NASKAH PUBLIKASI
MEMAHAMI KEBAHAGIAAN GURU TK
Oleh : YUNI RASINTA WATI IRWAN NURYANA KURNIAWAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
NASKAH PUBLIKASI
MEMAHAMI KEBAHAGIAAN GURU TK
Telah Disetujui Pada Tanggal
---------------------------------------
Dosen Pembimbing Utama
(Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Si.)
MEMAHAMI KEBAHAGIAAN GURU TK
Yuni Rasinta Wati Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kebahagiaan yang dirasakan oleh guru TK. Responden dalam penelitian ini adalah tiga orang guru TK yang masih berstatus sebagai guru, berjenis kelamin perempuan, berusia 20 tahun ke atas dan sudah menikah, beragama Islam dan bertempat tinggal di Yogyakarta. Teknik pengambilan responden yang digunakan adalah metode convenient sampling, karena berdasarkan atas kemudahan dalam mendapatkan responden. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep fenomenologis yang menggunakan analisis kualitatif dengan langkah-langkah pembuatan tema untuk kemudian dimasukkan ke dalam sub kategori dan kategori. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga responden merasa bahagia dalam menjalankan pekerjaannya sebagai guru TK, diantaranya karena dipengaruhi oleh faktor internal, yaitu : rasa pengabdian, rasa cinta dan suka terhadap anak-anak, dan kesabaran serta faktor eksternal, yaitu : dukungan keluarga, lingkungan (anak-anak), dan teman (rekan sesama guru). Kata Kunci : Kebahagiaan, Guru TK
PENGANTAR
Latar Belakang Masalah Setiap orang menginginkan kehidupan yang bahagia, baik di dunia maupun di akherat, tetapi cara untuk mencapai atau mewujudkannya masingmasing orang tidaklah sama. Cara mempersepsikan kebahagiaanpun juga berbeda antara satu dengan yang lain. Kebahagiaan terkesan abstrak, karena tidak dapat dilihat wujudnya dan relatif, karena kebahagiaan menurut satu orang belum tentu sama menurut orang yang lain, maka tidak sedikit seseorang akan melakukan apapun untuk meraih kebahagiaan dengan caranya masing-masing. Hal serupa juga diungkapkan oleh Walgito (Elwiyansyah, 2007), yang menyatakan bahwa kebahagiaan bukanlah persoalan yang mudah karena kebahagiaan itu bersifat subjektif dan relatif, yang mana kebahagiaan bagi seseorang belum tentu berlaku bagi orang lain (http://www.aryaverdiramadhani.blogspot.com). Ukuran kebahagiaan yang relatif, sulit untuk dicari titik temunya sebagai kebahagiaan hakiki, karena tidak semua kebahagiaan hanya dapat diukur melalui terpenuhinya hasrat keinginan secara materi. Myers (Nilam, 2002), menyatakan bahwa untuk mengukur kebahagiaan seseorang secara subjektif dapat dilihat melalui kejiwaannya. Karakteristik kejiwaan yang menandai kehidupan orang yang bahagia ada empat, yaitu : harga diri (penilaian bahwa dirinya berharga tanpa mengejar penghargaan atau penghormatan), perasaan personal control (keyakinan bahwa peristiwa dalam hidupnya lebih dikendalikan oleh diri sendiri, bukan oleh nasib atau orang lain yang berkuasa), optimistis, dan bersifat
ekstrovert. Berdasarkan karakteristik-karakteristik kejiwaan ini akan diperoleh bahwa kebahagiaan lebih terletak pada faktor kejiwaan yang diwujudkan dalam bentuk kegiatan positif. Komaruddin Hidayat (2006) dari Universitas Paramadina juga mengatakan, ada tiga jenis kebahagiaan yang dapat dirasakan oleh manusia, diantaranya yaitu kebahagiaan fisik (physical happiness), kebahagiaan intelektual (intellectual happiness), dan kebahagiaan spiritual (spiritual happiness). Kebahagiaan fisik mengedepankan aspek fisik dan berupa material seperti kecantikan, ketampanan, keindahan, dan kemolekan. Kebahagiaan yang demikian, sifatnya temporal seiring karena proses alamiah kehidupan. Kebahagiaan intelektual,
seperti
kepintaran
dan
kecerdasan
serta
beragam
prestasi.
