perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Sanksi Pelanggaran Pasal 72 Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 Tentang Hak Cipta 1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id Jenny Indrastoeti
PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR
SEBELAS MARET UNIVERSITY PRESS
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Jenny Indrastoeti Pengembangan Asesme Pembelajaran Sekolah Dasarn . Cetakan 1 . Surakarta . UPT UNS Press . 2012 viii + 149 hal; 24,5 cm
PENGEMBANGAN ASESMEN PEMBELAJARAN SEKOLAH DASAR Hak Cipta© Jenny Indrastoeti 2012 Penulis Jenny Indrastoeti, SP., M.Pd. Editor Dra. Sumarwati, M.Pd Ilustrasi Sampul UPT UNS Press Penerbit
UPT Penerbitan dan Pencetakan UNS (UNS Press) Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, Jawa Tengah, Indonesia 57126 Telp. 0271-646994 Psw. 341 Website : www.unspress.uns.ac.id Email :
[email protected] Cetakan 1, Juni 2012 Hak Cipta Dilindungi Undang-undang All Right Reserved
ISBN 978-979-498-729-2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa selesailah sudah penyusunan Buku Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar Penulisan buku ini dapat terlaksana dengan baik, berkat partisipasi dari berbagai pihak. Berkenaan dengan itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada: keluarga yang memberikan dukungan moril yang sungguh sangat memotivasi penulis untuk menyelesaikan penulisan ini, rekan-rekan dosen yang bayak membantu memberikan dukungan dalam menyiapkan materi berkenaan dengan penyiapan Buku yang terkait dengan penyusunan materi Semua bantuan dari berbagai pihak yang belum disebutkan dalam memberikan bantuan penulisan dan penyelesaian buku ini diucapkan terimakasih. Semoga segala bantuan dan pengorbanan itu menjadi amal baik dan dilimpahi rahmat Allah yang Maha Kuasa. Penulis menyadari Buku ini masih banyak kekurangannya, untuk itu masukan dari para pembaca sangat dinantikan guna penyempurnaan buku ini. Akhirnya, semoga Buku ini memberikan manfaat pada kita, khususnya bagi calon guru, guru maupun dosen dalam upaya meningkatkan kompetensi mereka dalam mencerdaskan sumber daya manusia.
Surakarta,
Penulis
commit to user i
April 2012
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
halaman Kata Pengantar ..........................................................................................
i
Daftar Isi....................................................................................................
ii- iii
BAB I KONSEP DASAR PENGUKURAN ASESMEN DAN
1
EVALUASI 1. Pengertian Pengukuran ....................................................
1
2. Asesmen (Penilaian).........................................................
2
3. Evaluasi ............................................................................
3
4. Tes ....................................................................................
3
5. Tujuan , Fungsi dan Prinsip Asesmen..............................
5
6. Langkah-Langkah Penilaian Berbasis Kelas....................
7
BAB II. STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL
17
PENDIDIKAN 1. Lingkup dari Standar Nasional Pendidikan .....................
18
2. Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian...........
19
3. Standar Penilaian oleh Satuan Pendidikan ......................
20
4. Penilaian Hasil Belajar oleh Pendidik .............................
21
5. Penilaian Hasil Belajar oleh Pemerintah .........................
21
6. Teknik Penilaian Menurut BSNP ....................................
22
7. Ujian Nasional sebagai Standar Penilaian .......................
22
BAB III. PENILAIAN BERBASIS KELAS 1. Konsep Penilaian Berbasis Kelas ...................................
26
2. Teknik Penilaian Berbasis Kelas ....................................
27
a.
Penilaian Unjuk Kerja ..........................................
27
b.
Penilaian tertulis ..................................................
31
c.
Penilaian Proyek ..................................................
33
d.
Penilaian Sikap ....................................................
34
e.
Penilaian Produk ..................................................
37
f.
Penilaian Portofolio...............................................
38
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
g.
digilib.uns.ac.id
Penilaain Portofolio .............................................
40
BAB IV. ASESMEN OTENTIK 1. Pengertian Asesmen Otentik ............................................
43
2. Bentuk-bentuk Asesmen Otentik .....................................
45
3. Prosedur dan Prinsip Merancang Tugas Asesmen Otentik .............................................................................. 4. Perbedaan Asesmen Otentik dengan Asesmen Tradisional ....................................................................... 5. Contoh-contoh Asesmen Otentik ...................................
