Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
STUDI EKSPLORASI KEMUNGKINAN PENYEBAB KEGAGALAN MAHASISWA DALAM UJI KOMPETENSI DOKTER INDONESIA–STUDI KASUS DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA Syarifah Nora Andriaty Medical Education Unit Fakultas Kedokteran Universitas Abulyatama Email:
[email protected] ABSTRAK Pendidikan yang baik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan di Indonesia. Uji Kompetensi (UK) berperan sebagai instrumen penilaian lulusan dokter yang memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI), namun kelulusan mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Unaya dalam uji kompetensi masih rendah. Penelitian ini mempunyai fokus dalam mengeksplorasi kemungkinan penyebab kegagalan mahasiswa FK Unaya dalam menghadapi uji kompetensi. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Penelitian ini dilakukan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD) terhadap mahasiswa yang lulus dan tidak lulus uji kompetensi dan wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan, staf pengajar preklinik dan klinik. FGD dilakukan sebanyak 5 kali dengan melibatkan 13 mahasiswa yang lulus, 12 mahasiswa yang tidak lulus uji kompetensi dan 3 wawancara mendalam terhadap pemangku kepentingan, 6 wawancara mendalam terhadap staf pengajar. Setelah data dianalisis dengan pendekatan tematik diperoleh faktor yang mempengaruhi uji kompetensi mahasiswa FK Unaya yaitu 1. Faktor yang potensial mempengaruhi keberhasilan uji kompetensi dari segi proses pendidikan terdiri dari faktor akademik (karakteristik pembelajar orang dewasa, materi pembelajaran, pengajaran dan pembelajaran, sumber daya, evaluasi hasil) dan faktor non akademik (motivasi) 2. Faktor yang potesial mempengaruhi uji kompetensi saat pelaksanaan ujian terdiri dari faktor akademik (metode belajar, materi ujian yang tidak dikuasai, bentuk soal kasus) dan faktor non akademik (internal: karakteristik pembelajaran orang dewasa, motivasi, konsentrasi, kesehatan; eksternal: metode Computer Based Test, lingkungan belajar). Meskipun proses pendidikannya banyak kendala, namun ada mahasiswa yang lulus uji kompetensi. Faktor yang potensial menentukan kelulusan mahasiswa yang lulus uji kompetensi adalah mahasiswa yang lulus memiliki karakteristik pembelajar dewasa dan memiliki motivasi untuk lulus uji kompetensi. Kata kunci: Uji kompetensi, kegagalan uji kompetensi, proses pendidikan PENDAHULUAN Pendidikan yang baik sangat dibutuhkan untuk meningkatkan sumber daya manusia di bidang kedokteran dan pelayanan kesehatan di Indonesia. Standarisasi pendidikan kedokteran di Indonesia dilakukan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) khususnya oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan 1
Syarifah Nora Andriaty
Tinggi (BAN-PT) dan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI) melalui Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia (SPPDI). Parameter penilaian mutu pendidikan adalah dengan penjaminan mutu internal masing-masing program studi dan juga akreditasi dari badan akreditasi eksternal. Mekanisme lain untuk penilaian kualitas penyelenggaraan pendidikan adalah dari mutu lulusan yang terstandar secara nasional. Institusi pendidikan kedokteran mengeluarkan ijazah sebagai pengakuan hasil pembelajaran yang sudah dicapai seorang lulusan dokter sedangkan Konsil Kedokteran Indonesia mengeluarkan Surat Tanda Registrasi (STR) sebagai pengakuan kompetensi dan pencatatan tenaga dokter sesuai dengan payung hukum yang berlaku di Indonesia. Uji Kompetensi (UK) berperan sebagai instrumen penilaian lulusan dokter yang memenuhi Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI). Bagi dokter yang lulus UK diberikan Sertifikasi Kompetensi sebagai dasar penerbitan STR.Ujian kompetensi di Amerika Serikat disebut United States Medical Licensing Examination (USMLE). Ujian harus diikuti oleh seorang dokter untuk mendapatkan izin praktek kedokteran. Penelitian juga telah dilakukan untuk memprediksi faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam uji kompetensi (West C, et.all, 2014). Masih terdapat masalah yang berkaitan dengan uji kompetensi di Indonesia yaitu masih rendahnya angka kelulusan uji kompetensi secara keseluruhan, masih tingginya kesenjangan angka kelulusan antar institusi pendidikan dokter di Indonesia dan masalah