Kebahagiaan itu dirasakan sebagai wujud kepuasan atas daya nalar dan artikulatif pikiran yang berhasil mencetak sebuah prestasi intelektual. Kebahagiaan spiritual sangatlah sakral karena menyangkut dengan pengalaman spiritual seseorang yang biasanya melibatkan pertemuan antara manusia sebagai makhluk dengan Tuhan sebagai sang Khalik (http://www.ahmadsyalabimujahid.blogs.friendster.com). Hal ini juga mendorong kepada semua orang untuk memiliki harapan yang ingin dicapai dalam hidupnya yang bukan hanya berupa materi, tetapi salah satunya adalah menemukan jawaban tertinggi yaitu kebahagiaan, karena kebahagiaan adalah kondisi emosi positif yang dicari dan ingin diwujudkan oleh semua orang, meskipun sulit untuk diidentifikasikan melalui penalaran logika formal (Rusydi, 2007). Seligman (2005), juga menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan bagian dari Psikologi Positif yang didukung oleh emosi positif, sifat positif, dan instansi atau lembaga yang positif, sedangkan kebahagiaan juga
merupakan emosi positif, baik dari masa lalu, sekarang, maupun masa depan. Untuk mewujudkan kebahagiaan itu, yaitu dengan merasa puas akan masa lalu, bersyukur dan merasa senang pada masa sekarang, serta memiliki sikap optimis terhadap masa depan. Setiap orang memiliki cara atau jalan yang berbeda untuk mewujudkan kebahagiaan, tergantung kebutuhan yang ingin dicapai maupun keadaannya pada masa sekarang. Sebagai contohnya, seseorang yang bekerja sebagai guru TK, dalam membimbing anak-anak belum tentu dimiliki oleh banyak orang, apalagi guru model sekarang, setidaknya guru TK lebih dihargai dan diperhatikan kesejahteraannya, terutama dalam bentuk materi. Kewajiban pemerintah sebagai penyelenggara pendidikan, salah satunya adalah memberikan gaji yang sesuai dengan tanggung jawab yang diemban. Tanggung jawab sebagai guru TK termasuk kategori berat, karena tidak sekedar mengajar tetapi juga mendidik, bahkan kadang-kadang lebih dari itu, guru TK akan menjemput muridnya ketika mogok sekolah ataupun melayani murid-murid seperti ketika di rumah. Pada waktu dulu menjadi guru itu sebagai pengabdian, tetapi sekarang menjadi guru itu sebagai pekerjaan. Nasib guru yang demikian, dikarenakan pemerintah masih kurang begitu memperhatikan pentingnya pendidikan, khususnya pendidikan TK. Hal ini terlihat banyaknya sekolah-sekolah TK yang dikelola oleh pihak swasta dan juga karena dari pihak pemerintah masih merasa keberatan dalam mengalokasikan dana besar untuk pendidikan dan kesejahteraan guru (www.wikipedia.org). Dewi (2007), menyatakan bahwa guru TK bukan hanya memberikan ilmu, namun juga keikhlasan dalam pelayanan, baik kepada anak-anak maupun orang
tua murid. Guru TK yang memilih profesi keguruan sudah dibentuk untuk harus memahami dan siap bekerja dengan anak-anak. Hal ini bukan merupakan profesi yang mudah dilakukan oleh guru TK, karena selain dituntut untuk mengetahui ilmu perkembangan anak juga dibutuhkan pemahaman dan kesabaran. Tugas paling penting dalam mendidik anak-anak TK diantaranya menjadikan anak berakhlak mulia, dinamis dan kreatif. Hal ini dikarenakan perkembangan dalam dunia pendidikan modern akan selalu membawa dampak, baik positif maupun negatif. Kesuksesan pendidikan Taman Kanak-Kanak akan memberi sumbangan positif bagi upaya mensukseskan pendidikan pada jenjang berikutnya. Oleh karena itu, guru TK selalu dikatakan sebagai profesi untuk jihad dan tanpa pamrih. (www.wikipedia.org). Guru TK berinteraksi dan bekerja dengan anak-anak setiap hari, sehingga harus dapat memposisikan dirinya seperti anak-anak. Hal ini merupakan salah satu kelebihan yang dimiliki oleh guru TK, sehingga pekerjaan sebagai guru TK bukan merupakan pekerjaan yang mudah dilakukan, karena selain membutuhkan keikhlasan dan kesabaran dalam menghadapi anak-anak maupun terhadap imbalan yang diterima, tetapi para guru TK juga tetap bersemangat dalam menjalankan tugas dan tanggungjawabnya sebagai pendidik. Bahkan, dengan tanggung jawab yang tidak mudah dan imbalan yang diterima kurang sesuai, para guru TK tetap menjalankan pekerjaannya (www.wikipedia.org). Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kebahagiaan yang dirasakan oleh guru TK.
