NUR’AINUN SEBAGAI PENYANYI MELAYU SUMATERA UTARA: BIOGRAFI DAN ANALISIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENANDUNG, MAK INANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKANNYA
SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H SANSRI NUARI SILITONGA NIM 060707004
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 2011\
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah sebuah negara kesatuan yang terdiri dari berbagai kelompok etnik, bahasa, budaya, agama, dan ras. Indonesia terdiri dari 33 provinsi, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Di antara provinsi-provinsi di Indonesia, ada yang dihuni oleh masyarakat atau kelompok etnik yang relatif homogen, seperti Provinsi Sumatera Barat, yang didiami oleh etnik Minangkabau; Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang didiami oleh etnik Aceh yang terdiri dari sub Tamiang, Aceh Rayeuk, Simeulue, Pidie, dan lainnya; Jawa Tengah yang didiami oleh masyarakat Jawa. Namun ada juga provinsi-provinsi yang dihuni oleh berbagai kelompok etnik. Misalnya Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang dihuni oleh etnik Betawi, Sunda, Banten, Jawa, dan lainnya. Begitu juga dengan Provinsi Sumatera Utara yang didiami oleh delapan kelompok etnik setempat, yaitu: Karo, Pakpak-Dairi, Simalungun, Batak Toba, Mandailing-Angkola, Pesisir Tapanuli tengah, Nias, dan Melayu. Ada pula pendatang seperti: Aceh, Minangkabau, Jawa, Sunda, Makasar, Bugis, Thokian, Kwong Fu, Hakka, Tamil, benggali, dan lain-lainnya. Keadaan etnografis yang demikian ini, sangat mempengaruhi kebudayaan yang dihasilkan kelompok-kelompok etnik tersebut, tidak terkecuali etnikMelayu.
Satu sisi, setiap kelompok etnik akan
mempertahankan identitas kebudayaannya, namun di sisi lain mereka memerlukan adaptasi dan meminjam budaya lainnya. Etnik Melayu adalah salah satu etnik di Sumatera Utara yang wilayah kebudayaanya mencakup Langkat, Deli Serdang, Asahan, Batubara, dan Labuhan 1
Batu. Ini semua berada dalam kawasan pesisir Timur Provinsi Sumateara Utara. Di dalam kebudayaan Melayu Sumatera Utara, proses mempertahankan identitas dan mengambil unsur-unsur kebudayaan yang heterogen telah terjadi selama ratusan tahun, dan menjadi suatu kelaziman dalam strategi kebudayaan mereka. Salah satu upaya mempertahankan, mengembangkan, dan mempopulerkan budaya, adalah melalui seni musik atau suara. Etnik Melayu memilki seniman-seniman tari seperti Guru Sauti, Yose, Rizal Firdaus, Lailan Machfrida, Linda Asmita, Sirtoyono, dan lain sebagainya. Begitu juga dengan pemusik seperti: Ahmad Setia, Zulfan Efendi Lubis, Tengku Luckman Sinar, Muhammad Zulfahmi, Fadlin, Tengku Syafick Sinar, dan lain sebagainya. Di samping pemusik, ada juga penyanyi-penyanyi Melayu seperti: Nur ‘Ainun, Dahlia Abu Kasim, Syaiful Amri, Laila Hasyim, dan lain-lain. Mereka cukup populer sebagai penyanyi Melayu. Nur ‘Ainun adalah salah satu penyanyi Melayu yang sangat terkenal di dalam masyarakat Melayu. Nur ‘Ainun dipandang berbeda dengan penyanyi-penyanyi Melayu yang lainnya karena memililki ciri khas dalam bernyanyi seperti gerenek yaitu memakai improvisasi dengan menggunakan nada-nada gerenek Melayu yang berdensitas rapat yang mendekati konsep “tremolo” di dalam musik Barat. Begitu juga dengan cengkok yaitu nada-nada yang diayunkan--dan yang terkhusus vibrato yang dikenal dengan suara yang memilki getaran dari dalam yang biasanya getaran ini tidak
bisa dibuat-buat dalam arti getaran yang timbul sendiri, bahkan ada juga
penyanyi yang tidak memiliki vibrato (www.artikata.com).
Inilah yang menjadi
keunikan serta ciri khas yang dia miliki dari penyanyi-penyanyi Melayu lainnya (wawancara penulis dengan Datuk Ahmad Fauzi dan Zulfan Efendi 13 Maret 2010).
2
Di samping itu Nur ‘Ainun dalam bernyanyi Melayu, ternyata beliau juga pernah berkolaborasi dengan Rizaldi Siagian seorang seniman ternama di Sumatera Utara. Sejauh yang saya ketahui berdasarkan wawancara dengannya ternyata beliau sudah menghasilkan 20 album dalam bentuk kaset, termaksud kaset yang berjudul Tanjung Balai yang diliris tahun 1992 bersama Tiar Ramon sebagai teman bernyanyinya, yang membawakan lagu-lagu ciptaan dari Efendi Arif dan ciptaan dari Nur ‘Ainun sendiri yang berjudul Kepastian. Di samping kaset yang dimilikinya beliau juga mempunyai 2 keping piringan hitam yang diproduksi tahun 1970 di Malaysia, dan untuk saat ini melalui wawancara beliau sangat berkeinginan suatu saat di saat bernyanyi Dia ingin direkam memakai alat rekam seperti handicam dengan maksud ingin membuat hasil rekamnya tersebut dijadikan sebuah kaset CD ataupun DVD agar dapat dilihat. Karena pada saat itu alat perekam hanya berbentuk kaset dan pirirngan hitam saja, untuk itu Dia tidak pernah meliahat dirinya bernyanyi, tapi hanya bisa mendengar saja. Berlajut dengan prestasi dirumah Beliau banyak sekali Piagam dan Penghargaan berbentuk Piala-piala baik dari lomba bernyanyi di TVRI, Radio, dan lain sebagainya, yang kalau dijumlahkan total dari keseluruhan dari Piala dan Piagam tidak sedikit mencapai 10 Penghargaan termasuk piala-piala tersebtu. Di dalam lagu-lagu Nur ‘Ainun terdapat tiga dasar rentak seperti rentak senandung (4/4), Mak Inang (2/4), dan Lagu Dua (6/8) yang dimana rentak-rentak ini disebut ketukan ataupun pulsa. Simbol-simbol ketukan ataupun pulsa ini adalah sebuah perkembangan musik Barat ke dalam musik Melayu pada saat musisi-musisi Melayu
mempelajari
musik
Barat
dan
menerapkanya
kedalam
musik
Melayu.wawancara penulis dengan Muhammad Takari (Maret 20/10). Oleh karena itu saya sangat tertarik dalam membahas Nur ‘Ainun dari segi biografinya serta keunikannya dan melihat rentak-rentak yang dinyanyikanya,
3
sehingga penulis ingin memberi judul tulisan ini dengan Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Melayu Sumatera Utara: Biografi dan Analisis Struktur Lagu-lagu Rentak Senandung, Mak Inang,dan Lagu Dua yang Dinyanyikannya.
1.2
Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka penulis menentukan dua
pokok permasalahan untuk mengkaji keberadaan Nur ‘Ainun, yaitu sebagai berikut. 1. Bagaimana biogarafi Nur ‘Ainun?
Pokok permasalahan ini akan
dijelaskan dalam bentuk deskripsi mengenai riwayat hidupnya sebagai seniman (penyanyi) lagu-lagu Melayu sejak awal hingga kini, begitu juga sejauh apa pengalaman hidupnya sebagai pencipta lagu-lagu Melayu. Pada bahagian ini fokus diutamakan pada biografi dirinya sebagai seniman Melayu. 2. Bagaimana struktur lagu-lagu rentak senandung, mak inang, dan lagu dua yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Ainun? Pokok masalah ini akan diperdalam dalam bentuk uraian bagaimana struktur lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan Nur ‘Ainun. Adapun sebagai sampel rentak senandung yang dinyanyikannya adalah lagu Laksmana Mati Dibunuh, yang diciptakannya adalah lagu Kepastian. Untuk rentak mak inang lagu yang dinyanyikannya adalah Mak Inang Pulau Kampai (Dia tidak pernah menciptakan lagu rentak mak inang). Untuk rentak lagu dua (joget) lagu yang dinyanyikannya berjudul Tanjung Katung dan lagu ciptaannya adalah Jangan Duduk termenung.
4
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Secara umum peneliti bertujuan untuk menegetahui atau mengunkapakan objek yang diteliti, ditemukan suatu kesimpulan yang menjadi pemecahan dari suatu masalah yang diteliti antara lain: 1. Untuk mengetahui biografi dari hidup Nur ‘Ainun 2. Untuk mengetahui lebih rinci dan mendalam struktur lagu-lagu Melayu rentak senandung, mak inang dan lagu dua yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun serta lagu-lagu yang diciptakanya. 3. Untuk mengetahui karya-karya Nur ‘Ainun sebagai seniman Melayu.
1. 3. 2 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini khususnya terhadap masyarakat luar dalam tulisan karya Ilmiah adalah: 1. Untuk melihat biografi Nur ‘Ainun agar mayarakat dapat mengetahui sosok dari seorang penyanyi Melayu. 2. Untuk memberikan informasi kepada
masyarakat
Melayu
mengenai
pengertian rentak senandung, mak inang, dan lagu dua (joget) dalam lagu-lagu yang dinyanyikannya 3. mengakat kembali keberhasilan yang pernah diraih oleh Nur ‘Ainun sebagai seniman Melayu 4. Dapat memberi sumbangsih pemikiran yang sederhana terhadap analisi Sturtur lagu-lagu yang dinyanyikan Nur’Ainun serta lagu ciptaannya.
5
1. 4 Konsep dan Teori 1. 4. 1 Konsep Konsep merupakan defenisi singkat dari apa yang diamati, konsep menentukan variabel-variabel utama dan kita ingin menentukan adanya hubungan empiris (Merton 1963:89). Biogarafi Antologi Biografi Pengarang Sastra Indonesia (1999:3-4) dalam skripsi (Siti 2003:2006). Mengatakan biografi adalah sebuah pendeskripsian hidup pengarang atau sastrawan. Disini juga dijelaskan bahwa dalam menyusun biografi seseorang harus memuat latar belakang dari yang ingin kita tulis antara lain: 1. Keluarga yaitu memuat keterangan lahir, meninggal (jika sudah meninggal), istri dan keturunan (orang tua, saudara dan anak). Pendidikan yaitu pendidikan formal dan non formal dari tingkat dasar sampai perguruan tertinggi jika ada. Pekerjaan, yang memberi penjelasan tentang pekerjaan, baik pekerjaan yang mendukung kepengarangannya maupun pekerjaan yang tidak ada hubungannya sama sekali dengan kepengarangannya, dan (d) kesastraannya yang menjelaskan apa yang mempengaruhi pengarang itu sehingga ia menjadi pengarang. 2. Karya-karya pengarang itu yang didaftar menurut jenisnya, baik yang berupa buku maupun yang berupa karya yang diterbitkan secara terlepas, bahkan yang masih berbentuk naskah, karena kadang-kadang ada pengarang yang mempunyai naskah karyanya yang belum diterbitkan sampai ia meninggal. 3. Tanggapan para kritikus yang didaftarkan berdasarkan judul dan sumbernya, dengan tujuan memberi keterangan kepada para pembaca tentang tanggapan orang kepada pengarang itu. Hal itu tegantung kepada ada atau tidak adanya orang yang menanggapi.
6
Karena biografi termasuk salah satu kajian dari sastra, maka teori ini penulis gunakan dalam teori biogarfi, dan mengganti objek pembahasan yang diteliti. Yang mana sebelumnya membahas tentang pengarang, kemudian diubah objeknya menjadi pemusik ataupun penyanyi. Dalam ilmu sejarah pula, biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja, namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya, sementara biografi yang panjang meliputi informasi-informasi penting, namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik. Biografi menganalisis dan menerangkan kejadian-kejadian dalam hidup seseorang. Melalui
biografi, akan ditemukan penjelasan mengenai
tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal. Akan tetapi menurut saya Biografi adalah sala satu media ukapan jati diri dari manusia itu sendiri. Kata analisis berasal dari kata analisa, yaitu penyelidikan dan penguraian terhadap satu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya serta proses pemecahan masalah yang dimulai dengan dugaan akan sebenarnya (Kamus Lengkap Bahasa Indonesia 1988). Struktur adalah seperti bagunan yang memiliki bagian-bagian yang yang tersusun (wikipedia.com). Dalam music Melayu struktur ini mencakup dimensi waktu seperti: ketujan dasar, meter, fungtuasi ritmik, pola ritme atau rentak, densitas not, dan lain-lainnya. Kemudian music Melayu juga dibentuk oleh dimensi ruaqng yang terdiri dari: nada, wilayah nada, frekuensi nada, melodi, formula melodi, kontur, dan lain-lain.
7
Adapun rentak-rentak dalam musik Melayuialah rentak senandung (asli) memiliki ketukan 4/4 lambat, rentak mak inang memiliki ketukan 2/4 sedang, dan rentak lagu dua yang dikenal dengan rentak joget 6/8 lebih cepat dari rentak senandung dan mak inang. Pengertian ini hanya bisa dilihat dan didengar oleh orang yang memang mengenal dan mengetahui tentang musik (orang tertentu). Analisis lebih rinci lihat Fadlin (1988) atau seperti yang penulis kutip pada Bab IV. Selain rentak yang berhubungan dengan lagu Melayu ada improvisasiimprovisasi yang sering digunakan Nur ‘Ainun dan juga penyanyi-penyanyi Melayu lainnya, yang mereka sebut cengkok, gerenek, dan patah lagu adapun pengertiannya sebagai berikut, 1. Cengkok adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalan begitu saja tanpa adanya yang mengatur yang tidak menggunakan teks naynyian, jika dibandingkan dengan cara bernyanyi paduan suara. sangat berbeda sekali bisa dilihat dengan cara benyanyi yang mendapat pengaturan atau arahan saat bernyanyi, yang dilatih oleh pelatih paduan suara itu sendiri, dan juga sebelum bernyanyi mereka memlakukan pernafasan yang berfungsi untuk dapat menahan nada-nada panjang dengan kata lain mereka menggunakan teknik bernyanyi yang pada dasarnya ini dilakukan oleh penyanyi-penyanyi lainnya. 2. Gerenek jika dibarat gerenek sama dengan tremolo yaitu menggunakan nada-nada yang berdensitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagu-lagu Melayu. Dan ini biasanya terdapat di musik Melayu, yang artinya yang menggunakan Gerenek adalah musik Melayunya bukan vocalnya atau nyanyianya.
8
3. Patah lagu, improvisasi ini yang paling penting adalah tekanan seperti memberi aksen terhadap nada-nada dalam menyanyikan lagu-lagu Melayu (Takari 2008).
1.4.2 Teori Menyangkut pengidentifikasian bentuk rentak terhadap nyanyian, maka penulis menggunakan dua teori yaitu Biogarafi dan Weighted Scale untuk menganalisis Musiknya. Adapun musik tersebut ialah: (1) Teori biografi
Pada
dasarnya teori ini dipergunakan dalam berbagai disiplin ilmu, seperti dalam sejarah, sastra, sosiologi, dan antropologi. Biografi secara sederhana dapat dikatakan sebagai sebuah kisah riwayat hidup seseorang. Biografi dapat berbentuk beberapa baris kalimat saja. Namun juga dapat berupa lebih dari satu buku. Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta dari kehidupan seseorang dan peran pentingnya. Sementara biografi yang panjang meliputi informasi-informasi penting namun dikisahkan dengan lebih mendetail dan tentunya dituliskan dengan gaya bercerita yang baik. Dalam studi biografi penulis akan menganalisis dan menerangkan kejadiankejadian dalam hidup seseorang. Melalui biografi, akan ditemukan hubungan, keterangan arti dari tindakan tertentu atau misteri yang melingkupi hidup seseorang, serta penjelasan mengenai tindakan dan perilaku hidupnya. Biografi biasanya dapat bercerita tentang kehidupan seorang tokoh terkenal atau tidak terkenal, namun demikian, biografi tentang orang biasa akan menceritakan mengenai satu atau lebih tempat atau masa tertentu. Biografi seringkali bercerita mengenai seorang tokoh sejarah, namun tak jarang juga tentang orang yang masih hidup. Banyak biografi ditulis secara
9
kronologis. Beberapa periode waktu tersebut dapat dikelompokkan berdasar tematema utama tertentu (misalnya “masa-masa awal yang susah” atau “ambisi dan pencapaian”). Walau begitu, beberapa yang lain berfokus pada topik-topik atau pencapaian tertentu. Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping Koran. Sedangkan bahan-bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buka-buku referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi itu. Hal-hal yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi antara lain: (a) pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) temukan fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) mulailah dengan ensiklopedia dan catatan waktu; (d) pikirkan, apa lagi yang perlu anda ketahui mengenai orang itu, bagian mana dari hidupnya yang ingin lebih banyak anda tuliskan (Matavia, 2008). (2) Menurut Wiliaam P. Malm (1977:9) bahwa terdapat 8 unsur yang harus diperhatikan: (1) scale ( tangga nada). (2) nada dasar, (3) range ( wilayah nada ). (4) freguency of notes ( jumlah nada-nada ), (5) prevalent interval ( interval yang dipakai ), (6) cadensa patters ( pola-pola kadensa), (7) melodic formula ( formula melodi ), (8) dan contur
( kontur ).
