NASKAH BUKU Teknologi Mekanisasi Proteksi Tanaman (SPRAYER) Oleh : Koes Sulistiadji (05-06-2006)
I. PENDAHULUAN SPRAYER merupakan salah satu alsintan dibidang PROTEKSI TANAMAN yang populer dipakai oleh banyak petani pembudidaya tanaman pertanian (perkebunan, tanaman pangan, kehutanan) bahkan untuk Dinas Kesehatan kadangkala SPRAYER dipakai untuk menyemprot nyamuk demam berdarah. Ditinjau dari segi proteksi tanaman, (menurut FAO) merupakan suatu bidang kegiatan dengan satu tujuannya adalah meningkatkan produksi tanaman, mengingat bahwa setiap tahun produksi pertanian mengandung beberapa macam susut hasil diantaranya akibat : PESTISIDE (Insektiside, Fungiside, dan Herbiside). Terdapat 5 metode proteksi tanaman yaitu : 1. Metode Kimiawi , contoh : digunakannya Insektisida , fungisida , dan Herbisida 2. Metode Biologi , contoh : digunaknnya predator , mikroorganisme (jamur dan bakteri) untuk memberantas penyakit 3. Metode Agronomi contoh : Pelakuan Rotasi tanaman , pengolahan tanah , penanaman tepat waktu , memaksimalkan pertumbuhan tanaman 4. Metode Mekanis , contoh : digunakannya pagar , rumah kaca , perangkap serangga , rotavator , cultivator 5. Metode Biochemical , contoh : digunaknnya Ultrasonik , arus listrik frekuensi tinggi , radioaktif , radiasi - ion , dsb Dari 5 metode tersebut , yang populer adalah metode kimiawi karena hemat biaya , hemat buruh dan hemat bahan. Akan tetapi dalam pengetrapannya harus memperhatikan masalah lingkungan (ekosistem). Metode yang lainnya bukan berarti tidak populer, tetapi lebih bersifat komplementer (saling melengkapi) karena proteksi tanaman lebih bersifat PENGENDALIAN dibanding pemberantasan. Racun kimia yang dipakai pada proteksi tanaman disebut PESTISIDA (pestis=infeksi , caedo=membunuh) , sedang untuk memberantas gulma disebut HERBISIDA (herba-rumput-rumputan) , sedangkan untuk memberantas penyakit tanaman disebut FUNGISIDA , dan untuk memberantas bakteri disebut BAKTERISIDA. Hampir SELURUH racun kimia untuk proteksi tanaman (pembunuh organisme) sangat mengganggu kesehatan , dan dapat masuk kedalam tubuh manusia melalui kulit , mulut , atau hidung, dan akan menyebabkan keracunan ataupun bahkan kematian. Ada pula sebagian racun kimia yang mudah meledak , untuk itu, pemahaman terhadap sifatsifat racun ini sangat penting sebelum menggunakannya. Tipe bahan kimia yang disemprotkan antara lain : 1. Insektisida/pestisida : (a) Kontak langsung : apabila terjadi kontak langsung maka serangga akan mati , memerlukan ukuran droplet halus, (b) Melalui pencernaan , racun akan mematikan setelah serangga memakan daun tanaman yang telah disemprot , memerlukan ukuran droplet halus, (c) Systemik , racun akan terhisap oleh badan serangga dan nodemnya, memerlukan ukuran droplet agak kasar.
