Jurnal HPT Volume 3 Nomor 3 Agustus 2015 ISSN: 2338-4336
UJI KOMPATIBILITAS JAMUR PATOGEN SERANGGA Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin (Hypocreales: Cordycipitaceae) DENGAN INSEKTISIDA NABATI EKSTRAK DAUN PUTRI MALU Muhammad Anton Astoni, Retno Dyah Puspitarini, Hagus Tarno Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawaijaya Jl. Veteran, Malang 65145, Indonesia
ABSTRACT Mimosa pudica is a plant which can be used as botanical insecticide. It contained compounds toxic to control insect pest. By combained M. pudica with Beauveria bassiana effevtive of control can be increased. Research aimed to evaluate effect of M. pudica leaves extract to vegetative growth, viability, and B. bassiana conidia in laboratory. Fungus was cultured on media SDAY for 14 days and diluted to obtain density of 1x103, 105, and 107 conidia/ml distilled water. Then each fungi with those densities were recultured on SDAY media that contained M. pudica leaves extract with concentration 0,4; 1; and 2% respectively. Completely randomized design was adopted in this research with 9 combinations oftreatment. Results showed diameter B. bassiana colony of 1x105 conidia/ml combined with M. pudica leaves extract 1 and 2 % were 4,50 and 4,00 cm respectively, also conidia viability 49,25 and 42,87% respectively. Thevalue of colony diameter and conidia viability were used to determine level of compatibility using the formula T classification. Result of T test showed fungus B. bassiana 1x105 conidia/ml were compatible with M. pudica leaves extract under concentration 1 and 2%, to the value of T more than 60, with score 79,70 and 65,40 respectively. While the others were not compatible, which means compounds that contained on M. pudica leaves extract have negative respon to B. bassiana development. M. pudica leaves extract under concentration 1 and 2% were compatible with B. bassiana 1x105 conidia/ml. Keywords: Viability, colony growth, conidia density ABSTRAK Mimosa pudica merupakan salah satu tanaman yang dapat dijadikan insektisida nabati. Tanaman ini mengandung senyawa racun yang dapat mematikan serangga hama. Kombinasi M. pudica dengan jamur patogen serangga Beauveria bassiana dapat meningkatkan pengendalian. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek ekstrak daun putri malu terhadap pertumbuhan vegetatif, perkecambahan, dan jumlah konidia jamur B. bassianadi laboratorium. Jamur dibiakkan pada media SDAY selama 14 hari dan diencerkan sampai kerapatan 1x103, 105, dan 107 konidia/ml akuades. Kemudian masing-masing jamur dengan kerapatan tersebut dibiakkan kembali pada media SDAY yang mengandung ekstrak daun putri malu dengan konsentrasi masing-masing 0,4; 1; dan 2% sehingga didapatkan 9 perlakuan kombinasi. Percobaan menggunakan rancangan acak lengkap. Hasil penelitian menunjukkan bahwa diameter koloni jamur B. bassiana1x105 konidia/ml yang dikombinasikan dengan ekstrak daun putri malu konsentrasi 1 dan 2% berturut-turut adalah 4,50 dan 4,00 cm serta konidia yang berkecambah berturut-turut adalah 49,25 dan 42,87%. Nilai diameter koloni dan konidia yang berkecambah, digunakan untuk mengetahui tingkat kompatibilitas dengan
79
Astoni et al., Uji Kompatibilitas Jamur Patogen Serangga…
