1
NASKAH PUBLIKASI
KONDISI LINGKUNGAN FISIK DAN STRES KERJA KARYAWAN PT TELKOM PEKALONGAN
Oleh: NOVITA DWI ARIANI H. M. BACHTIAR, Drs, MM
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2009
2
NASKAH PUBLIKASI
KONDISI LINGKUNGAN FISIK DAN STRES KERJA KARYAWAN PT TELKOM PEKALONGAN
Telah Disetujui Pada Tanggal
_________________________
Dosen Pembimbing Utama
(H. M. Bachtiar, Drs, MM)
3
KONDISI LINGKUNGAN FISIK DAN STRES KERJA KARYAWAN PT TELKOM PEKALONGAN
Novita Dwi Ariani H.M. Bachtiar, Drs., MM
INTISARI
Keamanan dan kenyamanan dalam bekerja sangat dibutuhkan karyawan dalam bekerja. Dengan jaminan keselamatan dan kesehatan kerja, maka karyawan akan merasa aman dan nyaman selama bekerja sehingga akan memberikan kontribusi yang maksimal kepada perusahaan tempat mereka bekerja. Kenyamanan, keselamatan dan kesehatan kerja yang tidak terpenuhi akan menciptakan kondisi lingkungan fisik yang bur uk dan memicu terjadinya stres kerja. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh kondisi lingkungan fisik berupa keselamatan dan kesehatan kerja pada stres kerja karyawan Telkom Pekalongan. Penelitian ini dilaksanakan sejak PT Telkom Pekalongan menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja tahun 2007 lalu. Subjek penelitian adalah karyawan yang telah bekerja selama lebih dari dua tahun dan secara langsung merasakan kondisi lingkungan kerja. Dan pengambilan data dengan menggunakan teknik wawancara berdasarkan pedoman wawancara (interview guide). Selain itu peneliti juga menggunakan metode tambahan yaitu tinjauan dokumen untuk mengetahui data-data yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi lingkungan fisik kantor secara umum sudah baik, ini diakui para karyawan yang menyatakan lingkungan fisik yang nyaman mampu mendorong prestasi kerja mereka. Akan tetapi, untuk bagian tertentu seperti SDVAS maupun CS, mereka masih mengeluhkan kurang tertatanya ruangan kantor, luas yang kurang memadai ataupun tidak adanya sekat/partisi ruangan guna menjaga privasi sehingga membuat mereka terkadang merasakan stres saat bekerja di kantor. Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan fisik karyawan berpengaruh terhadap kondisi psikologis karyawan, di mana hal itu dapat berdampak baik maupun dapat berdampak buruk yakni menjadi stressor bagi karyawan. Kata kunci: kondisi lingkungan fisik, stres kerja.
4
KONDISI LINGKUNGAN FISIK DAN STRES KERJA KARYAWAN PT TELKOM PEKALONGAN Pengantar Latar Belakang Bekerja selalu disertai faktor-faktor yang mengandung risiko bahaya dengan terjadinya kecelakaan maupun penyakit akibat kerja. Setiap ancaman terhadap keselamatan dan kesehatan kerja harus dicegah. Karena ancaman seperti itu akan membawa kerugian baik material, moril maupun waktu terutama terhadap kesejahteraan tenaga kerja dan keluarganya. Lebih- lebih perlu disadari bahwa pencegahan terhadap bahaya tersebut jauh lebih baik daripada menunggu sampai kecelakaan terjadi yang biasanya memerlukan biaya yang lebih besar untuk penangananan pemberian kompensasinya. Sedangkan kenyamanan tenaga kerja dalam bekerja akan memberikan keuntungan yang banyak bagi tenaga kerja sendiri maupun perusahaan. Disamping produktivitas tenaga kerja meningkat, pendapatan perusahaan pun akan meningkat. Kenyamanan karyawan yang terjadi karena lingkungan fisik kerja yang kondusif akan menyebabkan karyawan mempunyai motivasi kerja yang tinggi, sebaliknya jika karyawan merasa terancam karena kondisi lingkungan fisik kerjanya maka akan timbul stress kerja. Karyawan yang mengalami stress kerja akan menunjukkan perilaku yang kontraproduktif terhadap prestasi kerja. Faktor budaya bagi sebuah perusahaan yang berorientasi profit akan dipengaruhi oleh penekanan dinamis antara empat faktor dasar dalam bisnis yaitu : produktifitas, kualitas, biaya, dan keselamatan (safety) (Du Pont dalam Marian
5
