17 Juni 2010
Nilai-Nilai Seni Teater Dapat Persatukan Bangsa...1
Dwi Arianto: Mereka Tak Ingin Dikasihani, Namun Dihargai...6
Geleri Foto FLS2N 2010....4
Nilai-Nilai Seni Teater Dapat Persatukan Bangsa Seni teater juga memiliki kontribusi penting bagi pembangunan generasi muda.
N
ilai-nilai yang terkandung dalam seni teater memiliki dampak signifikan terhadap persatuan bangsa. Sebab, unsur-unsur teater seperti kerjasama antarindividu menjadi hal inhern dalam seni pertunjukan ini. “Kita tidak usah bersusah payah lagi untuk membentuk generasi muda. Lewat apresiasi teater juga bisa,” kata Ahmad Syaeful Anwar, Dewan Juri Ahmad Syaeful Anwar Festival Teater tingkat SMK dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) di Surabaya, Rabu (16/6). Komitmen dari berbagai pihak, terutama pemerintah, lanjut salah satu pendiri Teater Koma ini, menjadi poin penting dalam
upaya ini. Tema-tema persatuan dapat menjadi salah satu usaha tersebut seperti pengendalian diri dan rasa nasionalisme. Secara aplikatif, Ahmad Syaeful Anwar menyebutkan beberapa hal yang dapat dilakukan. Pertama, pembelajaran teater tidak hanya dimasukkan dalam kurikulum di tingkat Sekolah Menengah Kejuruan yang memiliki kekhususan. Seni teater mestinya juga sudah diberikan dalam pembelajaran di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama. “Misalkan mulai mengenalkan naskah-naskah drama,” ujarnya. Naskah-naskah lakon pun yang dibuat oleh seniman Indonesia seperti W.S. Rendra, Putu Wijaya, dan Nano Riantiarno.
berita utama Di Inggris saja, Ahmad Syaeful Anwar mencontohkan, siswa Taman Kanak-Kanak sudah dikenalkan dengan naskah-naskah lakon William Shakespeare, pujangga besar negara tersebut. “Apresiasi lakon itu kemudian diberikan dalam praktik-praktik berteater,” ujar Ahmad Syaeful Anwar. Metode pembelajaran pun disesuaikan dengan pola perkembangan peserta didik. Naskah lakon yang diberikan kepada siswa SD, misalnya, dipilih yang mudah dipahami anak seusianya. “Anak SD lebih mudah menghafal daripada kita yang sudah tua,” ucapnya. Jika dibutuhkan, Ahmad Syaeful Anwar bersama seniman lain bersedia membantu membuat kurikulumnya. Kedua, membangun gedunggedung teater yang representatif di tiap kabupaten. “Representatif dalam pengertian bukan panggung pertemuan, tetapi panggung pertunjukan,” tegas Ahmad Syaeful Anwar. Panggung tidak perlu mewah dan bagus, yang penting representatif untuk digunakan latihan dan workshop tentang kesenian. Ahmad Syaeful Anwar optimis terhadap upaya ini jika dilakukan secara konsisten. Sebab ia melihat antusiasme pelajar terhadap seni teater begitu besar. Teater, nantinya, sejajar dengan musik yang digandrungi remaja dan anak muda. Maka, tegasnya, keberadaan sarana yang memungkinkan pelajar mengeskpresikan dan mengaktualisaskan diri menjadi keniscayaan yang mesti segera diadakan. Hanya saja ia menekankan bahwa dalam teater isu-isu sensitif berkaitan dengan Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) serta pornografi tidak boleh dimunculkan di atas panggung. Seni teater, bagaimanapun, berdampak positif bagi perkembangan jiwa pemainnya. Maka sudah selayaknya ia mendapat tempat dalam proses pembelajaran di dunia pendidikan tanah air. n [BILL]
berita utama
Banyak Peserta FLS2N yang Hebat K