bagaimana
TINJAUAN PUSTAKA
Kebahagiaan Bahagia merupakan suatu keadaan perasaan aman, damai, serta gembira, dengan kata lain kebahagiaan tidak lebih hanya ungkapan perasaan gembira. Pada umumnya kegembiraan terkait dengan suatu kejadian atau pencapaian khusus, sedangkan kebahagiaan terkait dengan keadaan yang lebih umum, seperti kesenangan hidup. Kegembiraan dan kebahagiaan itu terkait secara subjektif, artinya untuk mencapai kebahagiaan membutuhkan orang lain. Hal ini juga sesuai dengan pernyataan bahwa manusia adalah makhluk spiritual, yaitu bahwa yang dapat dilakukan manusia adalah membuat manusia lain bahagia atau tidak bahagia. Selain itu, kebahagiaan juga berkaitan dengan keseimbangan materi, intelektual, emosional dan spiritual (Khavari, 2000). Seligman (2005), mengatakan bahwa kebahagiaan adalah keadaan dimana seseorang lebih banyak mengenang peristiwa-peristiwa yang menyenangkan daripada yang sebenarnya terjadi dan lebih banyak melupakan peristiwa buruk. Kebahagiaan juga merupakan suatu istilah yang menggambarkan perasaan positif, seperti : ekstase dan kenyamanan serta kegiatan positif tanpa unsur perasaan sama sekali, seperti : keterserapan dan keterlibatan. Rakhmat (2004), menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan suatu pilihan yang diberikan kepada manusia dan kebahagiaan sama sekali tidak terkait dengan dengan kepemilikan materi semata, melainkan terletak pada pencapaian kegembiraan dan getaran upaya kreatif.
Kebahagiaan yang dikemukakan oleh Sanjaya (2002), bahwa bahagia adalah suatu perasaan, sesuatu yang bersifat emosional. Perasaan bahagia ini timbul dalam diri karena secara fisik dengan menggunakan panca indera telah mengalami suatu kejadian yang menurut diri sendiri menyenangkan hati dan pikiran. Menurut Sanjaya, ada tiga-tipe dalam mendefinisikan kebahagiaan, yaitu : a. Tipe Pertama adalah merasa bahagia jika sesuatu yang diinginkan tercapai. Tipe ini cenderung pada pencapaian materi. b. Tipe Kedua adalah merasa bahagia jika dapat meraih kesuksesan, baik dalam studi maupun karir. Tipe ini lebih memfokuskan pada keberhasilan (achievement) pada bidang yang ditekuni. c. Tipe Ketiga adalah merasa bahagia jika dapat bersama orang yang dicintainya dan membentuk keluarga yang bahagia (loving and fulfilling relationship). Menurut Khavari (2000), ada empat aspek yang mempengaruhi kebahagiaan, yaitu : Aspek Material, Aspek Intelektual, Aspek Emosional dan Aspek Spiritual Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan menurut Khavari (2000), yaitu : Kesehatan dan Hubungan Sosial (Health and Connectedness), Agama (Religion), Cinta dan Pernikahan (Love and Marriage), Kepuasan Kerja (Work Satisfaction), dan Kebahagiaan Batin (Inner Happiness) Guru TK Guru adalah sosok panutan bagi siswa di lingkungan sekolah, sehingga apa yang dikatakan dan dilakukan akan diikuti oleh peserta didik yaitu siswa siswi.
Jadi, yang dimaksud dengan guru adalah seorang pengajar suatu ilmu. Menurut definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengerjakan suatu hal yang baru dapat juga dianggap sebagai guru (www.wikipedia.org). Menurut Froebel yang dikenal sebagai Bapak Kindergarten, karena mendirikan TK pertama kali di Jerman pada tahun 1983, menyatakan bahwa Kindergarten (dalam Bahasa Jerman) berarti “children garden” atau “kebun milik anak” (Patmonodewo, 2003). Jadi, guru TK adalah pendidik profesional dengan tugas utama membimbing, mengarahkan, dan melatih peserta didik yang masih berusia antara 4-6 tahun, selain itu guru TK juga harus menyukai anak-anak dan guru TK juga harus dapat menjadi orang tua bagi anak-anak, serta menjalin hubungan yang baik dengan orang tua murid untuk mengatahui perkembangan anak. Karakteristik lain yang dimiliki guru TK, menurut Wardle (2003), yaitu: a. Guru sebagai Pengajar b. Guru sebagai Panutan (Model Peran) c. Interaksi Guru dan Murid Peran guru TK, menurut Wardle (2003) adalah : a. Peran guru TK di ruang kelas b. Peran guru TK di sekolah c. Peran guru TK dalam masyarakat Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang diajukan dalam penelitian ini adalah bagaimana kebahagiaan yang dirasakan oleh guru TK?
