Kajian Teoritik Hubungan Antara Budaya Organisasi Dengan Kinerja Tenaga Pendidik Pada Pusat Pendidikan Kodiklat Tni Ad
Nugraha Gumilar1 Abstrak Tujuan penelitian ini untuk mengkaji secara teoritik hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik di 15 lembaga pendidikan Kodiklat TNI AD. Hasil analisis menemukan bahwa Budaya organisasi di TNI AD yang mengandung nilainilai Sumpah Prajurit dan Sapta Marga dapat membentuk sikap dan perilaku anggota organisasi serta jiwa kebersamaan sehingga akan menciptakan lingkungan kerja yang kondusif dan dapat mendorong tenaga pendidik untuk berbuat yang terbaik dalam melaksanakan tugasnya dalam rangka tercapainya tujuan organisasi. Dengan demikian, budaya organisasi TNI AD
yang meng-iplementasikan nilai-nilai
Sumpah Prajurit dan Sapta Marga dapat meningkatkan kinerja tenaga pendidik. Kata kunci : Budaya Organisasi, Nilai-nilai, Kinerja Tenaga Pendidik. Abstract The aim this research is to examine the correlation between organizational culture and performance of instructor theoretically at fifteen of Army education center. The anylizes results find out that organizational culture in Army which is having Sumpah Prajurit and Sapta Marga values could encourage pattern of attitude and behavior of organization members and also spirit as the corps thus it will create environment to be conducive and be able to stimulate instructors do the best on their duty to achieve the organization goals. Therefore, the Army culture organization which is implementing Sumpah Prajurit and Sapta Marga values will improve performance of instructor. Keywords: Culture organization, Values, Performance
1
Mahasiswa Program Doktor Manajemen Pendidikan Universitas Pakuan, Bogor
1
2
I.
Pendahuluan. Perkembangan ilmu kemiliteran yang semakin maju pesat seiring dengan berkembangnya
isu-isu pertahanan global yang dinamis, menuntut suatu bangsa termasuk Indonesia beserta Angkatan Bersenjatanya harus mampu memainkan perannya dengan melakukan perubahanperubahan khususnya dalam ilmu kemiliteran pada tataran strategis, taktis dan operasional untuk merespon isu-isu tersebut sehingga tetap dapat menjamin kestabilan dan peran bangsa ini dalam dunia internasional. Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) sebagai bagian dari Tentara Nasional Indonesia (TNI) dituntut melakukan perubahan untuk meningkatkan kemampuan militernya sehingga dapat menjawab segala bentuk ancaman, tantangan, gangguan dan hambatan yang ditimbulkan akibat isu-isu tersebut. Untuk itu TNI AD perlu mengembangkan organisasinya baik personil, materiil dan fasilitas agar mampu menjawab tuntutan perubahan tersebut melalui pelaksanaan tugas pokoknya Pengembangan organisasi dalam bidang personil pada tubuh TNI AD, salah satunya melalui penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM) yang profesional dan sejalan dengan perkembangan perubahan global. Hal ini merupakan suatu keharusan, seperti yang diutarakan Syarifudin Tippe (2007:2), bahwa: “ … perlu pengembangan sistem, personel, materiil, dan fasilitas TNI AD yang modern dan profesional sejalan dengan perkembangan perubahan global, tuntutan jaman dan tantangan tugas ke depan. Pameo ”merdeka atau mati” sudah saatnya digantikan dengan pameo ”berubah atau mati”. Kata kunci yang dapat menjawab perubahan tersebut di masa depan adalah mewujudkan sumber daya manusia TNI AD yang profesional melalui pendidikan. Mengembangkan kemampuan prajurit khususnya melalui pendidikan tidak terlepas dari peran tenaga pendidik (tenaga pendidik), sehingga tenaga pendidik harus berupaya untuk selalu meningkatkan pengetahuan, skill dan mental juang yang positif untuk dapat melaksanakan tugas dengan baik dan dapat mentransfer ilmu kepada peserta didik secara maksimal guna mencapai tujuan pendidikan. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan, para tenaga pendidik (Tenaga Pendidik) dituntut untuk meningkatkan ilmu dan pengetahuan melalui berbagai pendidikan
3
pengembangan sesuai kebutuhan, sehingga keberadaan tenaga pendidik yang profesional dan sebagai ujung tombak dalam proses belajar mengajar adalah sangat penting. Untuk menghasilkan output peserta didik sesuai tujuan pendidikan, Kodiklat TNI AD sebagai organisasi dibawah TNI AD yang bertanggung jawab menciptakan prajurit professional melalui pendidikan telah berupaya mengembangkan metode penyelenggaraan pendidikannya salah satunya melalui pemanfaatan iptek dengan disiapkannya micro teaching dan dilengkapinya sarana IT disetiap kelas sebagai upaya meningkatkan kinerja tenaga pendidik agar transfer of knowledge dapat berjalan maksimal, selain itu dengan dukungan budaya organisasi yang dianut segenap sumber daya manusia dalam organisasi TNI AD berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, diharapkan mampu meningkatkan kinerja tenaga pendidik sehingga dapat menghasilkan mutu lulusan peserta didik yang kompetitif serta dapat bersaing di era global. Namun demikian berdasarkan hasil temuan Dalwasdik melalui analisis sumber data dan observasi yang tertuang dalam Laporan Pengendalian Pengawasan Pendidikan (Lapdalwasdik) Kodiklat TNI AD Tahun 2011, bahwa: a. Penyiapan Tenaga pendidik. Pada umumnya Tenaga pendidik yang terlibat mengajar sudah sesuai dengan ketentuan dan telah dibuatkan Surat Perintah mengajar, namun pendataan tentang klasifikasi psikologi gumil belum pernah dilakukan, sedangkan upaya yang dilakukan pusdik untuk meningkatkan kualitas gumil telah dilaksanakan penataran dalam satuan sebelum pendidikan dibuka. b. Metode Pengajaran. Penggunaan metode pengajaran telah sesuai dengan ketentuan di dalam Pedoman Pengoperasian Kurikulum (PPK) namun masih adanya kekurangan dalam pengawasan dari pembinaan terhadap peserta didik terutama pada saat praktik. c. Evaluasi Pendidikan. Evaluasi hasil belajar belum dilakukan dengan baik, dan perlu penjabaran yang lebih konkrit dan terukur untuk mewujudkan pencapaian sasaran tiap materi pelajaran dan sasaran pendidikan, antara lain: (1) Penyiapan bahan evaluasi yang diberikan Gumil/Tih pada proses belajar mengajar, (2) Penyiapan perangkat penguji materi pelajaran praktik melalui uji keterampilan, observasi maupun keterampilan berbuat, dan (3) Pengujian materi pelajaran praktik belum dilengkapi dengan cheklist sesuai Bujuk EHB (buku petunjuk evaluasi hasil belajar). d. Kinerja Tenaga pendidik. Pada TA 2011 mencapai 63,71 % Indikator-indikator di atas menunjukkan bahwa penilaian kinerja tenaga pendidik dalam proses program pengajaran belum maksimal dan perlu diperbaiki/ditingkatkan. Bila hal ini dibiarkan maka mengakibatkan proses peningkatan kemampuan peserta didik akan terhambat dan pada akhirnya berpengaruh pada proses belajar mengajar juga mutu lulusan peserta didik.