dan Rosyid, 2002). Faktor keselamatan tanpa pemenuhan produksi yang berkualitas akan menyebabkan industri menjadi tidak berarti apa-apa. Sementara itu ketika karyawan diberi beban kerja yang berlebih, akan sama artinya dengan penekanan terhadap karyawan. Sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja perusahaan dapat ditumbuh kembangkan melalui perilaku karyawan yang terfokus pada keselamatan,
produksi yang berkualitas, dan memastikan
keselamatan bagi setiap karyawan. Keselamatan dan kesehatan karyawan berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan dan pada gilirannya akan mempengaruhi keberhasilan organisasi, untuk itu diperlukan pemahaman tentang pelaksanaan programnya. Usaha keselamatan dan kesehatan kerja memerlukan partisipasi dan kerjasama dari semua pihak yaitu pemerintah, pengusaha dan pekerja. Bentuk partisipasi yang memenuhi dasar pemikiran tersebut adalah partisipasi langsung dalam wadah panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan-perusahaan dan di tempat-tempat kerja lainnya. Ketidakamanan dari kondisi tersebut dapat dikurangi dengan mendesain pekerjaan sedemikian rupa untuk mengurangi kecelakaan kerja dan sebagai tambahan penyelia dan manajer berperan dalam mengurangi kondisi yang kurang aman ini dengan melakukan pengecekan untuk mengenali dan mengatasi kecelakaan yang mungkin terjadi (Mutiara S. Panggabean, 2002). PT.Telkom Pekalongan merupakan badan usaha milik Negara yang bergerak dibidang pelayanan jasa telekomunikasi. Sebuah perusahaan yang harus bersaing dengan beberapa perusahaan jasa telekomunikasi lainnya. Karena saat ini banyak
6
pesaing bagi perusahaan Telkom terutama operator seluler yang sekarang ini banyak bermunculan. Untuk meningkatkan produktivitas dan kelangsungan hidup perusahan Telkom maka sangat diperlukan peningkatan produktivitas dari karyawan. Untuk meningkatkan produktivitas karyawan, salah satu usahanya adalah dengan menciptakan rasa aman dan nyaman pada karyawan selama bekerja di kantor lingkungan kerja. Kondisi lingkungan fisik kantor Telkom Pekalongan cukup baik. Kantor ini menempati tanah seluas 200 m2 dengan bangungan dua lantai dengan luas bangunan 150 m2 . Memasuki depan gedung, ada pos Satpam dan pelataran yang digunakan tempat parkir kendaraan roda dua maupun roda empat. Kondisi taman cukup asri dengan beberapa pohon perindang di depan dan samping kantor dan disertai dengan berbagai tanaman penutup lain. Hampir semua ruangan menggunakan alat pengatur temperature udara (AC), kondisi ruang selalu bersih karena ada petugas office boy, tersedia minuman berupa teh manis di setiap tempat duduk karyawan dan air mineral dalam gallon. Kondisi ruangan di secretariat cukup berbeda disbanding ruang lain karena di sini tempat kerja General Manager (GM) yakni lebih sepi, rapi, wangi tertata bagus. Di ruangan lain seperti di SDVAS dimana banyak orang keluar masuk tidak disediakan ruang tamu sehingga karyawan sering tidak punya privasi dan mengeluh karena terlalu gaduhnya. Sedangkan di ruangan Customer Service (CS) dimana pelanggan mengadukan berbagai masalah terkait layanan Telkom, di sana hanya tersedia kursi tunggu 16 pada ruangan seluas 36 m2 . Di ruang CS, sering ada pelanggan yang harus antri di luar dank arena seringnya pelanggan berbicara
7
dengan pelanggan lain, maka CS sering mengeluhkan ganguan konsentrasi, maupun sering dibuat kesal pelanggan karena merasa ruang tunggu kurang nyaman meski sudah ber-AC. Dengan iklim persaingan yang ketat antar perusahaan yang bergerak dalam bidang telekomunikasi, maka perusahaan yang serius mengandalkan kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) niscaya akan menjadi pemenang. Salah satu upaya menjadi pemenang adalah meningkatkan prestasi kerja karyawan, dengan menciptakan kondisi lingkungan fisik kerja yang nyaman sehingga karyawan jauh dari berbagai stressor. Dengan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana pengaruh kondisi lingkungan fisik terhadap stress kerja.
