MULTILATERAL JURNAL PENDIDIXAN JASMAM DAN OLAIIRAGA ISSN 1412-3428 Volume 15. Nomer 2. Desember 2016. hlm 101-205
DAFTAR ISI Pengembangan Vcd Instruksional Peregangan Aktif (Active Shetching) Kesegaran Jasmani Siswa Smp Di Malang. Peni Nohantiya (Desa Jatinom Rl. I Rv. 3 No- 17 Kecamatan Kanigoro
101-l 10
Kabupaten Blitar). Evaluation TeachingPhysical Education 2015/2016 ln Junior High School Bengkulu Selalan. Tito Pafia Wibowo (IJniversilas Dehasen Bengkulu).
I t 1-123
Evaluasi Program Pendidikan Kelas Khusus Olakaga Sekolah Menengah Atas Negeri I Sewon Bantul Yogyakarta Rahnad Khodari (PJKR FKIP Univelsitar Nahdatxl Uama Cirebon),
t24-132
Conelation Of Muscle Strength On Sleeve And Long Sleeve Tra{fic Forehand Students Jpok Fkip University OfLambung Mangkurat
133-143
Banjarbaru.
Edwin Wahla Dirgantoro (JL. Taruna Pruja Rq)a Kota Banjarbaru Kalimanta Selatak ). Relasi Antara Media, Nilai Ekonomi Dan Olahraga. Bambahg Feridnto Tjalryo Kunloto (Penjaskestek FIK Ukesa).
144-t53
Penerapan Pembelajaran Servis Atas Bolavoli Menggunakan Gaya Mengajar Inklusi Pada Siswa Kelas X Di Smk Grafika PCRI-Pakis.
154-159
Igit Agus Sara & Mashud (Jl. Bandung Malong FIK Universitas Negeri Malahd, Modifikasi Piring Plastik Meningkatkan Kemampuan Lempar Pada Peserta Didik Kelas Iv Sekolah Dasar Negeri I Bongkang. MitaE iana (PJKR JPOK FKIP Uni,rersitas Lanbung Mangkurat\,
160-l7l
Penerapan Pendidikan Berkarakter Dalam Pelajamn Pendidikan
172-187
Jasmani Olahraga Dan Kesehatan Di Sekolah Menengah Pertama
Negeri Kota Banjarbaru. Herita Wami & Anjas Rubiaiti (Jurusan Pendidikon Olahraga dan Kesehatan Fakubas Keguruan dan
llnu Perulidikan
Unive rsi tas Lambun g Mangkurat ).
Pembentukan Kamkrer Melalui Modifi kasi Pe.mainan Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Suharno Bdsuki (Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan Faktltas Keguruan dan llmu Pendiditan, L-nivrsilas
i88-196
Lanbung Mangkurar. Hubungan Konsumsi Makan Dan Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Penjas Peserta Didik Sma Kristen Banjarmasin. Norma Anggara (JL. Taruna Praja Raya Kota Banjarbaru
Kalimantan
:;e
ldtan,lPO K FKIP ULM.
197 -205
PEMBENTUKAN KARAKTER MELALI,'I MODMIKASI PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMAM ST]NARNO BASUKI lurusan Pendidil€n
Olah€a
dan Kesehalan
Fal'ultas Keglruan dan llmu Pendidikan, Universitas Lambung Mangkurat E-mail:
[email protected] matrusia yang berkrakter butuh prcses )ang tidak sebentar. bahkan dapat dikalakan sebagai proses yans berlangsuns seumur hidup.
