NSPK PENATAUSAHAAN BMN
Bagian Umum Direktorat Jenderal PAUDNI
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL
Dalam rangka melaksanakan ketentuan Peraturan Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2012 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan pasal 115 huruf c, Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal menyusun norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang pendidikan anak usia dini, pendidikan nonformal, dan pendidikan informal, serta pasal 115 huruf e, pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal sebagai penguatan sistem manajemen dan dukungan teknis pendidikan anak usia dini, nonformal, dan informal yang meliputi tata kelola dan akuntabilitas.
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) ini dibuat sejalan dengan reformasi dibidang penatausahaan Barang Milik Negara, yaitu dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah, dengan harapan dapat terciptanya sistem penatausahan Barang Milik Negara yang lebih efektif dan efisien.
Salah satu bagian terpenting dari penatausahaan Barang Milik Negara adalah efetifitas dan akuntabilitas dalam penyusunan laporan Barang Milik Negara. Hal-hal yang diatur dalam NSPK ini mencakup proses, tahapan dan keluaran yang dapat digunakan dalam penyusunan laporan Barang Milik Negara. Penyesuaian dan pengembangan lebih lanjut oleh masing-masing satuan kerja dilingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal sangat dimungkinkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing.
Hal lain yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah adalah penghapusan Barang Milik Negara, yang mana disebutkan dalam Bab I pasal 1 angka 14 dan Bab IX pasal 41 sampai dengan pasal 44 bahwa tindakan menghapus Barang Milik Negara/daerah dari daftar barang dengan menerbitkan surat keputusan dari pejabat yang i
berwenang untuk membebaskan Pengguna dan/atau Kuasa Pengguna Barang dan/atau Pengelola Barang dari tanggung jawab administrasi dan fisik atas barang yang ada dalam penguasaannya. Hal itu tentunya mempertimbangkan bahwa penghapusan dilakukan dengan alasan ekonomis karena biaya operasional dan pemeliharaan barang dikeluarkan lebih besar dari pada manfaat yang diperoleh. Hal-hal yang diatur dalam NSPK ini mencakup proses, tahapan dan keluaran yang dapat digunakan dalam proses penghapusan barang milik negara.
Saya berharap seluruh entitas yang terlibat secara langsung atau yang tidak secara langsung dapat menjalankan tugas sesuai dengan aturan dan dapat menaati segala peraturan yang telah disepakati sesuai norma, standar, prosedur dan kriteria yang ditetapkan.
Pada akhirnya Saya selaku Direktur Jenderal mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan pikiran dan tenaga dalam penyusunan Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria Penyusunan Laporan Barang Milik Negara dan Penghapusan Barang Milik Negara ini.
Jakarta, Direktur Jenderal,
Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi. Psikolog NIP 19570322 198211 2 001
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karuniaNya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Penyusunan Norma, Standar, Prosedur Dan Kriteria Penyusunan Laporan Barang Milik Negara dan Penghapusan Barang Milik Negara yang dapat dipertanggungjawabkan validitasnya.
Penyusunan laporan Barang Milik Negara dan penghapusan Barang Milik Negara merupakan salah kegiatan administrasi yang penting dalam pengelolaan Barang Milik Negara, hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah.
Hal-hal yang diatur dalam NSPK ini mencakup proses, tahapan dan keluaran yang dapat digunakan dalam proses penyusunan laporan barang milik negara dan penghapusan barang milik negara dan diharapkan semua pihak yang berkepentingan baik internal dan eksternal dapat mengetahui: 1) ketentuan yang mengatur pelaksanaan penyusunan laporan barang milik negara dan penghapusan barang milik negara; 2) standar yang harus dilakukan dan standar output yang dihasilkan; dan 3) batasan waktu yang harus diselesaikan. Selain dari itu dengan adanya NSPK ini diharapkan menjadi indicator kinerja pengelolaan Barang Milik Negara di lingkungan Ditjen PAUDNI.
iii
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan NSPK ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin
Jakarta, Sekretaris,
Dr. Gutama, NIP 19530818 197903 1 001
iv
DAFTAR ISI
SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL, DAN INFORMAL .... I KATA PENGANTAR ....................................................................................................................... III DAFTAR ISI ................................................................................................................................... V BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................. 1 A. LATAR BELAKANG ...................................................................................................................... 1 B. TUJUAN ................................................................................................................................... 2 C. RUANG LINGKUP ........................................................................................................................ 2 D. DASAR HUKUM ......................................................................................................................... 3 E. PENGERTIAN ............................................................................................................................. 5 BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI ................................................................................................... 12 A. KEBIJAKAN AKUNTANSI BARANG MILIK NEGARA ............................................................................. 12 B. KEBIJAKAN DI BIDANG KAPITALISASI BMN ..................................................................................... 24 C. KEBIJAKAN PENYUSUTAN BARANG MILIK NEGARA ........................................................................... 29 BAB III STRUKTUR, BAGAN ORGANISASI DAN ............................................................................. 32 PELAKSANA TUGAS BARANG MILIK NEGARA ............................................................................... 32 A. UNIT AKUNTANSI KUASA PENGGUNA BARANG (UAKPB): ADALAH UNIT AKUNTANSI BMN PADA TINGKAT SATUAN KERJA, YANG SECARA FUNGSIONAL DILAKUKAN OLEH BAGIAN UMUM DAN SUB BAGIAN TATA USAHA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL. ..................................... 32 B. UNIT AKUNTANSI PEMBANTU PENGGUNA BARANG – ESELON I (UAPPB-E1): ADALAH UNIT AKUNTANSI BMN PADA TINGKAT ESELON I, YANG SECARA FUNGSIONAL DILAKUKAN OLEH UNIT ESELON II YANG MEMBIDANGI KESEKRETARIATAN, UNIT ESELON III DAN UNIT ESELON IV YANG MEMBIDANGI BMN. PENANGGUNG JAWAB UAPPB-E1 ADALAH DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL. ............................. 34 BAB IV TATACARA PEMBUKUAN BARANG MILIK NEGARA ........................................................... 35 A. PENGERTIAN DAN MAKSUD PEMBUKUAN ....................................................................................... 35 B. PELAKSANA PEMBUKUAN ........................................................................................................... 35 C. TUJUAN PEMBUKUAN BMN ....................................................................................................... 35 D. SASARAN PEMBUKUAN BMN ..................................................................................................... 35 E. TATACARA PEMBUKUAN ............................................................................................................ 35 BAB V TATACARA INVENTARISASI BARANG MILIK NEGARA ......................................................... 49 A. PENGERTIAN DAN MAKSUD INVENTARISASI .................................................................................... 49 B. TUJUAN INVENTARISASI BMN .................................................................................................... 49 C. SASARAN INVENTARISASI BMN ................................................................................................... 49 D. KETENTUAN UMUM INVENTARISASI ............................................................................................. 49 E. TATACARA INVENTARISASI PADA TINGKAT UAKPB........................................................................... 50 F. TATACARA INVENTARISASI PADA TINGKAT UAPPB-E1...................................................................... 53 BAB VI TATACARA PELAPORAN BARANG MILIK NEGARA............................................................. 55 A. PENGERTIAN DAN MAKSUD PELAPORAN ........................................................................................ 55 B. PELAKSANAAN PELAPORAN ........................................................................................................ 55 C. TUJUAN PELAPORAN ................................................................................................................. 55 D. SASARAN PELAPORAN BMN ...................................................................................................... 55 E. BATASAN PENYAJIAN UNTUK PELAPORAN BMN .............................................................................. 55 F. TATACARA PELAPORAN BARANG MILIK NEGARA.............................................................................. 56
v
BAB VII PELAKSANAAN PEMUTAKHIRAN DAN REKONSILIASI DATA BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYUSUNAN LAPORAN BARANG MILIK NEGARA DAN LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL ...................................... 63 A. LATAR BELAKANG .................................................................................................................... 63 B. RUANG LINGKUP...................................................................................................................... 64 C. KEBIJAKAN REKONSILIASI ........................................................................................................... 64 D. BAGAN ALUR REKONSILIASI ........................................................................................................ 65 E. JADWAL REKONSILIASI ............................................................................................................... 65 F. REKONSILIASI INTERNAL PADA TINGKAT SATUAN KERJA ..................................................................... 65 G. REKONSILIASI INTERNAL PADA TINGKAT ESELON I ............................................................................ 72 BAB VIII PENUTUP...................................................................................................................... 75
vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan dari ketentuan Pasal 42 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan untuk menjamin terlaksananya tertib administrasi dan tertib Penatausahaan barang milik negara/daerah, maka telah diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 6 Tahun 2006 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008.
Peraturan tersebut pada dasarnya merupakan penyatuan peraturan-peraturan mengenai Pengelola Barang Milik Negara (BMN) yang telah ada sebelumnya. mengatur hal-hal yang belum tertampung dalam peraturan-peraturan yang ada sebelumnya, dan memberikan landasan hukum yang lebih kuat dalam mewujudkan agar tertib administrasi dan tertib pengelolaan BMN/D. dimaksud dapat diwujudkan. Oleh karena itu, dengan adanya PP Nomor 6 Tahun 2006 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008 diharapkan Pengelolaan dan pengadministrasian BMN/D semakin tertib, baik dalam hal pengadministrasiannya maupun pengelolaannya, sehingga dimasa mendatang dapat lebih efektif dan efisien.
Adapun pengertian Barang Milik Negara/Daerah (BMN/D) sesuai dengan pasal 1 angka 10 dan 11 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN/D atau berasal dari perolehan lain yang sah. Selanjutnya, dalam pasal 2 ayat (2) PP Nomor 6 Tahun 2006, dari pengertian BMN/D yang berasal dari perolehan lain yang sah dimaksud dirinci dalam 4 bagian, yaitu: a.
Barang yang diperoleh dari hibah/sumbangan/sejenisnya,
b.
Diperoleh sebagai pelaksanaan perjanjian/ kontrak,
c.
Diperoleh berdasarkan ketentuan undang-undang, dan
d.
Diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap. 1
Dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 diatur pejabat yang melakukan pengelolaan barang milik negara/daerah termasuk kewenangannya. Untuk pengelolaan BMN, Menteri Keuangan adalah Pengelola Barang, Menteri/pimpinan lembaga adalah Pengguna Barang, dan Kepala Kantor Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Barang. Ruang lingkup penatausahaan BMN/D dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 adalah meliputi semua aktivitas yang berkaitan dengan BMN/D terdiri dari : perencanaan kebutuhan dan penganggaran, pengadaan, penggunaan, pemanfaatan (meliputi sewa, pinjam pakai, kerjasama pemanfaatan, dan bangun guna serah/bangun serah guna), pengamanan (meliputi administrasi, fisik dan hukum) dan pemeliharaan, penilaian, penghapusan, pemindahtanganan (meliputi penjualan, tukar menukar, hibah, dan Penyertaan Modal Pemerintah), Penatausahaan (meliputi pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan), pembinaan, pengawasan dan pengendalian.
Menindaklanjuti ketentuan dalam PP Nomor 6 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008, telah diterbitkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara. dimaksud dan dalam upaya mewujudkan tertib administrasi dan mendukung terwujudnya tertib Penatausahaan BMN, namun demikian masih perlu dibuat suatu pedoman Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang mengatur lebih teknis tentang prosedur/tatacara penatausahaan Barang Milik Negara.
B. Tujuan Prosedur/tatacara Pelaporan Penatausahaan BMN ini bertujuan untuk memberikan petunjuk umum bagi petugas pengelolaan SIMAK-BMN yang berada di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi dan mendukung terwujudnya tertib pengelolaan BMN Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal baik pada tingkat Satuan Kerja maupun Eselon-I.
C. Ruang Lingkup Prosedur Operasi Standar Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria ini berlaku untuk seluruh pelaksana penatausahaan BMN di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2
D. Dasar Hukum 1.
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
2.
Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
3.
Undang-Undang Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara;
4.
Peraturan Pemerintah Nomor 6 tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2008;
5.
Peraturan Pemerintah Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
6.
Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;
7.
Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan;
8.
Keputusan Presiden Nomor 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
9.
Peraturan Presiden Nomor : 70 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah;
10. Keputusan Menteri Keuangan nomor 01/KM.12/2001 tentang Pedoman Kapitalisasi Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah; 11. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 21 tahun 2007 tentang Unit Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional; 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 91/PMK.06/2007 tentang Bagan Akun Standar; 13. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, Penghapusan, dan pemindahtanganan BMN; 14. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007, tentang Penatausahaan BMN; 15. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah; 16. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 02/PMK.06/2008 tentang Penilaian Barang Milik Negara; 17. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2008 tentang Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional; 3
18. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 38 tahun 2008 tentang Pengelolaan Teknologi Informasi dan Komunikasi di Lingkungan Departemen Pendidikan Nasional; 19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan & Kodefikasi BMN; 20. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 248/PMK.07/2010 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan; 21. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 244/PMK.06/2012 Tentang Tatacara Pelaksanaan, Pengawasan dan Pengendalian Barang Milik Negara; 22. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 251/M/2012 tentang Unit Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Di Lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan; 23. Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 1/PMK.06/2013 Tentang penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat; 24. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 4/KMK.06/2013 Tentang Perubahan Atas Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 53/KMK.06/2012 Tentang Penerapan Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat; 25. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 59/KMK.06/2013 Tentang Tabel Masa Manfaat Dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat; 26. Keputusan Menteri Keuangan Nomor : 94/KMK.06/2013 Tentang Modul Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap Pada Entitas Pemerintah Pusat; 27. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-64/PB/2012 tentang Pelaksanaan Penyusunan Laporan Keuangan Kementerian Negara/Lembaga; 28. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-38/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan; 29. Peraturan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Nomor PER-40/PB/2006 tentang Pedoman Akuntansi Persediaan. 30. Peraturan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Nomor : PER-07/KN/2009 tentang Tata Cara Rekonsiliasi Data Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Barang Milik Negara dan Laporan Keuangan Pemerintah Pusat;
4
E. Pengertian Dalam Prosedur Operasi Standar Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) ini yang dimaksud dengan: 1.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, yang selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR.
2.
Arsip Data Komputer, yang selanjutnya disingkat ADK, adalah data transaksi, data buku besar, dan/atau data lainnya berupa data elektronik yang dihasilkan dari aplikasi SAI Departemen Keuangan.
3.
Bagan Akun Standar, yang selanjutnya disingkat BAS, adalah daftar perkiraan buku besar yang ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan dan pelaksanaan anggaran, serta pembukuan dan pelaporan keuangan pemerintah.
4.
Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat BMN, adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
5.
Catatan Ringkas Barang Milik Negara yang selanjutnya disingkat CRBMN, adalah laporan ringkas yang menyajikan informasi tentang penjelasan atas nilai suatu akun yang disajikan dalam Neraca Barang Milik negara dan penjelasan lain yang berkaitan dengan status Barang Milik Negara dalam rangka pengungkapan yang memadai.
6.
Catatan atas Laporan Keuangan yang selanjutnya disingkat CaLK, adalah laporan yang menyajikan informasi tentang penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos yang disajikan dalam LRA, Neraca, dan LAK dalam rangka pengungkapan yang memadai.
7.
Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut DIPA, adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dibuat oleh Menteri/Pimpinan Lembaga serta disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan berfungsi sebagai dokumen pelaksanaan pembiayaan kegiatan serta dokumen pendukung kegiatan akuntansi pemerintah.
8.
Dokumen pelaksanaan anggaran lainnya adalah suatu dokumen pelaksanaan anggaran yang dipersamakan dengan DIPA dan disahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan sebagai Bendahara Umum Negara.
9.
