NOTULENSI
WORKSHOP PEMANDU KITAB SUCI
Sambutan Michael Indra Wahjudi: Sambutan, penjelasan tentang jadwal, di akhir wokshop yang hadir berturut-turut akan menerima sertifikat.
kali
Dharmawan Tanudjaya: Menjadi pemandu membawa kabar sukacita ke lingkungan masing-masing. Menjadi pemandu yang memiliki daya pikat dan daya tarik. Output dari workshop pemandu ini diharapkan tidak hanya melayani di lingkungan masing-masing, tetapi juga di wilayah lain. RD Dominikus Savio Tukiyo : Bapak Uskup mengajak untuk menjadikan Kitab Suci sebagai cara bertindak, cara berpikir, cara berucap. Pengetahuan tentang kitab suci dan pengetahuan tentang pemandu, tidak ada artinya jika tidak didukung dengan pengalaman dan tindakan. Harapannya peserta-peserta akan menjadi suatu tim besar yang dimiliki oleh Seksi Kitab Suci Paroki Katedral yang dapat diutus di masa yang akan datang untuk melayani perkembangan kelompok-kelompok Kitab Suci.
Sesi 1: Mengapa Saya Jadi Pemandu Pembicara: Fred Mandolang Waktu: 8.30 – 10.00
Kehadiran Bapak/Ibu pada hari ini, sudah merupakan suatu prestasi. Selama masa persiapan untuk acara ini, banyak terjadi kendala untuk mencari peserta. Hingga saat terakhir, peserta yang daftar sangat sedikit, namun sekarang dilihat peserta banyak memenuhi ruangan. Artinya itu sudah merupakan prestasi dan kemenangan bagi kita. Modal untuk mengikuti workshop ini: Iman Iblis sejak dulu sudah menggoda manusia, dan selalu membuat manusia ingin menyerah. Membuat manusia tidak memiliki semangat untuk berangkat ke workshop, menggoda manusia untuk marahmarah, dll. Iman yang membawa peserta ke workshop ini. Damai Yesus selalu mengatakan “DamaiKu Kutinggalkan kepadamu”. Kita bisa menerima materi iman dan benih jika kita merasa damai. Bagaimana benih bisa tumbuh jika tanah yang dipakai untuk menanam tidak damai?
Damai itu tidak sulit. Contohnya dengan memberikan salam kepada satu dengan yang lainnya, hal itu dapat menyalurkan energi damai dari yang satu kepada yang lain. Semangat Semangat itu seperti api, semangat itu adalah energi untuk menggerakkan. Semangat untuk mengikuti acara dari awal sampai akhir itu tidak mudah. Salah satu cara untuk tetap membangkitkan semangat adalah dengan penyaluran energi melalui tubuh. Energi kita ini secara iman adalah energi Kristus. Kel 4:10 Musa diminta oleh Tuhan menjadi pemandu, namun menolak karena merasa tidak mampu. Kel 4:13-14 Musa meminta Tuhan untuk mencari orang lain saja yang menjadi pemandu, namun Tuhan murka. Diharapkan, peserta workshop ini menjadi tokoh besar dalam kegiatan pemandu kitab suci di Katedral. Mengapa saya menjadi seorang pemandu? Workshop ini adalah workshop untuk pemandu kitab suci. “Mengapa saya?”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka ditanya lagi “Untuk apa saya ada di dunia ini?” Kol 1:16 “Karena dalam Dialah telah diciptakan segala sesuatu, yang keliatan dan yang tidak kelihatan”: Tuhan telah merancang semuanya, supaya kita hadir disini, meskipun acara hari ini belum diketahui akan seperti apa. “Segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia”: menjadi pemandu Kitab Suci itu untuk Dia. Sejak kita dilahirkan, Tuhan sdah punya tujuan, mengapa kita harus lahir. Tujuan itu