.N
I V E R S I IT A S
KUIITAS
ITEKN
KAlIO
ffiTJfl#u**ffi
Sambutan Ketua Panitia Pelaksana Seminar Nasional : Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia, Bandung 12 September 2009
Assalamu 'alaikum Wr.Wb, Salam sejahtera bagi kita semua. Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan kesempatan yang berharga bagi kita semua untuk mengikuti seminar penting tentang desain hemat energi yang ielah menjadi masalah nasional yang krusial. Seminar ini mengangkat tema "Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia". Terima kasih yang sebesar-besarnya kami ucapkan kepada ibu Rektor Unpar Dr. Cecilia Lauw yang telah berada di tengah-tengah kita untuk membuka acara seminar ini, dan bapak Prof. Sandi Siregar yang telah bersedia menjadi keynote speaker dalam acara hari ini. Kepada bapak dan ibu pembicara dan pemakalah, para undangan yang terhormat, serta seluruh peserta seminar, atas nama panitia kami mengucapkan terimakasih atas kehadirannya. Seminar ini merupakan seminar nasional yang terakhir dari dua rangkaian seminar dalam Program Hibah Kompetisi (PHK A3) Departemen Pendidikan Nasional yang dimenangkan jurusan Arsitektur Unpar. Sebelumnya jurusan ArsiteKur Unpar telah mengadakan 4 kali lokakarya dan satu kali Seminar Nasional dengan fokus Rumah Susun. Lokakarya yang pertama adalah Pengembangan Wawasan Rumah Susun Hemat Energi, kedua Lokakarya Peran Stakeholder dalam Membudayakan Hemat Energi pada Rumah Susun di lndonesia, ketiga Lokakarya Pengembangan Teknologi Hemat Energi pada Rumah Susun di lndonesia, dan keempat Lokakarya Gagasan Model Desain Rumah Susun Hemat Energi yang diadakan pada tahun 2007. Pada bulan OKober 2008 yang lalu kita mengadakan Seminar Nasional yang pertama dengan tema: Konsep, Desain dan Strategi membangun Rusunami, Rusunawa Hemat Energi di Jawa dan Luar Jawa. Seminar tersebut dihadiri oleh Menteri Negara Perumahan Rakyat Yusuf Asy'ari. Maka sebagai Seminar terakhir program PHK A3 Unpar, kita tidak hanya terfokus pada Rumah Susun tetapi juga membahas karya-karya desain arsitektur hemat energi secara lebih komprehensif, melibatkan para arsitek perancang secaftr lebih luas, agar memperoleh masukan dari pengalaman-pengalaman praktek tentang desain hemat energi dan diharapkan dapat mematangkan konsep Rumah Susun Hemat Energi di lndonesia. Seminar Nasional kali ini menghadirkan 8 pembicara dari berbagai latar belakang, dari kalangan pemerintah, organisasi profesi, akademisi, praKisi dan juga dari GBCI yang baru kali ini kita undang sebagai pembicara. Kitia mulai acara ini pukul 8 pagi dan akan berakhir pada pukul 17.30 petang nanti-
Sejalan dengan tema Seminar ini, kami juga mengadakan pameran, terdiri dari desain karya Wemer Sobek dari Stuttgart dan desain Arsitekiur Hemat Energi karya Alumni Universitas Katolik Parahyangan. Kami mohon maaf yang sebesar-besamya apabila dalam penyelenggaraan acara ini terdapat kekurangan dan kesalahan yang kami perbuat. Semoga seminar ini dapat be(alan dengan baik dan lancar, hingga akhir acara. Kepada semua pihak, pa€ sponsor, para anggota panitia, para karyawan Unpar dan seluruh rekan-rekan sejawat yang telah membantu menyiapkan acara sejak beberapa bulan yang lalu, kami mengucapkan terimakasih yang tiada terhingga. Demikian sambutan kami, Salam Sejahtera buat kita semua, Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Bandung,'12 September 2009 Ketua Panitia Pelaksana, Dr. KamalA. Arif
Kata Sambutan Rektor UNPAR Yang saya hormali, Pam pembicara dan segenaP hadirin, Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kehadiran dan partisipasi bapaMbu sekalian dalam Seminar Nasional dengan tema "Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia" yang diselenggarakan oleh Jurusan
Arsitektur UNPAR. Seminar Nasional ini merupakan salah satu bagian dari pelaksanaan Program Hibah Kompetisi A3 yang diperoleh Jurusan Arsitektur UNPAR dari Direktoral Jendral Pendidikan Tinggi untuk jangka waktu tiga tahun (2007-2009). Kesadaran akan pentingnya pembangunan yang berkonsep "sustainable" terus meningkat seiring dengan semakin menipisnya sumber daya alam dan semakin tercemamya lingkungan tempat hidup manusia. Maka paradigma berarsitektur pun saat ini tidak mungkin terlepas dari tuntutan untuk semakin sadar dan peduli akan perlunya melestarikan kondisi lingkungan tempat kita hidup.
