Jurnal HPT Volume 1 Nomor 3 September 2013 ISSN : 2338 - 4336
Pengaruh Sistem Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Non PHT terhadap Tingkat Populasi dan Intensitas Serangan Aphid (Homoptera: Aphididae) pada Tanaman Cabai Merah Yulianto Nugroho, Gatot Mudjiono, Retno Dyah Puspitarini Program Studi Agroekoteknologi, Jurusan Hama danPenyakitTumbuhan,UniversitasBrawijaya Malang Jln. Veteran, Malang 65145, Indonesia; alamat surel:
[email protected]
ABSTRACT This research was aimed to determine level and attack intensity of aphid populations in red pepper in IPM and non-IPM. The research was conducted in Bayem village, Kasembon District, Malang from July to November 2012. IPM treatment using biological agents, manure, mikoriza and NPK 15:15:15. The IPM pest control using botanical pesticides. But, non-IPM treatment did not usedadditional biological agents, whereas fertilizer is NPK 16:16:16. Pest control using chemical pesticides with active ingredients are Lamda Cyhalothrin 106 gr/l and Tiametoksan 141 gr/l. Observation parameters are populations and attack intensity caused by aphids, plant growth (number of leaves, plant height and number of fruits) and yield. Results of the study showed that treatment of IPM and non-IPM doesn’t has influence to aphid population on the treatment 77aphids/100 leaves IPM and non IPM 71 aphids/100 leaves. Intensity of aphid damage on IPM treatment is higher (0,47%) significantly different compared to non-IPM treatment (0,02%). IPM treatment gave significant different than non IPM on plant growth. Number of leaves, plant height and number of fruits on IPM treatment significantly higher than non-IPM (104,03 leaves ; 85,26 leaves) (39,56 cm ; 33,19 cm) (25,72 fruit; 13,50 fruit), respectively. Red chilies yield in IPM is significantly higher (8,5kg) compared to non-IPM treatment (4,6 kg). Keywords: pesticides, coccinellid, mikoriza, fertilizer, pests, growth ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat populasi dan intensitas serangan aphid pada tanaman cabai merah di lahan PHT dan non PHT.Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bayem Kecamatan Kasembon Kabupaten Malang mulai bulan Juli sampai November 2012. Pada perlakuan PHT digunakan agen hayati, pupuk kandang, mikoriza dan NPK 15:15:15. Pengendalian hama pada perlakuan PHT menggunakan pestisida nabati. Pada perlakuan non PHT tidak dilakukan penambahan agen hayati, sedangkan pemupukannya menggunakan NPK 16:16:16. Pengendalian hama menggunakan pestisida kimia dengan bahan aktif Lamda Sihalotrin 106 gr/l dan Tiametoksan 141 gr/l.Parameter pengamatan adalah populasi dan intensitas serangan aphid, pertumbuhan tanaman yaitu jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah buah, serta produksi. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa perlakuan PHT dan non PHT tidak berpengaruh secara nyata terhadap populasi aphid, pada perlakuan PHT 77 ekor/100 daun dan non PHT 71 ekor/100 daun. Intensitas serangan aphid pada perlakuan PHT lebih tinggi (0,47%) secara nyata dibandingkan dengan lahan non PHT (0,02%). Pada perlakuan PHT berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman. Jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah buah pada perlakuan PHT lebih tinggi secara nyata dibandingkan non PHT (104,03 daun ; 85,26 daun) (39,56 cm ; 33,19 cm) (25,72 buah ;
86
Nugroho et al, Pengaruh Sistem PHT dan Non PHT Aphid