1`.5 Metode Penelitian Metode yang penulis lakukan adalah dengan ara mencari tahu dan mewawancara informal pangkal dan informal kunci. Informal pangkal adalah sebuah informal yang dianggap banyak tahu dan mengerti mengenai kebudayaan Melayu serta penyanyi-penyanyi yang memiliki kualitas dalam bernyanyi. Mereka terdiri dari musisi-musisi Melayu, dan para budayawan Melayu, selajutnya dari mereka ini akan
10
terkuat siapa-siapa saja yang sangat cocok untuk dituliskan kedalam tulisan karya ilmiah ini yang menjadi topik pembahasan yang biasanya disebut informal kunci. Metode yang dipergunakan dalam mengkaji lagu-lagu Melayu yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun yang memakai rentak senadung, mak inang, dan lagu dua memakai metode penelitian deskriptif yang bersifat kualitatif dikarena Melalui pendekatan ini penulis lebih terfokus dan memusatkan objek yang ingin diteliti untuk dituliskan kedalam penulisan karya Ilmiah serta dapat dipertangung jawabkan. Pada tahap sebelum penulis terjun kelapangan penulis mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian seperti, kamera digital lumix, sebagai alat rekam pada saat melakukan wawancara, dan juga sebagai pengambilan gambar agar lebih jelas dan menjadi bukti. Kemudian studi kepustakaan sebagai informal awal yang menjadikan acuan dengan membaca buku-buku berhubungan dengan objek yang ingin diteliti, agar dapat berjalan dengan lancar sampai siapnya tulisan karya Ilmiah ini dibuat.
1.5.1 Studi Kepustakaan Maksud dari studi kepustakaan adalah mendapat tulisan yang berasal dari buku-buku, jurnal, majalah seni, skripsi-skripsi di perpustakaan Departemen Etnomusikologi. Buku-buku yang digunakan anatara lain: “ Sastra Melayu Sumatera Utara” (2009) yang dituliskan oleh Muhammad Takari dan Fadlin; Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur (2010) oleh Yuscan; “Lintasan Sejarah Peradaban Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur”(1975) oleh Tengku H.M Lah Husny, Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah, dan Asia (1977) yang merupakan terjemahan oleh Muhammad Takari. Serta skripsi-skripsi sarjana yang berhubungan dengan judul yang penulis buat.
11
1.5.2 Pegumpulan Data di Lapangan 1.5.2.1 Observasi Kerja lapangan berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan yaitu melihat langsung kelapangan bagaimana teknik vocal dan ciri khas oleh Nur ‘Ainun. Selain itu, mencari informan pangkal yaitu Datuk Fauzi yang mendukung dan membuka jalan bagi penulis untuk bertemu dan mengenal lebih jauh sosok Nur ‘Ainun sedapat mungkin informan pangkal tersebut berasal dari kebudayaan yang sama dengan informal kunci. Penulis melakukan penelitian lapangan hari rabu tanggal 2 april 2010 dijalan Datuk Kabuh Gg. Rezeki di Denai. Pada saat itu Nur ‘Ainun sedang shalat Zuhur karena kedatangan saya siang tepatnya pada pukul 12.30 WIB. Selesai sholat penulis menyempatkan diri untuk melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi. Dari wawancara tersebut, penulis mulai mendapatkan informasi mengenai latar belakang keluarganya, pendidikannya, pekerjaannya, maupun perjalananan hidupnya dalam musik Melayu, sebagai penyanyi Melayu. Selama melakukan penelitian, penulis tidak begitu mendapatkan kesulitan yang cukup berarti. Khususnya dalam menyesuaikan diri dengan bahasa serta kebiasaan-kebiasaan yang ada di lingkungan objek yang diteliti. Penulis masih dapat menyesuaikan diri meskipun penulis bukan orang Melayu. Juga pada umumnya bahasa Melayu tidak terlalu jauh dengan Bahasa Indonesia. Apalagi objek penelitian saya selalu menggunakan bahasa Indonesia, hal tersebut membuat peneliti menjadi lebih mudah untuk mendapatkan informasi.
12
1.5.2.2 Wawancara Dalam penelitian ini penulis menggunakan wawancara jenis wawancara riwayat
secara lisan (Moleong 2000:137). Wawancara ini dimaksudkan
mewawancarai sang informan kunci secara mengalir tanpa adanya draft pertayaaan yang disusun. Wawancara tidak terkesan kaku melainkan terkesan santai seperti pembicaraan sehari-hari bair pun pertayaan tersebut belum dibuat hanya sebatas bertanya saja mengenai kehidupannya dalam seniman Melayu. Dalam rangka mewawancarai Nur ‘Ainun penulis menggunakan metode wawancara
langsung,
mendalam,
terstruktur secara umum,
dan kemudian
menggembangkannya menurut arah dan jawaban-jawaban yang diberikan oleh informan kunci yaitu Nur’Ainun. Dalam rangka menggali aspek biografinya, penulis juga mewawancarai orang-orang yang terdekat dengan beliau yaitu anak-anaknya.
1.5.3.2
Rekaman Dalam penulisan ini penulis menggunakan beberapa instrumen pendukung
antara lain kamera digital merk Lumix DMC-FX 12. Kamera digunakan untuk merekam proses wawancara dan saat masa observasi/ penelitian lapangan serta pengambilan gambar pada saat beliau meraih prestasi dan karya-karya lainnya. Tidak lupa juga meneliti membawa catatan untuk mencatat hal-hal yang penting mengenai Nur’Ainun khususnya riwayat hidupnya sebagai seniman Melayu. Data audio kemudian ditranskripsi dalam bentuk tulisan yang disimpan di flash disk. . Kemudian bahan-bahan yang diperlukan disunting dan dimasukkan sesuai dengan keperluan penelitian ini. Selanjutnya bahan-bahan yang berbentuk gambar penulis simpan dalam bentuk format visual dan ditransfewr ke dalam bentuk jpg, untuk memiudahkan
13
mengedit dan menyisipkan gambar ini. Selanjutnya gambar diinsert ke dalam katakata yang terdapat dalam file yang berformat Microsoft word. Data lagu atau musik dibeli dari rekaman komersial. Sebahagiannya juga direkam langsung di lapangan. Data audio musik ini kemudian ditranskripsi dengan menggunakan media notasi balok Eropa untuk mempermuda analisis bentuk musiknya.
Penulis melakukan transkripsi deskriptif untuk nmengetahui gaya
nyanyian yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun.
1. 5. 3 Kerja Laboratorium Seluruh hasil wawancara dan rekaman teknik olah vocal oleh informan kunci yang penulis dapatkan dari penelitian kelapangan, akan diolah kedalam laboratorium. Hal ini dimaksudkan untuk menghasilkan sebuah transkripsi dan analisis dari lagulagu yang dinyanyikanya yang sempat populer. Dan hasil karya lagu yang diciptakanya. serta menyusun biografi beliau menjadi satu rentetan, dari semua data yang di peroleh di lapangan. Untuk selanjutnya diolah dalam kerja laboratorium. Di dalam proses pengolahan data ini, penulis dibimbing oleh dosen pembimbing yaitu bapak Muhammad Takari dan fadlin. Jika masih ada data yang dirasa kurang lengkap, maka penulis akan kembali ke lokasi penelitian dan menemui narasumber untuk melengkapi materi pembahasan melalui saran-saran dari dosen pembimbing penulis. Untuk data yang di rekam, penulis mendengarkannya berulang-ulang dan kemudian disesuaikan dengan pertanyaan yang sudah dibuat dan dituliskan kedalam tulisan yan baru. Setelah semua pertanyaan dan jawaban dari data tersebut sudah sesuai dan benar, maka penulis akan melampirkan data tersebut kedalam setiap bab
14
pembahasan pada tulisan ini. Demikianlah seterusnya yang penulis lakukan berulangulang di setiap penelitian.
15
BAB II DESKRIPSI KEBUDAYAAN MASYARAKAT MELAYU SUMATERA UTARA SEBAGI LATAR BELAKANG BUDAYA NUR ‘AINUN
2.1 Latar Belakang Budaya Melayu
Nur ‘Ainun adalah seorang wanita yang latar belakangnya adalah berbudaya Melayu. Kedua orang tuanya juga adalah suku Melayu. Nur’Ainun juga menggunakan bahasa dan budaya Melayu dalam kehidupan sehari-harinya. Dengan demikian, maka Nur ‘Ainun secara sosiobudaya dibentuk oleh kebudayaan Melayu, khususnya Langkat, dan Smatera Uara dan Duna Melayu secara umum. Sebelum menganalisis lagu-lagu yang dinyanyikan dan diciptakan oleh Nur ‘Anun, maka perlu juga mengetahui latar belakang budaya yang menjadikan diri seorang Nur ‘Ainun, yaitu kebudayaan Melayu. Adapun enls akan melihatnya dri sudut unsure-unsur bdaya Melayu dan kaitannya dengan kedudukan Nur ‘Ainun dalam setiap unsure budaya dalam peradaban Melayu Sumatera Utara. Deskripsi Melayu bisa dilihat dengan kedekatannya dengan Agama Islam. Melayu memang sangat erat hubungan dengan Islam, sehingga ada sebuah ungakapan ataupun gagasan adat yang besendikan syarak-syarak bersendikan kitabullah. Yang artinya asas kebudayaan Melayu adalah hukum Islam (syarak). Sehingga untuk menjadi orang Melayu harus mengikuti adat istiadat Melayu dan beragama Islam (Takari dan Fadlin 2009). Seperti Zulfan Efendi, dia adalah seorang seniman Melayu yang asalnya bukan orang Melayu Asli. Dia adalah orang Batak yang bermarga Lubis, tetapi dia menyatakan bahwa dirinya adalah orang Melayu, dengan kemampuannya bisa berbahasa Melayu, beradat istidat Melayu dan beragama Islam. Sehingga dalam 16
konsep Melayu siapa saja boleh menyatakan dirinya menjadi orang Melayu, asal dia bisa berbahasa Melayu, beradat istiadat Melayu, dan beragama Islam. Di samping itu identitas Melayu juga dapat dilihat melalui unsure-unsur kebudayaan Melayu. Secara antropologis, unsure-unsur kebudayaan mencakup: agama, bahasa, organisasi, mata pencaharian hidup, kesenian, pendidikan, dan teknologi. Di bawah ini terdapat tujuh unsur tersebut, berikut,
2.1 Agama
Islam adalah kepercayaan setiap warga masyarakat Melayu, karena Melayu sendiri pun berlandaskan Islam. Untuk itu saya akan menjelaskan bagaimana proses masuknya agama Islam ke dalam peradaban Melayu. Jika di Indonesia Islam mulai berkembang pada zaman Kerajaan Hindu-Budha berkat hubungan dagang dengan negara-negara tetangga maupun yang lebih jauh seperti India, Tionkok, dan wilayah Timur Tengah. Agama Hindu masuk ke Indonesia diperkirakan pada awal Masehi, dibawa oleh para musafir dari India antara lain: Maha Resi Agastya, yang di Jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana dan juga para musafir dari Tiongkok yakni musafir Budha Pahien. Pada abad ke-4 di Jawa Barat terdapat kerajaan yang bercorak Hindu-Buddha, yaitu kerajaan
Tarauma Negara yang
dilanjutkan dengan Kerajaan Sunda sampai abad ke-16 (Luckman Sinar 1986).
Pada masa ini pula muncul dua kerajaan besar, yakni
Sriwijaya dan
Majapahit. Pada masa abab ke-7 hingga abab ke- 14. Kerajaan Budha Sriwijaya berkembang pesat di Sumatra. Hal ini disdeskripsikan oleh eorang
penjelajah
Tiongkok yang bernama I-Tsing, yang mengunjungi ibukotanya Palembang sekitar
17
tahun 670. Pada saat puncak
kejayaannya Sriwijaya menguasai daerah sejauh
Jawa Tengah, dan Kamboja (Lucman Sinar 1986:65).
Di abad ke-14 juga menjadi saksi bangkitnya sebuah kerajaan Hindu di Jawa Timur, yaitu Patih Majapahit antara tahun 1331 hingga1364, Gajah Mada, berhasil memperoleh kekuasaan atas wilayah yang kini sebagian besarnya adalah Indonesia beserta hampir seluruh Semenanjung Melayu. Warisan dari masa Gajah Mada termasuk kodifikasi hukum dan pembentukan kebudayaan Jawa, seperti yang terlihat dalam Wiracarita Ramayana.( \sejarah dari Ramayana).
Masuknya ajaran Islam pada sekitar abab ke-12,
melahirkan kerajaan-
kerajaan bercorak Islam, seperti Samnudra Pasai di Sumatera dan Demak di Jawa. Munculnya kerajaan-kerajaan tersebut, secara perlahan-lahan mengakhiri kejayaan Sriwijaya dan Majapahit, sekaligus menandai akhir dari era ini. (Takari dan Fadlin 2009). Di samping itu ada pendapat dari Prof Mansur menyatakan : “Besar kemungkinannya bahwa Islam dibawa oleh para wirausahawan Arab ke Asia Tenggara pada abad pertama dari tarikh Hijriyah atau abad ke-7M. Hal ini menjadi lebih kuat, menurut Arnold dalam The Preaching of Islam sejarah dakwah Islam dimulai pada abad ke-2 Hijriah, yaitu para pedagang Islam melakukan perdagangan dengan Sailan atau Srilangka. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Burger dan Prajudi (2004). Mansur menambahkan Van Leur dalam bukunya Indonesian Trade and Society (2003), menyatakan bahwa pada 674 di pantai Barat Sumatera telah terdapat perkampungan (koloni) Arab Islam. Perkampungan perdagangan ini mulai dibicarakan lagi pada 618 dan 626. Tahun-tahun berikutnya perkembangan perdagangan ini mulai mempraktikkan ajaran 18
agama Islam. Hal ini mempengaruhi pula perkampungan Arab yang terdapat di sepanjang jalan perdagangan di Asia Tenggara. Mansur juga mengkritik keras adanya upaya sebagian sejarawan yang menyatakan bahwa Islam baru masuk ke Indonesia setelah runtuhnya kerajaan Hindu Majapahit (1478) dan ditandai berdirinya kerajaan Demak. Pada umumnya keruntuhan Kerajaan Hindu Majapahit sering didongengkan akibat serangan dari Kerajaan Islam Demak. Padahal realitas sejarahnya yang benar adalah Kerajaan Hindu Majapahit runtuh akibat serangan raja Girindrawardhana dari Kerajaan Hindu Kediri pada tahun 1478M. Al-Attas mengatakan sarjana Barat melangsungkan penilitian ilmiah terhadap sejarah dan kebudayaan Kepulauan Melayu-Indonesia telah lama menyebarkan bahwa masyarakat kepulauan ini seolaholah merupakan masyarakat penyaring, penapis, serta penyatu unsur-unsur berbagai kebudayaan. Banyak pertanyaan mengatakan kenapa Melayu sangat erat hubungan dengan Islam? Atau apa pengaruh yang diberikan Islam kepada masyarakat Melayu sehingga Melayu harus berdasarkan Islam. Al Attas menguraikan bahwa ajaran Islam selalu memberikan keterangan dan memiliki sifat asasi insan itu ialah akal, dan unsur hakikat inilah yang menjadi perhubungan antara dia dan hakikat semesta. sebagaimana kegelapan lenyap dipancaari sinar surya yang membuat setiap umat Islam selalu mencari kebenaran berdasarkan akal. Demikian juga kedatangan Islam di Kepulauan Melayu di Indonesia yang
membawa rasionalisme dan pengetahuan akhlak serta
menegaskan suatu sistem masyarakat yang terdiri dari individu-individu. Jadi Islam membawa peradaban yang mudah diterima, intelektualisme, dan ketinggian budi insan di tanah Melayu. Al-Attas juga menunjukkan bukti bahwa dari tangan ulama-ulama Islam lahirlah budaya sastra, tulisan, falsafah, buku, dan lain-lain, yang tidak dibawa
19
oleh peradaban sebelumnya. Islam memang tidak meninggalkan kebudayaan patung (candi) sebagaimana kebudayaan pra-Islam (sumber: www.wikipedia.com). Di sisi lain, ada juga disebut dengan ras proto-Melayu pedalaman, yaitu orang Batak Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, yang memiliki kepercayaan, bahasa, dan adat istiadat sendiri. Memang pada dasarnya orang luar mengenal sebagian orang Asia itu adalah orang Melayu,
seperti di Singapura, Malaysia,
Thailand, Filipina, dan lain sebagainya. Tetapi pada kenyataanya sebagian besar mereka tidak menyatakan mereka sebagi orang Melayu, karena mereka memilki agama, bahasa dan kebudayaan yang tidak sama dengan konsep kebudayaan Melayu. Seperti contoh penulis. Saya beragama Kristen Protestan, saya berasal dari suku Batak Toba, saya menggunakan bahasa Batak, dan saya juga melakukan istiadat suku saya sendiri. Namun demikian, jika orang luar menyatakan saya sebagai orang Melayu, saya pasti akan menjawab, saya juga orang Melayu, karena saya juga menggunakan bahasa Melayu yaitu bahasa Indonesia yang pada dasarnya bahasa Inonesia adalah bahasa Melayu. Begitu juga dengan objek penelitian saya, Nur ‘Ainun adalah suku asli Melayu yang beradat istiadat Melayu, berbahasa Melayu, dan juga beragama Islam
2.1 Bahasa
Bahasa Melayu menjadi bahasa nasional dan bahasa pengantar di semua lembaga publik di sebagian Asia, seperti
Malaysia, Singapura, dan Indonesia.
Bahasa Melayu yang menjadi lingua franca penduduk Nusantara sejak sekian lama. Bahasa Melayu juga telah dipergunakan oleh masyarakat Indonesia, termasuk etnik Melayu.. 20
Akan tetapi dalam kebudayaan Melayu penggunaan bahasa khususnya dialek memilki perbedaan dari lima kabupaten, jika orang Melayu di pesisir timur, Serdang Bedagai, Pangkalan Dodek, Batubara, Asahan dan Tanjung Balai memakai Bahasa Melayu dengan mengutamakan huruf vokal “o” sebagai contoh kemano (kemana), siapo (siapa). Di Langkat dan Deli masih menggunakan huruf vocal “e” seperti contoh, kemane (kemana), siape (siapa).
