Mutiara O. Panjaitan, Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian
Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian Yang Mengembangkan Keterampilan Berpikir Kompleks (Suatu survai terhadap TPK di 4 kabupaten) Mutiara O. Panjaitan Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang Kemdiknas Email:
[email protected]
Abstrak: Tujuan penelitian dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan TPK di empat kabupaten dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian bermuatan keterampilan berpikir kompleks yang meliputi berpikir kritis, pemecahan masalah, dan berpikir kreatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan Tabel The Cognitive Process Dimension dan Gubbin’s Matrix of Thinking Skills, diketahui hanya 24.58% TPK yang mampu merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian bermuatan keterampilan berpikir kompleks, dan dari jumlah tersebut hanya 31% yang mampu merancang tugas berpikir kreatif. Kata kunci: TPK, kegiatan pembelajaran dan penilaian, dan berpikir kompleks. Abstract: The objective of research is to obtain the information about the ability of Curriculum Development Team (TPK) of districts in designing learning activities and assessments contain complex thinking skills that include critical thinking, problem solving, and creative thinking. Based on the results of analysis using the Table of The Cognitive Process Dimension and Gubbin’s Matrix of Thinking Skills, known that only 24.58% TPK capable of designing learning tasks and assessments containing complex thinking skills, and of that number only 31% are able to design a creative thinking task. Key words: TPK, evaluation and teaching learning process, complex thinking
Pendahuluan
Peraturan Menteri (Permen No. 41/2007), bahwa
Peningkatan mutu pendidikan terus-menerus
untuk menghasilkan lulusan yang bermutu, proses
diupayakan oleh pemerintah, sehingga bangsa
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus
Indonesia memiliki kemampuan kompetitif dengan
fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses
bangsa-bangsa lain. Salah satu upaya tersebut yaitu
pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan
desentralisasi penyelenggaraan pendidikan di mana
menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan,
penyusunan kurikulum menjadi tanggung jawab
menantang, dan memotivasi peserta didik untuk
setiap satuan pendidikan. Pengembangan kurikulum
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang
oleh satuan pendidikan dilakukan dengan mengacu
cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian
pada standar nasional pendidikan dalam rangka
sesuai dengan minat, bakat, dan perkembangan fisik
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
serta psikologis peserta didik.
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
Rambu-rambu tersebut menghendaki keter-
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
libatan peserta didik secara aktif, baik fisik maupun
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
mental dalam proses pembelajaran. Peserta didik
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
diberi kesempatan untuk mengungkapkan gagasan,
yang demokratis serta bertanggung jawab (UURI
pendapat, dan melakukan percobaan. Mereka
Nomor 20/2003).
diberi banyak kesempatan untuk bekerja, berbuat,
Upaya lainnya yaitu membenahi proses
dan menghasilkan berbagai karya,
berupa karya
pembelajaran dengan memberi rambu-rambu bagi
seni, puisi, lagu, cerita fiksi dan nonfiksi, tarian,
pelaksanaan proses pembelajaran seperti ter-tuang
grafik, alternatif pemecahan suatu masalah, model
dalam Peraturan Pemerintah (PP No. 19/2005) dan
tiga dimensi, laporan pengamatan, dan lain-lain. 491
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011
Melalui karya-karya tersebut, daya kreasi dan
bermuatan keterampilan berpikir rendah atau
daya cipta peserta didik dapat berkembang secara
sederhana. Hal ini dapat diketahui dari KTSP peserta
optimal. Pemberian tugas-tugas yang menantang
yang penulis peroleh ketika melakukan bantuan
m e n d o r o n g d a n m e m b a n g u n ke m a mp uan-
teknis di beberapa kabupaten/kota. Sebagai contoh,
kemampuan unggul anak lainnya, seperti mencari
pada silabus beberapa mata pelajaran dari beberapa
dan mengolah informasi, menemukan alternatif
kabupaten ditemukan kegiatan pembelajaran,
pemecahan masalah, mengambil keputusan,
seperti: “Siswa memberi contoh jenis-jenis teknologi
berpikir kritis. Kemampuan-kemampuan unggul ini
transportasi pada masa lalu dan masa kini (kelas
disebut dengan keterampilan berpikir kompleks.
