1
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
NILAI-NILAI METODOLOGIS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM: PERSPEKTIF AL-QUR’AN SURAT AL-RAHMAN AYAT 1-4 Eli Nurlaeli
[email protected]
Abstrak Terjadinya penyimpangan ajaran agama di kalangan remaja sekarang ini telah menjadi fenomena, yang dapat dilihat dari perilaku keagamaan mereka. Hal tersebut disinyalir karena pendidikan agama tidak terinternalisasikan dengan baik menjadi karakter kepribadiannya. Pendidikan agama yang diberikan oleh para guru kepada peserta didik kurang menarik dari sisi materi, apalagi metode yang digunakannya. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan, penting memilih metode yang digunakan. Di dalam Al-Qur’an banyak dijumpai ayat-ayat tentang pendidikan yang berhubungan dengan tujuan maupun metode pemelajaran, diantaranya dapat ditelaah dari al-Qur’an surat al-Rahman ayat 1- 4. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Menemukan nilai-nilai metodologis Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-Rahman ayat 1-4. (2) Menemukan metode-metode yang efektif untuk internalisasi Pendidikan Agama Islam berdasarkan konsep al-Qur’an surat al-Rahman ayat 1-4. Hasil penelitian ini menyimpulkan berdasarkan tela’ah terhadap tafsir dan munasabah surat al-Rahman ayat 1-4 adalah: (1) Dalam al-Qur’an surat alRahman ayat 1 – 4, terkandung nilai-nilai metodologis bahwa seorang pendidik dituntut memiliki sifat-sifat kasih sayang, murah hati, sabar, lemah lembut, santun, menguasai materi, mampu membaca dan memahami al-Qur’an dengan baik, serta harus jelas dalam menyampaikan pelajaran. (2) Metode-metode pemelajaran Agama Islam yang dapat dipahami dari ayat tersebut maupun munasabahnya antara lain: metode kasih sayang, lemah lembut, membaca, tabyin, kisah, keteladanan, pembiasaan, perhatian, tanya jawab, dan ceramah. Kata Kunci: Nilai-nilai, metodologi, Pendidikan Agama Islam.
Abstract In education there is a phenomenon of many of irregularities in religous teachings and decreasing of the noble values of religion among students, which can be seen from religious behavior of teenagers nowadays. Religious education seems not internalized as a Moslem personality as the objectives of Islamic education. Because in the practice of religious education are less attractive from the material side and the manner of teaching (method), so that religious teaching methodology are no longer have any effect in achieving the objectives of Islamic education. To achieve the objectives of education, there are many ways or method which can be used. In the Quran, there are verses that relate to education, wheater related to the purpose and methods of learning, which can be explored from Surah al-Rahman. This study aims to: (1) Find the values of methodological of Islamic Education which contained in Quran of Surah al-Rahman verses 1-4. (2) Find effective methods for internalization of Islamic education based concept of Quran of Surah al-Rahman verses 1-4. Results of the study found that based on the review of the verse interpretation by mufasir which supported by the relevant verses and surah al-Rahman verses 1-4: (1) It contained methodological values especially Islamic education and other relevant fields of learning with the content of Quran, among those methodological values that in a way of teaching, a teacher must have qualities as a loving, generous, affectionate and gentle, mastering in their material, can read and understand the Quran well, mannered and should clearly presenting the lesson; (2) Methods of teaching Islamic lesson can be understood from Quran include: affection method, reading, tabyin, story telling, model, habituation, attention, debriefing, and lectures. Keywords: Values, methodology, Islamic Education.
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
2
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
anak
Pendahuluan
dengan
pengetahuan
agama,
atau
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
mengembangkan intelek anak saja, dan tidak pula
(iptek) yang makin canggih sekarang ini telah
mengisi dan menyuburkan perasaan (sentimen)
menimbulkan berbagai dampak bagi manusia, baik
agama
yang positif maupun negatif. Dampak negatif dari
keseluruhan diri pribadi anak, mulai dari latihan-
kemajuan iptek seperti: nilai-nilai luhur agama, adat
latihan amaliah sehari-hari yang sesuai dengan ajaran
istiadat, dan norma sosial yang selama ini sangat
Islam, baik yang menyangkut hubungan manusia
diagungkan mulai menurun bahkan diabaikan, terjadi
dengan Tuhan, dengan sesama manusia, dengan
penyimpangan moral, terjadi budaya materialism,
alam, dan dengan dirinya sendiri. Pendidikan agama
consumerism, capitalism, individualism, pragmatism,
Islam mempunyai peranan yang sangat penting dalam
dan hedonism. Kecenderungan kaum remaja sekarang
rangka mensosialisasikan nilai-nilai ajaran Islam
ini
bersifat
kepada pemeluknya, baik secara individu maupun
kemoderenan, gaya kebarat-baratan, musik-musik
masyarakat. Pendidikan merupakan alat utama dalam
yang tidak jelas makna dan vokalnya, film yang
menyampaikan ajaran-ajaran yang tertuang dalam al-
kurang bermanfaat, game online yang membuat
Qur’an dan al-Hadits sebagai sumber utama ajaran
mereka betah berhari-hari untuk bermain, banyak
agama Islam. Dengan adanya pendidikan, maka
nongkrong di pinggir jalan. Mereka kurang tertarik
ajaran-ajaran agama dapat ditransformasikan oleh
pada hal-hal yang bermanfaat, seperti: belajar,
pendidik kepada peserta didik dan diharapkan dapat
membaca buku, mengembangkan potensi, belajar
diinternalisasi oleh peserta didik.
lebih
suka
dengan
hal-hal
yang
saja,
akan
tetapi
harus menyangkut
agama, melaksanakan ibadah secara konsisten, dan
Guru Pendidikan Agama Islam mempunyai
belajar al-Qur’an. Fenomena perilaku remaja yang
peranan dan tanggung jawab yang sangat penting,
demikian itu bukan hanya terjadi di kalangan remaja
mulia, dan berat dalam melaksanakan pendidikan
yang tidak terdidik saja, bahkan banyak remaja
agama
sekolahan. Mereka bukan tanpa mengenal belajar di
mengembangkan potensi yang dimiliki para siswa
sekolah, tetapi justru mereka telah belajar berbagai
agar dapat menghayati dan mengamalkan ajaran
ilmu atau mata pelajaran umum maupun agama,
agama Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
bahkan pelajaran agama merupakan pelajaran wajib,
adalah figur yang utama dalam menanamkan nilai-
dari mulai tingkat dasar sampai perguruan tinggi, di
nilai
sekolah umum apalagi di madrasah.
pembentukan sikap, watak, dan perilaku akhlaq al-
di
sekolah.
ajaran
agama
Mereka
Islam
diharapkan
dalam
dapat
kerangka
Salah satu upaya yang dianggap ampuh
karimah melalui berbagai metode pembelajaran yang
untuk menangkal dampak negatif iptek adalah dengan
dikembangkan di sekolah. Mereka dituntut untuk
pendidikan, terutama pendidikan agama Islam.
selalu mengembangkan keterampilan mengajar yang
Pendidikan agama Islam merupakan “usaha sadar
sesuai dengan kemajuan zaman dan lingkungan lokal
yang dilakukan oleh pendidik melalui bimbingan,
di mana proses pendidikan itu berlangsung. Menurut
pengajaran, dan latihan yang bertujuan untuk
Nazarudin Rahman, “jika guru bersikap statis, dalam
menyiapkan peserta didik agar dapat meyakini,
arti merasa cukup dengan kemampuan yang mereka
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
miliki, maka proses pendidikan itu akan statis pula,
Islam”.
menyangkut
bahkan mundur. Upaya dari pihak sekolah agar
manusia seutuhnya, yang tidak hanya membekali
peserta didik dapat menginternalisasikan nilai ajaran
Pendidikan
agama
Islam
Islam menjadi sangat penting, dan salah satu upaya
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
3
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
tersebut adalah dengan metode pembiasaan di
final, yang harus diterima tanpa kritik dan ragu
lingkungan sekolah. Metode pembiasaan tersebut
(skeptic).
adalah dengan menciptakan suasana religius di
Agama itu bukan hafalan yang ditunjukkan
sekolah. Kegiatan dan praktik keagamaan yang
dengan angka kuantitatif. Keimanan adalah sikap,
dilaksanakan secara terprogram dan rutin di sekolah,
dan cermin dari keimanan itu adalah melakukan
diharapkan agar nilai Islam dapat diinternalisasi
perbuatan baik yang dalam bahasa agama disebut
secara baik oleh peserta didik.
dengan ihsan. Jadi pendidikan agama Islam saat ini
Namun pelaksanaan pendidikan Agama
baru mencapai tahap pengetahuan (knowing), belum
Islam di sekolah masih belum optimal mencapai
menyentuh pengamalan (doing) dan perilaku (being).
tujuan
pembelajaran
Oleh karena itu, yang terbaik bagi pendidikan agama
Pendidikan Agama Islam saat ini masih sebatas
Islam ke depan adalah internalisasi melalui teknik
narative,
dan
pembiasaan dan peneladanan. Melaksanakan puasa
formalistic untuk memenuhi kurikulum, yakni hanya
misalnya, tidak hanya dilakukan tetapi juga harus
sebagai proses penyampaian pengetahuan tentang
dapat memberi implikasi dalam kehidupan sehari-
Agama Islam. Hanya sedikit yang arahnya pada
hari. Perilaku dari puasa ini bukan hanya diajarkan
proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa.
kepada siswa, tetapi harus dicontohkan oleh guru
Metodologi yang ada pun ternyata tidak memiliki
yang mengajarkannya.
yang
diharapkan.
verbalistic,
Proses
theoretic,
cognitive,
efek mendorong peserta didik untuk merespons
Fazlur Rahman mengemukakan salah satu
pendidikan agama. Hal ini dapat dilihat dari proses
problem pendidikan Islam adalah metode pendidikan.
pembelajaran yang dilakukan guru masih dominan
Metode Pendidikan Agama Islam cenderung lebih
ceramah. Proses internalisasi tidak secara otomatis
banyak menggunakan metode hafalan, yang tidak
terjadi ketika nilai-nilai tertentu sudah dipahami oleh
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
siswa. Artinya, metode ceramah yang digunakan guru
berpikir kritis dan kreatif. Seringkali dijumpai
ketika mengajar berpeluang besar terhadap gagalnya
seorang guru yang berpengetahuan luas tetapi tidak
proses internalisasi nilai-nilai Islam pada diri siswa,
berhasil dalam mengajar, hanya karena tidak
hal ini disebabkan siswa kurang termotivasi untuk
menguasai
belajar agama. Pendidikan agama Islam yang
metode mengajar menjadi salah satu obyek bahasan
diajarkan di sekolah umumnya kurang menarik, baik
yang penting dalam pendidikan. Oleh karena itu tidak
dari segi materi yang diberikan maupun cara
dapat
penyampaian yang digunakan. Keadaan ini menurut
mengidentifikasi beberapa metode pemelajaran yang
Malik
efektif
Fadjar
diperparah
dengan
terisolirnya
metode
disangkal
mengajar.
bahwa
merupakan
salah
Itulah
sebabnya,
“menemukan
satu
solusi
dan
dalam
pendidikan agama Islam dengan pelajaran lain.
memecahkan problema tersebut”. Banyaknya metode
Materi pendidikan agama Islam terlalu didominasi
yang ditawarkan
oleh hal-hal yang bersifat normatif, ritualistik, dan
untuk mempermudah dan paling sesuai dengan
eschatologist. Apalagi materi ini disampaikan dengan
perkembangan jiwa peserta didik dalam menerima
semangat ortodoksi keagamaan yang memaksa
pelajaran. Prinsip umum metode pemelajaran adalah
peserta didik tunduk pada suatu meta narasi, tanpa
agar pengajaran dapat disampaikan dalam suasana
diberi peluang melakukan telaah secara kritis. Pada
menyenangkan, menggembirakan, penuh dorongan,
akhirnya, agama dipandang sebagai sesuatu yang
dan motivasi, sehingga materi dapat dengan mudah
oleh para ahli merupakan usaha
diberikan. Metode dapat dikatakan sebagai jembatan
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
4
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
yang menghubungkan pendidik dengan peserta didik
dan Hadist Nabi Muhammad SAW. Al-Quran
kepada
dijadikan sebagai sumber pendidikan Islam yang
tujuan
kepribadian.
pendidikan,
Apabila
yaitu
Islam,
pertama dan utama, karena al-Quran memiliki nilai
kepribadian ini lebih mengarah pada kepribadian
absolut yang diturunkan dari Tuhan. Allah SWT
muslim, yang mencerminkan nilai-nilai keislaman.
menciptakan manusia dan Allah pula yang mendidik
Untuk mencapai tujuan pendidikan banyak metode
manusia, di mana isi pendidikan itu telah termaktub
yang dapat digunakan. Di dalam al-Qur’an banyak
dalam
dijumpai
dengan
persoalanpun dalam kehidupan ini, termasuk soal
pendidikan, baik yang berhubungan dengan tujuan
pendidikan, yang luput dari jangkauan al-Qur’an”.
maupun metode.
