1
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERLAKUAN ORANGTUA DENGAN SELF ESTEEM
DISUSUN OLEH: HERAWATI SETIANINGSIH OKTAVIANTI IRWAN NURYANA KURNIAWAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2007
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERLAKUAN ORANGTUA DENGAN SELF ESTEEM
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi., M.Si)
3
Hubungan Antara Persepsi Terhadap Perlakuan Orangtua Dengan Self Esteem
Herawati Setianingsih Oktavianti Irwan Nuryana Kurniawan
Intisari
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem pada anak. Persepsi terhadap perlakuan orangtua dibedakan menjadi persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu. Hipotesis yang diajukan adalah ada korelasi positif antara persepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem anak. Subyek penelitian ini berjumlah 65 anak yang merupakan siswa-siswi Sekolah Dasar Terpadu Ma’arif Gunung Pring kelas V dan VI. Adapun skala yang digunakan adalah skala self esteem dan skala persepsi terhadap perlakuan orangtua yang dibedakan menjadi persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu. Skala self esteem diadopsi dari LAWSEQ Self EsteemQuestionnaire (dalam http :// www. Users .globalnet .co.uk /˜ ebdstudy /strategy/ Lawseq.htm) sedangkan skala persepsi terhadap perlakuan orangtua diadopsi dari skala persepsi terhadap perlakuan orangtua oleh Fatiasari (2003). Masing-masing skala terdiri dari 15 aitem. Data yang diperoleh dari penelitian ini dianalisis dengan korelasi Product moment namun karena hasilnya tidak normal dan tidak linear maka analisis yang digunakan adalah korelasi parametrik Spearman. Hasil yang diperoleh dari persepsi terhadap perlakuan ayah adalah r = 0,065, p>0,01 dan persepsi terhadap perlakuan ibu r = -0,01, p>0,01 perlakuan. Dari hasil tersebut berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara perepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem anak. Kata kunci: persepsi terhadap perlakuan orangtua, self esteem
4
PENDAHULUAN
Self esteem merupakan modal manusia untuk menakar keberadaan dirinya. Melalui self esteem, manusia melihat dan bercermin serta menilai dirinya. Melalui self esteem pula dapat menghargai diri sendiri dan orang lain. Self esteem juga mengandung arti suatu hasil penilaian individu terhadap dirinya yang diungkapkan dalam sikap-sikap dapat bersifat positif atau negatif. Bagaimana seorang anak menilai dirinya akan mempengaruhi prilaku dalam kehidupan sehari-hari. Dalam proses pertumbuhan dan proses kehidupan, ternyata tidak mudah dalam membentuk self esteem yang positif, karena mungkin mempunyai pandangan yang tidak menyenangkan terhadap diri sendiri karena pengaruh komentar temanteman, orangtua, saudara atau orang lain. Self esteem yang hakiki seperti kejujuran, tanggung jawab, kebaikan hati, cinta kepada Tuhan dan sesama manusia, kebenaran dan pengabdian kepada Tuhan. Self esteem yang didasarkan pada nilai kejujuran akan mampu memberikan penerimaan yang tulus tentang keadaan dirinya, baik kemampuan maupun kekurangan yang dimiliki. Karena setiap manusia memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, sekarang ini sangat banyak manusia yang salah kaprah dalam menilai self esteemnya. Misalnya banyak manusia yang menyandarkan self esteemnya pada kecantikan dan ketampanan fisik, kekayaan dan kecerdasan semata. Pandangan tersebut diantaranya sebagai akibat dari tayangan televisi, yang sekarang ini lebih didominasi oleh kecantikan dan ketampanan serta kekayaan. Hal tersebut mengakibatkan seseorang tidak puas dan risau dengan fisik yang kurang