4
Berdasarkan penjelasan diatas, maka perlu dilakukan kajian teoritik lebih jauh tentang kinerja tenaga pendidik yang dihubungkan dengan Budaya Organisasi. Kajian ini difokuskan pada Pendidikan Pengembangan Umum (Dikbangum) Tingkat Perwira karena pendidikan ini bersifat berjenjang dan berlanjut, sehingga diharapkan dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan serta pengetahuan dasar keperwiraan secara utuh dan tentunya akan menjadi modal dasar yang sangat baik bagi peserta didik dikala mereka menjadi pemimpin kelak.\ Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan yang
berhubungan dengan Kinerja Tenaga pendidik, yaitu apakah terdapat hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja Tenaga pendidik?. Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada variabel terikat Kinerja Tenaga Pendidik dan variabel bebas Budaya Organisas. Unit analisis penelitian ini adalah Tenaga Pendidik (Tenaga pendidik) pada Pendidikan Pengembangan Umum Perwira di Pusat Pendidikan Jajaran Kodiklat TNI AD di 4 Wilayah, yaitu Jakarta, Bogor, Malang, dan Bandung Tenaga pendidik (tenaga pendidik) merupakan pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik (peserta didik) pada jalur pendidikan formal. Tugas utama itu akan efektif jika tenaga pendidik memiliki derajat profesionalisme tertentu yang tercermin dari kompetensi, kemahiran, kecapakapan, atau keterampilan yang memenuhi standar mutu atau norma etik tertentu. Tenaga pendidik merupakan sumber daya manusia dalam organisasi TNI AD yang sangat menentukan bagi keberhasilan atau kegagalan dalam mencapai tujuan organisasi. Menurut Schultz, sumber daya manusia merupakan human capital yang berfungsi dari keahlian (skill), pengalaman (experience), dan pengetahuan (knowledge). Sedangkan menurut Davenport, human capital merupakan kapasitas sumber daya manusia yang terdiri dari kemampuan (meliputi pengetahuan, skill, talenta), perilaku, usaha dan waktu. (Sudarmanto,2009 : 3 ) Postur profesionalisme militer dengan segala perkembangannya secara universal sudah menjadi kebutuhan setiap angkatan bersenjata di negara-negara di dunia. Oleh karena itu, TNI pun menjadikan tentara profesioanl sebagai jati dirinya beserta jati diri lainnya, yaitu tentara rakyat, tentara pejuang, dan tentara nasional.( Syarifudin Tippe, 2012 : 56- 57)
5
Terkait tuntutan TNI sebagai tentara profesional sekaligus tentara nasional, Huntington dalam Syarifudin Tippe, menyatakan bahwa nasionalisme akan melahirkan profesionalisme: “The rise of nationalism and democracy had one important product which was closely linked to the emergence of professionalism.”
Munculnya nasionalisme dan demokrasi, akan
memunculkan satu produk penting yaitu profesionalisme. Selanjutnya Amos Perlmutter, menyatakan bahwa profesionalisme militer memiliki dua variabel kunci: control dan skills. Control bersifat internal dijalankan rekan sekerja, sementara yang bersifat eksternal sesuai hierarki otoritas. Sedangkan skills, di samping kedisiplinan dan keberanian, profesional modern menuntut adanya skill dalam manajemen dan strategi (Syarifudin Tippe, 2012 : 57) Sedangkan Menurut Wood, Wallace, dan Zeffane, kinerja atau performance adalah: defined as quantity and quality of individual, group or organizational accomplishment. (John Wiley & Sons, 2001: 114). Kinerja didefinisikan sebagai kuantitas dan kualitas pencapaian individu, kelompok, atau organisasi. Kinerja tenaga pendidik
TNI AD sangat penting untuk diperhatikan dan dievaluasi
karena tenaga pendidik mengemban tugas profesional, artinya tugas-tugas yang hanya dapat dikerjakan dengan kompetensi khusus yang diperolah melalui program pendidikan dan latihan. Kinerja tenaga pendidik TNI AD diarahkan untuk meningkatkan kompetensi pelaksanaan proses pendidikan/pelatihan di dalam dan di luar kelas. Upaya peningkatan profesionalisme ini tentunya harus sejalan dengan upaya memberikan penghargaan, peningkatan kesejahteraan, dan perlindungan terhadap tenaga pendidik. Berdasarkan teori-teori di atas dapat disimpulkan kinerja tenaga pendidik adalah unjuk kerja yang telah dicapai tenaga pendidik TNI AD dalam mengajar dan melatih sehingga dapat meningkatkan kemampuan peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan dan organisasi. Indikator Kinerja tenaga pendidik adalah: (1) Perencanaan bahan ajar dan bahan latih, (2) Metode pembelajaran dan pelatihan, (3) Layanan bimbingan untuk me-motivasi, (4) Identifikasi tentang kelebihan dan kelemahan peserta didik, (5) Komunikasi pembelajaran, dan (6) Evaluasi hasil belajar. Sementara itu budaya organisasi merupakan ciri khas suatu organisasi dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh masing-masing organisasi. TNI AD memiliki bentuk organisasi yang mempunyai ciri khas yang berbeda dibandingkan dengan organisasi lain.
