Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN MATERI STRUKTUR ATOM MELALUI PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE SNOWBALL THROWING DI SMA NEGERI 8 BANDA ACEH Cut Lestari dan Mariati Pendidikan Kimia Universitas Serambi Mekkah Email:
[email protected] ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang peningkatan prestasi belajar siswa pada pembelajaranmateri struktur atom melalui penerpan model kooperatif tipe snowball throwing. Adapaun tujuan penelitian ini untuk meningkatkan prestasi siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing di SMA N 8 Banda Aceh pada materi srtuktur atom. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 8 Banda Aceh sebanyak 7 kelas. Sampel dipilih secara acak random dua kelas dan diperoleh kelas X-2 sebagai kelas eksprimen dan kelas X-4 sebagai kelas control. Untuk kelas eksprimen diajarkan materi struktur atom dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing , sedangkan kelas control dilakukan pembelajaran konvesional. Untuk memperoleh data penulis memberikan tes sesuai dengan materi yang diajarkan dengan soal yang sama pada kedua kelas. Selanjutnya data diperoleh diolah dengan menggunakan uji-t dengan taraf signifikan α = 0,05. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa prestasi belajar siswa untuk kelas control yang diajarkan dengan metode konfensional memiliki nilai rata-rata 63,68 sedangkan kelas eksprimen yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing memeliki nilai rata-rata 70,03. Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai t hitung = 1,88, sedangkan nilai t tabel = 1,67 sehingga diperoleh t hitung > t tabel, maka Ho ditolak. Jadi dapat disimpulkan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing lebih baik jika dibandingkan dengan prestasi belajar siswa yang diajarkan dengan model konvensional pada materi struktur atom di SMA N 8 Banda Aceh. Kata kunci: Kooperatif, Snowball Throwing, Prestasi, Struktur Atom PENDAHULUAN Pendidikan merupakan saah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak diperoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memerlukan suatu proses pembelajarn sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan proses yang telah dilalui. Sumber daya manusia yang berpendidikan akam mampu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Usaha pemerintah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia salah satunya adalah dengan menetapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan N0: 22, 23 dan 24 tahun 2005 (www.dinaspendidikan.org) 13
Cut Lestari dan Mariati
Tujuan model pembelajaran adalah menciptakan situasi, mampu memacu keberhasilan individu melalui kelompoknya. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya 3 tujuan pembelajaran yaitu: yaitu kemampuan akademik,penerima perbedaan individu, dan pengembangan ketrampilan social. Pembelajaran kooperatif mempunyai prinsip dasar yang dijelaskan oleh Nur (2004) pada setiap kelompok (siswa) harus: 1. Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakannya 2. Mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama 3. Membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompok 4. Evaluasi 5. Berbagi kepemimpinan dan membutuhkan ketrampilan untuk belajar bersamasama 6. Dimintai pertanggungjawaban secara individual materi yang ditangani dalam kolompok kooperatif Model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing merupakan salah satu dari sekian banyak tipe pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran tipe snowball trowing ini selalu diawali dengan membagi kelas menjadi beberapa kelompok, dimana setiap kelompok memiliki satu orang ketua akan mewakili teman sekelompoknya untuk mendengarkan penjelasan dari siswa tentang materi yang akan dipelajari. Kiranawati (2007) menjelaskan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing adalah dapat melatih kesiapan siswa dan saling member pengetahuan. Sedangkan kekurangan model pembelajaran kooperatif snowball throwing adalah pengetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa dan tidak efektif. Langkah-langkah dari model pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing menurut Kiranawati (2007) sebagai berikut: 1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memenggil masing-masing ketua kelompok untuk menjelaskan tentang materi 3. Ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing. Kemudian menjelaskan materi yang telah disamaikan oleh guru kepada temannya 4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut nateri yang telah dijelaskan oleh ketua kelompok 5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain 6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian 7. Evaluasi 8. Penutup Pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing berbeda dengan pembelajaran konvensional. Pembelajaran kovensional merupakan pembelajaran dengan guru sebagai pusat pembelajaran dan sumber belajar. Pembelajaran konvensional marupakan salah satu penyebab siswa untuk menghafal dan bearja secara prosedur/serta memahami kimia tanpa penalaran dalam pembelajaran,guru juga lebih mendomisili kegiatan 14
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
pembelajaran, sedangkan siswalebih berperan s ebagai pendengar atau pencatat yang baik. Departemen Pendidikan Nasional (2000) menjelaskan tentang perbedaan antara pembelajaran koopertif dan pembelajaran konvensional sebagai berikut: Kelompok Belajar Kooperatif Adanya saling ketergantungan positif, saling membantu, dan saling memberikan motivasi sehingga adanya interaksi promotif Adanya akuntabilitas individual yang mengukur penguasaan materi pelajaran tiap anggota kelompok, dan kelompok diberi umpan balik tentang hasil para siswa sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan Kelompok belajar heterogen,baik dalam kemampuan akademik,jenis kelamin, ras, suku dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memberikan bantuan Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis atau bergilir untuk memberikan pengalaman memimpin bagi para anggota kelompok Ketrampilan social yang diperlukan dalam keja gotong royong seperti kepemimpinan,kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain dan mengelola konflik secara langsung diajarkan Guru memperhatikan proses yang terjadi dalam karja kelompok-kelompok belajar
Kelompok Belajar Konvensional Guru sering membiarkan danya siswa yang mendominasi kelompok atau menggantungkan dari pada kelompok Akuntabilitas individual sering diabaikan sehingga tugas-tugas sering diborong oleh seorang anggota kelompok sedangkan anggota kelompok lainnya hanya “menumpang” keberhasilan “pemborong” Kelompok belajar biasanya homogen
Pemimpin kelompok sering ditentukan oleh guru atau kelompok dibiarkan untuk memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing
Guru sering memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompokkelompok belajar Penekanan tidak hanya pada penyelesaian Penekanan sering hanya pada tugas tetapi juga hubungan interpresional penyelesaian tugas. (hubungan antar pribadi yang saling mmenghargai). TINJAUAN PUSTAKA Materi atom dipelajari di sekolah Menengah Atas kelas X. Materi atom mudah dipelajari dengan menggunakan pembelajaran kelompok seperti penggunakan model kooperatirif tipe snowball throwing. Istilah atom sebenarnya dikemukakan oleh filfuf Yunani yang bernama Democritus (460-370 SM). Menurut Demoscritus, materi yang tidak dapat dibelah secara terus menerus. Maksudnya, pembelahan materi akan sampai pada suatu tingkat yang tidak dapat bibagi-bagi. Bagian yang sudah tidak dapat dibagi15
Cut Lestari dan Mariati
bagi itu disebut atom. Kata atom berasal dari bahasa Yunani atomos; a= tidak dan tomos = dibagi. Teori atom mengalami penyempurnaan seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Beberapa perkembangan model atom, yaitu: 1. Perkembangan Teori Model Atom John Dalton (1776-1844) 2.Perkembangan Teori Model atom JJ. Thomson ( 1897) 3. Perkembangan Teori Rutyerford (1911) 4. Perkembangan Teori Niels Borh (1913) 5. Teori Mekanika Kuantum (1926) Model atom mekanika kuantum disebut juga mekanika gelombang yang diperkenalkan oleh Schrodinger dengan menyelesaikan fungsi gelombang itu menhasilkan tiga bilangan kuantum yang