Abstrak: tjntuk menjadi
otet rarena itu, m€mbangun kalaher dar watak banesa melalui p€ndidikan mutlak dipe.lukan, bahkan tidak bi$ ditunda, mulai dari lingkungan rumah tahgga, sekolah dan masyaBkat. Terdapal dga unsu yanS harus dilak*an dalam model p€ndidikan karakler, yzi$: kbowits the goo.1, feeling the good dan acti,rg the Sood kedga unsur leMbut harus dilalih secam &tus menerus hi.88a rnenjadi kebiasaar Jadi, konsep yang dibeglm, adalah habit of th. itd, habit of the ,8.n, dar. habit of the P€mb€lajatan p€ idikan jasmani di sekolah-*kolah disampaikan dalam bentuk permainan dm ohnrag& Agar supaya p€ndekatan pembelajaran melalui p€rmainan dapat d;te.apke di semua lapisn pendidikan formal, maka dilakukan modifikasi pefmainan dalam pendidikan ja3mani, sehingga modifik6i p€rmainan t€Mbul dapat memb€nhrk
eak didik. Densan demikid guru harus mmpu melakuks modifikasi permainan dalam pembelajaran pendidikan jasmani sebagai jaminan Mhwa Pendidikan didiknva. Uni,k .i*.-i -"-p"r* pfrdidikan yang m€mbangun kaBLleristik anak dengan l€nbaga mengawal perubahan p€mbelaj&an oleh 8uru, hrrus b€rkolaborrsi k pefldidikan pendidikan olahraga, sga. terjadi secar" nasiof,al karakteristik
Itut! kuDci:
modifikasi, pemainaa pembelajsan dan membegun karaker
PEN'DAHULUAN Karakter bagi sebuah bangsa adalah sebuah wahana untuk melaju mengahapi tantangan global. 350 tahun Indonesia
melakukan perlawanan ya[g sangat padjang dan melelahkan ufltuk sebuah kemerdekaan, di mana ka.aker yang dimilik bangsa ini menjadi sebuah panduan dalam perjuangan para anak bangsa.
Karaker suatu bangsa menjadikan
para pahlawan kita bangga akan bangsany4 lebih cinta kepada tanah aimy4
dan berusaha mempertahankannYa. Karakter seperti inijuga yang akan
membawa bangsa ini keluar dari kisis menuju bangsa bermartabat dan mampu menghadapi tantangan global. Bangsa tidak hanya butuh rakyat dan wilayah, bangsa juga membutuhkan kamkler yang akan menjadi cerminan dan kebanggaan pada setiap individu warga negara. Karakter yang kuat akan membuat suatu bangsa memiliki keperca)€an diri untuk maju. Sebaliknya, sebuah peradaban tanpa memiliki karakter atau fielupakan karaklemya akan jatuh dalam kehancuran. Sebagai bangsa )ang memiliki sejarah asal
188
Smmo Bduki. Pembenuka Kratter.., lA9
mula yang panjang, lndonesia
juga
memiliki karakter yang kuat. Karakterkarakler tersebut telah terbukti dapat membanfu bangM ini melalui kemerdekaan Indonesia 1945. Maka, kita juga dapat mengatakan bahwa karakter yang samajuga
dapat menyelesaikan permasalahan bangsa ini dikarenakan akar mula bangsa ini yang sama. Pasca kemerdekaan. bangsa ini perlahan meninggallan karat lern)a. Hal ini menyebabkan negara ini semakin terpuruk dan tenggelam dengan krisis di berbagai bidang. Maka dengan membawa bargsa ini kembali kepada karaklemya, akan ada optimisme untuk menjadi sebuah bangsa yang lebih baik. Pada dasamya, lndonesia memiliki karaker dasar yang cukup lengkap dan utuh diantara karaklsr banga-bangsa yang lain. Menuut Kosasih Djahiri, seorang guru besar Universitas Pendidika.n hdonesi4 bangsa Indonesia memiliki empat landasan karaker dasar yang universal, yaitu (l) Agarna sebagi landasan utama bangsa, sehingga melahirkan sikap bangsa yang religius. (2) Budaya dan nilai-nilai tradisi yang cukup luhur, (3) Hukum yang merupakan petspektif dari berbagai aturan dan norma-norma adat yang ad4 (4) Landasan ilmu pengerahuan dan teknologi. sebagai jalan menuju lndonesia yang leih maju. (httoJ/bizesha-$ordpress.com) Dua landasan pertama adalah karaLter kuat yang
ini merupakan juga landasan ciri khas bangsa kita dan yang aka! menjadikan bangsa ini lebih dimiliki
bangsa ini. Dua hal
miliki. Dua
landasan temkhir merupakan karakter pendukung yang kerap kali
menimbulkan kesenjangan antara karakter asli bangs4 yaitu sikap agamais dan budaya yang cenderung tradisional dengan nilai dan norma hukum serta ilmu pengetahuan. Sistem politik kita dengan sistem hukum selalu berbeda. ini menyebabkan hukum bersifat untuk kepentingan suatu orde saja. Demikian pula dengan ilmu pengetahuan se.ingkali tidak memperhatikan hal-hal yang berhubungan dengan agama dan budaya. Sudah banyak
Hal
kasus membuktikan
ilmu
kerap bertentargan dengan ajamn agama dan budaya manusia. Kes€njangan inilah yang athimya melahirkan perilaku
menyimpang dari karaker aslinya. Disinilah pendidikan memainkan peran. Pendidikan berfungsi untuk menjebatani kesenjangan antam agama dan budaya dengan hukum dan ilrnu pengetahuan,
sehingga
tidak terjadi
dekadensi.