Tokoh ekologi seperti arsitek Ed Mazria telah menganalisis data stalistik dan menemukan bahwa bangunan-bangunan hasil ciptaan para arsitek dengan segala teknologi dan material yang digunakan temyata mengkonsumsi hampir 507o dari seluruh energi yang digunakan di Amerika Serikat. Dalam situasi saat ini dimana dunia menghadapi krisis energi yang semakin parah, tidak dapat dipungkiri betapa para arsitek mempunyai tanggung jawab dan kewajiban untuk memberikan kontribusi yang signifikan dalam penghematan energi melalui pendekatan disain mereka. Paradigma disain arsitektur pun kini mau tidak mau harus memasuki "Era Disain ArsiteKur Hemat Energi'. Seminar Nasional ini mengambil tema 'Menyongsong Era Disain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia" bertolak dari pemahaman bahwa disain
arsitektur hemat energi
dan
penerapannya
di
lndonesia masih
perlu
disosialisasikan secara lebih gencar dan berkesinambungan. Untuk membantu memberikan pemahaman aplikasi disain hemat energi, maka seminar ini juga dilengkapi dengan pameran arsitektur dengan pendekatan hemat energi. Mudah mudahan seminar nasional ini dapat meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan isu-isu lingkungan global yang sedang berlangsung serta tantangan yang harus dihadapi oleh dunia arsitektur baik pada ranah akademik maupun nanah praktek profesional. Harapan kami semoga seminar nasional ini juga dapat memberi perhatian pada kearifan lokal d'alam merespon isu hemat energi yang selama ini cenderung masih terabaikan. Akhirnya, dihadapkan pada kenyataan semakin menipisnya sumber daya alam, maka menciptakan lingkungan arsitektural yang "appropiat€ bukan lagi merupakan sekedar salah satu pilihan tetapi telah berubah menjadi suatu keharusan bagi umat manusia khususnya para arsitek. Semoga para pakar lingkungan, para arsitek, para dosen maupun para ' mahasiswa arsitektur yang hadir di sini dapat saling bertukar pikiran dan menjalin
netwofuing yang berkelanjutan
di
bidang arsitektur demi menjaga
melestarikan bumi - satu-satunya planet tempat manusia hidup. Selamat berseminar! Bandung, 12 September 2009 Rektor UNPAR, Dr. Cecilia Lauw
dan
Sambutan Dekan UNPAR Selama tiga tahun terakhir ini Jurusan Arsitektur Universitas Katolik Parahyangan memperoleh hibah dari Direktorat Jendral Pendidikan Tnggi yang dikenal dengan Program Hibah Kompetisi A3 (PHK A3) Arsitektur, yang mengambil lema Desain Rumah Susun Hemat Energi. Program ini telah mendorong berbagai kajian dan dihasilkannya karya desain rumah susun yang hemat energi. Kesadaran akan pentingnya memperhitungkan dampak sebuah desain rumah susun terhadap kebutuhan energipun mulai tumbuh, baik di kalangan mahasiswa maupun praktisi, tidak hanya dalam proses pembangunan prasarana tersebut, melainkan juga ketika rumah susun tersebut dipergunakan dari waktu ke waktu.
ini
Untuk mengakhiri program tersebut, hari Jurusan ArsiteKur menyelenggarakan Seminar Nasional dengan tema "Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia.' Dalam seminar ini berbagai pemikiran dan upaya perwujudan hemat energi dalam desain aritektur akan disajikan oleh para akademisi, praKisi. serta pengambil keputusan yang terkait. Atas nama pimpinan Fakuhas Teknik saya ucapkan selamat kepada Jurusan Arsitektur atas penyelenggaraan seminar ini. Semoga seminar ini berhasil menumbuhkan kesadaran di antara mereka yang bergerak di bidang desain arsitektur untuk menghasilkan karya desain yang hemat energi, karena masalah energi merupakan salah satu tantangan nasional yang kita hadapi. Saya ucapkan terima kasih kepada para pembicara atas kesediaan mereka untuk membagikan pengetahuan dan pengalaman terkait dengan desain arsitektur hemat energi dalam seminar ini. Ucapan terima kasih juga perlu saya sampaikan kepada para peserta seminar yang telah memberikan perhatian yang besar akan pentingnya masalah ini. Akhirnya, saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada panitia seminar yang dalam beberapa bulan terakhir ini telah bekerja keras' untuk berlangsungnya seminar pada hari ini. Semoga tema seminar yang sangat penting ini berhasil menumbuhkan kesadaran kita semua akan pentingnya hemat energy pada setiap karya yang kita hasilkan. Selamat berseminar.
Bandung, 12 September 2009 Dekan Fakultas Teknik Universitas Katolik Parahyangan, Prof. R- Wahyudi Triweko, Ph,D.
