NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY
SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH DITA INDI NUR OTAPIYANI NIM: 111-12-222
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA 2016
iii
iv
v
MOTTO
ان ُ س ْ سا ِن إِال ْ َه ْل َج َزا ُء َ اإلح َ اإلح Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (QS.Ar-Rahman: 60)
"" َي ٍْ َج ّذ َٔ َج َذ Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dialah yang berhasil (Umar bin Abd Aziz) Segera laksanakan rencana keberhasilanmu di hari ini, jangan tunda lagi, jangan buang waktu, karena waktu tidak bisa menunggu (Kata-kata mutiara)
vi
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada: 1. Orang tuaku tercinta bapak Ngateno dan ibu Sri Anjayani, yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do‟a yang tak pernah putus untuk putra-putrinya. 2. Adik-adikku tercinta Naendy Anang Setiawan dan Al-Syafa Hilmi Ramadhan, yang selalu mendukungdanmemberikan semangat. 3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbing dan mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini. 4. Teman-temanku angkatan 2012 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN Salatiga. 5. Teman-teman KOPMA FATAWA yang senantiasa memberi dukungan dan mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini. 6. Sahabat-sahabatku Rahmat Dewi Hartanti, Dody Ariyadi, Fitri Windaryanti, Rodliyana Ulfa, dan Laily Agustini yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan do‟a dalam penyusunan skripsi ini. 7. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
vii
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr.Wb Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayahNya hingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini yang berjudul “Nilai Tanggung Jawab Dalam Film Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW yang menjadi suri teladan serta tokoh inspirasi bagi semua umat khususnya bagi penulis. Dengan selesainya skripsi ini, merupakan satu bentuk tanggung jawab penulis sebagai mahasiswa terhadap akademiknya dalam menempuh pendidikan strata 1 dan tanda bakti kepada keluarga tercinta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang dengan ikhlas membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada : 1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. 3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI).
viii
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang selalu memberi semangat, bimbingan, arahan dan kesabaran kepada penulis. 5. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku pembimbing akademik yang selalu memberi semangat dan bimbingan kepada penulis. 6. Bapak dan ibu dosen, karyawan/karyawati Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga. 7. Ayah dan ibu yang selalu memberikan materi, doa, restu dan bimbingan kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di IAIN Salatiga. 8. Naendy Anang Setiawan dan Al-Syafa Hilmi Ramadhan, adik tersayang yang selalu memberikan semangat, doa dan bimbingan kepada penulis. 9. Keluarga besar KOPMA FATAWA yang telah memberikan semangat, doa dan dorongan kepada penulis. 10. Teman-teman seperjuangan yang kita selalu menyemangati satu sama lain. 11. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kepada mereka semua kecuali ucapan terimakasih serta iringan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan balasan yang baik. Amin Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan. Besar harapan penulis atas kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
ix
penulisan-penulisan selanjutnya. Walaupun demikian semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak. Amin. Wassalamualaikum Wr.Wb. Salatiga, 18 April 2016 Penulis,
Dita Indi Nur Otapiyani 111-12-222
x
ABSTRAK Indi , Dita Nur Otapiyani. 2016. Nilai-Nilai Spiritual Dalam Novel Syahadat Cinta Karya Taufiqurrahman al-Azizy. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd. Kata kunci: Spiritual Seorang sastrawan berperan sebagai pendidik yang menyampaikan ajarannya melalui komunikasi dalam sebuah teks.Saat ini, cerita-cerita keteladanan tokoh dikemas menjadi lebih menarik lagi yang menjadi sarana hiburan sekaligus pendidikan. Sebuah karya fiksi ditulis pengarangnya untuk menerapkan pesan moral dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangan pengarangnya tentang konsep moral. Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karya fiksi diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat diterapkan dalam kehidupannya, misalnya nilai spiritual. Peneliti tertarik meneliti nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang: 1) nilai-nilai spiritual, 2) karakteristik tokoh, 3) implementasi dalam kehidupan sehari-hari dari novel tersebut. Setelah melakukan penelitian secara mendalam diharapkan peneliti dapat memberikan sumbangan pemikiran tentang nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepustakaan (library research). Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya yang berkaitan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data primer dan sekunder yang digunakan peneliti yaitul kepustakaan (library research). Sedangkan analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Nilai-nilai spiritual yang ada dalam novel Syahadat Cinta yaitu: kepedulian, tenggang rasa, kesabaran, kejujuran, kerjasama, integritas, rasa syukur, keadilan, keberanian, amal, rasa percaya, kesederhanaan, kedamaian, tanggung jawab, kemurnian hati, ketekunan, cinta. 2) Karakteristik tokoh utama dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy tersebut adalah Iqbal, merupakan tokoh utama yang mmpunyai sifat bertanggung jawab, mempunyai integritas yang kuat, patuh erhadap orang tua, cinta kepada ibunya, dan peduli terhadap sesama. 3) Implementasi nilainilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy yaitu sebagai kekuatan untuk mengubah kehidupan seseorang karena manusia membutuhkan kekuatan spiritual keagamaan agar terbentuk insan kamil atau manusia seutuhnya sesuai dengan norma-norma agama.
xi
DAFTAR ISI
JUDUL .........................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO..................................................................................
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
v
MOTTO........................................................................................................
vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ..................................................................................
viii
ABSTRAK ...................................................................................................
xi
DAFTAR ISI ................................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ................................................................
1
B. Rumusan Masalah .........................................................................
6
C. Tujuan Penelitian ...........................................................................
6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................
7
E. Metode Penelitian ..........................................................................
7
F. Penegasan Istilah ............................................................................
11
G. Sistematika Penulisan ...................................................................
13
xii
BAB II PEMAPARAN NOVEL A. Biografi Taufiqurrahman al-Azizy................................................
15
B. Karakteristik novel Taufiqurrahman al-Azizy ..............................
16
C. Karya-karya Taufiqurrahman al-Azizy .........................................
18
D. Novel Syahadat Cinta ....................................................................
19
BAB III HASIL TEMUAN A. Nilai-Nilai Spiritual .......................................................................
41
B. Karakteristik Tokoh Utama ...........................................................
70
BAB IV PEMBAHASAN A. Pembahasan Nilai-Nilai Spiritual ..................................................
73
B. Implementasi .................................................................................
128
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ....................................................................................
131
B. Saran ..............................................................................................
134
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN 1. Sampul Novel 2. Ringkasan Novel 3. Daftar SKK 4. Lembar Konsultasi 5. Daftar Riwayat Hidup
xiv
xv
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan pendidikan. John Dewey (dalam Zakiyah Daradjat, 1982:1) menyatakan bahwa: pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin (Yasin, 2008:15). Pendidikan bukan hanya berpusat pada pendidikan umum saja, tetapi juga pada pendidikan Islam. Islam sendiri juga sebagai pandangan hidup bagi manusia, maka tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan Islam. A.Fatah Yasin (2008:20) mengatakan “pendidikan Islam adalah proses pengembangan
potensi
manusia
dalam
segala
aspeknya.
Proses
pengembangan potensi manusia tersebut berarti suatu aktivitas atau kegiatan yang bisa saja sudah didesain, dikonsep, atau dirancang dengan sengaja sebelumnya, untuk dilaksanakan di suatu tempat (lembaga), atau berupa kegiatan tanpa dirancang, namun berdampak pada pengembangan pribadi manusia dalam segala aspeknya sesuai dengan ajaran Islam”. Begitu pentingnya pendidikan Islam bagi kehidupan manusia, karena dengan pendidikan Islam dapat membentuk pola pikir dan kepribadian yang memiliki spriritualitas. Sehingga tidak hanya memiliki
1
2
kecerdasan intelektual saja, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan spiritual. Proses pengembangan potensi dalam pendidikan Islam salah satunya adalah spiritual. Spirit berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Dalam dunia modern kata ini merujuk ke energi hidup dan ke suatu dalam diri kita yang “bukan fisik”, termasuk emosi dan karakter ini juga mencakup kualitas-kualitas vital seperti energi, semangat, keberanian, dan tekad. Kecerdasan spiritual berkembang secara alami dari kecerdasan personal (pengetahuan, penghayatan, dan pemahaman tentang diri sendiri), melalui kecerdasan sosial, sampai ke penghayatan dan pemahaman berbagai bentuk kehidupan lain dan jagat raya sendiri (Buzan, 2003:xix). Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak hanya bisa didapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja ,tetapi pendidikan bisa didapat dari mana saja. Banyak media yang digunakan dalam proses pendidikan. Salah satunya melalui sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Saat ini, cerita-cerita keteladanan tokoh dikemas menjadi lebih menarik lagi yang menjadi sarana hiburan sekaligus pendidikan. Bukan hanya di era modern, menurut Redyanto Noor, “dalam masyarakat (kebudayaan) Jawa dahulu misalnya, tetapi juga media pendidikan dan pengajaran (2009:6). Namun tidak banyak karya sastra yang memiliki
3
fungsi keduanya. Kebanyakan karya sastra hanya menyuguhkan hiburan saja. Sebuah karya fiksi ditulis pengarangnya untuk menerapkan pesan moral dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan
pandangan
pengarangnya tentang konsep moral. Pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah karya fiksi diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat diterapkan dalam kehidupannya. Banyak pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah novel, seperti pesan tentang nilai-nilai Aqidah, nilai-nilai syari‟ah, nilai-nilai pendidikan akhlak, nilai-nilai pendidikan moral, nilai-nilai pendidikan karakter, dan sebagainya. Selain disampaikannya nilai-nilai dalam sebuah karya sastra, juga ada analisis suatu masalah didalamnya. Sehingga nilai-nilai spiritualitas berpangkal pada nilai-nilai agama, maupun nilai-nilai adat atau kebiasaan agar dapat meningkatkan spiritualitas seseorang. Seorang sastrawan berperan sebagai pendidik yang menyampaikan ajarannya melalui komunikasi dalam sebuah teks. Lewat pemahaman pokok persoalan yang terdapat dalam suatu karya sastra, pembaca akan menemukan nilai-nilai. Nilai-nilai pendidikan bisa saja berhubungan dengan masalah manusia dan kehidupan, serta masalah agama. Hal ini tergantung pada pengarang tema apa yang akan diambilnya. Dengan begitu tema-tema penggugah spiritualitas pun dapat masuk sebagai pokok pikiran dalam karya sastra tersebut.
4
Kisah-kisah yang didasarkan pada ajaran Al-Qur‟an dan Hadits seringkali digunakan sebagai media atau bahan yang disampaikan kepada pembacanya untuk menyampaikan ajaran agama Islam.Dari kisah-kisah yang diambil maupun didasarkan kepada kedua sumber hukum Islam tersebut agar dapat diambil yang haknya, dan hal-hal yang batil ditinggalkan. Dengan begitu seseorang dapat mengambil pelajarannya dari hal tersebut dan memiliki akhlak yang mahmudah. Selain itu, pengarang juga mengajak pembacanya untuk memiliki kepribadian yang islami atau kepribadian muslim. Karena yang dimaksud kepribadian seorang muslim adalah kepribadian yang mempunyai ciri khusus ajaran Islam yang merupakan cermin, sifat, dan tingkah laku, serta mengabdi kepada Allah SWT sebagai landasannya. Selain itu, novel religius yang berdasarkan ajaran-ajaran Al-Qur‟an dan al-Hadits juga agar dapat menggugah spiritualitas pembacanya. Tren perkembangan ilmu pengetahuan di bidang SDM terkini, dunia telah mengarah pada aspek etika bahkan aspek spiritualitas dalam membangun SDM-nya. Prof Dr Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam bukunya mengatakan: “ saat ini tren perusahaan-perusahaan raksasa dunia sudah mengarah pada aspek spiritual dalam perkembangan SDM” (Agustian, 2007:8). Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa realitas
spiritual
di
masyarakat
sekitar
semakin mengedepankan
spiritualitasnya. Masyarakat bukan hanya berpandangan kepada dunia saja tetapi juga akhirat. Masyarakat sudah mulai memahami pentingnya nilai
5
spiritual dalam memaknai kehidupan ini, walaupun belum keseluruhan dari masyarakat yang ada memahaminya. Tren kebangkitan spiritualitas di seluruh dunia ini sesungguhnya adalah tanda-tanda keruntuhan paham materialisme, dan inilah awal kebangkitan spiritualitas. Dengan kata lain, spiritualitas akan segera ditempatkan diatas materialisme sebagai nilai, makna dan tujuan hidup tertinggi (Agustian, 2007: 10). Dewasa ini, banyak novel religius yang berdasarkan kisah-kisah yang ada di dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang nantinya agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu karya sastra religius adalah novel karya Taufiqurrahman al-Azizy yaitu seorang pengarang novel yang ingin menggugah spiritual pembacanya. Novel ini juga diperkuat dengan dalil-dalil Al-Qur‟an dan Hadits. Sehingga cerita yang ada didalamnya bukan hanya sekedar imajinasi tetapi juga ada nilai pembelajaran didalamnya. Dengan kata lain, novel ini tidak hanya bernilai estetis, tetapi juga bernilai edukatif. Dari berbagai nilai yang dapat dipelajari dari novel tersebut, salah satunya yaitu nilai spiritualitas. Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengeksplorasi lebih jauh tentang isi dari novel Syahadat Cinta yang berkaitan dengan nilai spiritual yang ingin dituangkan dalam sebuah tulisan yang berbentuk skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY”.
6
B. Rumusan Masalah Dari latar belakang di atas, penulis memfokuskan masalah sebagai berikut: 1. Nilai-nilai spiritual apa saja dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy? 2. Bagaimanakah karakteristik tokoh utama dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy? 3. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy pada kehidupan sehari-hari? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada rumusan masalah, kalimatnya berbentuk kalimat pernyataan (STAIN Salatiga, 2008:16) Penelitian berjudul “Nilai-nilai Spiritual dalam Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy” bertujuan untuk: 1. Mengetahui nilai-nilai spiritual apa saja dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy. 2. Mengetahui karakteristik tokoh utama dalam novel Syahadat Cinta karya karya Taufiqurrahman al-Azizy.
7
3. Mengetahui implementasi nilai spiritual yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy pada kehidupan seharihari. D. Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkn dapat memberikan manfaat antara lain: 1. Secara teoritis a. Menambah wawasan bagi pembaca tentang keberadaan karyakarya satra, khususnya novel yang memuat nilai-nilai positif. b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana pendidikan. c. Bagi peminat sastra pada umumnya diharapkan akan lebih mudah dalam memahami nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung dalam sebuah karya sastra. 2. Secara praktis a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui nilainilai spiritualitas yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy. b. Memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya bagi penulis sendiri. E. Metode Penelitian Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah
8
yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban yang
dapat
dipertanggungjawabkan
secara
ilmiah
dan
termasuk
adalah
penelitian
keabsahannya (Ruslan, 2014:24). 1. Jenis penelitian Jenis
penelitian
yang penulis
lakukan
kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskriptif analisis ini mengenai blibliografi yaitu pencarian fakta, hasil dan ide pemikiran seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang di lakukan (Moleong, 2005:29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk menghasilkan data dekriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B & Steven J, dalam Moleong, 1995:31). Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian dideskripsikan mengandung
dan
menjelaskan
nilai-nilai
spiritual
teks-teks dengan
dalam
novel
yang
menguraikan
dan
menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang dideskripsikan.
9
2. Metode pengumpulan data Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai halhal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 231). Penelusuran dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data guna menjadi referensi
dalam penyusunan skripsi ini. Melalui
dokumentasi ini juga dapat ditemukan teori-teori yang bisa dijadikan bahan pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini. 3. Sumber data Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh (Arikunto, 2006:129). a. Data primer Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy. b. Data sekunder Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari sumber-sumber yang lain dengan cara mencari, menganalisis bukubuku, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan judul penelitian skripsi ini.
10
4. Teknik analisis data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analys). Penelitian dengan metode analisis isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi, yang disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau dapat didokumentasikan. Metode ini dapat dipakai untuk menganalisis semua bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, puisi, film, cerita rakyat, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya (Hadi, 2005:175). Dengan menggunakan analisis isi, peneliti dimungkinkan mengobservasi pesan-pesan publik komunikator pada waktu dan tempat sendiri yang dipilih oleh peneliti. Prosedur penggunaannya pun tidak terlalu rumit. Setidaknya ada tiga macam alasan mengenai perlunya suatu metode penelitian analisis isi terhadap pernyataan seseorang, buku, media massa, atau yang lain (Hadi, 2005:175). Dengan menggunakan metode analisis isi, akan diperoleh suatu hasil atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan. Selain itu penulis juga menggunakan metode deskriptif analisis yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Milles & Huberman, 1992:16). Pertama setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan
11
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan. F. Penegasan Istilah Untuk mempermudah pembaca memperoleh pemahaman dan gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan menjabarkan terlebih dahulu yaitu: 1. Nilai Nilai (value) adalah panduan-panduan untuk bertindak atau bersikap yang berasal dari dalam diri kita sendiri (Buzan, 2003:22). Sedangkan nilai menurut (Rokeach, dikutip dalam Darmiyati Zuchdi, 2011:195) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan, tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan dianggap jelek.Nilai menurut (Tyler, dikutip dalam dikutip dalam Darmiyati Zuchdi, 2011: 195) nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat, sikap dan kepuasan. Dari pendapat para ahli atas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai adalah suatu objek, ide, tindakan atau perbuatan yang dianggap baik atau dianggap jelek yang selaras dengan kepercayaan. 2. Spiritual Spiritual merupakan konsep keseluruhan tentang spirit, berasal dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Pada saat ini, spiritual lebih merujuk ke energi hidup dan ke sesuatu dalam diri kita yang
12
“bukan fisik” termasuk emosi dan karakter. Ini mencakup kualitaskualitas vital seperti energi, semangat, keberanian, dan tekad (Buzan, 2003: xix). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Spiritual merupakan rohani, batin, kejiwaan, mental, moril lw jasmani, fisik, materiil (Poerwadarminta:675). Spiritual adalah kesadaran dini dimana individu mengikutinya kemanapun kesadaran diri itu membawanya. Kesadaran dini ini mendorong individu untuk secara terus menerus mengaktualisasikan dirinya secara optimal dan utuh (Safaria, 2007:16). Jadi nilai spiritual adalah suatu nilai yang berhubungan dengan sesuatu yang sakral dan agung. Nilai spiritual merupakan nilai tertinggi dan bersifat mutlak karena bersumber kepada Tuhan Yang Maha Esa. 3. Novel Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126).Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian ceritakehidupan seseorang dengan orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku. Menurut Aminudin (1991:66), novel merupakan suatu karya sastra prosa fiksi, mengandung beberapa unsur pokok, yaitu: pengarang atau naratos, isi penciptaan, media penyampaian isi berupa bahasa, dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang
13
membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana. Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan memaparkannya melalui penjelasan atau komentar dialog maupun monolog, dan melalui perbuatan action. Novel adalah cerkan yang panjang , yang mengetengahkan tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar (setting) secara terstruktur(Noor, 2009:27). Dalam penelitian kali ini, peneliti akan meneliti isi dari Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai bahan penelitian yang mengandung nilai-nilai spiritualitas dengan meneliti isi dan memperhatikan unsur-unsur intrinsik pembangun novelnya. G. Sistematika Penulisan Skripsi Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
14
istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan skripsi. BAB II
BIOGRAFI NOVEL Dalam bab ini akan diuraikan tentang paparan novel itu sendiri dan biografi dari pengarang Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.
BAB III
HASIL TEMUAN Dalam bab ini akan diuraikan tentang nilai-nilai spiritual yang
ada
dalam
Novel
Syahadat
Cinta
karya
Taufiqurrahman al-Azizy. BAB IV
PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan dalam Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy dan implementasi nilai-nilai spiritual dalam Novel Syahadat Cinta di kehidupan sehari-hari.
BAB V
PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
15
BAB II PEMAPARAN NOVEL A. Biografi Penulis Nama Taufiqurrahman al-Azizy merupakan nama seorang penulis di Indonesia. Nama aslinya Taufiqurrahman al-Azizy adalah Muhammad Muhyidin. Meskipun Taufiqurrahman al-azizy adalah salah satu penulis yang menghasilkan karya-karya yang sebagian termasuk bestseller, akan tetapi sulit untuk mencari biodata atau biografi Taufiqurrahman al-Azizy. Karena Taufiqurrahman al-Azizy tidak pernah memasukkan foto atau biografinya di setiap akhir karyanya. Berbeda dengan penulis lain yang selalu mencantumkan foto dan biografinya di setiap akhir karyanya. Berikut ini informasi yang penulis dapatkan mengenai biografi Taufiqurrahman
al-Azizy
dari
berbagai
sumber
di
internet
(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/78/jtptiain-gdl alimulhuda-3865-1-3102327 -p.pdf). Taufiqurrahman al-Azizy lahir pada tanggal 9 Desember 1975 di Boyolali dengan nama asli Muhammad Muhyidin. Anak kedua dari dua bersaudara dari Sunaim Ibnu Abu Darda‟ dan Robiyatun ini besar di Wonosobo dan menghabiskan waktuya untuk menulis. Pengalaman pendidikannya diawali di SD Impres Seworan, Boyolali. Kemudian beliau berpindah ke Wonosobo dan melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Wonosobo. Selesai menamatkan studinya di Wonosobo, beliau hijrah ke Jakarta dan sempat kuliah di Institut Ilmu 15
16
Qur‟an (IIQ) dan mondok di Pesantren Ilmu al-Qur‟an Hidayatul Qur‟an yang diasuh oleh K.H Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M.A selama tiga tahun. Karena tanggung jawab keluarga, beliau kembali lagi ke Wonosobo dan melanjutkan studinya di Universitas Sains Qur‟an (UNSIQ). Beliau juga aktif di beberapa organisasi kampus baik intra maupun ekstra, diantaranya pernah menjadi ketua senat mahasiswa Fakultas dakwah di UNSIQ, ketua lembaga dakwah mahasiswa mahasiswa UNSIQ, dan ketua HMJ Cabang Wonosobo selama dua periode tahun 1999 dan 2000. Selain itu, beliau juga terlibat di berbagai Penelitian Sosial Ekonomi, interfaith Commite (IFC), dan fasilitator pada Bagian Pemberdayaan Perempuan Setda Wonosobo. Disamping itu, karena produktifitasnya dalam menulis, beliau juga diangkat sebagai Ketua Ikatan Penulis Wonosobo.
B. Karakteristik Novel Taufiqurrahman al-Azizy Ciri khas penulis Taufiqurrahman al-Azizy ini adalah sebagian besar mencoba mengajak pembacanya untuk kembali kepada Allah secara kaffah, dengan berusaha mengkaji lebih dalam ajaran-ajaran Islam, sehingga tidak terkesan kaku dan dapat diterima seluruh umat Islam. Taufiqurrahman mempunyai ciri khas tersebut karena backgroundnya dalam ilmu dakwah, sehingga idealismenya terefleksi dalam setiap buku yang dihasilkan. Dari
karya-karyanya,
Taufiqurrahman
al-Azizy
membagi
pemahaman bahwa cerita fiksi tidak hanya semata-mata menghadirkan sebuah bangunan cerita fiksi yang harapannya dapat menjadi salah satu
17
hiburan bagi kegairahan intelektual. Lebih dari itu, tujuannya adalah untuk menunjukkan dan mengajak para sahabat untuk menikmati keindahan beragama dalam rangka mendekati dan berada dekat dengan Allah SWT. “selalu berupaya untuk memperbaiki kualitas hidup; yang kaya menggunakan sayap syukur untuk mencapai ridha Allah, sedang yang miskin terbang bersama sayap sabar mencapai cita-Nya. Untuk menjadi lebih baik, tak ada jalan kecuali merevolusi diri memegang teguh kebaikan. Untuk menjadi benar, tak ada jalan lain kecuali berupaya meningkatkan derajat pemahaman akan nilai-nilai kebenaran. Dan cinta adalah tujuan dari setiap hamba. Kenikmatan dan kelezatan hidup di dunia ini hanya akan terjadi tatkala cinta telah disandarkan secara total kepada Allah”. Kalimat yang sangat menginspirasi dan dapat menggugah spiritualitas seseorang. Menurutnya, Allah memberikan akal dan pikiran untuk digunakan dengan sebaik-baiknya, mengkaji ayat-ayat al-Qur‟an agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Pemikirannya ini teraktualisasi dalam setiap karyanya yang kebanyakan membahas masalah psikologi agama. Begitulah karakteristik novel karya Taufiqurrahman al-Azizy. Sederhana dan menginspirasi sehingga mudah dipahami oleh pembaca serta pesan yang ingin disampaikan dalam novel dapat tersampaikan dengan baik kepada pembaca. Sehingga dapat memberikan manfaat yang besar setelah membaca karya-karyanya. Salah satunya adalah novel Syahadat Cinta yang menjadi bahan penelitian ini. Novel pertama dari trilogi makrifat cinta ini diceritakan secara sederhana, mudah dicerna namun tidak instan, penuh hikmah, diperkuat dengan dalil-dalil al-Qur‟an maupun al-Hadits, mengharukan,
18
penuh keteladanan, dan menginspirasi yang dikemas dalam novel spiritual pembangun iman. C. Karya-Karya Taufiqurrahman al-Azizy Sebagai seorang penulis, beliau tergolong sebagai penulis yang produktif. Selama kurun waktu lima tahun, sudah seratus buku lebih yang ia hasilkan. Dan beberapa diantaranya termasuk kategori bestseller. Berikut ini penulis menuliskan karya-karya Taufiqurrahman alAzizy yang telah diterbitkan dan sudah tersebar. Karya-karyanya diantaranya adalah: 1. Mengajar Anak Berakhlak al-Qur‟an (2004) 2. Buku Pintar Mendidik Anak Sholeh dan Sholehah Sejak dalam Kandungan sampai Remaja (2006) 3. Nggak Kaya Duit Asal Kaya Hati (2006) 4. Misteri Energi Istighfar (2006) 5. Kasidah-kasidah Cinta (2007) 6. Keajaiban Shodaqoh (2007) 7. Misteri Energi Wudhu (2007) 8. Sejuta Keajaiban Sholawat Nabi (2007) 9. Membelah lautan jilbab (2007) 10. Syahadat Cinta (2007) 11. Musyafir Cinta (2007) 12. Ma‟rifat Cinta (2007) 13. Kitab Cinta Yusuf dan Zulaikhah (2007)
19
14. Misteri shalat Tahajud (2007) 15. The Truth Power of Heart (2007) 16. Menagih Janji Tahajud (2007) 17. Bibir Tersenyum Hati Menangis (2007) 18. Orang Kota Mencari Allah (2008) 19. Dan lain-lain
D. Novel 1. Profil Novel Judul
: Syahadat Cinta
Penulis
: Taufiqurrahman al-Azizy
Penyunting
: Agus CH.
Tata sampul & isi : Hendra Pracetak
: Ita, Yanto, Dwi, Ismanto
Penerbit
: DIVA Press Sampangan Gg. Perkutut No.325-B Jl. Wonosari, Baturetno Banguntapan Yogyakarta
Tebal buku
: 520 halaman
Novel Syahadat Cinta ini merupakan buku pertama dari trilogi Ma‟rifat Cinta. Dua novel yang lain adalah Musyafir Cinta dan Ma‟rifat Cinta. Novel trilogi ini berisi tentang semangat pencarian semangat pencarian kebenaran Islam yang kaffah.