Pendidikan yang dimaksud disini adalah pendidikan yang membentuk walak dan kepribadian sesuai dengan karakter bangsa ini. Tujuan aknir yang diinginkan dari
pendidikan ini adalah adanya keterkaitan antara hukum dan ilfiu pengetahuan dengan agama dan budaya sebagai karal1er dasar. Dengan demikian, hukum dan ilmu
pengetahuan
yang
kita miliki
akan
berlandaskan sebuah karalder kuat yang akan membentukjati diri suatu bangsa yang utuh.
Namun demikian,
diri menghadapi ta.ntangan masa depan. Maka sudah sepantasnya kita
memiliki peran dalam
bangga akan kaiakter bangsa yang kita
karakter bangsa, sepe
percaya
pengetahuan
lembaga perdidikan
kebemdaan
di lndonesia diragukan
i
pembentukan yang diungkapkan
lgo
lurnot
M ukildterct,
valrme
1s,
Na 2 Desetubet2016h|n 188 196
AviP Saetullah oleh Dr. (l1!1ll\q.[l!rp!j-.od bahwa lembaga pendidikan di lndonesia temyata gagal berperan sebagai pranata sosial yang mampu membangun karakter bangsa lndonesia sesuai dengan nilai-nilai normatif kebangsaan yang dicita-citakan. Yang terbangun saat ini justru perilaku elite negeri yang benolak belakang dengan nilai
sosial dan kehendak
masyarakat.
Celakanya. model perilaku paradolsal ini yang berkembang menjadi spirit nasional dan terkesan menjadi karakter bangsa.
Berangkat
dari
ketidakPercayaan
masyarakat tentang peran pendidikan dalam
membangun karakter bangsa maka penulis
ingin mengungkapkan peran pendidikan jasmani sebagai salah satu mata pelajamn
yang terintegmsi dalarn
pendidikan.
Keberhasilan tujuan pendidikan merupakan
buah dari pembelajaral yang tepat, yaitu melalui pendekatan permainan dalam pembe lajaran.
PEMBENTTJKAI\' KARAKTER Akar kata 'kamker' dapat dilacak dari kata tatin "kharaher", "khorassein", dut "kharar", yang fiakJlanya "tools for marlctng", "lo engrave", dan "Poihted stake". Kata ini mulai banyak digunakan (kembali) dalam bahasa Prancis "caractere" pada abad ke-14 dan kemudian masuk dalafi bahasa lnggris menjadi "chamcter", sebelum akhimya menjadi bahasa lndonesia "kamkter"(Andrias Hareaf, 2005). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesi4 karalder diartikan sebagai tabial; watak; sifat-sifat kejiwaarL akhlak atau budi pekerti yang membedakan ses€orang daripada yang lain.
Dengan penge(ian
di
atas dapat dikatatan
bahwa membangun karaktet (characler building\ allalah proses mengukir atau memahat jiwa sedemikian rupq sehingga "berbentuk" unik menaik. dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain. Ibarat sebuah hurufdalam alfabet yang tak pemah sama antara yang satu dengan yang demikianlah orang-orang yang
lain,
berkarakter dapat dibedakan satu dengan yang lainnya.
