NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ETIK HANDAYANI NIM 11111162
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 i
ii
NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Oleh ETIK HANDAYANI NIM 11111162
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA 2015 iii
iv
v
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
اِ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْس ًرا “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan”. (Q.S. Al Insyirah ayat 6)
PERSEMBAHAN Untuk orangtuaku (Bapak Zarkasi dan Ibu Suratmi), Kakakku (Volta Nafidatul Ifayati dan Rofik Prihatin), Adikku (M. Tigor Z dan Ayu Lestari Z), Para dosenku, saudara-saudaraku, Dan sahabat-sahabat seperjuanganku.
vii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Anak-anak Angin Karya Bayu Adi Persada. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umat yang mencintainya. Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada: 1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga. 3. Siti Rukhayati, M. Ag., selaku Ketua Jurusan PAI. 4. Imam Mas Arum, M. Pd., selaku pembimbing yang telah mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan waktunya dalam penulisan skripsi ini. 5. Dra. Sri Suparwi, M.A., selaku
dosen
pembimbing
akademik
yang
membantu penulis selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga. 6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis.
viii
7. Bapak dan Ibu Penulis (Bapak Zarkasi dan Ibu Suratmi), yang senantiasa memberikan dukungan berupa moril, materil, dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Teman-teman senasib seperjuangan 2011, khususnya jurusan PAI. Terima kasih atas dukungan dan bantuannya. 9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Terima kasih atas bantuan dan motivasinya. Harapan penulis semoga Allah SWT memberikan pahala yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini teriring dengan doa Jazakumullah Khairal Jaza’. Penulis
menyadari
bahwa
skripsi
ini,
masih
terdapat banyak
kekurangan baik dalam isi maupun metodologi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun penulis harapkan dari berbagai pihak guna perbaikan penulisan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.
Salatiga, 07 Agustus 2015 Penulis
Etik Handayani
ix
ABSTRAK Handayani, Etik. 2015. Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Mas Arum, M.Pd. Kata Kunci: Nilai-nilai Pendidikan Islam, Novel Anak-Anak Angin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adakah nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah: 1. Apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada 2. Bagaimanakah karakteristik tokoh utama pendidik yang patut diteladani pada novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada 3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung pada novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada pada kehidupan seharihari. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kepustakaan (library research), sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Dalam pengumpulan datanya menggunakan metode studi pustaka, wawancara, dan dokumentasi, analisis data yang digunakan dalam skripsi ini adalah analisis isi (content analysis). Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin diantaranya: nilai pendidikan aqidah/keimanan (iman kepada Allah), nilai pendidikan syari’ah/ibadah (salat tahajud, wudhu, salat berjamaah, puasa, azan, membaca al qur’an, berdoa), nilai pendidikan akhlak {akhlak terhadap Allah (adab berdoa, bersyukur, husnudzan, tawakal), akhlak terhadap diri sendiri (qanaah, menjaga niat, muhasabah, ikhlas, tanggung jawab, disiplin, tawadhu’, jujur, sabar, hemat, optimis, amanah), akhlak terhadap orang tua (birrul walidain), akhlak terhadap sesama (menjamu tamu, ta’awun, peduli, menghargai, menyampaikan ilmu, gotong-royong, musyawarah, mengucapkan salam, menjenguk orang sakit, silaturahmi, saling memaafkan, sopan santun), akhlak terhadap guru (menghormati guru)}, (2) Karakter utama pendidik diantaranya: memiliki kompetensi pedagogik (menguasai kelas, kreatif dan inovatif), kompetensi profesional (menguasai materi), kompetensi kepribadian (optimis dan berorientasi pada masa depan, memiliki dedikasi yang tinggi, bijaksana dan adil, penuh kasih sayang, pantang menyerah), kompetensi sosial (peduli dan responsive, ramah dan bersahabat), (3) Implikasi nilai pendidikan Islam dalam kehidupan sehari-hari yaitu tentang pentingnya penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang harus dilakukan sejak dini untuk membentuk pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia. Karena seorang anak adalah generasi penerus bangsa yang tidak hanya harus kuat dalam hal ilmu pengetahuan akan tetapi juga kuat dalam hal kepribadian. x
DAFTAR ISI
SAMPUL ......................................................................................................
i
LEMBAR BERLOGO .................................................................................
ii
JUDUL .........................................................................................................
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................
iv
PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................................
v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...............................................................
vii
KATA PENGANTAR .................................................................................
viii
ABSTRAK ...................................................................................................
x
DAFTAR ISI ................................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
xiii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .......................................................................
5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ......................................................................
6
E. Metode Penelitian .......................................................................
7
F. Penegasan Istilah ........................................................................
12
G. Sistematika Penulisan ................................................................
14
BAB II BIOGRAFI NOVEL A. Biografi Bayu Adi Persada ........................................................
16
B. Latar Belakang Penulisan Novel Anak-Anak Angin ..................
18
xi
C. Karakteristik Novel Bayu Adi Persada ......................................
20
D. Karya-Karya Bayu Adi Persada .................................................
22
E. Unsur-Unsur Intrinsik Novel .......................................................
25
F. Sinopsis Novel Anak-Anak Angin ..............................................
32
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN A. Tentang Nilai .............................................................................
37
B. Karakter Seorang Pendidik ........................................................
45
BAB IV PEMBAHASAN A. Nilai-Nilai Pendidikan Islam ......................................................
51
1. Pendidikan Aqidah/Keimanan ..............................................
51
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah ..................................................
52
3. Pendidikan Akhlak ...............................................................
60
B. Karakter Tokoh Utama Pendidik ................................................
97
C. Implikasi Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kehidupan ........ 105 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................
108
B. Saran ...........................................................................................
110
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
112
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi Lampiran 2 Daftar Nilai SKK Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi Lampiran 4 Wawancara Lampiran 5 Dokumentasi Novel Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini disadari bahwa di lingkungan masyarakat tengah berlangsung krisis dalam segala aspek kehidupan. Kemiskinan, kebodohan, kedzaliman, penindasan, ketidakadilan, kemerosotan moral, peningkatan tindak kriminal, dan berbagai bentuk penyakit sosial menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat. Krisis ini terjadi salah satunya dikarenakan adanya kerusakan yang ditimbulkan oleh kemaksiatan yang dilakukan manusia setelah sekian lama hidup dalam sistem sekuleristik. Yakni tatanan ekonomi yang kapitalistik, perilaku politik yang oportunistik, budaya hedonistik, kehidupan sosial yang egoistik dan individualistik, sikap beragama yang sinkretistik, serta paradigma pendidikan yang materialistik. Sistem pendidikan yang materialistik lebih memberikan suatu basis pemikiran yang serba terukur secara material, semisal gelar kesarjanaan, jabatan, kekayaan atau apapun yang setara dan diilusikan harus segera dapat menggantikan investasi pendidikan yang telah dikeluarkan (http://www.rokhim.net/2011/12/krisis-pendidikan-Islam-dan-strategi). Sistem pendidikan yang materialistik telah gagal melahirkan manusia shaleh yang menguasai iptek yang diinginkan dalam pendidikan Islam. Berdasarkan permasalahan di atas, maka sudah saatnya sistem pendidikan harus segera dibenahi. Salah satunya melalui pendidikan Islam.
1
Pendidikan Islam merupakan bagian terpenting dalam dunia pendidikan. Karena manusia dalam mengembangkan potensi dirinya harus sesuai dengan norma Islam agar seimbang dalam tugasnya sebagai individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan, serta terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). Pendidikan
Islam
sangat
penting
dalam
kehidupan
manusia.
Pendidikan Islam akan membentuk manusia yang tidak hanya memiliki intelektualitas tinggi, namun juga berkarakter, berkepribadian, berakhlak mulia, dan memiliki kecerdasan emosional, serta memiliki kekuatan spiritual keagamaan. Pendidikan Islam tidak hanya bisa didapat melalui forum-forum Islam saja. Pendidikan Islam bisa didapat di mana dan dari mana saja. Salah satunya adalah dari sebuah karya sastra yang bermutu dan berkualitas. Maksudnya, karya sastra yang tidak hanya berisi hiburan saja, namun juga sarat akan makna berupa nilai-nilai pendidikan dan nasehat/petuah. Penanaman nilai-nilai pendidikan Islam melalui karya sastra akan lebih menarik. Karena selain menggunakan bahasa yang mudah dipahami, juga menceritakan fenomena sosial yang terjadi di masyarakat yang bisa diambil sisi positifnya, yang kemudian bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji pesan-pesan yang terkandung dalam novel. Peneliti meyakini bahwa novel memiliki pesan yang sarat akan nilai-nilai moral dan pendidikan. Salah satunya adalah novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada. Bayu Adi Persada adalah salah seorang dari 51 orang Pengajar Muda angkatan pertama Indonesia Mengajar. Setelah
2
hampir dua tahun kembali dari tempat tugas, Bayu menulis novel Anak-Anak Angin yang diterbitkan oleh PlotPoint Publishing. Novel ini berisi tentang catatan perjalanan seorang pengajar muda dalam menjalankan tugasnya di desa kecil bernama Bibinoi. Letaknya di pesisir pantai, berjarak sejam perjalanan laut dari pelabuhan Babang di pulau Bacan, pulau utama Kabupaten Halmahera Selatan. Anak-Anak Angin merupakan novel yang menceritakan pendidikan anak-anak di pesisir pantai, anak-anak SD yang sedang belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Dan merupakan catatan seorang anak muda yang belajar bahwa hidup tidak boleh sekedar mengikuti arah angin nasib. Bahwa ketika kita menginginkan sebuah perubahan kita harus bertindak, apabila tidak ada tindakan maka tidak akan ada perubahan. Seperti dalam firman Allah yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa–apa yang pada diri mereka”(Q.S. Ar-Rad:11). Novel nonfiksi ini mengisahkan tentang otobiografi Bayu Adi Persada yang memiliki semangat tinggi dalam mengajar. Novel ini diceritakan dengan kalimat-kalimat yang menarik, mengesankan, mengharukan, menginspirasi, penuh keteladanan, dan sarat dengan nilai-nilai pendidikan terutama nilai pendidikan Islam. Seperti salah satu petikan dialog dalam novel Anak-Anak Angin berikut ini: “Mari kita sama-sama berdoa semoga Tuhan melancarkan apa yang kita kerjakan”(Anak-Anak Angin, 2013:146).
3
Pelajaran yang akan disampaikan kepada pembaca adalah tentang tawakal. Bahwa setelah kita berusaha, kita menyerahkan segala keputusan kepada Tuhan yang Maha Esa. Dialog tersebut adalah dialog Bayu seorang pengajar muda yang mengajarkan sikap tawakal kepada anak didiknya ketika menjelang Ujian Nasional. Novel Anak-Anak Angin juga menceritakan tentang dedikasi seorang pengajar yang berjuang untuk mencapai sebuah perubahan. Perubahan pola pikir, tingkah laku, dan kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik. Seperti petikan dalam novel yang menceritakan bahwa pada awal Bayu mengajar anak-anak sering meludah di lantai kelas, mengangkat kaki ke atas meja, menirukan ketika Bayu berbicara, keluar masuk kelas, dan perilaku buruk lainnya. Pola pikir pendidik yang kurang tepat yaitu ketika mereka berpikir bahwa proses pembelajaran akan sukses ketika ada rasa takut peserta didik terhadap pendidik. Orang tua peserta didik selalu berpikir bahwa dengan mempunyai kecakapan dalam membaca dan menulis itu sudah cukup. Padalah anak
membutuhkan
kompetensi-kompetensi
lain
untuk
mendukung
kehidupannya di masa depan. Berdasarkan uraian di atas tentang novel Anak-Anak Angin yang penuh dengan makna. Maka dari itu, penulis tertarik melakukan penelitian mengenai NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM NOVEL ANAK-ANAK ANGIN KARYA BAYU ADI PERSADA sebagai sebuah karya sastra yang sarat dengan nilai-nilai pendidikan khususnya pendidikan Islam.
4
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013:302). Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel AnakAnak Angin karya Bayu Adi Persada? 2. Bagaimanakah karakter tokoh utama pendidik yang patut diteladani dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada? 3. Bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada pada kehidupan sehari-hari? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa keinginan realistis peneliti tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan penelitian harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan masalah yang akan diteliti (STAIN Salatiga, 2008:50-51). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan apakah nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada.
5
2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah karakter tokoh utama pendidik yang patut diteladani dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada. 3. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah implikasi nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif bagi dunia pendidikan pada umumnya dan khususnya bagi pengembangan nilai-nilai pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan Islam melalui pemanfaatan karya sastra. Serta menambah wawasan tentang keberadaan karya sastra (novel) yang memuat tentang pendidikan. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, efektifitas penyampaian pesan melalui karya sastra ada 3 yaitu: a. Bagi dunia sastra, diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dan menjadi pertimbangan dalam membuat sebuah karya sastra, yaitu tidak hanya memuat tentang keindahan dan hiburan semata sebagai daya jual namun juga memperhatikan isi dan memasukkan nilai-nilai moral dan pendidikan yang dapat diambil dari karya sastra tersebut.
6
b. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan terhadap penggunaan media pembelajaran yang efektif dan efisien dalam rangka melaksanakan pendidikan terutama pendidikan karakter melalui media cerita yang inspiratif dan mendidik. c. Bagi civitas akademika, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu acuan untuk penelitian-penelitian yang relevan di masa yang akan datang. E. Metode Penelitian Istilah metode, berasal dari kata methodos (yunani) berarti cara atau jalan. Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara kerja yaitu cara kerja untuk dapat memahami, objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti untuk mendapat data dan informasi mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2013:127). Adapun komponen dalam metode penelitian ini adalah: 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library research). Studi pustaka adalah teknik penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi, didasarkan atas bantuan berbagai macam materi yang terdapat dalam kepustakaan. Baik berupa buku, majalah, jurnal, dan beberapa tulisan lain yang memiliki keterkaitan dengan pembahasan dalam penelitian (Subagyo, 1991:100). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi
7
penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur, catatan-catatan, dan lapora-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988:111). Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai moral sebagai bagian dari pendidikan Islam. Metode deskriptif analitik dilakukan dengan cara mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Secara etimologis deskripsi dan analisis berarti menguraikan. Meskipun demikian, analisis yang berasal dari bahasa Yunani, analyein (‘ana’ = atas, ‘lyein’ = lepas, urai), telah diberi arti tambahan, tidak semata-mata menguraikan melainkan juga memberi pemahaman dan penjelasan secukupnya (Ratna, 2007:53). Pendekatan
yang
digunakan
dalam
penelitian
ini
adalah
pendekatan karya sastra, yaitu pendekatan pragmatik. Pendekatan pragmatik memiliki manfaat terhadap fungsi-fungsi karya sastra dalam masyarakat, perkembangan, dan penyebarluasannya, sehingga manfaat karya sastra dapat dirasakan (Ratna, 2007:72). Pendekatan pragmatik memiliki manfaat dalam memaknai sebuah karya sastra. 2. Metode Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data (Arikunto, 2005:100). Metode
8
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kepustakaan ini adalah sebagai berikut: a. Studi Pustaka Peneliti mengkaji novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada yang merupakan sumber data primer penelitian dan menganalisis teks dalam novel tersebut yang mengandung nilai-nilai Pendidikan Islam serta buku-buku lain yang relevan dengan pembahasan skripsi. b. Wawancara Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186). Dalam pengumpulan data penulis melakukan wawancara terhadap responden dengan memberikan pertanyaan yang terkait dengan kajian penelitian. Penulis melakukan wawancara dengan Bayu Adi Persada selaku penulis novel Anak-Anak Angin. Wawancara dilakukan melalui email dengan mengajukan beberapa pertanyaan terkait dengan penelitian ini. c. Metode Dokumentasi Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk mencari data mengenai hal-hal atau variabel
9
berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010:274). Datadata yang berkaitan dengan penelitian diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari berbagai sumber yang terkait dengan pembahasan penelitian sebagai referensi dalam penulisan skripsi. 3. Sumber Data Sumber data ialah benda, hal atau orang tempat peneliti mengamati, membaca, atau bertanya tentang data (Arikunto, 2005:88). Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Adapun sumber data terdiri dari dua macam yaitu: a. Sumber Data Primer, merupakan sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada yang diterbitkan oleh PlotPoint Publishing. b. Sumber Data Sekunder, yaitu berbagai literatur, teks yang berkaitan dan relevan dengan objek penelitian, baik itu berupa transkrip, buku, artikel, tabloid, majalah, website, maupun jurnal yang ada di blog. 4. Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi. Isi dalam metode analisis isi terdiri dari dua macam, yaitu isi laten dan isi komunikasi. Isi laten adalah isi yang terkandung dalam dokumen dan naskah, sedangkan isi komunikasi adalah pesan yang terkandung sebagai akibat komunikasi yang terjadi (Ratna, 2007:48).
10
Sebagaimana metode kualitatif, dasar pelaksanaan metode analisis isi adalah penafsiran. Apabila proses penafsiran dalam metode kualitatif memberikan perhatian pada situasi alamiah, maka dasar penafsiran dalam metode analisis isi memberikan perhatian pada isi pesan. Oleh karena itulah, metode analisis isi dilakukan dalam dokumen-dokumen yang padat isi. Peneliti menekankan bagaimana memaknakan isi komunikasi, memaknakan isi interaksi simbolik yang terjadi dalam peristiwa komunikasi (Ratna, 2007:49). Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan nilai-nilai tertentu yang terkandung dalam sebuah karya sastra dengan memperhatikan konteks. Analisis isi berfungsi mengungkap makna simbolik dalam sebuah karya sastra. Dalam penelitian ini penulis akan menganalisis isi novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada. Langkah-langkah yang digunakan dalam pengolahan data ini adalah sebagai berikut: a. Langkah deskriptif, yaitu menguraikan teks-teks dalam novel AnakAnak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. b. Langkah interpretasi, yaitu menjelaskan teks-teks dalam novel AnakAnak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. c. Langkah analisis, yaitu menganalisis penjelasan dalam novel AnakAnak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
11
d. Langkah mengambil kesimpulan, yaitu mengambil kesimpulan dari novel Anak-Anak Angin yang berhubungan dengan nilai-nilai pendidikan Islam. F. Penegasan Istilah Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul penelitian di atas, maka penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok yang terkandung dalam judul tersebut, diantaranya sebagai berikut: 1. Nilai Nilai (value/qimah) dalam pandangan Brubacher tak terbatas ruang lingkupnya. Nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan pengertianpengertian dan aktivitas manusia yang kompleks, sehingga sulit ditentukan batasannya. Nilai itu praktis dan efektif dalam jiwa dan tindakan manusia dan melembaga secara objektif di dalam masyarakat (Muhaimin, 1993:109-110). Nilai dapat dikatakan sebagai harga atau kualitas yang melekat pada jiwa dan tindakan manusia. Dalam kehidupan kita tidak akan pernah terlepas dari nilai, baik nilai yang tersurat maupun yang tersirat. 2. Pendidikan Islam Pendidikan Islam adalah suatu proses spiritual, akhlak, intelektual, dan sosial yang berusaha membimbing manusia dan memberi nilai-nilai, prinsip-prinsip dan ideal dalam kehidupan yang bertujuan mempersiapkan kehidupan dunia akhirat (Langgulung, 1992:63).
12
Secara umum pendidikan Islam sebagai usaha untuk membimbing dan mengembangkan potensi manusia secara optimal agar dapat digunakan dalam memerankan dirinya sebagai pengabdi Allah yang setia (Jalaluddin, 2001: 76). Pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insani yang ada padanya menuju terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam (Materi UKL PAI, hal 25). Pendidikan Islam berarti pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah pengamalan sepenuhnya ajaran Allah dan Rasul-Nya (Daradjat, 2011:17). Dari satu segi kita melihat, bahwa pendidikan Islam itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Di segi lainnya, pendidikan Islam tidak hanya bersifat teoritis saja, tetapi juga praktis. Ajaran Islam tidak memisahkan antara iman dan amal saleh. Oleh karena itu, pendidikan Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat, menuju kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat (Daradjat, 2011:28).
13
3. Novel Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126). Novel merupakan sebuah karya sastra berbentuk prosa yang menceritakan tentang kehidupan
manusia
dalam
interaksinya
dengan
lingkungan
dan
sesamanya. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran. Bagian inti/isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke dalam lima bab dengan rincian sebagai berikut: BAB I
PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika penulisan penelitian.
BAB II
BIOGRAFI NOVEL Dalam bab ini akan diuraikan mengenai: Biografi Bayu Adi Persada, Latar Belakang penulisan novel Anak-Anak Angin,
14
karakteristik novel Bayu Adi Persada, karya-karya Bayu Adi Persada, unsur-unsur intrinsik novel, sinopsis novel Anak-Anak Angin. BAB III
DESKRIPSI PEMIKIRAN Dalam bab ini akan diuraikan deskripsi pemikiran penulis mengenai: Tentang nilai dalam novel Anak-Anak Angin dan karakter seorang pendidik dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada.
BAB IV
PEMBAHASAN Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan mengenai: Nilainilai pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin, karakter tokoh utama pendidik dalam novel Anak-Anak Angin, dan implikasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin di kehidupan sehari-hari.
