NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN BERPIKIR POSITIF DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ATLET PENCAK SILAT DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN
Oleh : NUR ALIAH 04320135
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2008
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN BERPIKIR POSITIF DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ATLET PENCAK SILAT DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Hj. Ratna Syifa’a R, S.Psi., M.Si)
3
HUBUNGAN BERPIKIR POSITIF DAN KEPERCAYAAN DIRI PADA ATLET PENCAK SILAT DALAM MENGHADAPI PERTANDINGAN
Nur Aliah
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap hubungan antara tingkat berpikir positif dengan kepercayaan diri pada atlet pencak silat yang sedang menghadapi pertandingan. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada korelasi yang positif antara berpikir positif dengan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Semakin intrinsik tingkat berpikir positifnya, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan diri atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Subyek penelitian adalah pelajar SMU atau SMK se DIY dan Jateng yang akan bertanding. Subyek penelitian ini berjumlah 48 orang. Adapun skala yang digunakan adalah skala kepercayaan diri yang disusun oleh penulis berdasar teori dari lauster (Selytania, 2007) yang berjumlah 32 aitem. Sedangkan untuk skala berpikir positif penulis juga menyusun aitem sendiri berdasar teori dari Albrecht (1980) dengan 32 aitem. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas SPSS versi 15,0 untuk menguji apakah terdapat hubungan yang positif antara berpikir positif dan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Hasil analisis dengan menggunakan analisis product momen dari pearsont, menunjukan R = 0,695 dan p=0,000 artinya ada hubungan yang positif antara berpikir positif dan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Jadi hipotesis diterima. Kata Kunci : Berpikir positif, kepercayaan diri
4
Pengantar Pencak silat merupakan salah satu kebudayaan leluhur bangsa Indonesia yang kelestariannya harus senantiasa di jaga. Pencak silat atau silat (berkelahi dengan menggunakan teknik pertahanan diri) ialah seni bela diri Asia yang berakar budaya melayu. Seni bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Pencak silat di Indonesia diatur oleh Ikatan Pencak Silat Indonesia biasa di singkat dengan kata IPSI. Pertandingan pencak silat kategori tanding merupakan pertandingan yang menampilkan 2 orang pesilat dari kubu yang berbeda. Keduanya saling berhadapan unsur pembelaan diri dia gunakan seperti, serangan, menangkis, mengelak, menjatuhkan menendang, dan kesemuanya menggunakan teknik dan strategi. Pencak
silat
merupakan
pertandingan
olahraga
kompetitif,
ketika
berhadapan langsung dengan lawan, mereka bukan sekedar melakukan kegiatan olahraga, tetapi lebih dari itu, terlibat kontak langsung untuk menyerang, seperti halnya ketika berhadapan dengan musuh yang harus dikalahkan. Oleh karena itu maka keberanian, semangat juang, dan rasa percaya diri yang besar diperlukan dalam olahraga seperti pencak silat (Hakim, 2005). Prestasi dalam pertandingan pencak silat merupakan suatu tujuan. Penampilan seorang atlet berhubungan dari berbagai faktor, disamping jenis olahraga, maka tingkat pertandingan, kompetisi atau kejuaraan juga berpengaruh terhadap para atlet. Prestasi yang baik merupakan target yang selalu didambakan seorang atlet. Prestasi yang diraih atlet ditentukan oleh beberapa faktor juga yaitu faktor dari luar atlet dan dalam diri atlet yang terkait dengan mental atau
5
psikologis. Proses menuju prestasi puncak dalam olahraga seorang atlet tidak hanya perlu memiliki keterampilan fisik tetapi keterampilan psikis, dia harus tahu siapa dirinya, apa kehendaknya, kapan di harus melangkah Garfield (dalam Gunarsah dkk, 1996). Afiati dkk (1998) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kesuksesan dalam bidang apapun tidak mungkin dicapai oleh seseorang jika dia tidak memiliki rasa percaya diri yang cukup. Dalam penelitian Yulianto (2006) ada hubungan yang signifikan antara kepercayaan diri seorang atlet dengan prestasi atlet Tae Kwon Do, semakin tinggi kepercayaan diri seorang atlet maka tinggi pula prestasi yang dia dapat. Senada dengan hasil penelitian dari Andriani (2001) dalam penelitiannya tentang hubungan kepercayaan diri, kemandirian dengan prestasi atlet pencak silat yang menyatakan bahwa dengan kepercayaan diri dan kemandirian maka atlet pencak silat akan berprestasi. Maka kepercayaan diri sangat penting dimiliki oleh atlet untuk menghadapi pertandingan. 87,5% atlet memiliki kebutuhan untuk percaya diri (Hartanti dkk, 2004). Gunarsah dkk (1996), mengatakan bahwa atlet yang memiliki kondisi fisik yang bagus dan prima belum tentu menghasilkan prestasi yang gemilang kalau tidak didukung oleh kondisi mental yang baik saat bertanding, kepercayaan diri merupakan salah satu faktor mental yang perlu diperhitungkan. Garfield (dalam Gunarsah, 1996) secara tegas menyatakan bahwa sebagian besar atlet yang mencapai sukses mencapai puncak prestasi sebanyak 60% sampai 90% dipengaruhi olah faktor mental dan kemampuan atlet menguasai kondisi psikologisnya.