Metode Penelitian Subjek Penelitian Pengambilan subjek dalam penelitian ini menggunakan metode purpossive sampling dimana pemilihan subjek dilakukan berdasarkan pertimbanganpertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yakni subjek yang secara langsung berhadapan dengan masalah keselamatan dan kesehatan kerja karyawan (Sugiyono, 2005). Metode Pengmpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode wawancara. Wawancara adalah proses percakapan dengan maksud untuk mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, motivasi, perasaan, dan sebagainya, yang dilakukan dua pihak yaitu pewawancara
8
(interviewer)
yang
mengajukan
pertanyaan
dengan
yang
diwawancarai
(interviewee) (Bungin, 2003). Wawancara pada penelitian kualitatif dilakukan untuk memperoleh pengetahuan tentang makna- makna subjektif yang dipahami oleh individu berkenaan dengan topik yang diteliti, dan bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut (Poerwandari, 2005). Alat bantu wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah mp3, yang berfungsi untuk merekam wawancara sehingga mempermudah peneliti dalam menyusun transkrip wawancara serta mempermudah dalam menganalisa data. Selain itu juga proses wawancara mengacu pada interview guide (pedoman wawancara) yang disusun berdasarkan teori yang ada. Interview guide disusun dengan maksud agar wawancara bisa lebih terfokus dan dapat mengungkap data yang diharapkan dengan lebih mendalam. Selain itu peneliti juga akan menggunakan metode tambahan yaitu tinjauan dokumen-dokumen untuk mengetahui data-data tentang upaya keselamatan dan kesehatan kerja di perusahaan Telkom Pekalongan.
Metode analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis tematik. Analisis tematik merupakan proses mengkode informasi, yang dapat menghasilkan daftar tema, model tema atau indikator yang kompleks, kualifikasi yang biasanya terkait dengan tema itu, atau hal-hal diantara atau gabungan yang telah disebutkan. Tema tersebut secara minimal dapat mendeskripsikan fenomena, dan secara maksimal memungkinkan intepretasi tema (Boyatzis dalam
9
Poerwandari, 2005). Data yang telah diperoleh tersebut kemudian ditulis dalam bentuk catatan hasil wawancara (transkripsi verbatim) yang sedemikian rupa sehingga terdapat kolom yang cukup di sebelah kiri dan kanan verbatim untuk melakukan penomeran secara kontinyu pada baris perbaris dan pemadatan informasi pada uraian hasil wawancara. Ini adalah tahap awal dari pengkodean.
Transkripsi verbatim di analisis dengan langkah- langkah analisis yang disarankan oleh Strauss & Corbin (Poerwandari, 2005) dapat dilakukan melalui langkah-langkah : a. Open Coding (koding terbuka)
Pada koding-koding ini memungkinkan mengidentifikasi kategorikategori, properti-properti dan dimensi-dimensinya.
b. Axial Coding (koding aksial) Pada tahap koding aksial mengorganisasikan data dengan cara baru melalui dikembangkan hubungan-hubungan (koneksi) diantara ketegorikategori, atau diantara subkategori-subkategori dibawahnya. Subkategorisubkategori dikaitkan dengan kategori diatasnya melalui set hubunganhubungan.
c. Selective Coding (koding selektif)
10
Peneliti menyeleksi kategori yang paling mendasar, secara sistematis menghubungkannya dengan kategori-kategori lain dan memvalidasi hubungan tersebut.
Penggunaan analisis tematik me mungkinkan peneliti menemukan ‘pola’ yang pihak lain tidak melihatnya secara jelas. Pola atau tema tersebut tampil seolah secara acak dalam tumpukan informasi yang tersedia (Poerwandari, 2005). Setelah kita menemukan pola (‘seing’), kita akan mengklasifikasi atau meng ‘encode’ pola tersebut (“seing as”) dengan memberi label, definisi atau deskripsi (Boyatzis dalam poerwandari, 2005). Penggunaan analisis tematik diharapkan akan lebih memudahkan dalam menyajikan data secara lebih sistematik dan logis.