5
sempurna. Orang merasa tidak berharga karena buruk rupa, miskin, dan bodoh. Fenomena-fenomena tersebut bahkan sudah menjalar di kalangan anak-anak. Hanya karena ingin tampil cantik di depan teman-temannya, anak-anak sekolah dasar sudah memakai make up misalnya bedak dan body lotion padahal belum waktunya. Mereka takut jika ada teman-temannya yang mengatakan jelek si anak tersebut menjadi minder atau kurang percaya diri. Seorang anak suka menggoda temannya atau membuat ulah sehingga mendapat perhatian dari orang lain dan merasa jika telah mendapat perhatian dari orang lain dirinya berharga dan kehadirannya dibutuhkan orang lain. Bahkan banyak terjadi siswa sekolah dasar laki-laki berkelahi dengan temannya hanya karena tersinggung oleh ejekan temannya yang dianggapnya merendahkan dirinya sehingga ia nekat menyerang agar dianggap pemberani dan untuk membuktikan kepada teman-temannya kalau dirinya sebenarnya mempunyai kemampuan yang dapat dihargai dan dirinya berguna. Contoh-contoh tersebut membuktikan bahwa anak-anak yang tidak memiliki kecantikan dan ketampanan, kekayaan, dan kecerdasan mereka melakukan tindakan-tindakan yang negatif karena ingin diperhatikan oleh orang lain. Sebaliknya jika anak memiliki self esteem yang positif maka akan membangkitkan rasa percaya diri, penghargaan diri, rasa yakin akan kemampuannya sendiri dan rasa berguna serta rasa bahwa kehadirannya diperlukan di dunia ini. Penelitian yang dilakukan oleh Brown (dalam e-psikologi, 2000) mengatakan bahwa self esteem anak usia 11-12 tahun ternyata memiliki korelasi yang kuat dengan hasil persepsi mereka terhadap aspek yang terkait dalam hubungan
6
komunikasi orangtua-anak. Dibandingkan dengan anak-anak yang memiliki self esteem stabil, anak-anak dengan self esteem yang tidak stabil dilaporkan bahwa orang tua mereka ternyata suka mengkritik, mengontrol secara berlebihan dan kurang menghargai perilaku-perilaku positif yang dilakukan anaknya. Melihat dari contoh-contoh yang telah dikemukakan di atas, lingkungan sosial cenderung
membentuk
anak-anak
dengan
menghadapkan
pada
aneka
pembelajaran instan, bahkan mengarah pada kekerasan dan pemaksaan sebagai cara yang dipandang efektif dalam memecahkan masalah. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa self esteem seseorang telah terbentuk sejak kecil. Untuk itu selayaknya ditanamkan self esteem yang kuat pada anak-anak sejak kecil pula agar anak kelak dapat menghadapi segala tekanan di lingkungan sosial. Anak itu harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu dipersiapkan agar kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, bermoral dan berguna bagi masyarakat. Untuk itu perlu dipersiapkan sejak dini yaitu sejak dalam kandungan melalui perlakuan yang baik. Di sini peran orangtua sangat diperlukan. Dimana keluarga
merupakan
lembaga
pertama
yang
sangat
berpengaruh
bagi
perkembangan anak sehingga sebelum terjun ke lingkungan sosial anak perlu diberi bekal agar tidak terpengaruh dan mampu menghadapi segala tekanan di lingkungan sosial. Hal itu sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kartono (Yuniyati, 2003) keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan menyatakan dirinya sebagai makhluk sosial. Keluarga memberikan dasar pembentukan tingkah laku, watak, moral dan pendidikan pada anak.
