NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA SISWA – SISWI KELAS KHUSUS SISWA BERBAKAT SMU N 1 WONOSARI
Oleh : Mutiara Nur Zulaikha Sonny Andrianto
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
i
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL PADA SISWA – SISWI KELAS KHUSUS SISWA BERBAKAT SMU N 1 WONOSARI
Telah Disetujui Pada Tanggal
__________________________
Dosen Pembimbing Utama
(Sonny Andrianto, S.Psi., M.Si)
ii
HUBUNGAN KOMPETENSI INTERPERSONAL DENGAN EFIKASI DIRI PADA SISWA – SISWI KELAS KHUSUS SISWA BERBAKAT SMU N 1 WONOSARI
Mutiara Nur Zulaikha Sonny Andrianto
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan positif antara Efikasi Diri dengan Kompetensi Interpersonal pada Siswa – Siswi Kelas Khusus Siswa Berbakat SMU N 1 Wonosari. Semakin intrinsik atau tinggi efikasi diri yang dimiliki oleh seseorang maka akan merasakan tingkat kompetensi interpersonal yang tinggi pula. Sebaliknya, semakin rendah efikasi diri, maka akan merasakan kompetensi interpersonal yang rendah pula. Subjek dalam penelitian ini adalah 49 siswa kelas khusus siswa berbakat SMU N 1 Wonosari kelas XI. Peserta kelas khusus siswa berbakat adalah siswa – siswi kelas akselerasi dan kelas internasional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling, Adapun skala yang digunakan adalah skala Kompetensi Interpersonal yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Buhrmester, dkk (1988) yang berjumlah 50 aitem, dan skala Efikasi Diri yang mengacu pada aspek yang dikemukakan oleh Bandura (Musfirah, dkk 2003), yang berjumlah 30 aitem dan masing – masing skala di buat sendiri oleh peneliti. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas program Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 12.0. program ini dipakai dengan tujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara Efikasi Diri dengan Kompetensi Interpersonal pada Siswa – Siswi Kelas Khusus Siswa Berbakat SMU N 1 Wonosari. Korelasi product moment dari Pearson menunjukkan koefisien korelasi r = 0,654 dan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Kata Kunci : Kompetensi Interpersonal, Efikasi Diri, Kelas Khusus Siswa Berbakat, kelas akselerasi, kelas internasional.
iii
PENGANTAR
Latar Belakang Masalah Perkembangan remaja pada masa pendidikan adalah perkembangan sosialnya karena pada masa ini remaja mulai mengembangkan ruang lingkup pergaulan diluar rumah, yaitu lingkungan bermasyarakat. Pada masa itu remaja akan mulai merasakan bahwa pentingnya memiliki suatu hubungan yang sukses dengan teman sebaya. Remaja memiliki pandangan yang berbeda-beda dilingkungan masyarakat. Idealnya seorang remaja adalah pertama semakin berkembangnnya sifat toleran, empati, memahami, dan menerima pendapat orang lain, kedua semakin santun dalam menyampaikan pendapat dan kritik kepada orang lain, ketiga adanya keinginan untuk selalu bergaul dengan orang lain dan bekerja sama dengan orang lain, keempat suka menolong kepada siapa yang membutuhkan pertolongan, kelima kesediaan menerima sesuatu yang dibutuhkan dari orang lain, keenam bersikap hormat, sopan, ramah, dan menghargai orang lain (Ali dan Asrori, 2005). Sikap ideal remaja atau siswa-siswi yang memiliki keberbakatan dalam lingkungan pendidikan adalah anak yang memiliki rasa keingin tahuan, imajinatif, berani mengambil resiko, tekun, bertanggung jawab, disiplin, kerja keras, keteguhan, berdaya juang, pemahaman terhadap diri sendiri, pemahaman terhadap orang lain, pengendalian diri, kemandirian, penyesuaian diri, harkat diri, berbudi pekerti (Alsa, 2007).