Dokumen Sumber, yang selanjutnya disingkat DS, adalah dokumen yang berhubungan dengan transaksi keuangan yang digunakan sebagai sumber atau bukti untuk menghasilkan data akuntansi. 5
10. Entitas Akuntansi adalah unit pemerintahan Pengguna Anggaran/ Pengguna Barang dan oleh karenanya wajib menyelenggarakan
akuntansi dan menyusun laporan
keuangan untuk digabungkan pada entitas pelaporan. 11. Entitas Pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi
yang
menurut
ketentuan
peraturan
perundang-undangan
wajib
menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan. 12. Hasil (outcome) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-kegiatan dalam satu program. 13. Hibah Luar Negeri adalah penerimaan negara baik dalam bentuk Devisa dan/atau Devisa yang dirupiahkan, rupiah, maupun dalam bentuk barang dan/atau jasa termasuk tenaga ahli dan pelatihan yang berasal dari pemerintah negara asing, badan/lembaga asing, badan/lembaga internasional, Pemerintah, badan/lembaga dalam negeri atau perorangan, yang tidak perlu dibayar kembali. 14. Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang yang selanjutnya disebut KPKNL adalah instansi vertikal di Direktorat Jenderal Kekayaan Negara yang berada lansung dibawah Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Kekayaan Negara DKI Jakarta. 15. Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Khusus yang selanjutnya disebut KPPN khusus adalah instansi vertikal di Direktorat Jenderal Perbendaharaan yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kantor Wilayah Direktorat Perbendahraan yang tugas pokoknya adalah memproses pembayaran yang menggunakan dana pinjaman dan atau Hibah Luar Negeri khususnya dalam bentuk valuta asing (Valas). 16. Kas Negara adalah tempat penyimpanan uang negara yang ditentukan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara untuk menampung seluruh penerimaan negara dan membayar seluruh pengeluaran negara. 17. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah Kepala Kantor Satuan Kerja yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan selaku Pengguna Anggaran. 18. Laporan Arus Kas, yang selanjutnya disingkat LAK, adalah laporan yang menyajikan informasi arus masuk dan keluar kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktifitas operasi, investasi aset non-keuangan, pembiayaan, dan non-anggaran.
6
19. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban satker atas pelaksanaan APBN berupa Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan. Prosedur Pelaporan Keuangan ini merupakan muara dari proses perencanaan dan pelaksanaan anggaran dalam siklus anggaran. Laporan Keuangan ini disusun dengan berpedoman pada Sistem Akuntansi Instansi. 20. Pembukuan BMN adalah kegiatan pendaftaran pencatatan BMN kedalam daftar barang yang ada pada pengguna barang dan pengelola barang; 21. Inventarisasi BMN adalah kegiatan melakukan pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan BMN; 22. Pelaporan BMN adalah kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit pelaksana penatausahaan BMN para pengguna barang dan pengelola barang; 23. Laporan Realisasi Anggaran, yang selanjutnya disingkat LRA, adalah laporan yang menyajikan informasi realisasi pendapatan, belanja, transfer, surplus/ defisit dan pembiayaan, sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran
yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode. 24. Menteri
adalah
Menteri
Pendidikan
dan
Kebudayaan
selaku
Pengguna
Anggaran/Barang. 25. Menteri Keuangan adalah menteri yang bertanggung jawab di bidang keuangan negara. 26. Neraca adalah laporan yang menyajikan informasi posisi keuangan pemerintah yaitu aset, utang, dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. 27. Pejabat Pembuat Komitmen yang selanjutnya disebut PPK, adalah seseorang yang ditunjuk untuk atas nama kuasa pengguna anggaran/pengguna barang, dalam pengelolaan Administrasi keuangan dan barang, atau yang bertindak untuk pengadaan Barang dan jasa kantor/Satkernya sehingga menyebabkan anggaran keluar dari kasnya. 28. Pejabat Perbendaharaan, adalah seseorang PNS yang diangkat oleh Menteri setiap tahun anggaran untuk mengelola anggaran APBN kantor/satuan kerja di lingkungan Kemdikbud termasuk kantor/satker yang mengelola dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan, yang terdiri dari Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penerbit SPM, dan Bendahara Pengeluaran / Penerimaan.
7
29. Pembayaran Langsung adalah pelaksanaan pembayaran yang dilakukan oleh PA/KPA kepada pihak yang berhak/rekanan melalui penerbitan SPM/SP2D-LS atas nama pihak yang berhak/rekanan. 30. Pembukuan Anggaran adalah Kegiatan pencatatan dokumen sumber dengan menggunakan aplikasi Sistem Akuntansi Instansi (SAI) pada unit akuntansi kantor/satuan kerja. 31. Penandatangan Surat Perintah Membayar, adalah seseorang yang diangkat oleh Menteri untuk atas nama KPA, untuk melakukan pengujian SPP dan penandatanganan SPM yang menyebabkan pengeluaran anggaran. 32. Pencetakan laporan keuangan adalah kegiatan untuk menghasilkan informasi keuangan untuk kepentingan pertanggungjawaban maupun manajerial dalam rangka pengambilan keputusan. 33. Pengguna Anggaran adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan anggaran Kementerian Negara/Lembaga/Satuan Kerja Perangkat Daerah. 34. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD. 35. Perekaman dokumen sumber adalah kegiatan memindahkan data-data dalam lembaran kertas menjadi data-data elektronik. 36. Perubahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran yang selanjutnya disebut Revisi DIPA adalah perubahan dan/atau pergeseran rincian anggaran dalam DIPA. 37. Perubahan Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat selanjutnya disebut Revisi Rincian ABPP adalah perubahan/pergeseran rincian anggaran menurut alokasi Satuan Anggaran Per Satuan Kerja (SAPSK) sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden tentang Rincian Anggaran Belanja Pemerintah Pusat. 38. Pihak lain adalah instansi/unit organisasi di luar Kementerian Negara/ Lembaga dan berbadan hukum yang menggunakan anggaran yang bersumber dari APBN, dan karenanya wajib menyelenggarakan SAI sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 39. Proses pengiriman data adalah kegiatan pengiriman data elektronik laporan keuangan (ADK) ke jenjang unit akuntansi di atasnya. 40. Rekonsiliasi adalah proses pencocokan data transaksi keuangan yang diproses dengan beberapa sistem/sub-sistem yang berbeda berdasarkan dokumen sumber yang sama.
8
41. Rencana Kerja Anggaran Kementerian/Lembaga yang selanjutnya disebut RKA-KL adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program, kegiatan, sasaran, dan anggaran yang merupakan penjabaran dari rencana kerja pemerintah dan rencana strategis Kemdikbud dalam satu tahun anggaran. 42. Satuan Kerja adalah Kuasa Pengguna Anggaran/Pengguna Barang yang merupakan bagian dari suatu unit organisasi pada Kementerian Negara/Lembaga yang melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu program. 43. Sistem Akuntansi Instansi, yang selanjutnya disingkat SAI, adalah serangkaian prosedur manual maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan pada Kementerian Negara/ Lembaga. 44. Sistem Informasi Manajemen dan Akuntansi Barang Milik Negara, yang selanjutnya disingkat SIMAK-BMN, adalah subsistem dari SAI yang merupakan serangkaian prosedur yang saling berhubungan untuk mengolah dokumen sumber dalam rangka menghasilkan informasi untuk penyusunan neraca dan laporan BMN serta laporan manajerial lainnya sesuai ketentuan yang berlaku. 45. Sistem Pengendalian Internal adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dalam sebuah organisasi untuk memberikan keyakinan yang memadai dalam pencapaian efektivitas, efisiensi, ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku, untuk keandalan penyajian laporan keuangan pemerintah. 46. Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. 47. Surat Perintah Membayar yang selanjutnya disebut SPM, adalah dokumen yang diterbitkan oleh PA/KPA atau Pejabat Pendatangan SPM untuk mencairkan dana yang bersumber dari DIPA atau dokumen lain yang dipersamakan. 48. Surat Perintah Pembukuan/Pengesahan yang selanjutnya disebut SP3 adalah Surat Perintah yang diterbitkan oleh KPPN Khusus selaku kuasa Bendahara Umum Negara (yang fungsinya dipersamakan dengan SPM/SP2D) kepada BI dan Satker untuk dibukukan/disahkan sebagai penerimaan dan pengeluaran dalam APBN atas realisasi penarikan Pinjaman/Hibah Luar Negeri (PHLN) melalui tata cara pembayaran langsung dan Letter of Credit.
9
49. Surat Perintah Pencairan Dana yang selanjutnya disebut SP2D, adalah surat perintah yang diterbitkan oleh KPPN selaku Kuasa Bendahara umum Negara untuk pelaksanaan pengeluaran atas beban DIPA berdasarkan SPM. 50. Transfer lainnya adalah pengeluaran yang berasal dari anggaran perhitungan dan pembiayaan atas belanja bantuan sosial yang dilakukan oleh Kementerian Negara/Lembaga. 51. Uang Persediaan adalah sejumlah uang yang disediakan untuk satuan kerja dalam melaksanakan kegiatan operasional sehari hari; 52. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat UAKPB, adalah UAI yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan barang tingkat satuan kerja Direktorat Jenderal. 53. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disingkat UAKPA, adalah UAI yang melakukan kegiatan akuntansi dan pelaporan Keuangan tingkat satuan kerja Direktorat Jenderal. 54. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon I, yang selanjutnya disingkat UAPPB-E1, adalah UAI yang melakukan kegiatan laporan barang dengan menerima laporan barang dari UAKPB. 55. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon I, yang selanjutnya disingkat UAPPA-E1, adalah UAI yang melakukan kegiatan laporan keuangan dengan menerima laporan keuangan dari UAKPA. 56. Unit Akuntansi Pengguna Barang, yang selanjutnya disingkat UAPB, adalah UAI pada tingkat Kementerian Pendidikan Nasional yang melakukan kegiatan penggabungan laporan, baik barang seluruh UAPPB-E1 yang berada di bawahnya. 57. Unit Akuntansi Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disingkat UAPA, adalah UAI pada tingkat Kementerian Pendidikan Nasional yang melakukan kegiatan penggabungan laporan keuangan seluruh UAPPA-E1 yang berada di bawahnya. 58. Verifikator adalah pegawai yang bertanggung jawab untuk memeriksa dokumen sumber atau data transaksi sebelum dan setelah direkam oleh operator kedalam sistem aplikasi SIMAK BMN; 59. Validator adalah pegawai yang bertanggung jawab untuk memberikan otorisasi kepada operator untuk merekam data transaksi kedalam aplikasi SIMAK BMN; 60. Operator adalah pegawai yang bertanggung jawab untuk merekam data transaksi kedalam aplikasi SIMAK BMN; 10
61. Verifikasi dokumen sumber adalah kegiatan untuk memastikan hanya dokumen sumber yang sah, lengkap dan benar yang direkam dalam aplikasi SAI; 62. Verifikasi laporan keuangan adalah kegiatan untuk memastikan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan berasal dari perekaman dokumen sumber yang sah, lengkap dan benar; 63. Verifikasi Register Transaksi Harian (RTH), adalah kegiatan untuk memastikan data yang direkam telah sesuai dengan dokumen sumbernya;
11
BAB II KEBIJAKAN AKUNTANSI
A. Kebijakan Akuntansi Barang Milik Negara Barang adalah bagian dari kekayaan negara yang merupakan satuan tertentu yang dapat dinilai/dihitung/diukur/ditimbang dan dinilai tidak termasuk uang dan surat berharga. Menurut Undang-undang nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Barang Milik Negara (BMN) adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah. BMN memiliki jenis dan variasi yang sangat beragam, baik dalam hal tujuan perolehannya maupun masa manfaat yang diharapkan. Oleh karena itu, dalam perlakuan akuntansinya ada BMN yang dikategorikan sebagai aset lancar, aset tetap dan aset lainnya. Pengkategorian BMN ini dilakukan dalam menyajikan nilai BMN dalam neraca pada Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) 1. Aset Tetap a.
Tanah Tanah yang dikelompokkan sebagai aset tetap ialah tanah yang diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Tanah yang dimiliki atau dikuasai oleh instansi pemerintah di luar negeri, misalnya tanah yang digunakan Perwakilan Republik Indonesia di luar negeri, hanya diakui bila kepemilikan tersebut berdasarkan isi perjanjian penguasaan dan hukum serta perundang-undangan yang berlaku di negara tempat Perwakilan Republik Indonesia berada bersifat permanen. 1) Pengakuan Kepemilikan atas Tanah ditunjukkan dengan adanya bukti bahwa telah terjadi perpindahan hak kepemilikan dan/atau penguasaan secara hukum seperti sertifikat tanah. Apabila perolehan tanah belum didukung dengan bukti secara hukum maka tanah tersebut harus diakui pada saat terdapat Sebagai bukti bahwa penguasaannya telah berpindah, misalnya telah terjadi pembayaran dan penguasaan atas sertifikat tanah atas nama pemilik sebelumnya. 2) Pengukuran Tanah dinilai dengan biaya perolehan. Biaya perolehan mencakup harga pembelian atau biaya pembebasan tanah, biaya yang dikeluarkan dalam rangka 12
memperoleh hak, biaya pematangan, pengukuran, penimbunan, dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai tanah tersebut siap pakai. Nilai tanah juga meliputi nilai bangunan tua yang terletak pada tanah yang dibeli tersebut. jika bangunan tua tersebut dimaksudkan untuk dimusnahkan. Apabila penilaian tanah dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan, maka nilai tanah didasarkan pada nilai wajar/ taksiran pada saat perolehan. 3) Pengungkapan Tanah disajikan sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) harus diungkapkan pula: a) Dasar penilaian yang digunakan b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode menurut jenis tanah yang menunjukkan:
b.
-
Penambahan;
-
Pelepasan;
-
Mutasi Tanah lainnya.
Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan mencakup seluruh gedung dan bangunan yang dibeli atau dibangun dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. Termasuk dalam kategori Gedung dan Bangunan adalah BMN yang berupa Bangunan Gedung, Monumen, Bangunan Menara, Rambu rambu, serta Tugu Titik Kontrol. 1) Pengakuan Gedung dan Bangunan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Gedung dan Bangunan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Gedung dan Bangunan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Gedung dan Bangunan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Gedung dan Bangunan tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Gedung dan Bangunan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan 13
efisiensi dan penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan adalah penurunan nilai Gedung dan Bangunan dikarenakan berkurangnya kuantitas asset tersebut. 2) Pengukuran Gedung dan Bangunan dinilai dengan biaya perolehan. Apabila penilaian Gedung dan Bangunan dengan menggunakan biaya perolehan tidak memungkinkan maka nilai aset tetap didasarkan pada nilai wajar/taksiran pada saat perolehan. Biaya perolehan Gedung dan Bangunan yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan aset tetap tersebut. Jika Gedung dan Bangunan diperoleh melalui kontrak, biaya perolehan meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perijinan, serta jasa konsultan. 3) Pengungkapan Gedung dan Bangunan disajikan sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula: a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: -
Penambahan;
-
Pengembangan; dan
-
Penghapusan;
c) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Gedung dan Bangunan;
c.