2. Fungisida : Untuk memberantas fungus atau jamur tanaman , biasanya memakai : tembaga (Cu) , seng (Zn), Mangaan (Mn), belerang (S), atau merkuri, disemprotkan ke daun dan batang dan ranting bahan dengan semprotan yang halus 3. Herbisida : Untuk mematikan gulma tanpa merusak tanaman pokok , antara lain DNOC , MCPA , MCPB , 2.4-D , 2.4,5-T , Gramoxone, dsb. Disemprotkan dengan ukuran droplet kasar 4. Defolant / Desiccants : dipakai seperti herbisida tetapi untuk tujuan merontokkan daun (difoliate) seperti kedelai dan kapas agar proses panennya menjadi mudah. Atau dapat pula dipakai sebagai pengawetan melalui proses pengeringan (desiccate). Tergantung kepada lokasi area yang diserang hama dan penyakit, serta (tingkat pertumbuhan dan kondisi tanaman), ada beberapa metode yang dapat dipilih untuk melaksanakan proteksi tanaman melalui metode kimiawi ini, yaitu : 1. SPRAYING Bobot racun kimia yang dibutuhkan untuk proteksi tanaman di lapangan biasanya kecil dan mempunyai bobot gram atau miligram, sehingga tidak mungkin menyebarkan racun dengan bobot tersebut ke suatu luasan dengan ukuran hektar. Umumnya sejumlah racun kimia mempunyai bentuk : Tepung atau Powder , kalau dicampurkan kedalam larutan ada yang langsung larut, ada yang berbentuk suspension Solution (enceran), disimpan didalam botol gelap untuk racun yang peka terhadap sinar atau ada pula yang berbentuk konsentrat Emultion (emulsi ) merupakan campuran 2 cairan yang berbeda kepekaannya misalnya minyak dan air. Karena itu perlu dikocok terus pada waktu bekerja Suspension (suspensi) merupakan campuran menggantung, yaitu campuran cairan dan padatan sehingga perlu dikocok terus , sebab kalau mengendap menjadi sedimen maka akan sukar untuk dicampur kembali Jumlah cairan pencampur untuk penyemprotan diatas tanah berkisar antara 400 s/d 600 liter per hektar (untuk tanaman pertanian) dan 1000 s/d 2000 liter perhektar (untuk tanaman perkebunan). Dengan menggunakn alsin sprayer maka akan terbentuk butiran cairan (droplet) sehingga memungkinkan racun kimia dapat merata menempel ke obyek yang dituju. 2. DUSTING Adalah kegiatan menebarkan debu racun kimia ke gulma , insect dan ke permukaan-permukaan lain selain permukaan daun tanaman, media debu yang dipakai dapat berupa : campuran talk dan kaolin , talk dan kapur , debu jalanan , debu cerobong asap, dsb. Dusting yang baik menghasilkan ukuran partikel : untuk ground dusting : 15 s/d 25 mikron (1 mikron = 1/1000 milimeter dan 25 s/d 40 mikron untuk areal dusting. Guna penyesuaian terhadap : sifat : aerodinamik, tegangan permukaan dan stabilitas , biasanya powder dicampur dengan 3 s/d 5 % mineral oli (petrolium , oli pelumas , oli solar) dan campuran tersebut di perdagangkan dengan sebutan “dusting powder”. Untuk memperlancar menempelnya powder ke permukaan daun tanaman, ujung nozle alat duster dilengkapi dengan pembasah (air atau mineral oli) , dengan konsumsi cairan 25 s/d 50 % dari bobot total bahan kering (powder). Teknologi semacam ini lebih
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
1
