PENGARUH IMBANGAN FESES AYAM DAN LIMBAH JAMU LABIO-1 TERHADAP RASIO C/N KOMPOS
SKRIPSI
OLEH:
SERTIN RAMBU LANGI 1111 13 051
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
PENGARUH IMBANGAN FESES AYAM DAN LIMBAH JAMU LABIO-1 TERHADAP RASIO C/N KOMPOS
SKRIPSI
OLEH:
SERTIN RAMBU LANGI 1111 13 051
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017 ii
PERNYATAAN KEASLIAN 1. Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Sertin Rambu Langi NIM
: I111 13 051
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa: a. Karya skripsi yang saya tulis adalah asli b. Apabila sebagian atau seluruhnya dari karya skripsi, terutama dalam Bab Hasil dan Pembahasan, tidak asli alias plagiasi maka bersedia dibatalkan dan dikenakan sanksi akademik yang berlaku. 2. Demikian pernyataan keaslian ini dibuat untuk dapat digunakan seperlunya.
Makassar,
Juli 2017
Sertin Rambu Langi
iii
iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi pada Program Studi Peternakan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Limpahan rasa hormat,cinta, kasih sayang dan terima kasih tiada tara kepada Ibunda Martina dan Ayahanda Markus Lama’ Sanggaria yang mendidik, mencitai dan membesarkan dengan penuh cinta dan kasih yang begitu tulus dan ikhlas kepada penulis sampai saat ini dan yang telah memberikan doa dalam setiap hembusan nafasnya untuk keberhasilan penulis. Kepada adik-adikku tercinta Yuliana Palimbong, Ronaldo Patasik serta keluarga besarku yang selama ini banyak memberikan doa, kasih sayang, semangat dan saran. Semoga Tuhan YME senantiasa mengumpulkan kita dalam kebaikan dan ketaatan kepadaNya. Terima kasih tak terhingga kepada ibu Dr. Jamila, S.Pt.,M.Si selaku Pembimbing Utama dan kepada ibu Dr. H. A. Mujnisa, S.Pt., M.P selaku Pembimbing Anggota atas didikan, bimbingan, kesabaran serta waktu yang telah diluangkan dalam menuntun penulis menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih setinggi-tingginya penulis sampaikan dengan segala keikhlasan dan kerendahan hati kepada : Bapak Prof. Dr. Ir. H. Sudirman Baco, M.Sc selaku Dekan Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin. Kepada seluruh Dosen Staf dan Laboran Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, khususnya Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak.
v
Kepada Dr. Jamila, S.Pt., M.Si selaku penasehat akademik yang senantiasa membimbing dan mengarahkan selama dalam bangku perkuliahan.
Keluarga Besar “Large Family Farm 2013 ”(LARFA 013), yang telah dengan ikhlas member semangat, do’a dan indahnya persahabatan. Keluarga Besar
Himpuanan Mahasiswa Teknologi Hasil
Ternak
Universitas Hasanuddin (HIMATEHATE-UNHAS), terkhusus temanteman HIMATEHATE-UNHAS 013 (diklat II) yang telah memberikan dorongan kepada penulis dan teman-teman KKN Gelombang 93. Semoga kebersamaan dan persaudaraan kita tidak berakhir hanya dikampus ini. Buat teman-teman sepenelitianku Nirwana, Haslinda, Syahri Nur Vita Sari yang selalu memberi dukungan dan semangat. Buat teman-teman dahlia 2 Desri Pangingi, Adelheith Mangatta Kombong dan Ribka Rombe Romon yang telah memberi semangat. Terkhusus kanda Calvein Bara’tau yang yang telah menasehati dan mendidik penulis selama dalam menyelesaikan skripsi. Buat teman seperjuanganku sekaligus sahabat dari kecil Deri Parrang dan Chyntia Retno Sari, semoga penyelesaian Skripsinya cepat selesai dan cepat mendapatkan pekerjaan. Special Thanks for Kak Pniel Tanrigoa. Thanks for everything you give to me. Terkhusus dengan setia dan sabarnya dan menjadi pendengar yang baik dalam mendengar semua keluh-kesah penulis. Terima kasih atas segala saran-saran serta semangat, semoga Tuhan memberkati.
vi
Semua pihak yang tidak dapat penulis ucapkan satu persatu yang selalu memberikan doa dan semangat kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini. Penulis memohon kepada Tuhan YME, untuk senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah serta petunjuk-Nya sehingga kita semua menjadi manusia-manusia yang selalu berserah diri pada takdir-Nya. Akhir kata semoga kesehatan dan umur panjang selalu diperuntukkan untuk kita semua.
Makassar,
Juli 2017
Sertin Rambu Langi
vii
ABSTRAK
Sertin Rambu Langi (I111 13 051) Pengaruh Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos. Dibawah Bimbingan Jamila (Pembimbing Utama) dan A. Mujnisa (Pembimbing Anggota)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 terhadap rasio C/N kompos. Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan dan empat ulangan, dengan perlakuan: P0 (Feses ayam 100 %), P1 (Feses ayam 75% +Limbah Jamu Labio-1 25%), P2 (Feses ayam 50 % + Limbah Jamu Labio-1 50%), P3 (Feses ayam 25% + Limbah Jamu Labio-1 75%), dan P4 (Limbah Jamu Labio-1 100%). Rancangan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengaruh imbangan limbah jamu dan feses sapi terhadap kandungan C,N dan Rasio C/N kompos berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Hasil penelitian diperoleh kandungan C (33,34-35,62% ), kandungan Nitrogen (1,85-2,48%) dan kandungan Rasio C/N (14,25-16,5 %). Kadar karbon yang terendah (30,46%) pada perlakuan feses ayam 100%, Nitrogen yang tertinggi 2,48% pada perlakuan P3 (Feses ayam 25% + Limbah Jamu Labio-1 75%), dan Rasio C/N yang terendah pada perlakuan P3. Kesimpulan pada penelitian ini adalah perlakuan P3 (feses ayam 25%+ limbah jamu Labio-1 75%) dengan Rasio C/N 14,25 adalah kompos dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Kata Kunci : Limbah Jamu Labio-1, Feses Ayam, Rasio C/N.