46
BAB V. ASESMEN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT)
47 49 55
DAN ASESMEN PORTOFOLIO 1. Asesmen Kinerja ……………………………................... 2. Asesmen Portofolio ........................................................... BAB VI. ASSESSMENT FOR LEARNING........................................... 1. Pengertian.......................................................................... 2. Feedback dalam Assessment for Learning......................... BAB VII. PENGEMBANGAN TES SEBAGAI INSTRUMEN
55 62 68 68 70 73
EVALUASI 1. Pengertian Tes ................................................................. 2. Jenis-jenis Tes ................................................................. 3. Langkah-langkah menyusun Tes Prestasi......................... 4. Ciri-ciri Tes Hasil Belajar yang Baik ...............................
73 73 76 78
5. Kegunaan Tes, Pengukuran, dan Penilaian dalam Pendidikan ....................................................................... 6. Penulisan Butir Soal Uraian dan Pilihan Ganda ............. 7. Perhitungan Validitas Butir ............................................. 8. Pengujian Butir Tes.......................................................... BAB VIII. PENGOLAHAN HASIL BELAJAR....................................... 1. Teknik Pemberian Skor Hasil Belajar.............................. 2. Langkah Pendekatan PAN............................................... DAFTAR PUSTAKA...............................................................................
commit to user iii
80 81 84 86 91 91 95 101
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Assesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB I KONSEP DASAR PENGUKURAN, ASESMEN DAN EVALUASI A. Pengertian Pengukuran Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka kepada suatu atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formulasi yang jelas. Misalnya untuk mengukur tinggi atau berat badan seseorang dengan mudah kita memahami karena aturannya telah diketahui secara umum.Tetapi untuk mengukur pendengaran, penglihatan atau kepekaan seseorang terhadap sesuatu hal, jauh lebih kompleks dari itu, tidak semua orang dapat memahaminya. Dibutuhkan suatu kecakapan khusus karena dalam melakukannya harus didikuti dengan seperangkat aturan atau formulasi yang disepakati secara umum oleh para ahli. Kegiatan pengukuran itu akan lebih kompleks lagi bila akan mengukur karakteristik psikologik seseorang seperti kecerdasan, kematangan,atau kepribadian. Dalam bidang pendidikan kita hanya mengukur atribut atau karakteristik peserta didik, bukan peserta didik itu sendiri. Dosen/guru dapat mengukur penguasaan peserta pendidikan dalam suatu mata kuliah maupun mata pelajaran tertentu yang telah dilatih, tetapi tidaklah mengukur peserta didik itu sendiri. Dalam proses pembelajaran guru juga melakukan pengukuran terhadap proses dan hasil belajar yang hasilnya berupa angka-angka yang mencerminkan capaian dan proses dan hasil belajar tersebut. Angka 60, 85,atau 100 yang diperoleh dari hasil pengukuran proses dan hasil pembelajaran tersebut bersifat kuantitatif dan belum dapat memberikan makna apa-apa, karena belum menyatakan tingkat kualitas dari apa yang diukur. Angka hasil pengukuran ini biasa disebut dengan
1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Assesmen
dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
digilib.uns.ac.id
skor mentah. Angka hasil pengukuran baru mempunyai makna bila dibandingkan dengan kriteria atau patokan tertentu. Berikut ini akan dikutip beberapa definisi pengukuran yang dirumuskan oleh beberapa ahli pengukuran pendidikan dan psikologi yang seringkali dijadikan acuan beberapa penulis: 1. Norman E. Gronlund (1977) secara sederhana merumuskan pengukuran sebagai” Measurement is limited to quantitative descriptions of pupil behavior”. 2. Gilbert Sax (1980) menyatakan “Measurement: The assignment of numbers to attributes of characteristic of persons, events, or objects according to explicit formulations or rules”. 3. Richard H. Lindeman (1967) merumuskan pengukuran sebagai “the assignment of one or a set of numbers to each of a set of persons or objects according to certain established rules” 4. Oriondo (1998) mendifinisikan pengukuran sebagai “ the process by which information about the attribute or characteristics of things are determined and differentiated“. Pengukuran juga dinyatakan sebagai proses penetapan angka terhadap individu atau karakteristiknya menurut aturan tertentu (Ebel dan Frisbi 1986:14). Dengan demikian esensi dari pengukuran adalah kuantifikasi atau penetapan angka tentang karakteristik atau keadaan individu menurut aturan-aturan tertentu. Keadaan individu ini bisa berupa kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor Dari definisi yang telah dikemukakan di atas terdapat dua karakteristik pengukuran yang utama, yaitu, (1) penggunaan angka atau skala tertentu, dan (2) menurut suatu aturan atau formula tertentu. B. Asesmen (Penilaian) Penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar yang menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Asmawi Zainul (1994) Jadi, maksud penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencarai jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh suatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Penilaian di sini diartikan sebagai padanan kata evaluasi. 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB II STANDAR PENILAIAN BADAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (BSNP) A. Lingkup dari Standar Nasional Pendidikan Dalam Pasal 1 ayat (17) Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Yungto Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan bahwa meliputi 8 standar yaitu: 1. Standar isi: adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan. 2. Standar proses: adalah standar berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan dan menantang. Untuk satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan, pelaksanaan, penilaian, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif dan efisien. 3. Standar kompetensi lulusan: adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan, yang meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran. 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan: adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan fisik maupun mental, serta 27
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
5.
