PEMBELAJARAN SAINSBERBASIS ICTUNTUK MENINGKATKAN ICT LITERACYSISWA SEKOLAH DASAR Eka Mustika* Email:
[email protected] ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan pada rendahnya ICT literacy siswa di Indonesia (PISA 2006). Berdasarkan hal tersebut, untuk meningkatkan ICT literacy, salah satunya dengan menggunakan pembelajaran sains berbasis ICT. Secara umum permasalahan dalam penelitian ini adalah “pembelajaran sainsberbasis ICT terhadap peningkatanICT literacysiswa sekolah dasar”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian kuasi eksperimen. Instrumen yang digunakan yaitu tes kemampuan pada ICT dan pedoman observasi portofolio. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Melong Mandiri 1 dan SDN Melong Mandiri 2. Kelas Eksperimen diberikan perlakuan dengan proses pembelajaran berbasis ICT, dan kelas kontrol menggunakan pembelajaran tidak berbasis ICT. Untuk mengetahui peningkatan ICT literacysiswa di kelas eksperimen dan kelas kontrol diawal pembelajaran keduannya mendapatkan pre test dan di akhir pembelajaran mendapatkan post test dengan soal yang sama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan N-Gain aspek-aspek pada aspek ICT literacy (mengakses (access), mengelola (manage), menyatukan (integrate), mengevaluasi (evaluate), dan membuat informasi (create)) di kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa pembelajaran sains berbasis ICT dapat lebih meningkatkan ICT literacy siswa secara signifikan dibandingkan dengan pembelajaran tidak berbasis ICT. Kata kunci : Pembelajaran SainsBerbasis ICT, ICT Literacy I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sains merupakan pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya, dimana didalamnya membahas tentang gejalagejala alam yang disusun secara sistematis, yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan. Pembelajaran sains berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
yang penuh rahasia yang tak habishabisnya. Kecenderungan Pembelajaran sains di Indonesia pada umumnya, hanya berorientasi pada ujian, pengalaman belajar yang diperoleh di kelas tidak utuh dan tidak berorientasi pada tercapainya SK dan KD, pembelajaran lebih bersifat teacher-centered, siswa hanya mempelajari sains pada domain kognitif yang terendah, peserta didik tidak dibiasakan untuk mengembangkan potensi berpikirnya, cara berpikir yang 30
dikembangkan dalam kegiatan belajar belum menyentuh domain afektif dan psikomotor. dan evaluasi yang dilakukan hanya berorientasi pada produk belajar yang berkaitan dengan domain kognitif dan tidak menilai proses (Ambarsari, 2011). Untuk itu diperlukan metodemetode dan media-media yang dapat mendukung pembelajaran sains. Salah satu caranya dengan pembelajaran berbasis ICT. Pembelajaran berbasis ICT adalah pembelajaran yang berasaskan konsep pembelajaran komputer dan multimedia. Pendidikan berbasis ICT saat ini sudah berkembang pesat di berbagai daerah. Kebutuhan akan berbagai media interaktif semakin dirasakan, mengingat kondisi perkembangan teknologi informasi (TI) semakin berkembang pesat. Dalam dunia pendidikan misalnya, siswa mulai prasekolah, SD, SMP, SMA dan SMK dituntut mengenal TI sejak dini (Ariani dan Haryanto, 2010). Selain sebagai sarana untuk meningkatkan motivasi belajar siswa, pembelajaran berbasis ICT juga dapat mempermudah guru dalam menyampaikan materi pembelajaran, membiasakan guru untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman yang semakin pesat saat ini. Sudah saatnya guru sedikit demi sedikit membiasakan diri mengajar menggunakan media berbasis ICT, tidak hanya mengandalkan buku yang sudah berbagai generasi redaksinya hanya itu-itu saja sehingga sudah sangat hapal diluar kepala (Daryanto, 2011).