viii
ABSTRACT
Sertin Rambu Langi (I111 13 051) The Effect of the Balance Chicken feces and waste of jamu to C/N Ratio of Compost. Under the Guidance Jamila and A. Mujnisa The aim of this research to know the effect of Biofic Chicken feces and waste of jamu on C/N ratio compost. The study consisted of five treatments and four replications, ie: P0 (100% chicken feces), P1 (75% Chicken Feces + 25% Waste of jamu), P2 (50% Chicken Feces + 50% Waste of jamu Jamu), P3 ( 25% Feces of chicken + 75% Waste of jamu), and P4 (100% Waste of jamu). The design used is complete randomized design. The result of variance analysis showed that the effect of Chicken feces and waste of jamu on the content of C, N and C/N ratio of compost significantly different (P <0.01). The result showed that C content (33,34-35,62%), Nitrogen content (1,85-2,48%) and C/N ratio (14,25-16,5%). The lowest carbon content (30,46%) in 100% chicken feces treatment P0 the highest Nitrogen 2,48% in treatment of 25% chicken feces + 75% waste of jamu, and lowest C / N ratio in treatment of chicken feces 25% + 75% Waste of jamu. The conclusion of this research is treatment of P3 (25% chicken feces + 75% waste of jamu) with Ratio C/N 14.25 is compost with the best quality compared with other treatment. Keywords: Herbs Livestock Waste, Chicken Feces, C/N ratio.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ..............................................................................
i
HALAMAN JUDUL .................................................................................
ii
PERNYATAAN KEASLIAN ...................................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
iv
KATA PENGANTAR ...............................................................................
v
ABSTRAK .................................................................................................
viii
DAFTAR ISI ..............................................................................................
xi
DAFTAR TABEL .....................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................
viii
PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................... Perumusan Masalah ............................................................................. Tujuan dan Kegunaan .........................................................................
1 2 3
TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Feses Ayam ............................................................ Gambaran Umum Limbah Jamu Labio-1 dari Ramual Herbal ............ Proses Pembuatan Kompos dan Hal-hal yang Mempengaruhinya ...... Hipotesis ..............................................................................................
4 5 9 13
METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. Materi Penelitian .................................................................................. Metode Penelitian ................................................................................ Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... Parameter yang Diukur ........................................................................ Pengolahan Data ..................................................................................
14 14 14 15 15 18
x
HASIL DAN PEMBAHASAN Kandungan Karbon (C) pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 .................................................................. Kandungan Nitrogen (N) pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 ................................................................... Rasio C/N pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 ......................................................................................
19 20 21
PENUTUP Kesimpulan .......................................................................................... Saran ....................................................................................................
23 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
24
LAMPIRAN ...............................................................................................
28
xi
DAFTAR TABEL
No
Teks
Halaman
1. Rataan Kandungan Kabon (C), Nitrogen (N), dan Rasio C/N pada imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 ..................................................... 19
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No
Teks
Halaman
1. Analisis Statistik Kandungan Karbon (C) kompos pada Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 ....................................................................
29
2. Analisis Statistik Kandungan Nitrogen (N) kompos pada Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 ....................................................................
30
3. Analisis Statistik Rasio C/N kompos pada Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 ........................................................................................
31
4. Dokumentasi Penelitian pengaruh imbanagn feses ayam dam limbah jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos ..........................................
32
xiii
PENDAHULUAN
Latar Belakang Pupuk adalah suatu bahan yang bersifat organik ataupun anorganik, bila ditambahkan ke dalam tanah ataupun tanaman dapat menambah unsur hara serta dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi, atau kesuburan tanah. Pupuk banyak macam dan jenisnya serta berbeda pula reaksi dan peranannya di dalam tanah dan tanaman. Kompos ibarat multivitamin bagi tanah dan tanaman. Selain itu Kompos memiliki banyak manfaat yaitu mengurangi volume/ukuran limbah, memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari bahan asalnya, mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah dan pelepasan gas metana dari sampah organik yang membusuk akibat bakteri metanogen di tempat pembuangan sampah, mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan, meningkatkan kesuburan tanah, memperbaiki struktur dan karakteristik, meningkatkan kapasitas penyerapan air, dan meningkatkan aktivitas mikroba tanah (Hasibuan, 2006). Menurut Pangaribuan et al. (2012), feses ayam memiliki kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih banyak daripada pupuk kandang jenis ternak lainnya karena kotoran padat pada ternak unggas tercampur dengan kotoran cairnya. Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1986). Feses ayam merupakan limbah peternakan yang belum banyak dimanfaatkan oleh peternak sebagai kompos, tetapi bau yang ditimbulkan serta pengolahan yang sulit merupakan faktor penghambat dalam
penggunaan feses ayam sebagai kompos, oleh karena itu, penambahan berupa limbah jamu ternak yang berasal dari ramuan herbal. Jika limbah tersebut hanya dibuang maka dapat mencemari lingkungan, jadi lebih baik digunakan sebagai penambahan dalam pengomposan. Hal inilah yang melatarbelakangi dilakukannya penelitian mengenai pengaruh imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 terhadap rasio C/N kompos.
Permasalahan Peningkatan produksi kompos perlu ditambahkan bahan padatan/selulosa yang mengandung karbon (C) berupa bahan organik seperti limbah jamu Labio1 atau dengan penambahan unsur N (misalnya: urea) yang dapat menurunkan rasio C/N pada kotoran ayam. Selain itu dengan penambahan bahan organik tersebut kemungkinan juga dapat mempengaruhi kondisi temperatur sehingga mempercepat proses pengomposan. Sisa pembuatan jamu labio-1 menjadi limbah yang kaya bahan organik karena berasal dari ramuan herbal sehingga dapat di jadikan bahan penambah pada pembuatan kompos dari feses ayam, tetapi belum diketahui apakah dengan penambahan limbah jamu ternak dapat mempengaruhi rasio C/N kompos dari feses ayam.
2
Tujuan dan Kegunaan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh Imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio 1 terhadap rasio C/N kompos. Kegunaan dari penelitian ini adalah dapat mengetahui kandungan C/N pada kompos feses ayam dengan penambahan limbah jamu Labio-1 , serta memberi informasi kepada masyarakat bahwa imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 dapat berpengaruh terhadap rasio C/N kompos.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Feses Ayam Kotoran ayam merupakan salah satu limbah yang dihasilkan baik ayam petelur maupun ayam pedaging yang memiliki potensi yang besar sebagai pupuk organik. Komposisi kotoran sangat bervariasi tergantung pada sifat fisiologis ayam, ransum yang dimakan, lingkungan kandang termasuk suhu dan kelembaban.