adalah tujuan Tuhan, bukan tujuan kita. Datang ke workshop ini adalah wujud kita membiarkan Allah untuk memakai kita bagi tujuan-Nya. Bagaimana menemukan tujuan Allah? Kita harus mengenal Allah, melalui firman-firmanNya yang ada di dalam kitab suci. Kitab suci adalah: (1) sabda Tuhan ketika kita membaca kitab suci, kita itu mendekati Allah dengan sabda. Membaca kitab suci berbeda dengan membaca buku biasa. Buku biasa adalah obyek untuk pembacanya, namun kitab suci yang menjadi obyek adalah pembacanya, setiap kali dibaca akan membuat kita merenungkan apa yang Tuhan ingin katakan kepada kita (2) Kitab suci adalah kitab iman: ditulis oleh orang beriman dan ditujukan bagi orang beriman. Banyak cerita-cerita di dalam kitab suci yang mungkin tidak masuk di akal, atau hilang beberapa tahun, atau tidak lengkap. Namun kitab suci bukan buku biografi, bukan buku geografi, bukan buku sejarah, tetapi buku iman. Mengapa umat didorong oleh Gereja untuk membaca, merenungkan, dan mendalami Kitab Suci secara bersama di dalam kelompok? Karena isi dari kitab suci adalah milik Gereja, maka harus dilakukan secara
bersama-sama, agar pengalaman iman dari sabda tersebut dibagikan atau disharingkan ke anggota gereja juga. Hal-hal yang diperlukan untuk memulai kelompok kitab suci: 1. Kitab suci 2. Peserta: kelompoknya jangan besar-besar, antara 10-15 orang. Semakin kecil kelompok, semakin efektif. Jika kelompok besar, pemandu tidak bisa berkomunikasi dengan semua peserta. 3. Pemandu: workshop ini memberikan skill menjadi pemandu. Modal mengikuti workshop ini adalah “mau” bukan “mampu”. Kemampuan akan diberikan Tuhan dengan mengikuti workshop ini. Pemandu itu bukan ahli Kitab Suci. 4. Waktu: menentukan hari/waktu untuk melakukan kks akan lebih mudah kalau kelompok kecil. Durasi waktu idealnya 1,5 jam-2 jam. 5. Tempat: yang ideal, susunan tempat duduknya antar peserta ada kontak mata/eye contact 6. Buku referensi: disamping kitab suci, pemandu diharapkan juga membaca referensi lain, misalnya tafsir. Perutusan menjadi seorang pemandu. Mat 28:19a Karena itu pergilah , jadikanlah semua bangsa muridKu. Semua peserta sudah murid Tuhan, pemandu juga murid, tapi dengan adanya kks dapat meningkatkan kualitas murid tersebut. Kis 8:30b; 31a kehadiran pemandu untuk membimbing, bukan mengajari, tapi memberi jalan atau acuan, supaya bisa mengerti bersama-sama. Tips Pemandu: 1. Pemandu bukan guru 2. Pertemuan KKS bukan kursus, tapi sharing iman 3. Suasana dibuat serius tapi santai, santai itu penting, cara yang paling mudah untuk menbuat santai adalah senyum. Setiap orang pasti punya senyum, senyum itu mudah, gratis, dan menular. 4. Pertanyaan dari lembaran bukan ujian, jangan galak-galak 5. Usahakan keterlibatan umat sebanyak mungkin, bergantian sharing atau bicaara atau bertanya 6. Jangan ada peserta yang mendominasi 7. Baca langsung dari kitab suci, bukan dari buku lembaran pertemuan 8. Batasi pertanyaan umat sesuai konteks 9. Pertanyaan umat terlebih dahulu dilempar kembali kepada umat yang lain 10. Pertanyaan umat yang tidak bisa dijawab bolleh ditunda 11. Jangan berpretensi untuk menjawab setiap pertanyaan dari umat Referensi untuk pemandu: 1. The purpose driven life
2. 3. 4. 5.