iv
Kenyataannya saat ini siswa cenderung kehilangan aktivitas sosialnya yang penting dalam usia sebenarnya. Akibatnya, siswa akan mengalami kekurangan jumlah dan frekuensi pertemuan dengan teman-temannya. Seperti yang dikatakan kepala bimbingan konseling SMA N 1 Wonosari bahwa siswa sekelasnya yang lebih tua kerang setuju memberikan perhatian dan respek pada teman sekelasnya yang lebih muda usia karena dianggapnya masih kecil, sedangkan teman satu tingkat dengan mereka menganggap mereka adalah kelompok kecil. Kemudian diruangruang kelas, guru memperlakukan siswa dengan dipacu terus menerus agar dapat mencapai lebih dari terget. Target kurikulum selalu menjadi alasan bagi para pengajar untuk memaksa siswa agar cepat-cepat menguasai pelajaran, dan sepertinya mereka tidak perduli pada kondisi mental anak yang seharusnya mereka belum belajar atau menampung ilmu sebanyak itu tetapi para pengajar terus menekan mereka agar dapat mengerti semua materi. Jam pelajaran di sekolah terkadang memang dirasakan sangat kurang untuk mempelajari semua materi yang ditargetkan oleh dinas pendidikan dan sekolah, dengan begitu pihak orang tua sering kali memberikan jalan pintas agar putra-putri mereka dapat mengerti semua pelajaran yang diajarkan, salah satunya yaitu dengan cara siswa mengikuti jam tambahan yang biasanya dilakukan sebelum pelajaran yaitu jam ke- 0 atau sesudah jam pelajaran sore hari atau program les diluar sekolah. Adanya anggapan dari anak-anak reguler yang melihat anak-anak kelas khusus tampak seperti kelompok kecil diantara kelompok-kelompok besar, kemudian letak kelas yang memang sedikit lebih jauh dari kelas reguler lainnya terkadang
v
menyebabkan siswa kelas khusus enggan untuk turun kelantai satu jika tidak ada keperluan tertentu, dan hal tersebut membuat mereka lebih cenderung bergaul atau bermain dengan teman satu kelasnya saja. Hal ini menyebabkan siswa akan kehilangan kesempatan dalam ketrampilan bersosialisasi yang dibutuhkan dalam pengembangan karier dan sosialnya dimana depan. Adanya ketidak lancaran proses dalam ketrampilan bersosialisasi kemungkinan dikarenakan penyebabnya adalah tidak adanya keterbukaan, kemudian kesempatan untuk berinteraksi dengan teman sebaya dan dengan orang dewasa lainya, lancar atau tidaknya tergantung bagaimana cara berkomunikasi individu itu sendiri. Pihak sekolah kebanyakan memberikan perlakuan yang berbeda pada siswa khusus dengan reguler. Misalnya dalam proses pembelajaran untuk kelas khusus terutama di kelas internasional, diharapkan tenaga dari luar yang terdiri dari pada alumni bergelar Ph.D dan doktor dalam negeri dapat membantu. Kemudian dalam penerimaan siswa baru, calon siswa kelas kelas khusus sebelumnya menjalani seleksi ketat yang diselenggarakan sekolah. Mereka diuji kemampuan akademis (bahasa Inggris, Matematika, dan ilmu-ilmu sains lainnya), tes bakat, dan wawancara yang harus dilakukan dalam bahasa Inggris. Perbedaan itu secara tidak langsung sudah membentuk pandangan siswa, bahwa mereka berbeda, sehingga menyebabkan siswa kelas khusus tampak terbatas dalam proses interaksi. Proses interaksi merupakan bagian dari penentu kesuksesan seseorang dalam meniti kehidupan. Karena individu bukan hanya memerlukan anak bangsa yang
vi
pandai, tetapi juga anak bangsa yang seimbang dangan kehidupan sosialnya. Salah satu kualitas hidup seseorang yang banyak menetukan keberhasilan menjalin komunikasi dengan orang lain adalah kompetensi interpersonal atau hubungan antara individu dengan individu (Nashori dan Sugiyanto, 2000). Hubungan individu dengan individu tersebut diartikan bahwa hubungan terbatas pada satu individu dengan individu, bukan hubungan antara individu dengan orang banyak atau masyarakat sosial pada umumnya dan hubungan didalamnya terasa lebih efektif. Suatu hubungan dapat dikatakan efektif apabila seseorang merasakan hal yang menyenangkan bila sedang berkomunikasi dengan orang yang bersangkutan atau lawan bicaranya. Seseorang merasa senang dalam berhubungan jika orang-orang disekitarnya memiliki kemampuan untuk saling mengerti, memahami, menilai secara positif diri kita, dan memiliki kemampuan atau kompetensi, karena dengan memiliki kemampuan atau kompetensi seseorang akan lebih dihargai untuk diajak saling berhubungan, dari pada orang yang tidak memiliki kompetensi atau kemampuan untuk menjalin hubungan yang baik. Kompetensi atau hubungan yang baik pada awalnya
akan terjalin jika
seseorang memiliki penampilan yang menarik, kesamaan, kekerapan, kedekatan (Sears, dkk 1985). Pertama; Penampilan yang menarik adalah hal yang akan diperhatikan seseorang bila dianggap menarik. Kemudian yang kedua kesamaan, karena seseorang cenderung akan lebih menyukai dan terbuka jika seseorang memiliki kesamaan dengan orang yang bersangkutan. Kedua; kesamaan akan lebih
vii