Al-Qur’an
ayat-ayat
Metodologi
dikaitkan
terbentuknya
yang
dengan
berhubungan
pemelajaran
tidak
hanya
wahyu-wahyuNya.
adalah
menyebarkannya
inti berarti
“Tidak
agama.
ada
satu
Menjaga
menegakkan
dan
agama,
membahas metode semata, tetapi kajiannya lebih
sehingga sangat jelas keutamaan mempelajari dan
luas, yaitu mengaitkan cara menggunakan metode
mengajarkannya, walaupun bentuknya berbeda-beda.
dengan bahan yang diajarkan, dengan peserta didik
Yang paling sempurna adalah mempelajarinya, dan
dan guru, bahkan dengan lingkungan. Mohmmad Al-
akan lebih sempurna lagi jika mengetahui maksud
Toumy Al-Syaibany menyatakan sebagai berikut:
dan kandungannya. Kitab suci al-Qur’an sebagai
Metode mengajar adalah segala kegiatan yang terarah
dasar
yang dikerjakan oleh guru dalam rangka kemestian-
memberikan informasi kepada manusia tentang
kemestian mata pelajaran yang diajarkan, ciri-ciri
bagaimana atau apa saja yang perlu dipersiapkan
perkembangan
alam
dalam proses pendidikan tersebut, salah satunya
sekitarnya, yang bertujuan untuk menolong peserta
dalam surat al-Rahman ayat 1-4, sebagaimana
didik mencapai proses belajar yang diinginkan,
dijelaskan Muhammad Naqib al-Rifai bahwa Allah
perubahan
dikehendaki,
SWT mengabarkan tentang karunia dan Rahma
memperoleh pengetahuan, keterampilan, kebiasaan,
kepada makhlukNya. Dia telah menurunkan al-
sikap, minat, dan nilai-nilai yang diinginkan. Al-
Qur’an, memudahkan menghafal dan memahaminya
Qur’an memuat nilai-nilai normatif pendidikan Islam,
kepada
tidak
manusia pandai berbicara.
peserta
tingkah
terkecuali
didik,
laku
metode
suasana
yang
pendidikan
Islam,
pendidikan
yang
agama
Islam.
dirahmatiNya,
Allah
dan
SWT
mengajarkan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Muhammad
Penjelasan tersebut mengisyaratkan bahwa
Fadhil al-Jamaly, bahwa “gaya bahasa (uslub) dan
dalam tafsir ayat 1-4 surat al-Rahman terkandung
ungkapan (tadbir) yang terdapat dalam al-Qur’an
nilai-nilai metodologis pendidikan yang dapat diteliti
menunjukkan bahwa ayat-ayat itu mengandung
lebih mendalam sebagai konsep metode pemelajaran
metode pendidikan dengan corak dan ragam yang
yang
berbeda-beda sesuai dengan waktu dan tempat serta
(internalisasi) pendidikan agama oleh para pendidik,
sasaran
Arif
baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga. Oleh
mengatakan bahwa “metode pendidikan Islam dan
karena itu perlu dilakukan penelitian tentang “Nilai-
penerapannya
nilai
(khitab)
yang
banyak
dihadapi”.
Armai
menyangkut
wawasan
dapat
diterapkan
Metodologis
dalam
Pendidikan
penanaman
Agama
Islam:
keilmuan pendidikan yang bersumber dari al-Qur’an
Perspektif Tafsir Al-Qur’an surat Al-Rahman ayat 1-
dan al-Hadis”.
4”. Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di
Pendidikan agama Islam sebagai salah satu aspek dari ajaran Islam didasarkan pada al-Qur’an
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut:
Eli Nurlaeli
5
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
1. Apa saja nilai-nilai metodologis pendidikan
tersebut, melalui metode studi pustaka, maka langkah
agama yang terkandung dalam al-Qur’an surat al-
yang ditempuh adalah dengan cara membaca,
Rahman ayat 1-4?
memahami, serta menelaah buku-buku, baik berupa
2. Metode-metode apa sajakah yang efektif untuk
kitab-kitab tafsir maupun sumber-sumber lain yang
internalisasi pendidikan agama Islam berdasarkan
berkenaan dengan permasalahan yang ada, kemudian
konsep al-Qur’an surat al-Rahman ayat 1-4?
dianalisis. Sumber data penelitian mencakup sumber
Metodologi Penelitian Penelitian kepustakaan
ini
primer dan sekunder. Sumber primer adalah kitab-
merupakan
(library research)
atau
penelitian penelitian
dokumen. Kegiatan penelitian difokuskan untuk mengkaji teks al-Qur’an, kitab-kitab tafsir, bukubuku, naskah-naskah, atau majalah-majalah yang bersumber dari khazanah kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian dokumen dilakukan dengan cara meneliti isinya, mengklasifikasikan menurut
kriteria
atau
pola
tertentu,
dan
menganalisisnya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual
maupun
kelompok.
Penelitian
menggunakan metode kualitatif, yang menekankan analisis proses dari proses berpikir yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati, dan senantiasa menggunakan logika ilmiah. Penelitian kualitatif lebih ditekankan pada kedalaman berpikir formal dari peneliti dalam menjawab permasalahan yang dihadapi. Penelitian kualitatif mempunyai dua tujuan utama, yaitu menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore) serta menggambarkan dan menjelaskan (to describe and to explain).
kitab tafsir dan tafsir tarbawi. Sumber sekunder adalah buku-buku pendidikan, jurnal, dan laporan hasil penelitian terdahulu. Adapun kitab-kitab yang dijadikan sumber data primer dalam penelitian ini adalah kitab suci al-Qur’an dan tafsirnya dari sumber asli maupun yang sudah diterjemahkan, dalam bentuk cetakan yang diterbitkan maupun mengadopsi dari kumpulan kitab-kitab digital elektronic “maktabah syamilah”, antara lain: Tafsir Ibnu Katsiir karya Ismail bin Katsiir al- Damasyqiy, Tafsir al Maraghi karya Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Fi zhilalil Qur’an karya Sayyid Qutb, Tafsir Al-Munir karya Wahbah al-Zuhaily, Tafsir al-Qurtubi karya Ibn Abdillah Muahammad bin Ahmad al-Ansari alQurtubi, Tafsir Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an karya Muhmmad Husain al-Tabatabai, Tafsir Hasiyat Al Sawi Ala Tafsir Al Jalalayn, karya Ahmad bin MohamadAl-Sawi, Tafsir al Kabir karya Imam Fakhrudin, Tafsir al-Mizan fi Tafsiril Qur’an karya Mohammad Husain al-Thobathabai, Tafsir Muyassar karya Aidh al-Qarni, Tafsir Al Bayan karya Hasby Al-Shiediqy, Tafsir Al-Nur karya Hasbi al-Shiddieqy, Tafsir Al Mishbah karya M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Azhar karya Hamka. Untuk literatur pendidikan merujuk pada
Dalam penelitian ini mencari konsep tentang metode pendidikan agama Islam dalam surat alRahman ayat 1-4 dari berbagai kitab tafsir yang merupakan
interpretasi
para
mufasir
dalam
memahami maksud, isi, dan kandungan yang ada dalam surat al-Rahman ayat 1-4. Selanjutnya untuk memberi penjelasan atau penafsiran terhadap ayat
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
kitab-kitab dan buku-buku yang ditulis oleh ahlinya yang dikenal luas, antara lain: Min al-Ushul alTarbiyah fi al-Islam karya Abdul Fatah Jalal, Ushul al-Tarbiyah al-Islamiyah wa al-Salibiha fi al-Bait wa al-Madrasah wa al-Mujtama’ karya Abdul Rahman al-Nahlawy, al-Tarbiyah al-Islamiyyah wa Falasifatuha karya Muhammad ‘Athiyah Al-Abrasyi,
Eli Nurlaeli
6
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
Falsafah al-Tarbiyah Al-Islamiyyah karya Omar Mohammad
Al-Toumy
Konsep
al-Syaibany,
Pendidikan Islam karya Muhammad Naquib al-Attas, Pendidikan Islam dan Madrasah Hasan al-Banna
al-Rahman ayat 1-4 di dalamnya terdapat beberapa konsep
tentang
pendidikan
dan
metodologi
pemelajarannya yang sesuai dengan ajaran Islam. ﴾٤﴿ َﻋﻠﱠ َﻤﮫُ ْاﻟﺒَﯿَﺎن ﱠ َ ﴾٣﴿ َﺴﺎن َ اﻹﻧ َ ﴾١﴿ ُاﻟﺮﺣْ َﻤﻦ ِ ْ َ﴾ َﺧﻠَﻖ٢﴿ َﻋﻠﱠ َﻢ ْاﻟﻘُﺮْ آن
karya Yusuf al-Qardhawi, Ilmu Pendidikan dalam
Di ayat pertama, dimulai dengan menyebut
Perspektif Islam karya Ahmad Tafsir. Teknik analisis
sifat Rahmat-Nya
data yang pertama kali digunakan adalah analisis
Rahman, yakni Allah swt. yang mencurahkan rahmat
deskriptif.
untuk
kepada seluruh makhluk dalam kehidupan dunia ini
mendeskripsikan apa adanya suatu variable, gejala,
baik manusia atau jin yang taat dan durhaka,
atau keadaan, bukan untuk menguji hipotesis.
malaikat, binatang, maupun tumbuh-tumbuhan dan
Teknik
ini
dilakukan
yang
menyeluruh
yaitu al
Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis
lain-lain. Setelah menyebutkan rahmat-Nya secara
dengan menggunakan metode tahlily. Metode tahlily
umum, dilanjutkan dengan ayat ke dua yaitu Allah
berusaha untuk menerangkan arti ayat-ayat al-Qur’an
SWT menyebutkan rahmat dan nikmat-Nya kepada
dari berbagai seginya, berdasarkan urutan-urutan ayat
hambaNya agar mereka meneladaniNya yakni dengan
atau surah dalam mushaf, dengan menonjolkan
menyatakan: Dialah yang telah mengajarkan al-
kandungan lafadz-lafadznya, hubungan ayat-ayatnya,
Qur’an kepada siapa saja yang Dia kehendaki.
hubungan
surat-suratnya,
sebab-sebab
turunnya,
Dimulainya surat ini dengan kata al-
hadis-hadis yang terkait dengannya, pendapat para mufassir sebelumnya dan mufassir itu sendiri, diwarnai
oleh
keahliannya.
latar
Untuk
belakang menemukan
pendidikan
dan
konsep-konsep
metodologis dari penafsiran para mufasir yang dirujuk, penulis menggunakan berbagai referensi dalam berusaha menjelaskan makna yang terkandung dalam surat al-Rahman ayat 1-4 secara menyeluruh dan berurutan dari ayat ke ayat berikutnya, dan juga mengungkapkan arti kosa katanya, sebab turunnya, serta munasabah (korelasi) surat al-Rahman dengan surat atau ayat sebelum atau sesudahnya. Setelah itu, penulis berusaha menganalisis sampai menyimpulkan kandungan surat al-Rahman ayat 1-4 tentang metodemetode yang efektif dalam pendidikan agama Islam.
Pembahasan Hasil Penelitian
Rahman (
) bertujuan mengundang rasa ingin
tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada Allah. Allah adalah dzat yang Maha Mendidik. Dalam surat ini digunakan kata al-Rahman salah satu asma`alHusna yang berarti Maha Pemurah. Al-Qur’an adalah firman Allah yang disampaikan oleh Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafal dan maknanya, siapa saja yang membacanya dengan
nilai
dinilai
ibadah, menjadi bukti kebenaran
mukjizat Nabi SAW. Al-Rahman mengandung makna pengasih kepada seluruh makhlukNya
di
dunia tanpa
terkecuali, baik makhluk yang taat ataupun yang mengingkari nya,
bahkan
kepada iblispun Allah
masih “sayang”. Ayat pertama ini kaitannya dengan 1. Nilai-Nilai Metodologis dalam Surat al-Rahman Ayat 1-4 Al-Rahman adalah salah satu nama surat dari 114 surat yang ada dalam al-Qur’an. Nama surat ini (al-Rahman) diambil sebagai asma Allah dari sekian banyak sifat-sifat Nya. Dalam al-Qur’an surat
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
pendidikan adalah seorang pendidik atau guru harus mempersiapkan dirinya dengan sifat Rahman, yaitu mempunyai
sifat
kasih sayang kepada seluruh
peserta didik atau murid tanpa pandang bulu, baik kepada murid yang pintar, bodoh, rajin, malas, baik, ataupun nakal. Semua yang disebutkan itu masuk
Eli Nurlaeli
7
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
Kata al-Rahman merupakan subjek dari
dalam kategori kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik, seperti disebutkan oleh Al-Gazhali sebagai
seluruh surat. Dikatakan sebagai
berikut: (1) Menerima segala problem peserta didik
muncul dengan diikuti predikat kata kerja pada ayat
dengan hati dan sikap yang terbuka dan tabah (2)
setelahnya secara berturut-turut. Dalam hal ini,
Bersifat lemah lembut dalam menghadapi peserta
Muhammad Abdul Halim
didik yang tingkat IQ-nya rendah, serta membinanya
Allah
sampai pada taraf maksimal (3) Meninggalkan sifat
mengandung
marah dalam menghadapi problem peserta didik (4)
melakukan ini dan itu”, yang semua
Memperbaiki sikap peserta didik, dan lemah lembut
kepada al-Rahman. Maka dalam surat al-Rahman
terhadap peserta didik yang kurang lancar berbicara
ayat 1-4 di atas mengandung makna bahwa al-
(5) Meninggalkan sifat yang menakutkan bagi peserta
Rahman-lah yang mengajarkan al-Qur’an, yang
didik, terutama pada peserta didik yang belum
menciptakan
mengerti
bagaimana
atau
mengetahui
pertanyaan-pertanyaan pertanyaan tersebut
(6)
Memperhatikan
peserta didik walaupun terkesan
muncul
subjek
karena
menjelaskan jika nama
dengan susunan semacam itu,
arti
bahwa
hanya
manusia
dan
berkata-kata.
