M e w a r t a k a n
I m a n
d a n
K a s i h
BERITA U.K.I D E S E M B E R
2 0 1 5 / N O . 2 8 2
W W W . U K I . C A
Pintu Itu Telah Terbuka | Oleh Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ |
GEREJA St. Anselm’s Church 1 MacNaughton Rd. (Bayview & Millwood)
Toronto ON M4G 3H3 Ph: (416) 485-1792 Subway Stn: Davisville Redaksi: Angelina Hanapie Julian Wibowo Novius Handy Randy Danurahardja Yusup Yusup Penasehat: Rm. J. Juliwan M. SCJ Alamat Redaksi: c/o Priests of the Sacred Heart 58 High Park Blvd. Toronto ON M6R 1M8 Email:
[email protected]
Pintu, mengapa? Perjalanan Masa Advent telah membuka Tahun Liturgi Baru dalam Gereja Katolik. Satu rangkaian dengan empat lilin yang menandai perjalanan kita sampai tiba Perayaan Natal. Perayaan agung Natal selalu dipersiapkan dengan serius oleh seluruh umat Katolik karena dalam perayaan ini dirayakan Misteri Allah yang menjadi manusia untuk menyelamatkan manusia. Oleh sebab itulah Perayaan Natal pertamatama adalah Perayaan Iman dan bukan sebatas kemeriahan jasmani. Perayaan Iman adalah perayaan yang memadukan rohani dan jasmani bersama-sama. Di tengah Masa Advent pada tahun ini, dimulai pulalah Tahun Suci Luar Biasa Kerahiman atau Belaskasih Allah, The Year of Mercy. Pembukaan Tahun Belakasih ini ditandai dengan pembukaan Pintu Suci Utama di Basilika Santo Petrus Vatican (Holy Door). Sungguh menarik dan mengagumkan inisiatif yang diambil oleh Paus Fransiskus untuk menjadikan Tahun 2016 sebagai Tahun Kerahiman. Paus menyadari bahwa semua manusia harus
kembali mengalami Belaskasih Allah yang senantiasa terbuka bagi semua orang. Situasi jaman kita sekarang ini, yang dilanda berbagai kejadian yang menyedihkan, menunjukkan bahwa manusia mulai menjauh dari Tuhan dan KerahimanNya. Oleh sebab itulah semua orang, kita semua, sekarang ini diundang untuk mengalami Belaskasih Allah bagi keselamatan kita. Sebagai tanda bahwa Belaskasih Allah itu terbuka lebar, maka digunakanlah Pintu sebagai jalan dan tempat untuk memasuki Kerahiman Allah itu. Kita semua diundang untuk memasuki dan mengalami Kerahiman Allah lebih khusus lagi pada saat ini. Bahkan Tuhan Yesus sendiri menyamakan dirinya sebagai Pintu, “Akulah Pintu; barangsiapa masuk melalui Aku, ia akan selamat ...” (Yoh 10:9). Maka jelaslah ketika kita masuk melalui Pintu menuju Belaskasih Allah, kita melakukannya melalui Kristus sendiri. Sebagaimana dikatakan oleh Paus Fransiskus: “Yesus Kristus adalah Wajah Belaskasih Bapa”. Di dalam diri Yesus Kristus hadirlah secara Bersambung ke halaman 8,
Pastor Pamong Rm. Johanes Juliwan Maslim SCJ, (647) 532.1318
[email protected] Deacon Deacon Val Danukarjanto, (416) 497.2274
[email protected]
DEWAN PENGURUS UMAT KATOLIK INDONESIA Koordinator Damianus Indyarta, (416) 284.4707
[email protected] Sekretaris Christianita Kuswoyo, (647) 774.3801
[email protected] Bendahara Janto Solichin, (416) 587.2362
[email protected] WILAYAH TIMUR Ketua Wilayah Adrianus Sofjan Suhadi, (416) 949.3900
[email protected] Seksi Liturgi Jeffrey Susilo, (416) 388.6169
[email protected] Seksi Bina Iman Esther Kurniadi, (416) 371-2593
[email protected] Seksi Sosial Lusia Lie
[email protected], (416) 903.9718 Seksi Rumah Tangga Selvie Widjaja, (647) 896.6121
[email protected] Usher Harty Doyle, (647) 533.6246
[email protected] WILAYAH BARAT Ketua Wilayah Ben Dijong, (905) 997.5765
[email protected] Seksi Liturgi Raymond Wirahardja, (905) 812.9491
[email protected] Seksi Bina Iman Maya Adisuria, (905) 814.8475
[email protected] Seksi Sosial Lucas Noegroho, (416) 859.0222
[email protected] Seksi Rumah Tangga Ribkah Mesach, (905) 286.9081
[email protected] Usher Joyo Sudardi, (905) 785.6379
[email protected] BIDANG KHUSUS Mudika, Yoanitha
[email protected] PELAKSANA KHUSUS Ketua Lektor Lilian Tjokro, (905) 887.9546
[email protected] Ketua Sakristi Hendry Wijaya, (416) 450.6536
[email protected]
DESEMBER
HALAMAN
2015/NO.282
Masihkah Ada Kasih?
Pengantar enatap dan megalami situasi kehidupan kita sekarang ini, ada sebuah keprihatinan besar dan pertanyaan, apa yang sedang terjadi? Berbagai penderitaan dan kekerasan yang terjadi. Kehidupan kita sebagai ciptaan dan citra Allah mulai menjauh dari identitasnya. Bagaimanakah dengan Kasih Allah, masihkan memancar? Dalam perjalanan hidup kita sekarang ini, apakah pengharapan kita sebagai orang beriman masih terus bergema? Kisah “Anak hilang” (Luk 15:11-32) akan membantu permenungan kita dalam Rekoleksi memasuki Masa Advent dan Tahun Belaskasih ini.