20
Trilogi ini digarap seusai menafakuri salah satu ayat al-Qur‟an yang mengisahkan tentang pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim as. Inspirasi besar itulah yang mendorong Taufiqurrahman al-Azizy mengarang buku bacaan islami. Novel spiritual ini menjadi kesaksian (syahadat) pengembaraan religius seorang anak metro dalam tempias wajah Ilahiyah yang sarat gesekan spiritual. Perjalanan spiritual tokoh utama dalam mencari cinta dan agama menimbulkan pergolakan pemikiran Islam dalam latar Pondok Pesantren. 2. Sinopsis Novel Cerita dalam novel ini dimulai dari seorang anak metro yang baru tinggal di Pesantren Tegal Jadin, Solo. Namanya adalah Iqbal. Iqbal hampir selama dua bulan di pesantren tersebut yang kesehariannya adalah mengambil air dari telaga untuk dibawa ke pesantren. Dua bulan yang lalu, Iqbal adalah anak dari seorang pengusaha minyak yang kaya raya, anak tunggal Daeng Abdillah. Segala yang diinginkan pasti dituruti dan bisa melakukan semuanya. Iqbal selalu menggunakan waktunya untuk bersenang-senang, sering mendatangi night club, minum minuman keras, dan keras kepala. Iqbal bisa demikian keras kepala kepada orang lain, tetapi tidak dengan ibunya yang begitu sabar terhadapnya. Suatu ketika tanaman yang Iqbal rawat itu layu. Ia marah kepada ibunya. Hingga menjelang pagi Iqbal baru pulang dengan keadaan
21
mabuk. Ibu menghampirinya untuk memapah Iqbal, tetapi Iqbal mendorong ibunya keras-keras hingga jatuh. Pagi hari ketika bangun, Iqbal diberitahu kalau ibunya dirawat di rumah sakit yang koma selama beberapa hari dikarenakan ada pendarahan di otaknya, saat itulah pertama kali Iqbal teringat pada Allah, lalu memohon ampunanNya dan memohon belas kasih-Nya. Iqbal terus berdo‟a, tetapi tidak shalat karena tidak tahu bagaimana caranya shalat, wudlupun juga sama. Beberapa hari kemudian ibunya sadar. Iqbal minta maaf dan bilang kepada ibunya jika ingin berubah, yaitu belajar agama. Mendengar permintaan anaknya, ibunya menangis bahagia. Dan ibunya teringat ada pondok pesantren yang bagus di Solo, di tempat kiai Shidiq. Iqbal bertekad bulat untuk ke pesantren, bulan Juli ia berangkat. Tiba-tiba ia diserang keraguan yang amat sangat, ia merasa sangat takut. Kembali ia teringat ibu, dan ingatan inilah yang telah memberikan kekuatan untuk mengusir keraguan. Sesampainya di pondok pesantren, Iqbal disapa oleh kang Rakhmat. Setelah sekian menit bercakap-cakap, kang Rakhmat mengajak Iqbal ke rumah kiai. Di rumah itu, dia ditemui oleh seorang kiai yang nantinya menyuruh Iqbal mengambil air dari telaga. Kegiatan Iqbal hanyalah mengambil air dan tidak disuruh melaksanakan kewajiban-kewajiban di pesantren seperti santri-santri yang lain. Iqbal berpikir tidak bisa begitu terus, pesantren adalah
22
tempatnya para santri untuk menimba dan melaksanakan ilmu agama, bukan mencari air sepertinya. Ia pergi ke rumah kiai sepuh. Iqbal mengutarakan maksudnya kepada kiai Subadar, dan diceritakan semua riwayat hidupnya. Saat bercakap-cakap dengan kiai Subadar, kiai sepuh mendekati Iqbal dan kiai Subadar. Saat itu juga Iqbal disuruh mengambil air selama dua bulan lagi. Wujudnya memang Iqbal mengambil air dan melaksanakan perintah kiai sepuh, tetapi ia merasa jengkel atas perintah kiai sepuh kepadanya. Iqbal terus mengumpat. Lalu ada suara seorang gadis yang tiba-tiba muncul dari belakangnya dengan omongan kasar. Iqbal kemudian mencaci maki, menjelek-jelekkan gadis tersebut sampai menangis kemudian lari meninggalkannya. Semua kejengkelannya ditumpahkan kepada gadis itu. Ketika hampir sampai di pesantren, ada Ihsan yang mendatangi Iqbal dan memberitahu jika kiai Subadar sudah mencarinya karena telah mencaci maki putrinya, Neng Aisyah. Ihsan memberikan nasihat kepadanya agar meminta maaf kepada kiai Subadar juga neng Aisyah. Karena rasa takutnya, Iqbal memilih untuk menenangkan diri pergi dari pesantren. Dia memilih untuk pergi ke Salatiga, saat di Bus Iqbal mendapat kenalan Khaura dan Priscillia. Sesampai di Salatiga, ia melihat seorang ibu pengemis dengan anak balitanya di sebrang jalan. Timbul niatnya untk mendekati dan
23
memberikan shadaqah kepada ibu tersebut. Iqbal tertarik untuk ikut ibu tersebut pulang kerumahnya, dan ibu itu (bu Jamilah) meng-iyakan. Rutinitas keluarga bu Jamilah seusai shalat subuh adalah mengaji, dan Iqbal meminta Iryad untuk diajari membaca al-Qur‟an, dan akhirnya sampai bisa membaca ayat suci al-Qur‟an. Tak terasa sepuluh hari Iqbal meninggalkan pesantren, selama sepuluh hari pula ia sudah hafal bacaan shalat, bisa membaca al-Qur‟an, dan telah membaca banyak buku. Suatu ketika, Iqbal kedatangan tamu tiga orang pemuda jamaah Majlis Taklim Masjid Kauman yang meminta Iqbal untuk meminta pergi dari rumah Ibu Jamilah karena bukan mahramnya. Lalu Iqbal didatangi tiga orang polisi untuk dibawa ke kantor polisi karena dikira seorang teroris yang berteman dengan ketiga orang tadi. Selama dipenjara Iqbal mengajak teman-temannya untuk beribadah. Akhirnya bu Jamilah dan anak-anaknya beserta Priscillia bisa mengeluarkannya dari penjara, saat itu juga Priscillia masuk agama Islam. Karena masih teringat dosanya dengan Aisyah, Iqbal pulang ke pesantren dan segera meninta maaf kepada Aisyah lalu memaafkannya. Ketika di pesatren, Iqbal mendapat surat dari Priscillia kalau dirinya disiksa oleh bapak ibu karena masuk Islam. Dan mendatangi Iqbal ke pesantren saat Iqbal bertemu dengan Zaenab yang menurut peraturan pondoknya tidak boleh dilakukan. Teman-teman pondoknya melihat perbuatan Iqbal yang bertemu dengan Zahra dan Priscillia bukanlah
24
ajaran Islam. Saat itu Iqbal dikeroyok teman pondoknya lalu dihadapkan pada kiai Subadar dan kiai sepuh. Akhirnya Iqbal dikeluarkan dan didawuhi kiai sepuh untuk kembali tiga tahun lagi menjemput mereka berdua (Zaenab dan Priscillia). Melanjutkan
novel
Syahadat
Cinta,
Iqbal
pun
pergi
meninggalkan pesantren Tegal Jadin. Namun ia tidak tahu harus pergi kemana. Dalam bis Iqbal bertemu dengan Firman, dan keluarganya memintya Iqbal memintanya untuk tinggal di rumah Firman karena menganggapnya sebagai mukjizat Allah yang dapat mengajak Firman kembali mendirikan shalat. Selama Iqbal tinggal disana ia memutuskan untuk menghafalkan al-Qur‟an. Ia pun kini telah hafal al-Qur‟an. Ia memutuskan untuk kembali ke pesantren seperti janjinya kepada Kyai sepuh untuk mempersunting seorang atau tiga gadis. Ia pun diantar keluarga dan para sahabatnya.iqbal pun merasa senang sekali dan grogi bahwa setelah tiga tahun ia akan bertemu kekasihnya. Selamat tinggal Banjarnegara. Berlanjut dalam novel Ma‟rifat cinta, ketibaan Iqbal di Pondok Tegal Jadin mendapat kejutan bahwa kang Rakhmat sakit karena penyesalan terhadap perbuataanya kepada Iqbal. Namun setelah mendengar
perkataan
maaf
sendiri
dari
Iqbal,
Rakhmat
menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan Iqbal. Jiwa dan perasaan Iqbal menjadi nanar untuk membuat pilihan diantara ketiga gadis tersebut, yaitu: Zaenab, Priscillia, Khaura. Dan
25
Iqbal menyerahkan urusan tersebut kepada Kyai sepuh untuk memilih calon istri dari ketiga gadis tersebut. Akhirnya setelah mendapat restu, Iqbal dinikahkan dengan Fatimah Priscillia Zahra dengan mahar surah ar-Rahman bersaksikan semua pelajar Pondok Tegal Jadin. E. Unsur Intrinsik Novel Setiap karya sastra mengandung unsur-unsur intrinsik. Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Syahadat Cinta adalah sebagai berikut: 1. Tema Tema novel ini adalah pengembaraan religius seorang anak metro, dan berisi tentang semangat pencarian kebenaran Islam yang kaffah (menyeluruh/ totalitas), dengan demikian agar menjadi seorang mu‟min yang kaffah berarti menjadi mukmin yang total. 2. Penokohan Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Novel Syahadat Cinta: a.
Iqbal Iqbal adalah tokoh utama/sentral dalam novel Syahadat Cinta ini, yang merupakan anak tunggal dari seorang pengusaha minyak yang kaya raya di Jakarta. Iqbal adalah sosok anak yang penurut terhadap ibunya, mempunyai prinsip yang kuat, berniat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Awalnya tokoh Iqbal ini merupakan seorang anak yang suka mabuk-mabukan, setiap malam
26
mendatangi night club, tidak menyelesaikan kuliahnya, dan senang bertengkar. Tetapi karena sesuatu hal, Iqbal berniat untuk berubah, dan ingin belajar agama. Iqbal memiliki prinsip yang kuat untuk berubah dalam pengembaraan religiusnya. Seperti percakapannya dengan ibu ketika ingin berubah berikut ini: “aku ingin belajar agama, ibu. Aku malu kepada diriku sendiri. Juga kepada ibu, kepada pak Kardi, kepada bik Inah. Dan...aku malu kepada Allah, ibu. Aku ini seorang muslim, tetapi aku tidak bisa shalat. Wudlu pun aku tak tahu. Betapa kotornya aku ini, ibu. Aku ingin berubah....” (al-Azizy, 2007:23). b.
Ibu Ibu adalah sosok yang penyayang, perhatian, ramah, bahasanya lembut, sikapnya sopan, dan selalu sabar. Seperti kata Iqbal: “kata orang kesabaran itu ada batasnya. Tetapi aku tidak melihat batasan itu pada diri ibu. Melihat ulahku yang seperti itu, yang setiap harinya menghambur-hamburkan uang, yang setiap malam menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, yang setiap siang hanya tidur dan tidur lagi, ibu tetap sabar”. (al-Azizy, 2007:14).
c.
Daeng Abdillah Daeng Abdillah adalah tokoh bapak Iqbal dalam novel Syahadat Cinta. Daeng Abdillah adalah seorang pengusaha minyak di Jakarta yang kaya raya, selalu memberikan apapun yang anaknya inginkan. Ayah tidak pernah akrab dengan Iqbal
27
dikarenakan tidak pernah ada waktu untuk Iqbal dan ayahnya untuk saling mengakrabkan diri, seperti kata Iqbal: “ayah pernah sangat marah kepadaku gara-gara aku ingin menembak laki-laki bangsat itu, setelah seorang sahabatku melaporkan kepadanya. Melihat ayah yang demikian marah, aku tantang ayah untuk berduel sekalian. Aku berani demikian kepada ayah sebab aku tidak demikian akrab dengannya. Waktu membuat kami tidak pernah merasakan keakraban sama sekali”. (al-Azizy, 2007:15). d.
Pak kardi Pak kardi adalah tokoh tukang kebun dirumah Iqbal yang patuh terhadap majikannya. Seperti kutipan berikut ini: “Demikian ketakutan pak Kardi kepadaku. Wajahnya demikian pucat. Beribu-ribu maaf dia lontarkan.” (alAzizy, 2007:17).
e.
Bik Inah Bik Inah adalah pembantu di rumah Iqbal. Sama seperti pak Kardi, Bik Inah juga pembantu yang taat dan patuh kepada majikannya.
f.
Kang Rakhmat Kang Rakhmat adalah seorang lurah di pondok pesantren Tegal Jadin, dan juga teman satu kamarnya Iqbal. Kang Rakhmat sudah lima belas tahun mondok di pesantren tersebut. Begitu lamanya mondok, kang Rakhmat sudah banyak menghafalkan Hadits dan ayat suci al-Qur‟an. Tokoh kang Rakhmat merupakan seorang yang wajahnya berseri-seri dan ramah, serta menomorsatukan perintah atau dawuh
kiai.
28
Seperti percakapannya dengan Rusli, Dawam, Amin, dan Iqbal: “kebaikan dan kebenaran seorang murid adalah ketika dia melaksanakan perintah-perintah sang kiai. Bukan kebaikan dan kebenaran apabila si murid tidak menuruti perintah kiai.” (al-Azizy, 2007: 75). g.
Kang Rusli Kang Rusli juga merupakan teman satu kamarnya Iqbal. Kang Rusli merupakan tokoh yang taat kepada dawuh kiai, sabar, tulus, dan ikhlas dalam mengajari Iqbal tata cara shalat. Seperti kata Iqbal: “ketulusan hait kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam, Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus. Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).
h.
Dawam Dawam adalah teman satu kamarnya Iqbal yang taat kepada dawuh kiai, sabar, tulus, dan ikhlas dalam mengajari Iqbal dalam tata cara shalat. Seperti kata Iqbal: “ketulusan hati kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam, Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus. Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).
i.
Amin Amin adalah teman satu kamarnya Iqbal. Amin adalah tokoh yang mengajari Iqbal wudhu pertama kalinya. Amin merupakan seorang yang taat akan dawuh kiai, sabar, dan tulus. Seperti kata Iqbal:
29
“ketulusan hati kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam, Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus. Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59). j.
Ihsan Ihsan adalah teman Iqbal di Pondok Tegal Jadin. Ihsan adalah tokoh yang baik hati, memberikan nasihat kepada Iqbal di saat Iqbal mendapatkan masalah ketika mencaci maki neng Aisyah, tulus dan ikhlas dalam membantu teman. Maka Iqbal mengatakan: “Ihsan, siapakah kau ini? Tanyaku dalam hati. Kamu orang yang baik. Masyaallah kenapa selama ini aku tidak menyadari kebaikan hatimu. Engkau memberikan nasihat kepadaku tanpa merendahkanku. Kata-katamu menyentuh kalbuku. Aku ingin memiliki kata-kata yang seperti itu, Ihsan, yang keluar dari sanubari yang terdalam, maujud berupa ketulusan dan keikhlasan. Kamu mendatangiku di saat para sahabat lain tidak melakukannya. Kamu memberi masukan kepadaku di saat aku tidak tahu harus bagaimana.”(al-Azizy, 2007:98).
k.
Kiai Sepuh Kiai Sepuh sendiri bernama Abdullah Shidiq. Kiai sepuh merupakan sosok yang sangat dihormati oleh santri-santrinya dan semua santri ingin mendapatkan barakah sang kiai. Kiai sepuh selalu berwibawa dan bijaksana. Seperti kutipan dialog kiai ketika menyuruh Iqbal berhujjah atas yang ia lakukan: “katakanlah,” perintah kiai. “aku tidak mungkin akan memutus salah salah dan benar pada dirimu tanpa memberikan kesempatan kepadamu untuk menyatakan hujjah-hujjahmu.” (al-Azizy, 2007:503).
l.
Kiai Subadar
30
Kiai Subadar adalah putra tunggal dari kiai Sepuh. Kiai subadar adalah tokoh yang sangat menyayangi anaknya, memiliki kharisma yang luar biasa karena kedisiplinan, ketaatan, dan kehati-hatian dalam menjalankan syari‟at. Seperti kata Iqbal: “yang menjadikan kiai Subadar memiliki kharisma yang luar biasa adalah kedisiplinn beliau, ketaatan beliau, dan kehati-hatian beliau dalam menjalankan syari‟at. Hampir setiap kali kiai Subadar berkata, tidak lupa dia akan mengutip ayat al-Qur‟an atau hadis nabi sebagai penjelasnya.” (al-Azizy, 2007: 44). m. Neng Aisyah Neng Aisyah adalah putri tunggal kiai Subadar yang mondok di Jawa Timur. Neng Aisyah adalah orang yang di caci maki oleh Iqbal di belakang pesantren saat mengambil air karena neng Aisyah juga di wilayah pondok putra. Bertepatan dengan kekesalan Iqbal terhadap kiai sepuh untuk mengambil air lagi, maka kemarahannya dilampiaskan kedapa Neng Aisyah. Tetapi awalnya Iqbal tidak tahu kalau neng Aisyah adalah putri dari kiai Subadar. Neng Aisyah adalah sosok yang manja, sangat disayangi oleh kiai dan nyai, keras, ingin menang sendiri, dan cerdas. Seperti dalam dialog Ihsan dan Iqbal berikut ini: “neng Aisyah adalah putri satu-satunya kiai Subadar. Cinta kiai dan nyai kepadanya begitu besar. Neng Aisyah itu, maafkan aku juga harus mengatakan, manja orangnya, keras, da ingin menang sendiri. Dia dikirim ke Jawa Timur untuk menimba ilmu agama, sebab dia tidak
31
mau ngaji kepada abahnya sendiri. Sekian lama di Jawa Timur ternyata tidak membuat sifatnya berubah. Walau sesungguhnya gadis yang cerdas.” (al-Azizy, 2007: 93). n.
Khaura Khaura adalah tokoh seorang siswi kelas 2 di SMA N 1 Boyolali yang bertemu dengan Iqbal di bus saat akan menenangkan diri dari masalahnya di Pesantren. Sosok Khaura sangat ingin berkenalan dengan Iqbal saat berada di Bus. Khaura adalah gadis yang akan dijodohkan oleh orang tuanya untu menikah dengan orang yang tidak dicintainya, bahkan tidak dikenalnya. Tetapi dia bingung harus melawan perintah orang tuanya atau tidak.
o.
Priscillia Priscillia adalah sosok gadis muallaf, yang dulunya seorang kristiani yang taat dan teguh dalam menjalankan agamanya. Priscillia adalah teman dialog dan diskusi antar agama Iqbal, serta memiliki kebajikan-kebajikan kristen yang dianutnya, sedang kuliah di UKSW (Universitas Kristen Satya Wacana) berada di semester 4. Priscillia mempunyai hasrat keingintahuan yang tinggi, tidak membeda-bedakan orang baik dalam hal agama maupun kekayaan. Seperti kata Iqbal berikut ini: “aku berbahagia, sebab Pricillia tidak melihat Fatimah dan bu Jamilah sebagai keluarga miskin. Baginya, miskin dan kaya sama saja, sebab ini hanyalah perbedaan nasib dan peruntungan belaka. Miskin dan kaya tidak bisa
32
menyembunyikan cinta, dan tidak mampu membuat tabir untuk menutupi rasa kemanusiaan. Rasa inilah yang diperlihatkan Priscillia kepada Fatimah dan bu Jamilah.” (al-Azizy, 2007: 256). p.
Bu Jamilah Bu Jamilah adalah sosok ibu pengemis yang laksana kehilangan
tongkat
penopang
hidup
sejak
suaminya
meninggal. Ibu Jamilah orang tua tunggal yang pekerja keras, sabar, tabah, sangat menyayangi anak-anaknya, baik terhadap sesama, dan berjuang dengan sedemikian rupa untuk menyekolahkan anaknya. Seperti ceritanya kepada Iqbal: “tapi setelah Irsyad naik ke kelas dua, kehidupan saya demikian sangat berat. Saya tidak lagi bisa berjualan, padahal hidup harus terus berjalan dan sekolah Irsyad harus terus berlanjut. Akhirnya ibu bekerja apa saja: menjadi tukang cuci, tukang masak, dan apa saja. Bahkan seperti yang nak Iqbal lihat, ibu terpaksa menjadi pengemis. Ibu tidak ingin melihat Irsyad gagal sekolah, tetapi tidak pula ingin melihat Fatimah kelaparan. Ibu tahu dan sering mendengar kata-kata ustadz,‟tanga diatas itu lebih baik daripada tangan di bawah‟. Tapi tanpa tangan di bawah ibu tidak sanggup membayangkan apa yang terjadi dengan sekolah Irsyad. Sering ibu dihadapkan pada pilihan sulit, antara keinginan untuk terus menyekolahkan Irsyad dan keinginan untuk terus bisa bertahan hidup.”(al-Azizy, 2007:152). q.
Irsyad Irsyad adalah anak Ibu Jamilah yang pertama yang sedang duduk di bangku kelas 2 SMA N 1 Salatiga. Irsyad yang mengajari
Iqbal
mengaji
selama
dirumahnya.
Irsyad
merupakan anak yang patuh kepada ibunya, pandai, selalu
33
mendapat juara sejak di SMP, dan juga taat beribadah. Seperti kata Iqbal saat Priscillia berkenalan dengan Irsyad berikut ini: “dari nada pembicaraannya, tampaknya Priscillia juga ingin memuji kecerdasan Irsyad dan ia merasa kagum karenanya. Hukum kecerdasan selalu mengatakan bahwa orang yang cerdas pasti akan senang dipuji kecerdasannya. Tidak hanya kecerdasan di sekolah yang coba dicari tahu oleh Priscillia, melainkan juga kecerdasan agama.” (al-Azizy, 2007:259). r.
Fatimah Fatimah adalah anak kedua ibu Jamilah yang masih berusia dua tahun. Fatimah selalu diajak mengemis ibunya setiap hari. Fatimah selalu menemani Iqbal setiap siang dan mempercepat pemahaman Iqbal terhadap huruf-huruf alQur‟an. Seperti dalam kutipan monolog Iqbal berikut ini: “dan Fatimah, kesucian hatinya telah membakar semangatku untuk mengejar ketertinggalan seorang pemuda dari kitab sucinya. Fatimah-lah yang selama ini menemani siang-siangku, dan mempercepat pemahamanku terhadap huruf-huruf al-Qur‟an, walau dia sendiri telah tertinggal jauh dariku.” (al-Azizy, 2007:242).
s.
Anbar Anbar adalah sosok teman dekat Priscillia. Anbar merupakan seorang muslimah yang taat, tetapi lebih banyak diam. Seperti kata Iqbal: “yang justru membuatku bertanya-tanya adalah temanya itu, Anbar. Dia lebih banyak diam daripada menyambung perbincangan kita. Dia lebih banyak mendengar. Dia lebih banyak menyerahkan urusan kepada Allah SWT.” (al-Azizy, 2007:209).
t.
Ahmad
34
Ahmad adalah seorang jamaah Majlis Taklim Masjid Kauman. Ahmad adalah sosok tiga pemuda yang meminta Iqbal pergi dari rumah bu Jamilah. Diantara kedua temannya dialah yang paling ramah. Seperti yang terdapat dalam monolog Iqbal berikut: “pemuda yang menyebut dirinya Ahmad itu mendesah dan menghembuskan nafas pelan-pelan. Wajahnya yang paling ramah diantara kedua temannya.” (al-Azizy, 2007:270). u.
Radli dan Ridlo Radli dan Gufron adalah teman Ahmad yang juga jamaah Majlis Taklim Masjid Kauman. Radli dan Ghufron mempunyai tatapan yang kurang bersahabat dan tidak ramah dengan Iqbal saat mendatangi rumah bu Jamilah untuk meminta pergi Iqbal. Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini: “yang diperkenalkan dengan nama Radli dan Ridlo itu menatapku dengan tajam. Sebagai mantan penjahat, aku kenal jenis tatapan seperti itu-tatapan yang kurang bersahabat.” (al-Azizy, 2007:270).
v.
Zaenab Zaenab merupakan sosok santri putri yang cantik dan telah membuat Iqbal jatuh cinta kepadanya. Zaenab adalah seorang yang paling cerdas, paling baik, dan paling shalihah. Seperti dialog Ihsan berikut ini: “ketahuiah, semua santri di sini tahu siapa itu zaenab. Jika berbicara soal kecantikan fisik, zaenab adalah santri putri yang paling cantik di sini, walau kami tahu bahwa menganggapnya demikian itu adalah sebuah kesalahan,
35
sebab Allah menciptakan semua makhluk perempuan sebagai makhluk yang cantik. Lebih dari itu, Zaenab adalah citra seorang santri putri yang ideal. Dia adalah santri putri yang paling cerdas, paling baik, paling shalihah.” (al-Azizy, 2007:425). w. Pak Togar Pak Togar adalah tokoh pengacara yang membebaskan Iqbal saat di dalam penjara. Pak Togar ikhlas dalam menjalankan tugasnya sebagai pengacara. Seperti dialognya berikut: “biaya? Biayanya berikan saja pada Tuhan. Atau, kalau toh mas mau membayar saya, ada yang lebih berhak untuk dibayar ketimbang saya. Sungguh saya tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Saya hanya menjalankan tugas.” (al-Azizy, 2007:334). x.
Ibrahim Ibrahim adalah teman satu ruangan di Kamar 14 saat Iqbal di penjara. Ibrahim merupakan seorang yang menghibur Iqbal saat digelandang petugas, dan mau berubah untuk beribadah. Juga merupakan korban fitnah dan pembunuhan. Seperti dalam dialognya: “gadis yang saya nikahi itu ternyata masih dicintai mantan pacarnya. Lalu terjadilah tregedi malam itu: dia diperkosa dan dibunuh, dan saya yang dituduh sebagai pemerkosa dan pembunuhnya.” (al-Azizy, 2007:288).
y.
Burhan Burhan juga teman satu ruangan dengan Iqbal saat di penjara. Burhan juga merupakan korban fitnah, menghibur
36
Iqbal saat digelandang petugas, dan mau berubah untuk beribadah. Seperti dialognya berikut: “tiba-tiba Burhan berdiri dia melangkah menuju ke terali besi. Lalu dia berteriak keras-keras, „Duhai para sahabat di kamarnya masing-masing! Aku Burhan penghuni kamar 14. Aku dan sahabat-sahabat di sini segera akan membaca surat al-Fatikhah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan anNaas. Masing-masing sebanyak 100 kali.” (al-Azizy, 2007:315). z.
Suroso dan Nugroho Suroso juga teman satu ruangan Iqbal saat di penjara. Mereka juga merupakan korban fitnah. Ikut menghibur Iqbal juga dan mau berubah untuk beribadah kepada Allah.
3. Alur/Plot Alur dalam cerita novel ini adalah alur maju (progresif) yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan urutan kronologis menuju alur cerita. Dan juga alur mundur (progresive) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur campuran. Kutipan novel: “layunya daun perdu ini mengingatkan aku tentang dua peristiwa yang tak mungkin bisa aku lupakan, yang telah mengubah hidupku, hingga membawaku kesini, seperti sekarang ini. Iqbal, namaku Iqbal. Hingga dua bulan yang lalu aku masih menjadi anak dari ayahku (flashback sebelum Iqbal masuk ke Pesantren), sekarang adalah bulan September, saat aku duduk diatas gundukan tanah ini. Saat aku masih memegang daun perdu yang layu ini.” (al-Azizy, 2007:9).
