1
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN KOGNITIF ORANGTUA TENTANG PERKEMBANGAN ANAK DENGAN POLA ASUH DEMOKRATIS
Oleh : DWI YUNITASARI IRWAN NURYANA KURNIAWAN
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA YOGYAKARTA 2006
2
NASKAH PUBLIKASI
HUBUNGAN ANTARA KEYAKINAN KOGNITIF ORANGTUA TENTANG PERKEMBANGAN ANAK DENGAN POLA ASUH DEMOKRATIS
Telah Disetujui Pada Tanggal
Dosen Pembimbing Utama
(Irwan Nuryana Kurniawan, S.Psi, M.Si)
3
HUBUNGAN KEYAKINAN KOGNITIF ORANGTUA TENTANG PERKEMBANGAN ANAK DENGAN POLA ASUH DEMOKRATIS
Dwi Yunitasari Irwan Nuryana Kurniawan
INTISARI Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian adalah ada hubungan positif antara keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Hipotesis ini mengandung arti semakin tinggi keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak maka semakin tinggi pula pola asuh demokratis. Sebaliknya, semakin rendah keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak maka semakin rendah pula pola asuh demokratis. Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu wali murid kelas satu SD Hidayatullah yang memiliki pendidikan minimal SLTA, dan ibu-ibu wali murid TK Yaa Bunayya yang memiliki pendidikan minimal SLTA. Jumlah subjek sebanyak 110 orang. Adapun skala yang digunakan adalah skala pola asuh demokratis mengacu pada aspek yang dikemukakan Brendt (1997), skala keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak hasil dari modifikasi dari skala Belief About Development yang disusun Martin (Sigel, 1992). Skala keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak disusun dengan mengacu pada tiga aspek menurut Martin dan Johnson (Sigel, dkk, 1992), Piaget (Brewer, 2001) dan Vygotsky (Brewer, 2001) Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan teknik statistik product moment dibantu dengan fasilitas program SPSS versi 12.0 untuk menguji apakah terdapat hubungan antara keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Korelasi product moment menunjukkan korelasi sebesar r = 0,255 dan p = 0,004 yang artinya ada hubungan positif yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak. Hasil analisis tambahan menunjukkan bahwa aspek experimentation memberikan sumbangan paling besar terhadap pola asuh demokratis orangtua. Kata Kunci : Keyakinan Kognitif Orangtua, Pola Asuh Demokratis
4
Pengantar
Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama yang ditemui anak. Anak lahir, besar, berkembang dan belajar tidak bisa terlepas dari peran keluarga. Orangtua mempunyai peran untuk melindungi, mengasuh dan menolong anak-anak mereka dalam menjalani proses perkembangan. Relasi kehidupan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya dalam konteks lingkungan keluarga dikenal dengan istilah pola asuh. Darling (1999) menyatakan bahwa pola asuh akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak. Darling (1999) menyatakan bahwa pola asuh akan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perkembangan anak. Anak-anak yang memiliki orangtua dengan pola asuh demokratis akan memiliki kompetensi sosial yang lebih baik dan lebih bisa berperan secara aktif dalam lingkungannya dibandingkan dengan orangtua yang menerapkan pola asuh selain demokratis. Lebih lanjut, Darling (1999) menyebutkan bahwa remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang demokratis akan memiliki tingkat permasalahan yang rendah di sekolah dibandingkan dengan remaja yang dibesarkan di lingkungan yang otoriter. Pola asuh demokratis adalah pengasuhan terhadap anak dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeluarkan hak-haknya berpendapat sehingga terjadi komunikasi dua arah, adanya dorongan orangtua untuk memberi kebebasan dengan tetap adanya batasan-batasan kontrol dari orangtua dan sikap orangtua yang hangat (Brendt, 1997).