4); guru menjelaskan tentang perbedaan jenis
Keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses
kelamin (kelas 1); siswa menyebutkan macam organ
pembelajaran memberi sumbangan sangat besar
penyusun sistem reproduksi pada manusia (kelas
untuk membangun dan mengem-bangkan prakarsa
9); siswa menyebutkan contoh besaran pokok dan
dan kreativitas peserta didik, yang pada akhirnya
besaran turunan (Fisika kelas 10). Tentu kondisi
mampu menyiapkan lulusan untuk hidup dalam
ini perlu dipertanyakan. Mungkin saja TPK sendiri
masyarakat secara mandiri, cerdas, dan kompetitif.
belum mampu merancang kegiatan pembelajaran
Harapan ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor
dan penilaian yang bermuatan keterampilan berpikir
6, Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi
kompleks. Oleh karena itu, dipandang perlu untuk
Kreatif, yang menetap-kan sasaran pertama yakni
mengetahui kemampuan TPK dalam merancang
Insan kreatif dengan pola pikir dan moodset kreatif.
kegiatan pembelajaran dan penilaian yang mampu
Pada dasarnya setiap anak lahir dengan bakat kreatif. Lingkungan anak amat berpengaruh pada
membangun dan mengembangkan
keterampilan
berpikir kompleks anak.
keberhasilan pengembangan kreativitasnya, baik di
Permasalahan yang dihadapi yaitu Bagai-mana
lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
kemampuan TPK kabupaten dalam merancang
Apabila bakat kreatif ini tidak diasah dan dipupuk,
kegiatan pembelajaran dan penilaian yang bermuatan
tidak akan pernah berkembang dan pada akhirnya
keterampilan berpikir kompleks, dalam hal ini
menjadi bakat yang terpendam yang tidak pernah
berpikir kritis, pemecahan masalah, dan berpikir
terwujudkan. Dalam dunia pendidikan bakat kreatif
kreatif. Tujuan penelitian dimaksudkan untuk
dikembangkan melalui proses pembelajaran yang
memperoleh informasi tentang kemampuan TPK
mengaktifkan mental dan fisik anak, seperti melalui
kabupaten dalam merancang kegiatan pembelajaran
tugas-tugas yang memuat kemampuan berpikir
dan penilaian bermuatan keterampilan berpikir
kompleks. Untuk itu diperlukan guru yang mampu
kompleks yang meliputi berpikir kritis, pemecahan
memberikan keteladanan, membangun kemauan,
masalah, dan berpikir kreatif. Informasi yang
dan mengembangkan potensi dan kreativitas
diperoleh dapat dijadikan masukan/rekomendasi
peserta didik, seperti yang dipersyaratkan pada
bagi berbagai pihak dalam melaksanakan bimbingan
Peraturan Menteri Pendidikan Nomor 41/2007.
teknis untuk TPK provinsi dan TPK kabupaten/kota,
Menurut peraturan perundang-undangan yang
sehingga mampu membantu satuan pendidikan
berlaku, pengembangan kurikulum diserah-kan pada
dalam merancang proses pembelajaran penilaian
satuan pendidikan dengan mengacu pada standar
yang bermutu.
nasional pendidikan. Menurut Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33/MPN/SE/2007
Kajian Literatur
tanggal 13 Februari 2007, dalam pengembangan
Pengertian Tim Pengembang Kurikulum
kurikulum satuan pendidikan dasar dan menengah
Menurut Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional
mendapat pelatihan dan pembinaan secara terus
Nomor 33/MPN/SE/2007 tanggal 13 Februari 2007,
menerus dari tim pengembang kurikulum (TPK).
dinyatakan agar di setiap provinsi dan kabupaten/
Salah satu tugas TPK adalah menyediakan layanan
kota dibentuk tim sosialisasi KTSP atau Tim
dan konsultasi kurikulum dan pembelajaran bagi
Pengembang Kurikulum yang bertugas melakukan
pihak yang membutuhkan (Puskur, 2007). Bila
sosialisasi KTSP dan melatih serta membina
dicermati, masih banyak kurikulum sekolah yang memuat kegiatan pembelajaran dan penilaian
492
Mutiara O. Panjaitan, Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian
secara terus menerus pengembangan KTSP oleh
kabupaten/kota tersebut yang memiliki kemampuan
satuan pendidikan. Surat edaran ini ditujukan
untuk menyusun KTSP dan menyosialisasikan
kepada semua pimpinan Unit Utama di lingkungan
kepada satuan pendidikan dasar dan menengah
Depdiknas, Gubernur, dan Bupati/Walikota.
di wilayah kabupaten/kota. Seseorang yang akan
Tim Pengembang Kurikulum (TPK) merupakan kelompok kerja non struktural yang berfungsi
menjadi TPK harus melalui seleksi yang dilakukan oleh dinas pendidikan kabupaten/kota.
membantu Dinas Pendidikan dalam pengem-bangan
Dalam model jaringan kurikulum (Puskur, 2007)
kurikulum. TPK di tingkat provinsi dibentuk dan
unsur-unsur TPK meliputi: Dinas Pendidikan, Guru,
ditetapkan dengan surat keputusan gubernur,
Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, Perguruan
sedangkan TPK di tingkat kabupaten/kota dibentuk
Tinggi, LPMP, dan Dewan Pendidikan. Unsur guru
dan ditetapkan dengan surat keputusan bupati/
mencakup guru SD (kelas rendah, kelas tinggi), guru
walikota.
mata pelajaran (SMP, SMA, SMK), dan guru PLB.