6
Sebagai lembaga pertahanan, maka nilai-nilai yang dipegang teguh oleh setiap peserta didik adalah peserta didik yang terlatih, terdidik, diperlengkapi secara baik, tidak berpolitik praktis, tidak berbisnis, dan dijamin kesejahteraannya, serta mengikuti kebijakan politik negara yang menganut prinsip demokrasi, supremasi sipil, hak asasi manusia, ketentuan hukum nasional, dan hukum internasional yang telah diratifikasi. Setiap anggota TNI AD juga memiliki jiwa juang yang berdasarkan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan serta memiliki kesegaran jasmani dalam rangka ikut menjamin kelestarian kemerdekaan, kedaulatan serta integritas Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia terhadap ancaman dalam berbagai bentuk dan perwujudan baik dari dalam maupun dari luar negeri. Pola-pola dari kepercayaan, simbol, ritual dan mitos yang berkembang dari waktu ke waktu berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi TNI AD. Fred Luthans mengetengahkan enam karakteristik penting dari budaya organisasi, yaitu: (1) obeserved behavioral regularities, yakni keberaturan cara bertindak dari para anggota yang tampak teramati. Ketika anggota organisasi berinteraksi dengan anggota lainnya, mereka mungkin menggunakan bahasa umum, istilah, atau ritual tertentu; (2) norms, yakni berbagai standar perilaku yang ada, termasuk di dalamnya tentang pedoman sejauh mana suatu pekerjaan harus dilakukan; (3) dominant values, yaitu adanya nilai-nilai inti yang dianut bersama oleh seluruh anggota organisasi, misalnya tentang kualitas produk yang tinggi, absensi yang rendah atau efisiensi yang tinggi; (4) philosophy, yakni adanya kebijakan-kebijakan yang berkenaan dengan keyakinan organisasi dalam memperlakukan pelanggan dan karyawan (5) rules, yaitu adanya pedoman yang ketat, dikaitkan dengan kemajuan organisasi (6) organization climate, merupakan perasaan keseluruhan (an overall “feeling”) yang tergambarkan dan disampaikan melalui kondisi tata ruang, cara berinteraksi para anggota organisasi, dan cara anggota organisasi memperlakukan dirinya dan pelanggan atau orang lain. (Fred Luthans, 2008: 58 ) Betapa pentingnya pengelolaan nilai-nilai dalam organisasi yang muaranya adalah sebuah proses pembangunan budaya sebuah organisasi termasuk juga nilai-nilai yang terkandung dalam budaya organisasi TNI AD haruslah dipegang, dimengerti, dan dilaksanakan oleh seluruh prajurit TNI AD (nilai dalam tindakan atau values in action), sehingga budaya organisasi TNI AD akan tinggi atau kuat sesuai dengan Sapta Marga dan Sumpah Prajurit. Budaya organisasi dalam tubuh TNI AD, adalah sesuatu yang wajib dan dijadikan prioritas utama, sehingga budaya organisasi
7
(culture capital) TNI AD akan menjadi major competitive advantage yaitu organisasi yang paling berpeluang menjadi organisasi terbaik dan tersukses. Berdasarkan teori-teori di atas, yang dimaksud budaya organisasi adalah sekumpulan keyakinan, nilai-nilai, norma, dan cara-cara berperilaku yang memberikan karakteristik bersama yang membentuk sikap dan perilaku baik secara inidividu maupun kelompok yang dianut oleh semua anggota organisasi. Indikator budaya organisasi adalah: (1) Adanya keyakinan, (2) Nilai, (3) Norma, (4) Cara berperilaku yang memberikan karakteristik bersama, (5) Sikap individu maupun kelompok, (6) Komitmen terhadap organisasi, (7) Penanganan konflik, dan (8) Iklim organisasi (organizational climate). Dari teori-teori yang dijelaskan diatas bahwa budaya organisasi merupakan nilai, norma, keyakinan, dan budaya yang kuat ditandai pola-pola dari kepercayaan, simbol, ritual dan mitos yang berkembang dari waktu ke waktu berfungsi sebagai perekat yang menyatukan organisasi TNI A sehingga menimbulkan suasana kondusif yang akan menciptakan tingginya kinerja tenaga pendidik. Berdasarkan pemikiran di atas, maka patut diduga terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik. Berdasarkan kajian teori yang mendasari variabel penelitian ini dan kerangka berfikir yang telah diuraikan di atas, maka hipotesis penelitiannya adalah terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meneliti masalah Kinerja Tenaga pendidik Kodiklat TNI AD dan variabel yang memiliki hubungan dengan Kinerja Tenaga pendidik, dalam hal ini adalah Budaya Organisasi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik.