BAB V
PENUTUP Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
15
BAB II BIOGRAFI NOVEL
A. Biografi Bayu Adi Persada Bayu Adi Persada Lahir di Palembang, 28 Januari 1988. Bayu lahir dari ibu Yulinar Ratih Dewayani dan bapak Bambang Rosihan. Ia terlahir sebagai anak kedua dari tiga bersaudara. Sekarang Bayu tinggal di Taman century I, BLOK F8, Bekasi, bersama istri tercinta Sesaria Rizky Kumalasari dan putri tersayang Ayra Kelana Persada. Bayu Adi Persada menyelesaikan masa pendidikan dasar sampai menengah pertama di SDN Tunas Jakasampurna, Bekasi dan SMP Islam Al Azhar 8, Kemang Pratama, Bekasi. Kemudian melanjutkan ke SMAN 61 Jakarta. Bayu kemudian melanjutkan kuliah ke Institut Teknologi Bandung dengan mengambil jurusan Teknik Informatika. Ia aktif dalam berbagai organisasi diantaranya Himpunan Mahasiswa Informatika ITB Ketua Divisi Olahraga dan Liga Film Mahasiswa ITB. Ia juga pernah menjadi Best Student Award - International Language Program pada tahun 2004. Setelah menyelesaikan studinya di ITB pada tahun 2009, Bayu bekerja di PT Starqle Indonesia (2009-2010), Indonesia Mengajar (2010-2011), dan PT Indika Energy, Tbk (2012-2014). Di luar pekerjaan Bayu senang berolahraga terutama sepakbola, melakukan perjalanan ke berbagai tempat di dalam dan luar negeri, menikmati
16
film yang memacu untuk berfikir dan menganalisa, serta menulis catatan perjalanan. Ia mulai menulis sejak tahun 2010 dimana saat itu ia ditugaskan mengajar di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Pengalaman 1 tahun menjadi guru di desa pesisir itu membuat ia bisa menulis 4 buku, 3 diantaranya sebagai kontributor. Judulnya, Anak-Anak Angin (PlotPoint Pubilshing, 2013), Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (Gramedia, 2013), Mengabdi di Negeri Pelangi (Kompas, 2013), dan Indonesia Mengajar (Bentang Pustaka, 2011). Karya-karya yang telah ia hasilkan sangat menarik dan menginspirasi banyak orang. Bayu mempunyai ketertarikan besar tehadap bidang teknologi, pendidikan, pariwisata, dan pengembangan sumber daya manusia. Saat ini ia tengah menekuni studi pascasarjana di bidang MSc ICTs for Development University of Manchester, United Kingdom. Amanah besar dipanggulnya ketika mendapatkan Chevening Scholarship dari Kerajaan Inggris untuk melanjutkan studi di tanah mimpinya. Ia melanjutkan studi di Eropa untuk mematangkan kemampuan dan pengalamannya di bidang teknologi. Ia percaya, dengan strategi dan implementasi yang tepat, teknologi dapat menjembatani keterbatasan dan menjadi pemicu perbaikan kualitas kehidupan di segala sektor. Salah satu mimpi terbesarnya adalah kesetaraan akses pendidikan, kesehatan, ekonomi bagi daerah-daerah terpencil dengan memanfaatkan teknologi. Ia berharap suatu saat mampu berbuat lebih banyak untuk orang-orang di sekitarnya. Ia belajar bahwa manusia terbaik di dunia adalah yang mampu memberikan manfaat untuk orang lain.
17
B. Latar Belakang Penulisan Novel Anak-Anak Angin Bayu selalu senang jika disebut pencerita. Ada perasaan tersendiri ketika melihat lawan bicara atau pembaca menikmati apa yang ia ceritakan. Tidak banyak orang yang bisa bercerita dengan cara yang mengalun dan bisa dinikmati. Ia pun tidak ingin mengaku sudah menjadi pencerita yang baik. Menurutnya, klaim adalah pembatas diri. Ia ingin terus berusaha bercerita dengan cara-cara yang lebih baik. Itulah sebabnya mengapa Bayu senang menulis. Ia menganggap bahwa sebuah tulisan adalah salah satu entitas paling dekat dengan keabadian. Menurutnya, dengan menulis apa yang kita tuliskan akan abadi dan berlanjut. Cerita yang ada di dalamnya akan terus berjalan tanpa arah. Ia beranggapan bahwa memang harus seperti itu, tidak perlu ada arah. cerita bergerak beriringan dengan siapa yang membaca atau mendengarnya. Ketika seseorang itu menceritakannya pada orang lain, maka cerita itu kembali membelah diri dan memiliki indung baru lagi. Begitu seterusnya hingga sebuah cerita tidak akan pernah mati. Bayangkan jika cerita itu adalah cerita baik. Jejak kebaikan itu akan sepenuhnya abadi. Dengan alasan serupa, Bayu rajin menulis ketika masih menjadi seorang guru di sebuah desa kecil bernama Bibinoi. Banyak hal yang ia lihat, rasakan, dan alami. Yang semuanya menjadi sebuah cerita yang ia pikir akan sia-sia jika tidak pernah diceritakan. Atau hanya akan ada segelintir orang saja yang tahu.
18
Bayu berpikir, mungkin ceritanya membosankan bagi sebagian orang, dan mungkin juga bermanfaat bagi sebagian yang lain. Ia tidak peduli. Yang ia pedulikan hanya bagaimana kisah yang ia ceritakan bisa menjadi cerita yang diketahui semua orang. Dari awal bagaimana ia memutuskan untuk mendaftar hingga merasakan betul bagaimana rasanya dicintai masyarakat desa. Saat pertama datang, ia merasa bukanlah siapa-siapa. Namun, setahun menjadikan mereka sebagai saudara. Menjadi keluarga. Bayu memberi judul karyanya, “Anak-Anak Angin”. Mengapa “AnakAnak Angin”?. Ia percaya bahwa kisahnya tersebut bukanlah tentang dirinya. Biarpun selalu ada ‘aku’ sebagai tokoh utama, semua yang ia lakukan di sana semata-mata untuk kebaikan semua anak didik, harapan terbesarnya. Setahun memang waktu yang tidak lama. Tetapi ia berharap setahun itu akan diingat oleh mereka, anak-anak dan masyarakat desa, dari detik perahu ia meninggalkan bibir pantai hingga seterusnya. Menurutnya, angin menjadi elemen alam yang paling ia ingat saat di sana. Keberadaan rumah yang hanya dua puluh langkah dari bibir pantai membuat angin laut senantiasa terasa. Kadang, Bayu duduk di tepian pantai hanya untuk merasakan desiran angin laut. Ia merasa bahwa efeknya terkadang tidak tergantikan. Angin bisa menenangkan pikiran yang gundah atau bahkan memberi amunisi semangat baru. Bayu berpikir, mungkin ia memang terikat dengan angin dalam nama. ‘Bayu’ berarti angin. Orangtuanya memberi nama itu dengan harapan bahwa ia akan menjadi pribadi yang menenangkan. Berangkat dari tanah yang utama (Adi Persada) dan membawa kebaikan ke mana pun angin itu bergerak.
19
Anak-Anak Angin bukanlah semata-mata sebuah cerita tentang seorang guru. Ia bercerita tentang anak-anak di pelosok Indonesia yang juga pantas mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Mereka memiliki potensi yang bisa dibandingkan dengan anak-anak yang berada di kota-kota besar. Bayu menceritakan bahwa keterbatasan akses dan keterpencilan tidak membuat mereka inferior. Mereka justru akan mampu membuktikan diri jika saja kesempatan itu datang. Melalui novel Anak-Anak Angin, Bayu ingin mengajak siapa pun yang peduli untuk sekecil apa pun ikut serta memajukan pendidikan Indonesia. Pendidikan yang merata masih menjadi mimpi untuk bangsa ini. Menurutnya meskipun demikian, kita harus yakin bahwa bangsa ini sedang berada di jalan yang benar untuk menuju ke sana. Perjalanan menuju mimpi itu sangat berat dan berliku. Oleh karena itu, peran serta kita sebagai anak bangsa sangatlah penting untuk membantu negara melunasi janji kemerdekaan, mencerdaskan kehidupan bangsa. C. Karakteristik Novel Bayu Adi Persada Ciri khas penulis bernama Bayu Adi Persada adalah setiap karya yang ia hasilkan merupakan tulisan dari kisah perjalanannya (catatan perjalanan). Tulisan yang dihasilkan merupakan catatan perjalanannya ketika mengajar di Bibinoi,
Halmahera
selatan.
Tulisan-tulisan
dituliskan
berdasarkan
pengalaman dan pemikiran pribadi. Novel yang dihasilkan Bayu berupa novel nonfiksi, yaitu novel yang bercerita tentang kisah nyata. Kisah nyata yang dialami oleh penulis sendiri
20
yang dituangkan dalam bentuk novel. Kesederhanaan Bayu dalam bercerita membuat novel yang ia tulis mudah dipahami oleh pembaca. Sehingga mudah dalam menyerap pesan-pesan positif dalam novel tersebut. Sederhana namun sarat dengan makna dan pesan. Karya-karya Bayu Adi persada berisi tentang nilai dedikasi seorang pengajar yang ikut berpartisipasi dalam mencerdaskan anak bangsa. Menceritakan dedikasi seorang guru di pesisir pantai dalam memberikan pendidikan yang layak bagi muridnya. Bayu ingin membagi pemahaman bahwa sebaik-baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya. Bahwa ketika kita mempunyai ilmu, kita harus menyampaikannya kepada yang lain. Ketika kita menginginkan perubahan kita tidak hanya sekedar berpikir, tetapi kita harus bertindak. Tindakan nyata. Begitulah karakteristik novel karya Bayu Adi Persada. Sederhana, sehingga mudah dipahami oleh pembaca dan pesan yang ingin disampaikan dalam novel tersampaikan dengan baik. Dan juga menginspirasi, sehingga dapat memberikan manfaat kepada para pembaca setelah membaca karyakaryanya. Salah satu karyanya adalah novel Anak-Anak Angin yang menjadi bahan penelitian ini. Novel dari seorang pengajar muda yang berdedikasi tinggi. Novel nonfiksi yang diceritakan secara sederhana dengan kalimatkalimat yang menarik, lucu, ceria, mengejutkan, mengharukan, penuh keyakinan, keteladanan, menginspirasi dan sarat dengan nilai pendidikan khususnya pendidikan Islam.
21
D. Karya-karya Bayu Adi Persada Bayu Adi Persada mulai menulis sejak tahun 2010 dimana saat itu ia ditugaskan mengajar di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Pengalaman 1 tahun menjadi guru di desa pesisir itu membuat ia bisa menulis 4 buku, 3 diantaranya sebagai kontributor. Berikut ini karya-karya Bayu Adi persada yang telah diterbitkan, sebuah karya yang mengandung nilai-nilai pendidikan dan moral: 1. Indonesia Mengajar (Penerbit Bentang pustaka, 2011) Novel ini berisi karya-karya para Pengajar Muda angkatan pertama. Salah satu Pengajar Muda tersebut adalah Bayu Adi Persada. Bayu ikut berkontribusi dalam penulisan novel tersebut. Bayu menulis dengan judul “Munarsih” dan “Free Education”. Munarsih, karya ini mengisahkan tentang ikatan persahabatan seorang pendidik dan peserta didik. Seorang guru yang memposisikan sebagai teman ketika di luar kelas untuk memupuk keakraban. Seorang pendidik dalam memahami peserta didiknya paling tidak harus akrab terlebih dahulu dengan peserta didik. Dan itu yang dilakukan oleh Bayu. Munarsih adalah salah satu peserta didik yang spesial dalam pandangan Bayu. Ia seorang peserta didik yang responsif, ceria, dan punya rasa penasaran. Free Education, mengisahkan tentang makna pendidikan gratis di desa kecil seperti Bibinoi. Pendidikan gratis masih banyak disalahartikan di banyak kalangan. Mereka berpikir ketika kita tidak membayar
22
(pendidikan gratis), maka jangan pernah banyak berharap. Gratis identik dengan seadannya. Di Bibinoi, pendidikan gratis disatu sisi membantu mengurangi beban orangtua dalam membiayai sekolah. Tetapi di sisi lain orangtua tidak mengikat anaknya dengan sekolah. Ketika mereka butuh anak-anak untuk membatu di kebun, anak terpaksa tidak sekolah. Orangtua tidak mempunyai beban mengorbankan jam sekolah anaknya sama seperti mereka tidak perlu memikirkan bayaran SPP setiap bulan. 2. Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (Penerbit Gramedia, 2013) Novel ini berisi karya-karya Finalis Esai Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2012. Kompetisi yang diselenggarakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dengan mengambil tema “Menangkap Ragam Cerita Hidup di Indonesia”. Salah satu finalis dari kompetisi tersebut adalah Bayu Adi Persada. Bayu menulis dengan judul “Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera”. Tulisan ini menjadi yang terbaik dan diterbitkan pada tahun 2013. karya Bayu Adi Persada ini menceritakan kehidupan di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Kehidupan yang penuh kesederhanaan dan kebersahajaan. Kehidupan yang berjalan tanpa pernah tergesa-gesa. Kehidupan yang bersahabat dengan alam. Kehidupan yang dibalut dengan selembar toleransi yang tebal. Kehidupan yang bukan semata-mata bergantung pada harta, jabatan, dan popularitas. Kehidupan adalah tentang memberi manfaat untuk
23
sesama. Karena hanya dengan begitu keberadaan kita akan dipandang sebagai keberkahan. 3. Anak-Anak Angin (Penerbit PlotPoint Publishing, 2013) Novel nonfiksi karya Bayu Adi Persada ini mengisahkan tentang perjalanan seorang pengajar muda di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Menceritakan tentang anak-anak di pelosok Indonesia yang juga pantas mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Anak-anak yang juga memiliki potensi yang bisa dibandingkan dengan anak-anak yang berada di kota-kota besar. Anak-Anak Angin adalah anak-anak SD yang sedang belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Novel ini adalah catatan seorang pengajar muda yang belajar bahwa hidup tidak boleh sekedar mengikuti arah angin nasib. 4. Mengabdi di Negeri Pelangi (Penerbit Kompas, 2013) Novel ini merupakan kompilasi tulisan refleksi terpilih Pengajar Muda angkatan I. Di novel ini Bayu menulis dengan judul “Masih Ada ‘Republik’ di Bibinoi. Ini menceritakan tentang kehidupan di desa Bibinoi, desa yang sarat akan perbedaan. Perbedaan suku, perbedaan keyakinan, tetapi itu semua tidak menyebabkan perpecahan di antara kedua belah pihak. Di desa Bibinoi terdapat dua keyakinan yaitu agama Islam dan agama Kristen. Sebelah barat desa Bibinoi adalah perkampungan Muslim, sementara di sebelah timur desa adalah perkampungan Kristen. Meskipun demikian, itu tidak menghalangi mereka untuk hidup secara damai dan saling menghormati. Dalam
24
berbagai aspek kehidupan mereka hidup berdampingan dan saling berbagi ruang. Cerita ini menunjukkan bahwa wajah Republik Indonesia yang sebenarnya yakni republik damai yang dibangun dari mozaik-mozaik perbedaan.
E. Unsur-Unsur Instrinsik Novel Unsur intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Anak-Anak Angin adalah sebagai berikut: 1. Tema Tema novel ini adalah anak-anak pesisir pantai dan pendidikan. Pendidikan anak-anak di pesisir pantai yang penuh dengan cerita dan makna. Perubahan yang membutuhkan kesabaran, keyakinan, perjuangan dan pengorbanan. Dari kepolosan, kenakalan, ketidakdisiplinan, sampai akhirnya terbentuk pribadi-pribadi yang berbeda, pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. 2. Penokohan Berikut ini adalah tokoh-tokoh utama dalam Novel Serial Anak-Anak Angin: a. Bayu (Pengajar Muda/guru) Bayu dalam novel Anak-Anak Angin ini adalah Pengajar Muda yang ditugaskan untuk mengajar di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Bayu adalah pemuda yang berani dalam mengambil keputusan, mempunyai tekad yang kuat dalam setiap keputusannya.
25
Bayu adalah sosok pekerja keras yang berdedikasi terhadap keputusan yang ia pilih (Mengajar di desa kecil). Bayu adalah guru yang mendidik murid-muridnya dengan kesabaran dan selalu menanamkan kedisiplinan, kejujuran, sopan santun, optimisme, saling membantu, ikhtiar dan berdoa dalam melakukan segala sesuatu. b. Bapak (Orangtua Bayu) Bapak adalah sosok yang selalu memnanamkan sikap kerja keras pada anaknya. Bapak memiliki watak keras, jarang mau kompromi. Bapak memiliki pola pikir yang konvensional terhadap jalur kehidupan anak-anaknya. Tujuannya untuk kebaikan anakanaknya. Bapak adalah sosok yang baik. c. Ibu (Orangtua Bayu) Ibu adalah seorang yang penyayang, perhatian. Ibu adalah sosok yang mendukung keputusan anaknya selama itu demi kebaikan anaknya. d. Pak Adin (Kepala Sekolah) Pak Adin adalah kepala sekolah SDN Bibinoi. Pak Adin yang berkumis tebal dan tubuh agak pendek itu merupakan bapak asuh bagi Bayu (Pengajar Muda). Pak Adin cenderung cuek dalam mendidik anak-anaknya. Gaya kepemimpinan pak Adin kurang baik, baik di sekolah maupun di rumah. Di masyarakat pak Adin termasuk orang yang tidak terbuka. Pak Adin masih percaya pada peramal. Seperti
26
kutipan dialog ketika ingin mengungkap siapa pencuri uang milik Yayasan Indonesia Mengajar yang dititipkan kepada Bayu. “Keesokan hari setelah kejadian itu, Pak Adin berangkat ke kota untuk mencari tahu pelakunya. ‘Saya akan pergi ke orang pintar. Saya kenal orang di Labuha. Dia bisa melihat pencuri,’ begitu penjelasan singkatnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:53). e.
Mama Saida (Istri Pak Adin) Mama Saida adalah seorang ibu yang selalu sangat peduli dengan keluarganya. Mama Saida tidak begitu bisa mendidik anakanaknya dengan baik. Mama Saida adalah sosok yang tidak mudah putus asa, terus berusaha, dan sabar. Perempuan berbadan gempal menjelang usia empat puluhan itu, selalu bertanggung jawab terhadap keluarganya. Mama Saida terkenal dengan masakannya yang enak.
f. Pak Malik Pak Malik adalah guru di SDN Bibinoi. Ia adalah sosok guru yang paling vokal di sekolah. Pak Malik merupakan wali kelas VI. Ia sudah sangat berpengalaman dalam mengajar sehingga bisa menangani anak-anak yang kelewat batas. Pak Malik memiliki perawakan khas orang timur Indonesia. Berbadan tegap besar, kulit hitam legam, rambut keriting, suaranya keras. Ini yang membuat beliau menjadi sosok yang amat ditakuti oleh setiap anak. Ia merupakan seorang guru yang keras. Pak Malik adalah seorang guru yang selalu menanamkan sikap disiplin baik kepada murid maupun guru di SDN Bibinoi.
27
g. Pak Makmun Pak Makmun juga merupakan guru di SDN Bibinoi. Pak Makmun adalah guru honorer. Pak Makmun berdedikasi tinggi terhadap pekerjaannya. Ia mencintai pekerjaannya sebagai seorang guru. Pak Makmun memiliki badan tinggi dan kurus. Pak Makmun sosok yang baik, tetapi tidak terlalu berani menegur kepala sekolah yang melakukan penyelewengan. h. Munarsi Munarsi merupakan murid kelas 3 di SDN Bibinoi. Ia anak yang ceria, responsif, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, dan tidak pendendam. Munarsi juga senang membaca. Ia bisa membaca cepat dan mengerti apa yang ia baca. Dalam bidang sains ia kurang bisa, tetapi ia jenius dalam bidang matematika. Ia hafal di luar kepala perkalian satuan dan belasan. Munarsi mempunyai cita-cita menjadi seorang guru. i. Olan Olan merupakan teman sekelas Munarsi. Berbeda dengan Munarsi, Olan merupakan anak pecinta sains. Selain sains, ia juga menyukai pelajaran Bahasa Indonesia. Kemampuan dalam bahasanya di atas rata-rata. Tetapi Olan tidak bisa menulis huruf ‘a’ kecil. Olan mempunyai kemampuan rata-rata dalam setiap pelajaran. Hampir nilainya sempurna di dalam Bahasa Indonesia, IPA, dan IPS. Meskipun begitu, Olan tidak pernah merasa lebih pintar dari teman-
28
temannya. Ia selalu haus akan ilmu. Ia selalu antusias dalam belajar dan semangat ketika diberi latihan. Olan adalah murid yang rajin, penurut, cerdas, ceria, tekun, tidak berulah, dan jujur. Olan mempunyai cita-cita menjadi seorang polisi. j. Saadillah Nama panggilannya Dila. Dila adalah putra pak Malik. Ia merupakan
anak
yang
berpengetahuan
luas.
Dila
bisa
mengkontruksikan pengetahuan alam dengan terstruktur. Dalam Kompetisi ia merupakan striker yang tidak tergantikan. Dila adalah anak yang mabuk kendaraan, sehingga ketika akan mengikuti kompetisi Sains Kuark Nasional ia didampingi ibunya agar tidak mabuk. k. Ajrul Ajrul berumur sebelas tahun. Ia anak yang keras kepala. Di usianya yang masih belia ia kurang kasih sayang dan perhatian dari kedua orangtuanya. Ayahnya seorang nelayan dan ibunya bekerja di kebun. Orangtuanya terlalu membebaskan Ajrul karena sudah terlalu larut dalam pekerjaannya. Ini membuat Ajrul menjadi anak yang nakal. Ia sering nongkrong dengan anak yang lebih tua darinya. Ajrul juga sering keluar kelas dan bolos sekolah. Yang paling parah adalah ketika Ajrul kencing di rumah belajar. Akhirnya, setelah ia diberi pelajaran dan nasehat, Ajrul berubah.