jumlah peserta UK yang belum lulus (retaker) yang semakin banyak. Diantaranya adalah Fakultas Kedokteran Universitas Abuyatama (FK Unaya) memiliki angka kelulusan UK kurang dari 50 % pada tahun 2013. Penelitian ini mempunyai fokus dalam mengeksplorasi kemungkinan penyebab kegagalan lulusan FK Unaya dalam menghadapi UK sehingga hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan dalam usaha peningkatan kualitas lulusan secara signifikan. TINJAUAN PUSTAKA Teori yang banyak diaplikasikan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi performa akademik diadopsi dari General System’s theory input-output Ludwig Von Bertalanffy pada tahun 1956. Teori tersebut menggambarkan kesatuan sistem yang bekerja sama dan saling mempengaruhi, seperti proses pendidikan di suatu institusi. Mahasiswa sebagai input dengan latar belakang yang berbeda-beda memasuki universitas dan menjalani proses pendidikan hingga mahasiswa dapat mencapai tujuan pendidikan dan kompetensinya. Martha Kyoshaba (2009), mengambil teori tersebut untuk menggambarkan konsep performa akademik. Pendidikan di Indonesia memiliki tujuan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas. Sistem pendidikan perguruan tinggi Indonesia memiliki empat tahap yaitu input, proses, output, dan outcome (Martha Kyoshaba, 2009, Dent JA, Harden RM, 2009, Anonimous, 2012, Amin Z, Eng KH., 2007) : (1) Mahasiswa sebagai input di perguruan tinggi yang dipengaruhi oleh faktor bawaan diantaranya gender, status sosial ekonomi orang tua (pendidikan, pendapatan, pekerjaan), latar belakang pendidikan sebelumnya, dan nilai seleksi masuk (Martha Kyoshaba, 2009, Dent JA, Harden RM, 2009 ), (2) Proses, merupakan kegiatan yang berlangsung selama di perguruan tinggi, dipengaruhi oleh institusi pendidikan (materi pembelajaran, pengajaran dan strategi pembelajaran, sumber daya, serta evaluasi hasil belajar) dan mahasiswa (fakor 2
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
akademik yaitu keterampilan belajar, ketidakhadiran dalam kegiatan akademik, indeks prestasi kumulatif; faktor non akademik internal yaitu minat, bakat, motivasi, perilaku belajar, kesehatan; faktor akademi eksternal yaitu keluarga) yang menjalani proses pendidikan. (3) Output. Setelah menjalani proses pendidikan mahasiswa memperoleh nilai (IPK) sebagai hasil pembelajaran yang dicapai. Penilaian hasil belajar merupakan standar kompetensi yang dicapai mahasiswa selama pembelajaran.( Martha Kyoshaba, 2009, Dent JA, Harden RM, 2009, Amin Z, Eng KH., 2007) Selanjutnya mahasiswa mengikuti uji kompetensi sebagai standarisasi pendidikan di seluruh Indonesia. (4) Outcome, merupakan standar pelayanan yang diberikan oleh seorang dokter terhadap pasien dan masyarakat. Seorang dokter dapat melakukan praktik kedokteran setelah mengikuti uji kompetensi, memperoleh STR dan memiliki surat izin praktik.. Uji Kompetensi (UK) Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UK) yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007 merupakan alat ukur standar kompetensi dokter di Indonesia secara nasional. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Undang-undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, kelulusan UK merupakan syarat untuk mendapatkan Sertifikasi Kompetensi, yaitu surat tanda pengakuan terhadap kemampuan dokter untuk menjalankan praktik kedokteran di seluruh Indonesia. Setelah dokter mendapatkan Sertifikasi Kompetensi, maka secara resmi dokter dicatat (registrasi) serta diakui secara hukum untuk melakukan tindakan sesuai dengan kualifikasi profesinya. Registrasi dokter berlaku dalam periode tertentu kemudian diregistrasi ulang setelah memenuhi persyaratan yang berlaku (Anonimous, 2014a, Anonimous. 2014b). Faktor yang mempengaruhi keberhasilan ujian Analisis faktor prediksi keberhasilan dalam menghadapi ujian, yaitu sebagai berikut (Martha Kyoshaba, 2009, Dent JA, Harden RM, 2009, Amin Z, Eng KH., 2007, Tangjitgamol, et.all, 2013, Marks M, Humprey S, 2009., ): 1. Karakteristik kandidat peserta ujian, yaitu indeks prestasi kumulatif (IPK), persiapan ujian, perilaku belajar, teknik menjawab soal (identifikasi, analisa, mind mapping, problem solving). 2. Faktor institusi pendidikan, yaitu dukungan dari proses pendidikan termasuk program remediasi. 3. Faktor penguji, yaitu bias penguji. Faktor penguji dan soal ujian kompetensi telah distandarisasi sesuai dengan SKDI dan bersifat objektif. 4. Faktor penguji, yaitu bias penguji. Faktor penguji dan soal ujian kompetensi telah distandarisasi sesuai dengan SKDI dan bersifat objektif. Remediasi Kegagalan mahasiswa dalam ujian kompetensi bukan hanya menjadi tanggung jawab mahasiswa, melainkan juga merupakan tanggung jawab institusi penyelenggara pendidikan. Kegagalan tersebut juga dapat diakibatkan karena kurangnya pengetahuan mahasiswa, perilaku yang tidak profesional pada saat pendidikan klinis dan kesulitan 3