Kotoran ayam merupakan salah satu bahan organik yang
berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan pertumbuhan tanaman. Kotoran ayam mempunyai kadar unsur hara dan bahan organik yang tinggi serta kadar air yang rendah. Setiap ekor ayam kurang lebih menghasilkan ekskreta per hari sebesar 6,6% dari bobot hidup (Taiganides, 2000). Kotoran ayam memiliki kandungan unsur hara N 1%, P 0,80%, K 0,40% dan kadar air 55% (Lingga, 1986). Hasil analisis yang dilakukan oleh Suryani dkk (2010), bakteri yang ditemukan pada kotoran ternak ayam antara lain Lactobacillus achidophilus, Lactobacillus reuteri, Leuconostoc mensenteroide dan Streptococcus thermophilus, sebagian kecil terdapat Aktinomycetes dan kapang. Menurut Pangaribuan et al. (2012), pupuk kandang ayam memiliki kandungan unsur hara N, P dan K yang lebih banyak daripada pupuk kandang jenis ternak lainnya karena kotoran padat pada ternak unggas tercampur dengan kotoran cairnya.
4
Raihan (2000), menyatakan bahwa penggunaan bahan organik kotoran ayam mempunyai beberapa keuntungan antara lain sebagai pemasok hara tanah dan meningkatkan retensi air. Apabila kandungan air tanah meningkat, proses perombakan bahan organik akan banyak menghasilkan asam-asam organik. Anion dari asam organik dapat mendesak fosfat yang terikat oleh Fe dan Al sehingga fosfat dapat terlepas dan tersedia bagi tanaman. Penambahan kotoran ayam berpengaruh positif pada tanah masam berkadar bahan organik rendah karena pupuk organik mampu meningkatkan kadar P, K, Ca dan Mg tersedia.
Gambaran Umum Limbah Jamu Ternak dari Ramuan Herbal Pembuatan jamu ternak Labio-1 menggunakan 12 macam ramuan herbal yaitu 12 macam ramuan herbal harus dicuci bersih, kemudian diiris tipis dan dihaluskan menggunakan mesin, ramuan herbalyang digiling dicampur air secukupnya, digiling sampai semua bahan halus, setelah semua bahan halus dan tercampur rataditambahkan 1 liter molasses, 1 liter EM4 dan air sumur untuk mengencerkan molasses, kemudian diaduk sampai homogen, ramuan herbal dimasukkan dalam jerigen 20 liter dan ditutup rapat dan jamu ternak Labio-1 difermentasi selama 2 minggusampai tidak terbentuk gas. Gas yang terbentuk selama proses fermentasidikeluarkan dengan membuka tutup jerigen, setelah itu ditutup rapat kembali setelah fermentasi jamu ternak Labio-1 disaring sehingga menghasilkan jamu ternak Labio-1 dan ampasnya limbah jamu ternak Labio-1 dibuat pupuk kompos (Agustina, 2006).
5
Ramuan tanaman herbal atau limbah jamu ternak adalah obat tradisional yang berasal dari bahan alamai terutama tumbuhan lain dan merupakan warisan budaya bangsa dan telah digunakan turun-temurun secara empiris. Ramuan tanaman obat (jamu) selain untuk dikonsumsi manusia dapat digunakan untuk kesehatan ternak (Zainuddin, 2006). Obat alami dapat pula didefenisikan sebagai obat-obatan yang berasal dari alam, tanpa rekayasa atau buatan, bias berupa obat yang biasa digunakan secara tradisional, namun cara pembuatannya dipermodern. Apabila obat tersebut diperuntukkan bagi hewan maka obat alami tersebut diberi keterangan tambahan “untuk hewan” (Maheshwari, 2002). Ramuan tanaman obat pada umumnya dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu. Sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia sampai saat ini harga obat-obatan untuk ternak buatan pabrik (impor) sangat mahal, sehingga tidak terjangkau oleh para petani ternak, khususnya peternak dalam skala menengah kebawah. Oleh karena itu, peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan ramuan herbal. Temulawak merupakan tanaman asli Indonesia yang termasuk salah satu jenis temu-temuan atau jahe-jahean. Kandungan kimia rimpang temulawak dibedakan atas tiga komponen besar, yaitu fraksi pati, fraksi kurkuminoid dan fraksi minyak atsiri (Rahayu dan Budiman, 2008).
6
Bawang putih mengandung minyak atsiri, yang bersifat antibakteri dan antiseptik. Kandungan alicin berkaitan dengan daya anti kolesterol. Zat aktif ini mencegah penyakit jantung koroner, tekanan darah tinggi dan lain-lain (Hakim, 2008). Daun kemangi mengandung komponen non gizi antara lain senyawa flavonoid dan eugenol, arginin, anetol, boron, dan minyak atsiri. Flavonoid dan eugenol berperan sebagai antioksidan, yang dapat menetralkan radikal bebas, menetralkan kolesterol dan bersifat antikanker (Candra, 2011). Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen, pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman, antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Kunyit merupakan tanaman herbal dan tingginya dapat mencapai 100 cm. Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau kekuningan. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau akarnya. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan mengandung kurkumin. (Mahendra, 2005). Menurut Nursal, et. al. (2006) bahwa jahe juga mengandung senyawa flavonoid, fenol, terpenoid. Sereh merupakan sejenis tanaman dari keluarga rumput yang rimbun dan berumpun besar serta mempunyai aroma yang kuat dan wangi. Sereh juga merupakan tanaman tahunan yang hidup secara meliar. Tanaman ini dapat mencapai ketinggian sampai 1,2 meter (Kristio, 2011). Lengkuas mengandung minyak atsiri berwarna hijau kekuningan dan berbau khas. Minyak atsiri ini terdiri atas bahan metal sinamat 48 %, cineol 20 %30 %, kamfer, d-alfa-pinen, galangin, dan eugenol 3 %-4 % (Muhlizah, 1999).
7
Ekstrak
lengkuas
(suku
Zingiberaceae)
dilaporkan
dapat
menghambat
pertumbuhan mikroba, diantaranya bakteri Escherchia coli, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, jamur Neurospora sp., Rhizopus sp. dan Penicillium sp. (Nursal, et,al, 2006). Rimpang temu hitam mengandung minyak atsiri, tanin, kurkumol, kurkumenol, isokurkumenol, kurzerenon, kurdion, kurkumalakton, germakron, a, ß,gelemene, linderazulene, kurkumin, demethyoxykurkumin, bisdemethyoxykurk umin (Riayati, 1989). Zat yang terkandung didalam hebal ini adalah minyak atsiri (sineol, kamfer, d-borneol, d-pinen, seskuiterpene, zingiberen, kurkumin, zedoarin), rhisoma pati (hanya ada sesudah musim kemarau) (Faris, 2011). Bawang merah mengandung protein serta kaya akan kalsium dan riboflavin. Bawang merah dewasa mengandung protein 1,2%, lemak 0,1%, serat 0,6%, mineral 0,4%, dan karbohidrat 11,1% per 100 g (Syukur, 2005). Kencur mengandung pati (4,14 %), mineral (13,73 %), dan minyak atsiri (0,02 %) berupa sineol, asam metil kanil dan penta dekaan, asam cinnamik, ethyl aster, asam sinamic, borneol, kamphene, paraeumarin, asam anisic, alkaloid dan gom. Kencur segar mengandung antibakteri walau cuma sedikit.