Berdasarkan Model Jaringan Kurikulum
Dalam perjalanannya personal TPK juga mencakup
(Puskur, 2007), TPK mempunyai peranan sebagai
PAUD, sehingga dalam berbagai kegiatan bantuan
pendamping atau fasilitator, mediator, dan
teknis profesional unsur PAUD juga disertakan
inovator. Sebagai pendamping atau fasilitator,
sebagai TPK. Kenyataannya, di banyak daerah unsur
TPK berperan memberikan bantuan teknis kepada
TPK umumnya guru, kepala sekolah, dan pengawas
satuan pendidikan mengenai penyusunan dan
sekolah.
penyempurnaan Kurikulum Tingkat Satuan
Melihat peranan dan tugas TPK di atas,
Pendidikan di berbagai jenis dan jenjang pendidikan,
sebagai TPK, walaupun mereka berasal dari satuan
implementasi, monitoring, evaluasi, dan supervisi
pendidikan yang berbeda, mereka harus mampu
klinis. Sebagai mediator, TPK berperan membantu
memberikan layanan dan konsultasi kurikulum
menyosialisasikan berbagai kebijakan tentang
dan pembelajaran bagi satuan pendidikan yang
kurikulum dari pemerintah pusat ke pemerintah
membutuhkan; mereka harus mampu melakukan
daerah dan lembaga-lembaga penyelenggara
pendampingan kepada satuan pendidikan dalam
pendidikan. Sebagai inovator, TPK berperan
pengembangan kurikulum dan pembelajaran serta
mengembangkan, mengkaji, dan mengembangkan
implementasinya, melakukan supervisi
model pengem-bangan kurikulum dan pembelajaran
mereka harus mampu memberikan pelatihan
yang sesuai karakteristik, kebutuhan dan per-
pengembangan kurikulum dan pembelajaran di
kembangan daerah/sekolah. Dalam membantu
berbagai jenis dan jenjang pendidikan.
klinis;
tugas Dinas Pendidikan, TPK mempunyai tugas, di
Karena itu, pada kegiatan bantuan teknis
antaranya: a) memberikan pelatihan pengembangan
profesional dan atau kegiatan-kegiatan pelatihan
kurikulum di daerah dan lembaga lain; b)
sejenis yang dilakukan oleh pusat, mereka
menyediakan layanan dan konsultasi kurikulum
mendapat materi pelatihan yang sama; tugas yang
dan pembelajaran bagi pihak yang membutuhkan;
mereka lakukan sama namun substansi disesuaikan
c) menyosialisasikan kebijakan kurikulum; dan c)
dengan jenis dan jenjang satuan pendidikan di mana
memberdayakan satuan pendidikan.
mereka bekerja. Hal ini memungkinkan TPK yang
Adapun tugas TPK kabupaten/kota yaitu: 1)
bekerja di satuan pendidikan, misalnya SMK akan
melakukan sosialisasi Permendiknas Nomor 22
mampu melakukan pendampingan kepada satuan
Tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 23 Tahun
pendidikan dengan jenis dan jenjang berbeda.
2006 kepada seluruh satuan pendidikan dasar
Dengan demikian, TPK yang berasal dari jenis dan
dan menengah di wilayah kabupaten/kota; dan 2)
jenjang satuan pendidikan yang berbeda diharapkan
melatih dan membina secara terus menerus dalam
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
pengembangan KTSP kepada satuan pendidikan
sama sesuai tugas dan peran mereka seperti yang
dasar dan menengah di wilayah kabupaten/kota (SE
diuraikan di atas.
Mendiknas No. 33/MPN/SE/2007). Menurut Surat Edaran Mendiknas tersebut di
Pengertian Keterampilan Berpikir Kompleks
atas unsur-unsur TPK di kabupaten/kota terdiri atas
Keterampilan berpikir kompleks adalah jenis
tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan di
pemahaman yang memerlukan berpikir mendasar
493
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011
(basic thinking) dan mempunyai ciri-ciri menuntut berbagai kemungkinan jawaban, penilaian dari orang yang berpartisipasi, dan penempatan makna pada suatu situasi. Jenis keterampilan berpikir kompleks termasuk berpikir kritis, berpikir kreatif, dan memecahkan masalah. Berpikir Kritis bercirikan analisis yang dilakukan dengan hati hati, mengandung argumentasi, penggunaan kriteria yang objektif, dan evaluasi data. Pemecahan Masalah adalah jenis berpikir kompleks yang menggunakan sejumlah keterampilan yang berurutan untuk memecahkan masalah. Berpikir Kreatif adalah jenis berpikir kompleks yang menghasilkan gagasan baru dan orisinal (Udall & Daniels, 1991). Untuk pengertian keterampilan berpikir kompleks, F.J. King dkk. memberi istilah dengan keterampilan berpikir tinggi (higher order thinking skills), yang meliputi berpikir kritis, logis, reflektif, metakognitif, dan kreatif. Keterampilan-keterampilan berpikir tingkatan tinggi tersebut akan muncul ketika seseorang dihadapkan pada permasalahan atau pertanyaan yang tidak biasa, tidak berkepastian, dan dilematis. Keberhasilan penggunaan keteram-pilan tersebut terlihat dari suatu penjelasan, pengambilan keputusan, unjuk kerja, dan produk-produk sesuai konteks pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya.
