JURNAL
NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM SINETRON TELEVISI (Analisis Isi tentang Nilai-Nilai Keislaman dalam Sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia [RCTI] Periode 15 Juni–16 Juli 2015)
Oleh : Utari Aryani D0211100
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2016
1
NILAI-NILAI KEISLAMAN DALAM SINETRON TELEVISI (Analisis Isi tentang Nilai-Nilai Keislaman dalam Sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan oleh Stasiun Televisi Rajawali Citra Televisi Indonesia [RCTI] Periode 15 Juni–16 Juli 2015)
Utari Aryani Pawito
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract Ramadhan have became a momentum for television media to hold a significant change to its programs. The lack of programs which educate and provide benefits beyond the month of Ramadhan, making the momentum of Ramadhan as an 'event' to present religious programs which have many benefits and meaning to the audience. Television station present its best program contain of religious content, one of them is religious soap opera Sakinah Bersamamu served by private television station RCTI. The reality that many people experience domestic problems seen from the high divorce rate, this soap opera presenting Islamic values with the background domestic life in order to become an example of an Islamic domestic. This research aims to find out the representation of Islamic values appeared in Sakinah Bersamamu soap opera in Ramadhan edition period of June 15-July 16, 2015 by using the content analysis method. Dimensions paid attention are Islamic values and Islamic figures. Result of the research point out that more than a half of the content of this soap opera is containing the Islamic values (74.6%). Muamalah islamic value is dominated (56.74%), the second islamic value is akhlak (30.48%), and the last one is akidah value (12.78%). For islamic value figures category, the main character is dominated among the other (42.05%), the „main & supporting‟ character is the second (33.50%) dan the third is the supporting character (21.83%). The representation of islamic values in Sakinah Bersamamu soap opera in Ramadhan edition is a representation of a practical value. Islamic values figures showed the identity of a moslem by their behavior and the dialog, so they can bring forward to show to the public the message of islamic values. Keyword: soap opera, religious soap opera, content analysis, television, islamic values.
1
2
Pendahuluan Di Indonesia, televisi telah menjamur dan menjadi media massa elektronik paling dekat dengan masyarakat1. Nurudin bahkan menyebut televisi sebagai „agama baru‟ masyarakat modern2. Menurut Mursito, ada empat fungsi yang dapat kita peroleh dengan adanya televisi, yakni fungsi informasi, pendidikan, kontrol sosial dan hiburan3. Pada perkembangannya, fungsi hiburan dari televisi justru lebih menonjol daripada fungsi lainnya. Dari sekian banyak program acara hiburan yang ditayangkan oleh televisi salah satunya adalah sinetron. Sinetron ditentukan oleh rating. Pada akhirnya, sinetron tayang sering tidak mengedepankan kualitas asalkan digemari penonton. Eduard Depari, Komite Seleksi Festival Sinetron Indonesia menyatakan bahwa banyak sinetron yang ditayangkan di televisi terlihat asal jadi, baik dari segi isi pesan maupun teknik penggarapannya4. Arswendo Atmowiloto membenarkan kenyataan tersebut bahwa produksi sinetron saat ini hanya diciptakan semata-mata untuk kepentingan bisnis5. Meski demikian, seiring dengan semakin cerdas serta bijaknya penonton, para pembuat sinetron berusaha menyuguhkan sinetron yang memiliki kualitas sehingga tidak hanya menjadi hiburan tetapi juga memiliki pesan dan makna. Koalisi dengan novel bisa menjadi titik awal sinetron agar setidaknya bisa dikatakan memiliki kualitas. Nurudin menyatakan bahwa koalisi sinetron dengan novel menjadi setengah jaminan kualitas sinetron6. Hadirnya sinetron juga seringkali menyesuaikan momentum misalnya Ramadhan yang menjadi ajang televisi untuk menyajikan program acara bertema religius bagi pemirsanya termasuk sinetron religi. Terkait sinetron religi, Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis menuliskan bahwa kebanyakan tema yang diangkat adalah mengenai perbedaan tradisi antar 1
