PENGARUH MODEL STUDENT TEAMS ACHIVEMENT DIVISION (STAD) DENGAN TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT) TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA SMP PGRI PALASARI CIJERUK KABUPATEN BOGOR Nadia Fitri Novianti , Nandang Hidayat, Susi Sutjihati ABSTRAK Tujuan penelitian ini, yaitu melihat pengaruh hasil belajar dengan menggunakan model Student Teams Achivement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT). Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI Palasari yang beralamatkan di Kp. Babakan palasari, Desa. Cijeruk , Kec. Cijeruk, Kab. Bogor, pada semester dua bulan Maret tahun ajaran 2012-2013. Sampel yang digunakan penelitian ini diambil dari dua kelas dengan jumlah siswa selurunya sebanyak 56 orang. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian eksperimen, dimana model STAD dan TGT termasuk variabel perlakuan sedangkan hasil belajar IPA sebagai variabel terikat. Instrument yang digunakan untuk mengukur hasil belajar IPA ini yaitu berupa tes objektif yang terdiri dari 50 butir soal yang telah dihitung tingkat validitas dan reliabilitasnya terlebih dahulu. Sedangkan teknik analisis data yang digunakan berupa perhitungan deskriptif, pengujian normalitas, pengujian homogenitas dan pengujian hipotesis dengan menggunakan teknik uji t. Hasil pengujian dengan uji t pada taraf signifikasi α = 0,05 diperoleh hasil yaitu t0 2,18 ˃ tt 1,67, sehingga hipotesis H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat perbedaan hasil belajar IPA antara kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model STAD dengan model TGT. Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisis data di atas, yaitu terdapat pengaruh prestasi belajar yang sangat signifikan antara kelompok belajar siswa yang menggunakan teknik STAD dan TGT. Kata Kunci : Pembelajaran kooperatif, Student Teams Achivement Division (STAD) dan Team Games Tournament (TGT), hasil belajar
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. 2013
PENDAHULUAN Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan bangsa. Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari sumberdaya manusia yang berkualitas. Sekolah merupakan salah satu tempat untuk menghasilkan sumberdaya manusia, yaitu peserta didik yang berkualitas. Peserta didik yang berkualitas itu adalah peserta didik yang mampu menyeimbangkan antara kemampuan intelektual, sikap, keterampilan, serta mampu berpikir kritis. Pembelajaran di sekolah pada saat ini tidak terlalu mementingkan proses, melainkan lebih mementingkan produk, padahal proses pembelajaran merupakan faktor penting yang mendukung terciptanya hasil dan pencapaian daya serap siswa dalam mempelajari materi. Proses pembelajaran memiliki keterkaitan dengan suasana belajar dan kualitas pembelajaran di dalam kelas. Pembelajaran lebih berpusat pada guru. Guru lebih sering memberikan latihan berupa soal-soal, tanpa memahami konsep materi secara mendalam Berdasarkan hasil observasi di SMP PGRI Palasari terdapat beberapa masalah. Antara lain, guru sudah banyak mengenal model-model pembelajaran tetapi tidak pernah menerapkan pada proses belajar mengajar. Hampir semua guru menggunakan metode ceramah pada proses pembelajarannya sehingga pembelajaran bersifat monoton atau tidak bervariasi. Hal ini membuat proses pembelajaran terasa membosankan bagi siswa. Salah satu penyebab yang lain adalah dalam proses pembelajaran siswa dituntut untuk mendengarkan dan hanya menghafal saja, tidak mendorong kreativitas siswa sehingga dapat menurunkan semangat belajar siswa dan pada akhirnya hasil belajar siswa kurang memuaskan. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang diberikan oleh guru hanya 65. Di SMP PGRI Palasari khususnya pada kelas VII, kualitas siswa masih di bawah rata-rata. Hanya 32% siswa yang mencapai KKM, sisanya 68% belum mencapai KKM. Proses pembelajaran di sekolah tersebut khususnya pada kelas VII lebih menekankan pada proses yang bersifat individual, dimana siswa yang pintar makin pintar dan siswa yang kurang makin terbelakang. Dibutuhkan Proses pembelajaran yang menyenangkan dan