METODE PENELITIAN
Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah fenomenologis dengan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif yaitu jenis penelitian yang temuantemuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan (Corbin & Strauss, 2003) dan konsep fenomenologis, menurut Husserl (Idrus, 2005) adalah memahami pengalaman psikologis seseorang secara subjektif yang tidak hanya terbatas pada hal-hal yang empirik atau terindera, tetapi juga mencakup fenomena yang berada di luar indera, seperti : persepsi, kemauan, pemikiran, dan keyakinan subjek. Penelitian ini mencoba memahami kebahagiaan pada guru TK. Fokus Penelitian Fokus pada penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kebahagiaan yang dirasakan oleh guru TK. Responden Penelitian Responden berjenis kelamin perempuan, sudah menikah, dan berusia lebih dari 20 tahun, berprofesi sebagai guru TK, beragama Islam dan bertempat tinggal di Yogyakarta. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan adalah Wawancara Mendalam dan Observasi. Teknik Pemeriksaan Data Menurut Bungin (2003), pada penelitian kualitatif untuk memeriksa keabsahan data terdapat empat kategori yang dapat digunakan sebagai patokan
atau ukuran, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability). Menurut Poerwandari (2005), penelitian kualitatif dianggap memiliki kredibilitas data, jika telah berhasil mencapai maksud mengeksplorasi masalah atau mendeskripsikan setting, proses, kelompok sosial atau pola interaksi yang kompleks. Untuk itu, diperlukan deskripsi mendalam dari fokus penelitian, identifikasi responden yang terjamin, dan kejelasan langkah penelitian. Reliabilitas dalam penelitian kualitatif dilihat dari konstruksi dependability yang dibangun, selain itu kepastian (confirmability) pada penelitian kualitatif berawal dari konsep objektifitas. Obyektivitas bagi penelitian kualitatif dilihat sebagai kesamaan pandangan terhadap fenomena yang diteliti. Metode Analisis Data Menurut Nasution (Yash, 2003), analisis data kualitatif pada penelitian ini dilakukan dengan menelaah seluruh data yang telah diperoleh dan kemudian memberikan kode (coding) pada setiap kata kunci. Setelah pemberian kode dilanjutkan reduksi data penelitian dilakukan dengan abstraksi yaitu mengambil pernyataan-pernyataan yang dianggap penting atau inti. Tahap selanjutnya adalah menyusunnya menjadi satuan-satuan yang kemudian dikategorisasikan dalam kelompok data berdasarkan kesamaan topiknya. Satuan yang dimaksud adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang bulat dan dapat berdiri sendiri dari bagian yang lain. Setelah data diperiksa keabsahannya, baru kemudian masuk pada tahap interpretasi.