Tabel 1. The Cognitive Process Dimension (Anderson et al, 2001) Berdasarkan taxonomy tersebut di atas kategori Remember, Understand, dan Apply termasuk kemampuan berpikir rendah atau sederhana, sedangkan kategori Analyze, Evaluate, dan Create termasuk kemampuan berpikir tinggi atau kompleks. Acuan lain yang sering diikuti untuk merancang tugas-tugas untuk membangun dan mengembangkan keterampilan berpikir kompleks adalah Matrix Gubbin seperti pada Tabel 2. Matrix
Gubbin ini
memuat rincian keterampilan berpikir kompleks untuk jenis Berpikir Kritis, Pemecahan Masalah, dan Berpikir Kreatif serta contoh keterampilan Metakognitif. Melihat bentuk-bentuk tugas/kegiatan berpikir
Jenis Keterampilan Berpikir Kompleks Sejak lama Taxonomy of Educational Objectives dari Bloom dipandang kurang sesuai lagi, sehingga Lorin dan kawan-kawan melakukan revisi terhadap t a xo n o my t e r s e b u t d e n g a n m e m a - s u k k a n kemampuan berpikir kreatif. Berikut Tabel 1 memuat taxonomy Bloom yang sudah direvisi yang memuat keterampilan berpikir dari tingkat paling sederhana (remember) hingga paling kompleks (create). Tabel 1. Taxonomy Bloom
kompleks seperti diuraikan di atas, tentunya cara belajar yang pasif - yang berpusat pada guru, banyak latihan menjawab soal-soal pengetahuan dan pemahaman - tidak akan mampu membangun dan mengembangkan keterampilan berpikir anak hingga mencapai tingkatan kompleks. Proses pembelajaran yang
memungkinkan adalah yang
melibatkan anak secara aktif, baik fisik maupun mental. Anak diberi kesempatan yang banyak untuk berinteraksi, seperti bertanya, mempertanyakan, memberi pendapat, mengungkapkan gagasan, meng-ekspresikan diri melalui karya-karyanya. Kreativitas anak akan berkembang melalui tugastugas yang mengasah keterampilan berpikir kompleks.
Jindrich (2005) berpendapat bahwa
kecerdasan anak banyak berkembang melalui aktivitas-aktivitas, seperti: pemecahan masalah dan penalaran, pembentukan konsep, peniruan/memori, atau asosiasi/klasifikasi. Untuk menumbuhkan kreativitas anak prasekolah, Jindrich menyarankan kegiatan-kegiatan, diantaranya
seperti berikut:
bertanya dengan pertanyaan terbuka, beri anak 494
Mutiara O. Panjaitan, Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian
Berpikir Kritis
Pemecahan Masalah
Berpikir Kreatif
Tabel 2. Gubbin’s Matrix of Thinking Skills (Udall & Daniels, 1991) banyak pilihan, mengulang cerita, mengarang cerita,
keluar, dan perangsangan pola baru. Berpikir lateral
permainan kata, bermain dengan menggunakan
berperan dalam melepaskan diri dari gagasan lama
boneka, minta pendapat mereka tentang sesuatu.
dan merangsang terhadap gagasan baru. Proses
Menurut De Bono (1991), kreativitas dapat
berpikir lateral ini berlaku untuk semua umur dan
ditumbuhkan melalui berpikir lateral (lateral
semua tingkat pengetahuan yang berbeda-beda.
thinking), sebagai proses penggunaan informasi
Permasalahan yang sederhana dapat digunakan
untuk menumbuhkan kreativitas dan pem-bangunan
untuk semua kelompok usia. Bagi kelompok usia
kembali pemahaman (insight restructuring)). Berpikir
muda bentuk visual jauh lebih efektif dibandingkan
lateral berhubungan erat dengan kreativitas, yang
dengan bentuk verbal, sebab anak lebih cepat
meliputi pembangunan kembali, pencarian jalan
memahami sesuatu yang dijelaskan secara visual 495
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011
dan menyatakan sesuatu secara visual.
