ASESMEN UNTUK PEMBELAJARAN BAGAIMANA PRAKTIKNYA DI SEKOLAH? Muhamad Yusup Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya Email:
[email protected] Abstrak Asesmen memegang peranan penting dan merupakan bagian tak terpisahkan dalam proses pembelajaran. Asesmen untuk pembelajaran dilakukan oleh guru untuk mengetahui pencapaian target belajar siswa dan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan siswa dalam pembelajaran untuk dilakukan perbaikan. Makalah ini memaparkan bagaimana kebijakan dan praktik asesmen dalam sistem pendidikan di Inggris untuk diambil sebagai pelajaran dalam sistem pendidikan di Indonesia. Kata-kata Kunci : asesmen untuk pembelajaran, target pencapaian belajar Pendahuluan Salah satu bagian vital dari proses pendidikan adalah asesmen. Tetapi sedikit guru yang memberikan perhatian padanya. Kebanyakan guru berpikir bahwa asesmen hanyalah bagian pelengkap dari suatu proses belajar. Mereka melakukannya ketika mereka akan “mengambil” nilai untuk siswa. Para guru tersebut mengadakan asesmen pada bagian akhir dari program pengajaran, biasanya dilakukan melalui ujian tengah semester dan ujian akhir semester. Ujian dilakukan lebih banyak melalui tes tertulis, yang seperti dikatakan Hein dan Price (1994) bahwa mengases sains (dan juga beberapa mata pelajaran lain) melalui paper-and-pencil tests
adalah sama halnya mengases
seorang pemain basket dengan memberikan tes tertulis. Kita mungkin dapat mengukur pengetahuannya mengenai permainan basket, tetapi kita tidak dapat mengetahui keterampilannya dalam bermain basket. Asesmen, sebagaimana dikatakan Rowntree (1987) adalah tentang bagaimana mengetahui siswa-siswa kita dan kualitas pembelajaran mereka. Kita hampir selalu harus menilai siswa dengan cara-cara sedemikian sehingga informasi kemajuan belajar siswa bermanfaat bagi siswa itu sendiri maupun pihak lain yang berkepentingan. Satu hal yang juga perlu diingat bahwa asesmen merupakan jalan untuk mengajar secara
1
lebih efektif dengan mengetahui secara pasti apa yang diketahui siswa dan apa yang belum diketahui siswa. Asesmen bukanlah sekedar dualitas sederhana antara memberi nilai versus diagnosis. Asesmen merupakan laporan pencapaian prestasi siswa dan bagaimana melaksanakan pembelajaran dengan lebih baik untuk mencapai tujuan kurikuler. Dalam makalah ini penulis mencoba memaparkan mengenai asesmen dalam sistem pendidikan di Inggris. Diharapkan dari paparan ini kita dapat mengambil pelajaran dan melihat peluang penerapannya dalam praktik pendidikan di negara kita. Assessment for Learning Istilah assessment for learning tidak populer bagi kalangan pendidik di Indonesia. Istilah yang sepadan dengan assessment for learning adalah asesmen formatif. Bedanya, assessment for learning bicara tentang tujuan asesmen, sementara asesmen formatif bicara tentang fungsi asesmen (William, 2009:9). Assessment for learning adalah proses untuk mencari dan menginterpretasi bukti yang dapat digunakan oleh siswa dan guru untuk memutuskan posisi siswa dalam pembelajaran, kemana tujuan yang akan dicapai berikutnya dan bagaimana jalan terbaik untuk mencapainya. (Assessment Reform Group (ARG), 2002). Assessment for learning didasarkan pada ide bahwa siswa akan memperbaiki pembelajaran mereka jika mereka memahami tujuan pembelajarannya. Elemen-elemen kunci dari assessment for learning adalah: 1. 2. 3. 4. 5.