6
Sebelum menghadapi sebuah pertandingan tidak jarang terjadi dalam diri atlet. Kondisi psikologis atlet biasanya menjadi lebih tinggi. Hal ini terpicu oleh situasi dan keadaan yang akan dihadapi. Ditambah dengan embel-embel sebuah pertandingan penting yang menentukan. Dari kondisi tersebut muncul reaksireaksi fisiologis dalam tubuh seorang atlet. Keringat mengucur deras, tangan dan kaki basah oleh keringat, nafas terengah-engah, gemetar, kepala pusing, mual hingga muntah-muntah. Itu semua adalah respon fisik atas kondisi mental yang meningkat. Secara umum, atlet tersebut merasa cemas (Utomo dalam, www.stopwhatch.com). Gould, Spreeman dan Horn (dalam, Vealey dkk 1988) mengatakan 67% atlet remaja pegulat mengalami ketakutan dan nervous dalam menghadapi pertandingan. Permasalahan yang sering dijumpai pada atlet pencak silat, terkait dengan kepercayaan
diri
mereka
dalam
menghadapi
pertandingan,
berdasarkan
wawancara dengan beberapa atlet dan pelatihnya, adalah ketika seorang atlet mengatahui lawan tandingnya lebih baik, lebih banyak pengalaman dan sering memenangkan pertandingan maka sebelum bertanding dia merasa kalau dia kalah. Teknik yang dimiliki atlet dirasa olehnya kurang, baik pada teknik jatuhan dan teknik tendangan yang dia miliki. Jam terbang atlet yang relatif sedikit dijadikan alasan oleh atlet, sehingga keberadaannya dipertandingan tersebut hanya untuk mencari pengalaman saja dan untuk menjadi pemenang dia tidak dipikirkannya. Kehadiran pelatih pada saat pertandingan juga sangat penting baginya, bagi atlet pemula khususnya kehadiran pelatih membuat dia tenang, karena pelatih
7
merupakan sosok yang mengerti dia. Hal-hal tersebut umum terjadi ketika atlet dalam menghadapi pertandingan yang mengakibatkan atlet tidak percaya diri. Kumara (1988) mengatakan bahwa kepercayaan diri adalah individu yang percaya diri yakin akan kemampuannya sehingga dapat menyelesaikan masalahnya sendiri, karena tahu apa yang dibutuhkan dalam hidupnya dan mempunyai sikap positif yang disadari keyakinan akan kemampuannya. Individu tersebut bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil, mampu menatap fakta serta realita secara objektif yang didasari kemampuan dan keterampilan. Walgito (dalam Damura dan Razak, 1997) untuk membantu kepercayaan diri dapat dilakukan dengan kebiasaan untuk menanamkan sifat percaya diri, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan suasana atau kondisi demokratis, yaitu individu dilatih berpikir mandiri dan diberi suasana yang aman sehingga individu tidak takut berbuat kesalahan. Lauster (dalam Selytania, 2007) mengungkapkan aspek-aspek dari kepercayaan diri meliputi, optimis, keyakinan pada kemampuan sendiri, toleransi, ambisi normal, tanggung jawab, rasa aman, dan mudah menyesuaikan diri. Kepercayaan diri terbentuk karena beberapa faktor diantaranya, pola asuh, penampilan fisik, tingkat pendidikan, status sosial ekonomi, prestasi belajar, dan lain-lain (Kumara, 1990). Peran olah pikir berperan sangat penting dalam menghadapi peristiwa, Bruno (dalam Fajar, 1998) mengatakan bahwa berpikir merupakan salah satu aktivitas mental, suatu bentuk pemrosesan informasi kognitif yang memanfaatkan persepsi konsep-konsep dan gambaran. Kemampuan berpikir atlet baik positif maupun negatif akan membuat pengaruh terhadap penyesuaian kehidupan psikis
8