dapat mengembangkan keteram-pilan berpikir
Dengan demikian, bakat kreatif yang sudah
kompleks peserta didik. Tugas atau kegiatan yang
dianugerahkan sejak anak lahir, akan berkembang
dirancang oleh responden selanjutnya dikaji dengan
terus hingga dewasa. Anak akan bertumbuh menjadi
mengacu kepada The Cognitive Process Dimension
insan kreatif dengan daya kreasi dan daya cipta,
dan Gubbin’s Matrix of Thinking Skills di atas.
punya kemampuan menjadikan barang kurang
Pengkajian tersebut dilakukan untuk menentukan
berharga menjadi bernilai ekonomis.
apakah tugas atau kegiatan yang dirancang
Keterampilan berpikir tinggi dibangun atas dasar keterampilan berpikir rendah atau sederhana,
responden dapat mengembangkan keterampilan berpikir kompleks atau tidak.
seperti cognitive strategies, comprehension, concept classification, discriminations, routine rule using,
Sampel dan Data
simple analysis, simple application (King dkk.).
Penelitian dilakukan di empat kabupaten, yaitu
Menurut taxonomy Bloom yang sudah direvisi, ke-
Kabupaten
mampuan berpikir sederhana termasuk remember,
(Provinsi Kalimantan Timur), Kabupaten RH (Provinsi
understand, dan apply (Anderson, L.W. et al., 2001,
Riau), dan Kabupaten LB (Provinsi NTB) pada
A Taxonomy for Learning Teaching and Assessing)
tahun 2009 dan 2010. Adapun Sampel penelitian
Strategi pembelajaran dan lingkungan belajar yang
adalah Tim Pengembang Kurikulum (TPK) yang
tepat akan membangun dan menumbuhkan kemam-
namanya ada pada SK, sedikitnya dari Kepala Dinas
puan berpikir tinggi. Scaffolding yaitu memberikan
Pendidikan Kabupaten/Kota. TPK tersebut bekerja
dukungan atau bantuan secukupnya kepada peserta
di satuan pendidikan TK, SD, SMP, SMA, SMK, dan
didik pada awal pelajaran dan secara bertahap mem-
SLB yang mengajar mata pelajaran berbeda di kelas
berikan kesempatan pada mereka untuk bekerja
yang berbeda. Berdasarkan kelengkapan data,
mandiri, diyakini King dkk. bisa membantu anak
diperoleh 118 TPK yang dapat dijadikan sampel
mengembangkan keterampilan berpikir kompleks
penelitian dari empat kabupaten. Latar belakang
mereka. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok kecil,
satuan pendidikan tidak dibedakan, karena menurut
seperti student discussions, peer tutoring, dan
peraturan yang berlaku, tenaga pendidik dan tenaga
cooperative learning bisa efektif dalam mengem-
kependidikan yang dipilih sebagai TPK dianggap
bangkan keterampilan berpikir anak. Kegiatan
punya kemampuan untuk menyusun KTSP dan men-
pembelajaran dan penilaian sebaiknya banyak meli-
sosialisasikannya ke sekolah-sekolah.
MT (Provinsi Maluku), Kabupaten B
batkan siswa dengan tugas-tugas yang menantang dan guru memberikan umpan balik selama proses
Teknik Pengumpulan Data
pembelajaran berlangsung (King, dkk. tanpa tahun).
Untuk mengumpulkan data kemampuan TPK merancang tugas atau kegiatan pembelajaran dan
Metodologi Penelitian
penilaian bermuatan keterampilan berpikir kompleks
Terdapat 3 jenis penelitian, yakni: 1) Exploratory
digunakan teknik non tes. Hal ini dilakukan dengan
research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
cara menugaskan setiap TPK merancang satu
mencari kejelasan suatu masalah; 2) Descriptive
tugas atau kegiatan pembe-lajaran dan penilaian
research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
bermuatan keterampilan berpikir kompleks yang
mencari deskripsi suatu objek; dan 3) Explanatory
biasa diberikan kepada peserta didik mereka di
research, yaitu penelitian yang bertujuan untuk
sekolah, sesuai mata pelajaran yang dikuasai.