13,50 buah). Produksi buah cabai merah pada lahan PHT lebih tinggi (8,5 kg) secara nyata dibandingkan dengan lahan non PHT (4,6 kg). Kata kunci: pestisida, coccinellid, mikoriza, pupuk, hama, pertumbuhan
PENDAHULUAN Latar Belakang Tanaman cabai merahadalah tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh kandungan capsaicin.Tahun 2008 hingga 2010 produksi cabai merah di Indonesia diperkirakan mencapai 1,311 juta ton meningkat 26,14 % dibandingkan tahun 2007(Subagyono, 2010). Pada budidaya tanaman cabai merah terdapat beberapa faktor yang dapat menurunkan hasil produksi, salah satunya adalah serangan hama. Salah satu hama penting pada tanaman cabai merah adalah aphid (Homoptera: Aphididae) (Irsan, 2008). Aphid pada tanaman cabai merah merupakan vector penyakit virus keriting. Kerugian yang diakibatkan oleh aphid sebagai hama berkisar antara 6-25% dan sebagai vektor dapat mencapai kerugian lebih dari 90% (Miles, 1987). Untuk menghindari kerugian yang diakibatkan serangan aphid pada tanaman cabai merah dilakukan suatu upaya pengendalian. Penerapan teknologi pengendalian hama terpadu (PHT) merupakan salah satu pengendalian yang dapat menekan populasi aphid. Keberhasilan dalam PHT sangat tergantung pada pemahaman ekologi hama yang akan dikendalikan. Salah satu perubahan ekologi hama yang perlu dikaji adalah perkembangan populasi dan potensi merusak hama tersebut (Herlinda et al. 2009). Berbeda dengan budidaya tanaman secara non PHT yang mengutamakan penggunaan pestisida menjadi kunci utama dalam memberantas hama (Djojosumarto, 2000).
Penerapan PHT bertujuan untuk mengurangi penggunaan pestisida kimia. Pada umumnya petani tanaman cabai merah sering menggunakan pestisida kimia sebagai tindakan preventif, dengan cara melakukan penyemprotan 1-7 hari setelah tanam di lapangan. Selain itu petani juga melakukan strategi lainnya, diantaranya penambahan konsentrasi dan frekuensi penyemprotan pada saat serangan berat serta mengganti jenis pestisida dan pencampuran pestisida(Ameriana, 2006). Adanya berbagai dampak negatif yang ditimbulkan oleh pestisida kimia pada tanaman cabai merah, sehingga diperlukan langkah-langkah penerapan teknologi PHT untuk mengurangi ppenggunaan pestisida kimia dan mengedepankan pengendalian hama yang ramah lingkungan. Informasi tentang pengendalian aphid pada budidaya secara PHT masih sedikit, sehingga perlu suatu kajian penerapan budidaya secara PHT untuk menekan populasi dan intensitas serangan aphid. Hasil dari penelitian ini diharapkan menjadi salah satu acuan dalam penerapan PHT untuk mengendalikan aphid dan organisme pengganggu tumbuhan lain pada tanaman cabai merah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat populasi dan intensitas serangan aphid pada tanaman cabai merah di lahan PHT dan non PHT. BAHAN DAN METODE Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah tanaman cabai merah besar varietas Gada MK, mulsa plastik hitam perak, tanah, pupuk kandang, rizobakter pemicu pertumbuhantanaman
87
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 3
(RPPT)[Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR)] yang terdiri dari campuran jamur Tricoderma sp. (Ascomycota: Hypocreales) dan bakteri Pseudomonas fluorescens Migula (Pseudomonadales: Pseudomonadaceae), Bacillus subtilisChon (Bacillales: Bacillaceae), Acetobacter sp. (Rhodospirillales: Pseudomonadaceae) danAzospirillumsp. (Rhodospirillales: Rhodospirillaceae). Serta menggunakan Midec yang dikembangkan oleh Jurusan HPT FP UB, yang merupakan campuran dari jamur Tricoderma sp., Aspergillus nigervan Tieghem (Ascomycota: Eurotiales), Saccharomyces sp. (Saccharomycetaceae: Saccharomycetaceae) dan bakteri P. flourescent, B. subtilis. Selain itu bahan yang digunakan adalah pupuk kimia majemuk dengan kandungan NPK