Tentang prcses
Pembentukkan dapat disebutkan sebuah nama
karal(er ini besar: Helen Keller (1880-1968). wanita luar biasa ini pemah berkata, "Character cannot be derelop in eose and quile." (Andrias Hareaf, 2005). Untuk menjadi manusia yang berkaraker butuh proses
yang tidak sebentar, bahkan
daPat
dikatakan sebagai proses yang berlangsung seumur hidup. Sesuai dengan fitrah anak yang dilahitkan suci, maka anak-anak akan tumbuh meniadi pribadi yang berkaralder
jika ia
tumbuh pada lingkungan
Yang
berkaraker pula. Dengan demikian mereka (anak-anak) dapat melihat pada pihak yang mempengaruhi lingkungan, yaitu keluarg4 sekolah dan masyarakat. Banyak masyarakat sangat berharap sekolah dapat betperan membentuk
laraker anak, selain berfungsi sebagai tempat menimba ilmu. TaPi. kunci pembetukan karakter dan Pondasi pendidikan sejati adalah keluarg4 dan sekolah hanya berpemn sebagai pelaksana proyek. Terlepas dari penting dan besar p€ranan sekolah s€bagai pencetak langsung sumtrer daya manusi4 [amun pondasi utama pendidikan adalah keluarga. Sekolah
Sumo
itu hanya berfungsi sebagai kontrakor pendidikan dari rumah, menurut James T Riady (Ade Jun Panjaitan, 2008) Apa yang diaja.kan di sekolah merupakan aplikasi dan pengembangan dari setiap pengetahuan dasar yang diperoleh dari rumah. Pembentukan kamkter dan penanaman moml serta etika, haius sudah dilakukan
B6ul
l9l
dan lain
sebagainya. Pembedan Q)izing) kepada yang berprestasi, dan hukuman kepada yang penghargaan
melanggar, menumbuhsuburkan (clerisr'r6)
nilai-nilai yang baik dan
sebelum anak masuk sekolah-
sebalikaya mengecam dan rnencegah (discovagifig) berlakunya nilai-nilai yang buruk. selanjutnya menempkan pendidikan berdasarkan karaller (charactetbase
PEMBENTUKAIY KARAKTER MELALUI PENDIDIKAN Tidak perlu disangsikan lagi, bahwa
education) dengar. menerapka.n ke dalam setiap pelajaran yang ada di samping mata pelajaran khusus untuk mendidik karakter, seperti; pelajaran Agama, Sejarah, Moral
pendidikan karakter merupakan upaya yang harus melibatkan semua pihak baik rumah
Pancasila dan sebagainya.
tangga dan keluarga, s€kolah
pendidikan di masyarakat. Lingkungan masyarakat juga sangat mempenga.uhi terhadap karalder dan watak seseomng. Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi terhadap keberhasilan pananaman nilai-nilai etika estetika untuk membentuk karakter. Oleh ka.ena itu, membangun karakter dan watak bangsa melalui pendidikan mutlak diperlukan, bahkan ridak bisa dituodq mulai dari lingkungan rumah tangga, sekolah dan
dan
lingkungan sekolah, masyaftkat luas. Oleh karena itu, perlu menyambung kembali hubungan dan ed cotiot ol networks yanE mulai terputus tersebul Pembentukar dan pendidikan karakter tersebut, tidak akan berhasil selarna antar lingkungan pendidikan tidak ada kesinambungan dan keharmonisan. Dengan demikian, rumah tangga darr keluarga sebagai lingkungan pembentukan dan pendidikan kamkter pertarna dafl utama harus lebih diberdayakan. Sebagaimana disarankan Philips yang dikutip Barnbang Nurokhim (2008), keluarga hendaklai kembali menjadi school of love, sekolah untuk kasih sayang atau tempat belajar yang penuh cirta sejati dan kasih sayang (keluarga yang sakinah, mawaddah, dan warrahmah). Sedangkao pendidikan karakter
melalui sekolah, tidak
semata-mata
belajaran pengetahuan semata- tatapi lebih dari itu. yaitu penanaman moral. nilainilai etika, estetik4 budi pekerti )ang luhur pem
Tidak kalah penting
adalah
masyaiakat..