29
l. Warda Warda merupakan murid favorit di kelas. Ia adalah anak yang cepat dan antusias dalam mengikuti pelajaran. Warda mempunyai pribadi yang santun dan mempunyai keinginan belajar yang tinggi. 3. Alur Alur cerita dalam novel ini adalah alur maju (progresif) yaitu apabila
peristiwa
bergerak
secara
bertahap
berdasarkan urutan
kronologis menuju alur cerita dan alur mundur (flash back progresive) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang sedang berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur maju dan mundur. Kutipan novel: “Dia pasif sekali di kelas hari itu. Aku juga kurang yakin mengapa. Sepertinya ini berkaitan dengan pertengkaran orangtuanya yang pernah ia ceritakan. Beberapa hari sebelumnya Munarsi datang menemuiku setelah pulang sekolah. Sore itu ia mengetuk-ngetuk jendela kamar. Ketika aku keluar mengecek, ia berlari ke arah pantai. Kupikir ia Cuma bercanda saja. Tapi ia melakukan itu sampai tiga kali. Mengetuk jendela dan berlari.” (Anak-Anak Angin, 2013:38). 4. Sudut pandang Dalam
penulisan novel
ini, penulis (Bayu Adi Persada)
menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata “aku”. Kutipan novel: “Pagi ini aku cukup bersemangat. Ini kali pertama aku akan datang ke sekolah. Interaksi pertama dengan murid. Aku tak ingin menebak-nebak apa yang akan terjadi nanti. Aku toh selalu bisa menikmati kejutan.” (Anak-Anak Angin, 2013:23).
30
5.
Gaya bahasa Gaya
bahasa
yang
digunakan
penulis
dalam
novel
ini
sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap kalimat-kalimatnya, pembaca dapat memahami, merasakan makna yang terkandung dalam novel yang dapat memotivasi dan membangkitkan semangat. Kutipan novel: “Untuk anak-anak kami, kebesaran Jakarta bukan lagi di awangawang. Mereka bisa mencapainya dengan usaha dan kerja keras. Adalah tugas kami, guru-guru, untuk membantu mereka menyusun tangga-tangga untuk ditapaki. Meski berat, mereka membuktikan bahwa sesuatu yang diperjuangkan pasti membuahkan hasil. Perjuangan dengan kesabaran dan ketekunan ibarat sebuah pohon rambutan. Sering berbuah, dan ketika berbuah, buahnya manis. Sedangkan mimpi seperti seorang wanita, sangat pemilih. Dia memilih orang-orang yang benar-benar mencari dan ingin memilikinya. Seperti pinguin, mimpi setia pada pasangannya. Ketika dia sudah menentukan pasangannya, dia akan menjadi bagian hidup orang itu sepanjang hidupnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:130). 6. Latar atau setting Adapun latar dari novel ini adalah desa kecil bernama Bibinoi di Maluku Utara. Terletak di pesisir pantai pulau Bacan, Kabupaten Halmahera Selatan. Kutipan novel: “Bayu bertugas di desa kecil bernama Bibinoi. Letaknya di pesisir pantai, berjarak sejam perjalanan laut dari pelabuhan Babang di pulau Bacan, pulau utama Kabupaten Halmahera Selatan. Untuk mencapai ibukota kabupaten ini, diperlukan perjalanan pesawat selama empat jam menuju Ternate dari Jakarta dan kemudian kapal motor selama semalam.” (Anak-Anak Angin, 2013:xi).
31
7. Amanat Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Anak-Anak Angin ini adalah betapa pentingnya pendidikan. Pendidikan adalah hak semua anak bangsa baik yang hidup di kota besar maupun di pelosok negeri. Anak-anak di pelosok Indonesia juga pantas mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Karena dengan pendidikan yang layak, masa depan bangsa akan lebih baik. Pendidikan yang layak bukan terbatas pada pengetahuan saja, akan tetapi juga pada karakter. Menjadi pintar dan baik adalah keharusan, karena pintar bukan satu-satunya tujuan. Bahwa kepedulian dari semua kalangan terhadap pendidikan akan memajukan pendidikan di Indonesia. Kutipan Novel: “Aku selalu menanamkan pada anak-anak, menjadi pintar bukanlah tujuan satu-satunya. Mereka harus punya sikap dan perilaku yang baik. Jadilah anak yang berguna minimal untuk keluarga.” (Anak-Anak Angin, 2013:116). “...Bupati mampu menularkan kepeduliannya tentang pendidikan di desa kami melalui acara itu. Hadirnya Bupati untuk menyempatkan diri meresmikan RUBI membuat masyarakat tahu bahwa mereka kini punya fasilitas pendidikan baru yang bisa dimanfaatkan. Efek selanjutnya, kepedulian pendidikan dalam lingkup desa sifatnya bisa semakin besar-besaran dan menggerakkan”. (Anak-Anak Angin, 2013:215). E. Sinopsis Novel Anak-Anak Angin Novel ini berkisah tentang perjalanan seorang pengajar muda yang bertugas di desa Bibinoi, Halmahera Selatan. Berawal dari penolakan perusahaan multinasional membawanya ke desa Bibinoi. Pada awalnya, ayahnya tidak menyetujui keputusan Bayu untuk menjadi pengajar di desa
32
kecil itu. Tetapi Bayu mempunyai tekad yang kuat terhadap keputusannya. Ia berangkat dengan setengah restu dari ibunya. Novel Anak-Anak Angin menceritakan bagaimana pendidikan anak-anak di pesisir pantai Halmahera Selatan. Pendidikan yang jauh berbeda dari pendidikan di Jawa. Kultur yang berbeda. Perjalanan menuju desa Bibinoi bukanlah perjalanan yang sebentar. Sekitar tiga jam perjalanan udara dari Jakarta menuju Ternate. Setelah sampai di Bandara Sultan Baabulah, Ternate, menuju Pelabuhan Bastiong untuk mencapai Pelabuhan Babang di pulau Bacan. Dan selanjutnya adalah Labuha, ibukota Kabupaten Halmahera Selatan. Yang terakhir adalah menuju desa kecil di pesisir pantai bernama Bibinoi. Hari pertama di sana, Bayu seakan disambut dengan matinya listrik. Pada malam kedua untuk pertama kalinya pak Adin bercerita tentang keluarganya. Keluarga yang problematik. Anak pertama pak Adin, Mariam, sudah kuliah. Tetapi putus di tengah jalan dengan alasan hamil di luar nikah. Anak keduanya, Marli, perempuan kelas III SMA ini, susah disuruh sekolah. Budi, anak ketiga, kelas III SMP. Ia adalah anak yang paling potensial di keluarga tersebut. Berikutnya, UI, masih kelas V SD. Ui susah diatur, jarang ada di rumah, sering main ke luar entah kemana. Meme, anak bungsu, masih berumur 3 tahun. Ia sedikit hiperaktif, terkadang suka membuat anak kecil lain menangis. Hari pertama Bayu mengajar, berjalan dengan lancar. Bayu diberi tanggungjawab menjadi wali kelas III. Hari berikutnya Bayu mendapat
33
cobaan berupa kenakalan yang dilakukan oleh muridnya. Dan hari itu juga untuk pertama kalinya Bayu mengeluarkan murid dari kelas. Akib dan Diky, pasangan sebangku yang kerap berulah. Bayu kaget ketika untuk pertama kalinya murid-muridnya suka menaikkan kaki ke atas meja dan suka membuang ludah ke lantai kelas. Maka dari itu, Bayu membuat kesepakatan dengan murid-murid agar mereka lebih disiplin dan berperilaku baik. “Walau bapak dan ibu guru sering memukul kami, kami terima itu dengan baik karena kami yakin itu demi kebaikan kami.”Itulah bedanya kultur di sana dengan di Jawa, anak-anak dididik dengan keras. Guru menganggap bahwa rasa takut harus menjadi bagian dalam belajar. Seperti kebanyakan sekolah dasar negeri lain di Indonesia, memang gratis. Gratis kadang disalahartikan dengan pendidikan yang seadanya. Diperparah lagi dengan gratisnya pendidikan, efek negatifnya adalah orangtua murid tidak mengikat anaknya dengan sekolah. Bagi mereka sudah bisa membaca dan menulis itu sudah cukup. Bobroknya dunia pendidikan juga terlihat ketika Bayu menemukan kecurangan pada UN di Madrasah Aliyah di Bibinoi. Dari kejadian itu Bayu dengan dibantu Pak Malik memutuskan untuk membenahi keadaan dengan menyelenggarakan UN SDN Bibinoi dengan jujur. Bahwa dalam pendidikan, sebenarnya proseslah yang berperan penting. Bayu adalah sosok guru yang baik. Ia bisa menjadi guru, teman, sekaligus kakak bagi murid-muridnya. Ketika di sekolah ia menempatkan diri sebagai guru, ketika di luar kelas ia bisa menjadi teman sekaligus kakak bagi mereka. Ia selalu berjuang untuk mencapai perubahan yang lebih baik.
34
Sekecil apapun perubahannya, itulah yang terbaik yang bisa ia lakukan. Ia berdedikasi dengan pilihannya, pilihannya sebagai guru di desa kecil. Dalam perjalanannya sebagai seorang guru, ia berusaha sabar dalam menghadapi murid-muridnya. Tetapi manusia memang tidak ada yang sempurna. Emosi Bayu akhirnya meledak, untuk pertama kalinya ia sampai menampar muridnya. Riki adalah nama murid yang ditampar oleh Bayu. Bayu menyesal. Bayu minta maaf. Bayu merasa kalah karena tidak bisa menahan emosinya. Novel ini selain menceritakan tentang Bayu sebagai seorang pengajar. Sebenarnya novel ini lebih menceritakan tentang pendidikan anak-anak di tepian Halmahera selatan. Bahwa anak-anak di pelosok negeri ini juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan setara. Karena mereka juga mempunyai kemampuan seperti anak-anak di kota besar. Munarsi, Olan, Dila adalah contoh anak yang membanggakan. Mereka menunjukkan bahwa mereka juga bisa, dengan menjadi finalis di Olimpiade Sains Kuark Nasional. Dengan mengikuti olimpiade anak-anak bisa belajar bahwa kebanggaan harus diperjuangkan. Mereka menunjukkan bahwa semua anak mempunyai potensi. Tinggal bagaimana kita bisa menggali dan mengasah potensi itu. Novel ini bercerita tentang kehidupan masyarakat di Bibinoi, Halmahera
Selatan.
Masyarakat
yang
hidup
dalam
kesederhanaan.
Masyarakat yang hidup dalam toleransi yang tebal. Di sana terdapat dua perkampungan, yaitu perkampungan Muslim dan perkampungan Nasrani. Mereka hidup berdampingan, hidup dengan damai. Saling menghormati satu
35
sama
lain.
Umat
Nasrani
menghormati
ketika
umat
Muslim
mengumandangkan adzan, dan sebaliknya umat Muslim menghormati ketika umat Nasrani sedang merayakan Natal. Masyarakat dengan adat yang berbeda. Dan akhirnya Bayu harus meninggalkan desa Bibinoi. Desa di mana ia mengajar dan belajar. Hari terakhir di sana Bayu berpamitan dengan semua masyarakat Bibinoi, termasuk Pak Adin. Pak Adin memeluk Bayu dan menangis serta mengucapkan terimakasih dan minta maaf. Bayu pun demikian, mengingat kejadian yang pernah terjadi yang menyebabkan kesalahpahaman pak Adin terhadap dirinya. Bayu mendapat kesan baik di masyarakat, sehingga ketika pulang, Bayu mendapat banyak kenangkenangan dari masyarakat di sana. Pesan terakhir Bayu kepada muridmuridnya, bahwa mereka harus menjadi anak yang baik dan pintar.
36
BAB III DESKRIPSI PEMIKIRAN
A. Tentang Nilai Kehidupan manusia tidak lepas dari nilai, dan nilai itu selanjutnya perlu diinstitusikan. Institusionalisasi nilai yang terbaik adalah melalui upaya pendidikan (Muhaimin dan Mujib, 1993:124). Pendidikan
Islam
merupakan bagian terpenting dalam dunia
pendidikan. Karena manusia dalam mengembangkan potensi dirinya harus sesuai dengan norma Islam agar seimbang dalam tugasnya sebagai individu, makhluk sosial, dan makhluk Tuhan, serta terbentuknya manusia seutuhnya (insan kamil). Adapun sistem nilai (formal) dalam perspektif pendidikan Islam menurut Feisal (1995: 230), adalah sebagai supra sistem yang mempunyai tiga bentuk norma yaitu sebagai berikut: 1. Norma akidah atau norma keimanan Seperti kepada Allah SWT, malaikat, kitab-kitab, rasul-rasul, hari kiamat, dan takdir. 2. Norma syariah yang mencakup norma ibadah dalam arti khusus maupun luas (yang menyangkut aspek sosial) seperti: perumusan sistem norma-norma kemasyarakatan, sistem organisasi ekonomi, sistem organisasi kekuasaan.
37
3. Norma akhlak, baik yang bersifat vertikal yaitu hubungan antara manusia dengan Allah SWT, maupun yang bersifat horizontal yaitu tata krama sosial. Merujuk
dari
pendapat
Feisal
tersebut,
maka
penulis
akan
menjabarkan nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak Angin karya
Bayu Adi Persada ini
pendidikan
Islam
yaitu
dalam
Pendidikan
tiga
cakupan
besar
Akidah/Keimanan,
nilai-nilai Pendidikan
Syariah/Ibadah, dan Pendidikan Akhlak. Nilai-nilai pendidikan Islam dalam Novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada, dijabarkan sebagai berikut: 1. Pendidikan Akidah/Keimanan Iman Kepada Allah Kutipan
: “...,aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:6). “Bukan sulap yang kuinginkan, tapi jawaban. Dari dulu aku tak pernah percaya peramal. Apalagi yang jenisnya aneh-aneh seperti ini. Aku skeptis.”(AnakAnak Angin, 2013:54). “Tuhan memang tak pernah luput mendengar doa hamba-Nya.”(Anak-Anak Angin, 2013:57).
2. Pendidikan Syari’ah/Ibadah a. Salat Tahajud Kutipan
: “Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa. Pesanku, jangan lupa salat malam agar dimudahkan untuk menjawab soal dan coba lihat lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali segar saat dihadapkan dengan soal-soal.”(AnakAnak Angin, 2013:135).
38
b. Wudhu Kutipan
: “Agenda hari pertama adalah etika masuk dan berada di masjid serta berwudu yang baik dan benar. Ternyata banyak anak yang belum berwudu saat akan salat. Ini yang menjadi target utama, membiasakan anak bersuci sebelum bertemu Tuhan-Nya.”(Anak-Anak Angin. 2013:172).
c. Puasa Kutipan
: “Aku senang sekali ketika tahu beberapa anak sudah mulai berpuasa. Kebanggaan itu kadang muncul untuk hal-hal kecil seperti ini. Mereka berani mencoba dan teguh menjalani.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
d. Azan Kutipan
: “Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ajrul berubah. Ketika azan Magrib berkumandang, dia sudah siap sedia, berada di jalan untuk menuju masjid bersama anak-anak lain.”(Anak-Anak Angin, 2013:222).
e. Membaca Al-Qur’an Kutipan
f.
: “Setelah turun salat Magrib, dia ikut rombongan anak-anak mengaji denganku.”(Anak-Anak Angin, 2013:222).
Berdoa
: “Kami terlebih dahulu berdoa bersama. Anakanak mungkin belum semua mengerti arti berdoa. Meski butuh waktu, aku tentu berharap pada akhirnya mereka tahu bahwa usaha tak akan ada artinya tanpa berdoa. Kita butuh berdoa sebagaimana kita butuh untuk terus bernafas. Aku menaruh hati besar pada anak-anak yang khusyuk berdoa. Mereka memejamkan mata dan memegang erat burung-burung mereka. Terlantun harap yang tulus dari bibir-bibir mungil itu.”(Anak-Anak Angin, 2013:228). g. Salat Berjamaah Kutipan
Kutipan
: “Masyarakat Muslim dari berbagai penjuru selalu berkumpul di masjid besar desa saat waktu salat tiba.”(Anak-Anak Angin, 2013:180).
39
“Biarpun sudah sangat tua dan jalannya sudah bungkuk dan tertatih, beliau tak pernah melewatkan beribadah di masjid dan mengusahakan pendidikan yang lebih baik untuk masyarakatnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:246). 3. Pedidikan Akhlak a. Akhlak terhadap Allah 1) Adab Berdoa Kutipan
: “Pada saat itu aku menengadahkan tangan, meminta kepada Allah untuk tetap mematikan listrik ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:47).
2) Husnudzan Kutipan
: “Allah, sesungguhnya aku berusaha untuk terus berprasangka baik pada-Mu.”(Anak-Anak Angin, 2013:47).
3) Bersyukur Kutipan
: “Kalau tak kuat berpegangan, bisa-bisa kami tercebur. Tapi alhamdulillah, cuaca cerah dan lautan pun tenang.”(Anak-Anak Angin, 2013:102).
4) Tawakal Kutipan
: “Untuk Ujian Nasional yang akan datang, menurutku, biarkan mereka mendapatkan nilai yang pantas mereka dapatkan dengan kemampuan mereka sendiri. Tak perlu lagi dibantu, tak perlu lagi direkayasa. Biarkan Tuhan dan ikhtiar yang menentukan kelulusan mereka.”(Anak-Anak Angin, 2013:142-143).
b. Akhlak terhadap diri sendiri 1) Qanaah Kutipan
: “Kalau belum diterima, berarti memang belum jalannya. .., aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:5-6).
40
2) Menjaga Niat Kutipan
: “Pilot menjaga kestabilan seperti kami, sepuluh Pengajar Muda, yang juga menjaga niat kami.”(Anak-Anak Angin, 2013:12).
3) Muhasabah Kutipan
: “Anak-anak itu harus belajar dari kesalahan yang mereka buat. Harapannya tentu agar mereka tidak mengulanginya di kemudian hari.”(Anak-Anak Angin, 2013:29).
4) Ikhlas Kutipan
: “Sejak awal aku tahu masalah ini tak akan cepat selesai. Aku terjebak di dalam lingkaran ini dan tak bisa keluar lagi. Sebuah pelajaran hebat lagi dari Tuhan yang mungkin menginginkanku untuk mengikhlaskan semua.”(Anak-Anak Angin, 2013:55).
5) Tanggung Jawab Kutipan
: “Benar, uang itu bukan milikku. Namun tidak berarti aku bisa begitu saja lepas tangan dan melupakan semuanya.”(Anak-Anak Angin, 2013:55).
6) Disiplin Kutipan
: “Kedisiplinan murid-murid juga sangat baik. Hampir tak ada lagi yang makan di kelas, menaikkan kaki di kursi, ribut yang berlebihan.”(Anak-Anak Angin, 2013:113).
7) Tawadhu’ Kutipan
: “Olan unggul dalam pelajaran Matematika, Bahasa, dan IPA sehingga dia berhak untuk menjadi yang terbaik. Meskipun begitu Olan tak pernah merasa lebih pintar. Dia selalu haus akan ilmu.”(Anak-Anak Angin, 2013:127).
8) Jujur Kutipan
: “Aku pun menambahkan,’Kejujuran adalah yang paling utama. Jadikan ujian ini sebagai yang terakhir selama kalian belajar di SD.”(Anak-Anak Angin, 2013:146).
41
9) Sabar Kutipan
: “Selesai sudah peperangan terbesar yang pernah dilakukan seorang hamba. Kemenangan megah sudah di depan mata bagi mereka yang sabar dalam imannya.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
10) Hemat Kutipan
: “Dua minggu lalu, aku dan anak-anak kelas IV sepakat untuk membiasakan diri menabung untuk menanamkan nilai hidup hemat. Kebetulan saat itu materi yang dipelajari memang seputar uang. Kupikir anak-anak harus belajar bagaimana cara mengatur dan menggunakan uang dengan baik..”(Anak-Anak Angin, 2013:187).
11) Optimis Kutipan
: “Namun perintah tersebut membuatku tertantang. Dengan waktu dan sumber daya terbatas, ada optimisme muncul bahwa dengan niat tulus dan kerja keras tidak ada yang tidak bisa dicapai.”(Anak-Anak Angin, 2013:209).
12) Amanah Kutipan
: “Tidak, Pak Bayu. Ini adalah amanat jemaah untuk Pak Bayu. Saya tidak berhak menerimanya.”(Anak-Anak Angin, 2013:244).
c. Akhlak terhadap Orangtua Birrul walidain Kutipan
: “..., dia akan menjadi anak yang membanggakan keluarganya. Kalau dia di rumah, Budi sering mengerjakan tugas-tugas rumah.”(Anak-Anak Angin, 2013:21). “Aku mengetik perlahan, ‘Terima kasih, Pak. Doakan aku terus, ya.”(Anak-Anak Angin, 2013:129). “Mungkin ini terlalu tergesa. Tapi, Mama, kupersembahkan rasa hormat kepadamu setulusnya layaknya seorang anak kepada ibunya.”(Anak-Anak Angin, 2013:86).
42
d. Akhlak terhadap sesama 1) Menjamu Tamu Kutipan
: “Sampai di sana, kami sudah disambut oleh Pak Rus dan Ibu. Sudah terhidang makanan yang jumlahnya tak sedikit.”(Anak-Anak Angin,2013:106). “Selepas Isya, tamu-tamu mulai berdatangan. Aku berusaha sebaik mungkin menyambut mereka satu persatu.”(Anak-Anak Angin, 2013:233).