Sabda Tuhan dan Pembacanya Belajar mencintai alkitab Membaca Kitab Suci Bersama Syering Kitab Suci
Pertanyaan Sesi 1: 1. Dalam sharing banyak kasus dan cerita, sudah diatur persentase pembahasan rohani dan pembahasan duniawi. Seberapa banyak persentase untuk membahas masing-masing bagian? Gereja katolik sudah memberikan pedoman isi dan konteks, namun dapat dimodifikasi di dalam penyampaian. Kalau soal teknis, memang dalam memandu nanti akan dijelaskan di sesi berikutnya. 2. HP atau gadget yang ada aplikasi Kitab Suci, apakah diperbolehkan di dalam KKS? Tidak boleh. Kalau untuk sendiri di rumah, diperbolehkan. Namun kalau kita ada di dalam kelompok maka yang dibaca adalah kitab suci yang berbentuk kitab. Gadget itu hanya untuk kepentingan praktis seperti di perjalanan dan lain-lain. 3. Dalam kita memandu apakah sebaiknya membuka atau menutup? Maksudnya bagaimana membangun dinamika kelompok? Setiap pertemuan sudah ditentukan dan dijelaskan oleh pemandu di awal dengan kata-kata “diharapkan.....” Sharing dibatasi dengan tema yang telah ditentukan untuk pertemuan tersebut. 4. KKS itu sharing atau diskusi atau pendalaman? Pemandu harus bisa memberikan kesejukan, di lingkungan saya sangat susah untuk melakukan pertemuan. Sharing itu semua orang bicara, membagikan pengalaman imannya bukan pengetahuan, sesuai dengan konteks tema yang sedang dibicarakan. Sharing itu tidak boleh disanggah, hanya boleh didengar, tidak untuk didiskusikan. Ayat yang sama dibaca oleh orang yang berbeda, jawabannya bisa menjadi berbeda pula. Pendalaman itu bicara tentang iman, iman itu proses. Peserta datang dengan kedalaman iman yang berbeda. Kedalaman iman dipengaruhi oleh situasi dan kondisi. Sehingga menjadi pemandu itu perlu diawali dengan doa dan meminta Tuhan untuk menyertai dan mendampingi 5. Pengalaman saya, kitab suci itu ditulis dengan bahasa yang sulit dimengerti. Sulit pula menghubungkan ayat demi ayat dengan keadaan yang sekarang. Pedoman yang ada di dalam lembar kks menjadi membatasi dan menjemukan diskusi. Bagaimana mengatasi ini? Disarankan untuk mengikuti kursus kitab suci. Istilah pemandu lebih baik di ganti dengan fasilitator, karena pemandu itu konotasinya lebih menjadi pemimpin, sedangkan fasilitator berjalan bersama-sama dengan peserta dan mendapatkan pengalaman yang sama dengan peserta. Namun setidak-tidaknya, mau jadi pemandu atau fasilitator, ya harus mempersiapkan terlebih dahulu daripada peserta. Umat perserta KKS adalah umat yang sudah kita kenal, sehingga kita mengetahui kapasitas masing-masing. 6. Saya setuju dengan sebutan sebagai fasilitator dan bukan pemandu. Pertama perlu diperhatikan Apa pesan yang alah ingin sampakan dan kedua bagaimana kita merespon kepada sabda tersebut (BGA Baca, Gali, Alkitab).
Saya mengerti bahwa banyak yang merasa takut untuk menjadi pemandu, dari pertanyaanpertanyaan yang hadir di hari ini banyak yang merefleksikan ketakutan sebagai seorang pemandu. Roh kudus dan motivasi mempengaruhi cara berpikir dan cara mengatasi situasi diskusi atau sharing. Dengan roh kudus, iman mengatakan tidak ada yang mustahil dari Tuhan, justru sebagai seorang pemandu kita menerima banyak dari peserta. Yang penting mau dan mengimani. 7. Setiap kali ada bulan kitab suci nasional, selalu ada kegiatan kitab suci lingkungan. Bagaimana solusi untuk mengajak orang yang selalu menolak kalau ditunjuk (karena merasa tidak mampu?). Yang kedua, begitu selesai bulan Kitab Suci, tidak pernah ada evaluasi, sehingga tidak diketahui apakah tujuan dari tema yang diusung tercapai atau tidak. Orang Indonesia terkenal banyak bicara dan kurang mendengar, namun kalau ketemu kitab suci biasanya langsung membisu. Begitu acara selesai, langsung bicara sana sini. Ini karakter bangsa. Padahal Kitab Suci mengajarkan untuk mendengar. Bagaimana caranya? Nanti akan dijelaskan oleh Pak Agus. Pesan Pak Fred: Jaga damai, semangat, dan apapun kekuatiran dan kendala-kendala dan kita percaya Tuhan pasti akan membantu.