Sambutan Ketua Jurusan ArsiteKur Unpar pada penyelenggaraan Seminar Nasional " Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia" GSG. Unpar, 12 September 2009
Para Pembaca yang Terhormati,
Saya ucapkan selamat datang pada seminar nasional " Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia", yang diselenggarakan oleh Program PHK A3 Jurusan Arsitektur Unpar dan menjadi bagian program pada tahun akhir 2009 ini. Hadimya program PHK A3 di Jurusan Arsitektur Unpar berlujuan meningkatkan kualitas akademik dan membangun peran serta kemitraan extemal, yang diantaranya berbentuk seminar hari ini.
Jurusan Arsitektur Unpar memberi perhatian khusus pada permasalahan kelangkaan energi yang mempengaruhi dunia khususnya lndonesia. Maraknya isu grobal waming, sustainable development dan grcen atditecture yang melahirkan paradigma beraritektur dan kiblat perancangan arsitektur yang mengaplikasikan konsep "hemat energi, peduli dan ramah lingkungan". Tantangan ini menuntut respon perguruan tinggi secara akademis untuk mengkajinya dalam berbagai topik-topik penelitian arsiteKur maupun inovasi di dalam studio perancangan serta mensosilisasikan kembali kemasyarakat untuk peningkatan kualitas lingkungan binaan manusia, khususnya di lndonesia. lnilah yang menjadi dasar pembahasan berbagai aspek tentang tema seminar kita hari ini, yang perlu dirumuskan atas banyak pemikiran bersama dari berbagai sumber. Diharapkan hasil seminar ini membawa pencerahan pemahaman dan rvawasan bagi semua peserta, dunia pendidikan arsitektur, mahasiswa, pelaku dan pengambil kebijakan pembangunan guna memperbaiki kualitas lingkungan binaan kita. Jurusan menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang berpartisipasi dan mendukung dalam seminar ini, khususnya: Para narasumber: pembicara dan penyaji makalah Para peserta: Akademisi, Mahasiswa, Pemerintah kota/ Daerah, Arsitek pengembang rusun, Pengamat Praktisi konsultan, Developer lingkungan binaan/ LSM dll Pimpinan Universitas, Dekan Fakultas Teknik, Pimpinan Unit Biro yang tekait dilingkungan Universitas Katolik Parahyangan. Semua Panitia Seminar Nasional, Pengurus PHKA3 Jurusan Arsitektur' dan lkatan Alumni ArsiteKur Unpar.
-
/
/
-
Semoga bermanfaat bagi kita semua dan selamat ber seminar.
Bandung, 12 September 2009 Ketua Jurusan Arsitektur Unpar
lr. Y. Karyadi Kusliansjah, MT,lAl
Sambutan IAAU untuk Seminar Nasional dalam rangka PHK A3 : "Menyongsong Era Design AriteKur Hemat Energi di lndonesia"
"Bumi makin panas", demikian peringatan CIub of Rome di sekitar lahun 197Gan; kurang lebih sudah 4 dasawarsa yang lalu. Tentunya sampai sekarang ini dunia, masyarakal, teknologi dan arsitektur telah berubah, berkembang menuju lingkungan binaan yang lebih sadar lingkungan, lebih sadar energi, sadar posisi dalam rantai ekologi sefta sadar dan lebiFlebih lainnya. Dengan demikian wajar kiranya paradigma berpikir dan pembelajaran arsitektur sudah seharusnya mengikuti perkembangan dunia tersebut yang di-implementasikannya dalam karya-karya desain arsitektur. Di satu sisi, Seminar "Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia"; jelas merupakan langkah alvd; langkah me-reduce energi (termasuk kandungan energi dalam setiap bahm bangunan) serta me-/educe pemakaian sumber-energi yang tak terbarukan; menuju Green A rchiteclu,e (Wng tidak selalu hiiau) ataupun Sustainable Archite&tE dengan konsep 3 R nya. (reduce, recyle, dan reuse). Disamping itu tentun].a banyak pula konsep-konsep yang perlu dipahami seperti PassrVe Solar Buil&ng, Zerc Enepy Building dan sebagainya yang mempunyai semangat dan tujuan serupa; yang pada hakekatnya semua itu mengembalikan posisi lingkungan binaan kita ke dahm siklus ekologi serta penghormatan pada alam yang di tempatinya.
Di sisi lainnya, seminar ini secaca implisit menuniukkan keterbul€an jurusan Arsitektur pada pengetahuan serta isu-isu baru yang memungkinkan para alumni-nya selalu "up to date", bahkan lebih lanjut: menjadi arsitek spesialis yang sadar energi. Tentunya hal ini sejalan dengan sasaran program hibah kompetisi A3; yaitu Program Peningkatan Efisiensi Ekstemal yang salah satu tujuannya adalah : "Pengembangan program ungguhn yang dipunyai program studi untuk be*ontribusi kepada daya saing bangsa." Sebagai akhir kata, selamat berseminar dan terima kasih kami sampaikan dan pengetahuannya untuk kemajuan jurusan Arsitekfur Unpar.
pada para pembicara yang telah bersedia menyumbangkan waktu
Bandung, 12 September 20Og Ketua Umum lkatan Arsitek Alumni Unpar lr. Paulus Agus Susanto, MT.