Menurut Ratna Megawangi (Ade Jun Panjaitan; 2008), terdapat tiga unsur
yang harus dilakukan dalam model pendidikan karakter, yaitui bawi'tg the good,Jeeling the good dN acting the good. Tahap pertama kfuowitg the good, wrt\k membedtuk karakter, anak tidak hanya sekadar tahu mengenai hal-hal yang bailq namun mereka harus dapat memahami kenapa perlu melakukan hai itu. Selarna ini mereka tahunla mana ;altg baik dan burulq namun mereka tidak tahu alasann),a. Tahap
192 lurno
I M u ltilatetul,
Voluhe 15, No 2 Desenber 2016 hlh.1AA 196
kedua feeling the good. mencoba membangkitkan rasa cinta anak untuk melakukan perbuatan baik. Di sini anak dilatih untuk merasakan eGk dari perbuatan baik yang dia lakukan. Misalny4 anak tak mau berbohong. Karena tahu berbohong itu buiuK ia tidal mau melakukannya ka.ena mencintai kebajikan. lik^:feeling the good sudah tertanam, itu akan menjadi "mesin" atau kekuatan luar biasa dari dalam diri seseorang untuk melakukan kebaikan atau menghindarkan perbuatan negatif. Tahap ketiga dcting the good, di mana anak dilatih untuk berbuat mulia. Tanpa melakukan apa yang sudah diketahui atau dirasakan oleh seseorang, tidak alan ada artinya. Selama ini hanya imbauan saja, padahal berbuat sesuatu yang baik itu harus dilatih, dan menjadr bagian dari lehidupan sehari-hari. Ketiga unsur tersebut harus dilatih sec:lla terus menerus hingga menjadi kebiasaan. Jadi, konsep yang dibangun, adalah habit of the ninll, habit of the heart, dajl habit of the handt, sehingga akan terjadi kesamaa.n antara pemikiran, pemsaan dan tindakan. Untuk menjadi manusia yang berkarallea butuh proses yang tidak sebentar. Jadi diperlukan proses yang panjang. salah satunn)a melalui
pendidikan
di sekolah. Pendidikan
merupakan sebuah kegiatan manusia yang di dalamnya terdapat tindakan edukatif dan
Belakangan ini pendidilan iasmani <edang
eksistensi mengalami
keterlantamn yang berakar pada lemahnya pandangan, penghargaan, dan perlakuannya terhadap peserta didik yang masih parsial, tidak uluh bahlan kumng manusiaBi (Yusuf Hidayat, 2003:78). Pendidikan jasmani hanya menekankan pada aspek jasmaniah tanpa memperhatikan aspekaspek yang lain, seperti intelektual, emosional maupun moral spiritual. Hal ini sangat beftentangan dengan pendapat yang
dikemukakao oleh Nichols (1994: l5) bahwa selurui aspek pertumbulan dan perkembangan anak mengalami perubahan
yang dramatis selama 6-7 tahun masa belajar. Dengan demikian pendidikan jasmani seharusnya dapat menjadikan siswa mengalami perubahan yang luar biasa
selama masa pendidilian. Pendidikan jasmani memberikan sumbangan yang penting bagi perkembangan anak secara
menyeluruh (Thomas, I€e, dan Thomas,l988: 5) dan memberikan kesempatan anak untuk tumbuh dan berkembang secam selaras dan menyeluuh. keterlantaran pendidikan jasmani diperlukan upaya yang
Untuk menghadapi
konstruktif melalui rancangan modifi lasi p€rmaidan dan olahraga ke dalam pembelajaran pendidikan iasmani.
Kenyataannya
pembelajaran
didaktis yang diperuntukkan bagi generasi yaflg bertumbuh. Dalam kegiatan mendidik manusia menghayati adanya tujuan-tujuan pendidikan.
pendidikan jasmani di sekolah-sekolah disampaikan dalam bentuk permainan dan olahraga. Keterampilan bermain dalam pembelajaran permainan .jaui lebih komplek daripada keterampilan tertutup
MODIFIXASI PERMAINAN DALAIT{ PEIIDIDIKAN JASMAM
maupun terbuka. Siswa tidak hanya dituntut
mampu melakukan dan
mengrmakan
Sudo
ketemmpilan tersebut, tetapi iuga harus mengkombinasikan keterampilan dengan orang lain pada kondisi dan situasi yang
bisa
berubah-ubah, sehingga harus dibutuhkan sfiategi dan taktik dalam permainan. Untuk itu perlu diketahui dan dipahami beberapa tahapan belajar permainan. Tahapan belajar permainan diawali hanya melibatkan akivitas pembelajaran yang menekankan pada penglasaan s*r, (teknik dasar), kemudian ditingkatkan sampai mencerminkan tingkat kompleksitas dan kesulitan permainan olahraga tersebut.