8
Proses Pembuatan Kompos dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya Pupuk organik (kompos) merupakan hasil perombakan bahan organik oleh mikrobia dengan hasil akhir berupa kompos yang memiliki nisbah C/N yang rendah. Bahan yang ideal untuk dikomposkan memiliki nisbah C/N sekitar 30, sedangkan kompos yang dihasilkan memiliki nisbah C/N < 20. Bahan organik yang memiliki nisbah C/N jauh lebih tinggi di atas 30 akan terombak dalam waktu yang lama, sebaliknya jika nisbah tersebut terlalu rendah akan terjadi kehilangan N karena menguap selama proses perombakan berlangsung. Kompos yang dihasilkan dengan fermentasi menggunakan teknologi mikrobia efektif dikenal dengan nama bokashi. Dengan cara ini proses pembuatan kompos dapat berlangsung lebih singkat dibandingkan cara konvensional (Yuwono, 2007). Kompos mengandung bahan organik dan hara-hara mineral esensial yang siap di serap akar tanaman. Bahan organik yang terdapat dalam kompos mampu mengikat partikel tanah (Sriharti dan Salim, 2010). Pupuk organik dalam bentuk yang telah dikomposkan ataupun segar berperan penting dalam perbaikan sifat kimia, fisika, dan biologi tanah serta sebagai sumber nutrisi tanaman. Secara umum kandungan nutrisi hara dalam pupuk organik tergolong rendah dan agak lambat tersedia, sehingga diperlukan dalam jumlah cukup banyak. Namun, pupuk organik yang telah dikomposkan dapat menyediakan hara dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dalam bentuk segar, karena selama proses pengomposan telah terjadi proses dekomposisi yang dilakukan oleh beberapa macam mikroba, baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Sumber bahan kompos antara lain berasal dari limbah organik seperti
9
sisa-sisa tanaman (jerami, batang, dahan), sampah rumah tangga, kotoran ternak (sapi, kambing, ayam), arang sekam, dan abu dapur (Deptan, 2006). Sumber utama bahan organik bagi tanah berasal dari jaringan tanaman, baik berupa sampah-sampah tanaman (serasah) ataupun sisa-sisa tanaman yang telah mati. Sumber bahan organik lainnya adalah hewan. Bahan–bahan organik yang berasal dari serasah, sisa-sisa tanaman yang mati, limbah atau kotoran hewan dan bangkai hewan itu sendiri, didalam tanah akan diaduk-aduk dan dipindahkan oleh jasad renik yang selanjutnya dengan kegiatan berbagai jasad tanah bahan organik itu melalui berbagai proses yang rumit dirombak menjadi bahan organik tanah yang mempunyai arti penting (Kartasapoetra, 1987). Karyaningsih (2001) penggunaan kompos juga memiliki banyak kelemahan.
Kelemahan-kelemahan
tersebut
diantaranya
adalah:
Kompos
diperlukan dalam jumlah yang banyak untuk memenuhi kebutuhan unsur hara suatu tanaman; Hara yang dikandung untuk bahan sejenis bervariasi; Kekurangan unsur hara dimungkinkan terjadi apabila kompos telah matang. Pada kompos yang telah matang, bahan organik mentah telah terdekomposisi membentuk produk yang stabil. Kompos yang matang sudah tidak lagi mengandung senyawa fitotoksik yang dapat menghambat pertumbuhan tanaman (Darlington, 2001). Bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena perbandingan kandungan C/N dalam bahan tersebut tidak sesuai dengan C/N tanah. Rasio C/N merupakan perbandingan antara karbohidrat (C) dan nitrogen (N). Rasio C/N tanah berkisar antara 10-12. Apabila bahan organik mempunyai rasio C/N mendekati atau sama dengan rasio C/N tanah, maka bahan
10
tersebut dapat digunakan tanaman. Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai rasio C/N tinggi (jerami 50-70; dedaunan tanaman 50-60; kayukayuan >400; dan lain-lain). Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan C/N tanah (<20). Semakin tinggi rasio C/N bahan organik maka proses pengomposan atau perombakan bahan semakin lama. Waktu yang dibutuhkan bervariasi dari satu bulan hingga beberapa tahun tergantung bahan dasar. Proses perombakan bahan organik terjadi secara biofisiko-kimia, melibatkan aktivitas biologi mikroba dan mesofauna. Secara alami proses peruraian tersebut bisa dalam keadaan aerob (dengan O2) maupun anaerob (tanpa O2) (Cooperband, 2000). Kompos yang sudah matang secara fisik digambarkan sebagai struktur remah, agak lepas dan tidak gumpal, berwarna coklat kegelapan, baunya mirip humus atau tanah dan reaksi agak masam sampai netral, tidak larut dalam air, bukan dalam bentuk biokimia yang stabil tetapi berubah komposisinya melalui aktivitas mikroorganisme, kapasitas tukar kation yang tinggi dan daya absorpsi air tinggi, jika dicampurkan ke tanah akan menghasilkan akibat yang menguntungkan bagi tanah dan pertumbuhan tanaman (Gaur, 1981). Kematangan kompos dapat ditentukan berdasarkan nisbah C/N kompos, sedangkan kandungan hara kompos berhubungan dengan kualitas bahan asli yang dikomposkan. Sampai saat ini, penilaian kualitas kompos selain dilihat dari sifat fisik sering dilihat hanya dari nilai C/N rasio dan kandungan unsur hara saja. Dimana kompos dengan C/N rasio rendah dan memiliki kandungan hara yang tinggi
11
dianggap sebagai ciri kompos yang baik, tanpa memperhitungkan kandungan asam-asam organik khususnya asam humat dan asam fulvat yang memiliki peranan besar dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kompos yang baik untuk ditambahkan ke dalam tanah dapat dilihat dari segi fungsi dan peranannya dalam mempengaruhi (memperbaiki) sifat-sifat tanah. Karbon C merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Dalam proses pengomposan, porsi terbesar C yaitu 2/3 bagian yang terdapat dalam pupuk organik
akan
digunakan
sebagai
sumber
energi
bagi
pertumbuhan
mikroorganisme. Sementara sisanya digunakan untuk pembentukan sel baru. Mikroorganisme pengurai sampah organik juga memerlukan N untuk membangun sel-sel tubuh mereka. Keberadaan unsur ini terutama diperlukan oleh mikroorganisme untuk proses sintesis protein (Damanhuri dan Padmi, 2010:69). Semakin tinggi nisbah C/N, semakin sulit suatu bahan terurai. Peningkatan nisbah C/N awal campuran hingga mudah terdekomposisi akan memperlambat waktu pengomposan. Bahan kompos yang mempunyai nisbah C/N tinggi juga hanya menghasilkan temperatur maksimal di bawah kondisi optimum dan suasana pengomposan yang terlalu asam. Sementara jika nisbah C/N bahan terlalu rendah, meski awalnya terjadi dekomposisi yang sangat cepat tetapi selanjutnya kecepatannya akan menurun karena kekurangan C sebagai sumber energi. Pada nisbah C/N yang terlalu rendah, NH3 akan dihasilkan sehingga aktivitas biologi menjadi terhambat (Cooperband, 2000). Rasio C/N (Karbon dan Nitrogen) yang efektif untuk proses pengomposan berkisar antara 30:1 hingga 40:1. Mikroba memecah senyawa C
12
sebagai sumber energi dan menggunakan N untuk sintesis protein. Pada rasio C/N di antara 30 - 40 mikroba mendapatkan cukup karbon untuk energi dan nitrogen untuk sintesis protein.