Peralatan dan Mesin Peralatan dan mesin mencakup mesin-mesin dan kendaraan bermotor, alat elektronik, dan seluruh inventaris kantor yang nilainya signifikan dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai. Wujud fisik Peralatan dan Mesin bisa meliputi: Alat Besar, Alat Angkutan, Alat Bengkel dan Alat Ukur, Alat Pertanian, Alat Kantor dan Rumah Tangga, Alat Studio, Komunikasi dan Pemancar, Alat Kedokteran dan Kesehatan, Alat Laboratorium, Alat Persenjataan, Komputer, Alat Eksplorasi, Alat Pemboran, Alat Produksi, 14
Pengolahan dan Pemurnian, Alat Bantu Eksplorasi, Alat Keselamatan Kerja, Alat Peraga, serta Unit Proses/Produksi. 1) Pengakuan Peralatan dan Mesin yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Peralatan dan Mesin yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Peralatan dan Mesin tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Peralatan dan Mesin ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Peralatan dan Mesin tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Peralatan dan Mesin karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensi dan penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan adalah penurunan nilai Peralatan dan Mesin dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut. 2) Pengukuran Biaya perolehan peralatan dan mesin menggambarkan jumlah pengeluaran yang telah dilakukan untuk memperoleh peralatan dan mesin tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan atas Peralatan dan Mesin yang berasal dari pembelian meliputi harga pembelian, biaya pengangkutan, biaya instalasi, serta biaya langsung lainnya untuk memperoleh dan mempersiapkan sampai peralatan dan mesin tersebut siap digunakan. Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang diperoleh melalui kontrak meliputi nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan dan jasa konsultan. Biaya perolehan Peralatan dan Mesin yang dibangun dengan cara swakelola meliputi biaya langsung untuk tenaga kerja, bahan baku, dan biaya tidak langsung termasuk biaya perencanaan dan pengawasan, perlengkapan, tenaga listrik, sewa peralatan, dan semua biaya lainnya yang terjadi berkenaan dengan pembangunan Peralatan dan Mesin tersebut. 15
3) Pengungkapan Peralatan dan Mesin disajikan sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula: a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: - Penambahan; - Pengembangan; dan - Penghapusan; c) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Peralatan dan Mesin. d.
Jalan, Irigasi dan Jaringan Jalan, irigasi, dan jaringan mencakup jalan, irigasi, dan jaringan yang dibangun oleh pemerintah serta dikuasai oleh pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Jalan dan Jembatan, Bangunan Air, Instalasi, dan Jaringan. 1) Pengakuan Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Jalan, Irigasi dan Jaringan yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Jalan, Irigasi dan Jaringan ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan, pengembangan, dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan yang disebabkan pengadaan baru, diperluas atau diperbesar. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Jalan, Irigasi dan Jaringan tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Jalan, Irigasi dan Jaringan karena peningkatan manfaat yang berakibat pada: durasi masa manfaat, peningkatan efisiensiensi, dan penurunan biaya pengoperasian. Pengurangan adalah penurunan nilai Jalan, Irigasi, dan Jaringan dikarenakan berkurangnya kuantitas asset tersebut. 2) Pengukuran 16
Biaya perolehan jalan, irigasi, dan jaringan menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh jalan, irigasi, dan jaringan sampai siap pakai. Biaya ini meliputi biaya perolehan atau biaya konstruksi dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan sampai jalan, irigasi dan jaringan tersebut siap pakai. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui kontrak meliputi biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan, dan pembongkaran bangunan lama. Biaya perolehan untuk jalan, irigasi dan jaringan yang dibangun secara swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari meliputi biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama. 3) Pengungkapan Jalan, Irigasi dan Jaringan disajikan sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula: a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai. b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan: -
Penambahan;
-
Pengembangan; dan
-
Penghapusan;
c) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Jalan, Irigasi dan Jaringan. e.
Aset Dalam Renovasi Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau kemungkinan besar memberi manfaat ekonomik dimasa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi atau peningkatan standar kinerja, harus ditempatkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.
17
f.
Aset Tetap Lainnya Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok Tanah; Peralatan dan Mesin; Gedung dan Bangunan; Jalan, Irigasi dan Jaringan, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap dipakai. BMN yang termasuk dalam kategori aset ini adalah Koleksi Perpustakaan/Buku, Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/Olah Raga, Hewan, Ikan dan Tanaman. 1) Pengakuan Aset Tetap Lainnya yang diperoleh bukan dari donasi diakui pada periode akuntansi ketika aset tersebut siap digunakan berdasarkan jumlah belanja modal yang diakui untuk aset tersebut. Aset Tetap Lainnya yang diperoleh dari donasi diakui pada saat Aset Tetap Lainnya tersebut diterima dan hak kepemilikannya berpindah. Pengakuan atas Aset Tetap Lainnya ditentukan jenis transaksinya meliputi: penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset Tetap Lainnya yang disebabkan pengadaan baru. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Aset Tetap Lainnya tersebut. Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tetap Lainnya dikarenakan berkurangnya kuantitas asset tersebut 2) Pengukuran Biaya perolehan aset tetap lainnya menggambarkan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh aset tersebut sampai siap pakai. Biaya perolehan aset tetap lainnya yang diperoleh melalui kontrak meliputi pengeluaran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, serta biaya perizinan. Biaya perolehan asset tetap lainnya yang diadakan melalui swakelola meliputi biaya langsung dan tidak langsung, yang terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.
18
3) Pengungkapan Aset Tetap Lainnya disajikan sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula: a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai; b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan
Penambahan
dan
Penurunan
(misalnya
terdapat
Penghapusan BMN dan sebagainya); c) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tetap Lainnya.
2.
Konstruksi Dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan pada tanggal laporan keuangan. Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. 1) Pengakuan Konstruksi Dalam Pengerjaan merupakan aset yang dimaksudkan untuk digunakan dalam operasional pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat dalam jangka panjang dan oleh karenanya diklasifikasikan dalam aset tetap. Suatu aset berwujud harus diakui sebagai Konstruksi Dalam Pengerjaan jika biaya perolehan tersebut dapat diukur secara andal dan masih dalam proses pengerjaan. Konstruksi Dalam Pengerjaan dipindahkan ke aset tetap yang bersangkutan setelah pekerjaan konstruksi tersebut dinyatakan selesai dan siap digunakan sesuai dengan tujuan perolehannya.
19
2) Pengukuran Konstruksi Dalam Pengerjaan dicatat sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan secara swakelola meliputi: a) Biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi
yang
mencakup biaya pekerja lapangan termasuk penyelia; biaya bahan; pemindahan sarana, peralatan dan bahan-bahan dari dan ke lokasi konstruksi; penyewaan sarana dan peralatan; serta biaya rancangan dan bantuan teknis yang berhubungan langsung dengan kegiatan konstruksi. b) Biaya yang dapat diatribusikan pada kegiatan pada umumnya dan dapat dialokasikan ke konstruksi tersebut mencakup biaya asuransi; Biaya rancangan dan bantuan teknis yang tidak secara langsung berhubungan dengan konstruksi tertentu; dan biayabiaya lain yang dapat diidentifikasikan untuk kegiatan konstruksi yang bersangkutan seperti biaya inspeksi. Biaya perolehan konstruksi yang dikerjakan kontrak konstruksi meliputi: a) Termin yang telah dibayarkan kepada kontraktor sehubungan dengan tingkat penyelesaian pekerjaan. b) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi. c) Pembayaran klaim kepada kontraktor atau pihak ketiga sehubungan dengan pelaksanaan kontrak konstruksi. 3) Pengungkapan Konstruksi Dalam Pengerjaan disajikan sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula: a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian dan jangka waktu penyelesaiannya; b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pembiayaanya; c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan; d) Uang muka kerja yang diberikan; e) Retensi.
20
3.
Aset Tak Berwujud Aset tak berwujud adalah aset nonkeuangan yang dapat diidentifikasikan dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan barang atau jasa atau digunakan untuk tujuannya lainnya termasuk hak atas kekayaan intelektual. Aset tak berwujud meliputi software komputer, lisensi dan franchise, hak cipta (copyright), paten, dan hak lainnya, dan hasil kajian/penelitian yang memberikan manfaat jangka panjang. 1) Pengakuan Pengakuan atas Aset Tak Berwujud ditentukan jenis transaksinya meliputi penambahan, pengembangan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset Tak Berwujud yang disebabkan pengadaan baru. Biaya penambahan dikapitalisasi dan ditambahkan pada harga perolehan Aset Tak berwujud tersebut. Pengembangan adalah peningkatan nilai Aset Tak Berwujud karena peningkatan manfaat ekonomis dan/atau sosial. Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Tak Berwujud dikarenakan berkurangnya kuantitas aset tersebut. Untuk hasil kajian yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak memberikan manfaat ekonomis dan/atau sosial maka tidak dapat dikapitalisasi sebagai aset tak berwujud. 2) Pengukuran Aset tak berwujud dinilai sebesar pengeluaran yang terjadi dengan SPM belanja modal non fisik yang melekat pada aset tersebut setelah dikurangi dengan biayabiaya lain yang tidak dapat dikapitalisir. 3) Pengungkapan Aset tak berwujud disajikan sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula: a) Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai; b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan Penambahan, Pengembangan dan Pengurangan; c) Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tak berwujud.
21
4.
Aset lain-lain Aset lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya/ aset tetap yang dihentikan dari penggunaannya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam aset tak berwujud, tagihan penjualan angsuran, tuntutan perbendaharaan, tuntutan ganti rugi dan kemitraan dengan pihak ketiga. Aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif pemerintah tidak memenuhi definisi aset tetap dan harus dipindahkan ke pos aset lain-lain. 1)
Pengakuan Aset tetap diakui sebagai aset lain-lain pada saat dinilai kondisi aset tetap tersebut adalah rusak berat, tetapi belum ada Surat Keputusan Penghapusan. Pengakuan atas Aset Lain-lain ditentukan jenis transaksinya meliputi penambahan dan pengurangan. Penambahan adalah peningkatan nilai Aset Lain-lain yang disebabkan perpindahan dari pos aset tetap. Pengurangan adalah penurunan nilai Aset Lain-lain dikarenakan telah dikeluarkannya Surat Keputusan Penghapusan dan harus dieliminasi dari Neraca.
2)
Pengukuran Aset lain-lain dinilai sebesar biaya perolehannya atau nilai yang tercatat sebelumnya pada pos aset tetap.
3)
Pengungkapan Aset lain-lain disajikan Neraca sebesar nilai moneternya. Selain itu di dalam Catatan Ringkas Barang (CRB) diungkapkan pula: a)
Dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan nilai;
b) Rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan Penambahan, Pengembangan dan Pengurangan; c)
Kebijakan akuntansi untuk kapitalisasi yang berkaitan dengan Aset Tak berwujud.
22
5.
Perolehan Secara Gabungan Biaya perolehan dari masing-masing aset tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan
dengan
mengalokasikan
harga
gabungan
tersebut
berdasarkan
perbandingan nilai wajar masing-masing aset yang bersangkutan. 6.
Aset Bersejarah (Heritage Assets) Aset bersejarah (heritage assets) tidak disajikan di neraca namun aset tersebut harus diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Beberapa aset tetap dijelaskan sebagai aset bersejarah dikarenakan kepentingan budaya, lingkungan, dan sejarah. Contoh dari aset bersejarah adalah bangunan bersejarah, monumen, tempat-tempat purbakala (archaeological sites) seperti candi, dan karya seni (works of art). Karakteristik-karakteristik di bawah ini sering dianggap sebagai ciri khas dari suatu aset bersejarah. a.
Nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar;
b.
Peraturan dan hukum yang berlaku melarang atau membatasi secara ketat pelepasannya untuk dijual:
c.
Tidak mudah untuk diganti dan nilainya akan terus meningkat selama waktu berjalan walaupun kondisi fisiknya semakin menurun;
d.
Sulit untuk mengestimasikan masa manfaatnya. Untuk beberapa kasus dapat mencapai ratusan tahun.
Aset bersejarah biasanya diharapkan untuk dipertahankan dalam waktu yang tak terbatas. Aset bersejarah dibuktikan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pemerintah mungkin mempunyai banyak aset bersejarah yang diperoleh selama bertahun-tahun dan dengan cara perolehan beragam termasuk pembelian, donasi, warisan, rampasan, ataupun sitaan. Aset bersejarah dicatat dalam kuantitasnya tanpa nilai, misalnya jumlah unit koleksi yang dimiliki atau jumlah unit monumen. Biaya untuk perolehan, konstruksi, peningkatan, rekonstruksi harus dibebankan sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan.
23
Beberapa aset bersejarah juga memberikan potensi manfaat lainnya kepada pemerintah selain nilai sejarahnya, sebagai contoh bangunan bersejarah digunakan untuk ruang perkantoran. Untuk kasus tersebut, aset ini akan diterapkan prinsip-prinsip yang sama seperti aset tetap lainnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai akuntansi BMN disesuaikan dengan ketentuan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Buletin Teknis Standar Akuntansi Pemerintahan yang disusun dan ditetapkan oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP).
B. Kebijakan di Bidang Kapitalisasi BMN 1.
2.
Tujuan: a.
Sebagai landasan hukum dalam Penatausahaan BMN.
b.
Mewujudkan keseragaman dalam menentukan nilai BMN yang dikapitalisir.
c.
Mewujudkan efisiensi dan efektifitas dalam pencatatan nilai BMN.
Pengeluaran yang dikapitalisasi. a.
Pengeluaran yang dikapitalisasi dilakukan terhadap pengadaan tanah, pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai, pembuatan peralatan, mesin dan bangunan,
pembangunan
gedung
dan
bangunan,
pembangunan
jalan/irigasi/jaringan, pembelian Aset Tetap lainnya sampai siap pakai, dan pembangunan/pembuatan Aset Tetap lainnya. b.
Pengeluaran yang dikapitalisasi sebagaimana dimaksud dalam butir 2.a dirinci sebagai berikut: 1) Pengadaan tanah meliputi biaya pembebasan, pembayaran honor tim, biaya pembuatan sertifikat, biaya pematangan, pengukuran, dan pengurugan. 2) Pembelian peralatan dan mesin sampai siap pakai meliputi harga barang, ongkos angkut, biaya asuransi, biaya pemasangan, dan biaya selama masa uji coba. 3) Pembuatan peralatan, mesin, dan bangunan meliputi: a) Pembuatan peralatan dan mesin dan bangunannya yang dilaksanakan melalui kontrak berupa pengeluaran sebesar nilai kontrak ditambah biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan.
24
b) Pembuatan peralatan dan mesin dan bangunannya yang dilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tanaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, dan biaya perizinan. 4) Pembangunan gedung dan bangunan meliputi: a) Pembangunan gedung dan bangunan yang dilaksanakan melalui kontrak berupa pengeluran nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan lama. b) Pembangunan yang dilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan bongkar bangunan lama. 5) Pembangunan jalan/irigasi/jaringan meliputi: a) Pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakan melalui kontrak berupa nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, jasa konsultan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada diatas tanah yang diperuntukkan untuk keperluan pembangunan. b) Pembangunan jalan/irigasi/jaringan yang dilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, biaya pengosongan dan pembongkaran bangunan yang ada diatas tanah yang diperuntukkan untuk keperluan pembangunan. 6) Pembelian Aset Tetap Lainnya sampai siap pakai meliputi harga kontrak/beli, ongkos angkut, dan biaya asuransi. 7) Pembangunan/pembuatan Aset Tetap Lainnya: a) Pembangunan/pembuatan Aset Tetap Lainnya yang dilaksanakan melalui kontrak berupa nilai kontrak, biaya perencanaan dan pengawasan, dan biaya perizinan.