Dari sini kita bisa melihat meskipun akar kebudayaan etnik Melayu itu satu rumpun, namun ada juga
perbedaan-perbedaan kecil yang membedakan etnik
Melayu. Adapun perbedaan-perbedaan tersebut dikarenakan adanya kebiasaan yang sudah dibawa dari nenek moyang yang pada saat itu mereka memilki satu pengelompokan yang berbeda-beda. (Zein 1957:89). Bahasa yang dignakan dan difungsikan oleh Nur ‘Ainun adalah bahasa Melayu dan juga Indonesia. Biarpun beliau sendiri orang Melayu Smatera Utara, akan tetapi, dia lebih senang menggunakan bahsa Indonesia dalam pergaulan seharihari.
2.3
Mata Pencaharian Bagi orang Melayu yang tinggal di desa, mayoritas mereka menjalankan
aktivitas pertanian. Aktivitas pertanian termasuk mengusahakan tanaman padi, karet, kelapa sawit, kelapa, dan tanaman campuran (mixed farming). Di kawasan pesisir pantai, umumnya orang Melayu bekerja sebagai nelayan, yaitu menangkap ikan dilaut dengan menggunakan alat-alat penangkap ikan . Orang Melayu yang tinggal di kota kebanyakannya bekerja dalam sektor dinas, sebagai pekerja di sektor perindustrian, perdagangan, pengangkutan, dan lain-lain. 21
Penguasaan ekonomi di kalangan orang Melayu perkotaan relatif masih rendah dibandingkan dengan penguasaan ekonomi oleh penduduk non-pribumi, terutama orang Tiongkhoa. Tetapi kini telah banyak orang Melayu yang telah sukses dalam bidang perniagaan dan menjadi penguasa perusahaan-perusahaan. Banyak yang tinggal di kota-kota besar dan mampu hidup berkecukupan. Selain itu itu, banyak orang Melayu yang mempunyai pendidikan yang tinggi, seperti di universitas di dalam maupun di luar negeri. Di samping itu menurut Metzger (dalam Takari dan Fadlin 2009) kelemahan orang Melayu dalam ekonomi adalah bahwa kurangnya mayarakat Melayu menghargai budaya lama, pemalas, dan kurangnya sifat ingin tahu. Untuk sekarang ini, tidak semua masyarakat Melayu hidup bertani, berkebun, dan menjadi nelayan saja. Banyak juga orang Melayu yang profesinya menjadi guru, dosen, musisi, dan pejabat-pejabat tinggi. Orang Melayu di Sumatera Utara kini mempunyai pola hidup untuk mengejar ilmu setinggi-tingginya, bersaing dengan kelompok etnik lain. Bahkan ada juga belajar ke luar negeri, karena orang Melayu sangat menjujung tinggi pendidikan. Mereka ini ingin pintar dan cerdas, untuk dapat membantu semua orang dn makhluk. Bagi sebahagian besar oran Melayu, mereka mengamalkan ajaran Islam untuk terus mencari ilmu, yang sangat berharga yang tidak bisa hilang sampai mati. Emikian juga falsafah hidup Melayu yang diamalkan dan dijadikan pedoman hidup oleh Nur ‘Ainun. Pada masa dilakukannya penelitian ini, mata pencaharian dari Nur ‘Ainun adalah bertani. Biarpun dia membayar orang untuk mengurus padi-padinya, tetapi beliau mengatakan bertani adalah mata pencaharianya. Selain sebagai petani ia juga menerima tawaran sebagai penyanyi di berbagai peristiwa budaya. Menyanyi ini menurut beliau adalah sebagai kerja sambilan di samping kerja pokoknya bertani.
22
Selain itu, karena keahlian beliau mengaji Al-Quran, maka ia dipecayakan oleh masyarakat Islam di sekitar kediaman beliau untuk mengajar mengaji anak-anak generasi muda. Bagi beliau mengajar mengaji ini, selain mendapat honor juga mendapat pahala dari Allah.
2.4 Pendidikan Sebelum penjajahan Belanda, orang Melayu umumnya mendapat pendidikan agama. Semasa penjajahan, peluang pendidikan ala Eropa terbatas untuk orang Melayu di pedesaan, dan terpusat di daerah perkotaan, Pendidikan gaya Eropa sendiri hanya dikembangkan setelah Indonesia merdeka. Orang Melayu mengalami sebuah perkembangan yang pesat dalam dunia endidikan. Karena yang seperti kita ketahui, orang Melayu sangat menjujung tinggi yang namanya pendidikan ataupun ilmu. Inilah yang menyebabkan mereka bisa maju kedepan untuk lebih baik, karena mereka juga ingin dihormati bukan dilencehkan. Dalam pendidikan Nur ‘Ainun sendiri kurang begitu baik, dikarenakan tidak menyelesaikan sekolahnya dengan baik. Tetapi Nur ‘Ainun juga bisa dikatakan manusia yang pintar dengan masuknya beliau di sekolah yang cukup populer, karena disekolah tersebut adalah sekolah para bangsawan dan juga Sultan. Sehingga Nur ‘Ainun pun pernah satu sekolah dengan sultan.
2.5 Teknologi Etnik Melayu pada dasarnya ingis terus berusaha menguasai teknologi, yang di antaranya bisa kita lihat dari pemakaian alat musik keyborad yang mereka gunakan dalam memainkan lagu-lagu Melayu.
Sama halnya dengan teknologi-teknologi
23
lainnya seperti alat komunikasi yang dikenal dengan handphone yang lazim dignakan semua masyarakat di Indonesia, termasuk suku Melayu. Kemudian ada lampu sebagai alat penerang dirumah, kebanyakan mereka tidak menggunakan lampu teplo yang digunakan pada zaman dulu untuk menerangi lampunya, kemudian ada komputer sebagai alat mempermudah dalam menyimpan data, dan terkadang sebagai masyrakatnya memakai laptop yang lebih cangih lagi dari komputer, dan biasanya ini dipergunakan pada saat masyarakat Melayu bersekolah kejenjang yang lebih tinggi atau mahasiswa. Kendaraan juga sebagai teknologi yang sudah ada pada masyarakat Melayu. Untuk mempermudah perjalan seperti sepeda motor, yang dulunya mereka menggunakan sepeda sebagai alat kendaraan untuk mencapai tujuan. Tapi sekarang mereka sudah beralih ke sepeda motor atau yang dikenal dengan “kereta”, bahkan ada juga yang menggunakan mobil alat yang mempermudah perjalanan serta memilki fasilitas yang cukup baik dari segi tempat duduknya. Televisi juga sudah dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mengetahui beritaberita dari luar daerah dan dapat mengetahui keadaan negara. Radio juga menjadi salah satu yang sudah ada dimilki oleh masyarakat Melayu untuk mendengarkan lagulagu Melayu bahkan ada radio yang sudah memilki kaset sehingga mereka tinggal memasukan kasetnya saja dan didengarkan. Jika musisi Melayu sudah dari dulu diperkenalkan alat rekam, untuk merekam suara si penyanyi biarpun dulunya menggunakan piringan hitam, tapi mereka sudah lama menggunakan alat-alat electronik, micropon sebagai penguat suara si penyanyi serta soud sytem sebagai alat pengatur suara untuk memperkuat suara. kemudian alat pembuat video (audio visual), dan lain sebagainya. Alat-alat elektronik inilah yang digunakan oleh musisi Melayu sama hanya dengan yang digunakan oleh Nur ‘Ainun.
24
Jika dilihat kondisi Nur ‘Ainun sekarang khususnya dalam ilmu teknologi sudah memiliki kemajuan biarpun tidak semaju perkembang zaman sekarang tapi Nur ‘Ainun sudah menikmati yang namanya teknologi, terbukti
beliau memilki alat
komunikasi seperti handphone, kemudian radio pendegar lagu-lagu, dan juga lampu pijar, yang dulunya beliau hanya menggunakan lampu teplok. Serta alat-alat rekam yang digunakan Nur ‘Ainun untuk kepentingannya sebagai seniman music Melayu.
2.6 Kesenian Kesenian yaitu sebuah hasil karya yang diciptakan oleh penciptanya sendiri untuk menghasilkan sebuah keindahan. (www.goole.com). Untuk itu kesenian ini menjadi warisan yang diturunkan dari turun- temurun, agar masyarakat Melayu dapat dikenal dan memiliki indentitas untuk diperkenalkan di masyarakat lain. Dalam kebudayaan Melayu terdapat seni-seni seperti seni suara, dengan genrenya seperti berzikir dan azan. Nyanyian ini bersifat keagamaan sehingga musik tidak digunakan saat bernyanyi.
Sedangkan
seni vokal yang tergabung dengan musik adalah
nyanyian-nyanyian yang sifatnya menghibur.
Inilah yang akan penulis bahas mengenai lagu-lagu Melayu, yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun serta lagu ciptaannya. Sebagai penyanyi legendaris, dan juga sebagai penyanyi yang mampu menyanyikan lagu-lagu dengan menggunakan rentak senandung, mak inang, dan lagu dua. Kemudian ada Seni musik yaitu salah satu media ungkapan hati. Sedangkan kesenian adalah salah satu daripada unsur kebudayaan tesrsebut. (www.wikipedia.com) Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat pendukungnya. didalam musik, terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian daripada proses
25
elkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memilki bentuk yang khas, baik dari sudut strukutal maupun genrenya dalam kebudayaan.
Demikian juga yang terjadi dalam musik kebudayaan masyarakat Melayu Sumatera Utara. Pertunjukan musik tradisional mengikuti aturan-aturan tradisional. Pertunjukan ini, selalu berkaitan dengan penguasa alam, mantera (jampi) yang tujuannya menjauhkan bencana, mengusir hantu atau setan. Musik tradisi Melayu berkembang secara improvisasi berdasarkan transmisi.
Berdasarkan sietem klasifikasi yang ditawarkan oleh Curt Sach dan Eric M.Von Hornbostel (1914), maka keseluruhan ala-alat musik Melayu Sumatera Utara dapat dikelompokan kedalam klasifikasi (1) idofon, pengetar utamanya badannya sendir; (2) membranofon, pengetar utamanya membrane; (3) kordofon, pengetar utamanaya senar; (4) dan aerofon, pengetar utamanya kolom udara. Sedangkan Instrument musik Melayu itu sendiri adalah Gendang Melayu (gendang ronggeng) alat musik ini mempunyai membran diatasnya terbuat dari kulit binatang gunanya sebagai pengatur ketukan yang dapat membuat mayarakat bisa terpengaruh khususnya lagu-lagu yang bertempo cepat yang membuat badan ingin menari (membranofon). Biola yang terdiri dari 4 senar dan memiliki alat gesek yang disebut bouw sebagai pengiringi lagu tapi terkadang Biola juga sebagai alat musik yang membawa melodi (kordofon).
Akordion alat musik berbentuk seperti piano, yang memilki tust-tust nada, hanya saja yang membedakan alat musik dari piano adalah bisa dilihat dari cara bentuk permainannya. Ini sama halnya dengan biola sebagai pembawa melodi tapi
26
terkadang juga sebagai pengiring lagu ataupu syair pantun, yang dimana pemain akordion dan biola saling bergantian memainkanya. Begitu juga tari mereka akan menggunakan lagu yang sudah dilengkapi dengan musik untuk mengiringi mereka di saat mereka menari (aerofon) karena resonator suaranya dari udara. Kemudian tawak-tawak atau yang dikenal juga dengan istilah gong. Alat musik ini adalaah salah satu alat musik yang dipukul yang berguna sebagai penentu tempo (idiofon). Di samping alat musik ini, ada juga pengiring musik Melayu yang sudah sangat sulit dijumpai yaitu rebab Melayu. Alat musik hampi sama dengan alat musik biola hanya saja, alat musik memilki 3 senar, lebih sedikit dibanding biola. Mempunyai alat pengesek, dan cara bermain juga berbeda dengan biola. Jika biola diletakan di leher pemain, sedangkan
rebab diletakan secara vertikal di depan
pemainnya. Kemudian di samping alat musik rebab
ada juga alat musik yang
menggunakan teknologi canggih seperti keyboard,
yang tujuannya juga sebagai
pengiring tetapi hanya jika diperlukan saja. Akan tetapi alat ini bukan berarti sebagai alat
musik asli Melayu, tetapi bagian alat musik Melayu saja jika diperlukan.
Terkadang juga digunakan oleh masyarakat Melayu pada saat pesta perkawinan, sunat, dan lain sebagainaya untuk penghematan pembayaran pemusik. Ada satu konsep music yang lazim digunakan dalam kebudayaan music Mely, yaitu rentak. Rentak-rentak dalam seni pertunjukan Melayu di antaranya ialah, rentak senandung, mak inang, lagu dua, (joget), zapin, ghazal, hadrah, dan lain sebagainya. Rentak ini juga berkaitan dengan erat dengan ekspresi emosi, misalnya rasa gembira diekspresikan melaui rentak joget atau lagu dua. Sedangakan rasa sedih dieskpresikan melalui rentak asli atau rentak senandung. Selain itu, selaras dengan
27
perkembangan zaman, masyarakat Melayu juga mengadopsi secara akulturatif berbagai rentak musik dunia. Namum dengan pertimbangan matang dan sistem penapissn yang baik, agar rentak musik dunia itu sesuai dan sepadan dengan budaya Melayu. Contoh rentak yang mereka adopsi adalah chacha, rumba, serta musik Timur Tengah (Arab). Seperti lagu Habibi, Salabat Laila, Naam Sidi, dan lain-lain. Menurut Fadlin (1988) di dalam music Melayu, ada tiga dasar rentak yang sering digunakan yaitu rentak senandung (4/4, dalam satu siklus delapan ketukan) yang berirama lambat yang biasanya lagu ini yang bertema sedih. Contoh lagu rentak senandung adalah Laksamana Mati Dibunuh, Kuala Deli, Sri Mersing, Damak, Sayang Serawak, Laila Manja, dan lain-lain. Dalam rentak senandung ini, ada lagu yang diciptakan oleh Nur ‘Ainun yaitu Jangan Duduk Termenung. Kemudian ada rentak mak inang yang memilki ketukan (2/4), temponya sedang, dan lagu-lagunya selalu bertemakan
persahabatan ataupun kasih sayang. Contoh dari lagu yang
rentaknya mak inang adalah Mak Inang Pulau Kampai, Mak Inang Juara, Mak Inang Stanggi, Pautan Hati, Haji Lahore, Mak Inang Kampung, dan lain-lainnya. Yang lainnya adalah rrentak lagu dua, yang berbirama 6/8. Rentak ini disebut juga oleh masyarakat Melayu sebagai rentak joget. Rentak ini sangat banyak disukai oleh masyarakat Melayu. Karena rentak ini cepat, sesuai untuk membuat suasana ceria dan gembira, maka lagu dalam rentak ini selalu bertemakan tentang hal-hal yang gembira atau senang. Contoh dari lagu-lagu Melayu dalam rentak lagu dua atau joget adalah: Tanjung Katung, Seramang Laut, Hitam Manis,Selayang Pandang, Gendang Rebana, dan lain-lainnya. Rentak-rentak inilah yang selalu dipakai dalam musik Melayu untuk mengiringi lagu-lagu. Ini juga lah yang menjadi ketertarikan saya untuk membahas rentak dalam lagu Melayu yang dibawakan oleh Nur ‘Ainun untuk dituliskan ke dalam tuilisan ini.
28
Begitu juga Nur ‘Ainun baginya alat musik Melayu dan suara yang dihasilkannya digunakan untuk mengiringi lagu-lagu yang beliau nyanyikan. Tanpa alat-alat musik Melayu sebagai pengiring, kurang sedap nyanyian yang dilagukannya. Nur ‘Ainun juga menambahkan bahwa musik adalah salah satu alat yang mempunyai irama yang selalu dibutuhkan pada saat dia ingin menyanyikan lagu-lagunya, dengan menggunakan rentak sebagai pengatur ketukan saat Beliau bernyanyi.
2.5 Sistem Organisasi
Sistem politik Melayu adalah musyawarah, yang dijalankan konteks kebudayaan. Musyawarah yang dijalankan, biasanya membahas mengenai berbagai hal seperti pengelolaan sistem tanah adat berdasarkan budaya dan adat setempat. Sehingga sistem musyawarah yang dijalankan akan memiliki corak dan karakter yang berbeda antara daerah yang satu dengan yang daerah yang lain. Di sini kita dapat melihat bahwa suku Melayu telah mengenal sistem politik yang mengakar kepada kebudayaan.
Tidak mengherankan bahwa suku Melayu mempunyai ikatan persaudaraan yang kuat, sebab musyawarah memaknakan adanya tolong-menolong dan kesetiakawanan sosial, sebagai suatu permufakatan. Musyawarah juga merupakan sarana dimana rakyat dapat diposisikan untuk membangun aturan-aturan dasar dalam kehidupannya. yang bersumber kepada hukum adat setempat.
Sama halnya dengan organisasi ataupun perkumpulan yang sudah dibuat oleh orang Melayu itu sendiri. Mereka selalu mengutamakan yang namanya musyawarah yang bertujuan untuk menghargai adanya pendapat-pendapat, dan masukan-masukan yang ingin disampaikan oleh anggota-anggota dalam organisasi tersebut. Salah satu 29
organisasi yang dibentuk oleh masyarakat Melayu adalah MABMI yaitu Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia. Organisasi ini bukan semata-mata hanya sebuah kumpulan orang-orang Melayu yang hanya duduk saja, akan tetapi organissasi ini memiliki tujuan untuk melestarikan kebudayaan Melayu. Sehingga organisasi ini tidak sungkan-sungkan mengeluarkan biaya sebesar apapun untuk yang namanya melestarikan kebudayaan. MAMBI pada masa sekarang ini diketuai oleh Syamsul Arifin, S.E. Organisasi yang diikuti oleh Nur ‘Ainun sendiri tidak banyak. Dia hanya punya dua organisasi. Yang pertama adalah organisasi perwiridan (pengajian) ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya. Yang kedua adalah himpunan arisan. Dalam berkesenian Nur ‘Ainun tidak masuk ke dalam kelompok kesenian tertentu. Ia bisa menyanyi dengan kelompok seni mana pun, asal ada waktu dan kesempatan, serta perjanjian berapa ia mau dibayar.