II
Metode. Penelitian ini menggunakan metode survey dengan pendekatan korelasional yaitu
menelaah hubungan antar variabel yang diuji dalam penelitian menggunakan satu variabel bebas dan satu variabel terikat.Variabel bebas adalah Budaya Organisasi (X1) sedangkan variabel terikat adalah Kinerja Tenaga pendidik (Y). Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner. Konstelasi masalah dalam penelitian digambarkan seperti berikut:
8
з
Y
X1
Gambar 1. Konstelasi Variabel Penelitian Keterangan: Y X1
= Kinerja Tenaga pendidik = Budaya Organisasi Responden variabel kinerja tenaga pendidik adalah Kepala Tim Guru Militer (Katim
Gumil), sedangkan untuk variabel Budaya Organisasi adalah Tenaga pendidik pada Pendidikan Pengembangan Umum Perwira di 14 Pusat Pendidikan (Pusdik) Jajaran Kodiklat TNI AD di 4 Wilayah, yaitu Jakarta, Bogor, Malang, dan Bandung. Populasi penelitian ini adalah Tenaga pendidik sejumlah 153 tenaga pendidik. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik pengambilan sampel secara acak proposional (Proportional Random Sampling), sebab penelitian ini akan memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel, namun sampel yang diambil proporsional. Sedangkan teknik pengambilan sampel menggunakan rumus dari Slovin dalam Ridwan ( 2009 : 95) dengan tingkat kesalahan 5% sebagai berikut: n
N 1 N e2
Keterangan : N = Jumlah populasi (153 responden) n = jumlah sampel e = tingkat kesalahan (presisi) ditetapkan 5% dengan tingkat kepercayaan 95%
9
Berdasarkan rumus di atas, diperoleh jumlah sampel berikut:
n
153 110,66 1 153 (0,05) 2 Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan Slovin di atas, untuk keperluan
penelitian jumlah sampel dibulatkan menjadi 111 orang tenaga pendidik. Sedangkan untuk uji coba diberikan pada 30 orang tenaga pendidik di luar perhitungan sampel penelitian. Data penelitian ini menggunakan kuesioner yang dikembangkan melalui indikator dari masing-masing variabel penelitian. Berdasarkan indikator tersebut, dibuatlah kisi-kisi yang selanjutnya sebagai acuan pembuatan butir-butir instrumen menggunakan skala Likert. Langkah selanjutnya adalah melakukan uji coba instrumen penelitian untuk menguji validitas dan reliabilitas tiap-tiap instrumen penelitian. Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis statistik deskriptif, analisis statistik inferensial dan sebelum dilakukan uji hipotetis maka perlu dilakukan terlebih dahulu uji prasyarat analisis.
III. Hasil Penelitian. Hasil penelitian ini menggunakan statistik deskriptif yang diperoleh berdasarkan respon dari masalah Kinerja Tenaga pendidik Kodiklat TNI AD dan variabel-variabel yang memiliki hubungan dengan Kinerja Tenaga pendidik, dalam hal ini adalah Budaya Organisasi. Pengujian hipotesis deskriptif pada dasarnya merupakan proses pengujian generalisasi hasil penelitian yang didasarkan pada satu sampel. Kesimpulan yang dihasilkan nanti adalah apakah hipotesis yang diuji dapat digeneralisasikan atau tidak. Data tentang kinerja tenaga pendidik yang telah diobservasi dengan data kuantitatif, dapat dijelaskan menggunakan teknik statistik yang didasarkan atas gejala pusat (tendency central) dari kelompok seperti: (1) modus, didasarkan atas nilai yang sedang populer (mode), (2) median, didasarkan atas nilai tengah kelompok data yang sudah disusun urutannya, dan (3) mean, didasarkan atas nilai rata-rata kelompok tersebut. Selain itu, juga akan diperoleh data seperti; (1) standar deviasi (SD), (2) skor atau nilai maksimum dan minimum, (3) rentang skor antara skor maksimum dan minimum (range), (4) total skor, dan (5) varians sampel.
