NUR LAILIYAH 1108 100 704 Pembimbing : Endarko M.Si, Ph.D
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2004 tentang keamanan, mutu dan gizi pangan pasal 23 huruf C disebutkan bahwa bahan yang dilarang meliputi antara lain boraks, formalin, rodamin B atau metal yellow Akhir tahun 2005 dan awal tahun 2006 publikasi tentang penyalahgunaan formalin pada bahan makanan terutama pada sayur dan buah segar Diperlukan cara lain untuk mengurangi kadar formalin dalam buah dan sayuran tanpa mempengaruhi kesegaran buah dan kandungannya Untuk menganalisa quantitas formalin dapat menggunakan spektrometer UV VIS, namun spektometer UV VIS tidak memiliki grafik kalibrasi prosentase formalin
Bagaimana
cara pembuatan kurva kalibrasi prosentase formalin dengan alat Spectrometer UV VIS tipe HR 4000 dari Ocean Optics Bagaimana pengaruh gelombang ultrasonik terhadap prosentase formalin pada sampel Bagaimana pengaruh variasi frekuensi gelombang ultrasonik terhadap prosentase formalin pada sampel
Mendapatkan
grafik kalibrasi prosentase formalin dengan Spectrometer UV VIS Mengetahui pengaruh gelombang ultrasonik terhadap prosentase formalin pada sampel Mengetahui pengaruh variasi frekuensi gelombang ultrasonik terhadap prosentase formalin dalam sampel
Formalin yang digunakan adalah formalin 37% produk LIPI yang telah dicampur dengan pereaksi nash, alat uji yang digunakan adalah Spectrometer UV VIS tipe HR 4000 dari ocean optics Gelombang ultrasonik berasal dari rangkaian sensor ultrasonik yang telah ada. Penelitian ini memfokuskan pada percobaan penelitian pengaruh gelombang ultrasonik, bukan fabrikasi alat Frekuensi gelombang ultrasonik yang digunakan pada penelitian ini adalah 20 kHz, 30 kHz, dan 40 kHz Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah sawi dengan jenis Brassica juncea L, bayam (Amarantus Spec div), dan sawi jenis Brassica chinese yang lebih dikenal sawi pakcoy
Gelomabang akustik atau yang dikenal sebagai gelombang bunyi adalah gelombang mekanik yang dapat merambat dalam medium zat padat, cair dan gas (Sutrisno, 1988) Gelombang bunyi menurut besar frekuensinya dibedakan menjadi tiga.
a) acoustic spectrum dan b) medical ultrasound spectrum ( O’Brien, 2007)
Gelombang ultrasonik yang melalui medium mengakibatkan getaran partikel dengan medium amplitudo sejajar dengan arah rambat secara longitudinal sehingga menyebabkan partikel medium membentuk rapatan (Strain) dan tegangan (Stress) Gelombang ultrasonik sering dimanfaatkan diagnosis pada frekuensi 1 − 10 MHz (Parker, 1986) Intensitas gelombang ultrasonik (I) adalah energi yang melewati luas permukaan medium dalam watt/m2 Intensitas Relatif = 10 log (I2/I1) dengan, I1 = intensitas awal (watt/m2), I2 = intensitas pada jarak x dari sumber (watt/m2)
Ultrasonik
dapat digunakan untuk mempercepat proses ekstraksi. Yakni pada ekstraksi biji kedelai (Kim, 1989) Protein dapat dilepaskan dari sel atau organel subselular sebagai akibat dari disintegrasi sel Ultrasonikasi berfungsi sebagai sarana terkontrol yang baik untuk proses disintegrasi sel
Senyawa kimia formaldehyde (metanal atau formalin) merupakan aldehyde dengan rumus kimia CH2O Sifat-sifat formalin: (Rohman, 2007) Penampilan : cair tak berwarna Densitas : 1 kg/m3 Mudah menguap di udara terbuka Berbau menyengat Kelarutan dalam air : > 100 g/100 ml (20 °C) Bahaya utama : beracun, mudah terbakar, bersifat karsinogen Antibiotik yang sangat efektif dalam merusak proses fisiologis sel bakteri melalui mekanisme denaturasi protein, merusak membran sel, dehidrator, sekaligus memecah ikatan hidrogen pada sel bakteri