kuat efeknya dari pada daya tarik fisik, karena kesamaan ini dapat menyingkirkan faktor-faktor lain seperti penampilan atau kepribadian yang dapat mempengaruhi rasa suka. Maka dari itu kompetensi atas dasar kesamaan akan lebih cepat menimbulkan hubungan persahabatan dibandingkan yang tidak memiliki kesamaan. Ketiga adalah kekerapan, karena seringnya seseorang bertemu dengan seseorang secara berulang akan meningkatkan pengenalan tentang seseorang. Hal ini menjadi langkah awal yang berguna untuk menyukai seseorang. Keempat adalah kedekatan, karena kedekatan biasanya akan meningkatkan keakraban karena individu sering berjumpa dengan orang lain. Tetapi kembali lagi pada pribadi masing – masing. Karena tiaptiap individu memiliki cara pandang dan kemampuan yang berbeda-beda dalam menciptakan hubungan sosial yang baik dan efektif. Pada akhirnya individu akan mengevaluasi dirinya bahwa ia mampu atau tidak mampu menjalin hubungan yang baik dan efektif dengan orang lain seperti yang diharapkan. Evaluasi individu terhadap kemampuan atau kompetensinya untuk melakukan sebuah tugas, mencapai tujuan atau mengatasi hambatan dinamakan efikasi diri. Efikasi diri akan membuat individu melakukan berbagai macam usaha untuk mencapai apa yang diharapkan dengan dasar kemampuan atau kompetensi yang dimiliki. Usaha-usaha tersebut akan dilakukan agar orang lain juga membalas perbuatan baik tersebut. Timbal balik tersebut akan lebih mudah membuat individu yakin untuk menjalin hubungan yang baik. Imbalan atau balasan tersebut bisa dalam bentuk sikap, atau perlakuan, atau bisa jadi karena adanya persamaan antar individu,
viii
maka akan tercipta suatu tujuan yang sama, dan akan mencapainya secara bersamaan. Seseorang memiliki efikasi yang rendah maka orang tersebut akan memiliki usaha yang rendah atau bersikap pesimis dalam mencapai suatu tujuan, sebaliknya jika seseorang yang memiliki efikasi diri yang kuat maka orang tersebut cenderung akan memiliki usaha yang besar dan optimis dalam mencapai suatu tujuan. Seseorang dengan selalu merasa optimis, besar pengaruhnya dalam proses suatu pencapaian, contohnya dalam pencapaian akademik siswa. Pencapaian akademik dilakukan berdasarkan
kumpulan materi dengan ketentuan waktu yang sudah ditetapkan
pemerintahan. Penyelenggara pendidikan mulai menyediakan pelayanan pendidikan berupa kelas-kelas khusus bagi anak-anak berbakat atau memiliki kemampuan lebih dari biasanya. Pengadaan kelas-kelas khusus tersebut berawal dari tahun 1983. dalam dunia pendidikan dasar dan menengah mulai diujicobakan pelayanan pendidikan bagi anak berbakat, tetapi karena adanya keterbatasan dana dan adanya prioritas pemerintah yang lebih besar pada pendidikan bagi anak-anak kebayakan yang saat itu dirasakan masih belum memadai, sekolah rintisan anak berbakat yang baru berjalan tiga tahun tersebut dihentikan ditengah jalan sampai dengan tahun 1989. Barulah pada
tahun
ajaran
1994/1995
departemen
pendidikan
dan
kebudayaan
memperkenalkan konsep sekolah unggul atau schools of excellence. Konsep ini mengakomodasi kebutuhan siswa-siswi dalam ketegori siswa cepat dan siswa berbakat. Dan saat ini kelas tersebut lebih dikenal dengan kelas akselerasi. Setelah
ix
berkembangnya kelas akselerasi, muncul kelas baru yaitu kelas berbasis internasional atau lebih sering disebut dengan kelas internasional. Sama seperti halnya kelas akselerasi, kelas internasional juga berisikan anak-anak yang memiliki bakat khusus. Hanya saja siswa aselerasi dapat menyelesaikan masa studinya selama dua tahun sedangkan kelas internasional tetap seperti kelas reguler lainnya yaitu selama tiga tahun. Berdasarkan rencana strategis Departemen Pendidikan Nasional tahun 20052009 menyatakan bahwa untuk meningkatkan daya saing bangsa, perlu dikembangkan sekolah bertaraf internasional pada tingkat kabupaten atau kota melalui kerjasama yang konsisten antara pemerintah dengan pemerintah kabupaten atau kota yang bersangkutan (www.bpgupg.go.id). Kelas –kelas khusus timbul adanya pendapat bahwa pengadaan kelas khusus justru membuat siswanya tidak bisa mengembangkan kemampuan sosialisasi mereka juga tak sedikit (Abdullah, 2004). Pihak sekolah kebanyakan memberikan perlakuan yang berbeda pada siswa kelas khusus dengan reguler, sehingga menyebabkan siswa kelas khusus tampak terbatas dalam proses interaksi, kemudian timbul pandangan peserta atau siswa kelas khusus menjadikan sebagai kelompok eksklusif sehingga menyebabkan mereka semakin terbatas untuk melakukan interaksi dengan temanteman di sekolahnya. Pakar pendidikan menilai ini akan berdampak negatif pada kematangan emosi peserta. Misalnya saja hilangnya nilai-nilai kerjasama, tenggang rasa, dan kebersamaan. Padahal di masyarakat nanti mereka mutlak membutuhkan
x
sekitar 80% kecerdasan emosional agar berhasil, baru sisanya kepandaian (http://www.pikiran-rakyat.com, 04/08/2002). Mengingat begitu pentingnya peran kompetensi interpersonal yang didasari dengan efikasi diri dalam berinteraksi sosial, maka peneliti ingin mengetahui apakah ada hubungan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal pada siswa – siswi kelas khusus siswa berbakat SMU N 1 Wonosari?.