ehebatan peserta dalam bidang tertentu di daerahnya, ternyata bukan jaminan bahwa ia akan hebat saat bertemu dengan sahabat-sahabatnya dari daerah lain di pentas seni tingkat nasional seperti Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N). Ini seperti hasil pengamatan Nyoman Swasta Rini, pendamping Choirul Anam, peserta lomba desain grafis dengan komputer tingkat Sekolah Luar Biasa (SLB). “Rasa yakin untuk menjadi juara memang ada, namun ketika mengikuti lomba perlu diakui ternyata banyak peserta lomba yang termasuk kategori bagus, sehingga kami bersaing sangat ketat sekali,” kata Nyoman Swasta Rini. Padahal, lanjut Nyoman Swasta Rini, anak didiknya termasuk siswa yang hebat. Misalkan saat memperoleh tugas lomba, Choirul Anam mampu menyelesaikan tugas itu dengan waktu yang lebih cepat dari kawan-kawan peserta lomba lainnya. “Namun hal itu masih bersifat sementara dan belum bisa jadi jaminan memenangkan lomba, karena masih ada kriteria lainnya yang jadi penentu dewan juri dalam menetapkan pemenang/juara,” kata Nyoman Swasta Rini. Choirul Anam adalah siswa dari SLB B N. PTN. Jimbranan, Bali. Seperti peserta lainnya, ia terpilih sebagai wakil dari Provinsi Bali setelah lolos seleksi ketat di daerahnya. Selanjutnya mengikuti pelatihan yang difasilitasi pihak sekolah dan didukung Pemprov Bali agar bisa memenangkan perlombaan di FLS2N ini. Sejak lahir, Choirul Anam mengalami cacat tuna rungu. Saat wawancara, ia dibantu Nyoman Swasta Rini. Dengan gerakan-gerakan tertentu, Nyoman
Pengarah: Direktur Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Sekretaris Ditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Penanggung Jawab: Kepala Bagian Perencanaan Setditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah. Pemimpin Redaksi: Agus Haryanto. Tim Pengolah Data: Bambang Supriyanto, Mashuri, Budi Suprapto, Billy Antoro, Adib Minanurrochim, Alvin. Tim Peliput FLS2N 2010: Sudarmadi, Juju Surgana, Tora Akadira, Margo Subekti, Taryadi, Rubiyono Yuliarso, Dwi Riyanto, Syamsudin, Boyke Firman Hidayat, Ahmad Farihin, Aswan Ritonga, Sudarman, Ahmad Zaini Isa, M. Rizal, Sulaeman, Robert.
Be r it a FLS 2N / 17 J u n i 2010 / 2
8Nyoman Swasta Rini, pendamping Choirul Anam.
Swasta Rini menyampaikan pertanyaan dan memperoleh jawaban. Salah satunya saat ditanya tentang perasaaan Choirul Anam mengikuti perlombaan. “Perasaan saya biasa saja,” kata Choirul Anam, seperti diterjemahkan Nyoman Swasta Rini. Lomba desain grafis dengan komputer ini diikuti siswa-siswi SLB dari 27 Provinsi di Indonesia. Lomba berlangsung dua kali dalam satu hari, yang pertama mulai pukul 09.00 – 12.00 WIB; dan yang kedua mulai pukul 13.00 – 17.00 WIB. Lomba ini digelar di Hotel New Grand Park, Jln. Samudra 3 – 5 Surabaya, Jawa Timur. Diujung perbicangan, Nyoman Swasta Rini menilai bahwa FLS2N bisa mendorong dan memberi pengalaman yang akan mempermudah siswa berpartisipasi di dunia dunia usaha. “Dan untuk peserta tuna rungu pada setiap tahunnya agar selalu diadakan lomba desain grafis untuk memunculkan peserta baru yang kreatif. Di samping itu, jenis lombanya perlu ditambah seperti lomba Karikatur, Disain Poster dan lainnya,” kata Nyoman Swasta Rini, penuh harap.n [Sud & JS]
Alamat Redaksi:
Children of The Nation, Kepekaan Terhadap Nasionalisme dan Ketuhanan Lagu dapat menjadi sarana efektif untuk menyampaikan pesan-pesan moral. Apapun alirannya.