M
Kasih yang dirusak Manusia diciptakan Tuhan sesuai dengan citraNya dengan akalbudi dan kehendak bebas. Si anak bungsu menggunakan kehendak bebasnya dengan meminta bagian hartanya kepada Bapanya. Ia meminta harta dan pergi untuk menikmati kekayaan miliknya itu. Sebenarnya kekayaan itu milik keluarga, milik bersama, namun ia ingin melepaskan bagiannya dari keluarganya. Dengan
demikian, ia juga melepaskan diri dari kebersamaan dengan Bapanya, yang mengasihinya. Namun karena keinginan dan kehendaknya, maka diberikan kepadanya. Dengan kekayaannya itu, dia masuk ke dalam dunia dengan semua tawarannya. Harta miliknya itu digunakan untuk memuaskan diri dan nafsunya sampai habis. Menjauh dan terpisah dari Bapa, berarti meninggalkan keadaan berahmat dan masuk dalam kebinasaan. Ini juga yang menjadi situasi kita, yang hidup lebih banyak untuk menikmati keingian kita dan tawaran dunia. Manusia lebih banyak tinggal di rumah orang lain daripada di rumah Bapanya. Menjauh dari Tuhan akan berakibat kesengsaraan. Begitulah yang terjadi dalam kehidupan si bungsu. Ia meninggalkan Kasih Bapa kepadaNya. Perbuatannya itu menjauhkan dia dari Bapa dan Kasih Bapanya kepadanya. Dalam kesengsaraannya itulah, ia ingat akan para pegawai di rumah Bapanya yang hidup penuh kegembiraan tanpa susah. Maka ia ingin pulang dan menjadi pegawai saja. Suasana sulit dan penderitaan,
3
membuat si bungsu ingin pulang, walau bukan Bapa yang diingatnya. Kasih adalah Kasih Sebuah realita yang harus kita sadari bahwa Allah adalah Allah yang adalah Kasih, maka tidak akan berubah. Oleh sebab itulah Kasih itu tidak akan pernah berubah, selalu akan mengasihi. Si bungsu yang pulang, ingin jadi pegawai itu, malah disambut sang Bapa dengan pelukan kasih Bapa. Tanpa melihat keadaan anaknya, Bapa menerimanya kembali tetap sebagai anakNya. Si bungsu tidak sempat bicara apapun dari mulutnya, namun dengan kembali pulang ke rumah Bapanya, itu sudah cukup berbicara bagi Bapanya. Kembali sudah merupakan kesadaran dan sikap mau kembali ke sumbernya. Kasih Bapa itu tampak bagaimana Ia memperlakukan Bersambung ke halaman 4,
DESEMBER
2015/NO.282
anakNya itu. Tampaklah sebuah kegembiraan dan sukacita dalam diri sang Bapa, yang membingungkan banyak orang. Si bungsu diterima kembali sebagai anak hilang yang kembali. Tentu si bungsu tidak menyangka akan ada kegembiraan yang begitu besar. Ia disadarkan akan Kasih Bapanya yang luar biasa kepada dirinya. Kasih memang tidak luar biasa dan sungguh menghidupkan. Bagi Bapa, kita semua, seperti si bungsu, adalah anakNya dan bagian dalam keluargaNya. Oleh sebab itu, rumahNya adalah juga rumah kita semua. Setiap kali kita melangkah, perlu diingat baik, bahwa itu sementara dan kita harus kembali ke Rumah Bapa kita. Inilah sikap belaskasih Bapa, yang tetap menerima anakNya, walaupun sudah meninggalkan Dia. Kesadaran si bungsu untuk kembali, itulah yang membahagiakan Bapa.
HALAMAN
4
menerima adiknya, ia tidak menghidupi Kasih Bapanya. Kasih Bapa kepada si sulung ternyata tidak bergema, karena tidak tertanam di dalam dirinya. Ia menghidupi rutinitas hidupnya namun tanpa kesadaran akan identitasnya. Bapanya mengajak dia untuk masuk dan bersukacita, tanda Kasih kepada adiknya. Akankah dia masuk ke pesta dan menerima adiknya seperti Bapanya? Belaskasih yang tidak berkesudahan Masa Advent membantu kita untuk mempersiapkan diri menyambut kehadiran Sang kasih, Yesus Kristus, di dunia ini sekali lagi. Selain itu juga sebagai persiapan untuk menyambut kedatangan Sang Kasih secara sempurna yang akan membawa kita kembali ke Rumah Bapa kita. Oleh sebab itulah jangan sampai kita berlambat, melainkan selalu siap sedia.
