NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM KISAH NABI KHIDIR DAN NABI MUSA ( Kajian Q.S Al-Kahfi Ayat 60-82 Dalam Tafsir Al-Misbah Dan Tafsir Al-Maraghi )
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam Disusun Oleh: HABIB RAHMAN 08410233
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2013
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama
: Habib Rahman
NIM
: 08410233
Jurusan
: Pendidikan Agama Islam (PAI)
Fakultas
: Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Menyatakan dengan sesungguhnya skripsi saya ini adalah asli hasil karya atau penelitian saya sendiri dan bukan plagiasi dari hasil karya orang lain.
ii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-03/RO
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
Hal : Skripsi Saudara Habib Rahman Lamp : 3 eksemplar Kepada Yth. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Di Yogyakarta Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah membaca, meneliti, memberikan petunjuk dan mengoreksi serta mengadakan perbaikan seperlunya, maka kami selaku pembimbing berpendapat bahwa skripsi Saudara: Nama : Habib Rahman NIM : 08410233 Judul Skripsi : Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa (Kajian Q.S Al-Kahfi Ayat 60-82 Dalam Tafsir Al-Mishbah dan Tafsir Al-Maraghi) sudah dapat diajukan kepada Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Islam. Dengan ini kami mengharap agar skripsi Saudara tersebut di atas dapat segera dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb
iii
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
FM-UINSK-BM-05-07/RO
PENGESAHAN SKRIPSI/TUGAS AKHIR
iv
MOTTO
, , Sesungguhnya beserta kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap1. (Q.S. Al-Insyirah: 6-8)
1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Surat Al-Insyirah Ayat 6-8 (Kudus: Menara kudus, 2006), Hal. 596
v
PERSEMBAHAN
SKRIPSI INI KUPERSEMBAHKAN UNTUK ALMAMATER TERCINTA JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA
vi
KATA PENGANTAR
ﺒﺴﻡ ﷲ ﺍﻠﺮﺤﻣﻦ ﺍﻠﺮﺤﻴﻡ ﺍﻠﺤﻤﺪ ﷲ ﺮﺐ ﺍﻠﻌﺎﻤﻳﻥ ﻭ ﺒﻪ ﻨﺴﺘﻌﻳﻥ ﻋﻠﻰ ﺃﻤﻭﺮﺍﻠﺪﻨﻳﺎ ﻭﺍﻠﺪﻳﻥ ﻭﺍﻠﺻﻼ ﺓ ﻭﺍﻠﺴﻼ ﻢ ﻋﻠﻰ ﺃﺷﺮﻒ ﺍﻻﻧﺒﻴﺎﺀ ﻮﺍﻠﻤﺮﺴﻠﻴﻦ ﻮﻋﻠﻰ ﺍﻠﻪ ﻮﺼﺤﺒﻪ ﺃﺟﻤﻌﻴﻦ Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan pertolongan-Nya. Shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Penyusunan skripsi ini merupakan kajian tentang Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa (Kajian Q.S Al-Kahfi Ayat 60-82 Dalam Tafsir Al-Mishbah Dan Al-Maraghi). Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima kasih kepada: 1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 2. Ketua dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. 3. Bapak Munawwar Khalil, M.Ag., selaku Pembimbing Skripsi yang dengan rela hati telah meluangkan waktu mengoreksi, memberikan bimbingan dan arahan, masukan juga nasihat kepada penulis guna terselesaikannya skripsi ini. 4. Ibu Dra. Hj. Susilaningsih, MA., selaku Penasehat Akademik yang dengan senang hati telah memberikan masukan guna terselesaikannya perkuliahan penulis dengan baik. 5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
vii
6. Ayahanda dan Ibunda tercinta, Kakak tercinta dan Adikku tersayang “Rizky Nur Ainy Fadhillah” yang senantiasa mencurahkan kasih sayang, kesabaran serta dorongan moril dan materil yang tiada henti-hentinya kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini. 7. Teruntuk seseorang nan jauh di sana yang selalu memberikan keceriaan penulis. 8. Tak lupa pula kepada sahabat-sahabatku Adityo, Izuq, Ardy, Rizky, Fajri, Unan, Sabran, Ferza, Hanifah dan sahabat PAI 6, Terima kasih atas motivasi, dukungan serta do’a yang kalian berikan hingga akhirnya penulis menyelesaikan skripsi ini. 9. Teman-teman di lingkup HMI Kom-Fak Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang telah bersama-sama mendampingi penulis dalam mengarungi proses yang panjang ini, Kebersamaan dalam pluralitas ini sungguh merupakan pengalaman yang tak ternilai harganya. 10. Keluarga Besar HIPMATUBAYO, HIPMALA, AML, AMILA, KOPMA UIN SUKA, LEMBAGA FOKEP, MAPALASKA Jogjakarta, yang selalu memberikan inspirasi untuk terus berjuang. 11. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal baik yang telah kalian berikan dapat diterima di sisi Allah SWT dan dicatat sebagai amal ibadah bagi-Nya, amin. Akhirnya hanya kepada Allah SWT penulis berharap dan berdoa semoga skripsi ini dapat memberikan banyak manfaat bagi pembaca dan pecinta ilmu, serta dapat memberikan sumbangan bagi khazanah ilmu pengetahuan serta menjadi amal ibadah bagi penulis, amin. Yogyakarta, 01 Juni 2013 Penyusun
Habib Rahman NIM. 08410233
viii
ABSTRAK HABIB RAHMAN, Nilai-Nilai Pendidikan dalam Kisah Nabi Musa a.s dan Khidir (Kajian Q.S Al-Kahfi Ayat 60-82 Dalam Tafsir Al-Misbah Dan Tafsir Al-Maraghi). Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam dalam kisah Nabi Musa a.s dan Khidir ( Q.S Al-Kahfi ayat 60-82) menurut penafsiran M. Quraish Shihab dalam tafsir al-Mishbah dan penafsiran Ahmad Mustafa Ibn Mustafa Ibn Muhammad Ibn ‘Abd al-Mu’im al-Qadi al-Maragh dalam tafsir al-Maraghi. Penelitian ini merupakan penelitan kepustakaan atau biasa dikatakan Library Research dengan pendekatan deskriptif-analitis. Hasil penelitian merupakan sudut pandang dari penafsiran atau paradigma yang dianut penafsir mengenai ayat kisah ini. Dalam proses menganalis dan membahas penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan bahan referensi yang ada kaitannya dengan judul. Karena sifatnya kepustakaan, maka sumber datanya pun diambil dari buku-buku literatur. Hasil penelitan menunjukkan terdapat 1) Penafsiran M. Quraish Shihab dan penafsiran Ahmad Musthafa Al-Maraghi tentang surat Al-Kahfi ayat 6082 dalam tafsir al-Mishbah dan tafsir al-Maraghi yaitu M. Quraish Shihab menggunakan metode penulisan tafsir tahlili dan maudhui (tematik) dan menjelaskan isi kandungan ayat satu persatu terlebih dahulu mengulas secara global isi kandungan surat secara umum dengan mengaitkan ayat lain yang berkaitan yang memiliki tema yang sama. Seda ngkan Al-Maraghi menggunakan metode ijmali dan tahlili dan menjelaskan secara detail kejadian dan peristiwa per ayat. Pada penafsirannya, ia sering mengaitkan peristiwa atau kata dalam ayat secara logis sehingga kisah pada ayat terkesan runtut dan detail. 2) Nilai-Nilai Pendidikan Islam yang dapat diambil dari kisah Nabi Musa a.s dan Khidir yaitu nilai pendidikan untuk beberapa lini pendidikan, aspek nilai pendidikan secara umum, tentang perintah menuntut ilmu sampai akhir hayat dan agar manusia tidak merasa puas dan sombong atas ilmu yang dimiliki. Aspek nilai pendidikan untuk pendidik atau pengajar, tentang strategi membuat desain pembelajaran yang dapat meningkatkan semangat belajar siswa serta karakter sabar dan tegas yang harus dimiliki. Aspek nilai pendidikan untuk pelajar atau siswa, tentang sifat dan akhlak seorang pelajar yang harus dimiliki yaitu kegigihan, sifat rasa ingin tahu, kesopanan, dan siap berguru pada siapapun tidak memandang pangkat dan derajat.
ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi huruf Arab yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor: 158/1987 dan 0543b/U/1987, tanggal 22 Januari 1988. A. Konsonan tunggal Huruf Arab
Nama
Huruf Latin
Keterangan
ا ب ت ث ج ح خ د ذ ر ز س ش ص ض ط ظ ع غ ف ق ك ل م
Alîf Bâ‟
tidak dilambangkan
tidak dilambangkan
b
be
Tâ‟
t
te
Sâ‟
ś
es (dengan titik di atas)
Jîm
j
je
Hâ‟
ḥ
ha (dengan titik di bawah)
Khâ‟
kh
ka dan ha
Dâl
d
de
Zâl
ż
zet (dengan titik di atas)
Râ‟
r
er
zai
z
zet
sin
s
es
syin
sy
es dan ye
sâd
ṣ
es (dengan titik di bawah)
dâd
ḍ
de (dengan titik di bawah)
tâ‟
ṭ
te (dengan titik di bawah)
zâ‟
ẓ
zet (dengan titik di bawah)
„ain
„
koma terbalik di atas
gain
g
ge
fâ‟
f
ef
qâf
q
qi
kâf
k
ka
lâm
l
`el
mîm
m
`em
x
ن و هـ ء ي
nûn
n
`en
wâwû
w
w
hâ‟
h
ha
hamzah
‟
apostrof
yâ‟
Y
ye
B. Konsonan rangkap karena syaddah ditulis rangkap متعّد دة عدّة
ditulis
Muta‘addidah
ditulis
‘iddah
ditulis
Ḥikmah
ditulis
‘illah
C. Ta’ marbutah di akhir kata 1. Bila dimatikan ditulis h حكمة عهة
(ketentuan ini tidak diperlukan bagi kata-kata Arab yang sudah terserap dalam bahasa Indonesia, seperti salat, zakat dan sebagainya, kecuali bila dikehendaki lafal aslinya). 2. Bila diikuti dengan kata sandang „al‟ serta bacaan kedua itu terpisah, maka ditulis dengan h. كرامة األونيبء
ditulis
Karâmah al-auliyâ‟
3. Bila ta‟ marbutah hidup atau dengan harakat, fathah, kasrah dan dammah ditulis t atau h. زكبة انفطر
ditulis
xi
Zakâh al-fiţri
D. Vokal pendek __َ_ فعم __ِ_ ذكر __ُ_
fathah
kasrah
dammah
يرهب
ditulis
A
ditulis
fa‟ala
ditulis
i
ditulis
żukira
ditulis
u
ditulis
yażhabu
E. Vokal panjang 1 2 3 4
Fathah + alif
ditulis
â
جبههية
ditulis
jâhiliyyah
fathah + ya‟ mati
ditulis
â
تىسى
ditulis
tansâ
kasrah + ya‟ mati
ditulis
î
كـريم
ditulis
karîm
dammah + wawu mati
ditulis
û
فروض
ditulis
furûd
Fathah + ya‟ mati
ditulis
ai
بيىكم
ditulis
bainakum
fathah + wawu mati
ditulis
au
قول
ditulis
qaul
F. Vokal rangkap 1 2
G. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof أأوتم
ditulis
A’antum
أعدت نئه شكرتم
ditulis
U‘iddat
ditulis
La’in syakartum
xii
H.
Kata sandang alif + lam 1. Bila diikuti huruf Qomariyyah ditulis dengan menggunakan huruf “l”. انقرآن
ditulis
Al-Qur’ân
انقيبس
ditulis
Al-Qiyâs
2. Bila diikuti huruf Syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf Syamsiyyah yang mengikutinya, dengan menghilangkan huruf l (el) nya. انسمآء انشمس I.
ditulis
As-Samâ’
ditulis
Asy-Syams
Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat Ditulis menurut penulisannya. ذوي انفروض أهم انسىة
ditulis
Żawî al-furûd
ditulis
Ahl as-Sunnah
xiii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ..................................................................................... HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ................................... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................... HALAMAN MOTTO .................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... HALAMAN KATA PENGANTAR.............................................................. HALAMAN ABSTRAK ............................................................................... HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................ HALAMAN TRANSLITERASI .............................................................. BAB I
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................... B. Rumusan Masalah ................................................................... C. Tujuan dan Manfaat ................................................................ D. Kajian Pustaka ........................................................................ E. Landasan Teori ........................................................................ F. Metode Penelitian ................................................................... G. Sistematika Pembahasan .........................................................
i ii iii iv v vi vii ix x xii
1 12 12 13 15 26 32
BAB II : GAMBARAN UMUM SURAT AL-KAHFI AYAT 60-82 DAN TAFSIR AL-MISHBAH SERTA TAFSIR AL-MARAGHI A. Tinjauan Umum Q.S Al-Kahfi ................................................. 34 1. Surat Al-Kahfi ........................................................................... 2. Asbabun Nuzul Q.S Al-Kahfi.................................................... 3. Posisi Surat Al-Kahfi.................................................................
34 36 38
B. Biografi M. Quraish Shihab 1. Latar Belakang Pendidikan dan Perjalanan Karir...................... 2. Pandangan M. Quraish Shihab .................................................. 3. Karya-karya M. Quraish Shihab ................................................
39 44 45
C. Tafsir Al-Mishbah 1. Karakteristik dan Latar Belakang penulisannya ........................ 2. Metodologi Tafsir Al-Mishbah..................................................
47 48
D. Biografi Al-Maraghi 1. Latar Belakang Pendidikan dan Perjalanan Karir...................... 2. Pandangan Al-Maraghi.............................................................. 3. Karya-Karya Al-Maraghi ..........................................................
xiv
51 56 56
E. Tafsir Al-Maraghi 1. Karakteristik dan Latar Belakang Penulisannya ........................ 2. Metodologi Tafsir Al-Maraghi ..................................................
57 59
BAB III : PENAFSIRAN M. QURAISH SHIHAB DAN AL-MARAGHI TENTANG Q.S AL-KAHFI: AYAT 60-82 SERTA NILAI PENDIDIKAN ISLAM YANG TERKANDUNG A. Penafsiran M. Quraish Shihab dan Al-Maraghi tentang Q.S Al-Kahfi: Ayat 60-82 ( Kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir ...................................................................................... 63 B. Penafsiran Al-Maraghi. ............................................................ 75 C. Perbedaan dan Persamaan Penafsiran M. Quraish Shihab Dan Al-Maraghi ....................................................................... 84 D. Nilai-Nilai Pendidikan pada Q.S Al-Kahfi Ayat 60-82 ....................
86
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ............................................................................. B. Saran ........................................................................................
91 92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
94
LAMPIRAN-LAMPIRAN ............................................................................
97
xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aktivitas yang sengaja dilakukan untuk mengaktualisasikan segala potensi yang ada pada diri peserta didik, baik yang menyangkut ranah afektif, kognitif maupun psikomotorik. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan individu secara penuh yang sarat akan norma dan nilai- nilai. Bahkan apabila dikaji secara teliti, Islam merupakan agama ilmu (akal) dan agama amal. Karena itu Islam selalu mendorong umatnya untuk mempergunakan akalnya guna menuntut ilmu pengetahuan agar mereka dapat mengetahui dan membedakan mana yang benar dan mana yang salah.1 Perintah untuk menuntut ilmu tertuang dalam surat Al-Alaq ayat 1-5 sebagai berikut:2
1
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Cet. IV ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) hlm. 6. 2
QS: [Al-Alaq] ayat 1-5
1
Ayat diatas menerangkan tentang perintah membaca dan senantiasa memikirkan kejadian di alam semesta yaitu ilmu yang diberitahukan Allah melewati perantara kalam. Membaca dan berpikir merupakan perwujudan dari proses pendidikan dan menuntut ilmu. Proses pendidikan dalam Islam bertumpu pada Al-Qur‟an dan sunnah nabi. Menurut perspektif Islam, pendidikan merupakan transfer nilai-nilai Islam yang bersumber dari Al-Qur‟an dan As-Sunnah ke dalam hidup manusia, sehingga terbentuk khalifah yang paripurna, yaitu makhluk Allah yang bertauhid, ber-akhlaqul karimah, beramal saleh dan berilmu. Al-Qur‟an adalah sumber utama dan pertama ajaran Islam, yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta. Didalamnya terkumpul wahyu Illahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pegangan hidup bagi manusia dalam berbagai aspek hidup. Salahsatunya ialah aspek pendidikan, kandungan isi Al-Qur‟an yang berisi tentang kisah inspiratif untuk dunia pendidikan ialah kisah Nabi Musa dan Nabi Khidhir yang tertulis dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82. Ayat tersebut menceritakan tentang kisah Nabi Musa yang belajar kepada Nabi Khidhir, yang derajatnya di bawah Nabi Musa, karena Musa adalah seorang Nabi yang termasuk dalam salah satu Rasul ulul azmi yang lima. Berikut terjemahan surat al Kahfi ayat 60 sampai 82:3
3
Departemen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahanya (Bandung : Diponegoro, 2004)
2
18:60. Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun”.
18:61. Maka tatkala mereka sampai ke pertemuan dua buah laut itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil jalannya ke laut itu.
18:62. Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah ke mari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”.
18:63. Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita mencari tempat berlindung di batu tadi, maka sesungguhnya aku lupa (menceritakan tentang) ikan itu dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceritakannya kecuali setan dan ikan itu mengambil jalannya ke laut dengan cara yang aneh sekali.”
18:64. Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula.