Goodhart (dalam Gunarsah, 1996). Dengan berpikir positif maka tindakan dan perkataan positif akan mengikutinya, karena pikiran akan menuntun tindakan. Sebagai contoh, jika dalam bermain bulutangkis terlintas pikiran negatif seperti, “takut salah, takut out, takut pukulannya tanggung” dan sebagainya, maka kemungkin terjadi akan besar. Berpikir positif adalah memandang segala sesuatu dari sisi pandang kebaikannya. Atlet yang berpikir positif akan memandang keterbatasan kemampuannya pada suatu saat, bukan suatu kebodohan yang menimbulkan berbagai kesialan, tetapi memandang sebagai suatu tantangan yang amat nikmat untuk diatasi. Atlet yang berpikir positif
akan memandang
perjuangan dan harapan (www.pojokpenjas.wordpress.com). Dilanjutkan oleh Albrecht (1980) bahwa pola pikir yang negatif menjadi pangkal timbulnya emosi yang mengalahkan diri sendiri. Sehingga akan menyulitkan seseorang dalam menghadapi perubahan-perubahan dan dapat menimbulkan berbagai gangguan terutama gangguan psikologis seperti tidak percaya diri. Berpikir positif meliputi usaha untuk mencoba, mencari aspek-aspek positif dari keadaan yang dihadapi, berkonsentrasi pada hal-hal yang baik, melihat dari situasi yang menyenangkan, bersikap baik dan berbuat baik pada orang (Crab, dalam Fajar, 1998) Berpikir positif dapat menjalani segala sesuatu tanpa terbebani oleh seribu pikiran buruk. Hasil dari berpikir positif maka perasaan akan kegagalanpun akan terhindar, jalan didepan selalu terasa lapang dan akan percaya diri. Membiasakan diri berpikir positif, maka akan berpengaruh sangat baik untuk menumbuhkan rasa percaya diri, meningkatkan motivasi, dan menjalin kerja sama dengan berbagai
9
pihak. Berpikir positif merupakan modal utama untuk dapat memiliki ketrampilan psikologis atau mental yang tangguh (www.pojokpenjas.wordpress.com). Albrecht (1980) juga mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam berpikir positif, yaitu: 1. Harapan yang positif (positive expectation) yaitu melakukan sesuatu dengan lebih memusatkan perhatian pada kesuksesan, optimisme, pemecahan masalah dan menjauhkan diri dari perasaan takut akan kegagalan. 2. Afirmasi diri (self afimation) yaitu memusatkan perhatian pada kekuatan diri secara lebih positif dengan dasar pikiran bahwa setiap individu sama dengan individu yang lain. 3. Pernyataan yang tidak menilai (Non judgment talking) yaitu pernyataan yang lebih menggambarkan keadan dari pada menilai keadaan atau penilaian ini dimaksudkan sebagai pengganti pada saat seseorang cenderung memberikan pernyataan atau penilaian yang negatif. Aspek ini akan sangat berperan dalam menghadapi keadaan yang cenderung negatif. 4. Penyesuaian diri yang realitis (reality adaption) yaitu mengakui kenyataan dan berusaha menyesuaikan diri, menjauhkan diri dari penyesalan, frustasi, mengkasihani diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri. Menerima masalah dan berusaha menghadapi adalah salah satu ciri orang berpikir positif. Berpikir positif merupakan penggunaan muatan positif di dalam pikiran seseorang
untuk
melakukan
hal-hal
positif
antara
lain
seperti,
untuk
merealisasikan tujuan-tujuan positif atau target positif, untuk mengembangkan berbagai potensi yang kita miliki, dan untuk menyelesaikan masalah atau
10
persoalan yang muncul dengan cara yang positif, kreatif dan konstruktif (Haryono, 1999). Ditegaskan Ubaedy (2007) bahwa berpikir positif adalah upaya mengisi ruang-ruang di dalam pikiran dengan muatan yang positif. Melihat uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengetahui hubungan berpikir positif dan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghapi pertandingan.