Sambutan KETUA PELAKSANA PHK A3 Arsitektur, Universitas Katolik Parahyangan, untuk Seminar Nasional dalam rangka pHK A3 dan pameran Arsitektur dengan tema 'Menyongsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia', UNPAR 12 September 2009. Hadirin yang terhormat, Memasuki tahun ketiga dari rangkaian kegiatan PHK A3 Arsitektur UNPAR untuk periode 2007 2009 yang berjudul : "Peningkatan Efisiensi Eksternal Melalui Rekayasa dan Sosialisasi Rancangan Arsitektural Model Rumah Susun Hemat Energi di Perkotaan lndonesia", maka Seminar Nasional Menyongsong Era Desain ANteKur Hemat Eneryi yang digelar pada hari ini dan sejak 1 September 2009 telah digelar juga Pameran dari Prof.Dr.Wemer Sobek Designing The Future dan Pameran Alumni Arsitektur UNPAR merupakan setapak langkah lanjutan dari upaya merajut jaringan eksternal dengan berbagai pihak. Program PHK A3 Jurusan Arsitektur UNPAR ini bertujuan mempercepat proses penyerapan Lulusan, meningkatkan publikasi hasil penelitian dan meningkatkan pemanfaatan dan penerapan hasil penelitian di masyarakat. Sepedi kita ketahui bersama bahwa masalah 'Energi' merupakan masalah dunia yang akan dihadapi kita semua, tidak hanya masalah kelangkaan energi semata tetapi juga dampak terhadap arsitektur bangunan dan proses mendesainnya perlu disikapi secara serius. Kelangkaan energi menuntut komitmen semua pihak atas usaha-usaha penghematan yang lebih mengarah pada penggunaan energi yang lebih efektif dan efisien, agar tidak menambah berat beban hidup masyarakat. Belum lagi adanya dengan fenomena 'boros energi' yang muncul karena sebuah kebiasaan ataupun keterpaksaan akibat kondisi bangunan yang ada, makin menyebabkan penghamburan penggunaan energi yang makin langka terebut. lsu 'Gkrbal Warming', 'Sustainable Developmenf, 'Green Architec{ure yang banyak disuarakan diseluruh dunia menunjukkan adanya perubahan paradigma dan cara pandang desain pada era Hemat Energi sekarang ini. Dan hal ini memerlukan perhalian dari kita semua khususnya kalangan Perguruan Tinggi Arsitektur sebagai sumbangsih pengabdian bagi masyarakat. Kegiatan PHK A3 ini ingin mengajak semua pihak yang terkait, tertarik dan berkeinginan unluk secara bersama-sama menyongsong era dan cakrawala'Hemat Energi' dalam desain arsitektur. Terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu menyelenggarakan kegiatan ini.
-
-
Selamat berseminar, Bandung, 12 September 2009 Ketua Pelaksana PHK A3 lr.Alexander Sastrawan, MSP.
1t11
Konsep dan Aplikasi Bangunan Hemat Energi Melalui Desain Arsitektur Dr. Henry Feriadi Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur Universitas Kiisten Duta Wacana - Yogyakarta
Abstrak
Konsep dan aplikasi bangunan hemat energi melalui desain arsitektur tidak dapat Oitepaifan dengan konteT<s lndonesia yang beriklim tropis. Untuk itu diperlukan pemahaman ya-ng baik akan kondisi lingkungan alamiah dan perilaku adaptasi ' penghuninya. Kelrifan lokal dari arsitektur vernakular nusantara menawarkan ienietafruan dan pengalaman yang sangat be.rharga mengenai bagaimanakah brnirnan bersama-saml dengan penghuninya telah merespon kondisi tropis dengan bila[sana termasuk didalamnya agar penggunaan energi dapat ditekan menjadi ieminimal mungkin. Di sisi lain, kemajuan teknologi simulasi bangunan menawarkan U"r6agai kemuiahan untuk mempredikli dan mengevaluasi kinerja bangunan. Strategi desairi dan simulasi ini membutuhkan penyesuaian dalam hal proses mendesain dan menangani suatu Proyek.
1. Pendahuluan saat ini pemakaian energi didalam bangunan sangatlah besar dan makin mengkuatirkan jika dikaitkan dengan ketersediaan energi dimasa yang akan datang. Badan Proteksi Lingkungan Hidup PBB (UNEP) pada Maret 2007 melaporkan bahwa bangunan menggunakan energi rata-rata sebesar 4o-45o/o dari total konsumsi energi masyarakat dan menghasilkan emisi karbon dioksida (cor) yang signifikan. Data pemakaian energi dari USGBC (US Green Building council) menunjukkan bahwa di Amerika Serikat
hampir 70% total energi (electicity) dipergunakan untuk bangunan dan 30% emisi karbon dioksida (COz) berasal dari bangunan.