Nurudin, Televisi Agama Baru Masyarakat Modern, Malang, UMM Press, 1997, hal. 12. Ibid., 12. 3 Mursito BM, Memahami Institusi Media, Surakarta, Lindu Pustaka dan SPIKOM Surakarta, 2006, hal. 19. 4 Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi, Jakarta, Rineka Cipta, 1996, hal.134. 5 Nurudin, Op.cit., hal.105. 6 Ibid., hal. 94. 2
3
generasi. Hal ini berkaitan dengan semakin berkembangnya zaman atau disebut „modernisasi‟ sehingga norma-norma dan tradisi tertentu juga mengikuti perkembangan tersebut sehingga muncul perbedaan-perbedaan antar generasi7. Sementara Kumru Berfin Emre Cetin menemukan bahwa sinetron religi lebih mengedepankan konten dalam bentuk pelajaran moral yang ditampilkan dalam wujud „kealiman‟. “Rather than specific programs devoted to religious topics, piety has recently been incorporated into the content of other programs and genres. Isik (2013) argues that parables told by characters in dramas such as Valley of the Wolves and Crazy Heart operate as rhetorical strategies for moralized teaching and a culture of piety.”8 RCTI juga memanfaatkan Bulan Ramadhan untuk menyuguhkan sinetron religi berjudul Sakinah Bersamamu. Diadaptasi dari buku Sakinah Bersamamu karya Asma Nadia, cerita yang diangkat merupakan cerita kehidupan sehari-hari berlatar kehidupan rumah tangga yang disajikan dalam bingkai nilai-nilai Islam. Munculnya sinetron Sakinah Bersamamu juga bisa menjadi salah satu solusi yang ditawarkan oleh sineas dalam memberikan edukasi mengenai kehidupan rumah tangga yang islami. Di Indonesia jumlah perceraian mencapai 333.000 per tahun9, dalam satu hari rata-rata terjadi 959 kasus perceraian atau 40 perceraian tiap jam10. Tahun 2013 BKKBN menyatakan tingkat perceraian di Indonesia menempati urutan tertinggi se-Asia Pasifik dan meningkat di tahuntahun berikutnya11. Menurut Wakil Menteri Agama Nasarudin Umar, keluarga sakinah adalah sesuatu yang langka, tapi kalah oleh tayangan media tentang pasangan selebriti yang bermasalah, padahal dengan keberadaan keluarga sakinah membuktikan
7
Zafer Yoruk dan Pantelis Vatikiotis, Soft Power or Illusion of Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera “Colonialism”, International Journal of Communication 7, 2013, hal.2361-2385, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015. 8 Kumru Berfin Emre Cetin, The “Politicization” of Turkish Television Dramas, International Journal of Communication 8, 2014, hal.2462-2483, http://ijoc.org diakses 12 Oktober 2015. 9 http://m.liputan6.com/health/read/2028251/jumlah-perceraian-pasutri-di-indonesia-333-ribuper-tahun diakses 22 Januari 2016. 10 http://m.kompasiana.com/pakcah/di-indonesia-40-perceraian-setiapjam_54f357c07455137a2b6c7115 diakses 22 januari 2016. 11 Ibid.
4
adanya figur teladan12. Karenanya, sinetron Sakinah Bersamamu adalah sebuah tontonan yang bisa menjadi alternatif solusi dalam mengurangi tayangan yang tidak mendidik dan memberikan pelajaran pesan nilai-nilai yang baik dalam rumah tangga, terutama nilai-nilai keislaman.
Rumusan Masalah Seberapa besar sinetron Sakinah Bersamamu yang disiarkan stasiun RCTI periode 15 Juni-16 Juli 2015 merepresentasikan nilai-nilai keislaman kepada khalayak?
Tujuan Untuk mengetahui seberapa besar sinetron Sakinah Bersamamu yang disiarkan stasiun RCTI periode 15 Juni-16 Juli 2015 merepresentasikan nilai-nilai keislaman kepada khalayak.
Telaah Pustaka 1. Komunikasi sebagai Proses dan Pertukaran Makna Kata „komunikasi‟ (dalam bahasa inggris communication) berasal dari kata Latin
communis
yang
berarti
„sama‟,
communico,
communication,
communicare yang berarti „membuat sama‟ (to make common)13. John Fiske membagi studi komunikasi menjadi dua mahzab utama: a. Komunikasi sebagai transmisi pesan/mahzab proses Mahzab ini berbicara mengenai bagaimana pengirim dan penerima mengkonstruksi pesan (encode) dan menerjemahkannya (decode), dan bagaimana transmisi menggunakan saluran dan media komunikasi. Fiske melihat komunikasi sebagai suatu proses di mana seorang pribadi dapat mempengaruhi perilaku atau state of mind pribadi yang lain. Mahzab ini disebut Fiske sebagai „Mahzab Proses‟14. 12
Ibid.
13
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Bandung, Rosda, 2010, hal. 46.
14
John Fiske, Terj. Yosal Iriantara, Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Jogjakarta, Jalasutra, 2006, hal. 8.