30
BAB III BIOGRAFI
Sebagai seorang penyanyi Melayu, Nur ‘Ainun memilki biografi yang begitu menarik secara budaya, yang berikut penulis iraikan untuk bisa kita lihat bagaimana perjalanan hidupnya. Hal itu mencakup aspek-aspek riwayat keluarga yang meliputi aspek-aspek:
masa kecil, membentuk keluarga, kemudian pendidikan, dan karir
dalam hidupnya.
3.1 Riwayat keluarga Nur ‘Ainun dilahirkan di Stabat, Langkat,
di daerah Kebun Baru, pada
tanggal 7 November 1935. Beliau merupakan anak dari pasangan Mohammad Sigit dengan Fatma. Kedua orang tuanya ini bertempat tinggal di Stabat, JalanTanjung Pura. Sementara asal-usul kedua orang tuanya adalah kawasan dekat dengan pantai Selat Melaka, yang dikenal dengan istilah Pantai Gemi, yang merupakan sebuah kota kecil di Stabat. Ayahnya berprofesi sebagai kepala sekolah di Mensec School. Peenjelasan verbal tentang kinerja ayahnya ini, Nur ‘Ainun menceritakannya kepada saya sebagai berikut.
Nak, ayah nenek itu kepala sekolah di Mencis School, sekolah yang didirikan oleh Belanda lansung. Saudara-saudara nenek sekolah di situ sampe tamat, kecuali nenek. Kalau nenek hanya sampai tingkat dasar saja di situ, kalau tidak salah kelas 6. Kalau di sini kan kelas enam SD kan. Kalau zaman dulu nggak ada yang namanya SD, hanya tingkatan aja dulu, terus nak, bahasanya juga bahasa Belanda. Makanya dulu nenek bisa bahasa Belanda, tapi kalau sekarang udah nggak ingat lagi semua udah lupa nenek. Tetapi kan nak, ayah nenek itu selain kepala sekolah, dia juga pemain musik. Semua alat musik, bisa dia mainkan. Makanya, waktu itu, di rumah nenek penuh kali alat musik. Mungkin dari situ juga nenek jadi suka musik. Terus 31
karena udah bakat kali ya nak. (Wawancara penulis dengan Nur ‘Ainun 8 Maret 2010). Di samping
sebagai seorang kepala Sekolah, ayahnya juga memiliki
kepintaran dalam bermusik. Terbukti ayahnya dapat memainkan semua alat musik Melayu. Nur ‘Ainun mengatakan bahwa ayahnya dulu diajari bermain musik oleh seorang pmain musik Melayu yang bernama Muhammad Darus. Setelah ayahnya mahir bermain musik, keduanya membentuk sebuah grup musik yang diberi nama Langkat Band.. Nur ‘Ainun juga kurang tahu kenapa grup ini disebut Langkat Band, tetapi menurutnya mungkin karena tempat tinggal dari Muhammad Darus tersebut di Langkat, makanya membuat nama grupnya Langkat Band. Menurut peenjelasan Nur ‘Ainun,
ayahnya dapat memainkan sebahagian
besar instrumen dalam musik Melayu, seperti: akordion, biola, gendang Melayu, dan lainnya. Sehingga di rumah mereka, di Stabat, dijumpai alat-alat musik. Di samping itu, Nur ‘Ainun juga suka memainkan alat-alat musik tersebut. Di saat ayahnya meninggal dunia, yang berusia 38 tahun, bisa dikatakan usia muda, Nur ‘Ainun mengatakan bahwa ayahnya meningal karena sakit. Anehnya menurut penjelasn beliau, ayahnya pada saat itu hanya muntah-muntah saja, tetapi tidak lama kemudia ayahnya meninggal dunia. Namun demikian, dia mengatakan bahwa itu semua udah ajal. Kita tidak tahu kematian itu kapan datangnya, hanya Allah saja yang tahu. Setelah ayahnya meninggal, di sinilah keluarga mereka bisa dikatakan sangat kurang baik ekonominya. sehingga alat musik yang tadinya memenuhi rumah menjadi tidak ada. Satu persatu alat musik pun dijual oleh ibu Nur ‘Ainun, untuk dapat melanjutkan hidup mereka. Ibunya tidak memilki pekerjaan. Alat-alat musik dijual untuk memenuhi kebutuhan hidup 7 anak yang ditinggalkan kepada ibunya. Namun demikian, di sisi lain Nur ‘Ainun sebenarnya 32
tidak ingin alat-alat musik Melayu itu ddijual, karena dia sangat sayang sama ayahnya. Dia berharap agar dia bisa mengenang ayahnya lewat alat-alat musik yang dibeli dengan uang ayahnya sendiri. Untuk itu Nur’Ainun ingin menceritakan kisah kehidupannya disaat mereka ditinggalkan sama kepala keluarga serta tulang pungung keluarga dan disini juga Nur ‘Ainun menceritakan bahwa ibunya juga adalah keturunan Thailand. Berikut penuturanya.
Memang dulu semua alat musik yang ditinggalkan ayahnya nenek sudah habis dijual sama ibunya nenek. Soalnya untuk makan nak, tapi di sini untuk apalah lah ya nak, soalnya nggak ada yang bisa main. Makanya dijual aja, ya udahlah nak. Nenek bisa sedih kalau ingat ayah nenek. Kalau bisa nenek lebih suka cerita tentang Ibu nenek yang keturunan Thailand. Memang benar, dulu mamak nenek pernah cerita kalau ibunya nenek mengatakan bahwa dia memilki campuran Thailand yang berasal dari ibunya, yaitu buyut-buyut atau nenek moyang ada yang menikah dengan orang Thailand tapi sudah jadi Melayu, sudah Islam. Sampai sekarang ya nak, nenek tidak tahu kapan ibu nenek dan ayah nenek menikah, lupa nenek nak (wawancara 2 April 2010) Ketika Mohammad Sigit meninggal dunia, dia meninggalkan 7 anak yang dilahirkan oleh istrinya yaitu Patma. Anaknya sendiri terdiri dari tiga anak laki-laki, dan empat perempuan. Nur ‘Ainun sendiri anak keempat dari 7 bersaudra. Berikut ini adalah nama-nama saudara kandung Nur ‘Ainun; (1) Hj.Hania (anak perempuan sulung), (2) Muhammad
Arifin (anak laki-laki yang
beliau sudah meninggal dunia), (3) Sauda (anak ketiga perempuan), (4) Nur ‘Ainun (dia sendiri), (5) Nur ‘Aini (anak kelima perempuan), (6) Fahrudin (anak keenam laki-laki), dan 33
paling besar, sekarang
(7) Muhammad Ardi (anak laki-laki paling bungsu) Penulis juga mempertanyakan mengenai kapan tanggal lahir dari saudarasaudaranya. Dia mengatakan bahwa tidak ingat lagi. Saya juga merasa prihatin karena melihat kondisi beliau yang telah berusia reatif tua dan ingatanya juga sudah berkurang, sehingga penulis tidak mau memaksakan pertanyaan-pertanyaan yang dapat menguras pikirannya. Tetapi di sini Nur ‘Ainun menceritakan kemalasannya dalam melaksanakan pekerjaan rumah. Berikut penuturanya.
Kalau ingat dulu nak, nenek bisa ketawa. Dulu nenek itu paling nggak mau disuruh ngapa-ngapain. Jangankan nyapu, nyuci piring aja kakak nenek. Udah itu nenek itu nak, orangnya nggak rapi, tapi di keluarga nenek cuma nenek yang memang punya bakat nyanyi. Biarpun saudara-saudara nenek itu bisa juga nyanyi, tapi yang meneruskan itu cuma nenek nak. Cuma nenek yang cari uang di musik, biarpun itu tidak jadi patokan. Yang penting bakat nenek bisa tersalurkan. Makanya nak biar pun nenek nggak pernah mengerjakan pekerjaan rumah, tapi di keluarga nenek itu, nenek itu paling disayang lho nak. Disayang sama abang dan kakak nenek, memang nenek itu suka kali ingat-ingat zaman dulu waktu nenek masih kecil (wawancara 13 Mei 2010). Kelurga Nur ‘Ainun bisa dikatakan keluarga besar. Setelah ayahnya meninggal dunia, mereka pun pindah ke Stabat, tepatnya di Jalan Kebun Baru. Mereka tinggal bersama ibu dari ibu beliau yang mereka panggil andung. Di sinilah mereka tinggal, dikarenakan tempat tinggal mereka itu bukanlah rumah mereka sendiri, melainkan rumah dinas dari ayah mereka. Karena pada zaman dulu kepala seklolah mendapat jatah rumah dinas. Rumah dinas ini berada di lokasi sekolah tempat mengajar. Setelah ayahnya meninggal dunia, Tuhan pun punya rencana lain terhadap keluarga Nur ‘Ainun ini.
Saudaranya laki-laki yaitu anak kedua yang bernama
Muhammad Afirin, meninggal dunia. Kapannya Nur ‘Ainun juga lupa tanggalnya,
34
tapi jelas mereka sangat sedih abang yang sayang sama dia telah pergi menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Dari penuturan Nur ‘Ainun sendiri terungkap bahwa ia sangat disayang di keluarganya.
Bahkan sampai saat Nur Ainun sudah menikah pun mereka selalu
memperlakukan Nur ‘Ainun sangat manja. Sehingga setiap pertanyaan mengenai keluarga Nur ‘Ainun sangat antusias dan sangat senang saat bercerita. Setelah Nur ‘Ainun berusia 8 tahun, keluarganya memutuskan agar dia pindah ke
Medan sendiri--dan keluarganya tetap tinggal di Stabat. Nur ‘Ainun tinggal
bersama waknya yang bernama Hanifah dan suaminya bernama Muhammad Chair yang bekerja di Kepolisan di Jalan Kampung Keling, tetapi bukan polisi, hanya bekerja di kantor polisi. Nur ‘Ainun tinggel bersama mereka ini pun tinggal di Jalan. Sukaraja di sebelah Istana Maimun yang dikenal sekarang sebagai Jalan Brigjen Katamso, Gang Warni. Lebih jauh Nur ‘Ainun mengatakan bahwa waknya beserta suami adalah teman dekat Sultan Deli, yaitu Tengku Othman. Dia juga sudah lupa nama panjang Sultan Deli, karena dia hanya sering mendengar orang-orang memanggil dengan istilah Tuanku saja. Memmang inilah sebutan yang selalu digunakan orang Melayu di mana un untuk menyebut rajanya. Orang Melayu tidak menyebut nama sultannya, karena kurang sopan. Di Stabat, abang, kakak dan adik Nur ‘Ainun serta ibunya tinggal bersama andungnya yaitu nenek mereka dari fihak ibunya sendiri.
Mereka tidak ikut ke
Medan. Hanya Nur ‘Ainun saja yang tinggal bersama waknya sendirian di Medan. Alasan mereka menetap tinggal di Stabat adalah karena abang dan kakaknya masih bersekekolah di Mancis School, tempat ayah mereka pernah menjabat sebagai kepala sekolah semasa hidupnya. Penulis juga oleh Nur ’Ainun diperkenankan mereproduksi
35
sebuah foto keluarga Nur ‘Ainun, yang terdiri dari ayah, ibu, serta saudara-saudara Nur ‘Ainun, seperti pda gambar berikut ini.
Gambar 3.1: Keluarga Nur ‘Ainun (Ayah, Ibu, dan Saudara-saudaranya).
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
3.2 Riwayat Pendidikan Di Medan Nur ‘Ainun melanjutkan pendidikanya di sekolah terpopuler pada zaman itu, yaitu sebuah sekolah yang didirikan oleh Inggris. Nama sekolah tersebut adalah Khalsa Inggris School. Di sekolah ini, murid-muridnya hanyalah orang-orang yang berketurunan bangsawan saja. Nur ‘Ainun pun pindah ke sekolah ini bukan hanya karena waknya sebagai teman dekat dari Sultan Deli, melainkan juga memang Nur ‘Ainun punya “keistimewaan intelektual.” Sebelum masuk sekolah, Nur ‘Ainun 36
diuji terlebih dahulu oleh pihak sekolah. Mereka mengadakan tiga kali ujian, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan. Nur ‘Ainun pun ternyata berhasil melewati ujian-ujian tersebut. Sehingga dia bisa masuk kesekolah ini, dan lansung duduk di kelas 3, atau setara dengan kelas 1 SMP sekarang ini.
Saat itu di sekolah ini,
tingkatan sekolah dalah tingkat satu sampai tingkat sembilan. Lebih lanjut Nur ‘Ainun mengatakan pada penulis, pada saat itu dia satu sekolah dengan anak Sultan Deli yang bernama Azmi Perkasa Alam, namun tidak sekelas. Nur ‘Ainun mangatakan di sekolah ini tetap saja ada pengelompokan strata sosialnya, yang dapat dilihat dari interaksi pergaulan sesame mereka. Uang sekolah di sini cukup mahal, yaitu berjumlah 25 perak. Makanya karena itu Nur ‘Ainun tidak sampai tamat hanya kelas 5 saja, berikut penuturanya: Memang nak, nenek dulu disekolah itu nggak tamat cuma sampe kelas 5 aja. Soalnya biayanya mahal. Kalau minta sama wak nenek, nenek segan nggak berani. Terus, karena nenek sering dipanggil nyanyi, jadinya nenek sering nggak datang, gitu lah nak. Makanya nenek nggak tamat, hanya sampai kelas 5 aja (wawancara 21 Juni 2010)
Setelah ia keluar dari sekolah tersebut karena ketiadaan uang sekolah, Nur ‘Ainun pun melanjutkan kursus bahasa Inggris. Namun dalam prosesnya, ia juga tidak menyelesaikan kursusnya ini.
Menurut penjelasan beliau, sebabnya adalah
banyak orang-orang yang iri sama dia, karena ia termasuk murid yang pandai dalam berbahasa Inggris. Pada saat dia pulang kursus, ada orang yang sering mencegatnya, atau memberhentikannya di tengah jalan—terutama perempuan. Kalau perempuan umumnya iri dengan dia, berbeda dengan laki-laki. Mereka ini sangat suka pada Nur ‘Ainun sehingga mereka pun melakukan hal yang sama dengan yang dilakukan oleh para wanita tersebut, yaitu mencegat Nur ‘Ainun di tengah jalan. Inilah yang memebuat Nur ‘Ainun menjadi takut, sehingga dia memutuskan tidak mau
37
melanjutkan kursusnya. Salah satu hal yang dilakukannya hanya fokus pada bernyanyi saja, karena pada saat itu hal yang paling dia suka adalah bernyanyi. Sehingga Nur ‘Ainun pun bisa dikatakang kurang baik dalam dunia pendidikan, tetapi bukan Nur ‘Ainun tidak pandai dalam berpikir dan belajar, melainkan ada hal-hal yang membuat dia tidak menyelesaikan pendidikanya dengan baik. Salah satu faktor pnyebab utamanya adalah biaya dan masalah interaksi sosial. Di saat Nur ‘Ainun fokus terhadap bernyanyinya, dia pun diajak bergabung masuk di sebuah grup musik yang bernama Sukma Murni. Kelompok musik ini, pada saat itu di bawah kepemimpinan ketuanya yang bernama Muhammad Ilyas. Grup ini terbentuk dan bermarkas di kota Medan. Nur ‘Ainun juga sudah tidak mengingat siapa pendiri Sukma Murni terdahulu, sebelum dipimpin Muhammad Ilyas. Berikut gambar-gambar Nur Ainun menjadi penyanyi pada waktu berusia muda.
Gambar 3.2: Nur ‘Ainun sebagai Penyanyi Saat Berusia 20 Tahun
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
38
Gambar 3.3: Nur ‘Ainun sebagai Penyanyi Saat Berusia 30 Tahun
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
39
3.3 Riwayat Rumah Tangga Melalui kelompok musik Sukma Murni ini, Nur ‘Ainun bertemu dengan orang yang dia cintai yang sekarang menjadi suaminya, yang bernama Ahmad Fuad. Di dalam grup tersebut, Ahmad Fuad adalah seorang pemain alat music akordion dan gendang Melayu, sedangkan Nur ‘Ainun adalah sebagai penyanyi. Sifat yang baik, ramah, sederhana, dan jujur dari Ahmad Fuad yang membuat Nur’Ainun menjadi terpikat dengannya. Nur ‘Ainun pun mau menikah dengannya, ketika Ahmad Fuad melamarnya. Ahmad Fuad memang dikenal oleh teman-temannya sebagai orang yang sopan santun, ramah, dan selalu terseyum. Nur ‘Ainun menegaskan jika suaminya ini adalah kepala keluarga yang selalu sabar dalam mengatasi masalah d isaat mereka sedang berbeda pandangan, Ahmad Fuad juga yang selalu mengalah jika hal itu terjadi. Ahmad Fuad juga suami yang tidak terlalu banyak menuntut. Apalagi dalam rumah tangganya, seperti dalam panyanjian makanan, Ahmad Fuad selalu makan apa pun yang dimasak oleh Nur ‘Ainun. Bahkan jika tidak ada makanan pun Ahmad Fuad tidak akan marah, malah mencari jalan keluar agar keluarganya bisa makan. Nur ‘Ainun menegaskan prinsip suaminya lebih bagus tidak makan hari ini dari pada kita berhutang. Sikap inilah yang membuat Nur ‘Ainun tidak bisa melupakan sosok Ahmad Fuad sebagai suami tercintanya.
40
Gambar 3.4: Muhammad Fuad, Suami Nur ‘Ainun
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Pada saat mereka memutuskan untuk menikah tanggal 15 Juni ditahun 1956, Nur ‘Ainun pun memberi sebuah persyaratan yaitu dia tetap ingin bernyanyi, dan suaminya pun menuruti persyaratan yang diajukan oleh beliau. Namun demikian, Nur ‘Ainu juga tahu diri.
Jika dia dipanggil berpergian ke luar negeri untuk
bernyanyi, dia selalu mengajukan agar suaminya ikut. Ini lantaran beliau ingin didampingi oleh suaminya.