18:65. Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari sisi Kami. 3
18:66. Musa berkata kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”
18:67. Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersamaku.
18:68. Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?”
18:69. Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai seorang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusan pun”.
18:70. Dia berkata: “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah kamu menanyakan kepadaku tentang sesuatu apa pun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.
18:71. Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki perahu lalu Khidhr melobanginya. Musa berkata: “Mengapa kamu melobangi perahu itu yang akibatnya kamu menenggelamkan penumpangnya?” Sesungguhnya kamu telah berbuat sesuatu kesalahan yang besar. 4
18:72. Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”
18:73. Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”.
18:74. Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar”.
18:75. Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?”
18:76. Musa berkata: “Jika aku bertanya kepadamu tentang sesuatu sesudah (kali) ini, maka janganlah kamu memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya kamu sudah cukup memberikan uzur padaku”.
5
18:77. Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.
18:78. Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; Aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.
18:79. Adapun bahtera itu adalah kepunyaan orang-orang miskin yang bekerja di laut, dan aku bertujuan merusakkan bahtera itu, karena di hadapan mereka ada seorang raja yang merampas tiap-tiap bahtera.
18:80. Dan adapun anak itu maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin, dan kami khawatir bahwa dia akan mendorong kedua orang tuanya itu kepada kesesatan dan kekafiran.
18:81. Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti bagi mereka dengan anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anaknya itu dan lebih dalam kasih sayangnya (kepada ibu bapaknya).
6
18:82. Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Tuhanmu; dan bukanlah aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya.” Menurut terjemah, ayat diatas menceritakan tentang kisah proses pembelajaran nabi Musa yang berguru kepada nabi Khidir. Namun tidak cukup dengan membaca secara tekstual untuk mengetahui dan memahami ayat diatas. Dalam Islam, ilmu yang menjelaskan atau menguraikan ayat-ayat AlQur‟an supaya mudah dipahami sesuai kontekstual ialah ilmu Tafsir. Secara bahasa, tafsir bermakna menyingkap sesuatu yang tertutupi. Adapun menurut istilah para ulama, yang dimaksud dengan tafsir adalah menerangkan kandungan makna al-Qur‟an al-Karim. Tujuan mempelajari tafsir adalah untuk menggapai maksud yang terpuji dan memetik faidah yang agung yaitu membenarkan berita-berita yang terkandung didalam ayat al-Qur‟an, memetik manfaat dan menerapkan hukum-hukumnya sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah.4
4
Ari Wahyudi, “Keutamaan Ilmu Tafsir”, www.abumushlih.com/tafsir-al-fatihah-1.html/., diakses 27 Maret 2013, jam 20.00.
7
Keutamaan ilmu tafsir ialah terkandung dalam dalil al-Qur‟an, Surat Shaad ayat 29, sebagai berikut:5
38:29. Ini adalah sebuah Kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran. Ayat diatas menerangkan tentang perintah Allah supaya manusia memahami dan memperhatikan ayat-ayat al-Qur‟an. Dengan ilmu tafsir maka umat manusia akan lebih memahami makna-makna ayat al-Qur‟an dengan lebih menyeluruh. Studi terhadap al-Qur‟an dan metodologi tafsir selalu mengalami perkembangan yang cukup signifikan, seiring dengan perkembangan kondisi sosial budaya dan peradaban manusia. Hal tersebut merupakan konsekuensi logis dari adanya keinginan umat Islam untuk selalu mendialogkan antara alQur‟an sebagai teks (nash) yang terbatas, dengan perkembangan problem sosial kemanusian yang dihadapi manusia sebagai konteks yang tak terbatas. Oleh karena itu muncullah metodologi tafsir modern kontemporer. Sehingga dapat dikatakan bahwa metodologi tafsir modern kontemporer dapat dipandang sebagai upaya pengembangan tafsir dalam rangka merespon tantangan zaman. Beberapa metode tafsir modern kontemporer yaitu, metode
5
QS: [Shaad] ayat 29
8
ijmali (global), tahlili (analitis), muqarin (perbandingan), dan maudhu’i (tematik). Seraca umum, metode ijmali atau global adalah metode praktis dalam memahami al-Qur‟an dikarenakan penafsirannya akrab dengan bahasa al-Qur‟an dan singkat padat serta cenderung bersifat parsial. Metode tahlili atau analitis merupakan metode tafsir yang analitis dan detail, dengan menjelaskan kandungan ayat-ayat al-Qur‟an dari berbagai segi seperti runtutan ayat, asbab nuzul-nya, kebudayaan generasi nabi, dll. Metode muqarin atau perbandingan ialah metode tafsir dengan membandingkan antara ayat satu dengan yang lainnya yang memiliki kemiripan redaksi dengan kasus yang berbeda dan kemiripan kasus dengan ketidakmiripan redaksi. Metode maudhu’i atau tematik merupakan metode penafsiran dengna menghimpun ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai maksud sama atau topik sama kemudian disusun berdasarkan kronologi serta sebab turunnya ayat lalu ditafsirkan. Beberapa diantara tafsir modern kontemporer ialah tafsir al-Maraghi dan alMisbah. Tafsir al-Maraghi ditulis oleh Ahmad Musthafa Al-Maraghi, yang merupakan salah satu ulama kontemporer terbaik, Al-Maraghi adalah mufassir yang pertama kali memperkenalkan metode tafsir yang memisahkan antara uraian global dan uraian rincian, yaitu ma’na ijma-li dan ma’na tahlili. Selain itu Al-Maraghi menggunakan ayat dan atsar (riwayat) dan ra’yi (nalar) sebagai sumber dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur‟an. Tafsir Al-Maraghi pertama kali diterbitkan pada tahun 1951 di Kairo, terdiri atas 30 juz. Terbitan kedua terdiri dari 10 jilid, dimana setiap jilid berisi 3 juz, yang banyak beredar 9
di Indonesia. Al-Maraghi sangat menyadari kebutuhan kontemporer. Dalam konteks kekinian, merupakan keniscayaan bagi mufasir untuk melibatkan dua sumber penafsiran, aql (akal) dan naql (nash al-Qur‟an dan hadis). Karena hampir tidak mungkin menyusun tafsir kontemporer dengan mengandalkan riwayat yang cukup terbatas dan sebaliknya, melakukan penafsiran dengan mengandalkan akal semata juga tidak mungkin, karena dikhawatirkan rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan. Tafsir Al-Maraghi sangat dipengaruhi oleh tafsir-tafsir sebelumnya, terutama tafsir Al-Manar karya Rasyid Ridha. Hal ini dikarenakan Rasyid Ridha merupakan guru yang memberikan bimbingan kepada Al-Maraghi di bidang tafsir.6 Tafsir Al-Misbah adalah tafsir yang ditulis oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab, yang terdiri dari 15 volume dan mulai ditulis pada tahun 2000 sampai 2004. Tafsir Al-Misbah adalah tafsir yang sangat berpengaruh di Indonesia. Warna keindonesiaan memberi warna yang menarik dan khas, serta sangat relevan untuk memperkaya khasanah pemahaman dan penghayatan umat Islam terhadap rahasia makna ayat Allah SWT. Quraish Shihab bukan satusatunya pakar al-Qur‟an dan tafsir di Indonesia, tetapi kemampuannya menerjemahkan dan menyampaikan pesan-pesan al-Qur‟an dalam konteks kekinian dan masa post modern membuatnya lebih dikenal dan lebih unggul dari pada lainnya. Metode tafsir yang digunakan oleh Quraish Shihab ialah mengkombinasikan metode tahlili (analitis) dan maudhu’i (tematik), sehingga 6
Hujjatul Islam, ”Ahmad Musthafa Al-Maraghi Ulama Kontemporer Terbaik”, www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=486938&itemid=258. Diakses 28 Maret 2013, jam 14.00
10
dalam penafsirannya Quraish Shihab menjelaskan ayat demi ayat, surat demi surat sesuai dengan susunan mushaf, kemudian dibahas secara tematik, supaya dapat menghidangkan pandangan dan pesan al-Qur‟an secara lebih mendalam dan menyeluruh menyangkut tema-tema yang dibicarakan. Adapun corak yang digunakan dalam tafsir al-Misbah adalah corak ijtima’i atau kemasyarakatan. Tafsir Al-Misbah dipengaruhi oleh tafsir-tafsir dan pemikiran para ulama besar Islam sebelumnya yaitu sayyid Quthub, Muhammad Thahir Ibnu Asyur dan tafsir karangan pemimpin tertinggi Al-Azhar lainnya.7 Kedua tafsir kontemporer diatas merupakan tafsir yang sesuai untuk mempelajari dan memahami lebih dalam tentang kisah nabi Musa dan Khidir yang tertuang dalam surat al-Kahfi ayat 60-82, karena metode yang digunakan oleh kedua tafsir tersebut mampu menjelaskan secara lebih terperinci dan kontekstual dengan tetap memperhatikan aspek riwayat (atsar) dan kesesuaian antara al-Qur‟an dan as-Sunnah. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui dan memahami lebih dalam mengenai aspek nilai-nilai pendidikan Islam yang terdapat dalam kisah nabi khidir dan nabi musa yang tertuang dalam surat alKahfi ayat 60-82, dengan menggunakan metode penafsiran kedua ulama besar Islam tersebut yaitu dengan cara mengkaji ayat-ayat tersebut dalam tafsir AlMisbah dan Al-Maraghi. Sehingga dapat penulis simpulkan judul penelitian ini ialah “Nilai-nilai pendidikan Islam dalam Kisah Nabi Khidir dan Nabi
7
Tim Cendikiawan Muslim, Ensiklopedi Islam, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta Jilid
7.