xi
METODE PENELITIAN A. Subjek Penelitian Pada penelitian ini, subjek penelitiannya adalah siswa – siswi yang mengikuti kelas khusus siswa berbakat, masih duduk di bangku sekolah menengah umum, dan bersekolah di SMU N 1 Wonosari. Kelas khusus adalah kelas dimana berisikan siswa - siswi yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa belajar yang diletakkan dalam kelas khusus (Direktorat Pendidikan Luar Biasa, 2006). Sedangkan siswa berbakat adalah Anak berbakat adalah mereka yang diidentifikasikan oleh orang - orang yang berkualifikasi profesional memiliki kemampuan luar biasa dan mampu berprestasi tinggi. Anakanak ini membutuhkan program pendidikan yang terdiferensiasi atau pelayanan di luar jangkauan program sekolah reguler agar dapat merealisasikan kontribusi dirinya ataupun masyarakat (pusdiklatdepdiknas.net). Siswa – siswi ditetapkan yang bersekolah di SMU N 1 Wonosari karena di kota Yogyakarta belum banyak sekolah atau penyelenggara pendidikan yang menyediakan kelas khusus siswa berbakat bagi siswanya. B. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat, dan reliable. Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode skala mengandung butir – butir pandangan dan perasaan subjek. Ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala
xii
efikasi diri dan skala kompetensi interpersonal. Selain itu juga digunakan infomed consent yang berisi tentang identitas subjek dan kerahasiaan jawaban yang subjek berikan. Adapun kedua skala tersebut adalah sebagai berikut : 1. Skala Kompetensi Interpersonal Skala pertama yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kompetensi interpersonal. Skala ini digunakan untuk mengukur kompetensi interpersonal siswa – siswi kelas khusus siswa berbakat. Penyusunan skala kompetensi interpersonal ini mengacu pada aspek – aspek yang dikemukakan oleh Buhrmester, dkk yang terdiri dari lima aspek, yaitu kemampuan berinisiatif (initiative), bersikap asertif (negative assertion), membuka diri (disclosure), memberi dukungan emosional (emmotional suport),dan mengatasi konflik – konflik yang timbul dalam berhubungan dengan orang lain (conflict management). Jumlah aitem yang direncanakan dalam skala ini adalah sebanyak 50 aitem, yang terdiri dari 25 aitem favorable dan 25 aitem unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang memihak objek penelitian, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak memihak objek penelitian. Pola dasar pengukuran skala Kompetensi Interpersonal ini mengikuti pola metode skala likert. Pilihan jawaban memiliki 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria pemberian nilai adalah sebagai berikut : untuk aitem intrinsik yang berfungsi sebagai aitem favorable, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S mendapat nilai 3, jawaban
xiii
TS mendapat nilai 2, dan STS mendapat nilai 1. Sedangkan untuk aitem ekstrinsik yang berfungsi sebagai aitem unfavorable adalah sebagai berikut : jawaban SS mendapat nilai 1, jawaban S mendapat nilai 2, jawaban TS mendapat nilai 3, dan jawaban STS mendapat nilai 4. semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin intrinsik kompetensi interpersonalnya dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin ekstrinsik kompetensi interpersonalnya. 2. Skala Efikasi Diri Skala kedua yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala efikasi diri. Skala ini digunakan untuk mengukur efikasi diri siswa – siswi kelas kelas khusus siswa berbakat. Penyusunan skala efikasi diri ini mengacu pada aspek – aspek yang dikemukakan oleh Bandura, yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu berkaitan dengan tingkat kesulitan yang dilakukan (magnitude), berkaitan dengan luas bidang yang dilakukan (generality), berkaitan dengan kemantapan atau tingkat keyakinan individu (strength). Jumlah aitem yang direncanakan dalam skala ini adalah sebanyak 30 aitem, yang terdiri dari 15 aitem favorable dan 15 aitem unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang memihak objek penelitian, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang tidak memihak objek penelitian. Pola dasar pengukuran skala Efikasi Diri ini mengikuti pola metode skala likert. Pilihan jawaban memiliki 4 alternatif yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Adapun kriteria pemberian nilai adalah
xiv
sebagai berikut : untuk aitem intrinsik yang berfungsi sebagai aitem favorable, jawaban SS mendapat nilai 4, jawaban S mendapat nilai 3, jawaban TS mendapat nilai 2, dan STS mendapat nilai 1. Sedangkan untuk aitem ekstrinsik yang berfungsi sebagai aitem unfavorable adalah sebagai berikut : jawaban SS mendapat nilai 1, jawaban S mendapat nilai 2, jawaban TS mendapat nilai 3, dan jawaban STS mendapat nilai 4. semakin tinggi skor yang diperoleh subjek berarti semakin intrinsik efikasi dirinya dan sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek berarti semakin ekstrinsik efikasi dirilnya. C. Metode Analisis Data Analisis data yang digunakan adalah dengan analisis statistik, yang digunakan secara kuantitatif. Data yang telah dikumpulkan pada penelitian kali ini dianalisis dengan menggunakan teknik korelasi product moment dari Pearson untuk menguji hubungan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal pada siswa mengikuti kelas khusus siswa berbakat, dengan menggunakan analisis statistik SPSS 12.0 for windows.