25
b) Pembangunan/pembuatan Aset Tetap Lainnya yang dilaksanakan secara swakelola berupa biaya langsung dan tidak langsung sampai siap pakai meliputi biaya bahan baku, upah tenaga kerja, sewa peralatan, biaya perencanaan dan pengawasan, biaya perizinan, dan jasa konsultan. c) Nilai penerimaan hibah dari pihak ketiga meliputi nilai yang dinyatakan oleh pemberi hadiah atau nilai taksir, ditambah dengan biaya pengurusan. d) Nilai penerimaan Aset Tetap dari rampasan meliputi nilai yang dicantumkan dalam keputusan pengadilan atau nilai taksiran harga pasar pada saat aset diperoleh ditambah dengan biaya pengurusan kecuali untuk Tanah, Gedung dan Bangunan meliputi nilai taksiran atau harga pasar yang berlaku. e) Nilai reklasifikasi masuk meliputi nilai perolehan aset
yang
direklasifikasi ditambah biaya merubah apabila menambah umur, kapasitas dan manfaat. f)
Nilai pengembangan tanah meliputi biaya yang dikeluarkan untuk pengurugan dan pematangan.
g) Nilai renovasi dan restorasi meliputi biaya yang dikeluarkan untuk mengingkatkan kualitas dan/atau kapasitas. 3.
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap. a.
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap adalah pengeluaran pengadaan baru dan penambahan nilai aset tetap dari hasil pengembangan, reklasifikasi, renovasi, dan restorasi.
b.
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap: 1) Pengeluaran untuk per satuan peralatan dan mesin, dan alat olah raga yang sama dengan atau lebih dari Rp 300.000,00 (tiga ratus ribu rupiah), dan 2) Pengeluaran untuk gedung dan bangunan yang sama dengan atau lebih dari Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).
c.
Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana butir 3.b dikecualikan terhadap pengeluaran untuk tanah, jalan/irigasi/jaringan, dan aset tetap lainnya berupa koleksi perpustakaan dan barang bercorak kesenian.
26
4.
Jenis pencatatan-pencatatan BMN a.
Pencatatan BMN dilakukan dalam buku barang.
b.
Pencatatan dalam buku barang terdiri atas pencatatan di dalam pembukuan (intrakomptabel) dan pencatatan di luar pembukuan (ektrakomptabel).
c.
BMN yang mempunyai Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana 3.b dicatat di dalam buku inventaris di dalam pembukuan (intrakomptabel).
d.
BMN yang mempunyai nilai dibawah Nilai Satuan Minimum Kapitalisasi Aset Tetap sebagaimana 3.b dan hewan, ikan dan tanaman dicatat di dalam buku inventaris di luar pembukuan (ekstrakomptabel).
e.
Penerimaan BMN akibat pertukaran dari pihak lain yang tidak dikapitalisasi dicatat dalam buku inventaris di dalam pembukuan (intrakomptabel).
f.
Pencatatan penerimaan BMN akibat pertukaran dari pihak lain sebagaimana butir 4.h dilakukan berdasarkan nilai yang disetujui oleh yang berwenang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
g.
Transfer masuk/penerimaan dari pertukaran/pengalihan masuk yang tidak dikalitalisasi dicatat dalam buku inventaris di dalam pembukuan (intrakomptabel).
h.
Pencatatan transfer masuk/penerimaan dari pertukaran/pengalihan masuk sebagaimana dimaksud dalam butir 4.j dilakukan berdasarkan nilai perolehan aset dari instansi yang mengalihkan.
5.
Penaksiran Nilai dan Kondisi Aset Tetap. a.
Penaksiran nilai aset tetap dilakukan apabila tidak dapat diketahui harga perolehannya.
b.
Kondisi aset tetap dikelompokkan atas baik, rusak ringan dan rusak berat.
c.
Kriteria kondisi aset tetap yang dimaksud pada butir b dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut: 1) Barang Bergerak a) Baik (B) : Apabila kondisi barang tersebut masih dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik b) Rusak Ringan (RR) : Apabila barang tersebut masih dalam keadaan utuh tetapi kurang berfungsi dengan baik. Untuk berfungsi dengan baik memerlukan perbaikan ringan dan tidak memerlukan penggantian bagian utama/ komponen pokok. 27
c) Rusak Berat (RB) : Apabila kondisi barang tersebut tidak utuh dan tidak berfungsi lagi atau memerlukan perbaikan besar/penggantian bagian utama/komponenpokok, sehingga tidak ekonomis lagi untuk diadakan perbaikan/rehabilitasi. 2) Barang Tidak Bergerak a) Tanah i.
Baik (B) : Apabila kondisi tanah tersebut siap dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya.
ii.
Rusak Ringan (RR) : Apabila kondisi tanah tersebut karena sesuatu sebab tidak dapat dipergunakan dan/atau dimanfaatkan dan masih memerlukan
pengolahan/perlakuan
(misalnya
pengeringan,
pengurugan, perataan, dan pemadatan) untuk dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya. iii.
Rusak Berat (RB) : Apabila kondisi tanah tersebut tidak dapat lagi dipergunakan dan/atau dimanfaatkan sesuai dengan peruntukannya karena adanya bencana alam, erosi dan sebagainya.
b) Jalan dan Jembatan i.
Baik (B) : Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh dan berfungsi dengan baik.
ii.
Rusak Ringan (RR) : Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan utuh namun memelukan perbaikan ringan untuk dapat dipergunakan sesuai dengan fungsinya.
iii.
Rusak Berat (RB) : Apabila kondisi fisik barang tersebut dalam keadaan tidak utuh/tidak berfungsi dengan baik dan memerlukan perbaikan dengan biaya besar.
28
c) Bangunan i.
Baik (B) : Apabila bangunan tersebut utuh dan tidak memerlukan perbaikan yang berarti kecuali pemeliharaan rutin.
ii.
Rusak Ringan (RR): Apabila bangunan tersebut masih utuh, memerlukan pemeliharaan rutin dan perbaikan ringan pada komponenkomponen bukan konstruksi utama.
iii.
Rusak Berat (RB): Apabila bangunan tersebut tidak utuh dan tidak dapat dipergunakan lagi.
C. Kebijakan Penyusutan Barang Milik Negara 1.
Pendahuluan Aset tetap disajikan berdasarkan biaya perolehan asset tetap tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Apabila terjadi kondisi yang memungkinkan penilaian kembali, maka aset tetap akan disajikan dengan penyesuaian pada masing-masing akun aset tetap dan diinvestasikan dalam aset tetap
2.
Tujuan a.
Menyajikan nilai Aset Tetap secara wajar sesuai dengan manfaat asset dalam laporan keuangan pemerintah pusat.
b.
Mengetahui potensi BMN dengan memperkirakan sisa manfaat suatu BMN yang masih dapat diharapkan dapat diperoleh dalam beberapa tahun ke depan.
c.
Memberikan bentuk pendekatan yang lebih sistematis dan logis dalam menganggarkan belanja pemeliharaan atau belanja modal untuk mengganti atau menambahkan Aset Tetap yang sudah dimiliki.
3.
Obyek Penyusutan a.
Penyusutan dilakukan terhadap aset tetap berupa: 1) Gedung dan Bangunan; 2) Peralatan dan Mesin; 3) Jalan, Irigasi dan jaringan; 4) Aset Tetap Lainnya berupa Aset Tetap renovasi dan alat musik modern; 5) Aset tetap yang direklasifikasikan ke asset Lainnya.
29
b.
Penyusutan tidak dilakukan terhadap Aset Tetap berupa: 1) Dinyatakan hilang berdasarkan dokumen sumber yang sah dan telah diusulkan kepada Pengelola barang untuk dilakukan penghapusan. Terhadap Aset tetap tersebut untuk dilakukan reklasifikasi ke dalam Daftar Barang Hilang dan tidak dicantumkan dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Laporan Pengguna dan Neraca. 2) Kondisi rusak berat dan/atau usang yang telah diusulkan kepada Pengelola Barang untuk dilakukan penghapusan. Terhadap Aset tetap tersebut untuk dilakukan reklasifikasi ke dalam Daftar Barang Hilang dan tidak dicantumkan dalam Laporan Barang Kuasa Pengguna, Laporan Pengguna dan Neraca.
4.
Nilai Aset Tetap Yang Dapat Disusutkan a.
Nilai Aset tetap yang disusutkan pertama kali merupakan nilai buku per 31 Desember 2012 dan nilai Aset tetap perolehan 31 desember 2012.
b. Nilai Aset tetap yang diperoleh setelah 31 Desember 2012 dengan penyusutan regulasi secara semesteran. c. Dalam hal terjadi perubahan nilai Aset tetap sebagai akibat penambahan atau pengurangan kuantitas dan/atau nilai Aset Tetap, maka penambahan atau pengurangan tersebut diperhitungkan dalam nilai yang dapat disusutkan. d. Dalam hal terjadi perubahan nilai Aset Tetap sebagai akibat koreksi nilai Aset Tetap yang disebabkan oleh kesalahan dalam pencantuman yang diketahui dikemudian hari, maka dilakukan penyesuaian terhadap penyusutan Aset tetap tersebut. e. Nilai penyusutan Aset Tetap tanpa ada nilai residu. 5.
Masa Manfaat Aset Tetap Penyusutan Aset Tetap dilakukan secara kelompok barang berdasarkan kodefikasi dengan berpedoman pada masa manfaat yang diatur pada KMK Nomor 59/KMK.6/2013.
30
6.
Metode Penyusutan Penyusutan Aset tetap dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus.dengan mengalokasikan nilai yang dapat disusutkan dari Aset Tetap secara merata setiap semester selama masa manfaat.
Penyusutan per period
7.
=
Nilai yang dapat disusutkan Masa Manfaat
Perhitungan dan Pencatatan a.
Perhitungan dan pencatatan penyusutan Aset Tetap dilakukan pada tingkat Kuasa Pengguna Barang.
b. Perhitungan dan pencatatan Aset Tetap yang dilakukan oleh Kuasa Pengguna Barang dihimpun oleh Pengguna Barang untuk menyusun laporan penyusutan barang Penguna. c. Perhitungan dan pencatatan dilakukan pada setiap akhir semester.
31
BAB III STRUKTUR, BAGAN ORGANISASI DAN PELAKSANA TUGAS BARANG MILIK NEGARA
Pelaporan BMN pada Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kemdikbud dilaksanakan oleh Bagian Umum Sekretariat Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal sebagai Kuasa Pengguna Barang dan Pembantu Pengguna Barang Eselon I Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Struktur organisasi Pelaporan BMN pada Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal adalah sebagai berikut: A. Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB): adalah Unit Akuntansi BMN pada tingkat satuan kerja, yang secara fungsional dilakukan oleh Bagian Umum dan sub bagian Tata Usaha di lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. -
Bagan Struktur organisasi UAKPB Setditjen PAUDNI
Sekretaris Ditjen PAUDNI
Sekretaris Ditjen PAUDNI
Petugas
Petugas
Administrasi/Operator
Verifikasi
32
-
Bagan Struktur organisasi UAKPB pada Direktorat/ Balai
Direktur / Kepala Balai Kasubag TU / Validator
Petugas
Petugas
Administrasi/Operator
Verifikasi
33
B. Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang – Eselon I (UAPPB-E1): adalah Unit Akuntansi BMN pada tingkat eselon I, yang secara fungsional dilakukan oleh unit eselon II yang membidangi kesekretariatan, unit eselon III dan unit eselon IV yang membidangi BMN. Penanggung jawab UAPPB-E1 adalah Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal. Bagan Struktur organisasi UAPPB-E1:
Dirjen
Sekretaris Dirjen
Kabag Umum
Kasubag BMN / Validator
Petugas
Petugas
Administrasi/Operator
Verifikator
Keterangan: Penanggung Jawab Petugas Akuntansi BMN
34
BAB IV TATACARA PEMBUKUAN BARANG MILIK NEGARA
A. Pengertian dan maksud pembukuan Pembukuan adalah kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam Daftar Barang yang ada pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Maksud pembukuan adalah agar semua BMN yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang dan yang berada dalam Penatausahaan Pengelola Barang tercatat dengan baik. B. Pelaksana pembukuan Pelaksana pembukuan adalah seluruh pelaksana Penatausahaan BMN pada Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. C. Tujuan Pembukuan BMN 1.
Agar semua BMN dapat terdata dengan baik dalam upaya mewujudkan tertib administrasi.
2.
Mendukung pelaksanaan Penatausahaan BMN secara efektif dan efisien, dalam upaya membantu mewujudkan tertib Penatausahaan BMN.
D. Sasaran Pembukuan BMN Seluruh BMN merupakan sasaran pembukuan yaitu semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah yang berada dalam penguasaan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang dan yang berada dalam Penatausahaan Pengelola Barang. E. Tatacara pembukuan 1.
Tingkat UAKPB. a.
Bagian
Umum
Sekretariat
dan
Sub
Bagian
Tata
Usaha
pada
Direktorat/Pusat/Balai di lingkungan Ditjen PAUDNI melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN dan laporan manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari anggaran pembiayaan dan perhitungan.
35
b.
Untuk keakuratan dan akuntabilitas data transaksi BMN sebagaimana butir a, Bagian
Umum
Sekretariat
dan
Sub
Bagian
Tata
Usaha
pada
Direktorat/Pusat/Balai di lingkungan Ditjen PAUDNI bersama Unit Akuntansi Kuasa
Pengguna
Anggaran
(UAKPA)
melakukan
rekonsiliasi
secara
periodik/bulanan. c.
Untuk mewujudkan tertib administrasi BMN, Bagian KeuanganUAKPA/atau PPK harus menyampaikan dokumen pengadaan termasuk fotocopy SPM dan SP2D kepada Petugas penyusunan laporan BMN pada Bagian Umum Sekretariat dan Sub Bagian Tata Usaha pada Direktorat/Pusat/Balai di lingkungan Ditjen PAUDNI.
d.
Petugas Penyusunan Laporan BMN pada Bagian Umum Sekretariat dan Sub Bagian Tata Usaha pada Direktorat/Pusat/Balai di lingkungan Ditjen PAUDNI akan melakukan verifikasi, validasi dan penginputan semua dokumen sumber yang diperoleh dari Bagian KeuanganUAKPA dan atau PPK.
Dokumen sumber yang digunakan dalam proses pembukuan BMN pada Bagian Umum Sekretariat dan Sub Bagian Tata Usaha pada Direktorat/Pusat/Balai di lingkungan Ditjen PAUDNI di tingkat UAKPB adalah sebagai berikut: a.
Saldo Awal Catatan, buku, DBKP, dan LBKP BMN periode sebelumnya, dan apabila diperlukan dapat dilakukan inventarisasi.
b. Mutasi, meliputi perolehan, perubahan dan penghapusan 1) Buku Induk; 2) Berita Acara Serah Terima BMN; 3) Dokumen Kepemilikan BMN; 4) Dokumen pengadaan dan/atau pemeliharaan BMN; a) SPM/SP2D; b) Faktur pembelian; c) Kuitansi; d) Surat
Keterangan
Penyelesaian
Pembangunan;
Berita
Acara
Penyelesaian pekerjaan; e) Surat Perintah Kerja (SPK); f)
Surat Perjanjian/Kontrak.
36
5) Dokumen Perubahan BMN: a) SPM/SP2D; b) Faktur pembelian; c) Kuitansi; d) Surat
Keterangan
Penyelesaian
Pembangunan;
Berita
Acara
Penyelesaian pekerjaan; e) Surat Perintah Kerja (SPK); f)
Surat Perjanjian/Kontrak;
g) Surat Keterangan Penanggung jawab Satker (berdasarkan dokumen sumber); h) BA Inventarisasi BMN; i)
Koreksi Temuan Pemeriksaan Auditor dan SPI.