September 2013
16:16:16, super tonik, pupuk majemuk dengan kandungan NPK 15:15:15 dan pupuk organik Mikoriza. Pestisida kimia dengan bahan aktifLamda Sihalotrin 106 gr/l dan Tiametoksam 141 gr/l dan pestisida nabati dengan bahan aktif Azadirachtin 0,8-1,4 %. Metode Metode penelitian yaitu budidaya tanaman cabai merah, pengamatan populasi dan intensitas serangan aphid, pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah dan analisis data. Metode penelitian dijelaskan sebagai berikut. a. Budidaya tanaman cabai merah Budidaya tanaman cabai merah pada lahan percobaan disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1. Praktek budidaya cabai merah pada lahan PHT dan non PHT Praktik Budidaya PHT Non PHT Preemtif Pengolahan tanah Tanah dianalisis terlebih Tidak menggunakan dahulu. analisis tanah. Lahan dibajak agar gembur. Dibuat gulud ukuran 1 m Rumput dan batu dengan tinggi 30 cm, dihilangkan. Ditambahkan lebar parit 40 cm dan pupuk kandang setelah itu ditambahkan pupuk dibuat gulud ukuran 1 m kandang dengan tinggi 30 cm, lebar parit 40 cm. Ditambahkan Midec 10 ml/l air Penyiraman persemaian Ditambahkan RPPT tiap Air saja. bibit seminggu sekali pada saat penyiraman Pemantauan pertumbuhan Tiga hari sekali Tidak dilakukan tanaman dan perkembangan OPT Praktek budidaya Perlakuan benih
Media tanam persemainan
Benih direndam dalam air panas dengan suhu 30-40°C selama 10 menit, kemudian direndam dalam air yang berisi RPPT Tanah, kompos dan
Benih dicampur fungisida dengan bahan aktif Propineb 70%
Tanah
dan
kompos
88
Nugroho et al, Pengaruh Sistem PHT dan Non PHT Aphid
Lanjutan (Tabel 1) Mikoriza dengan perbandingan 2 : 2 : 1 Bibit Gada MK Pemeliharaan dari Penaburan kapur semut di gangguanorganism pinggir polibag Mulsa Plastik perak Jarak tanam 60 cm x 50 cm dan dalam satu gulud ditanam 2 baris tanaman Penyulaman 5-30 hari setelah tanam Pengairan Persemaian Disiram Pemupukan fase vegetative Mikoriza 15 gram/lubang tanam pada saat awal tanam. NPK 15:15:15 3 gr/tanaman sepuluh hari sekali, Midec 10 ml/liter air tujuh hari sekali dan teh kompos 1 liter/15 liter air tiga hari sekali
dengan perbandingan 1 : 1 Gada MK Penaburan furadan diatas polibag Plastik perak 60 cm x 50 cm dan dalam satu gulud ditanam 2 baris tanaman 5-30 hari setelah tanam Disiram NPK 16:16:16 dengan ukuran 3 kg/200 liter air sepuluh hari sekali
Pemupukan fase generatif
NPK 15:15:15 3 gr/tanaman sepuluh hari sekali, Midec 10 ml/liter air dilakukan tujuh hari sekali dan teh kompos 1 liter/15 liter air tiga hari sekali Apabila terdapat gulma disekitar pertanaman cabai merah
NPK 16:16:16 dengan ukuran 4 kg/200 liter dan pupuk daun super tonik12ml/17 liter air sepuluh hari sekali.
Pestisida alami dan agen hayati, bila diperlukan menggunakan pestisida kimia bila pestisida alami tidak dapat mengendalikan aphid
Rutin 7 hari sekali menggunakan pestisida kimia dengan bahan aktifLamda Sihalotrin 106 gr/l dan Tiametoksam 141 gr/l
Pembersihan gulma
Kuratif Aplikasi Pestisida
b. Pengamatan populasi dan intensitas serangan aphid Pengamatan tingkat populasi dan intensitas serangan pada tanaman cabai merah yang disebabkan oleh serangan aphid adalah pengamatan tetap.