Sesi 2: Becoming An Inspiring Animator Pembicara: Dominikus Agus Goenawan Waktu: 10.10 – 11.20
Hambatan-hambatan yang biasa ada jika memandu di lingkungan (bertanya kepada audience) 1. Mengajak peserta aktif, selain mengumpulkan pesertanya 2. Takut karena dinamika kelompok, bagaimana membuat suasana menjadi hidup Animator: orang yang membuat suatu keadaan atau kelompok menjadi hidup dan dinamis Pengajar vs. Animator Pengajar: mentransfer pengetahuan dengan suatu metoda mengajar, komunikasi juga dua arah Animator membuat kelompoknya menjadi hidup Gaya kepemimpinan animator: 1. Autokratis: angota dianggap sebagai orang yang tidak terlalu memiliki kemampuan. Pertemuan diatur sendiri, peserta cenderung akan menjadi tersinggung dan ujung-ujung nya bubar 2. Otoriter: tegas, kadang-kadang keras, anggota dilibatkan Cuma tidak banyak yang di libatkan, cukup terbuka terhadap kelompok. Bertanggung jawab mempersiapkan diri berkarisma, baik untuk kelompok yang baru terbentuk 3. Demokratis: lebih mementingkan kelompok, percaya kepada kemaampuan anggotanya
4. Permisif: mengijinkan segalanya bagi anggota, hampir tidak mengontrol apa-apa, kurang atau tidak peduli kepada kelompok Animator yang baik awalnya otoriter, tetapi lama kelamaan menjadi demokratis. Contoh animator yang baik di Lukas 24: 13-33 - Dua orang murid yesus: bukan termasuk ke dalam 12 rasul pertama - Bercakap-cakap : tentang Yesus, sedih, saling menyalahkan dan melemparkan kesalahan - Yesus mendekati, namun ada sesuatu yang menghalangi mata mereka sehingga mereka tidak dapat mengenal dia, bertanya apa yang sedang dibicarakan. Kemudian mengetahui bahwa murid-murid tersebut membicarakan hal negatif tentang Yesus. Yesus pertama mendengarkan dulu, baru kemudian mengatakan bahwa mereka bodoh lalu menegur mereka atas apa yang mereka bicarakan. - Murid-murid itu baru menyadari bahwa itu Yesus ketika memecah-mecahkan roti, lalu mereka berkata bukankah hati kita berkobar-kobar ketika berbicara dengan Dia? Dengan semangat berkobar-kobar itu kedua murid kembali lagi ke Yerusalem untuk mengabarkan kepada 12 rasul Yesus, bahwa Yesus benar telah bangkit. Mediocre teacher tells Good teacher explains Superior teacher demonstrates Great teacher inspires mengubah pola hidup dan mengubah pola pikir Great teacher/animator adalah tujuan kita, meskipus tidak mampu, yang penting mau. Dua nilai utama Animator 1. Nilai Intrinsik: sebagai orang Katolik, sebagai pemandu di lingkungan apa yang kita punya yang melekat di dalam diri kita? Kalau belum, ya harus terus belajar dan mengembangkan diri. 2. Nilai ekstrinsik: nilai-nilai diluar diri kita yang juga melekat kepada diri kita, penampilan, rambut, cara berpakaian, hal-hal ini diproyeksikan keluar dan ditangkap oleh orang lain Komunikasi yang Efektif 1. Sebagai seorang fasilitator harus dapat menengahi perbedaan sudut pandang. 2. Komunikasi itu dimulai dari otak kita. Persepsi dan hati dapat mempengaruhi cara berkomunikasi 3. Prinsip kerja otak: a. Otak bekerja dengan cara membentuk internal cinema, setiap kali membayangkan sesuatu seperti memutar film. Otak bekerja dengan gambar, bukan dengan teks. b. Kita bertindak berdasarkan internal cinema tersebut, bukan berdasarkan realitas, tapi “pendapat saya, menurut saya”.