T
iba-tiba saja suasana Jatim International Expo menjadi ingar-bingar. Di panggung, siswa-siswi SMA Negeri 4 Surabaya menyanyikan lagu Children of The Nation dengan irama rock; mengentak, lepas, bergemuruh. Ribuan hadirin yang memenuhi ruangan itu seakan diajak untuk menghirup semangat yang terkandung dalam irama musik. Itulah sebagian suasana gembira yang sempat dirasakan ribuan delegasi dari 33 provinsi se-Indonesia pada pembukaan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) 2010 yang dihelat di Jatim International Expo, Surabaya, Jawa Timur, Selasa pagi (15/6). Children of The Nation merupakan satu dari sekian lagu yang dimainkan guna menghibur dan memberi semangat para peserta FLS2N 2010. Namun siapa sangka, lagu yang mampu menggelorakan semangat pendengarnya itu diciptakan hanya dalam waktu dua jam! “Jam 2 pagi sampai 4 pagi,” ujar Dr. Bambang Indriyanto sang pencipta lagu. Sekretaris Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian
Dr. Bambang Indriyanto
Pendidikan Nasional ini mengatakan, ia terbiasa membuat lagu justru saat didera kepenatan kerja. Setidaknya ada dua pesan yang hendak disampaikan Bambang Indriyanto dalam lirik yang disusunnya. “Pertama, dengan seni kita bisa memuja keberadaan kita sebagai bangsa Indonesia,” ujarnya. Kemudian, dengan seni pula pengakuan terhadap kebesaran Tuhan bisa teraktualisasi. Sehingga dapat dikatakan pula, tema lirik lagu ini merupakan perpaduan unsur nasionalisme dan ketuhanan. “Children of The Nation itu kebanggaan kita sebagai orang Indonesia. Orang Indonesia sepatutnya bangga sebagai orang In-
Bagian Perencanaan, Setditjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional Jl. Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 5, Senayan Jakarta Website: http://mandikdasmen.kemdiknas.go.id/
Ber i ta FLS 2N/17 Juni 2010 / 3
donesia karena kita bisa hidup di dunia yang bebas, alam yang sejahtera, meski berbeda tapi dalam satu kesatuan,” jelasnya. Berkenaan dengan kebanggan menjadi orang Indonesia terkait pula dengan budaya negeri ini yang oleh sebagian kalangan dikatakan kurang digandrungi generasi muda. Mereka, generasi muda, cenderung menyenangi budaya barat yang bebas. “Kita melihat rock menjadi model yang digandrungi,” ucap Bambang Indriyanto. Maka, menggunakan aliran musik rock—sebagai produk budaya barat— juga merupakan bagian dari strategi budaya. Lewat rock, nilai-nilai yang hendak disampaikan dirangkum dalam lirik. Bambang Indriyanto mencontohkan lagu Bendera yang dibawakan grup band Cokelat. Lagu bertema nasionalisme beraliran rock ini disukai oleh beragam kalangan. Pun lagu Jangan Menyerah gubahan band D’Massiv yang bicara tentang motivasi hidup dan ketuhanan. Kendati kesibukannya tak pernah surut, Bambang Indriyanto terus mencipta lagu. Telah banyak lagu lahir lewat perenungan dan tangan dinginnya. Satu yang baru lahir bertajuk Breeze Over The Rainbow. “Saya menggambarkan kesejukan dari barat sampai ke timur, Sabang sampai Merauke,” ungkapnya ihwal tema lagu. Bambang Indriyanto belum akan menutup bukunya. Sebab akan banyak lagi tercipta karya-karya lagu berbobot dari perenungan jiwanya. n [BILL]
Be r it a FLS 2N / 17 J u n i 2010 / 4
Ber i ta FLS 2N/17 Juni 2010 / 5
wawancara
Dwi Arianto: Mereka Tak Ingin Dikasihani, Namun Dihargai A