5
Pola asuh demokratis menurut Baumrind (Santrock, 2002) lebih menekankan musyawarah dengan anak, komunikasi dua arah, mendorong anak untuk lebih mandiri dan sikap orangtua yang hangat pada anaknya. Pengasuhan demokratis juga diasosiasikan oleh Baumrind (Santrock, 2002) dengan kompetensi pada anak. Pola asuh demokratis lebih memberikan kebebasan pada anak untuk mengembangkan ide-ide dalam mengeksplorasi lingkungannya, orangtua berperan sebagai pendorong dan pengontrol sikap anak. Rubin dan Mills ( Sigel, dkk,1992) menyatakan bahwa pola asuh yang diterapkan oleh orangtua terhadap anaknya merupakan implikasi dari keyakinan orangtua terhadap anaknya. Sementara itu, keyakinan ini merupakan konsekuensi dari tujuan pengasuhan yang telah ditetapkan oleh orangtua. Pola asuh demokratis dapat dipengaruhi oleh keyakinan orangtua terhadap anaknya, harapan orangtua terhadap anak, pendidikan orangtua, perilaku asertif orangtua, iklim keluarga dan komitmen keberagamaan. Sigel (1992) dalam penelitiannya mengartikan keyakinan kognitif orangtua terhadap perkembangan anak adalah kepercayaan orangtua terhadap perubahan kemampuan yang didapatkan anak dari proses belajar. Dimana dalam pembelajaran tersebut anak menggunakan imajinasinya, penggambaran sesuatu sesuai dengan pola pikirnya, pembandingan sesuatu, penyusunan informasi dalam memori anak, dan anak melakukan evaluasi. Martin dan Johnson (Sigel, dkk, 1992) menuturkan bahwa orangtua yang memiliki keyakinan kognitif dalam melihat perkembangan anaknya akan lebih menekankan pada proses interaksi antara pengetahuan yang baru didapatkan dengan
6
pengolahan informasi dalam diri individu. Martin dan Johnson (Sigel, dkk, 1992) juga menggambarkan bahwa implementasi dari keyakinan kognitif orangtua terhadap perkembangan anaknya adalah banyaknya kesempatan yang diberikan orang tua kepada anaknya untuk bereksplorasi dengan lingkungannya. Dalam hal ini, orangtua ikut berperan aktif dalam memaknai sebuah pengalaman baru yang diperoleh anak dalam proses eksplorasi terhadap lingkungan sekitar. Martin dan Johnson (Sigel, dkk, 1992) menuturkan bahwa orangtua yang memiliki keyakinan kognitif dalam melihat perkembangan anak lebih mengutamakan proses perkembangan dari dalam diri individu. Orangtua yang berkeyakinan kognitif menempatkan anak sebagai subjek pelaku perngorganisasian pengetahuanpengetahuan baru dan sebagai penemu kecil dari hasil eksplorasi yang dilakukan terhadap lingkungan di sekelilingnya. Orangtua yang berkeyakinan kognitif lebih memberikan
kebebasan
pada
anak
untuk
melakukan
eksplorasi
dengan
lingkungannya. Orangtua berperan sebagai pengontrol dan fasilitator. Sebagai pengontrol, orangtua tidak terlibat secara langsung dengan kegiatan anak. Hal ini merupakan salah satu karakteristik aspek keterlibatan orangtua dalam pola asuh demokratis. Brendt (1997) menuturkan bahwa orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis memiliki keterlibatan dimana orangtua masuk dalam kehidupan anak namun tidak memberikan pertolongan secara langsung. Rumusan masalah di atas mendorong penulis untuk meneliti keterkaitan hubungan antara keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis.
7
Metode Penelitian
Subjek penelitian adalah ibu-ibu wali murid Subyek dalam penelitian ini adalah ibu-ibu wali murid kelas satu SD Hidayatullah yang memiliki pendidikan minimal SLTA, dan ibu-ibu wali murid TK Yaa Bunayya yang memiliki pendidikan minimal SLTA. Metode pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala pola asuh demokratis dan skala keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak. Skala pola asuh demokratis ini disusun berdasarkan teori Baumrind (1992) yang memiliki aspek kehangatan, kontrol dan keterlibatan orangtua terhadap anak. Aitem untuk mengungkap kehangatan, kontrol dan keterlibatan orangtua terhadap anak disusun dalam bentuk skala likert dengan empat pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Skala keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dalam penelitian ini disusun berdasarkan teori Martin dan Johnson (Sigel, dkk, 1992), Piaget (Brewer, 2001) dan Vygotsky (Brewer, 2001) yang memiliki aspek experimentation, exploration, dan self regulation. Bentuk skala tersebut berupa numerical scale dengan interval 1-5. Sebelum digunakan dalam penelitian, masing-masing skala diuji cobakan terlebih dahulu untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya. Peneliti melakukan uji validitas isi (content validity) melalui judgment ahli yang dilakukan oleh dosen pembimbing. Sedangkan uji reliabilitas kedua skala tersebut dengan menggunakan program SPSS 12.0 for windows.