mudah dibanding dengan metode spraying karena tidak perlu persiapan mencampur cairan terlebih dahulu , effisiensi operasionalnyapun lebih tinggi , akan tetapi membutuhkan racun kimia lebih banyak. 3. AEROSOL SPRAY Dengan menyempurnakan keragaman penyemprotan dan memperkecil penggunaan jumlah partikel per unit area insektisida yang digunakan, akan diperoleh effisiensi dan efektifitas prosesn yang tinggi. Dikenal adanya teknologi kegiatan yang disebut dengan Aerosol Spray. Istilah Aerosol adalah partikel yang sangat kecil berukuran 1 s/d 5 mikron padatan (fumes) atau cairan (fogs) dari suatu insektisida yang berterbangan di udara. Sifat-sifat Fisik dan Kimia aerosol insektisida ini tidak jauh berbeda dengan partikel yang dihasilkan oleh sprayer ataupun duster. Dalam bentuk Fumes (asap) diperoleh melalui cara pembakaran, misalnya berbentuk lilin , obat nyamuk , atau melalui pembakaran menggunakan perkakas listrik. Dalam bentuk Fog (kabut) diperoleh melalui cara mekanik , thermal ataupun thermomekanikal, dan dengan cara mencampur insektisida tersebut ke asap pembakaran oli-solar atau oli-oli natural yang lain. Selain mampu membunuh pestisida di permukaan tanah, aerosol juga sekaligus membunuh serangga pengganggu / hewan lain yang terbang di udara. Metode ini sangat effektif untuk rumah kaca, akan tetapi di udara terbuka sangat sulit dikontrol. 4. FUMIGATION Apabila racun kimia dilepaskan ke dalam ruang tertutup, apakah ia berbentuk gas atau uap, prosesnya disebut Fumigasi, kemampuan sifat gas yang mampu menyelinap di pojok ruangan dan menempel dinding ataupun lantai, membuat metode ini efektif membunuh serangga. Akan tatapi karena sifatnya yang mudah menguap dan konsentrasinya sangat tergantung lingkungan, maka metode ini hanya cocok untuk ruang tertutup 5. SEED DRESSING Adalah proses melapisi benih yang akan ditanam dengan racun kimia, dengan tujuan menjaga serangan dari bakteri dan jamur, terdapat 3 cara membuat Seed Dressing : Sistem kering , mencampur benih kedalam racun powder sehingga seluruh permukaan benih terlapisi powder racun (effisiensinya lebih kurang 50 s/d 55 %). Sistem ini dipakai untuk 3 s/d 6 bulan sebelum benih ditanam Sistem semi kering, memberikan kelembapan benih menggunakan larutan formalin 0,5 % dan merendamnya beberapa jam kemudian ditiriskan. Selain racun tanaman, kira-kira 15 sampai 30 liter formalin diperlukan untuk 1 ton benih. Nantinya kelembapan benih tidak boleh lebih dari 0,5 %. Effisiensi sistem ini lebih kurang 90 s/d 95 % . Ssitem ini untuk pemakain beberapa hari sebelum benih ditanam. Sistem basah, membasahi benih dengan campuran racun tanaman dan larutan formalin berkosentrasi rendah (satu bagian formalin 40 % dilarutkan ke 300 bagian air) menggunakan pembungkus lembab dan
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
2
mengangin-anginkan agar tingkat kelembaban benih pulih kembali. Sistem ini diterapkan untuk benih yang akan segera ditanam. 6. POISON BAITS (Umpan Beracun) Metode ini dipakai untuk daerah-daerah yang tidak dimungkinkannya penggunaan Sprayer ataupun Duster, yaitu dengan cara memberikan campuran racun ke pengumpan dan meletakkannya di tempat yang banyak hama (pest). Pemakaian racun kimia relatif sedikit dan efektivitasnya lebih tinggi dibanding metode yang lain. 7. CHEMOTHERAPY Adalah memasukkan racun kimia kedalam tanaman dengan berbagai cara akan tetapi mampu membunuh serangga dan penyakit. (injeksi atau infus) Dimasa mendatang cara-cara ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar sehingga saat ini penelitian kearah itu harus segera dimulai.