menggunakan rumus klasifikasi T. Dari hasil uji T didapatkan jamur B. bassiana 1x105 konidia/ml kompatibel dengan ekstrak daun putri malu konsentrasi 1 dan 2% dengan nilai T lebih dari 60 berturut-turut yaitu 79,70 dan 65,40. Sedangkan kombinasi perlakuan yang lain tidak kompatibel, yang berarti senyawa yang terkandung dalam ekstrak daun putri malu berpengaruh buruk terhadap perkembangan jamur B. bassiana. Ekstrak daun putri malu konsentrasi 1 dan 2% kompatibel dengan jamur B. bassiana 1x105 konidia/ml. Kata Kunci: Perkecambahan konidia, diameter koloni, kerapatan konidia. membunuh serannga hama. Penggunaan PENDAHULUAN kedua agens pengendali tersebut perlu Berbagai macam teknik diuji kompatibilitasnya agar dapat pengendalian sudah banyak dilakukan, diaplikasikan pada serangga hama. yaitu pengendalian secara kimiawi, kultur Penggunaan jamur patogen serangga teknis, maupun biologi. Penggunaan dipadukan dengan insektisida nabati pestisida sintetis mempunyai dampak yang digunakan sebagai pengendali hama merugikan terhadap keanekaragaman melalui uji kompatibilitas. Spesies jamur hayati serangga termasuk arthropoda, B. bassiana yang dipadukan dengan predator, dan parasitoid (Hardiyanto, insektisida nabati minyak serai wangi 2008). Pengendalian biologis, khususnya menunjukkan hasil yang kompatibel oleh jamur patogen serangga, baik untuk (Trizelia, 2012). Selain itu jamur B. mengurangi kepadatan populasi hama pada bassiana juga diuji kompatibilitasnya program Pengendalian Hama Terpadu. dengan ekstrak daun sirsak, biji mimba, Oleh karena itu, pelestarian patogen dan minyak mimba. Hasil penelitian serangga yang terjadi secara alami, kompatibilitas jamur patogen serangga dilakukan untuk mengendalikan serangga dengan beberapa jenis pestisida nabati hama. (Oliveira et al, 2003). Teknik menunjukkan hasil yang kompatibel, yaitu pengendalian dengan menggunakan jamur pestisida nabati tidak menghambat patogen serangga berdampak baik, karena pertumbuhan jamur. Salah satu pestisida selain teknik pengendalian secara hayati nabati yang kompatibel dengan jamur tidak memberikan dampak negatif patogen serangga B. bassiana adalah terhadap lingkungan, jamur patogen ekstrak mimba yang disiapkan dengan serangga dapat dikemas dan disimpan pelarut air. Pestisida ini tidak dalam waktu yang cukup lama mempengaruhi pertumbuhan vegetatif (Hardiyanto, 2008). Salah satu jamur jamur, produksi, dan perkecambahan patogen serangga yang efektif konidia sehingga ekstrak mimba mengendalikan serangga hama adalah kompatibel dengan jamurB. bassiana, Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin sedangan ekstrak mimba yang berbentuk (Hypocreales: Cordycipitaceae). emulsi menghambat pertumbuhan Pemanfaatan bahan nabati sebagai vegetatif jamur B. bassiana (Depieri et al., bahan pestisida telah banyak mendapat 2005). Oleh karena itu dilakukan perhatian untuk dikembangkan karena penelitian tentang uji kompatibilitas antara relatif mudah didapat, amanterhadap insektisida nabati EDP dengan jamurB. lingkungan.Salah satu tumbuhan yang Bassiana dengan beberapa taraf dapat dimanfaatkan sebagai bahan konsentrasi kerapatan jamur B. bassiana insektisida nabati adalah putri malu 103, 105, 107 konidia/ml akuades dan Mimosa pudica Linneaus. Tumbuhan ini konsentrasi insektisida nabati EDP 0,4; 1; mengandung senyawa toksin yang dapat 2%.
80
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui efek ekstrak daun putri malu (EDP) terhadap pertumbuhan vegetatif, perkecambahan, dan kerapatan konidia jamur patogen serangga B. bassiana. METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Nematologi dan Pengembangan Agens Hayati Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya dari bulan Februari sampai bulan Juni 2014.