5
b. Komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna Mahzab
kedua
ini
memandang komunikasi
sebagai
kegiatan
menciptakan makna. Komunikasi dengan perspektif menciptakan makna (generating of meaning) bertujuan menghadirkan makna tertentu di benak khalayak. Komunikasi dipandang tidak sekadar mengirimkan pesan, tetapi yang lebih utama adalah hendak menanamkan makna tertentu di dalam benak penerima. 2. Pesan Verbal dan Non Verbal Menurut Pace dan Faules15, pesan tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan pertunjukan (display), termasuk pakaian, perhiasan, dan hiasan wajah (make up atau jenggot). Deddy Mulyana mendefinisikan simbol atau pesan verbal sebagai semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih16. Dalam komunikasi verbal, bahasa memiliki peranan yang sangat penting17. Pesan nonverbal secara sederhana adalah semua isyarat yang bukan kata-kata18. Pesan nonverbal oleh Larry A. Samovar dan Richard E. Porter diklasifikasikan ke dalam dua kategori utama, yaitu pertama, perilaku yang terdiri dari penampilan dan pakaian, gerakan dan postur tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, sentuhan, bau-bauan, dan parabahasa; kedua yakni ruang, waktu dan diam19. 3. Televisi sebagai Bentuk Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh Bittner yakni: Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people (komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang)20. 15
Deddy Mulyana, Op.cit., hal.65. Ibid., hal.260. 17 Agus M. Hardjana, Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal, Yogyakarta, Kanisius, 2003, hal.22. 18 Ibid., hal 69. 19 Larry A. Samovar dan Richard E. Porter, op.cit. ntercultural Communication: a Reader, Inggris, Thomson Wandsworth Publishing, 2000, hal.14-15. 20 Jalaludin Rachmat, Psikologi Komunikasi, Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2013, hal.185186. 16
6
Memasukkan paradigma Lasswell yang diadaptasi Kuswandi21, bahwa dalam komunikasi massa media televisi, secara tegas memperlihatkan bahwa dalam setiap pesan yang disampaikan televisi tentu mempunyai tujuan khalayak sasaran serta akan mengakibatkan umpan balik, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kuswandi22 menyebut televisi menjadi panutan baru (new religius) bagi kehidupan manusia. Demikian halnya dibenarkan oleh Nurudin yang menyebut televisi sebagai „agama baru‟ masyarakat modern. Pada umumnya pemirsa televisi lebih tertarik menyaksikan televisi dari unsur hiburannya, seperti diungkapkan Charles Wright23 yang menambahkan fungsi hiburan media massa. Sinetron menjadi pilihan program hiburan yang paling banyak ditayangkan oleh televisi. Sinetron pada hakikatnya merupakan bentuk aktualitas komunikasi dan interaksi manusia yang diolah dan ditampilkan berdasarkan alur cerita yang mengangkat permasalahan hidup sehari-hari. Pesan sinetron dapat mewakili aktualitas kehidupan masyarakat dalam realitas sosialnya24. Meski demikian, masa-masa sekarang banyak muncul sinetron yang hanya menonjolkan hiburan semata. Para pembuat sinetron mengedepankan rating sinetron demi mendapatkan untung yang lebih banyak. Tapi kini sinetron yang memunculkan realitas sosial masyarakat mulai dimunculkan kembali meskipun jumlahnya tergolong sedikit dibandingkan sinetronsinetron „semu‟ tersebut. Pada dasarnya, ada dua hal yang perlu diperhatikan untuk membuat sinetron yakni25: pertama, terdapat permasalahan sosial dalam cerita sinetron yang mewakili realitas sosial masyarakat dan kedua, menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam sinetron secara positif dan responsif (ending cerita)
21
Wawan Kuswandi, Op.cit. hal.17. Ibid., hal.23. 23 Ibid., hal.25. 24 Ibid., hal.131. 25 Ibid., hal.132. 22
7
4. Representasi Marcel Danesi26 mendefinisikan representasi sebagai, proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik. Stuart Hall menyatakan “things don‟t mean: we construct meaning, using representational systemconcept and signs”27. Representasi dapat disimpulkan sebagai proses produksi makna dari konsep yang ada di pikiran seseorang melalui bahasa. Media
sebagai
suatu
teks
banyak
menebarkan
bentuk-bentuk
representasi pada isinya. Penggambaran antara teks media dengan realitas sebenarnya sering menggunakan konsep representasi. Representasi dalam media menunjuk pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan. Representasi adalah sebuah istilah yang merujuk pada cara di mana seseorang atau sesuatu dilukiskan dalam media. Marsha Jones dan Emma Jones28 mengemukakan beberapa aspek dalam proses representasi sebagai berikut: “Proses representasi memiliki beberapa aspek yang berbeda: 1. Ini adalah cara media menghadirkan acara senatural mungkin untuk kita 2. Ini lebih melibatkan dan fokus pada grup-grup tertentu daripada grup yang lainnya 3. Tentunya ini sebuah ideologi. Dimana „media memberi kita gambarangambaran untuk menggambarkan bagaimana cara kelompok-kelompok tertentu menjelajah dunia, dan bagaimana mereka bisa mengerti atau bahkan diakui oleh orang lain.” 5. Nilai-Nilai Keislaman Nilai adalah “suatu keyakinan dan kepercayaan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekolompok orang untuk memilih tindakannya, atau menilai suatu yang bermakna bagi kehidupannya”29. Mulyana mendefinisikan ”nilai adalah rujukan dan keyakinan dalam menentukan pilihan”30. Mohammad Daud Ali menjelaskan tentang Islam sebagai berikut:
26
Marcel Danesi, Terj. Evi Seyarini dan Lusi Lian Piantari, Pesan, Tanda dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenal Semiotika dan Teori Komunikasi, Yogyakarta, Jalasutra, 2010, hal.24. 27 28
29
Ibid. hal 25. Marsha Jones and Emma Jones. Mass Media. London. Macmillan Press Ltd. 1999. hal.104.
Zahruddin Hasanuddin Sinaga, Pengantar Studi Akhlak, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 2004, hal. 85. 30 Rohmat Mulyana, Mengartikulasi Pendidikan Nilai, Bandung, Alfabeta, 2004, hal.11.