7
Telah dipaparkan di atas bahwa keluarga sebagai peletak dasar dalam pembentukan pribadi anak berarti keluarga mempunyai kedudukan yang sangat penting. Namun demikian sampai sejauh mana hal tersebut telah dilaksanakan oleh keluarga kiranya masih perlu dikaji lebih jauh. Salah satu segi yang perlu dikaji adalah bagaimana perlakuan orangtua terhadap anak dan bagaimana persepsi anak terhadap perlakuan orangtua. Perlakuan orangtua terhadap anak akan mempunyai pengaruh terhadap pribadi anak, khususnya berkaitan dengan self esteem anak. Apapun yang dilakukan oleh orangtua akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak, termasuk self esteemnya. Karena itu sikap dan perlakuan orangtua terhadap anak akan sangat berpengaruh terhadap pembentukan self esteem anak. Bila orangtua bersikap baik terhadap anak, hal tersebut akan sangat membantu terbentuknya self esteem anak yang positif, demikian pula sebaliknya. Namun demikian hal tersebut sering tidak dimengerti atau tidak disadari oleh orangtua. Berdasarkan dari uraian di atas jelas bahwa sebagai lembaga pertama yang berpengaruh bagi perkembangan anak, orangtua atau keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan self esteem yang positif pada anak. Untuk itu perlakuan orangtua sangat berpengaruh pada self esteem anak. Kepribadian sebagai salah satu aspek penting dari setiap individu mempunyai arti yang sangat berharga. Self esteem merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang. Branshaw (1981 dalam Handayani, 1997) menyatakan bahwa self esteem merupakan penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Menurut Coopersmith (1967) self esteem merupakan suatu hasil dari
8
penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Penilaian ini dipengaruhi oleh sikap penghargaan dan penerimaan orang lain terhadap individu yang diterima melalui interaksi sosialnya (Bee,1981 dalam Lestari, 1995). Hurlock (1996) mengatakan bahwa self esteem terbentuk pada masa kanakkanak dan di masa remaja self esteem akan mengalami kemapanan. Perkembangan self esteem ini bermula terhadap dirinya sendiri kemudian berkembang atas dasar nilai yang dipelajari dari interaksinya dengan individu lain. Seiring dengan bertambahnya usia, anak mulai mengadakan kontak sosial dengan lingkungan yang luas. Melalui pengalaman melakukan interaksi ini anak akan mengembangkan gambaran dirinya melalui sikap dan respon orang lain terhadap dirinya (Koentjara, 1989). Selain itu dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengembangkan sistem kognitifnya, yaitu kepercayaan diri dan cara individu membuat kerangka penilaian dirinya, sehingga self esteem pada saat selanjutnya akan ditentukan oleh faktor kognitif di samping faktor afektif (Pelham dan Swann dalam Lestari, 1995). Coopersmith (1967, dalam Berns, 2003) menjelaskan hal-hal yang dapat menaikkan self esteem seseorang adalah dengan keberhasilan yang diperoleh selama dirinya berinteraksi dengan lingkungan. Keberhasilan itu sendiri meliputi aspek-aspek berikut, yaitu: a. Power yaitu kamampuan untuk bisa mengatur dan mengontrol tingkah laku orang lain yang didasarkan oleh adanya pengakuan dan rasa hormat yang diterima individu dari orang lain.
9
b. Significance yaitu kepedulian, perhatian dan afeksi yang diterima individu dari orang lain yang mengindikasikan penerimaan dan popularitas individu di lingkungan sosialnya. c. Virtue yaitu adanya suatu ketaatan untuk mengikuti standar moral dan etika dimana individu akan menjauhi tingkah laku yang harus dihindari dan melakukan tingkah laku yang dibolehkan atau diharuskan untuk moral, etika dan agama. d. Competence. Aspek ini menunjukkan adanya suatu kemampuan untuk sukses memenuhi tuntunan prestasi yang ditandai dengan keberhasilan individu dalam mengerjakan tugas dengan baik. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi self esteem dapat dibedakan menjadi dua faktor yaitu dari dalam diri individu sendiri (internal) dan faktor yang berasal dari luar individu (eksternal), antara lain a) Keadaan psikologi individu b) Lingkungan keluarga c). Lingkungan sosial d) Jenis kelamin. Menurut Hurlock (1973) orangtua adalah orang dewasa yang membimbing perkembangan anak ke tahap perkembangan selanjutnya, yaitu masa dewasa. Tugas orangtua adalah melengkapi dan mempersiapkan anak menuju ke masa dewasa dengan memberikan bimbingan dan pengarahan yang dapat membantu anak dalam menjalani kehidupan. Persepsi menurut Young (1956 dalam Nasichah, 2002) menunjukkan adanya suatu aktivitas dari mengidera, menginterpretasi dan memberi penilaian terhadap obyek-obyek fisik maupun sosial