Metode Penelitian Data dalam penelitian ini diambil dari atlet pencak silat yang akan mengikuti atau akan menghadapi pertandingan. Peneliti mengambil tempat di Universitas Negeri Yogyakarta. Di dies natalies UNY ke-44 Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta yang tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Pencak Silat UNY mengadakan invitasi pencak silat tingkat SMA / SMK se DIY Jateng. Jumlah subyek dalam penelitian ini adalah 48 orang. Adapun ciri-ciri sample penelitian adalah siswa dan siswi SMA atau SMK atlet pencak silat yang akan menghadapi pertandingan, yang diselenggarakan oleh Universitas Negeri Yogyakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, data dalam penelitian ini diperoleh dari skala berpikir positif dan skala kepercayaan diri yang disi oleh subyek.. Skala berpikir positif terdiri dari 32 aitem yang disususn berdasarkan aspek yang dikemukakan Albrecht (1980), sedangkan untuk skala kepercayaan diri terdiri dari 32 aitem yang mengacu pada aspek dari Lauster (dalam Selytania, 2007) .
11
Kedua skala yaitu skala berpikir positif dan kepercayaan diri ini menyediakan empat jenis opsi atau alternatif pilihan jawaban, yaitu : sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (ST), sangat tidak setuju (STS). Nilai ini bergerak dari 1 sampai 4, untuk aitem favorabel nilai tertinggi adalah 4 adalah untuk jawaban sangat setuju (SS), 3 untuk jawaban yang setuju (S), 2 untuk jawaban yang tidak setuju (ST), 1 adalah untuk jawaban sangat tidak setuju (STS). Sebaliknya, untuk aitem unfavorabel, nilai tertinggi 4 adalah untuk jawaban sangat tidak setuju (STS), 3 untuk jawaban yang tidak setuju (ST) 2 untuk jawaban yang setuju (S), 1 adalah untuk jawaban sangat setuju (SS). Untuk menguji adanya hubungan antara berpikir positif dengan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan digunakan teknik korelasi product moment dari Karl Pearson. Perhitungan statistik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis komputer dengan program SPSS 15,00. Hasil Penelitian Analisis data dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian, sebelumnya dilakukan terlebih dahulu uji asumsi yang terdiri dari uji normalitas dan uji linieritas. Uji normalitas dilakukan pada masing-masing variabel berpikir positif dan kepercayaan diri dengan teknik one-sample Kolmogorof-Smimov test. Hasil uji normalitas menunjukan bahwa skor variabel kepercayaan diri adalah normal (K-SZ=0,564 atau p>0,05), variabel berpikir positif adalah normal (K-SZ=0,680 atau p>0,05).
12
Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui linearitas hubungan berpikir positif dengan kepercayaan diri. Hasil uji linearitas terhadap variabel berpikir positif dengan kepercayaan diri diperoleh hasil F=51,269 dengan p=0,000 karena p<0,05 berarti kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang linier. Setelah terbukti bahwa sebaran data yang diperoleh adalah normal dan hubungan antar variabel linier, maka dilakukan uji terhadap hipotesis dengan teknik product moment. dan hasilnya adalah sebagai berikut: Tabel 1 Analisis korelasi product moment berpikir positif dan kepercayaan diri Product Moment Kepercayaan diri P Berfikir positif 0,695 0,000(p<0,01) Analisis data di atas menunjukan bahwa besarnya koefisien kerelasi antara variabel berpikir positif dengan variabel kepercayaan diri sebesar 0,695 dengan p=0,000 atau p<0,001. Hal ini menunjukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara berpikir positif dengan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Jadi dalam penelitian ini, hipotesis diterima. Tabel 2 Measures of Association R PD * BP
.695
R Squared .483
Eta .853
Eta Squared .727
Dari hasil analisis di atas diketahui koefisien determinasi (R square) variabel berpikir positif dengan kepercayaan diri dalam penelitian ini 0,483. Hal ini menunjukan bahwa berpikir positif memberi sumbangan efektif terhadap kepercayaan diri sebesar 48,3%.