6.
7.
8.
digilib.uns.ac.id
pendidikan dalam jabatan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Standar sarana dan prasarana: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. Standar pengelolaan: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar pembiayaan: adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu tahun. Dijelaskan bahwa pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Standar penilaian pendidikan: adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.
Dari uraian tersebut nampak jelas bahwa standar penilaian merupakan salah satu dari 8 aspek standar nasional pendidikan, selanjutnya sesuai dengan orientasi dari buku ajar ini maka pembahasan selanjutnya akan lebih terfokus pada standar penilaian pendidikan. B. Landasan Filosofis dan Yuridis Standar Penilaian Ketentuan dan pelaksanaan Standar Penilaian Pendidikan, menurut BSNP harus memiliki landasan yag kuat baik secara landasan filosofis maupun landasan Yuridis. Sebagaimana yang tertuang dalam naskah akademik Panduan Penilaian yang dikeluarkan oleh BSNP, uraian tentang dua landasan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Landasan Filosofis Proses pendidikan adalah proses untuk mengembangkan potensi siswa menjadi kemampuan dan keterampilan tertentu, hanya saja perlu dipahami bersama bahwa pada dasarnya tidaklah mudah untuk dapat 28
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB III PENILAIAN BERBASIS KELAS
A. Konsep Penilaian Berbasis Kelas Perubahan kurikulum membawa implikasi pada proses pembelajaran, yang pada awalnya guru lebih menekankan pada selesainya pokok bahasan (isi), namun melupakan hasil., dengan kurikulum berbasis kompetensi, penekanan ditujukan pada tercapainya kompetensi. Perubahan kurikulum hendaknya diikuti dengan adanya pola-pola kegiatan pembelajaran dan pola penilaian agar pencapaian kompetensi yang ditetapkan dapat secara maksimal tercapai. Dengan kata lain, pembaharuan kurikulum kurang bermakna bila tidak diikuti oleh perubahan praktik pembelajaran dan praktik penilaian di kelas Pentingnya penilaian dalam kegiatan proses pembelajaran merupakan hal yang perlu mendapat perhatian serius, mengingat penilaian adalah bagian integral yang tidak terpisah dari proses pembelajaran. Penilaian merupakan salah satu kegiatan yang dilakukan guru dan siswa dari serangkaian kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan. Semua pihak bertanggung jawab dengan keberhasilan kegiatan pembelajaran, sehingga guru sebagai pengelola pembelajaran dituntut mampu mempersiapkan dan melakukan penilaian dengan prosedur yang benar agar tujuan pembelajaran yang ditetapkan tercapai. Penilaian berbasis kelas adalah penilaian yang dilakukan oleh guru secara terpadu dalam kegiatan pembelajaran. Penilaian berbasis kelas merupakan proses pengumpulan dan penggunaan informasi dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan oleh guru untuk menetapkan tingkat pencapaian dan penguasaan peserta didik terhadap tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dalam kurikulum. (Sumarna Surapranata dan Muhammad Hatta, 2004).