2) Peduli Kutipan
: “Ketidakpedulian itu membunuh. Tak ada usaha perbaikan akan membuat masalah ini seperti tongkat estafet, terus diserahkan kepada pelari berikutnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:150).
3) Menghargai Kutipan
: “Kalau dulu paling sulit ketika disuruh mengerjakan tugas, sekarang dia selalu mencoba walaupun masih lambat dan hasilnya pun belum benar. Akan tetapi, usahanya ini aku hargai sangat tinggi.”(Anak-Anak Angin, 2013:164).
4) Menyampaikan Ilmu : “Aku mengajak anak-anak Pondok Pesantren untuk berbagi ilmu. Hanya segelintir santri yang masih menginap di Pondok, sisanya pulang kampung. Tapi, alhamdulillah, dari yang sedikit itu ada lima orang yang siap membantu.”(Anak-Anak Angin, 2013:170). 5) Gotong Royong Kutipan
: “Aku, bekerja sama dengan Adhi dan anak-anak muda dari Ikatan Remaja Bibinoi, merencanakan berbagai lomba khas 17 Agustus sebagai pendamping acara resmi upacara penaikan bendera merah putih.”(Anak-Anak Angin, 2013:175). 6) Musyawarah Kutipan
Kutipan
: “Bapak dan ibu dari Dinas Pendidikan menyerahkan keputusan kepada musyawarah guru, kepala sekolah, dan masyarakat. Aku amat setuju
43
dengan kebijakan tersebut.”(Anak-Anak Angin, 2013:197). 7) Mengucapkan Salam Kutipan
: “Saat masuk ke ruang guru ia mengucap salam kepada semua yang hadir. Kami sudah menunggunya sedari tadi.”(Anak-anak Angin, 2013:198).
8) Menjenguk Orang Sakit Kutipan
: “Murid-murid dan rekan guru menjadi penyemangat dalam menghadapi segala yang sulit. Anak-anak sering menjenguk sebelum mereka berangkat sekolah, sekadar mengucap salam saja, ‘Pak Guru!’. Ketika istirahat pun mereka menyempatkan diri berjalan ke sekitar pantai untuk mengintip keadaanku lewat jendela yang memang kubiarkan terbuka.”(Anak-Anak Angin, 2013:204).
9) Ta’awun Kutipan
: “Terkumpul sekitar seratus lima puluh ribu rupiah dari uang jemaah gereja yang entah akan kuapakan. Kemudian aku teringat Verson dan teman-temannya yang ingin mengadakan acara Natal bulan depan. Segeralah aku pamit kepada Pendeta dan beberapa tokoh gereja yang juga hadir lalu meminta seorang anak mencari pemuda itu.”(Anak-Anak Angin, 2013:245).
10) Silaturahmi Kutipan
: “Setelah acara seremonial, aku bersilaturahmi dengan semua warga yang ada di sana. Kujabat tangan mereka, kami bertatap mata dalam sebuah ikatan yang hangat. Kami saling berpeluk, mengucapkan terima kasih, dan berpesan kata yang indah-indah.”(Ana-Anak Angin, 2013:246).
11) Saling Memaafkan Kutipan
: “Pak Adin, saya minta maaf kalau selama ini banyak salah. Terima kasih atas semuanya. Beliau mengangguk dan mengucapkan sesuatu. Suaranya tersamar isakan. Tapi aku menangkap sedikit
44
ucapan beliau. Terima kasih. Maaf.”(Anak-Anak Angin, 2013:247). 12) Sopan Santun Kutipan
: “Pada setiap kesempatan, aku selalu mengingatkan anak-anak untuk terus menjaga perilaku santun dan sopan pada sesama, siapa pun orangnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:229).
e. Akhlak terhadap guru Menghormati Guru Kutipan
: “ Keesokan harinya, dalam apel pagi, aku memperingatkan Ajrul dan anak-anak lain untuk menghormati setiap guru tanpa terkecuali, misalnya dengan mengikuti pelajaran dengan baik, mengerjakan apa yang diminta, serta memberikan salam, dan mencium tangan.”(Anak-Anak Angin, 2013:220).
B. Karakter Seorang Pendidik Pendidik adalah bapak rohani (spiritual father) bagi anak didik yang memberikan santapan jiwa dengan ilmu, pembinaan akhlak mulia, dan meluruskannya (Muhaimin dan Mujib, 1993:168). Sama dengan teori pendidikan Barat, tugas pendidik dalam pandangan Islam secara umum ialah mendidik, yaitu mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi psikomotor, kognitif, maupun potensi afektif ( Tafsir, 2001:74). Menurut Al-Abrasyi dalam buku Tafsir (2008: 82) menyebutkan bahwa pendidik dalam Islam sebaiknya memiliki sifat-sifat atau karakter sebagai berikut: 1. Zuhud (tidak mengutamakan materi, mengajar dilakukan karena mencari keridaan Allah
45
2. Bersih tubuhnya, jadi penampilan lahiriahnya menyenangkan 3. Bersih jiwanya (tidak mempunyai dosa besar) 4. Tidak ria (ria akan menghilangkan keikhlasan) 5. Tidak memendam rasa dengki dan iri hati 6. Tidak menyenangi permusuhan 7. Ikhlas dalam melaksanakan tugas 8. Sesuai perbuatan dengan perkataan 9. Tidak malu mengakui ketidaktahuan 10. Bijaksana 11. Tegas dalam perkataan dan perbuatan, tetapi tidak kasar 12. Rendah hati (tidak sombong) 13. Lemah lembut 14. Pemaaf 15. Sabar, tidak marah karena hal-hal kecil 16. Berkepribadian 17. Tidak merasa rendah diri 18. Mencintai murid seperti mencintai anak sendiri 19. Mengetahui
karakter
murid,
mencakup
pembawaan,
kebiasaan,
perasaan dan pemikiran Sedangkan menurut PP Nomor 19 Tahun
2005
tentang Standar
Nasional Pendidikan pasal 28 ditegaskan bahwa pendidik adalah agen pembelajaran yang harus memiliki empat jenis kompetensi, diantaranya sebagai berikut:
46
1. Kompetensi Pedagogik, adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 2. Kompetensi
Profesional,
adalah
kemampuan
penguasaan materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta pendidik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam SNP 3. Kompetensi Kepribadian, adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 4. Kompetensi Sosial, adalah adalah kemampuan pendidik sebagai bagian
dari
masyarakat
untuk
berkomunikasi dan bergaul secara
efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Karakter tokoh utama pendidik (Pak bayu) dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada, dijabarkan sebagai berikut: 1. Kompetensi Pedagogik a. Menguasai kelas Kutipan
: “Anak-anak cukup terhibur dengan pemakaian dua kata itu. Aku berhasil ‘memegang’ perhatian mereka. Tidak terlalu sulit ternyata. Dibanding kepala sekolah atau guru lain yang mengatur murid dengan suara kelas dan rotan, cara-cara berbeda seperti ini membuat mereka menikmati perlakuan
47
baru dari seorang guru.”(Anak-Anak Angin, 2013:26). “Satu cara yang menjadi andalanku adalah lomba jadi patung. Ketika anak-anak sedang ribut, aku selalu bisa membuat seisi kelas kembali tenang dengan satu kalimat sakti, ‘Lomba jadi patung!’ Seketika semua anak diam dan menampilkan wajah jelek.”(Anak-Anak Angin, 2013:163). b. Kreatif dan Inovatif : “Dengan kamera dan laptop, aku memperkenalkan kepada mereka dunia yang berbeda.”(Anak-Anak Angin, 2013:27). “Sistem bintang dan tengkorak agaknya memang efektif untuk anak-anak ini. ...Sistem Reward and Punishment ini membuat mereka terus berbuat baik dan mengerjakan soal sebaik mungkin, dan berhatihati untuk tidak melanggar peraturan kelas.”(AnakAnak Angin, 2013:113). “Membuat origami kicir angin setelah mengajarkan materi tentang energi gerak. Anak-anak senang sekali dengan praktik ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:160). 2. Kompetensi Profesional Kutipan
Menguasai Materi Kutipan
: “Meskipun sudah lama sekali sejak terakhir kali mengerjakan soal Matematika (yang kuingat, kuliah semester tiga), tak terlalu lama buatku untuk mahir berenang lagi di dalamnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:132).
3. Kompetensi Kepribadian a. Optimis dan berorientasi pada masa depan Kutipan
: “Aku ingin membuktikan kepada Bapak bahwa keputusan yang kuambil adalah yang terbaik. Bukan sekarang. Nanti, suatu saat, Bapak pasti akan bangga. Pasti.”(Anak-Anak Angin, 2013:8). “Bapak dan Ibu boleh jadi petani, boleh jadi nelayan. Tapi anak kalian harus jadi dokter, jadi insinyur, atau jadi guru. Anak-anak harus pergi ke sekolah. Dengan pendidikan, mudah-mudahan
48
hidup kita semua akan jadi lebih baik.”(Anak-Anak Angin, 2013:242). b. Memiliki Dedikasi yang tinggi Kutipan
: “Sekali lagi pola pikir benar-benar menentukan: selalu mencoba tak banyak berekspektasi tapi terus berusaha memberikan yang terbaik. Satu tahun itu sebentar.”(Anak-Anak Angin, 2013:15). “Waktu tak mau menunggu, dia terus berlalu. Semakin lama aku meringkuk di kasur ini, semakin telat aku datang ke sekolah. Sempat terpikir untuk tidak masuk sekolah setelah mendengar hujan turun lebib deras.”(Anak-Anak Angin, 2013:63).
c. Bijaksana dan Adil : “Kupikir tidak menjadi masalah bagi guru untuk memiliki murid-murid yang disenangi, asalkan tetap memperlakukan setiap murid dengan setara dan tanpa memihak.”(Anak-Anak Angin, 2013:65). “Penempatan posisi sedikit banyak menentukan cepat atau lambatnya seorang anak menangkap materi. Posisi yang diatur dengan tepat akan memudahkan guru menaruh dan memilah perhatian pada setiap murid.”(Anak-Anak Angin, 2013:110). “Banyak dari mereka ingin segera melapor ke Dinas Pendidikan agar beliau dicopot dari dari jabatannya. Aku tidak setuju. Bagiku, pencopotan jabatan seseorang tidak serta-merta menyelesaikan masalah.”(Anak-Anak Angin, 2013:195). d. Penuh kasih Sayang Kutipan
: “Tak perlu takut dengan Pak Guru. Pak Guru sayang kalian semua. Mendengar kata ‘sayang’, mereka teriak, cieee!.”(Anak-Anak Angin, 2013:77). e. Pantang Menyerah Kutipan
Kutipan
: “Aku tidak menyerah begitu saja. Kalau bahasa menjadi syarat mutlak komunikasi pembelajaran, dan bahasa daerahlah yang mereka bisa, maka aku wajib belajar bahasa mereka. Oleh karena itu, setiap kali ada sekumpulan orang berbincang di sekitaran desa, aku selalu nimbrung.”(Anak-Anak Angin, 2013:119).
49
4. Kompetensi Sosial a. Peduli dan Responsif Kutipan
: “Tak jarang Marsel tak masuk sekolah. Kalau sedang belajar matematika, aku jadi merasa kehilangan anak ini. Ketika mencari tahu bagaimana keadaan anak ini di rumahnya, aku mendapati bahwa Marsel kerap pergi membantu orangtuanya di kebun selama beberapa hari.”(Anak-Anak Angin, 2013:34). “Aku tentu penasaran mengapa Munarsi tak menjawab ketika ditanya tentang keluarganya. Aku mencoba menggali lebih dalam. Anak ini menyembunyikan sesuatu. “(Anak-Anak Angin, 2013:39).
b. Ramah dan Bersahabat Kutipan
: “Pada saat-saat seperti itu aku menemani mereka membaca di bawah pohon, mengajak bermain, atau sekedar mengobrol dan bercanda. Terkadang aku membacakan cerita, kami bernyanyi bersama, atau sekadar tidur-tiduran. Mereka memainkan rambutku, meminjam kacamata, tertawa lepas, mengajak bermain congklak, makan roti bersama, dan melakukan hal-hal ceria lain.(Anak-Anak Angin, 2013:41).
50
BAB IV PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Pendidikan Islam 1. Pendidikan Akidah/Keimanan a. Iman Kepada Allah Beriman kepada Allah, artinya ialah mengakui, mempercayai atau meyakini bahwa Allah itu ada, dan bersifat dengan segala sifat yang baik dan maha suci dari segala sifat yang buruk (Tatapangarsa, 1980:20).
“Dia (Musa) menjawab, ‘sekali-kali tidak akan (tersusul); sesungguhnya Tuhanku bersamaku, Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Q.S. asy-Syu’ara:62). Ayat di atas menceritakan tentang pasukan Nabi Musa yang dikejar oleh pasukan musuh dan di hadapan mereka terbentang lautan. Salah satu tentaranya mengatakan bahwa pasukan akan tersusul oleh musuh. Tetapi Nabi Musa percaya bahwa Allah selalu bersama hamba-Nya. Dan Allah akan memberi petunjuk kepada hamba-Nya yang bertakwa. “...,aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:6).
51
Kutipan novel di atas menunjukkan tentang adanya Allah SWT. Bahwa kita harus percaya semua yang kita miliki, semua yang terjadi pada kita adalah kehendak Allah SWT. Karena Allah memiliki sifat Iradah (berkehendak). Allah menciptakan alam beserta isinya atas kehendak-Nya sendiri, tanpa ada paksaan dari pihak lain atau campur tangan dari siapapun. Apapun yang Allah kehendaki pasti terjadi, dan sebaliknya yang tidak dikehendaki oleh Allah pasti tidak akan terjadi. 2. Pendidikan Syariah/Ibadah a. Wudhu Wudhu merupakan ibadah sunah yang dilakukan oleh umat Islam dalam rangka bersuci dari hadas kecil. Amal sunah ini menjadi fardhu karena menjadi syarat terpenuhinya amal yang lain, seperti salat. Disunahkan bagi setiap muslim untuk selalu menjaga wudhunya atau menjaga kesuciannya ( Ra’uf, 2014:9). “Agenda hari pertama adalah etika masuk dan berada di masjid serta berwudu yang baik dan benar. Ternyata banyak anak yang belum berwudu saat akan salat. Ini yang menjadi target utama, membiasakan anak bersuci sebelum bertemu TuhanNya.” (Anak-Anak Angin, 2013:172). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa wudhu merupakan hal yang harus dilakukan sebelum melakukan salat dan ibadah-ibadah lain. Karena pada dasarnya kita harus dalam keadaan suci ketika bertemu Allah (ibadah). Oleh karena itu, anak-anak harus dibiasakan
52
sejak kecil untuk berwudhu sebelum melakukan ibadah. Allah SWT berfirman:
... “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan salat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (Q.S. al-Maidah:6). Allah memerintahkan kepada kita untuk berwudhu sebelum salat.
Segala
sesuatu
yang
diperintahkan
oleh
Allah
pasti
mengandung hikmah. Salah satunya wudhu, dengan berwudhu berarti kita telah menjaga kebersihan, dan kebersihan adalah bagian dari iman. Allah juga telah menjelaskan tata cara berwudhu dalam alQur’an. b. Salat Berjamaah Salat berjamaah adalah salat yang dikerjakan bersama-sama dengan paling sedikitnya adalah imam dan seorang makmum (Abdurrahman dan Bakhri, 2006: 142). “Biarpun sudah sangat tua dan jalannya sudah bungkuk dan tertatih, beliau tak pernah melewatkan beribadah di masjid dan mengusahakan pendidikan yang lebih baik untuk masyarakatnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:246). Kutipan novel di atas menunjukkan keistikamahan seorang kakek dalam melaksanakan salat berjamaah. Ini menunjukkan bahwa
53
kita sebagai generasi muda harus mencontoh amal sunah tersebut. Terutama salat berjamaah bagi seorang laki-laki.
ِ ِ اْلم ِ ين َد َر َجة ُ اعة تَ جف َ َ َصالَةُ ج َ ض ُل َ َ صالَةَ الج َف ِّذ ب َسجب ٍع َوع جش ِر Salat berjamaah itu lebih utama daripada salat sendirian dengan (selisih pahala) dua puluh tujuh derajat,”(Al-Bukhari). Melaksanakan salat secara munfarid memang tidak berdosa, akan tetapi lebih utama melaksanakan salat secara berjamaah. Karena pahala salat berjamaah dilipatgandakan menjadi dua puluh tujuh derajat. Selain memiliki pahala yang besar salat berjamaah memiliki manfaat yang banyak. Manfaat salat berjamaah diantaranya adalah menjalin silaturahmi, saling menyayangi, saling mengenal, memupuk persamaan, dan lain-lain. Salat berjamaah juga melatih kita untuk menahan/menguasai diri. Sebagai makmum kita harus mengikuti imam. Makmum tidak boleh mendahului imam, tidak boleh tertinggal jauh dengan imam, dan tidak boleh bersamaan. Kita harus mengikuti imam, karena imam dalam salat adalah pemimpin. c. Salat Tahajud Tahajjud diambil dari kata al-hujud yang diartikan tidak tidur. Dikatakan untuk salat malam tahajjud. Dikatakan pula al-hajid, artinya orang yang salat di malam hari (Al-Khuzaim, 2004:55). Salat tahajud adalah salat sunah yang dilakukan pada malam hari setelah tidur. Allah SWT berfirman:
54
“Pada sebagian malam hari bersalat tahajudlah sebagai suatu ibadah tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji,”(Q.S. Al-Isra’:79). Disunahkan untuk melaksanakan salat tahajud di malam hari. Allah akan mengangkat derajat hamba-Nya yang istiqomah dalam mengerjakan salat tahajud. Salat tahajud merupakan salat sunah sebagai ibadah tambahan. “Aku meminta mereka banyak-banyak berdoa. Pesanku, jangan lupa salat malam agar dimudahkan untuk menjawab soal dan coba lihat lagi apa yang sudah diajarkan agar pikiran kembali segar saat dihadapkan dengan soal-soal.” (Anak-Anak Angin,2013:135). Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita untuk melaksanakan salat tahajud. Salat tahajud merupakan ibadah untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Allah mencintai hambaNya yang selalu mendekatkan diri dan berdoa kepada-Nya. Dengan salat tahajud insyaallah urusan kita akan berjalan dengan lancar. Sebagai contoh ketika kita akan menghadapi Ujian Nasional (UN). Kita melaksanakan salat tahajud dan berdoa untuk kelancaran dalam mengikuti UN. Berdoa diikuti dengan usaha. Setelah salat tahajud kita mengulangi pelajaran yang akan diujikan. Belajar di pagi hari adalah waktu yang tepat. Karena di pagi hari badan dan pikiran kita masih segar, sehingga kita akan mudah memahami apa yang kita pelajari.
55
d. Puasa Dari segi bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah (kaff) dari sesuatu. Adapun menurut syarak (syara’), puasa berarti menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya dengan niat yang dilakukan oleh orang bersangkutan pada siang hari, mulai terbit fajar sampai terbenam matahari (Al-Zuhayly, 1995:84). Puasa merupakan satu bentuk ketaatan kepada Allah SWT. Dengan ketaatan, urusan seorang Mukmin akan berdiri tegak di atas kebenaran yang disyariatkan oleh Allah SWT. Karena puasa bisa merealisasikan ketakwaan, yakni menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhkan diri dari segala sesuatu yang dilarang-Nya. Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa.” (Q.S. Al-Baqarah:183) Puasa bisa menjadi sarana latihan untuk menempa berbagai macam sifat terpuji. Oleh karena itu, sebaiknya para orangtua mulai melatih anak-anaknya berpuasa dari kecil. Tetapi tidak boleh dipaksakan, harus bertahap. “Aku senang sekali ketika tahu beberapa anak sudah mulai berpuasa. Kebanggaan itu kadang muncul untuk hal-hal kecil seperti ini. Mereka berani mencoba dan teguh menjalani.”(Anak-Anak Angin, 2013:184).
56
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa anak-anak harus dilatih berpuasa, agar ketika sudah baligh nanti menjadi orang yang bertakwa. Karena dengan melatih berpuasa berarti juga menanamkan akhlak terpuji pada anak. Sebagai contoh ketika anak yang berpuasa merasa lapar, ia merengek. Orangtua menasehati agar sabar untuk menunggu waktu berbuka tiba. Berarti itu menanamkan kepada anak bahwa tidak semua yang diinginkan harus dicapai saat itu juga, harus sabar. e. Azan “Aku menyaksikan sendiri bagaimana Ajrul berubah. Ketika azan Magrib berkumandang, dia sudah siap sedia, berada di jalan untuk menuju masjid bersama anak-anak lain.” (AnakAnak Angin, 2013:222). Kutipan novel di atas menunjukkan hakikat sebenarnya dari azan. Azan merupakan panggilan untuk umat muslim agar melaksanakan ibadah salat fardhu. Azan adalah pemberitahuan atau pertanda bahwa telah tiba untuk melaksanakan salat. Dalam lafaz azan terkandung beberapa makna, diantaranya tentang akidah (Allah Maha Besar, tiada sekutu bagi-Nya dan Muhammad utusan Allah), ibadah (perintah melaksanakan salat agar memperoleh kemenangan dunia akhirat), dan kalimat tauhid (tiada Tuhan selain Allah). Berhenti sejenak dari pekerjaan ketika sudah mendengar azan. Ketika kita mendengar suara azan berkumandang kita sebaiknya menjawab azan tersebut, dan segera mempersiapkan diri untuk
57
melaksanakan salat. Siapnya seperti ketika kita tiba-tiba mendapat telepon, cepat-cepat dijawab. f.