mampu memperkuat kerjasama siswa yaitu adanya interaksi antara siswa dengan siswa, interaksi antara guru dengan siswa, sehingga siswa akan menjadi tertarik. Model pembelajaran kooperatif adalah model yang mendorong siswa untuk bekerjasama dalam memecahkan masalah atau pengerjaan tugas. Kegiatan belajar merupakan kegiatan paling pokok dalam keseluruhan proses pendidikan disekolah. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami olehh siswa sebagai anak didik. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada disekitar individu. Menurut pengertian secara psikologis, belajar ialah suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil intraksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, Slameto (2010). Perubahanperubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya Menurut Bloom dalam Syah (2008) ada tiga ranah (domain hasil belajar) yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap ranah diklasifikasikan lagi dalam beberapa tingkat atau tahap kemampuan yang harus dicapai yaitu : pengetahuan; pemahaman; pengertian; aplikasi; analisa; sintesa dan evaluasi. Ada pendapat yang mengemukakan bahwa IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan atas pengamatan dan deduksi, menurut Fowler dalam Laksmi Prihantoro, 1986: 1.3 (dalam Trianto (2010). Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar IPA merupakan suatu produk ilmiah yang dihasilkan berdasarkan proses ilmiah dan sikap ilmia yang menuju perubahan kearah yang lebih maju terhadap kemampuan siswa yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor, yang diperoleh melalui serangkaian proses. Menurut undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan bahwa pembelajarn adalah proses interaksi peserta didik dan pendidikan serta sumber belajar pada sumber lingkungan. Penjelasan ini sejalan dengan
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. 2013
pendapat Iru dan Arihi (2012:2) yang menyatakan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses terjadinya interaksi belajar mengajar dalam suatu kondisi tertentu yang melibatkan unsur. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak yang positif untuk siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Hal ini juga diungkapkan oleh Koes dalam Isjoni (2009) belajar kooperatif merupakan hubungan antara motivasi, hubungan interpersonal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu, memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan. Menurut Masitoh (2009) pembelajaran Kooperatif dapat didefinisikan sebagai sistem kerja/belajar kelompok yang terstruktur, yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsur pokok (Johnson & Johnson:1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. Menurut Trianto (2009) mengemukakan bahwa STAD ini merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif sederhana dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok.perbedaan model STAD dengan model konvensional terletak pada adanya pemberian penghargaan pada kelompok. Menurut Slavin (2009) TGT hampir sama dengan model tife STAD tetapi mengganti kuis dengan turnamen, sehingga menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Siswa memainkan game akademik dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Sebagian guru memilih model TGT karena faktor menyenangkannya dalam kegiatannya. Menurut Trianto (2011) model pembelajaran kooperatif tipe TGT yaitu siswa memainkan permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hasil belajar IPA siswa kelas dengan penggunaan model
pembelajaran kooperatif TGT.