8
Hasil Penelitian
Uji normalitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik one sample Kolmogorov- Smirnov (KS-1 sample). Hasil uji normalitas pada skala pola asuh demokratis memperoleh nilai Z sebesar 1.140 dan nilai p = 0,148 (p>0,05). Sementara, hasil uji normalitas pada skala keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak didapatkan nilai Z sebesar 0,781 dan nilai p = 0,575 (p>0,05). Berdasarkan hasil analisis di atas, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel penelitian memiliki sebaran yang normal. Berdasarkan uji linearitas yang dilakukan, diperoleh nilai F sebesar 6,533 dengan p= 0,013 (p<0,05).
Berdasarkan hal ini, maka dapat dikatakan bahwa
hubungan antara kedua variabel penelitian adalah linier. Mengacu kepada normalitas dan linieritas data penelitian tersebut, maka uji hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah uji korelasi r product moment dari Pearson. Hasil analisis data dengan menggunakan analisis statistik korelasi Product Moment menunjukkan koefisien korelasi (rxy) = 0,255 dan p = 0,004 (p<0,01). Berdasarkan hal ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis yang diterapkan orangtua. Analisis tambahan dilakukan untuk melihat aspek yang paling berpengaruh terhadap pola asuh demokratis. Berdasarkan analisis tambahan yang dilakukan diperoleh hasil bahwa aspek experimentation mampu menjadi prediktor tinggi rendahnya pola asuh demokratis.
9
Pembahasan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Berdasarkan hasil analisis data yang didapatkan peneliti dari lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara kepercayaan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Berdasarkan hasil analisis data yang didapatkan peneliti dari lapangan, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara kepercayaan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Sigel (1992) menuturkan, bahwa keyakinan orangtua terhadap proses perkembangan kemampuan anaknya didasarkan pada dua kondisi, yaitu pola komunikasi orangtua dengan anak serta kondisi interaktif yang terjadi antara orangtua dan anak. Hal ini sesuai dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anaknya membentuk pola komunikasi dua arah antara anak dengan orangtua dan kondisi interaktif yang terjalin antara anak dan orangtua. Berdasarkan hasil analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Hasil dari analisis tambahan
10
menunjukkan bahwa aspek experimentation memberikan sumbangan paling besar terhadap pola asuh demokratis Tingginya pola asuh demokratis orangtua ditunjukkan oleh 87,3% subjek menjawab SELALU pada aitem 9 yang berbunyi “Bila anak saya sakit, saya menanyakan keluhan-keluhan yang dirasakannya” dan 88,2%
subjek menjawab
SELALU pada aitem 22 yang berbunyi “Saya berusaha membuat anak saya bahagia”. Selain itu pada tabel 9 juga menunjukkan bahwa subjek memberikan respon yang sangat tinggi, tinggi dan sedang pada skala pola asuh demokratis. Tingginya pola asuh demokratis yang diperlihatkan oleh responden penelitian dipengaruhi oleh tingginya keyakinan kognitif orangtua. Hal ini ditunjukkan sebanyak 67,3% subjek menjawab SELALU pada aitem 4 yang berbunyi “Anak prasekolah ketika bertengkar hanya berlangsung sebentar, karena mereka langsung rukun kembali dengan cara mereka sendiri” dan 70,9% subjek menjawab SELALU pada aitem 25 yang berbunyi “Anak-anak mengerti istilah manis ketika mereka makan gula sehingga mereka bisa merasakan rasa gula”. Selain itu pada tabel 10 juga menunjukkan bahwa subjek memberikan respon yang