Menurut
RinI (2002: 292-29s)
pengembangan
tahapafl
belajar
Bduki. Pembenlu}tr
(anhr... I93
penguasaan strategi permainan yang sifatnya lanjutan.
Apabila kita mendaftar satu persatu permainan dar olahraga maka akan banyak sekalidan kemungkinan tidak dapat temuat dalam daftar kurikulum. Dengan banyaknya jumlah cabang olahraga dan ragafi skill, sehingga mustahil apabila para guru pendidikan jasmani sarggup mengajar sesuai dengan fujuannya. Unfuk itu, sangat perlu dilakukan pengembangan dan modifikasi permainan dan olahraga, seperti penjelasan Asep Suharta (2007: 147-148) bahwa usaha untuk meningkatkan kualias pembelajaran dan mengatasi keterbatasan sekolah adalah melakukan modifikasi
keterampilan bermain menjadi empat tahap. P€rtama, memelihara dan
permainan.
meningkatkan skill secaa terpisah. Pada tahap ini penekanan diberikan terhadap kemampuan mengontrol objek atau tubuh
pernbelajaran pendidikan jasmani menjadi
tahap
anak
didik.
Kedua,
tahup
Modifikasi permainan penting dengan alasan
dalam
perbedaan
karakteristik siswa. Seperti diingatkan oleh Jones (1982:68) "A child is ochild, ot
mengkombinasikan dua atau lebih s,tr7l secara rerkoordinasi. Pada tahap ini penekanan diberikan pada penguasaan
miniature ad h: the body's biological systetus are imrnature". Secara fsik dan psikis anak-anak berbeda dengan orang
kombinasi s&//, yang diperhatikan pada geral tmnsasi dengan berbagai cara sesuai dengan kebutuhan permainan. Ketiga, tahap belajar dasar-dasar sraregi men)erang dzrn benahan. Pada uhap ini
dewasa sehingga mereka tidak bisa bermain
lebih menekankan pada perolehan penguasaan strategi permainan yang sifamya elementer. baik
sraregi penyerangan maupun pertahaoan. Dan keempat, tahap melakukan permainan dan olahmga tim dengan menggunakan strategi dan aturan )ang komplek. Pada talap ini lebih menekankan pada perolehan
olahraga dengan peratursn dan pqalatan orang dewasa. Modifikasi permainan dapat mengembangkan kemampuan anak fadpa resiko cidera, dapat memperc€pat penguasaan kelerampilan untuk beradaptasi dengan olahraga orang dewasa dikemudian waktu, dan sangat meyenangkan bagi anakarnk. Dengan dernikian pembelajaran
permainan
yaag diberikan
snggup
memiliki karakteristik yang sesuai dengan kemampuan anah amari dimainksn,
memiliki aspek alternatif dan
dapat
mengembangkan keterampilan bermain.