Agustus 2015
menggunakan cork borer yang telah dipanaskan dengan api Bunsen. Inokulum B. bassiana diinkubasi pada suhu ruang selama lebih kurang 14 hari sampai didapatkan koloni memenuhi media pada cawan Petri. Kerapatan jamur yang telah disentrifus dengan kecepatan 3500 rpm selama 15 menit dihitung dengan menggunakan hemositometer. Suspensi jamur diambil 1 ml kemudian diteteskan di atas hemositometer. Konidia dihitung di bawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 40 kali. Konidia dihitung pada kotak tengah. Dalam kotak tengah tersebut ditetapkan 5 kotak contoh. Setelah itu jumlah konidia yang berada dalam kotak contoh dijumlahkan kemudian dihitung kerapatan konidianya menggunakan rumus sebagai berikut:
Bahan Bahan yang digunakan yaitu jamur B. bassiana koleksi dari Jurusan Hama Penyakit Tumbuhan, imago P. latus, t media SDAY, tanaman jeruk berumur 1-2, C = n x 0,25 x 106...............1 tahun, daun jeruk jenis Siam, daun putri malu, alkohol 70%, akuades steril, minyak yang C adalah kerapatan konidia per ml Tween 80, dan spirtus. larutan, t adalah jumlah total konidia dalam kotak contoh yang diamati, n adalah Identifikasi Jamur Patogen Serangga. Jamur diidentifikasi berdasarkan pada jumlah kotak contoh (5 kotak contoh morfologi konidia, hifa, konidofor, dan dikalikan jumlah kotak di dalam kotak warna koloni. Kunci identifikasi jamur contoh yang berjumlah 16), dan angka yang digunakan mengacu pada buku 0,25 adalah faktor koreksi penggunaan kotak contoh pada hemositometer (Gabriel identifikasi Barnet dan Hunter (1998). dan Riyatno, 1989 dalam Herlinda, 2006). Apabila nilai C menunjukkan nilai di Pembuatan Media SDAY Bahan-bahan yang diperlukan yaitu 40 atas kerapatan yang diujikan misalnya 9 gram dektrose, 20 gram pepton, 15 gram 1x10 konidia/ml akuades maka dilakukan agar, 2,5 gram ragi, dan 2 kapsul pengenceran berseri. Pengenceran berseri kloramfenikol. Bahan-bahan tersebut dilakukan dengan mengambil 1 ml dilarutkan dalam 1 liter akuades dan suspensi dari 10 ml suspensi konidia B. dipanaskan sampai pada suhu lebih kurang bassiana kemudian diletakkan pada tabung 80°C kemudian disterilisasi menggunakan reaksi dan ditambahkan akuades steril 9 ml, dengan demikian kerapatan konidia autoklaf. menjadi 1x108 konidia/ml akuades. Perbanyakan dan Perhitungan Langkah-langkah tersebut diulang untuk mendapatkan kerapatan 1x107, 105, dan Kerapatan Jamur. 3 Jamur yang sudah diidentifikasi, 10 konidia/ml akuades. Apabila nilai C diperbanyak dengan menggunakan media menunjukkan nilai di bawah kerapatan 6 SDAY. Pemindahan B. bassiana dilakukan yang diujikan misalnya 1x10 konidia/ml di dalam laminar air flow cabinet dengan akuades, maka dilakuan inkubasi biakan jamur B. bassiana pada suhu ruang sampai 81
Astoni et al., Uji Kompatibilitas Jamur Patogen Serangga…