Membaca Al-Qur’an Bagi seorang Muslim, membaca Al-Qur’an adalah suatu keniscayaan. Karena Al-Qur’an merupakan pedoman hidup bagi umat Islam. Allah berfirman:
“Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk ke (jalan) yang paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin yang mengerjakan kebajikan, bahwa mereka akan mendapat pahala yang besar.” (Q.S. Al-Isra’:9). Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi umat Islam menuju jalan yang lurus, yaitu jalan menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.
Al-
Qur’an adalah kitab suci umat Islam yang memiliki nilai ibadah yang luar biasa. Karena dengan membaca Al-Qur’an kita mendapat pahala yang sangat besar. Ketika kita membaca satu huruf saja, kita mendapat sepuluh kebaikan. “Setelah turun salat Magrib, dia ikut rombongan anak-anak mengaji denganku.” (Anak-Anak Angin, 2013:222). Membaca Al-Qur’an membuat hati dan pikiran menjadi tentram. Rutinitas membaca Al-Qur’an setelah salat mahrib, harus ditingkatkan. Jangan sampai rutinitas tersebut tergeser dengan kecanggihan gadget. Di zaman modern ini memang susah terlepas
58
dari
yang
namanya
teknologi.
Jadi
sebaiknya
kita
saling
mengingatkan untuk selalu membaca Al-Qur’an. g. Berdoa Doa merupakan inti dari ibadah, yaitu muara semua ibadah yang kita lakukan. Dengan berdoa, kita mengharap dengan kerendahan hati untuk diterima amal yang telah kita lakukan dan mendapat keridhaan dari-Nya (Al-Qudsy, 2011:5). Jadi doa adalah permohonan sesuatu yang dilakukan oleh seorang hamba kepada Tuhannya. Allah mencintai seorang hamba yang berdoa kepada-Nya. Allah berfirman:
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina dina.” (Q.S. Al-Mukmin:60). Orang yang merasa cukup dengan apa yang dia miliki, sehingga enggan berdoa, maka bagi dia neraka jahanam dalam keadaan terhinakan. Oleh karena itulah bagi muslim, doa harus dijadikan kegiatan pokok yang tidak boleh ditinggalkan. “Kami terlebih dahulu berdoa bersama. Anak-anak mungkin belum semua mengerti arti berdoa. Meski butuh waktu, aku tentu berharap pada akhirnya mereka tahu bahwa usaha tak akan ada artinya tanpa berdoa. Kita butuh berdoa sebagaimana kita butuh untuk terus bernafas. Aku menaruh hati besar pada anakanak yang khusyuk berdoa. Mereka memejamkan mata dan memegang erat burung-burung mereka. Terlantun harap yang
59
tulus dari 2013:228).
bibir-bibir mungil
itu.”
(Anak-Anak
Angin,
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa anak-anak harus dibiasakan untuk berdoa sebelum mengerjakan sesuatu, meskipun mereka belum tahu tentang hakikat sebuah doa. Usaha tidak akan ada artinya tanpa dibarengi dengan doa. Kita harus selalu berdoa kepada Allah agar segala sesuatu yang kita kerjakan mendapat ridha-Nya. Ketika berdoa kita harus khusyuk, memohon dengan tulus ikhlas kepada Allah SWT. 3. Pendidikan Akhlak a. Akhlak terhadap Allah 1) Adab Berdoa Adab berdoa adalah norma atau aturan mengenai sopan santun dalam berdoa yang didasarkan atas aturan agama. Ada banyak adab dalam berdoa, diantaranya adalah menghadap kiblat, membaca basmalah sebelum berdoa, mengangkat kedua tangan saat berdoa, dan lain-lain. “Pada saat itu aku menengadahkan tangan, meminta kepada Allah untuk tetap mematikan listrik ini.”(Anak-Anak Angin, 2013:47). Mengangkat kedua tangan saat berdoa merupakan salah satu adab dalam berdoa. Mengangkat tangan saat berdoa merupakan etika yang paling agung dan memiliki keutamaan mulia, serta penyebab terkabulnya doa. Dari Salman Al-Farisi bahwa Nabi Saw bersabda:
60
الر ُج ُل إِلَجي ِه يَ َديجِه أَ جن يَ ُرَّد ُُهَا ِص جفرا َّ إِ َّن اللَّهَ َحيِ ٌّي َك ِرميٌ يَ جستَ جحيِي إِ َذا َرفَ َع ِ َخائِبَتَ ج ي “Sesungguhnya Rabb kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia. Dia malu kepada hamba-Nya yang mengangkat kedua tangannya (meminta kepada-Nya), lalu dikembalikan dalam keadaan kosong tidak mendapatkan apa-apa.” (HR. Abu Dawud). Mengangkat kedua tangan saat berdoa merupakan salah satu penyebab terkabulnya suatu doa. Ini bukan berarti dengan mengangkat tangan dalam berdoa, saat itu pula doanya akan terkabul. Kapan doa itu akan terkabul adalah rahasia Allah SWT. Saat mengangkat kedua tangan, itu tercermin bahwa kita berdoa dengan khusyuk, tulus ikhlas memohon kepada Allah agar berkenan mengabulkan doa kita. Allah Maha Pengabul doa, akan mengabulkan doa hamba-Nya yang tulus memohon kepada-Nya. 2) Bersyukur Bersyukur ialah memuji Allah atas berbagai nikmat yang telah Allah limpahkan. Syukur memiliki tiga penopang, mengakui nikmat dengan hati, mengungkapkannya dengan lisan, memanfaatkannya dalam ketaatan kepada Allah (Rusyah, 2009:565).
61
“Demikianlah, kami telah menguji sebagian mereka (orang yang kaya) dengan sebagian yang lain (orang yang miskin), agar mereka (orang yang kaya itu) berkata, Orang-orang semacam inikah di antara kita yang diberi anugerah oleh Allah?” Allah berfirman, “Tidakkah Allah lebih mengetahui tentang mereka yang bersyukur (kepadaNya)?”. (Q.S. Al-An’am:53). Ayat di atas menunjukkan pada kita bahwa Allah menciptakan perbedaan sebagai ujian bagi hamba-Nya. Apakah mereka bersyukur atau kufur atas nikmat-Nya. Lihatlah ke bawah jangan melihat ke atas. Kita bersyukur dengan melihat keadaan orang yang ada di bawah kita. Sebagai contoh ketika pergi ke kampus dengan berjalan kaki, kita melihat teman kita naik mobil. Awalnya kita mengeluh, jalan kaki capek, panas, terkena debu, dan lain-lain. Tetapi kita harus melihat, ada teman kita yang berjalan harus memakai alat bantu, itu keadaan yang lebih susah. Kita harus bersyukur dengan segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. “Kalau tak kuat berpegangan, bisa-bisa kami tercebur. Tapi alhamdulillah, cuaca cerah dan lautan pun tenang.”(AnakAnak Angin, 2013:102). Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu bersyukur kepada Allah SWT. Bersyukur dengan mengucapkan “Alhamdulillah” yang berarti segala puji bagi Allah. Rasa syukur juga bisa diungkapkan dengan cara yang lain. Sebagai contoh ketika kita selamat dari musibah, kita
62
mengadakan tasyakuran sebagai wujud syukur kepada Allah dengan cara berbagi kebahagiaan dengan orang lain. 3) Husnudzan Husnudzan berarti berprasangka baik atau berpikir positif. Berprasangka baik kepada Allah SWT, kepada orang lain, dan berprasangka baik terhadap segala sesuatu yang terjadi. Dengan berprasangka baik, hidup kita akan tenang karena tidak berpikir hal-hal yang belum pasti. “Allah, sesungguhnya aku berusaha untuk terus berprasangka baik pada-Mu.”(Anak-Anak Angin, 2013:47). Kutipan novel di atas mengajarkan kepada kita bahwa kita harus selalu berprasangka baik kepada Allah SWT. Dalam situasi dan kondisi apapun kita tetap harus berprasangka baik kepada Allah SWT. Percayalah setiap yang terjadi pasti atas kehendakNya dan dari setiap peristiwa ada pelajaran yang bisa dipetik.
أَنَا ِع ْن َد ظَن َع ْب ِدى بِى “Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih). Berprasangka baik kepada Allah adalah keniscayaan. Karena Allah sesuai dengan prasangka hamba-Nya. Ketika kita merasa dekat dengan Allah, Allah lebih dekat dengan kita. Begitu juga ketika kita berdo’a pada Allah kita harus yakin bahwa do’a kita akan dikabulkan dengan tetap melakukan sebab terkabulnya
63
do’a dan menjauhi berbagai pantangan yang menghalangi terkabulnya do’a. 4) Tawakal Tawakal kepada Allah adalah ketulusan penyandaran hati kepada-Nya dalam segala urusan, baik itu dalam mendatangkan manfaat kepada hamba, ataupun dalam mencegah bahaya darinya pada urusan-urusan dunia dan akhirat. Tawakal kepada Allah merupakan amal hati, bukan ucapan lisan (Rusyad, 2009:556557). Tawakal merupakan kesungguhan hati dalam bersandar kepada-Nya untuk
mendatangkan manfaat
serta
mencegah
bahaya, baik dalam urusan dunia maupun akhirat. Tawakal juga
berarti membebaskan hati dari
segala ketergantungan
kepada selain Allah dan menyerahkan segala keputusan kepadaNya. Allah SWT berfirman:
“...dan barangsiapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah Telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.”(Q.S. AthThalaq:3). Ayat
di atas selaras dengan salah satu kutipan dalam
novel Anak-Anak Angin di bawah ini. 64
“Untuk Ujian Nasional yang akan datang, menurutku, biarkan mereka mendapatkan nilai yang pantas mereka dapatkan dengan kemampuan mereka sendiri. Tak perlu lagi dibantu, tak perlu lagi direkayasa. Biarkan Tuhan dan ikhtiar yang menentukan kelulusan mereka.”(Anak-Anak Angin, 2013:142-143). Sebagai seorang hamba, yang wajib kita lakukan adalah berusaha dan berdoa. Setelah itu, kita pasrahkan segala urusan kepada Allah SWT semata. Karena segala keputusan adalah hak milik Allah. Kita harus berserah diri kepada Allah tanpa bergantung kepada selain Dia. Sebagai contoh ketika Ujian Nasional, yang wajib kita lakukan adalah belajar dan berdoa. Setelah itu kita pasrahkan semuanya kepada Allah. Bukan sebaliknya, kita sudah belajar dan berdoa, akan tetapi kita mengotori hati kita dengan mendatangi kuburan agar mendapat kunci jawaban. Jangan pernah mengotori hati dengan bersandar kepada selain Allah SWT. b. Akhlak terhadap Diri Sendiri 1) Kanaah Kanaah termasuk akhlak mahmudah (terpuji). Arti kanaah ialah menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang dimiliki (Tatapangarsa, 1980:153). Menerima dan merasa cukup dengan apa yang dimiliki, bukan berarti pasrah dan berpangku tangan. Sebaliknya, orang yang kanaah itu selalu bersungguh-sungguh dalam mengerjakan
65
segala sesuatu. Namun ketika hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkan, ia tetap ikhlas menerima hasil tersebut. “Kalau belum diterima, berarti memang belum jalannya. .., aku yakin apa yang diberikan Tuhan selalu yang terbaik.”(Anak-Anak Angin, 2013:5-6). Kutipan novel di atas menceritakan tentang Bayu (Pengajar Muda) yang menerima kenyataan, bahwa ia ditolak oleh sebuah perusahaan impiannya. Ia percaya bahwa itu belum rezekinya dan meyakini bahwa semua ketentuan Allah adalah yang terbaik. Ia menerimanya dengan ikhlas. Karena itu sungguh beruntung, orang yang hatinya telah mencapai kanaah. Rasulullah Saw bersabda:
ِ قَ جد أَفج لَ َح َم جن أ ج َُّعهُ اللَّهُ ِبَا آتَاه َ َوقَن,ورِز َق َك َفافا ُ ,َسلَ َم “Sungguh beruntung orang yang masuk Islam, diberi rezeki yang cukup, dan diberikan oleh Allah sikap kanaah (rasa cukup) terhadap pemberian-Nya.”(HR. Tirmidzi). Orang yang beruntung adalah orang yang mendapat petunjuk dari Allah untuk masuk Islam. Karena banyak orang yang belum mendapat petunjuk dari-Nya dan masih hidup dalam kekafiran. Orang yang hidup dalam kesederhanaan tetapi kanaah, itu sebuah keberuntungan yang besar. Karena ia tidak akan pernah putus asa dalam menghadapi hidupnya. Ia terus berusaha dan menerima apa yang ia dapatkan. Dengan begitu, jiwanya akan selalu tenang meskipun hiup dalam kesederhanaan.
66
2) Menjaga niat Niat adalah irodah atau qasad (maksud). Adapun hakikat niat adalah keadaan atau sifat yang tumbuh dalam hati manusia, yang menggerakkan atau mendorongnya dalam hati manusia, yang menggerakkan atau mendorongnya untuk melaksanakan suatu pekerjaan (Hanis Syam, 2008:30). Niat dalam ajaran agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting. Ia menjadi tolak ukur diterima atau tidaknya amalan seseorang. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim sebagai berikut:
ِ َّال بِالنِّ ي ات َوإََِّّنَا لِ ُك ِّل جام ِر ٍئ َما نَ َوى ُ إََِّّنَا اجأل جَع َم
“Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya.” (HR.Bukhari dan Muslim). Dari hadis di atas kita mengetahui bahwa niat adalah hal pokok yang harus dimiliki seseorang dalam melakukan suatu perbuatan. Dan seharusnya sebelum melakukan suatu perbuatan, sebaiknya kita menata niat terlebih dahulu. Karena dengan tertatanya niat akan menjadi penentu diterimanya perbuatan itu oleh Allah SWT. “Pilot menjaga kestabilan seperti kami, sepuluh Pengajar Muda, yang juga menjaga niat kami.”(Anak-Anak Angin, 2013:12).
67
Kutipan novel di atas menjelaskan kepada kita betapa pentingnya menjaga niat. Kita tidak hanya harus menata niat saja, akan tetapi kita juga harus menjaga niat tersebut. Karena ketika kita tidak bisa menjaga niat, maka perbuatan yang kita lakukan akan sia-sia. Sebagai contoh ketika kita berniat untuk memberi bantuan kepada seseorang, awalnya kita beramal untuk mendapat ridho-Nya. Tetapi tiba-tiba bertemu dengan orang yang kita cintai. Kita ingin orang tersebut mengetahui bahwa kita itu baik, dengan memberi bantuan. Dengan demikian, berarti kita tidak bisa menjaga niat dan amal perbuatan kita menjadi sia-sia. 3) Muhasabah Muhasabah berarti introspeksi/evaluasi
terhadap diri
sendiri. Setelah melakukan aktivitas (beramal), hendaknya seorang Muslim menyediakan waktu untuk bertafakur (berpikir). Ia perlu mengadakan muhasabah (introspeksi/evaluasi) terhadap dirinya atas amal yang telah dilakukan. “Anak-anak itu harus belajar dari kesalahan yang mereka buat. Harapannya tentu agar mereka tidak mengulanginya di kemudian hari.” (Anak-Anak Angin, 2013:29). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa sejak kecil anakanak telah diajarkan untuk introspeksi atau evaluasi diri dengan cara belajar dari kesalahan yang pernah dibuat. Tujuannya agar mereka tidak mengulangi
kembali
kesalahannya. Contoh
sederhana ketika ada seorang teman yang tiba-tiba marah kepada
68
kita. Kita tidak tahu apa alasan dia sampai marah. Dia hanya diam dengan pandangan yang tidak mengenakkan. Akhirnya kita berpikir tentang apa kesalahan yang telah kita perbuat. Setelah berpikir, akhirnya diketahui alasannya, yaitu sakit hati dengan perkataan yang tidak sadar telah terucap. Dari situ kita belajar bahwa kita harus berhati-hati dalam berbicara. Inilah yang dimaksud dengan muhasabah terhadap diri sendiri, sebagaiman firman Allah SWT:
“Wahai orang-orang yang beriman!Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Q.S. al-Hasyr: 18). Ayat di atas menunjukkan perintah untuk senantiasa mengadakan muhasabah (evaluasi) terhadap diri sendiri atas segala sesuatu yang telah dikerjakan. Merenungkan bekal untuk kehidupan di akhirat nanti. Amal shaleh apa yang harus ditambahi, dan perbuatan buruk apa yang harus ditinggalkan. 4) Ikhlas Ikhlas yaitu melaksanakan suatu amal hanya karena Allah SWT. Ikhlas merupakan roh atau jiwa dari setiap amalan. Suatu amalan tanpa didasari oleh hati yang ikhlas maka amalan tersebut mengambang dan tidak akan diterima oleh Allah SWT. Menurut
69
istilah syariah (Islam) yang dimaksud dengan makna ikhlas adalah mengerjakan ibadah atau kebajikan karena Allah SWT semata-mata
mengharapkan
keridhoan-Nya
(Hanis
Syam,
2008:25-26). Ikhlas bukan hanya dalam hal memberi sesuatu kepada orang lain, akan tetapi juga dalam hal mengikhlaskan sesuatu yang hilang dari kehidupan kita. “Sejak awal aku tahu masalah ini tak akan cepat selesai. Aku terjebak di dalam lingkaran ini dan tak bisa keluar lagi. Sebuah pelajaran hebat lagi dari Tuhan yang mungkin menginginkanku untuk mengikhlaskan semua.”(Anak-Anak Angin, 2013:55). Kutipan dialog dalam novel Anak-Anak Angin ini mengajarkan kepada kita bahwa ketika kita kehilangan sesuatu yang berharga, sebaiknya kita mengikhlaskannya. Ikhlas di sini bukan berarti tidak berusaha untuk mencarinya. Mengikhlaskan sesuatu yang telah hilang akan menghindarkan kita dari penyakit hati. Sebagai contoh si A dan si B adalah teman sekamar ketika tinggal di kost. Suatu ketika si A kehilangan jam kesayangannya. Si A bertanya kepada si B, tetapi si B tidak tahu. Si A merasa sedih sekali, sehingga membuat dia sampai berprasangka buruk kepada teman sekamarnya. Akan tetapi kemudian si A berusaha mengikhlaskannya. Karena si A sadar bahwa prasangkanya akan membuat pertemanannya hancur.
70
5) Tanggung Jawab Tanggung jawab berarti kesadaran manusia untuk menanggung atas perilaku atau perbuatannya, baik yang disengaja maupun tidak sengaja. Setiap orang mempunyai tanggung jawabnya masing-masing. Rasulullah bersabda:
ول َع جن َر ِعيَّتِ ِه ٌ ُُكلُّ ُك جم َر ٍاع َوُكلُّ ُك جم َم جسئ “Kamu semua adalah pemimpin, dan kamu semua bertanggung jawab atas kepemimpinannya.”(HR. Bukhari dan Muslim). Dijelaskan
bahwa
kelak
kita
akan
dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang pernah kita perbuat. Setiap pribadi bertanggungjawab atas dirinya sendiri. Sehingga kita harus berpikir terlebih dahulu sebelum bertindak. Jangan sampai kita melakukan hal-hal yang tidak baik dan tidak bermanfaat. “Benar, uang itu bukan milikku. Namun tidak berarti aku bisa begitu saja lepas tangan dan melupakan semuanya.” (Anak-Anak Angin, 2013:55). Kutipan novel di atas menunjukkan bahwa kita tidak boleh lepas tanggung jawab atas apa yang terjadi. Ketika kita diberi amanah, kita harus benar-benar menjaga amanah tersebut. Dan ketika kita gagal menjaga amanah tersebut, kita harus bertanggung jawab. Bertanggung jawab atas keputusan yang kita ambil merupakan keharusan. Baik buruknya resiko yang ada, harus berani menanggungnya.
71
Sebagai contoh ketika seseorang memutuskan untuk bermain bola. Bermain bola memang menyenangkan, akan tetapi kita juga bisa mengalami cidera yang parah. Ketika mengalami cidera, kita tidak boleh mengeluh dan menyalahkan lawan yang tidak sengaja menendang kaki kita. Karena itu adalah resiko yang harus kita tanggung ketika bermain bola. 6) Disiplin Disiplin
merupakan
sikap
seseorang
yang
selalu
mengendalikan diri, selalu menaati peraturan yang ada. Orang yang disiplin adalah orang yang bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri. Tidak pernah menyalahkan orang lain atas kegagalan yang dialami. “Kedisiplinan murid-murid juga sangat baik. Hampir tak ada lagi yang makan di kelas, menaikkan kaki di kursi, ribut yang berlebihan.” (Anak-Anak Angin, 2013:113). Tokoh pendidik dalam novel ini selalu mengajarkan dan membiasakan anak-anak untuk selalu disiplin. Mendisiplinkan anak-anak bukan hal yang mudah, membutuhkan kesabaran dan perjuangan. Tidak mudah untuk mendisiplinkan anak yang sudah terbiasa bebas dalam berperilaku. Tetapi ia selalu yakin bahwa bisa membuat anak-anak menjadi pribadi yang disiplin. Ia yakin bahwa bisa adalah karena niat dan biasa. Karena disiplin adalah kunci dari kesuksesan.