c. Otak kita merespon hal real dan imajiner. Pemikiran-pemikiran tentang apa yang belum terjadi bisa mempengaruhi kita sebagai seorang pemandu, maka putar filmnya yang positif. d. Dengan kita memutar film yang positif, kita menjadi apa yang kita bayangkan. e. Otak kita tidak mengenal kata tidak. Coba mendengarkan sesuatu dan paksa supaya otak tidak membayangkan perkataan tersebut. Tidak mungkin tidak dibayangkan. Sehingga otak kita tidak mengenal kata tidak dalam alam bawah sadar kita. f. Otak kiri dan otak kanan memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Kita harus belajar untuk menggunakan keduanya. g. Otak bawah sadar: berjalan secara otomatis, santai, lancar, efektif, 6/7 volume otak lebih enak bekerja dengan otak bawah sadar. Demikian juga dengan membaca kitab suci, dibuat menjadi kebiasaan agar menjadi kegiatan otak bawah sadar. h. Otak sadar: dikendalikan dengan sadar, perlu konsentrasi, tegang, hasil tidak eektif, 1/7 vol otak. 4. Komunikasi selalu dihalangi oleh persepsi. Area of good understanding antara satu orang dengan orang yang lain sangat sempit sekali, sehingga hal ini selalu menyebabkan salah komunikasi atau salah persepsi. Maka dalam berkomunikasi kita harus mau bekerja sama. 5. Metode komunikasi a. Verbal: tulisan dan lisan i. Menggunakan kata-kata yang dimengerti oleh orang lain, ii. Dalam bahasa yang dimengerti oleh orang lain. b. Non verbal: contohnya senyum i. Kontak mata: membuat orang lain mereasa diperhatikan dan dihargaoi ii. Kontrol suara: tergantung berapa luas ruangan, intonasi suara, volume suara diperhatikan, harus menarik, cepat lambatnya iii. Bahasa tubuh: ketakutan yang utama adalah bingung dengan tangan, maka dengan gerakan tangan, membuat pendengar menjadi lebih mudah untuk membayangkan apa yang ingin kita sampaikan. 6. Prinsip komunikasi a. Dengar dulu baru bicara: dua telinga, satu mulut. Pendengaran itu sudah ada sejak dari awal lahir hingga kita meninggal dunia. Tuhan menghendaki kita dua kali mendengar daripada berbicara. b. Pengaruh kata-kata sangat kecil: bahasa tubuh 55%, intonasi suara 38%, kata-kata 7% c. Konsistensi pesan verbal dan non verbal d. Kendalikan pikiran, karena kata-kata datangnya dari pikiran. e. Kata-kata kepada diri sendiri memberikan dampak sebesar 100%. Kata-kata yang dibicarakan kepada diri sendiri harus yang positif, karena kalau bicaara kepada diri sendiri itu diterima 100% oleh diri kita. Apabila kita bicara kepada orang lain, yang diterima oleh orang lain hanya 7%. f. Program kata-kata dalam diri sendiri, misalnya : “Aku bahagia menjadi.....”; “menjadi .... adalah pilihan hidupku”; “Aku slalu bersemangat.....”. Bila ada rekan kerja yang kurang kooperatif, maka perlu disapa atau didekati.