Syarifah Nora Andriaty
dalam mengaplikasikan pengetahuan ke dalam praktek klinis. Tujuan program remediasi yaitu untuk memberi bantuan kepada mahasiswa yang bermasalah di bidang akademik dan meningkatkan angka kelulusan ujian mahasiswa (Durning, et.all., 2011, Cleland, et.all, 2013). METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan rancangan studi kasus. Penelitian studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui tentang sesuatu hal secara mendalam. Peneliti menggunakan studi kasus untuk mengetahui faktor yang melatarbelakangi kegagalan mahasiswa FK Unaya dalam ujian kompetensi. Verifikasi dilakukan melalui triangulasi terhadap staf pengajar preklinik dan klinik serta pemangku kepentingan. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Januari-April 2015. Penelitian ini dilakukan di Bireun, Meulaboh, Sabang, RSUD Langsa dan FK Unaya. Populasi penelitian adalah mahasiswa, staf pengajar preklinik, staf pengajar klinik (RSUD Langsa) dan pemimpin kebijakan. Penentuan narasumber/ informan ditetapkan berdasarkan purposive sampling, artinya pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan dalam utama penelitian ini adalah sampel yang dianggap paling menguasai dan mengelaborasi faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan lulusan FK Unaya dalam mengikuti uji kompetensi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian FGD dilakukan sebanyak lima kali dengan jumlah informan sebanyak 25 mahasiswa dan wawancara mendalam dilakukan sembilan kali. Informan wawancara mendalam adalah para pemangku kepentingan, staf pengajar preklinik dan klinik. Informan FGD dalam penelitian ini sebanyak 25 mahasiswa lulusan yang terdiri dari 12 mahasiswa laki-laki dan 13 mahasiswa perempuan, dan terbagi dalam lima FGD. Informan adalah lulusan angkatan 2007 dan 2008 yang telah mengikuti kurikulum berbasis kompetensi. Informan telah mengikuti uji kompetensi CBT dan/atau OSCE yang diadakan oleh AIPKI. Tidak ada mahasiswa yang mengulang uji kompetensi ketika penelitian dilakukan. Saat ini mahasiswa lulusan sedang menjalani internship di kota yang berbeda-beda. Karakteristik peserta FGD dapat dilihat di Tabel 2. Peneliti membagi kelompok FGD dengan kriteria sebagai berikut: a. Mahasiswa yang mengikuti UK satu kali dan dinyatakan lulus Kelompok I terdiri dari 4 mahasiswa di Langsa Kelompok II terdiri dari 5 mahasiswa di Bireun b. Mahasiswa yang mengikuti UK lebih dari satu kali dan dinyatakan lulus Kelompok III terdiri dari 4 mahasiswa di Meulaboh c. Mahasiswa yang mengikuti UK lebih dari satu kali dan belum dinyatakan lulus Kelompok IV terdiri dari 4 mahasiswa di Meulaboh Kelompok V terdiri dari 8 mahasiswa di Sabang Dari hasil analisis data FGD terhadap mahasiswa yang lulus dan tidak lulus uji kompetensi, terdapat beberapa persamaan dan perbedaan jawaban yang mempengaruhi hasil uji kompetensi. Rincian lebih lanjut diuraikan di Tabel 1. Hasil FGD menunjukkan bahwa untuk persiapan menghadapi ujian baik dari kelompok mahasiswa yang lulus maupun yang tidak lulus menyampaikan hal yang relatif sama. Mahasiswa berpendapat bahwa persiapan ujian yang dilakukan adalah 4
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