10
No.
Nilai
Statistik Variabel Y 123,5225 121,42 126,00 11,4152 130,3065 48 8
1 2 3 4 5 6 7
Rata-rata skor (mean) Nilai Tengah (Median) Nilai yang sering muncul (Modus) Standar deviasi (SD) Varians sampel Rentang kelas Kelas Interval
8
Panjang kelas
6
Variabel X 104,5135 97,9565 102,5909 8,8583 78,4703 40 8 5
9
Nilai minimum
99
84
10
Nilai maximum
146
123
11
Jumlah
13711
11601
Setelah data penelitian diukur dengan tendensi sentral dan tendensi penyebaran, dilanjutkan dengan pengujian persyaratan analisis sebagai syarat yang harus dipenuhi sebelum melakukan pengujian hipotesis. Pengujian persyaratan analisis yaitu menguji normalitas galat taksiran Y atas X dengan menggunakan uji Lilifors (dibantu Tabel Lilifors). Kriteria pengujian adalah harga mutlak terbesar disimbolkan dengan Lh < Ltabel pada taraf signifikansi α = 0,05, artinya H0 diterima dan H1 ditolak, dan disimpulkan bahwa distribusi skor berasal dari sampel yang berdistribusi normal.
Tabel. Uji Normalitas Galat Baku Taksiran Y- Ŷ1 No.
Galat
Lh
Lt (α = 0,05)
Kesimpulan
1.
Y - Ŷ1
0,0453
0,0845
Normal
Syarat normal: Lh < Lt Tabel Lilifors
Selanjutnya, melakukan pengujian homogenitas varians, yang dilakukan dengan uji Barlett menggunakan tabel Chi Kuadrat (χ2). Pengujian homogenitas varians dimaksudkan menguji homogenitas varians antara kelompok-kelompok skor variabel terikat (Y) yang
11
dikelompokkan berdasarkan kesamaan nilai variabel bebas (X). Kriteria yang dipergunakan adalah, jika χ2hitung lebih kecil atau sama dengan χ2tabel pada taraf signifikansi α = 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak, dan dengan demikian dapat disimpulkan bahwa varians kelompok Y atas X adalah homogen.
Tabel . Uji Homogenitas Varian Data Variabel Kinerja Guru (Y) atas Variabel Budaya Organisasi TNI AD (X1) Varian yang
dk
χ 2hitung
χ 2tabel (α = 0,05)
Kesimpulan
diuji
Jumlah sampel
Y atas X1
111
35
36,6441
49,8018
Homogen
No 1
Persyaratan Homogen: χ 2hitung < χ 2tabel Chi Kuadrat
Pengujian hipotesis hubungan antara budaya organisasi TNI AD (x1) dengan kinerja tenaga pendidik (Y) adalah : H0: ρy1 ≤ 0
Tidak terdapat hubungan antara budaya organisasi TNI AD dengan kinerja tenaga pendidik.
H1 : ρy1 > 0
Terdapat hubungan positif antara budaya organisasi TNI AD dengan kinerja tenaga pendidik.