194 Jurnol Multilorerc
I, Valume 15,No.2
Desenbet2Al6 hlh.lAA 196
Modifikasi pennainan
lebih menfoluskan pad/ belajar 5rrategi bermain. yaitu bagaimana siswa menggunakan skill, daripada hanya pada belahar skill, yaitu bagaimana siswa menampilkan skill daiam permainan. Hal tersebut dikatakan berhasil dalam pembelajaran pendidikan jasmani
apabila telah mencapai tujuannya. Tujuan modifikasi permainan meliputi dapati mengembangkan pola gerak yang benar, menciptakan situasi yang meyenangkan, mengembangkan lebih banyak lagi aklivitas. dan meningkatalan pa(isipasi anak dalam olahraga. Adapun bentuk modifikasi dengan cartl mengu.angi struktur permainan yang sebenamya hingga pembelajaran filosofi
(stmtegi dasar) bermain dapat diterima dengan relatif mudah oleh anak didik atau siswa. Pengurangan struktur permainan lebih ditekankan pada penguasaan filosofi bermain. Pengurangan struktur tersebut dapat dilakukan terhadap faktor-faktor: ukuran lapangan; bentuh ukuran, dan jumlah peralatan yang digunakan; jenis s,h7l yang digunakan: aruran; jumlah pemain: organisasi pemain; dan tujuan permainan (Yoyo dan Adang, 2000; 3l-32). MODTF1KASI PERMAINAN MEMBENTT]K KARAKTER Pendekatan pembelajaran melalui permainan sudah sangat populer di seluruh dunia. Kita telah mengenal ,actrcdl approach, games-sense, daJt Tgftl (teaching Ganes for Utulerstanding di berbagai negara. Melalui pendekatan pembelajarafl ters€bu! anak didik dapat dikembangkan pada kemampuan menggunakan s,t // dalam
permainan, tidak hanya mengetahui dan mampu melakukan beberapa.r&i( sehingga dapat membangun karakter anak didik. Menjadi manusia yang berkarakter butuh proses yang tidak sebentar, jadi diperlukan proses yang panjang. Untuk itu diperlukan
modifikasi permainan-permainan agat pendekatan pembelajaran melalui permainan dapat diberikan kepada semua tingkatan lembaga pendidiLan di lndonesiamulai dari pendidikan usia dini, sekolah d€sar, sekolah menengah dan seterusnya.
Misalnya pada cabang baseball dan sofiball, tedapat beberapa tingkatan modifikasi permainan, yang sudah diakui di dunia. Permainan /ee-rall diperuntukkan anak usia 4 - 8 tahuq lr'rlle league vnt]uk anak usia 9 - 12 tahun,/rnr',r/ untuk usia 13 17 tahun, jerrbr untuk segala usia, rlolt pilch |Jntuk mantan pemain, dan kick ball ubntuk komunitas pelaklu bateball atau
solball t^nda memukul bola.
Perbedaan
modifikasi permainan baseball dur sofiball ters€but berdasarkan karakteristik individlr yang bermain dan memiliki keterkaitan strategi bermain, sehingga bentuk permainan terdahulu mendukung bentuk permainan berikutnya. Apabila semua tingkatan lembaga pendidikan telah m€neftrpkan pendekatan pembelajaran melalui permainan, maka pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari pendidikan yang dapat membentuk kamker anak. Untuk itu sangat diperlukan
peran guru dalarn membuat
dan
menggunakan modifikasi permainan dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Dengan demikian guru harus mampu melakukan modifikasi permainan dalam pembelajaran
Sunmo Basuki. PeDbcntukM Karrirer
pendidikan .jasmani sebagai jaminan bahwa pendidikan jasmani merupakan pendidikan
yang membangun karakteristik
anak
...
195
strl/ tersebut. Agar supaya pendckaran pembelajaran melalui permainan dapat diterapkan di semua menggunakan
didiknya. Konsekuensi dengaa hal tersebut, kita harus merombak budaya pembelajaran penguasaan rfrl1 pada permainan menuju pembelajaran penggunaan r,t// dalam permainan. Siapa yang bertanggung jawab dengan perombakan ini? Guru pendidikan jasmani menjadi ujung tombak semua ini.
modifikasi permainan dalam pendidikan jasmani, sehingga modifikasi permainan tersebut dapat membentuk karakteristik anak didik. Dengan demikian guru harus mampu melakukan modifikasi permainan dalam pembelajaran pendidikan jasmani
sehingga mereka membutuhkan bekal pengetahuan dan kemampuan untuk itu.