Hipotesis Diduga bahwa penambahan limbah jamu Labio-1 dalam pembuatan pupuk kompos feses ayam dapat menurunkan rasio C/N kompos tersebut.
13
METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai April 2017 dengan dua tahap yaitu tahap pertama dilakukan pembuatan kompos, dilaksanakan di Laboratorium Valorisasi Pakan dan Limbah, Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin Makassar. Tahap kedua yaitu analisis Rasio C/N pada kompos dilaksanakan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin Makassar.
Materi Penelitian Bahan yang digunanakan dalam penelitian ini adalah feses ayam (kandungan C= 7,26%, N= 0,35%, dan Rasio C/N= 21%), limbah jamu labio-1 (kandungan C= 4,27%, N=0,82%, dan Rasio C/N= 5 %), air bersih, polybag dan bahan-bahan yang digunakan dalam analisis rasio C/N. Alat-alat
yang digunakan pada penelitian ini yaitu, sekop, ember,
timbangan, pengaduk, neraca analitik serta alat yang digunakan untuk analisis rasio C/N.
Metode Penelitian Penelitian ini disusun berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (Gazper, 1994), terdiri atas 5 perlakuan, setiap perlakuan diulang sebanyak 4 kali, adapun 5 perlakuan tersebut sebagai berikut:
14
P0: Feses ayam 100 % P1 : Feses ayam 75 % + limbah jamu 25 % P2 : Feses ayam 50 % + limbah jamu 50 % P3 : Feses ayam 25 % + limbah jamu 75 % P4: Limbah jamu 100 %
Pelaksanaan Penelitian Penelitian ini dilakukan dua tahap, tahap pertama yaitu pembuatan pupuk kompos, tahap kedua analisis kandungan Rasio C/N. Langkah pertama pembuatan pupuk kompos yaitu mengumpulkan feses ayam dan limbah jamu ternak, kemudian mengeringkan feses ayam, selanjutnya dilakukan penimbangan bahan sesuai dengan perlakuan (feses ayam dan limbah jamu Labio-1), kemudian dicampur sampai homogen dengan kadar air 60 % (Mulyani, 2014), setelah feses ayam dan limbah jamu ternak tercampur merata dimasukkan ke dalam plastik yang telah dilubangi dan diisi sebanyak 1 kg dan disimpan selama 30 hari. Setiap minggu dilakukan pengadukan, pengukuran pH dan suhu perlakuan untuk mengetahui pengaruh pH dan suhu pada proses pengomposan. Parameter yang di ukur Uji Analisis C/N (Price & Paul, 1981) - Analisis kadar karbon (C) Berikut adalah langkah-langkah pengerjaan untuk analisis kadar karbon organik dalam bahan :
15
Untuk larutan contoh : 1. Timbang 0.25 gram sampel dan masukkan kedalam labu ukur 100 ml 2. Tambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat 3. Tambahkan 5 ml kalium dikromat 1 N 4. Lalu tambahkan sedikit aquades dan kocok hingga homogeny 5. Biarkan 15 menit hingga dingin lalu tambahkan aquades hingga tanda garis 6. Ukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 561 nm Untuk larutan standar : 1. Pipet 5 ml larutan glukosa 5000 ppm kedalam labu ukur 100 ml 2. Tambahkan 7,5 ml H2SO4 pekat 3. Tambahkan 5 ml kalium dikromat 1 N 4. Lalu tambahkan sedikit aquades dan kocok hingga homogen 5. Biarkan 15 menit hingga dingin lalu tambahkan aquades hingga tanda garis 6. Ukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 561 nm Untuk larutan blanko : 1. Pipet 7,5 ml H2SO4 pekat kedalam labu ukur 100 ml 2. Tambahkan 5 ml kalium dikromat 1 N 3. Lalu tambahkan sedikit aquades dan kocok hingga homogen 4. Biarkan 15 menit hingga dingin lalu tambahkan aquades hingga tanda garis 5. Siap di jadikan larutan blanko Perhitungan : ((100 / Berat Sampel) X (Abs. Sampel / Abs Standar)) X 250 C (%) = 10.000
16
- Analisis kadar nitrogen (N) Berikut ini adalah langkah-langkah pengerjaan untuk analisis kadar Nitrogen organik dalam bahan : 1. Menambahkan sampel 0.5 gram masukkan dalam labu kjedahl 2. Menambahkan 1 sendok teh campuran selenium dan 10 ml H2SO4 3. Mengocok hingga seluruh sampel terbasahi oleh H2SO4 kemudian didestruksi (dalam lemari asam) diatas alat pemanas listrik hingga jernih 4. Mendinginkan dan mengencerkan dengan aquades sampai tanda garis 5. Larutan H3BO3 2% sebanyak 10 ml dimasukkan kedalam labu erlemeyer 6. Memipet larutan tersebut sebanyak 10 ml masukkan kedalam labu destilasi dijalankan sampai larutan penampung N mencapai 50 ml (Penampang N = 3 tetes indikator + asam bokasi) 7. Titrasi dengan H2SO4 0.20 N sampai terjadi perubahan warna Kebersihan analisis ini ditandai oleh terjadinya perubahan warna hijau menjadi merah pada labu penampug N.