37
4. Sudut pandang Dalam novel ini, penulis (Taufiqurrahman al-Azizy) menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata “aku”. Kutipan novel: “tiba-tiba aku merasa tak ada gunanya kemajuan yang telah aku dapatkan selama ini. Aku bisa wudlu dan bisa shalat dengan baik, memang kenyataan yang membahagiakanku. Aku bisa mengaji, tentu juga sangat membahagiakan. Aku bisa mengasah pemikiran dan pemahamanku terhadap agama melalui dialog-dialogku dengan Priscillia dan melalui buku-buku yang aku baca, ini juga mampu memberikan kebahagian tersendiri kepadaku. Tetapi apakah semua ini cukup untuk menebus dosa dan kesalahanku terhadap Aisyah, kiai Subadar, kiai Sepuh, dan semua sahabat-sahabat di pesantren?.” (al-Azizy, 2007:356). 5. Gaya bahasa Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap kata-katanya, pembaca dapat merasakan kekuatan pandangan hidup yang dapat memotivasi dan membangkitkan semangat. Kutipan novel: “ini adalah pagi yang keempat yang telah kumiliki engan perasaan segar dan baru, sebuah perasaan yang tidak aku miliki di setiap pagi sebelumnya. Setiap kudengar kokok ayam pertama, aku tergeliat bangun untuk menjalankan shalat lail. Kini aku dapat belajar dari kokok ayam itu. Suaranya seakan-akan memanggilku dan memanggil semua muslim untuk tidak melewatkan penghujung malam dengan sia-sia. Ada hakikat spiritual yang diajarkan oleh kokok itu. Dia hanya seekor ayam, tetapi kalau manusia mau menyadari dia mengajarkan banyak hal. Dia mengajarkan kepasrahan. Dia rela dagingnya direbus atau dicincang
38
untuk santapan manusia. Allah menjadikan binatang yang hanya memiliki bahasa binatang dan tidak memiliki bahasa manusia.” (al-Azizy, 2007: 394). 6. Latar atau setting Latar atau setting adalah segala sesuatu keteragan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Melani dkk, 2002:86). Adapun lattar atau setting dalam novel ini adalah: a. Pegunungan Tegal Jadin-Pagi Kutipan novel: “memang, pada saat-saat seperti ini, biasanya angin akan bertiup dari arah utara, dari balik pegunungan Tegal Jadin. Setiap pagi aku harus berlari-lari kesana, memikul dua jerigen, mengambi air, dan membawanya ke bawah.” (al-Azizy, 2007: 8). b. Rumah-Dini hari Kutipan novel: “hingga malam. Hingga aku pulang hampir jam setengah dua. Aku terlalu banyak minum malam ini. Kepalaku pening. Setengah sadar, aku gedor-gedor pintu. Bik Inah membukakannya. Aku melangkah gontai menuju kamarku yang ada di lantai dua.” (al-Azizy, 2007: 18). c. Rumah-Pagi Kutipan novel: “pagi harinya, ketka aku bangun, suara berisik terdengar. Ada tangis membuncah. Tangis bik Inah. Menceritakan ibuku koma, dan setelah sadar bahwa akulah yang menyebabkan ibu menderita begitu, aku segera berangkat ke rumah sakit.” (alAzizy, 2007:19). d. Pondok Pesantren-Sore
39
Kutipan novel: “kejengkelanku membawa langkahku memikul jerigen dan menuju telaga kecil itu. Karena kejengkelan itu aku tak peduli akan waktu semakin sore.” (al-Azizy, 2007:77). e. Telaga-Di Atas Batu-Malam Kutipan novel: “sudah jam berapa sekarang? Aku tidak tahu pasti. Yang jelas isya‟ sudah lama berlalu. Dan aku masih duduk di atas batu tempatku menjalankan shalat ashar, maghrib dan isya.” (alAzizy, 2007:101) f. Pondok pesantren-Kamar-Pagi Kutipan novel: “di saat aku tengah mempersiapkan bawaanku itulah kang Rakhmat terbangun. Jam dinding menunjuk angka setengah empat. Kang rakhmat mungkin akan menjalankan shalat lail.” (al-Azizy, 2007:112). g. Desa Bandung-Jalan Utama-Pagi Kutipan novel: “keringatku sudah membasahi wajah dan tubuhku, ketika aku sampai di jalan utama desa Bandung. Jam tangan di tanganku menunjuk angka enam lebih dua puluh menit.” (al-Azizy, 2007: 119). h. Terminal Karanggede-Pagi Kutipan novel: “jam tujuh kurang seperempat aku sudah sampai di Terminal Karanggede.” (al-Azizy, 2007: 121). i. Salatiga-Siang Kutipan novel: “matahari sudah semakin naik ke atas. Lalu lintas padat. Debu-debu mengepul diantara deru mesin-mesin mobil.
40
Salatiga di siang hari cukup sibuk untuk ukuran kota kecil.” (al-Azizy, 2007:142). j. Rumah Pengemis-Siang Kutipan novel: “setengah jam kemudian, kami sampai. Yah inilah rumah seorang pengemis.” (al-Azizy, 2007: 148). k. Kampus UKSW-Siang Kutipan novel: “kampus agak sepi di siang ini, barangkali para mahasiswa tengah masuk.” (al-Azizy, 2007:249). l. Restoran-Siang Kutipan novel: “siang itu, saya mengajak Fatimah dan Priscillia makan di sebuah restoran yang anggun, menghidangkan seafood yang segar dan lezat.” (al-azizy, 2007:256). m. Penjara-Kamar 14-Pagi Kutipan novel: “si pembawa makanan yang berpakaian putih akan segera mengetok kamarku. Pintu besi berkiut dibuka. Tanpa sepatah kata pun, ia meletakkan makanan pagi diatas meja kecil disudut kamar ini .” (al-Azizy, 2007:295). n. Penjara-Pagi Kutipan novel: “pukul 08.00..udara kebebasan mulai menyapaku. Sekali lagi kutoleh kebelakang, dan kuucapkan selamat tinggal pada penjara beserta orang-orang yang ada di dalamnya.” (alAzizy, 2007:329). o. Halaman Pondok Pesantren-Siang Kutipan novel:
41
“aku melangkah memasuki halaman pesntren. Suasana masih sepi seperti dulu. Lengang. Sepi. Jam-jam begini para sahabat pastilah sedang sibuk dikamarnya masing-masing.” (al-Azizy, 2007:358). p. Rumah Kiai Kutipan novel: “beberapa saat kemudian, aku sudah duduk di depan kiai. Aisyah yang tadinya berkeinginan untuk langsung masuk ke dalam kamarnya, oleh kiai diminta untuk duduk disamping kananku.” (al-Azizy, 2007:442). q. Pesantren-Teras Kamar-Malam Kutipan novel: “aku sendiri lagi. Aku duduk di teras kamarku ditemani oleh sinar rembulan dan kerlap-kerlip bintang.” (al-Azizy, 2007:478). 7. Amanat Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Syahadat Cinta ini adalah menjadi manusia itu untuk memahami baik dan buruk serta benar dan salah. Dan nafsu yang dimiliki manusia menjadi hijab diantaranya. Kutipan novel: “apalah arti menjadi manusi, kecuali untuk memahami baik dan buruk serta benar dan salah itu hanya tipis jaraknya? Seperti sing dan malam yang hanya dipisahkan oleh waktu yang bergesekan. Senja dan pagi hari adalah hijab antara siang dan malam. Dan nafsu yang dimiliki manusia menjadi hijab antara baik dan buruk, antara benar dan salah. Betapa tipisnya jarak antara benar dan salah ini sehingga manusia mudah sekali memperoleh kebenaran, pun mudah sekali terjebak dalam kesalahan. Hari ini manusia bisa berbaik hati; tetapi besok, lusa, hati siapa yang tahu.” (al-Azizy, 2007:403).
BAB III HASIL TEMUAN A. Nilai-nilai Spiritual Dalam diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupa dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang diyakininya memiliki kekuasaan yang lebih tinggi (Supriyatno, 2009:75). Setiap hamba Allah harus tunduk dan taat kepada penciptanya. Sebagai hamba Allah manusia diwajibkan beribadah dan mengabdi kepada penciptanya, dalam arti selalu tunduk dan taat terhadap segala perintah-Nya guna mengesakan dan mengenal-Nya. Pengabdian yang dilaksanakan oleh manusia selaku hamba-Nya hendaknya pada sikap keikhlasan, tumbuh dari hati nurani dan atas dasar kesadaran diri dan kebutuhan manusia itu sendiri untuk selalu mengabdikan diri kepada Allah. Manusia hidup tidak akan terlepas dari ikatan nilai. Karena nilai itu melekat pada manusia dan mampu memberikan arti bagi manusia. Selain itu, nilai yang dianut oleh seseorang dapat menentukan perilakunya. Kecerdasan spiritual bersumber dari suara hati. Sedangkan suarasuara hati itu tenyata cocok dengan nama-nama serta sifat-sifat Ilahiah yang “terekam” dalam setiap jiwa manusia. Sifat-sifat tersebut adalah: dorongan ingin mulia, dorongan ingin belajar, dan dorongan ingin bijaksana (Agustian, 2007:281).
42
43
Adapun nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy adalah sebagai berikut: 1. Nilai pendidikan Aqidah Merupakan nilai yang bersumber dari Tuhan yang dititahkan melalui para rasul-Nya yang berbentuk iman, taqwa, adil yang diabadikan dalam wahyu Ilahi. Nilai-nilai selamanya tidak mengalami perubahan, nilai Ilahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi kehidupan manusia , serta tidak berkecenderungan untuk berubah mengikuti hawa nafsu manusia dan berubah-ubah sesuai dengan tuntutan perubahan sosial, dan tuntutan individual (Muhaimin, 2002:111). Nilai ini bersifat statis dan kebenarannya mutlak. Firman Allah:
ُّ ة ُْ َٕ ْان َح َ ََُٛب إِنْٛ َٔانَّ ِز٘ أَ ْٔ َح ََّّ ِّ ۗإِ ٌَّ انْٚ َ َذٚ ٍَْ َٛص ِّذقًب نِ ًَب ث َ ق ُي ِ ْك ِي ٍَ انْ ِكتَب ٌشٛص ِ َ ٌش ثِٛث ِعجَب ِد ِِ نَ َخ ِج “Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al Qur'an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. Fatir: 31). 2. Nilai pendidikan Syari‟ah Syari‟ah adalah hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah SWT untuk segala hamba-Nya agar mereka itu mengamalkan untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
44
3. Nilai Pendidikan Akhlak Akhlak adalah keadaan rohaniah yang tercermin dalam tingkah laku, atau dengan kata lain yaitu sikap yang merupakan wujud dari sikap batin. Baik sikap tersebut diarahkan terhadap Allah SWT, manusia, maupun terhadap lingkungan. 4. Peduli Kepedulian berasal dari kata “peduli” yang artinya memperhatikan, menghiraukan (Purwadarminto, 2006:85). Jadi kepedulian adalah sikap akan memperhatikan sesuatu. 5. Tenggang Rasa, adalah saling menghargai atau saling menghormati antar sesama manusia. 6. Nilai Muamalah (ajaran sabar dan ikhlas) Sabar yang berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah, tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima nasibnya, dan tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu. 7. Jujur Jujur yang berarti lurus hati; tidak berbohong(misal dengan kata apa adanya), tidak curang, tulus, ikhlas. Kejujuran adalah sifat (keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati) (Pusat bahasa, 2007: 479). 8. Kerjasama, merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
45
9. Integritas Integritas adalah sebuah kesungguhan, bekerja secara total, sepenuh hati, dan dengan semangat tinggi berapi-api. Integritas merupakan melakukan sesuatu hal secara sungguh-sungguh karena kesadaran dari dalam, bukan karena orang lain. Orang yang mampu melakukan shalat lima waktu secara disiplin akan menghasilkan sebuah pribadi yang memiliki integritas kuat (Agustian, 2007:291). 10. Rasa Syukur Merupakan rasa penuh terimakasih menerima kemurahan hati, pengertian, dan sikap yang tidak mementingkan diri sendiri, dan menunjukkan penghargaan atas kebaikan yang telah ditawarkan (Buzan, 59). 11. Adil Adil yang berarti sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak, berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran, sepatutnya; tidak sewenang-wenang. Berarti, keadilan adalah sifat (perbuatan, perlakuan, dsb) yang adil (Pusat Bahasa, 2007: 8). 12. Keberanian Keberanian adalah keadaan mempunyai hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan (Pusat bahasa, 2007: 138).
46
13. Rasa percaya Percaya adalah keberanian yang datang dari kepastian tentang kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan hidup (Nasution, 2009:14). 14. Kesederhanaan Berasal dari kata “sederhana” yang artinya bersahaja; tidak berlebih-lebihan, sedang (Pusat bahasa, 2007:1008). Sedangkan kesederhanaan adalah keadaan atau sifat yang tidak berlebih-lebihan. 15. Kedamaian,adalah keadaan tidak ada kerusuhan, tentram, tenang, dan keadan rukun (Pusat bahasa, 2007:233). 16. Tanggungjawab Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 1139) mempunyai arti wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan). Menurut kemdiknas (dalam Doni Koesoema, 2012: 188) tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya, negara, dan Tuhan Yang Maha Esa). 17. Kemurnian hati Kemurnian berasal dari kata “murni” yang artinya tidak bercampur dengan unsur lain, belum mendapat pengaruh luar, tulus: suci; sejati. Dan kemurnian adalah adalah perihal murni; keaslian, kesucian (Pusat
47
bahasa, 2007:765). Jadi dapat disimpulkan bahwa kemurnian hati adalah kesucian hati. 18. Ketekunan Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketekunan berasal dari kata “tekun” yang artinya rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh. Sedangkan ketekunan adalah perihal tekun; kekerasan dan kesungguhan (bekerja, belajar); keasyikan: dengan penuh (Pusat bahasa, 2007:1159). Jadi ketekunan adalah melakukan sesuatu dengan rajin dan bersungguhsungguh. 19. Cinta Asal kata cinta lovedapat ditemukan dalam kata kuno bahasa Jerman dan Inggris “leof” yang berarti “tercinta” dan “menyenangkan”. Cinta mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan, menenangkan, memberi kekuatan, menaklukkan, mengilhami, dan memberi kehidupan (Buzan, 2003: 135). maka penulis akan menjabarkan nilai-nilai spiritual dalam Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy ini dalam beberapa nilai, yaitu: Nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan syari‟ah, Nilai pendidikan akhlak, peduli, Tenggang rasa, nilai muamalah (ajaran tentang sabar dan ikhlas), Jujur, kerjasama, integritas, rasa syukur, keadilan, keberanian,rasa percaya, kesederhanaan, kedamaian, tanggung jawab, kemurnian hati, ketekunan, dan cinta.
48
Berikut di bawah ini tabel nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai berikut: a. Nilai Pendidikan Aqidah Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“sebelum syahadah ini kita lakukan. sebelum ukhtina 340 Priscillia berbaiat terhadap agama Islam, saya ingin bertanya kepada ukhti, apakah ukhti memilih islam karena keterpaksaan karena desakan, karena ketakutan, atau karena kesadaran?” “perjalanan sayalah yang menyebabkan saya memilih Islam. Saya mengetahui, saya memahami dan saya sadar untuk memilih Islam.” “demikianlah, satu per satu aku baca dan aku 193 hafalkan huruf-huruf hijaiyah. Dan Allahu akbar, aku tidak mengalami kesulitan untuk menirukan Irsyad mengeja huruf-huruf ini. Bahkan, saat ini juga, aku telah hafal seluruh huruf hijaiyah yang berjumlah 30 buah itu (apabila huruf hamzah dan lam alif dimasukkan). Irsyad mengujiku: dia memintaku membaca huruf-huruf ini dari berbagai arah. “Alhamdulillah, ini adalah berkah Allah SWT kepadaku. Aku yakin, apabila kita berniat sungguhsungguh dengan kebaikan yang kita lakukan, Allah akan mempermudah jalan bagi kita.
b. Nilai pendidikan Syari’ah Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“kalau shalat gimana?” 57-58 “shalat dhuhur ada berapa rakaat?”tanya Amin “apa itu rakaat?” tanyaku Kang Rusli yang menjawab, “Rakaat itu bilangan atau jumlah masing-masing shalat. Shalat itu terdiri dari berdiri, lalu rukuk, berdiri kembali, sujud, duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali. Ini dihitung satu rakaat.”
49
Lalu kang Rakhmat meminta Amin untuk 56-57 mengajarkan cara berwudlu kepadaku. Aku meminta sekalian praktik di tempat wudlu sana, tetapi Amin berkata di sini saja. Yang penting aku tahu caranya.
c. Nilai pendidikan Akhlak Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“tetapi menurutku nih kang,--kang Iqbal jangan 96-97 marah, kamu mempunyai beberapa ketidakbenaran.” “Maksudku ketidakbenaran. Aku lebih suka mengatakan demikian. Pertama, kang Iqbal merasa jengkel dengan kyai. Jengkel itu sendiri merupakan penyakit, kang. Penyakit yang menggerogoti hati kang Iqbal. Kedua, kejengkelan tersebut kamu tujukan kepada kyai kita, padahal kyai kita tidak jengkel kepadamu. Ketiga, kejengkelan itu kamu lampiaskan kepada orang yang salah, walaupun dia juga bersalah kepadamu. Keempat, dan ini yang paling parah, kang Iqbal mencaci maki neng Aisyah. Demi Allah kang Dia telah berfirman: “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.” “apa dia memberi maaf?” 371-372 “Tidak. Dia terlalu angkuh untuk memaafkan aku. Kang, bagaimana hukumnya orang yang tidak memberi maaf?” “Aduh, bagaimana hukumnya ya? Yang aku tahu, Allah telah berfirman: perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Dia juga berfirman: Dan (bagi) orangorang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.”
50
d. Peduli Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Akhi belum shalatkah? Tiba-tiba kang Rakhmat 55 bertanya kepadaku. Ini pertanyaan yang tidak biasa diajukan oleh siapapun orangnya yang berada di pesantren ini. Kang Rakhmat kemudian memberikan nasihatnya 58 bahwa aku harus bisa. Memang tidak harus sekarang bisanya, tetapi suatu ketika nanti aku harus menjalankan shalat lengkap dengan bacaannya dan dibaca dengan benar pula. Ihsan, siapakah kau ini? Tanyaku dalam hati. Kamu 98 orang yang baik. Masyaallah kenapa selama ini aku tidak menyadari kebaikan hatimu. Engkau memberikan nasihat kepadaku tanpa merendahkanku. Kata-katamu menyentuh kalbuku. Aku ingin memiliki kata-kata yang seperti itu, Ihsan, yang keluar dari sanubari yang terdalam, maujud berupa ketulusan dan keikhlasan. Kamu mendatangiku di saat para sahabat lain tidak melakukannya. Kamu memberi masukan kepadaku di saat aku tidak tahu harus bagaimana. Timbul niatku untuk menyebrang jalan, mendekati 144 ibu dan memberikan shadaqah uang yang aku miliki. Akupun bangkit, menunggu nyala lampu merah, lalu melintas. Kurogoh saku celanaku. Kudapatkan uang lima ribu. Kuberikan uang itu kepada si ibu. Bukankah ibu tadi berkata kepada saya bahwa 179 sesama muslim bersaudara? Dan sesama saudara harus tolong-menolong? Ibu, selama ini tak ada kisah kemiskinan dan kekurangan harta dalam hidup saya, sedangkan tak ada kebaikan dan keluhuran sikap dan perbuatan yang pernah saya miliki. Saya pernah mendengar seorang ustadz yang mengatakan bahwa terhadap harta, Allah akan meminta pertanggungjawaban melalui dua cara, yakni darimana harta itu didapat dan ke mana harta itu dibelanjakan. Jika ibu ingin tahu, semua uang yang pernah aku miliki selama ini telah saya belanjakan dengan sia-sia. Dan malam ini, ibu...malam ini
51
Insyaallah akan dicatat para malaikat sebab saya ingin membelanjakan uang saya untuk kebaikan. Aku mendengar bagaimana para sahabat 302-303 menghiburku. Aku mendengar ucap keprihatinan mereka atas apa yang menimpaku. Tak hentihentinya Ibrahim mengucapkan kalimah takbir untuk kekuatanku. Aku mendengar doa malam mereka yang mendoakanku. “ini, terimalah ibu. Ini amanah dari saya. Saya tidak 351 ingin sekolah Irsyad gagal. Saya juga tidak ingin Fatimah tidak mengenyam pendidikan. Dan saya tidak ingin lagi melihat ibu mengemis. Gunakan uang ini untuk membiayai sekolah Fatimah dan Irsyad. Lalu yang sebagian, gunakan untuk modal ibu.” “demi Allah, semua disini keadaanmu, akhi Iqbal.”
mengkhawatirkan 359
Malam itu, ketika setelah shalat isya‟ yang diimami 392 sendiri oleh kiai sepuh, para santri putra diminta untuk berkumpul terlebih dahulu. Malam itu tidak ada taklim seperti biasa. Kiai sepuh dan kiai Subadar memberi petuah-petuah yang utamanya ditujukan kepadaku dan kepada para santri putra. Para sahabat risau melihatku. Kang Rakhmat 472 berkali-kali menatapku dengan matanya yang tajam. Amin menggeleng-gelengkan kepala karena melihatku. Kang Rusli tidak tahu apa yang tengah terjadi pada diriku. Dawam hanya terbengongbengong saja. Dan Ihsan terus bertanya-tanya.” “dan aku hanya bisa tersenyum. Dalam keadaan 495 seperti ini, yang kupikirkan hanya dua hal: keadaan Priscillia, dan nasib cintaku kepada zaenab. Untuk sementara, Priscillia telah tertolong. Tangan-tangan suci para santri putri, Insyaallah, akan merawatnya dengan lembut dan sepenuh hati. Semoga Priscillia bisa berbagi perasaan dan hati kepada para santri putri.”
52
e. Tenggang Rasa Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“islam adalah agama damai; cinta damai. Aku kira 133 seperti halnya saudara-saudara kamu, saudarasaudara kami sesama muslim pun memiliki banyak perbedaan dalam menginterpretasikan ajaran agama.” “kamu benar dalam hal itu bal. Dalam kristen sendiri terdapat perbedaan.” Dan sungguh betapa indah apabila dalam perbedaan itu masih ada cinta, kasih, dan sayang antar sesama pemeluknya. Indah. Kutemukan keindahan dalam bus yang tidak 136 terlalu indah ini. Priscillia, gadis kristiani ini tampaknya memiliki kebajikan dan kebijakan kristen yang dianutnya. Aduhai, andaikan semua kristiani seperti dia, betapa indahnya silaturrahmi antar agama. Tak kutemukan pada diri Priscillia keinginan untuk 209 melakukan penghinaan, pelecehan, atau perendahan terhadap agamaku. Bahkan sebaliknya, kutemukan dalam setiap kalimat yang dia ucapkan, rasa keingintahuan yang demikian besar atas Islam agamaku. Aku berbahagia sebab Priscillia tidak melihat 256 Fatimah dan bu Jamilah sebagai keluarga yang miskin. Baginya, miskin dan kaya sama saja, sebab ini hanyalah perbedaan nasib dan peruntungan belaka. Miskin dan kaya tidak bisa menyembunyikan cinta, dan tidak mampu membuat tabir untuk menutupi rasa kemanusiaan. Nanti aku akan membicarakannya. Aku berharap dia 406 tidak menghindar dariku. Aku tidak ingin melukai perasaannya.
53
f. Nilai Muamalah (Ajaran tentang sabar dan ikhlas) Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Kata orang kesabaran itu ada batasnya. Tetapi aku 14 tidak melihat batas itu pada diri ibu. Melihat ulahku yang seperti itu, yang setiap hari-harinya menghamburkan uang, yang setiap malam menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, yang setiap siang hanya tidur dan tidur lagi, ibu tetap sabar. “nanti, nanti, nanti. Itulah jawaban yang aku terima. 41 Penantian ini sudah berusia dua bulan, dan tetap saja aku tidak diajari apa-apa, oleh siapa-siapa.” “seharian tadi tidak ada yang meminta ibu untuk 153 mencucikan baju atau memasak. Ibu akhirnya mengemis sejak pagi. Tapi, Allah SWT memang benar-benar sedang menguji ibu. Hingga nak Iqbal memberi ibu uang, sejak pagi tak ada satupun orang yang berderma kepada ibu. Fatimah sejak pagi belum makan. Irsyad ke sekolahpun tidak bisa sarapan.” “yah, hati yang yakin. Pastilah karena memiliki hati 155 yang demikian sehingga membuat ibu itu begitu sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan hidup.” “dicukup-cukupkan dulu. Maafkan emak sebab 177 hanya ini yang emak dapat hari ini. Insyaallah besok emak diminta mencuci di rumah bu Indri. Belilah makanan seadanya. Kalau terpaksa tidak cukup, belilah secukupnya. Tidak kebagian, emak ndak apaapa.” “tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang ini, 313 kecuali bersabar dan memasrahkan diriku seutuhutuhnya kepada kehendak Ilahi.” “haruskah aku menangis karena siksaan ayahku ini, 410 mas? Atau haruskah air mata yang keluar ini menjadi bukti betapa berat memasuki agama yang hanif ini? Kepada Allah aku berlindung. Kepada-Nya aku selalu mencoba dan berusaha untuk tawakkal. Aku tidak boleh berputus asa. Tidak boleh mengeluh.
54
Rasulullah saja tidak pernah mengeluh oleh sebab perlakuan keji dan kasar dari masyarakat Thaif kala itu. Rasulullah adalah cahaya hidupku. Aku bertawashul kepadaya semoga Allah menguatkan hati dan jiwaku.” Dulu aku datang kesini untuk belajar agama. Lalu 513 kiai Sepuh mengajarkan kesabaran dan keikhlasan pada diriku melalui perintahnya untuk mengambil air. Berlalunya waktu sedikit demi sedikit menunjukkan kepadaku betapa belajar ikhlas dan sabar itu memerlukan hati.
g. Jujur Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Sungguh, selama ini aku jarang bergaul dengan 134 saudara-saudara muslimku. Kalaupun toh mereka seperti yang kamu katakan, maafkanlah mereka sebagaimana aku memintakan maaf mereka kepadamu. Kamu membaca ayat-ayat suci, sedangkan aku belum bisa membaca kitab suciku. Jika boleh jujur, sesungguhnya aku takut berbincang 138 banyak dengannya sebab masih banyak hal yang belum atau tidak aku pahami, apalagi hal-hal yang menyangkut agama. “ibu, kataku setelah berwudlu dan siap-siap untuk 156-157 menjadi imam shalat, „bukan saya tidak mau menjadi imam shalat, tetapi memang saya belum layak untuk menjadi imam. Jadi, ibu dan Fatimah silahkan shalat terlebih dahulu. Sungguh, aku malu, ya Allah kepada-Mu. Aku malu kepada ibu dan balitanya yang sedang shalat itu. Aku malu mengaku sebagai seorang muslim. Aku tidak mampu menjadi seorang imam. Demi engkau yang jiwaku ada ditangan-Mu, aku tidak mungkin berpura-pura bisa shalat dengan baik, bisa menjadi imam, lalu kuimami mereka, sedangkan pada kenyataannya memang aku belum bisa. Bisa saja aku berpura-pura, tetapi Engkau, duh Dzat Yang Maha Melihat, tentu akan tahu kepura-puraanku”
55
“Irsyad, jujur saya belum pernah membaca-baca 163 buku seperti ini dan mungkin engkau pernah membacanya.” “jujur, aku belum bisa membaca al-Qur‟an sama 191 sekali, Irsyad. Aku ingin membacanya.” “pak, demi Allah—bagaimana mungkin saya akan 281 mengakui perbuatan yang tidak pernah saya lakukan? Saya orang baik-baik. Saya tidak pernah berurusan dengan hukum selama ini. Saya mohon bebaskan saya...” Tapi sungguh, aku tidak pernah menyentuhnya. 399 Diapun tak pernah menyentuhku. Aku tidak pernah berjabat tangan denganya, begitu pula sebaliknya.
h. Kerjasama Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Suaminya bekerja sebagai tukang sayur keliling; 150 mendorong grobak dan menawarkan dagangannya di kompleks perumahan yang ada didekat sini; sedang dia sendiri, sebelum melahirkan Fatimah, menunggu kios kecil di depan kampus. Tiba-tiba Burhan berdiri. Dia melangkah menuju 316 terali besi. Lalu dia berteriak keras-keras „duhai para sahabat dikamar masing-masing! Di kamar 13, 12, kamar 5, pokoknya kamar manapun yang mendengar suaraku ini. Aku Burhan penghuni kamar 14. Aku dan sahabat-sahabat disini segera akan membaca surat al-Fatihah, surat al-Ikhlas, surat alFalaq, dan surat an-Naas masing-masing sebanyak seratus kali. Kami mau berdo‟a kepada Allah untuk kebebasan mas Iqbal—sahabat kita yang baik dan shalih ini, yang telah dituduh kejam dan sadis secara teroris. “pertama, marilah kita buat kesepakatan bahwa 381 antum tidak akan sembarangan melempar surat... melempar surat. „kesepakatan mudah‟ tapi, maksud kang Rusli sebenarnya apa?........”