“Dialah
yang
bergantung
mengajarkannya
Apabila
dilihat
dari
artinya, al-Rahman diambil dari kata rahmat yang
tidak bermutu atau
berarti kasih, sayang, cinta dan pemurah. Menurut
tidak sesuai dengan masalah yang diajarkan. (7)
Ibnu Faris, semua kata yang terdiri dari huruf ra,
Menjadikan kebenaran sebagai acuan dalam proses
ha,dan mim mengandung
pendidikan, walaupun kebenaran itu datangnya dari
lembutan, kasih sayang dan kehalusan. Posisi Al-
peserta didik. (8) Menerima kebenaran yang diajukan
Rahman sebagai subjek dan kandungan arti yang
peserta didik.
melekat kuat didalamnya dapat menggambarkan
Selain kode etik yang harus dimiliki seorang pendidik, Al-Ghazali merumuskan pula kode etik
a. Belajar
dengan
niat
ibadah
dan halus dalam melakukan suatu pekerjaan. Al-Rahman dalam ayat di atas merupakan salah
dalam
kelemah-
kepribadian al-Rahman yang kasih, sayang, lembut
untuk para peserta didik terutama dalam belajar. Beberapa kode etik tersebut adalah:
makna
satu
dari
nama
Allah
yang
sekaligus
rangka
menjelaskan kepribadian Allah. Walau pun begitu,
mendekatkan diri kepada Allah. Sehingga dalam
Rahman Allah tersebut dapat disandarkan kepada
kehidupan sehari-hari peserta didik dituntut untuk
manusia. Al-Ashfahani menjelaskan
selalu menyucikan jiwanya dari akhlak yang
kata rahman disandarkan kepada Allah, maka arti
rendah dan watak yang tercela.
yang dimaksud tidak lain adalah “kebaikan semata-
b. Bersikap tawadhu dengan cara meninggalkan kepentingan
pribadi
untuk
kepentingan
pendidiknya.
mata”.
Sebaliknya,
jika
bahwa
disandarkan
jika
kepada
manusia maka arti yang dimaksud adalah “simpati semata”. Selain dari penjelasan Al-Ashfahani, Ibnu
c. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian
Mansur juga membedakan kata rahman yang
beralih pada ilmu yang lainnya, sehingga peserta
disandarkan kepada Allah dan yang disandarkan
didik memiliki spesifikasi ilmu pengetahuan
kepada anak cucu Adam. Beliau menjelaskan bahwa
secara mendalam.
kata rahman yang disandarkan kepada anak cucu
d. Peserta didik harus tunduk pada nasihat pendidik
Adam adalah riqqah al-qalbi wa ‘athfuhu ( ﺐ َو ِ ِرﻗﱠﺔُ ْاﻟﻘ َْﻠ
sebagaimana tunduknya orang sakit terhadap
ْ ﻋ ﻄﻔُﮫ َ ) = kelembutan hati dan belas kasihnya,
dokter.
sedangkan kata rahman yang disandarkan kepada Allah
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
mempunyai
arti
‘athfuhu
wa ihsanuhu
Eli Nurlaeli
8
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016 warizquhu (َور ْزﻗﱡﮫ َ َْو اِﺣ ِ ُﺴﺎﻧُﮫ
ْ ﻋ ُﻄﻔُﮫ َ ) = belas kasih,
lain, misalnya sifat santun, pemaaf (Afuwwun),
Allah
pengampun (ghafurun), dan lain-lain, di dalamnya
menurunkan wahyu al-Qur’an dan mengajarkannya
kalau direnungkan, akan ditemukan kasih sayang,
kepada hambanya, tidak serta merta Allah sendiri
kemurahan, dermawan Tuhan. Bahkan sejak dimulai
yang terlibat langsung
membaca surat pertama hendaklah dimulai dengan
kelembutan
dan
rizki-Nya.
Ketika
dalam proses pengajaran
bismillahir rahmanir rahim. Keharusan seorang
tersebut. Akan tetapi melalui perantara malaikat Jibril
pendidik memiliki pribadi kasih sayang (al-Rahman)
yang kemudian diajarkan kepada Muhammad SAW,
yang merupakan salah satu dari sifat rabbani
setelah itu Muhammad SAW mengajarkan kepada
sebagaimana dijelaskan pada ayat berikut:
ummatnya. Allah dengan Rahman-Nya menurunkan
ﺎس ِ َﺎب َو ْاﻟ ُﺤ ْﻜ َﻢ َواﻟﻨﱡﺒ ﱠُﻮة َ ﺛ ُ ﱠﻢ ﯾَﻘُﻮ َل ﻟِﻠﻨﱠ َ َﻣﺎ ﻛَﺎنَ ِﻟﺒَﺸ ٍَﺮ أَن ﯾُﺆْ ﺗِﯿَﮫُ ّ ُ ْاﻟ ِﻜﺘ َُون ّ ِ َوﻟَـﻜِﻦ ُﻛﻮﻧُﻮاْ َرﺑﱠﺎﻧِ ِﯿّﯿﻦَ ﺑِ َﻤﺎ ُﻛﻨﺘُ ْﻢ ﺗُﻌَ ِﻠّ ُﻤﻮن ِ ُﻛﻮﻧُﻮاْ ِﻋﺒَﺎدا ً ﻟِّﻲ ﻣِ ﻦ د ﴾٧٩﴿ ََﺎب َوﺑِ َﻤﺎ ُﻛﻨﺘ ُ ْﻢ ﺗَﺪ ُْرﺳُﻮن َ ْاﻟ ِﻜﺘ
wahyu
al-Qur’an
dan
mengajarkannya
kepada
Muhammad SAW, dan Muhammad SAW dengan rahman-nya mengajarkan al-Qur’an tesebut kepada ummatnya. Al-Rahman dalam serangkaian ayat di atas
menggambarkan
yang
berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian,
kepribadian
lalu dia berkata kepada manusia: "Hendaklah kamu
(personality) yang harus dimilikinya yaitu dengan
menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah
sifat kasih, sayang, lembut dan halus dalam proses
Allah." Akan tetapi (dia berkata): "Hendaklah kamu
pembelajaran terhadap anak didiknya. Keteladanan
menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu
seorang pendidik tersebut dapat dicontohkan dari
mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap
pribadi nabi Muhammad ketika mendidik umatnya
mempelajarinya.(QS. Ali-Imran [3]: 79)
sekaligus
seorang
mencerminkan
Pendidik
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah
dari
dengan mengajarkan al-Qur’an. Adapun di antara kepribadian
nabi
Muhammad
menurut
H.S.
Dari
surat
di
atas,
Abdurrahman
berpendapat jika pendidik telah berkepribadian
Projodikoro yaitu: memiliki perasaan yang halus,
rabbani, maka
bersifat jujur, selalu menjaga kesucian dirinya lahir
menjadikan anak didiknya menjadi generasi rabbani
dan batin, mempunyai rasa tanggung jawab, bersifat
yang memandang jejak keagungan-Nya.
santun
suka
materi yang dipelajari senantiasa menjadi tanda
bermusyawarah dan selalu menghormati pendapat
penguat kebesaran Allah SWT sehingga dia merasa
orang lain. Guru merupakan seorang pemimpin
kebesaran
terhadap
sesama
makhluk,
(leaders). Menurut Marlow Ediger: “Essays
on
itu
seluruh
dalam
pendidikannya bertujuan
Setiap
setiap lintasan sejarah,
dalam sunnah alam semesta, atau dalam kaidah-
Teaching and Learning menyebutkan bahwa: The
kaidah
teacher may provide innumerable leadership roles in
seorang pendidik dipandang kurang mampu untuk
working toward improved teaching and learning
mewujudkan pendidikan Islam. Setelah diterangkan
situations”.
tentang bagaimana pribadi pendidik seperti yang
Apabila
diperhatikan al-Qur’an
alam
semesta. Tanpa
sifat
seperti itu,
dengan
tergambar pada ayat pertama di atas, selanjutnya
seksama, akan ditemukan hampir pada tiap-tiap
surat ini secara runtut menyebutkan pengajaran
halaman, kalimat-kalimat Rahman, Rahim, Rahmat,
yang dilakukan al-Rahman pada ayat berikutnya
Rahmati,
al-Arham yang
yaitu: ‘allama al-Qur’an (ﻋﻠﱠ َﻢ ْاﻟﻘُﺮْ آن َ ), khalaqa al-Insan
semua itu mengandung arti Kasih, Sayang, Pemurah,
(ﺴﺎن َ اﻹﻧ ِ ْ َ) َﺧﻠَﻖ, dan ( َ‘ )ﻋَﻠﱠ َﻤ ُﮫ ْاﻟﺒَﯿَﺎنallamahu al-Bayan.
Ruhamaa,
Arhamah,
Kesetiaan dan lain-lain. Artinya pada sifat-sifat yang
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
9
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
Setelah menyebutkan rahmat-Nya secara umum,
Selanjutnya pada ayat ke tiga surah al-
dilanjutkan dengan ayat ke dua yaitu Allah
Rahman menyebutkan tentang penciptaan manusia
menyebutkan rahmat dan nikmat-Nya kepada hamba-
(ﺴﺎن َ اﻹﻧ ِ ْ َ) َﺧﻠَﻖ. Manusia dalam ayat ini dikatakan
hamba-Nya agar mereka meneladani-Nya yakni
sebagai al-Insan, bukan
dengan
menyatakan:
yang
“Dialah
telah
keutamaannya,
dan
dilihat
bukan
dari
aspek
menyebut-
kan
mengajarkan al-Quran” kepada siapa saja yang Dia
kesempurnaannya
kehendaki.
menyebutkan bahwa nilai kemanusiaan yang disebut
Mengajarkan al-Qur’an (ﻋﻠﱠ َﻢ ْاﻟﻘُﺮْ آن َ ) dalam
secara
fisik.
Aisyah
al-Qur’an dengan tema al-Insan itu terletak pada
surat al-Rahman tersebut menunjukan
bahwa
tingginya derajat manusia yang membuatnya layak
seorang
dahulu
menjadi khalifah fi-ardh dan mampu memikul tugas
persiapan
keagamaan, karena ia memperoleh keistimewaan
guru
mempersiapkan kemampuan
harus
terlebih
al-Qur’an,
baik
membaca
dan
mempelajari
dan
ilmu,
pandai
berbicara,
mempunyai akal
dan
cara mengajarkannya,
kemampuan berpikir. Kata al-Insan ()اﻹﻧﺴَﺎن ِ ْ berarti
sehingga dalam konteks ini al-Qur’an diterjemahkan
manusia dalam arti yang sebenarnya dan lebih terkait
dengan materi pelajaran. Sebelum guru berada di
dengan
hadapan
mempunyai
memahaminya
maupun
siswa,
guru harus
mempersiapkan diri dapat
terlebih
dahulu
luhur
potensi
kemanusiaan.
untuk
mencapai
Mereka tingkatan
dan
kemanusiaan yang lebih tinggi dengan akal dan
memahami materi yang akan disampaikan kepada
pikirannya. Dalam penjelasan Al-Qarni menyebutkan
siswa, sehingga
bahwa ayat ke tiga surat al-Rahman ini menjadikan
mentransfer pentingnya Allah
seorang
guru dapat
ilmunya kepada kedudukan
menguasai
kualitas
siswa.
al-Quran,
maksimal Begitu
sebagaimana
al-Rahman langsung yang mengajarkan al-
jenis
manusia
kekuatan
dengan
lahir,
batin,
memberikan dan
kekuatan-
tabiat-tabiat
yang
disalurkan kepada suatu tujuan tertentu.