xv
HASIL PENELITIAN 1. Deskripsi Statistik Gambaran singkat mengenai data penelitian secara umum yang berisikan fungsi-fungsi statistik dasar dari masing-masing variabel dapat dilihat secara lengkap pada tabel 6 . Tabel 6 Deskripsi Data Penelitian Variabel Xmax Kompetensi
Hipotetik
Empirik
Xmin
Mean
SD
Xmax
Xmin
Mean
SD
88
22
55
11
86
59
70,78
7,128
68
17
42,5
8,5
62
37
51,35
5,532
Interpersonal Efikasi diri
Berdasarkan deskripsi penelitian diatas dapat diketahui tinggi rendahnya kompetensi interpersonal dan efikasi diri subjek melalui pengkategorian skor total yang diperoleh oleh masing-masing subjek pada kedua skala. Tujuan pengkategorian ini adalah untuk menempatkan subjek dalam kelompok-kelompok terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan atribut yang diukur, sehingga dapat diketahui kontinum berjenjang dari tingkat rendah hingga tingkat tinggi. Terdapat lima kategorisasi yang akan digunakan dalam penelitian ini, yaitu sengat rendah, rendah, sedang, tinggi, sangat tinggi. a. Kompetensi Interpersonal Kategorisasi variabel kompetensi interpersonal ditentukan berdasarkan skor total subjek pada skala kompetensi interpersonal. Berdasarkan data yang diperoleh
xvi
dapat ditentukan kategorisasi untuk variabel kompetensi interpersonal sebagai berikut: Tabel 8 Kategorisasi kompetensi interpersonal Kategori Skor Sangat Tinggi X > 88 Tinggi 61,6 < X = 74,8 Sedang 48,4< X = 61,6 Rendah 35,2= X =48,4 Sangat rendah X<22
Rentang Skor 74,8 - 88 61,6 – 74,8 48,4 – 61,6 35,2 – 48,4 22 – 35,2
Jumlah 15 32 2 0 0
Prosentase 30,61 % 65,31 % 4,08 % 0% 0%
Berdasarkan hasil kategorisasi diatas, dapat dilihat bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 15 orang (30,61 %), kategori tinggi sebanyak 32 orang (65,31 %), kategori sedang sebanyak 2 orang (4,08 %), kategori rendah dan sangat rendah (0 %). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa kompetensi interpersonal subjek berada pada rentang skor 61,6 < X = 74,8 lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain. b. Efikasi Diri Kategorisasi variabel efikasi diri ditentukan berdasarkan skor total subjek pada skala efikasi diri. Berdasarkan data yang diperoleh dapat ditentukan kategorisasi untuk variabel efikasi diri sebagai berikut: Tabel 9 Kategorisasi Efikasi Diri Kategori Skor Sangat Tinggi X > 68 Tinggi 47,6 < X = 57,8 Sedang 37,4< X = 47,6 Rendah 27,2= X =37,4 Sangat rendah X<17
Rentang Skor 57,8 – 68 47,6 – 57,8 37,4 – 47,6 27,2 – 37,4 17 – 27,2
xvii
Jumlah 8 31 9 1 0
Prosentase 16,33 % 63,27 % 18,37 % 2,04 % 0%
Berdasarkan hasil kategorisasi diatas, dapat diketahui bahwa subjek yang termasuk kategori sangat tinggi sebanyak 8 orang (16,33 %), kategori tinggi sebanyak 31 orang (63,27 %), kategori sedang sebanyak 9 orang (18,37 %), kategori rendah sebanyak 1 orang (2,04 %) dan tidak ada kategori sangat rendah (0%). Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa efikasi diri subjek (akselerasi) berada pada rentang skor 47,6 < X = 57,8 lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah subjek pada rentang skor lain. 2. Uji Asumsi Sebelum melakukan analisis data penelitian dengan teknik korelasi product moment dari Pearson, maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis, yaitu berupa uji asumsi yang meliputi uji normalitas dan uji linieritas sebagai syarat untuk pengetesan nilai korelasi agar kesimpulan yang ditarik tidak menyimpang dari kebenaran yang seharusnya. Uji asumsi ini dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Package for Social Science (SPSS) for Windows 12.0. a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah bentuk sebaran skor jawaban subjek normal atau tidak. Pengujian normalitas dilakukan terhadap distribusi skor efikasi diri dan kompetensi interpersonal, menggunakan teknik One Sample Kolmogorov Smirnov test pada program komputer SPSS for windows 12.0. Kaidah yang digunakan untuk mengetahui normal atau tidaknya sebaran data adalah jika
xviii
p>0,05 maka sebaran dinyatakan normal, namun jika p<0,05 maka sebaran dinyatakan tidak normal. Dari hasil pengelolaan data untuk kelas akselerasi diperoleh data kelompok dengan koefisien K-Sz = 0,913 dengan p= 0,375 dan data efikasi diri dengan koefisien K-Sz = 0,745 dengan p= 0,636. hasil uji normalitas tersebut menunjukkan bahwa data kompetensi interpersonal dan efikasi diri terdistribusi atau tersebar dengan normal. b. Uji Linieritas Uji linieritas merupakan pengujian garis regresi antara variabel bebas dengan variabel tergantung. Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah hubungan antara variabel efikasi diri dengan kompetensi interpersonal mengikuti garis linier atau tidak, menggunakan program SPSS for windows 12,0. Dari hasil pengelolaan data yang diperoleh F = 27,901 dengan p = 0,000. Hasil tersebut menunjukkan bahwa hubungan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal yang bersifat linier atau mengikuti garis lurus (p<0,05). 3. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah adanya hubungan positif antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal. Pengujian terhadap hipotesis tersebut menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson pada program komputer SPSS for windows 12.0.