8
Perkataan Islam terdapat dalam Alquran, kata benda yang berasal dari kata kerja salima. Akarnya adalah sin lam mim:s-l-m. dari akar kata ini terbentuk kata-kata salm, silm, dan sebagainya. Arti yang dikandung perkataan Islam adalah kedamaian, kesejahteraan, keselamatan, penyerahan (diri) dan kepatuhan. Dari kata salm tersebut, timbul ungkapan assalamu‟alaikum yang telah membudaya dalam masyarakat Indonesia. Artinya semoga Anda selamat, damai, sejahtera.31 Nilai keislaman dapat didefinisikan sebagai konsep dan keyakinan yang dijunjung tinggi oleh manusia mengenai beberapa masalah pokok yang berhubungan dengan Islam untuk dijadikan pedoman dalam bertingkah laku, baik nilai bersumber dari Allah maupun hasil interaksi manusia tanpa bertentangan dengan syariat. Dengan mengikuti sistematika Iman, Islam dan Ikhsan yang berasal dari hadis Nabi Muhammad, kerangka dasar agama Islam sebagaimana dijelaskan Mohammad Daud Ali yakni terdiri dari (1) akidah, (2) syariah dan (3) akhlak32. a. Nilai Akidah Akidah, secara etimologis adalah ikatan, sangkutan dan dalam pengertian teknis, makna akidah adalah iman, keyakinan yang menjadi pegangan hidup setiap pemeluk agama Islam dan selalu dikaitkan dengan rukun iman atau arkanul iman yang merupakan asas seluruh ajaran Islam33. b. Nilai Syariah (Syari’at) Makna etimologis syari‟at adalah tempat mengalirnya air, yakni sebuah metode atau jalan atas sesuatu34. Kata syariah menurut pengertian hukum Islam berarti hukum-hukum dan tata aturan yang disampaikan Allah swt., agar ditaati hamba-hamba-Nya. Syariah terbagi dalam dua bidang yakni35: 1.
Kaidah Ibadah Pembahasan mengenai
kaidah ibadah berkisar sekitar bersuci
(thaharah) dan rukun Islam atau arkanul islam yakni salat, zakat, saum 31
Mohammad Daud Ali, Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal.21. 32 Ibid., hal.32. 33 Ibid., hal.33. 34 Abu Yasid, op.cit., hal.86. 35 Mohammad Daud Ali, op.cit., hal. 34.
9
(puasa) dan haji36. Kaidah ibadah merupakan norma yang mengatur tata cara manusia berhubungan langsung dengan Allah, tidak boleh ditambah-tambah atau dikurangi sebagaimana telah ditetapkan langsung oleh Allah dan dijelaskan secara rinci oleh Rasulullah. 2.
Kaidah Muamalah Muamalah ialah segala aturan agama yang mengatur hubungan antara
sesama manusia, antara manusia dengan kehidupannya, dan antara manusia dengan alam sekitarnya37. Secara sederhana muamalah bisa bermakna hubungan sosial antara sesama manusia. c. Nilai Akhlaq Akhlak berasal dari kata khuluk yang berarti perangai, sikap, tingkah laku, watak, budi pekerti. Perkataan itu mempunyai hubungan dengan sikap, perangai, tingkah-laku atau budi pekerti manusia terhadap Khalik (pencipta alam semesta) dan makhluk (yang diciptakan)38. 6. Analisis Isi Secara umum ada dua bentuk aliran (paradigma) dalam studi isi, pertama aliran transmisi, kedua aliran produksi dan pertukaran makna39. Aliran transmisi melahirkan teknik analisis isi kuantitatif. Fokus peneliti pada analisis isi kuantitatif adalah menghitung dan mengukur secara akurat aspek atau dimensi dari teks. Analisis isi ditujukan untuk mengidentifikasi secara sistematis isi komunikasi yang tampak, dan dilakukan secara objektif, valid, reliabel, dan dapat direplikasi40. Langkah awal yang penting dalam analisis isi adalah menentukan unit analisis. Unit analisis secara sederhana dapat digambarkan sebagai bagian apa dari isi yang kita teliti dan kita pakai untuk menyimpulkan isi dari suatu teks41.
36
Ibid. Masjfuk Zuhdi, op.cit., hal.2. 38 Mohammad Daud Ali, op.cit., hal.38. 39 Eriyanto, Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan IlmuIlmu Sosial Lainnya, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2011, hal.2. 40 Ibid. 41 Ibid., hal.59. 37
10
Krippendorff mengemukakan tiga jenis unit dalam analisis isi, yakni unit sampling, unit pencatatan, dan unit konteks.
Metodologi Penelitian ini adalah analisis isi kuantitatif dengan pendekatan deskriptif. Penyajian dan analisis dalam penelitian ini yakni deskripsi dengan prosentase di mana hasil koding penelitian adalah prosentase. Prosentase yang didapatkan lalu dimaknai dan dideskripsikan untuk menjelaskan representasi nilai-nilai keislaman dalam sinetron Sakinah Bersamamu. Objek penelitian adalah sinetron Sakinah Bersamamu yang ditayangkan RCTI periode 15 Juni 2015-16 Juli 2015. Unit sampel penelitian ini adalah semua potongan adegan dalam sinetron Sakinah Bersamamu sebanyak 32 episode Unit tematik digunakan untuk menghitung frekuensi kemunculan nilai keislaman dan dikategorikan dalam tiga kategori yakni akidah, akhlak, dan muamalah. Unit fisik digunakan untuk menghitung durasi nilai keislaman. Unit referensial digunakan untuk menghitung pemeran nilai keislaman yang dikategorikan dalam 5 kategori yaitu tokoh utama, tokoh pendukung, tokoh utama dan pendukung, tokoh utama dan figuran serta tokoh pendukung dan figuran. Penelitian ini menggunakan coding sheet atau lembar koding sebagai alat ukur. Validitas yang peneliti gunakan adalah dengan mengajukannya dengan ahli analisis isi42 dan menggunakan teknik intercoder reliability untuk mengukur reliabilitas.