Penggunaan metode bertanya yang efektif Umpan balik terhadap pekerjaan yang diases Tujuan pembelajaran yang dirumuskan bersama antara guru dan siswa Peer and self-assessment Penggunaan asesmen untuk merencanakan pembelajaran Pemberian umpan balik terhadap tugas atau pekerjaan siswa dapat dilakukan
secara oral maupun tertulis. Guru tidak hanya memberikan skor atau nilai, tetapi juga memberikan komentar terhadap tugas atau pekerjaan siswa. Komentar yang diberikan guru hendaknya dapat menuntun siswa bagaimana cara memperbaiki pekerjaannya. Membangun keterampilan self-assessment dapat membantu siswa menjadi pelajar mandiri (self-regulated). Untuk dapat melakukan self-assessment, diperlukan tiga elemen penting (Muijs dan Reynolds, 2011:275): 1. Tujuan atau target yang jelas untuk siswa 2
2. Informasi yang jelas di mana posisi siswa terhadap tujuan atau target tersebut 3. Pemahaman tentang bagaimana siswa dapat memperkecil jarak antara posisinya
sekarang dengan target yang harus mereka capai. Agar efektif, assessment for learning hendaknya menjadi bagian sentral dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini dapat dimulai dengan merumuskan tujuan pembelajaran bersama-sama antara guru dan siswa. Dengan demikian, siswa menyadari tujuan belajarnya pada suatu materi pelajaran. Kriteria asesmen juga harus jelas bukan hanya bagi guru, tetapi juga bagi siswa. Siswa perlu untuk mengetahui apa yang dinilai guru ketika mengases pekerjaan siswa dan apa dasar yang menjadi pertimbangan guru untuk menentukan keputusan terhadap pekerjaan siswa yang diases tersebut. Assessment for learning tidak hanya menyangkut bagaimana kualitas pekerjaan siswa, tetapi juga mengenai cara guru menggunakan asesmen. Guru harusnya menggunakan asesmen untuk merencanakan pelajaran, mengidentifikasi kebutuhan siswa dalam pembelajaran dan mengajarkan kembali materi-materi yang belum dipahami dengan baik oleh siswa. Hal ini sesuai dengan siklus asesmen seperti tampak pada gambar 1. Guru merencanakan dan menyampaikan pelajaran
Siswa belajar dan menunjukkan hasil belajar melalui aktivitas tertulis atau yang lain
Guru mengases hasil belajar, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan siswa secara individual dan klasikal
Gambar 1. Siklus asesmen (Davies, 2010:210) asesmen dapat berjalan efektifberdasarkan jika asesmen dilakukan secara kontinu, sebelumnya Guru merencanakan Siklus dan menyampaikan pelajaran berikutnya capaian keberhasilan pembelajaran melalui day-to-day assessment dan periodic assessment. Day-to-day assessment dapat dilakukan sebagai sisipan dalam proses pembelajaran; observasi, diskusi, tanya jawab dan menganalisis pekerjaan siswa. Sementara, periodic assessment dilakukan dua atau tiga kali dalam setahun. Metode assessment for learning yang sekarang menjadi tren di beberapa sekolah di Inggris adalah metode traffic light. Metode tersebut digunakan guru untuk mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan dengan cara mengangkat kartu berwarna merah, hijau, atau kuning. Kartu hijau menandakan bahwa siswa memahami 3
materi dengan baik, sebaliknya untuk kartu warna merah. Kartu kuning menunjukkan bahwa masih ada bagian dari materi yang belum dipahami siswa. Memang, untuk memulai assessment for learning memerlukan perubahan kultur di sekolah dan sistem pendidikan. Terlebih jika selama ini dalam sistem pendidikan kita asesmen dilakukan dengan tujuan untuk menyeleksi dan menyortir siswa ke dalam kelompok kemampuan tinggi dan kemampuan rendah. Hemat penulis, sistem pendidikan kita masih menempatkan asesmen sumatif di atas asesmen formatif. Assessment of Learning Assessment of learning mengacu pada strategi yang didesain untuk mengetahui apa yang diketahui siswa, menguji apakah siswa sudah mencapai kompetensi yang dituntut oleh kurikulum, atau untuk menyertifikasi kecakapan dan membuat keputusan mengenai program atau penempatan siswa ke depan. Dengan demikian, tujuan dari assessment of learning adalah untuk mengukur, menyertifikasi, dan melaporkan tingkat keberhasilan belajar siswa, sehingga dapat mengambil keputusan yang tepat. Dalam khazanah pendidikan kita, istilah assessment of learning sepadan dengan asesmen sumatif. Dalam sistem pendidikan di Inggris, asesmen pada tiap level pendidikan ditunjukkan pada tabel 1. Pada tabel 1 tampak bahwa asesmen yang dilakukan guru lebih dominan daripada asesmen melalui ujian nasional. Berbeda dengan di Indonesia, di mana ujian nasional diselenggarakan serentak secara nasional oleh pemerintah, di Inggris ujian nasional diselenggarakan oleh organisasi-organisasi komersil yang dapat dipilih oleh sekolah dan tidak dalam waktu yang harus bersamaan untuk semua mata pelajaran yang diujikan. Tabel 1. Asesmen pada tiap level pendidikan di Inggris Age 3-4 4-5 5-6 6-7 7-8 8-9 9-10 10-11