mengetahui kejelasan hubungan
atau menguji
hipotesis. Untuk mendapatkan data tentang
Teknik Analisis Data
kemampuan TPK dalam merancang kegiatan
Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis
pembelajaran dan penilaian bermuatan keterampilan
dengan cara deskriptif. Tugas atau kegiatan
berpikir kompleks. Maka jenis penelitian yang
yang dirancang TPK dianalisis berdasarkan Tabel
digunakan dalam studi ini adalah descriptive
The Cognitive Process Dimension yang memuat
research dengan metode survai. Survai dilakukan
keterampilan berpikir dari yang paling sederhana
dengan meminta responden merancang suatu tugas
hingga paling kompleks dan Gubbin’s Matrix of
atau kegiatan pembelajaran dan penilaian yang
Thinking Skills yang memuat hanya keterampilan
496
Mutiara O. Panjaitan, Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian
berpikir kompleks. Apabila tugas yang dirancang memuat kemampuan berpikir kompleks seperti yang ada pada ke dua tabel, maka dapat dikata-kan tugas tersebut sesuai untuk keterampilan berpikir kompleks. Sebaliknya, apabila tugas yang dirancang TPK tidak memuat kemampuan berpikir kompleks seperti yang ada pada ke dua tabel, maka tugas tersebut dapat dianggap bermuatan kemampuan
Apabila kemampuan-kemampuan yang ada pada daftar di atas dibandingkan dengan ke dua tabel di atas, dapat diketahui bahwa tugas-tugas pembelajaran dan penilaian yang dirancang responden banyak yang bermuatan keterampilan berpikir rendah atau sederhana. Dari 118 responden
berpikir sederhana atau rendah.
hanya 29 orang (24.58%) yang mampu merancang
Hasil Penelitian dan Pembahasan
selebihnya 89 orang (75.42%) mampu merancang
Kemampuan TPK kabupaten dalam merancang kegiatan pembelajaran dan penilaian ber-muatan keterampilan berpikir kompleks Berdasarkan data yang diperoleh dari empat kabupaten, pada umumnya responden merancang tugas atau kegiatan pembelajaran dan penilaian bermuatan kemampuan-kemampuan berpikir seperti pada Tabel 3. Selain memuat informasi tentang kemampuan berpikir yang dirancang TPK, tabel tersebut juga menyajikan informasi jumlah
tugas bermuatan kemampuan berpikir kompleks, kemampuan berpikir sederhana atau rendah. Untuk kemampuan berpikir paling kompleks atau tinggi, yaitu Berpikir Kreatif, hanya 9 orang (31%) dari 29 responden yang mampu merancang. Yang mengejutkan adalah, dari 89 responden ternyata 33 orang (37.1%) merancang tugas bermuatan kemampuan berpikir yang paling rendah atau mendasar, yaitu Berpikir Remember. Jumlah ini termasuk cukup banyak jika dibanding-kan dengan jumlah responden yang mampu merancang berpikir kompleks. Kondisi ini cukup mencemaskan,
responden yang merancang kemampuan berpikir
mengingat tugas yang diminta dirancang adalah
tersebut . Tabel 3. Kemampuan Berpikir yang Dirancang Responden
ini kepada peserta didik mereka. Dari data ini
tugas yang sudah biasa mereka berikan selama dapat dikatakan bahwa kemampuan kreatif siswa kurang dibangun dan dikembangkan, padahal daya kreasi dan daya cipta yang dikehendaki pada tujuan pendidikan nasional dan Instruksi Presiden dibangun dan dikembangkan dari berpikir kompleks tersebut. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar TPK yang juga adalah guru, kepala sekolah dan pengawas selama ini belum maksimal berusaha meningkatkan kompetensi mereka dalam melaksanakan proses pembelajaran dan penilaian yang bermutu, dan pada akhirnya berdampak pada kualitas peserta didik. Keterbatasan Penelitian Walaupun penelitian telah diupayakan seoptimal mungkin, namun disadari adanya beberapa keterbatasan yaitu: 1) Penelitian dilakukan hanya pada empat kabupaten. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu dan tenaga. Sebaiknya penelitian dilanjutkan dengan jumlah kabupaten yang lebih banyak; 2) Jumlah sampel yang diperoleh 118. Hal ini disebabkan antara lain data yang diperoleh kurang lengkap; dan 3) Tugas atau kegiatan pembelajaran dan penilaian yang diminta
497
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011
hanya satu, sehingga belum menjamin dapat
Oleh karena itu yang menjadi TPK adalah tenaga-
mengungkap kemampuan TPK dalam merancang
tenaga pilihan yang dinilai punya kemampuan dan
tugas atau kegiatan bermuatan keterampilan
kelebihan dibandingkan kebanyakan tenaga pendidik
berpikir kompleks.