39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
lain:
digilib.uns.ac.id
Terdapat sejumlah keunggulan penilaian berbasis kelas antara
1. Pengumpulan informasi baik formal maupun informal dilaksanakan secara terpadu, dalam suasana menyenangkan, serta memungkingkan ada kesempatan yang terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa yang diketahui, dipahami dan mampu dikerjakannya. 2. Pencapaian hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok (norm reference assessment), tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya, kriteria pencapaian kompetensi dalam rangka membantu siswa mencapai apa yang ingin dan harus dicapai dan bukan untuk menghakimi. 3. Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara agar kemajuan belajar dapat terditeksi secara lengkap. 4. Siswa dituntut agar dapat mengeksplorasi dan memotivasi diri untuk mengerahkan semua potensi menanggapi mengatasi masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri, bukan sekedar melatih siswa untuk memilih jawaban yang tersedia. 5. Hasil belajar dapat menentukan ada tidaknya kemajuan belajar dan perlu tidaknya bantuan (Depdiknas, 2002). Dalam melaksanakan penilaian berbasis kelas, guru perlu memperhatikan prinsip-prinsip dasar yang harus digunakan, terutama dalam rangka pencapaian kompetensi antara lain: 1. Valid (Penilaian berbasis kelas harus mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan alat yang dapat dipercaya). 2. Mendidik (penilaian harus memberikan sumbangan yang positip terhadap pencapaian hasil belajar siswa). 3. Berorientasi pada kompetensi (mampu menilai pencapaian kompetensi yang dimaksud dalam kurikulum). 4. Adil dan objektif (penilaian harus adil terhadap semua siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa. 5. Terbuka (kriteria penilaian hendaknya terbuka bagi berbagai kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan siswa jelas bagi pihak-pihak yang berkepentingan). 6. Berkesinambungan (penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, teratur, terus menerus, dan berkesinambungan untuk
40
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB IV ASESMEN OTENTIK A. Pengertian Asesmen Otentik Dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang standar Nasional Pendidikan dalam pasal 64 ayat 1 dinyatakan bahwa penilaian hasil belajar yang dilakukan oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan dan perbaikan. Pasal 19 ayat 3 dinyatakan bahwa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah penilaian menggunakan berbagai teknik penilaian sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai, dan teknik penilaian tersebut dapat berupa tes tertulis, observasi, praktek dan penugasan. Penilaian dalam KTSP (Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan) menganut penilaian yang berkelanjutan dan komprehensif untuk mendukung siswa dapat mandiri belajar, bekerjasama dan menilai diri sendiri. Penilaian merupakan proses pengumpulan berbagai data yang dapat memberikan gambaran dan informasi mengenai perkembangan pengalaman belajar siswa. Pendekatan penilaian itu disebut dengan penilaian yang sebenarnya atau penilaian otentik. Salah satu prinsip penilaian otentik adalah mengukur kompetensi siswa dilakukan dengan beragam cara dan melalui berbagai sumber. Melalui pelaksanaan penilaian otentik, guru dapat mengetahui perkembangan siswa secara komprehensif. Guru perlu mengetahui gambaran perkembangan siswa untuk memastikan siswa mengalami proses pembelajaran dengan baik dan benar. Dalam penilaian otentik data yang dikumpulkan guru tentang siswanya bukan semata-mata untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajarnya, tetapi sebagai upaya untuk membantu siswa agar mampu mempelajari (learning to do), bukan memperoleh sebanyak mungkin, informasi diakhir semester/ tahun ajaran.