II. SPRAYER Fungsi utama dari suatu penyemprotan adalah memecah suatu cairan (atau campuran larutan) agar terbentuk droplet berukuran efektip sehingga dapat disebarkan secara merata diatas permukaan atau ruang yang harus dilindungi dengan larutan tersebut. Secara garis besar terdapat 4 jenis mekanisme penyemprotan yaitu : Penyemprot hidraulik : Larutan dalam suatu tangki ditekan (pada tekanan rendah atau tinggi) sehingga cairan tersebut dipaksa menuju ke ujung nosel pengeluaran membentuk droplet cairan berukuran tertentu. Contoh : hand sprayer Penyemprot hidro-pneumatic : Selain kedalam tangki diberi tekanan tertentu, masih diberikan tekanan atau hembusan angin diujung nosel penyemprot. Contoh alat penyemprot cat duco. Penyemrot hembus/tiup : Hampir mirip dengan hidro-pneumatis akan tetapi keseluruhan kepala penyemprot menyatu dengan kipas penghembus. Tipe penyemprot jenis ini dipakai di perkebunan untuk menyemprot tanaman buah-buahan dengan tingkat kepekatan racun yang tinggi. Penyemprot Aerosol : Mekanisme kerjanya merupakan kombinasi antara penyemprot hidro-pneumatik (penyemprot larutan racun) dan penyemprot hembus (penyemprot media berbentuk asap) disatukan, dimaksudkan untuk memecah droplet menjadi “drift” atau “fog” yang berterbangan di udara dalam waktu yang relatif lama agar insek yang terbang dapat dibunuh mati. Kegiatannya sering disebut sebagai fumigasi. II.1.
VOLUME PEMAKAIAN Merupakan jumlah bahan yang disemprotkan per satuan luas, hal ini harus dibedakan dengan pengertian dosis yang tertera didalam label kemasan racun kimia. Dikenal 3 macam volume pemakaian : a. Volume tinggi = 672 s/d 1123 liter per hektar b. Volume rendah = 56 s/d 224 liter per hektar
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
3
c. Sangat rendah = kurang dari 5 liter per hektar. Faktor-faktor yang akan mempengaruhi volume pemakaian antaralain : (a) Debit nosel /atomizer , (b) Jumlah nozel/atomizer , (c) Lebar semprot , dan (d) Kecepatan jalan. II.2. UKURAN DROPLET Ukuran droplet dinyatakan dalam unit mikron : (1/1000 milimeter) dan merupakan faktor yang sangat vital mempengaruhi efektifitas penyemprotan. Klasifikasi ukuran droplet pada sprayer : (1) Besar : > 250 (2) Medium : 100 s/d 250 (3) Kecil : 25 s/d 100 (4) Halus : 5 s/d 25 masuk dalam klasifikasi Mist (embun) (5) Sangat halus : 0.5 s/d 5 masuk dalam klas fog (kabut) dan drift (uap) Semakin kecil ukuran droplet, semakin seragam kandungan racun kimiannya sehingga menjdi semakin effektif, akan tetapi belum tentu effisien, karena pengaruh faktor kecepatan angin disaat penyemprotan berlangsung. Tabel berikut menunjukkan hubungan kebutuhan cairan per hektar terhadap ukuran droplet (diukur dengan pedoman konversi 100 droplet per cm ) : Ukuran droplet ( ) 60 80 100 150 200 250 300 400 500
Jumlah Cairan untuk 1 Ha 1,131 2,681 5,236 17,671 41,888 81,812 141,372 335,103 654,499
Catatan 1 ha = 100 juta cm 1 cm = 100 doplet
Dari data pada tabel, terlihat secara logika bahwa semakin kecil ukuran droplet akan semakin ekonomis dan effektif, akan tetapi harus diperhatikan efisiensinya, karena akan banyak droplet yang berbentuk drift hilang bersama angin, atau cepat sekali menguap Ukuran droplet ( ) 50 100 200
Kecepatan menguap (detik) (pada suhu 15 C , RH 40 % 4 16 63