STAD dengan
METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI Palasari yang beralamatkan di kp. Babakan palasari, Desa. Cijeruk , Kec. Cijeruk, Kab. Bogor. Penelitian dilakukan pada semester dua tahun ajaran 2012/2013. Penelitian dilakukan sekitar bulan Januari sampai dengan bulan November 2013 di kelas VII. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Quasi Eksperiment Design. Variable dalam penelitian ini terdiri dari dua variable. Variabel perlakuan yaitu pengaruh pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Team Games Tournament (TGT) serta satu variable terikat yaitu hasil belajar IPA. Desain penelitian yang digunakan adalah Non Equivalent Group Pretes And Posttest Eksperimental Designt, yang dibentuk dalam tabel: Tabel 1 Desain Penelitian Sampel E1 E2
Pretest O1 O3
Treatment X1 X2
Postest O2 O4
Keterangan : E1 E2 X1
: kelas eksperimen 1 : kelas eksperimen 2 : kelas eksperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran STAD X2 : kelas ekperimen yang diberi perlakuan model pembelajaran TGT O1 dan O3: pretest O2 dan O4: posttest Perhitungan yang digunakan dalam penelitian menurut ketut suma (2010) adalah : N-Gain = Keterangan : S posttest: Nilai tes setelah pembelajaran S Pretest : : Nilai tes sebelum pembelajaran S maks : Nilai maks S : Skor Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. 2013
SMP PGRI Palasari. Banyaknya kelas pada sekolah yang dipilih sebagai tempat penelitian berjumlah 3. Dengan teknik pengambilan sample menurut purposif sampling dari 3 kelas tersebut dipilih dua kelas, satu kelas untuk eksperimen yaitu dengan menggunakan model STAD dan satu kelas untuk pembanding dengan menggunakan model TGT. Teknik pengumpulan data Hasil Belajar IPA (Y1), 1) Definisi Konseptual, 2) Definisi Operasional, 3) Kisi-kisi Instrumen, 4) Kalibrasi Instrumen. Kalibrasi Instrumen yang digunakan adalah: 1) Uji Validitas Masing-masing butir soal diuji validitasnya untuk mengetahui apakah butir soal yang dibuat diterima atau ditolak. Teknik yang digunakan untuk mengetahui validitas adalah teknik point-biseral dengan kriteria rpbi > rtabel butir soal dinyataka Valid, sedangkan jika rpbi < rtabel invalid. Berdasarkan hasil uji coba validitas butir soal, 30 butir soal dari 50 soal dinyatakan valid. 2) Uji Reliabilitas Setelah dilakukan uji validitas, maka butir soal yang dinyatakan valid akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan pendekatan Single Test Trial formula KuderRichardson-20 (KR-20). Setelah dilakukan perhitungan terhadap butir soal yang telah valid, maka diperoleh hasil 1,03 (r11>0,70), hal ini menunjukan bahwa butir soal tersebut memiliki reliabilitas yang tinggi, sehingga butir soal dapat digunakan dalam penelitian. Teknik analisis data terdiri dari uji prasyarat dan uji hipotesis. Uji prasyarat diantaranya adalah 1) statistik deskriptif dilakukan untuk rata-rata, nilai tengah, nilai yang sering muncul, skor maksimum, skor minimum, rentang skor, banyak kelas, panjang kelas, 2) uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi yang diteliti berdistribusi normal atau tidak berdasarkan data yang diperoleh. Uji normalitas yang digunakan yaitu uji ChiKuadrat, 3) uji homogenitas dilakukan untuk membuktikan apakah sampel yang diambil berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Dalam uji homogenitas menggunakan uji Bartlett, 4) uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan teknik statistik t.
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian Deskripsi data hasil penelitian dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu kelompok STAD dan TGT. Jumlah sumber data sebanyak 56 responden tyang terdiri dari dua kelas yang merupakan kelompok kelas peneliti 1. Data Hasil Belajar IPA Kelompok STAD Setelah dilakukan perhitungan statistik deskriptif berdasarkan data N-Gain dengan menggunakan model STAD, diperoleh skor rata-rata 48,53; modus 52,37; median 48,63. Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik histogram dapat dilihat pada gambar berikut : Tabel 2 Distribusi skor N-gain kelompok STAD Interval
Frekuensi Mutlak
18 –28 29 – 39 40 – 50 51 – 61 62 – 72 73 – 83 Jumlah
(Fi) 5 4 6 7 2 4 28
Batas Kelas
Titik Tengah
17,5-28,5 28,5-39,5 39,5-50,5 50,5-61,5 61,5-72,5 72,5-83,5
(xi) 23 34 45 56 67 78
Fi.xi 115 136 270 392 134 312 1359
Gambar 1 Rata-rata Hasil Belajar Kelompok STAD Tabel 2dan gambar 1 menunjukan bahwa rata-rata nilai N-gain kelompok STAD cenderung lebih tinggi. 2. Data Hasil Belajar IPA Kelompok TGT Setelah dilakukan perhitungan statistik deskriptif berdasarkan data N-Gain dengan menggunakan model TGT, diperoleh skor rata-rata 39,86; modus 30,19; median 38,1. Distribusi frekuensi dari data tersebut dapat dilihat pada tabel
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. 2013
dan grafik histogram dapat dilihat pada gambar berikut
bahwa distribusi varians populasi yang Homogen.