Hasil penelitian Pada penelitian ini mendapatkan gambaran mengenai upaya keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Telkom Pekalongan sesuai aspek-aspek yang ingin diungkap dengan berpedoman pada interview guide yang merupakan penjabaran dari pertanyaan penelitian yaitu Pertama adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, kebijakan serta prosedur, PT Telkom Pekalongan sudah menerapkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja sejak tahun 2007. Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta tim atau satgas K3 juga sudah dibentuk, namun hanya satgas pengamanan yang saat ini berjalan dengan baik. Sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan dan lainnya sudah dilaksanakan di setiap unit sejak awal dibentuknya program keselamatan dan kesehatan kerja. Sedangkan prosedur untuk sangsi bagi yang
11
melanggar ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja disampaikan oleh kelima responden bahwa jika ada karyawan maupun mitra yang melanggar ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja ditempat yang berbahaya maka karyawan tersebut pertama kali akan dikenai teguran lisan sampai pada akhirnya di black list untuk mitra dan dikenai sangsi administrasi untuk karyawan. Program kesehatan juga sangat penting dalam menjamin kesehatan para karyawan.Untuk karyawan tetap sudah ada dokter kontrak, rumah sakit kontrak, apotik kontrak, dan general check up setiap satu tahun sekali, sedangkan untuk mitra, jaminan kesehatan dipegang oleh Jamsostek. Kedua, identifikasi alat/bahan yang berbahaya. Di PT Telkom Pekalongan, sudah diidentifikasi bahan yang berbahaya. Bahan berbahaya yang digunakan adalah accu zuur, dan asam sulfat untuk pengisian baterai. Sedangkan untuk pengelolaan dan pemeliharaan, menurut keterangan PB dan TS belum baik karena penempatannya belum tersendiri, masih berdekatan atau bercampur dengan bahan lainnya. Ketiga, mengupayakan
pencegahan pencegahan
kebakaran, kebakaran
PT
Telkom
dengan
Pekalongan
baik.
Dengan
sudah sudah
dilaksanakannya simulasi bahaya kebakaran yang bekerja sama dengan PMI, Dinas Pemadam Kebakaran dan Dinas Kepolisian. Selain simulasi kebakaran, peralatan untuk menangani kebakaran juga sudah dipersiapkan disetiap tempat di Telkom Pekalongan, seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR), bonpet dan alarm peringatan kebakaran.
12
Keempat, pencegahan kebisingan. Di perusahaan Telkom Pekalongan ini, terdapat sumber kebisingan yaitu mesin diesel yang tidak begiu signifikan terhadap karyawan yang bekerja didalam ruangan karena penempatnnya cukup jauh dari ruang kerja karyawan. Usaha untuk meminimalisir kebisingan juga sudah dilakukan oleh pihak Telkom Pekalongan, jika ada petugas yang masuk keruangan diesel maka sudah disediakan alat pelindung telinga berupa hearing protector, dan untuk peredam suara pihak Telkom masih mengusahakanya. Kelima, sistem pencahayaan, ada beberapa ruangan yang sistem pencahayaannya masih kurang. Namun karyawan tidak mempermasalahkan hal itu. Dan keenam, upaya keselamatan dan kesehatan kerja lainnya, tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi karyawan berupa hearing protector, sabuk pengaman, topi pengaman, tangga, wear pack, masker, dan sarung tangan. Sertifikasi peralatan berupa genset dan penyalur petir. Itu berarti peralatan tersebut sudah me menuhi standar dalam penggunaannya. Rambu-rambu yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta kotak P3K juga sudah tersedia disetiap ruangan. Pengukuran faktor fisik, kimia dan biologi lingkungan kerja sudah dilakukan dengan hasil masih dalam batas normal. Fasilitas lain yang diberikan adalah kursi dan meja yang sesuai ergonomi dan smoking area bagi para perokok. Pembahasan Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu faktor pendukung meningkatnya produktivitas baik karyawan maupun perusahaan. Karena dengan terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja, karyawan akan merasa aman dan
13