Rumus yang digunakan : hasil titrasi x N. H2SO4 x 20 x 14 N Total =
x 100% (Berat sampel x 1000)
17
Pengolahan Data Rancangan penelitian yang digunakan adalah RAL Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan model matematika sebagai berikut:
Yij= μ + τI+ ϵij Keteragan : Yij = Nilai pengamatan dengan perlakuan ke-i (1,2,3,4,5) dan ulangan ke-j (1,2,3,4) μ= Rata-rata pengamatan τi= Pengaruh perlakuan ke-i (1,2,3,4 dan 5) ϵij= Pengaruh sisa terhadap sisa terhadap perlakuan ke-i dan ke-j Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan bantuan software SPSS Vers. 16,0. Jika memperlihatkan pengaruh nyata, maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan (Gomez dan Gomez, 2010).
18
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian imbangan feses ayam dan limbah jamu labio-1 pada kompos dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rataan Kandungan Karbon (C), Nitrogen (N), dan Rasio (C/N) pada Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu labio-1 pada kompos Perlakuan Carbon (%) P0 30.46 + 32,80a P1 33.34+ 50,39b P2 33.78 +14,08bc P3 35.2 +90,25cd P4 35.62 +11,49d Keterangan: Superskrip yang berbeda perlakuan berbeda nyata
Nitrogen (%) C/N (%) a 1.85 + 6,60 16.5 + 5,57c 2.15+ 9,77b 15.25 +5,00abc 2.15+ 16,48b 15.75 +1,25bc 2.48+ 12,49c 14.25 + 5,00a 2.37 +6, 13c 15 + 1, 15ab pada kolom yang sama menunjukkan
Kandungan Karbon (C) pada kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 Karbon (C) merupakan sumber energi bagi mikroorganisme. Dalam proses pengomposan, porsi terbesar C yaitu sebesar 2/3 bagian yang terdapat dalam bahan organik akan digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme. Sementara sisanya digunakan untuk pembentukan sel baru. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa hasil sidik ragam menunjukkan kandungan karbon pada imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 pada kompos berpengaruh sangat nyata (P<0,01). Pada Uji Duncan terlihat rataan P0 berbeda dengan perlakuan lainnya (Lampiran 1) dan mempunyai kandungan C lebih rendah yaitu 30,46 % sedangkan P4 mengandung karbon yang tertinggi yaitu 35,61% diduga karena adanya kandungan mikroorganisme pada perlakuan P0 (feses ayam 100% menggunakan unsur C-organik selama proses fermentasi berlangsung. Hal ini sesuai pendapat Cahya dkk (2010) menyatakan bahwa unsur
19
C-Organik dalam pembuatan pupuk organik digunakan oleh mikroorganisme sebagai sumber energi untuk pertumbuhan dan perkembangannya dalam mendegradasi bahan organik selama proses fermentasi berlangsung.
Kandungan Nitrogen (N) pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu pada Labio-1 Mikroorganisme pengurai juga memerlukan N untuk membangun sel-sel tubuh. Keberadaan unsur ini terutama di perlukan oleh mikroorganisme untuk proses sintesis protein guna mempercepat pertumbuhannya. Berdasarkan hasil penelitian kandungan Nitrogen (N) dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 terlihat bahwa hasil sidik ragam menunjukkan bahwa kandungan Nitrogen pada imbangan feses ayam dan limbah jamu Labio-1 pada kompos sangat berpengaruh nyata (P<0,01). Pada Uji Duncan menunjukkan bahwa rataan P0 berbeda dengan perlakuan lainnya sedangkan pada perlakuan P4 tidak berbeda nyata dengan P1 dan P3 (Lampiran 2). Hasil penelitian diperoleh kandungan N berkisar antara 1,85 sampai 2,48%. Kandungan N terendah 1,85% pada perlakuan P0 dan tertinggi pada perlakuan P3 (25% feses ayam + 75% limbah jamu Labio1). Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi presentase limbah jamu Labio-1 pada kompos maka semakin tinggi pula kandungan nitrogennya. Hal ini disebabkan karena pada ramuan herbal yang digunakan dalam pembuatan jamu Labio-1 terdapat bawang merah yang kaya akan protein sehingga sesuai dengan pendapat Syukur, (2005) yang menyatakan bahwa bawang merah mengandung protein serta kaya akan kalsium dan riboflavin.
20
Rasio C/N pada Kompos dengan Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Labio-1 Prinsip pengomposan adalah untuk menurunkan rasio C/N bahan organik hingga sama dengan tanah (<20). Kematangan kompos dapat ditentukan berdasarkan
nisbah
C/N
kompos,
sedangkan
kandungan
hara
kompos
berhubungan dengan kualitas bahan asli yang dikomposkan. Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa pada Rasio C/N berbeda sangat nyata (P<0,01) dan pada Uji Duncan (Lampiran 3) menunjukkan bahwa P3 berbeda dengan perlakuan lainnya.