Qur’an kepada Nabi Muhammad SAW. Kalimat
Dengan demikian, manusia pada mulanya
‘allama al-qur’an (ﻋﻠﱠ َﻢ ْاﻟﻘُﺮْ آن َ ) pada ayat ke dua surat
sudah
al-Rahman ini, Hamka menjelaskan dalam tafsirnya,
dikembangkan. Seiring pada kehidupannya, ia butuh
bahwa ayat tersebut merupakan salah satu dari kasih
pengembangan potensi tersebut sebagai sarana untuk
sayang Allah kepada manusia, yaitu diajarkan kepada
dapat beradaptasi dengan lingkungannya. Salah satu
manusia itu al-Qur’an yang diwahyukan kepada nabi-
dari tugas pendidik adalah bertanggung jawab
Nya Muhammad SAW yang dengan sebab al-Qur’an
memberikan pertolongan kepada peserta didik dalam
itu manusia dikeluarkan dari pada gelap gulita
pengembangan potensi jasmani dan ruhaninya, agar
kepada terang benderang. Hal tersebut mengandung
mencapai
maksud bahwa dalam mengajar seorang guru harus
memenuhi tugasnya sebagai hamba dan khalifah
menyampaikannya dengan benar, materi al-Qur’an
Allah dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk
dengan benar karena al-Qur’an merupakan pedoman
sosial dan individu yang mandiri. Pada ayat 3 dan 4
hidup bagi manusia, yang di dalamnya terdapat
yaitu Allah al-Rahman yang mengajarkan al-Qur’an
aturan-aturan tentang tata cara beragama (syari’ah)
itu. Dialah yang menciptakan manusia makhluk yang
dan tata cara hidup bersosial (muamalah). Segala
paling membutuhkan tuntunan-Nya, sekaligus yang
sesuatu tentang hidup ada di dalamnya. Dengan
paling berpotensi memanfaatkan tuntunan itu dan
mengikuti al-Qur’an tersebut, maka akan diperoleh
mengajarkannya
kebahagiaan dunia dan akhirat.
menjelaskan apa yang ada dalam benaknya, dengan
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
memiliki
tingkat
potensi
dasar,
kedewasaan,
ekspresi
namun
mampu
yakni
belum
dalam
kemampuan
Eli Nurlaeli
10
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
berbagai cara utamanya adalah bercakap dengan baik
berarti berbicara dengan mengucapkan artikulasi,
dan benar.
keluarnya huruf dari tenggorokan, lidah, dan bibir,
Khalaqa al-Insan (ﺴﺎن َ اﻹﻧ ِ ْ َ ) َﺧﻠَﻖdalam surat al-Rahman
itu
maksudnya
tujuan
utama
dari
sesuai dengan keragaman artikulasi dan jenis hurufnya.
pendidikan adalah mencetak manusia yang sempurna,
Pada surat al-Rahman ayat ke empat ini,
yang berpengetahuan, berakhlak, dan beradab. Sudah
Quraish Shihab menjelaskan arti dari al-bayan tidak
tentu tidak ada manusia yang sempurna, namun
sebatas pada ucapan, tetapi mencakup segala bentuk
berusaha menjadi manusia yang sempurana adalah
ekspresi, termasuk seni dan raut muka. Penjelasan
suatu kewajiban. Seorang guru apapun materi yang
al-bayan kaitannya dengan metode pendidikan
diajarkan, hendaknya mengarahkan siswanya menjadi
adalah seorang pendidik dalam menyampaikan
manusia
beradab,
pesan-pesan al-Qur’an harus disampaikan dengan
dan bermartabat, yang berujung kepada ketaqwaan
benar, bahasa yang jelas, dapat dipahami oleh akal
kepada Yang Maha Esa, bukan hanya mengarahkan
pikiran, menyentuh perasaan, merasa senang dan
pada aspek prestasi semata. Khalaqa al-Insan: ( ََﺧﻠَﻖ
nyaman menerima pelajaran yang disampaikan
ﺴﺎن َ )اﻹﻧ ِ ْ maksudnya bahwa manusia adalah makhluk
tersebut. Ahmad Sjalabi menjelaskan bahwa syarat
yang mungkin, dapat dan harus dididik, sesuai
yang paling penting bagi seorang pendidik adalah
dengan hakekatnya sebagai makhluk ciptaan Allah
kelancaran
SWT, yang hidup sebagai satu diri (individu) dalam
kelancaran berdialog dan bermusyawarah. Jadi ada
kebersamaan dalam masyarakat, dan karena memiliki
sistem keterbukaan yang lapang bagi seorang
kemungkinan tumbuh dan berkembang, di dalam
pendidik, disamping berdialaog dengan hati yang
keterbatasannya
jernih, terbuka juga untuk dikritik (konstruktif).
yang
berpengetahuan,
sebagai
manusia.
Pendidikan
lidahnya
yang
didapatnya
dengan
Kata al-Rahman ayat pertama surat al-
menjadi keharusan bagi manusia. Manusia hanya
Rahman ini, pada bagian di atas termasuk dalam
akan menjadi manusia karena pendidikan. Selanjutnya pada ayat ke empat surah al-
syarat dan kompetensi kepribadian pendidik. Kata
Rahman menyebutkan ‘allamahu al- Bayan ( ُﻋﻠﱠ َﻤﮫ َ
tersebut berakar dari huruf ra, ha, dan mim syarat
ْ )اﻟﺒَﯿَﺎن adalah mengajarkannya pandai berbicara.
Kompetensi Tugas yang memiliki arti kasih, sayang,
Kemampuan berbicara merupakan potensi dasar
santun, yang menunjukkan kata sifat. Al-Rahman
kemanusiaan yang dapat membedakannya dengan
mengikuti wazan fa’lanun yang merupakan sifat
jenis makhluk lainnya yang juga membutuhkan
musyabahah yang melekat pada fail (subjek).
makan, minum, dan berkembang biak, dan juga
Apabila
membutuhkan materi untuk mempertahankan hidup.
merupakan subjek seluruh surat, Sang Pemberi
Menurut Aisyah, ketika al-Qur’an menganggap
nikmat dengan sifat kasih dan sayangnya. Ketika al-
kemampuan
yang
Rahman disambungkan dengan ayat ke dua (‘allam
membedakan manusia dari jenis makhluk lainnya,
al-qur’an), tiga (khalaqa al- insan) dan empat
maka sesungguhnya al-Qur’an menekankan penilaian
(‘allamahu
bahwa kecakapan berbicara bukan merupakan dasar
pendidikan dengan kepribadiannya yang kasih sayang
kemanusiaan, tetapi juga kemampuan berpikir.
dalam
‘Allamahu al-Bayan (ﻋﻠﱠ َﻤﮫُ ْاﻟﺒَﯿَﺎ َ ) adalah mengajarnya
setelahnya, dengan memberikan keteladanan dan
pandai berbicara. Menurut Al-Hasan, al-Bayan
kejelasan dalam menyampaikan materi pelajaran.
berbicara
sebagai
aspek
dirujuk
dalam
al-bayan),
melakukan
tafsirnya,
ia
al-Rahman
merupakan
pembelajaran
dalam
subjek
ayat
Dari pemahaman itulah al-Rahman ayat pertama ini
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
11
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
dikategorikan sebagai syarat dan juga termasuk
yang jelas saja, melainkan mencakup seni ekspresi
dalam
dan raut muka. Dalam ayat ini, pendidik harus
kompetensi
kepribadian
pendidik
yang
terkandung dalam al-Qur’an.
mampu untuk memberikan pemahaman yang jelas
‘Allamal Qur’an pada ayat ke dua ini
kepada anak didiknya melalui interaksi edukatif.
merupakan keterangan (khobar) awal yang dilakukan
Pada bagan di atas, ayat ini dikategorikan sebagai
al-Rahman. Kata ‘allama tersebut merupakan kata
syarat
kerja (fiil) yang memiliki arti mengajar dan objek
menyampaikan
yang diajarkan adalah ilmu-ilmu yang bersumber dari
dikategorikan sebagai kompetensi sosial pendidik
al-Qur’an. Di dalam kata ‘allama tersebut terdapat
yang diwujudkan adanya interaksi antara pendidik
kata sifat orang yang berilmu (‘aliim). Jadi dapat
dan peserta didik yang merupakan kegiatan sosial.
dipahami, yang melakukan ‘allama adalah ‘aliim.
pendidik
karena
materi
‘Allamahu
ia
dengan
al-bayan
harus baik
(ْاﻟﺒَﯿَﺎ
mampu dan
ُﻋﻠﱠ َﻤﮫ َ )
juga
adalah
Dari pemahaman tersebut ayat ke dua dari surah ar-
mengajarkan dengan Jelas. Ayat ini kaitannya dengan
Rahmna ini dikategorikan sebagai syarat pendidik
proses atau metodologi pendidikan menekankan
yaitu berilmu (‘aliim), tugas pendidik adalah
bahwa materi ajaran al-Qur’an itu sangat luas, tiap-
mengajar (‘allama) dan juga termasuk dalam
tiap kalimat harus dibaca dengan dengan benar.
kompetensi pedagogis pendidik yang harus dimiliki.
Sebab jika salah mengucapkan kalimat dari ayat-ayat
Kholaqa al-Insan (ﺴﺎن َ اﻹﻧ ِ ْ َ ) َﺧﻠَﻖpada ayat ke tiga ini
al-Qur’an akan menimbulkan pengertian yang salah
merupakan khabar kedua al-Rahman. Kata kholaqa
pula. Di sini diperlukan kehati-hatian seorang
tersebut merupakan kata kerja (fiil) yang memiliki
pendidik khususnya dalam mengajarkan al-Qur’an,
arti
adalah
karena ketika terjadi kekeliruan dalam membaca
manusia. Penciptaan manusia ini diletakkan setelah
apalagi memaknai arti dan maksud yang terkandung
ayat kedua (‘allama al-Qur’an), berarti
bukan
di dalamnya, maka bukannya akan tertanamnya
manusia secara fisik
ajaran-ajaran tersebut malah akan menyesatkan.
(melalui proses biologis), akan tetapi penciptaan
Jangan sampai seorang siswa belum betul-betul
manusia dari segi pengembangan potensinya setelah
faham pada materi yang diajarkan sudah pindah ke
ia mendapat pengajaran al-Qur’an pada ayat kedua.
materi yang lain. Banyak kasus di negeri ini, demi
Melalui ayat ini, dapat diketahui bahwa tugas al-
mengejar target pencapaian kurikulum, prinsip
Rahman sebagai subjek pendidikan bukan hanya
memberi kefahaman diabaikan, efeknya pelajaran
‘allama tetapi juga kholaqa, mengembangkan potensi
tidak dapat dikuasai oleh peserta didik. Sebaik
anak
ini
apapun tujuan pendidikan, jika tidak didukung oleh
juga
metode yang tepat, tujuan tersebut sangat sulit untuk
termasuk dari kompetensi karena orang yang dapat
dapat tercapai dengan baik. Sebuah metode akan
mengembangkan
mempengaruhi sampai tidaknya suatu informasi
menciptakan
dilihat
dari
sedangkan
penciptaan
didiknya
(al-Insan).
objeknya
Ayat
ke
dikategorikan sebagai tugas pendidik
potensi
tersebut
tiga dan
hanyalah
pendidik yang profesional dalam kerjanya.
secara lengkap atau tidak. Bahkan sering disebutkan
‘Allamahul bayan pada ayat ke empat ini
cara atau metode kadang lebih penting daripada
merupakan khabar ketiga al-Rahman. Kedudukan
materi itu sendiri. Oleh sebab itu pemilihan metode
‘allama’ pada ayat ini sama dengan ‘allama’ pada
pendidikan
ayat kedua, sedangkan objeknya adalah ‘al-bayan’
disesuaikan dengan berbagai faktor terkait, sehingga
yang berarti jelas. Quraish Shihab menerangkan
hasil pendidikan dapat memuaskan.
harus
dilakukan
secara
cermat,
bahwa al-bayan di sini bukan hanya sekedar ucapan
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
12
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
atas, ditegaskan pula oleh Arifin bahwa dengan
ْﺐ ﻻَﻧﻔَﻀﱡﻮا َ ﻏﻠِﯿ َ ً ﻓَ ِﺒ َﻤﺎ َرﺣْ َﻤ ٍﺔ ِ ّﻣﻦَ ّ ِ ﻟِﻨﺖَ ﻟَ ُﮭ ْﻢ َوﻟَ ْﻮ ُﻛﻨﺖَ ﻓَﻈّﺎ ِ ﻆ ْاﻟﻘَ ْﻠ ﻋ ْﻨ ُﮭ ْﻢ َوا ْﺳﺘ َ ْﻐﻔِﺮْ ﻟَ ُﮭﻢ َوﺷَﺎ ِورْ ُھ ْﻢ ﻓِﻲ اﻷ َ ْﻣ ِﺮ ﻓَﺈِذَا َ ْﻒ ُ ﻣِ ْﻦ َﺣ ْﻮﻟِﻚَ ﻓَﺎﻋ ﴾١٥٩﴿ َﻋﻠَﻰ ّ ِ إِ ﱠن ّ َ ﯾُﺤِ ﺐﱡ ْاﻟ ُﻤﺘ ََﻮ ِ ّﻛﻠِﯿﻦ َ ْﻋﺰَ ْﻣﺖَ ﻓَﺘ ََﻮ ﱠﻛﻞ َ
berlandaskan kepada ayat-ayat al-Qur’an dan al-
Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu
Hadits, dapat ditetapkan sembilan prinsip yang harus
berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya
dipedomani dalam menggunakan metode pendidikan
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
agama Islam. Kesembilan prinsip tersebut adalah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
memberi suasana kegembiraan, layanan dengan
itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi
lemah lembut, kebermaknaan, prasyarat, komunikasi
mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
terbuka, pemberian pengetahuan baru, memberi
dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
model prilaku yang baik, pengamalan secara aktif,
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada
dan kasih sayang. Rasulullah menegaskan agar para
Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
pendidik memiliki sifat kasih sayang terhadap peserta
yang bertawakkal kepada-Nya. (QS.Ali-Imran [3]:
didiknya.
159).