63
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
digilib.uns.ac.id
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang tidak mungkin dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran secara umum Semua kegiatan pendidikan yang dilakukan selalu diikuti atau disertai dengan kegiatan penilaian (Burhan Nurgiyantoro, 2001: 3). Asesmen otentik adalah suatu penilaian belajar yang merujuk pada situasi atau konteks dunia “nyata” yang memerlukan berbagai macam pendekatan untuk memecahkan masalah yang memberikan kemungkinan bahwa satu masalah bisa mempunyai lebih dari satu macam pemecahan. Dengan kata lain, asesmen otentik memonitor dan mengukur kemampuan siswa dalam bermacam-macam kemungkinan pemecahan masalah yang dihadapi dalam situasi atau konteks dunia nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, nyata. Dalam suatu proses pembelajaran, penilaian otentik mengukur, memonitor dan menilai semua aspek hasil belajar (yang tercakup dalam domain kognitif, afektif, dan psikomotor), baik yang tampak sebagai hasil akhir dari suatu proses pembelajaran, maupun berupa perubahan dan perkembangan aktivitas, dan perolehan belajar selama proses pembelajaran didalam kelas maupun diluar kelas. "...Engaging and worthy problems or questions of importance, in which students must use knowledge to fashion performances effectively and creatively. The tasks are either replicas of or analogous to the kinds of problems faced by adult citizens and consumers or professionals in the field" ( Wiggins, 1993: 229). Menurut (Hart, 1994), asesmen otentik yaitu suatu asesmen yang melibatkan siswa di dalam tugas-tugas otentik yang bermanfaat, penting, dan bermakna. Berbagai tipe asesmen otentik menurut Hibbard (2000) adalah: 1) asesmen kinerja, 2) observasi dan pertanyaan, 3) presentasi dan diskusi, 4) proyek dan investigasi, dan 5) portofolio dan jurnal. Penilaian otentik juga disebut dengan penilaian alternatif. Pelaksanaan penilaian otentik tidak lagi menggunakan format-format penilaian tradisional (multiple-choice, matching, true-false, dan paper and pencil test), tetapi menggunakan format yang memungkinkan siswa untuk menyelesaikan suatu tugas atau mendemonstrasikan suatu performasi dalam memecahkan suatu masalah. Format penilaian ini dapat berupa: a) tes yang menghadirkan benda atau kejadian asli ke hadapan siswa (hands-on penilaian), b) tugas (tugas ketrampilan, tugas investigasi sederhana dan tugas investigasi terintegrasi), c) format rekaman kegiatan belajar siswa (misalnya: portfolio, interview, daftar 64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB V ASESMEN KINERJA (PERFORMANCE ASSESSMENT) DAN ASESMEN PORTOFOLIO A. Asesmen Kinerja (Performance Assessment) 1. Pengertian Asesmen kinerja merupakan Asesmen yang dilakukan guru di dalam kelas, yang diperuntukkan memperbaiki proses pembelajaran yang sedang berlangsung, dengan kata lain asesmen kinerja merupakan asesmen yang menitik beratkan pada proses. Asesmen kinerja adalah asesmen yang memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan kinerja, bukan menjawab atau memilih jawaban atau kemungkinan jawaban yang disediakan. Asesmen kinerja adalah penilaian didasarkan pada hasil pengamatan penilai terhadap aktivitas siswa sebagaimana yang ditampilkan. Asesmen kinerja merupakan pemahaman yang paling baik yang berisikan respon siswa dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks (Elliot, 1995). Dengan asesmen kinerja siswa dituntut untuk aktif karena yang dinilai bukan hanya sekedar produk tetapi yang terpenting adalah keterampilan yang yang mereka miliki. Selama ini umumnya guru menggunakan tes tertulis (paper and pencil test) dalam melakukan penilaian walau diketahui paper and pencil test mempunyai banyak kelemahan disamping kelebihan-kelebihan. Ketika kita melakukan asesmen menggunakan paper and pencil test, kemampuan peserta didik yang kita ukur adalah kemampuan kognitif saja sedang kemampuan afektif dan psikomotor belum terukur, walau demikian guru sudah dapat menyimpulkan bagaimana kemampuan peserta didik tersebut. Dengan demikian sungguh tidak adil melakukan evaluasi dengan cara demikian. Asesmen alternatif merupakan upaya memperbaiki dan melengkapi tes, sehingga penilaian hasil belajar tidak 81
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
digilib.uns.ac.id