belajar kelompok, baik dengan teman sebaya, belajar di rumah, mengikuti bimbingan belajar, mengumpulkan dan membahas soal-soal uji kompetensi sebelumnya, mempersiapkan fisik seperti istirahat yang cukup dan menjaga pola makan. Selain itu, terkait proses pendidikan seluruh mahasiswa yang lulus dan tidak lulus merasakan pengalaman dan kendala yang sama. Yang paling dirasakan oleh mahasiswa adalah terbatasnya staf pengajar baik dari segi kuantitas maupun kualitas dan minimnya fasilitas yang mereka dapatkan selama masa pendidikan preklinik maupun ketika pendidikan klinik. Namun demikian terdapat perbedaan dalam hal pengetahuan yang dimiliki mahasiswa setelah menjalani proses pendidikan. Mahasiswa yang lulus mengatakan mendapat pengetahuan selama masa pendidikan, sehingga pada saat mengikuti bimbingan mereka hanya mengulang materi yang telah ada. Sedangkan mahasiswa yang tidak lulus mengatakan pengetahuan yang didapat dirasakan kurang pada saat pendidikan dan mendapatkannya pada saat di bimbingan. Dari hasil FGD terhadap mahasiswa, wawancara mendalam dengan pemangku kepentingan dan wawancara dengan staf pengajar, didapatkan beberapa hasil yang berbeda yang mempengaruhi proses pendidikan di FK Unaya. Hal tersebut dijelaskan dalam Tabel 2. Tabel 1. Perbandingan persepsi mahasiswa yang lulus dan tidak lulus UK Kelompok mahasiswa yang lulus Kelompok mahasiswa yang tidak lulus
Mengetahui tujuan uji kompetensi yang dilakukan : agar lulusan pendidikan dokter kompeten dan terstandar, menguji pengetahuan dan keterampilan untuk praktik kedokteran dan pembelajaran sepanjang hayat Faktor yang mempengaruhi uji kompetensi Pelaksanaan ujian - Apabila materi ujian ada yang tidak dipelajari. - Belum terbiasa dengan bentuk soal kasus (vignette) - kesehatan: kecemasan pada saat akan ujian Persiapan ujian - Memiliki karakteristik pembelajar dewasa : - Memiliki motivasi yang tinggi - Konsentrasi (mampu mengendalikan gangguan yang berasal dari luar) Proses pendidikan Pengalaman belajar: pengetahuan yang didapat baik
Pembelajaran yang dilakukan hanya untuk lulus ujian
Pelaksanaan ujian - Metode ujian CBT - Lingkungan ujian (suhu ruang ujian terlalu dingin, pengawas yang mondar-mandir) - Kesehatan: kecemasan pada saat ujian dan mata lelah karena melihat komputer terus menerus dan kondisi sakit saat ujian Persiapan ujian Tidak konsentrasi (tidak dapat mengendalikan ganguan yang berasal dari luar)
Pengetahuan yang didapat kurang
5
Syarifah Nora Andriaty Tabel 2. Perbandingan hasil FGD mahasiswa, pemangku kepentingan dan staf pengajar FK Unaya terhadap proses pendidikan
FGD Mahasiswa Mahasiswa - Cenderung menyukai pembelajaran berpusat pendidik(teacher centered)
Wawancara mendalam Pemangku Kepentingan -
Materi pembelajaran - Materi blok tidak terintegrasi - Materi yang didapat kurang Staf pengajar - Kualifikasi staf pengajar kurang - Jumlah staf pengajar kurang
Input mahasiswa beragam Belum siap dengan metode pembelajaran berpusat mahasiswa (student centered) Bersifat labil
-
Kurikulum preklinik tidak terintegrasi dengan klinik
-
Pergantian staf pengajar tinggi Manajemen waktu staf pengajar kurang baik
-
Wawancara mendalam Staf pengajar -
Seleksi masuk mahasiswa belum baik - Tidak memiliki karakteristik pembelajar orang dewasa - Motivasi pembelajaran kurang - Materi yang didapat kurang
-
Sarana prasarana - Jadwal kegiatan perkuliahan belum baik - RS pendidikan mahasiswa merupakan RS tipe B non pendidikan
-
Jadwal kegiatan akademik belum baik
-
Proses pengajaran dan Pembelajaran - Proses metode pembelajaran PBLdi tutorial dan laboratorium keterampilan klinik belum baik Evaluasi hasil belajar - Standar penilaian belum baik
-
6
Kualifikasi staf pengajar belum tepat Keterampilan mengajar kurang Reward terhadap staf pengajar kurang Jadwal kegiatan perkuliahan belum baik RS pendidikan mahasiswa merupakan RS tipe B non pendidikan Fasilitas mahasiswa di RS kurang
Format soal ujian belum baik Format penilaian belum baik
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
Pembahasan Faktor yang mempengaruhi hasil uji kompetensi ditahap proses pendidikan Faktor akademik Proses pendidikan memiliki peranan penting dalam membentuk karakter dan pengetahuan mahasiswa. Agar keberhasilan mahasiswa dapat tercapai dengan baik diperlukan faktor pendukung proses pendidikan. Faktor-faktor pendukung tersebut saling terkait satu sama lain. Adapun faktor yang mempengaruhi proses pendidikan diantaranya mahasiswa, materi pembelajaran, pengajaran dan pembelajaran, sumber daya, serta evaluasi hasil pembelajaran (Dahar, R.W, 2011. Amin Z., et.all., 2006). Mahasiswa Penerimaan mahasiswa dilakukan melalui tahap penyeleksian ujian masuk. Staf pengajar mengatakan bahwa seleksi mahasiswa FK Unaya belum memiliki standar yang baik dan pelaksanaannya berada di bawah kewenangan pihak yayasan. Seleksi mahasiswa yang tepat diharapkan memberikan hasil yang baik pada mahasiswa yaitu, memiliki kemampuan intelektual yang baik, mampu menyelesaikan