nyaman selama bekerja sehingga karyawan akan memberikan kinerja yang maksimal kepada perusahaan. Manfaat diterapkannya sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja adalah memberikan perlindungan kepada karyawan, memperlihatkan kepatuhan pada peraturan dan undang-undang, mengurangi biaya premi asuransi yang diakibatkan oleh kecelakaan kerja, membuat sistem manajemen yang efektif dan meningkatkan kepercayaan dan kepuasan pelanggan (Suardi, 2005). Faktor lingkungan kerja yang perlu diperhatikan didalam tempat kerja meliputi mikroklimat, kebisingan ditempat kerja, penerangan ditempat kerja, dan kualitas udara dalam ruang kerja (Tarwaka, 2004). Untuk itu diperlukan upaya keselamatan dan kesehatan kerja yang tentunya berhubungan dengan faktor lingkungan kerja tersebut. Namun bentuk upaya lain sangat penting bagi keamanan dan kenyamanan karyawan dalam bekerja, seperti ancaman kebakaran, bahan berbahaya dan tersedianya obat-obatan yang diperlukan. Penelitian ini menggunakan 5 responden yang merupakan karyawan dari PT Telkom Pekalongan. Responden tersebut sudah dapat menjelaskan upaya apa saja yang sudah dilakukan PT Telkom Pekalongan guna menjamin keselamatan dan kesehatan karyawannya. Dari hasil penelitian diperoleh keterangan dari responden tentang upaya keselamatan dan kesehatan karyawan PT Telkom Pekalongan, adalah sebagai berikut : 1. Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, kebijakan serta prosedur
14
Adanya program keselamatan dan kesehatan kerja, keijakan serta prosedur merupakan langkah awal dalam melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan. Berdasarkan keterangan dari responden PB dan TS, program keselamatan dan kesehatan kerja PT Telkom dimulai dari tahun 2007 dan sudah dibentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) serta Tim K3 yang terdiri dari tim 6R (Ringkas, Rapi, Rawat, Ramah, Resik, Rajin) dan tim tanggap darurat (evakuasi, P3K dan pengama nan). Dari keterangan responden PB, tim atau satgas tersebut yang paling jalan hanyalah pengamanan, sedangkan untuk tim yang lainnya belum jalan sama sekali. Sosialisasi keselamatan dan kesehatan kerja bagi karyawan dan lainnya sudah dilaksanakan disetiap unit sejak awal dibentuknya program keselamatan dan kesehatan kerja. Hal ini disampaikan oleh responden PB yang kemudian diperkuat dengan keterangan dari TS yang menyebutkan sosialisasi sudah disampaikan kesemua pegawai termasuk mitra, mulai dari satpam sampai cleaning service. Responden FJ dan IS juga telah memberikan keterangan mengenai adanya sosialisasi yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Prosedur untuk sangsi bagi yang melanggra ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja disampaikan oleh kelima responden bahwa jika ada karyawan maupun mitra yang melanggar ketentuan keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya tidak memakai Alat Pelindung Diri (APD) selama bekerja ditempat yang berbahaya maka karyawan tersebut pertama kali akan dikenai teguran lisan sampai pada akhirnya di black list untuk mitra dan dikenai sangsi administrasi
15
untuk karyawan. Menurut responden IH, Alat Pelindung Diri (APD) harus dipakai pada saat bekerja agar selama bekerja kita merasa selamat dan sehat. Program kesehatan juga sangat penting dalam menjamin kesehatan para karyawan. Dari kelima responden telah menyampaikan tentang adanya jaminan kesehatan bagi karyawan. Untuk karyawan tetap sudah ada dokter kontrak, rumah sakit kontrak, apotik kontrak, dan general check up setiap satu tahun sekali, sedangkan untuk mitra, jaminan kesehatan dipegang oleh Jamsostek. Selain jaminan pemeriksaan gratis, menurut keterangan SH, setiap Jum’at pagi juga diadakan Senam Kesegaran Jasmani (SKJ). 2. Kondisi fisik terhadap psikologis responden Berdasarkan penelusuran terhadap para responden diketahui bahwa jika kondisi fisik kondusif maka akan muncul kenyamanan karyawan dalam bekerja, akan tetapi jika kondisi fisik tidak kondusif maka yang muncul adalah stress kerja. Pada ruangan secretariat, dimana suasana ruangan sepi, tidak banyak orang berjubel, suhu udara sangat nyaman, tidak ada peralatan atau bahan berbahaya, penerangan sangat memadai, kebersihan yang terjamin dan didukung oleh kursi dan meja kerja yang nyaman maka karyawan yang bekerja di bagian ini sangat merasakan kenyamanan. Kenyamanan ini menimbulkan karyawan yang bekerja lebih dapat memfokuskan pikiran, mudah berkonsentrasi dan lebih cepat menyelesaikan pekerjaan serta gembira saat berangkat maupun pulang dari kantor. 3. Identifikasi alat/bahan yang berbahaya