Nilai-nilai metodologis yang terdapat dalam kandungan al-Qur’an surat al-Rahman tersebut di
Pendidik dalam lembaga pendidikan
sebagai wakil dari pendidik pertama haruslah
Al-Qur’an menunjukkan sebagai materi
menganggap serta menyayangi peserta didik seperti
yang
halnya anak sendiri, agar tercipta keharmonisan
kebenaran/ilmu dari Allah. Keberhasilan pendidik
dalam proses belajar mengajar. Rasulullah SAW
adalah ketika anak didik mampu menerima dan
bersabda:
mengembangkan ilmu yang diberikan, sehingga anak
diberikan
kepada
anak
didik
adalah
ﺤﺪﺜﻨﺎ اﺒﻮﺒﻜﺮ ﻤﺤﻤﺪ اﺒﻦ أﺒﺎﻦ ﺤﺪﺜﻨﺎ ﯿﺰﯿﺪ اﺒﻦ ھﺎﺮﻮﻦ ﻋﻦ ﺸﺮﯿﻚ
didik menjadi generasi yang memiliki kecerdasan
ﻋﻦ ﻠﯿﺚ ﻋﻦ إﻜﺮﻤﺔ ﻋﻦ إﺒﻦ ﻋﺒﺎﺲ ﻘﺎﻞ ﻘﺎﻞ ﺮﺴﻮﻞ اﷲ
spiritual dan kecerdasan intelektual, sebagaimana
ﻠﯿﺲ ﻤﻨﺎ ﻤﻦ ﻠﻢ ﯿﺮﺤﻢ ﺼﻐﯿﺮﻨﺎ ﻮﯿﻮاﻘﺮﻜﺒﯿﺮﻨﺎ ﻮﯿﺄﻤﺮ:ﺼﻠﻌﻢ
penjelasan al-bayan. Seorang pendidik harus mahir
(ﺒﺎﻠﻤﻌﺮﻮﻒ ﻮﯿﻨﮫ ﻋﻦ اﻠﻤﻨﻜﺮ)ﺮﻮاهاﻠﺘﺮﻤﺬى Ibn Abbas meriwayatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda: Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menyayangi yang lebih kecil, tidak memuliakan yang lebih besar, tidak menyuruh berbuat makruf, dan tidak mencegah perbuatan
Nilai metodologis yang lain adalah lemah Di
dalam
al-Qur’an
telah
dijelaskan
mengenai sifat lemah lembut Rasul. Ibnu Abbas dalam Al-Maraghi menyebutkan sifat lemah lembut serta penyantun rasul ketika menghadapi suatu kebodohan kaum musyrikin. Perilaku lemah lembut Rasulullah yang menjadi pendukung keberhasilan dakwah dalam menghadapi berbagai rintangan yang muncul dari kaum musyrikin diperjelas dalam surat
kepada
menyampaikan
anak
materi
didiknya
dalam
pelajarannya,
yaitu:
kepribadian, berilmu pengetahuan, dan keahlian berinteraksi. Adapun tugasnya adalah mendidik dan mengembangkan potensi anak didiknya menjadi insan kamil. Sedangkan unsur kompetensi yang harus dimiliki
munkar. (H.R. Tirmidzi).
lembut.
berinteraksi
yaitu:
kompetensi
kepribadian
yang
diwujudkan pada pribadi pendidik sebagai alRahman, kompetensi pedagogis yang diwujudkan pada nilai metodologis yakni kemampuan cara dan tekniknya
dalam
mengajarkan
al-Qur’an
dan
pelajaran agama Islam, kompetensi profesional pada pengembangan potensi untuk mewujudkan dan membentuk pribadi insan kamil, dan kompetensi sosial
yang
berinteraksi
diwujudkan terhadap
anak
pada
kemampuan
didiknya
dalam
al-Qur’an:
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
13
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
penyampaian
materi
yang
akan
menunjang
Orang-orang mencela saya dengan pandangan mereka, saya berkata: Celaka, kenapa kalian
komunikasi edukatif. 2. Metode PAI dalam QS.Al-Rahman 1-4
memandangiku? Mereka memukul paha dengan
Berdasarkan analisis nilai-nilai metodologis
tangan mereka, ketika saya memandang mereka,
pendidikan agama Islam yang terkandung dalam al-
mereka menyuruh saya diam dan saya diam. Setelah
Qur’an surat al-Rahman ayat 1-4 pada bagian
Rasul saw. selesai salat (aku bersumpah) demi Ayah
pembahasan sebelumnya, baik dari makna tiap-tiap
dan Ibuku (sebagai tebusannya), saya tidak pernah
ayat yang didukung oleh pemahaman munasabah
melihat guru sebelumnya dan sesudahnya yang lebih
antar ayat maupun dengan surat yang lain serta dalil-
baik pengajarannya daripada beliau. Demi Allah
dalil yang bersumber dari Hadits Nabi, dapat dipetik
beliau tidak membentak, memukul, dan mencela
beberapa nilai metodologis, antara lain: metode kasih
saya. Rasulullah bersabda: Sesungguhnya shalat ini
sayang, lemah lembut, membaca, tabyin,
kisah,
tidak boleh di dalamnya sesuatu dari pembicaraan
tanya jawab, dan
manusia. Ia hanya tasbîh, takbîr, dan membaca
keteladanan,
pembiasaan,
Alquran. (HR. Muslim).
ceramah. a.
Sebaik-baik
Metode Kasih Sayang Metode ini didasarkan pada firmanNya "al-
Rahman". Allah SWT mengenalkan diri bahwa Dia bersifat
Maha
Penyayang
terhadap
semua
makhluknya dalam kehidupan di dunia ini dan Maha Penyayang di akhirat terhadap orang-orang Islam yang
mengikuti
petunjukNya.
Sifat
penyayang
ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ ْاﻟ َﺤﻜ َِﻢ اﻟ ﱡ َ ُ ﺻ ﻠ ﱠﻰ ﱠ َ ِ ﺻﻠِّﻲ َﻣ َﻊ َرﺳُﻮ ِل ﱠ َ ُ ﻲ ِ ﻗَﺎ َل ﺑَ ْﯿﻨَﺎ أَﻧَﺎ أ ّ ِﺴﻠَﻤ َ ﻋ ﺲ َر ُﺟ ٌﻞ ﻣِ ْﻦ ْاﻟﻘَ ْﻮ ِم ﻓَﻘُ ْﻠﺖُ ﯾَﺮْ َﺣ ُﻤﻚَ ﱠ ُ ﻓَ َﺮ َﻣﺎﻧِﻲ ْاﻟﻘَ ْﻮ ُم َ ﺳﻠﱠ َﻢ إِ ْذ َ َو َ ﻄ ْ ُ ْ ُ ُ ُ ﻲ ﻓَ َﺠﻌَﻠﻮا َ ﺑِﺄ َ ْﺑ ﺼ ِﺎر ِھ ْﻢ ﻓَﻘُﻠﺖُ َوا ﺛ ْﻜ َﻞ أ ِ ّﻣﯿَﺎ ْه َﻣﺎ ﺷَﺄﻧُ ُﻜ ْﻢ ﺗ َ ْﻨﻈ ُﺮونَ إِﻟَ ﱠ ﺼ ِ ّﻤﺘُﻮﻧَﻨِﻲ ﻟَ ِﻜﻨِّﻲ َ ﯾَﻀ ِْﺮﺑُﻮنَ ﺑِﺄ َ ْﯾﺪِﯾ ِﮭ ْﻢ َ ُﻋﻠَﻰ أَ ْﻓﺨَﺎ ِذ ِھ ْﻢ ﻓَﻠَ ﱠﻤﺎ َرأ َ ْﯾﺘ ُ ُﮭ ْﻢ ﯾ ﺳﻠﱠ َﻢ ﻓَ ِﺒﺄ َ ِﺑﻲ ھ َُﻮ َوأ ُ ِ ّﻣﻲ ُ ﺻﻠﱠﻰ َر َ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ َ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َ َ ِ ﺳﻮ ُل ﱠ َ ﺳﻜَﺖﱡ ﻓَﻠَ ﱠﻤﺎ َ ّ َ َ َ َ ُْﺖ ﺴﻦَ ﺗَ ْﻌﻠِﯿ ًﻤﺎ ﻣِ ْﻨﮫُ ﻓَ َﻮ ﱠ ِ َﻣﺎ َﻛ َﮭ َﺮﻧِﻲ أ ه ﺪ ﻌ ﺑ ﻻ و ُ ﮫ ﻠ ﺒ ْ ﻗ ﺎ ﻤ ﻠ ﻌ ﻣ ﯾ أ ر ﺎ َ َْ َ ْ َ ُ ﺣ ً َِ ُ َ َﻣ ﺼﻠُ ُﺢ ﻓِﯿ َﮭﺎ ﺷ َْﻲ ٌء َ ﺿ َﺮﺑَﻨِﻲ َو َﻻ ْ َﺼ َﻼةَ َﻻ ﯾ ﺷﺘَ َﻤﻨِﻲ ﻗَﺎ َل إِ ﱠن َھ ِﺬ ِه اﻟ ﱠ َ َو َﻻ ْ ….آن ُ ِﺎس إِﻧﱠ َﻤﺎ ھ َُﻮ اﻟﺘ ﱠ ْﺴﺒِﯿ ُﺢ َواﻟﺘ ﱠ ْﻜﺒ ِ ﻣِ ْﻦ ﻛ ََﻼ ِم اﻟﻨﱠ ِ ْﯿﺮ َوﻗ َِﺮا َءة ُ اﻟﻘُﺮ Hadis dari Abu Ja’far Muhammad ibn Shabah dan Abu Bakr ibn Abi Syaibah, hadis Ismail ibn Ibrahim dari Hajjâj as-Shawwâf dari Yahya ibn Abi Kaşir dari Hilâl ibn Abi Maimũnah dari ‘Atha’ ibn Yasâr dari Mu’awiyah ibn Hakam as-Silmiy, Katanya: Ketika saya salat bersama Rasulullah, seorang dari jama’ah bersin maka aku katakan yarhamukallâh.
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
dalam berinteraksi
adalah hubungan yang dibangun atas dasar kasih sayang, karena sistem hubungan tersebut begitu alami. Sedangkan hubungan yang dibangun atas dasar pemaksaan dan kekerasan dengan cara apapun, adalah hubungan yang tidak alami atau tidak normal. Allah melukiskan konsep cinta dalam ayat Al-Quran: ﴾٧٦﴿ َﺑَﻠَﻰ َﻣ ْﻦ أ َ ْوﻓَﻰ ِﺑﻌَ ْﮭ ِﺪ ِه َواﺗﱠﻘَﻰ ﻓَﺈِ ﱠن ّ َ ﯾُﺤِ ﺐﱡ ْاﻟ ُﻤﺘﱠﻘِﯿﻦ
digambarkan dalam sabda Rasulullah SAW: ِﯿﺮ َ ِﱠﺎج اﻟﺼ ﱠﱠﻮاف َ ِﯿﻢ ٍ ﻋ ْﻦ ﯾَﺤْ ﯿَﻰ ﺑ ِْﻦ أَﺑِﻲ َﻛﺜ َ ﻋﻦ ا ﺑْﻦُ إِﺑ َْﺮاھ ٍ ﻋ ْﻦ َﺣﺠ َ ﻋ ﻋﻦ ُﻣ َﻌﺎ ِوﯾَﺔَ ﺑ ِْﻦ َ ﺎر َ ﻋ ْﻦ َ َﻋ ْﻦ ھ َِﻼ ِل ﺑ ِْﻦ أ َ ِﺑﻲ َﻣ ْﯿ ُﻤﻮﻧَﺔ َ ٍ ﺴ َ َﻄﺎءِ ﺑ ِْﻦ ﯾ
metode
Sesungguhnya
Allah
mencintai
orang-orang
bertakwa. (QS. Al Imran [3]: 76). َ ﺎس َو ُھﺪًى َو َﻣ ْﻮ ِﻋ ﴾١٣٨﴿ َﻈﺔٌ ﻟّ ِْﻠ ُﻤﺘﱠﻘِﯿﻦ ِ ھَـﺬَا ﺑَﯿَﺎنٌ ﻟِّﻠﻨﱠ (Al Qur'an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orangorang yang bertakwa. (QS. Al Imran [3]: 138). Sifat-sifat kasih sayang tersebut di atas telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW diantaranya pada suatu moment dikisahkan bahwa: Suatu hari raya Idul Fitri, ketika Rasulullah SAW hendak pulang dari shalat ‘Ied, beliau melihat seorang bocah bertubuh kurus memakai baju compang-camping, duduk sendirian di salah satu sudut lapangan sembari melelehkan
air
mata.
Rasulullah
berjalan
menghampiri anak tersebut, dengan penuh kasih sayang
mengusap pundaknya
dan
bertanya,
“Mengapa menangis, Nak?”
Eli Nurlaeli
14
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
Si anak dengan marah menyingkirkan
dialaminya bersama Nabi. Mendengar ceritanya,
tangan Rasulullah dan berkata, “Tinggalkan aku
salah seorang temannya berkata dengan wajah
sendiri. Aku sedang berdoa”. Rasulullah membelai
cemberut,
rambut bocah itu dan dengan suara yang penuh
kita telah meninggal seperti ayahnya.”
kelembutan beliau
bertanya
kembali,
“Katakan
padaku, Nak! Apa yang terjadi padamu?” Bocah itu menyembunyikan wajah di antara kedua lututnya, lalu berkata,” Ayahku terbunuh dalam peperangan. Ibuku sudah menikah lagi dengan orang lain. Harta benda milikku dijarah orang. Aku hidup bersama dengan ibuku, tetapi suaminya yang baru telah mengusirku sebayaku
pergi.