6) Dokumen Penghapusan a) SK Penghapusan; b) Risalah Lelang, Berita Acara Pemusnahan, Hibah; c) Surat Keterangan Penanggung jawab Satker untuk Koreksi pencatatan, Reklasifikasi Keluar; d) Berita Acara Alih Status Penggunaan; e) Koreksi Temuan Pemeriksaan Auditor dan SPI. 7) Dokumen lainnya yang sah. Transaksi yang dicatat dalam pembukuan BMN meliputi tiga jenis, yaitu: a.
Saldo awal. Saldo akhir periode sebelumnya, merupakan akumulasi dari seluruh transaksi BMN periode sebelumnya.
b.
Perolehan BMN. 1) Hibah, merupakan transaksi perolehan BMN yang diperoleh dari hibah/sumbangan atau yang sejenis dari luar Pemerintah Pusat berdasarkan dokumen sumber; 2) Pembelian, merupakan transaksi perolehan BMN yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN pada Ditjen PAUDNI berdasarkan dokumen sumber;
37
3) Penyelesaian Pembangunan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil penyelesaian pembangunan berupa bangunan/gedung dan BMN lainnya yang telah diserahterimakan dengan Berita Acara Serah Terima dari pelaksana proyek ke pada PPK pada Ditjen PAUDNI berdasarkan dokumen sumber. 4) Pelaksanaan dari perjanjian/kontrak, merupakan barang yang diperoleh dari pelaksanaan kerjasama pemanfaatan, bangun guna serah/bangun serah guna, tukar menukar, dan perjanjian/kontrak lainnya berdasarkan dokumen sumber; 5) Pembatalan penghapusan, merupakan pencatatan BMN dari hasil pembatalan penghapusan
yang
sebelumnya
telah
dihapuskan/dikeluarkan
dari
pembukuan pada laporan BMN Ditjen PAUDNI berdasarkan Surat Keputusan Penghapusan berdasarkan dokumen sumber; 6) Rampasan, merupakan transaksi perolehan BMN dari hasil rampasan berdasarkan pelaksanaan ketentuan undang-undang atau putusan pengadilan yang telah memperoleh kekutan hukum tetap berdasarkan dokumen sumber; 7) Reklasifikasi Masuk, merupakan transaksi BMN yang sebelumnya telah dicatat dengan penggolongan dan kodefikasi BMN yang lain berdasarkan dokumen sumber; 8) Transfer masuk, merupakan transaksi perolehan BMN dari Kuasa Pengguna Barang lain dari satu Pengguna Barang atau dari Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang lainnya berdasarkan dokumen sumber. c.
Perubahan BMN. 1) Pengurangan, merupakan transaksi pengurangan kuantitas/nilai BMN yang menggunakan satuan luas atau satuan lain yang pengurangannya tidak menyebabkan keseluruhan BMN hilang berdasarkan dokumen sumber; 2) Pengembangan, merupakan transaksi pengembangan BMN yang dikapitalisir yang mengakibatkan pemindahbukuan di Buku Barang Ekstrakomptabel ke Buku Barang Intrakomptabel atau perubahan nilai/satuan BMN dalam Buku Barang Intrakomptabel berdasarkan dokumen sumber; 3) Perubahan Kondisi, merupakan pencatatan perubahan kondisi BMN berdasarkan dokumen sumber; 4) Revaluasi, merupakan transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya nilai baru dari BMN yang bersangkutan sebagai akibat dari pelaksanaan penilaian BMN berdasarkan dokumen sumber; 38
5) Penerimaaan aset dari pengembangan aset dalam renovasi merupakan transaksi perubahan nilai BMN yang dikarenakan adanya pengembangan aset yang dilakukan oleh satker lain berdasarkan dokumen sumber. d.
Penghapusan. 1) Penghapusan, merupakan transaksi untuk menghapus BMN dari pembukuan laporan BMN Kuasa Pengguna Barang/Pembantu Pengguna Barang Ditjen PAUDNI berdasarkan suatu Surat Keputusan Penghapusan; 2) Transfer Keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN dari Kuasa Pengguna Barang ke Kuasa Pengguna Barang lain di lingkungan Kemdikbud atau ke Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang kementerian/Lembaga lainnya; 3) Hibah keluar, merupakan transaksi penyerahan BMN yang disebabkan oleh pelaksanaan hibah atau yang sejenis dari luar Pemerintah Pusat; 4) Reklasifikasi Keluar, merupakan transaksi BMN kepada pihak lain ke dalam karena adanya perubahan alih fungsi penggunaan, sehingga terjadi perubahan penggolongan dan kodefikasi BMN. Transaksi ini berkaitan dengan transaksi reklasifikasi masuk.
e.
Penggolongan dan Kodefikasi BMN Penggolongan dan kodefikasi BMN didasarkan pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang penggolongan dan kodefikasi BMN. Pada pembukuan BMN, barang dapat diklasifikasikan ke dalam: golongan, bidang, kelompok, sub kelompok dan sub-sub kelompok. Apabila terdapat BMN yang belum terdaftar pada ketentuan tersebut, agar menggunakan klasifikasi dan kode barang yang mendekati jenis dan/atau fungsinya. Contoh: Tablet PC dikarenakan tidak ada kodefikasi barang dalam aplikasi SIMAK BMN maka dicatat dalam kode barang yang mendekati jenis dan/atau fungsinya yaitu 3060201019 (Personal Digital Assistant).
39
f.
Nomor Urut Pendaftaran (NUP) Nomor Urut Pendaftaran adalah nomor yang menunjukkan urutan pendaftaran BMN pada Buku Barang, Buku Barang Bersejarah, dan DBKP per sub-sub kelompok BMN, disusun berdasarkan urutan perolehan.
g.
Satuan Barang Satuan barang dalam pembukuan BMN menggunakan satuan yang terukur dan baku. Adalah sebagai berikut: 1) Satuan Berat : Kg dan Ton 2) Satuan Isi : L (liter), GI (galon) dan M3 3) Satuan Panjang : M (meter) dan Km (kilometer) 4) Satuan Luas : Ha (hektar) dan M2 (meter-persegi) 5) Satuan Jumlah : Buah, Batang, Botol, Doos, Zak, Ekor, Stel, Rim, Unit, Pucuk, Set, Lembar, Box, Pasang, Roll, Box, Lusin/Gross, Eksemplar.
h.
Kapitalisasi BMN Penentuan nilai kapitalisasi dalam pembukuan BMN mengacu pada PP Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor.01/KM.12/2001 tentang Pedoman Barang Milik/Kekayaan Negara dalam Sistem Akuntansi Pemerintah. Penerapan kapitalisasi dalam pembukuan BMN, mengakibatkan Buku Barang dibagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu: 1) Buku Barang Intrakomptabel, mencakup BMN berupa aset tetap yang memenuhi kriteria kapitalisasi dan seluruh BMN yang diperoleh sebelum berlakunya kebijakan kapitalisasi, dan BMN yang diperoleh melalui transaksi Transfer Masuk/Penerimaan dari pertukaran/pengalihan masuk serta BMN yang dipindahbukukan dari Buku Barang Ekstrakomptabel pada saat nilai akumulasi biaya perolehan dan nilai pengembangannya telah mencapai batas minimum kapitalisasi. 2) Buku Barang Ekstrakomptabel, mencakup BMN berupa aset tetap yang tidak memenuhi kriteria kapitalisasi. 3) Barang Bersejarah (heritage assets) dibukukan dan dilaporkan dalam kuantitasnya dan tanpa nilai karena nilai kultural, lingkungan, pendidikan, dan sejarahnya tidak mungkin secara penuh dilambangkan dengan nilai keuangan berdasarkan harga pasar maupun harga perolehannya; Biaya untuk 40
perolehan, konstruksi,
peningkatan dan rekonstruksi harus dibebankan
sebagai belanja tahun terjadinya pengeluaran tersebut, tidak dikapitalisasi menjadi nilai barang atau penambah nilai barang. Biaya tersebut termasuk seluruh biaya yang berlangsung untuk menjadikan aset bersejarah tersebut dalam kondisi dan lokasi yang ada pada periode berjalan. BMN yang memenuhi kriteria aset bersejarah (heritage assets) dibukukan dalam Buku Barang Bersejarah dan Daftar Barang Bersejarah. i.
Penentuan Kondisi BMN Penentuan kondisi BMN mengacu kepada Ketentuan Peraturan yang berlaku. Kriteria kondisi BMN terdiri dari Baik (B), Rusak Ringan (RR), dan Rusak Berat (RB).
j.
Kode Lokasi Kode Lokasi adalah kode anggaran (DIPA) Sekretariat Direktur Jenderal Kemdikbud yang dipergunakan untuk mengidentifikasi unit penanggung jawab Penatausahaan BMN. Kode ini terdiri dari 16 (enam belas) angka yang memuat kode UPPB, UAPPB-E1, UPPB-W, dan UAKPB, dengan susunan sebagai berikut:
023 .05 .0199 .415341 .000. KP Tiga digit pertama (023)
: menunjukkan
kode
Pengguna
Barang
(Kemdikbud) Dua digit kedua (05)
: menunjukkan kode Eselon I (Ditjen PAUDNI) menunjukkan kode Wilayah (Instansi Pusat)
Dua digit ketiga (0199) Enam
digit
:
keempat
(415341)
menunjukkan kode Kuasa Pengguna Barang : (Kode Anggaran/DIPA) (Setditjen PAUDNI) menunjukkan kode Pembantu Kuasa Pengguna
Tiga digit kelima (000)
Barang. : menunjuk kepada jenis kewenangan kuasa
KP
pengguna barang. (Kantor Pusat) :
41
k.
Kode Barang Kode Barang terdiri dari golongan, bidang, kelompok, sub kelompok dan sub-sub kelompok, dengan susunan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.06/2010 tentang Penggolongan dan Kodefikasi Barang Milik Negara.
l.
Kode Registrasi Kode Registrasi adalah kode yang terdiri dari Kode Lokasi ditambah dengan tahun perolehan dan Kode Barang ditambah dengan nomor urut pendaftaran berdasarkan pembukuan pada aplikasi SIMAK-BMN UAKPB dilingkungan Ditjen PAUDNI. Contoh: Pada Periode Akuntansi 2011 Sekretariat Ditjen PAUDNI Kemdikbud melakukan pembelian Personal Computer Unit. Pada saat perolehan barang tersebut nomor pencatatan terakhir untuk PC Unit yang dikuasai satuan kerja yang bersangkutan adalah 000243. Berdasarkan hal tersebut Direktorat Jenderal PAUDNI Kemdikbud. dapat memberikan tanda pada Note Book tersebut sebagai berikut:
023 05 0199 415341.000. 2011 3 10 01 02 001 000243 m. Simbol/Logo pada Barang Simbol/Logo pada barang adalah Tut Wuri Handayani sebagai tanda pengenal barang berupa penggabungan gambar, angka, dan huruf/logo dengan maksud agar mudah diketahui keberadaan BMN tersebut. n. Keluaran dari proses pembukuan pada tingkat UAKPB. Dokumen yang dihasilkan dari proses pembukuan BMN tingkat UAKPB, meliputi: 1) Daftar Barang Kuasa Pengguna (DBKP) a) DBKP Persediaan b) DBKP Tanah c) DBKP Gedung dan Bangunan
42
d) DBKP Peralatan dan Mesin - DBKP Alat Angkutan Bermotor - DBKP Alat Besar - DBKP Alat Persenjataan - DBKP Peralatan lainnya e) DBKP Jalan, Irigasi, dan Jaringan f)
DBKP Aset Tetap lainnya
g) DBKP Konstruksi Dalam Pengerjaan h) DBKP Barang Bersejarah i)
DBKP Aset yang diberhentikan dari penggunaan/Aset Lainnya.
2) Buku Barang dan Kartu Identitas Barang, meliputi: a) Buku Barang Intrakomptabel b) Buku Barang Ekstrakomptabel c) Buku Barang Bersejarah d) Buku Barang Persediaan e) Buku Barang Konstruksi Dalam Pengerjaan f)
Kartu Identitas Barang (KIB); - KIB Tanah - KIB Bangunan gedung - KIB Bangunan Air - KIB Alat Angkutan Bermotor - KIB Alat Besar Darat - KIB Alat Persenjataan
g) Daftar Barang Ruangan h) Daftar Barang Lainnya i)
Daftar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
o. Prosedur Pembukuan 1) Prosedur pertama kali a) Membukukan dan mencatat semua BMN yang telah ada sebelumnya dan dikuasai oleh UAKPB ke dalam Buku Barang dan/atau Kartu Indentitas Barang. b) Menyusun dan mendaftarkan semua BMN yang dikuasai oleh UAKPB ke dalam DBKP. 43
c) Meminta pengesahan DBKP pertama kali kepada penanggung jawab UAKPB. 2) Proses rutin a) Membukukan dan mencatat data transaksi BMN ke dalam Buku Barang Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel, Buku Barang Bersejarah, Buku KDP dan Buku Persediaan berdasarkan dokumen sumber. b) Membukukan dan mencatat semua barang dan perubahannya atas perpindahan barang antar lokasi/ruangan ke dalam Daftar Barang Ruangan (DBR) dan/atau Daftar Barang Lainnya (DBL) berdasarkan dokumen sumber. c) Membuat dan/atau memutakhirkan KIB, DBR dan DBL berdasarkan dokumen sumber. d) Membukukan dan mencatat perubahan kondisi barang ke dalam Buku Barang Intrakomptabel, Buku Barang Ekstrakomptabel dan Buku Barang Bersejarah berdasarkan dokumen sumber. e) Menjelaskan hasil
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang
bersumber dari Penatausahaan BMN kedalam CRBMN. f)
Mengarsipkan dokumen Penatausahaan dan dokumen kepemilikan BMN secara tertib.
3) Proses Bulanan Melakukan rekonsiliasi data transaksi BMN dengan UAKPA 4) Proses Semesteran a.
Mencatat setiap perubahan data BMN kedalam DBKP berdasarkan data dari Buku Barang dan KIB.
b.
Meminta pengesahan DBKP kepada penanggung jawab UAKPB.
c.
Melakukan rekonsiliasi atas DBKP dengan KPKNL.
5) Proses Akhir Periode Pembukuan a.
Setiap Penanggungjawab Ruangan berkewajiban untuk melakukan pengecekan ulang kondisi BMN yang berada di ruangan masing-masing.
44
b.
Petugas adminstrasi/Operator BMN mencatat perubahan kondisi BMN yang telah disahkan oleh Penanggungjawab Ruangan ke dalam DBKP serta Buku Barang dan KIB.
c.
Petugas adminstrasi/Operator BMN Melakukan proses back up data dan tutup tahun.
6) Proses lainnya Membukukan dan mencatat hasil inventarisasi ke dalam Buku Barang dan/atau Kartu Identitas Barang.
Siklus Proses Pembukuan BMN Tingkat UAKPB Mulai
Dokumen Sumber
input
Saldo Awal
Daftar/Buku Barang
Perolehan
Laporan BMN
Perubahan
Neraca
Penghapusan
ADK
Arsip/Selesai
45
2.
Tingkat UAPPB-E1 a.
Bagian Umum Sekretariat Ditjen PAUDNI Kemdikbud adalah UAPPB-E1 Ditjen PAUDNI Kemdikbud dengan melaksanakan proses pembukuan atas dokumen sumber dalam rangka menghasilkan data transaksi BMN, Laporan BMN dan laporan manajerial lainnya termasuk yang dananya bersumber dari anggaran pembiayaan dan perhitungan pada UAPPB-E1 Ditjen PAUDNI Kemdikbud.
b.