56
Aku menjadi demikian antusias untuk mengikuti 417 pertemuan ini, sebuah pertemuan yang didakan untuk membentuk kepanitiaan kelahiran nabi. Kami pun akhirnya berbicara tentang segala sesuatu 420 yang berkaitan dengan pekerjaan yang perlu segera dilakukan. Aku lalu mendeskripsikan tugas-tugas sebagai ketua panitia. Kemudian tugas-tugas sekretaris, bendahara, hingga seksi-seksi. Hari minggu kita agendakan untuk segera menyebar 480-481 proposal ke desa-desa, ke kecamatan-kecamatan di wilayah Solo ini. Kita harus mengumpulkan dana dari sumber yang sebanyak-banyaknya agar kegiatan kita sukses.
i. Integritas Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Aku ingin melatih diriku sendiri untuk meninggalkan 26 diriku sebelumnya. Aku benar-benar ingin berubah. Aku tidak mau menjadi diriku yang sebelumnya. Terlalu banyak waktu yang aku buang dengan siasia, dengan percuma. ...suatu ketika nanti aku harus bisa menjalankan 59 shalat dengan benar, lengkap dengan bacaannya dan dibaca dengan benar pula. Dan harus ditingkatkan lagi. Orang yang shalat, jangan memikirkan tentang bacaan shalatnya, tetapi aku harus berkonsentrasi dengan shalatnya bahwa shalat adalah suatu cara yang kita lakukan untuk menghadap Allah saat itu juga. Shalat adalah dialog antara seorang Tuhannya; sehingga sang manusia harus benarbenar menyadari bahwa dirinya manusia yang hanya diciptakan oleh penciptanya. Dia harus benar-benar merendahkan diri dihadapan Tuhannya; dia harus benar-benar memasrahkan diri pada kuasa-Nya, seakan-akan Tuhan benar-benar maujud dihadapannya. Aku coba sekali lagi. Aku lebih berkonsentrasi lagi. 61 Kutetapkan dalam hati bahwa aku ingin melakukan
57
kebaikan, ingin mendapatkan kesucian, dan ingin mendekatkan diri kepada Allah untuk mengerjakan shalat dzuhur, aku ingin menghadap Tuhan Maha Pencipta, maka aku tidak boleh main-main. Aku tidak boleh kalah dengan setan. Aku harus konsentrasi. Kucuci dan kubersihkan telapak tanganku. 85 Kuniatkan dalam hati bahwa aku berwudlu. Kubaca niat itu keras-keras disana, siapa tahu ketakutanku dan kecemasan muncul kembali. Dan ternyata, perasaan takut dan cemas seperti ketika aku wudlu di pesantren tadi hilang. Aku tidak merasa takut. Tidak merasa cemas. Yah, aku mampu mengalahkan setan sekarang, di telaga ini. “kuletakkan dahiku di atas batu. Kuciumi batu ini 89 seakan-akan aku mencium-Nya. Meneteslah air mata ini karena takut dan rindu kepada-Nya. Aku takut kehilangan Dia setelah semua dosa dan kesalahan yang telah aku lakukan selama ini. Aku rindu kepada-Nya setelah kutinggalkan Dia selama ini.” Irsyad adalah anak yang cerdas. Di SMP dia selalu 151 menjadi juara di sekolahnya. Dia adalah anak yang bisa dibanggakan oleh orang tuanya. Kemiskinan yang diderita oleh keluarganya tidak menjadikan Irsyad malu dan malas untuk belajar. Dia sadar anak orang miskin, maka dia belajar dengan tekun, dengan giat. Kembali kulanjutkan membaca buku ini. Kata 173 perkata berusaha aku pahami. Kalimat per kalimat berusaha aku selami. Semakin lama semakin senang aku membaca buku ini. Semakin segar pikiranku, semakin sejuk perasaanku. “malam ini kembali kuadukan diriku kepadamu— 186 demikianlah rintihan doa bu Jamilah yang aku dengar. Artinya pastilah dia rajin mengangkat kedua tangannya untuk berdo‟a kepada Allah di setiap malam-malamnya.” Aku berwudlu, lalu menunaikan shalat zhuhur. Usai 221 shalat, aku kembali meghafalkan huruf-huruf hijaiyah yang tadi shubuh telah diajarkan Irsyad.
58
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu 280 dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah kedalam jama‟ah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam syurgaku (QS.al-Fajr:27-30). Entah sudah berapa kali kuucapkan ayat suci itu di ruang pengap, sempit, dan remang ini. Kubesarkan nama Allah dan kuminta kekuatan kepada-Nya. Aku sudah tidak lagi peduli lagi dengan rasa sakit diwajah, punggung, perut, dan kakiku.” Mereka melakukan wirid ini dengan niat yang tulus, 322 yang ikhlas, yang sungguh-sungguh. Mereka tahu bahwa demikian inilah satu-satunya cara mengetuk pintu pertolongan-Nya, disamping cara shalat. Aku masih memiliki hati dan pikiranku. Di sini, di 426 pesantren ini aku masih sadar bahwa aku belajar. Aku nyantri sebab aku ingin mendalami ilmu agama. Lebih dari itu, kedatanganku kesini jauh-jauh dari Jakarta tidak hanya untuk mendalami ilmu agama saja, melainkan juga untuk mempraktikkan ajaranajaran agama yang aku anut.
j. Rasa Syukur Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“Alhamdulillah. Kuusap wajahku dengan kedua 88 telapak tanganku. Telah kujalankan shalat ini, walau aku hanya sekedar menjalankannya sebagai sebuah perintah. Tetapi aku menikmatinya. Kuserahkan diriku sepenuhnya kepada kehendak-Nya.” “Alhamdulillah, mas. Terimakasih banyak. Semoga 144-145 Allah melapangkan dada dan memberikan rejeki yang banyak kepadamu...kata si ibu. Terhadap anaknya dia berkata,‟anakku..mari kubelikan makan dengan rejeki ini. Oh anakku—seharian engkau belum makan‟. Dia menoleh kepadaku sekali lagi dan berucap,‟sekali lagi terimakasih...” “Ibu itu menangis. Katanya,‟hari ini adalah hari 145 pertama dalam hidup saya dimana ada orang yang
59
baik hati memberikan uang demikian banyak. Terimakasih mas. Hatimu tampan seperti wajahmu. Aku berdoa semoga Allah meringankan bebanku dan bebanmu dan menunjukkan kita jalan yang lurus.” Alhamdulillah saya telah mampu membayar uang 153 sekolah untuk Irsyad.” “Alhamdulillah. Ini adalah berkah dari Allah SWT 193 kepadaku.” “Alhamdulillah, lega rasanya aku bisa menulis surat 262 seperti itu, semoga surat ini bisa menjadi ungkapan sesalku kepadanya. Dan semoga dia sudi memaafkanku.” “Aku tidak tahu harus bicara apa kepada kalian, 305 kecuali rasa terima kasih yang sebesar-besarnya. Aku bersyukur kepada Allah, sebab Dia masih memberikan aku saudara-saudara seperti kalian. Sekali lagi terimakasih...” “Mas, alhamdulillah, masyaallah, laa hawla wa laa 318 quwwata illa billah. Mas iqbal bebas..mas iqbal bebas.” “Malam itu, niat kami untuk berdoa kepada Allah 321 tetap kami nyatakan. Kami tetap mewiridkan apa yang tadi telah Burhan katakan. Hanya saja niat kami berubah: dari permohonan menjadi ungkapan terimakasih; dari kesabaran menjadi syukur. Ya, kami berdo‟a kepada Allah untuk melahirkan rasa syukur kami kepada-Nya.” “Alhamdulillah Iqbal sekarang sudah bisa berwudlu 355 dan shalat dengan gerakan-gerakan dan bacaannya. Iqbal sekarang sudah mampu membaca ayat-ayat alQur‟an. Dan bahkan sekarang aku sudah memiliki perbendaharaan hafalan-hafalan beberapa ayat alQur‟an dan hadis-hadis nabi.” “Dan alhamdulillah, kami berhasil meyakinkan 360 mereka akan keberadaan pesantren kita. Kami terbebas dari tuduhan teroris.” “Kembali para sahabat berucap syukur kepada 365 Allah. Apa yang telah bisa aku miliki adalah karunia
60
Allah SWT yang patut untuk disyukuri.”
k. Keadilan Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Demi Allah, aku memiliki banyak uang. Dan aku 171 tidak ingin menyia-nyiakan uang yang aku miliki ini hanya untuk memperturutkan hawa nafsuku, memenuhi kesenangan-kesenanganku. Tidur di hotelapalagi hotel mewah tentu saja sangat menyenangkan. Tetapi bagaimana bisa hatiku tenang jika tidur disana sedangkan disini saudaraku sesama muslim menderita miskin dan lapar? Lagi pula, ngapain aku harus memberikan uang yang aku miliki kepada pemilik hotel sedangkan ada orang yang lebih berhak menerimanya? “Terkadang keadilan dan derita itu berada dalam 187 diri yang satu—apa maksud kata-kata bu Jamilah ini? Akankah dia ingin mengatakan bahwa kemiskinan yang disandangnya ini merupakan salah satu wujud dari keadilan-Mu? Jika ya, lantas berapa banyak dari umat-Mu yang sanggup menerima keadilan dalam bentuk penderitaan? Allahu Akbar keluarga kecil ini adalah salah satu hamba-Mu yang sanggup menerima keadilan dalam bentuk yang demikian itu.” Katakanlah, perintah kiai. „aku tidak mungkin akan 503 memutuskan salah dan benar pada dirimu tanpa memberikan kesempatan kepadamu untuk menyatakan hujjah-hujjahmu.”
l. Keberanian Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“Ya aku tidak boleh menyerah. Aku tidak mau kalah. 30 Aku tidak mau lagi diperudakoleh nafsu-nafsuku sendiri, dan sekarang giliran aku yang menjadikan
61
dia sebagai budakku.” Dengan sekuat tenaga aku bangkit. Aku tidak 100 memilih untuk disini ataupun kembali ke pesantren. Aku tidak mungkin lagi terus-menerus disini. Telaga 101 ini bukanlah tempatku. Aku datang dari Jakarta bukan untuk menemani telaga, sebab aku datang kesini untuk mengaji kepada kiai. Aku harus turun sekarang, apapun yang akan terjadi. “jika anda semua tidak pergi dari sini, saya akan 275 laporkan anda ke polisi. Saya tidak melakukan kejahatan apapun disini.” Aku tidak akan membiarkan diriku disiksa mereka. 285 terhadap polisi aku bisa mengalah sebab mereka adalah tuan rumah disini. Tetapi, tidak ada kekuasaan antara sesama tahanan. Orang-orang ini penjahat. Diantara mereka ada yang menjadi pemerkosa, adapula yang menjadi pembunuh. Aku bukan pembunuh, bukan pula pemerkosa. Dan aku bukan seorang teroris. Tidak sepantasnya aku menyerah kepada mereka. Iqbal dulu seorang yang hobi berkelahi. Dikeroyok adalah kegemaranku. Aku tidak takut kepada mereka! Priscillia bisa membayangkan bagaimana 347 seandainya orang tuanya itu mengetahui bahwa dirinya telah berpindah agama, pasti kedua orang tuanya akan memurkainya. Pasti percekcokan akan terjadi. Agama adalah prinsip hidup, maka demikian pula prinsip hidup kedua orang tuanya. Maka bisa dibayangkan apa yang akan terjadi jika prinsip hidup itu terlanggar. Tapi Priscillia siap jika suatu saat nanti dia harus dihadapkan pada pilihan yang sulit:meninggalkan Islam atau meninggalkan kedua orang tuanya. Aku tidak boleh malu. Cinta tidak boleh malu, sebab 486 hanya orang yang bodoh sajalah yang pantas untuk malu mendekati kekasih.
62
m. Rasa Percaya Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Kuat tidak kuat, kau memang harus menggesernya. 87 Dengan nama Allah, aku akan menggeser batu itu; dan dengan kekuatan yang diberikan-Nya, aku yakin aku bisa menggesernya. Tidak mungkin aku akan shalat di masjid Bandung, 117 sebab aku akan kesiangan sampai disana. Tidak mungkin aku shalat diatas batu sebab tidak ada batu yang besar disini. Satu-satunya tempat yang bisa aku gunakan untuk shalat adalah tanah berpasir di pinggir sungai ini. Pilihanku hanya ini: mau shalat diatas tanah berpasir atau tidak? Aku yakin, Allah akan memaafkankusebab aku telah berdialog dengannya diatas tanah berpasir, bukan di masjid, mushala, atau batu. “Dan Allahuakbar, teriakan ibu didengar-Nya. Allah 153 tidak mengabaikan jeritan hamba-Nya. Allah masih mengasihani kami. Dia yang Maha Besar, Maha Adil, Maha Bijaksana. Dengan kebesaran, keadilan, dan Kebijaksanaan-Nya, ibu yakin akan bisa bertahan hidup dan membesarkan anak-anak saya. Dengan pertolongan-Nya, ibu yakin bisa menyekolahkan Irsyad sampai tamat.” Dia tidak pernah mengandalkan harta dan uang, 155 sebab dia telah mengandalkan apa yang menjadi milik sejatinya; hati dan akalnya. Hati dan akalnya sudah terbuka sehingga kemiskinan tidak menjadikannya berkecil hati. Dan inilah yang tidak aku miliki selama ini: keyakinan kepada kebesaran, keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT. Ibu ini memiliki hati yang yakin. Allah memang telah mentakdirkan aku untuk bertemu 165 dengan bu Jamilah, Fatimah, dan khususnya Irsyad. Tanpanya kemungkinan besar aku akan sangat mengalami kesulitan besar di kota ini. Allah SWT juga telah mentakdirkan aku bersua dengan Priscillia, gadis kristiani, sebab tanpanya aku mungkin belum akan tahu apa yang mesti kuperbuat di kota ini.
63
“Disamping itu, kami selalu percaya bahwa Allah 168 SWT tidak memandang kemiskinan dan kemelaratan kami, sebab dia memandang hati dan pikiran kami; jiwa kami. Kami pandang dan kami cintai Allah dengan kemampuan yang kami miliki kak...” “Aku yakin, apabila kita berniat sungguh-sungguh 193 dengan kebaikan yang kita lakukan, Allah akan mempermudah jalan bagi kita.” “Mengapa permata berkilau? Mengapa emas 253 berwarna kuning? Mengapa besi itu keras dan padat?mengapa air mengalir dari tekanan yang tinggi ke tekanan yang rendah? Semuanya menunjukkan kepasrahan, kepasrahan total kepada kehendak sang Khaliq, Allah SWT. Kepasrahanlah yang telah menjadikan permata dan emas berkilaukilau, menjadikan air mengalir, menjadikan besi padat dan keras. Semuanya tidak protes laiknya iblis yang protes terhadap kehendak dan ketentuan Allah. Lia, sungguh indah apabila diri kita bisa pasrahkan semuanya spenuhnya kepada kehendak Allah. Saya kira, Tuhanpun akan senang apabila kamu pasrah kepada-Nya, ikhlas menjalankan syariat-Nya.” “Perjalanan sayalah yang menyebabkan saya 341 memilih Islam. Saya mengetahui, saya memahami, dan saya sadar untuk memilih Islam. Marilah ukhti mengikuti saya untuk membaca kalimah Syahadah tiga kali, dimulai dengan membaca basmalah........” Masuknya Priscillia kedalam agama Islam 347 menambah keyakinanku terhadap Allah SWT. Aku merasa bahwa Priscillia berada beberapa lngkah didepanku dalam memeluk agama Allah ini. Betapa tidak, sedari kecil aku adalah seorang muslim sedangkan dia bukanlah seorang muslimah. Tetapi sedari kecil, aku telah jauh dari nilai-nilai Islam sedangkan dia akrab dengan nilai-nilai kristiani. Dan baru beberapa bulan ini, aku berupaya mempraktikkan ajaran-ajaran Islam dan berusaha menambah pengetahuan dan wawasanku terhadap agama Allah ini, sedangkan dia memilih Islam setelah melakukan pencarian atas kebenarannya selama ini.
64
n. Kesederhanaan Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Yah inilah rumah seorang pengemis. Ibu itu benar 148 terhadap rumahnya. Rumah ini berlantaikan plester yang sudah pecah-pecahdisana-sini. “Setiap hari, ibu dan Fatimah tidur disatu-satunya 174 kamar yang ada dirumah ini. Sedangkan anakku Irsyad? Dia tidur diatas tikar diatas lantai.” “Emak dan adikmu bisa tidur diatas papan ini. Ndak 175 apa-apa. Papan ini bersih kok.”
o. Kedamaian Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Kata-kata kiai Subadar membasahi hatiku, dan 70 mengeluarkan air mataku. Ketakutanku akan mendapatkan penghinaan dan perendahan di pesantren ini benar-benar tidak ada. Iblislah yang telah membuatku takut.” “Duhai hati, apa yang bisa aku lakukan sekarang 111 untuk menenangkanmu?yupp! kutemukan jawabannya: shalat. Shalatlah yang bisa menenangkan hatiku. Aku keluar menuju tempat wudlu.” Dan alhamdulillah. Sedikit ketenangan masuk ke 111 dalam hatiku. Otakku tidak sesemrawut tadi. Selesai sudah aku menjalankan shalat shubuh. 117 Hatiku damai. Pikiranku lebih tenang. Apa yang dilakukan keluarga ini setelah shalat 190 shubuh benar-benar membuat aku ingin menangis. Ingin menjerit dan menangis, sebab apa yang dilakukan oleh keluarga miskin ini usai shalat shubuh adalah apa yang aku cari dan ingin aku
65
pelajari. Fatimah mengambil Juz „amma, sebuah buku pelajaran mengaji al-Qur‟an. Ia siapsiapmeminta kakaknya untuk diajari ngaji. Bu Jamilah sendiri tengah membuka kitab al-Qur‟an dan mulai membacanya ayat per ayat. Suaranya sangat enak untuk didengar, demikian menyejukkan, demikian menenangkan. Terlepas dari dosa dan kesalahanku kepada „Aisyah 257 dan kiai Subadar, semakin lama aku merasa semakin bahagia. Hati, pikiran, dan perasaanku semakin tenang dan senang. Aku lalui hari dengan kemantapan, dan kuisi waktu dengan cinta dan pengharapan kepada Allah SWT. “Dan ketenanganpun menghampiri hatiku kembali.”
262
“Karena itu, berbahagialah kita oleh sebab kita 342 memeluk Islam, kita mendapat hidayah Islam. Islamlah yang akan membawa kedamaian bagi kita, baik kedamaian didunia maupun kedamaian di akhirat nanti.” Kuhirup kembali udara di kamar ini. Aku bahagia, 362 sungguh amat bahagia. Ternyata sambutan para sahabat terhadapku tidak seperti yang aku duga. Mereka baik semua. Mereka semua sayang terhadapku. Inilah saat-saat paling membahagiakan dalam 365 hatiku; saat dimana aku bisa shalat berjamaah dengan orang-orang hebat di pesantren tercinta. Inilah malam yang terindah yang pernah aku miliki 393 selama hidup ini. Suatu malam dimana aku benarbenar merasa sah dan terhormat untuk menjadi bagian dari komunitas pesantren ini. Hatiku berbunga-bunga laiknya bunga-bunga di musim semi. Sudah tidak ada lagi persoalan yang aku hadapi disini. Aku hanya perlu melakukan dua hal: menimba air dan melanjutkan diri untuk menimba ilmu. Ini adalah pagi yang keempat yang telah kumiliki 394 dengan perasaan segar dan baru, sebuah perasaan yang tidak aku miliki di setiap pagi sebelumnya.
66
Setiap kudengar kokok ayam pertama, aku tergeliat bangun untuk menjalankan shalat lail. Kini aku dapat belajar dari kokok ayam itu. Suaranya seakanakan memanggilku dan memanggil semua muslim untuk tidak melewatkan penghujung malam dengan sia-sia. Ada hakikat spiritual yang diajarkan oleh kokok itu. Dia hanya seekor ayam, tetapi kalau manusia mau menyadari dia mengajarkan banyak hal. Dia mengajarkan kepasrahan. Dia rela dagingnya direbus atau dicincang untuk santapan manusia. Allah menjadikan binatang yang hanya memiliki bahasa binatang dan tidakmemiliki bahasa manusia. Aku diajarinya untuk berdamai dengan diriku 470-471 sendiri, berdamai pula dengan semuanya. Aku menjadi yakin dengan apa yang dikatakan Thomas Merton,‟jika kamu sendiri merasa damai, setidaknya ada sedikit kedamaian di dunia. Kemudian bagilah rasa damaimu dengan semua orang, dan semua orang akan merasakan damai‟. Sepanjang jalan menuju pondok putra, kusebut nama 496 Priscilia dan Zaenab berkali-kali. Dan hatiku menjadi tentram karenanya. Sepertinya, Allah-ku menjelma menjadi Priscillia dan Zaenab, lalu memberikan kekuatan kepadaku sehingga tak kurasakan sakit seluruh tubuhku. Hatiku pun tidak sakit menerima perlakuan sahabat.”
p. Tanggungjawab Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“Aku tahu, ya Allah, bahwa aku harus bertanggung 99 jawab terhadap apa yang telah kulakukan.” Dengan cara aku menulis surat permintaan maaf 107 kepadanya, barangkali hal ini bisa mengurangi beban perasaan sesalku sekaligus mengurangi kebencian „Aisyah kepadaku.
67
Dan hari ini adalah hari yang keempat belas, sebuah 260 hari dimana aku ingat kembali dosa dan kesalahanku kepada „Aisyah. Bagaimana aku akan bisa tenang dan bahagia ketika masih ada dosa dan kesalahan yang nyata-nyata telah kuperbuat dan belum kumintakan maaf kepadanya?. “Mas barangkali sayalah yang salah. Tiba-tiba 305 Anbar membuka suara. „sayalah yang bertanggungjawab mas...” “Tetapi, zalim apabila saya tidak segera kembali ke 351 pesantren. Ada tugas dan tanggungjawab yang harus saya pikul disana. Insya Allah saya akan sering berkunjung kesini.” Usai shalat, aku ingin meluluskan niatku untuk 367 segera bertemu dengan „Aisyah. “‟Aisyah, saya kesini untuk meminta maaf. Meminta 368 maaf atas sikap dan ucapanku dulu yang telah menyinggung perasaanmu saya khilaf neng. Saya minta maaf. Waktu itu hati dan pikiran saya sedang resah.” Hari ketiga setelah rapat di masjid itu, proposal 429 telah jadi kubuat. Oh ya, aku menjadi ingat! Aku ingat dengan tugasku, 515 dengan tanggung jawabku. Lalu aku pun berkata kepada kang Rakhmat , „kang...maaf saya tidak bisa lagi disini, padahal masih ada tanggung jawab yang harus saya kerjakan. Untuk itu saya mohon kang Rakhmat bersedia untuk meneruskan rencana yang telah kita susun. Kang Rakhmat bisa mengajak sahabat yang lain untuk pergi ke kabupatn besok. Semoga acara nanti sukses.
q. Kemurnian Hati Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“Walaupun saya bodoh, saya tidak ingin Irsyad ikut 151 bodoh, sebab saya tahu dia anak yang pandai. Saya
68
tidak ingin sekolahnya kacau.” “Saya merasa sedih sebab tidak bisa memberikan 174 tempat yang baik dan layak buat nak Iqbal. Kita ini sesama muslim, dan sesama muslim adalah saudara. Ibu hanya bisa menyediakan tempat seperti ini.” “Tidak jarang saya berpuasa kak, jadi, kalau pagi 195 tidak makan, tidak masalah bagi saya. Saya tahu bahwa puasa oleh sebab karena ketiadaan sesuatu itu berarti puasa yang benar-benar tidak puasa. Tetapi saya yakin Allah akan mencatatnya sebagai puasa. Orang seperti kami ini menjadikan puasa sebagai bagian dari diri kami, kak.” “Allah memberi saya kedua kaki yang masih kuat ini. 196 Dengan berjalan kaki, saya tidak akan terbebani biaya angkutan disatu sisi. Dan, disisi lain, saya memanfaatkan karunia Allah berupa kaki ini dengan sebaik-baiknya. Pernah dengar orang yang berkata bahwa berjalan kaki itu menyehatkan kak?” Sepuluh hari bersama bu Jamilah, seakan-akan 241 seperti sepuluh hari bersama ibuku sendiri. Sepuluh hari bersamanya, tak pernah sekalipun aku melihat kesedihan dan keputusasaan diwajah oleh sebab tekanan hidup dan beban yang harus dipikulnya. Pak Togar tersenyum. Katanya,”biaya? Biayanya 334 berikan saja pada Tuhan. Atau, kalau toh mas mau membayar saya, ada yang lebih berhak untuk dibayar ketimbang saya. Sungguh saya tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Saya hanya menjalankan tugas.” Hari ini aku kembali belajar dari bu Jamilah;belajar 337 tentang bagaimana seharusnya memiliki hati, ialah hati yang tulus dan ikhlas karena Allah SWT semata. Pengorbanan yang telah dia berikan kepadaku demikian besar.” Dengan hati yang ikhlas, beliau berdua 393 memaafkanku beliau menyadari kekhilafanku. Mereka bahkan mendoakanku agar selalu berada dalam lindungan-Nya dan kasih sayang-Nya”
69
r. Ketekunan Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Ibu itu terus berkisah,‟saya tidak lagi bisa berjulan, 152 padahal hidup harus terus berjalan dan sekolah Irsyad harus terus berlanjut. Akhirnya ibu bekerja apa saja: menjadi tukang cuci, tukang masak, dan apa saja. Bahkan seperti yang nak Iqbal lihat, ibu terpaksa menjadi pengemis. Ibu tidak ingin melihat Iryad, tetapi tidak ingin pula melihat dia dan Fatimah kelaparan. “Trims. Aku akan belajar membaca al-Qur‟an dulu 237 kepadamu sehingga nanti ketika aku kembali, aku sudah bisa membaca al-Qur‟an. Lagi pula, mumpung aku disini, aku akan membeli buku-buku agama sebanyak-banyak dan membaca sepuas-puasnya.” Dalam sepuluh hari pula, aku juga telah berusaha 244 untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟an beserta terjemahannya. Dalam sepuluh hari pula, aku telah mencoba 244 menghafalkan beberapa hadis Rasulullah SAW yang aku dapatkan dari buku yang telah aku baca.” Aku suka dengan waktu akhir-akhir ini, sebab aku 246 telah mempolanya sedemikian rupa. Aku biasakan untuk bangun di sepertiga malam yang terakhir, seperti yang telah dilakukan bu Jamilah dan Irsyad untuk menunaikan shalat tahajjud. Aku mulai tertarik membaca buku-buku yang tidak 264 hanya berorientasi keagamaan saja supaya aku lebih mengenal dunia. Kebenaran tidak hanya tertuang pda buku-buku agama, menurutku, sebab kebenaran itu bisa tertuang dalam buku manapun juga. Menit-menit menjelang maghrib ini akhirnya 375 kulewati untuk serius membaca buku ibn Qayyim alJauziah. Kubaca secara tertib, dari halaman satu baris pertama. Kalimat demi kalimat kubaca dengan
70
sepenuh hati. Sekarang, yang aku lakukan adalah seperti yang 388 dilakukan oleh para sahabat di pesantren ini, habis maghrib aku mengaji al-Qur‟an. Malam ini aku membaca satu setengah lembar. Masih dalam surah al-Baqarah. Setelah itu, aku mencoba mengulangi hafalan-hafalan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis-hadis nabi. Hari-hari berlalu. Aku semakin tenggelam dalam 465 ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis-hadis nabi. Aku semakin menyibukkan diri dalam hafalan dan pemahaman.Malam-malam di pesantren semakin kuisi dengan dzikir dan munajat. Aku mencoba untuk lebih mendekat, lebih dekat, dan lebih mendekat kepada Allah sang penguasa jagat. Seperti kebiasaan-kebiasaan setelah usai shalat 484 shubuh dan mengaji, akupun telah selesai menjalankan shalat shubuh. Dan aku pun pagi ini mengaji kembali. Lalu, aku melaksanakan kebiasaan yang ketiga, yakni mengambil air lagi.
s. Cinta Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
Aku bisa demikian keras kepala kepada setiap orang, 15 tetapi hatiku demikian luluh kepadamu.aku turuti perintahmu untuk melakukan apapun yang kau mau. Kurawat semua anggrek melebihi aku merawat 17 tanaman yang lain. Cintaku kepada anggrek seperti cintaku kepada ibu. Anggrek adalah bukti cintaku kepada ibu. Ibu mencintaiku karena Allah. Aku, walau baru 230 beberapa bulan ini, juga belajar untuk mencintai ibu dan ayah karena Allah. Kusayangi Fatimah karena Allah; kukasihi Irsyad karena Allah; dan aku merasa kasihan kepada bu Jamilah, juga karena Allah.