Sehingga jika memanggil Nur ‘Ainun, berarti si
pemanggil harus memanggil suaminya juga. Berikut gambar suami Nur ‘Ainun zaman dulu (1957), dan berseta keluarga di saat mereka menikah dan mempunyai enam anak. 41
Gambar 3.5: Foto Saat Mereka Menikah.
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Pernikahan mereka sendiri pun membentuik sebuah keluarga baru dengan kehadiran enam anak. Di bawah ini adalah daftar nama-nama anak kandung dari pasangan Ahmad Fuad dan Nur ‘Ainun sendiri.
1. Nuri Alfrida (lahir 27 april 1958 / almarhumah) 2. Mai Liza Murnin ( lahir 4 Mei 1949), 3. Armansa (lahir 3 Febuari 1960); 4. Irwansyah (lahir 7 November 1961); 5. Darwinsyah (lahir 15 Desember 1965); dan 6. Aliansyah (lahir 7 Juni 1970). 42
Di bawah ini sebuah foto keluarga Nur ‘Ainun dan suami saat anak-anak mereka masih kecil-kecil lagi.
Gambar 3.6: Keluarga Inti Nur ‘Ainun
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Nur ‘Ainun merasa senang dengan adanya anak-anak yang selalu menyayanginya, terutama anak perempuan sulungnya, Nuri Alfrida, yang mewarisi keahlianya dalam bernyanyi. Sehingga dia pernah mendapat juara satu sebagai 43
bintang radio, dan masih banyak sejumlah prestasi yang membangakan. Anak perempuan sulungnya
juga memilki sifat lemah lembut, rapi, dan selalu
memperhatikan Nur’Ainun dari segi penempilan ( busana). Sehingga pada saat Nur ‘Ainun datang ke rumah mereka, ibunya sangat kagum kepada Nuri Alfrida yang pandai dalam mengatur segala sesuatu. Nuri Alfrida juga termasuk anak yang dianggap orang paling pintar di antara saudara-saudaranya yang lain. Hal ini dibutktikan ketika ia masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, yaitu USU (Universitas Sumatera Utara). Nuri mengambil Jurusan Hukum. Nur’Ainun sangat bangga mempunyai anak seperti dia. Selain baik dalam prestasi, ia juga baik dalam bentuk karir, yang terbukti bahwa Nuri memenangkan juara 1 bintang radio. Prestasi yang pernah diraih oleh Nur ‘Ainun pada saat zaman dia masih muda, di decade 1960-an. Kebahagian itu pun pudar.
Baginya kebahagiaan itu hanya semetara
diberikan Tuhan. Ia sedih sangat mendalam, karena anaknya yang pertama yang sangat dia banggakan, meninggal berusia 22 tahun, di saat dia sedang menjalani tugas akhir perkuliahnya yaitu menulis skripsi. Dia meninggal karena sakit yang dia derita, yaitu kanker payudara. Sakit yang beliau sendiri pun tidak tahu kapan anak perempuanya menderita penyakit seperti ini. Berikut penuturan Nur ‘Ainun:
Jadi, dulu sekitar tahun berapa itu ya nak, nenek uda lupa, anak nenek meninggal waktu seumur anak sekarang, sekitar umur 22 tahun. Tapi kalau ia hidup, sekarang umurnya udah 50 tahun lah nak. Nenek itu sedih nak, kalau lagi teringat sama anak nenek itu. Soalnya dia itu anak nenek yang paling sayang, baik, nurut apa kata nenek, terus paling sayang lagi sama nenek. Jadi kalau ada apa-apa tenang aja nenek kalau ada dia. Dulu waktu berobat, nenek tidak ngasih tahu sama dia, kalau dia terkena penyakit kanker payudara. Jadi nenek cuma bilang sakit biasa. Jadi harus banyak-banyak istirahat aja. Nenek pontang-panting nyari uang untuk perobatan dia. Sampe-sampe nenek disuruh nyanyi yang ada goyang44
goyangannya itu, tapi nggak apa-apa lah nak. Biar pun nenek nggak suka sama lagunya, tapi dalam pikiran nenek cuma satu anak nenek harus sembuh.
Kesedihan beliau pun tak terbendung lagi, di saat beliau menceritakan detikdetik kepergian anak sulung perempuan yang selalu dibanggakanya. Beliau mengatakan pada saat mereka sedang berobat ke rumah sakit Pirngadi yang dikenal dengan rumah sakit Umum. Di sini Nur ‘Ainun mendapat berita dari dokter bahwa anak tercintanya itu tidak bisa disembuhkan lagi, karena sudah stadium akhir (sangat parah). Kemudian dokter juga mengatakan bahwa hidup putrinya tidak akan lama lagi. Sehingga Nur ‘Ainun pun pulang dengan hati yang sangat terpukul. Di sisi lain beliau harus bisa menahan kesedihan hatinya agar tidak kelihatan kepada putrinya tersebut, karena beliau sendiri tidak memberitahukan kepada putrinya tentang penyakit yang dia derita. Kesedihan tersebut semakin mendalam karena putrinya merasa senang dengan kepulangannya ke rumah. Dia merasa bahwa dirinya sudah sembuh dan dia meminta kepada Nur ‘Ainun agar masak yang enak untuk merayakan kesembuhannya dari kepulanganya dari rumah sakit. Nur ‘Ainun hanya bisa menuruti dengan hati yang terluka. Berikut penuturan beliau.
Ya memang waktu nenek pulang dari rumah sakit, si Ida nama panggilangnya nak, minta mau dimasakan makanan enak. Sampe rumah dia bilang sama nenek, kalau dia itu mau balas demdam karena kemaren dia nggak bisa makan (pahit lidahnya). Jadi hari itu juga nenek turutin aja kata dia, soalnya nenek pikir, mungkin ini yang terakhir kali dia bisa minta makan. Sebenarnya nenek nggak mau mikirin kayak gitu nak, tapi rasa nenek keanehan mulai muncul karena dia nggak biasanya nak minta-minta kayak gitu.
Selepas siang sore menjelang Magrib, sekitar pukul 18.00. di saat itu Nur ‘Ainun selepas sholat masih duduk-duduk di depan rumahnya. Beliau mengatakan
45
ingin menenangkan diri dan meratapi kesedihan beliau juga tidak memberi tahu sang suami. Sehingga bisa dikatakan Nur ‘Ainun menyimpan rahasia untuk menjaga perasaan anak dan suaminya. Seketika itu juga tiba-tiba anaknya yang ke dua yang bernama may liza menjerit. Karena
beliau mengatakan dia pada saat itu yang
nemanani kakaknya dikamar. Jeritan itu membuat Jantung Nur ‘Ainun tidak beraturan kencangnya karena ternyata apa yang dikatakan dokter tersebut benar-benar terjadi. Pada saat anaknya meninggal, Nur ‘Ainun hanya pasrah dan menangis. Beliau mengatakan yang sangat kelihangan itu ialah suaminya sendiri. Terbukti sepeninggal anaknya Ahmad Fuad, suami Nur ‘Ainun pun meninggal terkena penyakit stroke. Selepas anak mereka yang pertama meninggal, Ahmad Fuad tidak lagi memiliki semangat hidup. Ini jugalah penyebab grup Sukma Murni tidak aktif lagi. Tentang keaddan tersebut, Nur ‘Ainun menuturkan sebagai berikut. Ya Magrib itu waktu nenek duduk di depan Si May Liza itu jerit-jerit katanya, “Mak kaki kak Ida dingin.” Nenek langsung lari ke kamar, terus nenek pegang semua badanya dingin. Terus nenek pegang pergelangan tanganya, nggak ada denyut-denyut kan biasanya kalau dipergelangan tangan kita ini kan bisa kita rasakan denyut-denyut gitu kan nak. Ini nggak ada sama sekali. Terus nenek lihat mukanya pun udah pucat putih. Terakhir nenek pegang dadanya nggak berdetak jantungnya nak. Terus nenek suruh orang panggil orang Puskesmas. Habis itu nak, waktu orang Puskesmas itu datang, terus diperiksalah dia kan nak. Baru mereka bilang lah kalau anak nenek ini udah meninggal. Habis orang Puskesmas bilang dia udah meninggal, semua menjerit. Kakek pun menjeritnya luar biasa nyuruh dia bangun, tapi kalau nenek nak, dari dulu semenjak nenek tahu dari dokter dia itu umurnya sebentar lagi, nenek udah nangis duluan dari orang ini semua. Makanya nenek waktu itu pasrah aja lah nak. Paling kalau nangis, ya nangis, karena udah tahu itu dari awal.
Nur ‘Ainun memang kelihatan sangat sedih sekali dengan kepergian putrinya tersebut, karena menurutnya seharusnya dia itulah sebagai penerus beliau. Karena memang pada masa hidupnya, putrinya tersebut sudah sering bernyanyi dan sering
46
mendapat piala dari kontes bernyanyi. Salah satunya putrinya pernah meraih piala sebagai penyanyi terbaik bintang radio yang dikenal dengan sebutan Radio Republik Indonesia (RRI). Di sisi lain beliau mengatakan bahwa putrinya ini sangat pintar, baik dalam dunia bernyanyi maupun dunia pendidikan. Terbukti ia llolos seleksi menjadi mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Sumatera Utara s (USU). Studinya pun hampir selesai. Te tapi Tuhan berkehendak lain. Langkah yang tinggal hanya sedikit lagi untuk meraih sebuah gelar sarjana, tidak dapat diselesaikan, karena ia langsung dipanggil ke haribaan Tuhan. Akan tetapi Tuhan punya rencana besar dalam hidup dan keluarga Nur ‘Ainun, sehingga putri tercintanya itu pun dipanggil Sang Pencipta. Kenangan-kenangan itu selalu muncul pada saat Nur ‘Ainun sedang ada dalam sebuah acara bernyanyi, di mana pada saat itu alhmarhumah putrinya selalu memperhatikan pakaian-pakaian yang selalu dikenakan oleh beliau. Bukan cuma pakaian, semua yang menyangkut tentang keperluan yang ingin dibawa Nur ‘Ainun selalu siap dan lengkap. Inilah yang memebuat Nur ‘Ainun dan suami terpukul dengan kepergian putri pertamanya. Di bawah ini adalah penuturan (curhatan hati) tentang kerinduanya kepada Nuri Alfrida dan sang Suami Ahmad Fuad. Kalau mau dibilang nak, nenek itu kadang sedih kali kalau udah bicarakan tentang ini, karena kalau udah bicara kayak gini nenek itu bisa ngigat-ngigat. Apalagi habis pas sholat Magrib nenek itu merasa orang ini dua, kakek sama si Ida ini, kayak datang gitu. Terus kalau nenek lagi duduk pasti nenek merasa orang ini dua ada di samping nenek. Ya nak kalau nenek lagi duduk lah, kayaknya nenek bisa rasakan kehadiran orang itu. Tapi itu mungkin karena sangking rindu nenek sama orang itu kali ya. Jadi terbawa-bawa kayak gitu (wawancara 23 Agustus 2009).
47
Gambar 3.7: Penulis Sedang Mewawancari Nur ‘Ainun
Sumber: Dokumentasi Snsri
Setelah anak sulungnya meninggal dunia, begitu juga dengan suami tercintanya, Nur ‘Ainun pun sekarang memilki lima anak satu perempuan dan 4 anak laki-laki. Anak keduanya yang bernama May Liza sudah menikah dengan Syamsul Arifin. Mereka ini memiliki satu anak laki-laki yang bernama Sukri yang sekarang duduk dikelas tiga Sekolah Menengah Atas. Armansyah
Kemudian anaknya yang ketiga,
adalah salah satu yang bisa berkesenian. Terbukti bahwa ia bisa
memainkan drum set. Biar pun pencaharian hidupnya tidak berseni. Karena Dia sendiri bekerja di LLAJR (Lalu Linas Angkutan Jalan Raya), yaitu sebagai penertib jalan. Dia pun sudah berumah tangga dengan Eli dan memiliki satu anak perempuan yang bernama Armaga. Sedangkan anak yang keempatnya, bernama Irwansyah, telah berumah tangga dengan Ema Wati,
dan sudah memiliki tiga anak . Yang pertama bernama
Muhammad Arifin, kedua Sofian, dan yang ketiga Alkadri. Irwansyah dan istrinya 48
berprofesi sebagai pedagang. Begitu juga dengan anak yang kelima bernama Darwinsyah sudah berumah tangga dengan Dariani. Mereka memiliki satu anak lakilaki yang bernama Fariz.
Yang terakhir Aliansyah anak bungsunya yang sudah
menikah dengan Evi Taringan tetapi sudah menjadi Melayu, mereka memilki tiga anak yaitu, Fira, Hafis, dan Ani. Lahirnya cucu-cucu beliau ini juga adalah sebagai kebahagian dari Nur’Ainun. Apalagi sekarang Nur ‘Ainun memilki sembilan cucu dari kelima anaknya. Nur ‘Ainun pun tidak sendirian lagi dalam mengikuti acara pada saat diundang bernyanyi, karena Nur ‘Ainun mempunyai cucu-cucu yang selalu menemaninya. Namun demikian, menurut pengakuannya cucu yang paling dekat dengannya adalah Irfan anak dari May liza. Dialah yang selalu menemani Nur ‘Ainun pada saat nampil di setiap acara. Sehingga biarpun
kedua orang yang dia cintai pergi meninggalkannya,
namun Nur ‘Ainun juga mempunyai orang-orang yang sangat sayang terhadap beliau yaitu, anak serta cucunya sendiri. Di saat mereka pulang sekolah, mereka selalu menemani Nur ‘Ainun. Mereka juga selalu mengantarkan makanan kepada Nur’ Ainun. Sehingga rumah pangung milik Nur ‘Ainun pun tidak pernah sepi, karena kehadiran cucu-cucunya. Kehadiran mereka yang sering menemani Nur ‘Ainun di rumah panggungnya itu karena rumah mereka bersebelahan. Tetapi terkadang masyarakat setempat juga sering memberinya makanan kepada Nur ‘Ainun. Bagi masyarakat sekitar, Nur ‘Ainun adalah wanita yang ramah, lemah-lembut, dan sopan, sehingga orang simpati terhadap Nur ‘Ainun. Untuk membuktikan kerharmonisan keluarga besar Nur ‘Ainun sendiri, dibawah ini sebuah foto keluarga Nur ‘Ainun yang sekarang dengan kelima anaknya, menantu, serta cucu tercinta.
49
Gambar 3.8: Keluarga Batih Nur ‘Ainun Sekarang
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
3.4 Riwayat Karir Nur ‘Ainun adalah wanita yang mengeluti karirnya di usia 12 tahun, dimana beliau pertama kali memberanikan diri menyanyi di usia ini dengan bernyanyi di Istana Maimun pada saat pernikahan anak Sultan kakak dari Sultan Azmi, temannya di saat sekolah di Khalsa Inggris School. Nama kakak Sultan Azmi adalah Tengku Nib Marhera dengan Tengku Murad, adik Sultan Langkat. Di sini Nur ‘Ainun tidak dibayar saat dia bernyanyi, hanya menyumbangankan suara saja itupun karena disuruh oleh waknya sendiri. Nur ‘Ainun pun mulai banyak tawaran bernyanyi pada saat itu. Sebahagian besar festival musik Melayu selalu diikutinya. Hasilnya dia selalu memenangkan festival tersebut. Sampai suatu ketika festival itu dibuat kembali entah sudah berapa kali acara itu dibuat, Nur ‘Ainun ingin mengikuti festival itu kembali. Biasnaya dia
50
dilarang oleh pihak penyelegara—kata panitia berilah kesempatan kepada orang lain untuk mengikuti dan memenangkan festival ini. Namun bukan Nur ‘Ainun namanya mengalah begitu saja. Dia adalah orang yang tidak mudah menyerah. Menurut beliau dirinya adalah sosok orang yang tidak bisa dilarang jika sesuatu itu baik menurutnya, dan selama dia tidak merugikan orang lain. Sehingga dia mengatakan kepada pihak penyelangara bahwa dia juga punya hak untuk mengikuti festival tersebut, sehingga pihak penyelengara pun terpaksa mengabulkannya. Biasanya dia akan masuk lagi sebagai finalis lomba lagulagu Melayu ini. Dalam realitasnya, ternyata Nur ‘Ainun tetap menang dalam kompetisi itu. Entah sudah berapa banyak piagam yang dia terima di saat mengikuti lomba-lomba menyanyi.
Lomba yang sering diikutinya adalah lomba bintang radio, tercatat
sebanyak 7 kali adalah kemenangan yang diraih oleh Nur ‘Ainun saat mengikuti lomba tersebut. Sejarah ia menjadi penyanyi lomba juga cukup panjang. Suatu saat dia masuk menjdi anggota sebuah grupmusik yang bernama Sukma Murni, di bawah pimpinan M. Ilyas yaitu anak murid Boris Mariev. Dia tertarik kepada suara yang dimiliki oleh Nur ‘Ainun dan dengan kesederhanaan yang Nur ‘Ainun miliki yang membuat dia berbeda dengan penyanyi-penyanyi lain. Sampai-sampai dari kesederhanaan itu Nur ‘Ainun dikenal dengan penyanyi “tiang listrik”, karena saat dia bernyanyi tidak bergoyang.
Hanya menyanyi di
tempat saja. Berikut penjelasan beliau saat ditanya mengenai perjalanan karirnya dan julukan tersebut.
Memang dulu nenek itu tujuh kali menang di bintang radio itu. Soalnya setiap ada perlombaan di situ nenek selalu menang. 51
Sampai-sampai kalau ada perlombaan bintang radio lagi nenek dilarang ikut lombanya. Terus Tahun 1945 nenek ditawarin masuk grup namanya Sukma Murni. Yang ngajak nenek bergabung waktu itu Bapak M. Ilyas. Nenek diajak masuk terus disuruh nyanyi Keluhan Jiwa. Karena lagunya sedih nenek mau, soalnya nenek suka sama lagu yang sedih-sedih, terus nyanyinya pake ungkapan hati, nenek suka kali itu nak.
Lagu Keluahan Jiwa sendiri diciptakan oleh M. Nasir. membentuk grup Sukma Murni.
