Pelatihan Pembuatan Bangunan Vertikultur Organik Pada Budidaya Tanaman Sayur-Sayuran Untuk Memanfaatkan Lahan Sempit dan Menghasilkan Produk Pangan Sehat di Wilayah Perkotaan*) Nurhidayati dan Sunawan **)
Ringkasan Dalam rangka mengoptimalisasikan lahan pekarangan yang terbatas di wilayah perkotaan diperlukan suatu sistem budidaya tanaman bertingkat yang dikenal dengan vertikultur. Sistem budidaya tanaman secara vertikultur memberikan beberapa nilai tambah antara lain : (1) peningkatan jumlah tanaman per satuan luas lahan, (2) produksi meningkat, dan (3) menciptakan suasana indah dan lingkungan yang sehat. Budidaya tanaman secara vertikultur dapat diterapkan pada berbagai jenis tanaman terutama tanaman hias dan hortikultura serta dapat juga menggunakan sistem pertanian organik dalam penggunaan media tanamnya sehingga dikenal dengan vertikultur organik. Pelatihan ini dilaksanakan mulai bulan April sampai September 2009 melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu : penyuluhan, praktek pembuatan bangunan vertikultur organik, pemeliharaan tanaman, dan pengamatan pertumbuhan tanaman serta penyebaran kuisioner untuk evaluasi keberhasilan program. Kalayak sasaran Ibu-ibu PKK sekelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota malang. Hasil kegiatan ini dievaluasi dengan indikator: jumlah bangunan vertikultur yang dibuat oleh khalayak sasaran, persentase tanaman yang tumbuh dalam bangunan vertikultur, persentase pemenuhan kebutuhan sayuran organik keluarga, dan persentase minat untuk mengembangkannya secara komersial. Hasil pelaksanaan program penerapan ipteks ini menunjukkan bahwa rata-rata persentase tanaman yang tumbuh dalam bangunan vertikultur mulai pengamatan I sampai VII sebesar 96,42 %. Hasil jajak pendapat tentang persentase pemenuhan kebutuhan sayuran organik keluarga menunjukkan bahwa dengan adanya bangunan vertikultur di lahan pekarangannya dapat memenuhi kebutuhan sayuran keluarga 50 – 100 %. Sebanyak 91,67 % ibu-ibu yang ikut pelatihan ini berminat mengembangkannya di lahan pekarangannya masing-masing baik untuk pemenuhan kebutuhan sendiri maupun secara komersial bila tersedia lahan pekarangan dan modal yang cukup. Dengan demikian program penerapan Ipteks pembuatan bangunan vertikultur organik sangat bermanfaat bagi ibu-ibu anggota PKK kelurahan Dinoyo dalam upaya pemberian keterampilan tambahan dan meningkatkan kesejahteraan keluarga serta menambah penghasilan keluarga.
Kata Kunci : Bangunan Vertikultur Organik *) Kegitan Pengabdian didanai oleh DP2M Dikti tahun anggaran2009 **) Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Unisma, Malang
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
19
Pendahuluan Kelurahan Dinoyo merupakan wilayah perkotaan yang sangat strategis karena termasuk daerah sentra kampus di kota Malang, dimana terdapat kampus Universitas Islam Malang dan berdekatan dengan kampus Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Gajayana, Universitas Tribuwana Tunggadewi dan Institut Teknologi Nasional. Jumlah penduduk yang terdaftar sebanyak 15.250 jiwa dan penduduk pendatang yang berstatus sebagai mahasiswa berjumlah kurang lebih 3.000 jiwa dengan lingkungan fisik keluruhan Dinoyo didominasi oleh pemukiman, ruko dan kampus, sehingga praktis setiap rumah memiliki lahan pekarangan yang sangat sempit. Berdasarkan data kependudukan yang ada, dapat diketahui bahwa para ibu yang tergabung dalam kelompok PKK yang ada di wilayah kelurahan Dinoyo Kecamatan Lowokwaru Kota Malang sebanyak 68 persen adalah berstatus sebagai ibu rumah tangga, sedangkan sisanya berprofesi sebagai guru, pegawai negeri, karyawan swasta dan wiraswasta dengan bidang usaha sebagai besar sebagai penjual makanan untuk memenuhi kebutuhan warga pendatang yang berstatus sebagai mahasiswa. Tingkat pendidikan kelompok ibu-ibu PKK terbanyak (kurang lebih 60 persen) lulus SMA, 25 persen Sarjana, dan sisanya Diploma, S2 dan lulus SMP. Warga masyarakat kelurahan Dinoyo memiliki tingkat kesadaran, pendidikan dan ekonomi yang cukup beragam. Organisasi sosial PKK kelurahan Dinoyo, kecamatan Lowokwaru. Kota Malang sebagai khalayak sasaran pelatihan dan penerapan vertikultur organik ini dibawah pelindung Kepala Kelurahan Dinoyo, beranggotakan 50 orang yang aktif sebagai pengurus terdiri dari ibu-ibu perwakilan dari masingmasing kelompok PKK RW di lingkungan