71
Ya, mulai malam ini sejak dua malam yang lalu telah 266 kujadikan Irsyad dan Fatimah laiknya adikku sendiri. Hubunganku dan mereka semakin dekat. Adakah yang lebih baik dari cinta yang mampu 303 merekatkan jiwa-jiwa manusia? Keindahan-Mu, duh Ilahi,telah engkau tampakkan hari ini. Hari ini aku dijenguk oleh bu Jamilah, Fatimah, Irsyad, Priscilia, Anbar, dan banyak lagi yang lainnya. Adakah yang lebih baik dari cinta yang bisa membawa mereka menjengukku kesini? “Untuk malam ini saja, aku harap dengki dan 316 permusuhan diantara kita,kita hapuskan sehapushapusnya. Malam ini, marilah kita jadikan sebagai malam persaudaraan, malamcinta, malam kasih, dan malam yang penuh keberkahan. Setuju? „setuju, setuju..!.” “Allah seperti mengingatkan ibu supaya tidak 336 menggunakannya selama ini. Ibu cinta pada Allah nak. Kemuliaan dan kebesaran-Nya kembali terbukti..” Priscillia akan tetap mencintai dan menyayangi 348 kedua orang tua, juga tetap berupaya menghormati mereka, walau mereka bisa kadi tidak lagi akan menganggapnya sebagai anak kandungnya sendiri. “Akhi Iqbal..? ahlan ya, akhi...! ucapnya. Kami 359 berjabat tangan. Kami berpelukan. Para sahabat yang lain pun segera mengerubutiku, menjabat tanganku, dan memelukku bergantian.” “Kami semua mencintainya sebagai sesama muslim, 425 sesama saudara.” Indahnya siang ini kurasakan. Akupun berlari seperti 437 yang diminta „Aisyah. Aku berlari membawa hatiku yang indah, sebuah hati yang tengah dipenuhi cinta. Namamu selalu menemaniku di siang dan malam- 467 malamku. Ketika kubuka mushaf al-Qur‟an, pada saat yang demikian itulah seakan-akan aku melihat wajahmu; ketika kubaca ayat-ayat al-Qur‟an, ayatayat cintaku kepadamu semakin mendalam; ketika
72
kuhafalkan hadis-hadis nabi, lidahku tak kuasa untuk tidak memanggil-manggil namamu. Ketika ingin kupejamkan mata, engkau sekan hadir dan mengucapkan selamat malam. Di kala kuterbagun di tengah malam, seakan-akan aku mendengar teriakanmu yang menasehatiku bahwa saatnya untuk melakukan dzikir dan munajat; dan tatkala pagi datangmenjelang, seakan-akan kulihat ujung jilbab birumu melambai-lambai tertiup angin kemarau. Aduhai cintaku. Cinta apa yang tengah kurasakan ini?nistakah? atau sucikah? Pelita hatiku bernama cinta. Ziarahi hatiku, maka 470 engkau akan menemukan nyala cinta itu. Seperti juga aku yang terbakar karena cahayanya, engkau pun akan mengalami hal yang sama apabila engkau duduk didalamnya. Milikilah cinta, terangilah semesta dengan cahahanya. Cinta telah menjadikan hatiku damai dan rindu. 470 Telah hilang amarah dalam diriku, kepada siapapun juga. Kang Rakhmat memiliki hak untuk berbeda denganku; para sahabat boleh menatapku dengan tatapan yang sinis, bahkan benci. Aku tidak sinis terhadap para sahabat. Aku pun tidak membencinya. Mereka adalah sahabat-sahabatku. Mereka adalah guru-guruku. Begitu indah kurasakan perintah kiai agar aku tidak lagi bertemu „Aisyah. Kukerjakan terus perintah kiai sepuh untuk menimba air dengan langkah tegap dan hati yang lebih lapang. Kuberikan senyumku kepada para sahabat yang kelihatan tidak suka denganku. Ini semua terjadi pada diriku sebab cintaku yang telah mengajariku. Cinta juga memenuhi hatiku dengan kelembutan. 471 Dan betapa indah jika hati telah terasa lembut. Hatiku tidak suka dengan kekerasan, menolak ucapan yang keras lagi tak sopan. Cinta telah menjadikan apa yang kulihat terasa indah dan nikmatseakan-akan aku tidak mau kehilangan keindahan dan kenikmatannya lagi. Benar aku sekarang jarang membaca al-Qur‟an. 477 Benar pula aku sekarang jarang menghafal, jarang pula mengaji. Tetapi kamu tidak benar jika mengatakan bahwa aku semakin menjauhi Allah-ku.
73
Aku bahkan merasa lebih dekat dengan-Nya, sebab dia telah menampakkan diri pada cintaku. Dalam keadaan seperti yang sekarang kurasakan, 479 mungkin memang hanya semesta yang sanggup memahami diriku. Semesta adalah makhluk Allah. Semesta adalah bukti cinta Allah. Allah mencintai semesta, dan semesta pun mencintai Allah. Cinta semesta kepada Allah sungguh luar biasa, sebab cintanya itu bukanlah cinta yang bersyarat. Cinta semesta kepada Allah adalah kepasrahan total setotal-totalnya, sepasrah-pasrahnya. Cinta telah melembutkan hatiku. Api tidak bisa 495 dipadamkan dengan api. Dan air justru akan membeku tatkala dimasukkan ke dalam kulkas.
A. Karakteristik Tokoh Utama Menurut Doni Kusuma (2007:80) istilah karakter dianggap sebagai ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.Sama halnya dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445), istilah “karakter” berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain: tabiat, watak. Sedangkan Boeree (2008:426)Karakteristik adalah ciri khas seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik adalah ciri atau sifatsifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
74
Sedangkan karakteristik tokoh utama adalah ciri atau sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang tokoh atau pemeran utama dari yang lain dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan. Berikut di bawah ini adalah tabel karakteristik tokoh utama dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy: Iqbal Karakter Patuh terhadap orang tua
Kutipan Dialog dalam Novel
Halaman
“oh, ibu. Aku demikian keras 15 kepala kepada setiap orang, tetapi hatiku luluh kepadamu. Aku turuti perintahmu untuk melakukan apapun yag kau mau.” “permintaan ibu untuk merawat 15 bunga-bunga aku penuhi.”
Cinta kepada ibunya
Integritas kuat
“kurawat semua anggrek melebihi 17 aku merawat tanaman yang lain. Cintaku kepada anggrek seperti cintaku kepada ibu. Anggrek adalah bukti cintaku kepada ibu.” “Ya Allah, bagaimana bisa 23 selama ini aku gunakan waktuku untuk hal yang sia-sia? Untuk hal-hal yang justru menjauhkanku dari-Mu? „Ibu, aku ingin berubah...katakata inilah yang aku lontarkan kepada ibu di pagi hari yang cerah itu.” ”Aku masih memiliki hati dan 426 pikiranku. Di sini, di pesantren ini aku masih sadar bahwa aku
75
belajar. Aku nyantri sebab aku ingin mendalami ilmu agama. Lebih dari itu, kedatanganku kesini jauh-jauh dari Jakarta tidak hanya untuk mendalami ilmu agama saja, melainkan juga untuk mempraktikkan ajaranajaran agama yang aku anut.” “aku tahu, ya Allah, bahwa aku 99 harus bertanggung jawab jawab terhadap apa yang telah kulakukan.” Peduli terhadap “ini, terimalah ibu. Ini amanah 351 dari saya. Saya tidak ingin sesama sekolah Irsyad gagal. Saya juga tidak ingin Fatimah tidak mengenyam pendidikan. Dan saya tidak ingin lagi melihat ibu mengemis. Gunakan uang ini untuk membiayai sekolah Fatimah dan Irsyad. Lalu yang sebagian, gunakan untuk modal ibu.” Bertanggung
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-nilai Spiritual 1. Nilai Pendidikan Aqidah Nilai pendidikan aqidah dalam novel Syahadat Cinta secara visual dapat dilihat dalam cover buku yang menyebut novel ini sebagai novel spiritual pembangun iman. Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Manusia memiliki keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan. Secara terminologi aqidah adalah iman kepada Allah SWT, Malaikatmalaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akhirat, dan keimanan kepada takdir Allah baik dan buruk. Syari‟at Islam terdiri dari dua pangkal utama, yaitu: pertama, Aqidah yang letaknya di hati. Kedua, muamalah (perbuatan), yaitu cara-cara amal atau ibadah. Dalam novel Syahadat Cinta, Taufiqurrahman menjelaskan tentang hakekat iman yang sebenarnya, yang dilandasi atas pencarian kebenaran yaitu islam. a) “sebelum syahadah ini kita lakukan. sebelum ukhtina Priscillia berbaiat terhadap agama Islam, saya ingin bertanya kepada ukhti, apakah ukhti memilih islam karena keterpaksaan karena desakan, karena ketakutan, atau karena kesadaran?” “perjalanan sayalah yang menyebabkan saya memilih Islam. Saya mengetahui, saya memahami dan saya sadar untuk memilih Islam.” (al-Azizy, 2007:340).
76
77
Tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam, manusia memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak Islam. Karena sesungguhnya orang yang mendapat hidayah Allah yang akan dapat menerima kebenaran Islam. Firman Allah SWT dalam surat alBaqarah ayat 256.
د ِ َٕ ْكفُشْ ِثبنطَّب ُغٚ ٍْ ًَ َ فَٙ ِّ ٍََّ انشُّ ْش ُذ ِي ٍَ انْغٍَٛ قَ ْذ تَجِّٚ ِ انذِٙال ِإ ْك َشاَِ ف َّ َٔ صب َو نََٓب ٌىٛ ٌع َع ِهًِٛ َّللاُ َس َ بَّلل فَقَ ِذ ا ْستَ ًْ َس َ ك ِث ْبنعُشْ َٔ ِح ْان ُٕ ْثقَٗ ال ا َْ ِف ِ َّ ُْؤ ِي ٍْ ِثَٚٔ “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:256) b) “demikianlah, satu per satu aku baca dan aku hafalkan hurufhuruf hijaiyah. Dan Allahu akbar, aku tidak mengalami kesulitan untuk menirukan Irsyad mengeja huruf-huruf ini. Bahkan, saat ini juga, aku telah hafal seluruh huruf hijaiyah yang berjumlah 30 buah itu (apabila huruf hamzah dan lam alif dimasukkan). Irsyad mengujiku: dia memintaku membaca huruf-huruf ini dari berbagai arah. “Alhamdulillah, ini adalah berkah Allah SWT kepadaku. Aku yakin, apabila kita berniat sungguh-sungguh dengan kebaikan yang kita lakukan, Allah akan mempermudah jalan bagi kita.” (alAzizy, 2007:193).
Dalam kutipan di atas, Taufiqurrahman menjelaskan bahwa tidak ada batasan untuk belajar agama (al-Qur‟an), baik tua ataupun muda diwajibkan untuk mempelajari al-Qur‟an, dan usia bukan faktor penghambat untuk belajar.
78
Dengan kesungguhan setiap orang bisa mempelajari al-Qur‟an dengan cepat. Niat yang tulus dan ikhlas akan dapat membantu mempelajari proses pembelajaran tersebut. Dengan mengkaji alQur‟an manusia akan menemukan kepribadian yang saleh, firman Allah SWT dalam surat al-Isra‟ ayat 9:
ٌٕ َ ُ َ ْع ًَهٚ ٍٚ َ ٍ انَّ ِزٛ َ ُُِجَ ِّش ُش ْان ًُ ْؤ ِيَٚٔ أَ ْق َٕ ُوَٙ ِْ َٙ ْٓ ِذ٘ نِهَّ ِتٚ ٌآ َ ِْإ ٌَّ ْ َزا ْانقُش شًاِٛد أَ ٌَّ نَُٓ ْى أَجْ ًشا َكج ِ انصَّبنِ َحب “Sungguh, Al Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (QS.al-Isra‟: 4). 2. Nilai Pendidikan Syariah Novel Syahadat Cinta ini mengambil setting Pondok Pesantren yang disebutkan sebagai pondok pesantren salaf. Taufiqurrahman menggambarkan santri yang belum memiliki basic agama bisa belajar terlebih dahulu dari senior-seniornya yang lama mondok. a) “kalau shalat gimana?” “shalat dhuhur ada berapa rakaat?”tanya Amin “apa itu rakaat?” tanyaku Kang Rusli yang menjawab, “Rakaat itu bilangan atau jumlah masing-masing shalat. Shalat itu terdiri dari berdiri, lalu rukuk, berdiri kembali, sujud, duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali. Ini dihitung satu rakaat.” Penggalan
dialog
diatas
memberikan
gambaran
tentang
pendidikan shalat yang dilakukan secara individual. Pada prinsipnya mempelajari agama harus dimulai dari yang mudah dulu, dan Islam
79
memberi kemudahan bagi umatnya dalam mempelajari ajaranajarannya. Shalat merupakan salah satu sarana untuk mengingat Allah, karena di dalamnya merupakan do‟a-do‟a yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Perintah untuk melaksanakan shalat salah satunya tercover dalam QS. Thaha ayat 14:
َّ أَََبُِٙ ََِّإ ٘ َٔأَ ِق ِى انصَّالحَ ِن ِز ْك ِشَِٙ َّللاُ ال إِنََّ إِال أَََب فَب ْعجُ ْذ “Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk mengingat.” (QS.Thaha: 14). 3. Nilai Pendidikan Akhlak Akhlak adalah keadaan rohaniah yang tercermin dalam tingkah laku, atau dengan kata lain yaitu sikap lahir yang merupakan perwujudan dari sikap batin. Nilai pendidikan akhlak yang tpenulis temukan dalam novel ini diantaranya adalah etika berbicara baik-baik dan ajaran untuk saling memaafkan. a) Etika berbicara yang baik Secara eksplisit dapat diketahui bahwa di dalam novel ini terkandung
pesan-pesan
edukatif
yang
ingin
disampaikan
pengarang melalui dialog antar tokoh. “tetapi menurutku nih kang,--kang Iqbal jangan marah, kamu mempunyai beberapa ketidakbenaran.” “Maksudku ketidakbenaran. Aku lebih suka mengatakan demikian. Pertama, kang Iqbal merasa jengkel dengan kyai. Jengkel itu sendiri merupakan penyakit, kang. Penyakit yang menggerogoti hati kang Iqbal. Kedua, kejengkelan tersebut kamu tujukan kepada kyai kita, padahal kyai kita tidak jengkel kepadamu. Ketiga, kejengkelan itu kamu lampiaskan kepada orang yang salah,
80
walaupun dia juga bersalah kepadamu. Keempat, dan ini yang paling parah, kang Iqbal mencaci maki neng Aisyah. Demi Allah kang Dia telah berfirman: “Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.”
Dari dialog tersebut dapat diketahui ajaran tentang akhlak kepada sesama dan etika berbicara yang baik-baik serta bersikap sabar terhadap segala keburukan yang ditimbulkan oleh orang lain. Allah berfirman dalam QS. An-Nisa‟ ayat 148:
َّ ٌب َّ ُّ ُِحتٚ ال عًبًِٛ َّللاُ َس َ ُّٕء ِي ٍَ ْانقَ ْٕ ِل إِال َي ٍْ ظُ ِه َى َٔ َك ِ َّللاُ ْان َجٓ َْش ِثبنس ًًبَٛع ِه “Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara terang-terangan kecuali oleh orang yang dizalimi. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa‟: 148). b) Ajaran untuk saling memaafkan Tendensi dari pemberian maaf adalah harapan hidayah. Dengan
maksud
upaya
yang
berbuat
salah
memperbaiki
kesalahannya dan mendapat hidayah dari Allah. Memang tidak mudah untuk memberikan maaf kepada orang yang pernah berbuat salah kepada diri kita. Dalam novel Syahadat Cinta ini Taufiqurrahman memberikan interpretasi bahwa jadi orang itu harus bisa menerima kesalahan orang lain dan dapat memaafkan kesalaha itu. “apa dia memberi maaf?” “Tidak. Dia terlalu angkuh untuk memaafkan aku. Kang, bagaimana hukumnya orang yang tidak memberi maaf?”
81
“Aduh, bagaimana hukumnya ya? Yang aku tahu, Allah telah berfirman: perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun. Dia juga berfirman: Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosadosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.”
Salah satu ajaran yang mendasari ajaran untuk menerima maaf adalah QS. Al-Baqarah ayat 263 dan QS. Asy-Syuura ayat 37:
َّ َٔ َٖ ْتجَ ُعَٓب أَ ًرٚ ص َذقَ ٍخ ٌ ُٔقَ ْٕ ٌل َي ْعش ٌىٛ َح ِهٌّٙ ُِ َّللاُ َغ َ ٍْ ٌش ِيْٛ َف َٔ َي ْغ ِف َشحٌ خ “Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. AlBaqarah: 263).
ْ ٌُٕ َكجَب ِئ َش ٌُٔ َ َ ْغ ِفشٚ َضج ُٕا ُْ ْى َ َجْ تَ ُِجٚ ٍٚ َ َٔانَّ ِز َ اح ِ ش َٔ ِإ َرا َيب غ ِ َٕ َاإلث ِى َٔ ْانف “Dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera memberi maaf.” (QS. Asy-Syuura: 37). 4. Peduli Peduli
yang
artinya
memperhatikan,
menghiraukan
(Purwadarminto, 2006:85). a) akhi belum shalatkah? (al-Azizy, 2007:55) Penggalan dialog
di atas merupakan wujud kepedulian
seorang teman kepada teman lainnya dengan bertanya apakah sudah shalat atau belum. b) kang Rakhmat kemudian memberikan nasihatnya bahwa aku harus bisa.(al-Azizy, 2007:58).
82
Bentuk
kepedulian
seseorang
juga
dapat
berupa
memberikan nasihat-nasihat kepada orang lain agar menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Seperti yang terdapat dalam penggalan novel Syahadat Cinta di atas yang mengajarkan kepedulian kepada sesama dengan memberikan nasihat dan semangat. c) Engkau memberikan nasihat kepadaku tanpa merendahkanku. Kata-katamu menyentuh kalbuku. Kamu mendatangiku di saat para sahabat lain tidak melakukannya. Kamu memberi masukan kepadaku di saat aku tidak tahu harus bagaimana.(al-Azizy, 2007:98). Penggalan dialog di atas merupakan wujud kepedulian dengan bentuk memberikan nasihat kepada teman. Meskipun terlihat sederhana, tetapi wujud kepedulian tersebut sangat mengena ketika tidak ada seorangpun yang memberikan sikap tersebut. d) Timbul niatku untuk menyebrang jalan, mendekati ibu dan memberikan shadaqah uang yang aku miliki.(al-Azizy, 2007:144). Dari kutipan tersebut, secara jelas bahwa Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajak pembacanya utuk peduli terhadap sesamanya dan lingkungan sekitar. Bentuk kepedulian dari kutipan dialog di atas yaitu dengan bersedekah atau bersikap dermawan atas harta yang dimiliki untuk meringankan beban orang lain. e) Dan sesama saudara harus tolong-menolong.(al-Azizy, 2007:179). Kutipan novel di atas mengajarkan kepada pembaca untuk mempuyai sikap peduli terhadap sesama saudara yaitu dengan tolong menolong.
83
f) Aku mendengar bagaimana para sahabat menghiburku. Aku mendengar ucap keprihatinan mereka atas apa yang menimpaku.(al-Azizy, 2007:302). Penggalan dialog di atas secara tidak langsung ingin menyampaikan kepada pembacanya agar mempunyai sikap peduli dalam bentuk menghibur teman, ssaudara, dan sahabat yang sedang merasa sedih maupun mendapatkan musibah. g) Ini, terimalah ibu. Ini amanah dari saya. Saya tidak ingin sekolah Irsyad gagal. Saya juga tidak ingin Fatimah tidak mengenyam pendidikan. Dan saya tidak ingin lagi melihat ibu mengemis. (alAzizy, 2007:351).
Kepedulian dalam kutipan dialog tersebut yaitu dengan menolong seseorang agar kehidupannya lebih baik. Seperti yang dilakukan tokoh Iqbal dalam novel Syahadat Cinta ini yang menunjukkan sikap kepeduliannya kepada bu Jamilah dan kedua anaknya agar tetap melanjutkan sekolah serta tidak mengemis lagi dengan memberikan uang. h) Semua di sini mengkhawatirkan keadaanmu.(al-Azizy, 2007:359). Bentuk
kepedulian
lainnya
adalah mengkhawatirkan
keadaan saudaranya seperti yang digambarkan melalui temanteman Iqbal di pondok ketika Iqbal sedang mendapatkan masalah yang terdapat dalam kutipan dialog di atas. i) Kiai sepuh dan kiai Subadar memberi petuah-petuah yang utamanya ditujukan kepadaku dan kepada para santri putra.(alAzizy, 2007:392).
84
Memberikan nasihat kepada muridnya atau santrinya oleh seorang Kyai maupun guru juga merupakan sikap peduli terhadap sesamanya. Seperti yang terdapat dalam kutipan novel Syahadat Cinta di atas. j) Para sahabat risau melihatku.(al-Azizy, 2007:472). Taufiqurrahman al-Azizy melalui kutipan dialog di atas menggambarkan
kepedulian
terhadap
saudaranya
dengan
merisaukan sikap yang di luar kebiasaannya maupun dengan merisaukan atau mengkhawatirkan suatu keadaan yang terjadi.
k) Insyaallah, akan merawatnya dengan lembut dan sepenuh hati. (alAzizy, 2007:495). Kutipan dialog tersebut mengajarkan sikap kepedulian seseorang dengan merawat teman atau sahabatnya. Misalkan merawat shabat yang sedang sakit ketika di pondok pesantren. Hal itulah yang dilakukan santri putri untuk merawat Priscillia yang tengah pingsan. Dari
beberapa kutipan novel
Syahadat
Cinta
di
atas,
Taufiqurrahman secara tidak langsung mengajak pembacanya untuk mempunyai kepedulian terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Dan sikap peduli ini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terdekat disekitar kita. Kepedulian dapat berupa perhatian, tolong-menolong antar sesama, memberikan petuah atau nasihat, dan dengan merawat makhluk ciptaan Allah. Selain itu, sikap peduli harus ditanamkan
85
sejak dini karena manusia juga sebagai makhluk sebagai makhluk sosial yang pasti membutuhkan orang lain. Seiring dengan kemajuan era modern sekarang ini, sikap peduli sudah semakin luntur. Saat ini sudah banyak orang yang tidak peduli terhadap apa yang dialami oleh sesama manusia dan lingkungan yang ada disekitarnya. Mayoritas orang hanya memikirkan keuntungan untuk pribadinya saja. Padahal Allah selalu memerintahkan umatnya untuk selalu bersikap peduli terhadap sekitarnya. Dan Rasulullah juga sudah memberikan teladan yang terkait dengan kepedulian terhadap sesama dalam kisah-kisahnya. Sedikit kepedulian yang diberikan untuk orang lain akan memberikan manfaat dan dampak yang besar. 5. Tenggang Rasa a) “islam adalah agama damai; cinta damai. Aku kira seperti halnya saudara-saudara kamu, saudara-saudara kami sesama muslim pun memiliki banyak perbedaan dalam menginterpretasikan ajaran agama.” “kamu benar dalam hal itu bal. Dalam kristen sendiri terdapat perbedaan.”(al-Azizy, 2007:13). Dalam petikan dialog tersebut ingin mengajarkan sikap bertenggang rasa. Dan mengajarkan bahwa setiap orang pastinya mempunyai perbedaan, salah satunya adalah agama. Bahkan orang yang memeluk agama yang sama juga mempunyai perbedaanperbedaan. b) Priscillia, gadis kristiani ini tampaknya memiliki kebajikan dan kebijakan kristen yang dianutnya. Aduhai, andaikan semua kristiani seperti dia, betapa indahnya silaturrahmi antar agama.(al-Azizy, 2007:136).
86
Meskipun berbeda agama, tetapi perbedaan tersebut tidak menjadikan penghalang silaturahmi antar sesama manusia. Perbedaan agama tidak boleh menjadikan seseorang berseteru antar pemeluknya,
dan
harus
menghormati.
Seperti
dapat
yang
saling menghargai ingin
disampaikan
serta oleh
Taufiqurrahman al-Azizy yang terdapat dalam kutipan novel di atas. c) Tak kutemukan pada diri Priscillia keinginan untuk melakukan penghinaan, pelecehan, atau perendahan terhadap agamaku.(alAzizy, 2007:209). Kutipan novel Syahadat Cinta di atas mengajarkan bahwa tokoh Priscillia mempunyai sikap tenggang rasa, yaitu sikap saling menghormati atau saling menghargai antar sesama manusia yang berbeda agama dengannya. d) Baginya, miskin dan kaya sama saja, sebab ini hanyalah perbedaan nasib dan peruntungan belaka. Miskin dan kaya tidak bisa menyembunyikan cinta, dan tidak mampu membuat tabir untuk menutupi rasa kemanusiaan.(al-Azizy, 2007:256). Melalui
kutipan
novel
di
atas,
Taufiqurrahman
mengajarkan bertenggang rasa. Sikap yang tidak membedabedakan seseorag karena harta kekayaan manusia. Cinta antar sesama manusia tidak dapat tertutupi hanya karena perbedaan kaya dan miskin. e) Aku tidak ingin melukai perasaannya. (al-Azizy, 2007:406). Menjaga perasaan orang lain juga diajarkan dalam novel karya Taufiqurrahman al-Azizy ini. Karena menjaga perasaan
87
seseorang itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, maka kutipan dialog tersebut mengajak untuk mencoba menjaga perasaan orang lain. Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy tersebut dapat disimpulkan bahwa tenggang rasa adalah sikap adalah saling menghargai atau saling menghormati antar sesama manusia. Di dunia ini ada banyak perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap individu, salah satunya adalah perbedaan keyakinan atau agama. Perbedaan agama tidak boleh menjadikan seseorang berseteru antar pemeluknya. Karena Islam sendiri mengajarkan pemeluknya untuk dapat bertenggang rasa kepada sesama manusia. Sungguh indah apabila dalam perbedaan-perbedaan tersebut masih ada cinta, kasih, dan sayang antar pemeluk agama. Dengan begitu hubungan atau silaturahmi antar agama akan menjadi lebih baik. Selain menghargai
atau
menghormati
dalam keyakinan,
bertenggang rasa juga dapat berarti menjaga perasaan orang lain baik dengan perkataan maupun perbuatan. Menjaga perasaan orang lain begitu penting untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 6. Nilai Muamalah (Ajaran berbuat sabar dan ikhlas) Secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan (al-habs). Dari sini dapat dimaknai sebagai upaya menahan diridalam melakukan sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridho Allah SWT.