16
Adanya alat/bahan yang berbahaya ditempat kerja sangat berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja. Sehingga perusahaan harus mengidentifikasi alat/bahan berbahaya apa saja yang digunakan ditempat kerja tersebut, yang nantinya
harus
ada
tindak
lanjut
dari
perusahaan
mengenai
pengelolaan/pemeliharaan serta jaminan keselamatan dan kesehatan bagi para karyawan. Di PT Telkom Pekalongan, sudah diidentifikasi bahan yang berbahaya. Dari keterangan responden PB dan TS, bahan berbahaya yang digunakan adalah accu zuur, dan asam sulfat untuk pengisian baterai. Sedangkan untuk pengelolaan dan pemeliharaan, menurut keterangan PB dan TS belum baik karena penempatannya belum tersendiri, masih berdekatan atau bercampur dengan bahan lainnya. Seharusnya penempatan bahan/alat yang berbahaya terpisah dari bahan-bahan lainnya. 4. Pencegahan kebakaran Setiap bangunan baik itu rumah maupun gedung perkantoran sangat berpotensi terhadap kebakaran. Untuk itu perlu dilakukan pencegahan kebakaran bagi setiap bangunan, terutama digedung perkantoran dimana banyak orang yang berada didalam gedung. PT Telkom Pekalongan sudah mengupayakan pencegahan kebakaran dengan baik. Menurut keempat responden yaitu PB, TS, SH dan IH sudah dilaksanakan simulasi bahaya kebakaran yang bekerja sama denga n PMI, Dinas Pemadam Kebakaran dan Dinas Kepolisian. Semua panitia termasuk P2K3 juga sudah mendapatkan sertifikat pelatihan mengenai penanganan bahaya kebakaran. Dari keterangan responden TS, simulasi bahaya kebakaran dilaksanakan selama dua hari yaitu
17
tanggal 27 dan 28 Agustus 2008. Dengan dilaksanakannya simulasi kebakaran semua karyawan mengerti bagaimana dan harus kemana jika terjadi bencana kebakaran. Selain simulasi kebakaran, peralatan untuk menangani kebakaran juga sudah dipersiapkan disetiap tempat di Telkom Pekalongan, seperti Alat Pemadam Api Ringan (APAR), bonpet dan alarm peringatan kebakaran. Keterangan tersebut didapat dari ketiga responden yaitu FJ, SH dan IH. Untuk pemeliharaan APAR, menurut keterangan dari responden FJ dan SH, setiap bulan dilakukan check list mengenai kondisi APAR dan dijunkir balikkan agar kandungan yang didalamnya tidak mengendap sehingga kondisi APAR selalu dalam keadaan siap. 5. Pencegahan kebisingan Usaha untuk meminimalisir kebisingan juga sudah dilakukan oleh pihak Telkom Pekalongan. Jika ada petugas yang masuk keruangan diesel maka sudah disediakan alat pelindung telinga berupa hearing protector, dan untuk peredam suara pihak Telkom masih mengusahakanya. Namun selain itu, ruangan diesel juga sudah dipasang knalpot (gas pembuang) diluar untuk meredam suara dan mesin diesel tersebut sudah diukur kebisinganya dan hasilnya sudah memenuhi standar. 6. Sistem pencahayaan Pencahayaan yang baik diruang kerja sangat dibutuhkan setiap karyawan dalam mengerjakan aktivitasnya. Pencahayaan yang kurang ataupun yang
18
berlebihan dapat mengakibatkan penyakit kerja, baik itu berupa kelelahan mata, kelelahan mental sampai dengan kerusakan alat indera. Dari keterangan responden PB menyebutkan bahwa ruang kerja nya masih kurang pencahayaannya, namun responden tidak mempermasalahkan hal tersebut. Sedangkan responden TS menyebutkan bahwa di Ruang billing lantai dua masih ada pencahayaan yang kurang namun untuk ruangan yang lainnya sudad dalam batas normal. Berbeda dengan responden FJ yang menyatakan tidak ada keluhan sama sekali tentang sistem pencahayaan, responden merasa sistem pencahayaannya sudah cukup. 