Year Receptio n 1 2 3 4 5 6
Key stage EYFS EYFS KS1 KS1 KS2 KS2 KS2 KS2
Assessment
Teacher assessments in English, maths and science
National tests and teacher assessments in English, maths and science
4
11-12 7 12-13 8 13-14 9
KS3 KS3 KS3
14-15 10 15-16 11
KS4 KS4
Ongoing teacher assessments Ongoing teacher assessments Teacher assessments in English, maths and science and the other foundation subjects Some children take GCSEs Most children take GCSEs or other national qualifications
Mengases Kemajuan Siswa : Contoh pada Pelajaran Sains Qualification and Curriculum Development Agency dan The National Strategies membuat bahan yang disebut sebagai Assessing Pupils' Progress (APP), untuk mendukung day-to-day assessment dan periodic assessment. APP merupakan pendekatan terstruktur untuk mengases siswa sehingga guru dapat ‘melacak’ kemajuan belajar siswa dan menggunakan informasi dignostik mengenai kekuatan dan kelemahan siswa. Deskripsi pada tiap level dalam APP yang menyertai asesmen kurikulum nasional bertujuan untuk memperbaiki kualitas dan reliabilitas asesmen yang dilakukan guru. Pendekatan dalam APP sangatlah sederhana. Pada interval waktu reguler yang cocok dengan kebijakan asesmen di sekolah, guru memeriksa pekerjaan siswa menggunakan panduan dalam APP untuk melihat profil pencapaian belajar siswa yang bersangkutan. Informasi yang diperoleh dari proses tersebut memungkinkan guru untuk: a)
menganalisis kekuatan dan kelemahan tiap siswa
b)
menetapkan level pencapaian tiap siswa terhadap kurikulum
c)
menggunakan informasi tersebut untuk menentukan target kurikuler untuk memperbaiki pembelajaran siswa dan menginformasikan pengajaran untuk mereka selanjutnya atau pada tingkat/kelas berikutnya.
APP membantu guru dalam merencanakan kemajuan belajar siswa dan membangun keterampilan untuk menilai kemajuan belajar siswa. Dengan demikian, guru dapat membuktikan kemajuan belajar siswa melalui pembelajaran yang efektif dan dapat secara periodik melihat kemajuan belajar siswa terhadap level dalam kurikulum nasional (lihat gambar 2). Merencanakan kemajuan siswa dari tujuan pembelajaran
Mengumpulkan dan memberi umpan balik terhadap bukti kemajuan siswa dalam pembelajaran hari demi hari (AfL)
Meninjau sejumlah bukti dari asesmen periodik (APP) 5
Menyesuaikan kembali rencana dan pelaksanaan pembelajaran
Membuat asessmen yang berhubungan dengan level menggunakan kriteria dalam APP
Gambar 2. Siklus perencanaan dan asesmen menggunakan APP Dalam kurikulum nasional termasuk pula ‘target pencapaian’, yang berisi kriteria bagi guru untuk menilai kemajuan belajar siswa. Target Pencapaian terdiri dari delapan deskriptor level pencapaian performa yang diharapkan plus standar pengecualian. Setiap deskriptor level menggambarkan tipe performa siswa yang harus tampak pada level tersebut. Tujuan dari deskriptor tersebut adalah sebagai panduan bagi guru dalam memonitor kemajuan belajar siswa sepanjang masa sekolah mereka. Siswa diharapkan, secara rata-rata, mencapai kemajuan satu level tiap dua tahun. Sebagai contoh, kita ambil mata pelajaran sains pada Key Stage (KS) 2. Tabel 2 menunjukkan indikator pada level 3, 4, dan 5 untuk fokus Material dan Sifat-Sifatnya. Dari tabel 2 tampak deskriptor pada masing-masing level memberikan panduan bagi guru untuk menentukan kedudukan siswa pada level-level tersebut. Laporan hasil belajar siswa juga ditulis berdasarkan level yang dicapainya pada masing-masing mata pelajaran. Pencapaian target belajar ini menjadi pertimbangan untuk merencanakan pembelajaran berikutnya bagi siswa yang bersangkutan.