88
Sabar menurut Dzunnun al-Mishry adalah menjauhkan diri dari halhal yang bertentangan dengan agama dan bersikap tenang manakala terkena musibah, serta berlapang dada dalam kefakiran ditengahtengah medan kehidupan (Fansury, 2013:67). a) Melihat ulahku yang seperti itu, yang setiap hari-harinya menghamburkan uang, yang setiap malam menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, yang setiap siang hanya tidur dan tidur lagi, ibu tetap sabar.(al-Azizy, 2007:14). Kutipan novel di atas menggambarkan kesabaran seorang ibu terhadap perilaku anaknya yang hanya menghamburkan uang, menghabiskan waktu untuk bersenang-senang. b) Nanti, nanti, nanti. Itulah jawaban yang aku terima. Penantian ini sudah berusia dua bulan, dan tetap saja aku tidak diajari apa-apa, oleh siapa-siapa.(al-Azizy, 2007:41). Kutipan dialog tersebut secara tidak langsung mengajarkan untuk senantiasa bersabar dalam menimba ilmu. Walaupun dengan penantian yang panjang, seseorang yang menimba ilmu haruslah dapat bersabar dalam penantiannya. c) Ibu akhirnya mengemis sejak pagi. Tapi, Allah SWT memang benar-benar sedang menguji ibu.(al-Azizy, 2007:153). Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajak pembacanya melalui kutipan dialog di atas adalah sebagai seorang muslim haruslah bersikap sabar dalam menghadapi cobaan hidup. Karena manusia hidup di dunia tidak terlepas dari masalah dan cobaan, tinggal bagaimana manusia menyikapinya bisa sabar atau tidak.
89
d) “Yah, hati yang yakin. Pastilah karena memiliki hati yang demikian sehingga membuat ibu itu begitu sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan hidup.”(al-Azizy, 2007:155). Kutipan dialog tersebut mengajarkan bahwa kita harus bersabar dan tabah dalam menghadapi cobaan hidup yang dialami oleh setiap manusia. Dengan bersabar maka akan membuahkan keyakinan hati yang kuat. e) “Belilah makanan seadanya. Kalau terpaksa tidak cukup, belilah secukupnya. Tidak kebagian, emak ndak apa-apa.” (al-Azizy, 20707:177). Tokoh
bu Jamilah dalam
kutipan dialog di
atas
mengajarkan tentang kesabaran seorang ibu terhadap kekurangan yang dialaminya. Selain kesabaran, kesederhanaan juga diajarkan dalam novel ini. f) “Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang ini, kecuali bersabar dan memasrahkan diriku seutuh-utuhnya kepada kehendak Ilahi.” (al-Azizy, 2007:313). Bersabar juga dapat berupa kepasrahan seorang hamba kepada Allah setelah semua usaha atau ikhtiar yang telah dilakukan oleh seseorang. g) “Aku tidak boleh berputus asa. Tidak boleh mengeluh.” (al-Azizy, 2007:410). Berputus asa terhadap apa yang dialami seseorang berarti juga termasuk tidak sabar dalam menjalani kehidupan. Dan mengeluh juga termasuk hal yang sama. Dalam kutipan di atas mengajarkan untuk bersabar dengan tidak mengeluh dan berputus asa.
90
h) Dulu aku datang kesini untuk belajar agama. Lalu kiai Sepuh mengajarkan kesabaran dan keikhlasan pada diriku melalui perintahnya untuk mengambil air.(al-Azizy, 2007:513). Melalui suatu perbuatan mengambil air setiap hari untuk kebutuhan seluruh santri yang ada di pondok pesantren dilakukan atas dasar perintah dari seorang Kyai kepada santrinya dapat mengajarkan dan melatih kesabaran orang tersebut. Seperti yang terdapat dalam kutipan dialog tersebut. Dari beberapa kutipan novel di atas, dalat disimpulkan bahwa dalam novel tersebut mengajak dan mengajarkan kepada pembacanya untuk bersabar dalam menghadapi segala sesuatu. Islam sendiri juga mengajarkan kesabaran. Didalam firman-Nya, Allah senantiasa akan selalu bersama orang-orang yang sabar seperti yang terdapat dalam alQur‟an Surat al-Baqarah ayat 153:
َّ ٌَّ صج ِْش َٔانصَّال ِح ِإ ٍٚ َّ ُُٕا ِثبنٍٛ آ َيُُٕا ا ْستَ ِعٚ َ َّللاَ َي َع انصَّب ِث ِش َ َُّٓب انَّ ِزََٚب أٚ ”Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” Tanpa kesabaran, seseorang akan sulit merasakan kebahagiaan. Sebab, tidak semua yang direncanakan oleh manusia itu dapat berjalan baik dan lancar. Tidak semua yang diinginkan manusia itu dipenuhi. Disinilah dibutuhkan sebuah kesabaran. Demikian pula dalam melakukan segala sesuatu, tanpa kesabaran yang baik seseorang akan melakukan segala sesuatu dengan tidak tenang atau teresa-gesa (Azzet, 2010:93).
91
Rasulullah yang menjadi suri tauladan bagi umatnya juga mengajarkan untuk selalu bersikap sabar. Sabar adalah kunci bagi meningkatnya keimanan seseorang pada Allah SWT. Selain itu, sabar juga merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih berharga dalam pandangan Allah SWT. Menurut Ghazali dalam kita Ihya‟ Ulumuddin (2004:221) , iman terdiri dari dua bagian. Sedangkan setengahnya kesabaran dan yang setengahnya lagi ialah rasa syukur. Ketika kita mau bersyukur kepada Allah, maka Allah senantiasa akan menambahkan nikmat-Nya. Dan ketika kita selalu menerima dan mensyukuri hidup ini maka menjadi tenang, sehingga segala cobaan dapat dilewati dengan hati yang lapang. Itulah buah dari kesabaran. 7. Jujur Jujur berarti antara perkataan dan hati harus sama, tidak boleh beda. Apalagi antara perkataan dan perbuatan harus sama. Allah selalu memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk senantiasa berbuat jujur. Sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur‟an Surat a-Taubah ayat 119:
َّ ٍ آ َيُُٕا اتَّقُٕاٚ ٍٛ َ َِّللاَ َٔ ُكَُٕٕا َي َع انصَّب ِدق َ َُّٓب انَّ ِزََٚب أٚ “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.” Ayat diatas menerangkan bahwa Allah memerintahkan kita untuk berkumpul dengan orang-orang yang jujur. Maksudnya adalah lingkungan menjadi salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
92
seseorang. Jadi jika kita berkumpul dengan orang yang bersikap jujur, maka kita akan menjadi orang yang demikian pula. Oleh karena itu, kita diperintahkan untuk mencari lingkungan yang baik dalam pergaulan. a) Sungguh, selama ini aku jarang bergaul dengan saudara-saudara muslimku.(al-Azizy, 2007:134). Kutipan dialog di atas menjelaskan tentang kejujuran seseorang yang jarang bergaul dengan saudaranya sesama muslim untuk bertukar pikiran. b) Jika boleh jujur, sesungguhnya aku takut berbincang banyak dengannya.(al-Azizy 2007:138). Tokoh
Iqbal
dalam
penggalan
dialog diatas
yang
mengatakan apa adanya bahwa dirinya takut berbincang lebih banyak lagi dengan Priscillia karena kedangkalan ilmu yang dimilikinya tentang agama Islam. c) Aku tidak mungkin berpura-pura bisa shalat dengan baik, bisa menjadi imam, lalu kuimami mereka, sedangkan pada kenyataannya memang aku belum bisa.(al-Azizy, 2007:156). Kutipan novel tersebut menjelaskan bahwa Iqbal tidak dapat berbohong atas ketidakbisaannya menjalankan shalat ketika diminta menjadi imam shalat oleh bu Jamilah. Taufiqurrahman alAzizy secara tidak langsung mengajak pembacannya untuk berperilaku jujur atas segala hal. d) Irsyad, jujur saya belum pernah membaca-baca buku seperti ini dan mungkin engkau pernah membacanya.(al-Azizy, 2007:163).
93
Kutipan dialog tersebut tentang kejujuran tokoh Iqbal yang belum pernah membaca buku-buku agama bahkan bertuliskan arab kepada Irsyad. e) Jujur, aku belum bisa membaca al-Qur‟an sama sekali, Irsyad. Aku ingin membacanya.(al-Azizy, 2007:193). Dialog tersebut juga masih tentang kejujuran Iqbal yang belum bisa membaca al-Qur‟an sama sekali. Kejujuran atas ketidakbisaannya sangat bagus. Karena banyak orang yang sulit berkata jujur atas ketidakbisaannya maupun kekurangannya. f) Demi Allah—bagaimana mungkin saya akan mengakui perbuatan yang tidak pernah saya lakukan?(al-Azizy, 2007:281). Kutipan dialog diatas mengajarkan pembaca
untuk
berperilaku dan berkata jujur. Ketika tokoh Iqbal dituduh melakukan sesuatu yang tidak ia lakukan, maka ia akan tetap berkata begitu seterusnya. g) Tapi sungguh, 2007:399).
aku tidak
pernah menyentuhnya.(al-Azizy,
Penggalan dialog di atas menjelaskan kejujuran Iqbal yang tidak pernah menyentuh lawan jenisnya. Karena ia tahu jika dalam agama sudah melarang perbuatan tersebut. Dapat disimpulkan dari beberapa kutipan di atas yang terdapat dalam novel Syahadat Cinta tersebut. Taufiqurrahman al-Azizy mengajarkan dan mengajak pembacanya untuk berperilaku jujur, baik perkataan maupun perbuatan. Semua manusia di muka bumi senantiasa menginginkan kejujuran. Jujur merupakan harta yang
94
berharga, karena jujur adalah orang yang dapat dipercaya. Sedangkan untuk mendapatkan kepercayaan orang lain sangat sulit. Dengan selalu bersikap jujur maka kita secara tidak langsung telah menghargai diri sendiri maupun orang lain. 8. Kerjasama a)
“Suaminya bekerja sebagai tukang sayur keliling; mendorong grobak dan menawarkan dagangannya di kompleks perumahan yang ada didekat sini; sedang dia sendiri, sebelum melahirkan Fatimah, menunggu kios kecil di depan kampus.”(al-Azizy, 2007:150). Kutipan dialog diatas menjelaskan sepasang suami istri yang bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anaknya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dengan bekerja sama, maka suatu beban akan menjadi lebih ringan.
b) Kami mau berdo‟a kepada Allah untuk kebebasan mas Iqbal. (alAzizy, 2007:316). Kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta tersebut mengajarkan kebersamaan untuk bekerja sama agar mencapai suatu tujuan yang ingin dicapai melalui usaha bersama-sama juga. Dengan
bekerja
sama
akan
terasa
lebih
mudah
dalam
menjalankannya. c) Pertama, marilah kita buat kesepakatan. (al-Azizy, 2007:381). Penggalan dialog di atas menjelaskan kerjasama antara dua orang yang membuat kesepakatan untuk mencapai sesuatu.
95
Kesepakatan sangat pening dilakukan dalam bekerja sama karena dengan adanya kesepakatan, kerjasama akan mulai terjalin. d) Sebuah pertemuan yang didakan untuk membentuk kepanitiaan kelahiran nabi.(al-Azizy, 2007:417). Kutipan dialog di atas menggambarkan kerjasama anggota pondok pesantren untuk melaksanakan suatu kegiatan. Bentuk kerjasamanya yaitu dengan membentuk suatu kepanitiaan yang masing-masing
panitia
sudah
mempunyai
tugas
dan
tanggungjwabnya untuk dilakukan. e) Kami pun akhirnya berbicara tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan pekerjaan yang perlu segera dilakukan.(alAzizy, 2007:420). Mendiskusikan hal-hal yang akan dilakukan bersama juga termasuk bentuk menuju kerjasama, seperti yang dijelaskan dalam kutipan novel di atas. Komunikasi yang baik, akan menghasilkan kerjasam yang baik pula. f) Hari minggu kita agendakan untuk segera menyebar proposal ke desa-desa, ke kecamatan-kecamatan di wilayah Solo ini.(al-Azizy, 2007:420). Dalam kutipan dialog diatas, Taufiqurrahman al-Azizy mengajarkan untuk melakukan sesuatu sebaiknya bersama-sama, seperti menyebar proposal untuk kegiatan maulid nabi yang terdapat dalam novel Syahadat Cinta. Dari kutipan-kutipan dialog diatas, dapat disimpulkan bahwa dalam novel Syahadat Cinta mengajarkan kerjasama. Menurut Ari Ginanjar Agustian (2001:110) suka bekerja sama adalah wujud ihsan
96
Allah kepada salah satu sifat Allah atau Asmaul Husna al-Jami‟. Dengan begitu dapat dipahami bahwa dalam diri atau suara hati manusia itu suka bekerja sama dengan sesama manusia. Hal ini dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Dengan bekerja sama tugas yang semula berat menjadi lebih ringan. Rasulullah juga mengajarkan umatnya untuk selalu bekerja sama atau gotong royong. 9. Integritas Integritas adalah sebuah kesungguhan, bekerja secara total, sepenuh hati, dan dengan semangat tinggi berapi-api. Integritas merupakan melakukan sesuatu hal secara sungguh-sungguh karena kesadaran dari dalam, bukan karena orang lain (Agustian, 2007:291). a) Aku ingin melatih diriku sendiri untuk meninggalkan diriku sebelumnya. Aku benar-benar ingin berubah(al-Azizy, 2007:26). Kutipan dialog di atas melalui tokoh Iqbal menjelaskan bahwa ia mempunyai niat yang kuat untuk merubah dirinya menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Keinginan untuk berubah tersebut murni dari dalam hatinya sendiri. Karena perubahan yang paling kuat adalah yang berasal dari diri sendiri, bukan karena orang lain. b) Aku harus bisa menjalankan shalat dengan benar(al-Azizy, 2007:59).
97
Dalam kutipan novel tersebut, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajak pembacanya untuk menjalankan syari‟at Allah yaitu shalat dengan benar. c) Aku coba sekali lagi. Aku lebih berkonsentrasi lagi. Kutetapkan dalam hati bahwa aku ingin melakukan kebaikan, ingin mendapatkan kesucian, dan ingin mendekatkan diri kepada Allah(al-Azizy, 2007:61). Kutipan novel tersebut menjelaskan tentang tokoh Iqbal yang mencoba dengan bersungguh-sungguh untuk mendekatkan diri
kepada
Allah
SWT.
Untuk
melakukan
sesuatu
hal
membutuhkan konsentrasi yang lebih agar membuahkan hasil yang maksimal pula. Secara tidak langsung, Taufiqurrahman ingin mengajak pembacanya untuk berkonsentrasi dalam melakukan segala sesuatu. d) Kuniatkan dalam hati bahwa aku berwudlu. Kubaca niat itu keraskeras disana, siapa tahu ketakutanku dan kecemasan muncul kembali(al-Azizy, 2007:85). Niat yang kuat dapat menghilangkan rasa takut dan cemas yang ada dalam diri seseorang. Dan tentunya niat tersebut murni niat dari dalam diri seseorang, seperti yang diajarkan dalam kutipan novel Syahadat Cinta di atas. e) Kemiskinan yang diderita oleh keluarganya tidak menjadikan Irsyad malu dan malas untuk belajar. Dia sadar anak orang miskin, maka dia belajar dengan tekun, dengan giat(al-Azizy, 2007:151). Dalam kutiapan di atas, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan kepada pembacanya bahwa kemiskinan bukanlah
98
sesuatu yang dapat dijadikan penghalang atau alasan untuk mencari ilmu. Dan lebih baik lagi jika suatu penghalang tersebut dapat dijadikan sebagai semangat. Seperti Irsyad, anak seorang pengemis yang besungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. f) Kembali kulanjutkan membaca buku ini. Kata perkata berusaha aku pahami. Kalimat per kalimat berusaha aku selami (al-Azizy, 2007:173). Penggalan
dalam
novel
Syahadat
Cinta
tersebut
menjelaskan tentang seseorang yang bersungguh-sungguh dalam membeca sebuah buku. g) Usai shalat, aku kembali meghafalkan huruf-huruf hijaiyah yang tadi shubuh telah diajarkan Irsyad(al-Azizy, 2007:221). Kegigihan Iqbal untuk belajar mengaji tersampaikan dengan jelas dalam kutipan dialog di atas. Iqbal kembali melafadzkan apa yang telah dipelajarinya tadi pagi yang kemudian ia pelajari lagi di siang harinya sesudah shalat dhuhur. h) Aku nyantri sebab aku ingin mendalami ilmu agama. Lebih dari itu, kedatanganku kesini jauh-jauh dari Jakarta tidak hanya untuk mendalami ilmu agama saja, melainkan juga untuk mempraktikkan ajaran-ajaran agama yang aku anut(al-Azizy, 2007:426). Kutipan dialog di atas mengajarkan tentang niat yang berasal dari dalam diri seseorang tanpa adanya paksaan dari orang lain. Keteguhan hati yang kuat tersebut dapat menghantarkan seseorang menuju ke jalan kesuksesan. i) Artinya pastilah dia rajin mengangkat kedua tangannya untuk berdo‟a kepada Allah di setiap malam-malamnya(al-Azizy, 2007:186).
99
Kutipan novel tersebut menjelaskan bahwa tokoh bu Jamilah rajin dalam menjalankan ibadah shalat sunnah. Selain shalat sunnah yang ia jalankan, do‟a-do‟apun sering ia lantunkan kepada Allah SWT. j) Kubesarkan nama Allah dan kuminta kekuatan kepada-Nya. Aku sudah tidak lagi peduli lagi dengan rasa sakit diwajah, punggung, perut, dan kakiku(al-Azizy, 2007:280). Dalam kutipan novel di atas, Tafiqurrahman al-Azizy mengajak
pembacanya
untuk
bagaimanapun
keadaan
dan
dimanapun kita berada jangan melupakan Allah. Karena Allah adalah
sebaik-baiknya
tempat
mengadu
bagi
hamba-Nya.
Seseorang yang mempunyai integritas kuat maka senantiasa akan mengadukan segalanya kepada Allah dan memasrahkan dirinya secara total kepada Sang Penciptanya k) Mereka melakukan wirid ini dengan niat yang tulus, yang ikhlas, yang sungguh-sungguh(al-Azizy, 2007:322). Dalam kutipan novel di atas menjelaskan bahwa para santri melakukan wirid dengan sungguh-sungguh. Melalui kutipan tersebut, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan kita bahwa jika melakukan suatu ibadah harus bersungguh-sungguh, tulus dan ikhlas. Dari beberapa kutipan novel Syahadat Cinta di atas, dapat disimpulkan bahwa seseorang yang memunyai keyakinan hati atau niat yang kuat, besungguh-sungguh untuk berubah dari yang tidak
100
baik menjadi pribadi yang baik serta berada di jalan Allah SWT. Walaupun banyak rintangan yang dihadapi, namun karena semangat yang begitu tinggi dan berdasarkan kesadaran dari dalam dirinya sendiri maka dapat menakhlukkannya. Seseorang yang mempunyai integritas kuat akan menjalankan sesuatu secara total dan sepenuh hati. Karena secara total dan sepenuh hati itulah yang dapat menyadarkan seseorang dan membuatnya lebih baik lagi. Integritas juga merupakan salah satu hasil dari spiritualisme. Dalam buku ESQ Power (Agustian, 2001:5) menyatakan bahwa spiritualisme terbukti mampu membawa seseorang menuju tangga kesuksesan dan berperan besar dalam menciptakan menjadi seseorang yang powerful leader. 10. Rasa Syukur Kata syukur secara etimologi adalah menyebutkan atau menceritakan tentang nikmat serta memuji sang pemberi nikmat yaitu Allah Azza wajalla. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW: “menceritakan nikmat Allah itu adalah syukur dan meninggalkannya adalah kufur.” (H.R Ahmad dalam musnadnya). Adapun pengertian syukur secara terminologi adalah mempergunakan nikmat yang diberikan Allah kepada jalan yang disukai-Nya (taat) dan menjauhi hal-hal yang dibenci-Nya (Fansury, 2013:36). Bersyukur dapat diartikan sikap berterimakasih terhadap Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada
101
kita. Sebagaimna dalam firman Allah SWT: QS an-Nahl ayat 18 dan QS. Ibrahim ayat 7.
a) Alhamdulillah. Kuusap wajahku dengan kedua telapak tanganku (al-Azizy, 2007:88). Kutipan dialog di atas menjelaskan bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang telah diberikan kepada umat-Nya yang masih dapat melaksanakan wudlu. b) Alhamdulillah, mas. Terimakasih banya(al-Azizy, 2007:144). Melalui dialog dalam novel Syahadat Cinta di atas, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan sikap bersyukur kepada Allah SWT dan berterimakasih kepada seseorang yang telah membantu. c) Alhamdulillah saya telah mampu membayar uang sekolah untuk Irsyad(al-Azizy, 2007:145). Kutipan dialog di atas mengajarkan sikap bersyukur seorang ibu karena mampu membayar sekolah anaknya. Bagi seorang pengemis seperti tokoh bu Jamilah, membayar sekolah merupakan hal yang sangat berat. Jadi, sebuah rasa syukur selalu disanjungkan bu Jamilah kepada Allah SWT. d) Alhamdulillah. Ini adalah berkah dari Allah SWT kepadaku(alAzizy, 2007:193). Kutipan dialog di atas mengajarkan sikap bersyukur kepada Allah terhadap segala nikmat yang telah diterima oleh hamba-Nya.
102
Salah satu nikmat tersebut adalah suatu keberkahan karena dapat membaca al-Qur‟an.
e) Alhamdulillah, lega rasanya(al-Azizy, 2007:262). Kutipan dialog di atas menggambarkan rasa syukur seseorang yang merasa lega setelah melakukan tanggung jawab. Salah satunya adalah meminta maaf kepada seseorang dapat membuat hati merasa lebih lega. f) Aku bersyukur kepada Allah, sebab Dia masih memberikan aku saudara-saudara seperti kalian(al-Azizy, 2007:305). Kutipan dialog di atas menjelaskan rasa syukur tokoh Iqbal kepada Allah SWT karena mempunyai saudara-saudara yang sayang, peduli, dan sangat perhatian kepadanya. Jadi, nikmat Allah itu bukan hanya berbentuk materiil tetapi juga berupa kesehatan, nikmat hidup, mempunyai saudara-saudara yang peduli, dan lainlain. g) Alhamdulillah, masyaallah, laa hawla wa laa quwwata illa billah.Mas iqbal bebas..mas iqbal bebas(al-Azizy, 2007:318). Kutipan dialog di atas menggambarkan rasa syukur seseorang kepada Allah SWT karena dapat bebas dari penjara. Rasa syukur tersebut sangat dijunjungkan kepada-Nya karena terbukti bahwa suatu kebenaran memang sudah terbukti. h) Ya, kami berdo‟a kepada Allah untuk melahirkan rasa syukur kami kepada-Nya(al-Azizy, 2007:321).
103
Dialog di atas menjelaskan tentang rasa syukur atas suatu nikmat yang diungkapkan dengan berdo‟a kepada Allah SWT. Jadi, rasa syukur itu bukan hanya dengan mengucapkan “Alhamdulillah” saja tetapi juga dengan berdo‟a dan beribadah kepadanya. Dari beberapa penggalan dialog di atas, dapat disimpulkan bahwa agar kita senantiasa selalu bersyukur terhadap nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita. Bersyukur dapat diartikan sikap berterimakasih terhadap Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada kita. Sebagaimana dalam firman Allah SWT QS. Ibrahim ayat 7:
ٌذٚ نَ َش ِذٙ َذَ َّ ُك ْى َٔنَ ِئ ٍْ َكفَشْ تُ ْى ِإ ٌَّ َع َزا ِثٚألص ِ َٔ ِإ ْر تَأ َ َّر ٌَ َسثُّ ُك ْى نَ ِئ ٍْ َش َكشْ تُ ْى “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” Bersyukur merupakan salah satu cara untuk membuat perasaan merasa tenang dan tentram. Dengan bersyukur keimanan kita pun akan bertambah tebal. Menurut Ozi el-Fansury (20013:38) Bersyukur adalah salah satu bentuk nyata dari rasa gembira terhadap nikmat yang kita dapat dari-Nya. Seseorang yang dapat membawa dirinya pada kondisi syukur maka hidup kita serasa tiada beban. Secara tidak langsung, kita menarik pikiran-pikiran positif yang pada akhirnya memuahkan hasil yang positif pula. Jika kita mengakui bahwa hanya
104
Allah SWT lah kita beribadah, maka sudah menjadi kewajiban untuk bersyukur kepadanya yang terdapat dalam firman-Nya
QS. al-
Baqarah ayat 172:
ٌْ َِّلل إ َ َُّٓب انَّ ِزََٚب أٚ ِ َّ ِ د َيب َس َص ْقَُب ُك ْى َٔا ْش ُكشُٔا ِ ِّجَبٍَٛ آ َيُُٕا ُكهُٕا ِي ٍْ طٚ ٌٔ َ َّبُِ تَ ْعجُ ُذُٚك ُْتُ ْى ِإ “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.” Realisasi rasa syukur bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi dengan demikian akan mempertebal iman dan takwa kepada sang maha pencipta. Syukur dan sabar adalah kunci bagi meningkatnya keimanan seseorang pada Allah SWT. Berbagai sarana telah disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, baik berupa kenikmatan ataupun ujian. Syukur dan sabar juga merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih berharga dalam pandangan Allah SWT. 11. Keadilan Keadilan berasal dari kata adil yang artinya meletakkan sesuatu pada tempatnya, tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak, atau proporsional. Dari pengertian ini, maka sikap adil seseorang dapat dikatakan sebagai sikap yang tepat atau semestinya (Ahmadi, 2004:68).