pendidikan dan memiliki karakteristik yang dibutuhkan sebagai calon dokter yang kompeten. Agar tujuan yang diharapkan tercapai dengan baik maka proses seleksi mahasiswa sebaiknya memiliki tujuan yang jelas. Tes ujian masuk yang digunakan pun harus valid, reliabel, dan objektif (Anonimous, 2014, Dahar, R.W, 2011. Amin Z., et.all., 2006). Masalah dalam kemampuan belajar mandiri mahasiswa FK Unaya mungkin dipengaruhi oleh keterbatasan dalam proses seleksi mahasiswa yang hanya mempertimbangkan kemampuan kognitif. Selain mempertimbangkan faktor kognitif, proses seleksi mahasiswa sebaiknya juga mempertimbangkan faktor non-kognitif seperti bakat dan kepribadian mahasiswa. Karena faktor kepribadian dan pengalaman belajar sebelumnya dapat mempengaruhi kemampuan belajar mandiri mahasiswa. Pembelajar dewasa memiliki pengalaman, konsep diri, orientasi, kesiapan belajar, dan kemampuan kognitif yang lebih tinggi. Kemampuan belajar mandiri merupakan karakteristik pembelajar dewasa yang diperlukan dalam pendidikan kedokteran yang menuntut pembelajaran sepanjang hayat. Staf pengajar memiliki peran dalam pengembangan kemampuan belajar mandiri mahasiswa, sehingga dapat menentukan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mahasiswa (Dahar, R.W, 2011. Amin Z., et.all., 2006). Staf pengajar dan pemangku kepentingan FK Unaya berpendapat bahwa sebagian besar mahasiswa FK Unaya tidak aktif dalam pembelajarannya, kurang memiliki tanggung jawab dan kurang mandiri. Namun demikian masih ada mahasiswa FK Unaya yang memiliki karakteristik pembelajar dewasa yang terdapat di kelompok mahasiswa yang lulus uji kompetensi, sehingga mahasiswa ini memiliki performa yang lebih baik dibandingkan mahasiswa yang tidak lulus. Materi pembelajaran Ketidaksiapan FK Unaya untuk menghadapi kurikulum berbasis kompetensi dapat diketahui dari pendapat mahasiswa dan pemangku kepentingan yang mengatakan materi yang diperoleh pada saat pendidikan tidak terintegrasi dengan baik. Pada awal perkuliahan mahasiswa tidak mendapatkan materi dasar yang menjadi landasan utama untuk mempelajari materi klinik. Akibatnya mahasiswa sulit memahami dan menghubungkan materi pembelajaran yang satu dengan yang lain karena tidak mengingat pengetahuan dasar. Materi pembelajaran seharusnya disusun dari materi 7
Syarifah Nora Andriaty
yang sederhana hingga materi yang kompleks sehingga dapat menggambarkan perkembangan hasil belajar. Dasar ilmu yang didapat pada fase awal inilah yang dipergunakan sebagai prior knowledge untuk tahapan selanjutnya. Kesinambungan kurikulum tahap preklinik harus disesuaikan dengan kurikulum tahap klinik termasuk metode pembelajaran yang digunakan. Pembelajaran terintegrasi memiliki karakteristik yaitu adanya pengulangan, penambahan tingkat kesukaran materi dan penambahan materi baru yang berkaitan dengan pengetahuan sebelumnya. Dengan demikian mahasiswa dapat meningkatkan retensi pengetahuan dan mengembangkan keterampilan klinisnya. (Amin Z., et.all., 2006; DE & Ferguson KJ, 2015: Prideaux, D. 2003). Dalam penelitian ini mahasiswa merasa kurang mendalami materi farmakologi pada saat pendidikan preklinik, sehingga mereka kesulitan pada saat menjawab pertanyaan uji kompetensi. Staf pengajar preklinik juga menyampaikan hal yang sama. Penyusunan kurikulum yang baik terdiri dari rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Penyusunan kurikulum yang tidak baik, termasuk dalam penyesuaian materi pembelajaran menyebabkan mahasiswa tidak dapat mencapai kompetensi yang seharusnya dimiliki.(Prideaux, D, 2003). Metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah proses pembelajaran berdasarkan masalah dan menstimulasi proses belajar berdasarkan pengetahuan yang telah miliki sebelumnya untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan. Mahasiswa menggunakan skenario untuk menentukan sasaran pembelajaran dari skenario tersebut. Tutor atau fasilitator dan mahasiswa memegang peranan penting dalam proses tutorial PBL. Agar pelaksanaan PBL dapat berjalan dengan baik, maka mahasiswa dan staf pengajar perlu diberi pembekalan dan pelatihan mengenai PBL (Lee, R.M, Kwan Y, 1997; Mann, E.T., Keitell C.A, 2001). Keterampilan klinik dasar merupakan bagian kompetensi dokter dalam hal mengaplikasikan. Keterampilan yang diharapkan antara lain keterampilan berkomunikasi, anamnesis, pemeriksaan fisik, tindakan prosedural medis, mendiagnosis, dan memberi terapi. Kompetensi keterampilan klinik yang harus dicapai oleh dokter umum terdapat di SKDI. Pembelajaran menggunakan role-play, manekin, pasien simulasi atau melihat video keterampilan klinik dan suasana yang dibuat mirip dengan suasana yang sebenarnya.