13
Pembahasan Berdasarkan hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasi product moment, koefisien korelasi antara berpikir positif dengan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan adalah 0,695 dengan p=0,000 atau p<0,001 dimana hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara berpikir positif dengan kepercayaan diri. Dalam hal ini semakin tinggi berpikir positif maka semakin tinggi kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Demikian juga sebaliknya, semakin rendah berpikir positif maka semakin rendah kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Hasil uji linieritas dari variabel berpikir positif dan kepercayaan diri adalah F=51,269 dengan p=0,000 dan karena p<0,005 berarti variabel berpikir positif dan kepercayaan diri dapat dikatakan memiliki korelasi yng linier. Hal ini berarti hubungan antara dua veribel penelitian mengikuti garis yang linier, dimana hubungan antara berpikir positif dengan kepercayaan diri adalah positif, artinya semakin tinggi berpikir positif maka kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Berdasarkan penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa subyek memiliki berpikir positif yang cukup baik, sehingga subyek dapat mengatasi masalah dalam menghadapi pertandingan, dan subyek dapat percaya diri dalam menghadapi pertandingan. Subjek dalam penelitian ini memiliki tingkat berpikir positif yang tinggi, hal ini dapat dillihat dengan hasil rerata empirik subjek yaitu 70,415 (X > 52,8).
14
Demikian halnya denngan kepercayaan diri subjek dalam penelitian ini berada pada kategori sangat tinggi dengan rerata empirik 70,104 (X > 52,8). Sumbangan variabel berpikir positif terhadap kepercayaan diri pada atlet pencaka silat dalam menghadapi pertandingan, dalam penelitian ini adalah 0,483 hal ini menunjukan bahwa berpikir positif memberikan sumbangn efektif terhadap kepercayaan diri sebesar 48,3% artinya ada 51,7% yang merupakan pengaruh dari varibel lain, pengaruh tersebut baik dari dalam ataupun luar diri subyek penelitian yang kemungkinan memberi pengaruh terhadap kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. Varibel lain yang mempengaruhi atlet dalam menghadapi pertandingan ada dua yaitu faktor psikologis dan faktor fisik. Faktor secara psikologis adalah prestasi dan motivasi, hal ini terkait dengan motivasi instrinsik dan ekstrinsik. Sedangkan faktor fisik yang mempengaruhi atlet dalam menghadapi pertandingan yaitu faktor kondisi fisik dalam hal ini terkait dengan keadaan fisik atlet, seperti adanya cidera kaki atau tangan, faktor perlengkapan, hal ini terkait perlengkapan yang disediakan panitia seperti body protector yang akan digunakan atlet tipis atau kecil sehingga atlet merasa kurang nyaman saat bertanding, Faktor pengalaman bertanding, pengalaman masa bertanding sebelumnya dapat mempengaruhi kepercayaan dirinya dan seberapa banyak jam terbang sang atlet, faktor pelatih, ketergantungan atlet pada pelatih terkadang tinggi, apabila pelatih tidak menghadiri pertandingan maka pertandingan yang dia hadapi kurang maksimal, faktor latihan, seberapa sering dia latihan dan menguasai teknik dengan baik maka dia akan merasa percaya pada kemampuan yang dimilikinya.
15
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis diterima. Ada hubungan yang positif dan sangat signifikan antara berpikir positif dan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan, dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi berpikir positif, maka kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan semakin tinggi, sebaliknya semakin rendah berpikir positif, maka kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan rendah. \ Saran-Saran Dalam penelitian ini tentunya masih banyak terdapat kekurangan sehingga peneliti merasa perlu adanya saran-saran membangun yang ditujukan pada beberapa pihak agar manfaat yang didapat lebih komprehensif dan aplikatif. Saran-saran tersebut ditujukan pada : 1. Atlet Pencak Silat Bagi atlet pencak silat diharapkan untuk selalu berpikir positif dalam menghadapi berbagai macam pertandingan, dengan cara belajar untuk memiliki harapan yang positif, dapat memusatkan pada kekuatan yang dimiliki, tidak menilai sesuatu dengan kecenderungan negatif, dan menjauhkan diri dari perasaan menyesal dan frustasi. Sehingga kepercayaan diri akan terbentuk dan prestasi akan dapat mudah di raih. Sebagaimana hasil dari penelitian ini adalah bahwa berpikir positif berkorelasi positif terhadap kepercayaan diri pada atlet dalam
16
menghadapi pertandingan, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa berpikir positif merupakan salah satu alternatif yang dapat memunculkan kepercayaan diri pada atlet pencak silat dalam menghadapi pertandingan. 2. Bagi Pelatih Dan Orang Tua Subyek Para pelatih dan orang tua hendaknya selalu mengarahkan pada atlet-atlet dan anak-anaknya untuk berpikir positif, mengarahkan sesuatu kearah cara pikir yang positif, melihat segala sesuatu dari segi positifnya. Sehingga kepercayaan diri pada diri atlet dan anak akan timbul. Dengan adanya kepercayaan diri pada diri atlet maka dalam menghadapi pertandingan dia akan percaya diri, dan prestasi akan mudah didapat. 3. Saran Untuk Peneliti Selanjutnya Penelitian ini masi memiliki kekurangan, Bagi peneliti selanjutnya agar menambahkan variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi kepercayaan diri atlet, seperti penampilan fisik, motivasi, pengalaman bertanding, prestasi dan lainlain.