Di lndonesia, pada tahun 1999 dilaporkan bahwa energi yang dipakai untuk sektor perumahan (esidentiat) mencapai 62.671 metric ton oil equivalent atau sekitar 620/o dari
keseluruhan pemakaian energi (Energy country Profite at http://eafthtrends.wri.org). Meskipun data ini tidak menunjukkan jenis energi yang detail untuk setiap pemakaiannya di perumahan (apakah energi ini berwujud energi listrik, minyak bakar dan sebagainya)' di namun data ini memberikan sedikit gambaran bahwa potensi penghematan energi sektor perumahan ini akan secara tidak langsung mendorong penghematan konsumsi sejak energi nasional. Grafik peningkatan pemakaian energi perkapita untuk lndonesia terlihat tahun 1 971 hingga 1999 ditunjukkan dalam gambar 1 . Jika g rafik ini diamati maka
bahwaselamahampir30tahuniersebut'konsumsienergiperkapitadinegarakitatelah
2l
11
meningkat sebanyak kurang lebih 250% (dengan mengasumsikan bahwa data 1971 sebagai angka baseline 100).
Energy Consumption: Relative trends, lndonesia, 1971-1999 404.0 3
O
a
/
300.0
lt F--
50.0
z
,/
50.0
q'r
200.0
=
150.0
O) "o
100.0
C
50.0 0_0
1970 0n-toial
1975
1EB0
1985
rpercapita
1990 1995 2000 rper $mifiion GDP
Gambar 1: Pemakaian Energi Listrik Perkapita di lndonesia (data diperoleh dari: Country Profile Eearth Trend.org - 2003)
Untuk bangunan komersial, meskipun data yang komprehensif mengenai penggunaan
energinya
di
lndonesia belum ada, namun diyakini bahwa untuk bangunan tipikal
perkantoran dan mall di kota-kota besar lndonesia, menggunakan setidaknya 50-60% energi listriknya untuk pengkondisian udara dalam gedung atau dipergunakan untuk AirConditioning (AC) system.
2, "Lesson Learnt" dari Arsitektur Vernakular Nusantara Dalam kurun waktu kurang lebih sepuluh tahun belakangan ini, diberbagai negara maju seperti Swedia, Amerika Serikat, Germany, Japan' Singapore dan sebagainya, gencar
dilakukan penelitian dan penerapan konsep Bangunan Berenergi Nol (zero Energy Building / zEB). Bangunan ini didesain untuk dapat menggunakan energi seminimal mungkin dan diharapkan dapat mencukupi secara mandiri kebutuhan energinya secara berkelanjutan. oleh karena itu sejak dari awal desain bangunannya, pemilihan materialnya, cara membangun dan mengoperasikannya serta membangkitkan energi setempat dirancang dengan seksama dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi bangunan yang terkini.
3t11
Konsep ZEB ini sebenarnya tidaklah asing didapati pada arsitektur tradisional yang ada diberbagai tempat di nusantara ini. Didaerah yang terpencil tanpa adanya ketersediaan
energi listrik yang memadai, desain arsitektur hunian ini telah berabad-abad diusahakan agar mampu menciptakan kenyamanan yang paling optimal bagi penghuninya. Material bangunanpun dipilih dengan cermat dengan mempertimbangkan ketersediaan bahan bangunan lokal yang tersedia. Gambar 2 memperlihatkan foto arsitektur vernakular di daerah Sigli Aceh yang menunjukkan desain arsitektur yang mengoptimalkan bukaan,
sudut atap yang cukup curam, bahan atap yang ringan serta upaya mengurangi kelembaban udara tropis dengan mengangkat lantai bangunan menjadi lantai panggung.
Gambar 2: Arsitektur Vernakular Aceh
3. Desain Arsitektur Tropis yang Hemat Energi 3.1; Responsif Terhadap lklim Tropis lndonesia termasuk dalam kawasan beriklim tropis karena terletak di kawasan yang dibatasi oleh Garis Lintang Cancer (23,50 LU) dan Capricornus (23,50 LS). Rata-rata suhu udara bulanan sepanjang tahun di berbagai kota besar di lndonesia adalah berkisar
dalam rentang yang cukup sempit yaitu berkisar pada suhu 260 kelembaban udara berfluktuasi pada rentang 70
-
-
280 C, dengan tingkat
95 %. Kondisi khas tropis ini patut
disyukuri karena suhu dan kelembaban udara pada kisaran ini masih cukup nyaman untuk dihuni manusia apa adanya, dan bukan termasuk kondisi iklim yang ekstrem yang
dapat membahayakan jiwa penghuninya. Dari aspek desain arsitektural, kondisi iklim tropis seperti ini juga relatif "mudah" diatasi dan dioptimalkan agar kondisi kenyamanan thermal didalam bangunan boleh tercapai.
4l
11
?-
Gambar 3: Kawasan Beriklim TroPis Dalam kondisi udara yang "bersahabat" ini, desain yang memanfaatkan penghawaan dan pencahayan alamiah tentunya sangat dianjurkan dan sangat tepat untuk diterapkan. Secara umum, dikala suhu udara meningkat (pada siang hari), tingkat kelembaban udara
cenderung berkurang, sehingga kecepatan udara yang lebih tinggi sangat diharapkan demi kenyaman thermal penghuninya. Dalam kehidupan sehari-hari, di daerah rural pun
banyak dijumpai bahwa kegiatan penghuni tidak hanya berlangsung didalam rumah namun juga banyak dihabiskan di ruang terbuka dan semi terbuka yang ternaungi/ terbayangi dari sengatan sinar matahari langsung seperti misalnya di teras atau dibawah pohon rindang.