11
Musa, Kajian QS Al-Kahfi ayat 60-82 dalam Tafsir Al-Misbah dan Tafsir AlMaraghi”.
B. Rumusan Masalah Agar
lebih
terfokus,
maka
permasalahan
yang
akan
dibahas
diformulasikan dalam beberapa bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana penafsiran M. Quraish Shihab dan penafsiran Ahmad Musthafa Al-Maraghi tentang surat Al-Kahfi ayat 60-82 dalam tafsir al-Mishbah dan tafsir al-Maraghi ? 2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan Islam menurut penafsiran M. Quraish Shihab dan penafsiran Ahmad Musthafa Al-Maraghi tentang surat Al-Kahfi ayat 60-82 dalam tafsir al-Mishbah dan tafsir al-Maraghi ? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui penafsiran M. Quraish Shihab dan penafsiran Ahmad Musthafa Al-Maraghi tentang surat Al-Kahfi ayat 60-82 dalam tafsir alMishbah dan tafsir Al-Maraghi 2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan Islam menurut penafsiran Ahmad Mustafa Ibn Mustafa Ibn Muhammad Ibn „Abd al-Mu‟im al-Qadi alMaragh tentang surat Al-Kahfi ayat 60-82 dalam tafsir al-Maraghi
12
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis, untuk memperkaya khazanah keilmuan tentang
kisah Nabi Musa as dengan Nabi Khidhir as dalam surat al-Kahfi ayat 6082 khususnya dari penafsiran al-mishbah dan al-maraghi. Serta bisa dijadikan bahan perbandingan penelitian yang berkenaan dengan kisah tersebut diatas. 2. Manfaat secara aplikatif, sebagai konstribusi pemikiran serta bahan rujukan
bagi peneliti selanjutnya dan msyarakat sosial untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang berkenaan dengan nilai-nilai pendidikan Islam.
E. Kajian Pustaka Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang telah penulis lakukan terkait tentang judul Nilai-Nilai Pendidikan Islam dalam Kisah Nabi Khidir dan Nabi Musa ( kajian q.s al-kahfi ayat 60-82 dalam tafsir al-misbah dan tafsir al-maraghi ) diakui bahwa sejauh pengamatan yang penulis lakukan, belum ada yang menulis dan mengkaji judul ini baik dalam bentuk kajian Skripsi, Tesis dan Disertasi terutama di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, tetapi terdapat hasil penelitian terkait, diantaranya: Skripsi karya Mustaqim Makki, Pandangan Hamka Dan Quraish Shihab Tentang ayat-Ayat Zakat (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir AlMishbah). Penelitian ini focus pada pembahasan tentang perbandingan
13
pandangan Hamka dan Qoraish Shihab dalam menginterprestasikan ayat-ayat zakat8. Penelitian selanjutnya adalah penelitian Eri Susanti, Studi Komparatif Faktor-Faktor Pendidikan dalam Al-QurÂ’an Surat Al-Kahfi Ayat 60-82 Menurut Muhammad Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Mishbah dan Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar. Penelitian ini memfokuskan kepada penelaahan interaksi pendidik dan anak didik yang tertuang dalam kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidir As dalam surat al-kahfi ayat 60-829. Penelitian selanjutnya adalah dari Moch Zakil Mubarok, Nilai-nilai Pendidikan dalam Surat al-kahfi ayat 60-82 dan aplikasinya dalam pembelajaran PAI10. Penelitian ini memfokuskan pembahasanya pada aplikasi nilai-nilai pendidikan akhlak yang terkandung dalam surat al-kahfi ayat 60-82 tersebut dalam dunia pembelajaran PAI, yaitu menceritaka tentang perjalanan Nabi Musa mencari ilmu dengan Nabi Khidir mempunyai nilainilai pendidikan akhlak berkaitan dengan bagaimana sikap seorang pendidiknya. Sikap seorag murid terhadap pendidiknya sangat penting dalam proses pendidikan.
8
Mustaqim Makki, Pandangan Hamka Dan Quraish Shihab Tentang ayat-Ayat Zakat (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbah (skiprsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari‟ah, UIN Malang, 2009) 9
Susanti Eri, Studi Komparatif Faktor-Faktor Pendidikan dalam Al-QurÂ’an Surat AlKahfi Ayat 60-82 Menurut Muhammad Quraish Shihab Dalam Tafsir Al-Mishbah dan Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar (Skipsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah, STAIN ponorogo, 2011) 10
Moch Zakil Mubarok, Nilai-nilai Pendidikan Dalam Surat Al-Kahfi ayat 60-82 dan Aplikasinya dalam Pembelajaran PAI, (Skripsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2005)
14
Berdasarkan hasil eksplorasi penulis atas karya-karya tulis ilmiah seperti skripsi, belum ada satupun yang secara mendalam membahas tentang aspek nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82 menurut Tafsir Al-Mishbah dan Al-Maraghi secara lebih detail. Oleh karena itulah penulis merasa perlu untuk membahas masalah ini dan menuangkannya dalam sebuah karya ilmiah.
F. Landasan teori 1. Pengertian Nilai Menurut Sidi Gazalba yang dikutip (Chabib Thoha, 1996) mengartikan nilai sebagai berikut: Nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki11. Sedang menurut Chabib Thoha nilai merupakan sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah berhubungan dengan subjek yang memberi arti (manusia yang meyakini)12. Jadi nilai adalaah sesuatu yang bermanfaat dan berguna bagi manusia sebagai acuan tingkah laku.
Mulyana (2004) mendefiniskan tentang nilai itu adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan. Definisi tersebut dikemukakan oleh Mulyana yang secara eksplisit menyertakan proses pertimbangan nilai, tidak hanya sekedar alamat yang dituju oleh sebuah kata „ya. Beberapa pengertian 11
HM. Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm. 61 12 Ibid,
15
yang lainnya tentang nilai dari para ahli dikemukakan oleh Rohmat dalam bukunya (Mulyana, 2004) sebagai berikut :13 a. Nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, Gordon Allfort (1964). Definisi ini dilandasi oleh pendekatan psikologis, karena itu tindakan dan perbuatannya seperti keputusan benarsalah, baik-buruk, indah-tidak indah, adalah hasil proses psikologis. Termasuk kedalam wilayah ini seperti hasrat, sikap, keinginan, kebutuhan dan motif. b. Nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternative (Kuperman, 1983). Penekanan utama definisi ini pada faktor eksternal yang mempengaruhi prilaku manusia. Pendekatan yang melandasi definisi ini adalah pendekatan sosiolgis. Penegakan norma sebagai tekanan utama dan terpenting dalam kehidupan sosial akan membuat seseorang menjadi tenang dan membebaskan dirinya dari tuduhan yang tidak baik. c. Nilai adalah konsepsi ( tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir (Kluckhohn, Brameld, 1957). Definisi yang
dikemukakan oleh
Klukhon ini berimplikasi terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya, seperti yang diungkap oleh Brameld dalam bukunya tentang landasan-landasan 13
Mulyana Rohmat, Mengartikulasikan Pendidikan Nilai, (Alfabeta, Bandung, 2004),
hlm. 9
16
budaya pendidikan, dia mengungkapkan ada enam implikasi terpenting yaitu sebagai berikut: 1) Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif (logic dan rasional) dan proses ketertarikan dan penolakan menurut kata hati.; 2) Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi selalu tidak bermakna apabila diverbalisasai; 3) Apabila hal itu berkenaan dengan budaya, nilai diungkapkan dengan cara yang unik oleh individu atau kelompok; 4) Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini bahwa pada dasarnya disamakan (equated) dari pada diinginkan, ia didefinisikan berdasarkan keperluan system kepribadian dan sosio budaya untuk mencapai keteraturan atau mengahargai orang lain dalam kehidupan social; 5) Pilihan di antara nilai-nilai alternative dibuat dalam konteks ketersediaan tujuan antara (means) dan tujuan akhir (ends), dan; 6) Nilai itu ada, ia merupakan fakta alam, manusia, budaya dan pada saat yang sama ia adalah norma-norma yang telah disadari. Barmeld melihat pandangan Klukhon itu mengandung pengertian bahwa segala sesuatu yang diinginkan baik itu materi, benda atau gagasan mengandung nilai, karena dipersepsi sebagai sesuatu yang baik, seperti makanan, uang, rumah, kebenaran, kejujuran dan keadilan. Kattsoff dalam Soejono Soemargono (2004:318) mengatakan bahwa nilai itu sangat erat
17
kaitannya dengan kebaikan atau dengan kata „baik, walaupun fakta baiknya, bisa berbeda-beda satu sama yang lainnya. 2. Pengertian pendidikan Islam Pendidikan dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan kata education. Menurut Frederick J. MC. Donald adalah : “Education in the sense used here, is a process or an activity which is directed at producing desirable changes in the behavior of human being”14 (pendidikan adalah proses yang berlangsung untuk menghasilkan perubahan yang diperlukan dalam tingkah laku manusia). Menurut H. M Arifin, pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal maupun non formal15. Adapun menurut Ahmad D. Marimba adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama16. Adapun pengertian pendidikan menurut Soegarda Poerbakawatja ialah semua perbuatan atau usaha dari generasi tua untku mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, dan ketrampilannya kepada generasi muda. Sebagai usaha
14
Frederick J. MC. Donald, Educational Psychology, (Tokyo: Overseas Publication LTD, 1959), hlm. 4 15
HM. Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama, (Jakarta : Bulan Bintang, 1976) hlm. 12 16
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan (Bandung : Al Ma‟arif, 1989) hlm.