menunjukkan kebolehjadian menemukan electron di sekeliling inti atom. Daerah tersebut disebut dengan orbital. Istilah orbital dipilih untuk membedakan dari orbital atau lintasan Borh. Tiap orbital memiliki suatu energy yang khas. Menurut mekanika gelombang, tiap tingkat energy dalam sebuah atom dikaitkan dengan satu orbital atau lebih. Dalam suatu atom yang berisi lebih dari satu electron, penyebaran electron di sekitar inti ditentukan oleh jenis orbital yang dihuni. Teori atom mekanika kuntum dapat dinyatakan sebagai berikut: 1. Atom terdiri dari inti atom (Proton dan Neutron) dan electron yang mengelilinginya pada orbital-orbital tertentu 2. Orbital adalah suatu ruangan di seditar inti yang merupakan tempat kebolehjadian electron ditemukan 3. Kedudukan electron di sekitar inti ditentukan dengan bilangan kuantum Nomor Atom, Nomor Massa dan Isotop Inti atom terdiri atas proton dan neutron,oleh karena itu , massa suatu atom adalah massa proton ditambah massa neutron disebut dengan massa atom: Jumlah proton = jumlah electron + jumlah neutron Nomor Atom suatu unsure menunjukkan jumlah proton atom unsure tersebut. Jumlah proton = jumlah electron= NA Lambang dapat ditulis:
A Z X
= Nomor Massa = Nomor Atom = Lambang atom Atom – atom dari suatu unsure yang sama selalu mencapai nomor atom (Z) yang sama. Akan tetapi, atom-atom tersebut dapat mempunyai nomor massa (A) berbeda. Untukatom-atom yang mempunyai nomor atom sama tetapi massa yang berbeda disebut dengan isotop. Atom-atom dari unsure-unsur berbeda dapat mempunayi nomor massa yang sama di sebut dengan isobar. Sedangkan atom-atom dari unsure berbeda dapat mempunayi jumlah neutron yang sama disebut dengan isoton 16
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
Konfigurasi Elektron Berdasarkan teori Bohr, konfigurasi electron mengikuti aturan-aturan sebagai berikut: 1. Tiap kulit atom dari yang paling dalam diberi notasi K, L, M, N, … untuk menyatakan kulit atom 1, 2, 3, 4, … 2 2. Tiap kulit atom maksimum berisi 2 n Menurut teori atom mekanika kuantum, penyusunan konsigurasi electron didasarkan pada 2 hal, yaitu: 1. Asas eksklusi Pauli 2. Pada keadaan normal,atom-atom disusun sedemikian rupa sehingga energinya minimum ( prinsip Aufbau) Untuk pembuatan diagram orbital menikuti atuatan Hund yaitu dalam suatu sub tingkatan energy tertentu, tiap orbital dihuni sati electron tertebih dahulu sebelum ada orbitalyang memiliki sepasang electron. Pengisian electron pada orbital:
Elektron Valensi adalah electron yang berbed di kulit terluar. Kulit terluar ditandai dengan bilangan kunatum utama (n) tertinggi. Besarnya electron valensi dari 1 sampai 8. Besar electron valensi itu selanjutnya digunakan untuk menyatakan golongan. Unsure. Menurut Johari dan Rachmawati (2007), meniliskan konfigurasi electron untuk atom unsure Z ≤ 20 mengikuti aturan sebagai berikut: 1. Pengisian electron dimulai dari tingkat energy terendah, yaitu kulit K 2. Jumlah maksimum electron pada kulit K adalah 2, sedangkan pada kulit L dan M mesing-masing 8 3. Untuk unsure Z= 19 dan Z=20, pengisian electron samapai kulit ke N Elektron yang berperan dalam reaksi pembentukan ikatan kimia dan dalam reaksi kimia adalah electron pada kulit terluar atau electron valensi. Jumlah electron valensi suatu atom ditentukan berdasarkan electron yang terdapat pada kulit terluar dari konfigurasi electron atom tersebut. Untuk menetukan jumlah electron valensi dan hubungannya dengan kemiripan sifat kimia. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di SMA N 8 Banda Aceh, pada tanggal 26 juli sampai dengan 31 Juli 2010. Dengan kelas X-2 yang berjumlah 30 orang sebagai kelas eksprimen dan kelas X-4 yang berjumlah 31 orang sebagai kelas control. Untuk Intrumen penelitian berupa test untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa dalam mempelajari materi struktur atom . Test yang dilakukan dengan pre tes dan post tes yang berjumlah 20 soal degan skor maksimum 100. Teknik pengolahan data dilakukan uji –t, berdasarkan Sudjana (1992) menjelaskan untuk menguji hipotesis dari perbandingan prestasi belajar siswa digunakan rumus statistic uji-t.