W W W . U K I . C A
Kita pun harus berani untuk kembali ke Rumah Bapa kita, karena Ia sungguh mengharapkan kita untuk mengalami kegembiaraan abadi bersamaNya dalam Perjamuan abadi di Surga. Tidak perlu malu untuk mengakui kesalahan dan penyimpangan kita. Tangan KasihNya selalu terbuka dan siap merangkul. Kasih yang tidak bergema Sementara itu si sulung selalu ada bersama Bapanya dan tidak pergi ke mana pun. Ia terkejut akan pesta besar yang terjadi di rumahnya. Ia tidak tahu karena ia bekerja bersama pegawai yang lain. Keterkejutan yang berubah menjadi kemarahan, setelah ia tahu apa yang terjadi. Ia tidak dapat menerima sikap Bapanya yang menerima adiknya kembali, yang sudah meninggalkan mereka. Bapa yang penuh Kasih tampil dengan kebijaksanaanNya. Ia menyadarkan bahwa selama ini si sulung selalu ada bersama Bapanya. Ia sudah hidup di dalam sukacita dan kelimpahan yang ada, sebagai seorang anak. Bapa, dengan sabar membuka hati dan tangan bagi si sulung ini. Tidak ada perbedaan bagi sang Bapa, semua adalah anak yang dikasihi. Ternyata si sulung tidak mengalami Kasih Bapanya, ia malah hidup sebagai seorang pegawai dan bukan sebagai anak. Inilah yang membuat dia terpisah dari Bapanya, walau hidup bersama. Maka ia pun tidak bisa
Semuanya sudah diingatkan kepada kita, diperlukan untuk membuka hati dan seluruh diri kita bagi Kasih Bapa ini. Secara khsusus Paus Fransiskus mengajak kita untuk menghidupi Kasih Bapa ini di dalam kehidupan harian kita sekarang ini. Kesadaran akan keadaan dunia yang sakit dan menjauh dari Kasih Allah, membuat kita tidak boleh tinggal diam. Keselamatan dan Kasih akan menjadi nyata jika kita semua bergerak dan melakukan dan menghidupi Kasih Allah itu. Bapa telah menerima kembali si bungsu pulang dengan pelukan Kasih dan tindakan Kasih yang indah. Sikap seperti inilah yang diharapkan si Bapa pula dilakukan oleh si sulung terhadap adiknya. Namun kita tidak tahu apakah ia akan melakukannya. Itulah gambaran diri kita masing-masing yang telah mengalami Kasih Bapa, akankah kita membagikannya? Tema Tahun Belaskasih ini adalah: “Murah Hati atau Berbelaskasih seperti Bapa”. Maka jelaslah harapan Bapa Suci kita, yakni kita semua menghidupi gerakan yang dilakukan oleh Bapa Kita dengan KasihNya itu. Tentu untuk dapat melakukannya, kita perlu menyadari terlebih dahulu banyaknya Kasih Bapa yang sudah dianugerahkan kepada kita secara pribadi. Dengan Bersambung ke halaman 9,
HALAMAN
5
Bible Quiz UKI 2015 ahun ini Seksi Bina Iman UKI kembali menggelar se-buah event yang terkenal cukup menegangkan tapi sebenarnya banyak memberikan manfaat rohani bagi kita, yaitu Bible Quiz…. Mungkin karena padatnya jadwal kegiatan UKI, sehingga diadakan hanya sehari dengan peserta 6 kelompok, dan bahan yang di-quiz-kan adalah Injil Yohanes (bukan gara-gara Pamongnya punya nama baptis lho….). Tidak perlu dikisahkan ketegangan dan tarik urat yang terjadi, langsung saja kita beritakan para juara-nya:
T
Foto para juara Bible Quiz UKI 2015,dari kiri ke kanan: Juara I - PI Ursula (Lala, Eveline, Ina dan Bibiana); Juara II - Koor West +PD West (Domi, Siu Yang, dan Rudy SB); Juara III - PI Tarcisius (Marina, Erni, dan Natali)
Sekilas tentang Kelompok Pendalaman Iman Ursula….. Menjelang ulangtahun ke-9 tepatnya di January 2016 nanti, kelompok PI Ursula makin berkembang dalam jumlah anggota. Diawali dengan 6 pasutri, saat ini di setiap pertemuan bisa sampai 30 orang. Ada anggota yang pulang ke tanah air, ada pula yang menjadi non-aktif (artinya datang ke PI Ursula hampir tidak pernah atau mungkin cuma 1 – 2 kali dalam setahun), namun ada pula yang baru bergabung meskipun sudah lama bertemu di UKI, malah sekarang rajin datang di setiap pertemuan. Tidak ada batasan usia, wilayah ataupun tingkat pengetahuan kitab suci. Pertemuan diadakan setiap bulan, di Sabtu ke-4, dimulai jam 11 (bisa lebih) sampai selesai makan siang (potluck). Pembawa renungan dalam pertemuan PI adalah Romo Juliwan, yang selalu diselingi dengan pertanyaan dan komentar dari sebagian anggota, tanpa rasa malu atau sungkan….kan kita semua BELAJAR tho? Tukang komentar paling rame adalah Hendry, tanpa dia PI Ursula nggak terasa lengkap…. Ibaratnya sayur lodeh tanpa ikan asin dan sambal….. nggak lekker (kata orang Holland)! Makanya…..mari bergabung dengan teman-teman se-iman dalam Kristus. Bersama kita belajar, memahami dan menjalankan apa yang Tuhan mau dalam hidup kita. Tak ada kata TERLAMBAT, Tuhan selalu membuka tangan-Nya bagi kita yang sangat Dia kasihi. Bersama kita saling menguatkan di saat kesulitan melanda kehidupan. Berbagi sukacita saat kita menyadari betapa KASIH Tuhan selalu berlimpah dan tak pernah berakhir bagi kita. Kami selalu terbuka menerima Anda untuk bergabung dengan PI Ursula, silakan menghubungi Hendry Widjaja dan Lilian Tjokro:
[email protected].