10
Persepsi merupakan pandangan, pengamatan atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku manusia atau hal-hal lain yang ditemuinya seharihari (Crow dan Crow, 1976). Perlakuan orangtua adalah cara orangtua memperlakukan anak dan sikap orangtua terhadap anak. Jika perlakuan orangtua menguntungkan, maka membentuk hubungan orangtua-anak yang baik. Perlakuan orangtua juga dapat berarti cara orangtua memberikan penghargaan dan hukuman terhadap anak. (Hurlock, 1978). Perlakuan orangtua ini bisa terbentuk dari hasil interaksi antara anak dengan orangtuanya. Dalam interaksi masing-masing saling mempengaruhi satu dengan yang lain, masing-masing saling memberikan stimulus dan respon (Marx,1976: Young,1956 dalam Walgito 1990). Dengan interaksi antara anak dengan orangtua maka akan terbentuk gambaran-gambaran tertentu pada masing-masing pihak. Dengan demikian anak mempunyai gambaran-gambaran tertentu mengenai orangtuanya terutama sikap dan cara orangtua memperlakukan anak atau sebaliknya dengan interaksi tersebut orangtua mempunyai gambaran mengenai sikap anak. Hal serupa juga dikemukakan oleh Hurlock (1973) yang menyatakan bahwa sikap orangtua mempengaruhi cara mereka memperlakukan anak dan perlakuan mereka terhadap anak akan mempengaruhi sikap dan perilaku anak terhadap mereka. Mengenai hubungan antara persepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem dikatakan orangtua dituntut agar bisa membimbing dan mengarahkan anak dengan baik karena anak mulai mengadakan hubungan langsung dengan
11
lingkungan pertama-tama adalah lingkungan keluarga terutama orangtua. Keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama-tama bagi anak (Walgito, 1984). Dalam lingkungan keluargalah anak mulai mengadakan persepsi baik mengenai hal-hal di luar dirinya maupun mengenai dirinya sendiri. Dalam keluargalah anak mulai terbentuk self esteemnya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lingkungan keluarga, terutama orangtua mempunyai peran yang sangat penting dalam rangka pembentukan self esteem anak. (Buss,1978; Coopersmith, 1967). Menurut Johnson dan Medinus (1974) dalam melihat hubungan anak dengan orangtua dilihat dari dua arah yang terpisah satu dengan yang lain, yaitu dari segi penerimaan-penolakan (acceptance-rejection) dan otonomi-kontrol (autonomycontrol). Pendapat ini senada dengan yang dikemukakan oleh Hetherington dan Parke (1977) yaitu warmth hostility dan restrictiveness-permissiveness. Penerimaan-penolakan (acceptance-rejection) berkaitan dengan kehangatan dan penolakan orangtua terhadap anak, ini merupakan aspek hubungan emosional. Pada
aspek
ini
orangtua
sangat
memperhatikan
perkembangan
dan
memperhitungkan minat anak. Dengan sikap orangtua yang demikian membuat self esteem anak meningkat karena anak merasa kehadirannya dibutuhkan, diterima dan anak juga merasa dirinya dihargai. Sebaliknya pada aspek penolakan, antara orangtua dengan anak ada sikap bermusuhan, orangtua terlalu banyak menuntut dan orangtua kurang memperhatikan kesejahteraan anak. Sikap orangtua yang demikian menyebabkan anak merasa dirinya ditolak kehadirannya dan
12
merasa bahwa dalam dirinya tidak ada yang berharga sehingga menumbuhkan self esteem yang negatif. Aspek otonomi-kontrol atau restrictiveness-permissiveness mencerminkan hubungan orangtua dengan anak dalam kaitannya dengan pemberian atau penanaman disiplin pada anak. Dalam suasana otonomi atau permisif orangtua memberikan kontrol kepada anak. Jika perlakuan permisif tidak berlebihan dapat meningkatkan self esteem anak, karena dengan anak merasa dirinya berharga di depan orangtuanya. Pada kontrol/ restrictiveness orangtua sangat ketat memberikan kontrol kepada anak-anaknya.Anak harus tunduk dengan orangtua. Sikap orangtua yang terlalu mengontrol anak ini menyebabkan self esteem anak kurang percaya diri karena setiap perilakunya harus sesuai dengan orangtuanya sehingga anak merasa dirinya tidak mempunyai kemampuan. Perlakuan orangtua yang demikian menyebabkan self esteem anak yang negatif.