Sajian dan Analisis Data A. Penyajian Dan Analisis Data Dari proses koding yang dilakukan pada setiap adegan sinetron Sakinah Bersamamu dengan tiga unit analisis yakni unit tematik untuk menghitung frekuensi nilai keislaman, unit fisik untuk menghitung durasi nilai keislaman dan unit referensial untuk menghitung frekuensi pemeran nilai keislaman. Didapatkan hasil sebagai berikut: 42
Ibid.hal.263.
11
1.
Frekuensi Nilai Keislaman Tabel 1 Perbandingan Frekuensi Nilai-Nilai Keislaman Tiap Episode No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Episode 1-2 3-4 5-6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Total
Akidah 15 7 5 5 4 1 1 4 1 4 5 3 2 1 2 1 4 2 2 4 3 14 9 9 3 9 2 2 3 127
Frekuensi Nilai Akhlak Muamalah 16 38 19 31 21 35 11 12 9 23 6 18 6 17 5 16 4 21 11 13 10 19 8 16 5 21 4 16 11 20 15 13 9 15 14 25 11 21 23 14 15 18 7 16 11 15 7 16 8 23 7 18 12 14 7 15 11 25 303 564
Total Nilai 69 57 61 28 36 25 24 25 26 28 34 27 28 21 33 29 28 41 34 41 36 37 35 32 34 34 28 24 39 994
Sumber: hasil coding peneliti
Porsi frekuensi kemunculan masing-masing kategori nilai-nilai keislaman apabila seluruh episode (episode 1-32) menjadi satu kesatuan sebagai berikut: Tabel 2 Frekuensi Kemunculan Nilai-Nilai Keislaman Episode 1-32 No 1 2 3
Kategori Nilai Akidah Akhlak Muamalah Total
Sumber: hasil coding peneliti
Frekuensi 127 303 564 994
Persentase (%) 12.78 30.48 56.74 100
12
Disajikan bentuk diagram sebagai berikut: Diagram 1 Frekuensi Nilai-Nilai Keislaman Sinetron Sakinah Bersamamu Episode 1-32 12.78%
Akidah Akhlak Muamalah
56.74%
30.48%
Kategori nilai muamalah adalah nilai yang paling sering muncul dan mendominasi
kemunculan
nilai-nilai
keislaman
pada
Sinetron
Sakinah
Bersamamu periode 15 Juni-16 Juli 2015. Sementara kategori nilai akhlak muncul terbanyak kedua setelah kategori nilai muamalah dan kategori nilai akidah menjadi nilai yang paling sedikit muncul dan minim kemunculannya. 2.
Durasi Nilai Keislaman Tabel 3 Durasi Kemunculan Nilai-Nilai Keislaman Tiap Episode
No
Episode
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23
1-2 3-4 5-6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Durasi Nilai Keislaman (detik) Akidah Akhlak Muamalah 925 1593 2388 719 1632 2567 192 1678 3120 174 743 1117 103 425 1451 17 435 1452 100 639 1259 190 597 1160 93 291 1903 132 916 862 132 734 1163 129 767 1238 106 249 1266 121 333 1281 25 843 1336 15 1156 905 86 768 1075 44 886 1498 80 997 1158 71 1291 1301 105 969 1324 667 827 1240 678 919 844
Total Durasi (detik) 4906 4918 4990 2034 1979 1904 1998 1947 2287 1910 2029 2134 1621 1735 2204 2076 1929 2428 2235 2663 2398 2734 2441
13
24 25 26 27 28 29
27 28 29 30 31 32 Total
350 166 636 43 44 59 6202
438 717 459 1051 957 646 23956
1545 1755 1068 1189 1083 1634 41182
2333 2638 2163 2283 2084 2339 71340
Sumber: hasil coding peneliti
Porsi durasi kemunculan masing-masing kategori nilai keislaman apabila seluruh episode (episode 1-32) menjadi satu kesatuan yakni sebagai berikut: Tabel 4 Durasi Nilai-Nilai Keislaman Sinetron Sakinah Bersamamu Edisi Ramadhan No Nilai Keislaman Durasi (detik) Persentase (%) 1 Akidah 6202 8.69 2 Akhlak 23956 33.58 3 Muamalah 41182 57.73 Total 71340 100 Sumber: hasil coding peneliti
Bentuk diagram sebagai berikut: Diagram 2 Durasi Nilai-Nilai Keislaman Sinetron Sakinah Bersamamu Episode 1-32 8.69% 33.58% 57.73%
Akidah Akhlak Muamalah
Kategori nilai muamalah adalah nilai yang paling tinggi durasinya dan mendominasi durasi nilai-nilai keislaman pada Sinetron Sakinah Bersamamu periode 15 Juni-16 Juli 2015. Sementara kategori nilai akhlak muncul terbanyak kedua setelah kategori nilai muamalah dan kategori nilai akidah menjadi nilai yang paling rendah durasinya dan sangat minim. Setelah melihat durasi masing-masing kategori nilai-nilai keislaman, maka bisa dilihat durasi nilai-nilai keislaman sinetron Sakinah Bersamamu edisi Ramadhan dari durasi total sinetron.