Apabila banyak ditemukan gulma disekitar pertanaman cabai merah
Pengamatan tetap merupakan pengamatan yang bertujuan untuk mengetahui perubahan populasi dan intensitas serangan aphid pada tanaman contoh tetap (Gambar 1).
89
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 3
September 2013
dihitung dengan menggunakan rumus berikut. P=∑
Dimana P adalah intensitas serangan, n adalah jumlah daun dari setiap kategori serangan, v adalah nilai numerik dari kategori serangan (Tabel 2), Z adalah nilai numerik dari kategori serangan tertinggi, N adalah jumlah daun yang diamati (Abadi, 2003). Tabel kategori serangan yang telah ditetapkan disajikan pada Tabel 2. Gambar 1. Unit contoh dalam petak PHT Pengamatan populasi aphid pada lahan PHT dan non PHT dilakukan tiga hari sekali setelah tujuh hari setelah tanam (HST).Gulud yang dijadikan pengamatan tetap adalah 6 gulud contoh pada lahan PHT dan 8 gulud contoh pada lahan non PHT, dimulai pada gulud kedua dan gulud berikutnya berselang satu gulud.Pada setiap gulud contoh, ditetapkan 6 dan 4 tanaman contoh pada lahan PHT dan non PHT.Populasi aphid yang dihitung adalah pada daun bagian atas tanaman.Pada setiap tanaman contoh diamati satu contoh daun sesuai arah mata angin, sehingga pada setiap tanaman terdapat 4 daun contoh. Jumlah seluruh daun yang diamati adalah 272 daun. Pengamatan intensitas serangan aphid, dilakukan pada tanaman contoh yang sama dengan pengamatan populasi aphid.Intensitas serangan diamati hanya pada daun tanaman contoh.Pada setiap tanaman contoh diamati 20 daun contoh sesuai arah mata angin sehingga setiap sisi tanaman terdapat 5 daun contoh.Pengamatan intensitas serangan aphid dimulai tujuh hari setelah tanam (HST) dengan interval tiga hari.Pengamatan populasi dan intensitas serangan aphid dilakukan sampai panen pertama.Intensitas serangan aphid
Tabel 2. Kategori Serangan Aphid Nilai Kategori 0 Tidak ada serangan pada daun 1 1 /8 bagian daun menggulung 2 ¼ bagian daun menggulung 3 ½ bagian daun menggulung 4 > ½ bagian daun menggulung c. Pengamatan pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah Pengamatan pertumbuhan tanaman cabai merah dilakukan dengan menghitung jumlah daun, mengukur tinggi tanaman dan menghitung seluruh jumlah buah pada setiap tanaman yang telah dijadikan sebagai tanaman contoh.Pengamatan dilakukan enam hari sekali terhadap jumlah daun dan tinggi tanaman, sedangkan untuk menghitung jumlah buah dilakukan hanya sekali yaitu sebelum panen pertama.Daun yang dihitung adalah seluruh daun yang ada pada tanaman contoh, sedangkan tinggi tanaman diamati dengan mengukur tanaman mulai dari pangkal batang hingga daun tertinggi dengan menggunakan penggaris. Produksi tanaman diketahui dengan melakukan penimbangan buah cabai merah pada setiap panen. Analisis data
90
Nugroho et al, Pengaruh Sistem PHT dan Non PHT Aphid
Populasi, intensitas serangan aphid, pertumbuhan dan produksi tanaman cabai merah di lahan PHT dan non PHT dianalisis dengan uji tmeng-gunakan program Microsoft Excel 2007. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Populasi aphid Populasi aphid ditemukan pada bagian kuncup dan permukaan bawah daun.Berdasarkan analisis uji t, bahwa perlakuan PHT dan non PHT tidak berpengaruh secara nyata terhadap populasi aphid (Tabel 3). Tabel 3. Rerata populasi aphid perdaun pada lahan PHT dan non PHT Populasi Aphid Perlakuan (ekor)) 100 daun PHT 77 a Non PHT 71 a Populasi aphid pada lahan PHT meningkat pada saat fase vegetatif yaitu pengamatan ke 3 dan 4 (Gambar 2).