Hari
bercanda
ini
dan
semua
anak-anak
menari-nari
dengan
mengenakan pakaian barunya, tetapi diriku? Aku tidak punya makanan yang bisa kumakan dan tidak pula
atap yang
dapat
melindungiku.” Air
mata
Rasulullah mulai menetes, tetapi mencoba tetap tersenyum dan berkata: “Jangan sedih anakku! Aku juga kehilangan ayah dan ibu saat aku masih kecil.” Si anak
menengadahkan
kepalanya dan
menatap Rasulullah, ia segera mengenali wajah itu dan ia pun merasa sangat malu. Dengan nada penuh kasih Rasulullah
bersabda: ”Jika
aku
menjadi
ayahmu dan Aisyah menjadi ibumu, dan Fatimah saudaramu, apakah kamu akan merasa bahagia, anakku?” Si anak mengangguk, “Tentu.” Rasulullah
menggandeng
anak
memanggil Aisyah, “Terimalah anak ini sebagai anakmu.” Aisyah memandikan anak itu dengan tangannya sendiri dan memperlakukannya dengan penuh kasih sayang. Setelah memakaikan pakaian padanya, Aisyah berkata, “Sekarang pergilah Nak. Kamu bisa bermain dengan teman-temanmu, dan bila sudah kau rasa cukup, pulanglah.” Si anak kembali ke lapangan seraya menari kegirangan. Teman-teman sebayanya keheranan melihat perubahan yang tibatiba pada dirinya. Mereka menghampirinya dan kisahnya.
Si
anak
b. Metode Lemah Lembut Sikap
lemah
lembut
pendidik
telah
dicontohkan oleh Rasulullah SAW dalam sabdanya sebagai berikut: َﺣﺪَﺛَﻨَﺎ ُﻣ َﺤ ﱠﻤﺪُ ﺑْﻦُ ﺑَ ﱠ ﻋﺒَ ْﯿ ِﺪ ﱠ ِ ﻗَﺎ َل ُ ﻋ ْﻦ ٌ ﺸ ٍﺎر ﺑُ ْﻨﺪ َ َار ﻗَﺎ َل َﺣﺪﱠﺛَﻨَﺎ ﯾَﺤْ ﯿَﻰ ﻋ ْﻦ أ َ ِﺑﻲ ﻋ ْﺒ ِﺪ ﱠ ِ ﻋ ْﻦ َﺣ ْﻔ َ ﺎﺻ ٍﻢ َ ﺺ ﺑ ِْﻦ َ اﻟﺮﺣْ َﻤ ِﻦ َ َُﺣﺪﱠﺛَﻨِﻲ ُﺧﺒَﯿْﺐُ ﺑْﻦ ِ ﻋ ﺳ ْﺒﻌَﺔٌ ﯾُﻈِ ﻠﱡ ُﮭ ْﻢ ﱠ ُ ﻓِﻲ َ ُ ﺻﻠﱠﻰ ﱠ َ َ ھ َُﺮﯾ َْﺮة َ ﺳﻠﱠ َﻢ ﻗَﺎ َل َ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َ ِﻲ ّ ﻋ ْﻦ اﻟﻨﱠ ِﺒ اﻹ َﻣﺎ ُم ْاﻟﻌَﺎ ِد ُل َوﺷَﺎبﱞ ﻧَﺸَﺄ َ ﻓِﻲ ِﻋﺒَﺎدَةِ َر ِﺑّ ِﮫ ِ ْ ُظِ ِﻠّ ِﮫ ﯾَ ْﻮ َم َﻻ ظِ ﱠﻞ ِإ ﱠﻻ ظِ ﻠﱡﮫ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َ ﺎﺟ ِﺪ َو َرﺟ َُﻼ ِن ﺗَ َﺤﺎﺑﱠﺎ ﻓِﻲ ﱠ ِ اﺟْ ﺘ َ َﻤﻌَﺎ َ َو َر ُﺟ ٌﻞ ﻗَ ْﻠﺒُﮫُ ُﻣﻌَﻠﱠﻖٌ ﻓِﻲ ْاﻟ َﻤ ِ ﺴ َ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮫ َو َر ُﺟ ٌﻞ ﺐ َو َﺟ َﻤﺎ ٍل ﻓَﻘَﺎ َل إِﻧِّﻲ ٍ ﺼ َ َوﺗَﻔَﺮﱠ ﻗَﺎ ِ طﻠَﺒَﺘْﮫُ ْاﻣ َﺮأَةٌ ذَاتُ َﻣ ْﻨ ُﺼﺪﱠقَ أ َ ْﺧﻔَﻰ َﺣﺘﱠﻰ َﻻ ﺗَ ْﻌ َﻠ َﻢ ِﺷ َﻤﺎﻟُﮫُ َﻣﺎ ﺗ ُ ْﻨ ِﻔﻖُ ﯾَﻤِ ﯿﻨُﮫ ُ أَﺧ َ َ َﺎف ﱠ َ َو َر ُﺟ ٌﻞ ﺗ .ُﻋ ْﯿﻨَﺎه َ ْﺿﺖ َ َو َر ُﺟ ٌﻞ ذَﻛ ََﺮ ﱠ َ ﺧَﺎ ِﻟﯿًﺎ ﻓَﻔَﺎ Hadis Muhammad ibn Basysyar ibn Dzar, katanya hadis Yahya dari Abdullah katanya
hadis
dari
Khubâib ibn Abdurrahman dari Hafs ibn ‘Aśim dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda: Tujuh orang yang akan dinaungi oleh Allah di naungan-Nya
yang tidak ada naungan kecuali
naungan Allah yaitu: pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam keadaan taat kepada Allah, seorang yang hatinya terikat dengan mesjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, seorang
tangan
malang itu dan membawanya ke rumah. Beliau
menanyakan
“Alangkah bahagianya hari ini bila ayah
malang
itu
yang diajak oleh wanita terpandang dan cantik namun ia berkata ’saya
takut
kepada
Allah’,
seorang yang menyembunyikan sadekahnya sampai tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diberikan oleh tangan kanannya, dan orang yang mengingat Allah dalam kesendirian hingga air matanya mengalir. Metode lemah lembut akan memudahkan pendidik dalam proses transfer dan transformasi pengalaman kepada anak didik. Hal ini karena seorang pendidik selalu diajak mengajarkan anak didiknya dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang, seperti yang dilakukan Allah kepada hamba-
menceritakan semua detail peristiwa yang barusan
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
15
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
Nya. Lemah lembut dan kasih saying adalah sifat
Sebagaimana ditegaskan dalam surat munasabah
emosional yang bernuansa positif dan sesuai dengan
surat al-Rahman dengan surat al-‘Alaq ayat 1-5
kecenderungan fitrah manusia. Menurut Abi Jamrah,
dijumpai makna ‘membaca’. Hal ini menunjukkan
metode pemelajaran akan memunculkan
bahwa perintah untuk membaca adalah merupakan
tahuan
pelajar
tentang
keingin-
isi materi pelajaran,
satu cara untuk mempelajari
al-Qur’an
dan
isi
sehingga jika materi tersebut disampaikan dengan
ajaran yang terkandung di dalamnya. Ayat-ayat
cara lemah lembut, akan lebih mengena di hati dan
Nurcholish Madjid, lemah lembut dan kasih sayang
tersebut adalah: ﴾ ا ْﻗ َﺮ ْأ٢﴿ ﻖ َ ﺴﺎنَ ﻣِ ْﻦ َ اﻹﻧ ٍ َﻋﻠ ِ ْ َ﴾ َﺧﻠَﻖ١﴿ َا ْﻗ َﺮأْ ِﺑﺎﺳ ِْﻢ َر ِﺑّﻚَ اﻟﱠﺬِي َﺧﻠَﻖ ﺴﺎنَ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ ﯾَ ْﻌﻠَ ْﻢ َ ﴾٤﴿ ﻋﻠﱠ َﻢ ﺑِ ْﺎﻟﻘَﻠَ ِﻢ َ ﴾ اﻟﱠﺬِي٣﴿ َو َرﺑﱡﻚَ ْاﻷ َ ْﻛ َﺮ ُم َ اﻹﻧ ِ ْ ﻋﻠﱠ َﻢ
adalah kondisi fitrah yang dimiliki setiap manusia.
﴾٥﴿
memberi manfaat yang lebih besar. Dalam bahasa
Menurutnya, setiap manusia
berasal
dari rahim
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang
ibunya, yakni berupa surga yang penuh dengan cinta
menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari
kasih, maka secara fitrah manusia cenderung
segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang
ingin mendapatkan kasih dan sayang.
Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan
Kata al-Insan ( َﺴﺎن َ )اﻹ ْﻧ ِ ْ terambil dari kata
perantaraan
kalam.
Dia
mengajarkan
kepada
( )اﻧﺲuns/senang, jinak, dan harmonis, atau dari kata
manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. Al-‘Alaq
( )ﻧﺴﻲnis-y yang berarti lupa. Ada juga yang
[96]: 1-5). ﺻ َﺤﺎﺑِ ْﮫ َ ﻓَﺈِﻧﱠﮫُ ﯾَﺄْﺗ ِْﻲ ﯾَ ْﻮ َم ْاﻟ ِﻘﯿَﺎ َﻣ ِﺔ، َإِ ْﻗ َﺮؤُ ْاﻟﻘُﺮْ اآن ْ َ ﺷ ِﻔ ْﯿﻌًﺎ ِﻷ
berpendapat berasal dari ( )ﻧﻮسnaus yakni gerak atau dinamika.
Makna-makna
di atas paling tidak
memberikan gambaran sepintas tentang potensi atau sifat manusia yang memiliki sifat lupa, mampu bergerak, dan yang memelihara dinamika. Manusia juga adalah mahluk yang selalu atau sewajarnya memelihara
rasa
senang,
harmonism,
dan
kebahagiaan kepada pihak-pihak lain. Kata insan menggambarkan
manusia
dengan
berbagai
keragaman sifatnya. Kata ini berbeda dengan kata ( )ﺑﺸﺮbasyar yang juga diterjemahkan dengan “manusia’ tetapi maknanya lebih banyak mengacu kepada manusia dari segi fisik serta nilainya yang tidak berbeda antara seseorang manusia dengan manusia
lain.
Sementara
itu
Quraish
Shihab
menegaskan bahwa insan secara lughawi berarti harmoni, akrab, atau intim, sehingga manusia diidealkan untuk selalu menjaga keharmonisan hidup.
Dengan lafazh “al-Qur'an” berarti Allah memerintahkan membaca. Membaca segala sesuatu, yang
tersurat
kamu
sekalian
al
Qur’an,
karena
sesungguhnya al Qur’an itu akan datang pada hari kiamat sebagai penolong bagi para pembacanya. (HR. Ahmad dan Muslim) d. Metode Tabyin Term al-Tabyin adalah sigat ism al-masdar dari fi’il madhi yakni bayyana, yubayyinu, Tabyinan. Dalam al-Qur’an, term bayyana dalam berbagai derivasinya terulang sebanyak 257 kali. Secara etimologi
berarti
“jelas,
nyata,
menerangkan,
menjelaskan dan memberitahukan”. Dari segi leksikal berarti “menjauhkan sesuatu, dan mengungkapnya”. Dari kedua pengertian di atas dapat dipahami bahwa yang dimaksud dengan bayyana adalah memberi penjelasan sehingga dapat disikapi dengan baik bagi yang mendengarnya dan menjauhkan mereka dari kesalahan memahaminya. Al-Qur’an telah memberi
c. Metode Membaca
baik
Bacalah
maupun
yang
tersirat.
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
contoh tentang fungsi bayan atau memberi penjelasan dalam kaitan dengan proses belajar mengajar, sebagaimana firman Allah: ﴾١٩﴿ ُﻋﻠَ ْﯿﻨَﺎ ﺑَﯿَﺎﻧَﮫ َ ﴾ ﺛ ُ ﱠﻢ ِإنﱠ١٨﴿ ُﻓَﺈِذَا ﻗَ َﺮأْﻧَﺎهُ ﻓَﺎﺗ ﱠ ِﺒ ْﻊ ﻗُﺮْ آﻧَﮫ
Eli Nurlaeli
16
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah
bacaannya
sesungguhnya
atas
itu.