14
Tabel 5 Durasi Sinetron Sakinah Bersamamu Edisi Ramadhan Episode 1-32 Pesan yang ditampilkan dalam Sinetron Nilai-Nilai Keislaman Tanpa Nilai-Nilai Keislaman Total
No 1 2
Durasi (detik)
Persentase (%)
71340 24295 95635
74.60 26.40 100
Sumber: hasil coding peneliti
Disajikan bentuk diagram di bawah ini: Diagram 3 Durasi Sinetron Sakinah Bersamamu Edisi Ramadhan 26.4%
Nilai-Nilai Keislaman
74.6%
Tanpa Nilai-Nilai Keislaman
Lama durasi yang menampilkan nilai-nilai keislaman dalam sinetron Sakinah Bersamamu edisi Ramadhan menempati lebih dari separuh bagian dari total keseluruhan durasi sinetron dengan persentase sebesar 74.60%. Oleh karena itu sinetron Sakinah Bersamamu edisi Ramadhan periode 15 Juni-16 Juli 2015 dapat dikatakan sebagai sinetron yang sarat akan nilainilai keislaman. Tabel 6 Perbandingan Frekuensi Pemeran Nilai-Nilai Keislaman Tiap Episode No
Episode
Tokoh Utama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1-2 3-4 5-6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
48 33 28 10 11 11 12 18 11 17 20 11 13 11
Kategori Pemeran Tokoh Tokoh Tokoh Utama & Utama & Pendukung Pendukung Figuran 3 16 2 8 15 0 7 24 2 6 12 0 8 15 2 6 8 0 1 11 0 1 6 0 6 8 1 1 8 2 5 8 1 4 12 0 5 10 0 1 9 0
Tokoh Pendukung & Figuran 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Total 69 57 61 28 36 25 24 25 26 28 34 27 28 21
15
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 Total
16 14 10 10 13 15 12 15 12 6 7 9 6 9 10 418
4 6 6 13 7 11 7 12 11 18 15 12 15 8 10 217
12 8 9 16 14 14 17 10 9 7 11 11 7 7 19 333
0 0 2 0 0 0 0 0 2 0 1 2 0 0 0 17
1 1 1 2 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 9
Sumber: hasil coding peneliti
Porsi frekuensi kemunculan masing-masing kategori pemeran nilai keislaman apabila seluruh episode (episode 1-32) menjadi satu kesatuan yakni:
No 1 2 3 4 5
Tabel 7 Frekuensi Pemeran Nilai-Nilai Keislaman Episode 1-32 Kategori Pemeran Frekuensi Persentase (%) Tokoh Utama 418 42.05 Tokoh Pendukung 217 21.83 Tokoh Utama & Pendukung 333 33.50 Tokoh Utama & Figuran 17 1.71 Tokoh Pendukung & Figuran 9 0.91 Total 994 100 Sumber: hasil coding peneliti
Disajikan bentuk diagram sebagai berikut: Diagram 4 Pemeran Nilai-Nilai Keislaman Sinetron Sakinah Bersamamu Episode 1-32 1.71% 0.91%
33.5%
42.05%
21.83%
Tokoh Utama Tokoh Pendukung Tokoh Utama & Pendukung Tokoh Utama & Figuran Tokoh Pendukung & Figuran
33 29 28 41 34 41 36 37 35 32 34 34 28 24 39 994
16
Pemeran nilai-nilai keislaman kategori tokoh utama adalah kategori pemeran yang paling sering muncul untuk menampilkan nilai-nilai keislaman pada Sinetron Sakinah Bersamamu periode 15 Juni-16 Juli 2015. Sementara kategori tokoh utama & pendukung muncul terbanyak kedua setelah kategori tokoh pendukung, lalu kategori tokoh pendukung muncul terbanyak ketiga, kategori tokoh utama & figuran keempat dan kategori tokoh pendukung & figuran menjadi pemeran yang paling sedikit muncul menampilkan nilai-nilai keislaman.