Gambar 2.Fluktuasi populasi aphid pada lahan PHT dan non PHT Intensitas serangan aphid Berdasarkan analisis statistik uji t, bahwa perlakuan PHT dan non PHT berpengaruh secara nyata terhadap intensitas serangan aphid.Hal ini terlihat dari intensitas serangan yang diakibatkan oleh aphid pada perlakuan PHT lebih
tinggi secara nyata dibandingkan lahan non PHT (Tabel 4). Tabel4.Rata-rata intensitas serangan yang diakibatkan oleh aphid pada lahan PHT dan non PHT Perlakuan Tingkat Kerusakan PHT 0,47 b Non PHT 0,02 a Keterangan :Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada uji t = 5% Pertumbuhan tanaman cabai merah Berdasarkan analisis statistik uji t, bahwa perlakuan PHT dan non PHT berpengaruh secara nyata terhadap pertumbuhan tanaman cabai merah.Tampak dari jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah buah pada perlakuan PHT lebih tinggi secara nyata dibandingkan pada lahan non PHT (Tabel 5). Tabel 5.Rata-rata pertumbuhan tanaman cabai merah pada lahan PHT dan non PHT Non Parameter PHT PHT Jumlah Daun 104,03 b 85,26 a (daun) Tinggi Tanaman 39,56 b 33,19 a (cm) Jumlah Buah 25,72 b 13,50 a (buah) Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda pada baris yang samamenunjukan berbeda nyata pada uji t = 5% Dengan meningkatnya umur tanaman pada lahan PHT dan non PHT, maka jumlah daun juga semakin banyak (Gambar 3).
91
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 3
Gambar 3.Grafik pertumbuhan jumlah daun pada lahan PHT dan non PHT
September 2013
Kerusakan yang diakibatkan oleh aphid pada fase vegetative di lahan PHT meskipun dalam waktu singkat tidak mempengaruhi produksi tanaman cabai merah.Hal ini dibuktikan pada saat awal panen pada lahan PHT produksi cabai sudah tinggi dibandingkan dengan lahan non PHT(Gambar 2).
Pemberian pupuk kandang juga tampaknya berpengaruh terhadap tinggi tanaman dan jumlah buah.Pada lahan PHT tinggi tanaman lebih baik dibandingkan dengan lahan non PHT (Gambar 4). Gambar 5.Produksi buah cabai merah pada lahan PHT dan non PHT
Gambar 4.Grafik pertumbuhan tinggi tanamanpada lahan PHT dan non PHT Produksi tanaman cabai merah Perhitungan produksi tanaman cabai merah dilakukan pada setiap panen selama 9 kali panen.Dari analisis statistik uji t, bahwa perlakuan PHT dan non PHT berpengaruh terhadap produksi tanaman cabai merah.Tampak dari produksi pada perlakuan PHT lebih tinggi secara nyata dibandingkan pada lahan non PHT (Tabel 6). Tabel 6. Rata-rata produksi tanaman cabai merah pada lahan PHT dan non PHT Perlakuan Produksi (kg) PHT 8,5 b Non PHT 4,6 a Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada uji t = 5%
Pembahasan Populasi aphid Populasi aphid di lahan PHT dan non PHTsama rendah (Tabel 3). Rendahnya populasi aphid pada lahan PHT dan non PHT karena adanya pengendalian pada kedua lahan tersebut.Pengendalian pada lahan PHT menggunakan pestisida nabati, sedangkan pada lahan non PHT menggunakan pestisida kimia.Meskipun pengendalian pada lahan PHT dan non PHT berbeda, tetapi efektifitas pestisida nabati dan kimia terhadap hama aphid adalah sama. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan oleh Balitper (2013),pestisida nabati dapat digunakan antara lain sebagai agen pengendalian hama, yang bersifat mematikan hama dengan cepat, bersifat sebagai zat menghambat perkembangan serangga atau hama juga bersifat sebagai zat pemikat, zat penolak, dan zat penghambat makan. Penggunaan pestisida nabati juga salah satu cara alternatif untuk mengurangi pencemaran lingkungan.