xix
Dari hasil pengelolaan data efikasi diri dengan kompetensi interpersonal pada siswa akselerasi diperoleh koefisian korelasi r = 0,622 dan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Angka korelasi yang positif menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan positif antar dua variabel. Semakin tinggi efikasi diri siswa maka akan semakin tinggi pula kompetensi interpersonal siswa, sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka akan semakin rendah kompetensi yang dimiliki. Hasil analisis juga menunjukkan koefisien determinasi (R Squared) variabel efikasi diri dengan kompetensi interpersonal sebesar 0,387. 4. Analisis Data Tambahan Analisis tambahan dalam penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel efikasi diri dan kompetensi interpersonal dengan data-data lain yang diduga mempengaruhi hasil penelitian ini. Analisis tambahan yang dilakukan berdasarkan data-data yang diperoleh tersebut antara lain adalah sebagai berikut: a. Hubungan Efikasi Diri dan Kompetensi Interpersonal Pada Siswa Akselerasi. Dari hasil pengelolaan data efikasi diri dengan kompetensi interpersonal pada siswa akselerasi diperoleh koefisian korelasi r = 0,654 dan p = 0,000 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Angka korelasi yang positif menunjukkan bahwa
xx
memang terdapat hubungan positif antar dua variabel. Semakin tinggi efikasi diri seseorang makan akan semakin tinggi pula kompetensi interpersonal siswa, sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka akan semakin rendah kompetensi yang dimiliki. Hasil analisis juga menunjukkan koefisien determinasi (R Squared) variabel efikasi diri dengan kompetensi interpersonal sebesar 0,428 untuk kelas akselerasi. b. Hubungan Efikasi Diri dan Kompetensi Interpersonal Siswa Kelas Internasional. Dari hasil pengelolaan data efikasi diri dengan kompetensi interpersonal pada siswa kelas internasional diperoleh koefisien korelasi r = 0,575 dan p = 0,001 (p<0,01). Hal ini berarti bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal. Dengan demikian, hipotesis yang diajukan peneliti diterima. Angka korelasi yang positif menunjukkan bahwa memang terdapat hubungan positif antar dua variabel. Semakin tinggi efikasi diri seseorang makan akan semakin tinggi pula kompetensi interpersonal siswa, sebaliknya semakin rendah efikasi diri maka akan semakin rendah kompetensi yang dimiliki. Hasil analisis juga menunjukkan koefisien determinasi (R Squared) variabel efikasi diri dengan kompetensi interpersonal sebesar 0,331 untuk kelas internasional. c. Perbedaan Kompetensi Iinterpersonal antara Siswa Akselerasi dan Internasional. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan kompetensi interpersonal berdasarkan jenis kelas yaitu kelas akselerasi dan kelas internasional, dimana
xxi
pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan teknik Interdependent sample T-test. Hasil pengolahan menunjukkan F-test untuk kompetensi interpersonal memperoleh nilai levene test F= 3,155 dengan p = 0,082 (p>0,05), sehingga dapat dikatakan varians populasi kelas akselerasi dan kelas internasional adalah sama. Setelah mengetahui bahwa variabel kompetensi interpersonal memiliki varians yang sama, maka analisis t-test selanjutnya menggunakan asumsi varians sama (equal variances assumed). Selajutnya diperoleh nilai t= 0,042 dengan p = 0,966 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kompetensi interpersonal anatar kelas akselerasi dengan kelas internasional. d. Perbedaan Efikasi Diri antara Siswa Akselerasi dan Internasional. Peneliti ingin melihat apakah terdapat perbedaan efikasi diri berdasarkan jenis kelas yaitu kelas akselerasi dan kelas internasional, dimana pengelolaan data dilakukan dengan menggunakan teknik Interdependent sample T-test. Hasil pengolahan menunjukkan F-test untuk efikasi diri memperoleh nilai levene test F= 0,599 dengan p = 0,0458 (p>0,05), sehingga dapat dikatakan varians populasi kelas akselerasi dan kelas internasional adalah sama. Setelah mengetahui bahwa variabel efikasi diri memiliki varians yang sama, maka analisis t-test selanjutnya menggunakan asumsi varians sama (equal variances assumed). Selanjutnya diperoleh nilai t= 0,914 dengan p = 0,365 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan efikasi diri antara internasional.
xxii
kelas akselerasi dengan kelas
PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis tentang adanya hubungan antara efikasi diri dengan kompetensi interpersonal pada siswa – siswi kelas khusus siswa berbakat. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh hasil yang mendukung hipotesis tersebut melalui deskripsi data penelitian dapat dilihat bahwa nilai rata-rata skor kompetensi interpersonal yang diperoleh (mean empirik = 70,78) lebih tinggi dari rata-rata skor hipotetiknya (55). Data tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki kompetensi interpersonal lebih besar dari pada rata-rata yang diperkirakan. Sedangkan untuk efikasi diri, nilai rata-rata skor efikasi diri yang diperoleh (mean empirik = 51,35) lebih tinggi dari rata-rata skor hipotetiknya (42,5). Data tersebut menunjukkan bahwa siswa memiliki efikasi diri lebih besar dari rata-rata yang diperkirakan. Secara lebih spesifik kompetensi interpersonal yang dimiliki siswa sebagian besar berada pada tingkat sangat tinggi (65,31 %). kemudian siswa yang berada pada tingkat sangat tinggi (30,61 %), barulah tingkat sedang (4,08 %), dan untuk tingkat rendah dan sangat rendah tidak ada. Begitu juga dengan efikasi diri. Sebagian besar berada pada tingkatan tinggi (63,27 %) berada pada tingkatan sedang (18,37 %) dan sangat rendah (0%. Sedangkan sisanya berada pada tingkatan sangat tinggi (16,33 %) dan rendah (2,04 %). Selain itu hasil korelasi kedua variabel menunjukkan koefisien korelasi sebesar rxy = 0,622 dan p= 0,000 (p<0,01) yang berarti bahwa nilai korelasi