Semakin rendah Rasio C/N maka
semakin tinggi kualitas kompos tersebut. Ini menunjukkan bahwa pada perlakuan P3 (Feses Ayam 25% + Limbah Jamu Labio-1 75%) adalah yang terbaik dibanding dengan perlakuan lainnya disebabkan karena semakin tinggi presentase limbah jamu Labio-1 maka Rasio C/N semakin menurun. Hal ini menunjukkan kompos dengan feses ayam dengan limbah jamu ternak mampu mendegradasi organik kompleks serta unsur hara yang terkandung dalam feses ayam dapat berperan sebagai sumber nutrient untuk membangun sel-sel baru mikroorganisme. Kandungan Karbon berfungsi sebagai makanan bagi bakteri untuk menghasilkan metana, sedangkan nitrogen sebagai pembangun struktur sel bakteri. Rasio C/N yang diperoleh pada penelitian ini berkisar antara 16,5, yang tertinggi pada perlakuan P3. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P3 ( feses ayam 25%+ limbah jamu Labio-1 75%) mempunyai kualitas yang terbaik disbanding perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Cooperband
21
(2000) yang menyatakan bahwa semakin tinggi nisbah C/N, semakin sulit suatu bahan terurai. Bahan kompos yang mempunyai nisbah C/N tinggi juga hanya menghasilkan temperatur maksimal di bawah kondisi optimum dan suasana pengomposan yang terlalu asam. Sementara jika nisbah C/N bahan terlalu rendah, meski awalnya terjadi dekomposisi yang sangat cepat tetapi selanjutnya kecepatannya akan menurun karena kekurangan C sebagai sumber energi. Pada nisbah C/N yang terlalu rendah, NH3 akan dihasilkan sehingga aktivitas biologi menjadi terhambat. Menurut Herawati, dkk. (2010) bahwa apabila C/N terlalu tinggi, nitrogen akan dikonsumsi dengan cepat oleh bakteri metanogenik untuk pertumbuhannya dan hanya sedikit yang bereaksi dengan karbon akibatnya gas yang dihasilkan rendah. Sebaliknya jika C/N rendah, nitrogen akan dibebaskan dan berakumulasi dalam bentuk amoniak (NH4) sehingga pH > 8,5 yang menyebabkan berkurangnya bakteri metanogenik. Menurut Mukhtar (2013), bahan organik tidak dapat digunakan secara langsung oleh tanaman karena rasio C/N dalam bahan tersebut tidak mendekati rasio C/N tanah sehingga harus melalui pengolahan terlebih dahulu, rasio C/N tanah berkisar antara 10-12. Namun pada umumnya bahan organik segar mempunyai rasio C/N tinggi.
22
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpilkan bahwa perlakuan P3 (feses ayam 25%+ limbah jamu Labio-1 75%) dengan Rasio C/N 14,25 adalah kompos dengan kualitas terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya.
Saran Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai aplikasi kompos dengan imbangan feses ayam 25% + limbah jamu Labi-1 75% d sebagai pupuk pada hijauan pakan.
23
DAFTAR PUSTAKA Agustina, Laily. 2006. Penggunaan Ramuan Herbal Sebagai Feed Additive untukMeningkatkan Performans Broiler. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Dalam Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya saing; 47-52. Anonim. 2005. Terapi herbal, Buah, Sayuran, Flu Burung dan Demam Berdarah. Cetakan I. Majalah Flora dan Fauna , Jakarta. Almatsier, 2001.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Association Of Agriculture Chemist. 1990. Official Methods of Analysis of the Association of Agriculture Chemist A.O.A.C, Washington D.C. Astari, L. P. 2011. Kualitas Pupuk Kompos Bedding Kuda dengan menggunakan aktivator mikroba yang berbeda. Skripsi S1. IPB. Bogor Barus, J. 2011. Uji Efektivitas Kompos Jerami dan Pupuk NPK Terhadap Hasil Padi. J. Agrivigor 10(3):247-252. Budiyati, E., Fitria, N., dan Yayuk, M. 2014. Perbandingan Volume Biogas yang Dihasilkan dari Fermentasi Campuran Eceng Gondok dan Sampah Sayuran Dengan dan Tanpa Kotoran Sapi pada Berbagai Rasio Pengenceran dan Waktu. Fakultas Teknologi Industri. Universitas Islam Indonesia. Cahya.2010.Pengaruh Waktu Fermentasi dan Penambahan Aktivator BMF Biofad Terhadap Kualitas Pupuk organik. Teknik Kimia Undip: Semarang. Cooperband, L.R.2000. Composting: Art and Science of Organic Waste Conversion to a Soil Resource. Laboratory Medicine 31 (6) 203-206. Darlington, W.2001. Compost, Soil Amandement for Etablishment of Turf and Landscape. www.soil-plant laboratory.com, Accessed 7 January 2017. Deptan,
2006. Budidaya Kacang Tanah Tanpa Olah Tanah, availableat;http://www.deptan.go.id/teknologi/tp/tkcgtanah1.htm [21 Januari 2017]
Enda.2009. Optimalisasi Fermentasi Urine Sapi dengan Aditif Tetes Tebu (Mollases) untuk Menghasilkan Pupuk Organik Cair Yang Berkualitas Tinggi. Universitas Negeri Malang: Malang
24
Faris, A., 2011. Manfaat dan Khasiat Temu Kunci. http://aghifaris. blogspot.com /2011 /02/ manfaat-dan-khasiat-tanaman-herbal-temu.html. Diakses pada tanggal 8 Februari 2017. Fry, S. 2003. Derajat Keasaman (pH), Temperatur (Suhu) dan Kelembaban Pada Isian Digester. Penerbit Swadaya, Jakarta. Gaur, A. C. 1981. Improving Soil Fertility through Organic Recycling : A Manual of Rural Composting. FAO/UNDP. Region Project RAS/75/004. Project Field. Gazper, V. 1994.Metode Rancangan Percobaan. CV, Armico, Bandung. Gomez, K.A.,A.A. Gomez. 2010 Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian (Terjemahkan) Endang Sjamsuddin dan J.S. Baharsjah. Edisi Kedua. UI Press. Jakarta. Hidayati, YA.Bento TB., Kunarni A., Marlina E.T., dan Harlina E. 2008. Kualitas pupuk cair hasil pengolahan feses sapi potong menggunakan saccharomyces cerevisiae. Jurnal Ilmu Ternak. 11 (2): 104 –107 Haryati, T. 2006. Biogas: Limbah Peternakan yang Menjadi Sumber Energi Alternatif. Balai Penelitian Ternak. Bogor. Hal 160-169. Herawati, Dewi, A., dan Andang, A.W. 2010. Pengaruh Pretreatment Jerami Padi Pada Produksi Biogas Dari Jerami Padi dan Sampah Sayur Sawi Hijau Secara Batch. Universitas Setia Budi. Jurnal Rekayasa Proses, Vol 4, No. 1. Hasibuan, 2006. Membuat pupuk organik secara singkat, penebar swadaya, Jakarta. Kartasapoetra, A.G dan Sutedjo, M.M., 1987. Pengantar Ilmu Tanah. Penerbit PT. Bina Aksara. Jakarta. Kuo, S. M.E.O Escobar. N.V.Hue. R.L. Hummer. 2005. Composting and Compost Utilization for Agronomic and Container Crops, Washington State University Research and Extension Center. Ligga, P. 1986. Bertanam Umbi-umbian. Penebar swadaya. Jakarta. Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan I. Pe3nebar Swadaya, Jakarta. Maheshwari.