dan kependidikan di wilayahnya. Seharusnya kondisi seperti ini tidak terjadi. Kemungkinan lainnya,
Simpulan dan Saran
sebenarnya mereka belum sepenuhnya memahami
Simpulan
tentang keteram-pilan berpikir dan belum mampu
Berdasarkan hasil penelitian terhadap 118 TPK
memisahkan menurut tingkatannya (higher order
di empat kabupaten, dapat diketahui bahwa
atau lower order) seperti yang diuraikan pada
pada umumnya TPK belum mampu membangun
bab 2, sehingga tidak mampu untuk menerapkan
dan mengembangkan kemampuan berpikir
di kelas. Menurut informasi mereka sudah sering
kompleks atau berpikir tinggi peserta didik melalui
mendengar tentang taxonomy Bloom dan bila
kegiatan pembelajaran dan penilaian yang mereka
dipertanyakan mereka biasanya menjawab sudah
rencanakan. Dari segi jumlahpun hanya 24.58% TPK
tahu dan paham. Kelihatannya pernyataan seperti
yang mampu merancang tugas untuk kemampuan
itu tidak bisa sepenuhnya diterima tapi sebaiknya
berpikir kompleks tersebut dan dari jumlah yang
dibuktikan. Karena itu, dipandang perlu untuk
sedikit ini hanya segelintir yang mampu merancang
menata kembali TPK yang sudah dibentuk, baik di
tugas berpikir kreatif. Sebaliknya, dari tugas yang
tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, untuk
dirancang
sebagian besar TPK hanya mampu
lebih ditingkatkan lagi kemampuan mereka agar
mengembangkan kemampuan berpikir sederhana
lebih layak menjadi tim pengembang kurikulum
atau rendah. Dengan demikian dapat dikatakan,
yang handal membantu tugas dinas pendidikan di
selama ini mungkin mereka belum mengembangkan
wilayah yang bersangkutan.
potensi dan bakat kreatif peserta didik mereka melalui proses pembelajaran dan penilaian yang
Saran
mereka laksanakan. Di samping Sebagai TPK
Peran TPK sangat penting dalam meningkatkan
sebagian dari mereka juga guru, pengawas, dan
kualitas pendidikan di wilayah mereka. Selain
kepala sekolah yang tentunya banyak mengurusi
membantu dan mendampingi satuan pendidikan
proses pembelajaran di kelas. Apabila kondisi ini
membuat kurikulum, TPK juga tempat konsultasi
berlangsung berlarut-larut dapat diramalkan potensi
bagi satuan pendidikan bila menemukan masalah
kreatif anak yang dibawa sejak lahir akan terpendam
dalam mengembangkan kurikulum dan pem-
dan akhirnya akan hilang setelah usia 15 tahun.
belajaran. Oleh karena itu, seharusnya yang menjadi
Jumlah responden pada penelitian ini memang
TPK adalah individu-individu pilihan dan memiliki
hanya 118 TPK dari 4 kabupaten, namun jumlah
kompetensi yang tinggi sehingga diharapkan
yang sangat terbatas ini dapat dijadikan petunjuk
mampu membantu dinas pendidikan melaksanakan
bahwa kondisi TPK dari kabupaten lain kemungkinan
tugasnya membina satuan pendidikan di wilayah
tidak jauh berbeda. Hasil penelitian ini memberi
yang bersangkutan.
tanda bahwa kompetensi TPK secara keseluruhan
Namun demikian, hasil penelitian menun-
yang meliputi semua kabupaten/kota di Indonesia
jukkan hal sebaliknya bahwa sebagian besar TPK
masih jauh dari harapan bahwa mereka mampu dan
tidak mampu merancang tugas pembelajaran dan
dapat diandalkan untuk menjalankan peran mereka
penilaian untuk membangun dan mengem-bangkan
sebagai pendamping atau fasilitator bagi satuan
kemampuan berpikir kompleks atau tinggi. Karena
pendidikan di wilayah binaan mereka. Sebagai
itu, penataan kembali TPK yang sudah dibentuk baik
TPK mereka seharusnya dapat diandalkan untuk
di tingkat provinsi maupun di tingkat kabupaten/
memberikan pelatihan pengembangan kurikulum
kota sudah menjadi kebutuhan yang mendesak,
bagi satuan pendidikan dan mampu memberikan
mengingat pelak-sanaan KTSP sudah berjalan
layanan dan konsultasi kurikulum dan pembelajaran
beberapa tahun.
bagi pihak yang membutuhkan.
Untuk meningkatkan mutu TPK diusulkan
Dapat dikatakan peran TPK sangat besar dalam
beberapa saran seperti berikut ini. Pertama, TPK
meningkatkan mutu pendidikan di wilayah binaannya.
yang sudah dibentuk dihimbau untuk tidak diganti
498
Mutiara O. Panjaitan, Kemampuan Tim Pengembang Kurikulum Merancang Kegiatan Pembelajaran dan Penilaian
sekurang-kurangnya selama tiga tahun. Hal ini
mereka teruskan kepada TPK. Dengan begitu,
dimaksudkan agar pembinaan terhadap TPK yang
sebelum bimbingan teknis dilaksanakan diharapkan
sama dapat berjalan secara berkesinambungan.