xxiii
yang dihasilkan signifikan, dengan demikian berarti ada hubungan positif yang signifikan anatara efikasi diri dan kompetensi interpersonal pada siswa berbakat. Berdasarkan penjabaran di atas, pada penelitian ini tingginya efikasi yang dimiliki siswa, mempunyai hubungan dengan kompetensi interpersonal dalam menjalani hubungan. Ketika efikasi diri tinggi maka siswa akan lebih mampu dalam menggunakan kompetensi interpersonal dalam menjalani atau menciptakan hubungan yang efektif. Begitu pula sebaliknya ketika efikasi diri yang dimiliki rendah, maka siswa cenderung kurang mampu dalam menggunakan kompetensi interpersonal untuk menghadapi lingkungannya. Hal ini sama dengan apa yang dikemukakan oleh Bandura (Baron & Byrne, 2003) bahwa keyakinan diri (efikasi diri) akan membuat individu melakukan berbagai macam usaha untuk mencapai apa yang diharapkan dengan dasar kemampuan atau kompetensi yang dimiliki. Ketika individu berbuat baik pada orang lain, maka dalam diri individu akan ada harapan dan usaha-usaha yang dilakukan agar orang lain juga membalas perbuatan baik tersebut, sehingga hal itu akan lebih mudah seseorang yakin untuk menjalani hubungan yang baik dengan orang yang bersangkutan. Sikap dalam mewujudkan keyakinan diri ini meliputi kemampuan menyesuaikan diri, kapasitas kognitif, kecerdasan, dan kapasitas bertindak pada situasi yang penuh dengan tekanan, karena pada dasarnya keyakinan diri yang dimiliki tiap-tiap orang akan berkembang terus menerus seiring dengan meningkatnya kemampuan dan bertambahnya pengalaman. Pada dasarnya seseorang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan menumbuhkan adanya harapan untuk
xxiv
mendapatkan imbalan dari perlakuan yang telah diberiakn kepada orang lain. Jika seseorang memberikan perlakukan kepada orang lain, dan orang tersebut dengan senang hati menerima dan menanggapi, dan memiliki dasar keyakinan diri bahwa orang tersebut tepat untuk diajak berkompetensi interpersonal maka orang tersebut akan memberikan kembali atau melakukan pengulangan perlakuan. Penelitian ini telah membuktikan bahwa hubungan efikasi diri dengan kompetensi interpersonal pada siswa – siswi kelas khusus siswa berbakat memiliki sumbangan efektif 38,7%. Ini berarti sekitar 61,3% dipengaruhi oleh faktor lain. Faktor-faktor lain tersebut selain yang telah disebutkan dalam penelitian ini yang tidak dijelaskan lebih lanjut oleh peneliti. Ada beberapa kelemahan yang terdapat dalam penelitian ini di antaranya adalah terbatasnya jumlah subjek yang digunakan dalam penelitian ini, selain itu pada pengertian dan penjelasan hanya mengarah pada akslerasi saja dan kurang spesifik dalam masalah yang berkaitan dengan siswa kelas internasional.
xxv
KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara kompetensi interpersonal dengan efikasi diri pada siswa - siswi kelas khusus siswa berbakat SMU N 1 Wonosari. Adanya hubungan antara kedua variabel, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,622 dengan p= 0,000 atau p< 0,01, hal ini berarti semakin tinggi kompetensi interpersonal maka semakin tinggi efikasi diri pada siswa - siswi kelas khusus siswa berbakat SMU N 1 Wonosari. Jadi hipotesis yang menyatakan adanya hubungan positif antara kompetensi interpersonal dengan efikasi diri pada siswa - siswi kelas khusus siswa berbakat SMU N 1 Wonosari dapat diterima. Analisis tambahan dalam penelitian ini yang pertama menunjukkan adanya hubungan antara kompetensi interpersonal dan efikasi diri terhadap kelas akselerasi dan kelas internasional, ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,654 dengan p= 0,000 atau p< 0,01, hal ini berarti semakin tinggi kompetensi interpersonal maka semakin tinggi efikasi diri pada siswa akselerasi dan ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r) sebesar 0,654 dengan p= 0,000 atau p< 0,01 kompetensi interpersonal maka semakin tinggi efikasi diri pada siswa internasional. sebaliknya semakin rendah kompetensi interpersonal maka semakin rendah efikasi diri pada siswa akselerasi dan siswa kelas internasional. Jadi kesimpulannya ada hubungan positif antara
xxvi
kompetensi interpersonal dengan efikasi diri pada siswa akselerasi dan siswa kelas internasional dapat diterima. Analisis tambahan dalam penelitian ini yang kedua tidak ada perbedaan yang signifikan antara kompetensi interpersonal dengan efikasi diri pada siswa – siswi kelas akselerasi dan kelas internasional. Tidak adanya perbedaan kedua populasi tersebut ditunjukkan oleh t sebesar 0,042 dengan p= 0,966 p>0,05. kemudian tidak adanya perbedaan kedua populasi tersebut terhadap variabel efikasi ditunjukan oleh t sebesar 0,914 dengan p= 0,365 p>0,05.
xxvii
SARAN 1. Bagi Subjek Penelitian Hasil penelitian menunjukkan bahwa dikelas khusus subjek siswa kelas akselerasi memiliki koefisien korelasi lebih besar dari pada yang dimiliki siswa kelas interpersonal. Berdasarkan hasil penelitian ini siswa aksel memiliki prosentase yang tidak jauh berbeda. Siswa akselerasi memiliki prosentase lebih kecil dibandingkan kelas internasional pada skala kompetensi interpersonal. Sedangkan pada skala efikasi diri siswa aksel memiliki prosentase lebih tinggi dibandingkan dengan kelas internasional. Subjek yang memiliki kompetensi interpersonal yang tinggi hendaknya tetap mempertahankan kemampuan kompetensi interpersonalnya.