kelurahan Dinoyo. Dalam pelaksanaan program PKK kelurahan Dinoyo dibagi dalam beberapa kelompok kerja (Pokja), dimana salah satu kelompok kerja membidangi masalah pemanfaatan pekarangan untuk berbagai jenis tanaman dan kegiatan kewanitaan, yang sejalan dengan apa yang diharapkan dalam kegiatan pelatihan ini. Beberapa warga Dinoyo khususnya para ibu yang tergabung dalam organisasi sosial PKK kelurahan Dinoyo memiliki tingkat kesadaran, pendidikan dan ekonomi yang cukup mantap sangat mendambakan produk pertanian yang sehat yang dapat diproduksi sendiri di pekarangan rumahnya (Monografi Kelurahan, 2008) Dengan dilakukannya pelatihan pembuatan bangunan vertikultur dalam rangka mengoptimalisasikan pemanfaatan lahan pekarangan sempit di wilayah perkotaan melalui vertikultur organik terhadap ibu-ibu PKK kelurahan Dinoyo akan tercipta kondisi lingkungan yang indah dan sehat serta tersedia sayuran organik yang dapat dikonsumsi setiap saat oleh warga masyarakat kelurahan Dinoyo. Dalam rangka mengoptimalisasikan lahan pekarangan yang terbatas di wilayah perkotaan diperlukan suatu sistem budidaya tanaman bertingkat yang dikenal dengan vertikultur. Sistem budidaya tanaman secara vertikultur memberikan beberapa nilai tambah antara lain : (1) peningkatan jumlah tanaman per satuan luas lahan, (2) produksi meningkat, dan (3) menciptakan suasana indah dan lingkungan yang sehat. Budidaya tanaman secara vertikultur dapat diterapkan pada berbagai jenis tanaman terutama tanaman hias dan hortikultura serta dapat juga menggunakan sistem pertanian organik dalam penggunaan media tanamnya. Dalam pengembangan sistem pertanian organik (organik farming) diperlukan suatu tindakan nyata dalam memperbaiki lingkungan yang terlanjur rusak dan ketidakseimbangan tatanan ekosistem, meningkatkan produktivitas tanaman, menghasilkan pangan sehat dan
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
20
berkualitas, seiring dengan semakin menguatnya kesadaran lingkungan dan gaya hidup alami dari sebagian masyarakat Indonesia. Penggunaan kompos dalam budidaya tanaman dan mengurangi sedikit demi sedikit pemakaian pupuk kimia sintetis merupakan contoh tindakan nyata dalam menyebarluaskan sistem pertanian organik baik di wilayah pedesaan maupun perkotaan. Dengan sistem vertikultur organik ini produksi pertanian khususnya hortikultura dapat meningkat, sehingga kebutuhan sayuran organik di daerah perkotaan dapat terpenuhi. Mengingat di daerah perkotaan dengan tingkat kesadaran masyarakat, pendidikan dan ekonomi sudah mantap sangat mendambakan sayuran organik bebas pestisida. Selain itu pengembangan sistem pertanian di perkotaan diharapkan dapat mengurangi polutan yang berupa gas karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan oleh aktifitas kendaraan bermotor dan industri. Dengan demikian udara menjadi bersih dan lingkungan menjadi sehat. Tujuan Dan Manfaat Kegiatan Pelatihan pembuatan bangunan vertikultur organik dalam rangka penyediaan kebutuhan sayuran organik sebagai produk pangan sehat bertujuan : 1. Memberikan bekal pengetahuan dan ketrampilan teknik pembuatan bangunan vertikultur organik dalam budidaya sayuran organik non komersial kepada ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi PKK Kelurahan Dinoyo, untuk memanfaatkan lahan pekarangan sempit di wilayah perkotaan. 2. Mengoptimalisasikan lahan pekarangan sempit di wilayah perkotaan, sehingga tercipta kondisi lingkungan sehat dan indah 3. Mengetahui pengaruh pembuatan bangunan vertikultur organik tanaman sayuran terhadap tingkat pemenuhan kebutuhan sayuran organik tiap kepala keluarga yang dijadikan sampel dalam