19.
18
menyiapkan agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmani maupun rohani17. Dari beberapa pendapat yang telah diuraikan secara terperinci dapat disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha manusia untuk dapat membantu, melatih, dan mengarahkan anak melalui transmisi pengetahuan, pengalaman, intelektual, dan keberagamaan orang tua (pendidik) dalam kandungan sesuai dengan fitrah manusia supaya dapat berkembang sampai pada tujuan yang dicita-citakan yaitu kehidupan yang sempurna dengan terbentuknya kepribadian yang utama. Sedang pendidikan Islam menurut ahmad D Marimba adalah bimbingan jasmani maupun rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam18. Senada dengan pendapat diatas, menurut Chabib Thoha pendidikan Islam adalah pendidikan yang falsafah dasar dan tujuan serta teori-teori yang dibangun untuk melaksanakan praktek pandidikan berdasarkan nilai-nilai dasar Islam yang terkandung dalam Al-Qur‟an dan Hadits19. Menurut Achmadi mendefinisikan pendidikan Islam adalah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan fitrah manusia serta sumber daya insan yang berada pada subjek didik menuju terbentuknya manusia seutuhnya
17
Soegarda Poerbakawatja, et. al. Ensiklopedi Pendidikan, (Jakarta : Gunung Agung, 1981) hlm. 257 18
Ahmad D. Marimba, op. cit., hlm. 21
19
HM. Chabib Thoha, op. cit., hlm. 99
19
(insan kamil) sesuai dengan norma Islam atau dengan istilah lain yaitu terbentuknya kepribadian muslim20. Masih banyak lagi pengertian pendidikan Islam menurut para ahli, namun dari sekian banyak pengertian pandidikan Islam yang dapat kita petik, pada dasarnya pendidikan Islam adalah usaha bimbingan jasmani dan rohani pada tingkat kehidupan individu dan sosial untuk mengembangkan fitrah manusia berdasarkan hukum-hukum Islam menuju terbentuknya manusia ideal (insan kamil) yang berkepribadian muslim dan berakhlak terpuji serta taat pada Islam sehingga dapat mencapai kebahagiaan didunia dan di akherat. Jadi nilai-nilai pendidikan Islam adalah sifat-sifat atau hal-hal yang melekat pada pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT.
3. Nilai dalam Perspektif Islam Agama seringkali dipandang sebagai sumber nilai, karena agama berbicara baik dan buruk, benar dan salah. Demikian pula agama Islam memuat ajaran normative yang berbicara tentang kebaikan yang seyogyanya dilakukan manusia dan keburukan yang harus dihindarkannya. Dilihat dari asal datangnya nilai, dalam perspektif islam terdapat dua sumber nilai, yakni Tuhan dan Manusia. Nilai yang datang dari Tuhan adalah ajaran-ajaran tentang kebaikan yang terdapat dalam kitab suci. Nilai
yang
merupakan
firman
Tuhan
bersifat
mutlak,
tetapi
implementasinya dalam bentuk perilaku merupakan penafsiran terhadap 20
Achmadi, Islam Sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, (Yogyakarta: Aditya media,
1992), hlm. 14
20
firman tersebut bersifat relatif. Istilah-istilah dalam al-Quran yang berkaitan dengan kebaikan dalam Al-quran, yakni : Alhaq, al-ma’ruf, alkhair, albirr, dan alhasan serta lawan kebaikan yang diungkapkan dalam istilah albathil, almunkar, al-syar, al’uquq, dan alsuu. Haq atau alhak menurut bahasa adalah; truth; reality; rightness, correctness; certainty; certitude; dan real, true; authentic; genuine; right; correct; just, fair; sound, valid. Alma‟ruf berasal dari kata „urf, yaitu kebiasaan baik yang berlaku dimasyarakat yang juga dipandang baik menurut pandangan Tuhan. Ukuran normatif yang digunakan untuk nilai norma social-budaya yang dapat dipandang ma‟ruf adalah kebenaran Ilahiyah (alhaq). Hubungan alhaq dan alma‟ruf adalah Haq adalah hakekat yang baik dan benar menurut Allah, yang artinya baik dan benar menurut ukuran atau menurut apa yang dating dari Allah. Kebenaran yang datang dari Allah adalah seperangkat nilai dan norma hidup yang secara umum diatur dalam firman Allah dan contoh nyata Rasulullah. Haq bersifat universal, abadi, dan abstrak, karena itu pelaksanaannya disebut ma’ruf. Dengan demikian, ma‟ruf bias dating sebagai aplikasi dari haq, tetapi juga dating dari masyarakat yang dinyatakan telah sesuai dengan haq atau norma budaya yang sesuai atau tidak bertentangan dengana nilai Ilahiyah 21.
21
Sofyan Sauri, Nilai, (http://file.upi.edu, diakses tanggal 08 Maret 2013, jam 20.00)
21
4. Pengertian al-Qur‟an Al-Qur'an adalah mu'jizat yang diberikan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw, sebagai bukti utama akan kenabian Muhammad saw. Beliau diturunkan Allah untuk mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya, serta membimbing mereka menuju jalan yang lurus. Secara bahasa Arab kata al-Qur'an adalah masdar (infinitif) dari kata qara'a, yaqra'u, qira'atan, qur'anan, yang berarti bacaan. Kata qur'an yang berarti bacaan misalnya terdapat dalam ayat Q.S. al-Qiyamah: 17-18 yang artinya : "Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu."22 Qur'anahu dalam ayat di atas berarti qira'atahu (bacaannya atau cara membacanya). Bila dalam bahasa Arab disebutkan qara'atuhu, qira'atan, waqur'aan, artinya adalah: "saya membaca suatu bacaan". Yakni penamaan maf'ul dengan masdar. Kata Qara'a itu sendiri mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qir'ah berarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Inilah makna Qur'an dalam bahasa Arab23. Surat Al-Kahfi adalah surat ke 18 terdiri dari 110 ayat dan diturunkan di Mekah , surat ini dinamakan surat Al-Kahfi yang secara harfiah berarti gua. Nama tersebut diambil dari sekelompok pemuda yang 22
Departemen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahanya (Bandung : Diponegoro, 2004)
23
Muhammad Rahmat Kurnia dkk Prinsip-Prinsip Pemahaman Al-Qur'an dan Al-Hadits (Jakarta: Kharul Bayan, 2002), hlm. 1-2
22
menyingkir dari penguasa zamanya, lalu tertidur didalam gua selama tiga ratus tahun lebih24. Pada ayat ke 60-82 terdapat kisah Nabi Musa as yang menuntut ilmu kepada Nabi Khidhir as yang mengandung pesan kesabaran. Menurut Qur‟an Surat al-Ashr ayat ke 3 yang artinya ”Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati dalam kesabaran”. Orang yang tidak merugi adalah orang yang beriman, beramal saleh, saling berwasiat kebenaran, dan saling berwasiat kesabaran. Sabar merupakan akhlak terpuji yang harus dimiliki setiap Muslim. Dari segi bahasa, shabr artinya menahan dan mengendalikan diri agar tidak “dijajah” hawa nafsu dan emosi. Dalam kitab Tahdzib Madarik al-Salikan, Ibnu al-Qayyim mendefinisikan sabar sebagai menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara murka, mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol anggota tubuh untuk tidak bertindak anarki. 5. Ilmu Tafsir Menurut al-Zarkasyi, kata tafsir bisa berasal dari kata al-tafsirah yang berarti sedikit air seni dari seorang pasien yang digunakan oleh dokter untuk menganalisis penyakitnya. Kalau tafsirat adalah alat kedokteran yang dapat mengungkap penyakit dari seorang pasien, maka
24
Departemen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahanya (Bandung : Diponegoro, 2004)
23
tafsir dapat mengeluarkan makna yang tersimpan dalam kandungan lafallafal atau ayat-ayat al-Qur'an. Tafsir dapat membuka maksud yang tertutup dari suatu ungkapan, sehingga menghasilkan suatu pemahaman. Tegasnya, tafsir berfungsi sebagai anak kunci (al-miftah) untuk membuka simpanan yang terkandung dalam al-Qur'an. Tafsir menurut Ibnu Manzhur ialah penjelasan maksud yang sukar dari suatu lafal. Pengertian ini pula yang diistilahkan oleh para ulama tafsir dengan dengan alidhah wa al-tabyin (penjelasan dan keterangan). Dalam kamus Bahasa Indonesia, kata “tafsir” diartikan dengan "keterangan atau penjelasan tentang ayat-ayat al-Qur'an atau kitab suci lain sehingga lebih jelas maksudnya". Terjemahan dari ayat-ayat al-Qur'an masuk ke dalam kelompok ini. Jadi, tafsir al-Qur'an ialah
penjelasan
atau
keterangan
terhadap
maksud
yang
sukar
memahaminya dari ayat-ayat al-Qur'an. Dengan demikian, menafsirkan alQur'an ialah menjelaskan atau menerangkan makna-makna yang sulit pemahamannya dari ayat-ayat al-Qur'an tersebut25. Sebagian istilah, tafsir didefinisikan para ulama dengan rumusan yang berbeda, namun dengan arah dan tujuan yang sama. Misalnya, AlJurjani mengatakan bahwa dalam pengertian syara', tafsir adalah menjelaskan makna ayat-ayat al-Qur'an, baik dari segala persoalan, kisahnya maupun dari segi asbab al-nuzulnya, dengan menggunakan lafal (penjelasan) yang dapat menunjuk makna secara terang. Sementara al-
25
Rif'at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir, Muhammad Abduh, Kajian Masalah Akidah Dan Ibadat (Jakarta: Paramadina, 2002), hlm. 85-86.