DESEMBER
2015/NO.282
HALAMAN
6
Masih ada Kehidupan... Semoga yang membaca kesaksian ini dapat menambah iman kepercayaan kita kepada Tuhan Yesus yang penuh kasih sayang.. "Aku inilah jalan, kebenaran, dan hidup....." | Oleh Benjamin Mesach |
anggal 14 Mei 2015 sekitar jam 6 pagi, saya mengalami “Alleluyah, Puji Tuhan! Dengan kuasa Tuhan, semua menjadi sakit yang luar biasa tak tertahankan pada bagian perut, dan luar biasa!” 30 menit kemudian ambulance datang membawa saya ke Empat hari kemudian saya mendapat kunjungan dari Credit Valley Hospital. Dengan pemeriksaan yang cepat tanggap Dr.Johnson yang mengoperasi saya. Beliau mengacungkan dari team rumah sakit, akhirnya saya segera menjalani operasi. jempol tanda sukses yang luar biasa. Selanjutnya saya dijuluki Dan dari situ diketahuilah bahwa saya mengalami keadaan yang “The Iron Man.” disebut Aortic Aneurysm (pembesaran pembuluh darah utama Tanggal 7 Agustus 2015 saya dipindahkan ke Trillium (artery). Pembuluh darah ini sudah hampir meletus, karena Hospital atas permintaaan Dr.Pops, karena beliau ingin pembesaran sudah sekitar 8.5 cm, dengan ukuran normal menangani saya secara langsung. Saya pun ditempatkan di seharusnya hanya 3 cm. Rehab Centre. Di sini saya pelan-pelan dilatih untuk bisa Saya berada dalam keadaan kritis dan tidak sadar mandiri. setelah itu. Dalam 8 minggu pertama, saya sudah menjalani 7x Istri saya (Martha) juga dilatih untuk bisa membantu operasi. Secara medis, dokter sudah mengatakan bahwa saya. Akhirnya saya dari tidak bisa bangun sampai bisa berjalan kesempatan saya untuk bisa hidup adalah 20% saja. Paru-paru walaupun masih memakai alat bantu. Tanggal 2 Oktober 2015 dan ginjal tidak berfungsi, dan saya menjalani cuci darah saya diperbolehkan pulang. (dialysis) selama 2.5 bulan, dan dokter sudah memberikan Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih pernyataan kepada keluarga bahwa 100% saya akan bergantung yang sebesar-besarnya kepada Romo, Deacon, Umat Katolik kepada cuci darah seumur hidup saya apabila saya berhasil lolos Indonesia Toronto dan sekitarnya, para peserta Bible Study dari masa comma ini. West & East, para peserta persekutuan doa dan setiap misa di Dokter di ICU sudah merasa pesimis dan tipis harapan Wisma Mega Indah, Pendeta Bott dan umatnya dari Gereja mengenai kesembuhan saya, walaupun memang ada dua orang Baptist di Clefard, Wellington, Evangelist Rev. William R. dokter dari Trillium Hospital yang optimis dan berusaha dengan Myers di New Baltimore Michigan, teman-teman di Jakarta, penuh pengharapan untuk dapat menyelamatkan saya. Sdr. Tunggul Tobing dan Lydia Nursaid dari salah satu gereja Setelah 2.5 bulan tidak sadarkan diri dan berada di Kristen yang juga senantiasa memanjatkan doa untuk ruang ICU di Credit Valley Hospital, dalam keadaan tidak sadar kesembuhan saya, dan semua pihak yang tidak dapat saya itulah saya seolah-olah bermimpi melihat sebuah titik kuning di sebutkan satu-persatu. Terima kasih atas segala bentuk angkasa yang bersinar terang sekali. Saya coba mengikuti dan dukungan doa yang tak putus dipanjatkan kepada Tuhan. menjangkau tetapi saya terlalu lelah... Rupanya, itu mungkin Semoga Tuhan Yesus Kristus yang penuh kasih dan adalah sinar pengharapan dari Tuhan, karena setelah itu, maha penyayang memberkati kita sekalian. perlahan saya sadar dari masa kritis saya. Tuhan Yesus sungguh Benjamin Mesach & keluarga hadir dan beri mukjizat! Saya kini benar-benar sadar karena melihat istri dan anak-anak saya berada di sekeliling sambil menangis karena terharu dengan kejadian ini, bahkan seorang suster perawat berkata, “Bulu kuduk saya merinding mendengar kejadian ini!” Saya langsung ditest mengenai tanggal lahir yang saya jawab dengan benar. 2. 1. 3. Cuci darah tidak diperlukan lagi, karena ginjal saya secara ajaib sudah berfungsi kembali dengan normal. Ya, (1) in my comma, where my lungs and kidneys didn’t work, (2) with my very patient and faithful wife who is always by my side, (3) salah satu masa tersulit, dimana putri ajaib kuasa Tuhan! saya akan melangsungkan pernikahan, namun saya masik terbaring di ICU.
T
Keluarga Kudus th C, 27 Desember 2015 (Luk 2:41 2:41--52) HALAMAN
W W W . U K I . C A
Tinggal di Bait Allah ali ini diberikan ulasan tentang Luk 2:41-52 yang menceritakan bagaimana Yesus yang sudah berumur 12 tahun diajak orang tuanya ke Yerusalem untuk merayakan Paskah. Ketika mereka kembali ke Nazaret, Yesus tertinggal. Mereka kembali ke Yerusalem mencarinya. Pada hari ketiga mereka menemukannya sedang duduk di tengah-tengah para ahli agama di Bait Allah. Petikan Injil tersebut dibacakan pada Pesta Keluarga Kudus tahun C.