105
Sebagai orang yang beriman seharusnya dapat berbuat keadilan. Berlaku adil itu diperintahkan Allah SWT sebagaimana dijelaskan dalam QS. An-Nahl ayat 90:
َّ ٌَّ ِإ ٍِ َ َُْٓٗ َعَٚٔ ََٗبء ِر٘ ْانقُشْ ث ِ تٚبٌ َٔ ِإ ِ َأْ ُي ُش ِث ْبن َع ْذ ِل َٔاإلحْ َسٚ ََّللا ٌُٔ َ َ ِعظُ ُك ْى نَ َعهَّ ُك ْى تَ َز َّكشٚ ِٙ ْانفَحْ َشب ِء َٔ ْان ًُ ُْ َك ِش َٔ ْانجَ ْغ “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” a) Tetapi bagaimana bisa hatiku tenang jika tidur disana sedangkan disini saudaraku sesama muslim menderita miskin dan lapar? Lagi pula, ngapain aku harus memberikan uang yang aku miliki kepada pemilik hotel sedangkan ada orang yang lebih berhak menerimanya?(al-Azizy, 2007:171). Kutipan dialog di atas menjelaskan tentang tokoh Iqbal yang merasa berbuat dzalim ketika dirinya ingin menginap di hotel mewah, sedangkan seorng pengemis yang ia temui, bu Jamilah bersama kedua anknya yang kemiskinan dan lapar. Tidak adil menurutnya jika harus memberikan uangnya kepada pemilik hotel yang jaya raya. Kemudian ia mencoba berbuat adil dengan tinggal di rumah bu Jamilah dan membayarnya seperti di kos. b) Aku tidak mungkin akan memutuskan salah dan benar pada dirimu tanpa memberikan kesempatan kepadamu untuk menyatakan hujjah-hujjahmu(al-Azizy, 2007:503). Kutipan novel Syahadat Cinta di atas mengajarkan sikap berbuat adil kepada sesama manusia. Yaitu dengan tidak
106
menghujat seseorang salah atau benar tanpa memberikannya kesempatan untuk menyatakan pendapatnya.
c) Akankah dia ingin mengatakan bahwa kemiskinan yang disandangnya ini merupakan salah satu wujud dari keadilanMu?(al-Azizy, 2007:187). Kutipan dialog diatas mengajarkan kita untuk berbuat adil kepada Allah, yaitu dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Dengan berbuat adil kepada Allah, maka Allah akan selalu menambahkan nikmat-Nya. Dari beberapa kutipan dialog di atas, dapat disimpulkan bahwa pembaca di ajak untuk berbuat adil. Dan
dapat dipahami bahwa
berbuat keadilan itu penting. Karena jika kita tidak menempatkan sesuatu sesuai dengan porsinya maka berarti kita telah berbuat dzalim. Setiap orang hendaknya mampu bersikap adil dalam kehidupan seharihari. Baik adil terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk Allah , maupun berbuat adil terhadap Allah SWT. 12. Keberanian a) Aku tidak mau kalah (al-Azizy, 2007:30). Kutipan novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan keberanian tokoh Iqbal dalam melawan hawa nafsunya sendiri. Dia tidak akan menyerah dalam menghadapinya, dan juga tidak ingin diperbudak oleh nafsunya sendiri. b) Dengan sekuat tenaga aku bangkit(al-Azizy, 2007:100).
107
Kutipan novel di atas menjelaskan keberanian sesorang yang sedang berusaha bangkit untuk menghadapi masalah yang tengah dihadapinya. Tidak banyak orang yang dengan lantang akan menghadapi masalahnya. c) Aku harus turun sekarang, apapun yang akan terjadi(al-Azizy, 2007:101). Kutipan dialog di atas juga menjelaskan keberanian seseorang dalam menghadapi masalahnya. Yaitu ketika seorang Kiai yang marah karena pebuatan santrinya. Tokoh Iqbal ini mempunyai keberanian yang luar biasa karena dia siap menganggung apapun yang akan terjadi ketika dirinya tiba di pondok pesantren. d) Saya akan laporkan anda ke polisi. Saya tidak melakukan kejahatan apapun disini(al-Azizy, 2007:275). Kutipan dialog di atas menjelaskan tentang keberanian tokoh Iqbal dalam menghadapi orang-orang yang mengancamnya. Dia dengan tegasnya akan melaporkan orang-orang yang telah menuduhnya jahat ke polisi. e) Tidak sepantasnya aku menyerah kepada mereka. Iqbal dulu seorang yang hobi berkelahi. Dikeroyok adalah kegemaranku. Aku tidak takut kepada mereka!(al-Azizy, 2007:285). Kutipan novel karya Taufiqurrahman al-Azizy di atas menjelaskan keberanian tokoh Iqbal ketika ada orang yang akan menyakiti dan mencelakainya. Dia tidak akan enyerah dengan mudahnya kepada orang-orang tersebut.
108
f) Aku tidak boleh malu(al-Azizy, 2007:486). Kutipan dialog di atas menjelaskan tokoh Iqbal yang pemberani, yaitu dengan mencoba untuk tidak malu ketika melakukan sesuatu yang benar. g) Tapi Priscillia siap jika suatu saat nanti dia harus dihadapkan pada pilihan yang sulit(al-Azizy, 2007:347). Keberanian seorang gadis muallaf tergambarkan melalui tokoh Priscillia dalam kutipan novel Syahadat Cinta di atas. Priscillia sudah memperkirakan apa yang akan terjadi ketika dirinya masuk agama Islam. Tetapi ia siap menghadapi apapun resiko yang akan terjadi. Dari kutipan-kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta di atas, dapat disimpulkan bahwa kita sebagai seorang muslim harus mempunyai keberanian dalam menghadapi bahaya dan kesulitan. Berani mengambil keputusan adalah wujud Ihsan kepada sifat Allah al-Ahkam. Ihsan ini muncul ketika manusia mendekati sifat Allah yang ada dalam Asmaul Husna. Hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar merupakan ciri-ciri dari sikap berani. Rasa takut yang terkadang menghalangi keberanian seseorang. Rasa takut hanya boleh kita miliki hanya kepada Allah SWT. Terhadap sesama manusia tidak boleh merasa takut untuk menyatakan kebenaran-kebenaran. Tentunya keberanian-
109
keberanian yang dimaksudkan di sini adalah keberanian dalam hal kebaikan. 13. Rasa Percaya Percaya adalah suatu keadaan psikologis yang mnganggap sesuatu benar. a) Aku yakin aku bisa menggesernya(al-Azizy, 2007:87). kutipan dialog di atas menggambarkan suatu keyakinan akan melakukan suatu pekerjaan. Yaitu tokoh Iqbal yang yakin bisa menggeser batu besar untuk digunakannya shalat. b) Aku yakin, Allah akan memaafkanku sebab aku telah berdialog dengannya diatas tanah berpasir, bukan di masjid, mushala, atau batu(al-Azizy, 2007:117). Kutipan di atas menjelaskan keyakinan atau kepercayaan Iqbal yang telah menjalankan shalat di batu ketika ia sedang pergi dari pondok pesantren untuk menenangkan diri. Ia meyakini bahwa apa yang dilakukannya ialah benar. c) Ibu yakin akan bisa bertahan hidup dan membesarkan anak-anak saya(al-Azizy, 2007:153). Kepercayaan seorang ibu pengemis untuk membesarkan anak-anaknya dijelaskan dalam kutipan dialog di atas. Bu Jamilah percaya diri atas kemampuannya sendiri dan mempunyai pengharapan yang realistis. d) Keyakinan kepada kebesaran, keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT. Ibu ini memiliki hati yang yakin(al-Azizy, 2007:155).
110
Kutipan dialog di atas menjelaskank kepercayaan seorang hamba kepada Tuhan-Nya dengan hati yang yakin. Secara tidak langsung, Taufiqurrahman ingin mengajarkan bahwa kita harus memiliki keyakinan hati yang kuat terhadap sang penguasa alam. e) Allah memang telah mentakdirkan aku untuk bertemu dengan bu Jamilah, Fatimah, dan khususnya Irsyad(al-Azizy, 2007:165). Keyakinan hati yang menganggap sesuatu benar bahwa apa yang dialami seorang hamba adalah berdasar kehendak-Nya. Salah satunya adalah takdir. Yaitu takdir yang telah mempertemukan makhluk satu dengan makhluk lainnya sehingga menjadi saudara. f) Kami selalu percaya bahwa Allah SWT tidak memandang kemiskinan dan kemelaratan kami, sebab dia memandang hati dan pikiran kami; jiwa kami(al-Azizy, 2007:168). Kutipan dialog di atas menjelaskan kepercayaan makhluk hidup kepada sang pencipta yang tidak akan memandang hambanya
berdasarkan
derajatnya,
melainkan
berdasarkan
ketaqwaan kepada-Nya. g) Aku yakin, apabila kita berniat sungguh-sungguh dengan kebaikan yang kita lakukan, Allah akan mempermudah jalan bagi kita(alAzizy, 2007:193). Kutipan dialog di atas menjelaskan keyakinan tokoh Iqbal terhadap Allah SWT jika orang yang berniat sungguh-sungguh akan dipermudah jalannya oleh Allah SWT. Rasa percaya atau yakin kepada Allah yang akan mempermudah jalannya ketika berbuat dalam kebaikan.
111
h) Sungguh indah apabila diri kita bisa pasrahkan semuanya sepenuhnya kepada kehendak Allah. Saya kira, Tuhanpun akan senang apabila kamu pasrah kepada-Nya, ikhlas menjalankan syariat-Nya(al-Azizy, 2007:253). Kutipan novel Syahadat Cinta tersebut menjelaskan seorang hamba yang memasrahkan semua kehendak kepada Allah SWT. Melalui kutipan dialog di atas, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan bahwa seseorang harus percaya kepada kehendak Tuhan, memasrahkan segala sesuatu yang terjadi kepada Sang Pencipta bumi dan seisinya.
i) Saya mengetahui, saya memahami, dan saya sadar untuk memilih Islam(al-Azizy, 2007:341). Kutipan dialog di atas menjelaskan rasa percaya bahwa tokoh Priscillia dengan yakin telah memilih Islam sebagai agama yang akan dipeluknya. Dialog tersebut mengajarkan bahwa kita harus yakin terhadap apa yang kita pilih dan jalani. Memilih islam sebagai agama yang kita anut juga harus dengan ra percaya yang tinggi. j) Masuknya Priscillia kedalam agama Islam menambah keyakinanku terhadap Allah SWT(al-Azizy, 2007:347). Kutipan dialog di atas menggambarkan rasa percaya Iqbal yang yakin terhadap Allah SWT karena masuknya Prscilia dalam agama
Islam.
Karena
masuknya
Priscilia
dalam
menunjukkan salah satu wujud kebesaran Allah SWT.
Islam
112
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy di atas dapat disimpulkan bahwa kita harus percaya atau yakin terhadap sesuatu yang kita jalani. Dengan keyakinan hati yang kuat itulah yang akan membawa kita kepada kemenangan. Dalam rukun iman percaya ada 6, yaitu: percaya kepada Allah SWT, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, percaya kepada kitab-kitab Allah, percaya kepada Rasul-rasul Allah, percaya kepada hari kiamat, dan percaya kepada takdir Allah. Rasa percaya bukanlah pemberian dari orang lain. Rasa percaya adalah upaya yang merupakan hasil imbal balik bagi seseorang yang telah menunjukkan integritas, komitmen, dan loyalitas. Seseorang yang memiliki kepercayaan adalah ia yangmemiliki kesadaran diri. 14. Kesederhanaan Sederhana berarti tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. Dan juga dapat berarti apa adanya serta tidak bermewah-mewahan. a) Rumah ini berlantaikan plester yang sudah pecah-pecah disanasini(al-Azizy, 2007:148). Kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta di atas menggambarkan kesederhanaan rumah seorang pengemis, yang bahkan dalam keadaan sangat kekurangan. Yaitu rumah yang keadaan lantainya sudah pecah-pecah. b) Ibu dan Fatimah tidur disatu-satunya kamar yang ada dirumah ini. Sedangkan anakku Irsyad? Dia tidur diatas tikar diatas lantai(alAzizy, 2007:174).
113
Kutipan dialog di atas menggambarkan kesederhanaan sebuah keluarga kecil yang tinggal dalam rumah seadanya. Meskipun sangat sederhana keluarga bu Jamilah tidak pernah mengeluh. c) Emak dan adikmu bisa tidur diatas papan ini. Ndak apa-apa. Papan ini bersih kok(al-Azizy, 2007:175). Kutipan dialog di atas menjelaskan kesederhanaan sebuah keluarga dan sifat qana‟ah seorang ibu yang mempunyai tempat tidur seadanya, yaitu hanyalah sebuah papan. Bu Jamilah menerima keadaan tersebut untuk memuliakan tamunya, yaitu Iqbal.
d) Belilah makanan seadanya. Kalau terpaksa tidak cukup, belilah secukupnya(al-Azizy, 2007:). Kutipan dialog di atas menggambarkan kesederhanaan, sikap qona‟ah, dan kesabaran seorang ibu yang menerima apa adanya kondisi yang dialaminya. Bu Jamilah menyuruh Irsyad untuk membeli makanan seadanya, kalau tidak cukup maka secukupnya. Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam novel tersebut secara tidak langsung memberikan pengajaran tentang kesederhanaan. Rasulullah juga mengajarkan kepada kita sebagai umatnya untuk bersikap sederhana, yaitu tidak berlebihlebihan dalam segala hal.
114
15. Kedamaian Kedamaian adalah keadaan hening atau tenang dimana kita bebas dari kecemasan, kekacauan atau kesedihan. Perdamaian merupakan keadaan yang dapat hidup dalam setiap orang, keluarga, perumahan, negara, dan dunia. Islam sendiri juga sebagai agama yang mengajarkan tentang kedamaian. Kedamaian juga dapat berarti tidak suka kekerasan. a) Kata-kata kiai Subadar membasahi hatiku, dan mengeluarkan air mataku(al-Azizy, 2007:70). Kutipan novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan kedamaian hati tokoh Iqbal setelah mendapatkan nasihat-nasihat dari sang Kyai. Nasihat yang mengena dihati orang yang dinasihati akan sangat terkesan. Terlebih lagi nasihat tersebut disampaikan mlalui hati, jadi bukan hanya sekedar lisan saja. b) Shalatlah yang bisa menenangkan hatiku(al-Azizy, 2007:111). Kutipan dialog dalam novel karya Taufiqurrahman di atas menjelaskan bahwa Iqbal merasa tenang hatinya ketika ia shalat dan sesudah melaksanakan shalat. c) Sedikit ketenangan masuk ke dalam hatiku. Otakku tidak sesemrawut tadi(al-Azizy, 2007:111). Lanjutan penjelasan dari kalimat sebelumnya, dalam kutipan novel Syahadat Cinta di atas menggambarkan Iqbal yang merasa mendapatkan ketenangan dalam hatinya setelah melaksanakan
115
shalat. Bukan hanya ketenangan saja, tetapi juga pikirannya tidak merasa jauh lebih tenang. d) Hatiku damai. Pikiranku lebih tenang(al-Azizy, 2007:117). Kedamaian yang termasuk nilai-nilai spiritual dalam novel karya Taufiqurrahman al-Azizy ini digambarkan atau dijelaskan dengan kedamaian setelah melaksanakan salah satu perintah Allah SWT yaitu shalat, seperti yang terdapat dalam kutipan di atas. Iqbal selalu merasakan kedamaian dalam hatinya dan tenang pikirannya setelah mendirikan shalat. e) Bu Jamilah sendiri tengah membuka kitab al-Qur‟an dan mulai membacanya ayat per ayat. Suaranya sangat enak untuk didengar, demikian menyejukkan, demikian menenangkan(alAzizy, 2007:190). Mendengarkan seseorang melantunkan ayat-ayat suci alQur‟an
dengan
suara
yang
merdu
dapat
menenangkan,
mendamaikan, dan menyejukkan hati. Seperti yang dialami oleh Iqbal ketika mendengarkan bu Jamilah sedang membaca alQur‟an. Bu Jamilah beserta kedua anaknya rutin melakukan kegiatan membaca ayat-ayat suci al-Qur‟an setelah melaksanakan ibadah shalat shubuh. f) Hati, pikiran, dan perasaanku semakin tenang dan senang(alAzizy, 2007:257). Kutipan dalam novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan tentang Iqbal yang merasa tenang dan senang karena sudah terlepas dari kesalahannya terhadap „Aisyah. Seseorang yang
116
meminta maaf dan dimaafkan atas kesalahan yang dilakukan akan dapat menenangkan hati dan merasa lega atau tidak ada lagi yang mengganjal dan membebani hatinya. g) Dan ketenanganpun menghampiri hatiku kembali(al-Azizy, 2007:262). Iqbal merasa lebih tenang ketika dirinya mengirimkan surat untuk „Aisyah sebagai wujud permintaan maafnya atas kesalahan yang telah diperbuat kepada „Aisyah. Demikian itulah penjelasan kutipan dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman alAzizy. h) Islamlah yang akan membawa kedamaian bagi kita, baik kedamaian didunia maupun kedamaian di akhirat nanti(al-Azizy, 2007:342). Kutipan
dialog
tersebut,
secara
tidak
langsung
Taufiqurrahman al-Azizy ingin memberikan pengajaran bahwa agama Islam akan membawa kedamaian bagi pemeluknya. Baik itu kedamaian di dunia maupun di akhirat, karea Islam menyeru kepada umatnya ke jalan yang benar. i) Aku bahagia, sungguh amat bahagia. Ternyata sambutan para sahabat terhadapku tidak seperti yang aku duga(al-Azizy, 2007:362). Kebahagiaan merupakan kedamaian yang tersendiri di dalam hati seseorang. Seperti yang digambarkan dalam kutipan di atas, Iqbal mendapatkan sambutan yang sangat baik dari sahabatsahabatnya di pesantren membuat hatinya bahagia dan merasa damai.
117
j) Inilah saat-saat paling membahagiakan dalam hatiku(al-Azizy, 2007:365). Kutipan novel di atas, menjelaskan bahwa Iqbal merasa bahagia karena dapat melaksanakan shalat berjama‟ah di pesantren. Karena sebelumna Iqbal tidak bias melaksanakan ibadah shalat. Kebahagiaan yang dialami Iqbal membawa ketenangan dan kedamaian tersendiri dalam hatinya. k) Hatiku berbunga-bunga laiknya bunga-bunga di musim semi. Sudah tidak ada lagi persoalan yang aku hadapi disini(al-Azizy, 2007:393). Tidak adanya lagi persoalan yang dihadapi oleh tokoh Iqbal telah membuatnya merasa damai, tenang, dan bahagia. Begitulah penjelasan
dari
kutipan
nove
Syahadat
Cinta
di
atas.
Taufiqurrahman ingin menyampaikan bahwa seseorang yang telah menyelesaikan masalahnya akan membuat kedamaian di hati. l) Ini adalah pagi yang keempat yang telah kumiliki dengan perasaan segar dan baru, sebuah perasaan yang tidak aku miliki di setiap pagi sebelumnya(al-Azizy, 2007:394). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Iqbal tidak pernah merasakan suasana pagi yang segar dan baru. Dengan perasaan tersebut tentulah ia merasakan kedamaian. m) Aku diajarinya untuk berdamai dengan diriku sendiri, berdamai pula dengan semuanya (al-Azizy, 2007:470). Kutipan novel di atas, secara tidak langsung Taufiqurrahman mengajak pembacana untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
118
Dengan berdamai dengan diri seindiri maka nanti akan dapat berdamai dengan yang lainnya. Dan jika ada kedamaian dalam diri sendiri setidaknya ada sedikit kedamaian di dunia. n) Dan hatiku menjadi tentram karenanya(al-Azizy, 2007:496). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Iqbal merasa tentram hatinya karena ada cinta di dalam hatinya. Adanya perasaan cinta dapat menentramkan dan mendamaikan hati. Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya manusia hidup di dunia ini tidak akan terlepas dari suatu masalah. Dengan masalah tersebut manusia dapat mengambil hikmahnya dan dijadikan sebagai pelajaran untuk kedepanya. Tetapi, suatu masalah itu harus dihadapi dan dipecahkan manusia. Dengan terpecahnya masalah akan membuat hati merasakan kedamaian, ketentraman, dan ketengangan dalam diri. 16. Tanggungjawab Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan).Tanggung jawab berarti berbuat sebagai perwujudan kesadara akan kewajibannya. Stiap manusia memiliki tanggung jawab masing-masing. Dan kelak akan dimintai pertanggung jawabannya oleh Allah SWT. a) Aku harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah kulakukan(al-Azizy, 2007:99).
119
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Iqbal menyakiti hati neng „Aisyah karena perkataan kasarnya. Kemudian Iqbal merasa bersalah kepada neng „Aisyah dan Kiai Subadar. Dan Iqbal juga menyadari bahwa ia harus bertanggung jawab atas apa yang telah ia lakukan. Petikan novel Syahadat Cinta tersebut ingin mengajarkan bahwa harus bertanggung jawab atas setiap perbuatan yang kita lakukan. b) Dengan cara aku menulis surat permintaan maaf kepadanya, barangkali hal ini bisa mengurangi beban perasaan sesalku(alAzizy, 2007:107). Kutipan novel di atas menceritakan Iqbal yang bertanggung jawab atas perbuatannya dengan meminta maaf kepada „Aisyah dengan menuliskan surat kepadanya. Iqbal belum meminta maaf secara langsung karena keberanian dalam dirinya belum terkumpul. Tetapi dengan mengirimkan surat tersebut sudah dapat mengurangi sedikit beban di hati Iqbal. Secara tidak langsung, kutipan ini ingin mengajarkan bahwa kita harus bertanggung jawab dengan cara apapun. c) Sebuah hari dimana aku ingat kembali dosa dan kesalahanku kepada „Aisyah(al-Azizy, 2007:260). Kutipan monolog dalam novel di atas menjelaskan Iqbal yang kembali teringat dengan dosa dan kesalahannya kepada „Aisyah. Ia ingat bahwa ia harus segera meminta maaf kepada neng „Aisyah.
120
d) Sayalah yang bertanggungjawab mas...(al-Azizy, 2007:305). Kutipan dialog di atas menceritakan Anbar yang akan bertanggung jawab karena Iqbal telah diancam oleh tiga orang pemuda masjid. Anbar mengatakan demikian karena dialah yang telah melaporkan keberadaan Iqbal di rumah bu Jamilah.
e) Meminta maaf atas sikap dan ucapanku dulu yang telah menyinggung perasaanmu saya khilaf neng(al-Azizy, 2007:368). Kutipan dialog di atas menjelaskan Iqbal yang meminta maaf secara langsung kepada neng „Aisyah atas kesalahannya. Usaha minta maaf Iqbal merupakan wujud tanggung jawabnya kepada orang lain atau sesame manusia. f) Ada tugas dan tanggungjawab yang harus saya pikul disana(alAzizy, 2007:351). Kutipan dialog di atas antara Iqbal dan Fatimah menjelaskan bahwa Iqbal Iqbal akan kembali ke pesantren setelah sekian lama ia pergi. Iqbal kembali ke pesantren untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang santri. Dialog tersebut ingin mengajarkan bahwa sebagai seorang murid maupun santri harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. g) Proposal telah jadi kubuat(al-Azizy, 2007:429).
121
Kutipan dialog di atas menjelaskan bahwa Iqbal telah melaksanakan salah satu tanggung jawabnya sebagai seorang ketua yaitu dengan membuat proposal. Kutipan tersebut mengajarkan bahwa kita harus bertanggung jawab atas setiap tugas yang dijalankan. h) Aku ingat dengan tugasku, dengan tanggung jawabku. Lalu aku pun berkata kepada kang Rakhmat(al-Azizy, 2007:515). Petikan dalam novel tersebut menjelaskan Iqbal yang diusir dari pesantren karena perbedaan pemikiran dengan teman-teman lainnya masih mengingat tugas dan tanggung jawabnya. Lalu sebelum pergi, ia memasrahkan tugas dan tanggung jawabnya kepada kang Rakhmat. Dari beberapa kutipan dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang harus bertanggung jawab atas tugas yang dipikulnya. Kita harus menyelesaikan tanggung jawab kita sampai tuntas. Dengan sikap bertanggung jawab maka orang di sekitar kita menjadi percaya jika kita mampu untuk menjalankan suatu tanggung jawab dengan baik. 17. Kemurnian Hati a) Walaupun saya bodoh, saya tidak ingin Irsyad ikut bodoh, sebab saya tahu dia anak yang pandai(al-Azizy, 2007:151). Petikan dialog di atas menggambarkan kemurnian hati seorang ibu terhadap anaknya. Yaitu seorang ibu yang
122
menginginkan yang terbaik buat sang buah hati. Di dunia ini, semua ibu mendambakan hal-hal yang terbaik buat anaknya. b) Saya merasa sedih sebab tidak bisa memberikan tempat yang baik dan layak buat nak Iqbal(al-Azizy, 2007:174). Petikan dialog di atas menjelaskan kemurniaan hati tuan rumah yang merasa sedih karena tidak bisa memberikan tempat yang baik lagi layak untuk tamunya. Sebenarnya bu Jamilah ingin memberikan yang terbaik jika ada tamu yang datang ke rumahnya, tetapi keadaanlah yang memaksa beliau.
c) Tidak jarang saya berpuasa kak, jadi, kalau pagi tidak makan, tidak masalah bagi saya(al-Azizy, 2007:195). Kutipan dialog di atas menggambarkan kesucian hati seorang anak pengemis yang serba kekurangan, namanya Irsyad. Irsyad tidak mengeluhkan kehidupannya walaupun keadaannya seperti itu. Ia sering berpuasa karena tidak ada makanan. d) Disisi lain, saya memanfaatkan karunia Allah berupa kaki ini dengan sebaik-baiknya(al-Azizy, 2007:196). Petikan dialog tersebut menjelaskan kemurnian hati Irsyad yang memanfaatkan dan mensyukuri segala nikmat Allah yang diberikan kepadanya. Salah satunya yaitu memanfaatkan karunia Allah yang berupa kaki untuk berjalan kaki ketika berangkat dan pulang sekolah karena tidak ada ongkos untuk naik angkot. Tetapi itu semua tidak menghalagi niat Irsyad untuk mencari ilmu.
123
e) Tak pernah sekalipun aku melihat kesedihan dan keputusasaan diwajah oleh sebab tekanan hidup dan beban yang harus dipikulnya(al-Azizy, 2007:241). Kutipan
dalam
novel
Syahadat
Cinta
tersebut
menggambarkan kemurnian hati seorang ibu yang tidak merasa sedih dan putus asa karena hidup yang dijalaninya. Tekanan dan beban hidup yang dipikulnya pun tidak pernah ia keluhkan. Bu Jamilah secara ikhlas menjalankan tugasnya sebagi seorang hamba Allah dan sebagai seorang ibu yang baik buat anakanaknya. f) Sungguh saya tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Saya hanya menjalankan tugas(al-Azizy, 2007:334). Petikan dialog tersebut menggambarkan kemurnian hati pak Togar yang berprofesi sebagai seorang pengacara. Ia tidak mengharap imbalan ketika membantu Iqbal agar dapat keluar dari penjara. Pak ogar melaksanakan itu semua untuk membantu Iqbal dan semata-mata hanya menjalankan tugasnya. g) Belajar tentang bagaimana seharusnya memiliki hati, ialah hati yang tulus dan ikhlas karena Allah SWT semata(al-Azizy, 2007:337). Kutipan novel tersebut menjalaskan bahwa Iqbal yang belajar dari bu Jamilah. Yaitu belajar bagaimana memiliki hati yang tuus dan ikhlas karena Allah semata. Itulah kemurnian hati yang ingin diajarkan oleh Taufiqurrahman dalam novel ini. h) Dengan hati yang ikhlas, beliau berdua memaafkanku beliau menyadari kekhilafanku(al-Azizy, 2007:393).
124
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kemurnian hati Kiai Subadar dan neng „Aisyah memaafkan dan menyadari kesalahan Iqbal. Melalui kutipan tersebut, Taufiqurrahman ingin mengajarkan bahwa orang yang mempunyai kemurnian hati, ketulusan, dan keikhlasan dapat dengan lapang dada memaafkan kesalahan orang lain. Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman
al-Azizy
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
Kemurnian hati yang dapat membuat seseorang ikhlas dan tulus dalam menjalankan sesuatu. Ketulusan dan keikhlasan hati tersebut hanya karena Allah semata, bukan karena hal yang lainnya. Kemurnian hati juga membuat seseorang dapat menerima apa yang sudah ditakdirkan oleh Allah SWT. 18. Ketekunan Ketekunan adalah melakuk rajin dan bersungguh-sungguh. Ketekunan juga bisa berarti ketekunan dalam beribadah kepada Allah, ketekunan belajar atau mencari ilmu, dan ketekunan bekerja. a) Akhirnya ibu bekerja apa saja: menjadi tukang cuci, tukang masak, dan apa saja(al-Azizy, 2007:152). Petikan dialog di atas menggambarkan tokoh bu Jamilah yang tekun dan bekerja keras. Bu Jamilah bekerja apa saja agar dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. b) Aku akan membeli buku-buku agama sebanyak-banyak dan membaca sepuas-puasnya(al-Azizy, 2007:237).