7. Upaya keselamatan dan kesehatan kerja lainnya Berbagai macam bentuk upaya keselamatan dan kesehatan kerja sudah dilakukan oleh PT Telkom Pekalongan dalam rangka menjamin keselamatan dan kesehatan karyawan agar merasa aman dan nyaman dalam bekerja. TS menyatakan bahwa PT Telkom Pekalongan sudah mendapatkan sertifikasi peralatan berupa genset dan penyalur petir. Itu berarti peralatan tersebut sudah memenuhi standar dalam penggunaannya. Tersedianya Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi karyawan yang bertugas ditempat yang berpotensi kecelakaan dan memerlukan alat pelindung dalam melakukan pekerjaannya. PT Telkom Pekalongan telah menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) guna menjamin keselamatan karyawan yang berupa hearing protector, sabuk pengaman, topi pengaman,
19
tangga, wear pack, masker, dan sarung tangan. Pendistribusian APD dari Divre ke unit- unit terkait sudah dilakukan pada bulan Juli 2008. Petunjuk dan larangan yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja sangat dibutuhkan karyawan dan semua orang yang ada didalam gedung guna mengetahui larangan dan petunjuk tentang keselamatan dan kesehatan kerja diperusahaan. Menurut keterangan dari responden TS, rambu-rambu keselamatan kerja sudah lengkap, misalnya rambu larangan merokok didalam ruangan dan rambu bahan bakar berbahaya. Responden FJ menambahkan bahwa rambu-rambu parkir sudah tersedia untuk roda dua dan empat, rambu assembly point untuk tempat berkumpul jika terjadi bencana, arah petunjuk pintu darurat dan rambu-rambu keluar jika terjadi bencana dan lampu exit. Sedangkan kedua responden lagi yaitu SH dan IH menambahkan keterangan tentang rambu-rambu untuk panel listrik dan tangki bahan bakar. Tersedianya P3K sangat penting dilingkungan kerja karena suatu saat karyawan
dan
orang
lain
pasti
membutuhkan
obat-obatan
untuk
menyembuhkan luka atau sakit yang diderita. Untuk itu PT Telkom Pekalongan juga menyediakan box P3K disetiap ruangan beserta check listnya. Check list digunakan untuk mengetahui obat apa saja yang sudah habis atau kadaluarsa sehingga pihak Telkom dapat mengganti obat yang sudah habs atau kadaluarsa dengan yang baru. Dalam empat tahun terakhir PT Telkom Pekalongan tidak mendapati adanya kecelakaan kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya surat keterangan
20
zero accident dari Jamsostek (Lampiran2) dan keterangan dari dua responden, PB dan TS. Responden TS juga menyatakan bahwa sudah ada analisa resiko ditempat-tempat tertentu dan sudah dilakukan pengujian indoor air quality, ergonomic, kualitas udara emisi dan kualitas udara ambien oleh Hiperkes. Sedangkan responden SH memberikan keterangan bahwa PT Telkom Pekalongan sudah menyediakan tangga darurat jika terjadi sesuatu, karyawan yang berada dilantai dua dan tiga dapat menggunakan tangga darurat untuk menyelamatkan diri. Tersedianya smoking area untuk karyawan yang ingin merokok dan fasilitas kursi serta meja yang sesuai dengan ergonomi disampaikan oleh responden IH. Untuk pengujian indoor air quality, ergonomic, kualitas udara emisi dan kualitas udara ambien oleh Hiperkes, hasilnya sebagian besar masih dalam batas normal kecuali sistem pencahayaan yang masih kurang dibeberapa ruangan. Hal ini berarti upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja karyawan PT Telkom Pekalongan sudah sangat baik. Kesimpulan Upaya keselamatan yang sudah dilakukan PT Telkom Pekalongan berupa pencegahan kebakaran yang diterapkan dalam simulasi bencana kebakaran pada tanggal 27 dan 28 Agustus 2008, alarm peringatan kebakaran serta alat pemadam api ringan yang sudah ditempatkan disetiap ruangan. Pencegahan kebisingan juga sudah dilakukan dengan memberikan alat pelindung telinga berupa hearing protector bagi petugas yang masuk kedalam ruang diesel serta dengan memasang knalpot (gas pembuang) agar suaranya tidak terlalu keras. Selain itu PT Telkom
21