K
KENAPA YESUS TINGGAL DI BAIT ALLAH? MAR : Apa maksud Yusuf dan Maria membawa Yesus ke Bait Allah? Supaya ia ikut Paskah? HAR : Ya. Mulai umur 12 tahun semua anak Yahudi wajib mengikuti upacara agama. Pada usia itu mereka diresmikan masuk dunia orang dewasa dalam suatu upacara inisiasi. Dapat diperkirakan bahwa Yesus menerima upacara ini di Bait Allah di Yerusalem sebelum perayaan Paskah. Baru setelah ikut upacara itu, seorang anak dapat ikut serta penuh dalam perayaan Paskah. Ia juga boleh diterima dalam sekolah Taurat. MAR : Penjelasannya? HAR : Orang Yahudi beranggapan bahwa tiap anak mem punyai tiga guru utama. Yang pertama ialah ibunya sendiri. Dialah yang membesarkannya dari lahir hingga disapih. Kemudian, peran pendidik diambil alih ayahnya hingga anak itu memasuki masa pubertas pada umur 12-13 tahun. Pada usia itu seorang anak mulai masuk dunia orang dewasa dan wajib hidup menurut ajaran Taurat. Kini gurunya ialah Taurat sendiri. Maka itu, pada umur-umur itu seorang anak diinisiasi dengan upacara sebagai ”Bar Mitzvah”, ungkapan Aram yang artinya ”anak ajaran Taurat”. Hingga kini di kalangan orang Yahudi, Bar Mitzvah adalah pesta terbesar bagi anak-anak dan orang tua mereka. Maknanya seperti pesta khitanan di Jawa, walau khitan atau sunat di kalangan Yahudi dilakukan ketika masih bayi, lihat Luk 2:21. MAR : Dan setelah dinyatakan sebagai Bar Mitzvah, Yesus dapat ikut mendalami Taurat dan karena itu ia tinggal di Bait Allah bertanya jawab dengan para ahli agama? HAR : Betul! Di Bait Allah ada kelompok-kelompok sekolah Taurat. Kita bayangkan Yesus berpindah-pindah mengikuti pelajaran dari kelompok satu ke kelompok berikutnya sehingga terpisah dari orang tuanya. Yusuf dan Maria sendiri kiranya juga sibuk berbicara dengan para orang tua lain dan kenalan di situ. MAR : Belum puas tanyanya nih. Apa maksud diketemukan sesudah tiga hari (ay. 46)? Apakah ini menunjuk ke arah kebangkitan nanti? HAR : Ceritanya begini. Orang tua Yesus sudah jauh me ninggalkan Yerusalem pulang menuju Nazaret yang letaknya 150-an km di utara. Ketika menyadari Yesus tidak ada dalam rombongan, mereka terpaksa kembali ke Yerusalem. Perjalanan
7
| Oleh Prof Agustinus GIANTO, S.J |
bolak-balik ini makan waktu dua siang hari. Hari berikutnya, yakni hari ketiga, mereka menemukannya di Bait Allah. Dalam arti ini, ”hari ketiga” ini tidak usah dihubung-hubungkan dengan peristiwa kebangkitan. MAR : Kata-kata Yesus yang ditujukan kepada ibunya dalam ayat 49 menegaskan bahwa semestinyalah ia ”terserap dalam urusan-urusan Bapaku” (Yunaninya ”en tois tou patros mou”) dan dalam konteks ini memang berarti tinggal di rumah Bait Allah seperti lazim diungkapkan dalam terjemahan. Betulkah? HAR : Setuju. Eh, omong-omong, di situ juga pertama kalinya Yesus tampil berbicara. Perkataannya menjadi titik tolak untuk mulai mengenal siapa dia itu. Ia merasa wajib menyibukkan diri dengan perkara-perkara Bapanya. Dan mulai saat itu kehidupannya memang terpusat ke sana. Kita ingat kata-katanya yang terakhir ketika menghembuskan napas terakhir di salib. Dalam Luk 23:46, ia berseru kepada Bapanya dan menyerahkan nyawanya kepada-Nya. Kemudian dalam Luk 24:49, sebelum naik ke surga, ia masih meneguhkan hal yang dijanjikan Bapanya. MAR : Tanya lagi. Lukas juga menyebutkan pada akhir petikan ini bahwa Yesus makin dewasa, bertambah bijaksana, dan makin dikasihi Allah dan manusia. Apa maksudnya? HAR : Ini cara menggambarkan orang yang hidup bagi kepentingan Tuhan dan manusia. Mirip dengan yang dikatakan mengenai Samuel dalam 1Sam 2:26. Akan tetapi, Lukas menambah satu unsur lain, yakni ”hikmat”. Gagasan ini menunjuk pada pengalaman hidup yang mengajar orang makin peka memahami kebutuhan orang. Yang membuat orang solider dengan sesama. Dia yang sudah jadi ”anaknya ajaran Taurat” dapat menghayatinya dengan hikmat. Ajaran agama menjadi hidup, tak mandek sebatas kewajiban dan larangan melulu. Dia itu Taurat hidup yang dikirim Bapa kepada umat manusia. MENYIMPAN DALAM HATI Dua kali Lukas mengatakan bahwa Maria menyimpan hal yang dialaminya dalam hatinya. Pertama kali ketika mendengar para gembala mengisahkan pemberitahuan malaikat mengenai anak yang baru lahir di Betlehem (Luk 2:19) dan kedua kalinya di sini (Luk 2:51). Dalam gaya bahasa Semit, menyimpan dalam hati berarti memikirkannya berulang-ulang dan tiap kali menemukan arti yang makin dalam. Ungkapan ”menyimpan dalam hati” juga dipakai menggambarkan sikap Yakub ketika mendengarkan kisah mimpi anaknya, Yusuf (Kej 37:11). Sebenarnya, Yakub menganggap Yusuf aneh-aneh saja. Namun demikian, Yakub menyadari bahwa ia sedang berhadapan dengan Yang Ilahi yang menyampaikan sesuatu dengan cara yang belum sepenuhnya dimengertinya. Bukan seperti saudara-saudara Yusuf yang menurut ayat itu ”iri hati”, atau dengki, njotak, menolak. Contoh lain: Daniel mendapat penglihatan yang menggetarkan dan mendengar penjelasannya dari seorang makhluk ilahi. Dalam Dan 7:28, dikatakan bahwa ia amat gelisah dan ketakutan, tetapi di situ juga ditegaskan bahwa Daniel ”menyimpan dalam hati”, maksudnya semakin meresapi makna penglihatan mengenai Bersambung ke halaman 10
DESEMBER
2015/NO.282
Sambungan dari halaman 1,
HALAMAN
8
nyata Belaskasih Bapa.