merupakan pendidikan yang membangun karakeristik anat didiln5a. Kolaborasi
Sehingga
tidak
langsung,
lembaga pendidikan
kependidikan penghasil guru jasmani juga memiliki tanggung jawab yang tidak ringan. Pada akhimya antam guru dan lembaga kependidikan penghasil Suru lidaL dapal berjalan sendiri-sendiri, mereka harus melakukan kolaborasi. Kolaborasi tesebut harus kita wacanakan dalam rangka membangun karaker anak bangsa melalui pembelajaran pendidikan jasmani. Apabila di negara-negam maju sudah terdapat lactical apprcach, gamessense, dan Tgftl (teaching Games for Uhderstdndin9, di negara kita mau seperti ap 'l
lapisan pendidikan formal, maka dilakukan
sebagai jaminan bahwa pendidikan jasmani
:urtara
gluu
pendidikan jasmani dan
lembaga kependidikan pendidikao olahraga
harus mampu melahirkan
pendekatan
p€mbelajaran melalui permainarl seperti tactical approach, games-sente, dan Tgfil (teaching Games for Understanding) di berbagai negara.
DAITAR PUSTAKA Ade Jun Panjaitan. (2008)- Keluarea. Kunci
Pembentukon Karakter Ahak, htto://niasonl ine.net/2008/0 I /30/ke1 uarea-kunci-pembentukan-karakter-
anak/ (diakses tanggal 25 Oktober 2008).
Andrias Harefa, (2005), Menbangun KESIMPULAN
Pendidikan karakter
KaraHer, harus
htto://www.Dembelaiar.com/
membangun konsep iaDit ofthe mind, habit
wmview.php?AnlD:160 (dial$es
of the heafl, dut habit of the han&, atau dapat menyamakan anta..a p€mikiran,
tanggal 25 Okober 2008)
perasa:rn dan perbuatan. Dalam pendidikan
jasmaai dikenal pendekatan pembelajaran melalui permainan, sehingga tidak hanya mengajarkan bagaimana r,til/ siswa. tetapi lebih difokuskan pada bagaimana siswa
Bambang Nurokhim, (2008) Menbangul Karatler dan Watak Bangsa
Melalui Pendidikan
M*lak
Diperlukan, http://wlrw.tnial.mil.idlMaialah/Cak
L96 lrrnal Multiloteral, yalune
75, Na.2 Desenbe t 2016 hlm.
rawala
lAtrkerca\!3wsle&blLulaaide Tvne/AnicleViewanicle
ld,
200/Def
ault.aspL (diakses tanggal,
30
Gusril, "Efekifitaj AncanSan Modifikasi Olahraga Ke dalam Pendidikan
Jasmani". Jtrtol
Nasional
Peuiidikon Jasmani dan
llmu Keolohragaan \olume 3, Nomor l, April2004. Hal42-50. Jones, 8.J., Janet Wellr L., Perte.s, RE. and Johnson, D.J. (1982). Guide ro Efeclive Coachilg, princiPles and
IE
Massachusetts:
Allyn ald Bacon, Inc. baga Pendidikan di lrulonesia Gagal
Mefibotgun KQraher
BangsL hnDr/wrw2.komDas.com,&omoascetald0303/l 8/dikbud,/l 88963.htm (diakses tanggal 25 okober 2008).
Nichols, Beverly. (1994). Moving and Lelr ing: The Elementary School Pttysical Edrrcatioh Experience. 3'd ed. St. Inuis: Mosby Year Books, Inc-
Presidefi: Bentuk Karakler Bangsa Melalui Olahraga, hn n:r/wwu.anura.co.id/arc12008 9 Z (diakses pada tanggal 25 Okober 2008)
Okober 2008).
practice. Boston,
1aa 196
Rinlq Judith E., (2002), Teaching Physical Edueation For Ledming. 4"' ed.. New York: Mccraw-Hill Companies, Inc. Thomas, J.R., Lee, A.M., dan Thomas, K.T.
(1988). Physical Educotion or Chil*en.'Cha,l],paign, Illinois: Human Kinetics.
Yoyo
Bahagia dan
Adang
Suherman.(2000.). Priksip'Pri^tip Pengembangan dan MedoJikasi Cabang Olahraga. Jakarta: Dirjen PENDASMEN. Yusuf Hidayat, "Kelerlantaran Pendidikan Ja5mani dan Srategi lntervensi Dari Perspekif Psikologi Humanisme". Majolah llmiah Olahraga Y olume 9 Edisi Agustus 2003 . Hal 78-99.