B. Representasi Nilai-Nilai Keislaman Marsha Jones dan Emma Jones43 mengemukakan beberapa aspek dalam proses representasi sebagai berikut: Proses representasi memiliki beberapa aspek yang berbeda: 1. Ini adalah cara media menghadirkan acara senatural mungkin untuk kita 2. Ini lebih melibatkan dan fokus pada grup-grup tertentu daripada grup yang lainnya 3. Tentunya ini sebuah ideologi. Dimana „media memberi kita gambarangambaran untuk menggambarkan bagaimana cara kelompok-kelompok tertentu menjelajah dunia, dan bagaimana mereka bisa mengerti atau bahkan diakui oleh orang lain‟ Dari ketiga poin tersebut, bisa disimpulkan bahwa representasi dalam media menunjuk pada bagaimana seseorang atau suatu kelompok, gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan. Media memberikan gambaran-gambaran mengenai suatu kelompok tertentu untuk disajikan kepada audiens dengan „kemasan‟ sesuai dengan apa yang diinginkan pembuatnya. Pesan yang disampaikan oleh sinetron Sakinah Bersamamu periode 15 Juni16 Juli 2015 adalah nilai-nilai keislaman yang terbagi dalam tiga kategori yaitu nilai muamalah, nilai akhlak dan nilai akidah. Nilai yang paling menonjol adalah nilai muamalah. Tingginya nilai muamalah bisa dikatakan bahwa komunikator lebih menonjolkan pesan nilai praktis yang dekat dengan kehidupan sosial sehari-hari penontonnya. Pesan praktis yang dimaksud adalah pesan dari nilai muamalah
43
Marsha Jones and Emma Jones. Mass Media. London. Macmillan Press Ltd. 1999. hal.104
17
tersebut menyangkut langsung kehidupan masyarakat sehari-hari yang bisa dilihat secara langsung prakteknya dimana pesan nilai tersebut diperankan secara langsung oleh para tokoh. Dengan kata lain, pesan yang banyak diangkat adalah nilai yang dimunculkan dalam praktek langsung kehidupan sosial. Nilai akhlak dimunculkan untuk mengiringi nilai muamalah dimana akhlak dibutuhkan seseorang dalam bermuamalah. Sementara nilai akidah yang notabene adalah nilai „keyakinan‟ tidak banyak digambarkan tetapi tetap ditampilkan dalam kesatuan pesan nilai-nilai keislaman. Nilai akidah ditampilkan sebagai dasar pesan nilai-nilai keislaman. Muamalah berhubungan erat dengan akhlak, dan akhlak dipengaruhi oleh akidah. Jadi muamalah dan akhlak yang baik muncul karena akidah yang baik. Dengan porsinya masing-masing ketiga nilai tersebut hadir dalam satu kesatuan pesan nilai-nilai keislaman dalam sinetron Sakinah Bersamamu periode 15 Juni-16 Juli 2015. Dari penjelasan tersebut, bisa dikatakan bahwa nilai-nilai keislaman yang ditampilkan digambarkan sebagai nilai yang „dekat‟ dengan perilaku sehari-hari seseorang. Dalam hal ini maksudnya, bahwa nilai keislaman itu selalu melekat pada setiap kegiatan manusia. Nilai keislaman tidak harus selalu ditunjukkan dengan kata-kata islami atau selalu disampaikan dengan dalil-dalil yang rumit. Nilai keislaman yang berupa akidah, akhlak dan muamalah adalah nilai-nilai kebaikan yang sangat dekat dengan kegiatan sehari-hari dan bisa dilakukan oleh siapa saja. Sinetron ini menggambarkan bahwa nilai keislaman sesungguhnya adalah nilai kebaikan yang harus diterapkan dalam perilaku seharihari, bukan hanya sekedar kata-kata nasehat yang diucapkan. Dari durasi keseluruhan sinetron, didapatkan bahwa 74.60% dari durasi sinetron menampilkan nilai-nilai keislaman yang menunjukkan bahwa Sakinah Bersamamu menjadi salah satu sinetron religi yang muncul di Bulan Ramadhan. Sementara durasi sisanya yang tidak mengandung nilai-nilai keislaman tetap ditampilkan untuk melengkapi sinetron dengan sisi „drama‟ untuk menarik perhatian penonton. Durasi nilai terbanyak adalah muamalah, terbanyak kedua adalah durasi nilai akhlak, dan paling sedikit adalah durasi nilai akidah. Durasi munculnya nilai-
18
nilai keislaman mendukung frekuensi kemunculan nilai-nilai keislaman. Pesan nilai-nilai keislaman yang bersifat praktis dan aplikatif menjadi bersinergis antara durasi dan frekuensi kemunculan nilai tersebut. Dari sisi pemeran, pesan nilai-nilai keislaman lebih banyak ditampilkan oleh tokoh utama. Ini berarti pembuat pesan (sutradara) menganggap tokoh utama mampu membawa pesan nilai-nilai keislaman kepada penonton sehingga tersampaikan dengan baik. Tokoh utama adalah tokoh yang paling banyak mengambil perhatian pemirsa sehingga tokoh utama yang dianggap mampu merepresentasikan nilai keislaman yang diusung. Tokoh utama bersama-sama tokoh pendukung (tokoh utama & pendukung) menempati posisi kedua dalam menampilkan nilai-nilai keislaman. Tetapi, tokoh utama yang berdiri sendiri menampilkan nilai-nilai keislaman tetap lebih banyak muncul dibanding tokoh utama bersama tokoh lain. Sementara tokoh pendukung yang berdiri sendiri menjadi pemeran ketiga yang banyak menampilkan nilai keislaman. Baik tokoh utama maupun tokoh pendukung sama-sama saling melengkapi cerita untuk menampilkan nilai keislaman. Dan tokoh figuran beberapa kali muncul baik bersama tokoh utama atau tokoh pendukung untuk melengkapi pesan nilai-nilai keislaman, meskipun tidak ada tokoh figuran yang berdiri sendiri untuk menampilkan nilai-nilai keislaman. Pemeran nilai keislaman terutama tokoh utama dan pendukung juga memunculkan identitas muslim. Misalnya dari gaya pakaiannya yakni sesuai identitas muslim, bagi perempuan yaitu berjilbab. Perilaku yang ditampilkan pun demikian. Para pemeran nilai-nilai keislaman menampilkan identitas islam sehingga menguatkan pesan nilai-nilai keislaman yang diusung.