praktek pembuatan bangunan vertikultur organik budidaya tanaman sayuran. 4. Mengetahui minat khalayak sasaran dalam mengembangkan system budidaya vertikultur organik tanaman sayuran secara komersial. Manfaat kegiatan ini bagi khalayak sasaran antara lain : 1. Dapat memenuhi kebutuhan konsumsi sayuran organik keluarga 2. Mengurangi pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan pangan sehari-hari. 3. Memberikan lingkungan sehat dan indah di wilayah perkotaan dengan tingkat kepadatan pemukiman yang tinggi. 4. Bagi khalayak sasaran yang memiliki lahan pekarangan cukup luas, dapat dikembangkan untuk produksi sayuran organik secara komersial, sehingga dapat membantu perekonomian keluarga. 5. Bagi pemerintah kota, kegiatan pembuatan bangunan vertikultur organik ini dapat dijadikan sebagai referensi dalam mengembangkan sistem pertanian organik dalam menghasilkan produk pangan sehat di wilayah perkotaan Metode Penerapan Ipteks Kegiatan ini dilaksanakan mengikuti hasil penelitian Nurhidayati dan Sunawan (2006) dalam membuat bangunan vertikultur organik untuk tanaman hortikultura. Tahapan kegiatan penerapan IPTEKS pelatihan pembuatan bangunan vertikultur organik adalah sebagai berikut : Tahap awal kegiatan ini adalah sosialisasi tentang adanya pelatihan kepada ibu-ibu pengurus PKK kelurahan Dinoyo pada saat pertemuan rutin PKK disertai dengan penyebaran undangan kepada ibu-ibu pengurus PKK kelurahan Dinoyo untuk kegiatan penyuluhan pembuatan bangunan vertikultur organik. Tahap berikutnya dilakukan penyuluhan tentang teknik pembuatan bangunan vertikultur organik pada budidaya tanaman sayuran dan pentingnya mengkonsumsi produk pangan sehat bebas
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
21
pestisida dan bahan kimia sintetis untuk kesehatan manusia. Selanjutnya dilakukan praktek pembuatan bangunan vertikultur organik di tiap-tiap RW mengikuti tahapan prosedur sebagai berikut :
Pemberian sekam padi harus diatur sehingga letaknya seperti sumbu di tengah-tengah media tanam. Cara memasukkan sekam padi dengan bantuan pipa paralon (Gambar1)
a. Persiapan media tanam vertikultur Komposisi media tanam yang digunakan dalam kegiatan ini terdiri dari tanah, pasir dan pupuk kotoran sapi dengan komposisi (50 % : 30 % : 20 %). Bahanbahan penyusun media tanam tersebut selanjutnya dicampur dan diaduk, hingga rata b. Pengayakan Bahan-bahan untuk media tanam biasanya masih bercampur dengan pecahan batu, kerikil, potongan kayu, plastik dan lainlain, sehingga perlu dilakukan pengayakan agar bebas dari benda-benda yang mengganggu. Ayakan yang digunakan berukuran 2 mm. c. Pencampuran media tanam dengan pupuk kompos Setelah dilakukan pengayakan, media tanam dicampur dengan kompos dengan dosis setiap 10 kg media tanam pemberian pupuk kompos sebesar 100 g - 250 g pupuk kompos. e. Sterilisasi media Sterilisasi dilakukan dengan cara dikeringkan dibawah terik matahari, untuk mematikan mikroorganisme yang merugikan, seperti bibit hama dan penyakit tanaman f. Memasukkan media tanam ke dalam bangunan Vertikultur Bahan yang digunakan untuk bangunan vertikultur adalah karung plastik bekas wadah beras/ pupuk. Media tanam yang telah disterilisasi dimasukkan ke dalam karung plastik (karpet) yang telah dilubangi bagian bawahnya dan tepinya. Untuk mempertahankan kelembaban dan mencegah pemadatan media tanam di dalam bangunan vertikultur maka tepat ditengah-tengah bangunan vertikultur diberi sekam padi.