Berdasarkan perhitungan regresi, diperoleh persamaan regresi Ŷ = 38,872 + 0,810 X1 berdasarkan perhitungan berikut:
12
Tabel. Ringkasan Analisis Varians (ANAVA) Uji Signifikansi dan Linearitas Regresi Variabel X1 dengan Y SUMBER VARIASI
dk
JK
RJK
Total
111
1707951
1707951
Koefisien (a)
1
1693617,3 1693617,3
Regresi (b/a)
1
5662,4924 5662,4924
Fhitung
71,179** Sisa
109
8671,2013 79,552305
Tuna Cocok
34
3164,3013 93,067684
Galat
75
5506,9
1.268 ns
Ftabel
Kesimpulan
α=0,05
α=0,01
3,93
6,87
Sangat Signifikan
1,67
2,08
Linear
73,425333
Keterangan dk : Derajat Bebas JK : Jumlah Kuadrat RJK : Rata-rata Jumlah Kuadrat ** : Sangat Signifikan (Fhitung = 71,179 > Ftabel = 6,87) ns : Non Signifikan/Linier (Fhitung = 1,268 < Ftabel = 2,08) (Sugiyono, 2009 : 385 -386) Selanjutnya, untuk menguji korelasi antara budaya organisasi TNI AD (X1) dengan kinerja tenaga pendidik (Y), dilakukan dengan uji korelasi product moment Pearson. Dari hasil pengujian diperoleh korelasi ry1 = 0,6285 yang berarti terdapat hubungan kuat antara variabel budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik. Sedangkan koefisien diterminasi r2y1 = 0,3950 yang berarti faktor budaya organisasi memberikan kontribusi sebesar 39,50% terhadap kinerja tenaga pendidik sedangkan 60,50% kinerja tenaga pendidik dipengaruhi oleh faktor lain. Uji signifikansi koefisien korelasi menunjukkan bahwa t hitung = 8,4368 sedangkan ttabel pada taraf signifikansi 0,05 = 1,658 dan taraf signifikansi 0,01 = 2,358. Hal ini menunjukkan bahwa thitung > ttabel. Syarat signifikan adalah jika thitung > ttabel. Sehingga korelasi antara variabel budaya organisasi (X1) dengan variabel kinerja tenaga pendidik (Y) adalah sangat signifikan (th= 8,4368 > 2,358 = tt( = 0,01)). Dengan demikian, hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya, terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik.
13
Tabel.
Hasil Perhitungan Korelasi dan Uji Signifikansi Korelasi Variabel X1 dengan Y ttabel
Korelasi
X1 dengan Y
ry1
0,6285
ty1
8,4368
Kesimpulan α = 0,05
α = 0,01
1,658
2,358
Signifikan
Syarat Korelasi Signifikan: thitung > ttabel
Berdasarkan hasil perhitungan seperti pada Tabel di atas, diperoleh rhitung = 0,6285 > rtabel = 0,195 dan thitung = 8,4368 > ttabel = 2,358 (Sugiyono, 2009 : 372 - 373). Karena koefisien korelasi antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik lebih besar dari koefisien korelasi pada tabel Product Moment, maka hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik dapat diterima, artinya makin tinggi dan kondusif budaya organisasi TNI AD, maka semakin tinggi pula kinerja tenaga pendidik. Dalam penelitian ini, telah dilakukan pengujian hipotesis. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, diperoleh temuan bahwa variabel bebas yang diteliti ikut menentukan variabel terikat. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa hipotesis yang diajukan sebelumnya dapat diterima. Asumsi-asumsi yang menjadi dasar pengkajian teori ternyata didukung oleh data empiris yang berhasil dijaring dari para responden. Hal ini terlihart dari hasil analisis keseluruhan, bahwa hasil penelitian ini terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dan kinerja tenaga pendidik. Dengan demikian penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Karyata Yeanette Alva, yang berjudul Hubungan antara Budaya Organisasi, Iklim Organisasi, dan Kepuasan Kerja dengan Kinerja Staf Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa, Provinsi Sumetera Utara, dengan hasil: (1) Terdapat hubungan positif dan signifikan antara budaya organisasi dengan kinerja staf Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga yang dinyatakan oleh koefisien korelasi ry1 = 0,781dengan persamaan regresi Ŷ = 28,996 + 0,748 X1. Besarnya kontribusi budaya organisasi staf Dinas Pendidikan Pemuda danOlahraga ditentukan oleh sumbangan relatif 83,76% dan sumbangan efektif 52,94%.
14
Hasil pengujian hipotesis bahwa terdapat hubungan positif antara budaya organisasi dengan kinerja tenaga pendidik. Hal ini ditunjukkan koefisien korelasi ry1 = 0,6285 dengan persamaan regresi Ŷ = 38,872 + 0,810 X₁ serta koefisien determinasi r2y1 = 0,3950, artinya faktor budaya organisasi berperan/memberi kontribusi sebesar 39,50 % terhadap kinerja tenaga pendidik, sedangkan 60,50% kinerja tenaga pendidik dipengaruhi oleh faktor lain. Dari hasil temuan di atas dapat disimpulkan bahwa semakin kondusif budaya organisasi di lingkungan TNI AD berarti makin tinggi pula kinerja tenaga pendidik. Sebaliknya, makin rendah budaya organisasi TNI AD akan mengakibatkan kinerja tenaga pendidik rendah pula. Dalam temuan ini dijumpai hubungan positif antara budaya organisasi TNI AD dengan kinerja tenaga pendidik.