HASIL PENELITIAN
Identitas Responden Tabel 2. Profil Responden Identitas Responden A B C
Usia 42 tahun 47 tahun 31 tahun
Agama Islam Islam Islam
Status Kepala Sekolah dan Guru Guru Guru
Motivasi Menjadi Guru TK Motivasi untuk menjadi guru TK muncul, antara lain karena Menyukai Anak-anak, Panggilan Jiwa dan Hati, Keterbatasan Biaya Sekolah, Membantu Suami (Ekonomi Keluarga), Mengembangkan Ilmu yang Telah Diperoleh, serta Adanya Kesempatan yang Lebih Besar untuk Menjadi Guru TK Faktor-faktor Yang Mendukung Kebahagiaan pada Guru TK Faktor Eksternal yang mempengaruhi antara lain adalah Dukungan keluarga, Teman (rekan sesama guru), dan Lingkungan (anak-anak), sedangkan Faktor Internal yang mempengaruhi antara lain adalah Rasa Pengabdian, Rasa Suka dan Cinta terhadap Anak-anak, dan Kesabaran. Peran Guru TK Guru TK juga memiliki peran yang berbeda-beda, diantaranya ketika di sekolah, di rumah, maupun di lingkungan masyarakat. Persepsi Guru TK terhadap Anak-anak Persepsi yang muncul terhadap anak-anak dari masing-masing guru TK tidaklah sama, antara lain bahwa anak-anak itu Polos dan Apa Adanya, Tingkah
Polah yang Lucu, Dapat Menghilangkan Rasa Stress, Sebagai Pengobat Hati, Menganggap seperti Anak Sendiri, dan Sifatnya (Keinginan) yang harus Diikuti. Pembahasan Motivasi yang melatarbelakangi untuk menjadi guru TK, antara lain karena menyukai dunia anak-anak serta panggilan jiwa dan hati sebagai alasan utama, sedangkan alasan lain adalah karena keterbatasan biaya saat masih duduk di bangku sekolah, untuk membantu suami dalam memperbaiki perekonomian keluarga, untuk mengembangkan ilmu yang telah diperoleh, dan karena adanya kesempatan yang masih terbuka lebar untuk menjadi guru TK. Dewi (2007), menyatakan bahwa menyukai anak-anak merupakan syarat utama untuk menjadi guru TK karena aktivitas sebagai guru TK tidak jauh dengan anak-anak. Selain itu, menjadi guru TK juga merupakan panggilan jiwa dan hati karena dalam menghadapi anak-anak harus penuh dengan kesabaran dan karena gaji guru TK yang masih tergolong rendah sehingga diperlukan juga keikhlasan dalam menjalankan tugasnya. Maka dari itu, panggilan hati dan jiwa harus tertanam sejak awal menjadi guru TK sebagai komitmen dalam menjalankan profesi yang telah dipilihnya. Motivasi lain diantaranya karena keterbatasan biaya saat di bangku sekolah sehingga keputusan untuk masuk SPGTK menjadi pilihan agar ada bekal setelah lulus sekolah, yaitu menjadi guru TK. Setelah menikah dan berkeluarga, menjadi guru TK juga dapat membantu suami dalam mencukupi kebutuhan keluarga meskipun hanya terbatas untuk pemenuhan kebutuhan seharihari. Motivasi lain yang sangat diinginkan oleh para guru TK adalah diterima menjadi PNS, karena kesempatan untuk menjadi guru TK pada waktu itu masih
terbuka lebar dibandingkan kesempatan untuk menjadi guru tingkat pendidikan yang lain, tetapi ternyata untuk diterima menjadi PNS tidak mudah, harus bersedia mengabdi dan menjadi tenaga honorer selama bertahun-tahun, seperti yang dilakukan oleh responden B. Faktor yang mendukung kebahagiaan pada guru TK dibagi menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal ini merupakan kebahagiaan subjektif, karena berasal dari dalam diri guru TK itu sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan kebahagiaan objektif, berasal dari luar diri, seperti lingkungan, keluarga, maupun teman (Rusydi, 2007). Faktor pendukung internal antara lain, karena adanya rasa pengabdian, rasa suka dan cinta terhadap anak-anak, dan kesabaran. Munculnya rasa pengabdian pada guru TK ini karena panggilan hati dan jiwa yang telah tertanam sejak awal menjadi guru TK, sehingga ketika gaji yang diterima tidak sebanding dengan apa yang telah dilakukan, bukan menjadi masalah karena mengajar anak-anak adalah sebagai sebuah bentuk tanggung jawab moral dalam menjalankan tugas yang diembannya. Hal ini juga merupakan suatu bentuk kepuasan kerja bagi guru TK yang bekerja bukan hanya untuk mendapatkan uang atau materi tetapi lebih pada manfaat yang baik untuk orang lain, dalam hal ini anak didiknya, karena dengan berbuat sesuatu yang bermanfaat, selain dibutuhkan orang lain juga akan lebih dihargai (Khavari, 2000). Anak-anak di sekolah juga menjadi bagian yang tak terpisahkan, maka rasa suka dan cinta terhadap anak-anak itu muncul dengan sendirinya di hati sanubari seorang guru TK, meskipun kadang-kadang anak-anak juga pernah membuat jengkel, tetapi anak-anak tetap menjadi obat hati di saat sepi maupun pikiran