Beliaulah yang
Setelah M.Nasir meninggal dunia, grup Sukma
Murni pun pengelolaannya dipercayakan kepada Ahmad Fuad suami Nur ‘Ainun sendiri. Grup ini memang sangat terkenal dengan lagu Keluhan Jiwa. Tenarnya lagu Keluhan Jiwa yang diluncurkan oleh gro\up Sukma Murni, membuat mereka ingin berkarya lagi dengan membuat sebuah lagu yang berjudul Kuala Deli. Ternyata lagu ini pun mendapat respon ( tanggapan) dari masyarakat. Bukan cuma itu saja lagu Kuala Deli pun disukai oleh dunia flim, khususnya Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI). Mereka ingin memakai ilustrasi musik Kuala Deli. Bukan Cuma ilustrasi musiknya saja melainkan judul filmnya pun juga mereka buat dengan judul Kuala Deli. Setelah lagu Kuala Deli dibuat, mereka pun sudah menyiapkan sebuah lagu baru yang berjudul Tudung Saji. Lagu ini pertama sekali dinyanyikan di Lapangan Merdeka pada saat Presiden Sukarno datang ke Medan. Beliau mengatakan pada saat bernyanyi Sukarno memakai kaca mata hitam. Sehingga tema-temanya meledeknya, “Nur awas Sukarno udah pake kaca mata, hati-hatilah kau soalnya kacamata Sukarno itu tembus pandang. Nanti dilihat semua dalam mu.”
Ledekan ataupun ejekan ditangapi santai oleh Nur ‘Ainun. Beliau mengatakan jika dirinya sangat malu apabila dia pada saat bernyanyi melakukan kesalahan seperti lupa lirik, tidak seirama dengan musik, dan lain sebagainya. Memang Nur ‘Ainun di 52
saat bernyanyi berusaha sekuat mungkin untuk tidak pernah salah. Inilah yang membuat orang-orang Melayu selalu ingin mengundangnya bernyanyi. Nur ‘Ainun adalah seorang penyanyi yang pelit dengan goyangan. Sebutan sebagai penyanyi “tiang listrik” pun diraihnya dari masyarkat karena Nur ‘Ainun saat di panggung tidak pernah bergoyang. Untuk itulah beliau lebih cenderung bernyanyi yang temponya lambat (rentak senandung).
Berikut tanggapan beliau
sebagai penyanyi “tiang listrik”: Memang itu pernah nak ditulis di surat kabar besar-besar, Inun Si Penyanyi Tiang Listrik. Nenek sih pasrah aja lah apa kata orang. Yang jelas dalam hidup nenek, nenek kan mau nyanyi bukan mau nari. Lagian namanya kita nggak bisa goyang masa dipaksakan nak. Tapi ya udalah nenek punya prinsip di mana-mana belum tentu semua orang suka sama kita. Biarpun mereka itu nggak suka sama nenek, tapi ada jugalah yang suka sama nenek. Biarpun nggak mau goyang. Tapi memang ialah nak, kalau lagu yang temponya cepat, nenek agak kurang suka nyanyinya, tapi mau juga kadang-kadang. Soalnya nenek agak risih kalau goyang, kayak gimana gitu. Tapi seperti yang nenek bilang tadi, yang penting nenek hanya mau nenek itu nyanyinya yang bagus, orang bisa suka kalau lagi nonton nenek. Terus tekad nenek harus bisa nyanyi apa aja lagunya yang dikasih sama orang. Mau rentak senandung, mak inang, joget, pasti nenek berusaha nyari supaya jangan buat kecewa orang. Biarpun kalau lagu joget nenek ngaak goyang., yang penting kan nyanyinya bagus (wawancara 5 Oktober 2010). Akhirnya Nur ‘Ainun pun bergabung dengan grup Sukma Murni yang dipimpin oleh M. Ilyas. Grup Sukma Murni sendiri memiliki 12 personil. Jumlah yang begitu banyak. Kata beliau dahulu lazim grup band jumlahnya harus banyak. Jadi sangat berbeda dengan grup band sekarang. Adapaun personil-personil Sukma Murni sendiri adalah seperti dalam tabel berikut ini.
53
Tabel 3.1: Personil Grum Band Sukma Murni
No.
Nama Personil
Instrumen
1.
Abdul Mazib
Drum
2.
Syamsuddin
Contra Bass/ Biola
3.
Ahmad Fuad (suami Nur ‘Ainun)
Akordion
4.
Aliudin
Terompet
5.
Tengku Bustami
Terompet Alto
6.
A.B. Abas
Clarinet
7.
Muthar
Bass
8.
Syhabudin
Gendang Melayu
9.
Aldul Karim
Gendang kecil
10.
Ali Ahmad
Biola /Piano,
11.
Nur ‘Ainun
Penyanyi
12.
M.Ilyas
Ketua Sukma Murni
Jika ditanya mengenai siapa yang mengajarinya bernyanyi, Nur ‘Ainun mengatakan tidak ada yang mengajarinya bernyanyi. Hanya berlatih dan memang sudah bakat.
Dia juga mengatakan memang pada saat
ayahnya masih hidup,
ayahnya pernah mengajaknya untuk melihat bermain musik Melayu bersama grup mereka, yaitu Langkat Band. Semenjak itu timbul ketertarikan dirinya untuk ingin menjadi seorang penyanyi. Biarpun pada zaman itu penyanyi adalah sebuah pekerjaan yang tabu bagi wanita, sehingga ibunya kurang suka kalau Nur ‘Ainun suatu saat memiliki cita-cita sebagai penyanyi. Namun demikian,
Nur ‘Ainun membatah semua tangapan 54
mengenai penyanyi Melayu itu tidak baik. Banyak penyanyi-penyanyi pada saat itu tidak menjual suara, tapi tubuh. Itu yang membuat Nur ‘Ainun tidak suka dengan lagu yang cepat atau joget, biarpun dia bisa menyanyikanya. Dalam konteks persepsi itu, Nur’Ainun membuktikan kepada ibunya. Saat Nur ‘Ainun bernyanyi ia selalu berpakaian rapi, sopan santun, dan suara yang dihasilkan pun sangat bagus. Ia juga banyak mengukir prestasi yang ia dapat dari lomba-lomba yang dimenangkannya. Oleh karena itu, akhirnya Ibunya mengizinkan beliau bernyanyi dengan bakat yang dia punya. Disertai dengan karakter vocal yang dia bangun dengan sangat baik. Dampaknya menjadi panutan bagi penyanyi lain dan didukung oleh masyarakat yang meliahatnya saat bernyanyi.
Gambar 3.9: Sertifat dan Piagam yang Diterima Nur ‘Ainun sebagai Juara Penyanyi Bintang Radio
55
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Gambar 3.10: Piagam Penghargaan Televisi Republik Indonesia (TVRI) kepada Orkes Sukma Murni yang Teruji Kualitasnya Membuat Produksi Musik
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
56
Sampai saat ini, masih banyak sertifat dan piagam-piagam yang diterima oleh Nur ‘Ainun. Namun sebahagiannya tidak namapak bahkan hilang dan rusak. Sehingga penulis hanya bisa mendapat sebagaian saja dari prestasi yang Nur ‘Ainun peroleh dari semenjak ikut bernyanyi sendiri, hingga prestasi sukma murni sebagai grupnya. Saah satu prestasinya adalah Nur ‘Ainun mendapatkan penghargaan sebagai penyanyi bersuara merdu, di Jakarta.
Baginya prestasinya
itu
adalah sebuah
penghargaan yang sangat berharga, karena penghargaan ini adalah sebuah tanda untuk para seniman yang kualitas suaranya masih sangat bagus. Dalam arti beliau adalah penyanyi yang memiliki bakat yang sangat bagus, suaranya yang indah dan merdu. Juga dapat menyanyikan tempo sesuai apa yang diigini oleh masyarakat saat mereka meminta Nur ‘Ainun bernyanyi. Untuk ini juga saya sebagai penulis tertarik untuk membahas Nur ‘Ainun ke dalam tulisan saya ini.
57
Gambar 3.11: Sebuah Penghargaan dari Stasiun Televisi di Jakarta kepada Nur ‘Ainun Sebagai Penyanyi Bersuara Merdu
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Di samping piagam, sebagai seniman musik Melayu ternama, Nur ‘Ainun pun pernah diberitakan keberadaannya oleh beberapa surat kabar di tingkat nasional atau daerah Sumatera Utara. Koran-koran ini membahas secara luas mengenai dirinya. Termasuk tentang karir, awal dirinya masuk ke dalam dunia entertaiment,
dan
perjalanan Sukma Murni sendiri sebagai grupnya. Sukma Murni adalah sebuah grup yang memiliki prestasu dalam seni music di eranya. Mereka membuat lagu dan memasarkannya kepada masyarakat. Biasaya masyarakat pencinta musik Melayu akan kagum saat mendengarkan karya musik grup ini.
Kesukaan masyarakat ini didukung oleh ciptaan dan garapan music yang 58
dianggap indah disertai suara merdu dari Nur ‘Ainun sendiri.
Berikut ini gambar
halaman koran-koran yang pernah menuliskan mengenai dirinya dan sukma murni.
Gambar 3.12: Nur ‘Ainun yang Diberitakan oleh Koran Analisa Tahun 1958
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
59
Gambar 3.13: Nur ‘Ainun Berbicara Mengenai Musik Melayu pada Surat Kabar Analisa 1985
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
60
Gambar 3.14 Harian Kompas Memuat Berita tentang Nur ‘Ainun sebagai Biduanita 1987
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
61
Gambar 3.14 Harian Kompas Memuat Berita tentang Nur ‘Ainun 1988
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
62
Koran-koran tersebut mengulas bahwa seorang Nur ‘Ainun pada zamanya sangat terkenal, sehingga banyak orang-orang, khususnya yang bekerja dalam surat kabar ingin mendapat keterangan mengenai kesenian Melayu melalui Nur ‘Ainun. Pihak pers ini menganggap bahwa Nur ‘Ainun adalah sosok wanita yang sangat mengerti mengenai Melayu.
Beliau sendiri bekerja dalam kesenian Melayu,
khususnya musik. Keberadaan Nur ‘Ainun juga diberitakan oleh surat kabar Analisa Medan tahun 1985. Adapun berita itu diberi tajuk ‘‘Nur ‘Ainun Si Suara Emas.” Penulis Koran ini memuji ehebatan suara Nur ‘Ainun yang beda dengan para penyanyi lan. Suaranya berkarakter kuat dan menjadi ikon agi penyanyi-penyanyi Melayu lainnya. Album Nur ‘Ainun sendiri berjumlah 20 buah,. Terdiri dari kaset komersial untuk tape recorder, (yang terkenal adalah yan diliris tahun 1992 bersama Efendi Arif), kemudian piringan hitam yang berjumlah 2 buah, yang diliris tahun 1970 di Malaysia.
Selain itu, Nur ‘Ainun pun pernah berkolaborasi bernyanyi bersama
Rizaldi Siagian dan Titik Puspa. Titik puspa adalah satu angkatan dengan Nur ‘Ainun pada zamannya. Bukti Nur ‘Ainun sebagai seniman yang produktif sebagai penyanyi, bisa dilihat dari kaset-kaset yang memuat suara emasnya.
Kaset yang bisa penulis
tunjukkan hanya beberapa, karena menurut penuturan beliau ada yang hilang dan rusak. Kaset-kaset Nur ‘Ainun umumnya diliris bersama musisi-musisi terkenal yaitu Efendi Arif dan kawan-kawan. Dalam kaset yang bertajuk Tanjung Balai, terdapa banyak juga penyanyi-penyanyi Melayu lain selain Nur ‘Ainun, seperti Tiar Ramon, dan H.A. Rahmat A.S. Kemudian dalam kaset yang berjudul Sirih Naik Anjungan Patah, di dalmnya ada Nur ‘Ainun dan Tiar Ramon. Pada album Laila Manja,ada musisi Ujang Virgo dengan penyanyi Nur ‘Ainun dan Yan Juneid sebagai penyanyi
63
tambahan. Kaset yang bertajuk Gerenek adalah judul album Nur ‘Ainun yang diliris oleh Rinto Harahap dan Rizaldi Siagian. Di sini Rinto Harahap dan Rizaldi Siagian bernyanyi dengan judul Japin Tanda-tanda, Syor Kali Ah, dan Kalau Rindu Pulang Sendiri ciptaan Rinto Harahap. Di dalam kaset ini Nur ‘Ainun menyanyikan lagu Laksmana Mati Dibunuh dan Tanjung katung, yang tidak ada penciptanya (anonym) sebagai lagu Melayu tradisi.
Gambar 3.15: Beberapa Kaset yang Berisi Rekaman Suara Nur ‘Ainun dan Kawan-kawan
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
64
Di sisi lain Laila Hasyim adalah murid Nur ‘Ainun sendiri. Nur ‘Ainun kepada penulis bercerita mengenai Laila Hasyim ini. Nur ‘Ainun pernah memberi masukan dengan tegas kepada Laila Hasyim. Dia mengatakan jika Laila ingin bernyanyi Nur ‘Ainun akan selalu mendampinginya dan selalu mengajarkannya dengan senang hati, tetapi jika Laila ingin bermain sinetron dan pergi ke Jakarta, Nur ‘Ainun mengatakan silakan. Di saat Laila Hasyim memutuskan ingin menjadi pemain sinetron. Nur’Ainun memberi pesan, bahwa dia tidak akan dianggap lagi sebagai murid, karena pada dasarnya Nur ‘Ainun sendiri tidak suka dengan dunia sinetron yang glamour dan pamer aurat perempuan. Itulah yang membuat Nur’Ainun melarang Laila Hasyim untuk tidak menjadi seorang pemain sinetron. Nur’Ainun menjelaskan bahwa dia hanya suka mencari nafkah dengan sewajarnya saja. Tidak usah menjual tubuh yang mengundang dosa bagi orang yang melihatnya. Bahkan Nur ‘Ainun mengatakan bahwa hiduplah secukupnya, jangan berlebihan tidak baik nantinya. Sehingga dalam realitasnya Nur ‘Ainun sendiri memang bisa dibilang cukup saja. Namun demikian, penulis bisa melihat bahwa Nur ‘Ainun memang sangat bahagia dengan kehidupan yang diajalani sekarang. Biarpun banyak orang yang menegejek-ngejeknya dengan sebutan rumah panggung, tapi dia tidak perduli apa kata orang. Yang penting di hari tuanya, ia hanya ingin hidup menjadi lebih baik, dan selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Walaupun Laila Hayim tidak menjadi murid Nur ‘Ainun lagi, tetapi Nur ‘Ainun mengatakan Laila Hasyim masih sering juga mendatangi beliau. Biarpun Nur ‘Ainun sempat memarahi dan melarang Laila Hasyim untuk tidak bermain sinetron, bukan berakti Nur ‘Ainun membenci ataupun iri. Dia hanya ingin Laila Hasyim itu
65
menjadi perempuan yang memiliki wibawa. Beliau mengatakan bahwa, pelarangan yang ia tujukan kepada Laila Hasyim itu semata-mata karena sayang kepada Laila Hasyim. Pada saat saya menanyakan dan membahas masalah itu, beliau menunjukan sebuah foto dia dan Laila Hasyim.
Gambar 3.16: Nur ‘Ainun dan Laila Hasyim
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
66
Seterusnya Nur ‘Ainun berkeinginan bahwa,\ suatu saat dia ingin membuat sebuah VCD, agar ia bisa melihat dirinya sendiri pada saat dia bernyanyi. Untuk itu penulis berencana
membuat sebuah CD untuk beliau, karena penulis juga ingin
melihat dan mendengar
langsung suara merdu Nur ‘Ainun.
Penulis juga ingin
melihat bentuk rentak-rentak dari setiap lagu-lagu yang dibawakan dan dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun.
Gambar 3.17: Nur ‘Ainun di Depan Rumahnya
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
67
Gambar 3.18: Bersama May Liza Murni
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
68
Gambar 3.19: Bersama Penulis dan Dua Teknisi untuk CD, Dusel Banjarnahor dan Johanes Tarigan
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
69
Gambar 3.20: Nu ‘Ainun Bersama Penulis
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
Pada saat penulis melakukan wawancara dengan Nur ‘Ainun, penulis juga memberanikan diri bertanya mengenai honor yang diterima oleh beliau pada saat bernyanyi. Beliau dengan senang hati mau memberitahu jumlah honor yang diterimahnya. Berikut penuturanya: Honor nenek yang pernah nenek terimah dulu 25 sen, tapi itu dulu bagi nenek cukup lah nakuntuk makan. Nenek sih dulu masalah bayaran, ngak pernah nenek patokan. Ya kalau dikasih syukuri, kalau nggak ya udah nggak apa-apa. Nanti kan dapat balas dari Yang Di Atas [Tuhan maksudnya], tetapi biasanya bayaran nenek yang besar itu, kalau nenek nyanyinya di luar negeri kayak Malaysia dan Sigapura. Kemaren, tahun yang lalu, ya nak, nenek 70
dapat bayaran lima juta, itu kalau nggak salah, di Singapura. (wawancara 5 Oktober 2010). Jika ditanya mengenai kegiatan Nur ‘Ainun sekarang ini, maka jawaaban beliau adalah hanya bernyanyi di acara pesta-pesta perkawinan. Meskipun pada kenyataanya beliau sebenarnya sudah capek dan dia hanya ingin menikmati masa tuanya. Tetapi dia adalah sosok orang yang tidak bisa menolak, jika dia diminta untuk bernyanyi. Biarpun pada saat ia ingin istirahat. namun dia pasti menerima tawaran tersebut. Apalagi ditambah dengan penglihatan yang tidak begitu jelas yang membuat Nur ‘Ainun merasa takut untuk berpergian kemana-mana, termasuk saat undangan menyanyi. Ditamabah dengan jalan yang sudah sangat kaku, sehingga di saat jalan Nurn‘Ainun tidak bisa berdiri tegak dan juga tidak bisa berdiri lama. Hal inilah yang membuat masyarakat untuk berhati-hati dan berpikir bila mengundang Nur ‘Ainun saat menyanyi di tempatnya. Biarpun pada kenyataanya ada saja orang-orang yang sangat suka dengan suara Nur ‘Ainun mengundangya bernyanyi di tempatnya, dengan catatan Nur ‘Ainun dijemput dan diantar pulang sampe ketempat tujuan. berikut penuturanya. Nenek itu sebernarnya udah capek, nggak kuat lagi jalan. Apalagi mata nenek udah agak kurang melihat, kayak udah kabur lah nak, gelap kalau lihat, makanya kalau kemana-mana cucu nenek yang selalu temanin nenek kalau ada yang nyuruh nyanyi. Nenek bukan capek nyanyinya, namanya bakat itu nggak akan pernah hilang, tapi perjalanan yang mau nayanyi yang buat nenek capek. (wawancara 5 Oktober 2010).