HIPOTESIS Ada korelasi positif antara persepsi perlakuan orangtua dengan self esteem. Semakin positif persepsi anak terhadap perlakuan orangtua, maka semakin positif self esteem anak. Sebaliknya, semakin negatif persepsi anak terhadap perlakuan orangtua maka semakin negatif self esteem anak.
13
METODE PENELITIAN Subyek penelitian ini adalah anak-anak usia 9-13 tahun yang merupakan siswa-siswi kelas 5 dan 6 SD Terpadu Ma’arif Gunungpring, Muntilan, Magelang. Jumlah subyek 65 anak. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala. Skala yang digunakan pada penelitian ada dua yaitu skala self esteem dan skala persepsi terhadap perlakuan orangtua. Skala self esteem disusun peneliti berdasarkan dari LAWSEQ Self Esteem (dalam http :// www. Users. Globalnet. Co.uk/˜ ebdstudy /strategy/Lawseq.htm) dan skala persepsi terhadap perlakuan orangtua diadopsi dari skala persepsi terhadap perlakuan orangtua oleh Fatiasari (2003). Walaupun awalnya skala LAWSEQ Self Esteem Questionnairre terdiri dari 22 aitem dan persepsi terhadap perlakuan orangtua 48 aitem namun masing-masing skala hanya diambil 15 aitem. Pada persepsi terhadap perlakuan orangtua aitem yang diambil hanya aitem yang favourabel saja. Skala persepsi terhadap perlakuan orangtua disusun mencakup aspek-aspek kehangatan dan rasa aman, kemampuan menahan kemarahan dan permusuhan, dan responsif. Distribusi nomor aitem skala persepsi terhadap perlakuan orangtua yang terdiri dari persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 1 Distribusi Nomor Aitem Skala 2 Aspek 1. Kehangatan dan rasa aman 2. Kemampuan menahan kemarahan dan permusuhan 3. Responsif Total
Nomor Butir 1,3,8,9,15 4,6,7,12,13
Jumlah 5 5
2,5,10,11,14
5 15
14
Skala self esteem ini terdiri dari 15 pertanyaan. Penilaian pada skala self esteem dilakukan dengan menjumlahkan skor yang diperoleh subyek pada setiap aitem yang dijawab. Pada aitem nomor 4,7,9 jika subyek menjawab tidak maka mendapat nilai 2, namun jika menjawab ya mendapat nilai 1. Sebaliknya, jika pada nomor 1,2,3,5,6,8,10,11,12,13,14,15 subyek menjawab tidak maka mendapat nilai 1 namun jika menjawab ya mendapata nilai 2. Semakin banyak skor yang diperoleh subyek maka semakin positif self esteemnya, sebaliknya semakin sedikit skor yang diperoleh subyek maka semakin negatif self esteemnya. Skala persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu terdiri dari 15 pernyataan. Aitem-aitem dalam skala disusun dengan menggunakan tiga alternatif jawaban yaitu sering (S), jarang (JR), atau tidak pernah (TP). Skor total subyek diperoleh dengan cara menjumlahkan skor seluruh aitem pada skala ini. Skor yang diberikan adalah untuk jawaban sering (S) mendapat skor 3, untuk jawaban jarang (JR) mendapat skor 2 dan untuk jawaban tidak pernah mendapat skor 1. Semakin tinggi skor total yang diperoleh subyek maka semakin positif persepsi subyek terhadap perlakuan orangtua dan sebaliknya semakin rendah skor total yang diperoleh subyek maka semakin negative persepsi anak terhadap perlakuan orangtua. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik korelasi product moment dari Pearson untuk mengetahui hubungan antara persepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem anak dengan bantuan program SPSS 11.5 for windows.