sangat tinggi, tinggi dan sedang pada skala keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak. Kondisi subyek yang sebagian besar memiliki pola asuh demokratis dan keyakinan kognitif tentang perkembangan anaknya yang tinggi menunjukkan adanya korelasi yang berarti antara kedua variabel ini. Di sisi lain, kondisi ini bisa jadi terkait dengan peran keluarga yang maksimal dalam kegiatan pendidikan formal yang dijalani oleh anak-anaknya. Hal ini, bisa jadi karena lembaga pendidikan yang menjadi lokasi penelitian merupakan lembaga yang banyak membangun interaksi
11
antara pihak sekolah yang menjadi sarana belajar anak-anak dengan pihak orang tua selaku penanggung
jawab anak-anak. Dengan adanya buku penghubung yang
diberikan setiap harinya, pihak sekolah mengharapkan terciptanya kerjasama dalam pendidikan anak baik di rumah maupun di sekolah. Hal ini juga tidak terlepas dukungan dari pihak sekolah yang memberikan fasilitas pada orangtua untuk lebih mengembangkan pengasuhan anak ke arah yang lebih baik. Dengan adanya buletin “Fahma” orangtua mendapatkan banyak informasi yang terkait dengan pengasuhan. Dengan diberikan fasilitas kolom tanya jawab pada buletin tersebut, orangtua dapat menanyakan masalah yang terkait dengan pengasuhan atau permasalahan lain yang terkait dengan pendidikan pada anak. Hal ini diperkuat oleh Applegate,dkk (Sigel,dkk, 1992) dalam penelitiannya tentang sikap reflektif yang dilakukan orangtua terhadap anaknya ternyata berimplikasi positif terhadap perkembangan sosial kognitif dan keterampilan komunikasi anak. Berdasarkan hal ini, dapat disimpulkan adanya korelasi yang positif antara kedua variabel tersebut. Semakin tinggi refleksi yang dilakukan orangtua maka semakin tinggi pula kemampuan anak dalam sosial kognitifnya dan kemampuan bersosialisasi (Applegate,dkk dalam Sigel, dkk, 1992). Salah satu cara orangtua melakukan refleksi dalam bersikap adalah dengan menerapkan pola komunikasi verbal, merefleksikan perasaan anak sehingga anak tahu apa yang menjadi keinginannya. Orangtua yang menerapkan pola asuh demokratis akan menggunakan komunikasi dua arah, yaitu komunikasi yang melibatkan anak sebagai objek pembicaraan.
12
Data yang didapat dari penelitian yang dilakukan Martin dan Johnson (Sigel,dkk, 1992) menunjukkan bahwa kepercayaan kognitif orangtua sangat berhubungan dengan pola perilaku yang terbentuk pada anak. Hasil penelitian yang dilakukan dengan subjek yang berpendidikan minimal SLTA menunjukkan keyakinan orangtua terhadap perkembangan anak secara kognitif sangat tinggi. Sigel (Sigel,dkk, 1992) menyatakan bahwa keyakinan yang diberikan orang tua terhadap anaknya merupakan satu prediktor terhadap pola pembelajaran yang diberikan orang tua terhadap anaknya. Lebih lanjut, penelitian yang dilakukan terhadap 240 keluarga di Amerika menemukan bahwa keyakinan orangtua terhadap anaknya merupakan satu faktor yang memiliki andil besar dalam membangun persepsi orang tua terhadap sumber pengetahuan yang diperoleh anaknya.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang didapatkan di lapangan, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak dengan pola asuh demokratis. Semakin tinggi keyakinan kognitif orangtua tentang perkembangan anak, maka semakin tinggi pola asuh demokratis yang diterapkan orangtua terhadap anak. Penelitian ini memperlihatkan bahwa keyakinan orangtua akan proses perkembangan
kemampuan
anaknya
melalui
pengalaman-pengalaman
yang
didapatkan sehari-hari memberikan pengaruh terhadap pola asuh demokratis orangtua terhadap anaknya.