Gambar 1. Teknik memasukkan media kedalam bangunan vertikultur g. Persiapan Bibit g.1. Penyemaian benih Benih tanaman lombok merah, tomat, terong, kangkung, selada daun, dan sawi disemaikan pada media semai yang telah disiapkan pada kantong plastik kecil. Media semai yang dipakai adalah pupuk kandang, pasir dan tanah dengan komposisi yang sama. Media semai juga dilakukan sterilisasi dengan disiram air panas mendidih kemudian ditutup lembaran plastik sehari semalam.
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
22
Selanjutnya benih ditaburkan di atas media semai. g.2. Pemeliharaan Persemaian Benih yang telah disemai, disiram setiap hari agar cepat berkecambah dan tumbuh dengan cepat. g.3. Penanaman Bibit Bila bibit di persemaian sudah memiliki minimal empat lembar daun dan bangunan vertikultur telah diisi media tanam maka dilakukan penanaman bibit. Agar akar tidak putus, pengambilan bibit harus beserta tanah. Penanaman dilakukan antara pukul 06.00 – 08.00 atau pukul 15.00 – 18.00. Penanaman pada bangunan vertikultur dilakukan dengan cara membuat lubang tanam pada diding bangunan secara melingkar. Arah penggalian agak ke bawah menggunakan sebilah bambu atau sendok tanah. Setelah itu, bibit secepatnya ditanam dengan cara seluruh daerah perakaran dimasukkan ke dalam media tersebut. Bibit ditanam dengan posisi sudut 45 o sehingga terlihat serong keluar (Gambar 2).
Gambar 2. Tahapan Pembuatan Bangunan Vertikultur Mulai dari Persiapan Media Sampai Penanaman Bibit dan Pertumbuhan Awal h. Pemeliharaan a. Penyulaman Tidak semua bibit tanaman yang dipindahtanamkan ke dalam bangunan vertikultur akan tumbuh, sehingga perlu penyulaman pada bibit yang mati dengan bibit baru yang sehat. Waktu penyulaman dilakukan pada sore hari. b. Penyiraman Penyiraman dilakukan dengan air bersih dengan jumlah air yang sesuai dengan perkembangan umur dan ukuran tanaman. Semakin besar tanaman, semakin banyak jumlah air yang dibutuhkan. Penyiraman dilakukan setiap hari pada awal pertumbuhan. Pada pertumbuhan selanjutnya dilakukan 2 hari sekali. i. Pengamatan Tahap berikutnya adalah pengamatan tingkat keberhasilan pembuatan bangunan vertikultur organik melalui pengamatan pertumbuhan tanaman hingga panen. Dari data yang dikumpulkan dapat diketahui tingkat keberhasilan khalayak sasaran dalam mempraktekkan pembuatan bangunan vertikultur organik pada budidaya tanaman sayuran. Selanjutnya untuk mengetahui pengaruh kegiatan ini terhadap optimalisasi lahan pekarangan dan pemenuhan kebutuhan sayuran organik keluarga serta kemungkinannya untuk dikembangkan secara komersial dilakukan
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
23
dengan penyebaran kuisioner terhadap khalayak sasaran yang menjadi target kegiatan ini. Hasil Dan Pembahasan Kegiatan Penyuluhan Kegiatan penyuluhan tentang pembuatan bangunan vertikultur organik untuk budidaya tanaman sayuran dan pentingnya mengkonsumsi sayuran organik bagi kesehatan, dilaksanakan di panti PKK Kelurahan Dinoyo. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari/tanggal: Sabtu / 18 April 2009. Jumlah peserta yang hadir sebanyak 50 orang yang mewakili anggota PKK tiap-tiap RW di lingkungan kelurahan Dinoyo dan pengurus PKK Kelurahan Dinoyo. Kegiatan ini berjalan dengan lancar sesuai dengan yang direncanakan. Antusiasme ibu-ibu PKK RW dan kelurahan terlihat sekali ketika sesi tanya jawab. Mereka menanyakan berbagai hal yang berhubungan dengan pengembangan pertanian organik di lingkungan perkotaan, khususnya budidaya sayuran organik agar dapat menyediakan kebutuhan sayuran organik keluarga. Pertanyaan lain berkaitan dengan peranan sayuran organik bagi kesehatan, serta cara bercocok tanam sayuran organik yang benar agar dapat dihasilkan produk pangan yang sehat bebas pestisida dengan tingkat produksi yang optimal. Kegiatan Praktek Pembuatan Bangunan Vertikultur Organik Kegiatan ini dilakukan di tiap-tiap RW. Ibu-ibu pengurus PKK RW yang hadir pada saat kegiatan penyuluhan di tingkat kelurahan mensosialisasikan kegiatan ini kepada ibu-ibu anggota PKK RW yang lain. Saat praktek pembuatan bangunan vertikultur organik, ibu-ibu pengurus PKK RW menghadirkan ibu-ibu anggota PKK RW yang berminat mengikuti kegiatan ini. Praktek pembuatan bangunan vertikultur dilakukan di tiap-tiap RW. Masing-masing RW ada 2 lokasi praktek. Sehingga total seluruh bangunan vertikultur yang telah dibuat sebanyak 14 bangunan.
Permbuatan bangunan vertikultur mengikuti prosedur yang telah dijelaskan dalam metode penerapan IPTEKS. Kegiatan pelatihan ini sangat bermanfaat bagi ibu-ibu rumah tangga yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebagai karyawan atau pegawai. Karena mereka dapat mengembangkannya di lahan pekarangannya masing-masing baik untuk memenuhi kebutuhan sayuran keluarga maupun untuk menciptakan lingkungan sehat dan indah. Dengan adanya hijauan tanaman di pekarangan, dapat mengurangi pencemaran udara di wilayah perkotaan. Indikator Persentase Tanaman yang tumbuh dalam Bangunan Vertikultur Salah satu keberhasilan kegiatan ini diamati dengan indikator persentase Tanaman yang tumbuh dalam Bangunan Vertikultur. Hasil Pengamaan indikator persentase tanaman yang tumbuh dalam bangungan vertikultur pada tiap-tiap RW disajikan pada Tabel 1.. Pada pengamatan I (1 minggu setelah tanam), rata-rata persentase pertumbuhan tanaman dalam bangunan vertikutur mencapai 89,25 %. Pada pengamatan I ini ada tanaman yang tidak tumbuh atau ada bibit tanaman yang patah seperti lombok dan tomat. Tanaman yang ditanam dari biji seperti kangkung, sawi, dan slada daun semuanya tumbuh. Bibit tanaman yang mati disulam dengan bibit tanaman yang baru. Pada pengamatan II (2 MST ) persentase pertumbuhan tanaman mencapai 100 %. Pada pengamatan III (3 MST), rata-rata persentase pertumbuhan tanaman mencapai 94,64 %. Hal ini kemungkinan oleh faktor bibit atau pemeliharaan seperti penyiraman yang kurang dapat menyebabkan tanaman mati. Tanaman yang mati diganti dengan tanaman baru. Pada pengamatan IV (4 MST), persentase pertumbuhan tanaman mencapai 100 %. dan pada pengamatan ini tanaman sayuran berumur pendek seperti kangkung, Sawi, dan Slada daun mulai dipanen. Untuk menggantikan tanaman yang telah dipanen
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
24