Dokumen Sumber. UAPPB-E1 melakukan proses pembukuan dokumen sumber dan verifikasi BMN pada tingkat UAPPB-E1. Dokumen sumber yang digunakan dalam proses pembukuan BMN pada tingkat UAPPB-E1 adalah sebagai berikut: 1) Saldo Awal a) DBPP-E1 dan LBPP-E1 Ditjen PAUDNI Kemdikbud periode sebelumnya. b) DBKP, LBKP, laporan mutasi BMN, laporan kondisi barang, dan laporan inventarisasi BMN dari UAKPB. 2) Mutasi, meliputi perolehan, perubahan dan penghapusan yang dilaporkan oleh: a) UAKPB meliputi : DBKP, LBKP BMN, laporan mutasi BMN, laporan kondisi barang, dan laporan inventarisasi BMN dari UAKPB, atau b) Keluaran dari proses pembukuan BMN tingkat UAPPB-E1 meliputi: -
Daftar Barang Pengguna Eselon I (DBPP-E1)
-
DBPP-E1 Persediaan
-
DBPP-E1 Tanah
-
DBPP-E1 Gedung dan Bangunan
-
DBPP-E1 Peralatan dan Mesin o
DBPP-E1 Alat Angkutan Bermotor
o
DBPP-E1 Alat Besar
o
DBPP-E1 Alat Persenjataan
o
DBPP-E1 Peralatan Lainnya
-
DBPP-E1 Jalan, Irigasi, dan Jaringan
-
DBPP-E1 Aset Tetap Dalam Renovasi
-
DBPP-E1 Aset Tetap Lainnya
-
DBPP-E1 Konstruksi Dalam Pengerjaan 46
-
DBPP-E1 Barang Bersejarah
-
DBPP-E1 Aset Lainnya
-
Arsip Data Komputer (ADK) Pengiriman, dan Backup
3) Prosedur Pembukuan a) Proses pertama kali -
Mendaftarkan semua BMN yang telah ada sebelumnya dan dikuasai oleh Ditjen PAUDNI Kemdikbud ke dalam DBPP-E1, yang datanya berasal dari DBKP.
-
Meminta pengesahan DBPP-E1 pertama kali kepada penanggung jawab UAPPB-E1.
b) Proses rutin -
Mendaftarkan data mutasi BMN ke dalam DBPP-E1 berdasarkan dokumen sumber.
-
Mencatat perubahan kondisi barang ke dalam DBPP-E1 berdasarkan dokumen sumber.
-
Menghimpun Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang bersumber dari Penatausahaan BMN yang berasal dari Laporan PNBP UAKPB.
-
Mengarsipkan asli atau fotocopy/salinan dokumen Penatausahaan dan kepemilikan BMN secara tertib.
c) Proses semesteran -
Mencatat setiap perubahan DBPP-E1 berdasarkan data dari DBKP.
-
Meminta pengesahan DBPP-E1 kepada penanggung jawab UAPPBE1.
d) Proses Akhir Periode Pembukuan Melakukan proses back up data dan tutup tahun.
47
Siklus Proses Pembukuan BMN Tingkat UAPPB-E1 Mulai
Penerimaan DS dari UAKPB
input
Daftar/Buku Barang
Laporan BMN
Neraca BMN
ADK
Arsip/Selesai
48
BAB V TATACARA INVENTARISASI BARANG MILIK NEGARA
A. Pengertian dan Maksud Inventarisasi Inventarisasi adalah kegiatan untuk melakukan pendataan, pencatatan dan pelaporan hasil pendataan BMN. Maksud inventarisasi adalah untuk mengetahui jumlah dan nilai serta kondisi BMN yang sebenarnya, baik yang berada dalam penguasaan Pengguna Barang maupun yang berada dalam Penatausahaan Pengelola Barang. B. Tujuan Inventarisasi BMN 1.
Agar semua BMN dapat terdata dengan baik dalam upaya mewujudkan tertib administrasi.
2.
Mempermudah pelaksanaan Penatausahaan BMN.
C. Sasaran Inventarisasi BMN Seluruh BMN merupakan sasaran inventarisasi yaitu semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, baik yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang. D. Ketentuan Umum Inventarisasi 1.
Pengguna Barang dan/atau kuasa pengguna barang melakukan inventarisasi BMN sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun, kecuali untuk barang persediaan dan kontruksi dalam pengerjaan dilakukan setiap tahun.
2.
Yang dimaksud dengan inventarisasi dalam waktu sekurang-kurangnya sekali dalam 5 (lima) tahun adalah sensus barang, dan yang dimaksud dengan inventarisasi terhadap persediaan dan konstruksi dalam pengerjaan antara lain adalah opname fisik.
3.
Jika diperlukan, dalam pelaksanaan inventarisasi dapat dibentuk Tim Inventarisasi pada masing-masing tingkat unit Penatausahaan pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang dan dapat dibantu oleh unit kerja lain pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang.
49
4.
Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi BMN atas Tanah dan/atau Bangunan Idle, Pengguna/Kuasa Pengguna Barang yang sebelumnya menyerahkan tanah dan/atau bangunan dimaksud tetap berkewajiban membantu pelaksanaan hasil inventarisasi BMN atas Tanah dan/atau Bangunan Idle.
5.
Dalam rangka pelaksanaan inventarisasi BMN, apabila BMN yang diinventarisasi bukan berada dalam penguasaan masing-masing unit Penatausahaan pada Pengguna Barang atau Pengelola Barang, maka dapat dibuat Berita Acara Inventarisasi antara unit Penatausahaan dengan pihak yang menguasai barang dimaksud.
6.
Pihak yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan inventarisasi harus menyertakan penjelasan atas setiap perbedaan antara data BMN dalam daftar barang dan hasil inventarisasi.
7.
Penanggungjawab pelaksanaan inventarisasi BMN pada Pengguna Barang adalah Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang dikuasakan, dan penanggungjawab pelaksanaan inventarisasi BMN berupa Tanah dan/atau Bangunan Idle pada Pengelola Barang adalah Direktur Jenderal Kekayaan Negara, atau pejabat yang dikuasakan.
E. Tatacara Inventarisasi pada Tingkat UAKPB 1.
Dokumen sumber Dokumen sumber pada tingkat UAKPB dalam pelaksanaan inventarisasi BMN meliputi: a.
Daftar Barang Kuasa Penggguna.
b.
Buku Barang.
c.
Kartu Identitas Barang.
d.
Daftar Barang Ruangan.
e.
Daftar Barang Lainnya.
f.
Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran dan Tahunan.
g.
Dokumen kepemilikan BMN.
h.
Dokumen Penatausahaan dan Pengelolaan (SPM, SP2D, Kontrak, Faktur, Kwitansi, BAST, SK Penghapusan).
i. 2.
Dokumen lainnya yang dianggap perlu.
Keluaran Inventarisasi Dokumen yang dihasilkan dalam pelaksanaan inventarisasi BMN pada tingkat UAKPB meliputi: a.
Laporan Hasil Inventarisasi BMN 50
b.
Surat pernyataan kebenaran hasil pelaksanaan inventarisasi BMN
c.
Blanko label/kodefikasi sementara dan permanen
d.
Kertas Kerja Inventarisasi
e.
Daftar Barang Hasil Inventarisasi 1) Baik dan Rusak Ringan 2) Rusak Berat 3) Tidak Diketemukan/hilang 4) Berlebih
3.
Prosedur Inventarisasi Prosedur pelaksanaan Inventarisasi BMN pada tingkat UAKPB terdiri dari 4 (empat) tahap, meliputi: a.
Tahap persiapan 1) Dalam pelaksanaan inventarisasi, dapat dibentuk tim inventarisasi di bawah koordinasi UAPPB-E1 dan/atau UAPB, dan dapat dibantu oleh unit kerja lain pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. 2) Menyusun rencana kerja pelaksanaan inventarisasi oleh tim inventarisasi. 3) Mengumpulkan dokumen sumber. 4) Melakukan pemetaan pelaksanaan inventarisasi, antara lain: a) Menyiapkan denah lokasi. b) Memberi nomor/nama ruangan dan penanggungjawab ruangan pada denah lokasi. 5) Menyiapkan blanko label sementara (dari kertas) yang akan ditempelkan pada BMN yang bersangkutan. 6) Menyiapkan data awal. 7) Menyiapkan Kertas Kerja Inventarisasi beserta tata cara pengisiannya.
b.
Tahap pelaksanaan 1) Menghitung jumlah barang. 2) Meneliti kondisi barang (baik, rusak ringan atau rusak berat). 3) Menempelkan label registrasi sementara pada BMN yang telah dihitung. 4) Mencatat hasil inventarisasi tersebut pada Kertas Kerja Inventarisasi.
51
c.
Tahap identifikasi 1) Pemberian nilai BMN sesuai Standar Akuntansi Pemerintahan (nilai perolehan). 2) Mengelompokkan
barang
dan
memberikan
kode
barang
sesuai
penggolongan dan kodefikasi barang. 3) Pemisahan barang-barang berdasarkan kategori kondisi: a) Barang Baik dan Rusak Ringan b) Barang Rusak Berat /tidak dapat dipakai lagi 4) Meneliti kelengkapan/eksistensi barang dengan membandingkan data hasil inventarisasi dan data awal/dokumen sumber: a) Barang yang tidak diketemukan/hilang b) Barang yang berlebih. d.
Tahap pelaporan 1) Menyusun Daftar Barang Hasil Inventarisasi (DBHI) yang telah diinventarisasi berdasarkan data kertas kerja dan hasil identifikasi, dengan kriteria: a) Barang baik dan rusak ringan b) Barang rusak berat/ tidak dapat dipakai lagi c) Barang yang tidak diketemukan/hilang d) Barang yang berlebih 2) Membuat surat pernyataan kebenaran hasil pelaksanaan inventarisasi. 3) Menyusun laporan hasil inventarisasi BMN. 4) Meminta pengesahan atas laporan hasil inventarisasi BMN beserta DBHI dan surat pernyataan kepada penanggung jawab UAKPB. 5) Menyampaikan laporan hasil inventarisasi beserta kelengkapannya kepada UAPPB-E1, atau UAPB dengan tembusan kepada KPKNL.
e.
Tahap tindak lanjut 1) Membukukan dan mendaftarkan data hasil inventarisasi pada Buku Barang, Kartu Identitas Barang (KIB) dan Daftar Barang Kuasa Pengguna. 2) Memperbaharui DBR dan DBL sesuai dengan hasil inventarisasi
52
3) Menempelkan blanko labelisasi permanen pada masing-masing barang yang diinventarisasi sesuai hasil inventarisasi. 4) UAKPB diharuskan melakukan rekonsiliasi data hasil inventarisasi dengan UAPPB Wilayah, UAPPB.E1, UAPB dan KPKNL. 5) Untuk barang yang hilang/tidak diketemukan agar ditindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku. F. Tatacara Inventarisasi Pada Tingkat UAPPB-E1 1.
Dokumen Sumber Dokumen sumber pada tingkat UAPPB-E1 dalam pelaksanaan inventarisasi BMN meliputi : Laporan hasil inventarisasi BMN dari UAKPB.
2.
Keluaran dari Inventarisasi Dokumen yang dihasilkan dalam pelaksanaan inventarisasi BMN pada tingkat UAPPB-E1 adalah Laporan rekapitulasi hasil pelaksanaan inventarisasi BMN.
3.
Prosedur Inventarisasi a.
Tahap Persiapan 1) Mengkoordinasikan rencana pelaksanaan inventarisasi BMN dengan UAKPB. 2) Dalam pelaksanaan inventarisasi, dapat dibentuk tim inventarisasi oleh penanggungjawab UAPPB.E1 dan dapat dibantu oleh Pengguna Barang dan Pengelola Barang. 3) Mengumpulkan dokumen sumber.
b.
Tahap Pelaksanaan 1) Melakukan bimbingan dan memberikan arahan kepada UAKPB atau dalam melakukan inventarisasi BMN. 2) UAPPB-E1 diharuskan melakukan rekonsiliasi/ pemutakhiran data hasil inventarisasi dengan UAKPB dan Kanwil DJKN.
c.
Tahap pelaporan 1) Menyusun laporan rekapitulasi hasil pelaksanaan inventarisasi BMN yang datanya berasal dari himpunan hasil inventarisasi dari UAKPB atau laporan rekapitulasi hasil pelaksanaan inventarisasi BMN.
53
2) Meminta pengesahan atas laporan rekaputilasi hasil pelaksanaan inventarisasi BMN kepada penanggung jawab UAPPB-E1. 3) Menyampaikan laporan rekapitulasi hasil pelaksanaan inventarisasi kepada UAPB. d.
Tahap evaluasi/tindak lanjut Mencatat dan mendaftarkan hasil pelaksanaan inventarisasi yang telah ditetapkan oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang dikuasakan, pada DBPP-E1.
54
BAB VI TATACARA PELAPORAN BARANG MILIK NEGARA
A. Pengertian dan maksud Pelaporan Pelaporan adalah kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit pelaksana Penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Maksud pelaporan adalah agar semua data dan informasi mengenai BMN dapat disajikan dan disampaikan kepada pihak yang berkepentingan dengan akurat guna mendukung pelaksanaan pengambilan keputusan dalam rangka Penatausahaan BMN dan sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat. B. Pelaksanaan Pelaporan Pelaksana pelaporan adalah seluruh pelaksana Penatausahaan pada Direktorat Jenderal Pendidikan PAUDNI adalah sebagai berikut: 1.
Tingkat UAKPB dilingkungan UAPPB-E1 Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Formal dan Informal.
2.
Tingkat UAPPB-E1
C. Tujuan Pelaporan Menyampaikan/mendapatkan data dan informasi BMN hasil pembukuan dan inventarisasi yang dilakukan oleh pelaksana Penatausahaan pada UAKPB dan UAPPB E1 yang akurat sebagai bahan pengambilan kebijakan mengenai Penatausahaan BMN dan sebagai bahan penyusunan Neraca Pemerintah Pusat. D. Sasaran Pelaporan BMN Seluruh BMN merupakan sasaran pelaporan yaitu semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau berasal dari perolehan lainnya yang sah, yang berada dalam penguasaan Kuasa Pengguna Barang/Pengguna Barang. E. Batasan Penyajian untuk Pelaporan BMN Batasan penyajian untuk penyampaian laporan berupa laporan barang semesteran dan tahunan termasuk laporan kondisi barang adalah sebagai berikut: 1.
Pelaporan BMN berupa persediaan: a.
Tingkat UAKPB, sampai dengan sub-sub kelompok barang.
b.
Tingkat UAPPB-E1, sampai dengan kelompok barang. 55
2.
Pelaporan BMN berupa Aset Tetap dan Aset Lainnya a.
Tingkat UAKPB, sampai dengan sub-sub kelompok barang.
b.
Tingkat UAPPB-E1, sampai dengan kelompok barang.
F. Tatacara Pelaporan Barang Milik Negara 1.
Tingkat UAKPB a.
Dokumen Sumber 1) Daftar Barang Kuasa pengguna (DBKP) 2) Buku Barang 3) Daftar Identitas Barang (KIB) 4) Dokumen inventarisasi BMN 5) Dokumen pembukuan lainnya 6) Berita Acara Rekonsiliasi BMN dengan SAK dan KPKNL
b.