Menurut Abdullah Azis Wahab, peran budaya organisasi, sebagai berikut:
(1) Mendorong dan meningkatkan efektivitas kinerja organisasai, baik jangka pendek atau pun jangka panjang; (2) Sebagai alat untuk menentukan arah organisasi, apa yang boleh dilakukan, dan apa yang tidak boleh dilakukan dalam mengelola sumber daya organisasi; (3) Sebagai alat untuk menghadapi masalah dan peluang dari internal maupun eksternal; (4) Memberikan core organization values bagi perusahaan, tercermin dari nilai-nilai fondamental organisasi, seperti: sensitivitas terhadap kebutuhan pelanggan dan tenaga kerjasama, kebebasan karyawan memberikan ide-ide baru, kemauan menerima risiko yang mungkin terjadi, dan keterbukaan dalam berkomunikasi secara bebas; dan (5) Sebagai dimensi utama tentang pemahaman dan praktik-praktik organisasi. (Abdullah Azis Wahab, 2008 16 ) Budaya organisasi tumbuh dan berkembang dilakukan dengan menanamkan melalui proses pembelajaran dan pengalaman. Nilai-nilai semangat juang, rela berkorban dan pengabdian tanpa pamrih dari para pendahulu kita dalam menegakan NKRI sebagai pembelajaran dan pengalaman yang dapat dipetik oleh insan prajurit TNI AD dan diyakini dapat membentuk sikap dan perilaku baik secara individu maupun kelompok dalam bekerja, bertindak dan berbuat yang terbaik. Berdasarkan uraian di atas maka budaya organisasi TNI AD merupakan salah satu faktor penentu yang cukup dominan bagi setiap tenaga pendidik dalam bekerja, khususnya dalam meningkatkan kinerja tenaga pendidik TNI AD.
15
IV.
Kesimpulan. Bertolak dari hasil penelitian yang diperoleh dengan mengumpulkan dan menganalisis
data menemukan hubungan positif dan sangat signifikan antara budaya organisasi TNI AD dengan kinerja tenaga pendidik. Upaya meningkatkan kinerja tenaga pendidik melalui budaya organisasi TNI AD dengan membangun keyakinan, nilai-nilai dan norma yang berlaku di organisasi TNI seperti yang tercantum dalam sumpah prajurit dan sapta marga sebagai bentuk upaya untuk menanamkan kesadaran kepada tenaga pendidik bahwa dalam melaksanakan tugasnya perlu dilakukan secara serius untuk mendapatkan hasil yang terbaik sebagai bentuk pengabdian terhadap negara dan bangsa. Dengan terbangunnya keyakinan, nilai-nilai dan norma dalam diri setiap tenaga pendidik dapat menimbulkan kebanggaan sebagai prajurit TNI AD sehingga berdampak kepada meningkatnya kinerja karena mereka sadar tentang pentingnya peran mereka dalam menghasilkan output peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai. Meningkatkan kinerja tenaga pendidik melalui budaya organisasi TNI AD dapat dilakukan juga dengan membangun semangat kebersamaan (Jiwa Korsa) dan menciptakan iklim organisasi yang sehat dan kondusif sehingga dapat membentuk sikap tanggung jawab yang akan terlihat dari cara mereka berperilaku sehari-hari dimana mereka akan berusaha menunjukan kinerjanya sebaik mungkin demi tercapainya tujuan organisasi.
16
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah AzisWahab, AnatomiOrganisasidanKepemimpinanPendidikan, Bandung: CVAlfabeta, 2008 Fred Luthans, Organizational Behavior,(New York: McGraw-Hill Internasional,2008) Jack Wood, Joseph Wallace, and Rahid M. Zeffane, Organizational Behavior, (Australia: John Wiley & Sons, 2001) Riduwan, Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009) Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM, (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 2009) Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2009) Syarifudin Tippe, Human Capital Mangement: Model Pengembangan Organisasi Militer Indonesia, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2012) Syarifudin Tippe, Strategi Pengembangan TNI AD 25 Tahun Kedepan: Ditinjau dari Perspektif Pendidikan, Tahun 2007.