PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA REALIA TERHADAP KEAKTIFAN BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DI SEKOLAH DASAR NEGERI SETIA DARMA 03 TAMBUN SELATAN Novita Lestari* Eka Mustika e-mail :
[email protected] ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah perihal keaktifan belajar siswa di SD Negeri Setia Darma 03. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan media realia yang dipilih peneliti terhadap keaktifan belajar siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen kuasi dengan dengan menggunakan nonequivalent(pretest and posttest) Control-Group Design. Pada kelas eksperimen menggunakan media realia. Pengumpulan data dalam penelitian ini berupa angket, observasi dan tes soal. Sampel penelitian berjumlah 25 siswa untuk kelas eksperimen dan 25 siswa untuk kelas kontrol. Hasil penelitian menunjukan rata-rata pretest untuk kelas eksperimen adalah 79,08 dan posttest 96,56 dengan Koefisien Determinasi 26.7%. Sedangkan untuk rata-rata pretest kelaskontrol adalah 67,88 dan posttest 73,52. Hasil dari analisis dalam eksperimen ini dengan menggunakan analisis perhitungan independent sample t-testyang diperoleh nilai 15.849. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa media realia dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa pada pelajaran IPA kelas IV di Sekolah Dasar Negeri Setia Darma 03 Tambun Selatan. Kata kunci I.
: Media realia, keaktifan belajar siswa.
PENDAHULUAN
Mata pelajaran IPA menuntut siswa untuk aktif dalam kegiatan belajarnya. Siswa melakukan aktivitas-aktivitas inderawi yang bertujuan untuk mengetahui konsep-konsep IPA, yaitu seperti melakukan kegiatan pengamatan terhadap suatu objek untuk kemudian menyimpulkan dari objek yang bersifat abstrak menjadi konkrit dan mudah dipahami. Sehingga dalam proses pembelajaran IPA, guru seharusnya mengaplikasikan pembelajaran yang melibatkan siswa dalam proses pembelajaran serta guru merancang pembelajaran yang kreatif yang menumbuhkan keaktifan siswa dalam belajar. PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
Berdasarkan hasil observasi di kelas IV SD Negeri Setia Darma 03 diperoleh informasi bahwa keaktifan belajar siswa masih terlihat rendah. Siswa lebih bersifat pasif dalam proses pembelajaran. Aktivitas-aktivitas belajar yang ditunjukkan siswa kurang optimal. Terlihat dari kurangnya siswa dalam mengajukan suatu pertanyaan, kurangnya keberanian siswa dalam demonstrasi di depan kelas dan kurangnya siswa dalam mengemukakan pendapat saat diskusi kelompok. Selain informasi di atas, dalam observasi yang dilakukan peneliti juga mengamati proses pembelajaran IPA. Terlihat guru belum memanfaatkan media yang ada di sekitar lingkungan sekolah dalam pembelajaran IPA. Benda atau
1
objek nyata yang sederhana belum dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran IPA. Guru lebih sering menggunakan media berupa gambar yang ada di buku teks pelajaran. Pada proses pembelajaran IPA yang hanya menggunakan media berupa gambar saja akan membuat pembelajaran kurang bermakna. Aktivitas belajar siswa tidak akan aktif karena siswa hanya melihat gambar saja tidak berinteraksi langsung dengan objek belajarnya. Sehingga siswa kurang bisa menemukan sendiri informasi dari pengalaman belajarnya yang mana pengalaman belajar yang dialami siswa sendiri akan menjadikan hal penting bagi siswa dalam memahami suatu materi pelajaran. Jika dilihat berdasarkan tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget, anak usia Sekolah Dasar termasuk ke dalam tahap Operasional konkrit dimana tahapan yang menunjukkan adanya sikap keingintahuannya cukup tinggi dari siswa untuk mengenali lingkungannya (Susanto, 2013:170). Melihat paparan tersebut, maka siswa Sekolah Dasar memerlukan pembelajaran yang bermakna dan konkrit melalui media pembelajaran khususnya pada pembelajaran IPA. Pemilihan media pembelajaran IPA haruslah tepat guna. Media tersebut merupakan