92
Nugroho et al, Pengaruh Sistem PHT dan Non PHT Aphid
Di lahan PHT, pada pengamatan ke 5 hingga ke 24 populasi aphid cenderung menurun dan bahkan tidak ada (Gambar 2). Hal ini tampaknyakarena aplikasi pestisida nabati.Aplikasi pestisida nabati pada lahan PHT dilaksanakan 2 kali permusim tanam yaitu pada saat tanaman berumur 16 HST dan 25 HST. Penggunaan pestisida nabati tampaknya turut menurunkan rata-rata populasi aphid pada lahan PHT. Pestisida nabati yang digunakan mengandung bahan akatif azadirachtin.Menurut Samsudin (2008), azadirachtin telah terbukti efektif mengendalikan lebihdari 300 spesies serangga hama termasuk hama-hama penting tanaman budidaya seperti Spodoptera litura F. (Lepidoptera: Noctuidae), Liriomyza huidobrensis Blanchard (Diptera: Agromyzidae) dan aphid. Pada lahan PHT ditemukan musuh alami aphid yaitu kumbang coccinellid. Menurut Udiarto et al. (2012), predator coccinellid merupakan musuh alami penting untuk beberapa spesies hama, yaitu Bemisia tabaci Genn (Hemiptera: Aleyrodidae), aphid, dan Planococcus citri Risso (Homoptera: Pseudococcidae). Adanya musuh alami kumbang coccinellid diduga turut membantu menekan perkembangbiakan aphid pada lahan PHT dan menunjukan bahwa keadaan agroekosistem pada lahan PHT menunjang kehidupannya. Intensitas serangan aphid Populasi aphid pada lahan PHT dan non PHT cukup rendah (Tabel 3), tetapi intensitas serangan aphid lebih tinggi di lahan PHT.Meskipun telah dilakukan pengendalian pada lahan PHT dan non PHT, tetapi pengendalian yang diterapkan menggunakan pestisida nabati pada lahan PHT tidak langsung mem-bunuh aphid.Kekurangan pestisida nabati adalah tidak langsung membunuh jasad sasaran secara langsung (Dipertan TPH, 2012).Hal
ini mengakibatkan populasi aphid yang masih ada pada lahan PHT mempunyai kesempatan untuk merusak tanaman cabai merah.Berdasarkan pengamatan gejala kerusakan yang diakibatkan aphid pada tanaman cabai merah berupa daun keriting dan daun terdapat bercak kuning. Daun yang diserang akan mengkerut, mengeriting dan melingkar, menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat dan tanaman menjadi kerdil (Anonymous, 2013). Dari pengamatan, aphid menyerang tanaman cabai merah pada daun bagian atas, karena daun bagian atas masih muda dan jaringan pada daun masih lunak (Gambar 6).Laporan penelitian yang dilakukan Ditlinhor (2012) menunjukan bahwa kerusakan karena hama aphid tampak pada bagian-bagian tanaman yang masih muda, misalnya tunas, daun dan tangkai daun yang masih muda. Hal ini terjadi karena serangga menusukkan stiletnya, kemudian mengisap cairan sel tanaman, sehingga hanya jaringan tanaman yang lunak yang paling dipilih.