Pada umumnya Volume cairan yang dipakai adalah volume rendah 30 liter per hektar dan penyemprotan dilakukan kalau kecepatan angin kurang dari 15 mph ( 4,5 km /jam )
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
4
II.3 JENIS SPRAYER Digolongkan menurut tenaga penggeraknya A Sumber tenaga manusia 1. Hand Sprayer a. Otomatik , dengan sistem pemompaan mempergunakan pompa angin dan dipompa sekaligus sesaat sebelum penyemprotan. b. Semi otomatik, mempergunakan jenis pompa air dan pemompaan ulang 2. Slide Sprayer , antara tangki dan pompa terpisah, pompa dilengkapi dengan katup dua arah (menghisap – menekan) dilengkapi dengan slang. Sebagai pengganti tangki dapat dipakai ember plastik atau drum plastik. Cocok dipakai untuk ruang terbatas, misalnya rumah kasa dan kebun hidroponik. B. Tenaga motor 1. Jenis portabel motor sprayer (low volume 10 – 50 l/ha), jenis ini seperti halnya sprayer gendong akan tetapi dilengkapi dengan motor ukuran kecil ( 3 HP, 2 tak / 6000 rpm) yang memutar impeler penebar/penghembus larutan cairan yang turun (relatif) secara gravitasi dari tangki, contoh “mist blower” atau Knapsack Power Sprayer 2. Skid Power Sprayer , jenis sprayer : stationer, jinjing (dijinjing oleh 2 orang) , atau ditarik traktor. Unit stationer terdiri atas : motor , pompa tekan (plunyer) , dan tangki ( kadang-kadang dipakai ember/drum sebagai pengganti tangki), sedangkan kepala semprot dan selang (panjang 25 – 50 m) dibawa menjelajahi lahan. 3. Fog Generator , menggunakan pembakaran sistem jet. Dengan sumber tenaga battery 6 Volt (4 buah baterey), maka dapat ditimbulkan loncatan api dari coil untuk memuali start pembakaran bensin (batterey dioperasikan hanya pada saat start). Apabila pembakaran telah berlangsung maka akan dihasilkan pulsa yang akan memberikan tekanan ke tangki bahan bakar dan tangki larutan racun. Apabila larutan yang dipakai adalah solar, maka daya jangkauan kabutnya mampu mencapai 25 meter, sedangkan bila larutan yang dipakai air, daya capainya 5 – 7 meter. Sprayer ini masuk katagori ULV (Ultra Low Volume) 5 liter/hektar, dengan ukuran droplet kurang dari 50 mikron.
C. Elektrostatis Sprayer , Sumber tenaga yang dipakai adalah Baterey 12 Volt (6 baterey) atau Accu Sepeda motor. Pada prinsipnya, campuran larutan yang relatif turun secara grafitasi disemprotkan oleh sebuah piring cembung bergerigi yang digerakkan oleh sebuah motor listrik kecil dengan putaran 9000 s/d 10000 rpm. Kepala nosel dihubungkan dengan suatu “Playback” coil untuk menghasilkan droplet dengan muatan listrik statis (positip), dan kabel negatip (grounded) diuraikan di tanah sebagai polaritas kutub negatip.
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
5
Berbagai Kemampuan jenis Sprayer No
Volume Pemakaian Liter/jam
Jenis
1
Tekanan (Bar) (sedang)
Sumber Tenaga
Jenis Pompa
Daya Capai (meter)
Ukuran Droplet (mikron)
Manual Manual Manual Manual Manual
Angin Air Angin Air Air
2 2 3 1 18
500 500 500 500 500
Motor ULV Baterey
Plunyer
10
500
gravitasi Centifugal Listrik Statis
8 25 1,5
250 100 250
1,5
250
2 3 4
Hand Sprayer - Otomatik - Semi-otomatik Bucket Sprayer Slide Sprayer Slide Sprayer
500 – 1000 500 – 1000 500 – 1000 500 – 1000 500 – 1000
5
Skid Sprayer
500 – 1000
6,5 3 5 1 12,5 (tinggi) 50
6 7 8 9
Knapsack Sprayer Fog Generator Micron Sprayer Elektrostatik Sprayer
10 - 50 1-5 1–5
Tanpa Tanpa Tanpa
1-5
Tanpa
Baterey Baterey
II.4.