Desain bangunan hemat energi sebaiknya memperlihatkan perhatian dan respon yang matang terhadap keunikan iklim tropis. Kecenderungan untuk membuat bangunan yang lerlulup (introvert) dan ketergantungan pada pemakaian Air conditioner yang berlebihan selain suatu pemborosan energi juga sebenarnya telah mereduksi kemampuan para arsitek perancang bangunan untuk berkarya dengan kreatif mengolah desain seoptimal mungkin dengan memanfaatkan kondisi iklim tropis.
"Architects are deskilled and buitdings are disconnected from the seasons. As a consequence of the move to air-conditioned buildings, which entails the indoor climate of buitding becoming more disconnected from the outdoor climate, decreasing impoftance is given to regionat and cultural variations in preferred temperatures." [Fergus Nicol and Susan Roaf, 20091.
5l
11
3.2. Menghargai Partisipasi Penghuni Dalam merancang suatu bangunan seringkali para arsitek hanya memfokuskan diri pada
penciptaan "wadah" hunian yang indah namun cenderung melupakan peran serta penghuninya dalam menggunakan semua komponen-komponen bangunan untuk menghadirkan kenyamanan yang optimal didalam rumah. Penelitian beberapa tahun
yang lalu telah dilakukan terhadap penghuni rumah tinggal untuk
mempelajari
bagaimana manusia sebagai penghuni bukanlah pelaku yang diam (pasifl terhadap lingkungannya. Penghuni selalu melakukan adaptasi untuk membuat hidup mereka menjadi lebih nyaman [H Feriadi, Wong NH 2004].
Studi perilaku adaptasi penghuni dalam penggunaan jendela, kipas angin dan AC telah
dilakukan pada tahun 2001-2002 di Yogyakarta. Tabel 1a menunjukkan bagaimana
kecenderungan penghuni dalam menggunakan jendela
untuk
meningkatkan
kenyamanan thermal di dalam rumah mereka. Sebanyak 87,60/o penghuni membuka
jendela kamar tidur mereka pada pagi hari, dibandingkan dengan hanya 8,60/0 yang membuka jendela pada malam hari. Dapat disimpulkan pula bahwa 31,7% penghuni akan membuka jendela kamar selama 18 jam perhari.
Table 1a.b: Penggunaan Jendela Kamar dan Kipas Angin (survey di Yogyakarta 2001-2002) Usaqe of Bedroom Windows morninq n oon evenrng niqht
Usaqe of Fan mornrng noon
evenrng
n
ight
37 .Oy.
2
Ao/"
L9V6
44.20
o.80/o
5.ao/.
o.8y.
8.6%
17.1o/o
1
5.1Yo
90/o
1
o.20/o
0.6%
6.7Vo
o.20/o
24
.90k
5.3% 2 60/. 6.3%
20/6
o.20/o o.20/o
1.60/0
o 20/,
8.8o/o
6.9% 87 .6V.
59.Oo/.
34.9%
25.1v.
78j%
32.60/o
28.6%
8.6%
Proses adaptasi diatas tentunya menjadi masukan yang berguna bagi para perencana /
arsitek bangunan hemat energi untuk lebih memperhatikan bagaimana mendesain elemen arsitektural yang dapat meningkatkan tingkat kenyamanan dan kepuasan
6l
11
rumah mereka. Riset yang baru-baru ini dilakukan menunjukkan bahwa kenyamanan thermal juga dapat tercapai pada bangunan di iklim tropis yang memakai penghawaan alamiah karena penghuni sesungguhnya dapat
terhadap kondisi thermal
di
melakukan adaptasi dan kontrol dengan lebih baik [H Feriadi et.al 2003].
. . .
Experience Expectation Preference
Do you feel
comfortable?
O)
i i
=
Positive
:
Adaptation
:
Yes
Can I modify it?
s a-
Yes
Neoative
.+
i
No
Envkonmental
1,............,.,,.....,...........J
Gambar 4: Perilaku adaptasi dan kenyamanan thermal
:
7 t11
3.3. Kinerja Menyeluruh Bangunan Hemat energi adalah salah satu kinerja yang penting untuk bangunan, namun jangan dilupakan bahwa terdapat jenis kinerja bangunan lainnya yang perlu diperhatikan. Untuk mempermudah pemahaman atas hal ini, kinerja suatu bangunan dapat dibagi menjadi
enam kinerja (six building pertormance) yang kesemuanya saling berhubungan erat lRichard D Rush 1986]. Gambar 5 menunjukkan bagaimana keenam kinerja ini saling erat bertautan dan Tabel 2 mendeskripsikan dengan singkat yang apa saja yang dimaksudkan pada setiap kinerja bangunan yang harus dipertimbangkan.