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
Menurut Penelitian PISA-OECD (2009) dalam kurun waktu dari tahun 2000 sampai tahun 2009, 94% siswa di dunia telah mempunyai komputer di rumah, sedangkan di Indonesia sendiri 21%, dan siswa yang dapat mengakses Internet di rumah di bawah 10%. Pengusaan ICT siswa di Indonesia dinilai sangat kecil sekali, mungkin ini disebabkan berbagai factor, seperti tingkat ekonomi dan pengadaan sarana prasarana di sekolah. Padahal Terdapat kesepakatan umum bahwa Information and Communication Technologies (ICT) adalah baik untuk pengembangan dunia pendidikan. Berdasarkan penelitian British Educational Research Association (BERA, 2002), menunjukkan bahwaICT dapatmembuat perbedaancara belajarmurid sekolah dasar.Dalampenelitian besarnyaada hubunganpositif antarapenyediaanatau penggunaan sumber dayaICTdan pencapaianmurid.Analisisintervensi yang ditargetkanmenggunakanICTmenunjukkan gambaran yang lebihpositif, tetapi tidakseefektifinovasipendidikan lainnya. Dan keuntungan yang lebihbesardalam pencapaianmurid,dapat dicapaidimana penggunaanICTdirencanakan, terstruktur danterintegrasisecara efektif. Menyadari peran strategis pendidikan dalam mewujudkan masyarakat berpengetahuan tersebut, Departemen Pendidikan Nasional telah melakukan berbagai kegiatan yang didalamnya termasuk pemanfaatan dan pendayagunaan ICT untuk memperluas akses terhadap pendidikan bermutu dan meningkatkan mutu, relevansi dan daya
31
saing pendidikan. Untuk mempercepat pendayagunaan dan pemanfaatan ICT untuk pendidikan telah dilakukan berbagai upaya untuk mendorong akselerasi dan peningkatan “ICT literacy”. Dan menggunakan ICTliteracy untuk menunjang pembelajaran lain dan contohnya sains SD. Beranjak dari hal-hal diatas, maka peneliti memandang perlu untuk mencari alternatif lain untuk mengatasi permasalahan tersebut, yang merupakan media pembelajaran yang tepat sehingga diharapkan dapat membantu para pengajar.Perkembangan teknologi informasi yang pesat saat ini dapat menjadi alternatif secara tidak langsung dapat menjadi alternatif dalam membantu mengatasi permasalahan tersebut. Berdasarkan hal tersebut maka penulis memandang perlu untuk melakukan sebuah penelitian mengenai ”pembelajaran sains berbasis ICT untuk meningkatkan ICT literacy siswa sekolah dasar” di lingkungan Sekolah Dasar Kota Cimahi. B. Perumusan Masalah Berdasarkan kondisi yang telah dipaparkan dalam latar belakang, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan ICT literacy siswa sekolah dasar?”Dari rumusan masalah tersebut diajukan beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana peningkatan ICT literacy siswa yang mendapat pengajaran sains berbasis ICT dibandingkan dengan siswa yang mendapatkan pengajaran sains tidak berbasis ICT? PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
II. TINJUAN PUSATAKA ICTLiteracy Literasi adalah kompetensi, kemampuan, atau kefasihan yang telah digunakan dalam kerangka kerja. Untuk beberapa "melek" berkonotasi keaksaraan fungsional dan menunjukkan keterampilan dasar atau fundamental. Dalam arti luas, keaksaraan adalah alat dinamis yang memungkinkan individu untuk terus belajar dan tumbuh, (ETS, 2002). Menurut ETS (2002), definisi ICT literacy adalah kemampuan dalam menggunakan teknologi digital atau peralatan komunikasi, dan mengaplikasikannya sebagai alat untuk mengakses, mengelola, menyatukan, mengevaluasi, dan membuat informasi. Dalam pengertian yang lebih luas definisi ICT mencakup komputer, internet, telepon, televisi, radio, dan peralatan audiovisual (Pernia, 2008). Terdapat lima komponen penilaian dari ICT literacy. Lima komponen mewakili keterampilan dan pengetahuan, yang disajikan dalam urutan menunjukkan kompleksitas kognitif meningkat. Lima komponen ICT literacy adalah sebagai berikut:
Access yaitu mengetahui tentang dan mengetahui bagaimana mengumpulkan dan atau mengambil informasi. Manage yaitu menerapkan skema organisasi atau klasifikasi yang ada. Integrate yaitu menafsirkan dan mempresentasikan informasi, dimana didalamnya melibatkan meringkas, membandingkan dan membedakan.