da yang istimewa saat pembukaan Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) yang digelar di Jatim International Expo, Selasa pagi kemarin. Hadirnya Grup Band Sekolah Luar Biasa (SLB) Bina Asih Bondowoso, Jawa Timur, berhasil merubah air muka para hadirin menjadi takjub dan kagum. Bahkan tak sedikit ada embun di pelupuk mata mereka saat vokalis Evi Widowati, menyenandungkan lagu karya D’Masiv berjudul Jangan Menyerah. “Luar biasa. Menakjubkan,” komentar presenter kondang, Dick Doank, terhadap penampilan Grup Band yang semua personelnya mengalami tuna netra itu. Ungkapan takjub tak hanya dari Dick Doank, namun juga terpancar dari raut muka sekitar 4000 orang yang hadir dalam pembukaan FLS2N ketiga di Jatim International Expo itu. “Itulah bukti bahwa sebenarnya mereka tak ingin dikasihani, namun dihargai,” kata Drs. Dwi Arianto, MM, pembina Grup Band SLB Bina Asih Bondowoso. Ketakjuban dan rasa haru tersebut wajar, karena penampilan para personel Grup Band SLB Bina Asih Bondowoso cukup istimewa. Meski tuna netra, mereka sangat piawai memetik senar-senar gitar, menyentuh tuts-tuts piano, dan bahkan menabuh drum. Dari sini, tak sedikit kemudian yang bertanya soal bagaimana mereka bisa menguasai alat musik dengan baik, hingga melahirkan melodi yang enak didengar. Untuk mengetahui jawaban tersebut, berikut petikan wawancara dengan Dwi Arianto:
gaimana meningkatkan harkat mereka. Mereka tak ingin hanya menjadi tukang pijat. Lalu apa? Mungkin pekerjaan prakarya lainnya, seperti bertani, membatik, dan... ya, musik. Kemudian saya bentuk band, yang ternyata inisiatif ini diikuti oleh banyak SLB. Sejak usia berapa mereka Anda bina? Bersama Bapak Basuki Nuriyanto, S.Pd., kami membina mereka sejak kecil, umur 8 tahunan. Soalnya kalau dari kecil itu, mereka kan masih polos, dan mau diarahkan ke mana itu gampang. Ini mungkin bakatnya jadi drummer, gitaris, bassis dll. Namun tidak ada kata putus asa. Misalkan tidak bisa memainkan gitar, maka diusahakan ke alat musik lainnya.
Dwi Arianto. Pembina Grup Band SLB Bina Asih Bondowoso.
Misalkan untuk mengajari mereka bermain gitar, itu bagaimana? Ya, kita mengajari mereka untuk bagaimana menempatkan jari di atas senar gitar, memperkenalkan masingmasing nada, dan seterusnya. Nah bila
sudah paham paduan nada, lalu lari ke melodi. Kemudian untuk menyatukan antarpersonel, mulanya kita gabungkan antara gitaris dengan bassis, terus bassis dengan drummer, dan lama kelamaan akhirnya menyatu. Anda butuh berapa waktu untuk bisa mengajari alat musik, dan kemudian memadukan nada antara satu personel dengan personel lainnya? Tergantung bakat dan minat anaknya. Kalau smart, paling dibutuhkan waktu satu tahun untuk mengajari satu orang. Kalau untuk memadukan antarpersonel, senyampang tiap personelnya sudah ok, maka tidak membutuhkan waktu lama. Jadi tinggal menyeiramakan saja. Teman-teman diasramakan atau bagaimana? Di SLB Bina Asih Bondowoso, mereka itu diasramakan. Jadi, tempat latihan dan sekolah jadi satu. Ini termasuk salah satu keuntungan; misalkan bila waktu pelajaran kosong mereka bisa langsung menggantinya dengan kegiatan ekstra. Apa motivasi Anda sehingga membina mereka?
Kebetulan saya dulu diminta bantuan untuk membina anak SLB. Waktu itu banyak orang yang bersikap pesimis. Tapi dengan sikap itu, justeru saya terlecut. Dulu, personelnya cuma dua. Dan Udin itu masih kecil, masih kelas dua SD. Ia saya beri kepercayaan belajar gitar dan bass, bergantian. Lama kemudian saya dapat anak satu lagi, lalu dapat lagi, dan akhirnya menjadi grup musik ini.
fls2n today
Bagaimana cerita kelahiran band Grup Band SLB Bina Asih Bondowoso
Be r it a FLS 2N / 17 J u n i 2010 / 6
Anak tuna netra itu, kan ingin ba-
ini?
Anda nampak sabar sekali? Sebetulnya tidak sabar, cuma mungkin motivasinya berusaha kerja ikhlas, insyaAllah akan dipermudah. Dan bila anak-anak tekun berlatih, itu pasti ada hasilnya, meski nol koma satu persen. Harpan saya, berikanlah mereka umpan atau kail, agar anak-anak yang mancing. Dan umpan serta kailnya itu diupayakan sesuai dengan bakat dan minat mereka.n (4D13)
Ber i ta FLS 2N/17 Juni 2010 / 7
Be r it a FLS 2N / 17 J u n i 2010 / 8