( Keitell C.A, 2001). Staf pengajar Mahasiswa berpendapat bahwa jumlah staf pengajar preklinik di FK Unaya kurang, sehingga materi kuliah lebih banyak diberikan oleh dokter spesialis penyakit dalam. Mahasiswa merasa materi yang diperoleh kurang spesifik. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh staf pengajar. Dari borang akreditasi FK Unaya didapatkan rasio staf pengajar dan mahasiswa di FK Unaya pada tahap pre klinik 1:6 dan tahap klinik 1:9. Hal ini menunjukkan jumlah staf pengajar di FK Unaya pada tahap preklinik sudah memadai. Bila ditinjau dari Pedoman Pendidikan Dokter Indonesia maka rasio mahasiswa dan staf pengajar pada tahap klinik masih kurang. Menurut Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia rasio staf pengajar dan mahasiswa adalah 1:10 8
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
untuk tahap preklinik dan 1:5 untuk tahap klinik. Jumlah staf pengajar yang kurang dapat mengganggu kelancaran proses pembelajaran. Hampir 50% staf pengajar preklinik berpendidikan dokter umum (43 staf pengajar dengan pendidikan S1 dan 8 staf pengajar berpendidikan S2 dan 44 orang dokter spesialis)( Anonimous, 2005). Mahasiswa dan staf pengajar berpendapat kualifikasi pengajaran masih kurang, dan materi kuliah atau praktikum masih diajarkan oleh dokter umum sehingga materi yang disampaikan cenderung terbatas dan kurang mendalam. Peningkatkan dan pengembangan staf pengajar akan berdampak positif terhadap kualitas pengajaran dan pembelajaran, sehingga berdampak terhadap kualitas lulusan mahasiswa.( Harden RM, Crosby J. ,2000; ). Pengembangan staf pengajar sudah mulai dilakukan FK Unaya dengan mengadakan pelatihan fasilitator, student assessor, dan memberikan beasiswa kepada staf pengajar yang akan melanjutkan pendidikan ke jenjang strata dua. Menurut pendapat mahasiswa dan staf pengajar, staf pengajar di FK Unaya memiliki keterampilan yang berbeda-beda, ada staf pengajar yang dapat menyampaikan materi pembelajaran dengan baik sehingga mahasiswa mudah mengerti, namun ada juga staf pengajar yang kurang dapat menyampaikan materi pembelajaran. Keterampilan dasar mengajar harus dimiliki setiap oleh staf pengajar. Selain penguasaan materi pembelajaran, staf pengajar sebaiknya juga menguasai cara mengajar. Mengajar bukan hanya sekedar penyampaian materi tetapi mencakup pembinaan sikap, emosional, karakter , kebiasaan, dan nilai-nilai moral.( Khairani M., 2013). Dari hasil wawancara mendalam staf pengajar berpendapat bahwa reward institusi terhadap staf kurang. Hal tersebut dapat memberikan dampak yang buruk terhadap kualitas proses pendidikan. Dari hasil penelitian yang dilakukan Madris, disebutkan kinerja dosen yang baik memberikan dampak positif bagi fakultas dan proses pembelajaran. Kinerja staf pengajar dipengaruhi oleh kemampuan (ability) dan motivasi (motivation). Reward yang diberikan secara tepat dan benar memiliki hubungan positif dengan motivasi dan kepuasan kerja.( Jerome N., 2013). Sarana prasarana Lingkungan pembelajaran dapat berupa lingkungan fisik dan non fisik (sosial). Lingkungan fisik seperti sarana prasarana, suhu, ventilasi, pencahayaan. Lingkungan fisik yang baik adalah lingkungan yang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis mahasiswa dan memberi kenyamanan memberi efek yang positif terhadap hasil pembelajaran karena dapat meningkatkan motivasi.(Owoeye JS, Yara PO., 2011). Sarana prasarana juga merupakan faktor yang berpengaruh atas penerapan PBL. Pada sistem PBL pembelajaran dilakukan pada kelompok kecil sehingga dibutuhkan banyak ruang diskusi dengan fasilitas yang cukup.( HPEQ-Dikti., 2012). Mahasiswa yang lulus berpendapat sarana prasarana di FK Unaya pada awalnya sangat minim, kurangnya laboratorium pendukung, peralatan, dan bahan praktikum, fasilitas perpustakaan yang kurang mendukung, ruang kuliah yang tidak memadai dan internet yang terbatas menyebabkan mahasiswa kesulitan untuk mengakses informasi yang mereka butuhkan untuk pembelajaran. RS pendidikan FK Unaya adalah RS daerah tipe B, tapi bukan RS pendidikan, sehingga banyak keterbatasan yang dimiliki. Fasilitas yang kurang di RS untuk mendukung aktifitas pembelajaran mahasiswa seperti perpustakaan, laboratorium 9