sedang stress. Hubungan baik yang terjalin antara guru dan murid merupakan suatu kegiatan positif, yang mana guru membimbing dan mengajarkan ilmu untuk murid karena didorong oleh perasaan positif, yaitu rasa suka dan cinta terhadap anak-anak didiknya (Seligman, 2005). Jumlah anak didik yang banyak dan perilaku anak-anak yang kadang-kadang membuat jengkel atau marah, juga dapat dihindari dengan kesabaran. Kesabaran yang dimiliki oleh guru TK bukan hanya untuk menghadapi anak-anak, tetapi juga dalam menghadapi kesejahteraan hidupnya. Menurut Myers (Khavari, 2000), kesabaran merupakan salah satu wujud orang yang beragama dan orang yang beragama lebih bahagia daripada orang yang tidak beragama, karena agama mempunyai tujuan yang positif dan dapat membantu menyelesaikan masalah duniawi, seperti ketika guru TK sedang menghadapi anak-anak ketika di sekolah maupun menghadapi kesejahteraan hidupnya, karena gaji yang diterima masih belum sebanding dengan tanggung jawab yang diembannya sebagai guru TK tetapi kesabaran itu menuntunnya ke arah keikhlasan atas dasar kesenangan dan kesukaannya terhadap dunia anak-anak sejak awal menjadi guru TK. Faktor pendukung eksternal yang membuat bahagia guru TK, diantaranya adalah karena di rumah memiliki anak, suami, dan keluarga yang harmonis dan pengertian, sedangkan di sekolah ada anak-anak dan sesama rekan guru yang sudah seperti keluarga sendiri. Semua responden merasa senang menjadi guru TK dengan alasan masing-masing, diantaranya karena anak-anak yaitu merasa mendapat hiburan, sikapnya yang lucu, polos dan apa adanya sehingga dapat memberikan chemistry tersendiri, dan sudah seperti bagian yang tak terpisahkan, dengan kata lain anak-anak itu sudah mendarah daging,
sedangkan alasan lain dapat mengembangkan ilmu kepada orang lain. Faktor eksternal ini merupakan kebahagiaan objektif, karena kebahagiaan yang dirasakan oleh guru TK didukung oleh faktor di luar dirinya (Rusydi, 2007). Peran guru TK selain di sekolah, juga di rumah, serta dituntut peran aktifnya juga di masyarakat. Di sekolah seorang guru TK bukan hanya mengajar dan mendidik anak-anak tetapi juga berperan sebagai orang tua bagi muridmuridnya. Kerja sama yang baik dengan orang tua atau wali murid dapat membantu memberikan solusi atau penyelesaian jika ada permasalahan yang menyangkut anak-anak. Mengajarkan pendidikan agama kepada anak-anak ketika di sekolah juga menjadi peran tambahan, meskipun hanya sebatas pengenalan dan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, seperti membaca doa dan suratsurat pendek. Sebagai wanita karir, peran di rumah sebagai ibu rumah tangga juga tetap dijalankan, seperti memasak, mencuci, dan sebagainya. Aktif di lingkungan masyarakat juga menjadi peran yang harus dilakukan karena merupakan bagian dari masyarakat. Pandangan yang kuat dari masyarakat terhadap profesi seorang guru adalah bahwa guru harus dapat menjadi teladan, baik di sekolah maupun di masyarakat. Peran-peran yang dijalankan oleh guru TK tersebut juga sesuai dengan pernyataan Wardle (2003) dalam Introduction to Early Childhood Education, bahwa guru TK tidak hanya berperan di dalam kelas dan di lingkungan sekolah, tetapi juga ikut berperan aktif di lingkungan masyarakat. Secara spesifik, Wardle (2003) juga menyatakan peran-peran lain dari guru TK, diantaranya ikut memperhatikan kesehatan dan perkembangan anak-anak, menjemput atau mendatangi rumah anak-anak satu persatu jika tidak masuk sekolah, maupun