media nyata yang terdapat di lingkungan sekitar, dalam arti media tersebut harus konkrit agar siswa dapat terlibat aktif dalam proses pembelajaran sehingga materi yang disampaikan guru dapat tersampaikan dengan baik kepada siswa. Media tersebut dapat diperlihatkan kepada siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Media yang memenuhi ketentuan tersebut dikenal dengan sebutan media realia. Media realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Ciriciri media realia yaitu benda asli yang masih ada dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran yang PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
sebenarnya, dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya (Uno, 2012:117). Melalui benda atau objek nyata, kegiatan belajar-mengajar dapat melibatkan semua indera siswa. Selain itu, kelebihan media realia yaitu dapat menerjemahkan ide/gagasan yang sifatnya abstrak menjadi realistik. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Heny Purwoningsih (2011) yang melakukan penelitian mengenai pengaruh media realia terhadap hasil belajar IPA. Dalam penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa media realia merupakan media pembelajaran IPA yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar IPA. Sehingga melalui media ini, juga diharapkan dapat berpengaruh positif terhadap keaktifan siswa dalam belajar IPA. Berdasarkan uraian yang dikemukakan di depan bahwa terdapat perbedaan penelitian yang dilakukan oleh Heny Purwoningsih (2011) dan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Heny Purwoningsih (2011) yaitu pembelajaran IPA dengan menggunakan media realia berupa cutaways tubuh manusia. Sedangkan penelitian yang akan dilakukan yaitu pembelajaran IPA dengan menggunakan media realia berupa benda-benda nyata yang ada di lingkungan belajar siswa. Dari uraian di atas, peneliti ingin mengetahui sejauh mana pengaruh penggunaan media realia terhadap keaktifan belajar siswa. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengangkat judul “ Pengaruh penggunaan media realia terhadap keaktifan belajar siswa pada pelajaran IPA kelas IV di SD Negeri Setia Darma 03 Tambun Selatan”. II. LANDASAN TEORETIS 2.1 Media Realia Asyar (2011:54) menjelaskan bahwa media realia adalah benda yang dapat
2
dilihat, di dengar atau dialami oleh peserta didik sehingga memberikan pengalaman langsung kepada mereka. Sedangkan menurut Uno (2012 : 117), realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Menurut Brown (1985) dalam Uno (2012 : 117) menjelaskan bahwa ciri media realia adalah benda asli yang masih berada dalam keadaan utuh, dapat dioperasikan, hidup, dalam ukuran sebenarnya, dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya. Sehingga media realia merupakan media pembelajaran yang memiliki potensi untuk digunakan dalam berbagai topik mata pelajaran. Munadi (2008:108) bahwa terdapat 3 (tiga) macam media realia, yakni: Unmodified real thing (benda nyata yang tidak dimodifikasi), Modified real things (benda nyata yang telah dimodifikasi) dan Specimen (sampel). 1) Unmodified real thing (benda nyata yang tidak dimodifikasi) Unmodified real thing adalah benda nyata yang sebagaimana adanya tanpa adanya perubahan kecuali dipindahkan dari tempat aslinya. Benda-benda ini sebenarnya mempunyai ciri, yaitu benda yang dapat digunakan dan dalam ukuran yang normal serta dapat dikenal dengan nama sebenarnya, seperti macam-macam daun. 2) Modified real things (benda nyata yang telah dimodifikasi) Kategori Modified real things termasuk mock-up (tiruan), miniatur dan cutaways (potongan-potongan). 3) Specimen Specimen seringkali diartikan sebagai sampel dari suatu benda dalam grup atau kategori yang sama. Sebuah specimen kadang-kadang tidak dimodifikasi dan biasanya bagian dari lingkungan. Specimen yang digunakan
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
dalam proses pengajaran biasanya dalam kemasan botol, box, dll.