Kesimpulan Penelitian ini menyimpulkan bahwa sinetron Sakinah Bersamamu periode 15 Juni-16 Juli 2015 yang ditayangkan oleh stasiun televisi RCTI merupakan sinetron yang sarat dengan nilai-nilai keislaman.
19
Tingginya nilai muamalah bisa dikatakan bahwa komunikator (sutradara) lebih menonjolkan pesan nilai praktis yang dekat dengan kehidupan sosial seharihari penontonnya. Kemunculan nilai akhlak sebagai pelengkap nilai muamalah. Nilai akhlak juga sangat dibutuhkan dalam kehidupan sosial kehidupan bermuamalah. Nilai akidah ditampilkan sebagai dasar pesan nilai-nilai keislaman. Durasi munculnya nilai-nilai keislaman mendukung frekuensi kemunculan nilai-nilai keislaman. Pesan nilai-nilai keislaman yang bersifat praktis dan aplikatif menjadi bersinergis antara durasi dan frekuensi kemunculan nilai tersebut. Dari sisi pemeran nilai-nilai keislaman, baik tokoh utama maupun tokoh pendukung sama-sama saling melengkapi cerita untuk menampilkan nilai keislaman. Tokoh figuran meskipun kemunculannya sangat sedikit, tetapi kadang juga diperlukan untuk melengkapi nilai keislaman yang ditampilkan.
Saran 1. Untuk para sineas, sutradara yang kerap membuat sinetron agar semakin cerdas dan kreatif dalam menyajikan sinetron dan menjadikannya media penyampai pesan yang baik dan bukan hanya melulu mengejar keuntungan finansial. 2. Mengingat keterbatasan penelitian ini, maka untuk penelitian selanjutnya yang serupa dengan penelitian ini agar ke depannya bisa ditambahkan analisis visual dari sinetron. Misalnya analisis dialog, setting, audio secara lebih mendalam sehingga analisis mengenai penggambaran pesan bisa lebih detail dan mendalam.
Daftar Pustaka Ali, Mohammad Daud. (2004). Hukum Islam: Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Islam di Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. BM, Mursito. (2006). Memahami Institusi Media. Surakarta: Lindu Pustaka. Cetin, Kumru Berfin Emre. The “Politicization” of Turkish Television Dramas. International Journal of Communication 8. (2014). hal.24622483. Diakses dari http://ijoc.org. diakses 12 Oktober 2015. Danesi, Marcel. Terj. Evi Styarini dan Lusi Lian Piantari. (2010). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta: Jalasutra.
20
Eriyanto. (2011). Analisis Isi Pengantar Metodologi untuk Penelitian Ilmu Komunikasi dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Fiske, John. (2006). Terj. Yosal Iriantara. Cultural and Communication Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehensif. Jogjakarta; Jalasutra. Hardjana, Agus M. (2003). Komunikasi Intrapersonal dan Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Kanisius. Jones, Marsha and Emma Jones. (1999). Mass Media. London: Macmillan Press Ltd. Kuswandi, Wawan. (1996). Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta. Mulyana, Deddy. (2010). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung:Rosda. Mulyana, Rohmat. (2004). Mengartikulasi Pendidikan Nilai. Bandung: Alfabeta. Nurudin. (1997). Televisi Agama Baru Masyarakat Modern. Malang: UMM Press. Rachmat, Jalaluddin. (2001). Metode Penelitian Komunikasi dilengkapi Contoh Analisis Statistik. Bandung: Remaja Rosdakarya. Samovar, Larry A. dan Richard E. Porter. (2000). Intercultural Communication: a Reader. Inggris: Thomson Wandsworth Publishing. Sinaga, Zahruddin Hasanuddin. (2004). Pengantar Studi Akhlak. Jakarta: RajaGrafindo Persada. Yasid, Abu. (2007). Nalar & Wahyu Interrelasi dalam Proses Pembentukan Syari‟at. Jakarta: Erlangga. Yoruk, Zafer dan Pantelis Vatikiotis. Soft Power or Illusion of Hegemony: The Case of the Turkish Soap Opera “Colonialism”. International Journal of Communication 7. (2013). hal.2361-2385. Diakses dari http://ijoc.org. diakses 12 Oktober 2015. Zuhdi, Masjfuk. (1993). Studi Islam Jilid 3: Muamalah. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. http://m.kompasiana.com/pakcah/di-indonesia-40-perceraian-setiapjam_54f357c07455137a2b6c7115 diakses 22 januari 2016. http://m.liputan6.com/health/read/2028251/jumlah-perceraian-pasutri-diindonesia-333-ribu-per-tahun diakses 22 Januari 2016.