Yesus Kristus’.
Natal sebagai Pintu Belaskasih Allah Gemerlapan Perayaan Natal sudah dirasakan di mana-mana bahkan juga di dalam rumah kita sejak bulan November. Tentu saja suasana ini seharusnya membawa kita sampai pada arti dan makna Perayaan Natal itu sendiri. Pusat Perayaan Natal itu ada pada Pribadi Yesus Kristus, Allah yang menjadi manusia. Bayi kecil mungil dan tidak berdaya, itulah yang menjadi perhatian kita dalam setiap Perayaan Natal. Perhatikanlah dalam kegemerlapan Natal yang kita lihat, hampir tidak ditampilkan kanak-kanak Yesus, melainkan hanya berbagai hiasan yang ditampilkan dengan tokohnya, yakni Santa Claus. Perayaan Natal merupakan bukti nyata Belaskasih Allah kepada manusia sampai hari ini. Natal bukan hanya perayaan apalagi memorial, melainkan kita menghadirkan kembali Misteri Allah yang menjadi manusia seperti kita. Allah sungguh hadir dan tinggal di tengah kita dalam diri Yesus Kristus. Kehadiran Yesus ini untuk kita dan untuk keselamatan kita semua, bahkan seluruh umat manusia di dunia ini. Inilah seluruh inti Perayaan Natal yang dirayakan oleh seluruh umat Kristiani di dunia ini. Karya Penyelamatan Allah bagi kita manusia ini begitu agung sehingga tidak mungkin dilupakan walaupun realitanya sudah berubah. Realita yang berubah ini seolah mengembalikan kembali Yesus kepada awal waktu kedatanganNya di dunia, ketika orang tidak memperhatikan bahkan menolakNya. Akankah kita mengulangi kembali penolakan itu pada saat ini? Akankah kita membiarkan Tuhan Yesus lahir dan hadir kembali di tengah kita tanpa kita perhatikan? Kelahiran Yesus di tengah manusia adalah tanda nyata Belaskasih Allah kepada manusia yang telah menjauh dari Allah. Manusia yang seharusnya dihukum karena ketidaksetiaannya, namun didatangi dan diselamatkan oleh Allah. Sungguh luar biasa, Allah mendatangi umatNya, manusia yang dikasihiNya. Inilah keadilan Allah, yakni Keadilan yang berbelaskasih. Itulah yang diingatkan kepada kita semua setiap kali kita merayakan Natal. Inilah perayaan Belaskasih Allah yang begitu agung, yang membuka Pintu BelaskasihNya kepada semua manusia yang dikasihiNya. Oleh sebab itu, Natal adalah Perayaan Belaskasih Allah kepada manusia. Belaskasih Allah itu tetap hadir sampai pada hari ini, di sini dan di tengah kehidupan kita saat ini. Bahkan secara khusus pada Tahun Suci Luar Biasa Belaskash Allah ini, Perayaan Natal ini mempunyai pesan yang lebih tajam. Dengan merayakan Natal dan menyambut kedatangan Yesus di dalam hati kita, kita telah menyambut Belaskasih Allah, menerima ‘Wajah Belaskasih Allah di dalam
Mari memasuki Pintu... Pintu Belaskasih Allah telah terbuka, Perayaan Natal sudah bergema begitu keras ke seluruh dunia. Oleh sebab itu marilah kita menyambut ulurkan Kasih Tuhan kepada kita itu. Marilah kita datang kepadaNya, kita memasuki Pintu Belaskasih dan KerahimanNya yang dikhususkan untuk kita semua yang dikasihiNya. Kita perlu bergerak dan berjalan menuju Pintu itu dan jangan hanya berdiam diri dan tinggal di rumah saja. Tidak cukup hanya tahu dan pengetahuan, namun perlu juga ada mau dan kemauan untuk membuka diri dan memasuki Kerahiman Allah itu. Memasuki Pintu Belaskasih berati berani bersikap rendah hati dan sadar akan kedosaan kita, kelemahan kita yang membutuhkan sentuhan Kasih Tuhan. Perhatikanlah para gembala dan juga para raja yang mendatangi Yesus. Mereka datang dan bersujud dengan penuh ketulusan dan kerendahan hati. Memang menjadi pribadi yang tulus dan rendah hati, sadar akan perlunya belaskasih Tuhan, tidaklah mudah pada jaman ini. Banyak orang merasa sudah dapat memenuhi kebutuhan hidupnya dari dunia ini dan tidak perlu bantuan Tuhan lagi. Inilah situasi yang jelas menyedihkan Hati Tuhan dan hati kita semua sebagai orang beriman. Yang lebih menyedihkan lagi, orang yang mengatakan beriman pun melakukan hal yang sama, menjauhi dari Belaskasih Allah. Dengan memasuki Pintu Belaskasih Allah ini, kita akan belajar banyak dari Tuhan yang Berbelaskasih untuk juga mengasihi semua yang dikasihiNya. Tuhan Yesus lahir di kandang domba, di tengah kemiskinan dan Ia hidup di tengah semua orang kecil dan sederhana serta pendosa, Ia menerima dan mencintai mereka semua. Seperti Tuhan Yesus itu, demikianlah pulalah panggilan kita sekarang ini untuk hadir dan mencintai semua orang yang kecil dan sederhana. Saatnya pula kita membuka hati bagi banyak saudara kita yang membutuhkan sentuhan kasih kita semua. Belaskasih Allah hanya akan menjadi nyata di dalam kehidupan kita, jika kita pun mampu menyalurkan Belaskasih Allah itu kepada sesama, seperti dengan mengampuni sesama kita. Oleh sebab itu, Perayaan Natal bukanlah pertama-tama terfokus pada dekorasi, pesta, kado dan yang lainnya sebagai yang utama! Yang paling penting adalah keberanian kita untuk bergerak, memasuki Pintu Keselamatan, menyambut Yesus dan datang kepadaNya. Janganlah kita hanya mengagumi, namun mewujudkan Belaskasih Tuhan itu. Mari, silakan masuk ke Pintu Belaskasih Tuhan, kepada Yesus di palungan.... Selamat Merayakan Natal dan Menyambut Tahun Baru. Berkat Tuhan, Rm. Johanes Juliwan Maslim, SCJ