2002. Pemanfaatan Obat Alami: Potensi dan Prospek pengembangannya. Disertasi. Institut Pertanian Bogor.Bogor.
25
Muhlizah, F, 1999. Temu-Temuan dan Empun Budidaya dan Manfaatnya. Kanisius, Yogyakarta. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga, Surabaya Mukhtar, P.D. 2013. Pembuatan Bokasi Dengan Menggunakan Berbagai Macam Bahan Organik dan Pupuk Kandang. Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Inderalaya.. Paimin, F. B. 2001. Alat Pembuat Biogas dari Drum, Penebar Swadaya : Jakarta. Pangaribuan DH, Yasir M, Utami NK. 2012. Dampak Bokashi kotoran ternak dalam pengurangan pemakaian pupuk Anorganik pada Budidaya Tanaman Tomat. J. Agron Indonesia 40 (3):204-210. Price, E.C., dan Paul, N.C. 1981. Biogas Production and Utilization. Ann Arbor Science Publishers inc/The Butterworth Group, Michigan. Rahman Susanto, 2002. Mutu Pupuk Organik, Balai Penelitian Tanah, Bogor. Raihan, H.S.2000. Pemupukan NPK dan ameliorasi lahan kering sulfat masam berdasarkan nilai uji tanah untuk tanaman jagung. J. Ilmu pertanian 9 (1):28 Rahayu dan Berlian. 2007. Bawang Merah. Cetakan XIV. Penebar Swadaya, Jakarta. Rahayu dan Budiman. 2008. Pemanfaatan tanaman tradisional sebagai feed additive dalam upaya menciptakan Budidaya Ayam Lokal Ramah Lingkungan. Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pemgembangan Ayam Lokal. Riayati, E.E. 1989. Tanaman Obat Indonesia. Fakultas Farmasi UGM, 1989. http://www.iptek.net.id/ind/pd_tanobat/index.php. (8 Februari 2017). Rostiana, O. Nurliani B dan R. Mono. 2005. Budidaya Tanaman Jahe. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian dan Pengembangan Pertanian , Blalai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatika. Sirkuler No. 11 Ruskandi. 2006. Pembuatan Kompos Limbah Kebun Pertanaman Kepala Polikultur. Buletin Teknik Pertanian 11 (1):33-36. Seputra, E.A. 2008. Manfaat Sereh. http://artikel-alternatif. Blogspot .com/ 2008/01/manfaat-sereh.html. (8 Februari 2017). Setiawan, A.I. 2004. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penerbit Penebar Swadaya, Jakarta.
26
Sriharti dan T Salim.2010. Pemanfaatan Sampah Tanam (Rumput-Rumputan Untuk Pembuatan Kompos. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia “ Kejuangan” Yogyakarta, 26 Januari 2010. Simamora, S.S., Wahyuni, S., & Sirajuddin. 2006. Membuat Biogas Pengganti Bahan Bakar Minyak dan Gas dari Kotoran Ternak. PT. Agromedia Pustaka, Jakarta Taiganides, R.E.2000. Animal Waste. Applied Science publisher Ltd:London Wahyuni, Sri. 2008. Panduan Praktis Biogas. Penerbit Swadaya, Jakarta. Yuwono, D., 2006. Kompos dengan Cara Aerob maupun Anaerob untuk Menghasilkan Kompos yang Berkualitas Penebar Swadaya. Jakarta. Zainuddin, D. 2006. Tanaman Obat Meningkatkan Efisiensi Pakan dan Kesehatan Ternak Unggas. Broiler Modern Kumpulan Tulisan Teknik Budidaya Ayam Broiler.ww.blogger.com
27
LAMPIRAN
28
Lampiran 1. Analisis Statistik Kandungan Karbon (C) Pada Feses Ayam dengan Limbah Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos ANOVA
Between Groups Within Groups Total
Sum of Squares 66,309
df
Mean Square 4 16,577
13,797
15
80,107
19
F
Sig.
18,0 ,000 22
,920
C a
Duncan PERLAKU AN P0 P1 P2 P3 P4 Sig.
N 4 4 4 4 4
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 30,4575 33,3350 33,7775 33,7775 35,2000 35,2000 35,6175 1,000 ,524 ,053 ,547
29
Lampiran 2. Analisis Statistik Kandungan Nitrogen (N) Pada Feses Ayam dengan Limbah Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N kompos
ANOVA N
Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
,940
4
,235
,181 1,121
15 19
,012
F 19,431
Sig. ,000
N a
Duncan PERLAKU AN P0 P1 P2 P4 P3 Sig.
N
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 4 4 4 4 4
1,8475 2,1475 2,1525
1,000
,950
2,3650 2,4800 ,160
30
Lampiran 3. Analisis Statistik Kandungan Rasio C/N Pada Feses Ayam dengan Limbah Jamu Labio-1 ANOVA CN Sum of df Mean F Sig. Squares Square Between 11,300 4 2,825 3,767 ,026 Groups Within Groups 11,250 15 ,750 Total 22,550 19 CN a
Duncan PERLAKU AN P3 P4 P1 P2 P0 Sig.
N 4 4 4 4 4
Subset for alpha = 0.05 1 2 3 14,2500 15,0000 15,0000 15,2500 15,2500 15,2500 15,7500 15,7500 16,5000 ,141 ,263 ,071
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4,000.
31
Lampiran 5. Dokumentasi penelitian Imbangan Feses Ayam dengan Limbah Jamu Labio-1 terhadap Rasio C/N Kompos
(a)
(b)
(c) Keterangan: Proses pembuatan kompos (a) Pengisian Sampel, (b) Penimbangan Sampel, (c) Pengisian Sampel pada penelitian Pengaruh Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Ternak terhadap Rasio C/N kompos
32
Keterangan: Proses Analisis Laboratorium pada kadar Karbon (C), Nitrogen (N), dan Rasio C/N pada Penelitian Imbangan Feses Ayam dan Limbah Jamu Ternak terhadap Rasio C/N kompos.
33
RIWAYAT HIDUP Sertin Rambu Langi lahir di Leatung pada tanggal 19 September 1995, anak pertama dari tiga bersaudara. Dibesarkan oleh orang tua Markus Lama’ Sanggaria (Ayah) dan Martina (Ibu). Tingkat pendidikan dimulai dari SDN 125 Buntu Marampa’ di Tana Toraja pada tahun 2001. Setelah lulus SD, melanjutkan di SMP Kristen Sangalla’ pada tahun 2007, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Sangalla’ pada tahun 2010. Setelah menyelesaikan SMA, penulis kemudian diterima di PTN (Perguruan Tinggi Negeri)
di Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin,
Makassar. Hingga akhirnya lulus Pendidikan Sarjana (S1) Program studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas Hasanuddin Makassar pada Tahun 2017.
34