merupakan sebuah tantangan bagi seluruh industri perangkat lunak user interface, bukan hanya pengembang software kesehatan. Menurut 28
Hayrinena (2008), aspek kualitas sistem yang sering dibahas adalah kemudahan dalam penggunaan. Beberapa penelitian juga melihat dimensi kepuasan pengguna, penggunaan, informasi, serta dampak sistem EHR yang dirasakan individu dan organisasi. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui pada aspek PIECES ditinjau dari karakteristik jenis unit kerja pengguna sistem EHR, hasil analisis menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil p (sign.) < 0,05 yang berarti ada perbedaan yang signifikan pada tingkat PIECES ditinjau dari unit kerja, sedangkan diketahui perbedaan PIECES berdasarkan karakteristik pengguna terjadi pada aspek performance antara berbagai unit kerja, aspek information/data antara berbagai unit kerja, aspek economic antara berbagai unit kerja, aspek control/security antara berbagai tingkat pendidikan terakhir dan antara unit kerja responden, serta aspek service antara berbagai unit kerja pengguna sistem EHR.
KESIMPULAN 1. Tingkat aspek PIECES sistem EHR di RS Akademim UGM adalah baik dengan sebagian besar responden memberikan jawaban baik sebesar 59,82%, sedangkan pada masing-masing aspek yaitu aspek performance dinilai baik dengan persentase 60,86%, aspek information/ data dinilai baik dengan persentase 63,17%, aspek economic dinilai cukup baik dengan persentase 46,43%, aspek control/security dinilai baik dengan persentase 55,80%, asspek efficiency dinilai baik dengan persentase 59,82%, dan aspek service dinilai baik dengan persentase 63,69%. Dengan demikian, tingkat PIECES tertinggi terletak pada aspek information/data dan tingkat PIECES terendah terletak pada aspek economic. 2. Ada perbedaan yang signifikan pada aspek PIECES ditinjau dari unit kerja, dan pada masing-masing aspek terdapat perbedaan pada aspek performance antara berbagai unit kerja, aspek information/data antara berbagai unit kerja, aspek economic antara berbagai unit kerja, aspek control/security antara berbagai tingkat pendidikan terakhir dan antara unit kerja responden, serta aspek service antara berbagai unit kerja pengguna sistem EHR.
nuryati, dkk. evaluasi implementasi sistem electronic ...
DAFTAR PUSTAKA AHIMA. (2012). “Data Quality Management Model (Updated).” Journal of AHIMA 83 (7) p. 6267 [Internet]. Tersedia dalam http://library. ahima.org. [Diakses tanggal 12 November 2013] Amatayakul, M. K. (2004). Electronic Health Record: A Practical, Guide for Professionals and Organizations. Chicago: AHIMA. Azwar, S. (2000). Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: Binarupa Aksara. Beard, L., Schein, R., Morra, D., Wilson, K., Keelan, J. (2001). “The Challenges in Making Electronic Health Records Accessible to Patients”. Journal of the American Medical Informatics Association 19 (1) p.116–120 [Internet]. Tersedia dalam http://jamia.bmjjournals.com. [Diakses tanggal 12 November 2013]. Bellika, J.G., Bones, E., Hartvigsen, G. (2002). “Pasent—the Patient’s Personal Health Adviser”. Journal of Telemedicine & Telecare Vol.8 (Suppl. 2) p.41–43 [Internet]. Tersedia dalam http://web.a.ebscohost.com/. [Diakses tanggal 12 November 2013]. Depkes RI. (1997). Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: DirJen YanMed. Fuad, A. (2008). Persiapan Tenaga Medis dalam Persiapan RKE di Indonesia. (Makalah dalam Seminar Sehari Rekam Kesehatan Elektronik). Jakarta. Hatta, G. (2011). Pedoman Manajemen Informasi Kesehatan di Sarana Pelayanan Kesehatan. Jakarta: UI-Press. Haux, R. (2006). “Health Information Systems— Past, Present, Future”. International Journal of Medical Informatics 75 (3–4) p.268–281 [Internet]. Tersedia dalam http://www. ijmijournal.com/. [Diakses tanggal 12 November 2013]. Hayrinen, K., Saranto, K., Nykanen, P. (2008). “Definition, Structure, Content, Use and Impacts of Electronic Health Records: A Review of The Research Literature”. International Journal of Medical Informatics Vol. 77, p. 291–304 [Internet]. Tersedia dalam