Gambar 6. Populasi aphid pada tanaman cabai merah Pertumbuhan tanaman cabai merah Kerusakan yang diakibatkan oleh aphid pada lahan PHT tidak mempengaruhi pertumbuhan tanaman.Di lahan PHT pada saat awal tanam telah dilakukan tindakan preemtif, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan sehat dan
93
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 3
juga mengakibatkan tanaman toleran terhadap serangan aphid. Menurut Untung (2006), mekanisme resistensi toleran terjadi karena adanya kemampuan tanaman tertentu untuk sembuh dari luka yang disebabkan serangan hama atau mampu tumbuh lebih cepat sehingga serangan hama kurang mempengaruhi hasil, disbanding-kan dengan tanaman lain yang lebih peka. Rata-rata jumlah daun pada lahan PHT lebih banyak secara nyata dibandingkan lahan non PHT (Tabel 5).Hal ini tampaknya karena pemberian pupuk kandangsaat pengolahan tanah pupuk kandang secara merata pada lahan PHT sehingga kualitas tanaman menjadi lebih baik. Menurut Sahari (2005), unsur nitrogen yang dominan terkandung dalam pupuk kandang berfungsi dalam meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman terutama untuk memacu pertumbuhan daun. Kualitas ini juga tampak pada jumlah buah. Jumlah buah cabai merah pada lahan PHT lebih tinggi dibandingkan dengan lahan non PHT (Tabel 5). Menurut Suwardjono (2001), pemberian pupuk kandang dapat memperbaiki sifat fisik tanah sehingga dapat menunjang pertumbuhan dan perkembangan perakaran tanaman. Produksi tanaman cabai merah Produksi buah cabai merah pada lahan PHT lebih tinggi dibandingkan dengan lahan non PHT (Gambar 5).Pada lahan PHT dan non PHT tanaman cabai merah terserang penyakit busuk buah atau antraknosa, sehingga banyak buah yang busuk dan tidak layak untuk dijual dipasaran.Dari pengamatan, penyakit busuk buah yang menyerang tanaman cabai merah lebih banyak pada lahan PHT dibandingkan dengan lahan non PHT.Hal ini membuktikan bahwa perlakuan PHT memberikan konpensasi produksi, sehingga menghasilkan produksi yang tinggi meskipun tanamanterserang penyakit.
September 2013
Menurut Syukur et al. (2012), penyakit busuk buah atau antraknosa dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar karena menyerang buah pada berbagai fase perkembangan, baik yang baru terbentuk maupun yang telah siap dipanen. Penyakit ini dapat menurunkan hasil cabai merah hingga 75%. KESIMPULAN Kesimpulan Populasi aphid dalam budidaya tanaman cabai merah pada penelitian ini tidak berpengaruh secara nyata antara perlakuan PHT dan non PHT. Intensitas serangan aphid pada perlakuan PHT dan non PHT berpengaruh secara nyata. Kerusakanyang diakibatkan oleh serangan aphid lebih tinggi pada lahan PHT. Pertumbuhan tanaman pada perlakuan PHT dan non PHT berpengaruh secara nyata terhadap jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah buah. Jumlah daun pada perlakuan PHT lebih banyak dibandingkan dengan jumlah daun pada perlakuannon PHT. Begitu juga dengan tinggi tanaman, pada perlakuan PHT tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuannon PHT. Produksi buah pada perlakuan PHT lebih banyak dibandingkan dengan perlakuannon PHT. Dengan diterapkan teknologi PHT , maka tanaman menjadi sehat, sehingga pertumbuhan tanaman diantaranya jumlah daun, tinggi tanaman dan jumlah buah akan tumbuh maksimal. DAFTAR PUSTAKA Abadi, A.L. Tanaman 145 hlm. Ameriana, M. Sayuran Pestisida Tanaman
2003. Ilmu Penyakit 3. Bayu Media. Malang. 2006. Perilaku Petani dalam Menggunakan Kimia.Balai Penelitian Sayuran, Lembang,