hanya berhubungan dengan hasil akhir (end product) tetapi yang lebih penting merupakan bagian penting dalam proses pembelajaran. Asesmen alternatif tidak dipersiapkan sebagai pengganti tes obyektif buatan guru tetapi diharapkan dapat membantu meningkatkan efektifitas proses pembelajaran. Jadi, asesmen alternatif harus mampu menghilangkan berbagai kelemahan tes, seperti menimbulkan rasa cemas yang berlebihan, mengkategori peserta didik secara permanen, menghukum peserta didik yang kreatif, atau mendeskriminasi peserta didik dari golongan minoritas. Asesmen alternatif (asesmen kinerja) dianggap sebagai upaya untuk mengitegrasikan kegiatan pengukuran hasil belajar dengan keseluruhan proses pembelajaran secara keseluruhan. Dengan asesmen alternatif, diharapkan proses pengukuran hasil belajar tidak lagi dianggap sebagai suatu kegiatan yang ”menakutkan” dan bukan merupakan bagian yang terpisah dari proses pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas kita sadari bahwa asesmen alternatif menuntut guru untuk kreatif dan inovatif sehingga dapat mengembangkan instrumen untuk mengukur kemampuan siswa dengan cara yang lebih baik. Menurut Asmawi Zainul (1994) kalau guru mengubah cara mengases siswa, maka guru juga akan mengubah bagaimana dia mengajar dan bagaimana siswa belajar. Perubahan ini tidak hanya penting untuk peningkatan pendidikan, tetapi juga penting bagi siswa, guru, dan orang tua. Menurut Asmawi Zainul, dan Agus Mulyana (2003) asesmen kinerja adalah asesmen yang mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan menjawab atau memilih jawaban dari alternatif jawaban yang telah disediakan. Lebih lanjut Asmawi mengemukakan bahwa secara prinsip asesmen kinerja terdiri dari dua bagian, yaitu tugas (taks) dan criteria. Hal senada juga dinyatakan oleh Anthony J. Nitko dan Susan M. Brookhart, 2007: 244) dalam bukunya Educational Assessment of Students, “ A performance assessment (a) presents a task requiring students to do activity that requires applying their knowledge and skill from several learning targets and (b) uses clearly criteria to evaluate how well the students has achieve this application”. Tugas-tugas kinerja dapat berupa suatu proyek, pameran, portofolio atau tugas-tugas yang mengharuskan peserta didik memperlihatkan kemampuan kinerja. Tugas-tugas asesmen kinerja dapat diwujudkan dengan bentuk: computer adaptive testing, tes pilihan ganda yang diperluas, extended-response atau open ended question, group 82
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB VI ASSESSMENT FOR LEARNING A. Pengertian Kecenderungan evaluasi di sekolah yang lebih memfokuskan pada satu jenis sistim evaluasi, yaitu tes objektif secara berlebihan menimbulkan kerisauan yang sangat serius di kalangan ahli maupun praktisi pendidikan karena hanya mampu menghasilkan pengembangan kognitif semata. Forgarty (1996:6) menyatakan bahwa bentuk tes objektif digunakan terutama untuk ujian penentuan (judgmental testing) dalam rangka menyeleksi dan mengevaluasi siswa. Tes seperti ini sangat sedikit sekali kontribusinya terhadap pembelajaran, sehingga tidak tepat digunakan untuk semua penilaian yang dilakukan di sekolah. Asesmen lebih sering diartikan kegiatan pemberian tes dan pemberian nilai kepada siswa. Asesmen tersebut lebih bertujuan pada pemberitahuan kepada siswa tentang seberapa baik penguasaan materi yang telah diajarkan oleh guru. Guru membuat keputusan atas informasi itu sehingga dapat diketahui keberhasilan dan kegagalan pembelajaran baik yang mencakup aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Asesmen yang seharusnya bukanlah hanya sekedar mengetahui tingkat keberhasilan dan kegagalan siswa saja akan tetapi lebih dari itu yaitu bagaimana guru dan siswa bersama-sama untuk memperbaiki kegagalan tersebut sehingga terjadi peningkatan kualitas pada pembelajaran selanjutnya. Asesmen yang demikian dinamakan dengan “Assessment for Learning” (AFL). Assessment for learning terlaksana dalam kegiatan proses pembelajaran, yang didesain agar pemahaman siswa menjadi nyata, sehingga guru dapat memutuskan sesuatu yang dapat menolong kemajuan siswa. Informasi yang diperoleh guru secara lebih mendalam tentang proses pembelajaran yang dialami siswa menjadi dasar untuk menentukan apa yang mereka butuhkan kelak sebagai kemajuan 99
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
digilib.uns.ac.id
belajarnya. Assessment for learning akan bermakna apabila guru dapat menggunakannya untuk membuat keputusan tentang belajar siswa dengan mempersiapkan feedback (umpan balik) dan dapat mendesain untuk meningkatkan kemajuan belajar berikutnya. Berdasarkan suatu survey dari 83 guru untuk mengeksplorasi konsep dari “assessment of learning”, diperoleh temuan bahwa asesmen meliputi pengukuran dan pemeriksaan. Selebihnya konsep asesmen hendaknya lebih diperluas yang mencerminkan suatu kegiatan yang dapat menilai kualitas pembelajaran siswa dan hasil yang diperoleh siswa, sehingga dapat dilakukan tindakan selanjutnya. ”Assessment of Learning” (AFL) merupakan suatu proses penilaian kelas dan hasilnya dirancang untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa sehingga bukan hanya terkesan memantau saja. Bukti-bukti penelitian dikumpulkan dari ratusan studi yang dilakukan secara harafiah di seluruh bagian dunia selama decade terakhir yang menunjuk bahwa aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip AFL yang dapat meningkatkan sesuatu hal yang belum pernah terjadi dalam prestasi siswa, terutama bagi siswa dengan prestasi rendah. Pernyataan tersebut didukung oleh makalah Toni Glasson (2008) dan Michelle T. Chamberlin, dkk (2008), yang menyatakan bahwa, “…that the use of formative assessment in the classroom could be proven to lead to improved student performance. They compared the use of formative assessment with other educational innovations and concluded, from their research, that it achieved an effect size of 0.4 – 0.7%.” Asesmen Reform Group (2002), mendefinisikan AFL sebagai, Assesment for learning is the process of seeking and interpreting evidence for use by learners and their techers to decide where the learners are in their learning, where they need to go and how best to get there. Sehubungan dengan definisi di atas, assessment for learning memberi penekanan pada proses yang dilakukan oleh guru maupun siswa untuk mencari dan menginterpretasikan informasi yang berkaitan dengan permasalahan siswa dalam belajar. Untuk mendapatkan informasi tersebut, dibutuhkan instrumen penilaian yang dapat mengungkap dan menggambarkan secara jelas masalah dan kebutuhan yang diperlukan siswa. Informasi hasil penilaian hendaknya dimanfaatkan untuk
100
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB VII MENGEMBANGKAN TES SEBAGAI INSTRUMEN EVALUASI A. Pengertian Tes secara sederhana dapat diartikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab, pernyataan-pernyataan yang harus dipilih/ ditanggapi, atau tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek tertentu dari peserta tes. Dalam kaitan dengan pembelajaran aspek tersebut adalah indikator pencapaian kompetensi. Tes berasal dari bahasa Perancis yaitu “testum” yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia dari material lain seperti pasir, batu, tanah, dan sebagainya. Kemudian diadopsi dalam psikologi dan pendidikan untuk menjelaskan sebuah instrumen yang dikembangkan untuk dapat melihat dan mengukur dan menemukan peserta tes yang memenuhi kriteria tertentu. Cronbach (dalam Syaifuddin Azwar, 2005) mendefinisikan tes sebagai “a systematic procedure for observing a person’s behavior and describing it with the aid of a numerical scale or category system”. Menurut Webster’s Collegiate (dalam Arikunto, 1995), tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Dari dua definisi tersebut dan uraian dapat ditarik pengertian bahwa: (1) tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis, untuk mengukur atribut tertentu, dilakukan dengan prosedur administrasi dan pemberian angka yang jelas dan spesifik, sehingga hasilnya relatif ajeg bila dilakukan dalam kondisi yang relatif sama; (2) tes pada umumnya berisi sampel perilaku, cakupan butir tes yang bisa dibuat dari suatu materi tidak terhingga jumlahnya, yang secara keseluruhan mungkin mustahil dapat tercakup dalam tes, sehingga tes harus dapat mewakili kawasan (domain) perilaku yang diukur, untuk itu perlu pembatasan 107
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
digilib.uns.ac.id
yang jelas; (3) tes menghendaki subjek agar menunjukkan apa yang diketahui atau apa yang dipelajari dengan cara menjawab atau mengerjakan tugas dalam tes. Respon subjek atas tes merupakan perilaku yang ingin diketahui dari penyelenggaraan tes, karena tes memang mengukur perilaku, sebagai manifestasi atribut psikologis yang mau diukur. B. Jenis-jenis Tes Jenis-jenis tes dapat di bagi berdasarkan: tujuan penyelenggaraan, waktu penyelenggaraan, cara penyusunan, dan bentuk jawaban. Jenis tes berdasarkan tujuan penyelenggaraan antara lain: 1. Tes Seleksi (Selection Test) Tes seleksi diselenggarakan untuk memilih peserta guna diikutsertakan dalam kegiatan yang menuntut kemampuan tertentu. Penentuan jenis kemampuan dan tingkat penguasaan pada tes seleksi, sepenuhnya tergantung pada kebutuhan akan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mengikuti kegiatan. 2. Tes penempatan Dilakukan sebelum siswa memulai pendidikan pada tingkat tertentu. Tes dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa untuk kemudian menempatkannya pada tingkat kemampuan yang sesuai. 3. Tes hasil belajar Sebagai tes yang memfokuskan pada hasil yang telah dapat dicapai oleh suatu bentuk pengajaran, tes hasil belajar memiliki kaitan yang erat dengan yang telah diajarkan (kurikulum). Kaitan itu terutama dalam hal isi tes. Isi tes harus secara jelas mencerminkan isi pengajaran yang secara nyata telah diselenggarakan. 4. Tes diagnostik Tes diagnostik dilakukan sebelum atau selama berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Tes diagnostik dimaksudkan untuk menemukan bahan-bahan pelajaran tertentu yang masih menyulitkan siswa. Informasi tentang kelemahan siswa dijadikan dasar penyusunan program remedial.