24
Zarkasyi menyebut bahwa tafsir adalah ilmu untuk memahami Kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dengan menjelaskan makna-makna dan mengeluarkan hukum-hukum serta hikmah yang terkandung didalamnya. Menurut Abd al-Azhim al-Zarqani, tafsir adalah ilmu yang membahas al-Qur'an al-Karim, dari segi pengertiannya sesuai dengan yang dikehendaki Allah dan kesanggupan manusia biasa. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa tafsir adalah hasil usaha atau karya atau ilmu yang memuat pembahasan mengenai penjelasan maksudmaksud al-Qur'an, ayatnya atau lafallafalnya. Penjelasan itu diupayakan dengan tujuan agar apa yang tidak atau belum jelas maksudnya menjadi jelas, yang samar menjadi terang dan yang sulit dipahami menjadi mudah sedemikian rupa, sehingga al-Qur'an yang salah satu fungsi utamanya adalah menjadi pedoman hidup (hidayah) bagi manusia, dapat dipahami, dihayati, diamalkan sebagaimana mestinya, demi tercapainya kebahagiaan fiddunya wal ahirah. Dengan demikian, unsur-unsur pokok yang
terkandung dalam pengertian tafsir adalah
sebagaimana berikut: 1) Hakikatnya ialah menjelaskan maksud ayat-ayat al-Qur'an al-Karim yang sebagian besar memang diungkap dalam bentuk dasar-dasar yang sangat global (mujmal) 2) Tujuannya adalah memperjelas apa yang sulit dipahami dari ayat-ayat al-Qur'an, sehingga apa yang dikehendaki Allah dalam firman-Nya
25
dapat dipahami dengan mudah, dihayati dan dan diamalkan dalam kehidupan. 3) Sasarannya ialah agar al-Qur'an sebagai hidayah Allah untuk manusia benar-benar berfungsi sebagaimana ia diturunkan, yaitu untuk menjadi rahmat bagi manusia seluruhnya. 4) Bahwa sarana pendukung bagi terlaksananya pekerjaan mulia menafsirkan al-Qur'an itu meliputi pelbagai ilmu pengetahuan yang sangat luas. 5) Bahwa upaya menafsirkan ayat-ayat bukanlah untuk mencapai kepastian untuk pernyataan "demikian yang dikehendaki Allah dalam firman-Nya", akan tetapi pencarian dan penggalian makna-makna itu hanyalah menurut kadar kemampuan manusia. Dengan demikian, menafsirkan al-Qur'an ialah merasionalisasikan ayat-ayatnya yang belum jelas untuk dapat diterima secara wajar oleh pikiran (kognitif), dan upaya rasionalisasi itu bukan untuk mencapai pengertian secara absolut (mutlak), melainkan hanya bersifat relatif (nisbi), sesuai dengan keadaan manusia yang kemampuannya serba terbatas, tidak memiliki otoritas yang absolut26.
G. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian
26
Ibid., hlm. 85
26
Penelitian ini juga dikenal sebagai kepustakaan atau biasa dikatakan Library
Research
dengan
pendekatan
deskriptif-analitis.
Penafsiran
dipengaruhi oleh paradigma yang dianut penafsir, sudut pandang yang berbeda akan memunculkan pemaknaan yang berbeda pula. Paradigma adalah sudut pandang sekelompok ahli terhadap fenomena yang tampak. Kekuatan paradigma menjadi penentu bagi setiap asumsi yang dimiliki para ahli yang eksplisit menjadi rancangan berfikir. Paradigma ada yang menyatakan sebagai intelektual komitmen, yaitu suatu citra fundamental dari pokok permasalahan dari suatu ilmu. Paradigma menggariskan apa yang seharusnya dipelajari, pernyataan-pernyataan apa yang seharusnya dikemukakan, bagaimana seharusnya suatu pertanyaan dikemukakan dan kaidah-kaidah apa yang seharusnya diikuti dalam menafsirkan jawaban yang diperoleh27. Paradigma di dalam sebuah penelitian menjadi hal yang penting untuk ditentukan terlebih dahulu karena setiap penelitian berpegang pada paradigma tertentu. Paradigma ialah suatu perangkat kepercayaan, nilai, suatu pandangan tentang dunia sekitar. Paradigma mengarahkan penelitian. Dengan timbulnya paradigma baru tentang dunia, timbul pula tentang paradigma baru dalam penelitian serta metode yang digunakan. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma scientific paradigm (Paradigma Ilmiah). Paradigma ilmiah ini bersumber dari pandangan naturalistik. Paradigma, menurut Bogdan dan Biklen adalah
27
Agus Salim, Bangunan Teori (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2006), hlm. 7
27
kumpulan loggar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama, konsep atau proposisi yang mengarahkan cara berfikir dan penelitian28. Bersandar terhadap pendapatnya Bogdan dan Biklen bahwa paradigma merupakan kumpulan longgar dari sejumlah asumsi yang dipegang bersama. Oleh karena itu al-Qur‟an yang sudah tidak diragukan lagi kebenarannya sudah menjadi konsep umum yang logis diinterpretasikan oleh Quraish Shihab dan Al-Maraghi, kemudian disusun menjadi kitab tafsir al-Qur‟an. Dari kedua mufassir tersebut setelah menafsiri al-Qur‟an timbul persamaan serta perbedaan terhadap penafsiran terhadap surat Al-Kahfi ayat 60-82.
2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan etnografi. Studi etnografi
(ethnographic studies) mendeskripsikan dan menginterpretasikan budaya, kelompok sosial atau sistem. Meskipun makna budaya itu sangat luas, tetapi studi etnografi biasanya dipusatkan pada pola-pola kegiatan, bahasa, kepercayaan, ritual dan cara-cara hidup. Inti etnografi adalah upaya untuk memperlihatkan makna-makna tindakan dari kejadian yang menimpa orang yang ingin kita pahami. Beberapa makna tersebut terekspresikan secara langsung dalam bahasa, dan di antara makna yang diterima, banyak yang disampaikan hanya secara tidak langsung melalui kata-kata dan perbuatan, sekalipun demikian, di dalam masyarakat, orang tetap menggunakan sistem
28
Lexi Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 30.