(18)
Kemudian,
tanggungan
Kamilah
penjelasannya.(Q.S. Al-Qiyamah [75]: 18-19).
di
atas
mengandung
Tuhanku
menyuruh
menjalankan
(diri) mu di setiap shalat dan sembahlah Allah
sebagai
dengan mengikhlaskan keta`atanmu kepada-Nya.
penjelasan terhadap makna ayat al-Qur’an yang
Sebagaimana Dia telah menciptakan kamu pada
belum jelas. Sementara al-Thabatabai menafsirkan
permulaan (demikian pulalah) kamu akan kembali
sebagai
kepadaNya). (QS. Al-‘Araf [7] : 29).
penjelasan
yang
pengertian
Katakanlah:
keadilan. Dan (katakanlah): "Luruskanlah muka
Menurut al-Zamahsyari term bayan pada ayat
ُﻗُﻞْ أ َ َﻣ َﺮ َر ِﺑّﻲ ِﺑ ْﺎﻟ ِﻘﺴْﻂِ َوأَﻗِﯿ ُﻤﻮ ْا ُو ُﺟﻮ َھ ُﻜ ْﻢ ﻋِﻨﺪَ ُﻛ ِّﻞ َﻣﺴ ِْﺠ ٍﺪ َوا ْدﻋُﻮه ﴾٢٩﴿ َِﺼﯿﻦَ ﻟَﮫُ اﻟﺪِّﯾﻦَ َﻛ َﻤﺎ ﺑَﺪَأ َ ُﻛ ْﻢ ﺗَﻌُﻮدُون ِ ُﻣ ْﺨﻠ
bersifat
umum
dan
menyeluruh terhadap al-Qur’an. Dari keterangan di
ﺼﺤْ ﺖُ ﻟَ ُﻜ ْﻢ َوﻟَ ِﻜﻦ َ ﻓَﺘ َ َﻮﻟﱠﻰ َ ﻋ ْﻨ ُﮭ ْﻢ َوﻗَﺎ َل ﯾَﺎ ﻗَ ْﻮ ِم ﻟَﻘَ ْﺪ أَ ْﺑﻠَ ْﻐﺘ ُ ُﻜ ْﻢ ِر َ َﺳﺎﻟَﺔَ َر ِﺑّﻲ َوﻧ
atas dipahami bahwa ayat tersebut secara eksplisit
﴾٧٩﴿ َﺎﺻﺤِ ﯿﻦ ِ ﻻﱠ ﺗُﺤِ ﺒﱡﻮنَ اﻟﻨﱠ
terlihat adanya urutan langkah-langkah penyampaian
Maka Shaleh meninggalkan mereka seraya berkata:
wahyu yang relevan dengan proses belajar, yakni
"Hai
seorang pendidik harus terlebih dahulu membacakan
menyampaikan kepadamu amanat Tuhanku, dan aku
atau menyampaikan materi pelajaran, baru diikuti
telah memberi nasehat kepadamu, tetapi kamu tidak
dengan penjelasan yang sejelas mungkin, sehingga
menyukai orang-orang yang memberi nasehat". (QS.
memberi efek positif terhadap pemahaman peserta
Al-‘Araf [7] : 79).
didik terhadap materi pelajaran yang disampaikan. e. Metode Kisah
kaumku
sesungguhnya
aku
telah
Dengan demikian metode kisah adalah “mengkisahkan sejarah hidup manusia masa lampau
Metode kisah dalam al-Qur’an dijadikan
yang menyangkut keta’atannya atau kemungkarannya
metode pendidikan Islam, sebagaimana ditegaskan
dalam
Allah dalam beberapa firmanNya:
dibawakan oleh Nabi atau Rosul yang hadir ditengah-
hidup
terhadap
perintah
Tuhan
yang
ب َﻣﺎ ﻛَﺎنَ َﺣﺪِﯾﺜﺎ ً ﯾُ ْﻔﺘ ََﺮى ِ ﺼ ِﮭ ْﻢ ِﻋﺒ َْﺮة ٌ ِّﻷ ُ ْوﻟِﻲ اﻷ َ ْﻟﺒَﺎ ِ ﺼ َ َﻟَﻘَ ْﺪ ﻛَﺎنَ ﻓِﻲ ﻗ
tengah mereka”. Al-Qur’an surat Yusuf ayat 111 dan
ًﺼﯿ َﻞ ُﻛ ﱠﻞ ﺷ َْﻲءٍ َو ُھﺪًى َو َرﺣْ َﻤﺔ ْ َ َوﻟَـﻜِﻦ ﺗ ِ ﺼﺪِﯾﻖَ اﻟﱠﺬِي ﺑَﯿْﻦَ ﯾَﺪَ ْﯾ ِﮫ َوﺗ َ ْﻔ
ayat 3 di atas menunjukkan bahwa al-Qur’an banyak
﴾١١١﴿ َِﻟّﻘَ ْﻮ ٍم ﯾُﺆْ ﻣِ ﻨُﻮن
mengungkapkan tentang kisah-kisah orang terdahulu
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat
yang dapat dijadikan bahan pelajaran bagi orang-
pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
orang yang datang kemudian.
Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan
tetapi
membenarkan
(kitab-kitab)
sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman. (Q.S. Yusuf [10]: 111).
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Qur’an ini kepadamu, sesungguhnya
kamu
Dalam bahasa Arab keteladanan diistilahkan dengan kata “uswah” yang berarti “ikutan, mengikuti yang diikuti”. Sedangkan menurut Al-Asfahani yang dimaksud keteladanan adalah suatu keadaan ketika
ﺺ ِﺑ َﻤﺎ أ َ ْو َﺣ ْﯿﻨَﺎ ِإﻟَﯿْﻚَ ھَـﺬَا ْاﻟﻘُﺮْ آنَ َو ِإن ِ ﺼ َ ﻧَﺤْ ﻦُ ﻧَﻘُﺺﱡ َ ْﻋﻠَﯿْﻚَ أَﺣ َ َﺴﻦَ ْاﻟﻘ ﴾٣﴿ َُﻛﻨﺖَ ﻣِ ﻦ ﻗَ ْﺒ ِﻠ ِﮫ ﻟَﻤِ ﻦَ ْاﻟﻐَﺎ ِﻓﻠِﯿﻦ
dan
f. Metode Keteladanan
yang
sebelum
(kami
mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengatahui. (Q.S. Yusuf [10]: 3).
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
seorang manusia mengikuti manusia lain, apakah dalam
kebaikan,
kejahatan
dan
kemudaratan.
Keteladanan yang dimaksudkan di sini adalah keteladanan dijadikan
yang
sebagai
bernilai alat
positif
pendidikan
yang
dapat
berdasarkan
petunjuk al-Qur’an, yaitu memberi keteladanan atau contoh serta petunjuk yang baik. Hal ini sesuai
Eli Nurlaeli
17
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
dengan pengertian “uswah” yang selalu dirangkai
g. Metode Pembiasaan
dengan term “hasanah”. Term uswah terulang dalam
Pembiasaan berasal dari kata “biasa”, secara
al-Qur’an sebanyak tiga kali. Dua kali ditujukan
etimologi berarti (1) lazim, umum, (2) seperti
kepada nabi Ibrahim dan kaumnya, dan satu kali
sediakala, (3) sudah merupakan hal yang tidak
ditujukan kepada Rasulullah SAW. Rasulullah
terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, (4) sudah
berhasil mendidik dan membimbing kaumnya, karena
seringkali. Metode pembiasaan dijelaskan dalam Al-
pada dirinya terdapat suri teladan yang baik bagi
Qur’an:
umatnya, sebagaimana firman Allah: ﺴﻨَﺔٌ ِﻟّ َﻤﻦ ﻛَﺎنَ ﯾَﺮْ ُﺟﻮ ﱠ َ َو ْاﻟﯿَ ْﻮ َم ُ ﻟَﻘَ ْﺪ ﻛَﺎنَ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ﻓِﻲ َر َ ﺳﻮ ِل ﱠ ِ أُﺳ َْﻮة ٌ َﺣ ﴾٢١﴿ ً ْاﻵﺧِ َﺮ َوذَﻛ ََﺮ ﱠ َ َﻛﺜِﯿﺮا
ْﻰ ﺗ َ ْﻌﻠَ ُﻤﻮا ُ ﺼﻼَةَ َوأَﻧﺘ ُ ْﻢ َﯾﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮاْ ﻻَ ﺗ َ ْﻘ َﺮﺑُﻮاْ اﻟ ﱠ َ ﺳ َﻜ َ ﺎرى َﺣﺘﱠ ﻰ ﺗ َ ْﻐﺘ َ ِﺴﻠُﻮاْ َوإِن ُﻛﻨﺘُﻢ َ َﻣﺎ ﺗَﻘُﻮﻟُﻮنَ َوﻻَ ُﺟﻨُﺒﺎ ً إِﻻﱠ َ ﻋﺎﺑِ ِﺮي ﺳَﺒِﯿ ٍﻞ َﺣﺘﱠ
suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang
ﺳﻔ ٍَﺮ أَ ْو َﺟﺎء أ َ َﺣﺪٌ ِ ّﻣﻨ ُﻜﻢ ِ ّﻣﻦ ْاﻟﻐَﺂﺋِﻂِ أ َ ْو ﻻَ َﻣ ْﺴﺘُ ُﻢ َ ﺿﻰ أ َ ْو َ ْﻣﱠﺮ َ ﻋﻠَﻰ َ ًﺻﻌِﯿﺪا ﺴ ُﺤﻮ ْا ﺑِ ُﻮ ُﺟﻮ ِھ ُﻜ ْﻢ َ طﯿِّﺒﺎ ً ﻓ َْﺎﻣ َ ّاﻟ ِﻨ َ ْﺴﺎء ﻓَﻠَ ْﻢ ﺗ َِﺠﺪُواْ َﻣﺎء ﻓَﺘَﯿَ ﱠﻤ ُﻤﻮا .ﻏﻔُﻮرا َ ً ﻋﻔُ ّﻮا َ ََوأ َ ْﯾﺪِﯾ ُﻜ ْﻢ ِإنﱠ ّ َ ﻛَﺎن
yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.(Q.S.
shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
Al-Ahzab [33]: 21).
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan,
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu
Rasulullah
terlebih
dahulu
selalu
(jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam
memperaktikkan semua ajaran yang disampaikan
keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja,
Allah kepadanya sebelum menyampaikan kepada
hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau
umatnya, sehingga tidak ada celah bagi mereka yang
sedang dalam musafir atau kembali dari tempat
tidak mempercayainya, bahwa Muhammad hanya
buang air atau kamu telah menyentuh perempuan,
pandai bicara tetapi tidak pandai berbuat. Untuk
kemudian
merealisasikan tujuan pendidikan, salah satunya
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik
adalah seorang pendidik harus memberi keteladanan
(suci);
yang baik kepada anak didik, agar mereka dapat
Sesungguhnya Allah Maha Pema`af lagi Maha
berkembangan baik fisik, mental, dan akhlaknya yang
Pengampun. (QS. Al-Nisa [4]: 43).
baik dan benar, sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Pendidikan
kamu
tidak
sapulah
mendapat
mukamu
dan
air,
maka
tanganmu.
Beberapa landasan yang digunakan sebagai dasar model pembiasaan atau adat kebiasaan sebagai
dapat
memotivasi
untuk
model pendidikan, antara lain sebagai berikut: “Siapa
melaksanakan perbuatan yang baik, sesuai dengan
saja yang mendidik anaknya, hal itu lebih baik
perkataan dan ajaran yang disampaikannya sehingga
daripada ia bersedekah dengan satu sha’” (HR. At-
dapat ditiru dan diikuti oleh pesertya didiknya.
Tirmidzi).
Dalam lingkungan keluarga, orang tua harus dapat
“Didiklah anak-anakmu dengan tiga sifat: mencintai
memberi dengan contoh yang baik kepada anaknya
Nabimu, mencintai ahli baitnya, dan mencintai
karena di samping anak dalam keadaan suci juga
membaca Al-Quran” (HR. Abdur Razzaq bin
biasanya lebih suka meniru pola gaya orang tuanya
Manshur). Nabi SAW juga bersabda: “Seseorang itu
ini sesuai sabda Muhammad SAW: ”Setiap anak
akan beragama sesuai dengan agama temannya.
yang dilahirkan dalam keadaan suci sampai dia
Oleh karena itu, wasdpadailah seseorang di antara
fasih lisannya, maka ibunya dan bapaknya yang
kamu itu dengan siapa ia bergaul” (HR. At-
menjadikan ia Yahudi, Nasrani, dan mazusi” (H.R.
Tirmidzi).
Demikian
pula
sabda
Nabi
SAW:
Tabrani).
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
18
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
antara Malaikat Jibril dengan Rasulullah ketika
h. Metode Tanya Jawab Metode tanya jawab telah dijelaskan dalam firman Allah sebagai berikut:
menjelaskan Iman, Islam, Ihsan dan hari kiamat. Metode Tanya jawab juga pernah dilakukan antara
ض ﻗُ ِﻞ ّ ُ ﻗُﻞْ أَﻓَﺎﺗ ﱠ َﺨ ْﺬﺗُﻢ ِ ّﻣﻦ دُوﻧِ ِﮫ ِ ﺴ َﻤ َﺎوا ﻗُﻞْ َﻣﻦ ﱠربﱡ اﻟ ﱠ ِ ْت َواﻷَر ﺿ ّﺮا ً ﻗُﻞْ َھﻞْ ﯾَ ْﺴﺘ َِﻮي اﻷ َ ْﻋ َﻤﻰ َ َأ َ ْو ِﻟﯿَﺎء ﻻَ ﯾَ ْﻤ ِﻠ ُﻜﻮنَ ِﻷَﻧﻔُ ِﺴ ِﮭ ْﻢ ﻧَ ْﻔﻌﺎ ً َوﻻ
Ibrahim
ﯿﺮ أ َ ْم َھﻞْ ﺗ َ ْﺴﺘ َ ِﻮي ﱡ ﻮر أ َ ْم َﺟﻌَﻠُﻮ ْا ِ ّ ِ ﺷ َُﺮﻛَﺎء ُ اﻟﻈﻠُ َﻤﺎتُ َواﻟﻨﱡ ُ ﺼ ِ ََو ْاﻟﺒ ﻋﻠَ ْﯿ ِﮭ ْﻢ ﻗُ ِﻞ ّ ُ ﺧَﺎ ِﻟﻖُ ُﻛ ِّﻞ ﺷ َْﻲءٍ َوھ َُﻮ َ َُﺧﻠَﻘُﻮاْ َﻛﺨ َْﻠ ِﻘ ِﮫ ﻓَﺘَﺸَﺎﺑَﮫَ ْاﻟﺨ َْﻠﻖ .ﺎر ُ ْاﻟ َﻮاﺣِ ﺪُ ْاﻟﻘَ ﱠﮭ
kembali:
Allah,
pelindung-
padahal
keyakinannya
tentang
kehidupan
ْﻒ ﺗُﺤْ ِﯿـﻲ ْاﻟ َﻤ ْﻮﺗ َﻰ ﻗَﺎ َل أ َ َوﻟَ ْﻢ ﺗُﺆْ ﻣِ ﻦ َ َو ِإ ْذ ﻗَﺎ َل ِإﺑ َْﺮاھِﯿ ُﻢ َربّ ِ أ َ ِرﻧِﻲ َﻛﯿ ْ َﻗَﺎ َل ﺑَﻠَﻰ َوﻟَـﻜِﻦ ِﻟّﯿ ﻄ َﻤﺌ ﱠِﻦ ﻗَ ْﻠ ِﺒﻲ ﻗَﺎ َل ﻓَ ُﺨ ْﺬ أَرْ ﺑَﻌَﺔً ِ ّﻣﻦَ ﱠ اﻟﻄﯿ ِْﺮ ﻓَﺼُﺮْ ھ ﱠُﻦ
kamu
pelindungmu dari selain
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata:"Ya Tuhanku,
Katakanlah:”Maka
mengambil
memperkokoh
ً ﺳ ْﻌﯿﺎ ُ ﻋﻠَﻰ ُﻛ ِّﻞ َﺟﺒَ ٍﻞ ِ ّﻣ ْﻨ ُﮭ ﱠﻦ ُﺟ ْﺰءاً ﺛ ُ ﱠﻢ ا ْد َ ْإِﻟَﯿْﻚَ ﺛ ُ ﱠﻢ اﺟْ ﻌَﻞ َ َﻋ ُﮭ ﱠﻦ ﯾَﺄْﺗِﯿﻨَﻚ ٌ ﻋ ِﺰ ﯾﺰ َﺣﻜِﯿﻢ َ َ ّ َوا ْﻋﻠَ ْﻢ أ َ ﱠن
Siapakah Tuhan langit dan bumi?” jawabnya “Allah”.