1x107 Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 4 ulangan sehingga didapatkan 36 satuan percobaan. Pengamatan pertumbuhan vegetatif Pembuatan Insektisida Nabati EDP. Daun putri malu ditimbang 100 gram jamur dilakukan dengan mengukur kemudian dicuci dengan air mengalir dan diameter pertumbuhan koloni pada hari ke ditiriskan. Setelah itu ditambahkan 100 ml 6 setelah perlakuan, dengan menggunakan akuades, diblender sampai halus kemudian penggaris. disaring menggunakan saringan halus. Jumlah konidia diamati dengan Hasil ekstrak merupakan ekstrak putri menghitung kerapatan konidia setelah malu yang merupakan larutan stok. berumur 15 hari. Penghitungan dilakukan Kemudian diencerkan sesuai dengan dengan cara pemanenan konidia pada tingkat konsentrasi yang diuji. Untuk cawan Petri dengan menambahkan 2% mendapatkan konsentrasi 2%, ekstrak minyak Tween 80 sebanyak 2 tetes yang yang dimasukkan ke dalam gelas ukur diratakan pada seluruh permukaan cawan sebanyak 2 ml, kemudian ditambahkan Petri, kemudian diluruhkan menggunakan stik L. Suspensi yang berisi konidia pada akuades steril sampai mencapai 100 ml. cawan Petri diambil menggunakan Pembuatan Suspensi Media untuk Uji mikropipet yang kemudian dihitung menggunakan hemositometer pada Kompatibilitas Suspensi media terdiri dari dua mikroskop binokuler dengan pembesaran larutan yaitu larutan media SDAY yang 400 kali. Kerapatan konidia dihitung dicampurkan dengan Insektisida nabati menggunakan rumus 1. EDP dengan 3 taraf konsentrasi yaitu 0,4; Jumlah konidia yang berkecambah 1; dan 2%. Pencampuran dilakukan diamati dengan menghitung jumlah dengan metode tuang yaitu insektisida konidia yang berkecambah setelah 6 hari nabati EDP dicampurkan pada media 20 jam perlakuan. Penghitungan jumlah SDAY dengan suhu 45°C yang kemudian konidia yang berkecambah dilakukan dihomogenkan dengan cara digoyang- dengan cara menginkubasi jamur B. goyangkan. Perbandingan suspensi media bassiana sesuai perlakuan yang diletakkan adalah 1:3 untuk media SDAY dan di atas kaca preparat dan ditutup dengan insektisida nabati EDP. kaca penutup objek. Pengamatan menggunakan mikroskop binokuler dengan pembesaran 400 kali kemudian Uji Kompatibilitas Pengujian tingkat kompatibilitas persentasi perkecambahan konidia insektisida nabati EDP dilakukan pada dihitung mengunakan rumusGabriel dan konsentrasi 0,4; 1; dan 2%. Masing- Riyatno (1989) sebagai berikut. masing EDP dengan konsentrasi tersebut ୋ dituang ke dalam cawan Petri yang berisi V = X 100%................3 (ୋା) media SDAY yang mengandung kloramfenikol. Kemudian suspensi jamur yang V adalah persentase konidia yang patogen serangga dengan kerapatan 1x10, berkecambah, G adalah jumlah konidia 105, dan 107 konidia/ml akuades yang berkecambah, dan U adalah jumlah yang tidak berkecambah. diinokulasikan pada media tersebut. konidia Pengamatan nilai V diamati pada 200 Masing-masing konsentrasi dari jamur B. bassiana dan insektisida nabati EDP konidia jamur B.bassiana. Pengamatan kompatibilitas dilakukan dikombinasikan sehingga didapatkan 9 dengan mengukur diameter koloni dan kombinasi. Percobaan menggunakan jumlah perkecambahan konidia jamur B. didapatkan kerapatan konidia/ml akuades.
konidia
82
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
bassiana. Nilai pertumbuhan koloni dan perkecambahan konidia jamur B. bassiana kemudian dimasukkan ke dalam rumus berikut berdasarkan Depieri et al. (2005). T=
20 (PV) + 80 (PS) 100
...................2
yang T adalah nilai uji kompatibilitas, PV adalah pertumbuhan vegetatif dan PS adalah jumlah perkecambahan konidia. Nilai T dibagi kedalam kategori berikut. 030 sangat toksik, 31-45 toksik, 46-50 sedang, dan lebih dari 60 kompatibel.