17
Cut Lestari dan Mariati
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data yang terkumpul diolah dengan mentabulasikan ke dalam tabel distribusi frekwensi. Masing-masing dicari nilai rata-rata dan standar deviasi kemudian dilakukan uji kenormalan sebaran data serta uji homogenitas varian dan membuat daftar distribusi frekwensi. Untuk nilai rata-rata dari kedua kelas yaitu untuk kelas control 63,68 sedangkan nilai rata-rata kelas eksprimen 70,03, kemudian standar deviasi kelas control 14,69 dan kelas eksprimen 12,056. Uji kenormalitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data setiap kelompok dalam penelitian ini berdistribusi normal atau tidak. Untuk menguji kesamaan dari dua varian sampel digunakan rumus F= , dengan criteria pengujian : Ho jika F ≥ α (n 1 – 1, n2 -1) dan dalam hal lain Ho dapat diterima, dimana F hitung = 1,85. Berdasarkan harga F hitung dari distribusi tersebut maka diperoleh F hitung < F tabel yaitu F hitung =1,85< F tabel=7,81, maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok berasal dari populasi yang homogen. Untuk hasil uji normalitas X2 hitung adalah sebesar 16,18,sedangkan X2 tabel dengan dk = k-3= 6-3=3 pada taraf signifikan α = 0,05 adalah X2 0,95(3) = 7,81. Karena X2 hitung > X2 tabel yaitu 16,18 > 7,81. Maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa sebaran tes pada kelompok control pada materi struktur atom di SMA N 8 Banda Aceh sebarannya mengikuti distribusi normal maka uji – t yaitu t hitung = 1,88 dan t tabel= 1,67 Pembahasan Berdasarkan hasil yang diperoleh dari perhitungan-perhitngan yang dilakukan, maka ternyata penerapan pembelajaran kooperatif tipe Snowball throwing pada struktur atom di SMA N 8 Banda Aceh lebih baik daripada penerapan pembelajaran biasa. Dari hasil pengolahan data diperoleh bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing pada materi srtuktur atom diperoleh nilai rata-rata 70,03, sedangkan pembelajaran dengan menggunakan metode biasa diperoleh nilai rata-rata 63,68. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing lebih baik dari pada pembelajaran biasa. Selam proses belajar mengajar berlangsung,penulis melihat respon siswa terhadap pembelajaran kimia dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing adalah positif dan sis berminat mengikuti pembelajaran kimia. Namun pembelajaran snowball throwing mempunayai kelemahan , dimana membutuhkan waktu yang lama terutama bagi siswa yang kurang mampu dan juga membuat suasana kelas sedikit rebut saat siswa melemparkan bola kertas ke kelompok yang ditunjuk oleh guru. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil yang dioeroleh dari perhitungan secara statistic uji – t maka diperoleh kesimpulan yaitu prestasi siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing lebih baik daripada model pembelajaran biasa pada materi struktur atom di kelas X SMA N 8 Banda Aceh. 18
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
Saran Diharapkan kepada guru untuk dapat menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe snowball throwing dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada materi srtuktur atom dan materi-materi lainnya pada pelajaran kimia. DAFTAR PUSTAKA Depdiknas,2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Negeri Malang: Malang Hamalik, Oemar. 2005. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Kiranawati. 2007. Model-Model Pembelajaran. (online) http://Learning with me.spot.com Nur,M. 2004. Pendekatan-Pendekatan Konstruktivis dan Pembelajaran dalam KBK.Malang: Universitas Malang Sudjana. 1992. Metode Statistik. Tarsito: Bandung www.dinaspendidikan.org
19