NOSEL Merupakan bagian Sprayer yang paling esensial dan yang akan menetukan mutu semprotan. Nosel-nosel produksi mutakhir saat ini sudah “adjustable” dibanding dengan nosel model lama, artinya nosel model terbaru dapat diatur sudut serta ukuran droplet semprotannya. Pada prinsipnya terdapat 3 jenis tipe semprotan : 1. Hollow cone nozle , tipe semprotan yang tengahnya kosong seperi “kue donat” 2. Solid cone nozle , tipe semprotan lingkaran penuh 3. Fan Type Nozle , tipe semprotan kipas Masing-masing dari tiga jenis semprotan tersebut , dipakai untuk tujuan penyemprotan yang berbeda-beda. Biasanya pabrik pembuat sprayer telah melengkapi produknya dengan “buku Petunjuk” , pemakai diharapkan telah melakukan kalibrasi lebar kerja dan kecepatan jalan , misal untuk ukuran lebar semprot 1,8 meter dan prakiraan kecepatan jalan 2,25 km/jam, ditetapkan didalam tabel , ukuran nosel mana yang paling cocok. Volume semprot Sprayer per hektar pada berbagai macam Lebar Semprot, Kecepatan Jalan dan Tekanan Lebar Semprot (cm) 30
Kecepatan Jalan (km/jam) 1,5 2,5 3 3,5
Tekanan (kg/cm ) 1,0 1,0 1,0 1,0
Sudut (derajat) 40 40 50 50
Tinggi Semprot (cm) 45 45 30 30
Volume Per hektar (liter) 230 320 300 230
Jenis Nosel WFN 24 WFN 40 WFN 40 WFN 40
60
1,5 2,5 3 3,5
1,0 0,3 0,7 0,3
50 80 95 100
70 40 25 25
300 310 320 310
WFN 40 WFN 62 WFN 62 WFN 78
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
6
100
1,5
0,3
80
55
315
WFN 62
2,5 3 3,5
0,7 1,0 0,3
95 105 100
45 35 40
285 260 205
WFN 62 WFN 62 WFN 78
120
1,5 2,5 3 3,5
0,7 0,3 0,7 1,0
95 100 110 115
55 50 45 40
320 200 265 150
WFN 62 WFN 78 WFN 78 WFN 78
150
1,5 2,5 3 3,5
1,0 0,3 0,7 1,0
105 100 110 115
60 65 50 50
315 200 215 205
WFN 62 WFN 78 WFN 78 WFN 78
180
1,5 2,5 3 3,5
1,0 0,7 1,0 1,0
105 110 115 115
70 60 60 60
260 240 215 175
WFN 62 WFN 78 WFN 78 WFN 78
210
1,5 3
1,0 1,0
115 115
70 70
370 190
WFN 78 WFN 78
II. 5. KEMAMPUAN LAPANG Untuk menghitung kemampuan lapang (kapasitas lapang) operasional Sprayer , terlebih dahulu dilakukan kegiatan Kalibrasi terhadap faktor-faktor : Lebar Semprot , Debit Nosel , dan Kecepatan Jalan. Ukuran Kemampuan Lapang suatu Sprayer dinyatakan dalam hari per hektar. Kemampuan Lapang (Kapasitas Lapang) dihitung melalui rumus: Kapasitas Lapang =Lebar Kerja X Kecepatan Contoh 1. : Dengan mempergunakan suatu dosis tetap 1 – 2 liter racun kimia per hektar, dilakukanlah penyemprotan menggunakan Knapsack Power Sprayer ( Kapasitas Cairan 10 liter ) pada pagi hari (05.00 – 7.00) dan Sore hari (16.00 – 18.00), dan dari hasil kalibrasi diperoleh data : Lebar Semprot : 4 buah X 2 meter = 8 meter Debit nosel : 2 liter per menit Berapakah kemampuan lapang Knapsack Sprayer tersebut , bila pedoman volume cairan yang diikuti adalah 50 liter/ha dan 100 liter/ha ? Perhitungan : 1. Apabila dipakai pedoman kebutuhan volume cairan adalah 50 liter per hektar Telah diketahui bahwa Debit Nosel 2 liter per menit , Maka waktu teoritis yang diperlukan adalah : ( 50 liter/ha dibagi 2 liter/menit ) = 25 menit / hektar