Jenis Laporan 1) Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) a) Laporan Persediaan b) Laporan Aset Tetap (Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi: - Laporan intrakomptabel - Laporan ekstrakomptabel - Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel c) Laporan Penyusutan BMN - Laporan Aset Tetap (Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi: o
Laporan intrakomptabel
o
Laporan ekstrakomptabel
o
Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel
- Laporan Aset tetap yang tidak digunakan / Aset Lainnya d) Laporan Konstruksi Dalam Pengerjaan e) Laporan Aset tetap yang tidak digunakan / Aset Lainnya f)
Laporan Aset Tak Berwujud
g) Laporan posisi BMN di Neraca h) Laporan Barang Bersejarah 56
i)
Catatan Ringkas Barang (CRB)
j)
Arsip Data Komputer (ADK)
2) Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) a) Laporan Persediaan b) Laporan Aset Tetap (Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi: -
Laporan intrakomptabel
-
Laporan ekstrakomptabel
-
Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel
c) Laporan Penyusutan BMN -
Laporan Aset Tetap (Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi:
-
o
Laporan intrakomptabel
o
Laporan ekstrakomptabel
o
Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel
Laporan Aset tetap yang tidak digunakan / Aset Lainnya
d) Laporan Konstruksi Dalam Pengerjaan e) Laporan Aset tetap yang tidak digunakan / Aset Lainnya f)
Laporan Barang Bersejarah
g) Laporan Aset Tak Berwujud h) Laporan Posisi BMN di Neraca i)
Catatan Ringkas Barang (CRB)
j)
Arsip Data Komputer (ADK)
k) Laporan Kondisi Barang (LKB) l)
Laporan PNBP (yang bersumber dari Pengelolaan BMN).
57
c.
Prosedur pelaporan 1) Proses semesteran a) Menyusun laporan mutasi BMN pada DBKP berdasarkan data transaksi BMN oleh petugas operator, validator dan verifikator. b) Melakukan pengesahan laporan mutasi BMN pejabat penanggung jawab UAKPB. c) Melakukan penyesuaian neraca BMN dengan keuangan perbulan. d) Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Semesteran (LBKPS) yang datanya berasal dari dokumen sumber. e) Melakukan rekonsiliasi data BMN dengan UAKPA dan KPKNL f) Meminta pengesahan LBKPS kepada pejabat penanggung jawab UAKPB. g) Menyampaikan LBKPS yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPPB-E1 dan KPKNL. h) Menyusun Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN. i) Meminta pengesahan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN kepada pejabat penanggung jawab UAKPB j) Menyampaikan Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB secara semesteran kepada UAPPB-E1 dan KPKNL. 2) Proses akhir periode pembukuan/Tahunan a) Menyusun Laporan Barang Kuasa Pengguna Tahunan (LBKPT) yang datanya berasal dari dokumen sumber. b) Melakukan rekonsiliasi data BMN dengan UAKPA dan KPKNL c) Pengesahan LBKPT oleh pejabat penanggung jawab UAKPB. d) Menyampaikan LBKPT yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPPB-E1 dan KPKNL. e) Menyusun Laporan Kondisi Barang (LKB).
58
f)
Meminta pengesahan LKB kepada pejabat penanggung jawab UAKPB.
g) Menyampaikan LKB yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAKPB secara tahunan kepada UAPPB-E1 dan KPKNL.
Alur Pelaporan BMN Semesteran/Tahunan Tingkat UAKPB Mulai
UAKPB
KPKNL
UAPPB-E1 DITJEN PAUDNI
UAPB KEMDIKBUD
Selesai
2. Tingkat UAPPB-E1 a.
Dokumen Sumber 1) Daftar Barang Pembantu Pengguna – Eselon 1 (DBP-E1). 2) Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) Semesteran dan Tahunan dari UAKPB. 3) Laporan kondisi barang (LKB) dari UAKPB. 4) Dokumen inventarisasi BMN. 5) Dokumen pembukuan lainnya.
b. Jenis Laporan 59
1) Laporan Pembantu Barang Pengguna – Eselon I Semesteran (LBPES). a) Laporan Persediaan b) Laporan Aset Tetap (Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi: -
Laporan intrakomptabel
-
Laporan ekstrakomptabel
-
Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel
c) Laporan Penyusutan BMN -
Laporan Aset Tetap (Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi:
-
o
Laporan intrakomptabel
o
Laporan ekstrakomptabel
o
Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel
Laporan Aset tetap yang tidak digunakan / Aset Lainnya
d) Laporan Konstruksi Dalam Pengerjaan e) Laporan Aset tetap yang tidak digunakan /Aset Lainnya f)
Laporan Aset Tak Berwujud
g) Laporan posisi BMN di Neraca h) Laporan Barang Bersejarah i)
Catatan Ringkas Barang (CRB)
j)
Arsip Data Komputer (ADK)
2) Laporan Barang Pengguna – Eselon I Tahunan (LBPET) a) Laporan Persediaan b) Laporan Aset Tetap (Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi: -
Laporan intrakomptabel
-
Laporan ekstrakomptabel
-
Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel
60
c) Laporan Penyusutan BMN -
Laporan Aset Tetap (Tanah, Gedung dan Bangunan, Peralatan dan Mesin, Jalan dan Jembatan, Irigasi, Jaringan, Aset Tetap Lainnya), meliputi:
-
o
Laporan intrakomptabel
o
Laporan ekstrakomptabel
o
Laporan gabungan intrakomptabel dan ekstrakomptabel
Laporan Aset tetap yang tidak digunakan / Aset Lainnya
d) Laporan Konstruksi Dalam Pengerjaan e) Laporan Aset Lainnya f)
Laporan Posisi BMN di Neraca
g) Laporan Barang Bersejarah h) Catatan Ringkas Barang (CRB) 3) Laporan mutasi barang 4) Laporan Kondisi Barang (LKB) 5) Laporan Hasil Inventarisasi (LHI) 6) Laporan PNBP (yang bersumber dari Pengelolaan BMN) 7) Arsip Data Komputer (ADK) c.
Prosedur Pelaporan 1) Proses semesteran a) Menyusun Laporan mutasi BMN pada DBPP-E1 yang datanya berasal dari laporan mutasi BMN dari UAKPB. b) Melakukan verifikasi Laporan mutasi BMN UAPPB-E1. c) Menyusun Laporan Barang Pembantu Pengguna Eselon I Semesteran (LBPES) yang datanya berasal dari LBKPS dari UAKPB. d) Melakukan rekonsiliasi data BMN dengan UAPPA E1 e) Melakukan pengesahan LBPPE1S oleh penanggung jawab UAPPB-E1 f)
Menyampaikan LBPPE1S yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAPPB-E1 beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
g) Menyusun Laporan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN yang datanya berasal dari himpunan Laporan PNBP dari UAKPB.
61
h) Melakukan pengesahan Laporan PNBP oleh penangung jawab UAPPB-E1. i)
Menyampaikan Laporan PNBP yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAPPB-E1 kepada UAPB.
2) Proses akhir periode pembukuan/Tahunan a) Menyusun Laporan Barang Pengguna Eselon I Tahunan (LBPET) yang datanya berasal dari himpunan LBKPT pada UAKPB. b) Melakukan verifikasi laporan mutasi BMN UAPPB.E1. c) Melakukan pengesahan LBPET oleh penanggung jawab UAPPB-E1. d) Melakukan rekonsiliasi data BMN dengan UAPPA E1. e) Menyampaikan LBPET yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAPPB-E1 beserta ADK-nya secara periodik kepada UAPB. f)
Menyusun Laporan Kondisi Barang (LKB) yang datanya berasal dari himpunan LKB dari UAKPB.
g) Melakukan pengesahan LKB oleh penanggung jawab UAPPB-E1. h) Menyampaikan LKB yang telah disahkan oleh penanggung jawab UAPPB-E1 kepada UAPB.
62
BAB VII PELAKSANAAN PEMUTAKHIRAN DAN REKONSILIASI DATA BARANG MILIK NEGARA DALAM RANGKA PENYUSUNAN LAPORAN BARANG MILIK NEGARA DAN LAPORAN KEUANGAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI, NONFORMAL DAN INFORMAL
A. Latar Belakang Data Barang Milik Negara (BMN) merupakan unsur data yang memiliki peranan penting dalam rangka penyusunan laporan keuangan yang baik dan andal. Oleh karena itu, penyajian data BMN, baik dalam Laporan BMN, maupun dalam Laporan Keuangan Pemerintah Pusat menjadi hal yang penting, khususnya dalam rangka meningkatkan keandalan laporan. Dalam rangka meningkatkan keandalan Laporan BMN dan Laporan Keuangan, maka berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 102/PMK.05/2009 tentang tata Cara Rekonsiliasi Barang Milik Negara Dalam Rangka Penyusunan Laporan Keuangan, diamanatkan perlunya dilakukan rekonsiliasi data Barang Milik Negara, baik antara unit akuntansi barang dan unit akuntansi keuangan di internal Kementerian Negara/Lembaga, maupun antara Kementerian Negara/Lembaga selaku Pengguna Barang dan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Pengelola Barang. Selain itu, diamanatkan juga untuk dilaksanakannya rekonsiliasi pada Bendahara Umum Negara, yakni antara Direktorat Jenderal Kekayaan Negara selaku Pengelola Barang dan Direktorat Jenderal Perbendaharaan selaku penyusun Laporan Keuangan Pemerintah Pusat. Rekonsiliasi data BMN memegang peranan yang cukup penting dalam rangka meminimalisasi terjadinya perbedaan pencatatan yang berdampak pada validitas dan akurasi data yang disajikan dalam laporan BMN dan laporan keuangan. Oleh karena itu, agar rekonsiliasi data BMN tersebut terlaksana dengan baik, maka perlu diatur suatu aturan yang lebih rinci dalam bentuk tata cara pelaksanaan rekonsiliasi data BMN sebagai pedoman bagi para pelaku dalam melaksanakan rekonsiliasi data BMN.
63
B. Ruang Lingkup Rekonsiliasi data BMN dibagi dalam beberapa jenjang dan kelompok sebagai berikut: 1.
Rekonsiliasi internal antara Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) dan Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Anggaran (UAKPA);
2.
Rekonsiliasi internal antara Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1) dan Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Anggaran Eselon 1 (UAPPAE1);
3.
Rekonsiliasi Eksternal antara Unit Akuntansi Kuasa Pengguna Barang (UAKPB) Setditjen PAUDNI dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Jakarta I
4.
Rekonsiliasi Eksternal antara Unit Akuntansi Pembantu Pengguna Barang Eselon 1 (UAPPB-E1) dan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Kekayaan Negara, bersifat opsional/tidak wajib.
C. Kebijakan Rekonsiliasi 1. Ketentuan Umum a.
Pelaksanaan rekonsiliasi data BMN tidak menghapus kewajiban penyampaian laporan oleh masing-masing unit organisasi sesuai ketentuan dan peraturan yang berlaku.
b. Pelaksanaan rekonsiliasi data BMN dapat dilaksanakan dalam bentuk pertemuan secara langsung ataupun dalam bentuk penyampaian data dan konfirmasi secara elektronis, namun tidak menghapus keharusan penyusunan Berita Acara Rekonsiliasi sesuai ketentuan yang berlaku. c.
Pelaksanaan rekonsiliasi data BMN dapat dilaksanakan secara manual atau dengan bantuan berupa penggunaan aplikasi, baik yang sudah ada maupun yang khusus dalam rangka pelaksanaan rekonsiliasi data BMN.
2.
Pelaksanaan rekonsiliasi data BMN internal Kementerian Negara/Lembaga Rekonsiliasi data BMN dilaksanakan dengan memperhatikan jadwal penyampaian laporan ke Kementerian Keuangan dan struktur organisasi pada Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal dan Informal, khususnya terkait dengan unit akuntansi keuangan dan unit akuntansi barang.
64
D. Bagan Alur Rekonsiliasi Pelaksanaan rekonsiliasi data BMN sangat berkaitan dengan pelaksanaan pelaporan BMN, baik subyek, objek, maupun waktu pelaksanaan. Oleh karena itu, alur pelaksanaan rekonsiliasi secara umum dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut:
Keterangan: Alur Pelaporan Alur Rekonsiliasi
E. Jadwal Rekonsiliasi Rekonsiliasi Internal dilaksanakan: a.
Tingkat Satuan Kerja, antara UAKPB dan UAKPA, dilakukan setiap bulan sebelum tanggal penyampaian Laporan Keuangan kepada KPPN; dan
semester sebelum
tanggal penyampaian Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) pada KPKNL: b.
Tingkat Eselon-I, antara UAPPB-EI dan UAPPA-EI, dilakukan setiap semester sebelum tanggal penyampaian Laporan Barang Pengguna-Eselon I (LBP-EI) kepada kantor pusat DJKN (Opsional/Tidak Wajib).
F. Rekonsiliasi Internal Pada Tingkat Satuan Kerja 1.
Dokumen sumber rekonsiliasi data BMN tingkat Satuan Kerja a.
Dokumen transaksi BMN, yang meliputi: 1) Surat Perintah Membayar (SPM) realisasi belanja pembentuk BMN; 2) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) realisasi belanja pembentuk BMN; 65
3) Risalah lelang atas pelaksanaan penjualan BMN dengan cara lelang; 4) Surat Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang bersumber dari pengelolaan BMN. b.
Laporan Barang Kuasa Pengguna (LBKP) pada UAKPB beserta Arsip data komputer (ADK).
c.
Laporan Keuangan Kuasa Pengguna Anggaran pada UAKPA, beserta Arsip Data Komputer.
d.
Dokumen lainnya terkait BMN yang dianggap perlu dalam pelaksanaan rekonsiliasi, antara lain: 1) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), khususnya yang terkait BMN; 2) Rekapitulasi data mutasi BMN per jenis transaksi; 3) Daftar SPM/SP2D pembentuk BMN periode berjalan.
2.
Ketentuan umum pelaksanaan rekonsiliasi data BMN tingkat Satuan Kerja a.
Rekonsiliasi tingkat satuan kerja terdiri atas: 1) Rekonsiliasi saldo awal; 2) Rekonsiliasi transaksi periode berjalan; 3) Rekonsiliasi PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN.
b.
Hasil rekonsiliasi berupa nilai BMN yang disepakati dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi dengan format sebagaimana diatur dalam Format Berita Acara Rekonsiliasi: 1) Register Pengiriman/Penerimaan Data SIMAK-BMN ke SAK, yang telah ditandatangani oleh petugas SIMAK-BMN dan petugas SAK; 2) LBKP periode berjalan, yang telah ditandatangani oleh pejabat penanggung jawab UAKPB atau yang dikuasakan; 3) Neraca dan Laporan Realisasi Anggaran periode berjalan, yang telah ditandatangani oleh pejabat penanggung jawab UAKPA atau yang dikuasakan; 4) Data dan dokumen lain yang dianggap penting.
c.
Berita Acara Rekonsiliasi ditandatangani oleh penanggungjawab UAKPB dan UAKPA, atau pejabat/staf yang ditunjuk/dikuasakan.
d.
Berita Acara Rekonsiliasi merupakan lampiran dari LK-KPA dan LBKP yang disampaikan oleh satuan kerja kepada KPPN, KPKNL dan unit akuntansi pada jenjang di atasnya. 66
e.
Dalam hal pada saat rekonsiliasi terjadi koreksi data yang mengharuskan dilakukannya perbaikan atas LBKP atau LK-KPA, maka LBKP atau LKKPA harus diperbaiki dan disusun ulang serta ditandatangani oleh penanggungjawab UAKPB atau UAKPA, untuk kemudian disampaikan kepada unit akuntansi jenjang berikutnya dan KPKNL/KPPN.
f.
Koreksi atas LBKP atau LKKL-KPA dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
3.
Unsur data rekonsiliasi data BMN tingkat Satuan Kerja a.