Agustus 2015
jamur B. bassiana yaitu diameter koloni kurang dari 7 cm. Dari penelitian Purnama et al. (2003), bahwa pada kondisi normal diameter koloni jamur B. bassiana yang berumur 7 hari pertumbuhannya mencapai 7 cm yang dibiakkan pada suhu 26-28°C. Penghambatan koloni jamur B. bassiana oleh insektisida nabati EDP tampaknya dipengaruhi oleh senyawa-senyawa yang terkandung dalam daun putri malu yang bersifat racun. Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Bandopadhyay (2002), bahwa senyawa yang terkandung dalam pestisida nabati bertindak sebagai racun yang dapat menghambat pertumbuhan ataupun membunuh jamur patogen serangga.
Analisis Data Percobaan dihitung menggunakan sidik ragam. Apabila respon dari perlakuan berpengaruh nyata, maka dilanjutkan Sifat racun dari insektisida nabati dengan uji Duncan dengan taraf kesalahan EDP juga berpengaruh nyata terhadap 5%. perkecambahan konidia jamur B. bassiana. Semua perlakuan menunjukkan HASIL DAN PEMBAHASAN perkecambahan konidia rendah yaitu di Hasil analisis statistika menunjukkan bawah 60% (Tabel 2). Hasil penelitian et al. (2014), bahwa bahwa insektisida nabati EDP berpengaruh Pramesti perkecambahan spora konidia jamur B. nyata terhadap pertumbuhankolonijamur bassiana dalam kondisi normal pada B. bassiana (Tabel 1). Koloni paling lebar adalah jamur B. bassiana 105konidia/ml minggu pertama adalah 64,53%, minggu akuades dengan EDP 1%yaitu 4,5 cm. kedua 74,20% dan 79,36% pada minggu Dari Tabel 1 terlihat bahwa insektisida ketiga yang dibiakkan pada suhu 28°C. nabati EDP menghambat pertumbuhan Tabel 1. Rerata Diameter Koloni Jamur B. bassiana Setelah 6 Hari Aplikasi Jamur B. bassiana dengan Insektisida Nabati Ekstrak Daun Putri Malu Perlakuan B. bassiana(konidia/ml akuades) Pertumbuhan Koloni B. bassiana (cm) ± dengan Insektisida Nabati EDP (%) SE B. bassiana 1x103 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x105 dan EDP 0.4 B. bassiana 1x107 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x103 dan EDP 1 B. bassiana 1x105 dan EDP 1 B. bassiana 1x107 dan EDP 1 B. bassiana 1x103 dan EDP 2 B. bassiana 1x105 dan EDP 2 B. bassiana 1x107 dan EDP 2
2,15 a ± 0,11 4,00 bc ± 0,19 2,40 a ± 0,12 3,20 ab ± 0,12 4,50 c ± 0,10 2,45 a ± 0,09 2,65 a ± 0,05 4,00 bc ± 0,05 2,95 ab ± 0,05
Keterangan: Angka-angka dalam setiap lajur yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyatapada uji Duncan taraf 5%
83
Astoni et al., Uji Kompatibilitas Jamur Patogen Serangga…
Tabel 2. Rerata Perkecambahan Konidia B.bassiana Setelah 6 Hari 20 Jam Aplikasi Jamur B. bassiana dengan Insektisida Nabati Ekstrak Daun Putri Malu Perlakuan B. bassiana (konidia/ml akuades) dengan Insektisida Nabati EDP (%) B. bassiana 1x103 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x105 dan EDP 0.4 B. bassiana 1x107 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x103 dan EDP 1 B. bassiana 1x105 dan EDP 1 B. bassiana 1x107 dan EDP 1 B. bassiana 1x103 dan EDP 2 B. bassiana 1x105 dan EDP 2 B. bassiana 1x107 dan EDP 2
Perkecambahan Konidia B. bassiana (%) ± SE 26,37 a ± 5,42 27,37 a ± 4.38 32,87 ab ± 2,51 25,50 a ± 4,74 49,25 c ± 4,09 32,37 ab ± 1,55 32,77 a ± 5,47 42,87 bc ± 2,47 27,87 a ± 5,27
Keterangan: Angka-angka dalam setiap lajur yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyatapada uji Duncan taraf 5%.