Formalin direaksikan dengan pereaksi tertentu untuk menghasilkan larutan berwarna yang bisa diukur di daerah visibel (Herlich, 1990) pereaksi yang dapat digunakan antara lain asam kromotropat Purpold, Nash, dan MBTH -M ethylbenzothiazinonhydrazone Formalin dengan penambahan pereaksi Nash menghasikan warna kuning, pereaksi ini memilki kestabilan dalam larutan, pembentukan warna yang dianalisis cepat serta menghasilkan reaksi warna yang dikehendaki, termasuk pereaksi selektif dan spesifik
Tergiur akan untung yang lebih membuat para pedagang maupun produsen mengidahkan aturan yang telah dibuat oleh menteri kesehatan tentang larangan penggunaan formalin pada produk makanan Jangka waktu penyimpanan yang lama dan keawetan suatu produk makanan yang menjadikan penggunaan formalin pada produk pangan terus berlanjut Pengawet ini memiliki unsur aldehyde yang bersifat mudah bereaksi dengan protein (Kiernan, 2000) Protein yang telah mati tidak akan diserang bakteri pembusuk yang menghasilkan senyawa asam
Teknik
yang sering digunakan dalam analisis quantitas formalin meliputi spektrometer ultraviolet, cahaya tampak, infra merah, dan serapan atom Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorbsi oleh molekul organik aromatik Besarnya serapan radiasi tersebut sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, 2004)
ISS-UV-VIS terpadu adalah kombinasi dari sumber deuterium dan halogen terhubung kepemegang cuvette untuk 1 cm.
ISS UV VIS (www.OceansOptics.com)
Teknik yang biasa digunakan untuk analisis secara spektrometri, yaitu metode kurva kalibrasi. Contoh Grafik kurva kalibrasi (Watson, 2007)
Salah
satu sifat sayuran adalah cepat layu dan busuk akibat kurang cermatnya penanganan lepas panen Daun bayam akan mudah layu setelah di petik, kenampakan kelihatan tidak segar, kandungan gizinya juga akan hilang daya tahan bayam pada suhu panas tidak begitu lama, oleh karenanya diperlukan pendingin
Merupakan tanaman semusim. Daun Sawi berbentuk bulat panjang serta berbulu halus dan tajam, urat daun utama lebar dan berwarna putih sawi merupakan komoditas yang memiliki nilai komersial dan digemari masyarakat Indonesia Sawi pakcoy berbatang pendek hingga hampir tidak terlihat Ketebalan daun sawi hijau ± 0.23 mm Ketebalan daun sawi pakcoy ± 0.25 mm
Sawi hijau dan pakcoy (eshape.wordpress.com)
Daun bayam yang segar mempunyai nilai komersial yang tinggi Ketebalan daun bayam ± 0.22 mm
Bayam segar (honeyizza.wordpress.com)
Gelas beker, gelas ukur, pipet, spatula, alat mortal (penumbuk), tissue, plastik klip ukuran 4 x 3 cm, kertas saring, rangkaian pembangkit ultrasonik, spektrometer UV VIS dengan tipe HR – 4000 Bahan utama yang digunakan adalah sawi daging, sawi kecil dan bayam. Larutan formalin 37 % yang telah diberi pereaksi Nash, dan aquades
Preparasi Bahan Dasar Larutan formalin 37% yang telah diberi pereaksi Nash , aquades
Formalin 37 % + pereaksi Nash Diambil sebanyak 5 ml dan diencerkan dengan ditambah aquades sebanyak 5 ml, sehingga menjadi formalin dengan prosentase 18.5%. Formalin dengan prosentase 37% Di ukur absorbansinya dengan UV VIS NIR Spektrometer Begitu pula formalin dengan prosentase 18.5%, 9.25%, 4.625%, 2.3%, 1.15%