g. Hindari kata-kata berenergi rendah (sulit, sukar, susa, gagal, hancur, malas, nakal, ceroboh, bego, kampungan, bodo, goblok, tolol, dasr umat/pelayan...., harapan kita kecil jangan harap dapat dana, hanya keajaiban yang dapat menyelamatkan lingkungan kita. Buat orang katolik ada tiga hal, yaitu iman harapan dan kasih. Jadi diperbaiki: sulit = menantang/menarik; salah = belum benar; sulit = tidak mudah; buruk = tidak baik; sakit = kurang sehat; lupa = belum ingat 7. Hambatan komunikasi a. Fisik: kondisi jalan, pendengaran kurang, suara biacara kurang keras, hambatan fisik lebih mudah untuk diatasi b. Semantik: perbedaan istilah, bahasa, kebiasaan penggunaan bahasa tubuh, kultur. Bisa diatasi namun membutuhkan penjelasan lebih, mungkin butuh bahasa isyarat sebagai bantuan c. Psikologis: karena pengalaman sebelumnya, nilai-nilai hidup, praduga, kondisi emosionalitas. Bisa jadi hambatan-hambatan tersebut di sebabkan oleh luka batin, yang mana menjadi lebih sulit untuk diatasi. Karena banyak hambatan psikologis itu banyak yang datang dari diri sendiri, maka solusi juga harus datang dari diri sendiri.
Pertanyaan Sesi 2: 1. Dalam diskusi kelompok dnegan latar belakang yang berbeda, bagaimana mengatasi jika ada peserta yang berusaha untuk menyombongkan diri, berusaha menguji pemandu, menjatuhkan pemandu, sehingga situasi menjadi kondusif? Caranya, lemparkan kembali pertanyaannya kepada penanya, lalu menyetujui pendapatnya orang tersebut. Kemudian dilemparkan kepada orang yang susah untuk bicara, “bagaimana menurut .....? setuju atau tidak?”. Kepada orang yang sulit untuk mengungkapkan atau berbicara, tanya pertanyaan yang singkat, jangan tanya yang panjang-panjang, atau yang membutuhkan jawaban deskriptif. Kalau kelompok sudah ahli mungkin bisa dibuat diskusi yang lebih mendalam. Sehingga pemandu memang harus bisa melihat situasi dan kondisi. 2. Kelemahan dalam komunikasi verbal, bagaimana cara memancingnya? Contoh pengalaman Pak Agus belajar mengajar melalui buku, pada waktu mengajar pertama kali dikritik oleh muridnya karena suaranya kecil. Proses itu membutuhkan waktu. Perbaikan terhadap komunikasi verbal harus datang dari diri sendiri, asal mau belajar, mau berubah, pasti kita bisa belajar dan bisa berkembang.
Sesi 3: Sosialisasi BKSN 2016 Pembicara : Fred Mandolang Waktu: 11.30 – 12.20 Poin-poin penting dari buku panduan BKSN Keluarga menjadi saksi dan mewartakan sabda ditengah Gereja dan masyarakat
Keluarga diajak untuk terlibat dalam bersaksi dan mewartakan Keluarga tidak hanya hidup untuk dirinya sendiri Menjalankan amanat Tuhan Yesus Kristus: terus menerus menjadi garam dan terang di tengah masyarakat Motto BKSN “Hendaknya Terangmu Bercahaya (Matius 5:16)
Tujuan BKSN:
Bermanfaat dalam merenungkan mendalami belajar dan mengambil inspirasi dari Kitab Suci Keluarga semakin akrab dan mencintai Kitab Suci Keluarga menjadi ujung tombak gerreja dalam menjadi saksi Kristus di tengah masyarakat
Pendahuluan:
Mengajak semua orang beriman untuk menjadi pewarta Sabda Tuhan: harus beriman terlebih dahulu Memberikan kesaksian tentang Sabda Tuhan Keduanya dalam kehidupan sehari-hari
Kegiatan BKSN 2016 1. Mewartakan dalam Kitab Suci (Kerigma) : kegiatan mewartakan hidup, wafat kebangkitan dan kenaikan Yesus, meminta pertobatab dari orang-orang yang mendengarkan 2. Bersaksi dalam Kitab Suci (Martiria) : Memberikan informasi yang benar dan apa adanya 3. Keluarga mewartakan dan bersaksi: keluarga akan melakukan pewartaan sederhana, fokus pada apa yang dibuat Yesus (apa yang Yesus kerjakan, dan apa yang Yesus katakan), dan meneruskan pewartaan dari generasi ke generasi. Keluarga akan membagikan cerita pengalaman hidup iman bersama Yesus. Meneruskan dan memberikan kesaksian, ditengah keluarga dan ditengah masyarakat.