72
Dalam agama Islam juga diajarkan untuk disiplin. Rasulullah Saw bersabda:
الص َالة َعلَى َوقجتِ َها َّ “Salat pada waktumya.” (HR Bukhari). Salat tepat pada waktunya merupakan amalan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Allah mengajarkan kepada hamba-Nya untuk selalu disiplin dalam menjalankan ibadah. Dalam perbuatan lain kita juga harus disiplin, karena dengan disiplin hidup akan menjadi lebih teratur. 7) Tawadhu’ Kata tawadhu’ berasal dari kata wa-dha-‘a yang berarti merendahkan. Merendahkan di sini berarti menempatkan dirinya pada posisi yang lebih rendah dari yang seharusnya dimiliki (Ahmadi, 2004:108). Lebih tepatnya tawadhu’ diartikan sebagai sikap rendah hati. “Olan unggul dalam pelajaran Matematika, Bahasa, dan IPA sehingga dia berhak untuk menjadi yang terbaik. Meskipun begitu Olan tak pernah merasa lebih pintar. Dia selalu haus akan ilmu.” (Anak-Anak Angin, 2013:127). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa seseorang yang dikatakan sebagai orang yang rendah hati adalah orang yang tidak merasa lebih baik dari orang lain. Karena orang yang rendah hati menyadari bahwa ada zat yang lebih dari segala-galanya yang ada di dunia ini, yaitu Allah SWT.
73
Tawadhu’ kepada sesama Muslim adalah sifat mulia dan terhormat, dan sangat dicintai Allah SWT. Sebaliknya, sikap takabur/sombong sangat dibenci oleh-Nya. Sebagaimana firmanNya dalam surat Luqman ayat 18:
“Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.” (Q.S. Luqman: 18). Kita
sebagai
makhluk
ciptaan
Allah
SWT
tidak
sepantasnya berlaku sombong di muka bumi ini. Karena segala yang kita miliki merupakan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT semata. 8) Jujur Shidq atau sidiq, berasal dari kata shadaqa yang berarti benar. Benar di sini bukan lawan kata salah, tetapi lawan kata dusta, sehingga lebih tepat dimaknai jujur atau kejujuran. Selain makna jujur, sidiq juga terkadang dimaknai kesetiaan, seperti setia dengan janji dan setia dengan komitmen (Ahmadi, 2004:41). Orang
yang
jujur
adalah
orang
yang
berkata,
berpenampilan, dan bertindak apa adanya, tanpa dibuat-buat. Orang yang jujur, hidupnya akan menjadi tentram, dan sebaliknya
74
orang yang berdusta hidupnya akan diliputi dengan kegelisahan. Dari Hasan bin Ali r.a., Rasulullah Saw bersabda:
ِ ِ ب ِّ ك فَِإ َّن َ ُك إِ ََل َما الَ يَِريب َ َُد جع َما يَِريب َ الص جد َق طُ َمأجنينَةٌ َوإِ َّن الج َكذ ٌِريبَة “Tinggalkanlah yang meragukanmu pada apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa.” (HR. Tirmidzi, Ahmad, dan lain-lain). Hadis di atas menjelaskan bahwa kejujuran akan membawa ketenangan jiwa dan sebaliknya kedustaan akan mendatangkan kebimbangan. Semua yang berawal dari kejujuran akan berakhir dengan kebaikan. Sedangkan sesuatu yang dimulai dengan kedustaan akan berakhir dengan kegelisahan. Seseorang yang pernah berbohong, akan menutupi kebohongannya dengan kebohongan-kebohongan lainnya. Dan pada akhirnya hidupnya tidak akan tenang. “Aku pun menambahkan,’Kejujuran adalah yang paling utama. Jadikan ujian ini sebagai yang terakhir selama kalian belajar di SD.”(Anak-Anak Angin, 2013:146) Kejujuran adalah hal yang paling utama. Karena kejujuran selalu melahirkan kebajikan. Dengan kejujuran berarti kita menghargai diri sendiri dan menghargai orang lain. Sebagai contoh ketika pelaksanaan Ujian Nasional (UN), banyak siswa yang
mencontek.
Ini
berarti
mereka
tidak
menghargai
kemampuan dirinya sendiri dan tidak menghargai guru yang
75
selama ini mendidik mereka. Hasil memang penting, akan tetapi proses merupakan hal yang lebih utama. Mungkin sejenak mereka senang mendapat nilai baik, akan tetapi sebenarnya dalam hati mereka kecewa karena itu bukan hasil kerja kerasnya sendiri. 9) Sabar Kata shabr maknanya habs, yakni menahan. Maka kata sabar dimaknai ”usaha menahan diri dari hal-hal yang tidak disukai dengan sepenuh kerelaan dan kepasrahan” (Ahmadi, 2004:85). Sikap sabar sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Karena semua orang pasti merasakan pahit getirnya kehidupan. Kesabaran tidak hanya dalam menghadapi kesusahan, tetapi juga dalam keadaan menyenangkan sekalipun, agar tidak terlalu gembira hingga diluar kontrol. “Selesai sudah peperangan terbesar yang pernah dilakukan seorang hamba. Kemenangan megah sudah di depan mata bagi mereka yang sabar dalam imannya.”(Anak-Anak Angin, 2013:184). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa hari raya Idul Fitri merupakan hadiah kemenangan bagi hamba yang sabar dalam menjalankan puasa ramadhan sebulan penuh. Kemenangan yang patut diperoleh oleh hamba-Nya yang senantiasa menjaga imannya. Contoh lain ketika seorang mahasiswa semester akhir yang sedang berkutat dengan skripsi yang menghadapi berbagai cobaan. Cobaan ingin berlibur, cobaan melihat teman yang masih
76
santai dengan skripsinya, putus dengan pacarnya, dan cobaan lainnya. Kemenangan akan diraihnya jika dia sabar dalam menghadapi cobaan-cobaan tersebut. Kemenangan terbesarnya adalah skripsi selesai dan wisuda tepat waktu. 10) Hemat Hemat berarti mengambil jalan tengah, menghindari sikap berlebihan. Tetapi sikap tidak berlebihan di sini dalam pengertian mengeluarkan uang, yaitu berada di antara kemurahan hati dan sikap boros yang akan menimbulkan kedengkian orang lain. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu jadikan tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal.”(Q.S. AlIsra’). Ayat di atas menjelaskan bahwa kita tidak boleh menjadi orang yang kikir, dan juga tidak terlalu pemurah. Itu juga berlaku untuk diri kita sendiri. Maksudnya, dalam menggunakan uang untuk kebutuhan kita sendiri, tidak boleh berlebihan. Uang yang kita punya sebagian ditabung untuk keperluan mendatang dan sebagian lagi disedekahkan, karena sebagian harta yang kita miliki adalah hak fakir miskin. “Dua minggu lalu, aku dan anak-anak kelas IV sepakat untuk membiasakan diri menabung untuk menanamkan 77
nilai hidup hemat. Kebetulan saat itu materi yang dipelajari memang seputar uang. Kupikir anak-anak harus belajar bagaimana cara mengatur dan menggunakan uang dengan baik..”(Anak-Anak Angin, 2013:187). Kutipan novel di atas menjelaskan kepada kita bahwa anak-anak harus diajarkan untuk menabung sejak kecil. Dengan menabung berarti kita menanamkan pada anak untuk hidup hemat, tidak berlebih-lebihan. Menabung juga berarti mengajari anak bagaimana cara mengatur dan menggunakan uang untuk hal yang baik dan bermanfaat. 11) Optimis Optimis
merupakan
sikap
seseorang
yang
selalu
berpengharapan baik dalam menghadapi segala hal atau persoalan. Orang yang optimis tidak akan pernah takut menghadapi tantangan, karena ia selalu mempunyai keyakinan bahwa ia bisa menghadapinya dan selalu berpikiran positif terhadap segala sesuatu yang yang terjadi. “Namun perintah tersebut membuatku tertantang. Dengan waktu dan sumber daya terbatas, ada optimisme muncul bahwa dengan niat tulus dan kerja keras tidak ada yang tidak bisa dicapai.” (Anak-Anak Angin, 2013:209). Kutipan novel di atas ingin menyampaikan pesan bahwa kita harus selalu optimis dan yakin meskipun dalam segala keterbatasan yang ada. Karena dengan niat tulus dan kerja keras tidak ada yang tidak bisa dicapai. Yang terpenting adalah segala
78
yang sesuatu yang kita kerjakan adalah untuk kebaikan dan mengharap ridho Allah SWT semata.
Ibrahim berkata: "tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhan-nya, kecuali orang-orang yang sesat".(Q.S. Al-Hijr:56). Optimis menjadi sikap yang harus dimiliki oleh setiap orang. Kita tidak boleh putus asa dalam menghadapi masalah apapun. Ketika kita putus asa berarti kita tidak berpengharapan baik kepada Allah dan itu akan menyesatkan. Berharaplah mendapat rahmat Allah untuk memperlancar segala apa yang kita kerjakan. 12) Amanah Amanah berarti menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.”(Q.S. An-Nisa’:58). Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah memerintahkan kita untuk menjadi orang yang amanah, orang yang dapat dipercaya. Amanah tidak hanya menyangkut urusan material dan hal-hal yang bersifat fisik. Menjaga rahasia, menutup aib saudara adalah
79
amanah. Menunaikan hak Allah adalah amanah. Berbuat baik kepada sesama adalah amanah. “Tidak, Pak Bayu. Ini adalah amanat jemaah untuk Pak Bayu. Saya tidak berhak menerimanya.”(Anak-Anak Angin, 2013:244). Kutipan Novel di atas menceritakan tentang pak Oscar (pendeta) yang menjaga amanah yang dititipkan oleh warga kepadanya. Ini menjadi pelajaran bagi kita bahwa kita harus menjaga amanah yang telah dititipkan kepada kita, apapun yang terjadi. Sebagai contoh, orangtua yang merawat anak-anaknya dengan baik, memberi nama yang baik, menyekolahkan, memberi pendidikan akhlak, berarti mereka menjaga amanah yang telah diberikan oleh Allah. c. Akhlak terhadap Orangtua 1) Birrul Walidain Birrul walidain berarti berbuat baik kepada kedua orangtua. Berbuat baik di sini meliputi pekerjaan apa saja yang dapat disebut “baik”, yang berupa perkataan, perbuatan, dan lainlain. Allah SWT menciptakan kita di dunia ini melalui orangtua kita (ayah dan ibu). Dengan segala pengorbanannya, kita harus selalu berbuat baik kepada mereka. Terutama kepada ibu yang telah susah payah mengandung, melahirkan, dan menyapih kita. Allah berfirman:
80
... “Dan telah kami perintahkan kepada manusia agar berbuat baik kepada kedua orangtuanya. Ibunya mengandungnya dengan susah payah dan melahirkan dengan susah payah pula sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan,...”(Q.S. Al-Ahqaaf:15). Ayat di atas menunjukkan betapa besar pengorbanan orangtua khususnya seorang ibu. Tanpa mengesampingkan peran seorang ayah yang telah berjuang memberi nafkah kepada keluarga. Ibu telah susah payah mengandung, dengan kepayahan yang bertambah, mempertaruhkan nyawanya demi melahirkan buah hatinya, dan menyapihnya selama tiga puluh bulan. Oleh karena itu, Allah memerintahkan kepada kita untuk selalu berbuat baik kepada kedua orangtua. “Mungkin ini terlalu tergesa. Tapi, Mama, kupersembahkan rasa hormat kepadamu setulusnya layaknya seorang anak kepada ibunya.” (Anak-Anak Angin, 2013:86). Salah satu bentuk dari birrul walidain (berbuat baik kepada orangtua) adalah dengan cara menghormati kedua orangtua. Kita tidak boleh berkata kasar dan membentak orangtua. Kita harus merendahkan suara ketika berbicara, jangan sampai kita menyakiti hati mereka. Walaupun setelah dewasa, kita bisa membahagiakan orangtua kita, kita tidak akan pernah bisa membalas semua yang telah dilakukan dan diberikan oleh orangtua kepada kita.
81
d. Akhlak terhadap sesama 1) Menjamu tamu Memuliakan tamu adalah sunah yang dianjurkan dan dikerjakan oleh Rasulullah Saw. Bagi orang yang didatangi oleh seorang tamu, hendaklah memuliakan tamunya, dan menemuinya dengan tersenyum, wajah berseri, dan gembira (‘Isa, 2010:163). “Selepas Isya, tamu-tamu mulai berdatangan. Aku berusaha sebaik mungkin menyambut mereka satu persatu.” (Anak-Anak Angin, 2013:233). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa ketika kita kedatangan seorang tamu kita harus menyambutnya dengan sebaik mungkin. Hendaknya bersegera memuliakan tamu dengan cara mempersilahkan duduk dan menyuguhkan hidangan yang baik, tetapi tidak memaksakan diri. Rasulullah Saw bersabda yang artinya:
ِ ِ ِ ِ ِ َ َم جن َكا َن يُ جؤم ُن بِااهلل َوالجيَ جوم جاالَخ ِرفَ جليُ جك ِرجم ُضجي َفهُ َجائَزتَه
“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah memuliakan tamunya dan menjamunya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Bagi Umar bin al-Khattab, tamu adalah seorang raja, sementara ia adalah seorang hamba yang berkewajiban melayani sang raja dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu kita dianjurkan mengikuti sunah Rasul dan para sahabatnya dengan cara memuliakan seorang tamu. Karena masuknya seorang tamu ke
82
dalam rumah, diikuti dengan seribu berkah dan seribu rahmat serta Allah akan mengampuni dosa penghuni rumah. 2) Peduli Peduli merupakan suatu sikap atau tindakan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap subyek atau obyek tertentu. Yang dimaksud perhatian di sini adalah lebih kepada keprihatinan terhadap keadaan yang ada disekitarnya. “Ketidakpedulian itu membunuh. Tak ada usaha perbaikan akan membuat masalah ini seperti tongkat estafet, terus diserahkan kepada pelari berikutnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:150). Ketidakpedulian itu membunuh. Yang dimaksud di sini adalah ketika kita tidak mau peduli dengan apa yang terjadi di sekitar kita, itu akan semakin memperparah keadaan. Sikap
permisif
merupakan
salah
satu
contoh
ketidakpedulian. Yang dimaksud permisif di sini adalah sikap mudah memaafkan terhadap penyelewengan yang terjadi. Sebagai contoh ketika seorang perempuan hamil di luar nikah. Dulu kejadian seperti itu dianggap tabu dan sangat memalukan. Bukan hanya memalukan bagi keluarga, tetapi juga memalukan bagi masyarakat sekitar. Sehingga di
masyarakat perempuan
yang hamil di luar nikah akan dikucilkan. Berbeda dengan sekarang, fenomena hamil di luar nikah dianggap hal yang biasa. Masyarakat tidak merasa tabu lagi. Sehingga semakin banyak perempuan yang hamil di luar nikah. Banyak yang tidak takut
83
lagi untuk berbuat di luar batas. Itu akibat dari ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar. Dari contoh di atas, dapat disimpulkan bahwa sikap peduli dengan keadaan sekitar, harus tertanam dalam diri kita. Agar setiap permasalahan yang terjadi bisa terselesaikan dan tidak menimbulkan permasalahan yang baru. Perbaikan harus segera dilakukan agar keadaan tidak semakin parah. 3) Menghargai Menghargai adalah suatu sikap memberi terhadap suatu nilai yang diterima oleh manusia. Menghargai orang lain berarti menghormati dan memandang penting orang lain tersebut. Sikap saling menhargai akan menciptakan hubungan yang harmonis. Karena orang yang bisa menghargai orang lain akan menjaga lisan, sikap, dan perbuatan agar tidak menyinggung dan menyakiti orang lain.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri.”(Q.S. Al-Hujurar:11).
84
Kita harus saling menghargai, dan tidak boleh menjelekjelekkan orang lain. Karena belum tentu kita lebih baik dari mereka. Dan ketika kita menjelek-jelekkan saudara muslim kita berarti kita menjelek-jelekkan diri kita sendiri. Karena kita ibarat satu tubuh, yang harus saling menjaga dan saling menutupi aib. “Kalau dulu paling sulit ketika disuruh mengerjakan tugas, sekarang dia selalu mencoba walaupun masih lambat dan hasilnya pun belum benar. Akan tetapi, usahanya ini aku hargai sangat tinggi.” (Anak-Anak Angin, 2013:164). Kutipan novel di atas menceritakan tentang pak Bayu (Pengajar Muda), yang selalu menghargai perubahan peserta didiknya. Sekecil apapun perubahan yang dilakukan oleh peserta didik harus dihargai tinggi. Karena perubahan menunjukkan bahwa peserta didik mempunyai keinginan untuk menjadi lebih baik. Dengan dihargai, peserta didik akan lebih semangat dalam belajar dan meningkatkan prestasi belajarnya. 4) Menyampaikan ilmu “Aku mengajak anak-anak Pondok Pesantren untuk berbagi ilmu. Hanya segelintir santri yang masih menginap di Pondok, sisanya pulang kampung. Tapi, alhamdulillah, dari yang sedikit itu ada lima orang yang siap membantu.”(Anak-Anak Angin, 2013:170). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus menyampaikan ilmu yang kita miliki kepada orang lain. Karena ilmu yang tidak disampaikan dan diamalkan, diibaratkan sebuah pohon yang tidak berbuah, tidak ada manfaatnya. Pohon yang rindang seperti seseorang yang berilmu tinggi akan tetapi tidak
85
pernah menyampaikan dan mengamalkan ilmunya. Rasulullah Saw bersabda:
بَلِّغُوا َع ِِّّن َولَ جو آيَة “Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari) Hadis di atas adalah perintah untuk berdakwah. Yaitu menyampaikan sebuah ilmu yang kita miliki walaupun sedikit. Ilmu sedikit yang kita sampaikan dan amalkan akan lebih bermanfaat daripada ilmu yang banyak tetapi tidak disampaikan dan diamalkan. Karena kita akan mendapat pahala dari amal kita sendiri dan amal orang yang kita ajak dalam kebaikan tersebut. Dengan berbagi ilmu berarti kita telah membantu orang lain untuk menambah wawasan keilmuan dan meningkatkan kompetensi yang dimilikinya. 5) Gotong-royong Gotong-royong artinya melakukan suatu pekerjaan secara bersama-sama, dengan tujuan yang sama, dan demi kepentingan bersama. Gotong royong merupakan salah satu kebiasaan positif yang ada di Indonesia, terutama di desa. Budaya gotong royong adalah salah satu sarana yang efektif untuk menjalin keakraban di mayarakat. Karena ketika ada gotong-royong semua warga diharuskan untuk ikut. Dengan demikian, antara warga satu dengan yang lain bisa bertegur sapa.
86
Yang biasanya tidak pernah bertemu karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing, dengan adanya acara gotong-royong menjadi bisa bertemu. “Aku, bekerja sama dengan Adhi dan anak-anak muda dari Ikatan Remaja Bibinoi, merencanakan berbagai lomba khas 17 Agustus sebagai pendamping acara resmi upacara penaikan bendera merah putih.”(Anak-Anak Angin, 2013:175). Dengan bergotong-royong, pekerjaan akan cepat selesai dan hasilnya akan lebih baik daripada dikerjakan sendiri, karena selain
tenaganya
lebih
banyak,
berpikir
bersama
akan
menghasilkan ide yang lebih baik. Budaya gotong-royong harus kita jaga kelestariannya, terutama di daerah perkotaan. Karena di kota, budaya gotong-royong semakin luntur. Membersihkan parit adalah salah satu contoh gotong-royong, selain untuk mencegah banjir, ini akan menjadi sarana bagi warga untuk bersosialisasi. 6) Musyawarah Musyawarah menurut bahasa berarti “berunding” dan “berembuk”. Musyawarah menurut istilah adalah perundingan bersama antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan keputusan yang terbaik. Musyawarah adalah pengambilan keputusan bersama yang telah disepakati dalam memecahkan suatu masalah. “Bapak dan ibu dari Dinas Pendidikan menyerahkan keputusan kepada musyawarah guru, kepala sekolah, dan masyarakat. Aku amat setuju dengan kebijakan tersebut.” (Anak-Anak Angin, 2013:197).
87
Kutipan di atas menunjukkan bahwa dalam menyelesaikan masalah (kepentingan bersama), harus dilakukan dengan jalan musyawarah. Karena dengan musyawarah akan menyatukan perbedaan pendapat yang ada, dan semua orang harus bertanggung jawab terhadap keputusan atau hasil musyawarah tersebut. Sebagai contoh ketika kita berunding tentang waktu pelaksanaan rapat rutin remaja. Ada yang usul minggu pertama dan ada yang usul minggu terakhir. Karena tidak mencapai mufakat, maka dilakukan voting dan hasilnya banyak yang memilih minggu terakhir. Dengan begitu, anggota yang memilih minggu pertama harus mengikuti hasil voting tersebut, yaitu dengan mengikuti rapat rutin di minggu terakhir. Musyawarah juga diperintahkan oleh Allah:
“...dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.”(Q.S. Ali Imran:159). Musyawarah dianjurkan, agar dalam memutuskan suatu hal tidak menimbulkan masalah baru. Musyawarah harus dilakukan dengan cara yang baik, tidak ada aksi yang di luar batas. Ketika berdebat, maka berdebatlah dengan cara yang baik. Karena sesuatu yang baik harus diputuskan dengan cara yang baik pula. 88
7) Mengucapkan salam Salam berarti keamanan, jika kita mengucapkan kepada muslim yang lain, “Assalamu’alaikum,” berarti kita telah mendoakan
ketentraman,
ketenangan,
kegembiraan
dan
kebahagiaan atasnya (‘Isa, 2010:17-18). Salam merupakan uangkapan doa yang lengkap dan indah pada saat bertemu satu sama lain yang dimiliki oleh agama Islam. Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh (mencakup doa kesehatan dan keselamatan hidup, dan kedamaian di dunia dan di akhirat).