15
HASIL Berdasarkan deskripsi statistik data penelitian pada skala persepsi terhadap perlakuan yang dibedakan menjadi persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu dan skala self esteem dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 2 Deskripsi Statistik Data Penelitian Skor X Variabel Yang Dimungkinkan (Hipotetik) Xmax Xmin Mean SD Persepsi 45 15 30 5 thd Perlk. Ayah Persepsi thd 45 15 30 5 Perlakuan Ibu Self 30 15 22,5 2,5 Esteem
Skor X Yang Diperoleh (Empirik) Xmax Xmin Mean SD 43
23
34,8
4,8
45
22
36,7
5,5
22
14
21,2
1,5
Subyek dalam penelitian ini digolongkan menjadi lima kategori (Azwar, 2002) yaitu sangat positif, positif, sedang, negatif dan sangat negatif. Untuk mengetahui keadaan kelompok subyek penelitian berdasarkan sebaran hipotetik dari skor skala persepsi terhadap perlakuan orangtua yang dibedakan menjadi persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu, maka dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Perlakuan Ayah Kategori Skor Jumlah X < 21 Sangat negatif 0 21 = X = 27 Negatif 7 27 < X = 33 Sedang 15 33 < X = 39 Positif 36 X > 39 Sangat Positif 7
Prosentase 0% 10,76 % 23,07 % 55,38 % 10,76 %
16
Tabel 4 Kriteria Kategorisasi Skala Persepsi Terhadap Perlakuan Ibu Kategori Skor Jumlah X < 21 Sangat negative 0 21 = X = 27 Negatif 5 27 < X = 33 Sedang 14 33 < X = 39 Positif 21 X > 39 Sangat Positif 25
Prosentase 0% 7,69 % 21,53 % 32,3 % 38,46 %
Tabel 5 Kriteria Kategorisasi Skala Self Esteem Kategori Skor X < 13,21 Sangat negative 13,21 = X = 15,41 Negatif 15,41 < X = 17,59 Sedang 17,59 < X = 19,79 Positif X > 19,79 Sangat Positif
Prosentase 0% 3,07 % 0% 6,15 % 90,76 %
Jumlah 0 2 0 4 59
Dari tabel di atas, didapat bahwa subyek penelitian pada skala persepsi terhadap perlakuan ayah berada dalam kategori positif dengan rentang 33 < X = 39 pada taraf 55,38%, persepsi terhadap perlakuan ibu berada dalam kategori positif dan sangat positif. Dengan rentang 33 < X = 39 untuk positif dan rentang X > 39 untuk sangat positif. Pada kategori positif tarafnya sebesar 32,3% dan pada kategori sangat positif tarafnya sebesar 38,46%. Sedangkan pada self esteem berada pada kategori sangat positif dengan rentang X > 19,79 sebesar 90,76%. Uji Asumsi a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan teknik One Sample Kolmogorof-Smirnov. Variabel persepsi terhadap perlakuan orangtua yang dibedakan menjadi dua, pada persepsi terhadap perlakuan ayah menunjukkan KSZ = 1,287; p = 0,073 (p>0,05) dan persepsi terhadap perlakuan ibu K-SZ =
17
0,839; p = 0,482 (p>0,05). Variabel self esteem menunjukkan K-SZ = 2,677; p = 0,000 (p<0,000). Hasil uji normalitas ini menunjukkan bahwa skor subyek pada alat ukur persepsi terhadap perilaku orangtua yang terdiri dari persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu memiliki sebaran normal sedangkan pada alat ukur self esteem memiliki sebaran tidak normal. b. Uji Linearitas. Uji linearitas persepsi terhadap perlakuan ibu dengan self esteem dilihat dari Deviation from Linearity diperoleh F = 0,390 dan p = 0,815 (p>0,05) ,sedangkan jika dilihat dari linearity diperoleh F = 0,044 dan p = 0,834 (p>0,01) sehingga hasilnya tidak linear. Uji linearitas persepsi terhadap perlakuan ibu dengan self esteem dilihat dari Deviation from Linearity diperoleh F = 0,089 dan p = 986 (p> 0,05), sedangkan dilihat dari linearity diperoleh F = 0,033 dan p = 0,857 (p>0,01) sehingga hasil linearitas ini menunjukkan bahwa antara persepsi terhadap perlakuan orangtua yang dibedakan persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu dengan self esteem tidak linear, sehingga analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis non parametrik dari Spearman. Uji Hipotesis Hipotesis yang diajukan oleh peneliti adalah adanya hubungan positif antara persepsi terhadap perlakuan orangtua yang dibedakan persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu dengan self esteem. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi non parametrik dari Spearman yang hasilnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: Tabel 6 Korelasi Persepsi terhadap Perlakuan Orangtua dengan Self Esteem
18
Perlakuan Ayah Perlakuan Ibu Self Esteem
Perlakuan Ayah
Perlakuan Ibu
Self Esteem
1 0,524 0,099
0,524 1 -0,01
0,099 -0,01 1
Hasil analisis yang telah dilakukan dengan bantuan program SPSS versi 11.5 for windows diperoleh hasil bahwa koefisien korelasi (r antara persepsi terhadap perlakuan orangtua yang dibedakan persepsi terhadap perlakuan ayah dan persepsi terhadap perlakuan ibu dengan self esteem sebesar 0,065 dan -0,01. Angka tersebut menunjukkan tidak adanya korelasi antara persepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem (di bawah 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara persepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem. Dengan demikian hipotesis yang diajukan oleh peneliti ditolak.