memberikan penyuluhan tentang gizi terhadap orang tua anak-anak. Peran serupa juga dilakukan oleh responden A, diantaranya mengantarkan anak didiknya jika orang tuanya tidak dapat menjemput anaknya di sekolah, melayani anak-anak ketika di kamar mandi, bahkan berusaha menenangkan jika ada anak-anak yang menangis ketika berada di sekolah. Kebersamaan dengan anak-anak yang telah dirasakan selama bertahun-tahun membuat guru TK menganggap seperti anaknya sendiri dan menjadi hafal dengan sifat anak didiknya. Setiap guru TK memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap anak-anak, antara lain anak-anak itu polos dan apa adanya dalam bersikap dan berbicara sehingga anak-anak itu berkata sesuai dengan apa yang dilihatnya. Kepolosan dan apa adanya dalam bersikap dan berbicara anak-anak, sesuai dengan perkembangan kognitif Piaget (Patmonodewo, 2003), usia anak prasekolah termasuk pada tahap praoperasional, yaitu fungsi simbolik. Pada tahap ini merupakan kelanjutan dari tahapan sensorimotor, yang mana perkembangan kognitif anak mulai belajar melalui indera dan tindakan atau sikap yang dibantu oleh lingkungannya, sedangkan menurut Patmonodewo (2003), perkembangan bahasa pada anak usia prasekolah sudah tidak dilakukan dengan ekspresi suara, tetapi lebih pada bentuk komunikasi. Maka dari itu, dalam usia yang masih tergolong prasekolah, cara berbicara dan bersikap anak-anak masih terkesan apa adanya, karena masih dalam tahap perkembangan, baik kognitif, sensorimotor, maupun bahasanya. Selain itu, anak-anak juga menjadi pengobat hati ketika lelah dan dapat menghilangkan stress ketika banyak permasalahan sehingga tingkah polah dan aksi yang lucu anak-anak itu menjadi penawar yang sangat berharga. Kelucuan itu salah satunya karena anak-anak suka menirukan
aktivitas orang dewasa tetapi dalam bentuk bermain. Pandangan ini juga dinyatakan oleh Newman, dkk (Patmonodewo, 2003), yaitu bahwa anak-anak dikatakan sebagai orang dewasa yang mini, maksudnya antara anak-anak dan orang dewasa hanya dibedakan oleh ukuran tubuh dan usia terlepas dari tahapan perkembangan fisik dan psikologisnya. Dalam hal ini, segala aktivitas anak-anak menirukan orang dewasa maupun lingkungannya, tetapi diekspresikan dalam bentuk bermain. Rubin, dkk (Patmonodewo, 2003) menyebutnya dengan bentuk bermain fungsional, karena di dalamnya dilakukan pengulangan gerakan-gerakan otot dengan atau tanpa objek, seperti ketika anak-anak bermain boneka atau mobil-mobilan. Jika anak-anak memiliki keinginan harus diikuti, hal itu merupakan sifat yang dimiliki hampir sebagian besar anak-anak dalam tahap perkembangan fisik dan psikologisnya. Sebagai guru TK menghadapi sifat anakanak yang demikian adalah dengan mengikuti keinginannya, asalkan masih dalam konteks yang positif. Snowman (Patmonodewo, 2003) juga membenarkan hal ini, bahwa anak prasekolah cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka, bahkan sikap marah juga sering diperlihatkan jika keinginannya tidak diikuti. Penelitian ini juga bukan penelitian yang sempurna, sehingga masih ada kekurangan maupun kelemahan, diantaranya : dasar pemilihan responden yang kurang jelas; pendekatan terhadap responden juga kurang, terutama pada proses wawancara; serta dalam penelitian ini tidak ada verifikasi data dan tidak menggunakan signifikan other untuk mendukung data-data penelitian. Hasil temuan penelitian di lapangan tersebut dapat dirangkum, sebagai berikut :
KESIMPULAN
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa, kebahagiaan yang dirasakan oleh guru TK adalah karena anak-anak, baik dari kecintaannya maupun keikhlasannya mengajar sebagai pengabdian. Hal itu dikarenakan anak-anak dapat menjadi penghibur hati yang sangat menyenangkan, memberikan chemistry tersendiri dari kepolosannya dan menjadi sesuatu yang telah melekat di hati. Berdasarkan perannya sebagai guru TK dan sebagai ibu rumah tangga, anak-anak dan murid-murid di sekolah maupun dalam kehidupan keluarga yang harmonis di rumah merupakan faktor utama yang memunculkan kebahagiaan.