Orang
yang
mendapat
salam
menjawab
wa’alaikumsalam (dan kesejahteraan anda juga). “Saat masuk ke ruang guru ia mengucap salam kepada semua yang hadir. Kami sudah menunggunya sedari tadi.”(Anak-Anak Angin, 2013:198). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa ketika kita bertemu dengan orang lain kita dianjurkan mengucapkan salam. Karena mengucapkan salam kepada sesama Muslim hukumnya sunah dan menjawab salam hukumnya wajib.
“Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh Allah memperhitungkan segala sesuatu.” (Q.S. an-Nisa’:86).
89
Dalil di atas menunjukkan kepada kita bahwa ketika seseorang berbuat baik kepada kita, sebaiknya kita membalas dengan yang lebih baik atau paling tidak sama. Sebagai contoh ketika seseorang diberi hadiah sepasang sepatu oleh temannya. Kemudian dia memberi temannya sebuah tas yang telah lama diinginkan oleh temannya tersebut. 8) Menjenguk orang sakit Dalam bukunya Haq (2004:74), dijelaskan bahwa Abu Hurairah r.a. meriwayatkan bahwa Nabi bersabda kewajiban seorang Muslim terhadap Muslim lainnya ada lima: 1. Menjawab salam; 2. Mengunjungi orang sakit; 3. Mengantar jenazah; 4. Menghadiri undangan; 5. Mendoakan yang bersin (HR Bukhari dan Muslim). Orang yang sakit itu, berada dalam keadaan yang lemah. Bukan hanya lemah fisiknya, akan tetapi juga lemah rohaninya. Orang yang sedang sakit membutuhkan dukungan baik dukungan moril maupun materiil. Menjenguk orang sakit merupakan salah satu bentuk dukungan moril. Dengan menjenguknya, orang yang sakit tersebut menjadi semangat untuk sembuh. “Murid-murid dan rekan guru menjadi penyemangat dalam menghadapi segala yang sulit. Anak-anak sering menjenguk sebelum mereka berangkat sekolah, sekadar mengucap salam saja, ‘Pak Guru!’. Ketika istirahat pun mereka
90
menyempatkan diri berjalan ke sekitar pantai untuk mengintip keadaanku lewat jendela yang memang kubiarkan terbuka.” (Anak-Anak Angin, 2013:204). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus menjenguk orang yang sedang sakit. Ketika sedang menjenguk orang yang sakit kita harus memberi semangat dalam menghadapi penyakitnya dan membantu meringankan kesusahannya. Contoh ketika kita menjenguk teman kita yang sedang sakit kanker dan harus segera dioperasi, sedangkan dia orang yang kurang mampu. Kita dapat meringankan bebannya dengan cara membantu biaya operasinya. Selain meringankan bebannya, kita juga harus mendoakan untuk kesembuhannya. 9) Ta’awun Ta’awun berarti tolong-menolong. Dengan
tolong-
menolong berarti kita meringankan beban orang lain. Islam memotivasi pemeluknya untuk tolong-menolong. Allah SWT berfirman,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Q.S. al-Maidah:2). Manusia adalah makluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri. Mereka saling membutuhkan satu sama lain. Karena
91
manusia diciptakan dengan berbagai keadaan, ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah, ada yang sehat dan ada yang sakit, dan seterusnya. Tetapi tolong-menolong yang diperbolehkan hanya dalam hal kebaikan. “Terkumpul sekitar seratus lima puluh ribu rupiah dari uang jemaah gereja yang entah akan kuapakan. Kemudian aku teringat Verson dan teman-temannya yang ingin mengadakan acara Natal bulan depan. Segeralah aku pamit kepada Pendeta dan beberapa tokoh gereja yang juga hadir lalu meminta seorang anak mencari pemuda itu.” (AnakAnak Angin, 2013:245). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus membantu orang yang sedang membutuhkan pertolongan. Dalam membantu, kita tidak boleh membedakan baik dalam hal agama, suku, maupun bangsa. Dalam keadaan bagaimanapun kita harus tolong-menolong.
Karena
dengan
tolong-menolong,
akan
mendatangkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. 10) Silaturahmi Silaturahmi
artinya
tali
persahabatan
atau
tali
persaudaraan, sedangkan bersilaturahmi berarti mengikat tali persahabatan. Sebagai umat Islam, kita harus menjaga dan menjalin silaturahmi. Karena silaturahmi merupakan perintah Allah SWT. Allah berfirman:
92
“Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal...”. (Q.S. Al-Hujurat:13). Allah menciptakan manusia dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar mereka saling mengenal, bersilaturahmi.
Allah menciptakan
perbedaan bukan untuk melahirkan permusuhan. Kita diciptakan berbeda agar kita bisa saling mengenal, saling memahami. Karena sebagai makhluk sosial kita tidak bisa hidup sendiri, kita saling membutuhkan. “Setelah acara seremonial, aku bersilaturahmi dengan semua warga yang ada di sana. Kujabat tangan mereka, kami bertatap mata dalam sebuah ikatan yang hangat. Kami saling berpeluk, mengucapkan terima kasih, dan berpesan kata yang indah-indah.”(Anak-Anak Angin, 2013:246). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus menjaga silaturahmi. Bersilaturahmi salah satunya dengan cara saling mengunjungi. Sebagai contoh adalah tradisi halal bihalal. Halal bihalal menjadi wadah atau sarana bagi umat Islam untuk menjalin tali silaturahmi. 11) Saling memaafkan “Pak Adin, saya minta maaf kalau selama ini banyak salah. Terima kasih atas semuanya. Beliau mengangguk dan mengucapkan sesuatu. Suaranya tersamar isakan. Tapi aku menangkap sedikit ucapan beliau. Terima kasih. Maaf.” (Anak-Anak Angin, 2013:247). Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa kita harus saling memaafkan. Karena manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT
93
yang tidak luput dari dosa dan kesalahan. Secara sadar maupun tidak sadar, kita sering disakiti dan menyakiti hati orang lain. Oleh karena itu, kita harus saling memaafkan, agar kita tidak menjadi pendendam. Sebab dendam akan mengotori hati kita. Allah SWT berfirman:
“...maka maafkanlah mereka dan lapangkanlah dada, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” (Q.S. Al-Maidah:13). Ayat Al-Qur’an di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan kita untuk memaafkan kesalahan orang lain dengan lapang dada. Sesakit apapun, kita harus memaafkan, karena dengan memaafkan, berarti kita telah melepaskan belenggu dendam dalam hati kita. Dengan memaafkan hati akan menjadi tenang. 12) Sopan santun Sopan santun merupakan suatu sikap atau tingkah laku yang ramah terhadap orang lain. Sopan santun tidak hanya dalam perbuatan, tetapi juga dalam perkataan dan cara berpakaian. Sikap
sopan
santun
sangat
penting
dalam
kehidupan
bermasyarakat. Karena dengan bersikap sopan kita akan bisa saling menghargai dan diterima di masyarakat. Jadi bersikap sopan santun yaitu bersikap sesuai dengan ajaran agama dan norma-norma/aturan-aturan yang telah ada di masyarakat.
94
“Pada setiap kesempatan, aku selalu mengingatkan anakanak untuk terus menjaga perilaku santun dan sopan pada sesama, siapa pun orangnya.”(Anak-Anak Angin, 2013:229). Kutipan novel di atas menceritakan tentang nasehat pak Bayu kepada anak-anak untuk terus menjaga sopan santun kepada siapapun, tanpa membedakan. Karena dengan berperilaku sopan santun kita akan membuat orang lain merasa nyaman ketika berinteraksi dengan kita. Sehingga akan terjalin persaudaraan yang erat. Allah akan memberi ampunan kepada orang yang sopan dan jujur. Rasulullah Saw bersabda:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan Katakanlah perkataan yang benar. Niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu” (Q.S. Al-Ahzab:70-71). Allah mengajarkan kepada kita untuk selalu berkata sopan dan jujur. Karena dengan begitu, orang tidak akan sakit hati dengan perkataan kita. Itu berarti kita telah berusaha mengganti perbuatan buruk kita dengan perbuatan baik, sehingga Allah akan memberi ampunan kepada kita. e. Akhlak terhadap guru 1) Menghormati guru Guru adalah orang yang mulia. Kemuliaan seorang guru dikarenakan pekerjaan mengajar atau mendidiknya. Kemuliaan
95
guru disebabkan juga karena kealiman/kepandaiannya. Islam mengajarkan, hendaknya murid menghormati dan memuliakan guru. Rasulullah Saw bersabda:
ِ َُوقِّ ُرجو َام جن تَتَ َعلَّ ُم جو َن مجنه
“Muliakanlah orang yang kamu belajar daripadanya.” (HR. Abul Hasan Al-Mawardi). Hadis di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu menghormati dan memuliakan seorang guru. Karena selain lebih tua dari kita, seorang guru juga mempunyai jasa yang sangat besar terhadap kehidupan manusia. Kita harus berterima kasih kepada seorang guru, karena telah mengajarkan ilmu pengetahuan yang digunakan untuk memajukan kehidupan manusia.
“Keesokan harinya, dalam apel pagi, aku memperingatkan Ajrul dan anak-anak lain untuk menghormati setiap guru tanpa terkecuali, misalnya dengan mengikuti pelajaran dengan baik, mengerjakan apa yang diminta, serta memberikan salam, dan mencium tangan.” (Anak-Anak Angin, 2013:220). Kutipan novel di atas menjelaskan tentang pak Bayu (Pengajar Muda) yang sedang menasehati peserta didik saat apel berlangsung. Senua guru harus kita hormati, baik itu guru agama maupun guru ilmu pengetahuan. Kita tidak boleh membedabedakan. Menghormati dan memuliakan seorang guru bisa dilakukan misalnya dengan cara, mengikuti pelajaran dengan baik, mengerjakan apa yang diminta, memberi salam, dan mencium tangan.
96
B. Karakter Tokoh Utama Pendidik 1. Pak Bayu (Pengajar Muda) a. Kompetensi pedagogik Kompetensi Pedagogik adalah kemampuan seorang pendidik dalam mengelola pembelajaran peserta didik. 1) Menguasai Kelas Pendidik
harus
mampu
menguasai
kelas
dan
mengondisikan peserta didik dengan baik, agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Karena ketika suasana di kelas tidak kondusif, maka hal tersebut akan mengganggu proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Menguasai dan mengondisikan kelas membutuhkan ketrampilan khusus. Pendidik harus berlatih menggunakan caracara
yang
pernah
dilakukan
oleh
pendidik
senior
(berpengalaman). Jika cara yang diberikan tidak berhasil, dapat membuat cara sendiri. Kunci agar dapat menguasai kelas adalah kita harus memahami peserta didik terlebih dahulu. Memahami tipe belajar mereka. Tipe belajar setiap anak memang berbedabeda, akan tetapi paling tidak kita bisa melihat tipe mana yang paling mendominasi. Cara
menguasai
dan
mengondisikan
kelas
telah
dicontohkan dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada. Diantaranya dengan cara lomba menjadi patung dan
97
penggunaan kata “Halo” dan “Hai”. Cara ini efektif digunakan untuk anak SD. Ketika pendidik dapat menguasai dan mengondisikan kelas, maka pembelajaran akan berjalan lancar. karena peserta didik konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran di kelas. 2) Kreatif dan Inovatif Seorang pendidik harus mampu menjadikan pembelajaran di kelas menjadi hal yang menarik dan menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar peserta didik tidak jenuh dan bosan ketika mengikuti proses pembelajaran. Pendidik harus kreatif dan inovatif dalam menerapkan metode dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Metode dan media pembelajaran yang dipilih harus sesuai dengan materi yang akan dibahas. Karena kesalahan dalam penggunaan metode dan media akan membuat pembelajaran tidak tersampaikan dengan baik. Dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada, dicontohkan penggunaan media kertas lipat dalam mata pelajaran IPA (energi gerak). Setelah materi tentang energi gerak disampaikan, anak-anak diajak keluar dari kelas untuk membuat origami kicir angin. Terbukti anak-anak senang melakukan praktek itu, sehingga tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien. Ini menunjukkan bahwa anak-anak menyukai pembelajaran dengan praktek langsung.
98
b. Kompetensi Profesional Kompetensi terhadap
Profesional adalah
penguasaan
materi
kemampuan
pembelajaran
secara
pendidik luas
dan
mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik sehingga dapat memenuhi standar. 1) Menguasai Materi “Meskipun sudah lama sekali sejak terakhir kali mengerjakan soal Matematika (yang kuingat, kuliah semester tiga), tak terlalu lama buatku untuk mahir berenang lagi di dalamnya.” (Anak-Anak Angin, 2013:132). Tokoh pendidik dalam novel ini menguasai materi yang diajarkan kepada peserta didik, sehingga akan mempermudah dalam penyampaian materi dan memberi pemahaman tentang materi yang disampaikan. Penguasaan materi merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang pendidik. Karena tanpa menguasai materi, apa yang diajarkan akan mengambang tidak mendalam. c. Kompetensi Kepribadian Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan yang melekat pada diri pendidik secara mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. 1) Optimis dan berorientasi pada masa depan Sikap optimis merupakan hasil dari berpikir positif. Sikap optimis tidak akan dimiliki oleh orang yang selalu berpikir
99
negatif. Dampak positif dari sikap optimis bisa dirasakan tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga bagi lingkungan sekitar kita. Memberikan semangat bagi siapa saja, untuk selalu mencoba dan tidak berputus asa. Sangat penting bagi seorang pendidik memiliki sikap optimis. Karena dengan sikap optimis, akan memberikan efek positif terhadap peserta didik. Pendidik yang memiliki sikap optimis akan selalu berorientasi pada masa depan. Berorientasi pada masa depan bukan berarti melupakan masa lalu. Karena masa lalu merupakan bagian dari hidup yang tidak bisa dihilangkan dan akan menjadi pembelajaran untuk menjalani masa sekarang dan merencanakan masa depan. Pendidik
yang
memiliki
sikap
optimis akan selalu
memberikan motivasi kepada peserta didiknya untuk berani mengambil resiko terhadap setiap keputusan yang diambil, dan selalu percaya bahwa kita pasti bisa. 2) Memiliki dedikasi yang tinggi Setiap orang harus berdedikasi terhadap keputusan yang telah mereka ambil. Berdedikasi merupakan wujud tanggung jawab yang dimiliki oleh seseorang terhadap pilihannya. Begitu juga guru, sebagai seorang pendidik, guru seharusnya memiliki dedikasi yang tinggi untuk mencerdaskan dan mendidik siswanya. Di zaman modern ini jarang sekali kita menemukan
100
seorang pendidik yang benar-benar mendedikasikan hidupnya bagi dunia pendidikan. Akibatnya belum adanya kesetaraan pendidikan yang ada di kota dengan pendidikan yang ada di pelosok desa. Kita harus bersyukur, masih
ada
pendidik
yang
berdedikasi tinggi seperti tokoh utama pendidik dalam novel Anak Anak Angin ini. Seseorang yang rela mendedikasikan setahun hidupnya untuk menjadi pengajar di pelosok negeri. Pendidik yang selalu berusaha untuk mengadakan perubahan ke arah yang lebih baik, meskipun sedikit. Pendidik yang menghasilkan peserta didik yang luar biasa di tengah segala keterbatasan yang ada. Dengan
dedikasi
dan
ketulusannya
dapat menghasilkan peserta didik yang pintar dan baik. 3) Bijaksana dan Adil Bijaksana adalah kecakapan dalam bertindak apabila menghadapi kesulitan. Dikatakan bijaksana ketika seseorang dalam
menghadapi
dan
menyelesaikan
masalah,
dengan
pertimbangan yang matang, tidak emosional, dan dengan cara yang baik. Adil berarti menempatkan sesuatu pada tempatnya. Adil juga bisa diartikan sebagai perilaku yang tidak memihak kepada siapapun. Seorang pendidik harus adil kepada semua peserta didiknya. Tidak boleh membeda-bedakan antara satu anak dengan
101
anak yang lain. Pendidik boleh memiliki siswa favorit, tetapi hal tersebut tidak boleh menjadikan pendidik memperlakukannya berbeda dengan anak yang lain. Pendidik harus bijaksana dalam menghadapi perbedaan karakter peserta didiknya. Kebijaksanaan juga dibutuhkan untuk membuat keputusan. Sebagai contoh ketika Pak Bayu (tokoh pendidik) harus mengambil keputusan untuk tidak menaikkan lima peserta didik di kelasnya. Itu merupakan keputusan yang sulit, akan tetapi demi kebaikan lima peserta didik tersebut, hal itu harus dilakukan. 4) Penuh Kasih Sayang Kekerasan mendatangkan kuasa, tetapi bukan respek dan kasih sayang. Seorang pendidik yang memakai kekerasan dalam mengajar akan ditakuti oleh peserta didik. Ini membuat peserta didik mengerjakan semua perintahnya, bukan karena patuh, tetapi karena takut. Seorang pendidik harus bisa menyayangi peserta didiknya. Karena dengan begitu, ketika mereka berbuat hal yang tidak menyenangkan, pendidik akan sabar menasehati dengan penuh kasih sayang. Peserta didik yang dididik dengan kekerasan tidak akan menjadi lebih baik, karena sebenarnya mereka tertekan dengan perlakuan itu. Sebaliknya, mereka akan lebih nyaman ketika diperlakukan dengan kasih sayang.
102
Ketika peserta didik merasa nyaman dengan perlakuan yang diberikan, pendidik akan lebih mudah untuk memahami peserta didik. Dengan memahami peserta didik, akan membantu memperlancar proses pembelajaran. Sebagai contoh, tokoh pendidik dalam novel Anak-Anak Angin. Ia memposisikan menjadi guru ketika di dalam kelas, sedangkan di luar kelas ia menjadi sabahat dan kakak bagi mereka. 5) Pantang menyerah Sikap pantang menyerah merupakan sikap yang tidak mudah patah semangat dalam menghadapi berbagai rintangan. Sikap pantang menyerah harus dimiliki oleh setiap pendidik. Karena sebagai pendidik tentu akan menghadapi berbagai macam masalah, terutama masalah yang datang dari peserta didik. Maklum mereka memiliki latar belakang yang berbeda, sehingga kita tidak bisa memberikan perlakukan yang sama terhadap mereka. Tokoh pendidik dalam novel Anak-Anak Angin ini, tidak pantang menyerah ketika ia merasa sulit mengajar peserta didik karena perbedaan bahasa. Ini membuat ia berusaha untuk mengerti dan memahami bahasa mereka. Ia sering mendengarkan ibu-ibu yang sedang asyik mengobrol. Awalnya ia tidak mengerti apa yang mereka bicarakan, tetapi lama-kelamaan ia mengerti dan mahir menggunakan bahasa mereka.
103
d. Kompetensi Sosial Kompetensi bagian
dari
Sosial adalah kemampuan pendidik sebagai
masyarakat
untuk
berkomunikasi,
bergaul
dan
bekerjasama secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, sesama tenaga kependidikan, dengan orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. 1) Peduli dan responsif Dalam
novel Anak-Anak Angin ini, tokoh utama
pendidiknya memiliki kepedulian yang
tinggi
terhadap
perkembangan peserta didiknya. Terbukti, ketika salah seorang muridnya tidak pernah berangkat sekolah, ia mencari tahu tentang keadaannya. Ia juga pernah mengirimkan surat kepada wali murid untuk membimbing anaknya ketika belajar di rumah, agar kemampuannya meningkat. Dengan kepedulian, peserta didik akan lebih semangat dalam belajar. 2) Bersahabat dan ramah Sebagai seorang pendidik kita harus bersahabat dengan semua orang, terutama dengan peserta didik. Ketika kita bisa bersahabat dengan peserta didik, akan lebih mudah bagi kita untuk memahami karakter mereka. Dengan memahami karakter mereka, kita akan mengetahui bagaimana cara yang tepat untuk mendidik mereka.
104
Selain bersahabat, seorang pendidik juga harus bersikap ramah, agar lebih mudah berinteraksi dengan orang yang ada di sekitarnya. Seperti pak Bayu (tokoh utama pendidik) yang mampu berinteraksi baik dengan peserta didik, rekan sesama pendidik, orangtua/wali peserta didik, pemuda desa, maupun dengan masyarakat sekitar. C. Implikasi Nilai-nilai Pendidikan Islam dalam Kehidupan Sehari-hari Pendidikan
Islam
tidak
hanya
mengajarkan
tentang
norma
akidah/keyakinan, dan norma syariah/ibadah saja, akan tetapi pendidikan Islam juga mengajarkan norma akhlak. Nilai-nilai pendidikan tersebut akan sangat berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. Karena nilai-nilai pendidikan Islam akan selalu sesuai dengan perkembangan zaman. Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki relevansi dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, Islam mengajarkan tentang niat. Dalam hal apapun, Islam memberikan tuntunan, tidak terkecuali dalam mengerjakan proyek (misal pembuatan jalan tol), harus dikerjakan dan memilih bahan yang terbaik. Semua pekerjaan harus diselesaikan dengan sabar, ikhlas, penuh tanggung jawab, optimis, amanah, harus tawakal dan atau menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat yang Maha Kuasa. Nilai-nilai tersebut, tentu akan sangat relevan dengan berbagai kegiatan atau hal apapun. Kegiatan proyek yang dikenal sebagai hal yang bersifat modern seharusnya dijalankan dengan niat yang bersih, yakni
105
dijadikan bagian dari pengabdiaannya
kepada Allah SWT. Islam
mengajarkan bahwa segala sesuatu tergantung pada niatnya. Bisa saja suatu pekerjaan tampaknya baik, tetapi ketika niat pengerjaannya buruk, maka akan memperoleh hasil yang buruk pula. Sebaliknya, siapapun tidak boleh melakukan pekerjaan buruk yang diniati untuk memperoleh kebaikan. Dalam hidup bermasyarakat, Islam juga memberikan tuntunan, agar terbentuk masyarakat yang rukun dan damai. Sebagai contoh, ketika saling bertemu di sebuah kegiatan (kerja bakti), harus saling menyapa dengan mengucapkan salam, karena dengan menyapa menunjukkan adanya rasa kasih sayang, peduli, ramah dan bersahabat, sopan santun, dan silaturahmi. Hakikat kegiatan kerja bakti adalah untuk menjalin kerjasama (gotong-royong), untuk mencapai tujuan yang sama. Dalam kegiatan tersebut kita bisa bertegur sapa, menanyakan kabar satu sama lain. Dan ketika kita mendapat kabar ada tetangga yang sedang sakit, kita harus berinisiatif mengajak semua warga untuk menjenguk tetangga yang sedang sakit tersebut, ketika menjenguk orang sakit kita tidak hanya membantu secara moril tetapi juga materiil. Ketika terjadi kesalahpahaman, kita harus menengahi, harus adil, tidak memihak dalam menyikapi kesalahpahaman tersebut. Kemudian saling memaafkan dan introspeksi diri sendiri, apa yang sebenarnya terjadi, apa kesalahan yang telah diperbuat sehingga sampai terjadi kesalahpahaman tersebut. Melihat dari beberapa aspek di atas, maka sebenarnya semua kegiatan akan selalu mempunyai relevansi dengan Islam. Artinya Islam harus
106
dihadirkan di dalam kehidupan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab persoalan ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqihnya saja, tetapi juga menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari siapapun, di manapun, dan kapanpun. Melalui novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada ini, diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik. Dengan metode bercerita akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam, terutama pada anak-anak. Agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia.