www.intl.elsevierhealth.com/journals/ijmi. [Diakses tanggal 29 Februari 2014]. HIMSS Analytics. (2011). EMR Adoption Model [Internet]. Tersedia dalam http://www. himssanalytics.org/ [Diakses tanggal 28 Januari 2014]. Huffman, E.K. (1994). Health Information Management. Illionis: Phsycian Record Company Berwin. Jamison, R.N., Raymond, S.A., Levine, J.G., Slawsby, E.A., Nedeljkovic, S.S., Katz, N.P. (2001). “Electronic Diaries for Monitoring Chronic Pain: 1-Year Validation Study.” Journal of the International Association for Study of Pain Vol. 91, Issue 3 , Pg. 277285 [Internet]. Tersedia dalam http://www. painjournalonline.com/article/ [Diakses tanggal 12 Januari 2014]. MenKes RI. 2008. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis. Jakarta: MenKes RI. MenKes RI. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Jakarta. Menteri Kesehatan RI. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Kompetensi Perekam Medis dan Informasi Kesehatan. Jakarta: MenKes RI. Miller, R.H., Sim, I. (2004). “Physicians’s Use of Electronic Medical Records: Barriers And Solutions”. Journal of Health Affairs 23 (2) p.116–126 [Internet]. Tersedia dalam http:// content.healthaffairs.org/content/. [Diakses tanggal 4 Januari 2014]. Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta. Nurgiyantoro, B., Gunawan, M. (2004). Statistik Terapan untuk Penelitian Ilmu-ilmu Sosial cetakan ke-3. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Riana, A. (2006). Evaluasi Kinerja Sistem Informasi Manajemen Ditinjau dari Aspek Persepsi Pengguna dalam Mendukung Proses Manajemen di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta. Tesis (Tidak Dipublikasikan). Semarang: Universitas Diponegoro.
29
Jurnal Manajemen Informasi Kesehatan Indonesia, ISSN:2337-585X, Vol.3, No.1, Maret 2015
S a b a rg u n a , B . S . ( 2 0 0 9 ) . R e k a m M e d i s Terkomputerisasi. Jakarta: UI Press. Sooyoung, Y., Seok, K., Seungja, L., Kee-Hyuck, L., Rong-Min, B., Hee, H. (2013). “A Study of User Requests Regarding the Fully Electronic Health Record System at Seoul National University Bundang Hospital: Challenges for Future Electronic Health Record Systems”. International Journal of Medical Informatics No. 82 p.387-389 [Internet]. Tersedia dalam http://www.ijmijournal.com/article/. [Diakses tanggal 29 Februari 2014]. Stratmann, W.C., Goldberg, A.S., Haugh, L.D. (1982). “The Utility for Audit of Manual and Computerized Problem-Oriented Medical Record Systems.” International Journal Health Serv. Res. 17 (1) 5–26. [Internet].
30
Tersedia dalam http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ pmc/articles/PMC1068659/. [Diakses tanggal 12 Januari 2014]. Susetyo, B. (2010). Statistika untuk Analisis Data Penelitian. Bandung: Refika Aditama. Vishwanath, A., Singh, S.R., Winkelstein, P. (2010). “The Impact of Electronic Medical Record Systems on Outpatient Workflows: A Longitudinal Evaluation of Its Workflow Effects.” International Journal of Medical Informatics 79 (11) p.778–791 [Internet]. Tersedia dalam http://www.ijmijournal.com/ article/. [Diakses tanggal 7 Januari 2014]. Whitten, J. L., Bentley, L. D., Dittman, K. C. (2007). System Analysis and Design Methods, seventh edition. Boston: McGraw-Hill Irwin.