Simbol Verbal
Simbol Visual
Abstrak
Rekaman radio Film Televisi Pameran Darmawisata Demonstrasi Pengalaman yang di dramatisir Pengalaman yang logis
Konkrit Pengalaman langsung bertujuan
Gambar Kerucut Pengalaman Dale Arsyar (2011:49) Gambar tersebut menjelaskan kelebihan media realia yang merupakan keunggulan media ini dari media yang lain dijelaskan oleh Edgar Dale (1969) dalam Arsyar (2011:49), yaitu dengan menyusun suatu bagan yang disebut Dale’s Cone of Experiences (Kerucut Pengalaman Dale). Penggambaran Dale dalam kerucutnya itu, jenjang pengalaman belajar disusun secara berurutan menurut tingkat kekonkritan dan keabstrakkan pengalaman. Pengalaman yang paling konkrit diletakkan pada dasar kerucut dan semakin ke puncak, pengalaman yang diperoleh semakin abstrak seperti terlihat pada Gambar di atas.
3
2.2 Keaktifan Belajar Siswa Dimyati dan Mudjiono (2010:45) yang menjelaskan bahwa dalam proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beranekaragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, dan berlatih keterampilan-keterampilan. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain. Menurut Paul D. Dierich dalam Yamin (2010:84) keaktifan siswa dalam belajar diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Kegiatan-kegiatan visual (membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain) 2) Kegiatan-kegiatan lisan (mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi, dan instrupsi) 3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio) 4) Kegiatan-kegiatan menulis (menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisikan angket) 5) Kegiatan-kegiatan menggambar (menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola) 6) Kegiatan metrik (melakukan percobaan, memilih alat-alat,
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
melaksanakan pameran, menari dan berkebun) 7) Kegiatan-kegiatan mental (merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisis factor-faktor, melihat hubunganhubungan, dan membuat keputusan) 8) Kegiatan-kegiatan emosional (minat, membedakan, berani, tenang dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain) Munculnya keaktifan belajar siswa merupakan suatu reaksi terhadap rangsangan yang diberikan guru. Oleh karena itu, guru perlu memahami prinsipprinsip umum bagaimana memberi rangsangan agar siswa aktif belajar. Prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam usaha menciptakan kondisi belajar agar siswa dapat mengoptimalkan aktivitasnya dalam pembelajaran dijelaskan oleh Suprihatiningrum (2013:100) yaitu sebagai berikut : 1) Dalam pembelajaran menggunakan macam-macam metode dan media; 2) Dalam pembelajaran memberikan pada siswa secara individu dan kelompok; 3) Memberikan kesempatan diskusi dan tanya jawab; 4) Memberikan tugas pada siswa untuk mempelajari bahan dan mencakup hal-hal yang belum jelas dan penting; 5) Memberikan kesempatan pada siswa melakukan percobaan-percobaan secara berkelompok. III. METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimen kuasi, dengan desain nonequivalent(pretest and posttest) Control-Group Design. Pada kelas eksperimen, peneliti menggunakan media realia dalam pembelajaran. Sedangkan di kelas kontrol, peneliti menggunakan
4
media gambar (tidak menggunakan media realia) dalam pembelajaran. IV. HASIL PENELITIAN 4.1 Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian dilakukan di SD Negeri Setia Darma 03 yang berada di Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi. Penelitian dilakukan di kelas IVA dan IVB. Kelas IVA sebagai kelas eksperimen sedangkan kelas IV sebagai kelas control. Pada bab ini, akan diuraikan hasil penelitian yang telah dilakuakan. 