125
Kutipan dialog tersebut menjelaskan Iqbal yang membeli buku agama sebanyak-banyaknya ketika diantar oleh Irsyad ke toko buku. Iqbal melakukan hal tersebut karena ia tekun membaca dan supaya pengetahuannya tentang agama tidak buta. Karena sebelumnya Iqbal sama sekali tidak mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan agama. c) Aku juga telah berusaha untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟an beserta terjemahannya(al-Azizy, 2007:244). Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Iqbal dengan tekun menghafalkan
ayat-ayat
al-Qur‟an
dan
terjemahannya.
Sebelumnya ia telah membeli mushaf al-Qur‟an untuk dibacanya. Iqbal dapat membaca ayat-ayat al-Qur‟an karena diajari oleh Irsyad dan juga keteunannya dalam belajar membaca ayat alQur‟an. d) Aku telah mencoba menghafalkan beberapa hadis Rasulullah SAW yang aku dapatkan dari buku yang telah aku baca(al-Azizy, 2007:244). Kutipan dalam novel Syahadat Cinta tersebut menjelaskan ketekunan Iqbal dalam menghafalkan hadis Nabi yang didapatnya dari buku yang dibacanya. Selain itu ia juga berusaha memahami dengan sungguh-sungguh buku yang dibacanya. Melalui kutipan tersebut, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan bahwa kita harus tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar. e) Sebab aku telah mempolanya sedemikian rupa. Aku biasakan untuk bangun di sepertiga malam yang terakhir(al-Azizy, 2007:246).
126
Kutipan tersebut menjelaskan ketekunan Iqbal dalam beribadah sunnah. Iqbal telah mempola atau mengatur waktunya dengan baik agar dapat di sepertiga malam untuk melaksanakan shalat sunnah. Taufiqqurahman ingin mengajarkan agar kita dapat mempola waktu kita sedemikian rupa dan dapat memanfaatkan waktu dengan baik. f) Membaca buku-buku yang tidak hanya berorientasi keagamaan saja supaya aku lebih mengenal dunia(al-Azizy, 2007:264). Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal selain tekun membaca buku tentang agama, juga tekun membaca buku yang berorientasi umum. Dalam kutipan ini mengajarkan supaya belajar bukan hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum. Walaupun ilmu agama lebih penting dari segalanya. g) Kulewati untuk serius membaca buku(al-Azizy, 2007:375). Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal yang tekun membaca buku dengan serius. Ia memanfaatkan waktu luangnya dengan baik yaitu dengan membaca buku. Dalam kutipan ini ingin mengajarkan supaya kita dapat memanfaatkan waktu luang dengan sebaik mungkin agar menjadi lebih bermanfaat. h) Masih dalam surah al-Baqarah. Setelah itu, aku mencoba mengulangi hafalan-hafalan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis-hadis nabi(al-Azizy, 2007:388). Kutipan novel Syahadat Cinta tersebut menjelaskan Iqbal yang rajin dan tekun mengulangi hafalan ayat al-Qur‟an dan
127
hadits nabi. Selain mengulangi hafalannya, Iqbal juga memulai untuk menghafal lagi. Inilah ketekunan yang diajarkan dalam novel karya Taufiqurrahman al-Azizy. i) Aku semakin tenggelam dalam ayat-ayat al-Qur‟an dan hadishadis nabi. Aku semakin menyibukkan diri dalam hafalan dan pemahaman. Malam-malam di pesantren semakin kuisi dengan dzikir dan munajat. Aku mencoba untuk lebih mendekat, lebih dekat, dan lebih mendekat kepada Allah sang penguasa jagat(alAzizy, 2007:465). Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal yang tekun dan rajin. Ia menyibukkan diri dengan menghafal dan pemahaman dalam ayat suci al-Qur‟an. Iqbal mencoba untuk taqarrub ilallah dengan dzikir dan munajat. Dengan begitu, Taufiqurrahman ingin mengajarkan kita untuk senantiasa selalu mendekatkan diri kepada Allah dengan melaksanakan segaa perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. j) Kebiasaan-kebiasaan setelah usai shalat shubuh dan mengaji, akupun telah selesai menjalankan shalat shubuh. Dan aku pun pagi ini mengaji kembali(al-Azizy, 2007:484). Kutipan tersebut mengambarkan sosok Iqbal yang tekun dalam segala hal. Setelah melaksanakan shalat subuh ia mengaji ayat suci al-Qur‟an. Setelah itu ia melaksanakan tugasnya, yaitu mengambil air. Dari berapa petikan dialog diatas dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy dapat disimpulkan bahwa sebagai seorang muslim sebaiknya mempunyai sikap tekun. Bukan hanya tekun bekerja, ketekunan juga bisa dalam bentuk belajar. Karena
128
dengan belajar seseorang menjadi bertambah wawasan dan ilmunya. Selain itu juga, mencari ilmu adalah wajib bagi kaum muslimin dan muslimat. Sejak dahulu, Rasulullah selalu mengajak para sahabat belajar dengan tekun melalui pengajian-pengajian rutin dengan beliau. Selain tekun dalam belajar dan bekerja, ketekunan beribadah juga telah diperintahkan Allah juga kepada makhluk-Nya untuk tekun sesuai dengan firman-Nya dalam al-Qur‟an Surat al-Muzzammil ayat 8:
الِٛ ِّ تَجْتْٛ ََٔ ْار ُك ِش ا ْس َى َسث َِّك َٔتَجَتَّمْ إِن “sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah dengan penuh ketekunan.” 19. Cinta Cinta merupakan satu-satunya kekuatan yang mampu mengubah musuh
menjadi
teman.
Sebaliknya,
ketiadaan
cinta
dapat
menimbulkan depresi, rasa sakit, penderitaan, keputusasaan, dan kehilangan harapan. Cinta terhadap diri sendiri, sesama, dan cinta kepada Allah SWT dapat dianggap sebagai tujuan hidup dan spiritual yang paling akhir. a) Aku turuti perintahmu untuk melakukan apapun yang kau mau(alAzizy, 2007:15). Kutipan novel tersebut menjelaskan walaupun Iqbal begitu keras kepala terhadap setiap orang, tetapi hatinya luluh dan kepada ibunya. Iqbal akan melakukan apapun yang ibunya mau. Itulah wujud cinta seorang anak kepada ibunya. Dapat dipahami
129
bahwa Taufiqurrahman ingin mengajarkan agar setiap anak menyayangi, mencintai, dan patuh terhadap ibu. b) Cintaku kepada anggrek seperti cintaku kepada ibu. Anggrek adalah bukti cintaku kepada ibu(al-Azizy, 2007:17). Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Iqbal sangat menyukai bunga anggrek, seperti ibunya. Ia selalu merawat bunga anggrek yang ada di rumahnya. Sebagaimana cintanya kepada anggrek yang selalu dirawat, seperti itulah cinta Iqbal kepada ibunya. Yaitu selalu merawat dan menjaga keindahannya. c) Ibu mencintaiku karena Allah. Aku, walau baru beberapa bulan ini, juga belajar untuk mencintai ibu dan ayah karena Allah.Kusayangi Fatimah karena Allah; kukasihi Irsyad karena Allah; dan aku merasa kasihan kepada bu Jamilah, juga karena Allah(al-Azizy, 2007:230). Petikan novel tersebut menjelaskan Iqbal yang mencintai ibu dan ayahnya. Selain itu, setelah bersama-sama dengan bu Jamilah dan kedua anaknya juga disayangi, dikasihi, dan dicintai oleh Iqbal. d) Priscillia akan tetap mencintai dan menyayangi kedua orang tua(al-Azizy, 2007:348). Petikan dialog di atas menjelaskan ketika Priscillia telah memilih agama Islam sebagai agama yang dianutnya akan menerima apapunresiko yang akan diterimanya. Ia akan tetap menyayangi dan mencintai kedua orang tuanya meskipun diusir oleh keduanya. e) Kujadikan Irsyad dan Fatimah laiknya adikku sendiri. Hubunganku dan mereka semakin dekat(al-Azizy, 2007:266).
130
Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal yang menjadikan Fatimah dan Irsyad layaknya adiknya sendiri. Iqbal mencintai keduanya karena kebersamaan mereka. Melalui kutipan ini, Taufiqurrahman ingin mengajarkan bahwa sebaiknya kita menyayangi dan mencintai sesama saudara muslim. f) Adakah yang lebih baik dari cinta yang bisa membawa mereka menjengukku kesini?(al-Azizy, 2007:303). Petikan dialog tersebut menjelaskan ketika Iqbal berada di penjara karena fitnah, ia dijenguk oleh bu Jamilah dan anakanaknya serta Priscillia. Itulah wujud cinta dari mereka kepada Iqbal, karena jika tidak ada cinta mereka tidak akan sampai menjenguk Iqbal. g) Aku harap dengki dan permusuhan diantara kita, kita hapuskan sehapus-hapusnya. Malam ini, marilah kita jadikan sebagai malam persaudaraan, malamcinta, malam kasih, dan malam yang penuh keberkahan(al-Azizy, 2007:316). Petikan dialog tersebut menjelaskan ajakan Burhan kepada penghuni kamar di penjara untuk menghapuskan kedengkian dan permusuhan yang diganti dengan malam persaudaraan. Hanya orang-orang yang dipenuhi cinta di dalam hatinyalah yang dapat melakukan hal tersebut. Dapat dipelajari bahwa sesama seorang muslim itu baiknya bersaudara, tidak bermusuh-musuhan. Jika ada diantara saudara ,uslim kita yang bermusuhan sebaiknya didamaikan. Sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. AlHujurat ayat 10:
131
َّ ْ ُك ْى َٔاتَّقُٕإَٚ َ ٍَْ أَخٌَٕٛ ِإ ْخ َٕحٌ فَأَصْ ِهحُٕا ث ٌٕ َ ًُ َّللاَ نَ َعه َّ ُك ْى تُشْ َح َ ُُِإََّ ًَب ْان ًُ ْؤ ِي “Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.” h) Kami berjabat tangan. Kami berpelukan. Para sahabat yang lain pun segera mengerubutiku, menjabat tanganku, dan memelukku bergantian(al-Azizy, 2007:359). Kutipan di atas menjelaskan bahwa sahabat-sahabat Iqbal di pesantren menjabat tangan dan memeluk Iqbal secara bergantian ketika ia kembali ke pesantren.itulah wujud kasih sayang dan cinta sahabat-sahabatnya kepada Iqbal. i) Aku berlari membawa hatiku yang indah, sebuah hati yang tengah dipenuhi cinta(al-Azizy, 2007:437). Kutipan tersebut menjelaskan perasaan cinta antara seorang laki-laki dan perempuan. Dalam kutipan tersebut Iqbal membawa sebuah hati yang di penuhi dengan cinta kepada Zaenab. Hati yang dipenuhi dengan cinta tersebut merupakan sebuah hati yang indah. j) Aduhai cintaku. Cinta apa yang tengah kurasakan ini?nistakah? atau sucikah?(al-Azizy, 2007:467). Petikan novel tersebut menjelaskan rasa cinta Iqbal kepada Zaenab. Nama Zaenab selalu menemani setiap siang dan malam Iqbal, ketika membuka mushaf al-Qur‟an terlihat wajah Zaenab. Dan Iqbal tidak tahu cinta tersebut nista atau suci. k) Ibu cinta pada Allah nak. Kemuliaan dan kebesaran-Nya kembali terbukti(al-Azizy, 2007:336).
132
Kutipan dialog tersebut menjelaskan rasa cinta bu Jamilah kepada Allah SWT dan Allah membuktikan kemuliaan dan kebesaran-Nya. Allah juga menyayangi dan mencintai semua hambanya. Wujud cinta Allah kepada kita sangatlah banyak, yaitu berupa nikmat yang selalu kita terima setiap waktu. l) Aku bahkan merasa lebih dekat dengan-Nya, sebab dia telah menampakkan diri pada cintaku(al b-Azizy, 2007:477). Kutipan dialog tersebut menjelaskan bahwa Iqbal merasa lebih dekat dengan Allah karena Allah SWT telah menampakkan cinta-Nya kepada Iqbal. Orang yang berikhtiar untuk lebih dekat dengan Allah SWT maka Allah juga akan mendekat kepada hamba-Nya itu. m) Semesta adalah bukti cinta Allah. Allah mencintai semesta, dan semesta pun mencintai Allah. Cinta semesta kepada Allah sungguh luar biasa, sebab cintanya itu bukanlah cinta yang bersyarat. Cinta semesta kepada Allah adalah kepasrahan total setotal-totalnya, sepasrah-pasrahnya(al-Azizy, 2007:479). Kutipan tersebut menjelaskan bahwa alam semesta adalah wujud cinta Allah. Allah yang menciptakan dan menjaga alam semesta ini. Dan alam semesta ini juga senantiasa mencintai Allah karena selalu berdzikir kepada-Nya. n) Cinta telah menjadikan hatiku damai dan rindu. Telah hilang amarah dalam diriku, kepada siapapun juga(al-Azizy, 2007:470). Kutipan tersebut menjelaskan bahwa cinta dapat mengubah seseorang. Cinta mengubah seseorang yang mempunyai sifat amarah menjadikan orang tersebut damai. Dapat dipahami bahwa
133
seseorang yang mempunyai cinta maka akan dapat melembutkan hatinya. o) Cinta juga memenuhi hatiku dengan kelembutan. Dan betapa indah jika hati telah terasa lembut. Hatiku tidak suka dengan kekerasan, menolak ucapan yang keras lagi tak sopan(al-Azizy, 2007:471). Kutipan dalam novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan bahwa cinta dapat melembutkan hati seseorang. Dan ketika hati itu telah menjadi lembut maka akan sangat indah. Seseorang yang mempunyai cinta akan membenci atau tidak suka dengan kekerasan. Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy di
atas,
dapat
disimpulkan
bahwa
seharusnya seorang anak menyayangi, mencintai, dan patuh terhadap kedua orang tua, terutama ibu. Selain cinta terhadap kedua orang tua, sebagai seorang muslim harus mencintai muslim yang lain. Selain itu, sebagai seorang manusia mempunyai kecenderungan alami untuk menjauhkan diri dari rasa takut dan mencari sebanyak mungkin cinta untuk diri kita sendiri. Cinta dapat merubah seseorang menjadi lembut dan damai bagi seseorang yang merasakannya. Selain itu, cinta juga menghilangkan kekerasan hati dan pikiran. Cinta manusia bukan sekedar kepada sesamanya saja, tetapi juga kepada Allah SWT. Cinta kepada Allah SWT dapat diraih dengan melaksanakan perintah-perintah-Nya. Mendapatkan cinta dari Allah SWT merupakan tujuan utama seorang hamba dalam hidupnya. Maka
134
dari itu, wajib bagi seorang muslim mengetahui hal-hal yang mendatangkan kecintaan Allah SWT. B. Implementasi Nilai-Nilai Spirititual dalam kehidupan sehari-hari Setiap orang mempunyai kebutuhan fundamental sesuai dengan fitrahnya yang memiliki jasmani dan rohani, dan apabila dikaitkan dengan berbagai ragam hubungan manusia dalam kehidupannya, disetiap hubungan tersebut ada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Untuk memenuhi kebutuhan rohaninya manusia melaksanakan nilai-nilai spiritual dalam kehidupannya. Nilai spiritual memiliki hubungan dengan sesuatu yang dianggap suci dan agung. Karena itu termasuk nilai kerohanian yang terletak di dalam hati. Hati adalah hakekat spiritual batiniah, inspirasi, kreativitas, dan belas kasih. Sebuah karya sastra memiliki hubungan yang khas dengan kenyataan. Oleh karena itu melalui karya sastra dapat diperlihatkan duniadunia lain dengan norma-norma yang dianutnya. Pembaca segera dapat menggali norma-norma dan ajaran yang terkandung dalam sebuah karya sastra. Melalui novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy ini adalah salah satu penyampaian nilai-nilai spiritual dalam kehidupan sehari-hari. Nilai spiritual yang meliputi keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia yang tercermin dalam ibadah dan muamalah. Di dalam novel karya Taufiqurrahman al-Azizy memberikan pelajaran untuk dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
135
pengajaran tentang tata cara bercuci (thaharah), tata cara melaksanakan ibadah shalat, ajaran untuk beriman kepada Allah, dan ajaran untuk beriman kepada kitab Allah (al-Qur‟an). Selain itu juga mengajarkan nilai sosial yaitu untuk saling memaafkan, saling tolong menolong, dan bersedekah. Dan juga nilai estetika bagaimana berbicara yang baik-baik. Semua nilai-nilai yang diajarkan dalam novel Syahadat Cinta tersebut agar dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah penulis mengkaji dan menganalisis nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy maka dapat penulis simpilkan bahwa: 1. Nilai-Nilai Spiritual Adapun nilai- nilai spiritual dalam novel syahadat cinta adalah adalah sebagai berikut: a. Nilai pendidikan Aqidah yaitu ajaran untuk selalu beriman kepada Allah SWT dan ajaran untuk beriman kepada kitab Allah. b. Nilai pendidikan Syari‟at yaitu ajaran tentang shalat dan ajaran tentang thaharah. c. Nilai pendidikan Akhlak
Etika berbicara yang baik-baik
Ajaran untuk saling memaafkan
d. Peduli e. Tenggang Rasa f. Nilai muamalah (ajaran untuk sabar dan ikhlas) g. Jujur h. Kerjasama i. Integritas j. Rasa Syukur
136
137
k. Keberanian l. Rasa percaya m. Kesederhanaan n. Kedamaian o. Tanggung jawab p. Kemurnian hati q. Ketekunan adalah melakukan sesuatu dengan rajin dan bersungguhsungguh. r. Cinta 2. Dalam novel Syahadat Cinta terdapat satu tokoh utama, Iqbal adalah tokoh utama yang mempunyai sifat bertanggung jawab, mempunyai integritas yang kuat, patuh terhadap orang tua, cinta kepada ibunya, dan peduli terhadap sesama. 3. Implementasi nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy:
Di dalam novel karya Taufiqurrahman al-Azizy memberikan pelajaran untuk dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu pengajaran
tentang
tata
cara
bercuci
(thaharah),
tata
cara
melaksanakan ibadah shalat, ajaran untuk beriman kepada Allah, dan ajaran untuk beriman kepada kitab Allah (al-Qur‟an). Selain itu juga mengajarkan nilai sosial yaitu untuk saling memaafkan, saling tolong menolong, dan bersedekah. Dan juga nilai estetika bagaimana berbicara yang baik-baik.
138
B. Saran 1. Orang tua sebagai penanggung jawab utama anak harus lebih memperhatikan bacaan anak dan bisa memilih bacaan yang layak dibaca dan yang lidak layak dibaca. 2. Keluarga
merupakan tempat
pendidikan
pertama,
harus bisa
memberikan contoh-contoh atau kegiatan kepada anak yang mencakup nilai-nilai spiritual. 3. Lingkungan sekolah yang juga sangat mempengaruhi, harus lebih memperhatikan lagi tentang kegiatan atau tugas yang diberikan kepada anak agar anak memaksimalkan kecerdasan spiritual diatas kecerdasan emosional dan intelektual. 4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi, maka sebagai orang tua, guru, pendidik, harus bisa memanfaatkan teknologi secara efektif dan mendidik.
DAFTAR PUSTAKA Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ Way 165 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga A. Kusuma, Doni. 2007. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta: Grasindo Aminudin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar Baru Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Azzet, Akhmad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi Anak. Jogjakarta.: Kata Hati Booeree, George. 2008. Personality Theories. Jogyakarta: Prismasophie Buzan, Tony. 2003. The Power of Spiritual IntelligenceSepuluh Cara Jadi Orang Sukses yang Cerdas Secara Spiritual. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. El-Fansury, Ozi.2013. Spiritual Power for Succes (10 Kekuatan Spiritual Maha Dasyat untuk Kesuksesan Anda). Yogyakarta: Laras Media Prima. Hadi, Amirul dan Haryono. 1998.Metode Penelitian Pendidikan untuk UIN, STAIN, PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan. Bandung: CV Pustaka Setia. Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa. Yogyakarta: Trustmedia. Milles, M.B dan Hubberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press. Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul Husna Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Noor, Redyanto. 2010. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo. Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa ndonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Ruslan, Rosay.2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Safaria, Tiantoro. 2007. Spiritual Intellegence Metode Pengembangan Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu. STAIN Salatiga. 20008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir. Supriyatno, Triyo. 2009. Humanitas Spiritual dalam Pendidikan. Malang: UIN-Malang Press. Yasin, A.Fatah.2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN Malang Press. Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press. http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/78/jtptiain-gdl-alimulhuda3865-1-3102327_-p.pdf akses tanggal 20 September 2015 pukul 11.00
LAMPIRAN
SAMPUL NOVEL SYAHADAT CINTA
RINGKASAN NOVEL SYAHADAT CINTA
Cerita dalam novel ini dimulai dari seorang anak metro yang baru tinggal di Pesantren Tegal Jadin, Solo. Namanya adalah Iqbal. Iqbal hampir selama dua bulan di pesantren tersebut yang kesehariannya adalah mengambil air dari telaga untuk dibawa ke pesantren. Dua bulan yang lalu, Iqbal adalah anak dari seorang pengusaha minyak yang kaya raya, anak tunggal Daeng Abdillah. Segala yang diinginkan pasti dituruti dan bisa melakukan semuanya. Iqbal selalu menggunakan waktunya untuk bersenang-senang, sering mendatangi night club, minum minuman keras, dan keras kepala. Iqbal bisa demikian keras kepala kepada orang lain, tetapi tidak dengan ibunya yang begitu sabar terhadapnya. Suatu ketika tanaman yang Iqbal rawat itu layu. Ia marah kepada ibunya. Hingga menjelang pagi Iqbal baru pulang dengan keadaan mabuk. Ibu menghampirinya untuk memapah Iqbal, tetapi Iqbal mendorong ibunya keras-keras hingga jatuh. Pagi hari ketika bangun, Iqbal diberitahu kalau ibunya dirawat di rumah sakit yang koma selama beberapa hari dikarenakan ada pendarahan di otaknya, saat itulah pertama kali Iqbal teringat pada Allah, lalu memohon ampunanNya dan memohon belas kasih-Nya. Iqbal terus berdo‟a, tetapi tidak
shalat karena tidak tahu bagaimana caranya shalat, wudlupun juga sama. Beberapa hari kemudian ibunya sadar. Iqbal minta maaf dan bilang kepada ibunya jika ingin berubah, yaitu belajar agama. Mendengar permintaan anaknya, ibunya menangis bahagia. Dan ibunya teringat ada pondok pesantren yang bagus di Solo, di tempat kiai Shidiq. Iqbal bertekad bulat untuk ke pesantren, bulan Juli ia berangkat. Tiba-tiba ia diserang keraguan yang amat sangat, ia merasa sangat takut. Kembali ia teringat ibu, dan ingatan inilah yang telah memberikan kekuatan untuk mengusir keraguan. Sesampainya di pondok pesantren, Iqbal disapa oleh kang Rakhmat. Setelah sekian menit bercakap-cakap, kang Rakhmat mengajak Iqbal ke rumah kiai. Di rumah itu, dia ditemui oleh seorang kiai yang nantinya menyuruh Iqbal mengambil air dari telaga. Kegiatan Iqbal hanyalah mengambil air dan tidak disuruh melaksanakan kewajiban-kewajiban di pesantren seperti santri-santri yang lain. Iqbal berpikir tidak bisa begitu terus, pesantren adalah tempatnya para santri untuk menimba dan melaksanakan ilmu agama, bukan mencari air sepertinya. Ia pergi ke rumah kiai sepuh. Iqbal mengutarakan maksudnya kepada kiai Subadar, dan diceritakan semua riwayat hidupnya. Saat bercakap-cakap dengan kiai Subadar, kiai sepuh mendekati Iqbal dan kiai Subadar. Saat itu juga Iqbal disuruh mengambil air selama dua bulan lagi.
Wujudnya memang Iqbal mengambil air dan melaksanakan perintah kiai sepuh, tetapi ia merasa jengkel atas perintah kiai sepuh kepadanya. Iqbal terus mengumpat. Lalu ada suara seorang gadis yang tiba-tiba muncul dari belakangnya dengan omongan kasar. Iqbal kemudian mencaci maki, menjelek-jelekkan gadis tersebut sampai menangis kemudian lari meninggalkannya. Semua kejengkelannya ditumpahkan kepada gadis itu. Ketika hampir sampai di pesantren, ada Ihsan yang mendatangi Iqbal dan memberitahu jika kiai Subadar sudah mencarinya karena telah mencaci maki putrinya, Neng Aisyah. Ihsan memberikan nasihat kepadanya agar meminta maaf kepada kiai Subadar juga neng Aisyah. Karena rasa takutnya, Iqbal memilih untuk menenangkan diri pergi dari pesantren. Dia memilih untuk pergi ke Salatiga, saat di Bus Iqbal mendapat kenalan Khaura dan Priscillia. Sesampai di Salatiga, ia melihat seorang ibu pengemis dengan anak balitanya di sebrang jalan. Timbul niatnya untk mendekati dan memberikan shadaqah kepada ibu tersebut. Iqbal tertarik untuk ikut ibu tersebut pulang kerumahnya, dan ibu itu (bu Jamilah) meng-iyakan. Rutinitas keluarga bu Jamilah seusai shalat subuh adalah mengaji, dan Iqbal meminta Iryad untuk diajari membaca al-Qur‟an, dan akhirnya sampai bisa membaca ayat suci al-Qur‟an. Tak terasa sepuluh hari Iqbal meninggalkan pesantren, selama sepuluh hari pula
ia sudah hafal bacaan shalat, bisa membaca al-Qur‟an, dan telah membaca banyak buku. Suatu ketika, Iqbal kedatangan tamu tiga orang pemuda jamaah Majlis Taklim Masjid Kauman yang meminta Iqbal untuk meminta pergi dari rumah Ibu Jamilah karena bukan mahramnya. Lalu Iqbal didatangi tiga orang polisi untuk dibawa ke kantor polisi karena dikira seorang teroris yang berteman dengan ketiga orang tadi. Selama dipenjara Iqbal mengajak teman-temannya untuk beribadah. Akhirnya bu Jamilah dan anak-anaknya beserta Priscillia bisa mengeluarkannya dari penjara, saat itu juga Priscillia masuk agama Islam. Karena masih teringat dosanya dengan Aisyah, Iqbal pulang ke pesantren dan segera meninta maaf kepada Aisyah lalu memaafkannya. Ketika di pesatren, Iqbal mendapat surat dari Priscillia kalau dirinya disiksa oleh bapak ibu karena masuk Islam. Dan mendatangi Iqbal ke pesantren saat Iqbal bertemu dengan Zaenab yang menurut peraturan pondoknya tidak boleh dilakukan. Teman-teman pondoknya melihat perbuatan Iqbal yang bertemu dengan Zahra dan Priscillia bukanlah ajaran Islam. Saat itu Iqbal dikeroyok teman pondoknya lalu dihadapkan pada kiai Subadar dan kiai sepuh. Akhirnya Iqbal dikeluarkan dan didawuhi kiai sepuh untuk kembali tiga tahun lagi menjemput mereka berdua (Zaenab dan Priscillia).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri 1. Nama
: Dita Indi Nur Otapiyani
2. Tempat/tanggal lahir
: Kab. Semarang, 03 Oktober 1994
3. Jenis kelamin
: Perempuan
4. Agama
: Islam
5. Alamat
: Dsn. Talok, Ds. Watuagung, Kec. Tuntang,
Kab. Semarang
B. Pendidikan 1. Raudhatul Athfal Sudirman lulus tahun 2000 2. SD N Watuagung 02 lulus tahun 2006 3. SMP N 9 Salatiga lulus tahun 2009 4. Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran Yogyakarta lulus tahun 2012 5. SI IAIN Salatiga sampai sekarang Salatiga, 18 April 2016 Penulis,
Dita Indi Nur Otapiyani