dengan Tuhan ketika Ibrahim ingin
mereka
patutkah
tidak
menguasai
perlihatkanlah
padaku
bagaimana
Engkau
kemanfaatan dan tidak (pula) kemudharatan bagi
menghidupkanorang mati".Allah berfirman:"Belum
diri mereka sendiri?” Katakanlah: ”Adakah sama
yakinkah kamu?". Ibrahim menjawab: "Aku telah
orang buta dan yang dapat melihat, atau mereka
meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap
menjadi beberapa sekutu bagi Allah yang dapat
(dengan
menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua
demikian) ambillah empat
ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?”
cingcanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman):
katakanlah:” Allah adalah
segala
"Lalu letakkan diatas tiap-tiap satu bukit satu
Dialah Tuhan yang Maha Esa lagi
bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah
sesuatu dan
pencipta
Metode tanya jawab disebutkan dalam Abu Hurairah telah
berkata pada suatu hari ketika Rasulullah SAW sedang
berkumpul dengan orang (sahabat) maka
datang
kepadanya
seorang laki-laki,
berfirman:"(Kalau ekor burung, lalu
mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan
Maha Perkasa. (QS. Al-Ra’d [13]:16).
hadits sebagai berikut: Dari
imanku)".Allah
maka
segera". Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Al-Baqarah[2]: 260). i. Metode Perhatian Mendidik dengan cara ini dianggap sebagai
ia
salah satu dari asas yang kuat dalam membentuk
bertanya: “Ya Rasulullah apa Iman itu” Nabi
manusia yang seimbang, yaitu yang memberikan
menjawab:
semua haknya sesuai dengan porsinya, sanggup
”hendaklah kamu percaya kepada
Allah dan Malaikat-malaikat-Nya
dan berjumpa
mengemban tanggung jawab yang harus dipikulnya,
denganNya dan percaya pada hari kebangkitan“.
yang melakukan kewajibannya seorang muslim untuk
Orang itu bertanya:” apa itu Islam?” Nabi
membangun fondasi Islam. Ayat al-qur’an yang
menjawab: ”Islam
mendorong untuk melakukan perhatian terhadap
menyembah
yaitu
hendaknya kamu
Allah dan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu, mendirikan
sholat
wajib,
membayar zakat yang wajib, dan puasa di bulan Ramadhan”. Orang itu bertanya lebih tahu dari orang yang ditanya. (H.R. Muslim). Hadits
tersebut
peserta didik, antara lain: ﺎس ُ ﺴ ُﻜ ْﻢ َوأ َ ْھﻠِﯿ ُﻜ ْﻢ ﻧَﺎراً َوﻗُﻮدُھَﺎ اﻟﻨﱠ َ ُﯾَﺎ أَﯾﱡ َﮭﺎ اﻟﱠﺬِﯾﻦَ آ َﻣﻨُﻮا ﻗُﻮا أَﻧﻔ ٌ ﻋﻠَ ْﯿ َﮭﺎ َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺔٌ ﻏ َِﻼ ﺼﻮنَ ﱠ َ َﻣﺎ أ َ َﻣ َﺮ ُھ ْﻢ ُ ظ ِﺷﺪَادٌ َﻻ ﯾَ ْﻌ َ ُ ﺎرة َ َو ْاﻟﺤِ َﺠ ﴾٦﴿ ََوﯾَ ْﻔﻌَﻠُﻮنَ َﻣﺎ ﯾُﺆْ َﻣ ُﺮون Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
di atas mengandung
dan keluargamu dari api neraka yang bahan
implikasi metode tanya jawab, yaitu terjadi dialog
bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
19
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak
metode berdasarkan kasih sayang, lemah lembut,
mendurhakai
membaca,
tabyin,
pembiasaan,
tanya
Allah
diperintahkan-Nya
terhadap
kepada
mereka
apa
yang
dan
selalu
kisah, jawab,
keteladanan, dan
ceramah.
mengerjakan apa yang diperintahkan (QS. Al-
Penerapan metode-metode tersebut merupakan
Tahrim [66]: 6).
satu kesatuan yang tidak terpisahkan, karena
j.
tidak ada satu metode pun yang efektif tanpa
Metode Ceramah Metode ceramah adalah cara menyampaikan
disertai dengan metode lain.
sebuah materi pelajaran dengan penuturan lisan
Daftar Pustaka
kepada peserta yang mudah dipahami dan mampu
Abdel, H. M. (2002). Understanding Quran: Themes and Style. Bandung: Marja. Al- Naisabūri., Al-Husain, A. M., Al-Qusyairi, A. (1400 H). Shahih Muslim. Juz 1. Saudi Arabia: Idâratul Buhūş Ilmiah wa Ifta’ wa ad-Dakwah wa al-Irsyâd. Al-Andalūsi, Imâm Ibn Abi Jamrah. (1979). Bahjât an-Nufūs wa Tahallihâ Bima’rifati mâ Lahâ wa mâ Alaihi.. Juz. 1. Beirut: Dârul Jiil. Al-Asfahani, Al-Ragib. Tanpa tahun. Mu’jam Mufradat alfadz al-Qur’an. Damsyik: Dar al-Qalam. Al-Bukhâri, Abu Abdullah bin Muhammad Ismâil. (1987). Al-Jâmi’ Al-Shahĩh Al-Mukhtasar. Juz I. Beirut: Dâr Ibnu Kaşir al-Yamâmah. Al-Dimasyiqy, Imam Imaduddin Abu al-Fida Ismail bin Katsir al-Quraesy. (1969). Tafsir AlQur’an Al-‘Adhim. Juz 4. Beirut-Laibanon: Darul Ma’rifat. Al-Maraghi, Ahmad Mustafa. (1989). Tafsir Al Maraghi. Terjemah: Bahrun Abubakar dan Hery Noer Ali. Juz. XXVII. Semarang: Karya Toha Putra. Al-Nahlawi, Abdurrahman. (2002). Ushlut Tarbiyah Islamiyah wa Asalibiha fil Baiti wal Madrasati wal Mujtama. Jakarta: Gema Insani Press. Al-Qarḍhawi, Yūsuf. (1996). al-’Aql wa al-‘Ilmu fi al-Qur’ān al-Karīm. Alih bahasa Abdul Hayyi al-Kattani, dkk, Cetakan I. Kairo: Maktabah Wahbah. Al-Qarni, Aidh. (2008). Tafsir Muyassar. Jakarta: Qisthi Press. Al-Rifai, Muhammad Naqib. (1989). Taisiru al-‘Aly al-‘adiiru Li ikhshari Tafsiri ibnu Katsir. Riyadh: Maktabah Ma’arif. Al-Syaibany, Omar Mohammad Al-Toumy. (1979). Falsafah Pendidikan Islam. Alih bahasa: Hasan Langgulung. Cetakan I. Jakarta: Bulan Bintang. Al-Thabatai, Muhammad Husain. (1972). Al-Mizan fi Tafsir al-Qur’an. Juz XXIX. Cet. II. Beirut: Muassasah al-Ilmi li al-Matbaah. Al-Tirmidzi, Muhammad bin Isa. (2008). Sunan alTirmidzi. Lebanon: Dar Al-Kitob AlIlmiyah.
menstimulasi untuk melakukan hal-hal yang baik dan benar
dari
sebagaimana ceramah
isi
yang
disampaikan,
yang dilakukan Nabi Musa sebelum
ketika
mengajak
ceramah
ditugaskan
Fir’aun,
dia
oleh
Allah
untuk
berdo’a
seperti
yang
disebutkan dalam al-Qur’an berikut: ً ﻋ ْﻘﺪَة ُ ْ﴾ َواﺣْ ﻠُﻞ٢٦﴿ ﴾ َوﯾَﺴِّﺮْ ﻟِﻲ أَ ْﻣ ِﺮي٢٥﴿ ﺻﺪ ِْري َ ﻗَﺎ َل َربّ ِ ا ْﺷ َﺮحْ ﻟِﻲ ﴾٢٨﴿ ﴾ ﯾَ ْﻔﻘَ ُﮭﻮا ﻗَ ْﻮﻟِﻲ٢٧﴿ ﺴﺎﻧِﻲ َ ِّ ّﻣﻦ ِﻟ Berkata Musa: "Ya Tuhanku, lapangkanlah untukku dadaku, dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku. (QS. Thaha [20]: 25-28).
Kesimpulan Mengacu kepada rumusan masalah di atas, setelah dilakukan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1.
Nilai-nilai metodologis Pendidikan Agama Islam yang terkandung dalam al-Qur’an surat alRahman ayat 1-4 bahwa dalam cara mengajar seorang pendidik harus tertanam sifat-sifat sebagai seorang yang kasih sayang, murah hati, lemah lembut, sabar, telaten, santun, penuh perhatian, menguasai materi, dapat membaca dan memahami al-Qur’an dengan baik, dan harus jelas, sehingga
ajaran agama Islam dapat
diinternalisasikan dengan baik oleh peserta didik dalam kehidupannya. 2.
Metode-metode Pendidikan Agama Islam yang dipandang efektif dalam al-Qur’an surat alRahman ayat 1-4 dan munasabahnya, adalah:
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli
OASIS (Objective And Accurate Sources of Islamic Studies) Vol 1. No 1 Agustus 2016
20
Armai, A. (2002). Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam. Cetakan I. Jakarta: Ciputat Pres. Arikunto, S. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Aisyah, S. (1999). Maqal fil Insan: Dirasah Qur’aniyah. Jakarta: Pustaka Firdaus. Abdullah, U. N. (2012). Tarbiyatul Aulad fil Islam. Alih Bahasa: Arif Rahman Hakim. Surakarta: Al-Andalus. Baidan, N. (2005). Metodologi Penafsiran AlQur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Daradjat, Z. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Ediger, M. (2011). Essays on Teaching and Learning. New Delhi: Discovery Publishing House PVT. LTD. Fadjar, M. A. (1999). Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Fajar Dunia. Fathi, M. (2007). Metode Nabi dalam Mendidik dan Mengajar. Jakarta: Al-Kautsar. Hamka, A. A. (2011). Pendidikan Karakter Berpusat Pada Hati. Jakarta: Al-Mawardi Prima. Hamka. (1989). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Panjimas. Mujib, A. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana. Madjid, N. (2000). Pesan-pesan Taqwa Nurcholis Madjid. Jakarta: Paramida. Nazarudin, R. (2009). Manajemen Pembelajaran; Implementasi Konsep, Karakteristik dan Metodologi Pendidikan Agama Islam di Sekolah Umum. Yogyakarta: Felicha. Projodikoro, H. S. (1991). Aqidah Islamiyah dan Perkembangannya. Yogyakarta: Sumbangsih Offset. Rahman, F. (1982). Islam & Modernity: Transformation of an Intellectual Tradition. Chicago: The University of Chicago Press. Rachman, A. S. (2000). Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi dan Aksi. Cetakan I. Jakarta: Gemawindu Panca Perkasa. Rosyadi, K. (2004). Pendidikan Profetik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Surakhmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito. Shihab, Q. M. (2008). Tafsir Al-Misbah. Jakarta: Lentera Hati. Tafsir, A. (2001). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Cetakan IV. Bandung: Remaja Rosdakarya. Uhbiyati, N. (1997). Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia. Quthb, M. (1984). Sistem Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma’arif. Quthb, S. (2010). Tafsir Fizhilalil Qur’an. Terjemah: As’ad Yasin. Jilid 11. Jakarta: Gema Insani.
Nilai-Nilai Metodologis Pendidikan Agama Islam
Eli Nurlaeli