71
Gambar 3.21: Nur ‘Ainun diusia 78 tahun.
Sumber: Koleksi Nur ‘Ainun
72
BAB IV TRANSKRIPSI DAN ANALISIS STRUKTUR LAGU-LAGU RENTAK SENANDUNG, MAKINANG, DAN LAGU DUA YANG DINYANYIKAN OLEH NUR ‘AINUN
4.1 Transkripsi Transkripsi adalah sebuah jalan komunikasi khususnya untuk
4.1.1 Metode Pentranskripsian Proses metode pentranskripsian sendiri diperoleh dari hasil latihan seseorang berdasarkan
cara-cara
tertentu.
Langkah-langkah
yang
dilakukan
dalam
pentranskripsian rentak terhadap lagu-lagu Nur ‘Ainun adalah dengan cara, antara lain: (1) penulis melakukan rekaman langsung lagu Nur ‘Ainun dengan judul lagu mak inang pulau kampai, laila manja, dan tanjung katung dalam bentuk kaset yang kami rekam dalam dari Radio, yang dimana Rekaman tersebut dilakukan di rumah informan dengan menggunakan Backbery 200, kamera digital Casio EX-Z16, dan kamera canon EOS 500, (2) Kemudian hasil rekaman tersebut dicopy ke kaset kosong yang lain, supaya kaset asliny tidak rusak karena sering diputar-putar dan diulang-ulang. Setelah dicopy kemudian rekaman tersebut di dengarkan dan ditranskripsikan. (3) Pendekatan analisis yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif, yaitu mencatat semua bunyi musik secara detail dan lengkap.
73
(4) Bunyi melodi lagu ditranskripsikan kedalam bentuk notasi barat, yaitu nadanada yang diletakkan pada garis para nada yang terdiri dari lima garis dan empat spasi. Dengan memakai garis paranada tersebut kita dapat melihat tinggi rendahnya nada-nada tersebut, pola ritem yang dipergunakan dan simbol-simbol musik seperti nada kres#, kunci birama, tanda birama, dan juga meter atau ketukan yang didalam masyarakat Melayu disebut dengan rentak.
4.1.2 Sistem Notasi Dalam Seeger (1958) dalam makala perikuten membedakan dua jenis notasi musik yang mempunyai tujuan yang berbeda, yaitu notasi preskriptif dan notasi deskriptif. Notasi deskriptif sasaranya adalah sebagai pentunjuk untuk seorang penyanji tentang bagaimana dia harus menyanjikan sebuah komposisi musik. Memadainya notasi musik tersebut ditentukan oleh hasil penyanjian yang memakai notasi tersebut, atau seberapa jauh si penyanji menangkap keinginan komposisi lewat notasi tersebut. Jika notasi barat pada zaman dulu menggunakan neume yaitu sebuah notasi yang ditulis dengan menggunakan gambar kasar mengenai arah lagu yang dinyanyikan. Kemudian notasi deksriptif dimaksudkan adalah untuk menyampaikan kepada si pembaca cirri-ciri dan detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca. Sistem notasi yang digunakan adalah sisetem notasi barat yaitu notasi balok dikarenakan notasi ini adalah sebuah gambaran yang dapat dimengerti oleh semua kalangan, khususnya yang mengerti tentang musik sehingga pentranskipsian musik kedalam not balok adalah cara yang paling masuk akal, karena bisa diterima oleh semua kalangan dunia, jadi penulis menggunakan notasi balok dalam pentranskripsian
74
lagu-lagu Nur ‘Ainun ini, agar penulis dapat berkomunikasi dan bertukar fikiran bagi orang yang melihat dan mengerti dengan pentranskripsian yang penulis lakukan. Dibawah ini bentuk dari rentak (Pukulan ) Senandung
Adapun dari pukulan-pukulan tersebut mengunakan gendang sebagai pengatur ketukannya. Orang Melayu menggunakan mulut, seperti:.
Tak
Ding, Dang
75
76
Syair lagu laksmana mati dibunuh
Sayang laskmana mati di bunuh, hai mati dibunuh Mati dibunuh datuk menteri Sayang laksmana mati di bunuh, hai mati dibunuh 77
Mati di bunuh datuk menteri
Tuan umpama minyak yang penuh, hai minyak yang penuh Sedikit tidak melimpah lah lagi Sayang laksmana mati terbuhuh, hai mati terbunuh Mati terbunuh datuk panglima
Sayang laksmana mati terbunuh, hai mati terbunuh Mati terbunuh datuk panglima Bukab tanaman tak mau tumbuh, laksamanalah sayang Kiranya bumi tidak terima
Bukan tananam tak mau tumbuh, laskmanalah sayang Kiranya bumi tidak terima Laksmanalah sayang Sudah suratan nasib laksmana
Kemudian dibawah ini bentuk ketukan rentak lagu dua (Joget):
Tak, ding, dang, dang, dan tak. Berikut dibawah ini juga terdapat bentuk lagu dari rentak lagu dua (joget).
78
79
Syair lagu Tanjung Katung Tanjung Katung Pantainya Lebar Ambil Pasir di Pohon Lawas Tanjung Katung Pantainya Lebar Ambil Pasir di Pohon Lawas
80
Seyum Tunduk Hati Berdebar Apakah itu Isyarat Cinta Seyum Tunduk Hati Berdebar Apakah itu Isyarat Cinta Burung Elang Tinggi Terbangya Hendak Bersarang di Kayu Jati Burung Elang tinggi Terbangnya Hendak Bersarang di Kayu Jati Walau Belum Berdebar lama Tapi Sudah Memikat Hati Walau Belum Berdebar Lama Tapi Sudah Memikat Hati Tanjung Katung Airnya Biru Tempat Hendak Mencuci Muka Tanjung Katung Airnya Biru Tempat Hendak Mencuci Muka Siang Malam Menanggung Rindu Karena Kasih Jauh di Mata Siang Malam Menanggung Rindu Karena Kasih Jauh di Mata Tanjung Katung Tempat Tamasya Muda-mudi Bersukaria Tanjung Katung Tempat Tamasya Muda-mudi Bersukaria Walau Tuan Jauh di Mata Nahum di Hati Tak Dapat Lupa Walau Tuan Jauh di Mata Nahum di Hati Tak Dapat Lupa
Rentak yang terakhir adalah rentak Mak inang berikut:
81
Sama halnya dengan dengan rentak lain yang menggunakan tak, ding, dan dang, sebagai penentu jatuhnya ketukan. Untuk dibawah juga terdapat bentuk nyanyian dari lagu Mak inang yang berjudul “Mak inang pulau kampai” berikut:
82
MAK INANG PULAU KAMPAI
Sunguh indah di Pulau kepai Sungguhlah indah di Pulai Kepai Tempat Memancing ikan Tenggiri Tempatlah Memancing Ikan Tenggiri Sungguh sedih kasih tak sampai Sungguhlah Sedih kasih tak Sampai Rindu ku Tanggung Seorang Diri Rinduhlah ku Tanggung Seorang Diri Lama sudah tidak Keladang Lamalah sudah tidak Keladang Tinggilah Rumput dari Lalang Ai Tinggilah Rumput dari Lalang Apa saja bisa Dibilang Sayang Apalah saja bisa Dibilang Karena Lidah tidak Bertulang Kerena Lidah tidak Bertulang Anak Dara Duduk Termenung Anaklah Dara Duduk Termenung Sambil menyusun si Bungai Rampai Sambilah menuyusun si Bungai Rampai Maksud Hati Nak menunggu Sayang Maksud Hati Nak Menunggu Sayang Apalah daya Tangan tak Sampai Apalah dayaku Tangan tak sampai
4. 3.1 Tangga Nada The Music Kit dalam terjemahan Prof.Mauly Purba mengatakan bahwa dalam bahsa Itali tangga nada disebut (scale) yang berakti anak tangga nada. Di dalam tangga nada akan ditemukan suatu urutan nada yang secara beruruttan naik dan turun ( ascending dan descending). Jarak atau langkah dari nada ke nada lain disebut Step. Dalam tulisan ini tangga nada yang penulis maksudkan adalah susunan ataupun sturuktur melodi dari nada-nada yang dipakai dalam lagu laksmana mati dibunuh, mak ianag pulau kampai, dan tanjung katung. Penulis melakukan
83
penyusunan nada-nada tersebut dimulai dari nada yang terendah sampai ke nada yang tertinggi. Bentuk dari hasil transkripsi lagu Laksamana Mati di Bunuh terdapat beberapa bentuk tangga nada yang akan penulis tulis kekdalam not balok berikut,
C-D-E-F-G-A-B-C
B-CIS-D-E-F-G-AS
Tangga nada Tanjung Katung
C-D-E-F-G-A-B-C
A-C-D-E-FIS-G-A’
Tangga nada Mak Inang Pulau Kampai
C- D- E- F- G- A- B-C
CIS-D-E-F-G-A-AS
Tangga yang diatas masih sama dengan tangga nada yang digunakan adalah tangga nada pentatonik yang memiliki 7 nada.
4.3.3 Wilayah Nada Wilayah nada yaitu daerah (ambitus) antara nada yang frekwensinya paling rendah dengan nada yang frekwensinya paling tinggi dalam satu lagu atau yang dikenal dengan isitilah jarak nada. Hasil transkripsi dari ketiga lagu tersebut, terdapat wilayah-wilayah dari setiap lagu berikut: 84
Wilayah nada Lakmana Mati di Bunuh
A- G’ 7 laras = 1500 cent Wilayah nada Tanjung Katung
G- A’ 8 laras = 1600 cent
Wilayah nada Makn Inang Pulau kampai
CIS- AS 6 laras =1400 cent 4.3.2 Nada Dasar
Dalam Nettl (1963:147) dalam bukunya Theory and Method in Etomusicology yang diambil dari Skripsi Siti 03:06 menawarkan tujuh cara dalam menemukan nada dasar, yaitu : (1) Patokan yang paling umum adalah melihat nada mana yang sering dipakai dan nada mana yang jarang dipakai dalam komposisi tersebut. (2) Kadang-kadang nada-nada yang harga ritmisnya besar dianggap nada-nada dasar, meskipunpun jarang dipakai. (3) Nada yang dipakai pada awal atau akhir komposisi maupun pada bagian tengah komposisi dianggap mempunyai fungsi penting dalam tonalitas tersebut. 85
(4) Nada yang menduduki posisi paling rendah dalam tangga nada ataupun posisi tepat berada ditengah-tengah dapat dianggap penting. (5) Interval-interval yang terdapat antara nada kadang-kadang dipakai sebagai patokan. Contohnya sebuah posisi yang digunakan bersama oktafnya, sedangkan nada lain tidak memakai. Maka nada pertama tersebut boleh dianggap lebih penting. (6) Adanya tekanan ritmis pada sebuah nada juga bisa juga bisa dipakai sebagai patokan tonalitas. (7) Harus diingat barangkali ada gaya-gaya musik yang mempunyai sistem tonalitas yang tidak bisa dideskripsikan dengan patokan-paokan diatas. Untuk mendeskripsikan sistem tonalitas seperti itu, cara terbaik tampaknya adalah pengalaman lama dan pengenalan akrab dengan musik tersebut. (terjemahan Marc Perlman 1963:147). Dalam terjemahan Prof.Mauly Purba dalam buku The Music Kit. Mengatakan bahwa nada dasar sama halnya dengan tonalitas yaitu bisa dilihat dalam satu musik ataupun lagu tonika tersebut adalah nada yang paling kuat sedangkan yang lainnya sebagai pendukung terhadap Tonika. Melalui pendekatan diatas, maka penulis menyusun terlebih dahulu nada-nada melodis lagu laksmana mati dibunuh, mak inang pulau kampai, dan tanjung katung. Dibawah ini akan penulis urutkan tonika dari ketiga lagu Melayu tersebut antara lain: 1. Lagu Laksmana Mati di Bunuh nada yang sering muncul C ke nada C yang berjumlah 61 kali. Tonika dari lagu tanjung katung dimulai dari G ke G yang berjumlah 99 kali. Kemudian Mak Inang pulai kampai dari nada E ke nada E yang berjumlah 90 kali. Maka tonalitas yang disusun berdasarkan ketujuh cara yang ditawarkan oleh Nettl adalah sebagai berikut :
86
(1) Nada yang paling sering digunakan lagu laksmana mati dibunuh adalah nada G yang jatuhnya di nada D, lagu Tanjung katung nada yang paling sering muncul adalah nada G yang jatuhnya di F, sedangkan Mak inang Pulau kampai nada yang sering muncul adalah nada E yang jatuhnya juga di nada E (2) Nada yang memiliki nilai ritmis yang besar di lagu laksmana mati dibunuh A# dan A, Tanjung katung F# dan F, Mak inang pulai kampai G ke G adalah nada E dan G (3) Nada yang banyak dipakai sebagai nada awal lagu laksmana mati dibunuh adalah D, Lagu Tanjung Katung nada yang selalu dipakai sebagai nada awal dan Akhir adalah nada G, dan lagu Mak Inang Pulau Kampai nada yang sering digunakan nada awal dan akhir adalah nada E. (4) Nada yang menduduki posisi paling rendah nada di lagu lakmana mati dibunuh adalah nada G (sol rendah), lagu tanjung katung G(sol rendah), dan Mak inang pulai kampai C# (5) Nada yang dipakai bersama dengan oktafnya dalam lagu laksmana mati dibunuh adalah A, Tanjung katung A, mak inang pulai kampai A (6) Tekanan Ritmis yang paling besar dalam lagu laksmana mati dibunuh adalah E dan D, Tanjung katung G dan F, Mak inang pulai kampai F dan E (7) Melalui keenam bentuk yang ditawarkan oleh Nettl yang menggunakan 3 lagu Melayu yang berbeda-beda baik dalam bentuk tonikanya maupun ritmis dari ketiga lagu tesersebut. Akan tetapi ketiga lagu tersebut menggunakan nada dasar yang sama. (8) Dilihat dari kriteria yang ditawarkan oleh Nettl maka penulis mengambil suatu kesimpulan bahwa nada dasar yang terdapat pada lagu Serampang Duabelas adalah nada F.