1) Data Keaktifan Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Media Realia (Kelas Eksperimen) Data pretest dari keaktifan belajar siswa yang diajarkan sebelum menggunakan media realia didapat nilai terendah sebesar 71, sedangkan nilai tertinggi sebesar 91. Dengan rata-rata sebesar 79.08, varians sebesar 29.493 dan standar deviasi sebesar 5.431. Sedangkan Data posttest dari keaktifan belajar siswa yang diajarkan setelah menggunakan media realia didapat nilai terendah sebesar 85, sedangkan nilai tertinggi sebesar 107. Dengan rata-rata sebesar 96.56, varians sebesar 31.173 dan standar deviasi sebesar 5.583. Hasil analisis deskriptif rata-rata pretest dan posttest dalam penelitin ini dapat dilihat bahwa untuk rata-rata pretest sebesar 68.17% meningkat menjadi 83.24% pada rata-rata posttest. Diagram Batang untuk Rata-rata Pretest dan Posttest Kelas Eksperimen
2) Data Keaktifan Belajar Siswa Yang Diajar Menggunakan Media Gambar (Kelas Kontrol) Data pretest dari keaktifan belajar siswa yang diajarkan sebelum menggunakan media gambar didapat nilai terendah sebesar 60, sedangkan nilai tertinggi sebesar 76. Dengan rata-rata sebesar 67.88, varians sebesar 19.61 dan standar deviasi sebesar 4.428. Sedangkan Data posttest dari keaktifan belajar siswa yang diajarkan setelah menggunakan media gambar didapat nilai terendah sebesar 63, sedangkan nilai tertinggi sebesar 81. Dengan rata-rata sebesar 73.52, varians sebesar 21.26 dan standar deviasi sebesar 4.611. Hasil analisis deskriptif rata-rata pretest dan posttest dalam penelitin ini dapat dilihat bahwa untuk rata-rata pretest sebesar 58.51% meningkat menjadi 63.38% pada rata-rata posttest. Gambar 4.2 Diagram Batang untuk Rata-rata Pretest dan Posttest Kelas Kontrol
4.2 Analisis Data Penelitian 1) Uji Normalitas Data
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
5
Hasil output SPSS untuk uji normalitas pada kelas eksperimen dapat dilihat pada hasil “Kolmogrov-Sminov” dan juga hasil “Asymp.Sig (2tailed)”, untuk mengetahui normal atau tidaknya suatu data dapat dilihat dari hasil Asymp.Sig (2tailed) dengan taraf signifikasi 5% (0.05). Jika hasil sig. tersebut lebih dari 0.05 maka distribusi normal ( p> 0.05 ), jika sig. kurang dari 0.05 maka distribusi tidak normal ( p ≤ 0.05 ). Adapun hasil signifikasi untuk “Asymp.Sig (2tailed)” pada kedua kelas yaitu 0.200 lebih dari 0.05, maka hasil pretest dan posttest kedua kelas berdistribusi normal. 2) Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas pada pretest kedua kelas menunjukkan nilai signifikasi 0.376. Oleh karena nilai signifikasi lebih dari nilai alpha 0.05 maka keputusan hasil dari pretest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu menunjukkan bahwa varian homogen. Sedangkan hasil homogeneity varians pada posttest kedua kelas menunjukkan nilai signifikasi 0.583. Oleh karena nilai signifikasi lebih dari nilai alpha 0.05 maka keputusan hasil dari posttest antara kelas eksperimen dan kelas kontrol yaitu menunjukkan bahwa varian homogen. 3) Uji Hipotesis Untuk mengetahui pengaruh media realia terhadap keaktifan belajar siswa, maka penelitian ini menggunakan analisa perhitungan Independent Sampel T-tes. Dengan menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows pada hasil posttest kedua kelompok yaitu : PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
Pada perhitungan di atas terlihat bahwa nilai thitung = 15.839 dan ttabel = 2.011, dengan df = 48, signifikasi (2-tailed) = 0.000 maka signifikasi < 0.05 (α). Adapun kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel, Sedangkan pada perhitungan di atas terlihat thitung > ttabel (thitung = 15.839 > ttabel = 2.011) berarti H1 diterima artinya, terdapat perbedaan antara nilai posttest kelas eksperimen dengan nilai posttest kelas kontrol, dimana nilai rata-rata posttest kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai rata-rata posttest kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media realia lebih efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dibandingkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan media gambar. Selanjutnya dilakukan uji beda untuk nilai N-Gain kedua kelas dan hasilnya sebagai berikut.