28
makna yang kompleks ini untuk mengatur tingkah laku mereka, untuk memahami diri mereka sendiri dan orang lain, serta untuk memahami dunia tempat mereka hidup. Sistem makna ini merupakan kebudayaan mereka, dan etnografi selalu mengimplikasikan teori kebudayaan.29 3. Pengumpulan Data Mengacu
kepada
pendapatnya
Suharsimi,
bahwasanya
metode
dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, prasasti, dan notulen rapat30. Dari penjelasan tersebut, maka peneliti mengumpulkan bahan referensi yang ada kaitannya dengan judul studi komparasi tafsir Al-Mishbah dan tafsir Al-Maraghi terhadap surat al-kahfi ayat 60-82, serta metodologi penafsiran terhadap surat Al-Kahfi ayat 60-82. 4. Sumber Data Karena kajian ini merupakan kajia yang sifatnya kepustakaan, maka sumber datanya pun diambil dari buku-buku literature. Maka sebagai sumber primer penelitian ini adalah tafsir al-mishbah yang merupakan karya monumental dari M Quraish shihab dan tafsir al-maraghi karya dari Ahmad Mustafa Ibn Mustafa Ibn Muhammad Ibn „Abd al-Mu‟im al-Qadi al-Maraghi dalam kisah Nabi Musa as dengan Nabi Khidir As dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82. Sedangkan sumber sekundernya berasal dari sumber-sumber lain yang relevan dengan pembahasan. 29
Spradley, james P. 1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT tiara Wacana, hlm. 5
30
Suharsimi Arikonto, Prosedur Penelitian, (Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1987),
hlm. 188.
29
5. Metode Analisa Data Analisis data atau informasi dilakukan untuk menemukan makna setiap data atau informasi, hubungannya antara satu dengan yang lain dan memberikan tafsiran yang dapat diterima secara rasional dan akal sehat (common sense) dalam konteks masalah secara universal, untuk itu data atau informasi tersebut dikomparasikan antara satu dengan yang lain31. Pengolahan dan analis data, dalam penelitian ada lima langkah yaitu sebagai berikut:
a. Edit Dalam langkah Editing ini untuk mengetahui sejauh mana data yang telah didapatkan baik data yang bersumber dari hasil obsrvasi, wawancara atau dokumentasi, sudah cukup baik dan dapat segera disisipkan untuk keperluan proses selanjutnya, maka pada bagian ini peneliti perlu untuk meneliti kembali dari kelengkapan data, kejelasan makna kesesuaian serta relevansinya dengan rumusan masalah dan data yang lain32. Maka secara umum data-data yang diteliti
adalah
tafsir
al-mishbah
dan
tafsir
al-maraghi
dalam
menginterpretasikan kisah Nabi Musa as dengan Nabi Khidir As dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82.
31
Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan, (Yogyakarta: Gadjah Mada University, 1994), hlm. 190 32
Bambang Sugiono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT.Raja Grfindo Persada,
2003), 125.
30
b. Klarifikasi Klasifikasi (pengelompokan), data hasil dokumentasi kemudian diklasifikasi berdasarkan kategori tertentu berdasarkan pada fase data penelitian. Di sini dibagi kepada beberapa fase pembahasan. Pertama: Pemaparan tafsir al-mishbah dan tafsir al-maraghi dalam surat Al-Kahfi ayat 60-82, biografi Quraish Shihab dan biografi Al-Maraghi, latar belakang Quraish Shihab dan latar belakang Al-Maraghi yang berkaitan dengan sosialpolitik, budaya. Kedua: Pengertian tafsir, pemaparan tafsir al-mishbah dan almaraghi tentang kisah Nabi Musa as dengan nabi Khidir As dalam surat Alkahfi ayat 60-82. c. Verifikasi Selanjutnya verifikasi sebagai langkah lanjutan, penulis memeriksa kembali data yang telah didapatkan33. d. Analisis Analisis data adalah prorses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data34. Analisis juga dapat menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasikan35. Pada penelitian ini penulis menggunakan
33
Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian: di perguruan tinggi (Bandung: Sinar Baru Aldasindo, 2000), hlm. 84-85 34
Ibid, hlm. 103
35
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES), hlm. 263
31
analisis
komparatif,
yang
mengumpulkan,
memilih
dan
memilah,
mengklasifikasikan, mensintesiskan dan membuat iktisar36. Maka di sini penulis dalam menganalisis mengaitkan, dan mendiskripsikan secara gamblang tentang letak perbedaan juga persamaan tafsir al-mishbah dan almaraghi tentang kisah Nabi Musa as dengan nabi Khidir As dalam surat Alkahfi ayat 60-82. e. Kesimpulan Concluding sebagai pengambilan kesimpulan dari suatu proses penulisan yang menghasilkan suatu jawaban37. Tahap concluding ini bukan merupakan pengulangan kalimat dari hasil penelitian dan analisis, tetapi proses penyimpulan/menarik poin-poin penting yang kemudian menghasilkan gambaran secara ringkas dan jelas mudah dipahami. Langka terakhir ini harus dilakukan secara cermat, dengan mengecek kembali data-data yang telah diperoleh, dalam hal ini khususnya tentang tafsir al-mishbah dan al-maraghi tentang kisah Nabi Musa as dengan nabi Khidir As dalam surat Al-kahfi ayat 60-82, sehingga penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya.
H. Sistematika Pembahasan Skripsi ini dibagi kedalam lima bab, bab pertama adalah pendahuluan yang terditi dari enam sub bab dengan urutan sebagai berikut : latar belakang masalah yang dimunculkan, rumusan masalah yang merupakan penegasan 36
Ibid., hlm. 89
37
Nana Sudjana dan Ahwal Kusuma, Proposal Penelitian: di perguruan tinggi (Bandung: Sinar Baru Aldasindo, 2000), hlm. 84-85.
32
lebih lanjut dari latar belakang masalah, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian yang dilakukan dan manfaat penelitian, kajian pustaka berisi penelusuran pustaka yang berkaitan dengan obyek penelitian dan landasan teori yang dipakai dalam penelitian ini, metode penelitian berisi cara-cara yang ditempuh dalam rangkaian penelitian dan yang terakhir adalah sistematika pembahasan berisi struktur dan turunan yang dibahas dalam skripsi. Kemudian pada bab ke dua adalah membahas tentang pengertian nilainilai pendidikan islam, pengertian tafsir, sejarah perkembangan tafsir, biografi Quraish Shihab dan biografi Al-Maraghi, latar belakang Quraish Shihab dan latar belakang Al-Maraghi yang berkaitan dengan sosial-politik, budaya. Bab tiga analisis nilai-nilai pendidikan islam menurut tafsir al-mishbah dan tafsr al-maraghi dalam Surat al-Kahfi ayat 60-82. Hal ini merupakan analisa dari pensintesis-an dari perbedaan serta persamaan pemikiran penafsiran dari ke-dua macam tafsir tersebut diatas. Bab empat adalah pembahasan final yang berisikan penutup meliputi: kesimpulan dan saran- saran dari hasil penelitian yang diambil dari hasil Penelitian mulai dari judul hingga proses pengambilan kesimpulan dan saransaran bagi berbagai pihak yang bersangkutan dalam penelitian ini.
33
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan Dari beberapa uraian dan pemaparan dari kedua mufassir, yaitu M. Quraish Shihab dan Ahmad Musthafa al-Maraghi maka dapat disimpulkan beberapa hal berkaitan tentang aspek nilai-nilai pendidikan dalam QS Al-Kahfi ayat 61-83 (Kisah Nabi Musa a.s dan Khidir) ialah: 1. Penafsiran M. Quraish Shihab dan penafsiran Ahmad Musthafa Al-Maraghi tentang surat Al-Kahfi ayat 60-82 dalam tafsir al-Mishbah dan tafsir alMaraghi yaitu M. Quraish Shihab menggunakan metode penulisan tafsir tahlili dan maudhui (tematik) dan menjelaskan isi kandungan ayat satu persatu terlebih dahulu mengulas secara global isi kandungan surat secara umum dengan mengaitkan ayat lain yang berkaitan yang memiliki tema yang sama. Seda ngkan Al-Maraghi menggunakan metode ijmali dan tahlili dan menjelaskan secara detail kejadian dan peristiwa per ayat. Pada penafsirannya, ia sering mengaitkan peristiwa atau kata dalam ayat secara logis sehingga kisah pada ayat terkesan runtut dan detail. 2. Nilai-nilai pendidikan secara umum yaitu tentang perintah menuntut ilmu sampai akhir hayat, supaya setiap umat manusia tidak memiliki sifat sombong untuk belajar kepada siapapun dan tidak cepat puas atas ilmu yang sudah dimiliki.
91
Nilai-nilai pendidikan untuk pengajar atau pendidik ialah tentang strategi pembelajaran dan karakter yang harus dimiliki seorang pendidik atau pengajar yaitu desain pembelajaran yang bisa meningkatkan semangat belajar siswa selain itu seorang pendidik atau pengajar harus memiliki sifat penyabar dan tegas, sabar atas ketidaktahuan siswa dan tegas atas ketidakdisiplinan siswa. Dan Nilai-nilai pendidikan untuk pelajar atau siswa ialah tentang akhlak seorang pelajar yang harus dimiliki yaitu kegigihan, sifat rasa ingin tahu, kesopanan, dan siap berguru pada siapapun tidak memandang pangkat dan derajat.