MAKAN SIANG 12.20 – 12.40
Sesi 4 – Lectio Divina Pembicara: Dominikus Agus Goenawan Waktu: 12.40 – 13.15
Lectio Divina: Berdoa dengan ayat-ayat yang ada di dalam Kitab Suci, jika kita tekun melaksanakan ini kita akan mengalami eratnya persahabatan kita dengan Allah. Lectio Divina menghayati sabda Tuhan yang akan membawa kita kepada kesadaran akan kehadiran Allah yang membimbing kita dalam kegiatan sehari-hari.
Tahapan Lectio Divina 1. Lectio / Membaca: Siapkan hati, mohon bimbingan Roh Kudus. Saat teks dibacakan, dengarkan. Pada saat membaca gunakan panca indera, bayangkan, bersuara, minimal 3 kali. Bila ada satu ayat atau sebagian yang menyentuh hati ulangi ayat tersebut, resapi dan nikmati. 2. Meditatio / Merenungkan : apa yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita, biarkan Kristus Sang Sabda berbicara kepada kita. Menyejajarkan teks-teks yang saling berkaitan untuk menmukan kebenaran yang tersembunyi. Membaca berulang-ulang untuk mengetahui pesan tersembunyi yang ingin disampaikan. Kebenaran tersembunyi ini dirumuskan dalam satu kalimat pendek, agar mudah diterapkan. Tahap ini mempertemukan sabda Allah dengan kehidupan kita, yaitu sabda menjadi rema. Gunakan imajinasi untuk menghadirkan Yesus dan pribadi-pribadi yang berhubungan dengan Sabda yang menyentuh hati (misalnya kalau ada yang berkonflik dengan kita dan sabdanya kebetulan berkaitan, coba direnungkan lagi peristiwa konflik tersebut). 3. Oratio / Mendoakan : berdoa biasakan dengan saat hening supaya dapat mendengarkan apa yang ingin Tuhan sampaikan kepada kita melalui doa. Setiap peserta sebaikanya diberi kesempatan berdoa dengan menggunakan kata-kata dari sabda yang direnungkan. Bercakapcakaplah dengan Yesus, mengenai semua keadaanmu sejujur-jujurnya, seperti ke dokter, harus jujur supaya sembuh. 4. Contemplatio / Kontemplasi : tanpa berbicara, mendengarkan apa yang ingin disampaikan Tuhan kepada kita. Tahap ini merupakan tahap sukacita, karena Allah menganugerahkan sukacita bagi orang yang terbuka dan merenungkan sabdaNya. Di tahap ini orang diberikan rahmat untuk melihat segala persoalan hidup dengan mata dan hati Allah. Kita berbagi hidup yang mengalir dari penghayatan sabda. Merasakan kasih Yesus karena kasihnya mengalir di dalam diri kita. 5. Actio / Aksi : Setelah merasakan dan menghayati sabda, lalu menerapkan ke dalam perbuatan sehari-hari. Jika pertobatan, jangan diulangi lagi dosanya. Praktek Sharing dan Diskusi Kelompok 13.15 – 13.55 Evaluasi dari praktek: - Bahwa menjadi pewarta adalah di utus oleh Tuhan - Ada kendala yaitu doa / sharing agak kaku di awal, karena memang belum kenal - Usul untuk membaca satu perikop sehingga mengerti konteksnya - Dibaca diulang-ulang dan diresapi - Membuat orang menjadi berani berdoa spontan Bogor, 21 Agustus 2016 Josephine Kartini Natawiria