Pekalongan juga sudah menyediakan alat pelindung diri untuk karyawan yang bekerja ditempat tertentu. Pengadaan tangga darurat dan rambu-rambu yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan kerja berguna untuk mengetahui arah dan petunjuk jika terjadi bencana. Sedangkan pengujian indoor air quality, ergonomic, kualitas udara emisi dan kualitas udara ambien oleh Hiperkes bertujuan untuk mengukur faktor fisik, faktor kimia dan faktor biologi. Hasil yang diperoleh sebagian besar masih normal. Kejadian kecelakaan kerja juga tidak ada, hal ini dibuktikan dengan adanya surat keterangan zero accident dari Jamsostek. Dari beberapa keterangan diatas, dapat disimpulkan upaya keselamatan kerja karyawan PT Telkom Pekalongan sudah cukup baik. Upaya kesehatan yang sudah dilakukan PT Telkom Pekalongan adalah dengan memberikan jaminan kesehatan berupa fasilitas dokter kontrak, rumah sakit kontrak, apotik kontrak dan general check up yang diadakah setiap satu tahun sekali. Selain itu disetiap ruangan disediakan kotak P3K bagi karyawan ataupun orang lain yang membutuhkan obat-obatan, smoking area juga sudah disediakan untuk karyawan atau tamu yang ingin merokok. Berdasarkan keterangan diatas, dapat disimpulkan upaya kesehatan bagi karyawan sudah baik. Kondisi lingkungan fisik kantor secara umum sudah baik, ini diakui para karyawan yang menyatakan lingkungan fisik yang nyaman mampu mendorong prestasi kerja me reka. Akan tetapi, untuk bagian tertentu seperti SDvast maupun CS, mereka masih mengeluhkan kurang tertatanya ruangan kantor, luas yang kurang memadai ataupun tidak adanya sekat ruangan guna menjaga privasi sehingga membuat mereka terkadang merasakan stress saat bekerja di kantor. Hal
22
ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan fisik karyawan berpengaruh terhadap kondisi psikologis karyawan, dimana hal itu dapat berdampak baik maupun dapat berdampak buruk yakni menjadi stressor bagi karyawan. Saran a. Saran untuk perusahaan terkait b. Untuk
menghindari
pencahayaan
yang
kurang
baik
diperlukan
pembersihan lampu secara teratur, pengecatan kembali permukaan dalam ruangan ataupun penggantian lampu yang kurang atau tidak berfungsi. c. Diperlukan penataan ulang untuk bagian-bagian kantor tertentu yang kurang kondusif bagi karyawan dan bahkan menjadi stressor seperti: bagian SDVAS maupun bagian CS yang kelihatan semrawut agar stressor berubah menjadi pendorong prestasi kerja karyawan. d. Agar secara periodik, manajemen mengamati tingkat stres kerja karyawan. Jika karyawan sudah jenuh dan mengalami stres kerja maka sebaiknya karyawan diberikan penanganan psikologis yang tepat, seperti konseling maupun diberikan pelatihan penanganan stres ataupun hiburan permainanpermainan untuk mengurangi stres seperti outbond maupun alternatif lainnya. e. Saran untuk peneliti selanjutnya Penelitian ini menggunakan metode wawancara dan tinjauan dokumen, diharapkan untuk penelitian selanjutnya menggunakan metode tambahan yaitu
23
observasi agar data yang didapat lebih lengkap dari penelitian sebelumnya. Dalam pelaksanaan wawancara banyak terjadi kekurangan seperti kurang mendalam dan kurang terfokus, sehingga data yang didapat kurang mendalam. Peneliti menyarankan pada penelitian selanjutnya jika menggunakan metode wawancara sebagai metode penelitian hendaknya diusahakan wawancara dilakukan dengan lebih mendalam. Dan sebelum melakukan wawancara, sebaiknya peneliti sudah memahami mengenai teknik-teknik wawancara agar dapat mengembangkan proses wawancara dengan baik, terarah dan mendalam.
24
DAFTAR PUSTAKA
Bungin, B. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif : Aktualisasi Metodologis ke Arah Varian Kontemporer. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Marian, L. dan Rosyid, H. F. 2002. Keikatan Kerja Karyawan Ditinjau Dari Budaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jurnal Psikologika UII nomor 14 volume VII. Yogyakarta : UII Press. Panggabean, S.M. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bogor : Ghalia Indonesia Poerwandari. 2005. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Jakarta : Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3) Fakultas Psikologi UI. Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.