ditanami lagi benih baru lagi. Sehingga tidak ada lubang tanam pada bangunan vertikultur yang kosong. Semua berisi tanaman. Untuk bangunan vertikultur yang menggunakan 1 karung terdapat 6 lubang tanam. Sedangkan untuk bangunan vertikultur yang menggunakan 2 karung terdapat 10 tanaman. Tabel 1. Data Hasil Pengamatan Persentase Tanaman yang Tumbuh dalam Bangunan Vertikultur pada Tiaptiap RW Pengamatan ke
% Tanaman yang tumbuh dalam Bangunan Vertikultur di Wilayah RW 1
RW 2
RW 3
RW 4
1
75
87,5
100
87,5
2
100
100
100
100
3
87,5
87,5
100
100
4
100
100
100
100
5
87,5
87,5
100
87,5
6
100
100
100
100
7
100
100
100
100
Pengamatan ke
% Tanaman yang tumbuh dalam Bangunan Vertikultur di Wilayah
Sedangkan yang mendapat naungan, pertumbuhannya kurang baik. . Indikator Persentase Pemenuhan Kebutuhan Sayuran Organik Keluarga Keberhasilan kegiatan ini juga diukur dengan indicator persentase pemenuhan kebutuhan sayuran dengan bangunan vertikultur. Indikator ini diamati melalui penyebaran kuisioner yang diberikan kepada ibu-ibu yang memiliki bangunan vertikultur. Terdapat 14 orang yang memiliki bangunan vertikultur. Hasil pengumpulan data disajikan ada tabel 2 di bawah ini.: Tabel 2. Data Hasil Penyebaran kuisioner untuk Indikator % Pemenuhan Kebutuhan Sayuran Keluarga dengan Bangunan Vertikultur Jumlah responden yang memilih
Persentase
1. 100 % terpenuhi
5
35,7
2. 75 % terpenuhi
5
35,7
3. 50 % terpenuhi
4
28,6
4. 25 % terpenuhi
0
0
Indikator
Rata-rata
RW 5
RW 6
RW 7
1
87,5
87,5
100
2
100
100
100
100
3
100
100
87,5
94,64
4
100
100
100
100
5
100
87,5
87,5
91,07
6
100
100
100
100
7
100
100
100
100
89,25
Pada pengamatan V, rata-rata persentase pertumbuhan tanaman mencapai 91,07% . Ini menunjukkan ada tanaman yang belum tumbuh, yaitu tanaman yang baru ditanam menggantikan tanaman yang dipanen. Pada pengamatan VI dan VII, ratarata persentase pertumbuhan tanaman mencapai 100 %. Pengamatan pertumbuhan dilakukan sampai minggu ke 7. Pada minggu ke 8 tanaman sayuran berumur pendek dipanen lagi untuk yang kedua kalinya. Keragaan pertumbuhan tanaman ada tiaptiap RW tidak sama. Hal ini bergantung ada factor lingkungan dan pemeliharaan yang dilakukan. Bangunan vertikultur yang berada ada lokasi yang mendapat sinar matahari penuh dan dipelihara dengan baik menunjukkan pertumbuhan yang baik.
Hasil jajak pendapat melalui penyebaran kuisioner, secara umum menunjukkan bahwa dengan bangunan vertikultur kebutuhan sayuran organik yang sangat bermanfaat bagi kesehatan. Rata-rata % pemenuhan kebutuhan sayuran keluarga dengan bangunan vertikultur mencapai 50 – 100%. Berdasarkan data yang diperoleh 35,7 % ibu-ibu responden menyatakan bahwa dengan bangunan vertikutur organik dapat memenuhi kebutuhan sayuran keluarga sebesar 75 – 100 % dan 28,6 % ibu-ibu responden menyatakan bahwa kebutuhan sayuran keluarga dapat terpenuhi sebesar 50 %. Ibu-ibu responden yang menjawab 100 % terpenuhi memberikan catatan bila mereka memiliki 3 bangunan vertikultur dengan waktu tanam yang berbeda, sehingga bisa dipanen setiap saat. Demikian juga responden yang lain juga menyarankan agar waktu tanam berbagai jenis sayuran yang akan ditanam harus berbeda.