Penelitian Trizelia et al. (2012), mengungkapkan bahwa minyak serai wangi dengan konsentrasi 0,1% menurunkan perkecambahan konidia B. bassiana sampai 20,82% dan 34,75% pada konsentrasi 0,3%. Penelitian Depieri et al. (2005) juga menunjukkan ekstrak mimba dengan konsentrasi 1,5% dalam bentuk emulsi dapat menurunkan perkecambahan konidia jamur B. bassiana sebesar 12,40%. Hasil yang sama juga diungkapkan oleh Ramli (2004), bahwa perkecambahan konidia dikategorikan baik apabila perkecambahannya berkisar antara 85100%, sedang apabila perkecambahannya berkisar antara 70-85%, dan kurang apabila perkecambahannya berkisar antara 55-75%. Racun dari insektisida nabati EDP juga berpengaruh buruk terhadap kerapatan konidia jamur B. bassiana (Tabel 3). Kerapatan paling tinggi adalah jamur B. bassiana 1x105 konidia/ml akuades dengan EDP 1% sebesar 7,26x107 konidia/ml akuades. Kerapatan konidia jamur B. bassiana tersebut tergolong rendah karena tidak mencapai kerapatan 1x108 konidia/ml akuades. Hasil penelitian Herlinda et al. (2006), mengungkapkan
bahwa pada kondisi normal kerapatan konidia jamur B. bassiana yang berumur 7 hari mencapai 5,26x108 konidia/ml akuades. Hasil yang sama dilaporkan oleh Depieri et al. (2005), bahwa ekstrak mimba dalam bentuk emulsi dapat menurunkan jumlah konidia jamur B. bassiana secara nyata. Berdasarkan nilai T, jamur B. bassiana 1x105 konidia/ml akuades dengan EDP 1 dan 2% menunjukkan hasil yang kompatibel (Tabel 4). Perlakuan B. bassiana 1x105 konidia/ml akuades dengan EDP 1% menunjukkan nilai T lebih tinggi daripada B. bassiana 1x105 konidia/ml akuades dengan EDP 2 dan 0,4%. Hal ini tampaknya insektisida nabati EDP tidak bersifat sebagai fungisida sehingga pada konsentrasi yang lebih rendah yaitu 0,4% tidak menunjukkan hasil yang kompatibel. Begitu juga dengan kerapatan konidia jamur B. bassiana yang lebih tinggi yaitu 1x107 konidia/ml akuades dan yang lebih rendah yaitu 1x103 konidia/ml akuades menunjukkan hasil tidak kompatibel dengan insektisida nabati EDP 0,4; 1; dan 2%.
84
Jurnal HPT
Volume 3 Nomor 3
Agustus 2015
Tabel 3. Rerata Kerapatan Konidia B. bassina Setelah 15 Hari Aplikasi Jamur B. bassiana dengan Insektisida Nabati Ektrak Daun Putri Malu Perlakuan B. bassiana (konidia/ml akuades) dengan Insektisida Nabati EDP (%) B. bassiana 1x103 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x105 dan EDP 0.4 B. bassiana 1x107 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x103 dan EDP 1 B. bassiana 1x105 dan EDP 1 B. bassiana 1x107 dan EDP 1 B. bassiana 1x103 dan EDP 2 B. bassiana 1x105 dan EDP 2 B. bassiana 1x107 dan EDP 2
Kerapatan KonidiaB. bassiana (... x 107 konidia/ml akuades) 3,96 a 3,84 a 5,11 ab 4,38 ab 7,26 c 4,56 ab 5,00 ab 4,81 ab 6,30 bc
Keterangan: Angka-angka dalam setiap lajur yang diikuti oleh huruf yang sama, menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%