Formalin 37 % + pereaksi Nash Diambil sebanyak 10 ml sebagai formalin dengan prosentase 37% Kemudian dibuat formalin dengan prosentase 9.25%, 4.625%, 2.3%, 1.15% dengan seperti pada proses pembuatan formalin dengan prosentase 18.5 %
Dibuat grafik antara prosentase formalin dan absorbansi sebagai grafik kalibrasi
Layar LCD untuk mengetahui frekuensi ultrasonik Pointer untuk mengatur frekuensi
Transmitter ultrasonik Tempat sampel
Tombol Halogen
Tombol Deuterium
Tombol open / close cuvette Tempat Cuvette
Sampel (sayuran segar)
Dibentuk bulat
Formalin 37%
Pembangkit gelombang ultrasonik Mortal
Spektrometer UV VIS tipe HR 4000
40
y = 25,77x - 2,083 R² = 0,999
35
Prosentase (%)
30
25
20
15
10
5
0 0
0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1,6
Absorbansi
Hubungan absorbansi dan prosentase larutan formalin adalah berbanding lurus. Semakin kecil prosentase larutan formalin yang di uji maka semakin kecil pula absorbansinya
3
sawi hijau
Absorbansi
2,5
2
sawi pakcoy 1,5
bayam 1
0,5
0 20 kHz
30 kHz 40kHz Frekuensi (kHz)
Untuk sawi hijau, perbedaan hasil perhitungan berturut-turut dari frekuensi 20 kHz, 30 kHz dan 40 kHz adalah 2.57 ± 0.11a.u, 2.50 ± 0.05 a.u, 2.39 ± 0.03 a.u. Untuk sawi pakcoy perbedaan hasil perhitungan berturut-turut dari frekuensi 20 kHz, 30 kHz dan 40 kHz adalah 2.65 ± 0.08 a.u, 2.50 ± 0.05 a.u, 2.45 ± 0.06 a.u. Untuk bayam perbedaan hasil perhitungan berturut-turut dari frekuensi 20 kHz, 30 kHz dan 40 kHz adalah 2.01 ± 0.03 a.u, 1.99 ± 0.01a.u dan 1.91 ± 0.01 a.u.
3
2,5
sawi hijau
Absorbansi
2
sawi pakcoy
1,5
1
bayam
0,5
0 20 kHz
30 kHz Frekuensi
40 kHz
Rata-rata nilai absorbansi sawi pakcoy yag diradiasi dengan gelombang ultrasonik pada frekuensi 20 kHz dan 30 kHz hampir sama, yaitu 2.48 ± 0.04 a.u dan 2.47 ± 0.04 a.u. Penurunan nilai absorbansi yang paling besar terdapat pada bayam. Pada frekuensi 20 kHz, absorbansi bayam adalah 1.86 ± 0.02 a.u. Sedangkan pada frekuensi 30 kHz dan 40 kHz adalah 1.63 ± 0.01 a.u dan 1.60 ± 0.02 a.u.
y = 25.77x - 2.083
Penurunan prosentase formalin pada frekuensi (dalam %)
Sampel
Tanpa ultrasonik
20 kHz
30 kHz
40 kHz
Sawi hijau
0
7.48
9.19
12.25
Sawi pakcoy
0
9.28
13.13
12.88
Bayam
0
12.20
14.47
14.93
y = 25.77x - 2.083
Penurunan prosentase formalin pada frekuensi (dalam %)
Sampel
Tanpa ultrasonik
20 kHz
30 kHz
40 kHz
Sawi hijau
0
14.86
13.86
16.23
Sawi pakcoy
0
15.83
13.85
22.01
Bayam
0
17.94
18.98
22.97
Didapatkan grafik kalibrasi antara absorbance dan prosentase formalin, nilai absorbansi berbanding lurus dengan prosentase formalin Terdapat penurunan nilai absorbance dari sampel berformalin dan sampel berformalin yang diradiasi gelombang ultrasonik Terdapat perbedaan nilai absorbance dari sampel yang telah diradiasi dengan gelombang ultrasonic dengan frekuensi 20 kHz, 30kHz, dan 40kHz. Nilai absorbansi yang paling kesil terdapat pada 40 kHz Terdapat penurunan nilai absorbance antara sebelum diradiasi dan setelah diradiasi dengan gelombang ultasonik pada semua sampel. Artinya gelombang ultrasonik berpengaruh pada prosentase formalin pada semua sampel
Apabila dilakukan penelitian lebih lanjut tentang permasalahan ini, disarankan untuk lebih menambah variasi. Seperti variasi waktu saat meradiasi sampel, menambah jumlah pembangkit ultrasonik, menambah jumlah variasi frekuensi, variasi jarak dan variasi kadar formalin yang digunakan.