HALAMAN
How about the classically Catholic discipline of Eucharistic adoration? To spend a half-hour or an hour in the presence of the Lord is not to accomplish or achieve very much, but it is a par ticularly rich form of spir itual waiting.
The Season of Advent Is Upon Us! Dear Friends, The Season of Advent is upon us! In waiting for the coming of our Savior Jesus Christ at Christmas, let us try to get closer to God by performing some spiritual exercises. Enclosed are Bishop Barron’s suggestions of practices that we can follow to prepare ourselves for the coming of Jesus our Savior. Have a Blessed Advent Season! Deacon Val & Wies
Three Advent Practices What practically can we do during this season of waiting and vigil keep ing? What are some practices that might incarnate for us the spirituality of the season?
As you keep vigil before the Blessed Sacrament, bring to Christ some problem or dilemma that you have been fretting over, and then pray, "Lord, I'm waiting for you to solve this, to show me the way out, the way forward. I've been running, planning, worrying, but now I'm go ing to let you work." Then, through out Advent, watch attentively for signs. Also, when you pray before the Eu charist, allow your desire for the things of God to intensify; allow your heart and soul to expand. Pray, "Lord, make me ready to receive the gifts you want to give," or even, "Lord Je sus, surprise me." A second - and more offbeat - sugges tion: Do a jigsaw puzzle. Find one of those big, complex puzzles with thou
9
sands of small pieces; one that re quires lots of time and plenty of pa tience, and make of it an Advent pro ject. As you assemble the puzzle think of each piece as some aspect of your life: a relationship, a loss, a fail ure, a great joy, an adventure, a place where you lived, something you shouldn't have said, an act of generos ity. So often the events of our lives seem like the thousand pieces of a puzzle lying incoherently and discon nectedly before us. As you patiently put the puzzle together, meditate on the fact that God is slowly, according to his own plan and purpose, ordering the seemingly unrelated and incon gruous events of our lives into a pic ture of great beauty. Finally, take advantage of traffic jams and annoying lines-really anything that makes you wait. And let the truth of what 18th-century spiritual writer Jean-Pierre de Caussade said sink in: "Whatever happens to you in the course of a day, for good or ill, is an expression of God's will." Instead of cursing your luck, banging on the steer ing wheel, or rolling your eyes in frustra tion, see the wait as a spiritual invitation this Advent.□
Sambungan dari halaman 4,
kesadaran itulah kita sekarang dapat membagikannya kepada sesama kita. Dalam logo Tahun Belaskasih ini sangatlah jelas, bahwa Kasih Bapa tampak dalam diri Yesus yang menggendong anak itu dan membawanya ke dalam Perjamuan Pesta Surgawi. Kemurahan hati dan Kasih Bapa dalam diri Yesus inilah, yang harus digemakan pada jaman ini. Baiklah kita mengambil waktu selama setahun ini untuk sungguh menyadari Kasih Bapa yang sudah diberikan kepada kita. Dengan kesadaran itu, kita bisa bertanya diri, apakah saya sudah cukup mengasihi sesama saya? Membagikan Kasih Bapa kepada orang lain, seperti yang sudah saya alami? Baiklah kita memusatkan diri kepada Bapa yang penuh kasih. Beranilah untuk tidak terlalu banyak memperhatikan kesenangan duniawi dan harta yang menjauhkan kita dari Bapa. Tahun Belaskasih ini juga memberikan kepada
kita kesempatan yang luar biasa untuk menerima Rahmat Pengampunan dan Berkat. Hal ini sangat kita perlukan sehingga kita pun dapat berbagai Kasih kepada yang lain. Jika Bapa sudah membuka tanganNya dalam diri Yesus untuk merangkul kita, akankah kita membiarkannya...mendiamkannya? “Haruslah kamu sempurna, sama seperti BapaKu yang di Sorga adalah sempurna” (Mat 5:48) Demikanlah sabda Yesus kepada kita semua. Maka marilah mulai sekarang kita bergerak dan bertindak. Kalau bukan kita, Anda dan saya, siapa lagi yang akan melakukannya!