SARAN
1. Pemerintah diharapkan untuk dapat mengalokasikan dana yang lebih besar bagi kesejahteraan dan kelayakan hidup yang lebih baik kepada para guru. 2. Kesadaran orang tua, dalam hal ini diperlukan sebagai penunjang proses kegiatan belajar mengajar agar berjalan lancar. 3. Profesi sebagai guru TK yang telah dipilih, sebaiknya dijalankan dengan penuh tanggung jawab. 4. Pihak yang terkait dengan bidang pendidikan, baik LSM atau swasta diharapkan untuk meningkatkan SDM usia dini dari perkotaan sampai daerah. 5. Peneliti selanjutnya dapat melakukan pendekatan yang lebih spesifik terhadap responden untuk mendapatkan objektivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 1992. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Bungin, B. 2003. Analisis Data Kualitatif: Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: Raja Grafindo Persada Corbin, J & Strauss, A. 2003. Dasar-dasar Penelitian Kualitatif : Tatalangkah dan Teknik-teknik Teorisasi Data (terjemahan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar Dewi, Kusuma. 2007. Guru TK, Profesi . www.wikipedia.org. 05/12/08 Diener. 2002. Are Married People Happier Than Unmarried People? www.apa.org. 25/05/07 Elwiyansyah, Ardian. 2007. Kualitas Perkawinan Individu yang Menikah dengan Adat Merariq di Pulau Lombok. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Haenilah, E.Y. 2003. Kemampuan Guru dalam Mendesain Program Kegiatan Belajar Mengajar TK (PKB-TK) di Kota Bandar Lampung. www.unila.ac.id. 11/01/08 Idrus, Muhammad. 2005. Metode Penelitian Pendidikan dan Ilmu-ilmu Sosial : Dua Pendekatan Penelitian. Handout Kuliah (tidak diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Ilmu Agama Islam Universitas Islam Indonesia John, C. 2003. Journal of Personality and Social Psychology : Remembering The Good Times Putting The Bad Times in Perspective. www.apa.org. 12/05/07 Khavari, K.A. 2000. Spiritual Intelligence : A Practical Guide to Personal Happiness. USA: White Mountain Publications Khavari, K.A. 2006. The Art of Happiness : Mencipta Kebahagiaan dalam Setiap Keadaan (terjemahan). Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta Lohr. 1999. Convenient Sampling. www.wikipedia.org. 01/06/08 Nilam, W. 2002. Kapan Saya Hidup Bahagia? Bandung: Mizan Pustaka
Novantary. 2006. Jadi Guru TK Sangat Bermakna.http://www.bernas.co.id. 04/04/08 Okpala, Comfort O. 2007. The Perceptions of Kindergarten Teachers on Retention. http://eric.ed.gov. 4/04/08 Patmonodewo, Soemitro. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta Poerwandari, K. 2005. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta: LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Rachmat, Jalaluddin. 2004. Meraih Kebahagiaan. Bandung: Simbiosa Rekatama Media Ramadhani, Arya Verdi. 2007. Kebahagiaan dan http://www.aryaverdiramadhani.blogspot.com. 18/01/08
Agama.
Ramli, dkk. 2006. Peningkatan Kemampuan Guru dalam Pengembangan Kecerdasan Emosional Anak Didik Taman Kanak-Kanak. www.unm.ac.id. 14/03/08 Rusydi, T.E.F. 2007. Psikologi Kebahagiaan. Yogyakarta: Progresif Books Sanjaya,
Dwi. 2002. Menemukan Kebahagiaan http://www.sinarharapan.co.id. 16/03/08
dalam
Diri.
Seligman, Martin E.P. 2005. Authentic Happiness : Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif (terjemahan). Bandung: Mizan Pustaka Sila, Rahman. 2006. Gender dan Pembinaannya Pada Sekolah Taman KanakKanak di Kabupaten Maros. www.womencentremakasar.com. 17/03/08 Syalabi,
Ahmad. 2006. Bagaimana Mengukur Kebahagiaan? http://www.ahmadsyalabimujahid.blogs.friendster.com. 12/01/08
Wardle, Francis. 2003. Introduction to Early Childhood Education : A Multidimensional Approach to Child-Center Care and Learning. Boston: Allyn & Bacon Inc. Wikipedia. 2007. Guru. http://id.wikipedia.org/Guru. 25/11/08 Wikipedia. 2007. Kebahagiaan. http://ms.wikipedia.org/Kebahagiaan.26/11/08 Yash. 2003. Transeksualisme : Sebuah Studi Kasus Perkembangan Transeksual Perempuan ke Laki-laki. Semarang : CV. Aini
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Yuni Rasinta Wati
Alamat Rumah
: RT 02/01 No. 33 Mirahan, Tanjung Sari, Jatisrono, Wonogiri, Jawa Tengah 57691
No. Telepon Rumah : 0273-411344 No. HP
: 0274-9178546