32
Evaluate yaitu membuat penilaian tentang kualitas, relevansi, kegunaan, atau efisiensi informasi. Create yaitu menghasilkan informasi dengan mengadaptasi, menerapkan, merancang, menciptakan, atau membuat informasi. Dalam penelitian ini digunakan penilaian ICT literacy menurut ETS (2002), tetapi sebagai pembanding berikut disajikan ICT literacy menurut Pernia (2008), Indikator melek ICT didefinisikan menjadi tingkat komptensi utama dalam tiga dimensi. Dimensi pertama yaitu dimensi pengetahuan, sesesorang diangggap melek ICT jika memiliki komptensi seperti: 1) akrab dengan HP, Komputer dan internet, 2) mempunyai keahlian dalam mengidentifikasi ICT, 3) mempunyai apresiasi terhadap fungsifungsi potensial ICT dalam kehidupan sehari-hari, 4) mempunyai pengetahuan dasar dalam mengggunakan ICT, dan 5) dapat membedakan dunia maya dan dunia nyata. Kedua, Dimensi keahlian, kompetensi utamanya adalah 1) dapat menggunakan fitur-fitur dan aplikasiapllikasi ICT, 2) dapat mengakses dan mencari website, 3) dapat mengggunakan layanan intenet, 4) dapat memproses dan mengkoeksi data elektronik, 5) dapat mengubah data menjadi tampilan data dan grafik, 6) memanfaatkan ICT untuk berpikir kritis, kreatif, dan berinovasi, dan 7) membedakan kredibilitas seperti perbedaan relevan dan tidak relevan, subyektif dan obyektif, serta riil atau maya. Pada dimensi perilaku, kompetensi utamanya yaitu : 1) mempunyai keahlian menggunakan ICT secara individual
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
maupun kerja tim, 2) bertangggung jawab dalam menggunakan teknologi, 3) berpikir kritis dan relektif daam mendapatkan informasi, 4) memahami akan konsekuensi dalam mengggunakan ICT, dan 5) mempunyai kemauan dalam menilai secara kritis tentang dampak teknologi. Menurut Manitoba education (2006), ICT literacy adalah menggunakan ICT, secara tanggung jawab untuk mendukung berpikir kritis dan kreatif mengenai teknologi informasi dan komunikasi. ICT literacy melibatkan cara mendapatkan skill pendukung yang dibutuhkan siswa untuk meningkatkan ICT literacy. Keahlian pendukung dibagi menjadi empat kategori, yaitu : 1) keahlian dalam mengakses dan komunikasi, seperti mentrasfer dan menyimpan data 2) keahlian dalam menginput/output seperti mengambil gambar dan mengedit gambar dari alat elektronik lainnya, 3) keahlian dalam menggunakan alat dan teks, seperti mengedit dan memformat data, dan 4) menggunakan kamus ICT. III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran Sains berbasis ICT teradap peningkatan Scientificdan ICT Literacy siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen (Quasi Experimental Design), merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu perlakuan atau tindakan pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis tentang ada tidaknya pengaruh tindakan tersebut (McMillan & Schumacher, 2001). 33
Desain yang digunakan dalam peneitian ini adalah Desain yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk Pretes-PostestControl Group Design (Arikunto, 2010). Penelitian ini membutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas Kontrol. Kelas eksperimen adalah kelas yang diberi perlakuan berbasis ICT. Sedangkan kelas Kontrol dalam penelitian ini adalah kelas yang mengunakan perlakuan dengan metode demonstrasi, dan praktikum. Pada kedua kelas terdapat kesamaan, yaitu pada pembelajaran sains berbasis ICT, siswa mengamati melalui tayangan gambar, animasi, dan video, sedangkan pada metode demonstrasi mengamati melalui demonstrasi percobaan, sedangkan untuk metode praktikum, siswa mengamati melalui pengamatan percobaan. Penelitian dilaksanakan di SDN Melong Mandiri 1 dan SDN Melong Mandiri 2 yang ada di wilayah Kota Cimahi. Pemilihan subjek didasarkan pada kriteria sekolah yang sudah mempunyai laboratorium komputer dan fasilitasfasilitas ICT yang sudah ditentukan (infocus, laptop, CD Pembelajaran). Dalam setiap sekolah diambil 2 kelas, satu kelas sebagai kelas kontrol dan yang yang lainnya sebagai kelas eksperimen, setiap kelas terdiri dari 30 orang, sehingga populasi sampel kelas kontrol sebanyak 60 orang, dan 60 orang untuk kelas eksperimen.Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang didasarkan atas tujuan tertentu. Pelaksanaan penelitian ini dilakuakan melalui tiga tahap berikut: 1) Tahap Persiapan, peneliti melakukan studi kepustakan mengenai penilaian ICTLiteracy, dan pembelajaran berbasis ICT, menganalisis SK, KD, Indikator, dan PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
indikator ICT Literacy, menganalisis buku sumber mengenai materi daur air, membuat ibstrumen, Soal test, dan format observasi, serta melakukan validasi soal; 2) Tahap Pelaksanaan, Pada tahap ini merupakan tahap pengumpulan data. Pada tahap ini dilakukan beberapa kegiatan antara lain; Memberikan Pre Test pada tahap awal pada ke empat kelas untuk mendapatkan data awal ICT Literacy siswa sebelum mengikuti pembelajaran, melakukan persiapan pelaksanan bersama guru, pada kelas eksperimen guru diberikan pelatihan cara menggunakan media ICT. Pada kelas eksperimen digunakan pembelajaran berbasis ICT sedangkan, pada kelas kontrol dilakukan metode pengajaran yang biasa guru lakukan, Pada kegiatan pembelajaran berlangsung dilakukan observasi terhadap proses belajar mengajar pada dua kelas eksperimen dan dua kelas kontrol, Melakukan post test, untuk menilai ICT Literacy, sedangkan hasil kerja siswa, dilakukan penilaian portofolio; dan 3) Tahap Penyelesaian, tahap ini merupakan tahap pengolahan dan analisis data penelitian. Data hasil penelitian yang diperoleh berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif berupa hasil tes siswa, diolah dan dianalisis. Hasil temuan dalam penelitian dipaparkan dalam pembahasan, dan ditarik kesimpulan dari hasil temuan tersebut. III. PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Analisis Data Hasil Penelitian Hasil data Skor Gain dianalisis secara statistic dengan menggunakan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) for windows versi 18.0 dengan 34
tahapan sebagai berikut Uji N-Gain, Uji Normalisasi, Uji homogenitas data, serta uji t. Pada uji normalisasi digunakan untuk mengetahui data berdistribusi normal atau tidak, sehingga dapat ditentukan uji hipotesis yang akan digunakan uji parametrik. Uji normalisasi yang digunakan adalah uji deskriptif skewness dan kurtosis, dengan batuan SPSS versi 18.0. Uji ini di lakukan untuk nilai tes awal, tes akhir, dan N-Gain, baik kelas kontrol maupun kelas eksperiemen. Pada uji t ini digunkan untuk menguji hipotesis, sehingga diketahui perbedaan Scientific dan ICT Literacy Siswa. Pengujian uji I dilakukan berdasarkan hipotesis statistik berikut: Ho : Tidak Terdapat perbedaan rata-rata ICT literacy siswa di kelas eksperimen dan kontrol tidak berbeda. H1 : Terdapat pebedaan rata-rata ICT literacy siswa di kelas eksperimen dan kontrol berbeda. B. Hasil dan Pembahasan Pembahasan data hasil penelitian ICT Literacy dianalisis secara umum, dianalisis berdasarkan kelas perlakuan, dan dianalisis berdasarkan aspek ICT literacy. Setelah dilakukan perhitungan NGain, dapat diketahui terjadi peningkatan kemampuan ICT literacy siswa setelah dilakukan pembelajaran berbasis ICT pada Gambar 5.