Syarifah Nora Andriaty
sederhana, ruang diskusi belum ada dan berdampak terhadap kinerja mahasiswa. Proses pembelajaran akan berhasil apabila ada interaksi antara mahasiswa dengan lingkungannya. Mahasiswa dan staf pengajar harus memiliki akses ke sumber pembelajaran yang tepat seperti perpustakaan, ruang kuliah, ruang seminar, internet, dan lingkungan yang sesuai untuk pengembangan dan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku. Dari penelitian yang dilakukan oleh Owoeye didapatkan hubungan yang positif antara fasilitas seperti laboratorium, kelengkapan buku di perpustakaan, dan gedung sekolah terhadap prestasi akademik.( Taylor David, Hamdy Hossam, 2013; Abela, J., 2009). Untuk jadwal kegiatan akademik di FK Unaya juga belum teratur meskipun jadwal untuk setiap kegiatan telah ditentukan pada setiap semester dan tercantum di buku blok. Untuk kegiatan tutorial PBL, skills lab, praktikum sudah baik, tapi jadwal perkuliahan dan ujian oleh dosen pakar masih belum baik. Ketidakteraturan jadwal kuliah pakar disebabkan kurangnya jumlah staf pengajar tetap, kesibukan staf pengajar di RS atau klinik, kurangnya komitmen dari staf pengajar untuk institusi, dan tidak adanya sanksi dari fakultas sehingga staf pengajar pakar sering mengajar di luar jadwal kegiatan akademik yang telah ditentukan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan West diperoleh kesimpulan bahwa jam belajar yang tidak terlalu lama dan terencana dengan baik merupakan salah satu strategi untuk meningkatkan konsentrasi dan kemampuan mengingat mahasiswa. (West C, et.all, 2014). Evaluasi hasil pembelajaran Penilaian hasil pembelajaran mahasiswa di FK Unaya dilakukan pada akhir blok. Mahasiswa mengatakan penilaian hasil pembelajaran belum dilakukan dengan baik dan belum seluruhnya objektif. Pendapat yang sama juga disampaikan oleh staf pengajar yang terlibat dalam penyusunan kurikulum. Pemangku kepentingan juga mengatakan meskipun mahasiswa lulus ujian pada masa pendidikan, namun banyak yang gagal ketika mengikuti uji kompetensi. Penilaian hasil belajar merupakan bagian dari proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar harus sesuai dengan tujuan pembelajaran.( Amin Z, Eng KH., 2007; Harden RM, Crosby J. 2000). Selain itu, FK Unaya belum memiliki format ujian yang baik. Pada awal implementasi KBK soal ujian tulis belum berbentuk MCQ dengan kasus, sehingga tidak melatih keterampilan clinical reasoning, critical thinking, dan problem solving mahasiswa. Soal MCQ merupakan bentuk yang paling umum digunakan untuk ujian, karena bisa menilai kognitif mahasiswa hingga kemampuan aplikasi. Pembuatan soal MCQ yang baik dan dapat menilai kemampuan mahasiswa hingga taraf higher order thinking bukanlah hal yang mudah. Diperlukan pelatihan pembuatan soal untuk staf pengajar, agar semua komponen yang diperlukan dalam soal MCQ dapat terpenuhi dengan baik. Bentuk soal ujian di FK Unaya selama ini lebih untuk recall dan hafalan (rote memory) saja. Ujian yang baik mampu membedakan kelompok mahasiswa yang berperforma baik dan yang tidak baik. (Kim S, Hur y, Park JH. 2014). PENUTUP Simpulan Secara umum faktor-faktor yang potensial mempengaruhi keberhasilan uji kompetensi mahasiswa FK Unaya adalah proses belajarnya selama ini dan faktor saat ujian yaitu: 1. Faktor akademik terdiri dari karakteristik pembelajar dewasa, metode 10
Jurnal Serambi PTK, Volume III, No.2, Desember 2016
ISSN : 2355 -9535
belajar, materi ujian yang tidak dikuasai, bentuk soal kasus), dan 2. Faktor non akademik yang terdiri dari faktor non akademik internal (motivasi, konsentrasi, kesehatan), faktor non akademik eksternal (bentuk CBT, lingkungan belajar). Meskipun terdapat banyak kendala dalam proses pendidikannya, ada mahasiswa yang lulus uji kompetensi. Faktor yang potensial menentukan kelulusan mahasiswa yang lulus uji kompetensi adalah bahwa mahasiswa yang lulus memiliki karakteristik pembelajar dewasa dan memiliki motivasi untuk lulus uji kompetensi. Saran Melakukan evaluasi dan perbaikan kurikulum, meningkatkan kualitas proses pendidikan preklinik dan klinik, meningkatkan kuantitas dan kualitas staf pengajar, meningkatkan kemampuan belajar mandiri mahasiswa, dan lebih mempersiapkan mahasiswa dalam menghadapi uji kompetensi. DAFTAR KEPUSTAKAAN Abela J., 2009. Adult learning theories and medical in medical education: a review. Department of Primary Health Care. Florida. Amin Z, Eng KH., 2007. Basic in medical education. World Scientific pub.co. London. 