87
Nada Dasar Lagu Mak Inang Pulau Kampai : C = do Nada Dasar Laksmana mati dibunuh : C=do Nada Dasar Lagu Tanjung Katung : C = do
4.3.4 Jumlah Nada-Nada Dari hasil transkripsi Laksmana Mati di Bunuh, terdapatlah beberapa Jumlah Nada-nada yang digunakan dalam lagu tersebut berikut jumlah nada-nadanya: Tabel 4.3.4.1 jumlah nada pada lagu Lakmana Mati di Bunuh
Nada
Jumlah
G
20
A’
11
F
17
C
34
B
6
D
61
A
10
Jumlah keseluruhan 159
Dari hasil yang terlihat di Tabel dengan pecahan-pecahan tersebut, maka dapat nada-nada yang digunakan pada lagu Laksmana Mati dibunuh sebagai berikut :
88
nada G sebanyak 20 kali, nada A bawah sebanyak 10kali, nada B sebanyak 6 kali, nada C sebanyak 34 kali, nada D sebanyak 61 kali, nada E sebanyak 50 kali, nada F sebanyak 17 kali, A’ sebanyak 10 kali. Tabel 4.3.4.2 Jumlah nada pada lagu Tanjung Katung Nada
Jumlah
F
29
Fis
10
G
33
A
8
B
4
C
11
D
21
E
14
Jumlah keseluruhan 130 Tabel 4.3.4.2 Jumlah Nada-Nada Pada Lagu Mak Inang Pulau Kampai Nada
Jumlah
E
50
G
10
A
8
Cis
20
F
50
D
12
As
14
A'
12 89
Jumlah Keseluruhan 170
4.3.5 Jumlah Interval Jarak nada yang diukur dari satu nada ke nada ke nada berikutnya disebut dengan Interval, berikut interval dari ketiga lagu Tabel 4.3.5.1 Jumlah Interval pada lagu Laksmana Mati di Bunuh. Interval
Jumlah
1P
7
2m
5
2M
21
3M
23
3Aug
2
4P
2
4Aug
6
5dim
1
5P
8
6m
8
6M
7
7Aug
2
Tabel 4.3.5.2 Jumlah Interval pada Lagu Mak Inang Pulau Kampai Jenis Jumlah Interval 90
1P
64
2m
24
2M
20
3m
15
3M
2
4P
3
5P
3
5Aug
2
6m
3
Tabel 4.3.5.3 Jumlah Interval pada Lagu Tanjung Katung Jenis Interval 1P
Jumlah
2m
32
2M
23
3m
12
3M
21
4P
6
5P
8
6m
4
6M
10
7m
12
7
4.3.6 Pola Kadensa
91
Pola kadensa adalah nada-nada yang biasanya akhir dari sebuah komposisi musik termaksud lagu. Untuk itu penulis akan membuat pola kadensa dari ketiga lagu tersebut antara lain: Pola kadensa lagu Laksmana Mati di Bunuh
Pola kadensa lagu Tanjung Katung
Pola kadensa lagu Mak Inang Pulau Kampai
4.3.8 kontur Menurut Malm (1977:80) dalam skripsi Rosmaida 99:03 kontur adalah garis suatu alur melodi dalam sebuah lagu, yang dapat dibagi dengan beberapa jenis, yaitu: 1. Repetitif yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang 2. Interatif yaitu bentuk nayanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan
kecenderungan
pengulangan-pengulangan
dalam
keseluruhan
nyanyian. 3. Reverting bentuk nyanyian yang terjadi pada pengulangan frase pertama setelah terjadi penyimpangan melodi 4. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang pengulangan melodinya tetap sama, tetapi tesk nyanyian yang baru 92
5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang baru. Jika dikaitkan dengan uraiankan Malm yang dia atas maka dapat dituliskan bahwa lagu Laksmana Mati di Bunuh, Tanjung Katung, dan Mak inang Pulau Kampai berjenis kontur. Kontur Lagu Mak Inang Pulau Kampai: Repetitif dan Stropic Kontur Lagu Laksmana Mati di Bunuh : Progresive dan Stropic Kontur Lagu Tanjung Katung : Stropic dan Propresive
Formula Melodi Pada Lagu Laksmana Mati di Bunuh
Progresive Bentuk
Motif
K
K, K1
K2
K2, K’
K3
K2, K3
Formula Melodi Pada Tanjung Katung
Stropic Bentuk
Variasi
K
K, K1
K2
K2. K’
K
K2, K3
Formula Melodi Pada Lagu Mak Inang Pulau Kampai
93
Repetitif Bentuk
Variasi
K1
K, K1, K’
K2
K2, K3
K3
K3, K4
4.4 Bentuk improvisasi nyanyian Melayu 4.4.1. Gerenek Jika dibarat gerenek sama dengan tremolo yaitu menggunakan nada-nada yang berdensitas rapat dan ini juga menggunakan improvisasi dalam menyanyanyikan lagulagu Melayu. Bentuk improvisasi Gerenek dalam lagu laksmana mati dibunuh:
Bentuk improvisasi Gerenek lagu Tanjung Katung
Bentuk improvisasi cenkok Mak inang Pulau Kampai
94
4.4.2 Cengkok Cengkok adalah sebuah ayunan nada yang menggunakan improvisasi atau berjalan begitu saja tanpa adanya yang mengatur yang tidak menggunakan teks naynyian. Bentuk improvisasi Cengkok lagu Lakmana Mati di Bunuh
Bentuk improvisasi cengkok pada lagu Tanjung Katung
Bentuk improvisasi Cengkok pada lagu Mak inang pulau Kampai
4.4.3 Patah Lagu Patah lagu, improvisasi ini yang paling penting adalah tekanan seperti memberi aksen terhadap nada-nada dalam menyanyikan lagu-lagu Melayu serta lagu yang sedikit dihentak (stakkato) Bentuk improvisasi Patah Lagu pada lagu Mak inang Pulau Kampai
. Bentuk improvisasi Patah Lagu Tanjung Katung 95
Bentuk improvisasi lagu Mak Inang Pulau Kampai
96
BAB V PENUTUP
5. 1
Kesimpulan Dari hasil penulusuran penulisan karya ilmiah ini, maka saya mengambarkan
bahwa Melayu itu luas terbukti dari penelusuran yang penulis lihat dari penulispenulis yang mengbahsa Melayu mengatakan bahwa setengah orang Asia bisa dikatakan Melayu, seperti China, Thailang, Singapura, dan Malaysia. Ada ungkapan yang menarik dari Melayu yang bisa saja lihat yaitu “ Siapa saja bisa jadi Melayu asal beragama Islam” mengambarkan
ketegasan yang tidak ada bisa tawar menawar
(bernegoisasi). Ini membuktikan bahwa Agama bisa dijadikan paduan untuk memperbaiki kebudayaan tersebut. Sama halnya dengan yang dilakukan oleh orang Melayu Alquran adalah patokanya. Seperti menutup Aurat jika dihubungkan dengan pakaian penari-penari Melayu, mereka selalu menggunakan lengan panjang dan bernuangsa tertutup, kemudian tidak boleh bersentuhan dengan yang tidak muhrim jika dihubungkan lagi dengan tari Melayu yang berpasang-pasangan mereka hanya sebatas dekat tatapi tidak bersentuhan. Inilah yang membuat saya merasa bahwa Agama memang sangat penting dalam kehidupan berbudaya, bukan berakti budaya tidak baik, akan tetapi Agama sangat berguna untuk mengatur kebudayaan mana yang berbudaya, bukan menjadikan kebudayaan yang tidak berbudaya. Kemudian kesimpulan mengenai bahwa Nur ‘Ainun sosok wanita Melayu yang sangat menjujung tinggi yang namanya kualitas dalam bernyanyi. Sehingga
97
beliau sendiri lebih mementingkan kemerduan suaranya dalam bernyanyi ketimbang penampilanya bernyanyi. Nur ‘Ainun pun adalah wanita Melayu yang dilahirkan dari darah seni atau berketurunan darah seni, dikarenakan Ayahandanya sendiri seorang pemain musik Melayu, bahkan semua musik Melayu bisa dimainkan oleh Ayahnya, sehingga Nur ‘Ainun terlahir dengan suara merdu tanpa bantuan les vocal yang sering dilakukan untuk membuat suara merdu. Di lingkungan dari para musisi-musisi dan seniman-seniman, Nur ‘Ainun dikenal dengan wanita yang memilki suara yang indah tapi sederhana, banyak sekali musisi-musisi Melayu seperti Zulfan Efendi dan Datuk Fauzi mengatakan bangga memiliki Nur ‘Ainun. Di karenakan kelemah lembutan yang dia miliki, serta ramah tamah yang menjadi ciri khas dari suku Melayu itu sendiri. Jadi sangat cocok menjadi panutan untuk wanita-ytwanita Melayu lainnya. Dalam masyarakat luas Nur ‘Ainun dikenal dengan wanita yang santun, dalam beragama beliau juga dikenal sangat rajin beribadah, baik dalam bentuk sholat, dan sering mengajari anak-anak mengaji biarpun beliau tidak dibayar sekalipun tapi beliau merasa senang dan bangga bisa melakukan hal yang baik dalam membantu sesamanya, apalagi dengan umurnya yang sudah tidak muda lagi. Kemerduan suranya membuat Dia terdampar kenegeri orang, seperti Malaysia, Singapura dan Australia, serta Jakarta dan masih banyak lagi tempat-tempaut beliau mengisi acara, disamping itu juga beliau memiliki banyak sekali prestasi baik dalam bentuk piagam, maupun sertifikasi, dan beliau juga sudah memilki banyak Album dari kolaborasi anatara musisi –musisi hebat seperti Rinto Harahap dan Rizaldi Siagian. Meskipun demikian Nur ‘Ainun adalah manusia biasa, mungkin dulunya beliau adalah orang yang sangat terkenal dan memilki kehidupan yang mapan dengan
98
hasil dan prestasi yang beliau punya. Akan tetapi jika kita lihat sekarang beliau hanya sebagai seorang legendaris penyanyi Melayu, yang sekarang kondisinya kurang dan selalu merasa kesepian karena beliau tinggal hanya sendiri saja dengan alat penghibur Radio yang selalu beliau putar setiap saat. Tapi dengan keadaan yang sekarang, Nur ‘Ainun merasa sangat senang, dan merasa bahwa hidupnya sudah cukup. Biarpun pada saat rekan-rekannya seprofesinya datang menjeguknya banyak yang mengejek dengan mengatakan kepadanya mereka tidak sangka seorang penyanyi hebat bisa tinggal dirumah panggug seperti rumah beliau sekarang, tapi Nur ‘Ainun selalu terseyum saja saat pertanyaan itu ditujukan kepadanya. Inilah kesederhanaan yang Nur ‘Ainun berikan sebagai contoh cara untuk mensyukuri hidup, beliau tidak pernah mengeluh dengan kehidupanya sekarang. Yang beliau fikirkan adalah mendekat diri kepada yang di atas. Apabila ingin mengetahui siapa dan bagaimana sosok Nur ‘Ainun. Ada baiknya juga mencari tahu dengan membaca biografi kehidupan Nur ‘Ainun supaya dapat memahami kehebatan, dan kesederhanaan dari Nur ‘Ainun. Demikianlah penulis menyimpulkan bahwa Nur ‘Ainun sesunguhnya memiliki kpribadian yang sangat baik, biarpun disisi lain Dia juga memilki sisi buruk, tapi manusia tidak ada yang sempurna. Tapi yang ingin penulis sampaikan dalam kesimpulan ini adalah bahwa Nur ‘Ainun dapat dijadikan teladan bagi masyarkat Melayu. Khususnya para wanita-wanita yang berprofesi sebagai penyanyi untuk menjaga sikap dan prilaku, serta mengadalkan suara bukan penampilan. Dan penulis jmerasa Nur ‘Ainun bisa dikatakan seorang penyanyi legendaris yang dihari tuanya pun Dia selalu didambakan dan ditungu-tunggu oleh penikmat Musik Melayu. Dari hasil Transkripsi lagu rentak senandung dengan judul lagu laksmana mati dibunuh. Rentak mak inang dengan judul lagu mak inang pulau kampai, dan
99
rentak Lagu Dua dengan judul Tanjug Katung (Joget) yang dinyanyikan oleh Nur ‘Ainun. Penulis mendapat sebuah pengetahuan Ilmu yang mengambarkan bahwa didalam musik Melayu Syair ataupu kata-kata dari sebuah teks lagu Melayu sangat penting dibandingkan musik Melayu itu sendiri. Termaksud dengan ketiga lagu yang ada di Anailisis musik penulisan ini, kesimpulan yang penulis uraikan bahwa dalam musik Melayu teks bisa saja berubahubah akan tetapi melodinya sama (Stropic), sehingga ini juga menjadi sebuah kajian yang bisa diteliti dari kesenian Melayu yang cukup unik untuk dituliskan kedalam penulisan karya Ilmiah. Kemudian kesimpulan yang penulis uraikan adalah mengenai improvisasi Melayu yang menambah keunikan dari kesenian Melayu, seperti gerenek, cengkok, dan lain sebagainya. Berbeda lagi dengan Zapin yang mana zapin ini juga memilki penegertian tersendiri. Rentak sama halnya dengan ketukan (pulsa). Ini bisa dilihat dari bentuk musik Melayu tersebut. Akan tetapi orang Melayu sendiri pun tidak menahu mengenai rentak tersebut, mereka hanya bisa merasakan rentak itu sendiri. Berbeda dengan orang yang bukan Melayu atau bisa dikatakan orang yang belajar bermusik dapat mengetahui bahwa rentak tersebut adalah ketukan dari sebuah lagu. Maka dari
itu seperti yang penulis uraiankan di atas mengatakan bahwa
kesenian Melayu sudah cukup luas dan menarik untuk dibahas. Karena begitu banyaknya masyarakat baik di Indonesia maupun diluar Indonesia ada yang menyatakan mereka sebagai orang Melayu. Seperti Singapura mereka mempunyai label yang menyatakan bahwa mereka adalah orang Melayu tetapi beragama Kristen sehingga mereka membentuk sebuah organisasi yang diberi nama (Asosiasi Kristen Melayu).
100
5.2 Saran Dalam tulisan ini, penulis mendokumentasikan kepada Nur ‘Ainun sebagai salah satu musisi Melayu yang dianggap sangat penting bagi masyarakat dalam mengembangkan kesenian Melayu khusunya lagu-lagu Melayu yang dibawakan beliau. Sangat Besar harapan saya sebagi penulis kepada pembaca, khususnya masyarakat Melayu, dan juga bagi para pemerintah, agar lebih memperhatikan keberadaan dan kelayakan dari para pemusik-pemusik tradisi, serta memberikan penghargaan yang layak pula terhadap kemampuan dan kreatifitas para musisi tersebut, serta berusaha mensejahterakan kehidupan mereka sebagai pekerja dalam dunia berkesenian, karena tanpa mereka kebudayaan Indonesia bisa mati, dan juga bisa merusak devisa Negara jika para musisi-musisi tradisi tidak mengembangkan berkesenianya. Saya juga berharap agar para musisi tradisi khusunya Melayu, tidak redup dimakan zaman, teruslah
berkarya, dan teruslah mengembangkan kreatifitas-
kreatifitas dalam membangun sebuah kebudayaan yang indah dimata dunia, dan menjadi bangsa Negara kita ini, menjadi tontonan dunia luar dari kesenian yang kita punya. Diharapkan dari keseluruhan tulisan ini dapat menjadi informasi bagi orang lain yang ingin meneliti lebih jauh tentang Nur ‘Ainun sehingga dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan atau acuan bagi yang memerlukannya. Dan tidak lupa juga saya sebagai penulis mengharapkan bagi siapa saja yang membaca tulisan ini bisa menambah bahan fikirannya dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi ,masyarakat Melayu khusunya yang ada Sumatera Utara.
101
Tangapan Mayarakat Pada Nur ‘Ainun Dibawah ini ada beberapa tangapan dari masyarakat dan musisi Melayu lainnya anatara lain:
1. Nama
: Zulfan Efendi
Pekerjaan : pemain musik Alamat
: jalan. Gg. merdeka
Tangapan: Nur ‘Ainun adalah sosok pennyanyi Melayu yang legendaris, dari waktu bapak saya Nikah Nur ‘Ainun masih nyanyi sampe saya nikah dengan Istri saya dia tetap nyanyi itu saya undang khusus, soalnya memang suaranya enak didengar, merdulah. Apalagi lagu-lagu yang tempo senandung, sedap kali didengar.
2. Nama
: Ahmad Setia
Pekerjaan : pemain musik dan pembuat gendang Melayu Alamat
: jalan. Sustrisno gg. cempaka
Tangapan : Nur ‘Ainun itu suaranya lembut kali, dia itu cocoknya memeng nyanyi yang temponya lambat, betul-betul dihatinya lagu itu, bukan berakti dia tidak bisa nyanyi tempo cepat, tapi memang enaknya Dia nyanyi tempo lambat, yang sedih-sedih.
3. Nama
: Ahmad Fauzi
Pekerjaan : pemain musik dan Dosen praktek Melayu 102
Alamat
: jalan jawa No.34
Tangapan : dia itu penyanyi luarbiasa, apa aja lagu yang dikasih pasti bisa dinyanyikanya, joget bisa, mak inang bisa, sama Rentak senandung, tapi kebanyakan dia lagunya tempo lambat. Memang legendaris lah,,,sama bapak saya aja dia itu udah pernah nyanyi sama judulnya Mak inang pulau kampai.
Nama
: Naas anak dari bapak M.nasir pembuat lagu Keluhan jiwa
Pekerjaan : Pemain musik gendang yang bernaung di gourp Sri Indra Ratu Tanggapan: Nur ‘Ainun itu adalah penyanyi yang yang khusus menyanyikan lagu-lagu
Melayu,
pokoknya
Melayu
sangat,
logat
syairnya
atau
pengucapannya pas, tapi Nur ‘Ainu kalau disuruh nyanyikan lagu-lagu Melayu kurang pas dia, cocoknya memamg lagu-lagu Melayu lah.
Nama
: Khariza
Pekerjaan : Wiraswasta Tanagapan :
Nur ‘Ainun itu penyenyi lama, baguslah nyanyinya, kalau
masalah cengkok sama gerenek tidak usah disangsikan ataupun diragukan memamg udah senior lentur suaranya.
Nama
: Nur hayati
Pekerjaan : wiraswasta
103
Tangapan : bagus suaranya , pernah dengar dengarnya waktu di kaset, tahunya dari orang tua suka pasang lagu-lagu Melayu jadi tahukan Nur ‘Ainun.
Nama
:
Anun
Pekejaan
: Ibu rumah tangga
Tanggapan : oh…..suranya bagus dulu mudanya memang terkenal penyanyi bagus, terus pribadinya bagus juga, ibu nun baguslah.
Nama
: Nurul
Pekerjaan : ibu rumah tangga Tanggapan : hebat itu Nur ‘Ainun , masih nenek suaranya masih tetap aja bagus
Nama
: Anisah
Pekerjaan : Tukang cuci Tanggapan: pernah dengar, memang bagus suaranya yang enak itu lagunya laskmana mati dibunuh cengkok-cengkoknya pas kali lah.
104
DAFTAR PUSTAKA
HUSNY, 1975
Lintasan Sejarah peradaban Melayu Pesisir Deli Sumatera Timur.
Lexy, Moleong 2000
Takari, dan Fadlin
Metodologi Penelitian Kualitatif Bangung: PT Remaja Rosdakarya “ Sastra Melayu Sumatera Utara”
2009 YUSCAN 2010
Zulkaenaen, Siti 2007
“Adat Istiadat Perkawinan Melayu Sumatera Timur. Medan: Biro Adat PB.MAMBI
Ahmad Setia Pemusik Melayu Sumatera Utara:Biografi dan Gaya Melodis Permainan Akordion, skripsi Sarjana Fakultas Sastra
Tengku Lah Husni, 1986 Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Husni, T. Lah 1975
Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Pesisir Sumatera Timur 1612-1650 Medan : BP. Lah Husny
Malm, William P 1977 “Kebudayaa Pasifik timur tengah dan Asia Terjemahan Muhamad Takari Nettle, Bruno 1963
Theory and Method In Ethnomusicology New York : The Free Press
105
Mangff, Tom
The Music Kit, terjemahan prof.Mauly Purba
1991 Perikuten
Makalah. Proses Pengtranskripsian Musik
Tengku Luckman Sinar, 1988
Jatidiri Melayu. Medan: Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia.
. Tengku Lah Husni, 1986
Tengku Lah Husni, 1875
Butir-butir Adat Budaya Melayu Pesisir Sumatera Timur, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Lintasan Sejarah Peradaban dan Budaya Penduduk Melayu Pesisir Sumatera Timur 1612-1950. Medan: B.P. Husny.
www.Google.com
Dalam Artikel Nuim Hidayat, “ Peran Penting Islam di Tanah Melayu
www.Wikipedia
Dalam Artikel Farul Azri “ Migrasi Manusia dari Sungai Mekong ke Dunia Melayu
106