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
Gambar 5. Diagram N-Gain ICT Literacy Siswa
Berdasarkan Gambar 5, N-gain ICT pada Kelas eksperimen lebih besar daripada kelas kontrol, dan termasuk pada kriteria sedang. Perbedaan peningkatan literasi sains didukung oleh hasil uji-t pada tes akhir kedua kelas penelitian yang membuktikan terdapat perbedaan yang signifikan. Hasil penelitian berdasarkan analisis kelas perlakuan didapatkan bahwa data terdistribusi normal, tetapi data SD Melong Mandiri 2 tidak homogen, tetapi dari hasil uji hipotesis menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan diantara keempat kelas tersebut, ini membuktikan bahwa kemampuan awal siswa adalah sama. Hasil penelitian post test pada keempat kelas menunjukkan bahwa, data terdistribusi normal dan homogen kecuali pada data SDN Melong Mandiri 2 rata-rata skor lebih baik ditunjukkan pada kelas eksperimen karena pada kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran berbasis ICT, sehingga dapat terbukti pada uji hipotesis terdapat perbedaan yang signifikan peningkatan ICT literacy siswa
35
setelah dilakukan pembelajaran berbasis ICT. Penelitian diatas sesuai dengan penelitian Katz (2007) pada mahasiswa universitas, menyimpulkan bahwa ICT literacy berkolerasi dengan peningkatan IPK, skill ICT dan pengetahuan diri siswa secara signifikan. Penelitian ini membuka jalan untuk mengevalusi program instruksional ETS ICT literacy, dapat disimpulkan ETS efektif untuk menilai ICT literacy siswa.
1. Aspek Access (Mengakses)
Gambar 7 Diagram Peningkatan ICT Literacy aspek akses
Gambar 6. ICT Literacy Siswa Berdasarkan Hasil Portofolio
Peningkatan ICT literacy ini juga, dipengaruhi sarana prasaran belajar siswa dan pengelolaan kelas, dimana diketahui bahwa perangkat yang ada di sekolahsekolah dasar Negeri Cimahi belum cukup memadai, seperti laboratorium komputer sehingga banyak kendala dalam pembelajaran dikelas. Peningkatan literasi sains siswa juga dapat dilihat dari jumlah siswa menjawab benar setiap butir soal pada setiap aspek ICT literacy sebelum dan setelah implementasi pembelajaran dan hasil portofolio siswa, yang dapat dilihat pada Gambar 6.
PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
Pada Gambar 7 menunjukkan hasil yang lebih besar pada kelas ekperimen. Hal ini dikarenakan pada kelas kontrol tidak menggunakan pembelajaran berbasis ICT, sehigga siswa tidak dapat mengidentifikasi perangkat komputer, cara mengakses perangkat, dan membuka program. Pada Gambar 6 hasil rekapitulasi penilaian portofolio siswa dapat dilihat bahwa 95 % siswa kelas eksperimen sudah dapat mengakses perangkat komputer dan internet. Siswa dapat mengidentifikasi dan mengggunakan perangkat komputer, membuka dan mengutip informasi dari program office dan internet eksplorer. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran berbasis ICT ini dapat meningkatkan ICT literacy siswa pada aspek Access. Ini juga sesuai dangan pendapat Pernia (2008) seseorang dapat dikatakan ICT Literate, apabila pada dimensi keahliannya telah memiliki kompetensi seperti menggunakan fitur36
fitur, menggunakan perangkat elekroniknya, seperti mouse, keyboard, mengaplikasikan komputer untuk menulis, menyimpan informasi, membuka internet eksplorer. Adanya fasilitas dirumah dan disekolah dapat membantu kemampuan siswa untuk mengakses ICT. 2. Aspek Manage (Mengelola) Pada Aspek Manage N-gain pada kelas eksperimen di SDN Melong Mandiri 1 termasuk kategori rendah, sedangkan di SDN Melong mandiri 2 termasuk kategori sedang. Dan pada hasil portofolionya, dapat dilihat pada Gambar 6 sebanyak rata-rata 70% siswa SDN Melong Mandiri 1 sudah banyak sudah dapat mengunduh (download) kata dan angka, gambar, suara, atau animasi, mengedit kata dan angka, gambar, suara, atau animasi yang telah diunduh dari program komputer atau internet, mengorganisasikan data dan folder dalam bentuk elektronik, serta menemukan cara yang efisien dalam menggunakan websites, sedangkan di SDN Melong Mandiri 2 hanya 53%. Hal ini terjadi pada siswa SDN Melong Mandiri 1, tidak dapat menguasai teori dari aspek Manage, tetapi fasilitas di sekolah memadai sehingga siswa dapat mengakses komputer lebih leluasa. Sebaliknya dengan siswa SDN Melong Mandiri 2, siswa telah menguasai teori dari aspek Manage, hal ini dipengaruhi adanya pembelajaran ICT disekolah, tetapi tidak ditunjang dengan fasilitas komputer disekolah, karena disekolah Melong Mandiri 2, hanya terdapat beberapa komputer, sehingga yang dapat mengakses secara langsung hanya beberapa siswa saja. PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
Gambar 7. Diagram Peningkatan ICT Literacy aspek manage
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran berbasis ICT ini dapat meningkatkan ICT literacy siswa pada aspek Manage. Hasil ini juga sesuai dengan penelitian Mclelland dan Crawford (2004) studi di SMU di Inggris, yang menyebutkan bahwa ICT membantu siswa dalam spelling, merapikan pekerjaan, mengkoreksi kesalahan, memudahkan mencari informasi menggunakan akses computer, sehingga memudahkan dalam mencari informasi terbaru, dimana akan lebih cepat apabila menggunakan buku, dan dapat menambahkan gambar, grafik, dan video.