94
Nugroho et al, Pengaruh Sistem PHT dan Non PHT Aphid
Bandung 40391. J. Hort. 18(1):95106, 2008. Diunduh dari http://www.google.com/url?q=http:/ /digilib.litbang.deptan.go.id/reposito ry/index.php/repository/download.P ada tanggal 20 Maret 2013. Anonymous. 2013. Diunduh dari http://repository.ipb.ac.id/bitstream/ handle/123456789/52268/A11fsu_B AB%20II%20Tinjauan%20Pustaka. pdf?sequence=6 pada tanggal 10 Pebbruari 2013. Balitper (Badan Litbang Pertanian). 2013. Pestisida Nabati dan Manfaatnya.Diunduh http://www.litbang.deptan.go.id/beri ta/one/1318/ pada tanggal 6 Mei 2013. Dipertan TPH (Dinas Pertanian Teknologi Pengendalian Hama). 2012. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida Nabati.UPTD Laboratorium Dinpertan TPH Kabupaten Grobogan.Diunduh dari http://dinpertan.grobogan.go.id/labo ratorium/144-pengendalian-hamadanpenyakit-dengan-pestisidanabati.htmlpada tanggal 19 Juni 2013. Ditlinhor (Direktorat Perlindungan Hortikultura). 2012. Kutu daun. Diunduh dari http://ditlin.hortikultura.deptan.go.id/index.php?option= com_content&view=article&id=284 &Itemid=210pada tanggal 15 Pebruari 2013. Herlinda, S., T. Irwanto, T. Adam, C. Irsan. 2009. Perkembangan Populasi Aphis Gossypii Glover (homoptera: Aphididae) dan Kumbang Lembing pada Tanaman Cabai merah Merah dan Rawit di Inderalaya. Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya. J. Seminar Nasional Perlindungan Tanaman, Bogor 5-6 Agustus 2009.
Irsan,
C. 2008. Studi keberadaan hiperparasitoid dalam mempengaruhi perilaku imago parasitoid pada kutudaun (Homoptera: Aphididae). Seminar Nasional V. Pemberdayaan Keanekaragaman Serangga untuk Meningkatkan Kesejahteraan Ma-syarakat, Bogor 18-20 Maret 2008. Miles, PW. 1987. Feeding process of aphidoidea in relation to effects on their food plants In Minks AK & Harrewijn P (Eds.), Aphids: Their Biology, Natural Enemies and Control. Vol 2A. Elsevier: Amsterdam. 321-340 hlm. Sahari, P. 2005. Pengaruh Jenis dan Dosis Pupuk Kandang Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Krokot Landa (Talinum triangulare Willd.).Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.Diunduh ejournal.utp.ac.id/index.php/AFP/a rticle/view/9/8 pada tanggal 7 Mei 2013. Samsudin.2008. Azadirachtin Metabolit Sekunder dari Tanaman Mimba sebagai Bahan Insektisida Botani.Diunduh darihttp://www.pertaniansehat.or.i d/index.php?pilih=news&mod=yes &aksi=lihat&id=73 pada tanggal 22 Maret 2013. Subagyono, K. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Cabai merah Merah Capsicum annum L. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah. Suwardjono. 2001. Pengaruh beberapa jenis pupuk kandang terhadap pertumbuhan dan produksi kacang tanah. ISSN: 1411-1934 Vol 2 No. 2 September 2001. UPBJJ-UT Yogyakarta. Diunduh dari http:// www.ut.ac.id/html/jmst/Jurnal/suw ardjono/Pengaruh.htm pada tanggal 19 Juni 2013.
95
Jurnal HPT
Volume 1 Nomor 3
Syukur, M., R.Yuniati, R. Dermawan.2012. Sukses Panen Cabai merah Tiap Hari. Penebar Swadaya. Jakarta. 148 hlm. Udiarto, B.K., P. Hidayat, A. Rauf, Pudjianto, S.H. Hidayat. 2012. Kajian potensi predator Coccinellidae untuk pengendalian Bemisia Tabaci pada cabai merah merah. Diunduh http://hortikultura.litbang.deptan.go.id/jurnal_p df/221/UdiartoBK_predatorcabai merahmerah.pdf.J. Hort. 22(1):7684,2012. pada tanggal 4 Pebruari 2013. Untung, K. 2006. Pengantar Pengolahan Hama Terpadu (edisi kedua). Gadjah Mada University Press.Yogyakarta.348hlm.
September 2013
96