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
7
(a) Kemampuan lapang, identik dengan 25 menit/hektar = 9,6 hektar/hari (b) Kecepatan jalan diperkirakan (1 hektar dibagi lebar semprot , dalam waktu 25 menit) = (10.000 m persegi dibagi 8 meter ) /25 menit = 50 meter per menit = 3 km/jam Kemampuan lapang = (lebar semprot X Kecepatan jalan) (8 m X 50 m/menit ) = 400 meter persegi/menit = 25 menit per hektar = 9,6 ha/hari 2. Apabila dipakai pedoman kebutuhan volume cairan 100 liter per hektar Maka waktu teoritis yang diperlukan adalah : ( 100 liter/ha dibagi 2 liter/menit ) = 50 menit / hektar (a) Kemampuan lapang, identik dengan 50 menit/hektar = 4,8 hektar/hari (b) Kecepatan jalan diperkirakan (1 hektar dibagi lebar semprot , dalam waktu 50 menit) = (10.000 m persegi dibagi 8 meter ) /50 menit = 25 m/menit = 1,5 kn/jam Kemampuan lapang = (lebar semprot X Kecepatan) (8 m X 25 m/menit ) = 200 meter persegi/menit = 50 menit/hektar = 4,8 ha/hari Contoh 2.: Seperti contoh soal sebelumnya, Berapakah kemampuan lapang Hand Sprayer , apabila pedoman volume cairan yang dianut 500 liter/ha dan 1000 liter/ha ? Lebar Semprot Hand Sprayer : 2 meter dan Debit nosel : 1 liter per menit Perhitungan : 1. Apabila dipakai pedoman kebutuhan volume cairan adalah 500 liter per hektar Telah diketahui bahwa Debit Nosel 1 liter per menit , Maka waktu teoritis yang diperlukan adalah : ( 500 liter/ha dibagi 1 liter/menit ) = 500 menit / hektar (a) Kemampuan lapang, identik dengan 500 menit/hektar = 8,3 jam/ha = 0,48 ha/hari (b) Kecepatan jalan diperkirakan (1 hektar dibagi lebar semprot , dalam waktu 500 menit) = (10.000 m persegi dibagi 2 meter ) /500 menit = 10 meter per menit = 0,6 km/jam Kemampuan lapang = (lebar semprot X Kecepatan jalan) (2 m X 10 m/menit ) = 20 meter persegi/menit = 0,12 hektar/jam = 0,48 ha/hari 2. Apabila dipakai pedoman kebutuhan volume cairan 1000 liter per hektar Maka waktu teoritis yang diperlukan adalah : ( 1000 liter/ha dibagi 1liter/menit ) = 1000 menit / hektar (a) Kemampuan lapang, identik dengan 1000 menit/hektar = 0,24 hektar/hari (b) Kecepatan jalan diperkirakan (1 hektar dibagi lebar semprot , dalam waktu 1000 menit) = (10.000 m persegi dibagi 2 meter ) /1000 menit = 5 m/menit = 0,3 km/jam Kemampuan lapang = (lebar semprot X Kecepatan) (2 m X 5 m/menit ) = 10 meter persegi/menit = 0,06 hektar/jam = 0,24 ha/hari
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
8
DAFTAR PUSTAKA : 1. Dadang Tarmana (1989), Penggunaan Alsin Proteksi Tanaman , Diktat Latihan Penggunaan Alsintan , CDAET , Situgadung, Legok, Serpong, Tangerang 2. Smith ; Harris P. (1955). Farm Machinery and Equipment, Mc Graw Hill Book Company Inch, New York, USA 3. Klenin NI ; Popov IF ; Sakun VA , (1986), Agricultural Machines, AA Balkema, Rotterdam ----- KS 221199 -----
Koes Sulistiadji, Alsin Proteksi Tanaman (SPRAYER) 2006
9