2. Bagi Pihak Sekolah Bagi pihak sekolah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti bagi perkembangan siswa-siswi berbakat (akselerasi dan khususnya internasional) karena masih relatif baru. Sebagai institusi pendidikan yang memiliki program akselerasi dan kelas internasional, sekolah diharapkan dapat membekali siswa dengan bimbingan yang dapat membantu siswa lebih menyesuaikan diri dan tidak mengalami tekanan akibat kurikulum yang terlalu banyak. Hendaknya bimbingan dilakukan setelah proses seleksi siswa. Pihak BK juga dapat melakukan komunikasi kepada orangtua siswa untuk memberikan bimbingan yang lebih intensif kepada peserta kelas khusus (siswa akselerasi dan internasional).
xxviii
3. Bagi Orang tua Siswa Bagi orang tua siswa, hendaknya lebih memberikan bimbingan kepada anak, dukungan moral, dan tidak terlalu membebani anak dengan tuntutan agar terus berprestasi. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Bagi peneliti lain yang tertarik dan ingin mengkaji tema Kompetensi interpersonal dan efikasi diri diharapkan mempertimbangkan variabel – variabel lain seperti, kemampuan berinisiatif (initiative), bersikap asertif (negative assertion), membuka diri (disclosure), memberi dukungan emosional (emmotional suport),dan mengatasi konflik – konflik yang timbul dalam berhubungan dengan orang lain (conflict management), (magnitude), berkaitan dengan luas bidang yang dilakukan (generality), berkaitan dengan kemantapan atau tingkat keyakinan individu (strength). Diharapkan dengan semakin terungkapnya variabel – variabel tersebut, maka akan memperkaya referensi mengenai Kompetensi interpersonal dan efikasi diri. Penelitian selanjutnya yang akan menggunakan variabel efikasi diri, baik skala atau teori diharapkan dapat bersifat lebih khusus.
xxix
DAFTAR PUSTAKA
Aditio,
W. 2004. Hubungan Antara Religiusitas Dengan Kompetensi Interpersonal Pada Mahasiswi Muslim Berjilbab. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
Akbar-Hawadi, R. 2004. Akselerasi. Jakarta: PT Grasindo. Ali, M. dan Asrori, M. 2005. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara. Alsa, A. 2007. Keunggulan Dan Kelemahan Program Akselerasi Di SMA. Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. 6 Juni. Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Burhmester, D. Furman, W. Wittenberg, M.T & Reis, H.T. 1988. Five Domains Of Interpersonal Competence. Journal of Personality and Sosial Psychology. Vol. 24, No.1, Hal. 991-1008 Baron, R.A., dan Byrne, D. 2003. Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga. Direktorat Pendidikan Luar Biasa. 2006. Informasi Mengenai Program Percepatan Belajar Bagi Siswa Berbakat Akademik. http://www.ditplb.or.id/profile.php?id Jayanti, A.D. 2008. hubungan antara dukungan sosial dengan problem-focused coping pada siswa SMU program Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Kusuma, P.P. 2007. Hubungan Antara Penyesuaian Diri Sosial Dengan Stres Pada Siswa Akselerasi. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia. Maretan, N. 2004. Hubungan Efikasi Diri Dengan Prestasi Belajar Bahasa Inggris Pada Siswa SMUN 2 Ngaglik Yogyakarta. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia.
xxx
Muryanto, U. 2005. Efikasi Diri Pada Alumni Universitas Islam Indonesia Yang Sukses Dalam Persaingan Untuk Memperoleh Pekerjaan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Nashori, F. dan Sugiyanto. (2000). Hubungan Antara Kematangan Beragama Dengan Kompetensi Interpersonal Mahasiswa. Jurnal Pemikiran dan Penelitian Psikologi, No. 9, Tahun. V 2000, Hal. 56 – 64. Nurani, W. 2002. Yang Penting Bukan Hasil Tapi Prosesnya. Agustus 2002 http://www.pikiran-rakyat.com Sears, D.O. Freedman, J. L. dan Peplau, A. L. 1985. Psikologi Sosial 1. Edisi 5. Jakarta: Erlangga. Wakhidah, E.A. 2006. Hubungan Antara Kompetensi Interpersonal Dengan Afek Anak-Anak Panti Asuhan. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. Wijaya, E.S. 2005. Perbedaan Ketrampilan Sosial Antara Siswa Sekolah Menengah Atas Program Akselerasi Dengan Siswa Program Reguler. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Islam Indonesia. _______. 2008. Workshop Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) Tahap I Tahun 2008. http://www.bpgupg.go.id/index.php?option=com_content&view=article &id=165:worshop-sekolah-
xxxi
IDENTITAS PENELITI
NAMA MAHASISWA
: MUTIARA NUR ZULAIKHA
ALAMAT RUMAH
: Perum. Nogotirto II/D.39 Yogyakarta
NO HP
: 08562875545
xxxii