B. Saran Pada penelitian ini tentu saja masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu penyusun menyarankan agar penelitian yang akan datang dapat secara lebih mendetail membahas tentang nilai-nilai pendidikan yang terkandung dari kumpulan ayat tentang Musa a.s dan Khidir ini dari berbagai sudut pandang para mufassir semisal sayyid khutub, Hamka, atau tokoh-tokoh pembaharu Islam sehingga hikmah yang dikaji dapat lebih kontemporer dan kontekstual untuk diterapkan pada dunia pendidikan saat ini. Selain itu dapat juga diteliti tentang kumpulan ayat-ayat al-Quran yang memiliki maksud dan pesan yang sama dengan kisah ini yaitu tentang kejadian adam ketika digoda oleh setan dan perintah membaca untuk Nabi Muhammad saw.
92
C. Penutup Segala puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan. limpahan rahmat, taufiq dan inayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Dengan kesadaran yang sjujurnya penulisnya dalam hal ini ingin menyampaikan bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari sempurna, karena terbatasnya cakrawala pemikiran dan wawasan penulis. oleh karena itu kritik dan saran secara kontruktif sangat diharapkan menambah sesuatu yang bermakna bagi penulis khususnya dan para pembaca pada umumnya. Selanjutnya penulis hanya bisa menguccapkan terima kasih yang sebenarbenarnya kepada semua pihak yang telah membantu baik material maupun spiritual dan permohonan maaf yang setulus-tulusnya kepada pembaca, bila kemudian didapati kekeliruan. Harapan penulis semoga tulisan sederhana ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi dunia pendidikan agama islam. Amin
93
DAFTAR PUSTAKA
Agustan Arifin, Andi Matinya Eksistensi Pendidikan”, dalam www.tribuntimur.com., 2010. Ahmadi, Islam sebagai Paradigma Ilmu Pendidikan, Yogyakarta : Aditya Media, 1992. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Praktis, Jakarta: Bina Aksara, 1983. Departemen Agama RI, al-Qur’an Dan Terjemahanya (Bandung : Diponegoro, 2004) Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam di Indonesia, (Jakarta: Proyek Peningkatan Sarana dan Prasarana, 1993). Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van Hoeve, 1993). Dinas P & K, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta:Balai Pustaka, 2003. Elmubarok, Zaim Membumikan Pendidikan Nilai, Bandung: CV. Alfabeta, 2008. Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi Offset, 1990. ____________, Metodologi Research, Yogyakarta: UGM, 1999. Hariwijaya, Moch, dkk, Pedoman Penelitian Ilmiah Proposal dan Skripsi, Yogyakarta: Tugu Publiser, 2007. Hujjatul Islam, ”Ahmad Musthafa Al-Maraghi Ulama Kontemporer Terbaik”, www.fiqhislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=4869 38&itemid=258. Husein Al-Munawar, Said Agil, Aktualisasi Nilai-nilai Al-Qur’an dalam Sistem Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat Press, Cet. II, 2005. Jalaludin dan Abdullah Adi, Filsafat Pendidikan, Manusia, Filsafat dan Pendidikan, Jakarta: Gaya Media Pratama, 1997. Kaelan, M.S. Metode Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat, Yogyakarta: Paradigma, 2005.
94
M. Hariwijaya, dkk, Pedoman Penelitian Ilmiah Proposal dan Skripsi, Yogyakarta: Tugu Publiser, 2007. Maraghi, Ahmad Mustafa, Terjamah tafsir al-Maraghi: Juz 3,(Semarang: Toha Putra, 1999). Mengenai asbab an-Nuzul surat al-Kahfi, lihat Shālāh Al-Khālidy, Kisah-kisah AlQuran, hlm. 21- 23, dan lihat Mohamed Arkoun, Kajian Kontemporer AlQuran, terj Hidayatullah, (Bandung: Pustaka, 1998). Metode Tafsir Modern; Tafsir al-Manar, al-Maraghi, al-Misbah, http://syakirman.blogspot.com/2010/11/metode-tafsir-modern-tafsir-al-manaral.html, Moelong, Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999. Muhammad Rahmat Kurnia dkk Prinsip-Prinsip Pemahaman Al-Qur'an dan AlHadits (Jakarta: Kharul Bayan, 2002) Mustaqim Makki, Pandangan Hamka Dan Quraish Shihab Tentang ayat-Ayat Zakat (Studi Komparatif Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Al-Mishbah (skiprsi tidak diterbitkan, Fakultas Syari’ah, UIN Malang, 2009) Ndraha, Talizuduhu, Research, Teori, metodologi, Administrasi, Jakarta: Bina Aksara,1981. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, KBBI, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah “Pesan, Kesan dan Keselarasan al-Qur'an (Jakarta: Lentera Hati, 2002) Rif'at Syauqi Nawawi, Rasionalitas Tafsir, Muhammad Abduh, Kajian Masalah Akidah Dan Ibadat (Jakarta: Paramadina, 2002) Sanjaya, Wina, Strategi Pembelajaran berorientasi standar proses pendidikan. Cet. IV ( Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008). Sarjono, dkk. Panduan Penulisan Skripsi, Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Agama Islam Fak. Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga, 2008. Shabuni, M. Ali Al-, At-Tibyan Fi Um Al-Quran, Alam Al-Kitab, (Beirut, tt). Shihab, M. Quraish, Wawasan Al-Qura’an , Bandung: Mizan, 1998.
95
Shihab, Quraish, Membumikan al-Quran (Bandung: Mizan, 1998) Shihab, Quraish, Tafsir Al Misbah, 2010, (Jakarta: Lentera Hati, 2010) Singarimbun, Masri, Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES, 1989. Sudarto, Metode Penelitian Filsafat, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1996. Susanti Eri, Studi Komparatif Faktor-Faktor Pendidikan dalam Al-QurÂ’an Surat AlKahfi Ayat 60-82 Menurut Muhammad Quraish Shihab Dalam Tafsir AlMishbah dan Hamka Dalam Tafsir Al-Azhar (Skipsi tidak diterbitkan, Fakultas Tarbiyah, STAIN ponorogo, 2011) Susestyo, Benny, Politik Pendidikan penguasa. Yogyakarta: LkiS, 2005. Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitan, Yogyakarta: Sukses Offset, 2009. Zuriah, Nurul, Pendidikan Moral dan Budi Pekerti dalam Perspektif Perubahan, Jakarta: Bumi Aksara, Cet.II, 2008.
96
CURRICULUM VITAE
DATA PRIBADI: Nama
: Habib Rahman
Tempat Tanggal Lahir : Metro, 7 November 1990 Alamat Asal
: Bumi Dipasena Utama, Blok 03 Jalur 35 No 09, Kec. Rawajitu Timur, Kab. Tulang Bawang Lampung
Alamat Di Yogya
: Jl. Pakuningratan 07 Jetis Yogyakarta
Nama Ayah
: Karja
Nama Ibu
: Hamidah
RIWAYAT PENDIDIKAN 1. 1996-2002: SDN Bumi Dipasena Utama 2. 2002-2005: Mts Al-Islam Ponorogo 3. 2005-2008: MA Al-Islam Ponorogo 4. 2008-2013: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
RIWAYAT ORGANISASI 1. Ketua Umum IPKESTRA (Ikatan Pelajar Keluarga Besar Sumatera) di MA Al-Islam Ponorogo Periode 2007-2008 2. Ketua Bidang Pembelajaran Di Pondok Pesantren Darul Hikam Ponorogo periode 2008-2009. 3. Anggota Satuan Karya Pramuka BAHARI Kwartir Cabang Ponorogo periode 2008-2009. 4. Ketua Bidang PTKM (Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan) HMI Komisariat Tarbiyah periode 2009-2010. 5. Anggota UKM Al-Mizan UIN Suka Yogyakarta Periode 2009-2010.
6. Departemen Bidang Internal HMI Korkom Cabang Yogyakarta Periode 20102011. 7. Anggota UKM SPBA UIN SUKA Yogyakarta Periode 2010-2011 8. Direktur Lembaga FOKEP (Forum Kajian Ekonomi Perkoperasian) KOPMA UIN SUKA Yogyakarta Periode 2011-2012. 9. Sekretaris Jenderal HIPMATUBAYO (Himpunan Pelajar Mahasiswa Tulang Bawang dan Tulang Bawang Barat Yogyakarta) Periode 2012-2013. 10. Ketua Dewan Penasehat HIPMATUBAYO Periode 2013-2014. 11. Anggota Bidang Kemahasiswaan KNPI Kota Yogyakarta Periode 2013-2014. 12. Ketua Umum Asrama Mahasiswa Lampung Yogyakarta Periode 2013-2014. Demikian daftar riwayat hidup ini, saya buat dengan sebenar-benarnya.
Yang bersangkutan
Habib Rahman