37
3. Aspek Integrate informasi)
(Menyatukan
Gambar 8. Diagram Peningkatan ICT Literacy Aspek Integrate
Dilihat dari N-Gain Integrate pada kelas eksperimen di SDN Melong Mandiri 1 termasuk kategori sedangkan pada kelas eksperimen di SDN Melong Mandiri 2 terasuk kategori tinggi, hasil ini lebih baik dari pada kelas eksperimen, sedangkan pada hasil portofolio pada gambar 6 menunjukkan bahwa hanya 50% siswa SDN Melong Mandiri 1 dan 29% siswa SDN Melong Mandiri dapat menggabungkan informasi yang diperoleh berupa kata dan angka, gambar, suara, atau animasi yang telah diunduh dari program komputer atau internet dan membandingkan kelebihan dan kekurangan dari setiap informasi yang didapatkan dari program komputer atau internet. Dapat diartikan hanya ada beberapa siswa yang bisa mengintegrasikan informasi, hal ini dapat dipengaruhi status social ekonomi, dimana sudah banyak siswa yang mempunyai internet dirumah masingmasing, dan hal ini juga dipengaruhi interaksi dan akses internet disekolah yang sangat terbatas. Hasil pada aspek ini belum memadai, tetapi mempunyai peningkatan PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
walaupun relative kecil, sehingga secara umum pada aspek ini dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran berbasis ICT ini dapat meningkatkan ICT literacy siswa pada aspek Integrate. Menurut Munir (2010), pembelajaran berbasis ICT akan menguntungkan pada aspek psikomotor siswa, karena siswa dapat terampil memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk proses pembelajaran dan membentuk minat siswa terhadap sains dan teknologi. 4. Aspek Evaluate (Mengevaluasi) Hasil penelitian kelas eksperimen di kedua sekolah, pada aspek Evaluate NGain menunjukkan hasil yang berkriteria sedang kedua sekolah, ini dapat diartikah siswa sudah paham mengidentifikasi manfaat aplikasi microsoft office dan internet eksplorer serta belum dapat mengaplikasikan fungsi program yang ada dimicrosoft office dan internet eksplorer. Hal ini dikarenakan pembelajaran yang dilakukan masih sangat sederhana. Tetapi hal ini berbeda pada hasil portofolio siswa (Gambar 6). Sekitar 90% siswa menunjukkan siswa dapat mengaplikasikan fungsi dari program MS.Office dan internet explorer, mengidentifikasi manfaat yang diperoleh dari aplikasi MS.Office dan internet explorer, dan membuat file tampilan berupa animasi, suara, rangkaian kata dan film tentang materi yang akan dipelajari. Sehingga dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran berbasis ICT ini dapat meningkatkan ICT literacy siswa pada aspek Evaluate. Menurut Wahyono dan Pujirianto, seseorang dikatakan melek ICT, seseorang dapat mempresentasikan 38
produk dan proses dari sikap kritis dalam penggunaan ICT untuk informasi dan pengetahuan.