108
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah digilib.uns.ac.id Dasar
BAB VIII PENGOLAHAN HASIL BELAJAR A. Teknik Pemberian Skor Hasil Belajar Setelah diperoleh skor-skor yang merupakan hasil penyekoran tes hasil belajar, kini Anda diperkenalkan kepada teknik pemberian skor. Selain itu, akan dibahas juga cara-cara menggunakan hasil-hasil pengolahan tersebut dengan menggunakan pendekatan PAP dan PAN, serta penafsirannya dalam kaitannya dengan mutu hasil belajar. 1. Penskoran Soal Bentuk Pilihan Ganda Cara penskoran tes bentuk pilihan ganda ada tiga macam, yaitu: pertama penskoran tanpa ada koreksi jawaban, penskoran ada koreksi jawaban, dan penskoran dengan butir beda bobot. a. Penskoran tanpa koreksi, yaitu penskoran dengan cara setiap butir soal yang dijawab benar mendapat nilai satu (tergantung dari bobot butir soal), sehingga jumlah skor yang diperoleh peserta didik adalah dengan menghitung banyaknya butir soal yang dijawab benar. Rumusnya sebagai berikut. Skor =
B x 100 ( skala 0-100) N
B = banyaknya butir yang dijawab benar N = adalah banyaknya butir soal b. Penskoran ada koreksi jawaban yaitu pemberian skor dengan memberikan pertimbangan pada butir soal yang dijawab salah dan tidak dijawab, adapun rumusnya sebagai berikut.
133
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id Pengembangan Asesmen dalam Pembelajaran Sekolah Dasar
Skor =
S ö éæ êç B - P - 1 ÷ ø êè N ê ëê
digilib.uns.ac.id
ù ú ú ´ 100 ú ûú
B = banyaknya butir soal yang dijawab benar S = banyaknya butir yang dijawab salah P = banyaknya pilihan jawaban tiap butir N = banyaknya butir soal c. Penskoran dengan butir beda bobot yaitu pemberian skor dengan memberikan bobot berbeda pada sekelompok butir soal. Biasanya bobot butir soal menyesuaikan dengan tingkatan kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi) yang telah dikontrak guru. Anda juga dapat membedakan bobot butir soal dengan cara lain, misalnya ada sekelompok butir soal yang dikembangkan dari buku pegangan guru dan sekelompok yang lain dari luar buku pegangan diberi bobot berbeda, yang pertama satu, yang lain dua. Adapun rumusnya sebagai berikut. Skor =
å
(Bi ´ bi ) ´ 100% St
Bi = banyaknya butir soal yang dijawab benar peserta tes bi = bobot setiap butir soal St = skor teoritis (skor bila menjawab benar semua butir soal) Contoh: Pada suatu soal tes matapelajaran IPA berjumlah 40 butir yang terdiri dari enam tingkat domain kognitif diberi bobot sebagai berikut: pengetahuan bobot 1, pemahaman 2, penerapan 3, analisis 4, sintesis 5, dan evaluasi 6. Yoyok dapat menjawab benar 8 butir soal domain pengetahuan dari 12 butir, 12 butir dari 20 butir soal pemahanan, 2 butir soal penerapan dari 4 butir, 1 butir soal analisis dari 2 butir, dan 1 butir soal sintesis dan evaluasi masing-masing 1 butir. Berapakah skor yang diperoleh Yoyok?
134
commit to user