107
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah penulis melakukan penelitian terhadap Novel Anak-Anak Angin Karya Bayu Adi Persada dengan kajian berupa nilai-nilai pendidikan Islam, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Nilai-nilai Pendidikan Islam yang terdapat dalam novel Anak-Anak Angin
karya
Bayu
akidah/keimanan syari’ah/ibadah
Adi
(iman
Persada
meliputi:
kepada
Nilai
pendidikan
Allah), nilai
pendidikan
(wudhu, salat berjamaah, salat tahajud, puasa, azan,
membaca al qur’an, berdoa ), nilai pendidikan akhlak {akhlak terhadap Allah (adab berdoa, bersyukur, husnudzan, tawakal), akhlak terhadap diri sendiri (qanaah, menjaga niat, muhasabah, ikhlas, tanggung jawab, disiplin, tawadhu’, jujur, sabar, hemat, optimis, amanah), akhlak terhadap orang tua (birrul walidain), akhlak terhadap sesama (menjamu tamu, ta’awun, peduli, menghargai, menyampaikan ilmu, gotong-royong, musyawarah, mengucapkan salam, menjenguk orang sakit, silaturahmi, saling memaafkan, sopan santun), akhlak terhadap guru (menghormati guru)}. 2. Karakter tokoh utama pendidik (Pak Bayu) dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada meliputi: Memiliki
kompetensi
pedagogik
kompetensi
(menguasai
kelas,
kreatif
dan inovatif),
profesional (menguasai materi), kompetensi kepribadian (optimis dan 108
berorientasi pada masa depan, memiliki dedikasi yang tinggi, bijaksana dan adil, penuh kasih sayang, pantang menyerah), kompetensi sosial (peduli dan responsive, ramah dan bersahabat). 3. Implikasi nilai-nilai pendidikan Islam dalam kehidupan Sehari-hari Ada implikasi atau hubungan saling keterkaitan antara nilainilai pendidikan Islam yang terkandung dalam novel Serial AnakAnak Angin karya Bayu Adi Persada dengan
kehidupan sehari-hari
yaitu tentang pentingnya penanaman nilai-nilai pendidikan Islam yang harus dilakukan sejak dini untuk membentuk pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia. Pendidikan Islam bersifat universal, sehingga selalu memiliki relevansi
dalam
kehidupan
sehari-hari.
Sebagai
contoh,
Islam
mengajarkan tentang niat. Dalam hal apapun, Islam memberikan tuntunan, tidak terkecuali dalam mengerjakan proyek (misal pembuatan jalan tol), harus dikerjakan dan memilih bahan yang terbaik. Semua pekerjaan harus diselesaikan dengan sabar, ikhlas, penuh tanggung jawab, optimis, amanah, harus tawakal dan atau menyerahkan segala sesuatu tentang apa yang telah dilakukan kepada Dzat yang Maha Kuasa. Melihat dari aspek di atas, maka sebenarnya semua kegiatan akan selalu mempunyai relevansi dengan Islam. Artinya Islam harus dihadirkan di dalam kehidupan sehari-hari. Islam tidak hanya menjawab persoalan ritual dan atau melihat sesuatu dari aspek fiqihnya saja, tetapi juga
109
menjawab berbagai persoalan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari siapapun, di manapun, dan kapanpun Melalui novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada ini, diharapkan nilai-nilai pendidikan Islam dapat tersampaikan dengan baik. Dengan metode bercerita akan lebih mudah menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam, terutama pada anak-anak. Agar anak-anak tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter dan berakhlak mulia. B. Saran Setelah mengadakan kajian tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam novel Anak-Anak Angin karya Bayu Adi Persada ada beberapa saran yang peneliti sampaikan: 1. Bagi Orangtua Sejak kecil para orangtua hendaklah menanamkan nilai-nilai pendidikan Islam kepada anak-anaknya. Karena pendidikan Islam merupakan hal dasar yang harus ditanamkan dalam diri anak. Agar nantinya anak tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang shaleh dan shalehah. 2. Bagi Pendidik Metode dan media pembelajaran harus dibuat bervariasi dan menyenangkan. Agar peserta didik tidak bosan dan jenuh ketika mengikuti pembelajaran di kelas. Bangun kedekatan dengan peserta didik, kedekatan yang pada batasnya. Kedekatan akan membuat pendidik mudah memahami karakter dan kemampuan peserta didiknya.
110
3. Bagi Dunia Sastra Karya sastra yang menarik bukan hanya karya sastra yang indah dan menghibur, akan tetapi juga penuh arti. Oleh karena itu, sebaiknya dalam pembuatan karya sastra mengandung dua aspek, yaitu aspek keindahan yang mengibur, serta aspek makna yang berisi pendidikan moral.
111
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Wahid, 2004. Risalah Akhlak: Panduan Perilaku Muslim Modern. Solo: Era Intermedia Al-Khuzaim, Muhammad Shaleh, 2004. Tuntunan Qiyamul Lail. Jakarta: Qisthi Press Al-Qudsy, Muhaimin, 2011. Kunci Praktis Doa yang Terkabul. Jogjakarta: Javalitera Al-Zuhayly, Wahbah, 1995. Puasa dan Itikaf: Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta , 2010. Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta Buchori, Mochtar, 1994. Ilmu Pendidikan dan Praktek Pendidikan dalam Renungan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana bekerja sama dengan IKIP Muhammadiyah Jakarta-press Budiarti, Khusnul Ariefah, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Novel Serial Anak-Anak Mamak Karya Tere Liye. Skripsi. Salatiga: Pendidikan Agama Islam Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga. Daradjat, Zakiah, 2011. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara Darmawan, Deni, 2013. Metode penelitian Kuantitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Departemen Agama Republik Indonesia, 1989. Al Qur‟an dan Terjemahnya. Semarang : CV Toha Putra Finalis Esai Kompetisi Menulis Tulis Nusantara 2012. 2013. Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Feisal, Juyuf Amir, 1995. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press Ghalib Ahmad ‘Isa, Abduh. 2010. Etika Pergaulan dari A-Z: Panduan Sukses Berinteraksi dengan Orang lain Secara Islami. Solo: Pustaka Arafah
112
Indonesia Mengajar, 2013. Mengabdi di Negeri Pelangi. Jakarta: PT kompas Media Nusantara Jalaluddin, 2001. Teologi pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Langgulung, Hasan, 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam. Jakarta: Pustaka al Husna Maslikhah, 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah bagi Mahasiswa. Yogyakarta: TrustMedia Materi Ujian Komprehensif Lisan (UKL) Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) STAIN Salatiga Tahun 2014 Moleong, Lexy j., 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Muhaimin, dan Abdul mujib, 1993. Pemikiran Pendidikan Islam: Kajian Filosofis dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya. Bandung: Trigenda Karya Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir STAIN SALATIGA. 2008 Pengajar Muda. 2013. Indonesia Mengajar. Yogyakarta: Bentang Persada, Bayu Adi, 2013. Anak-Anak Angin: Keping Perjalanan Seorang Pengajar Muda. Jakarta: PlotPoint Publishing Persada, Bayu Adi. (
[email protected]). 19 Mei 2015. Riwayat hidup. Email kepada Etik Handayani (
[email protected]). Ratna, Nyoman Kutha, 2007. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra dari Strukturalisme hingga Postrukturalisme Perspektif Wacana Naratif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Ra’uf, Amrin. 2014. Buku Lengkap Segala Amal Sunnah dari Bangun Tidur sampai Tidur Lagi. Jogjakarta: Sabil Rusyah, Khalid Sayyid. 2009. Menggapai Nikmatnya Beribadah dalam Konsep Pendidikan Islam. Jakarta: Cakrawala Publishing Suwarno, Wiji, 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Subagyo, P. Joko, 1991. Metode Penelitian dan Praktek. Jakarta: Rieneka Cipta
113
Syam, Yunus Hanis. 2008. Quantum Ikhlas: Pengenalan dan Metode Merangsang Potensi Ikhlas Secara Tepat. Lamongan: Optimus Tafsir, Ahmad, 2001. Ilmu Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya , 2008. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tatapangarsa, Hunaidi. 1980. Akhlak yang Mulia. Surabaya: PT Bina Ilmu Wijayanti, Eka Nur, 2014. Nilai-nilai Pendidikan Karakter dalam novel AnakAnak Angin Karya Bayu Adi Persada dan Relevansinya bagi Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. https://adipersada.wordpress.com/2013/06/ dibalik cerita anak-anak angin Diakses tanggal 19 Mei 2015, Pukul 10:21 WIB https://adipersada.wordpress.com/about/ diakses Diakses tanggal 19 Mei 2015, Pukul 10:16 WIB https://adipersada.wordpress.com/photo-journal/ Diakses tanggal 19 Mei 2015, Pukul 10:26 WIB http://indonesiamengajar.org/pengajar-muda/bayu-persada/ Diakses tanggal 21 Mei 2015, pukul 08:06 WIB http://old.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=491 7:implementasi-nilai-islam-dalam-kehidupan-sehari-hari&catid=25:artikelimam-suprayogo Diakses tanggal 12 agustus 2015, pukul 09:30 WIB http://thebestofeducation.wordpress.com/makalah/bab-ii-kajian-teori/kompetensitenaga-pendidik/ Diakses tanggal 9 Agustus 2015, pukul 11:12 WIB http://www.rokhim.net/2011/12/krisis-pendidikan-islam-dan-strategi.html?m=1 Diakses tanggal 22 Mei 2015, pukul 10:42 WIB
114
115
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Etik Handayani
Fakultas
:Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
NIM
: 11111162
Progdi
: PAI
P.A.
: Sri Suparwi, Dra.M.A.
No. 1.
Jenis Kegiatan Orientasi Pengenalan Akademik
Pelaksanaan
Jabatan
Nilai
20-22 Agustus 2011
Peserta
3
23 Agustus 2011
Peserta
2
24 Agustus 2011
Peserta
2
25 Agustus 2011
Peserta
2
19 September 2011
Peserta
2
12-15 Oktober 2012
Peserta
2
02 setember 2015
Peserta
8
dan Kemahasiswaan (OPAK) oleh Dewan Mahasiswa (DEMA) STAIN Salatiga 2.
Achievement Motivation Training (AMT) oleh Ittaqo dan CEC STAIN Salatiga
3.
Orientasi Dasar Keislaman (ODK) oleh STAIN Salatiga
4.
Seminar Entrepreneurship dan Koperasi oleh Kopma dan KSEI STAIN Salatiga
5.
USER EDUCATION oleh UPT PERPUSTAKAAN STAIN
6.
Pendidikan dan Latihan Calon Pramuka Pandega (PLCPP) ke-22 oleh Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga
7.
SEMINAR NASIONAL “Pemuda, peradaban, dan Kemandirian” oleh KARIMA Learning & Training Center
116
8.
SEMINAR NASIONAL
16 November 2014
Peserta
8
14 Mei 2012
Peserta
2
05 Juni 2015
Peserta
2
21 April 2012
Peserta
8
05 April 2015
Panitia
3
03 April 2015
Panitia
3
10 April 2015
Panitia
3
Entrepreneurship oleh Gerakan Pramuka Racana Kusuma DilagaWoro Srikandhi STAIN Salatiga 9.
Bedah Buku “Sang Maha-Segalanya Mencintai Sang Maha-Siswa” Oleh Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
10.
Workshop Terapi Hati Oleh Biro Konsultasi Psikologi Tazkia
11.
SEMINAR NASIONAL “Tren Bisnis Berbasis Multimedia dan Teknologi Informatika sebagai Wujud Pasar Modern” oleh Koperasi Mahasiswa “FATAWA”
12.
Pelatihan Manajemen TPQ “Menyiapkan Generasi Qur’ani, Menyongsong Masa Depan Gemilang” oleh KKN IAIN Salatiga Desa Ngrajek, kec. Mungkid, kab. Magelang
13.
Wade Game dalam rangka meningkatkan kegiatan Ekstrakulikuler Pramuka di SDN Ngrajek 1
14.
Festival Anak Muslim se Desa Pabelan oleh Forum Guru TPQ
117
Pabelan (FGTP) 15.
Gladi Wira Brigsus ke-19 (GWB
30 November-03
Peserta
2
XIX) Brigade Khusus Naga
Desember 2012
2014
Peserta
8
28 November 2014
Peserta
2
Training Pembuatan Makalah oleh 18 September 2013
Peserta
2
11 Juni 2013
Peserta
2
05 Desember 2015
Peserta
2
Pemateri
4
Sandhi oleh Brigade Khusus Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi STAIN Salatiga 16.
SEMINAR NASIONAL “Perlindungan Hukum Terhadap Usaha Mikro Menghadapi Pasar Bebas Asean” oleh HMPS AS
17.
Kajian Intensif Mahasiswa “Fenomena Islam di Salatiga” oleh Lembaga Dakwah Kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga
18.
Lembaga Dakwqh kampus (LDK) Darul Amal STAIN Salatiga 19.
Seminar festival Dakwah Milad XI “ Ya Allah Aku Jatuh Cinta” oleh LDK STAIN Salatiga
20.
Bedah Buku “24 Cara Mendongkrak IPK” oleh UPT Perpustakaan STAIN Salatiga
21.
Pesantren Kilat SMP N 7 Salatiga oleh SMP N 7 Salatiga bekerjasama dengan Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI) HMI Cabang Salatiga
118
15-18 Juli 2014
22.
Pelatihan Education Games
27 Januari 2013
Peserta
2
English Friendship Camp 2013
28-29 September
Peserta
2
Oleh Communicative English
2013
1 April 2014
Peserta
2
17 Mei 2014
Peserta
2
22 Juli 2014
Peserta
2
29 September 2014
Peserta
8
27 Desember 2014
Peserta
2
oleh Taman Pendidikan AlQur’an Al-Amin 23.
Club (CEC) STAIN Salatiga 24.
DIALOG INTERAKTIF & EDUKATIF “Diaspora Politik di Tahun 2014, Memilih untuk Salatiga Hati Beriman” oleh Senat Mahasiswa (SEMA) STAIN Salatiga
25.
Tafsir Tematik “Konsep Pemimpin Ideal Menurut Al-Qur’an” Telaah Al-Qur’an Surat Al-An’am ayat 165 Oleh JQH Al-Furqon STAIN Salatiga
26.
Kegiatan Praktikum Mata Kuliah Baca Tulis Al-Qur’an (BTQ)
27.
SEMINAR NASIONAL “Peran Mahasiswa dalam Mengawal Masa Depan Indonesia Pasca Pilpres 2014” Oleh DEMA STAIN Salatiga
28
Seminar Harmonisasi Lingkungan oleh Mapala MITAPASA STAIN Salatiga
119
120
121
122
WAWANCARA
2013/05/19 Etik Handayani <
[email protected]> Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sebelumnya, perkenalkan nama saya Etik Handayani mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Salatiga yang sedang dalam proses menyelesaikan skripsi. Berawal dari meminjam novel Anak-Anak Angin dari teman, saya tertarik dengan isi yang terkandung di dalamnya dan ingin menjadikannya sebagai sumber data dalam pembahasan skripsi saya. Saya ingin bertanya tentang hal-hal di bawah ini: 1. Apa yang melatarbelakangi bapak dalam menulis novel Anak-Anak Angin? 2. Karya-karya apa saja yang telah bapak Bayu hasilkan? 3. Sejak kapan bapak mulai menulis? 4. Jenjang pendidikan apa saja yang pernah Bapak jalani/riwayat pendidikan? 5. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan Islam? Sekian
pertanyaan-pertanyaan
saya.
Semoga
bapak
berkenan
untuk
menjawabnya.Terima kasih atas perhatiannya. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
2013/05/19 Bayu Adi Persada
Waalaikumsalam Wr. Wb. Etik, berikut jawaban saya ya. 1. Apa yang melatarbelakangi bapak dalam menulis novel Anak-Anak Angin? Silakan cek di https://adipersada.wordpress.com/2013/06/02/di-balik-ceritaanak-anak-angin/
123
2. Karya-karya apa saja yang telah bapak Bayu hasilkan? Kebersahajaan Hidup di Tepian Halmahera (2013/ co author) Mengabdi di Negeri Pelangi (2014/ co author) Anak Anak Angin (2013) Indonesia Mengajar (2011/ co author) 3. Sejak kapan bapak mulai menulis? Mulai 2010 4. Jenjang pendidikan apa saja yang pernah Bapak jalani/riwayat pendidikan? S1 Teknik Informatika - Institut Teknologi Bandung S2 MSc ICTs for Development - University of Manchester, United Kingdom 5. Bagaimana pendapat bapak mengenai pendidikan Islam? Peran pendidikan Islam di masyarakat Muslim sangat fundamental untuk menanamkan pemahaman yang baik tentang agama karena Islam seharusnya bukan lagi sekedar agama yang tertulis di KTP, tapi bagaimana ia menjadi cara hidup seorang Muslim. Menurut saya, pendidikan Islam harus memastikan seseorang memiliki keimanan yang tegak akan Allah SWT (Hablumminallah) dan fondasi yang kokoh dalam hubungan sesama manusia (Hablumminannas). Referensinya cukup jelas di Al-Qur’an dijelaskan bahawa semulia-mulia manusia adalah yang paling taqwa pada Allah dan sabda Rasul yang juga menjelaskan manusia terbaik di antara manusia adalah ia yang bermanfaat bagi sesamanya. Huwallahua’lam bishawaab.
Oh ya, bolehkah saya minta hasil skripsinya jika memang sudah jadi? Saya tak keberatan untuk mengirimkan ongkos jilid dan kirimnya. Terima kasih.
Salam, Bayu
124
2015/05/28 Bayu Adi Persada Terlampir ya. Assalamu’alaikum wr wb
Berkenaan dengan adanya biografi Bapak yang akan saya buat, saya mohon Bapak berkenan untuk mengisi data di bawah ini: Data Pribadi Nama
: Bayu Adi Persada
Tempat, Tanggal Lahir
: Palembang, 28 Januari 1988
Alamat
: Taman century I, BLOK F8, Bekasi 17149
Hobi
: Sepakbola, menulis
Telepon/Hp
: 0821 955 42 954
Nama Ayah
: Bambang Rosihan
Nama Ibu
: Yulinar Ratih Dewayani
Status Pernikahan
: Menikah
Nama Istri
: Sesaria Rizky Kumalasari
Nama Anak
: Ayra Kelana Persada
Latarbelakang Pendidikan Formal SD
: SDN Tunas Jakasampurna, Bekasi
SMP
: SMP Islam Al Azhar 8, Kemang Pratama, Bekasi
SMA
: SMAN 61 Jakarta
Non Formal
:-
Pengalaman Kerja
:PT Starqle Indonesia (2009-2010), Indonesia
Mengajar (2010-2011), PT Indika Energy, Tbk (2012-2014) Saya berharap Bapak berkenan mengisi data di atas, data tersebut akan saya pergunakan untuk membuat biografi bapak. Atas perhatiannya saya mengucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum wr wb
125
DOKUMENTASI NOVEL
126
127
128
129
130
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama
: Etik Handayani
Tempat Tanggal Lahir
: Boyolali, 12 Februari 1993
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Golongan Darah
:O
Alamat
: Jaten TR 04 RW 01, Teter, Simo, Boyolali
Pendidikan
: 1. RA Perwanida Pakel 2. MIM Pakel 3. SMP N 2 Simo 4. MAN 2 Boyolali
Pengalaman Organisasi
: 1. Bantara MAN 2 Boyolali 2. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) komisariat Walisongo cabang Salatiga 3. Racana Kusuma Dilaga-Woro Srikandhi IAIN Salatiga
No. HP/Email
: 08995701093/[email protected]
Motto Hidup
: Jangan memikirkan betapa sulitnya kita mengerjakan sesuatu, tetapi berpikirlah betapa bahagianya ketika kita dapat menyelesaikannya.
131