Gambar 9. Diagram Peningkatan ICT Literacy Aspek Evaluate
5. Aspek Create (Membuat Informasi)
Gambar 4.10 Diagram Peningkatan ICT Literacy Aspek Create
Pada Aspek Create N-Gain di kelas eksperimen SDN Melong Mandiri 2 lebih besar dari pada kelas eksperimen SDN Melong Mandiri 1. Sedangkan pada hasil portofolio 70% SDN Melong Mandiri 1 dan 54% siswa SDN Melong Mandiri 2 (lihat pada Gambar 4.46) telah dapat membuat file tampilan berupa animasi, suara, rangkaian kata dan film tentang materi yang akan dipelajari, menghimpun file tampilan dalam bentuk file atau folder, PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
dan memindahkan file atau folder ke dalam Flash Disk. Hal ini dimungkinkan karena hanya ada beberapa siswa yang dapat mengakses komputer dan internet, hal ini juga dikarenakan fasiitas yang belum memadai. Pada umumnya dari hasil penelitian diketahui bahwa pembelajaran berbasis ICT ini dapat meningkatkan ICT literacy siswa pada aspek Create. Ini sesuai dengan pendapat Adolphus, et.al (2012), bahwa dengan menggunakan pembelajaran berbasis ICT ini akan meningkatkan kreativitas siswa. Dari semua hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis ICT dapat meningkatkan ICT literacy. Pengetahuan yang didapat siswa dari pembelajaran ICT ini masih sangat dasar, diperlukan pengetahuan dan latihan yang kontinyu yang lebih untuk lebih meningkatkan ICT literacy siswa Indonesia. Menurut Oye, et.al (2012) untuk mengembangkan ICT literacy perlu belajar lebih dari pengetahuan dasar, karana pengetahuan akan meningkatkan ICT Literacy. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengolahan data yang diperoleh dari hasil penelitian, diperoleh beberapa kesimpulan. Pembelajaran sains berbasis ICTdapat meningkatkan kemampuan ICTliteracy siswa sekolah dasar secara signifikan pada kedua kelas eksperimen. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil N-Gain yang meningkat pada setiap aspek ICT literacy, yaitu aspek mengakses (access), mengelola (manage), menyatukan (integrate), mengevaluasi (evaluate), dan
39
membuat informasi (create). Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa telah dapat menggunakan perangkat komputer dan internet, membuka program microsoft office dan internet eksplorer, mengunduh teks, gambar, video, animasi, dan
menggabungkan informasi yang didapatkan dalam sebuah tampilan sederhana.
*Eka Mustika adalah dosen PGSD FKIP Universitas Islam “45” BEKASI. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. British Educational Research Association. (2002), “Professional User Review of UK research undertaken for BERA: Does ICT Improve Learning and Teaching in School?”. United Kingdom. Educational Testing Service. (2002), Digital Transformation A Framework for ICT Literacy: A Report of the International ICT Literacy Panel, ETS: New Jersey, p.iii. Katz, I. R. (2007) ETS Research Finds Colledge Students Fall Short In Demonstrating ICT Literacy. C&R News, 35-37.Tersedia: www.ets.org./ictlitercy/prelimfindings.html. Mahyuddin. (2007). Pembelajaran Asam Basa Dengan Pendekatan Konstektual Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa SMA. Tesis. Sekolah Pascasarjana UPI. Tidak diterbitkan. Manitoba Education. (2006). A continuum model for literacy with ICT across the curriculum. Manitoba Building For Future. Mc. Millan, J.H. dan Schumacher, S. (2001). Research In Education. New York: Longman. Mclelland, D. and Crawford, J., (2004). “The Drumchapel Project: a study of ICT by school pupils and teachers in a secondary school in a deprived area of Glasgow”. Journal of Librarianship and Information Science. 36 (2). 55-66. Munir (2010). Kurikulum Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Alfabeta. OECD. (2011). PISA 2009 Result: Student On Line, VI, OECD Publishing: Paris. OECD-PISA. (2006). Science Competencies For Tomorrow’s World vol. 1 analysis. USA: OECDPISA. Oye, N.F, et. al. (2012). “ICT Literacy among University Academician: A case of Nigerian Public University”. ARPN Journal of Science and Technology. 2. (2). 98-110. Pernia. E. (2008), Strategy Framework for Promoting ICT Literacy in The Asia-Pacific Region, Bangkok: UNESCO Bangkok, Asia and Pacific Regional Bureau for Education. Wahyono, SB dan Pujiriyanto. (2010). Analisis Jalur Terhadap Tingkat Melek Teknologi Informasi Dan Komunikasi (ICT Literacy) Pada Mahasiswa FIP UNY, Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Yogykarta. Tidak diterbitkan. PEDAGOGIK Vol. I, No. 2, September 2013
40