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
25
Indikator Minat untuk Mengembang-kan Secara Komersial Indikator ini juga diukur dengan cara penyebaran kuisioner kepada 50 orang anggota PKK di wilayah kelurahan Dinoyo yang mengikuti kegiatan penyuluhan dan pelatihan. Hasil pengumpulan data disajikan pada tabel 3 di bawah ini Tabel 3. Data Hasil Penyebaran Kuisioner untuk Indikator Minat untuk Mengembangkan Secara Komersial
Hasil penyebaran kuisioner kepada ibu-ibu responden tentang kemungkinan pengembangan vertikultur organik pada lahan pekarangan di perkotaan secara komersial, 50 % ibu-ibu responden menyatakan sangat berminat untuk mengembangkannya secara komersial bila memiliki lahan pekarangan yang cukup luas dan modal yang cukup, 41,67 % menyatakan cukup berminat untuk mengembangkannya secara komersial bila memiliki lahan pekarangan yang cukup luas dan modal yang cukup, 8,3 % tidak berminat untuk mengembangkan secara komersial karena alasan mereka bekerja dan tidak mempunyai lahan pekarangan yang cukup luas. Berdasarkan jajak pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa vertikultur organik di wilayah perkotaan dapat dikembangkan baik untuk pemenuhan kebutuhan sayuran organik keluarga maupun untuk pengembangan secara komersial mengingat di wilayah perkotaan dengan tingkat kesadaran kesehatan yang cukup tinggi sangat mendambakan produk pangan sehat khususya sayuran organik yang dapat mencegah berbagai macam penyakit modern yang banyak diderita oleh sebagian masyarakat Indonesia seperti Hipertensi,
Stroke, Jantung, Kanker/Tumor dll.
Diabetes
Melitus,
Pengaruh Kegiatan terhadap Institusi Terkait Dalam kegiatan ini ada beberapa institusi yang terkait yaitu : 1. Perguruan Tinggi Universitas Islam Malang terletak di wilayah kelurahan Dinoyo. Dengan adanya kegiatan ini akan diperoleh beberapa manfaat antara lain : a. Lebih mempererat hubungan antara Fakultas Pertanian Unisma dengan warga di sekitar kampus. b. Memperkenalkan produk unggulan Fakultas Pertanian Unisma dalam bentuk sayuran organik melalui program pengabdian masyarakat Fakultas Pertanian Unisma, sehingga akan meningkatkan peranannya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. 2. Kelurahan Kelurahan Dinoyo sebagai tempat kegiatan ini juga mempunyai peranan penting untuk turut menyebarluaskan hasil pelatihan, sehingga akan memberikan beberapa manfaat bagi kelurahan Dinoyo antara lain : a. Terciptanya lingkungan sehat, indah dan hijau di sekitar wilayah kelurahan Dinoyo b. Sebagian warga kelurahan Dinoyo khususnya ibu-ibu anggota PKK memiliki keterampilan tambahan yang dapat dikembangkan secara mandiri dan komersial sehingga dapat membantu menanggulangi kemiskinan di wiayah kelurahan Dinoyo 3. Pemerintah Kegiatan ini juga sejalan dengan program Pemerintah Kota Malang melalui selogan ”Malang Ijo Royo-Royo”, sehingga akan memberikan manfaat dalam menyukseskan program tersebut melalui penghijauan lingkungan dengan menanam sayuran organik yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat kota Malang.