Gambar 5: Enam Kinerja Bangunan ( Six Building Peiormance)
Tabel 2: Lingkup Kinerja Bangunan Kineria Banqunan
Deskripsi sinqkat
4
Spatial Visual Thermal lndoor Air Quality
R
Acouslical
b
Building Safety and lntegrity
# # # # # # #
1
2
Dimensi dan layout ruanq, orientasi, aksesibilitas dsb Pencahayaan alamiah dan artifisial, iluminasi dsb Kenvamanan thermal. ventilasi udara. efisien enerqi dsb Kualitas Udara lndoor. kontrol oolusi dsb Kenvamanan akustikal. kontrol kebisinqan dsb Keselamatan dan keamanan dalam bangunan Kekuatan, keawelan komponen bangunan, aspek pemeliharaan dsb
Pada kenyataannya harus disadari bahwa tidak mudah untuk suatu bangunan dapat memenuhi dengan maksimal semua kriteria kinerja yang telah disebutkan diatas. Setiap
kinerja mempunyai kriteria minimal yang harus dipenuhi agar bangunan dapat berfungsi dengan baik. Jika kriteria minimum telah dipenuhi atau tercapai maka tingkatan yang
lebih tinggi yaitu kenyaman an (comfotl) akan dicapai. Kenyamanan ini tidak selalu identik dengan kemewahan ataupun penggunaan teknologi bangunan yang terkini' Berbagai riset telah menunjukkan bahwa perkantoran atau lingkungan kerja yang ber-Ac (lebih boros energi) seringkali menciptakan kondisi yang lebih tidak sehat dibandingkan
8t11 dengan ruangan yang memakai penghawaan alamiah (natural ventilation). lni diperkuat
dengan fenomena merebaknya Sindroma Penyakii dalam Bangunan (Sick Building Syndrome - SBS). Berawal dari ketidaknyamanan ini yang terjadi kemudian adalah menurunnya produktifiias kerja yang ditunjukkan dengan ketidakpuasan, kinerja yang rendah dan meningkatnya absensi / absenteeism [Wyon 1994, 1996]. Meskipun keenam kinerja bangunan diatas jika dapat dipenuhi sudah sangat baik sekali,
namun skema kinerja ini masih bersifat introveft (menunjukkan hanya pada apa yang
terjadi didalam bangunan) dan user centric (berpusat pada kenyamanan pemakai bangunan). Skema ini belum mencerminkan bagaimana bangunan ini dalam hubungannya dengan lingkungan sekitarnya terutama lingkungan hidup (ekosistem) disekitarnya. LEED (Leadership in Energy and Ecological Design) sebuah program yang
diprakarsai oleh USGBC (US Green Building Council) menambahkan aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam suatu desain hingga pengoperasian suatu bangunan. Hal-hal ini meliputi setidaknya 6 aspek penting yang perlu diperhatikan yaitu: Sustainable site planning, water management, energy management, material use and resources, indoor environment quality dan innovation-design process.
saat ini di usA, LEED ini telah dipakai secara luas sejak kurang lebih lima tahun terakhir ini untuk memberikan peringkat seberapa bagus bangunan peduli terhadap lingkungan (LEED Green Buitding Rating system). Peringkat (ranking) dibagi menjadi empat tingkat yang diberikan mulai dari Certified, Silver, Gold, Platinum (terbaik). Bangunan yang
memperoleh peringkat tertinggi, akan memperoleh status (prestige) yang sangat prestisius, yang kemudian terbukti dapat meningkatkan image pemilik gedung, dan menciptakan suasana bekerja dan profit finansial yang lebih baik.
3.3, Transformasi Proses Mendesain Proses mendesain bangunan yang baik (tidak hanya hemat energi) tentunya menjadi lebih kompleks karena membutuhkan berbagai disiplin ilmu yang harus saling yang mendukung dan memperlengkapi. Untuk menghasilkan suatu desain gedung seperti ini tentulah Tim Arsitek tidak dapat bekerja sendiri namun membutuhkan
dukunganbanyakpihakmisalnyatJrbanDesignersandPlanners,Civil(Structural) Engineers,MechanicatEtectricatEngineers,EnvironmentalEngineers'Quantity Surveyors, Construction Management team' Legal Advisors, Financial Advisors' Con sultant specla/ist dan sebagainya.
9111 Setiap tahapan desain membutuhkan masukan dan evaluasi yang berbeda-beda oleh para ahli yang berkompeten dibidangnya. Namun demikian proses yang dilakukan bisa digolongkan meryadi Building Pefformance Prediction (prediksi kinerja bangunan) dan Building Performance Evaluation (evaluasi kinerja bangunan).