Tabel 3 Distribusi skor N-gain kelompok TGT
C. Pengujian Hipotesis Penelitian Pada taraf signifikan α = 0,05 dan diperoleh nilai thitung = 2,18 dan harga ttabel = 1,67 dan sehingga didapatkan thitung > ttabel dengan demikian hipotesis nol (Ho) ditolak dengan hipotesis alternative (Ha) diterima. Dengan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan hasil belajar IPA siswa kelompok kelas eksperimen (STAD) terdapat perbedaan dengan hasil belajar IPA siswa kelompok kelas pembanding (TGT). Hasil uji hipotesis didapat dari Pengujian hipotesis pertama (Ho) dilakukan dengan perhitungan N-Gain skor hasil belajar IPA antara kelompok kelas eksperimen dan kelompok kelas pembanding dengan melihat perbandingan antara skor pretest dan skor posttest seperti pada tabel berikut:
Interval
Frekuensi Mutlak
Batas Kelas
(Fi)
Titik Tengah
Fi.xi
(xi)
19 –25
2
18,5-25,5
22
44
26 – 32 33 – 39 40 – 47 48 – 54 55 – 61 Jumlah
8 5 6 4 3 28
25,5-32,5 32,5-39,5 39,5-47,5 47,5-54,5 54,5-61,5
29 36 40 51 72
232 180 240 204 216 1116
berasal
dari
Tabel 7 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar IPA
Gambar 2 Rata-rata Hasil Belajar Kelompok TGT Tabel 3 dan gambar 2 menunjukan bahwa rata-rata nilai N-gain kelompok TGT cenderung rendah. B. 1.
Pengujian Prasyarat Analisis Uji Normalitas Berdasarkan hasil perhitungan uji normalitas N-gain hasil belajar IPA siswa untuk kedua kelompok dapat disimpulkan bahwa χ²hitung < χ²tabel, maka data dari kedua kelompok berasal dari distribusi normal.
Kelompok Kelas STAD TGT
N
Pretest
Posttest
28 28
49 52,21
74,25 69,75
N-Gain 48,53 39,86
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi di atas, maka grafik histogram perbandingan antara nilai N-gain kelompok STAD dan TGT adalah :
60
48.53
39.86
40 20 0 STAD TGT
Tabel 4 Hasil Uji Hipotesis No. 1. 2.
2.