TPK sudah membaca dan mempelajari materi. Apa
Selama ini himbauan beserta alasannya sudah
yang ingin mereka diskusikan lebih dalam bisa
disampaikan kepada pihak dinas pendidikan
dilakukan ketika bimbingan teknis berlangsung.
provinsi maupun kabupaten/kota, baik melalui
Kelima, meningkatkan kompetensi petugas dari
surat dinas maupun pada pertemuan rapat
pusat yang akan menjadi fasilitator pada kegiatan
koordinasi (rakor) kepala-kepala dinas pendidikan
bimbingan teknis, sehingga materi yang akan
seluruh provinsi dan seluruh kabupaten/kota,
disampaikan sudah dikuasai sepenuhnya, baik
yang biasanya diselenggarakan pada setiap awal
dari segi substansi maupun metode penyampaian.
tahun sebelum program bimbingan teknis atau
Dengan terpenuhinya saran-saran tersebut di
bantuan profesional dilaksanakan. Namun, cara
atas pelaksanaan bimbingan teknis dan bantuan
ini kurang berhasil karena ada salah pengertian
professional terhadap TPK diharapkan dapat
dari pihak dinas pendidikan yang ingin melakukan
berlangsung lebih bermutu dan efektif, yang pada
pemerataan kesempatan pembinaan dikalangan
akhirnya membantu pihak satuan pendidikan dalam
tenaga pendidik dan kependidikan. Karena itu,
meningkatkan kualitas lulusannya.
disarankan agar pihak yang menyelenggarakan
Pustaka Acuan
bimbingan teknis/bantuan professional meyakin-
Anderson, L.W., Krathwohl, D.R. 2001. A
kan gubernur atau bupati/walikota yang akan
Taxonomy for Learning, Teaching and
dikunjungi betapa pentingnya peran TPK diwilayah
Assessing - A Revision of Bloom’s
mereka. Mereka layak diyakini karena mereka
Taxonomy of Educational Objectives. New
yang membentuk dan mengangkat TPK di wilayah
York: Longman
yang bersangkutan. Kedua, mengundang petugas dari kantor gubernur pada waktu rapat koordinasi kepala dinas kabupaten/kota, sehingga muncul
De Bono, Edward. 1991. Lateral Thinking, Creativity Step by Step. New York: Harper & Row, Publishers
‘sense of belonging ‘ dari pihak gubernur terhadap
Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor
TPK di wilayahnya. Ketiga, meninjau kembali materi
6 Tahun 2009 tentang Pengembangan
bimbingan teknis dan pendampingan TPK provinsi
Ekonomi Kreatif.
dan kabupaten/kota yang selama ini dilaksanakan, baik oleh Pusat Kurikulum maupun oleh lembagalembaga lainnya yang juga melaksanakan kegiatan
Jindrich, Susan. 2005. How to Help Children Learn. Bookmarks King, F.J., Goodson, L., Rohani, L. Higher
yang sejenis. Sesuai tugas dan fungsinya, TPK
Order Thinking Skills. The Center for
provinsi seharusnya membina TPK kabupaten/
Advancement of Learning and Assessment.
kota. Penataan kembali materi bimbingan teknis
www.cala.fsu.edu
tersebut ditinjau dari urutan prioritas, dilihat dari
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
kepentingan anak dan satuan pendidikan dan waktu
Indonesia Nomor 41, Tahun 2007 Tentang
yang tersedia. Memang banyak materi yang ingin
Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan
diberikan dengan anggapan semuanya diperlukan.
Dasar dan Menengah
Karena itu materi perlu ditata sesuai urutan prioritas
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
dengan mempertimbangkan hal-hal berikut: 1)
Indonesia Nomor 22, Tahun 2006 Tentang
materi yang sangat perlu dan terkait langsung
Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan
dengan proses pembelajaran, sehingga perlu
Dasar dan Menengah
disajikan dan didiskusikan bersama; 2) materi yang
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
mem-butuhkan waktu agak banyak untuk latihan;
Indonesia Nomor 23, Tahun 2006 Tentang
3) materi yang bisa dipelajari dan dikuasai melalui
Standar Kompetensi Lulusan Untuk Satuan
membaca soft copy yang disediakan. Keempat,
Pendidikan Dasar dan Menengah
materi bisa dibagikan pada waktu rapat koordinasi
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor
dengan kepala dinas dari provinsi dan kabupaten/
19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
kota yang akan dikunjungi, selanjutnya materi
Pendidikan.
499
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 17, Nomor 5, September 2011
Pusat Kurikulum. 2007. Model Jaringan Kurikulum. Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta. Surat Edaran Menteri Pendidikan Nasional Nomor 33/2007 Tentang Sosialisasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Tanggal 13 Februari 2007. Udall, A.J. and Daniels, J.E. 1991. Creating the Thoughtful Classroom. Zephyr Press Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20, Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
500