“Selamat Berjuang dan Memasuki Masa Advent dan Tahun Belaskasih. Tuhan memberkati” ... Rm. Juliwan SCJ
Selamat Ulang Tahun Imamat ke 22 Romo Aegi dan Romo Juliwan. Selamat Ulang Tahun Koordinator UKI, Damianus Indy! Nopember 2015 Foto kiri-kanan, Rm Aegi, Rm Yul, Indy, Romo Petrus Yohanes 11:25 “Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati...” Umat Katolik Indonesia di Toronto dan sekitarnya, TURUT BERDUKA CITA, atas berpulangnya:
Celia Immanuela Rosary (28 thn)
Meninggal, 26 Oktober 2015 di Auckland, New Zealand Orangtua : Lissy Budiman dan Sugianto Tanojo Saudara kandung : Maria Immaculata Cherie Keponakan : Benedict Francis C. Oma : Lily Wardoyo (Indonesia)
Ibu Bernadeth Rostini Solichin (55 thn)
Meninggal 1 November 2015 di Jakarta, Indonesia Suami : Anwar Budianto Anak-anak : Gabriela Budianto dan Natania Budianto Saudara / Ipar : Janto Solichin / Felicia Widjaja Henry Solichin / Nancy Tirtadjaja Alm. Wimpy Solichin / Jeanne Lanny Solichin
Ibu Maria Lim Hong Nio (75 thn)
Meninggal 6 November 2015, di Jakarta, Indonesia Anak / Menantu : Christine Lim / Yudhi Tanuwijaya Alm. Antonius Lim Alm. Fransiskus Lim / Eliah Djuita Alm. Yohanes Lim Andreas Sugiman / Asteria Pujiarti Sian Ing Awiek Widjaja / Rolling Awiek Widjaja Cucu / Cucu Mantu : Monica M. Rosary / Richard MW. Caroline Priscilla / Sina Falahi Stevanus Teddy Wiguna Christian Eric Wiguna Jason Adrianus Nakayasa Helena Janice Nakayasa Kennova Pramesh Prawesti Cicit : Sean Sebastien Averdi Semoga Tuhan Yang Maha Rahim memberi keselamatan kekal dan tempat peristirahatan yang indah di rumah Bapa di sorga. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan diberi rahmat, kekuatan, ketabahan serta penghiburan dariNya.
Sambungan dari halaman 7,
merajalelanya kejahatan dan diakhirnya kejahatan itu oleh kuasa ilahi. Maria lain lagi. Ia bukannya setengah percaya seperti Yakub atau tergetar seperti Daniel. Ia tahu siapa yang baru lahir darinya. Ia telah mendengarnya sendiri dari Gabriel (Luk 1:2836). Akan tetapi, dalam peristiwa menemukan Yesus di Bait Allah, Maria memang belum sepenuhnya memahami yang dilakukan Yesus. Dalam keempat pemakaian ”menyimpan dalam hati” itu, perasaan orang yang bersangkutan tidak sama. Demikian juga halnya Maria. Pertama kali ia memahami sepenuhnya, kedua kalinya belum, Yakub rada skeptik, Daniel gelisah dan pucat ketakutan setengah mati. Namun demikian, ketiga orang ini tetap mau mengerti lebih jauh apa yang sedang terjadi. Mereka tidak berhenti dan menutup diri, puas dengan sikap sudah tahu, merasa lebih aman bila tidak begitu saja menerima, atau gemetar ketakutan melulu, atau pasrah asal percaya begitu saja. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa ”menyimpan dalam hati” itu ialah sikap yang membuat orang makin memahami misteri. Dan sikap ini tidak ditentukan oleh suasana batin atau perasaanperasaan yang mengitarinya seperti jelas dalam contoh-contoh di atas. Satu tambahan: ”menyimpan dalam hati” bukan berarti merahasiakan. Daniel malah membagikan yang dialaminya. Yakub tak memiliki alasan merahasiakannya karena Yusuf sendiri latah bercerita mengenai mimpinya kepada semua orang. Maria tentu berkali-kali menceritakannya ke orang-orang yang dekat kepadanya dan karena itulah Lukas mendapat bahan-bahan bagi Injil mengenai masa kanak-kanak Yesus. Boleh jadi ”menyimpan dalam hati” itu prinsip tafsir yang paling memungkinkan Sabda Tuhan betul-betul menyapa orang tanpa terikat pada keadaan dan suasana yang sering mengeruhkan kehadiran-Nya. Inilah yang menjadi kekuatan bagi yang bertugas menafsirkan Sabda Tuhan. Dia tetap bisa berbicara kepada orang banyak kendati kemampuan dan keadaan penafsir berbedabeda. Satu syaratnya: mau ”menyimpannya dalam hati” seperti Maria, seperti Daniel, seperti Yakub.□
SELAMAT NATAL 2015 DAN TAHUN BARU 2016 Semoga oleh Rahmat Kerahiman Allah, kita semua menjadi manusia baru dalam kasih Tuhan. May the spirit of Christmas grant us the courage to make our life… "… a pilgrimage of loving transformation in Christ, the visible sign of God’s mercy, in order to share our lives, our choices, the happiness of the poor, the obedience of faith and the radicality of love in a spirit of tenderness, solidarity and fraternity! " - Pope Francis – Salam, Sr. Elisabeth, CP