Distribusi Kelompok Perlakuan Hasil Belajar IPA kelompok STAD Hasil belajar IPA kelompok TGT
χ²hitung
χ²tabel
6,73
7,82
5,49
7,82
Kesimpulan Distribusi Normal Distribusi Normal
Uji Homogenitas Dari hasil perhitungan uji homogenitas terhadap instrument hasil belajar IPA diperoleh nilai χ²hitung = 1,66 dan χ²tabel = 3,84 pada taraf signifikan α = 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan χ²hitung < χ²tabel, sehingga dapat dikatakan
Gambar 3 Nilai N-gain Kelompok STAD dan Kelompok TGT PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan ternyata terdapat pengaruh hasil belajar IPA pada materi Ekosistem dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dan Team Games Tournament (TGT). Hal ini dilihat dari ratarata pretest dan rata-rata posttest
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. 2013
Tabel 5 Rata-rata Pretest dan Posttest Kelompok Kelas STAD TGT
N
Pretest
Posttest
28 28
49 52,21
74,25 69,75
Berdasarkan nilai pretest dan posttest, maka didapatkan nilai rata-rata N-gain pada kelompok STAD 48,53 dan kelompok TGT 39,86. Hal ini menunjukan bahwa penggunaan model STAD menunjukan hasil yang lebih baik. Model STAD yang digunakan pada kelas VII-1 dengan N-gain 48,53 tahap pembelajaran yang dilaksanakan yaitu guru membentuk kelompok belajar secara heterogen, setelah itu guru menjelaskan sedikit materi ekosistem. Pada saat guru selesai menjelaskankan siswa diberi Lembar Diskusi Siswa (LDS) yang harus dikerjakan dengan kelompoknya, hasil diskusi itu lalu dipresentasikan oleh salah satu perwakilan setiap kelompok dan guru memberi nilai pada kelompok yang sudah presentasi. Setelah semua kelompok mendapat giliran, guru mengadakan kuis yang telah disiapkan dan pada saat ini siswa yang dapat menjawab kuis akan mendapat nilai tambahan. Guru memberikan penghargaan atau reward pada kelompok terbaik. Sedangkan pada model TGT yang digunakan pada kelas VII-2 dengan N-gain 39,86 tahap pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu guru membentuk kelompok belajar secara heterogen, setelah itu guru menjelaskan sedikit materi ekosistem. Pada saat guru selesai menjelaskankan siswa diberi Lembar Diskusi Siswa (LDS) yang harus dikerjakan dengan kelompoknya. Setelah siswa berdiskusi, diadakannya games turnamen dan setiap kelompok mempunyai perwakilan untuk mengikuti games turnamen tersebut. Menurut Slavin (2009) STAD yang terdiri dari tim beranggotakan 4-5 siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Fungsi dari utam tim ini untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar. Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini lebih menekankan kepada motivasi siswa untuk saling mendukung satu sama lain dalam memahami materi yang ada.
Trianto (2011) pembelajaran tipe STAD ini merupakan salah satu pembelajaran model kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota setiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen. Pembelajaran ini diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis dan penghargaan kelompok. Seperti halnya pembelajaran yang lainnya, pembelajaran kooperatif tipe STAD ini membutuhkan beberapa persiapan sebelum pembelajaran berlangsung. Persiapanpersiapan tersebut antara lain : perangkat pembelajaran, membentuk kelompok kooperatif, menentukan skor awal, pengaturan tempat duduk, kerja kelompok. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang didukung oleh data yang diperoleh di lapangan, hasil pengujian hipotesis dan pembahasan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh hasil belajar IPA siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD) dengan Team Games Tournament (TGT) DAFTAR PUSTAKA Iru, La dan Arihi, La Ode Safiun. 2012. Analisis Penerapan Pendekatan, Metode, Strategi dan Modelmodel Pembelajaran. Yogyakarta; Multi Presindo. Isjoni, S. 2009. ”Landasan teori belajar kognitif-Vygotsky”. Bandung ; PT. Bumi Aksara. Masitoh dan Dewi,Laksmi. 2009. Strategi Pembelajaran. Jakarta ;Departemen Agama RI. Slameto, 2010.”Belajar dan factor-faktor yang mempengaruhinya”. Jakarta; PT. Rineka Cipta Slavin,Robert. 2009. Cooperative Learning. Bandung ; Nusa Indah. Syah, Muhibbin . 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta ; PT. Kencana prenada Media Group
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. 2013
Trianto.
2010. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta ; PT. Bumi aksara. Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta ; Kencana. BIODATA PENULIS 1. Nadia Fitri Novianti, lahir di Sukabumi, 11 November 1991. Lulusan Program S1 Jurusan Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Pakuan Tahun 2013. 2. Nandang Hidayat Dosen Universitas Pakuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi 3. Susi Sutjihati Dosen Universitas Pakuan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Pakuan. 2013