Dengan kemajuan teknologi komputer maka proses diatas banyak menggunakan software. Merancang dengan bantuan piranti digital ini tentu mempunyai potensi manfaat
yang luarbiasa, namun demikian diperlukan pengetahuan dan penguasaan konsep sistem bangunan dan bahan bangunan yang memadai. Selain itu, karena Arsitek sekarang dituntut untuk bekerja secara multidisipliner dengan para hali simulasi, maka
diperlukan pula penyesuaian akan jadwal, prosedur dan hubungan kerja sesame anggota tim desain agar proses desain dapat berlangsung dengan lancar dan efisien. Gambar 6 menunjukkan bagaimana Tim Simulasi Bangunan (baik SIM Team Manager maupun PU
-
DESIGN ACTIVITIES
(--
Design
(-
Schematic Design
(-
Detailed Design
Buildable Design
Simulation
Program Use| dapat terlibat dalam setiap tahap proses
desain.
Feasibility
-
(-
INTERDISCPLINARY
I I I
DESIGN TEAM
+ SIMULATION DESIGN TEAM
Gambar 6: Peranan Simulasi dalam Tahapan Desain lctBSE AM11-'1998I
10t11 4, Penutup Desain bangunan hemat energi tidak cukup hanya dihasilkan melalui proses merancang
(menggambar) sesuai ide/konsep arsitek dan menggunakan teknologi bangunan yang terkini, namun perlu mempertimbangkan aspek perilaku penghuninya. Bangunan hemat energi tidak akan tercipta kalau perancang hanya dituntut untuk mendesain bentuk yang
indah dan spektakuler saja namun perancang diharapkan dapat lerus belajar untuk mendesain bangunan dengan cara menghargai dan memberikan respon terhadap kekhasan iklim tropis dan budaya partisipatif masyarakatnya. Hal ini membutuhkan dukungan tim perancang yang tidak hanya kreatif namun juga berwawasan luas (multi disipliner) dan handal untuk mengoptimalkan sumberdaya yang tersedia (dana, waktu, lokasi dan sebagainya), sistem dan teknologi bangunan yang sesuai. Disampaikan pada "Seminar Nasional -Menyonsong Era Desain Arsitektur Hemat Energi di lndonesia'- UNPAR Bandung 12 September 2009. Dr. lr. Henry Feriadi, MSc Fakultas Teknik J urusan Arsitektur Universitas Kristen Duta Wacana - Yogyakarta Email:
[email protected] (027 4) 563929 ext 300
fe!:
Referensi
. .
Energy Country Profile
-
2003 http://www.earthtrend.org
Fergus Nicol and susan Roaf. Progress on Passive cooling: Adaptive Thermal Comfort and Passive Architecture. Chapter in Advances in Passive Coling
-
Editor M Santamouris. Earthscan. 2009
.
Henry Feriadi, NH Wong. 2004. Thermal Comfoft for Naturally Ventilated Houses
in
lndonesia. Energy and Buildings Journal . Volume 36, lssue 7
, July 2004,
Pages 614-626. Elsevier Science. US.
.
Henry Feriadi, Nyuk Hien Wong, C Sekhar' Kok Wai Cheong' 2003 Adaptive
in
singapore's naturally-ventilated housing. Building Research and lnformation Journal (2003) volume 31(1): pages 13-23'
behaviour and thermal comfod Spon Press. UK.
.
Khee Poh, Lam. Wong Nyuk Hien, Henry Feriadi. 1999 A Study of the use Performance Based simulation Tools for Building Design and Evaluation irt Singapore. Proposed seminar paper on 1999 IBPSA conference in Japan'
.Rush,RichardD.,1986:IheBuitdingsysfemslntegrationHandbook'AlAButierworth. USA
11 t11
The Chartered lnstitution of Building Services Engineers/ClBSE, 1998: Building Energy and Environmental Modelling
-
Application Manual AM11:1998. London.
Website resources: US Environmental Protection Agency: http://www.epa.oov
Website resources: US Green Building Councils : http://www.usqbc.oro/
Wong Nyuk Hien, Lam Khee Poh, Henry Feriadi. 2003. Conputer-based pertormance simulation for building design and evaluation: The Singapore perspective. Simulation and Gaming Journal (2003)-Volume September 2003'. pages 457
-
34 Number 3
47 7. Sage Publications.
Wyon, David, 1994. The Economic Benefits of a Healthy lndoor Environment, National lnstitute of Occupational Health, Copenhagen, Denmark.
Wyon, David, 1996. Predicting the Effects of lndividual Control on Productivity, White Paper 960130.
SERTII Il(
tttttlt ilE
tY0rGs0llG II
t
AT
ttt 0ttl
EtA DESAIlI ARSITE TIUI
E}IAT ETEIGI
Dt rtD0lrEsrA
dalam rangka pelaksanaan Program Hibah KompetisiA3 Dengan ini memberikan penghargaan dan terima kasih kepada
lr. Henry Ferlodl, M.Sc., Ph.D. atas partisipasi Bapak/lbu/Saudara sebagai
PEMAKATAH l2 September 2009 l(ATO LI I( PARAHYA}IGAI{
Bandung,
RSITAS tAl(ULTAS IEt(lilt( JURUSAT{ ARSITEI(IUR U 1{ IYT
Lauw
NPAR
Ketua Pelaksana PHK A3