Tabel 4. Klasifikasi Hasil Uji Kompatibilitas Jamur B. bassiana dengan Insektisida Nabati Ekstrak Daun Putri Malu Perlakuan B. bassiana (konidia/ml akuades) dengan Insektisida Nabati EDP (%) B. bassiana 1x103 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x105 dan EDP 0.4 B. bassiana 1x107 dan EDP 0,4 B. bassiana 1x103 dan EDP 1 B. bassiana 1x105 dan EDP 1 B. bassiana 1x107 dan EDP 1 B. bassiana 1x103 dan EDP 2 B. bassiana 1x105 dan EDP 2 B. bassiana 1x107 dan EDP 2
T 34,23 39,00 53,01 41,44 79,70 52,90 45,93 65,40 45,19
Klasifikasi Beracun Beracun Cukup Beracun Beracun Kompatibel Cukup Beracun Cukup Beracun Kompatibel Cukup Beracun
Keterangan: T merupakan nilai dari hasil uji kompatibilitas
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jamur patogen serangga B. bassiana yang kompatibel dengan insektisida nabati EDP adalah jamur B. Bassiana dengan insektisida nabati EDP 1 dan 2%. Perlakuan B. bassiana 1x103, 105, 107 konidia/ml akuades dengan insektisida nabati EDP 0,4; 1; 2% pada uji kompatibilitas menunjukkan hasil yang berbeda nyata terhadap pertumbuhan koloni, perkecambahan, dan kerapatan konidia B. bassiana.
Bandopadhyay, A.K. 2002. A Current Approach To the Management of Root Disease in Bast Fibre Plants with Conservation of Natural and Microbial Agents. J. Mycopath 40: 57-62. Barnet, H.L., Hunter, B.B. 1998. Illustrated Genera of Imperfect Fungi(Fourth Edition). American Phytopathological Society Press. Depieri, R.A., Martinez, S.S., Menezes, J.A.O. 2005. Compatibility of the 85
Astoni et al., Uji Kompatibilitas Jamur Patogen Serangga…
fungus Beauveria bassiana (Bals.) Vuill. (Deuteromycetes) with extracts of neem seeds and leaves and the emulsible oil. J. Neotrop. Entomol. 34(4): 601-606.
Pramesti, N.R., Himawan, T., Rachmawati, R. 2014. Pengaruh Pengkayaan Media dan Suhu Penyimpanan terhadap Kerapatan dan Viabilitas Konidia Jamur Patogen Serangga Beauveria bassiana (Balsamo) Vuillemin (Hypocreales: Cordycipitaceae). J. Hama Penyakit Tumb. 3(2): 45-48.
Hardiyanto. 2008. Jeruk Nasional dan Jeruk Impor. Diunduh dari http://balitjestro.litbang.deptan.go.id /id/374.html pada tanggal 28 Januari 2014.
Purnama, P.C., Nastiti, S.J.,Situmorang, J. 2003. Uji Patogenisitas Beauveria bassiana (Bals.) Vuill Isolat Magelang terhadap Aphis craccivora Koch. J. Bio Smart 5(2): 81-88.
Herlinda, S., Utama, M.D., Pujiastuti, Y., Suwandi. 2006. Kerapatan dan Viabilitas KonidiaBeauveria bassiana (Bals.) akibat Subkultur dan Pengayaan Media, serta Virulensinya terhadap Larva Plutella xylostella (Linn.) J. Hama dan Penyakit Tumb. Tropik. 6(2): 70-78.
Ramli, N. 2004. Petunjuk Teknis pada Berbagai Kegiatan Laboratorium, Laboratorium Lapangan. Balai Pengembangan Proteksi Tanaman Perkebunan Sumatra Utara.
Oliveira, S.A., Neves, P.M.O.J., Kawazoe, L.S. 2003. Compatibility between the Entomopatogenic Fungus Beauveria bassiana and Insecticides used in Coffe Plantation. J. Sci. Agric. 60: 663-667.
Trizelia., Rusli, R. 2012. Kompatibilitas Cendawan Entomopatogen Beauveria bassiana(Bals) Vuill (Deutoromycotina Hymhomycetes) dengan Minyak Serai Wangai. J. Hama Penyakit Tumb. Tropik. 12(1): 78-84.
86