6
Table 2. Level 3, 4, dan 5 pada Target Pencapaian fokus Material dan SifatSifatnya KS 2 Kurikulum Nasional di Inggris Level 3
Deskriptor Siswa menggunakan pengetahuan dan pemahaman tentang material ketika mereka mendeskripsikan macam-macam cara untuk menggolongkannya sesuai dengan sifat-sifatnya. Mereka menjelaskan dengan sederhana mengapa beberapa material tertentu cocok untuk keperluan khusus (misalnya, kaca untuk jendela, tembaga untuk kabel). Mereka mengenali bahwa beberapa perubahan (misalnya, air yang membeku) reversibel dan beberapa perubahan lain (misalnya, tanah liat yang dibakar) irreversibel, dan mereka mengklasifikasi perubahan-perubahan tersebut.
4
Siswa menunjukkan pengetahuan dan pemahaman material dan sifat-sifatnya yang digambarkan dari materi KS2 atau KS3. Mereka mendeskripsikan perbedaan-perbedaan material dan menjelaskan bagaimana perbedaanperbedaan tersebut digunakan untuk mengklasifikasi zat-zat (misalnya, padat, cair, gas pada KS2, asam, alkali pada KS3). Mereka mendeskripsikan beberapa metode (misalnya, filtrasi, distilasi) yang digunakan untuk memisahkan campuran sederhana. Mereka menggunakan istilah-istilah ilmiah (misalnya, evaporasi, kondensasi) untuk mendeskripsikan perubahan zat. Mereka menggunakan pengetahuan tentang perubahan reversibel dan irreversibel untuk membuat prediksi sederhana apakah perubahan-perubahan yang lain reversibel atau tidak.
5
Siswa menunjukkan peningkatan pengetahuan dan pemahaman mengenai material dan sifar-sifatnya yang digambarkan dari materi pada KS2 atau KS3. Mereka mendeskripsikan beberapa sifat-sifat logam (misalnya, konduktivitas listrik yang baik) dan menggunakan sifat-sifat ini untuk membedakan logam dengan zat padat lain. Mereka mengidentifikasi berbagai konteks di mana perubahan (misalnya, evaporasi, kondensasi) terjadi. Mereka menggunakan pengetahuan tentang bagaimana campuran khusus (misalnya, garam dan air, pasir dan air) dapat dipisahkan untuk menemukan cara campuran lain yang sejenis dapat dipisahkan.
Simpulan dan Saran Asesmen
memainkan
peranan
penting
dalam
pembelajaran.
Asesmen
memberikan petunjuk bagi guru tentang cara siswa memahami dan melakukan tugastugas tertentu. Asesmen juga memberikan umpan balik bagi siswa pada apa yang telah mereka capai dan bagaimana mereka memperbaikinya. Guru kemudian dapat merencanakan pembelajaran tahap berikutnya secara lebih efektif dan siswa dapat memahami apa yang mereka perlukan untuk mencapai kemajuan belajar.
7
Assessment for learning atau asesmen formatif belumlah diimplementasi secara luas di Indonesia. Sejauh ini, guru mengases pekerjaan siswanya untuk memberikan nilai dan mengelompokkan mereka berdasarkan kemampuannya. Guru memberikan pekerjaan rumah, tetapi masih minim dalam memberikan umpan balik, khususnya dalam bentuk tertulis. Untuk memperbaiki kondisi ini, penulis mengusulkan kepada pemerintah untuk mengembangkan strategi baru dalam asesmen yang memberikan peran lebih luas kepada guru sebagaimana amanat UU Sisdiknas pasal 58. Penulis juga mendorong dilakukannya pengembangan standar-standar pencapaian hasil belajar yang menjadi dasar dan pedoman bagi guru dalam menilai keberhasilan siswanya sebagaimana attainment target yang ada dalam sistem pendidikan di Inggris. Daftar Pustaka Davies, S., (2010). The Essesntial Guide to Secondary Teaching. Harlow: Pearson Hein, G., and Price, S. (1994). Active Assessment for Active Science: A Guide for Elementary School Teachers. Portsmouth, NH: Heinemann http://www.assessment-reform-group.org/ http://curriculum.qcda.gov.uk/key-stages-1-and-2/subjects/science/attainment targets McComas, W. (ed.) (1998) The Nature of Science in Science Education: Rationales and Strategies. Dordrecht: Kluwer. Muijs, D., Reynolds, D. (2011). Effective Teaching Evidence and Practice. London: Sage Rowntree, D. (1987). Assessing Students: how shall we know them?. 2nd ed, London: Kogan Page. William, D. (2009). Assessment for Learning: Why, What, and How?. London: Institute of Education
8