BMN yang disajikan dalam Berita Acara Rekonsiliasi adalah rincian BMN intrakomptabel
menurut
perkiraan/akun
neraca
sesuai
peraturan
perundangundangan yang berlaku, meliputi: 1) Aset Lancar a) Persediaan 2) Aset Tetap a) Tanah b) Peralatan dan Mesin c) Gedung dan Bangunan d) Jalan, Irigasi dan Jaringan e) Konstruksi Dalam Pengerjaan f)
Aset Tetap Lainnya
3) Aset Lainnya a) Aset Tak Berwujud b) Kemitraan Dengan Pihak Ketiga c) Aset Lain-Lain, berupa aset yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional Pemerintah 4) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap a) Peralatan dan Mesin b) Gedung dan Bangunan c) Jalan, Irigasi dan Jaringan d) Aset Tetap Lainnya e) Aset Lain-Lain, berupa aset yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional Pemerintah
67
b.
Penyajian nilai BMN per perkiraan/akun neraca pada Lampiran Berita Acara Rekonsiliasi dirinci hingga 4 (empat) digit mata anggaran pengeluaran, kecuali perkiraan/akun jalan, irigasi, dan jaringan dirinci hingga 5 (lima) digit mata anggaran pengeluaran (534xx).
c.
Penyajian BMN ekstrakomptabel pada Berita Acara berupa total nilai BMN ekstrakomptabel. Penyajian secara rinci dilakukan pada LBKP periode berjalan.
d.
Penyajian nilai BMN berupa Persediaan dilakukan hanya pada saat rekonsiliasi data BMN periode semesteran dan tahunan.
4.
Prosedur rekonsiliasi saldo awal dalam rangka rekonsiliasi data BMN tingkat Satuan Kerja a.
Saldo awal merupakan nilai BMN dalam LBKP dan LK-KPA untuk posisi per tanggal 1 periode rekonsiliasi data BMN, misalnya: 1) Rekonsiliasi bulanan: rekonsiliasi suatu satuan kerja bulan April 20xx, maka saldo awal LBKP dan LKKL-KPA adalah nilai BMN per 1 April 20xx. 2) Rekonsiliasi semesteran: rekonsiliasi suatu satuan kerja semester I tahun 20xx, maka saldo awal LBKP dan LKKL-KPA adalah nilai BMN per 1 Januari 20xx. 3) Rekonsiliasi tahunan: rekonsiliasi suatu satuan kerja tahun anggaran 20xx, maka saldo awal LBKP dan LKKL-KPA adalah nilai BMN per 1 Januari 20xx.
b.
Untuk pelaksanaan rekonsiliasi pertama kali, rekonsiliasi saldo awal BMN harus menyajikan nilai BMN menurut LBKP dan LK-KPA di dalam Lampiran Berita Acara berdasarkan saldo akhir periode sebelumnya. Dalam hal terjadi perbedaan, maka nilai yang disepakati sebagai nilai saldo awal dalam pelaksanaan rekonsiliasi data BMN harus disajikan dalam Lampiran Berita Acara Rekonsiliasi.
c.
Untuk pelaksanaan rekonsiliasi berikutnya, rekonsiliasi saldo awal dimaksudkan untuk menjaga konsistensi nilai BMN pada awal periode Rekonsiliasi dengan nilai BMN periode rekonsiliasi sebelumnya yang telah disepakati berdasar akun neraca.
d.
Pada prinsipnya, tidak diperkenankan adanya perubahan/koreksi nilai saldo awal BMN yang tersaji dalam LBKP dan/atau LK KPA audited.
e.
Dalam hal terjadi perubahan saldo awal yang mengakibatkan inkonsistensi nilai saldo awal, maka perubahan dimaksud harus disajikan sebagai koreksi dalam 68
Lampiran Berita Acara Rekonsiliasi dengan disertai penjelasan mengenai perubahan yang ada. 5.
Prosedur rekonsiliasi periode berjalan dalam rangka rekonsiliasi data BMN tingkat Satuan Kerja. a.
Rekonsiliasi dilakukan dengan mencocokkan data transaksi BMN yang diinput dalam SIMAK-BMN tingkat UAKPB dan SAK tingkat UAKPA pada periode yang sama. Misalnya: rekonsiliasi bulan April 20xx dilakukan dengan mencocokkan data transaksi BMN yang diinput dalam SIMAK BMN dan SAK pada bulan April 20xx.
b.
Transaksi periode berjalan adalah transaksi-transaksi yang terjadi dalam 1 (satu) periode rekonsiliasi yang harus dicatat/dibukukan sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.
c.
Rekonsiliasi transaksi periode berjalan terdiri dari: 1) Rekonsiliasi transaksi keuangan pembentuk BMN, dan 2) Pemutakhiran data transaksi non keuangan pembentuk BMN.
d.
Rekonsiliasi transaksi keuangan pembentuk BMN adalah kegiatan pencocokan data realisasi belanja APBN pembentuk BMN, meliputi: 1) Transaksi belanja modal, dan 2) Transaksi belanja non modal
e.
Rekonsiliasi transaksi keuangan pembentuk BMN dimaksudkan untuk melakukan pencocokan antara nilai realisasi belanja pembentuk BMN pada SAK dengan nilai mutasi tambah BMN intrakomptabel yang berkenaan dengan realisasi belanja APBN pada SIMAK-BMN selama periode berjalan. Pencocokan dilakukan dengan cara membandingkan data SPM dan SP2D pembentuk BMN antara hasil olahan SAK dan hasil olahan SIMAK-BMN.
f.
Pencocokan data SPM dan SP2D pembentuk BMN antara SAK dan SIMAK BMN meliputi: 1) Nilai SPM/SP2D pembentuk BMN periode berjalan menurut jenis belanja modal hingga 4 (empat) digit mata anggaran pengeluaran, kecuali belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan hingga 5 (lima) digit mata anggaran pengeluaran; 2) Nilai SPM/SP2D pembentuk BMN periode berjalan menurut jenis akun neraca BMN. 69
g.
Proses pencocokan data SPM/SP2D pembentuk BMN antara SAK dan SIMAKBMN, sekurang-kurangnya harus menyajikan data dan informasi mengenai penambahan nilai BMN intrakomptabel yang diperoleh dari realisasi belanja modal periode berjalan menurut jenis belanja modal hingga 4 (empat) digit mata anggaran pengeluaran kecuali belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan hingga 5 (lima) digit mata anggaran pengeluaran disertai daftar SPM/SP2D belanja modal pembentuk BMN intrakomptabel.
h.
Rekonsiliasi data transaksi keuangan pembentuk BMN harus mengungkapkan ketidaksesuaian yang ditemukan dalam proses pencocokan data, yang sekurangkurangnya meliputi: 1) Nilai BMN yang diperoleh dari realisasi belanja non modal menurut jenis belanja non modal hingga 2 (dua) digit mata anggaran pengeluaran disertai daftar SPM/SP2D belanja non modal pembentuk BMN. 2) Nilai realisasi belanja modal hingga periode berjalan yang belum/tidak membentuk nilai BMN intrakomptabel untuk tiap-tiap jenis belanja modal hingga 4 (empat) digit mata anggaran pengeluaran kecuali belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan hingga 5 (lima) digit mata anggaran pengeluaran disertai daftar SPM/SP2D belanja modal, termasuk namun tidak terbatas pada: a) realisasi belanja modal pembentuk BMN ekstrakomptabel b) realisasi belanja modal yang tidak terkapitalisasi sebagai BMN intrakomptabel 3) Nilai realisasi belanja modal pembentuk BMN yang tidak sesuai antara jenis belanja modal dan jenis akun neraca menurut jenis belanja modal hingga 4 (empat) digit mata anggaran pengeluaran kecuali belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan hingga 5 (lima) digit mata anggaran pengeluaran disertai daftar SPM/SP2D belanja modal pembentuk BMN. 4) Pemutakhiran data transaksi non keuangan BMN dilakukan dalam rangka pengiriman data mutasi BMN dari SIMAK-BMN oleh UAKPB kepada SAK oleh UAKPA. Rekonsiliasi transaksi non keuangan BMN meliputi mutasi tambah dan mutasi kurang BMN periode berjalan.
6.
Prosedur rekonsiliasi data PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN tingkat Satuan Kerja. 70
a.
Rekonsiliasi data Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang bersumber dari Pengelolaan BMN dimaksudkan untuk: 1) Melakukan pencocokan data PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN antara: a) Laporan Keuangan berupa Laporan Realisasi Anggaran pada SAK berdasarkan dokumen sumber sesuai ketentuan seperti Surat Setoran Bukan Pajak (SSBP) PNBP dari pengelolaan BMN. b) Dokumen sumber kegiatan pengelolaan BMN yang terkait dengan PNBP seperti risalah lelang, kontrak/perjanjian, putusan pengadilan, dan lain sebagainya. 2) Menyiapkan data dan informasi sebagai bahan penyusunan Laporan PNBP yang harus disampaikan oleh UAKPB dalam rangka penatausahaan BMN.
b.
PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN meliputi semua jenis PNBP yang dihasilkan dari semua jenis kegiatan pengelolaan BMN, berupa: 1) Pemanfaatan BMN; 2) Pemindahtanganan BMN; 3) Penghapusan BMN; dan/atau 4) Penerimaan lainnya, yang antara lain meliputi namun tidak terbatas pada; a) Penerimaan yang diperoleh dari pembayaran tagihan tuntutan ganti rugi yang terkait dengan BMN, b) Penerimaan yang diperoleh berdasarkan putusan pengadilan yang terkait BMN, c) Peneriman yang diperoleh berdasarkan hasil pemeriksaan aparat pengawas fungsional yang terkait dengan BMN, d) Penerimaan yang diperoleh sebagai akibat dari kegiatan penggunaan BMN.
71
c.
Rekonsiliasi PNBP yang bersumber dari Pengelolaan BMN sekurangkurangnya mengungkapkan: 1) Nilai PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN periode berjalan menurut jenis penerimaan 2) Data SSBP yang mengakibatkan PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN periode berjalan
G. Rekonsiliasi Internal Pada Tingkat Eselon I Prosedur rekonsiliasi internal Tingkat Eselon I dapat dilaksanakan sebagaimana rekonsiliasi pada tingkat satuan kerja, berdasarkan hasil penghimpunan data dan informasi dari unit akuntansi yang berada di bawahnya. 1.
2.
Dokumen sumber a.
Berita acara rekonsiliasi internal data BMN;
b.
Laporan Barang Pengguna-Eselon I; dan
c.
Dokumen lain yang dianggap perlu.
Ketentuan umum a.
Rekonsiliasi data BMN terdiri atas: 1) Rekonsiliasi saldo awal; 2) Rekonsiliasi transaksi periode berjalan; 3) Rekonsiliasi PNBP yang bersumber dari pengelolaan BMN.
b.
Hasil rekonsiliasi berupa nilai BMN yang disepakati dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi dengan format sebagaimana diatur dalam Lampiran.
c.
Berita Acara Rekonsiliasi ditandatangani oleh penanggungjawab unit akuntansi barang dan unit akuntansi keuangan, atau pejabat/staf yang ditunjuk/dikuasakan.
d.
Berita Acara Rekonsiliasi merupakan lampiran dari LKKL dan LBP yang dikirimkan oleh UAPPA-E1 dan UAPA kepada Kantor Pusat DJPB,
serta
UAPPB-E1 dan UAPB kepada Kantor Pusat DJKN dan unit akuntansi pada jenjang di atasnya. e.
Dalam hal pada saat rekonsiliasi terjadi koreksi data yang mengharuskan dilakukannya perbaikan atas LBP atau LKKL, maka LBP atau LKKL harus diperbaiki dan disusun ulang serta ditandatangani oleh penanggungjawab UAPPB.E1 dan UAPPA.E1, untuk kemudian disampaikan kepada unit akuntansi jenjang berikutnya Kantor Pusat DJKN/DJPB.
72
f.
Koreksi atas LBP atau LKKL dilaksanakan sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku.
3.
Unsur data rekonsiliasi. a.
BMN yang disajikan dalam Berita Acara Rekonsiliasi adalah rincian BMN intrakomptabel menurut perkiraan/akun neraca sesuai peraturan perundangundangan yang berlaku, meliputi: 1) Aset Lancar a) Persediaan 2) Aset Tetap a) Tanah b) Peralatan dan Mesin c) Gedung dan Bangunan d) Jalan, Irigasi dan Jaringan e) Konstruksi Dalam Pengerjaan f)
Aset Tetap Lainnya
3) Aset Lainnya a) Aset Tak Berwujud b) Kemitraan Dengan Pihak Ketiga c) Aset Lain-Lain, berupa aset yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional Pemerintah 4) Akumulasi Penyusutan Aset Tetap a) Peralatan dan Mesin b) Gedung dan Bangunan c) Jalan, Irigasi dan Jaringan d) Aset Tetap Lainnya e) Aset Lain-Lain, berupa aset yang tidak digunakan dalam kegiatan operasional Pemerintah 4.
Periode pelaksanaan Rekonsiliasi data BMN internal pada tingkat Eselon I dilakukan setiap semester dan tahunan.
73
5.
Prosedur rekonsiliasi saldo awal a.
Saldo awal merupakan nilai BMN dalam LBP dan LKKL per tanggal 1 periode rekonsiliasi data BMN.
b.
Untuk pelaksanaan rekonsiliasi pertama kali, rekonsiliasi saldo awal BMN harus menyajikan nilai BMN menurut LBP dan LKKL di dalam Lampiran Berita Acara berdasarkan saldo akhir BMN periode sebelumnya. Dalam hal terjadi perbedaan, maka nilai yang disepakati sebagai nilai saldo awal dalam pelaksanaan rekonsiliasi data BMN harus disajikan dalam Lampiran Berita Acara Rekonsiliasi, dengan disertai penjelasan mengenai perbedaan yang ada.
c.
Untuk pelaksanaan rekonsiliasi berikutnya, rekonsiliasi saldo awal dimaksudkan untuk menjaga konsistensi nilai BMN pada awal periode berjalan dengan nilai BMN periode sebelumnya yang telah disepakati.
d.
Rekonsiliasi saldo awal dilakukan dengan membandingkan nilai saldo akhir BMN periode rekonsiliasi sebelumnya dengan nilai saldo awal BMN periode rekonsiliasi menurut akun neraca eselon-I.
6.
Prosedur rekonsiliasi periode berjalan a.
Rekonsiliasi periode berjalan dimaksudkan untuk mencocokkan data transaksi periode berjalan yang terkait dengan BMN pada SIMAK-BMN dan SAK.
b.
Transaksi periode berjalan adalah transaksi-transaksi yang terjadi dalam 1 (satu) periode rekonsiliasi yang harus dicatat/dibukukan sebagai bagian dari pertanggungjawaban dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.
c.
Rekonsiliasi periode berjalan dilakukan dengan melakukan pencocokan data: 1) nilai mutasi periode berjalan BMN pada SIMAK-BMN dengan perubahan nilai BMN pada neraca SAK; atau 2) nilai saldo akhir BMN per perkiraan/akun neraca pada neraca SIMAKBMN dengan nilai saldo akhir BMN pada neraca SAK
d.
Pencocokan data dalam rangka rekonsiliasi periode berjalan dilakukan menurut perkiraan/akun neraca UAPPB-EI.
74
BAB VIII PENUTUP
1.
Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK) Penatausahaan BMN berlaku terhitung mulai tanggal ditetapkan;
2.
Apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam NSPK ini, akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya;
3.
NSPK ini akan disesuaikan apabila terdapat perubahan peraturan yang mengatur tentang Penatausahaan BMN;
4.
Bagian Umum Ditjen PAUDNI akan melakukan pembinaan dan koordinasi sesuai dengan perkembangan dan perubahan peraturan dalam urusan pengadaan kepada semua satuan kerja di lingkungan Ditjen PAUDNI.
Ditetapkan di Jakarta Direktur Jenderal,
Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi. Psikolog NIP 19570322 198211 2 001
75