Pada perhitungan di atas, tampak bahwa nilai signifikan F (0.13)> 0.05 maka data dikatakan data homogen. Pada perhitungan di atas terlihat bahwa nilai thitung = 11.745 dan ttabel = 2.011, dengan df = 48, signifikasi (2-tailed) = 0.000 maka signifikasi < 0.05 (α). Adapun kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung > ttabel, Sedangkan pada perhitungan di atas terlihat thitung > ttabel (thitung = 11.745 > ttabel = 2.011) berarti H1 diterima artinya, terdapat perbedaan antara nilai N-Gain
6
kelas eksperimen dengan nilai NGainkelas kontrol, dimana nilai rata-rata N-Gain kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai rata-rata N-Gainkelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media realia lebih efektif dalam meningkatkan keaktifan kelajar siswa dibandingkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan media gambar. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan Media Realia terhadap Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas IV di SD Negeri Setia Darma 03 Tambun Selatan. V. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini mencakup pengaruh penggunaan media realia terhadap keaktifan belajar siswa di SD Negeri Setia Darma 03 Tambun Selatan. Keaktifan belajar siswa kelas IV yang diajarkan dengan menggunakan media realia mendapatkan nilai rata-rata sebesar 96.56. Serta terjadi peningkatan yang signifikan keaktifan belajar siswa yang dapat dilihat dari hasil observasi saat pembelajaran berlangsung. 1. Keaktifan belajar siswa kelas IV yang diajarkan dengan menggunakan media gambar mendapatkan nilai
rata-rata sebesar 73.52. Nilai tersebut lebih rendah dibandingkan dengan kelas IV yang diajarkan dengan menggunakan media realia. 2. Berdasarkan perhitungan pengujian hipotesis didapatkan nilai thitung = 11.745 dan ttabel= 2.011, dengan df = 48, signifikasi (2-tailed) = 0.000 maka signifikasi < 0.05 (α). Adapun kriteria pengujian adalah tolak H0 jika thitung >ttabel, Sedangkan pada perhitungan di atas terlihat thitung >ttabel (thitung = 11.745 > ttabel= 2.011) berarti H1 diterima artinya, terdapat perbedaan antara nilai N-Gain kelas eksperimen dengan nilai N-Gainkelas kontrol, dimana nilai rata-rata N-Gain kelas eksperimen lebih besar dibandingkan nilai rata-rata N-Gainkelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media realia lebih efektif dalam meningkatkan keaktifan belajar siswa dibandingkan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan media gambar. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat Pengaruh Penggunaan Media Realia terhadap Keaktifan Belajar Siswa pada Mata Pelajaran IPA kelas IV di SD Negeri Setia Darma 03 Tambun Selatan.
*Novita Lestari adalah Mahasiswa PGSD FKIP Universitas Islam “45” *Eka Mustika adalah dosen PGSD FKIP Universitas Islam “45”
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
7
DAFTAR RUJUKAN
Anitah, Sri dkk. 2008. Strategi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka. Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Arsyar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta: GP Press. Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Djamarah, Syaiful Bahri. 2011. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Ibrahim, R dan Nana Syaodih S. 2010. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi. Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran. Jakarta:GP Press. Riduwan. 2013. Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan r & d. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2013. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. Sumiati dan Asra. 2008. Metode Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima. Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-ruz Media. Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar & Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Susetyo, Budi. 2010. Statistika Untuk Analisa Data Penelitian. Bandung: PT Refika Aditama. Uno, Hamzah B. 2012. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara. Yamin, Martinis. 2010. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta:GP Press. Purwoningsih, Heny. 2011. Pengaruh Penggunaan Media Realia Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SDN Srengseng Sawah Jagakarsa Jakarta Selatan. FIP UNJ Evawani, Triastuti dkk. 2013. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bermakna Menggunakan Lembar Kerja Siswa Divergen Pada Materi Ciri-ciri Makhluk Hidup. dalam (http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jere/article/download/1333/1312) Diunduh pada 21 April 2014 pukul 21.20 wib. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.(http://www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf) Diunduh pada 21 April 2014 pukul 20.35 wib.
PEDAGOGIK Vol. II, No. 2, September 2014
8