PEMBAHASAN Awalnya penelitian ini akan menggunakan analisis data dengan teknik korelasi parametrik dari pearson namun karena hasilnya tidak normal dan tidak linear maka teknik analisis datanya menggunakan teknik korelasi Spearman. Hasilnya menunjukkan bahwa tidak ada korelasi signifikan persepsi terhadap perlakuan orangtua yang dibedakan persepsi terhadap perlakuan ayah dan perlakuan ibu dengan self esteem. Persepsi terhadap perlakuan ayah menunjukkan hasil r = 0,099, p>0,01 dan persepsi terhadap perlakuan ibu menunjukkan r = -0,01, p>0,01. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua variabel tidak memenuhi syarat korelasi. Tidak adanya korelasi kedua variabel tersebut dikarenakan subyek pada penelitian ini adalah anak-anak usia 9-13 tahun. Pada usia tersebut, kemampuan
19
verbalnya masih kurang padahal padahal pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode angket. Anak-anak disuruh mengisi angket yang diberikan dan saat itu juga harus segera diisi sehingga waktu anak untuk berpikir kurang. Selain itu, waktu anak bersama orangtua sangat sedikit karena subyek banyak mengikuti ekstrakurikuler sehingga waktunya lebih banyak dihabiskan oleh teman-temannya. Akibatnya pengaruh orangtua terhadap dirinya berkurang. Bee (1981) mengatakan bahwa self esteem merupakan hasil penilaian seseorang terhadap dirinya sendiri. Penilaian diri ini dipengaruhi oleh sikap penghargaan dan penerimaan orang lain terhadap individu yang diterima melalui interaksi sosialnya. Hal ini menunjukkan bahwa yang mempengaruhi positif atau negatifnya self esteem seseorang dari interaksi sosialnya. Kondisi subyek yang telah menginjak usia 10 tahun ke atas, maka interaksi sosialnya tidak hanya dari orangtua saja melainkan lingkungan sosial misalnya teman sebaya, tetangga, sekolah dan guru. Dengan kondisi tersebut maka pengaruh orangtua sangat sedikit apalagi telah dipaparkan di atas bahwa waktu subyek dengan orangtuanya sangat sedikit karena banyaknya kegiatan ekstrakurikuler yang harus diikuti subyek. Dengan kegiatan tersebut, waktu subyek lebih banyak dihabiskan oleh temanteman sebayanya. Melalui teman sebaya tersebut pula anak-anak mengevaluasi apa yang mereka lakukan dalam arti apakah yang mereka lakukan lebih baik dari teman-temannya atau tidak karena hal tersebut sulit dilakukan di rumah selain itu mereka ingin diakui dan dianggap berharga bahkan ingin populer di kalangan teman sebayanya, dengan dianggap populer mereka merasa percaya diri sehingga mempunyai self esteem yang positif.