13
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan di atas, maka peneliti dapat mengajukan beberapa saran berikut ini : Pertama, kepada subyek penelitian disarankan untuk lebih mengembangkan keyakinan kognitif terhadap perkembangan anak mereka. Orangtua hendaknya lebih memberikan kesempatan pada anak untuk mencari pengalaman-pengalaman baru hasil dari interaksi dengan lingkungannya. Kedua, kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk terus menerus melakukan perbaikan terhadap alat ukur yang digunakan, sehingga tingkat reliabilitas dan validitasnya bisa menjadi lebih baik. Waktu dalam pengambilan data agar lebih diperpanjang sehingga jumlah subjek yang didapatkan bisa sesuai dengan kebutuhan penelitian.
14
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman & Wahyuningsih,H. 2005. Hubungan Kendali diri dan Pola Asuh Demokratis. Program Studi Psikologi Universitas Islam Indonesia: Skripsi (tidak diterbitkan). Amal, B. 2005. Pendidikan Anak Di Usia Dini. Waspada online Andayani, B dan Koentjoro. 2004. Peran Ayah Menuju Coparenting. Citra Media Azwar,S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Brendt, T. J. 1997. Child Development. Brown & Benchmark Publisher
Brewer, J.A. 2001. Introduction to Early Childhood Educatin: A Person Education Company. Brooks, J. B. 2005, The Process Of Parenting, New York : Mc.Graw Hill Darling, N. 1999. Parenting Style and Its Correlates. University of Illinois: Eric Digest. Dayakisni, T. 2003. Psikologi Sosial. Malang : UMM Press
Dharmawan, B. & Yusroh, Y. 2006. Metoda Pendidikan Rosululloh Saw Dalam Mengembangkan Kepribadian Anak. www.pks-anz.org Harlock, E. B. 1997. Perkembangan Anak. Jakarta : Erlangga
Kerka, S. 2000. Parenting and Career development. Ohio: The Ohio State University (Centre for Education and Training for Employment). Kurniawan, I. K. 2004. Strategi Manajemen Konflik Orangtua Ditinjau Dari Keyakinan Orangtua, Gender Orangtua dan Jenis Kelamin Orangtua. Fakultas Psikologi Universitas Gajah Mada: Tesis (tidak diterbitkan)
15
LeFebvre,J.E. 2004. What’s www.uwex.edu/ces/flp/pp/
Your
Parenting
Style?.
Available
at
Mabe,G.R. 2005. Parenting Styles and Its Ralationship to Interpretation of The Bible and Worship Style in College Students, Department of Psychology, East Tennese State University: A Thesis. Markum. 1998. Membangun Anak Berprestasi. cyberwoman. cbn.net.id/detil.asp? kategori =mother&newsno=546 Patten,P. 2000. The Parent-Child Relationship as Violance Prevention. http://npin.org/pnews/2000/pnew700/feat700.html Sabattini,L dan Leaper,C. 2004. The Relation between Mothers and Fathers Parenting Styles and Their Division of Labor In The Home: Young Adults Retrospective Reports. Sex Role, vol.30, no. ¾. Februari 2004. Santrock, J. W. 1995. Life Span Development. Jakarta :Erlangga Shanti. 2006. Pola Asuh Efektif Pola Asuh Penuh Cinta. www.tabloid –nikita.com.
Sigel,E. dkk. 1992. Parental Belief Systems. New Jersey : Hill Scale
Tarmudji. 2001. Hubungan Pola Asuh Orangtua Dengan Agresivitas Remaja. WWW.DEPDIKNAS.GO.ID Tim Penyusun, tanpa tahun, Kamus Besar Bahasa Indonesia Kontemporer. Jakarta: Balai Pustaka. Wulandari,K.A dan Astuti, Y.D. 2006. Hubungan antara Pola Asuh Orang tua tipe Demokratis dengan Intensi Prososial pada siswa Madrasah Aliyah Negeri I Boyolali. Program Studi Psikologi UII: Skripsi (tidak diterbitkan). Zulkifli, Drs. 1992. Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
16
IDENTITAS PENULIS
Nama Mahasiswa
: Dwi Yunitasari
Alamat Rumah
: Jl. Wonosari no.9 Ngelo-Cepu
Nomer telp.
: 081326421518