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
26
Kesimpulan Dan Saran Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan penerapan IPTEKS tentang Pelatihan Pembuatan Bangunan Vertikultur Organik untuk budidaya tanaman sayuran di wilayah kelurahan Dinoyo dapat disimpulkan bahwa : 1. Pelatihan ini dapat memberikan keterampilan tambahan bagi khalayak sasaran dalam hal ini ibu-ibu anggota PKK di tingkat RT, RW dan . 2. Tingkat keberhasilan pembuatan bangunan vertikultur rata-rata mencapai 96,42 % yang diukur dari persentase jumlah tanaman yang tumbuh dalam bangunan vertikutur organik. 3. Minat ibu-ibu PKK kelurahan Dinoyo cukup besar untuk mengembangkan sistem budidaya vertikultur organik untuk tanaman sayuran baik untuk memenuhi kebutuhan sayuran rumah tangga maupun untuk dikembangkan secara komersial. 4. Sistem budidaya vertikultur organik untuk tanaman sayuran dapat menciptakan lingkungan bersih, sehat dan indah di lahan pekaarangan. 5. Kegiatan ini dapat membantu program kelurahan Dinoyo khususnya terkait dengan penanggulangan kemiskinan melalui terpenuhinya asupan gizi masyarakat dengan mengkonsumsi sayuran organik dan mencegah berbagai penyakit yang berbahaya. 6. Kegiatan ini selaras dengan program penghijauan kota Malang melalui selogan “Malang Ijo Royo-royo” Saran Dalam upaya pengembangan pertanian organik di wilayah perkotaan melalui system budidaya vertikutur organik sangat dibutuhkan bantuan pemerintah setempat baik melalui organisasi di tingkat kelurahan seperti LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan) maupun BKM (Badan Keswadayaan Masyarakat) dengan memberikan bantuan modal untuk pembuatan bangunan vertikutur organik dan penyediaan benih bagi ibu-ibu
yang berminat mengembangkannya secara komersial di lahan pekarangannya. Pada beberapa tempat yang memiliki tingkat pertumbuhan tanaman yang belum mencapai 100 % disarankan perlu upaya pembersihan lahan pekarangan dari berbagai naungan yang menghalangi sinar matahari ke bangunan vertikultur dan perlu penyiraman yang cukup.
Daftar Pustaka Andoko, A. 2004. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikultur Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. Anonymous, 2003. Bertanam Sayuran di Lahan Sempit. Penebar Swadaya. Jakarta. 40 Hal. Anonymous, 2004. Menanam Sayuran di Pekarangan Rumah. Agromedia Pustaka. Jakarta. 45 Hal. Anonymous, 2007. Sayur Organik Sehatkan Jantung. www.kompas.com diakses tanggal 31 Maret 2008 Havlin, J.L, J.D. Beaton, S.L. Tisdale and W.L. Nelson. 2005. Soil Fertility and Fertilizer. Seventh Edition. Pearson Prentice Hall. New Jersey. USA. Kartini. 2000. Pertanian Organik sebagai Pertanian Masa Depan. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Puslit Sosial Ekonomi Tertanian Universitas Udayana Denpasar. Hal. 98 -105. Machfud, M.C, D. Rachmawati, A. Suryadi, Sarwono, W. Istuti, Jumadi, Sariati dan Siswanto. 2000. Pengkajian Teknik Budidaya Beberapa Tanaman Sayuran Secara Organik di wilayah sekitar perkotaan. Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Dalam Upaya Mendukung Ketahanan Pangan Nasional. Puslit Sosial Ekonomi Tertanian Universitas Udayana Denpasar. Hal. 445.
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
27
Maryanto (2007). Sayuran Organik. Dalam Black Rose Home’s. http//www. maryanto77.multiply.com/journal/ite/ 20. diakses tanggal 31 Maret 2008 Nurhidayati dan Sunawan. 2006. Biokonversi Sampah Organik Pasar Menjadi Kompos yang Kaya Nutrisi dan Aplikasinya pada Tanaman Hortikultura dengan Sistem Vertikultur Organik. Laporan Penelitian PHK A-2 tahun 2006.
Jurusan Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Universitas Islam Malang. Pinamonti, F. and L.Sicher. 2001. Compost Utilization in Fruit Production Systems. In Horticultural Cropping Systems. Edited by Stoffella, P.J. Kahn, B.A. Lewis. Publishers. London. Pracaya, 2004. Bertanam Sayuran Organik. Penebar Swadaya. Jakarta. 112 Hal.
Jurnal Penelitian Al-Buhuts Universitas Islam Malang
28