20
Dengan bertambahnya usia, anak mulai dapat mengembangkan sistem kognitifnya, yaitu kepercayaan diri dan cara individu membuat kerangka penilaian dirinya, sehingga self esteem selanjutnya akan ditentukan oleh faktor kognitif di samping faktor afektifnya (Pelham dan Swann dalam Lestari, 1995). Untuk dapat mengembangkan sistem kognitifnya tersebut, anak membutuhkan lingkungan sosial yang lebih luas misalnya sekolah atau lingkungan dengan teman sebayanya. Dalam tahap ini orangtua tidak dapat terlalu mempengaruhi anak. Anak lebih membutuhkan teman-temannya untuk membuktikan kalau anak tersebut percaya diri dan dapat diterima oleh teman-temannya sehingga anak merasa dirinya berharga di depan teman-temannya. Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa orangtua bukan faktor mutlak yang mempengaruhi perkembangan self esteem seseorang karena dalam penelitian ini, peneliti mengambil subyek anak kelas lima dan enam atau sekitar usia 10 tahun dimana dalam usia tersebut anak sudah berinteraksi dengan lingkungan sosial. Pada penelitian ini terbukti bahwa selain faktor orangtua masih ada faktorfaktor lain yang mempengaruhi self esteem anak misalnya teman sebaya. PENUTUP Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa tidak ada korelasi yang signifikan antara persepsi terhadap perlakuan orangtua dengan self esteem. Selain faktor orangtua masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi self esteem anak misalnya teman sebaya. Hendaknya orangtua benar-benar memperhatikan perkembangan anaknya karena ternyata selain perlakuan orangtua, lingkungan dan teman sebaya sangat
21
mempengaruhi perkembangan anak. Orangtua perlu mengawasi lingkungan dan teman-teman si anak sehingga anak tidak terpengaruh hal-hal yang buruk. Walaupun waktu anak lebih banyak dihabiskan oleh teman-temannya namun sebaiknya dengan waktu anak bersama orangtua yang sedikit tersebut orangtua dapat memanfaatkan dengan sebaik-baiknya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan terhadap anak. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat terhadap tema yang sama dengan penelitian ini hendaknya lebih memperbanyak subyek penelitian yang beragam dan mencari subyek yang kiranya waktu bersama orangtua lebih banyak, sehingga penelitian ini dapat digeneralisasikan. Peneliti menggunakan aspek-aspek lain yang mempengaruhi penelitian ini sehingga akan diperoleh hasil yang murni.
22
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. 2002. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Bee, H & Boyd, D. 2003. Life Span Development Fourth Edition. Boston Berns, R. M. 2003. Child Family, School, Community Socialization and Support. New York: University Of California Brown, B. Margaret. 2004. Recommended Practice in Parent Education and Support-A Literatur Review:Part 1- General Parenting Education and Support Issues. http://ag.udel.edu/extension/fam/recprac/part1.pdf.10/07/06 Coopersmith, S. 1967. The Antecedents of Self Esteem. Freeman and Company. San Fransisco Crow, L.D & Crow,A. 1976. General Psychology. New Jersey: Littlefield Adams Handayani. 1997. Hubungan Antara Pola Pikir Positif dengan Harga Diri. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Hetherington, E.M dan Parke, R.D. 1977. Child Psychology A Contemporary Viewpoint 3th Edition. New York: Mc.Graw Hill, inc Hurlock, E. B. 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc. Graw Hill Kogakusha Company.ltd Hurlock, E. B. 1990. Perkembangan Anak. Jilid 2. Edisi keenam.Jakarta: Erlangga Johnson dan Medinnus. 1974. Child Psychology Behavior and Development 2rd Edition. Canada: John Wiley and Sons Koentjara. 1989. Perbedaan Harga Diri Remaja di Daerah Miskin Penghasil Pelacur dan Bukan Penghasil Pelacur. Laporan Penelitian (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Lestari, S. 1995. Hubungan Antara Persepsi Mengenai Penerimaan Orangtua Dengan Harga Diri Pada Remaja Penyandang Tuna Netra. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada
23
Nasichah, U. 2002. Hubungan antara Persepsi Remaja dengan Disiplin Orangtua. Skripsi (Tidak Diterbitkan). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada Walgito. 1992. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset . 2006. LAWSEQ Self-Esteem Questionnaire. http://www.users.globalnet.co.uk/˜ebdstudy/strategy/lawseq/htm.10/16/2006
24
IDENTITAS PENULIS
Nama
: Herawati Setianingsih Oktavianti
No Mahasiswa
: 02 320 176
Alamat
: Kwilet II-01/ 02, Ketunggeng, Dukun, Magelang
No HP
: 085643462761