17
DAFTAR PUSTAKA
Afiatin, Tina. Dkk. Peningkatan kepercayaan diri remaja melalui konseling kelompok. Psikologika No. 6 tahun III. 1998 Albrrecht, K. Brain Power Learn to Improve Your Thinking Skills. A Spectrum Book. United States of America. 1980 Amir, Nyak. Pengembangan instrumen kecemasan olahraga. Anima, Indonesian Psychological Journal Vol 20, No 1. 2004 Andriani. Hubungan Kepercayaan Diri, Kemandirian Dengan Prestasi Atlet Pencak Silat. Skripsi. Tidak Dipublikasikan. Universitas Islam Indonesia. 2001 Dimyati. Kepercayaan Diri Atlet PON DIY Menghadapi PON XVI di Palembang. Jurnal Psikologi. Volume 32 No 1,24-33. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada. 2005 Dumara. Razak. Hubungan Antara Taraf Intelegensi, Kepercayaan diri dan pendidikan orang tua. Tesis. Tidak diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas Psikologi UGM. 1997 Fajar, yuli. Susetyo. Hubungan antara berfikir positif dan jenis kelamin. Skripsi. Tidak diterbitkan. Yogyakarta. Fakultas psikologi UGM.1998 Gunarsa, singgih. Dkk. Psikologi Olahraga Teori dan Praktik. PT BPK Gunung Mulia. Jakarta. 1996 Hakim, Thursan. Mengatasi Rasa Tidak Percaya Diri. Puspa Swara. Jakarta. 2005 Hartanti. Dkk. Aspek Psikologis dan Pencapaian Prestasi Atlet Nasional Indonesia. Anima, Indonesian Psychological Journal Vol 20, No 1. 2004 Haryono. Rudi. Kunci Mencapai Sukses. Putra Pelajar. Gresik. Jawa Timur. 1999 Karyono. Signifikansi pendekatan motivasional bagi atlet bela diri koni jawa tengah th. 2004. jurnal psikologika Undip Vol 2 No 1. 2005 Kumara, A. Studi Validitas dan Reliabilitas The Test of Self Confidence. Laporan penelitian (tidak dipublikasikan). Yogyakarta. Fakultas Psikologi. 1988 Lubis, Johansyah. Pencak Silat Panduan Praktis. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2004
18
Melandy. Aziza. Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi, Percaya Diri Sebagai Variabel Pemoderasi. Http://info.stieperbanas.ac.id/makalah. 2007 Pengertian Psikologi olahraga. http://pojokpenjas.wordpress.com/page/3/ Selytania, Lilis. Hubungan antara kepercayaan diri dengan kecemasan menghadapi ujian nasional pada siswa kelas III SMU. Naskah publikasi. Tidak diterbitkan. Universitas Islam Indonesia. 2007 Susmawati, Nani. Hubungan antara konsep diri dengan berfikir positif pada remaja. Naskah publikasi. Tidak diterbitkan. Universitas Islam Indonesia. 2004 Tobing, Fajar. Pengembangan Kepribadian. http://percayadiri.asmakmalaikat.com/membangun_kepercayaan_diri.htm Ubaedy. Kedahsyatan Berpikir Positif. PT Gagas Komunika. Depok. 2007 Utomo. Cemas Bikin Lemas: Menghadapi Kecemasan dengan Lebih Berani!. http://www.stopwhatch.com Vealey, R. dkk Achievement Goals of Adolescent Figure Skater: Impact on Self Confidence, Anciety, and Perfomance. Journal of Adolecent Research. Volume 3, No 2. 1988 Yulianto, Fitri. Nashori, Fuad. Kepercayaan diri dan prestasi atlet tae kwon do daerah istimewa yogyakarta. Jurnal psikologi universitas dipenogoro. 2006