2007. Amin Z, Seng CY, Eng KH., 2006. Practical guide to medical assessment. World scientific pub. Anonimous, 2005. Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005. Tentang guru dan dosen. Diunduh pada tanggal 1 Juni 2015 dari http://kepri.kemenag.go.id/file/file/UndangUndang/lysc1391498449.PDF Anonimous, 2012. Asosiasi Institusi Pendidikan Kedokteran Indonesia (AIPKI). Standar Pendidikan Profesi Dokter Indonesia. 2012. Diunduh pada tanggal 10 Juni 2014 dari http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/19.1-Draf-StandarPendidikan-Kedokteran-16mei-2012.pdf Anonimous, 2014a. Undang-Undang RI No.20 tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional.2003. Diunduh pada tanggal 10 Juni 2014 dari http://usu.ac.id/public/content/ files/sisdiknas.pdf Anonimous, 2014b. Undang-Undang RI No.29 tahun 2004. Praktik kedokteran. 2004. Diunduh pada tanggal 10 Juni 2014 dari http://ropeg.kemkes.go.id/documents/uu_29_2004.pdf Cleland J, Legget H, Sandars J, Costa M.J, Patel R, Moffat M. The remediation challenge: theoretical and methodological insight from a systematic review. Blackwell publishing ltd. Medical Education 2013;47:242-241 Dahar, R.W., 2011. Teori-teori belajar dan pembelajaran. Penerbit Erlangga. Jakarta. Dent JA, Harden RM., 2009. A practical guide. Medical teachers. Third edition. Churchill livingstone. DE & Ferguson KJ., 2015. The integrated curriculum in medical education: AMEE Guide. In Medical Teacher. 2015; 37:312-322. Durning SJ, Clearly TJ, Sandars J., 2011. Viewing “Strugglers” through a different lens: How self regulated learning perspective can help medical educators with assessment and remediation. Academic Medicine.2011;86 (4):488-494. 11
Syarifah Nora Andriaty
Harden RM, Crosby J. (2000) AMEE Guide No 20: The good teacher is more than a lecturer-twelve roles of the teacher. Medical teacher. 2000;22(4). HPEQ-Dikti., 2012. Standar pendidikan kedokteran Indonesia. 2012. Diunduh dari http://hpeq.dikti.go.id/v2/images/Produk/19.1-Draf-Standar-PendidikanKedokteran-16mei-2012.pdf pada tanggal 10 Juni 2014. Jerome N., 2013. Application of the Maslow’s hierarchy of need theory; impacts and implications on organizational culture, human resource and employee’s performance. Department of Economics Taraba State University Jaling. Nigeria. International Journal of Business and Management Invention. 2013;2(3). Khairani M., 2013. Psikologi belajar. Aswaja pressindo. Yogyakarta. Kim S, Hur y, Park JH. 2014. The correlation between achievement goals, learning strategies, and motivation in medical student. Korean Journal of Medical Education. 2014:19-24. Lee RM, Kwan Y., 1997. The use of problem-Based learning in medical education. J Med Education. 1997;1(2):149-157 Mann ET, Kaitell CA., 2001. Problem-based learning in a new Canadian curriculum. University of Ottawa School of Nursing. Blackwell Science Ltd. Marks M, Humprey S, 2009. Performancce Assessment. Chapter 44. Section 6 in Medical teachers. A practical guide. Churchil livingstone. 2009:333-348. Martha K., 2009. Factors affecting academic performance of undergraduate students at Uganda university. Owoeye JS, Yara PO., 2011. School facilities and academic achievement of secondary school agricultural science in Ekiti State, Nigeria. Kampala International University. Asian Social Science. 2011;7. Prideaux D., 2003. ABC of learning and teaching in medicine: curriculum Design. BMJ. Taylor David, Hamdy Hossam. (2013). Adult learning theories: Implications for learning and teaching in medical education: AMEE Guide. Medical teacher. 2013;(83). Tangjitgamol S, Tanvanich S, Pongpatiroj A, Soorapanth C., 2013. Factor related to the achievement of the national license examination part 1 of medical students in faculty of medicine Vajira hospital, Navamindradhiraj University. South East Asian Journal of Medical Education, 2013;7: 51-60. West C, Kurz T, Smith S, Graham L. Are Study strategies related to medical licensing exam performance?. International Journal of Medical Education. 2014; 5:199-204.
12